Dokumen tersebut memberikan informasi mengenai data geometri, profil baja, pembebanan, dan perhitungan gempa untuk analisis jembatan rangka baja. Data geometri mencakup jenis, lebar, dan tinggi jembatan serta profil baja yang digunakan. Pembebanan meliputi beban mati, hidup, angin, serta gempa yang dihitung berdasarkan standar nasional.
Dokumen tersebut membahas perencanaan struktur gording atap bangunan. Pertama, dilakukan perhitungan beban mati, hidup, air hujan dan angin yang bekerja pada dua potongan atap dengan kemiringan berbeda. Kemudian, dilakukan kombinasi pembebanan berdasarkan standar untuk mendapatkan beban terbesar yang akan digunakan dalam perencanaan. Profil baja CNP16 dipilih untuk menopang gording berdasarkan kontrol bent
Pedoman Disain Geometrik Jalan 2020
Diunggah oleh Aji Suraji
Dosen Teknik sipil
Universitas Widyagama malang
Pedoman ini merevisi beberapa pedoman/tata cara tentang Perencanaan Geometrik Jalan yang selama ini digunakan. Revisi yang dilakukan meliputi struktur penyajian yang mengacu pada standar nasional Indonesia dan penambahan kandungannya untuk melengkapi kebutuhan sehingga dapat diaplikasikan baik oleh penyelenggara jalan di pusat maupun di daerah. Revisi ini disusun untuk mengakomodir tantangan dan hambatan dalam pembangunan jalan di Indonesia.
Dokumen tersebut memberikan informasi mengenai data geometri, profil baja, pembebanan, dan perhitungan gempa untuk analisis jembatan rangka baja. Data geometri mencakup jenis, lebar, dan tinggi jembatan serta profil baja yang digunakan. Pembebanan meliputi beban mati, hidup, angin, serta gempa yang dihitung berdasarkan standar nasional.
Dokumen tersebut membahas perencanaan struktur gording atap bangunan. Pertama, dilakukan perhitungan beban mati, hidup, air hujan dan angin yang bekerja pada dua potongan atap dengan kemiringan berbeda. Kemudian, dilakukan kombinasi pembebanan berdasarkan standar untuk mendapatkan beban terbesar yang akan digunakan dalam perencanaan. Profil baja CNP16 dipilih untuk menopang gording berdasarkan kontrol bent
Pedoman Disain Geometrik Jalan 2020
Diunggah oleh Aji Suraji
Dosen Teknik sipil
Universitas Widyagama malang
Pedoman ini merevisi beberapa pedoman/tata cara tentang Perencanaan Geometrik Jalan yang selama ini digunakan. Revisi yang dilakukan meliputi struktur penyajian yang mengacu pada standar nasional Indonesia dan penambahan kandungannya untuk melengkapi kebutuhan sehingga dapat diaplikasikan baik oleh penyelenggara jalan di pusat maupun di daerah. Revisi ini disusun untuk mengakomodir tantangan dan hambatan dalam pembangunan jalan di Indonesia.
Standar ini mengatur tentang pembebanan yang harus diperhitungkan dalam perencanaan jembatan, termasuk beban mati, beban hidup, beban lingkungan, dan kombinasi beban. Standar ini merevisi ketentuan teknis pembebanan dalam SNI sebelumnya dan menyesuaikannya dengan perkembangan terkini. Standar ini dimaksudkan sebagai acuan bagi perencana dalam menentukan pembebanan rencana untuk jembatan.
Dokumen ini membahas tentang detail penulangan beton bertulang sesuai standar SNI 03-2847-2002. Terdapat penjelasan mengenai faktor-faktor yang mempengaruhi lekatan antara tulangan dan beton, panjang penyaluran minimum, dan rumus untuk menentukan panjang penyaluran untuk tulangan yang mengalami tekan dan tarik.
SNI 2847-2013 Persyaratan Beton Struktural Untuk Bangunan GedungMira Pemayun
Dokumen ini merupakan standar nasional Indonesia tentang persyaratan beton struktural untuk bangunan gedung. Dokumen ini menjelaskan persyaratan material beton dan tulangan baja, proses pencampuran dan pengecoran beton, desain struktur beton, analisis beban lentur dan tekan, serta pengujian dan penerimaan kualitas beton.
Dokumen tersebut membahas tentang studi pustaka mengenai tanah dan penggunaannya dalam konstruksi bangunan. Terdapat penjelasan mengenai sifat-sifat tanah, cara mengidentifikasi jenis tanah melalui sondir dan boring, serta identifikasi tanah berpotensi ekspansif berdasarkan indeks plastisitas dan uji Atterberg Limits."
Dokumen tersebut berisi analisis biaya untuk berbagai pekerjaan konstruksi termasuk persiapan lapangan, pondasi, dinding, plesteran, dan beton. Biaya-biaya tersebut mencakup bahan dan tenaga kerja yang dibutuhkan untuk setiap pekerjaan.
Dokumen tersebut membahas tentang metode pembangunan pondasi sumuran. Pondasi sumuran digunakan untuk menyalurkan beban bangunan ke lapisan tanah yang lebih dalam dan keras, dan dibangun dengan menggunakan cincin beton yang diturunkan secara bertahap ke dalam tanah hingga mencapai lapisan yang kuat. Metode pembangunannya meliputi pemasangan cincin beton, penggalian, dan pengisiannya dengan beton.
Sni 1727 2013 tata cara pembebanan untuk rumah dan gedungWSKT
Dokumen ini berisi standar nasional Indonesia tentang beban minimum untuk perancangan bangunan gedung dan struktur lain. Dokumen ini menjelaskan berbagai jenis beban yang harus dipertimbangkan dalam perancangan seperti beban mati, beban hidup, beban banjir, beban salju, beban air hujan, dan beban angin. Dokumen ini juga menjelaskan prosedur perhitungan dan kombinasi berbagai jenis beban tersebut.
Pd t 14-2003 - perencanaan perkerasan jalan beton semenSyukri Ghazali
Dokumen tersebut merupakan pedoman perencanaan perkerasan jalan beton semen yang mencakup ruang lingkup, acuan, istilah dan definisi, ketentuan serta prosedur perencanaan perkerasan beton semen. Dokumen tersebut juga menjelaskan beberapa jenis perkerasan beton semen dan contoh perhitungan tebal pelat."
Geometrik Jalan Raya (Perencanaan)
Jalan Raya adalah suatu jalur tanah yang permukaannya dibentuk dengan kemiringan tertentu dan diberi perkerasan yang dipergunakan untuk lintasaan kendaraan maupun orang yang menghubungkan lalu lintas antara dua atau lebih tempat pemusatan kegiatan.
Geodesi adalah ilmu yang mempelajari pengukuran dan pemetaan Bumi beserta medan gravitasinya di ruang tiga dimensi yang berubah secara dinamis. Ilmu ini juga mempelajari bentuk dan ukuran Bumi, planet, dan satelit natural atau buatan serta perubahan-perubahannya dengan menentukan posisi dan kecepatan titik-titik atau objek di permukaan Bumi atau orbitnya dengan sistem referensi tertentu menggunakan pengukuran
Buku ini membahas teori dan contoh perhitungan struktur bawah pondasi dan batok sloof untuk bangunan gedung yang tahan gempa. Struktur bawah meliputi pondasi, batok sloof, dan tiang pondasi. Buku ini menjelaskan jenis-jenis pondasi dan batok sloof, serta cara perhitungan daya dukung tanah, beban-beban yang mempengaruhi perancangan struktur bawah, dan contoh perhitungan struktur."
Standar ini mengatur tentang pembebanan yang harus diperhitungkan dalam perencanaan jembatan, termasuk beban mati, beban hidup, beban lingkungan, dan kombinasi beban. Standar ini merevisi ketentuan teknis pembebanan dalam SNI sebelumnya dan menyesuaikannya dengan perkembangan terkini. Standar ini dimaksudkan sebagai acuan bagi perencana dalam menentukan pembebanan rencana untuk jembatan.
Dokumen ini membahas tentang detail penulangan beton bertulang sesuai standar SNI 03-2847-2002. Terdapat penjelasan mengenai faktor-faktor yang mempengaruhi lekatan antara tulangan dan beton, panjang penyaluran minimum, dan rumus untuk menentukan panjang penyaluran untuk tulangan yang mengalami tekan dan tarik.
SNI 2847-2013 Persyaratan Beton Struktural Untuk Bangunan GedungMira Pemayun
Dokumen ini merupakan standar nasional Indonesia tentang persyaratan beton struktural untuk bangunan gedung. Dokumen ini menjelaskan persyaratan material beton dan tulangan baja, proses pencampuran dan pengecoran beton, desain struktur beton, analisis beban lentur dan tekan, serta pengujian dan penerimaan kualitas beton.
Dokumen tersebut membahas tentang studi pustaka mengenai tanah dan penggunaannya dalam konstruksi bangunan. Terdapat penjelasan mengenai sifat-sifat tanah, cara mengidentifikasi jenis tanah melalui sondir dan boring, serta identifikasi tanah berpotensi ekspansif berdasarkan indeks plastisitas dan uji Atterberg Limits."
Dokumen tersebut berisi analisis biaya untuk berbagai pekerjaan konstruksi termasuk persiapan lapangan, pondasi, dinding, plesteran, dan beton. Biaya-biaya tersebut mencakup bahan dan tenaga kerja yang dibutuhkan untuk setiap pekerjaan.
Dokumen tersebut membahas tentang metode pembangunan pondasi sumuran. Pondasi sumuran digunakan untuk menyalurkan beban bangunan ke lapisan tanah yang lebih dalam dan keras, dan dibangun dengan menggunakan cincin beton yang diturunkan secara bertahap ke dalam tanah hingga mencapai lapisan yang kuat. Metode pembangunannya meliputi pemasangan cincin beton, penggalian, dan pengisiannya dengan beton.
Sni 1727 2013 tata cara pembebanan untuk rumah dan gedungWSKT
Dokumen ini berisi standar nasional Indonesia tentang beban minimum untuk perancangan bangunan gedung dan struktur lain. Dokumen ini menjelaskan berbagai jenis beban yang harus dipertimbangkan dalam perancangan seperti beban mati, beban hidup, beban banjir, beban salju, beban air hujan, dan beban angin. Dokumen ini juga menjelaskan prosedur perhitungan dan kombinasi berbagai jenis beban tersebut.
Pd t 14-2003 - perencanaan perkerasan jalan beton semenSyukri Ghazali
Dokumen tersebut merupakan pedoman perencanaan perkerasan jalan beton semen yang mencakup ruang lingkup, acuan, istilah dan definisi, ketentuan serta prosedur perencanaan perkerasan beton semen. Dokumen tersebut juga menjelaskan beberapa jenis perkerasan beton semen dan contoh perhitungan tebal pelat."
Geometrik Jalan Raya (Perencanaan)
Jalan Raya adalah suatu jalur tanah yang permukaannya dibentuk dengan kemiringan tertentu dan diberi perkerasan yang dipergunakan untuk lintasaan kendaraan maupun orang yang menghubungkan lalu lintas antara dua atau lebih tempat pemusatan kegiatan.
Geodesi adalah ilmu yang mempelajari pengukuran dan pemetaan Bumi beserta medan gravitasinya di ruang tiga dimensi yang berubah secara dinamis. Ilmu ini juga mempelajari bentuk dan ukuran Bumi, planet, dan satelit natural atau buatan serta perubahan-perubahannya dengan menentukan posisi dan kecepatan titik-titik atau objek di permukaan Bumi atau orbitnya dengan sistem referensi tertentu menggunakan pengukuran
Buku ini membahas teori dan contoh perhitungan struktur bawah pondasi dan batok sloof untuk bangunan gedung yang tahan gempa. Struktur bawah meliputi pondasi, batok sloof, dan tiang pondasi. Buku ini menjelaskan jenis-jenis pondasi dan batok sloof, serta cara perhitungan daya dukung tanah, beban-beban yang mempengaruhi perancangan struktur bawah, dan contoh perhitungan struktur."
Fisika adalah ilmu yang mempelajari gejala alam secara keseluruhan, mulai dari makroskopik hingga mikroskopik, serta menjadi dasar bagi berbagai ilmu dan teknologi lainnya. Fisika mempelajari besaran, dimensi, satuan, dan alat ukur untuk mengukur gejala alam.
Fisika adalah ilmu yang mempelajari gejala alam secara keseluruhan, mulai dari makroskopik hingga mikroskopik, serta menjadi dasar bagi berbagai ilmu dan teknologi lainnya. Fisika mempelajari besaran, dimensi, satuan, dan alat ukur untuk mengukur gejala alam.
Petunjuk Teknis ini memberikan panduan untuk melakukan evaluasi lahan berdasarkan data hasil pemetaan skala 1:50.000 untuk menentukan kelas kesesuaian lahan terhadap berbagai komoditas pertanian. Buku ini juga menjelaskan prosedur evaluasi lahan, asumsi-asumsi yang digunakan, dan contoh penilaian kesesuaian lahan.
Buku ini membahas biografi Ki Manteb Soedharsono, seorang dalang wayang kulit terkenal di Indonesia yang dikenal dengan kemampuannya menciptakan lakon-lakon baru dan berani melakukan inovasi dalam pementasan wayang. Buku ini menggambarkan latar belakang keluarga, pendidikan, karya, dan kontribusi Ki Manteb dalam melestarikan seni pedalangan di Indonesia.
Berdasarkan penjelasan di atas, dapat disimpulkan beberapa poin penting:
1. Gerak partikel dapat dijelaskan dengan posisi (r), kecepatan (v), dan percepatan (a) sebagai fungsi waktu (t).
2. Posisi partikel dalam bidang dua dimensi diukur dari koordinat awal O(0,0).
3. Perpindahan (Δr) partikel adalah selisih antara posisi akhir (r2) dengan posisi awal (
Dokumen ini membahas tentang pengenalan sel tumbuhan dan berbagai struktur intraseluler seperti dinding sel, membran sel, organel-organel seperti kloroplas dan vakuola. Juga dibahas mengenai osmosis pada sel tumbuhan dan berbagai modifikasi sel seperti trikoma, amiloplas dan plastida yang mengandung pigmen selain hijau.
ATRIUM GAMING : Slot Gacor Mudah Menang Terbaru 2024sayangkamuu240203
Hallo Selamat Datang di Situs ATRIUM GAMING, website TERBAIK dan terpercaya. Meyediakan Berbagai Macam Jenis Permainan Dari SportBook, Slot, Live Casino, Fishing, Lottry, Poker dan Berbagai Game Lainnya,
1.Bonus New Member 50%
2.Garansi Kekalahan 100%
3.Event Scatter Pojok Pracmatic Play
4.Event Scatter Pracmatic Play
5.Event Scatter PG SOFT
6.Event Bonus Perkalian Pragmatic Play.
main di mahjong ways dapat SCATTER emas hitam, wah di jamin seru pasti nya , modal recehan bisa jackpot jutaan , dan masih banyak bonus lainnya yang menguntungkan bagi new member & old member
ayo buruan daftar di Atrium Gaming, Kakak menang kita pun senang!!!
════════ ═════════════════ 💸 DEPOSIT VIA BANK & E-MONEY 💸 📥 Minimal Deposit 5.000 📥 📤 Minimal Withdraw 50.000 📤
Untuk Minimal Deposit Via Pulsa Telkomsel & XL Tanpa Potongan;
💸 IDR 10.000 / Rp 10RB 💸
══ ════════════ ═══════════ YUK BURUAN LANGSUNG JOIN DI LINK YANG ADA DI BIO KAMI YA
☎ http://wa.me/+62812-6407-2244
🌐 https://heylink.me/SlotGacorMudahMenang2024/
🌐 https://mez.ink/situsvipgacor
🌐 https://bio.site/AtriumGamingGACOR
🌐 https://bio.link/situsmudahmenang2024
🌐 https://bit.ly/m/AtriumGamingOffcial
Desain Gambar & Pelaksanaan ini bertujuan untuk memberikan kenyamanan kepada internal ASN dan eskternal yang datang berkunjung di kantor Bappeda-Litbang
5. tv Pondosi Dongkol
Bab V menyajikan perhitungan peningkatan tekanan pada lapisan tanah akibat beban yang
pada pondasi. Peningkatan tekanan tersebut diperlukan untuk menghitung penurunan pada
Bab VI menyajikan kompresibilitas tanah, yaitu perubahan volume tanah akibat perubahan
tekanan yang bekerja. Penurunan seketika (immediate settlement) akibat elastisitas tanah juga
dibahas di dalam bab ini.
Bab VII menyajikan penurunan tanah akibat proses konsolidasi (consolidation settlement).
Perhitungan tentang besar dan kecepatan penurunan yang akan terjadi pada struktur pondasi dibahas
di dalam bab ini.
Penulis berharap bahwa buku ini dapat menambah wawasan para praktisi dalam merencanakan
pondasi dangkal, baik pada tahap proses pra-rencana Qtreliminary) maupun pada perencanaan akJrir.
Pada kesempatan ini, penulis ingin rnenyampaikan rasa terima kasih yang mendalam kepada Bapak
k. Johanes lndroyono Suwono, M. Eng., dosen Jurusan Teknik Sipil Universitas Kristen Petra
Surabaya yang sangat membantu dalam penyiapan materi maupun pengeditan buku ini.
Penulis juga mengharapkan saran atau lritik yang membangun untuk perbaikan buku ini sehingga
buku ini dapat lebih bermanfaat seperti yang diharapkan.
Penulis
bekerja
pondasi.
7. VI Pondosi Dqnqkol
2. Kekuatan Geser Tanah dalam Keadaan Undrained (tu) dan Kohesi (c) .....25
3. Kohesi (c) .............. ...........26
4. Dir"ect Shear Test............. .....................27
5. UnconJinecl Contpression Test......... .......................29
6. Triaxial Contpression Test......... ..................29
a. Unconsolidated Undrained lesl (UU test atau Quick test) .......................30
b. Consolidated Undrained test (CU test).... ...........30
c.ConsolidatedDrainedtest(CDtest)........'...
7. Vane Sltear Test. ........... .......................31
Bab III Daya Dukung Pondasi ....................35
1. Pondasi yang Menumpu di Atas Tanah Lempung Jenuh dengan 0:0 ......35
2. Pondasi yang Menumpu di Atas'Ianah yang Memiliki Kohesi c
dan Sudut Geser Dalam 0 ..... . .. . ............,...........37
3.2 Perumusan Daya Dukung Pondasi Menurut Terzaghi (1994).......................... 40
1. Kedalaman Bidang Geser (H). ............ ....................43
2. Faktor Daya Dukung (ASCE, 1994)....... ................43
3. Faktor Koreksi Menurut Terzaghi..... ......................44
3.3 Daya Dukung Pondasi Menurut Meyerhof (ASCE, 1994). .............45
1. Eksentrisitas Beban.. ..........45
3.4 Daya Dukung Pondasi Menurut Hansen (ASCE, 1994).......... ........48
3.5 Daya Dukung Pondasi Menurut Vesic (ASCE,1994). ...................50
3.6 Pondasi Plat Penuh (Mat Foundations) ..... ..................53
3.7 Daya Dukung Pondasi Dangkal yang Menumpu pada
Dua Lapisan Tanah Lempung.... ......54
3.8 Daya Dukung Pondasi Dangkal yang Menumpu Pada Lapisan
Pasir di Atas Lapisan Lempung. (Das, 1990) ...............58
3.9 Daya Dukung Pondasi Berdasarkan Hasil Uji Tanah di Lapangan ........60
L Daya Dukung Pondasi Berdasarkan Uji Kekokohan Plat
(Plate Bearing Test) .......... ..................60
2. Daya Dukung Pondasi Berdasarkan Standard Penetratiort lesr (SPT) .. .....61
3. Daya Dukung Pondasi Berdasarkan Vane Shear Tes1...................................63
4. Daya Dukung Pondasi Berdasarkan Cone Penetration Test (CPT) ...............64
Bab IV Korelasi Parameter Tanah
4.1 Korelasi Berdasarkan Nllai Standard Penetration Test (SPT).. ......68
4.2 Korelasi Berdasarkan Cone Penetration Test (CPT)......... ..............74
4.3 Korelasi Berdasarkan Vane Shear Test........... ........,....80
10. Pondosi Dongkol
Pada tanah yang lunakflembek (soft soils) dan atau beban kolom yang relatif besar, dimensi pondasi
setempat (spreact .footittg) yang dibutuhkan menjadi semakin besar sehingga plat pondasi pada
kolom yang satu berdekatan dengan plat pondasi kolom yang lain. Apabila luas total plat pontlasi
melebihi setengah dari luas proyeksi bangunan (bukan luas lantai bangunan) maka sebaiknya
dipakai jenis pondasi lain karena pondasi setempat menjadi tidak ekonomis (Coduto, 1994). Salah
satu alternatif pondasi dangkal yang dapat dipakai adalah pondasi plat lajur (strip footing atalu wull
.footing) atau plat penuh Qnat fomdation) yanghampir memenuhi seluruh luas proyeksi bangr-rnan.
Beberapa pertimbangan pemilihan pondasi plat lajur atau plat penuh antara lain:
l. Beban kolom sangat besar atau kondisi tanah sangat jelek sehingga pondasi setenrpal tidak
ekonomis (luas plat setempat sangatbesar).
2. Kondisi tanah kurang baik(erratic) dan sangat peka terhadap perbedaan penurunan (difierantiul
settlement) atau perbedaan akibat kembang-susut pada tanah ekspansil.
3. Beban masing-masing kolom tidak sama sehingga ada kemungkinan terjadi perbcdaarr
penurunan antarkolom.
4. Beban lateral yang tidak merata Qton-unifornr) sehingga ada kemungkinan terjadi perbedaan
pergeseran antarkolom.
5. Gaya ke atas akibat tekanan air (uplift) melebihi gaya pada kolom sehingga diperlukan
penyebaran dan tambahan berat sendiri dari plat penuh.
6. Dasar pondasi terletak di bawah muka air tanah, terutama pada bangrrnan basement, dan lairr
lain.
1.1 Pola Kemntuhan Tanah di Bawah Pondasi
Secara umum, pondasi dangkal seperti pondasi setempat (spread footing),7ajut (strip footirtg), atau
plat penuh (nmi.foundations) akan mengalami tiga jenis pola keruntuhan, tergantung dari jenis tanalr
dan kepadatarutya. Ketiga pola keruntuhan pondasi tersebut sebagai berikut.
l. Keruntuhan geser umum (general shearfailure). Keruntuhan ini biasanya terjadi pada lapisan
pasir padat (dense sands) atau lapisan lempung llalcu (stiff c/ays). Bidang kelongsoran lcriadi
mulai dari dasar pondasi sampai ke permukaan tanah di sekitar pondasi dan keruntuhan tcr.iadi
secara tiba-tiba (Gambar I .1.a dan 1.1.a').
2. Keruntuhan geser lokal (local shear failure). Pola keruntuhan ini dapat terjadi pada pondasi
yang terletak di atas lapisan pasir yang kurang padat atau lapisan tanah lempung yang tidak
iertatu kaku. Bidang kelongsoran yang te4adi tidak merambat sampai ke permukaan tanah,
namun pondasi akan turun i".uru tibatiba bila beban pondasi melampaui kekuatan kritisnya
(Gambar 1.1.b dan l.l.b').
12. Pondosi Dongkol
Beberapa perumusan daya dukung pondasi yang ada diturunkan dengan tnenggunakan pendckatan
yang berbeda-beda, tergantung dari bentuk geometerik pondasi dan kondisi lapisan tanah di bawalt
pondasi. Oleh karena itu, untuk merancang daya dukung pondasi sebailcrya digunakan dua atart
lebih metode/perumusan yang berbeda untuk menambah tingkat keyakinan pada hasil dcsain/
perhitungan. Namun pada umumnya, perumusan daya dukung pondasi dangkal didasarkar-r pada
pola keruntuhan geser umurrr, yaitu terjadinya kerusakan tanah mulai dari bawah pondlsi dan
merembet sampai ke permukaan tanah di sekitar pondasi.
Beberapa faktor yang harus dipertimbangkan dalam merencanakan pondasi dangkal antara laitt
bahwa elevasi dasar pondasi harus di bawah:
1. batas beku tanah yang mungkin teqadi pada musim dingin (untuk negara yang mempurryai 4
musim),
2. zona yang berpotensi mengalami perubahan volume yang besar akibat perubahan kadar air di
dalam tanah (tanah exportsive),
3. lapisan tanah organik,
4. lapisan tanah gambut (peat,
5. material yang tidak dapat dikonsolidasi (sampah).
Hubungan antara karakteristik tanah dan potensinya terhadap perubahan volume disajikan pacla
Tabel 1.1
Tsbet 1.1 Hubtugan onku'o Karakteristik Tanah dan Potenshtya terhadap Pertrbahan Volunte
No. Potensi Perubahan Volume lndeks Plastisitas (Pl), o/o
Batas Susut (SL), % Batas Cair LL). %
1
2
3
4
Rendah
Sedang
Tinggi
Sangat tinggi
<18
15-28
25- 41
>35
>15
10-15
7 -12
< 11
20-35
35-50
50-70
>70
1. Batas Perbedaan Penurunan
Pondasi bangunan, selain harus direncanakan mempunyai daya dukung yang lebih besar dari hcban
yang akan bekerja, harus juga diperhitr.rngkan terhadap penurunan yang akan terjadi. Pondasi yang
mengalami penurunan secara bersamaan tidak akan menyebabkan kerusakan pada struktur bangutran
di atasnya. Nu-ur, apabila besamya penurunan dari masing-masing pondasi (kolom) tidak sarr-ra
maka dapat mengakibatkan kerusakan pada bagian non-struktural maupun elemen strtrktural
bangunan. Besamya perbedaan penuunan antara pondasi yang sahr dengan yang lain dalam satu
bangunan (yang dinyatakan sebagai rasio antara perbedaan penurunan 5 dan jarak bentang antar-
kolom L) dan kerusakan yang mungkin terjadi disajikan pada Gambar 1.2adan 1.2b (Navy,19ti2).
t_
14. 2. Faktor Keamanan
Untuk mengantisipasi ketidakpastian beban yang mungkin bekerja pada pondasi dan tingkat variasi
parameter kekuatan geser lapisan tanah yang cukup tinggi maka beban kolom maksinturr yang
bekerja pada pondasi dibatasi agar tidak melebihi kapasitas daya dukungnya. Batas daya dukLrng
maksimum pondasi yang diijinkan diperoleh dengan cara memberikan faktor reduksi (lirktor
keanranan) pada hasil perhitungan daya dukung laitisnya (ultimate). Daya dukung ijin pondasi rlapar
dihitung sebagai berikut.
^ _Qutr /r r9urr =
!S . .t l.r ,
Di mana:
eu11
: daya dukung ijin pondasi
quk : daya dukung ultinlate pondasi
FS : faktor keamanan
Besamya faktor keamanan beberapa jenis bangunan dari beberapa referensi dapat dilihal pada
Tabel 1.2
Tabel 1.2 Faktor Kearnanan
Jenis Struktur
Fahor Keamanan
ASCE (19941 Bowles (1988)
Dindinq penahan lanah
Dindino 3.0 1.2-2.0
Jembatan
Kereta aoi 4.0
Jalan rava 3,5
Banqunan
Silo 2.5
Gudano 2.5
Perkantoran, apartemen 3.0
lndustri rinqan 3.5
Pondasi setempat 3.0 2.0 - 3.0
Pondasi olat oenuh >3.0
Penahan Uolrfl 1.7 - 2.5
Pekeriaan tanah
Penahan qalian sementara >2.0 1.2- 1.5
Dam. uruoan. dll 1.2- 1.6
Sheeto ile (
Cotle rd a n sl 1.2- 1.6
16. Pondosi Dongkol
2. Pengujian tidak langsun g (In-direct sarnpling) untuk mengestimasi sifbt-sifat tanah ber dasarkan
uji penetrasi, seperti Cone Penetration Test (CPT) atau yang sering disebut Sondir dan Skrttdutrl
P enetrati on Test (SPT).
3. Pengujian di lapangan (h Situ Test), yaittpengujian tanah yang dilakukan di lapangan urrtuk
mendapatkan data lapangan seperti Plate Bearing Test, Vane Shear Test, dan Penneability 'l
e,tt
di lapangan.
Metode yang biasa dipakai untuk mendapatkan contoh tanah secara larrgsung (direct sarnpling;)
adalah dengan melakukan pengeboran sampai kedalaman yang diinginkan dan mengambil contoh
tanahnya (sarnple). Contoh tanah yang diperoleh, baik dalam keadaan terganggu (disturbecf nrauplul
dalam keadaan tidak terganggu (undisturbed), kemudian di-inspeksi dengan kasat mata (vi,urully)
dan diuji di laboratorium. Beberapa sifat tanah seperti Atterberg lhnits (index properties), distrrbusi
butiran (grain size distributions), dan kepadatan maksimum (rnaxirnum density), dapat diperkirakan
dari uji laboratorium pada contoh tanah terganggu (disturbed). Sedangkan, parameter trntuk mcm-
prediksi kekuatan, permeability, dan pemrunan tanah umumnya ditentukan dari contoh tanah yang
tidak terganggo (undisturbed). Beberapa metode pengambilan tanah dan kegunaannya dirungkunr
dalam Tabel 2.1
Tabel 2.1 Beberapa Metode Pengambilan Tanah Secara Langsung
Contoh Tanah Terqanqqu (Disturbedl
Metode Kedalaman Kegunaan
Auger boring
Rotary dilling,
Wash boing,
dan Percussion dilling
Iestpltsdan opencuts
Tergantung pada kapasitas alat dan waktu,
dapat sampai kedalaman 35 m.
Tergantung pada kapasitas alat, sebagian
besar dapat mencapai kedalaman 70 m.
Menurut kebutuhan, pada umumnya kurang
dari 6 m.
Segala jenis tanah.
Agak sulit pada tanah yarg berbatu (gave[,)
Untuk lapisan batuan, memerlukan mata-bor
khusus.
SPT dilakukan bersamaan dengan
pengeboran.
Semua ienis tanah.
Contoh Tanah Tidak Teroanoqu lUndisturbedl
Auger boing, Rotary
dilling, Wash boing, dan
Percussion drilling
Ieslprls
Tergantung kapasitas alat, sebagian besar
dapat mencapai kedalaman 70 m.
Menurut kebutuhan, pada umumnya kurang
dari 6 m.
Pengambilan contoh lanah dipakai metode
thin-walled tube dan plston samplers.
Diameter contoh tanah biasanya berkisar
antara5-10cm.
Pengambilan contoh tanah sedapat mungkin
tidak mengganggu kondisi asli tanah
lunrlisfurbedt.
18. l0 Pondosi Dongkol
2. Rotary Drilling
Metode pengeboran ini paling sesuai untuk membuat lubang guna pengambilan contoh tanah darr
pengujian lapangan lainnya seperli Standard Penetratiott Test atau Pressurerneter Test. Pengchruarr
dengan cara ini memberikan lubang yang seragam dan lurus dan dapat diterapkan pada bcrbagai
rracam kondisi tanah maupun batuan.
Pengeboran dilakukan dengan memutar dan mendorong mata bor (bit) ke dalam tanah. I)ccaharr
tanah dinaikkan ke permukaan dengan menggunakan tekanan cairan pengeboran (drilling .fiuid)
yang diperoleh dari pompa tekan. Skema cara kerja mesin bor ini dapat dilihat pada Gambar 2.2.
Cairan pengeboran dipompakan melalui stang bor oleh pompa tekan (displacentent purttp atau rrturl
pwtry) dan keluar dari lubang yang ada pada mata bor. Cairan ini membanhr rnengangkut pccahan
tanah ke permukaan agar pecahan tanah tersebut tidak terkumpul di dasar lubang. Setelah sarnllai rli
permukaan, suspensi ini diendapkan dalam sebuah tanki agar peca,han tanah yang terberat da;rat
mengendap dan cairan yang relatif bersih disirkulasikan kembali oleh pompa tekan ke dalarn lubang.
Gambar 2.2 Rotaty Drilltug Rig
Enrpat bagian utama dari suatu rotaty drilling rig sebagai berikut.
1. Drilling platJbrl, menyediakan anjungan kerla yang stabil.
2. Drilling, yang memutar stang dan mata bor dengan kecepatan teratur.
3. Derrick,diperlukan untuk mengoperasikan naik turunnya stang bor, sampling maupun Sl''l
4. Pompa air (atau pompa lumpur), untuk sirkulasi air ataupun lumpur ke mata bor.
20. Pondosi Dongkol
c. Mekanisme Pendorong
Ke{a dari pengeboran adalah dengan memutar dan mendorong mata bor melalui lanalr.
Mekanisme dorongan tergantung dari tipe mesin yang dipakai dan umumnya sebagai berikirt.
1. Cara manual, yaitu dorongan pada mata bor dilakukan oleh seorang operator yang tla;:at
mengatur besar kecilnya tekanan bila terasa ada perubahan lapisan tanah.
2. Cara hidrolik, yaitu dorongan pada stang bor berasal dari tekanan hidrolik. Sistem irri yang
paling sering digunakan dalam pengeboran untuk pengambilan undisturbed sample.
3. Cara lain adalah dengan menempatkan motor pemutar langsung di atas stang bor scbagui
beban pendorongnya.
4. Cara-cara yang kurang lazim adalah dangan cable dan chuin pull-down.
3. Percussion Drilling
Cara pernbuatan lubang adalah dengan menjatuh-jatuhkan semacam pahat(chisel) atau tabung lularn
(shell atau clay-cutter) yang berat ke dalam tanah. Potongan tanah akan masuk ke dalam laburrg
tersebut dan terarnbil sewaktu tabung ditarik ke permukaan. Terkadang lubang harus diisi dengarr air
untuk melunakkan tanahnya sehingga mempermudah masuknya tabung ke dalamnya. Gambar 2.3
memperlihatkan peralatan unltkpercussion dril Iing.
Gombor 2.3 Percussion Drilling Rigyang fingan (tipe Pilcon)
t2
22. 14 PondosiDorrqkol
kehilangan tegangan dan berat sendiri tanah yang dibor. Satu-satunya kekurangan dalanr pcrrg-
gunaan lumpur ini adalah kesulitan dalam menjaga kebersihan lingkungan keqa. Cara lain scpcrli
pemakaian tekanan udara/uap atau dengan busa kurang lazim digunakan karena kurang praktis.
b. Casing (Selubung)
Casing sebaiknya terdiri dari pipa-pipa dengan sarnbungan rata (flush-joints) agar tak menggarrggu
proses boring, santplirtg, ataupun menghalangi jalannya cairan pengeboran. Pemasangan ttt.:itrr
dapat dilakukan dengan pemancangan (driving, rotasi, atau preboring, di mana casing ditkurrrrg
masuk lubang yang telah disediakan terlebih dahulu.
Casing dapat menahan longsomya dinding lubang, namun efek dari heaving atau mengembangnya
tanah dari dasar lubang serla efek dad. pipittg belunr dapat dihindari.
c. Lumpur Pengeboran
Yang harus diperhatikan pada rancang campur lumpur pengeboran antaralain adalah kepekatan dan
berat jenisnya (berat-volume). Biasanya lumpur pengeboran didapat dengan mencanrpurkan
hentonite dengan sejumlah air.
Bila lubang terisi penuh dengan lumpur pengeboran maka kemungkinan mengembangnya tlasar'
lubang atau longsornya dinding lubang dapat diatasi dengan baik.
Pada tanah yang sangat penneabel (kepasiran), kepekatan lumpur ini harus ditambah dengan lraharr
campuran (additive) lain. Yang harus diperhatikan adalah bila pengeboran dilakukan dalam air lanah
yang asin, kadar garam yang tinggi akan membuat bentonite berbongkah-bongkah. Dalam hal ini,
perlu ditarnbahkan CMC (Carbon Metlryl Cellulose) atau dengan jenis lempung lain scpcrti
attapulgite.
d. Air
Untuktanah lempung yang kaku (stifi),pemal<uan airbersihmasih dimungkinkan; namun untuk lanalr
yang lunak sebaiknya tidak digunakan air karena penambahan air akan sangat mengurangi kckrntarr
geser tanahnya. Pada hakikatnya air 'bersih' juga kurang efektif sebagai stabilisator lubang bor.
e. Pembersihan Lubang Bor
Sebelum samplingdapat dilakukan, dasar lubang bor harus dibersihkan terlebih dahulu dari enclapan
pecahan-pecahan tanah (fi"action). Terkadang sebutir pecahan batu yang tidak terangkat olch
sirkulasi cairan pengeboran dapat merusak tabung santpling atau ikut masuk ke dalamnya darr
merusak susunan tanah yang di-sampling. Pembersihan lubang bor dapat dilakukan dengan sitkulasi
caimn pengeboran atau secara mekanis durgan mengambil endapan memakai tabung-tabung khusLrs.
24. 3. Menentukan kedalaman D : Dr. Kedalaman Dr adalah elevasi di mana peningkatan tekanan
yang terjadi adalah sebesar l0%o daibeban pondasi yang bekerja (&*q)
tu
4. Menentukan D = Dz. Kedalaman Dz adalah elevasi di mana peningkatan tekanan akibat beiran
pondasi adalah 5%o daf. ffictive overburden pressure (+ = 0,05) .
po
5. Kedalaman pengeboran ditentukan oleh D terkecil dari langkah ke-3 dan ke4, kecuali bila
dij umpai lapisan batuan.
Sowers (lg7g) mernberikan perumusan untuk menentukan kedalaman lubang bor D yang didasar-
kan pada jumlah lantai bangunan S, sebagai berikut.
D = 3So'' untukbangunan ringan yang terbuat dari baja atau bangunan beton yang tidak terlalu lebar.
D = 650' untuk bangunan berat dari baja atau bangunan beton yang lebar.
2.2 Pengujian Tanah Lapangan
1. Cone Penetration Test (Sontlir)
Cone penetration Test (CPT) yang juga disebut Sondir (Gambar 2.5) pada prinsipnya adalah usaha
untuk mendapatkan besaran tahanan ujung (konus, q"), yaitu kemampuan tanah untuk menerinra
desakan torak seluas 10 cm2 dan tahanan gesek antara tanah dengan selimut/selubung tabung seluas
150 cm2.
Gambar 2.5 Skemr alat CPT manual
26. l8 Pondosi Dongkol
2. Setelah ujung tabung menekan tanah sedalam a cm (posisi 2) maka tabung kedua (l-l) akarr
ditarik oleh tabung konus sampai sedalam b cm (posisi 3). Gaya yang diperlukan unlul<
menekan tabung konus dan tabung kedua diakibatkan oleh hambatlm konus q" dan gcsckan
antara tanah dengan dinding tabung kedua (f,).
3. Pada akhir penekanan sejauh (a + b) cm, stang luar (outer rod) ditekan sehingga kembali sctrrcrli
pada posisi semula (posisi 4).
Hasil penrbacaan tahanan konus (q.) dan tahanan gesek (f.) pada setiap kedalaman kentrcliarr
dipresentasikan dalam grafik seperli terlihat pada Gambar 2.7a dan 2.7b. Sedangkan prosentasc rasio
antara tahanan gesek dan tahanan konus dipresentasikan pada Ganrbar 2.7c. Petbandingan (r'asio)
antara tahanan gesek dan tahanan konus, Fn (Gambar 2.7c) tersebut dapat digunakan unlul<
memprediksi jenis tanah. seperti terlihat pada Gambar 2.8 (Robertson and Campanella. 1983).
Tahanan Gesek, f.
(kPal
( 20c 40( 60c
Ratio Gesekan FF
("/i,
c24,.t1(
E
!
x
(
I
2
4
5
e
i
9
10
ii
rr 'l
l
I
t2 1
I
l
i
i
I
14i
i
1! ..i........
(b)(a)
Gambar 2.7 Grafik hasil pengujian CPT (Sondit)
(c)
28. 20 PondosiDong.kol
(a) (h) (c)
Gsmber 2.9 Tipe beban standar (Hanuner) yctng umum digunakan
(b) Tipe Pin weight (b) Tipe Safeqt (c) Tipe Donat
25 - 50 mm Berubah-ubah ' lazimnya 610 mn
Gambor 2.10 Tipe tabung standcr (Split-spoon) yang umum digunakan
30. 22 Pondosi Dongkol
d. Kepadatan Tanah di Laboratorium
Kepadatan tanah dapat ditentukan dari pengujian
pengujian Califurnia Bearing Ratio (CBR).
Proctor (Standard atau Motlifierl dan
Proses pengujian untuk mendapatkan parameter kekuatan tanah secara detail dapat dilihat pada
beberapa referensi (Bowles, 1978; Liu and Evett, 1984; Mclver and Hale, 1986; Head, 1980).
2.3 Kekuatan Geser dan Model Gesekan
Kekuatan geser tanah didefinisikan sebagai nilai/batas maksimum tekanan yang dapat ditahan oleh
tanah sebelum mengalami keruntuhan (failure). Dalam situasi tertentu, keruntuhan tanah dapat
ditunjukkan oleh terbentuknya permukaan geser antara dua bagian tanah seperti keruntuhan lereng
(landsl ide) dan keruntuhan galian.
Evaluasi terhadap parameter kekuatan geser tanah diperlukan untuk analisa dan perencanaan yang
berhubungan dengan pondasi, dinding penahan tanah, dan kestabilan lereng. Pada dasarnya,
kekuatan geser tanah diakibatkan oleh timbulnya hambatan gesek yang te{adi di antara parlikel-
pafiikel tanah yang berdekatan. Oleh karena itu, analisa kekuatan di dalam rekayasa mekanika tanah
didasarkan pada model gesekan.
1. Keruntuhan Gcser Menurut Mohr - Coulomb
Perumusan dan teori tentang kekuatan geser tanah pertama kali dikembangkan oleh Coulomb pada
tahun 1776. Besamya kohesi tanah (c) dianggap konstan dan tidak tergantung dari besarnya tekanan
Iuar yang bekerja, sedangkan nilai sudut geser-dalam tanah ($)bervariasi tergantung dari besarnya
tekanan normal yang bekerja pada permukaan geser.
Mohr, pada tahun 1900, menyatakan bahwa keruntuhan suatu material disebabkan oleh konrbinasi
lritis antara tekanan normal (On) dan tekanan geser (T), bukan hanya karena tekanan nomal atau
tekanan geser sendin-sendin. Oleh karena itu, menurut Mohr, keruntuhan (failure) tanah terjadi jika
kornbinasi tekanan normal dan geser melebihi kekuatan tanah. Tempat kedudukan dari konrbinasi
tekanan normal dan geser maksimum yang menyebabkan keruntuhan dipresentasikan sebagai
lingkaran yang kemudian dikenal dengan lingkaran Mohr.
Berdasarkan pendekatan yang dikemukakan oleh Coulomb dan teori yang dikembangkan oleh Mohr
maka kekuatan geser tanah pada saat akan runtuh (t1) dapat dinyatakan dengan persamaan linear,
yang disebut lcriteria keruntuhan Mohr-Coulornb (Mohr-C oulortbfailure c riteria).
Gaya yang terjadi di antara bidang kontak dua benda terdiri dari dua (2) komponen, yaitLr gaya
nomal (N) yang bekerja tegak lurus permukaan bidang kontak dan gaya tangensial (T) yang paralel
dengan permukaan bidang kontak seperti terlihat pada Gambar 2.1I sehingga kekuatan geser tanah
dapat di idealisasikan seperli padaGambar 2.12.
32. 24 Pondosi Dongkol
Besanrya reaksi gesek pada benda yang tidak mempunyai berat (2.12b) diakibatkan oleh aclan.yir
ikatan tarik-menarik yang terjadi di antara butiran tanah C sehingga T : C. Sedangkan, reaksi pacla
benda yang mempunyai berat secara umum dipengaruhr oleh koefisien gesek antara dua lrcrrtla
tersebut sehingga reaksi T' dapat dirumuskan sebagai:
T=T' : N' tan 0 ,............... (2. I )
Sehingga secara umum, kesetimbangan gaya geser pada pembebanan di atas (a) adalah korrrbinasi
dan keduanya:
T: C + N' tan 0 ........... ... (2.2)
Perunrusan tersebut (2.2) dapatdinyatakan dalam satuan gaya persatuan luas (tegangan) mcrtjarli:
T =c+o,,tanQ . ............. (1.-l)
Dimana:
T = tegangan geser (sejajar bidang geser)
c : kohesi
on' : tekanan nonrral (eflektif) yang bekeq'a tegak lurus terhadap tridang geser
0 : sudut geser-dalam
Kekuatan geser tanah pada saat akan terjadi keruntuhan (failure), dirumuskan oleh Mohr.
Coulomb menjadi:
Tr=c+O,,tan$ .... (2.4)
Persamaan (2.4) di atas menunjukkan bahwa kekuatan geser tanah dipengaruhi oleh faktor itttcnral
yang terdiri dari kohesi (c) dan sudut geser-dalam ($) serta faktor luar berupa tekanan normal yang
bekerja pada bidang keruntuhan (On'). Faktor kohesi dan sudut geser-dalam tersebut selaniutrrya
dinamakan parameter kekuatan geser tanah. Persamaan kekuatan tanah dari beberapa perrgtrliarr
triaxial tersebut dapat digambarkan pada lingkaran Mohr seperti Gambar 2.13.
34. 26 Pondosi Dongkol
Oleh karena keruntuhan tanah harus menyinggung lingkaran Mohr maka besamya kohesi tirnah
dalanr keadaan mtdrainecl (c,,) diperoleh dan perpotongan antara ordinat dengan garis horisonlal
(0,,:0) yang menyinggung lingkaran Mohr (Gambar 2.14).
Ganfior 2.14 Kekuotan ges'er tanuh dalam Keadaan Undruined
Dua kondisi penting perlu diingat pada pengukuran kohesi tanah dalam keadaan uudnritrarl.
Pertama. besamya nilai kohesi hanya akurat untuk tanah lempung dalam keadaan jenuh. Dan yang
kedua. adalah bahwa besamya kohesi berkaitan erat dengan besamya kadar air tanah w" (dan volunrc
spesifik tanah, V); atau dapat dikatakan bahwa kekuatan geser tanah berubah seiring dcngarr
perubahan kadar air (atau volume spesifik) tanah.
3. Kohesi (c)
Pada awalnya, kohesi diartikan sebagai gayayangmengikat butiran tanah satu dengan yang lain dan
merupakan perekat antarpartikel yang timbul akibat kondisi elektrostatik pada permukaan ntineral
lempung sehingga besarnya kohesi dianggap konstan. Namun, penelitian nrenunjukkan bahwa lartalr
lempung memiliki kohesi jika diuji dalam keadaan undrained. Sedangkan pada pengu.iiarr gcscr'
tanah dalam keadaan drained (dimana volume tanah berubah akibat berkurangnya kadar uil dan
tekanan air pori yang timbul adalah nol), besamya kohesi adalah nol (0). I{al tersebut menuniukkan
bahwa nilai kohesi pada tanah lempung mempunyai korelasi yang erat dengan besamya tekauan air
pori. Dengan kata lain, pada pembebanan yang berbeda-beda, parameter kekuatan geser tanah ((r darr
c) tidak mungkin konstan karena pada pembebanan dalam keadaan drained. tekanan air pori tanah
berubah; sedangkan untuk pembebanan dalam keadaan undrained, tekanan air pori akan nrertirrgkat.
Oleh karena itu, informasi tentang jenis dan kondisi saat pengujian penentuan kekuatan tanah saugal
penti ng untuk diketahui.
o1o3
36. 28 Pondosi Dongkol
Besamya tekanan notmal (o) dan tegangan geser (T) dapat diperoleh dari perumusan:
Tekanan normal o =
Gaya_Normal,N
Luas _ penampang. A
'resanuan seser .- GaYa-Geser'T
" Luas_penampang,A
0.6
N
5 o.s
o)
v
e 0.4
j
o
E o.e
(,)
C
g 0.2
C
(o
E 0.1
F
0
0.5 '1.0 1.5
Tekanan normal, o kg/cm2
Gambsr 2.17 Presentasi hasil pengujian Direct Shear
Besamya kohesi tanah (c) ditentukan dari perpotongan antara grafik linear dan ordinat pacla lckanatt
normal sebesar nol. Sedangkan besarnya sudut geser-dalam tanah ((l) ditentukan dari srttlut
kemiringan kurva terhadap garis (sumbu) horisontal.
Kelebihan dari pengujian ini adalah:
sederhana,
- cocok untuk tanah non-kohesif (granular).
Namun demikian, cara ini memiliki beberapa kekurangan sebagai berikut.
- Bidang keruntuhan sudah ditentukan karena bidang keruntuhan contoh tanah tlipaksa
terjadi di sepanjang perbatasan antara tanah yang berada ,li kotak bagian atas dan bagian
bawah (Gambar 2. 16), bukan pada bidang tanah yang palir rg lemah.
- Penyebaran tekanan yang te{adi pada bidang keruntuhan tidak merata namun di dalarll
perhitungan tegangan geser yang terjadi diasumsikan merata sepanjang bitlang
keruntuhan.
38. 30 Pondosi Dongkol
l. Unconsolidated Undrained test (JU test atau Quick test),
2. Consolidated Undrained test (CU test),
3. Consolidated lhained test (CD test).
a. (lrrconsotidated (.lndrairted test (uU test atau Quick Test)
Cara ini drpilih berdasarkan kondisi pembebanan yang akan dilakukan di lapangan. yaitu bila
kecepatan pembebanan jauh melebihi kecepatan keluamya air dari pori tanah, sehingga contolr tanah
akan runtuh sebelumtanah terkonsolidasi (AV=O) dan tekanan airpori di dalam tanah akatt
meningkat.
Ketentuan dalam pengujian ini sebagai berikut.
o Contohtanahharusjenuh.
o Tidak terjadi perubahan volume contoh tanah, baik sebelum dan selama pengujian.
. Air dari dalam pori contoh tanah tidak diijinkan keluar. Peningkatan tekanan air pori yang
terjadi selama pengujian dapat diukur
o Sudut geser-dalam tanah (0) pada umumnya mendekati nol.
h. Cortsolidated Undrained test (CU tesA
Metode ini dipilih apabila dalam kenyataan di lapangan, lapisan tanah sudah mengalami konsoliclasi
(consolidated) sebelum beban diberikan sehingga volume tanah sudah berubah. Sedangkan pada saat
pembebanan, kecepatan pemberian beban melebihi kecepatan keluamya air dari pori tarrah
(wdroined).
Secara umum beberapa kondisi berikut harus dipenuhi:
o Contoh tanah harus jenuh.
o Contoh tanah harus dikonsolidasi terlebih dulu sehingga besamya tekanan air di dalarrr
contoh tanah sebelumpembebanan adalah nol.
o Air dari dalam pori tanah tidak diijinkan keluar pada saat pemberian beban dan peningkatan
tekanan air pori yang terjadi selama penekanan dapat diukur.
c Cortsolidated Drained test (CD test)
Pengujian dengan cara ini dipilih jika lapisan tanah diijinkan mengalami konsolidasi (consolkhletl)
sebelum pembebanan dan kecepatan pembebanan yang akan dialami tanah relatif lebih rendah
dibandingkan dengan kecepatan keluamya air dari pori tanah (drained).
40. 32 Pondosi Dongkol
Di mana:
d = diameter Vane
h : tinggi baling-baling
cu :kohesi dalamkeadaan undrained
Besamya Me tergantung dari asumsi distribusi kekuatan geser (c.) antara baling-baling (bagian atas
dan bawah) dengan tanah. Beberapa pendekatan distribusi kekuatan geser sebagai berikut ((iarlbar
2,20b, 2.20c, dan 2.20d).
1. Distibusi segitiga: kekuatan geser di bagian terluar baling-baling adalah c,, dan berkurang sccara
linear sampai dengan nol pada as baling-baling karena besarnya tegangan diasuntsikatt
berbanding lurus dengan besamya pergerakan baling-baling(displaceutent)yangterjadi (hukunr
Hooke).
2. Distribusi merata: besamya kekuatan geser di as dan bagian terluar baling-baling dianggap
konstan. sebesar cu.
3. Distribusi parabola: kekuatan geser tanah berbentuk parabola dengan bagian terluar baling-
baling c, dan pada as sebesar nol.
Berdasarkan beberapa pendekatan tersebut. Calding menurunkan pemmusan:
r=.,n[{I.,-8f{]-l ........... (2e)
'-"u"1 2'"[4))
atau
Di mana:
B :0.50 untuk distribusi segitiga (Gambar 2.20b)
P : A.67 untuk distribusi merata (Gambar 2.20c)
p : 0.60 untuk distribusi parabola (Garnbar 2.20d)
rd'ltt
[+.]
Ia'n
TEI _
t.,
L'
43. pada pondasi lajur yang menumpu di atas tanah lempung jenuh dengan sudut geser dalam $ = 0
maka faktor ,un( Or* 9) = I sehingga persamaan (3.1) dapat ditulis menjadi:
2)
--5
q =YD
t--9,
o.. =Qur
/tt1
/l
,r/ i
,/l
I
lv
a- ^t'
Gsntbor 3.1 Polu'llltruntuhatt poudtui lajur puda tanah lempungjenuh
Pada blok 2 (Gambar 3. 1 ) dapat <liliirat bahwa:
oj,2 = c, di mana q' rrdalah tekanan efektif akibat berat sendiri tanah dan beban tambahan
di atas elevasi dasar pondasi (overburdett/surchurge pressure), sehingga:
@z = or.r = q'(l) + 2c(1) """""""""'(3'3)
Hubungan tekanan di blok 1 yang terletak di bawah dasar pondasi adalah:
47. Pondosi Dongkol
Gaya maksimum yang diijinkan (allowable) Q,1 yang dapat dipikul oleh pondasi:
ort - u .(3.19)..(alt
FS...............
Di mana:
A : luas dasarpondasi
FS : faktor keamanan (Factor of Safety), yang dapat diambil dari Tabel 1.2
3.2 Perumu-.an Daya Dukung Pondasi Menurut Terzaghi (1943)
Beberapa asumsi yang dipakai oleh Terzaghi dalam menurunkan perumusannya antara lain sebagar
benkut.
1. Besamya sudut kemiringan pasak (wedge) di bawah dasar pondasi adalah Q.
2. Kedalaman pondasi (D) lebih kecil atau sama dengan dimensi lebar pondasi (B) sehingga
komponen gesekan tanah di da,:rah sedalam D diabaikan.
3. Dasar pondasi kasar sehingga diasumsikan tidak ada pergerakan horisontal (slicling) antara
dasar pondasi dengan tanah.
4. Lapisan tanah di bawah pondasi homogen.
5. Kekuatan geser tanah mengikuti pola kemntuhan Mohr-Coulomb r = C * o tan $ .
6. Pola keruntuhan pondasi adalah geser umum (general shear failure) seperti terlihat pada
Gambar 3.3.
7. Tidak ada penurunan akibat konsolidasi.
8. Pondasi relatif kaku dibandingkan tanah yang mendukung.
Dalam perumusannya, Terzaghi menrbagi tanah di sekitar pondasi menjadi tiga daerah (zona) seperti
skema pada Gambar 3.3, yaitu:
l. zona pasak (Wedge zone),
2. zona geser radial (Radial shear l:one),
3. zona geser linier (Linear shear.zone).
49. Pondosi Dongkol42
y : berat-volume efektif tanah pada zona keruntuhan (fhilure zone)
D,., _ D
Y,o +-ft-Y."
I9I JW
= kedalaman bidang geser
: kedalaman muka air tanah dari muka tanah antara D dan H (Gambar 3.4)
: tekanan efektif(sarcharge) akibat berat efektiftanah di atas elevasi dasar pondasi
(Gambar 3.4)
D :kedalamandasarpondasi
N., Nq , = faktor daya dukung (Tabel 3.2)
e.,eo, (, = faktor koreksi (Tabel 3.3)
Zona tarnbahan tekanan
akibat berat sendiri tanah
(nrcharge), Q'
l."rl
Zona tajadinya geser (keruntuhan), y
Gambu 3.4 Skema sistem pondasi dangkal
Perumusan di atas adalah untuk pola keruntuhan umum (general shear failure), namun apabila
dipastikan bahwa pola keruntuhan pondasi adalah keruntuhan lokal (local shear failure) maka nilai
kohesi c dan sudut geser-dalam tanah { harus dikoreksi masing-masing menjadi c' dan 0', yang
besamya adalah:
c' :0.67(c). .;................... .(3.22)
0' : tan-r(0.67 tan Q) .................;... ...(3.23)
(3.21)
Tsutr
H
Dvv
q'
51. Di mana:
Ko : koefisien tekanan tanah Pasif
$ : sudut geser-dalamtanah
Besamya tekanan tanah pasif K, dapat diperoleh dari Tabel 3.2, di mana nilai Ko tersebut merupakan
hasil perhitungan-balik (back calculation) yang dilakukan oleh Bowles (1988) terhadap grafik asli
yang dibuat oleh Terzaghi.
Tsbet 3.2 Faktor Daya Dukung Poncktsi Menurut Terzaghi (1943)
Sudut Geser-dalam 6o Nc Nq N Kp
0
5
10
15
20
25
30
34
35
40
45
4B
50
5.7
7.3
9.6
12.9
17,7
25,1
37.2
52.6
57.8
95.7
172.3
258.3
347.5
1.0
1.6
2.7
4.4
7.4
12.7
22.5
36.5
41.4
81.3
173.3
287.9
415.1
0.0
0.5
1.2
2.5
5.0
9.7
'19.7
36,0
42.4
100.4
297.5
780.1
1t53.2
10.8
12.2
14.7
18.6
25.0
35.0
52.0
82.0
141.0
298.0
800.0
3. tr'aktor Koreksi Menurut Terzaghi
Terzaghi hanya memberikan faktor koreksi pada komponen kohesi (. dan pasak (wedgQ (n.
Sedangkan faktor koreksi untuk tambahan akibat berat sendiri tanah(surchargQ (rpada Tabel 3.3
dapat diambil sebesar 1.0 (Bowles, 1988).
Oleh karena daya dukung yang diturunkan, Terzaghi hanya memperhatikan bentuk pondasi tanpa
memperhatikan faktor kedalaman dan inklinasi gaya aksial yang beke{a pada pondasi. Oleh karena
itu, perumusan daya dukung ini cocok untuk pondasi dangkal yang ditanam relatif dekat dengan
permukaan tanah dan menerima beba"n normal sentns.
Tabel 3.3 Faktor Koreksi
Faktor Koreksi
Bentuk Pondas
ffi f Linokaran
(. 1.0 1.3 1.3
(" 1.0 0.8 0.6
(o 1.0 1.0 1.0
53. 46 Pondosi Dongkol
Dimana:
a : gayatekan (aksial) pada pondasi
MB : momen searah atau sejajar dengan panjang pondasi B
ML = momen searah atau sejajar dengan lebar pondasi L
eu, : daya dukung kritis dari persamaan (3.20)
Menurut Meyerhof (1953), daya dukung ultimate pondasi dangkal yang menerima beban elrsentris
(q,,.) dapat juga dihitung dengan c'ara mereduksi daya dukung pondasi akibat beban sentris (qu,,)
menjadi:
Qu" = QunR" ................. (3.37)
Di mana untuk 0.9 ...1.3 ,
B
R. = I - Zf lfamor reduksi untuk tanah lempung kohesif) . (3.38).B
t:
R. = I -
{i tAL"r reduksi untuk tanah non-kohesif) ......... (3.39)
Ttbel 3.4 Faktor Duya Duktutg dan Faktor Koreksi Menurut Meyerhof
(data MeyerhoJ 1953, 1963, diambildari ASCE, 1994)
Faktor 00 Kohesi, c Wedge,y Surcharge,,q
Daya dukung
Nc N1 Nq
0= o 5.14 0.00 1.00
o>0 (*, -l)cotQ (*, -1)tan(l.an) Nrentu'o
Bentuk pondasi
dengan
eksentrisitas
s
(Gambar 3.5a)
("" qr. (o"
d= 0
l -r o.2N E,L' 1.0 1.0
0 >10 1+ o.2N E, L'
l+0.IN. E* I-'
l+0.tN.En
L'
0 <o <10 1+ 0.2N E* L'
lnterpolasi linier
oo - 1oo
lnterpolasi linier
00 - 100
55. 48 Pondosi Dongkol
3.4 Daya Dukung Pondasi Menurut Hansen (ASCE, 19941
Selain faktor koreksi untuk komponen bentuk, kedalaman, dan inklinasi arah beban pada pondasi.
Hansen (1970) melengkapi perurnusan umum daya dukung pondasi dengan faktor koreksi untuk
kemiringan dasar pondasi 6 dan koreksi untuk pondasi yang diletakkan pada lereng (slope) $
sehingga besamya faktor koreksi menjadi:
(" = (". x (co x ("i x ("p x (cs. .(3.40)
(o = (0. x (qo x (q, x (qp x (qs .......... ...........(3.41)
(, = (r. x (ro x e ,,* e ,p
x (yri """"" """"""'(3'42)
Dimana:
(.a, ftr. (ya = faktor kemiringan dasar pondasi
Qn, Gr, , ert,
: faktor keminngan lereng
Faktor daya dukung dan faktor koreksi menurut Hansen ditabulasikan pada Tabel 3.5.
Catatan:
Hansen memberikan batasan penggunaan faktor koreksi, yaitu bahwa faktor bentuk dengan
eksentrisitas s, yakni (., , (1, , (r, tidak boleh digunakan bersamaan dengan faktor inklinasi arah
beban i, yaitu e";, eqi, (y (cukup diambil salah satu saja), sedangkan faktor yang lain diambil sebesar
satu (1.0).
Tabel 3.5 Faktor Daya Dukung dan Faktor Koreksi Metturut Hansen ( 1970) (diambil dari ASCE, 1994)
Faktor do Kohesi , c Wedge,y Surcharge, q
Daya dukung
Nc N" Nq
d=0 5.14 0.00 1.00
o>0 (,u, - l)cotQ 1.s(Nq -t)tanQ Nreoton o
Bentuk pondasi
dengan
eksentrisiti s
(Gambar 3.5a)
(". (o.
ur = 1.0
0=o 0.2.9]
L'
1.0 1.0
0>0 r*EN. L'
I - 0.4q
L'
_B'l+-tanO
t,'
57. 50 Pondosi Dongkol
3.5 Daya Dukung Pondasi Menurut Vesic (ASCE, 1994)
Berdasarkan penelitian di laboratorium dan studi di lapangan tentang daya dukung pondasi, Vesic
(1973) membenarkan pola keruntuhan pondasi dangkal yang disarankan oleh Terzaghi. Namun,
sudut yang membentuk zona pasak segitiga (wetlge zone) di bawah pondasi lebih mendekati
+S +/, dari pada Q sehingga faktor daya dukung pondasi mengalami perubahan sebagai berikut.
Nq = tan' ps ./r)*'0"0 - diturunkan oleh Reissner pada tahun lg24 ....................... (3.43)
N" = (*u - l)cot$ - diturunkan oleh Prandtl (1921)......... .... (3.44)
N, = 2(No + 1)tan Q nTenurut Caquot dan Kerisel (1953), dan Vesic (1973). (3.45)
Besarnya faktor daya dukung dan faktor koreksi pondasi dangkal menurut Vesic dapat dilihat pada
Tabel3.6 (ASCE, 1994).
Tahel 3.6 Faktor Dayu Dukutrg clun Fuktor Koreksi Menurut Vesic ( 1973, 1975)
Faktor to Kohesi , c Wedqe,y Surcharge. q
Daya dukung
N" N. Nq
0=o 5.14
0.0 atau -2 sin B
Untuk B > 0
1.00
o>0 (,u, -1)cotg z(No + 1)tanS Nren
t'n o
Bentuk pondasi
dengan
eksentrisitas
s
(Gambar 3.5a)
(". (* (o"
Laiur = 1.0
0=o 0.2}-
L'
1.0 1.0
0>0
',,NoB'
N" L'
1 - 0.49
L'
(1.00 untuk lajur)
B'
l+-tand
L'
(1.0 untuk lajur)
lnklinasi
gaya i
(Gambar 3.5c)
(ci (ol
0=0
,-[ *r )
I A.c,N. J
2 (t- r ) ,o
( Q*A.c,cot$./ [,- ' )"'
I Q * A"c" cotQ ,/
0r0
1_r
r'bqi
sqi - NJ
t"
59. L
=
f,
, jtuu T Paralel dengan L
T = gaYahorisontal
ca:faktoradhesiantaradasarpondasidengantanah(haruslebihkecildarikohesitanahc)
Beberapa aproksimasi untuk menentukan faktor daya dukung N", adalah:
- N, = z(No +1)tanQ -Menurutvesic (1973)"""""""""' " (3'47)
- N. =1.1(Nq -1)tan(l.3Q) -MenurutspanglerdanHardy(1982)' """"(3'48)
(b)
B'.. B -2€e
1-'=l-2e1
(c)
I
k B'atau L'
{
ffil
t.:.:.:.:.:.:
(a)
(d)
Gambar3.5Skemaorientctsipembebcutttndunletakponrlasi
61. 54 Pondosi Dongkol
Persamaan (3.50) diperoleh berdasarkan hubungan antara tahan konus q. dan nilai SPT (N) sebagai
berikut.
N=!
4
Daya dukungultimatepondasi plat yang menumpu di atas lapisan lempung jenuh (Das, 1998):
9un = cN"4,F.o ............... .!!!i..!.!r.!..'.!.!' ..........'....... (3.51)
Di mana:
c : kohesi tanah dalam kondisi undrained, cu
N. : faktor daya dukung komponen kohesi
:5.14
F.,:r.fg)fl L / N. ) ' """""""""' (3's2)
-, (s)( I ): l+t_ ll _ 1...................
Lit5.l4l """""""""' (3's3)
= 1+ 0.,qr(9"1
.Li
(o
F.a = 1. o o[;.,J ...... (3.s4)
3.7 Daya Dukung Pondasi Dangkal yang Menumpu pada Dua lapisan Tanah
lempung (ASCE, 7994)
Daya dukung pondasi Witis (ultimate) yang menumpu pada dua lapisan tanah lempung,yang terdiri
dari lempung relatif lebih padat di bagran atas dan lempung lunak di bagian bawah, diasrmsikan
mengalami pola keruntuhan punching shear, seperti yang dirumuskan oleh Brown dan Meyerhof
( r e6e).
Untuk pondasi yang terletak di permukaan tanah (D = 0):
Pondasi lajur (wal I foo ting)
Qun = cu,atasNcw,, .............. .,....,.,....., (3,55)
E,aS
63. 56 Pondosi Dongkol
Ncc.D= faktor daya dukung pondasi empat persegi panjang pada kedalaman D
l- elN...o: N.*.o11+0.2| |
1 Ll ' ""(3'61)
y = berat-volume tanah atas dalam keadaan basah
D = kedalaman dasar pondasi
B : lebarpondasi
L =panjangpondasi
Tahel 3.8 Rasio Fakbr Daya Dukung Pondasi Ltiur
Meyerhof (1974) serla Meyerhof dan
menghitung daya dukung pondasi dangkal
terlihat pada Gambar 3.6 (Das, 1990).
Hanna (1978) menurunkan perumusan umum untuk
yang menumpu pada dua lapisan tanah lempung seperti
BxL
B -----+l
Lapisan I
Lapisan I
^{:
Cutr,
0:=0
D
I
+F
No
D
Rasio
-B
N.*.o
N"*.tl
1 0.0 1.00
2 0.5 1.15
3 1.0 1.24
4 2.0 1.36
5 3.0 1.43
6 4.0 1.46
+
Gambar 3.6 Skema pondasi di utas dua lapisun tctnah lempung
65. ca = adhesi sepanjang a_a,
: besamya adhesi dapat diperol:h
9."n
korelasi (yang diperoleh dari pendekatan teoryMeyerhof dan Hanna) sebagai berikut.
-9- = o.rouo[ :,,-l' -, .u, rr[:,,. l' * o.o, rr[:*l * o.rrro[
.,,,,
] * 0.63currr (c,,',/ (.,,,,J " ""[.
,,,,,) " --'1
",;,J-"'"'
untuk kekuatan geser lapisan tanah atas (1) lebih kecil dari kekuatan geser lapisan tanah bawah (2),
uluu
t''LlL'
1 maka menurut Meyerhof dan Hanna (197g) serta Meyerho t (1g74).Daya dukung
tanah ultinnle pondasi dangkal berbentuk empat persegi panjang dapat dihitung dengan perumusan:
eu,=e, +(0,-o,)*[,-+)' ..(3$)
l- retlo, =1,. o r[;JJ.u,Nc * y,D ............ .........(3.6s)
l-. -/n)lqr =
Ll
. o'l;,,|-]',r:rN. * Y,D .'.......... ....... (3.66)
Di mana:
Hr =B
3'8 Puvu
Dukung Pondasi Dangkal yang Menumpu Pada lapisan pasir di Atas
lapisan Lcmpung (Das, 1990)
Daya dukung pondasi
.dangkal
yang menumpu pada lapisan tanah pasir di atas lapisan tanahlempung (Gambar 3'8) dapai dipeioleh dari perumusan yang diturunkan oleh Meyerh of (1974).
Pada lapisan tanah atas (1) yang relatif tipis maka pola keruntuhan akan melewati lapisan tanahbawah (2)' sedangkan pada lapisan tanah atas (ll yang .rtufi.uur maka pola keruntuhan akanterjadi hanya pada lapisan tanahatas saja (Gambar: Al -
H#ilff?"Tl!f,tJil*,:*'
dukung hjtis (uttintare) pondasi dangkar yang berbentuk lajur dapat
9,, = c,N" * yu, Ir * *]*, tT 0 * yD ...............' H)"'B 'tut"""""' .(3.67)
67. 60 Pondosi Dongkol
C N 5.I4C
TN, YN,
( (dee )
Gambur 3.9 Hubungan antarafaktor geser pons dan sudut geser-dalam (Dimodifikasi dari
Meyerhof dan Hanna, I 978)
3.9 Daya Dukung Pondasi Berdasarkan Hasil Uji Tanah di Lapangan
1. Daya Dukung Pondasi Berdasarkan Uji Kekokohan Plat (Plate Bearing Test')
Pengujian kekokohan tanah di lapangan dengan menggunakan Plate Bearing sangat berguna untuk
menentukan daya dukung pondasi, terutama pada lapisan tanah non-kohesif yang relatif homogen
yang mempunyai ketebalan minimum empat kali diameter plat uji (4Bp, di mana B, adalah diameter
plat).
Daya dukung kritis (ultimate) pondasi (q,,), dengan lebar B < 4Be, yang menumpu pada lapisan
tanah lempung (yang mempunyai kekuatann geser konstan) dapat diambil sebesar daya dukung plat
Qup atau:
9un = Qu.p
69. 62 Pondosi Donqkol
N=!4 ' Q'76)
Tabel 3.9 Faktor F (Bowles, 1988)
F Nss N'zn
Fr
Fz
F:
0.05
0.08
0.30
0.04
0.06
0.30
Dari perumusan di atas terlihat bahwa daya dukung pondasi tergantung dari lebar pondasi. Hal ini
karena semakin besar lebar pondasi (misal pondasi plat penuh), semakin besar pula zona yang
dipengaruhi oleh distribusi beban dari pondasi, sehingga kemungkinan dapat mengakibatkan
penurunan yang lebih besar. Untuk itu, persamaan 3.73 di atas harus dikoreksi menjadi:
q"., =SKo [kpa] .........
12 [kPal .......... (3.77)
Besamya daya dukung pondasi dangkal dan penurunan diasumsikan memiliki hubungan yang linier
sehingga daya dukung pondasi qo pada penurunan 5 (selain 25 mm) dapat dikorelasi dengan daya
dukung pondasi pada penurunanZl mm, menjadi:
g" =6xga.r . .............. (3.7S)
Daya dukung pondasi dangkal berdasarkan nilai SPT pada energi 55% (N5s) dipresentasikan dalam
bentuk grafik seperti pada Gambar 3.10.
Parry (1977) mengusulkan daya dukung lrritis Qtltinmle) q, pondasi dangkal yang menumpu tanah
pasir nonkohesif sebagai berikut.
q,,,=30N [kPa]untukD<B .......(3.j9)
di mana N adalah nilai SPT rata-rata pada kedalaman 0.758 di bawah dasar pondasi.
71. 64 Pondosi Dongkol
1.2
1,1
1,0
0.9
aa
0,7
0,6
0,5
40 60 80 100 120
lndeks plastisitas Pl, o/o
Gsmbar 3.11 Faktor reduksi kekuatan untuk Uji Vane Shear lapangan
4. Daya Dukung Pondasi Berdasarkan Cone Penetratiort lesr (CPT)
x.
:
r!
{o
g
q)
:c
'a
?q)
o
:(d
LL
Menurut Schmertmann (1978), daya dukung l<ntis (ultimale) pondasi
menumpu di atas tanah pasir dapat dihitung berdasarkan tahanan
dangkal dengan | =
,.s yung
B
konus q. hasil pengujian CPT
sebagai berikut.
Untuk pondasi bujur sangkar:
g,n =48-0.009(300-q.)'' [kg/cm2] ........... (3.81)
Untuk pondasi lajur:
gu, = 28 - 0.0052(300 - q" )' ' [kg/cm2] .......... (3.82)
Sedangkan daya dukung ultimate pondasi dangkal yang terletak di atas tanah lempung dapat
diperoleh dari perumusan berikut.
Pondasi bujur sangkar:
gun = 5 + 0.34q" [kg/cm2] ............. (3.83)
Pondasi lajur:
g,,,=2+0.28q. [kg/cm2] ............. tr.tol
Di mana q. dalam satuan kg/cm:.
76. Tsbel 4.6 Korelasi Kekuatan Geser Tonah Lempung (s) atau Kohesi dalam Keaclaan (Jnclrcine(l
No Referensi Korelasi Keteranoan
1 Bowles (1988) c" = 0.12N [kipfft2]
cu = 0.06N [kg/cm2]
2 Skempton (1986) q, = 0.25N [kip/ff]
3 Stroud (1974) s,, = KN tkN/m1 K = antara 3.5 - 6.5 kN/m'
K = rata-rata sekitar 4.40 kN/m2
K = 5.7 kN/m2 (Bowles, 1gB8)
4 Hara et al. (1971)
S, = 29No'72 tkN/m'zl
Perlu digarisbawahi bahwa hubungan antara kekuatan geser tanah lempung dalam keadaan
undrained su dan nilai SPT (N) adalah aproksimasi oleh karena tanah lempung memiliki sensitivity
(S) yang mempengaruhi besamya nilai SPT di lapangan.
Hubungan antara sensitivity dan nilai SPT lapangan yang dinormalisasikan dengan nilai SpT tanah
yang insensitive (S1 = 1), ditunjukkan oleh Schmertmann (1975) sebagaimana terlihat pada Gambar
4.1.
Gambar 4.1 Hubungan antart sensitiviQ dan normalisasi nitai SPT (perbantlingan antara nilai
Nhusil lrngu*urtrt dengan nilai Nr,= )
Korelasi antara nllai Standard Penetration Test (SPT) dan sudut geser-dalam untuk berbagai jenis
tanah dirangkum dalam Tabel4.7
:
i
l
1.0
z'-o
oU)
E 0.5
EL
o
z
0.0
46
Sensitivity, S,
78. 72 Pondosi Dongkol
Nhi SPT, N
010?030405060
0
50
1m
150
2W
2fi
300
Gambar 4.2 Korelasi Schrnertmonn ( I 97 5) ankuu nilai SPT N, tekanan efektif akibat berat sendiri
Tanah ps', don sudut geser-dalam $ untuk tonah kepasiran
Korelasi antara nilai Standard Penetration Test (SPT) dan Kepadatan Relatif (Relative density)tanah
dirangkum dalam Tabel 4.9.
Tabel 4.9 Hubungan Antru'a Kepadatan Relatif dan Nilai Standard Penetration Test
c8
o)
f
o
a
ot
o-t
cZo!L
n-)-oL
o)
o
B erdas arkan B eb erapa R eJbren si
No Referensi Korelasi Keteranqan
1 Gibbs and HolE (1957)
o = roo[---x-l ,r",
' ( l2pu'+17 )
atau
z ro.5
D, =211 ,1 _, L*,' Ipn'+0.70J
kio
Po'dalam ;*It'
ks
Po'dalam -:-cm-
2 Jamiolkowski et al. (1988)
dan Skempton (1986) D = l00rN* )o'
' [60,
Bila D, > 35%, maka:
- Untuk pasir kasar, Noo dikalikan
dengan 0.92
- Untuk pasir halus, Noo dikalikan
denoan 1.08
3 Marcuson dan
Bieganousky (1977) D, = 1 1 .1 + O.le(ZZ2N + 1600-7.6gpo'-50C")o'
Cu : koefisien keseragaman (uniformity coefficient)
,
Doo
D'u
Doo, Dro : diameter butiran di mana masing-masing 60% dan 10% lolos
pada ukuran ayakan tersebut