Area limbik berkembang lebih dulu mulai awal masa
remaja, sementara area pre-frontal korteks akan
matang di usia 24-25 tahun. Maka, remaja
didominiasi oleh sikap emosional, impulsifitas dan
keinginan mencoba hal baru tanpa memikirkan
akibatnya termasuk pada perilaku yang berisiko .
Namun perlu diingat bahwa kemampuan mencoba
hal baru dan impulsivitas diperlukan remaja untuk
mengembangkan diri dan mencari identitas dirinya
melalui PKHS/Life skills
Area limbik berkembang lebih dulu mulai awal masa
remaja, sementara area pre-frontal korteks akan
matang di usia 24-25 tahun. Maka, remaja
didominiasi oleh sikap emosional, impulsifitas dan
keinginan mencoba hal baru tanpa memikirkan
akibatnya termasuk pada perilaku yang berisiko .
Namun perlu diingat bahwa kemampuan mencoba
hal baru dan impulsivitas diperlukan remaja untuk
mengembangkan diri dan mencari identitas dirinya
melalui PKHS/Life skills
Sebuah buku foto yang berjudul Lensa Kampung Ondel-Ondelferrydmn1999
Indonesia, negara kepulauan yang kaya akan keragaman budaya, suku, dan tradisi, memiliki Jakarta sebagai pusat kebudayaan yang dinamis dan unik. Salah satu kesenian tradisional yang ikonik dan identik dengan Jakarta adalah ondel-ondel, boneka raksasa yang biasanya tampil berpasangan, terdiri dari laki-laki dan perempuan. Ondel-ondel awalnya dianggap sebagai simbol budaya sakral dan memainkan peran penting dalam ritual budaya masyarakat Betawi untuk menolak bala atau nasib buruk. Namun, seiring dengan bergulirnya waktu dan perubahan zaman, makna sakral ondel-ondel perlahan memudar dan berubah menjadi sesuatu yang kurang bernilai. Kini, ondel-ondel lebih sering digunakan sebagai hiasan atau sebagai sarana untuk mencari penghasilan. Buku foto Lensa Kampung Ondel-Ondel berfokus pada Keluarga Mulyadi, yang menghadapi tantangan untuk menjaga tradisi pembuatan ondel-ondel warisan leluhur di tengah keterbatasan ekonomi yang ada. Melalui foto cerita, foto feature dan foto jurnalistik buku ini menggambarkan usaha Keluarga Mulyadi untuk menjaga tradisi pembuatan ondel-ondel sambil menghadapi dilema dalam mempertahankan makna budaya di tengah perubahan makna dan keterbatasan ekonomi keluarganya. Buku foto ini dapat menggambarkan tentang bagaimana keluarga tersebut berjuang untuk menjaga warisan budaya mereka di tengah arus modernisasi.
2. Definisi PKPR
• Pelayanan kesehatan yang ditujukan
dan dapat dijangkau oleh remaja,
menyenangkan, menerima remaja
dengan tangan terbuka, menghargai
remaja, menjaga kerahasiaan, peka
akan kebutuhan terkait dengan
kesehatannya, serta efektif dan
efisien dalam memenuhi kebutuhan
tersebut
3. Tujuan PKPR
Tujuan Umum:
Optimalisasi pelayanan kesehatan remaja di Puskesmas
Tujuan Khusus:
1. Meningkatkan penyediaan pelayanan kesehatan remaja yang
berkualitas
2. Meningkatkan pemanfaatan Puskesmas oleh remaja untuk
mendapatkan pelayanan kesehatan
3. Meningkatkan pengetahuan dan keterampilan remaja dalam
pencegahan masalah kesehatan khusus pada remaja
4. Meningkatkan keterlibatan remaja dalam perencanaan, pelaksanaan
dan evaluasi pelayanan kesehatan remaja
4. Karakteristik PKPR
1. Kebijakan yang peduli remaja
2. Prosedur pelayanan yang peduli remaja
3. Petugas khusus yang peduli remaja
4. Petugas pendukung yang peduli remaja
5. Fasilitas kesehatan yang peduli remaja
6. Partisipasi/keterlibatan remaja
7. Keterlibatan masyarakat
8. Berbasis masyarakat, menjangkau ke luar
gedung, serta mengupayakan pelayanan sebaya
9. Pelayanan harus sesuai dan komprehensif
10.Pelayanan yang efektif
11.Pelayanan yang efisien
5. Strategi pelaksanaan dan pengembangan PKPR
di Puskesmas
1) Penggalangan kemitraan, dengan membangun
kerjasama atau jejaring kerja
2) Pemenuhan sarana dan prasarana
dilaksanakan secara bertahap
3) Penyertaan remaja secara aktif
4) Penentuan biaya pelayanan serendah
mungkin
5) Dilaksanakannya kegiatan minimal
6) Ketepatan penentuan prioritas sasaran
7) Ketepatan pengembangan jenis kegiatan
8) Pelembagaan monitoring dan evaluasi
internal
6. Langkah-langkah pembentukan dan pelaksanaan
PKPR di Puskesmas
• Identifikasi masalah melalui kajian sederhana
• Advokasi Kebijakan Publik
• Persiapan pelaksanaan PKPR di Puskesmas
• Sosialisasi eksternal
• Pelaksanaan PKPR
7. Posyandu Remaja adalah Pos
Kesehatan Remaja sebuah wadah yang
memfasilitasi remaja dalam memahami
seluk beluk remaja selama masa puber
dan ditujukkan kepada siswa dan
remaja pada umumnya.
8. Tujuan Posyandu Remaja adalah :
• Memberikan pengetahuan mengenai kesehatan reproduksi remaja.
• Memberikan pengetahuan pentingnya pendidikan kesehatan reproduksi
dan NAPZA bagi remaja.
• Menciptakan wadah generasi muda di masing-masing desa sebagai
wadah pembinaan dan memahami pentingnya gaya hidup sehat.
9. Kegiatan posyandu remaja terdiri dari
pelayanan kesehatan dasar seperti
penimbangan dan pengukuran tekanan
darah kemudian dilanjutkan dengan
penyuluhan tentang masalah Kespro
Remaja dan permasalahan yang dialami
remaja pada umumnya seperti NAPZA,
seksualitas,HIV/AIDS dll.
10. Perlunya Pendidikan Kespro
Kesehatan reproduksi menurut WHO adalah suatu keadaan fisik,
mental dan sosial yang utuh, bukan hanya bebas dari penyakit atau
kecacatan dalam segala aspek yang berhubungan dengan sistem
reproduksi, fungsi serta prosesnya. Atau Suatu keadaan dimana
manusia dapat menikmati kehidupan seksualnya serta mampu
menjalankan fungsi dan proses reproduksinya secara sehat dan aman.
11. Cont’d..
Melihat besarnya permasalahan dan dampaknya di masa depan
untuk generasi mendatang, maka dalam rangka menjamin pemenuhan
hak seksual dan kesehatan reproduksi untuk remaja, maka ada beberapa
upaya yang harus dilakukan secara terpadu dan lintas sektor.
Dengan memberikan waktu khusus pendidikan kesehatan
reproduksi remaja selain dalam sekolah, yaitu melalui Posyandu remaja,
maka akan ada upaya-upaya sistematis dan terencana dalam pemberian
informasi kepada anak didik, sehingga pada gilirannya mereka dapat
mengetahui dan bertanggung jawab atas perilaku seksualnya di masa
depan.
12. Manfaat Posyandu Remaja
Manfaat dari adanya program ini adalah
menstimulasi remaja dalam menghadapi
masa puber dengan segala
permasalahnnya, mulai dari kegiatan
bersosialisasi sampai adanya kesadaran
untuk menanamkan rasa tanggung jawab
dan mengerjakan apa yang menjadi
kewajibannya.