Peraturan Menteri Dalam Negeri ini mengatur tentang pengurusan Perusahaan Daerah Air Minum (PDAM) yang terdiri dari Direksi dan Badan Pengawas. Direksi bertugas memimpin dan mengelola PDAM, sementara Badan Pengawas bertugas mengawasi kegiatan Direksi dan memberikan saran kepada Kepala Daerah. Peraturan ini juga mengatur tentang pengangkatan, tugas, wewenang, dan pemberhentian pengurus PDAM.
Permen Dagri No. 7 Tahun 1998 tentang Kepengurusan Perusahaan Daerah Air Minuminfosanitasi
Peraturan Menteri Dalam Negeri ini mengatur tentang pengurusan Perusahaan Daerah Air Minum (PDAM) yang terdiri dari Direksi dan Badan Pengawas. Direksi bertugas memimpin dan mengelola PDAM, sementara Badan Pengawas bertugas mengawasi kegiatan Direksi dan memberikan saran kepada Kepala Daerah. Peraturan ini juga mengatur tentang pengangkatan, tugas, wewenang, dan pemberhentian pengurus PDAM.
Sistem Penyaluran Terpisah adalah sistem dimana air buangan disalurkan tersendiri dalam jaringan riol tertutup, sedangkan limpasan air hujan disalurkan tersendiri dalam saluran drainase khusus. Dokumen ini menjelaskan definisi, contoh kasus penerapan sistem penyaluran terpisah di sebuah komplek pesantren, proses pengolahan air limbah yang digunakan, baku mutu air limbah domestik, serta kelebihan dan kekurangannya.
Perencanaan Teknis Bangunan Pengolahan Air Limbah secara GabunganJoy Irman
Pelatihan Penyusunan Rencana Teknis Sistem Pengelolaan Air Limbah Terpusat (SPAL-T) terdiri dari beberapa modul, yaitu: Dasar-dasar Perencanaan Teknis SPAL-T, Perencanaan Teknis Unit Pelayanan, Perencanaan Teknis Unit Pengumpulan / Jaringan Perpipaan, Perencanaan Teknis Unit Pengolahan Air Limbah, Teknologi Pengolahan Lumpur, Konstruksi Bangunan, dan Rencana Anggaran Biaya. Masing-masing Modul terdiri atas beberapa sub-modul . Peserta pelatihan dapat memilih Modul/Sub-Modul sesuai dengan kebutuhannya masing-masing.
Studi Bauran Air Sebagai Alternatif Sumber Air Baku SPAMWinces Narko
Teks tersebut membahas pendekatan bauran air domestik sebagai alternatif sumber air baku untuk sistem penyediaan air minum. Pendekatan ini memanfaatkan berbagai sumber air secara optimal, termasuk air hujan, air limbah yang didaur ulang, dan air laut untuk menutup kesenjangan antara ketersediaan dan kebutuhan air. Hal ini bertujuan menjaga keberlanjutan sumber daya air alami.
Petunjuk Teknis Standar Pelayanan Minimal Penyehatan Lingkungan PermukimanJoy Irman
Petunjuk Teknis dan Operasional Standar Pelayanan Minimal Bidang Cipta Karya, Penyehatan Lingkungan Permukiman (Sanitasi, Air Limbah, Persampahan, dan Drainase)
Permen Dagri No. 7 Tahun 1998 tentang Kepengurusan Perusahaan Daerah Air Minuminfosanitasi
Peraturan Menteri Dalam Negeri ini mengatur tentang pengurusan Perusahaan Daerah Air Minum (PDAM) yang terdiri dari Direksi dan Badan Pengawas. Direksi bertugas memimpin dan mengelola PDAM, sementara Badan Pengawas bertugas mengawasi kegiatan Direksi dan memberikan saran kepada Kepala Daerah. Peraturan ini juga mengatur tentang pengangkatan, tugas, wewenang, dan pemberhentian pengurus PDAM.
Sistem Penyaluran Terpisah adalah sistem dimana air buangan disalurkan tersendiri dalam jaringan riol tertutup, sedangkan limpasan air hujan disalurkan tersendiri dalam saluran drainase khusus. Dokumen ini menjelaskan definisi, contoh kasus penerapan sistem penyaluran terpisah di sebuah komplek pesantren, proses pengolahan air limbah yang digunakan, baku mutu air limbah domestik, serta kelebihan dan kekurangannya.
Perencanaan Teknis Bangunan Pengolahan Air Limbah secara GabunganJoy Irman
Pelatihan Penyusunan Rencana Teknis Sistem Pengelolaan Air Limbah Terpusat (SPAL-T) terdiri dari beberapa modul, yaitu: Dasar-dasar Perencanaan Teknis SPAL-T, Perencanaan Teknis Unit Pelayanan, Perencanaan Teknis Unit Pengumpulan / Jaringan Perpipaan, Perencanaan Teknis Unit Pengolahan Air Limbah, Teknologi Pengolahan Lumpur, Konstruksi Bangunan, dan Rencana Anggaran Biaya. Masing-masing Modul terdiri atas beberapa sub-modul . Peserta pelatihan dapat memilih Modul/Sub-Modul sesuai dengan kebutuhannya masing-masing.
Studi Bauran Air Sebagai Alternatif Sumber Air Baku SPAMWinces Narko
Teks tersebut membahas pendekatan bauran air domestik sebagai alternatif sumber air baku untuk sistem penyediaan air minum. Pendekatan ini memanfaatkan berbagai sumber air secara optimal, termasuk air hujan, air limbah yang didaur ulang, dan air laut untuk menutup kesenjangan antara ketersediaan dan kebutuhan air. Hal ini bertujuan menjaga keberlanjutan sumber daya air alami.
Petunjuk Teknis Standar Pelayanan Minimal Penyehatan Lingkungan PermukimanJoy Irman
Petunjuk Teknis dan Operasional Standar Pelayanan Minimal Bidang Cipta Karya, Penyehatan Lingkungan Permukiman (Sanitasi, Air Limbah, Persampahan, dan Drainase)
Perencanaan Teknis Bangunan Pelengkap Sistem Pengelolaan Air Limbah Terpusat ...Joy Irman
Dokumen tersebut membahas perencanaan teknis unit pengumpulan (jaringan perpipaan) dan bangunan pelengkapnya dalam sistem pengelolaan limbah terpusat (SPAL-T), mencakup manhole, bangunan penggelontor, terminal pembersihan, pipa perlintasan, stasiun pompa, serta panel dan komponennya. Dokumen ini memberikan panduan lengkap tentang lokasi, dimensi, dan komponen-komponen struktur dari bangunan-bangun
Pola Penanganan Air Limbah Permukiman menjelaskan aspek-aspek peraturan dan perundangan yang mendasari, strategi dan kebijakan pengelolaan air llimbah permukiman, berbagai opsi teknologi penanganan air limbah. Disajikan oleh Direktorat PPLP, Cipta Karya, Kementrian PU.
Dokumen tersebut membahas tentang perundangan, kebijakan, dan strategi penanganan drainase perkotaan. Secara garis besar membahas 4 kebijakan utama yaitu pengembangan sistem drainase berwawasan lingkungan, optimalisasi prasarana drainase, pengembangan peraturan, dan peningkatan kapasitas kelembagaan pengelola drainase. Dokumen ini juga menjelaskan komponen sektor drainase dan pengertian drainase perkotaan berwawasan lingkun
Dokumen tersebut membahas tentang tata cara penyusunan rencana induk penyelenggaraan prasarana dan sarana persampahan yang meliputi pengumpulan data, evaluasi sistem yang ada, perencanaan penanganan sampah, program pengembangan, dan kriteria pelayanan."
Jaringan Distribusi - Sistem Jaringan Perpipaan Yahya M Aji
Fungsi jaringan distribusi adalah menyalurkan air bersih dari tendon ke rumah tangga atau konsumen.
Ada 2 jenis system distribusi, yaitu :
1. Sistem berkelanjutan (continuous)
Pada system ini, air akan disuplai dan didistribusikan selama 24 jam kepada konsumen. Sistem ini dipakai bila kuantitas air baku dapat mensuplai kebutuhan yang ada.
Keuntungannya:
Air tersedia setiap saat
Air selalu berada dalam keadaan segar
Kerugiannya:
Pemakaian air cenderung boros
Jika ada sedikit kebocoran, maka akumulasinya akan sangat besar
2. System intermitten
Pada system ini, air tidak diproduksi secara terus menerus, melainkan beberapa jam saja dalam satu hari. Sistem ini dipakai bila kuanititas dan tekanan yang diperlukan tidak terpenuhi.
Keuntungannya:
Pemakaian air cenderung lebih hemat
Jika ada kebocoran, maka jumlah yang terbuang tidak akan besar
Kerugiannya:
Air tidak tersedia setiap saat, sehingga sangat merepotkan bila pada saat-saat tersebut air dibutuhkan
Setiap rumah harus memiliki tempat penyimpanan air untuk memenuhi kebutuhannya
Perencanaan Teknis IPLT - Unit Pengolahan PemekatanJoy Irman
Dokumen tersebut membahas tentang instalasi pengolahan lumpur tinja (IPLT) yang meliputi beberapa unit pengolahan seperti tangki imhoff, clarifier, kolam pemisahan lumpur, dan bak pengeringan. Dokumen ini juga menjelaskan prinsip kerja, kriteria desain, dan contoh gambar setiap unit pengolahan lumpur tinja.
Perhitungan dan Penetapan Tarif Air Minum- (Permendagri No. 71 Tahun 2016)Kanaidi ken
Dokumen tersebut merangkum ketentuan mengenai perhitungan dan penetapan tarif air minum oleh BUMD Air Minum berdasarkan Permendagri No. 71 Tahun 2016. Tarif air minum ditetapkan berdasarkan keterjangkauan, keadilan, mutu pelayanan, pemulihan biaya, efisiensi pemakaian air, dan transparansi. Terdapat berbagai kelompok pelanggan dan blok konsumsi yang digunakan dalam perhitungan tarif. Proses penetapan tarif melib
Teknologi dan Sistem Pengelolaan Air Limbah Terpusat (SPAL-T)Joy Irman
Pelatihan Penyusunan Rencana Teknis Sistem Pengelolaan Air Limbah Terpusat (SPAL-T) terdiri dari beberapa modul, yaitu: Dasar-dasar Perencanaan Teknis SPAL-T, Perencanaan Teknis Unit Pelayanan, Perencanaan Teknis Unit Pengumpulan / Jaringan Perpipaan, Perencanaan Teknis Unit Pengolahan Air Limbah, Teknologi Pengolahan Lumpur, Konstruksi Bangunan, dan Rencana Anggaran Biaya. Masing-masing Modul terdiri atas beberapa sub-modul . Peserta pelatihan dapat memilih Modul/Sub-Modul sesuai dengan kebutuhannya masing-masing.
Sistem Pengelolaan Air Limbah Sistem Setempat (SPAL) - Sistem Setempat (SPAL-...Joy Irman
Sistem Pengelolaan Air Limbah Sistem (SPAL) terdiri atas Sistem Terpusat atau Off-site System dan Sistem Setempat atau On-Site System. Sistem setempat diantaranya adalah Cubluk Kembar, Tangki Septik dengan Bidang Resapan), Mandi-Cuci-Kakus atau MCK, Biofilter, Upflow Aerobic Filter, Rotating Biological Contactactor atau RBC, Anaerobic Bafle Reactor, Sarana Pengangkut Tinja, dan Instalasi Pengolahan Lumpur Tinja (IPLT).
Pelatihan Pengantar Sistem Pengelolaan Air Limbah Sistem (terdiri dari beberapa modul dan sub-modul, yaitu Modul (1) Kamus, Istilah dan Definisi, (2) Sistem Pengelolaan Air Limbah Terpusat (SPAL-T), (3) Sistem Pengelolaan Air Limbah Setempat (SPAL-S), (4) Kebijakan dan Strategi SPAL, (5) Perencanaan SPAL, (6) Pelaksanaan Konstruksi SPAL, (7) Operasi dan Pemeliharaan SPAL, (8) Kelembagaan, Administrasi dan Pembiayaan, (9) Peran Masyarakat dan Badan Usaha Swasta, (10) Pemantauan, Evaluasi dan Pelaporan Penyelenggaraan SPAL, (11) Wewenang dan Tanggung Jawab Penyelenggaraan SPAL, dan (12) Pembinaan dan Pengawasan Penyelenggaraan SPAL. Peserta pelatihan dapat memilih Modul/Sub-Modul sesuai dengan kebutuhannya masing-masing.
Perencanaan Teknis Bangunan Pelengkap Sistem Pengelolaan Air Limbah Terpusat ...Joy Irman
Dokumen tersebut membahas perencanaan teknis unit pengumpulan (jaringan perpipaan) dan bangunan pelengkapnya dalam sistem pengelolaan limbah terpusat (SPAL-T), mencakup manhole, bangunan penggelontor, terminal pembersihan, pipa perlintasan, stasiun pompa, serta panel dan komponennya. Dokumen ini memberikan panduan lengkap tentang lokasi, dimensi, dan komponen-komponen struktur dari bangunan-bangun
Pola Penanganan Air Limbah Permukiman menjelaskan aspek-aspek peraturan dan perundangan yang mendasari, strategi dan kebijakan pengelolaan air llimbah permukiman, berbagai opsi teknologi penanganan air limbah. Disajikan oleh Direktorat PPLP, Cipta Karya, Kementrian PU.
Dokumen tersebut membahas tentang perundangan, kebijakan, dan strategi penanganan drainase perkotaan. Secara garis besar membahas 4 kebijakan utama yaitu pengembangan sistem drainase berwawasan lingkungan, optimalisasi prasarana drainase, pengembangan peraturan, dan peningkatan kapasitas kelembagaan pengelola drainase. Dokumen ini juga menjelaskan komponen sektor drainase dan pengertian drainase perkotaan berwawasan lingkun
Dokumen tersebut membahas tentang tata cara penyusunan rencana induk penyelenggaraan prasarana dan sarana persampahan yang meliputi pengumpulan data, evaluasi sistem yang ada, perencanaan penanganan sampah, program pengembangan, dan kriteria pelayanan."
Jaringan Distribusi - Sistem Jaringan Perpipaan Yahya M Aji
Fungsi jaringan distribusi adalah menyalurkan air bersih dari tendon ke rumah tangga atau konsumen.
Ada 2 jenis system distribusi, yaitu :
1. Sistem berkelanjutan (continuous)
Pada system ini, air akan disuplai dan didistribusikan selama 24 jam kepada konsumen. Sistem ini dipakai bila kuantitas air baku dapat mensuplai kebutuhan yang ada.
Keuntungannya:
Air tersedia setiap saat
Air selalu berada dalam keadaan segar
Kerugiannya:
Pemakaian air cenderung boros
Jika ada sedikit kebocoran, maka akumulasinya akan sangat besar
2. System intermitten
Pada system ini, air tidak diproduksi secara terus menerus, melainkan beberapa jam saja dalam satu hari. Sistem ini dipakai bila kuanititas dan tekanan yang diperlukan tidak terpenuhi.
Keuntungannya:
Pemakaian air cenderung lebih hemat
Jika ada kebocoran, maka jumlah yang terbuang tidak akan besar
Kerugiannya:
Air tidak tersedia setiap saat, sehingga sangat merepotkan bila pada saat-saat tersebut air dibutuhkan
Setiap rumah harus memiliki tempat penyimpanan air untuk memenuhi kebutuhannya
Perencanaan Teknis IPLT - Unit Pengolahan PemekatanJoy Irman
Dokumen tersebut membahas tentang instalasi pengolahan lumpur tinja (IPLT) yang meliputi beberapa unit pengolahan seperti tangki imhoff, clarifier, kolam pemisahan lumpur, dan bak pengeringan. Dokumen ini juga menjelaskan prinsip kerja, kriteria desain, dan contoh gambar setiap unit pengolahan lumpur tinja.
Perhitungan dan Penetapan Tarif Air Minum- (Permendagri No. 71 Tahun 2016)Kanaidi ken
Dokumen tersebut merangkum ketentuan mengenai perhitungan dan penetapan tarif air minum oleh BUMD Air Minum berdasarkan Permendagri No. 71 Tahun 2016. Tarif air minum ditetapkan berdasarkan keterjangkauan, keadilan, mutu pelayanan, pemulihan biaya, efisiensi pemakaian air, dan transparansi. Terdapat berbagai kelompok pelanggan dan blok konsumsi yang digunakan dalam perhitungan tarif. Proses penetapan tarif melib
Teknologi dan Sistem Pengelolaan Air Limbah Terpusat (SPAL-T)Joy Irman
Pelatihan Penyusunan Rencana Teknis Sistem Pengelolaan Air Limbah Terpusat (SPAL-T) terdiri dari beberapa modul, yaitu: Dasar-dasar Perencanaan Teknis SPAL-T, Perencanaan Teknis Unit Pelayanan, Perencanaan Teknis Unit Pengumpulan / Jaringan Perpipaan, Perencanaan Teknis Unit Pengolahan Air Limbah, Teknologi Pengolahan Lumpur, Konstruksi Bangunan, dan Rencana Anggaran Biaya. Masing-masing Modul terdiri atas beberapa sub-modul . Peserta pelatihan dapat memilih Modul/Sub-Modul sesuai dengan kebutuhannya masing-masing.
Sistem Pengelolaan Air Limbah Sistem Setempat (SPAL) - Sistem Setempat (SPAL-...Joy Irman
Sistem Pengelolaan Air Limbah Sistem (SPAL) terdiri atas Sistem Terpusat atau Off-site System dan Sistem Setempat atau On-Site System. Sistem setempat diantaranya adalah Cubluk Kembar, Tangki Septik dengan Bidang Resapan), Mandi-Cuci-Kakus atau MCK, Biofilter, Upflow Aerobic Filter, Rotating Biological Contactactor atau RBC, Anaerobic Bafle Reactor, Sarana Pengangkut Tinja, dan Instalasi Pengolahan Lumpur Tinja (IPLT).
Pelatihan Pengantar Sistem Pengelolaan Air Limbah Sistem (terdiri dari beberapa modul dan sub-modul, yaitu Modul (1) Kamus, Istilah dan Definisi, (2) Sistem Pengelolaan Air Limbah Terpusat (SPAL-T), (3) Sistem Pengelolaan Air Limbah Setempat (SPAL-S), (4) Kebijakan dan Strategi SPAL, (5) Perencanaan SPAL, (6) Pelaksanaan Konstruksi SPAL, (7) Operasi dan Pemeliharaan SPAL, (8) Kelembagaan, Administrasi dan Pembiayaan, (9) Peran Masyarakat dan Badan Usaha Swasta, (10) Pemantauan, Evaluasi dan Pelaporan Penyelenggaraan SPAL, (11) Wewenang dan Tanggung Jawab Penyelenggaraan SPAL, dan (12) Pembinaan dan Pengawasan Penyelenggaraan SPAL. Peserta pelatihan dapat memilih Modul/Sub-Modul sesuai dengan kebutuhannya masing-masing.
Ringkasan dokumen tersebut adalah sebagai berikut:
1. Dokumen tersebut membahas tentang ketentuan-ketentuan mengenai koperasi meliputi modal dan badan usaha, simpanan anggota, sisa hasil usaha, tanggungan anggota, perubahan anggaran dasar, pembubaran dan penyelesaian, pembinaan, sanksi-sanksi, dan penutup.
2. Koperasi dapat memiliki modal sendiri dan pinjaman dari berbagai sumber. Simpanan anggota
Permen Dagri No. 2 Tahun 1998 tentang Pedoman Penetapan Tarif Air Minum pada ...infosanitasi
Peraturan ini mengatur pedoman penetapan tarif air minum oleh Perusahaan Daerah Air Minum (PDAM). Tarif ditetapkan berdasarkan pemulihan biaya dengan mempertimbangkan keterjangkauan masyarakat, dilakukan subsidi silang, dan dibedakan menurut kelompok pelanggan dan blok konsumsi. Secara berkala, PDAM melakukan penyesuaian dan peninjauan tarif berdasarkan perubahan biaya dan inflasi, yang ditetapkan oleh kepala
Peraturan Pemerintah ini mengubah beberapa ketentuan dalam Peraturan Pemerintah Nomor 23 Tahun 2005 tentang Pengelolaan Keuangan Badan Layanan Umum, antara lain mengatur penyusunan tarif layanan BLU, penyusunan Rencana Bisnis dan Anggaran, pengelolaan aset tetap, dan pengangkatan pegawai BLU. Peraturan ini juga menetapkan 7 perguruan tinggi negeri sebagai BLU penuh dan mengalihkan seluruh ke
PP 74 tahun 2012 Perubahan PP 23/2005 tentang Pengelolaan Badan layanan UmumSuprijanto Rijadi
PP 74 tahun 2012 merubah beberapa pola keuangan yang diatur pada PP 23 tahun 2005, sehingga pengelolaan keuangan bisa menjadi lebih fleksibel bagi Unit Pelaksana BLU
Peraturan Pemerintah No. 23 Tahun 2005 tentang Pengelolaan Keuangan Badan Lay...Penataan Ruang
Peraturan Pemerintah ini mengatur tentang pengelolaan keuangan Badan Layanan Umum (BLU) untuk memberikan fleksibilitas dalam pengelolaan keuangan berdasarkan prinsip ekonomi dan produktivitas serta penerapan praktek bisnis yang sehat guna meningkatkan pelayanan kepada masyarakat. BLU harus memenuhi persyaratan substantif, teknis, dan administratif untuk mendapatkan status BLU dan dapat menerapkan Pola Pengelolaan Keu
Peraturan ini mengatur tentang pengesahan pendirian dan perubahan peraturan dana pensiun lembaga keuangan. Bank atau perusahaan asuransi harus memenuhi persyaratan dan mengajukan permohonan beserta dokumen pendukung untuk mendapatkan pengesahan pendirian atau perubahan peraturan dana pensiunnya. Otoritas Jasa Keuangan akan memproses permohonan tersebut.
beberapa ketentuan dalam Peraturan Pemerintah Nomor 18 Tahun 2016 tentang Perangkat Daerah perlu diubah untuk memperkuat peran dan kapasitas inspektorat Daerah agar lebih independen dan obyektif dalam rangka mewujudkan penyelenggaraan Pemerintahan Daerah yang bersih dan bebas dari korupsi, kolusi, dan nepotisme serta meningkatkan efektivitas, profesionalisme, dan kinerja pelayanan rumah sakit Daerah
Peraturan Menteri Keuangan ini mengatur tentang perjalanan dinas dalam negeri bagi pejabat negara, pegawai negeri, dan pegawai tidak tetap yang dibebankan pada anggaran negara. Peraturan ini mengatur prinsip, ruang lingkup, jenis perjalanan dinas, persyaratan surat tugas dan surat perjalanan dinas, serta ketentuan biaya perjalanan dinas.
Similar to Permendagri No. 7 Tahun 1998 tentang Kepengurusan Perusahaan Daerah Air Minum (20)
Permen PUPR 26 2014 tentang Prosedur Operasional Standar Pengelolaan Sistem A...infosanitasi
Prosedur operasional standar unit pengelolaan mencakup 32 prosedur terkait perencanaan, pengawasan, pemeliharaan, dan pengembangan sistem penyediaan air minum, termasuk perencanaan sambungan baru, pemetaan jaringan, pengawasan kualitas air, dan pengembangan sumber daya manusia.
Peraturan Menteri ini mengatur tentang Prosedur Operasional Standar Pengelolaan Sistem Penyediaan Air Minum. Terdiri dari 5 jenis prosedur operasional standar untuk unit air baku, unit produksi, unit distribusi, unit pelayanan, dan unit pengelolaan. Tujuannya untuk mewujudkan pengelolaan dan pelayanan air minum yang memenuhi kualitas, kuantitas, kontinuitas dan keterjangkauan.
Aspek Kelembagaan dan Pendanaan Sanitasi dalam Program PPSP 2015-2019infosanitasi
Dokumen tersebut membahas peran penting penguatan kelembagaan pengelolaan sanitasi di daerah periode 2015-2019. Sanitasi buruk mengancam kualitas kehidupan secara nasional dan meningkatkan beban biaya kesehatan. Diperlukan percepatan penanganan sanitasi melalui reorientasi, re-posisi, dan revitalisasi kelembagaan serta peningkatan kapasitas provinsi dan kabupaten/kota dalam pengelolaan sanitasi. Program PPSP 2015
Usulan Program dan Kegiatan dalam Memorandum Program Sanitasiinfosanitasi
Dokumen ini membahas program dan kegiatan sanitasi yang diusulkan oleh Direktorat Jenderal Cipta Karya untuk periode 2015-2019. Termasuk di dalamnya adalah peningkatan akses air minum dan sanitasi bagi masyarakat, penanganan kawasan kumuh perkotaan, serta pengembangan sistem pengelolaan air limbah dan sampah. Dokumen ini juga membahas target kinerja, kebijakan, sumber pendanaan, dan strategi yang akan dilaksanak
Target Pembangunan Sanitasi Nasional 2015-2019infosanitasi
Target Pembangunan Sanitasi Nasional 2015 2019. Air Limbah dan Persampahan, Penyehatan Lingkungan Permukiman, Direktorat Jenderal Cipta Karya, Kementrian Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat
Pengalokasian Pendanaan Sanitasi bidang Kesehataninfosanitasi
Dokumen tersebut membahas tentang pendanaan sanitasi di Indonesia berdasarkan UU No. 36 Tahun 2009 dan PP No. 66 Tahun 2014. Saat ini, pendanaan sanitasi berasal dari APBN dan APBD, namun UU Kesehatan menetapkan alokasi minimum 5% APBN dan 10% APBD untuk kesehatan, termasuk untuk sanitasi. UU dan PP tersebut juga menetapkan hak masyarakat untuk lingkungan hidup yang sehat dan tanggung jawab pemerintah
Dokumen tersebut merupakan ringkasan dari pelaksanaan Program Pengelolaan Sampah Perdesaan dan Perkotaan (PPSP) pada tahun 2015-2019 yang bertujuan mencapai akses universal sanitasi pada tahun 2019. Roadmap tersebut memfokuskan pada peningkatan perencanaan, implementasi, dan sistem insentif serta menargetkan jumlah kabupaten/kota yang mendapatkan dukungan program setiap tahunnya. Dokumen ini juga menj
Dokumen tersebut memberikan ringkasan tentang arahan kebijakan program sanitasi dan air minum Indonesia untuk periode 2015-2019. Target utamanya adalah tercapainya akses universal atau cakupan 100% untuk air minum dan sanitasi layak. Dokumen ini juga menjelaskan perhitungan target sanitasi per provinsi hingga tahun 2019 berdasarkan baseline tahun 2014 dan faktor-faktor seperti persentase penduduk perkotaan dan kapasitas fiskal provinsi. Dibut
Strategi, Kebijakan, Target dan Sasaran Pembangunan Sanitasi (Air Limbah dan ...infosanitasi
Platform Pembangunan Sanitasi 2015-2019 Strategi, Kebijakan, Tujuan, Sasaran dan Target Pembangunan Sanitasi (Air Limbah dan Persampahan). Selain pembangunan fisik infrastruktur sanitasi, juga aspek non-fisik seperti kelembagaan, pengaturan, PHBS, dll.
Daftar Kabupaten/Kota Peserta Program PPSP 2015infosanitasi
Daftar Kabupaten/Kota Peserta Program PPSP 2015 berdasarkan Surat Keputusan Menteri Dalam Negeri No. 648-565/Kep/Bangda/2014 tentang Penetapan Kabupaten/Kota sebagai Pelaksana Program Percepatan Pembangunan Sanitasi Permukiman (PPSP) Tahun 2015.
Permen PU 01 2014 Standar Pelayanan Minimal Bidang Pekerjaan Umum dan Penataa...infosanitasi
Dokumen tersebut membahas perhitungan pembiayaan untuk pencapaian Standar Pelayanan Minimal di bidang Pekerjaan Umum dan Penataan Ruang khususnya untuk sub bidang Sumber Daya Air. Terdapat rumus-rumus untuk menghitung biaya kegiatan penyediaan air baku dan air irigasi mulai dari perencanaan, pembangunan, pengoperasian hingga pemeliharaan.
Permen PU 01 2014 Standar Pelayanan Minimal Bidang Pekerjaan Umum dan Penataa...
Permendagri No. 7 Tahun 1998 tentang Kepengurusan Perusahaan Daerah Air Minum
1. PERATURAN MENTERI DALAM NEGERI
NOMOR: 7 TAHUN 1998
TENTANG
KEPENGURUSAN PERUSAHAAN DAERAH AIR MINUM
MENTERI DALAM NEGERI,
Menimbang : a. Bahwa dengan semakin meningkatnya kebutuhan air minum
dan dalam rangka meningkatkan pelayanan kepada
masyarakat perlu mengatur kepengurusan Perusahaan
Daerah Air Minum;
b. Bahwa pengaturan kepengurusan Perusahaan Air Minum
sebagaimana dimaksud pada huruf a perlu ditetapkan dengan
Peraturan Menteri Dalam Negeri.
Mengingat : 1. Undang-undang No. 5 Tahun 1962 tentang Perusahaan
Daerah (LN Tahun 1962 No. 62, TLN No. 2387);
2. Undang-undang No. 5 Tahun 1974 tentang Pokok-pokok
Pemerintah di Daerah (LN Tahun 1974 No. 38 TLN 3037);
3. Peraturan Pemerintah No. 14 Tahun 1987 tentang
Penyerahan Sebagian Urusan Pemerintah di bidang
Pekerjaan Umum Kepada Daerah (LN Tahun 1987 No. 25,
TLN No. 3353);
4. Peraturan Menteri Dalam Negeri No. 1 Tahun 1984 tentang
Tatacara Pembinaan dan Pengawasan Perusahaan Daerah
Dilingkungan Pemerintah Daerah.
5. Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 1 Tahun 1997
tentang Pegawai Perusahaan Daerah Air Minum (PDAM);
6. Keputusan Menteri Dalam Negeri Nomor 800.690-154
Tahun 1996 tentang lasifikasi PDAM dan sisteim Karier
Pegawai PDAM.
MEMUTUSKAN
Menetapkan : PERATURAN MENTERI DALAM NEGERI TENTANG
KEPENGURUSAN PERUSAHAAN DAERAH AIR MINUM
BAB I
KETENTUAN UMUM
Pasal 1
Dalam Peraturan ini yang dimaksud dengan:
2. a. Perusahaan Daerah Air Minum selanjutnya disingkat PDAM adalah Perusahaan
Milik Pemerintah Daerah yang bergerak dalam bidang pelayanan air minum;
b. Kepala Daerah adalah Gubernur Kepala Daerah Tingkat I atau
Bupati/Walikotamadya Kepala Daerah Tingkat II;
c. Pengelolaan PDAM adalah kegiatan pengawasan dan manajemen yang dilakukan
oleh pengurus terhadap PDAM;
d. Jasa produksi adalah bagian dari laba bersih PDAM yang ditetapkan sebagai jasa
produksi.
BAB II
PENGURUS
Pasal 2
Pengurus PDAM terdiri dari
a. Direksi;
b. Badan Pengawas.
BAB II
DIREKSI
Bagia Pertama
Pengangkatan
Pasal 3
(1) Anggota Direksi diangkat oleh Kepala Daerah diutamakan bukan dari Pegawai
Negeri atas usul Badan Pengawas;
(2) Untuk dapat diangkat sebagai Anggota Direksi, harus memenuhi persyaratan
sebagai beriktu:
a. mempunyai pendidikan Sarjana (S-1) sesuai bidangnya;
b. mempunyai pengalaman kerja minimal 5 (lima) tahun mengelola
Perusahaan yang dibuktikan dengan surat keterangan (refensi) dari
perusahaan sebelumnya dengan penilaian baik;
c. membuat dan menyajikan proposal tentang visi dan misi PDAM;
d. pernah mengikuti pelatihan manajemn air minum di dalam atau di luar
negeri;
e. batas usia pada saat diangkat pertama kali berumumr paling tinggi 52 (lima
puluh dua) tahun;
f. tidak terikat hubungan keluarga dengan Kepala Daerah atau dengan
Anggota Badan Pengawas atau dengan Anggota direksi laiinnya samapai
derajat tiga baik menurut garis lurus maupun kesamping termasuk menantu
dan ipar.
(3) Pengangkatan Anggota Direksi sebagaimana dimaksud pada ayat (1),
ditetapkan dengan Surat Keputusan Kepala Daerah.
Pasal 4
Jumlah Anggota Direksi paling banyak 3 (tiga) orang dan seorang diantaranya diangkat
sebagai Direktu Utama.
3. Pasal 5
(1) Masa jabatan Anggota Direksi selama 4 (emapt) tahun dan dapat diangkat
kembali 1 (satu) kali masa jabatan;
(2) Pengecualian terhadap ayat (1) dapat dilakukan apabila seseorang Direktur
diangkat sebagai Direktur Utama;
(3) Pengangkatan kembali sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dilakukan apabila
Anggota Direksi terbukti mampu meningkatkan kinerja PDAM dan pelayanan
kebutuhan air minum kepada masyarakat setiap tahun.
Bagian Kedua
Tugas dan Wewenang
Pasal 6
Direksi dalam mengelola PDAM mempunyai tugas sebagai berikut:
a. memimpin dan mengendalikan semua kegiatan PDAM;
b. merencanakan dan menyusun program kerja perusahaan 5 tahunan dan tahunan;
c. membina pegawai;
d. mengurus dan mengelola kekayaan PDAM;
e. menyelenggarakan administrasi umum dan keuangan;
f. melaksanakan kegiatan Teknis PDAM;
g. mewakili PDAM baik di dalam dan di luar pengadilan;
h. menyampaikan laporan berkala mengenai seluruh kegiatan termasuk Neraca dan
Perhitungan Laba/Rugi.
Pasal 7
Direksi dalam mengelola PDAM mempunyai wewenang sebagai berikut:
a. mengangkat dan memberhentikan sebagai pegawai;
b. mengangkat pegawai untuk menduduki jabatan dibawah Direksi;
c. menandatangani pinjaman setelah mendapatkan persetujuan Kepala Daerah;
d. menandatangani Neraca dan Perhitungan Laba/Rugi;
e. menandatangani ikatan hukum dengan pihak lain.
Pasal 8
(1) Selambat-lambatnya 6 (enam) bulan setelah berakhir tahun buku, Direksi
menyampaikan laporan Keuangan kepada Ketua Badan Pengawas yang terdiri
dari Neraca dan Perhitungan Laba/Rugi;
(2) Tata cara pembuatan,penyampaian dan pengesahan Neraca dan Perhitungan
Laba/Rugi Tahunan PDAM diatur sesuai dengan peraturan perundang-undangan
yang berlaku.
Pasal 9
Tahun Buku PDAM adalah Tahun Takwim
4. Bagian Ketiga
Penghasilan dan Hak-hak Direksi
Pasal 10
Penghasilan Direksi terdiri dari gaji, tunjangan, jasa produksi.
Pasal 11
(1) Tunjangan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 10 terdiri dari:
a. tunjangan kesehatan;
b. tunjangan kemahalan;
c. perumahan dinas atau uang sewa rumah yang pantas.
(2) Jasa produksi sebagaimana disebut dalam Pasal 10 diberikan tiap tahun;
(3) Besarnya tunjangan dan jasa produksi sebagaimana dimaksud pada ayat (1)
dan ayat (2), ditetapkan oleh Kepala Daerah setelah memperhatikan pendapat
Badan Pengawas dan kemampuan PDAM;
(4) Jumlah seluruh biaya untuk penghasilan Direksil honorium Badan Pengawas,
penghasilan pegawai dan biaya tenaga kerja lainnya tidak boleh melebihi 30%
(tiga puluh per seratus) dari seluruh realisasi Anggaran Perusahaan Tahun
Anggaran yang berjalan.
Bagian Keempat
Cuti
Pasal 12
(1) Anggota Direksi memperoleh hak cuti sebagai berikut:
a. cuti tahunan, selama 12 (dua belas) hari kerja;
b. cuti besar/cuti panjang selama 2 (dua) bulan untuk setipa setu kali masa
jabatan;
c. cuti menunaikan ibadah haji, selama 40 (empat puluh) hari.
(2) Pelaksanaan hak cuti sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dilaksanakan
setelah mendapat persetujuan Kepala Daerah atau Pejabat yang ditunjuk;
(3) Anggota Direksi selama melaksanakan cuti mendapatkan penghasilan penuh
dari PDAM;
(4) Apabila kesibukan di kantor, Anggota Direksi tidak mengambil cuti besar/cuti
panjang, diberikan ganti uang sebesar 1 (satu) kali gaji yang diterima pada bulan
terakhir.
Bagian Kelima
Pemberhentian
Pasal 13
Anggota Direksi dapat diberhentikan dengan alasan:
a. atas permintaan sendiri;
b. karena kesehatan tidak dapat melaksanakan tugasnya;
5. c. tidak melaksanakan tugasnya sesuai dengan program kerja yang telah disetujui;
d. terlibat dalam tindakan yang merugikan PDAM;
e. terlibat dalam tindak pidana;
f. merugikan PDAM.
Pasal 14
(1) Apabila Anggota Direksi diduga melakukan salah satu perbuatan sebagaimana
dimaksud dalam Pasal 13 huruf c, d, e, dan f, Badan Pengawas segera
melakukan pemerikasaan terhadap yang bersangkutan.
(2) Apabila berdasarkan hasil pemeriksaan terhadap Anggota Direksi sebagaimana
dimaksud pada ayat (1) terbukti melakukan perbuatan yang dituduhkan, Badan
Pengawas segera melaporkan kepada Kepala Daerah.
Pasal 15
Kepala Daerah paling lama 7 (tujuh) hari kerja setelah menerima laporan dari Badan
Pengawas, sudah harus mengeluarkan Surat Keputusan tentang pemberhentian
sebagai Anggota Direksi.
Pasal 16
(1) Anggota Direksi yang diberhentikan sebagiamana dimaksud dalam Pasal 13
huruf a, dan b, diberhentikan dengan hormat;
(2) Anggota Direksi yang diberhentikan sebagaiman dimaksud dalam Pasal 13
huruf c, d, e, dan f, diberhentikan tidak dengan hormat;
(3) Anggota Direksi yang diberhentikan berdasarkan Pasal 13 huruf b, diberikan
pesangon sebesar 1 (satu) kali penghasilan yang diterima pada bulan terkahir.
BAB IV
BADAN PENGAWAS
Bagian Pertama
Pengangkatan
Pasal 17
(1) Anggota Badan Pengawas diangkat oleh Kepala Daerah;
(2) Anggota Badan Pengawas sebagaimana dimaksud pada ayat (1) terdiri dari
Pejabat Daerah, Perorangan dan masyarakat konsumen yang memenuhi
persyaratan;
(3) Untuk dapat diangakat sebagai Anggota Badan Pengawas, harus memenuhi
persyaratan sebagai berikut:
a. menguasai manajemn PDAM;
b. menyediakan waktu yang cukup;
c. tidak terikat hubungan dengan Kepala Daerah atau dengan Anggota Badan
Pengawas yang lain atau dnegan Anggota Direksi sampai derajat ketiga baik
menurut garis lurus maupun kesamping termasuk menantu dan ipar.
6. (4) Apabila hubungan keluarga terjadi setelah pengangkatan, untuk melanjutkan
jabatannya harus ada ijin tertulis dari Kepala Daerah;
(5) Pengangkatan Anggota Badan Pengawas sebagaimana dimaksud pada ayat (1)
ditetapkan dengan Surat Keputusan Kepala Daerah.
Pasal 18
Jumlah Anggota Badan Pengawas paling banyak 3 (tiga) orang, seorang diantara dipilih
menjadi Ketua merangkap Anggota.
Pasal 19
(1) Masa jabatan anggota Badan Pengawas paling lama 3(tiga) tahun dan dapat
diangkat kembali 1(satu) kalo masa jabatan;
(2) Pengangkatan kembali dilakukan apabila Anggota Badan Pengawas terbukti
mampu melakukan pengawasan terhadap kegiatan Direksi dan memberikan
pendapat dansaran kepada Kepala Daerah sehingga PDAM mampu
meningkatkan kinerja dan pelayanan kebutuhan air minum kepada masyarakat.
Bagian Kedua
Tugas dan Wewenang
Pasal 20
Badan Pengawas mempunyai tugas sebagai berikut:
a. mengawasi kegiatan Direksi;
b. memberikan pendapat dan saran kepada Kepala Daerah terhadap Program Kerja
yang diajukan oleh Direksi;
c. memberikan pendapat dan saran kepada Kepala Daerah terhadap rencana
perubahan status kekayaan PDAM;
d. memberikan pendapat dan saran kepada Kepala Daerah terhadap rencana
perubahan status kekayaan PDAM;
e. memberikan pendapat dan saran kepada Kepala Daerah terhadapa rencana
pinjaman dan ikatan hukum dengan pihak lain;
f. memberikan pendapat dan saran kepada Kepala Daerah terhadap laporan Neraca
dan Perhitungan Laba/Rugi.
Pasal 21
Badan Pengawas mempunyai wewenang sebagai berikut:
a. memberi peringatan kepada Direksi yang tidak melaksanakan tugas sesuai
dengan program kerja yang telah disetujui.
b. Memeriksa Anggota Direksi yang diduga merugikan PDAM.
Bagian Ketiga
Penghasilan
Pasal 22
7. Penghasilan Badan Pengawas terdiri dari:
a. uang jasa;
b. jasa produksi.
Pasal 23
(1) Ketua Badan Pengawas menerima uang jasa sebesar 40% (empat puluh per
seratus) dari gaji Direktur Utama;
(2) Sekretaris Badan Pengawas menerima uang jasa sebesar 35% (tiga puluh lima
per seratus) dari gaji Direktur Utama;
(3) Anggota Badan Pengawas menerima uang jasa sebesar 30% (tiga puluh per
seratus) dari gaji Direktur Utama.
Pasal 24
(1) Selain uang jasa, setiap tahun diberikan jasa produksi;
(2) Besarnya jasa produksi sebagaimana dimaksud pada ayat (1) ditetapkan oleh
Kepala Daerah dnegan memperhatikan kemampuan PDAM.
Bagian Keempat
Pemberitahuan
Pasal 25
Anggota Badan Pengawas dapat diberhentikan dengan alasan:
a. atas permintaan sendiri;
b. karena kesehatan tidal dapat melaksanakan tugasny;
c. terlibat dalam tindakan yang merugikan PDAM;
d. terlibat dalam tindak pidana;
e. merugikan PDAM.
Pasal 26
(1) Apabila Anggota Badan Pengawas diduga melakukan salah satu perbuatan
sebagaiman adimaksud dalam Pasal 25 huruf c, d, dan e, Kepala Daerah segera
melakukan pemeriksaan terhadap yang bersangkutan;
(2) Apabila berdasarkan hasil pemeriksaan terhadap Anggota Badan Pengawas
sebagimana dimaksud pada ayat (1) terbukti melakukan perbuatan yang
dituduhkan Kepala Daerah paling lama 7 (tujuh) hari kerja mengeluarkan Surat
Keputusan Kepala Daerah tentang pemberhentian sebagai Anggota Badan
Pengawas.
BAB V
KETENTUAN LAIN- LAIN
Pasal 27
8. PDAM yang cakupan pelayanannya kurang dari 10.000 (sepuluh ribu) pelanggan,
persyaratan untuk diangkat menjadi Anggota Direksi minimum berijasah Sarjana Muda
atau D3 dengan tetap mengutamakan yang berpendidikan Sarjana (S1);
Pasal 28
Apabila dalam 2 (dua) tahun berturut-turut Direksi tidak mampu meningkatkan kinerja
dan pelayanan air minum kepada masyarakat, Kepala Daerah dapat mengganti Direksi.
Pasal 29
PDAM yang kegiatan usahanya selain dibidang air minum , dapat menambah 1 (satu)
Direksi.
Pasal 30
PDAM yang memiliki oleh 2 (dua) Pemerintah Daerah atau lebih, jumlah Anggota Badan
Pengawas tetap ganjil, maksimum 5 (lima) orang.
Pasal 30
Dana representatif setinggi-tingginya 75% (tujuh puluh lima per seratus) dari jumlah
penghasilan Direksi yang diterima dalam 1 (satu) tahun.
Pasal 32
Pensium Direksi diatur dengan Peraturan Dana Pensium DAPENMA PAMSI.
Pasal 33
Direksi yang akan melakukan perjalanan dinas ke luar daerah atau negeri harus
mendapat ijin dari Kepala Daerah.
KETENTUAN PERALIHAN
Pasal 34
Anggota Direksi yang pada saat Peraturan ini ditetapkan telah berusia 60 tahun atau
lebih yang bersangkutan tetap menjalankan tugasnya sampai berakhir masa jabatannya.
BAB VI
KETENTUAN PENUTUP
Pasal 35
Dengan berlakunya Peraturan ini maka Peraturan Menteri Dalam Negeri No. 690-157
Tahun 1985 tentang Ketentuan-ketentuan Pokok Badan Pengawas, Direksi dan
Kepegawaian PDAM dinyatakan tidak berlaku.
9. Pasal 36
Peraturan ini mulai berlaku pada tanggal ditetapkan.
Ditetapkan
pada tanggal 5 Nopember 1998
MENTERI DALAM NEGERI
ttd
SYARWAN HAMID