SlideShare a Scribd company logo
PERATURAN MENTERI KEHUTANAN REPUBLIK INDONESIA
NOMOR : P.31/MENHUT-II/2013
TENTANG
PERUBAHAN ATAS PERATURAN MENTERI KEHUTANAN NOMOR P.55/MENHUTII/2011 TENTANG TATA CARA PERMOHONAN IZIN USAHA PEMANFAATAN
HASIL HUTAN KAYU PADA HUTAN TANAMAN RAKYAT DALAM HUTAN
TANAMAN
DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA
MENTERI KEHUTANAN REPUBLIK INDONESIA,
Menimbang : a. bahwa berdasarkan Pasal 40 ayat (7) Peraturan Pemerintah
Nomor 6 Tahun 2007 tentang Tata Hutan Dan Penyusunan
Rencana Pengelolaan Hutan, Serta Pemanfaatan Hutan
sebagaimana telah diubah dengan Peraturan Pemerintah
Nomor 3 Tahun 2008, ketentuan lebih lanjut mengenai usaha
pemanfaatan hasil hutan kayu pada hutan tanaman rakyat
dalam hutan tanaman diatur lebih lanjut dengan Peraturan
Menteri;
b. bahwa ketentuan huruf a, telah ditetapkan Peraturan Menteri
Kehutanan Nomor P.55/Menhut-II/2011 tentang Tata Cara
Permohonan Izin Usaha Pemanfaatan Hasil Hutan Kayu Pada
Hutan Tanaman Rakyat Dalam Hutan Tanaman;
c. bahwa hasil evaluasi terhadap pelaksanaan Peraturan
Menteri tersebut pada huruf b, Peraturan Menteri perlu
disempurnakan guna kepastian dan kemudahan berusaha
atas usaha pemanfaatan hasil hutan pada hutan tanaman
rakyat dalam hutan tanaman;
d. bahwa sehubungan hal tersebut huruf a sampai dengan
huruf c, perlu menetapkan Peraturan Menteri Kehutanan
tentang Perubahan Atas Peraturan Menteri Kehutanan Nomor
P.55/Menhut-II/2011 tentang Tata Cara Permohonan Izin
Usaha Pemanfaatan Hasil Hutan Kayu Pada Hutan Tanaman
Rakyat Dalam Hutan Tanaman;
Mengingat

: 1. Undang-Undang Nomor 5 Tahun 1990 tentang Konservasi
Sumber Daya Alam Hayati dan Ekosistemnya (Lembaran
Negara Republik Indonesia Tahun 1990 Nomor 49,
Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor
3419);
2. Undang-Undang Nomor 41 Tahun 1999 tentang Kehutanan
(Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 1999 Nomor
167, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor
3888), sebagaimana telah diubah dengan Undang - Undang

/Nomor ...
-2-

Nomor 19 Tahun 2004 (Lembaran Negara Republik Indonesia
Tahun 2004 Nomor 86, Tambahan Lembaran Negara Republik
Indonesia Nomor 4412);
3. Undang-Undang
Nomor
32
Tahun
2004
tentang
Pemerintahan Daerah (Lembaran Negara Republik Indonesia
Tahun 2004 Nomor 125, Tambahan Lembaran Negara
Republik
Indonesia
Nomor 4437 ) , sebagaimana telah
beberapa kali diubah, terakhir dengan Undang- Undang
Nomor 12 Tahun 2008 (Lembaran Negara Republik Indonesia
Tahun 2008 Nomor 59, Tambahan Lembaran Negara
Republik Indonesia Nomor 4844);
4. Undang-Undang Nomor 32 Tahun 2009 tentang Perlindungan
dan Pengelolaan Lingkungan Hidup (Lembaran Negara
Republik Indonesia Tahun 2009 Nomor 68, Tambahan
Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 140);
5. Peraturan Pemerintah Nomor 27 Tahun 1999 tentang
Analisis Mengenai Dampak Lingkungan (Lembaran Negara
Republik Indonesia Tahun 1999 Nomor 59, Tambahan
Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 3838);
6. Peraturan Pemerintah Nomor 6 Tahun 2007 tentang Tata
Hutan dan Penyusunan Rencana Pengelolaan Hutan, serta
Pemanfaatan Hutan (Lembaran Negara Republik Indonesia
Tahun 2007 Nomor 22, Tambahan Lembaran Negara
Republik Indonesia Nomor 4696), sebagaimana telah diubah
dengan Peraturan Pemerintah Nomor 3 Tahun 2008
(Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2008 Nomor
16, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor
4814);
7. Peraturan Pemerintah Nomor 38 Tahun 2007 tentang
Pembagian Urusan Pemerintahan antara Pemerintah,
Pemerintah Daerah Propinsi, dan Pemerintah Daerah
Kabupaten/Kota (Lembaran Negara Republik Indonesia
Tahun 2007 Nomor 82, Tambahan Lembaran Negara
Republik Indonesia Nomor 4737);
8. Peraturan Presiden Nomor 47 Tahun 2009 tentang
Pembentukan
dan
Organisasi
Kementerian
Negara
sebagaimana telah diubah terakhir dengan Peraturan
Presiden Nomor 91 Tahun 2011;
9. Peraturan Presiden Nomor 24 Tahun 2010 tentang
Kedudukan, Tugas dan Fungsi Kementerian Negara serta
Susunan Organisasi, Tugas dan Fungsi Eselon I Kementerian
Negara sebagaimana telah diubah terakhir dengan Peraturan
Presiden Nomor 92 Tahun 2011;
10. Keputusan Presiden Nomor 84/P Tahun 2009 tentang
Pembentukan Kabinet Indonesia Bersatu II sebagaimana
telah diubah terakhir dengan Keputusan Presiden Nomor
59/P Tahun 2011;
11. Instruksi Presiden Nomor 3 Tahun 2006 tentang Paket
Kebijakan Perbaikan Iklim Investasi;
12. Peraturan Menteri Kehutanan Nomor P.9/Menhut-II/2008
tentang
Persyaratan
Kelompok
Tani
Hutan
Untuk
Mendapatkan Pinjaman Dana Bergulir Pembangunan Hutan
Tanaman Rakyat;
/13. Peraturan...
-3-

13. Peraturan Menteri Kehutanan Nomor P.64/Menhut-II/2009
tentang Standard Biaya Pembangunan Hutan Tanaman
Industri dan Hutan Tanaman Rakyat (Berita Negara Republik
Indonesia Tahun 2009 Nomor 389);
14. Peraturan Menteri Kehutanan Nomor P.55/Menhut-II/2011
tentang Tata Cara Permohonan Izin Usaha Pemanfaatan Hasil
Hutan Kayu pada Hutan Tanaman Rakyat dalam Hutan
Tanaman (Berita Negara Republik Indonesia Tahun 2011
Nomor 407);
15. Peraturan Menteri Kehutanan Nomor P.3/Menhut-II/2012
tentang Rencana Kerja Pada Usaha Pemanfaatan Hasil Hutan
Kayu Hutan Tanaman Rakyat (Berita Negara Republik
Indonesia Tahun 2012 Nomor 66);
16. Peraturan Menteri Kehutanan Nomor P.40/Menhut-II/2010
tentang Organisasi dan Tata Kerja Kementerian Kehutanan
(Berita Negara Republik Indonesia Tahun 2010 Nomor 405),
sebagaimana telah diubah dengan Peraturan Menteri
Kehutanan Nomor P.33/Menhut-II/2012 (Berita Negara
Republik Indonesia Tahun 2012 Nomor 779);
MEMUTUSKAN:
Menetapkan :

PERATURAN MENTERI KEHUTANAN TENTANG PERUBAHAN
ATAS
PERATURAN
MENTERI
KEHUTANAN
NOMOR
P.55/MENHUT-II/2011 TENTANG TATA CARA PERMOHONAN
IZIN USAHA PEMANFAATAN HASIL HUTAN KAYU PADA HUTAN
TANAMAN RAKYAT DALAM HUTAN TANAMAN.
Pasal I

Beberapa ketentuan dalam Peraturan Menteri Kehutanan Nomor P.55/MenhutII/2011 tentang Tata Cara Permohonan Izin Usaha Pemanfaatan Hasil Hutan Kayu
Pada Hutan Tanaman Rakyat Dalam Hutan Tanaman (Berita Negara Republik
Indonesia Tahun 2011 Nomor 407), diubah sebagai berikut :
1.

Ketentuan Pasal 2 diubah dengan menambah 1 (satu) huruf pada ayat (3),
yakni huruf e dan menambah 1 (satu) ayat baru yakni ayat (5), sehingga
berbunyi sebagai berikut :
Pasal 2
(3) Rencana pencadangan areal HTR dimaksud pada ayat (2), dilampiri
pertimbangan teknis dari Kepala Dinas yang membidangi kehutanan di
Kabupaten/Kota atau Kepala KPHP yang memuat :
a. informasi kondisi areal dan penutupan lahan, informasi (kawasan atau
areal) tumpang tindih perizinan, tanaman reboisasi dan rehabilitasi;
b. daftar nama-nama masyarakat calon pemegang izin IUPHHK HTR yang
diketahui oleh Camat dan Kepala Desa/Lurah sesuai KTP setempat;
c.

pernyataan bahwa aksesibilitas areal yang diusulkan tidak sulit;

d. peta usulan rencana pembangunan HTR skala 1:50.000 atau skala 1 :
100.000; dan
e.

peta usulan rencana pembangunan HTR agar memperhatikan Peta
Arahan Indikatif Pemanfaatan Hutan Produksi dan mengeluarkan area
Buffer Zone,
/dengan...
-4-

dengan tembusan disampaikan kepada Direktur Jenderal dan Direktur
Jenderal Planologi Kehutanan.
(5) Berdasarkan hasil telaah Direktorat Jenderal Planologi Kehutanan
sebagaimana dimaksud pada ayat (4), Bupati menyesuaikan nama-nama
masyarakat calon pemegang izin.
2.

Di antara ayat (2) dan ayat (3) Pasal 3 disisipkan 1 (satu) ayat baru, yakni
ayat (2a), sehingga berbunyi sebagai berikut :
Pasal 3
(2a) Penerbitan pencadangan areal HTR sebagaimana dimaksud pada ayat (1),
dilampirkan peta dan daftar nama-nama masyarakat calon pemegang
IUPHHK-HTR.

3.

Ketentuan Pasal 7 ayat (4) diubah dan menambah 1 (satu) ayat baru, yakni
ayat (5), sehingga berbunyi sebagai berikut :
Pasal 7
(4) Jenis tanaman pokok berbagai jenis sebagaimana dimaksud pada ayat
(2) huruf b, adalah tanaman hutan berkayu yang dikombinasikan
dengan
tanaman
budidaya tahunan yang berkayu antara
lain
tanaman berbuah, bergetah selain karet dan pohon penghasil pangan
dan energi paling luas 40% (empat puluh persen) dari areal kerja dan
tidak didominasi oleh satu jenis tanaman.
(5) Khusus budidaya tanaman pokok karet, termasuk tanaman sejenis
sebagaimana dimaksud pada ayat (2) huruf a, dapat dikembangkan untuk
pembangunan usaha pemanfaatan hasil hutan kayu hutan tanaman
rakyat.

4.

Ketentuan Pasal 11 ayat 1 (satu) diubah, sehingga berbunyi sebagai
berikut :
Pasal 11
(1) Persyaratan permohonan yang diajukan oleh perorangan :
a.
b.

Keterangan dari Kepala Desa bahwa pemohon berdomisili di desa
tersebut;

c.

Keterangan dari Kepala Desa bahwa pemohon berdomisili di desa
tersebut atau berdomisili di desa lain dalam kecamatan yang sama
serta mempunyai ketergantungan pada kawasan hutan tersebut;

d.
5.

Foto copy KTP, sesuai dengan yang diusulkan pada saat pencadangan
areal;

Sketsa areal yang dimohon.

Di antara ayat (4) dan ayat (5) Pasal 13 disisipkan 1 (satu) ayat, yakni
ayat (4a), dan menambah 1 (satu) ayat baru yakni ayat (8), sehingga
berbunyi sebagai berikut :

/Pasal 13...
-5-

Pasal 13
(4a) Dalam hal terdapat provinsi tidak ada kantor BPKH yang berkedudukan
di wilayahnya, namun memiliki UPTD Dinas Provinsi yang menangani
pengukuran dan perpetaan hutan sesuai tugas pokok dan fungsinya
maka dalam melakukan verifikasi administrasi dan fisik terhadap
peta/sketsa usulan IUPHHK-HTR, UPT dapat berkoordinasi dengan UPTD
yang bersangkutan, dan hasilnya ditembuskan kepada BPKH wilayah
kerja setempat.
(8)

6.

Dalam hal Bupati atau Kepala KPHP menerbitkan izin bagi perorangan
dalam bentuk KTH dan dalam 1 (satu) tahapan verifikasi, maka Bupati
atau Kepala KPHP dapat menerbitkan izin perorangan secara kolektif
kepada KTH dengan lampiran daftar nama-nama anggota KTH.

Ketentuan Pasal 20 ayat (7) diubah, sehingga berbunyi sebagai berikut :
Pasal 20
(7)

7.

Biaya pendampingan dibebankan pada anggaran Pemerintah Pusat dan
atau Pemerintah Kabupaten/Kota.

Pasal 25 ayat (1) dan ayat (3) dihapus, dan ketentuan ayat (2) diubah,
sehingga keseluruhan Pasal 25 berbunyi sebagai berikut :
Pasal 25
(1) Dihapus.
(2) Laporan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 24 ayat (3), berupa hasil
pengukuran peta tanaman dan dilengkapi dengan table register atau
atribut yang berisi informasi: nomor blok, luas blok, nomor petak, luas
petak, koordinat pusat petak, jenis tanaman, tahun tanaman dan
persentasi tumbuh.
(3) Dihapus.
Pasal II

Peraturan Menteri ini mulai berlaku pada tanggal diundangkan.
Agar setiap orang mengetahuinya, memerintahkan pengundangan Peraturan Menteri
ini dengan penempatannya dalam Berita Negara Republik Indonesia.
Ditetapkan di Jakarta
pada tanggal 10 Juni 2013
MENTERI KEHUTANAN
REPUBLIK INDONESIA,
ttd.
ZULKIFLI HASAN
Diundangkan di Jakarta
pada tanggal 12 Juni 2013
MENTERI HUKUM DAN HAK ASASI MANUSIA
REPUBLIK INDONESIA,
ttd.
AMIR SYAMSUDIN
BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA TAHUN 2013 NOMOR 826
Salinan sesuai dengan aslinya
KEPALA BIRO HUKUM DAN ORGANISASI,
ttd.
KRISNA RYA

More Related Content

More from walhiaceh

Profil lembaga yea
Profil lembaga yeaProfil lembaga yea
Profil lembaga yea
walhiaceh
 
Profil yayasan papan aceh 1
Profil yayasan papan aceh 1Profil yayasan papan aceh 1
Profil yayasan papan aceh 1
walhiaceh
 
Profil pkbi 1
Profil pkbi 1Profil pkbi 1
Profil pkbi 1walhiaceh
 
Profil puspa
Profil puspaProfil puspa
Profil puspa
walhiaceh
 
Profil sahara
Profil saharaProfil sahara
Profil saharawalhiaceh
 
Profil yps
Profil ypsProfil yps
Profil yps
walhiaceh
 
Profil yrbi terbaru
Profil yrbi terbaruProfil yrbi terbaru
Profil yrbi terbaru
walhiaceh
 
Profile organisasi yab
Profile organisasi yabProfile organisasi yab
Profile organisasi yab
walhiaceh
 
Profile organisasi ysl
Profile organisasi yslProfile organisasi ysl
Profile organisasi ysl
walhiaceh
 
Profile yelped terbaru 2010
Profile yelped terbaru 2010Profile yelped terbaru 2010
Profile yelped terbaru 2010walhiaceh
 
Profil rmtm yg baru
Profil rmtm yg baruProfil rmtm yg baru
Profil rmtm yg baruwalhiaceh
 
Profil cdi
Profil  cdiProfil  cdi
Profil cdi
walhiaceh
 
Profil lpl ha
Profil lpl haProfil lpl ha
Profil lpl ha
walhiaceh
 
Profil pugar 2010
Profil pugar 2010Profil pugar 2010
Profil pugar 2010
walhiaceh
 
Profil ccde
Profil ccdeProfil ccde
Profil ccde
walhiaceh
 
Profil lembaga ysa
Profil lembaga ysaProfil lembaga ysa
Profil lembaga ysa
walhiaceh
 
Profil limid 1
Profil limid 1Profil limid 1
Profil limid 1walhiaceh
 
Profil lp2 sm
Profil lp2 smProfil lp2 sm
Profil lp2 sm
walhiaceh
 
Profil mapayah 08
Profil mapayah 08Profil mapayah 08
Profil mapayah 08
walhiaceh
 

More from walhiaceh (20)

Profil lembaga yea
Profil lembaga yeaProfil lembaga yea
Profil lembaga yea
 
Profil yayasan papan aceh 1
Profil yayasan papan aceh 1Profil yayasan papan aceh 1
Profil yayasan papan aceh 1
 
Profil pkbi 1
Profil pkbi 1Profil pkbi 1
Profil pkbi 1
 
Profil puspa
Profil puspaProfil puspa
Profil puspa
 
Profil sahara
Profil saharaProfil sahara
Profil sahara
 
Profil yicm
Profil yicmProfil yicm
Profil yicm
 
Profil yps
Profil ypsProfil yps
Profil yps
 
Profil yrbi terbaru
Profil yrbi terbaruProfil yrbi terbaru
Profil yrbi terbaru
 
Profile organisasi yab
Profile organisasi yabProfile organisasi yab
Profile organisasi yab
 
Profile organisasi ysl
Profile organisasi yslProfile organisasi ysl
Profile organisasi ysl
 
Profile yelped terbaru 2010
Profile yelped terbaru 2010Profile yelped terbaru 2010
Profile yelped terbaru 2010
 
Profil rmtm yg baru
Profil rmtm yg baruProfil rmtm yg baru
Profil rmtm yg baru
 
Profil cdi
Profil  cdiProfil  cdi
Profil cdi
 
Profil lpl ha
Profil lpl haProfil lpl ha
Profil lpl ha
 
Profil pugar 2010
Profil pugar 2010Profil pugar 2010
Profil pugar 2010
 
Profil ccde
Profil ccdeProfil ccde
Profil ccde
 
Profil lembaga ysa
Profil lembaga ysaProfil lembaga ysa
Profil lembaga ysa
 
Profil limid 1
Profil limid 1Profil limid 1
Profil limid 1
 
Profil lp2 sm
Profil lp2 smProfil lp2 sm
Profil lp2 sm
 
Profil mapayah 08
Profil mapayah 08Profil mapayah 08
Profil mapayah 08
 

Recently uploaded

Perangkat pembelajaran dalam kurikulum merdeka
Perangkat pembelajaran dalam kurikulum merdekaPerangkat pembelajaran dalam kurikulum merdeka
Perangkat pembelajaran dalam kurikulum merdeka
AchmadArifudin3
 
laporan komunitas belajar sekolah dasar negeri botoputih
laporan komunitas belajar sekolah dasar negeri botoputihlaporan komunitas belajar sekolah dasar negeri botoputih
laporan komunitas belajar sekolah dasar negeri botoputih
SDNBotoputih
 
Menyambut Masyarakat 4.0 dan Indonesia Emas 2045
Menyambut Masyarakat 4.0 dan Indonesia Emas 2045Menyambut Masyarakat 4.0 dan Indonesia Emas 2045
Menyambut Masyarakat 4.0 dan Indonesia Emas 2045
RizkiArdhan
 
Modul Projek Gaya Hidup Berkelanjutan - Peduli Sampah Selamatkan Generasi - F...
Modul Projek Gaya Hidup Berkelanjutan - Peduli Sampah Selamatkan Generasi - F...Modul Projek Gaya Hidup Berkelanjutan - Peduli Sampah Selamatkan Generasi - F...
Modul Projek Gaya Hidup Berkelanjutan - Peduli Sampah Selamatkan Generasi - F...
AdeSutisna19
 
RANCANGAN TINDAKAN AKSI NYATA MODUL 1.4.pdf.pdf
RANCANGAN TINDAKAN AKSI NYATA MODUL 1.4.pdf.pdfRANCANGAN TINDAKAN AKSI NYATA MODUL 1.4.pdf.pdf
RANCANGAN TINDAKAN AKSI NYATA MODUL 1.4.pdf.pdf
OswaldusDiwaDoka
 
Modul Ajar PAI dan Budi Pekerti Kelas 5 Fase C Kurikulum Merdeka
Modul Ajar PAI dan Budi Pekerti Kelas 5 Fase C Kurikulum MerdekaModul Ajar PAI dan Budi Pekerti Kelas 5 Fase C Kurikulum Merdeka
Modul Ajar PAI dan Budi Pekerti Kelas 5 Fase C Kurikulum Merdeka
Fathan Emran
 
KIAN karya ilmiah akhir ners keperawatan medikal bedah.ppt
KIAN karya ilmiah akhir ners keperawatan medikal bedah.pptKIAN karya ilmiah akhir ners keperawatan medikal bedah.ppt
KIAN karya ilmiah akhir ners keperawatan medikal bedah.ppt
WAYANDARSANA1
 
Aksi Nyata Topik Membangun Komunitas Belajar dalam Sekolah_Dhenis.pptx
Aksi Nyata Topik Membangun Komunitas Belajar dalam Sekolah_Dhenis.pptxAksi Nyata Topik Membangun Komunitas Belajar dalam Sekolah_Dhenis.pptx
Aksi Nyata Topik Membangun Komunitas Belajar dalam Sekolah_Dhenis.pptx
dhenisarlini86
 
Modul Ajar PJOK Kelas 4 Fase B Kurikulum Merdeka
Modul Ajar PJOK Kelas 4 Fase B Kurikulum MerdekaModul Ajar PJOK Kelas 4 Fase B Kurikulum Merdeka
Modul Ajar PJOK Kelas 4 Fase B Kurikulum Merdeka
Fathan Emran
 
Modul Ajar PJOK Kelas 1 Fase A Kurikulum Merdeka
Modul Ajar PJOK Kelas 1 Fase A Kurikulum MerdekaModul Ajar PJOK Kelas 1 Fase A Kurikulum Merdeka
Modul Ajar PJOK Kelas 1 Fase A Kurikulum Merdeka
Fathan Emran
 
PPT RENCANA AKSI 2 modul ajar matematika berdiferensiasi kelas 1
PPT RENCANA AKSI 2 modul ajar matematika berdiferensiasi kelas 1PPT RENCANA AKSI 2 modul ajar matematika berdiferensiasi kelas 1
PPT RENCANA AKSI 2 modul ajar matematika berdiferensiasi kelas 1
Arumdwikinasih
 
Projek Penguatan Profil Pelajar Pancasila SD.pdf.pdf
Projek Penguatan Profil Pelajar Pancasila SD.pdf.pdfProjek Penguatan Profil Pelajar Pancasila SD.pdf.pdf
Projek Penguatan Profil Pelajar Pancasila SD.pdf.pdf
anikdwihariyanti
 
Modul Ajar Bahasa Inggris Kelas 11 Fase F Kurikulum Merdeka
Modul Ajar Bahasa Inggris Kelas 11 Fase F Kurikulum MerdekaModul Ajar Bahasa Inggris Kelas 11 Fase F Kurikulum Merdeka
Modul Ajar Bahasa Inggris Kelas 11 Fase F Kurikulum Merdeka
Fathan Emran
 
Pengenalan Morfologi & Tata Bahasa Indonesia
Pengenalan Morfologi & Tata Bahasa IndonesiaPengenalan Morfologi & Tata Bahasa Indonesia
Pengenalan Morfologi & Tata Bahasa Indonesia
sucibrooks86
 
Modul Ajar Bahasa Indonesia Kelas 10 Fase E Kurikulum Merdeka
Modul Ajar Bahasa Indonesia Kelas 10 Fase E Kurikulum MerdekaModul Ajar Bahasa Indonesia Kelas 10 Fase E Kurikulum Merdeka
Modul Ajar Bahasa Indonesia Kelas 10 Fase E Kurikulum Merdeka
Fathan Emran
 
Panduan E_KSP SMK 2024 Program Kemendikbud SMK
Panduan E_KSP SMK 2024 Program Kemendikbud SMKPanduan E_KSP SMK 2024 Program Kemendikbud SMK
Panduan E_KSP SMK 2024 Program Kemendikbud SMK
PujiMaryati
 
pdf-powerpoint-kesehatan-reproduksi-remaja-ppt-kespro-remaja-_compress (1).pptx
pdf-powerpoint-kesehatan-reproduksi-remaja-ppt-kespro-remaja-_compress (1).pptxpdf-powerpoint-kesehatan-reproduksi-remaja-ppt-kespro-remaja-_compress (1).pptx
pdf-powerpoint-kesehatan-reproduksi-remaja-ppt-kespro-remaja-_compress (1).pptx
vivi211570
 
Alur tujuan pembelajaran bahasa inggris kelas x fase e
Alur tujuan pembelajaran bahasa inggris kelas x fase eAlur tujuan pembelajaran bahasa inggris kelas x fase e
Alur tujuan pembelajaran bahasa inggris kelas x fase e
MsElisazmar
 
Materi Feedback (umpan balik) kelas Psikologi Komunikasi
Materi Feedback (umpan balik) kelas Psikologi KomunikasiMateri Feedback (umpan balik) kelas Psikologi Komunikasi
Materi Feedback (umpan balik) kelas Psikologi Komunikasi
AdePutraTunggali
 
AKSI NYATA PENDIDIKAN INKLUSIF (perubahan kecil dengan dampak besar)
AKSI NYATA PENDIDIKAN INKLUSIF (perubahan kecil dengan dampak besar)AKSI NYATA PENDIDIKAN INKLUSIF (perubahan kecil dengan dampak besar)
AKSI NYATA PENDIDIKAN INKLUSIF (perubahan kecil dengan dampak besar)
juliafnita47
 

Recently uploaded (20)

Perangkat pembelajaran dalam kurikulum merdeka
Perangkat pembelajaran dalam kurikulum merdekaPerangkat pembelajaran dalam kurikulum merdeka
Perangkat pembelajaran dalam kurikulum merdeka
 
laporan komunitas belajar sekolah dasar negeri botoputih
laporan komunitas belajar sekolah dasar negeri botoputihlaporan komunitas belajar sekolah dasar negeri botoputih
laporan komunitas belajar sekolah dasar negeri botoputih
 
Menyambut Masyarakat 4.0 dan Indonesia Emas 2045
Menyambut Masyarakat 4.0 dan Indonesia Emas 2045Menyambut Masyarakat 4.0 dan Indonesia Emas 2045
Menyambut Masyarakat 4.0 dan Indonesia Emas 2045
 
Modul Projek Gaya Hidup Berkelanjutan - Peduli Sampah Selamatkan Generasi - F...
Modul Projek Gaya Hidup Berkelanjutan - Peduli Sampah Selamatkan Generasi - F...Modul Projek Gaya Hidup Berkelanjutan - Peduli Sampah Selamatkan Generasi - F...
Modul Projek Gaya Hidup Berkelanjutan - Peduli Sampah Selamatkan Generasi - F...
 
RANCANGAN TINDAKAN AKSI NYATA MODUL 1.4.pdf.pdf
RANCANGAN TINDAKAN AKSI NYATA MODUL 1.4.pdf.pdfRANCANGAN TINDAKAN AKSI NYATA MODUL 1.4.pdf.pdf
RANCANGAN TINDAKAN AKSI NYATA MODUL 1.4.pdf.pdf
 
Modul Ajar PAI dan Budi Pekerti Kelas 5 Fase C Kurikulum Merdeka
Modul Ajar PAI dan Budi Pekerti Kelas 5 Fase C Kurikulum MerdekaModul Ajar PAI dan Budi Pekerti Kelas 5 Fase C Kurikulum Merdeka
Modul Ajar PAI dan Budi Pekerti Kelas 5 Fase C Kurikulum Merdeka
 
KIAN karya ilmiah akhir ners keperawatan medikal bedah.ppt
KIAN karya ilmiah akhir ners keperawatan medikal bedah.pptKIAN karya ilmiah akhir ners keperawatan medikal bedah.ppt
KIAN karya ilmiah akhir ners keperawatan medikal bedah.ppt
 
Aksi Nyata Topik Membangun Komunitas Belajar dalam Sekolah_Dhenis.pptx
Aksi Nyata Topik Membangun Komunitas Belajar dalam Sekolah_Dhenis.pptxAksi Nyata Topik Membangun Komunitas Belajar dalam Sekolah_Dhenis.pptx
Aksi Nyata Topik Membangun Komunitas Belajar dalam Sekolah_Dhenis.pptx
 
Modul Ajar PJOK Kelas 4 Fase B Kurikulum Merdeka
Modul Ajar PJOK Kelas 4 Fase B Kurikulum MerdekaModul Ajar PJOK Kelas 4 Fase B Kurikulum Merdeka
Modul Ajar PJOK Kelas 4 Fase B Kurikulum Merdeka
 
Modul Ajar PJOK Kelas 1 Fase A Kurikulum Merdeka
Modul Ajar PJOK Kelas 1 Fase A Kurikulum MerdekaModul Ajar PJOK Kelas 1 Fase A Kurikulum Merdeka
Modul Ajar PJOK Kelas 1 Fase A Kurikulum Merdeka
 
PPT RENCANA AKSI 2 modul ajar matematika berdiferensiasi kelas 1
PPT RENCANA AKSI 2 modul ajar matematika berdiferensiasi kelas 1PPT RENCANA AKSI 2 modul ajar matematika berdiferensiasi kelas 1
PPT RENCANA AKSI 2 modul ajar matematika berdiferensiasi kelas 1
 
Projek Penguatan Profil Pelajar Pancasila SD.pdf.pdf
Projek Penguatan Profil Pelajar Pancasila SD.pdf.pdfProjek Penguatan Profil Pelajar Pancasila SD.pdf.pdf
Projek Penguatan Profil Pelajar Pancasila SD.pdf.pdf
 
Modul Ajar Bahasa Inggris Kelas 11 Fase F Kurikulum Merdeka
Modul Ajar Bahasa Inggris Kelas 11 Fase F Kurikulum MerdekaModul Ajar Bahasa Inggris Kelas 11 Fase F Kurikulum Merdeka
Modul Ajar Bahasa Inggris Kelas 11 Fase F Kurikulum Merdeka
 
Pengenalan Morfologi & Tata Bahasa Indonesia
Pengenalan Morfologi & Tata Bahasa IndonesiaPengenalan Morfologi & Tata Bahasa Indonesia
Pengenalan Morfologi & Tata Bahasa Indonesia
 
Modul Ajar Bahasa Indonesia Kelas 10 Fase E Kurikulum Merdeka
Modul Ajar Bahasa Indonesia Kelas 10 Fase E Kurikulum MerdekaModul Ajar Bahasa Indonesia Kelas 10 Fase E Kurikulum Merdeka
Modul Ajar Bahasa Indonesia Kelas 10 Fase E Kurikulum Merdeka
 
Panduan E_KSP SMK 2024 Program Kemendikbud SMK
Panduan E_KSP SMK 2024 Program Kemendikbud SMKPanduan E_KSP SMK 2024 Program Kemendikbud SMK
Panduan E_KSP SMK 2024 Program Kemendikbud SMK
 
pdf-powerpoint-kesehatan-reproduksi-remaja-ppt-kespro-remaja-_compress (1).pptx
pdf-powerpoint-kesehatan-reproduksi-remaja-ppt-kespro-remaja-_compress (1).pptxpdf-powerpoint-kesehatan-reproduksi-remaja-ppt-kespro-remaja-_compress (1).pptx
pdf-powerpoint-kesehatan-reproduksi-remaja-ppt-kespro-remaja-_compress (1).pptx
 
Alur tujuan pembelajaran bahasa inggris kelas x fase e
Alur tujuan pembelajaran bahasa inggris kelas x fase eAlur tujuan pembelajaran bahasa inggris kelas x fase e
Alur tujuan pembelajaran bahasa inggris kelas x fase e
 
Materi Feedback (umpan balik) kelas Psikologi Komunikasi
Materi Feedback (umpan balik) kelas Psikologi KomunikasiMateri Feedback (umpan balik) kelas Psikologi Komunikasi
Materi Feedback (umpan balik) kelas Psikologi Komunikasi
 
AKSI NYATA PENDIDIKAN INKLUSIF (perubahan kecil dengan dampak besar)
AKSI NYATA PENDIDIKAN INKLUSIF (perubahan kecil dengan dampak besar)AKSI NYATA PENDIDIKAN INKLUSIF (perubahan kecil dengan dampak besar)
AKSI NYATA PENDIDIKAN INKLUSIF (perubahan kecil dengan dampak besar)
 

Permen menhut no 31 tahun 2013 tentang tata cara permohonan izin

  • 1. PERATURAN MENTERI KEHUTANAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR : P.31/MENHUT-II/2013 TENTANG PERUBAHAN ATAS PERATURAN MENTERI KEHUTANAN NOMOR P.55/MENHUTII/2011 TENTANG TATA CARA PERMOHONAN IZIN USAHA PEMANFAATAN HASIL HUTAN KAYU PADA HUTAN TANAMAN RAKYAT DALAM HUTAN TANAMAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA MENTERI KEHUTANAN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang : a. bahwa berdasarkan Pasal 40 ayat (7) Peraturan Pemerintah Nomor 6 Tahun 2007 tentang Tata Hutan Dan Penyusunan Rencana Pengelolaan Hutan, Serta Pemanfaatan Hutan sebagaimana telah diubah dengan Peraturan Pemerintah Nomor 3 Tahun 2008, ketentuan lebih lanjut mengenai usaha pemanfaatan hasil hutan kayu pada hutan tanaman rakyat dalam hutan tanaman diatur lebih lanjut dengan Peraturan Menteri; b. bahwa ketentuan huruf a, telah ditetapkan Peraturan Menteri Kehutanan Nomor P.55/Menhut-II/2011 tentang Tata Cara Permohonan Izin Usaha Pemanfaatan Hasil Hutan Kayu Pada Hutan Tanaman Rakyat Dalam Hutan Tanaman; c. bahwa hasil evaluasi terhadap pelaksanaan Peraturan Menteri tersebut pada huruf b, Peraturan Menteri perlu disempurnakan guna kepastian dan kemudahan berusaha atas usaha pemanfaatan hasil hutan pada hutan tanaman rakyat dalam hutan tanaman; d. bahwa sehubungan hal tersebut huruf a sampai dengan huruf c, perlu menetapkan Peraturan Menteri Kehutanan tentang Perubahan Atas Peraturan Menteri Kehutanan Nomor P.55/Menhut-II/2011 tentang Tata Cara Permohonan Izin Usaha Pemanfaatan Hasil Hutan Kayu Pada Hutan Tanaman Rakyat Dalam Hutan Tanaman; Mengingat : 1. Undang-Undang Nomor 5 Tahun 1990 tentang Konservasi Sumber Daya Alam Hayati dan Ekosistemnya (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 1990 Nomor 49, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 3419); 2. Undang-Undang Nomor 41 Tahun 1999 tentang Kehutanan (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 1999 Nomor 167, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 3888), sebagaimana telah diubah dengan Undang - Undang /Nomor ...
  • 2. -2- Nomor 19 Tahun 2004 (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2004 Nomor 86, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4412); 3. Undang-Undang Nomor 32 Tahun 2004 tentang Pemerintahan Daerah (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2004 Nomor 125, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4437 ) , sebagaimana telah beberapa kali diubah, terakhir dengan Undang- Undang Nomor 12 Tahun 2008 (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2008 Nomor 59, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4844); 4. Undang-Undang Nomor 32 Tahun 2009 tentang Perlindungan dan Pengelolaan Lingkungan Hidup (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2009 Nomor 68, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 140); 5. Peraturan Pemerintah Nomor 27 Tahun 1999 tentang Analisis Mengenai Dampak Lingkungan (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 1999 Nomor 59, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 3838); 6. Peraturan Pemerintah Nomor 6 Tahun 2007 tentang Tata Hutan dan Penyusunan Rencana Pengelolaan Hutan, serta Pemanfaatan Hutan (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2007 Nomor 22, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4696), sebagaimana telah diubah dengan Peraturan Pemerintah Nomor 3 Tahun 2008 (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2008 Nomor 16, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4814); 7. Peraturan Pemerintah Nomor 38 Tahun 2007 tentang Pembagian Urusan Pemerintahan antara Pemerintah, Pemerintah Daerah Propinsi, dan Pemerintah Daerah Kabupaten/Kota (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2007 Nomor 82, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4737); 8. Peraturan Presiden Nomor 47 Tahun 2009 tentang Pembentukan dan Organisasi Kementerian Negara sebagaimana telah diubah terakhir dengan Peraturan Presiden Nomor 91 Tahun 2011; 9. Peraturan Presiden Nomor 24 Tahun 2010 tentang Kedudukan, Tugas dan Fungsi Kementerian Negara serta Susunan Organisasi, Tugas dan Fungsi Eselon I Kementerian Negara sebagaimana telah diubah terakhir dengan Peraturan Presiden Nomor 92 Tahun 2011; 10. Keputusan Presiden Nomor 84/P Tahun 2009 tentang Pembentukan Kabinet Indonesia Bersatu II sebagaimana telah diubah terakhir dengan Keputusan Presiden Nomor 59/P Tahun 2011; 11. Instruksi Presiden Nomor 3 Tahun 2006 tentang Paket Kebijakan Perbaikan Iklim Investasi; 12. Peraturan Menteri Kehutanan Nomor P.9/Menhut-II/2008 tentang Persyaratan Kelompok Tani Hutan Untuk Mendapatkan Pinjaman Dana Bergulir Pembangunan Hutan Tanaman Rakyat; /13. Peraturan...
  • 3. -3- 13. Peraturan Menteri Kehutanan Nomor P.64/Menhut-II/2009 tentang Standard Biaya Pembangunan Hutan Tanaman Industri dan Hutan Tanaman Rakyat (Berita Negara Republik Indonesia Tahun 2009 Nomor 389); 14. Peraturan Menteri Kehutanan Nomor P.55/Menhut-II/2011 tentang Tata Cara Permohonan Izin Usaha Pemanfaatan Hasil Hutan Kayu pada Hutan Tanaman Rakyat dalam Hutan Tanaman (Berita Negara Republik Indonesia Tahun 2011 Nomor 407); 15. Peraturan Menteri Kehutanan Nomor P.3/Menhut-II/2012 tentang Rencana Kerja Pada Usaha Pemanfaatan Hasil Hutan Kayu Hutan Tanaman Rakyat (Berita Negara Republik Indonesia Tahun 2012 Nomor 66); 16. Peraturan Menteri Kehutanan Nomor P.40/Menhut-II/2010 tentang Organisasi dan Tata Kerja Kementerian Kehutanan (Berita Negara Republik Indonesia Tahun 2010 Nomor 405), sebagaimana telah diubah dengan Peraturan Menteri Kehutanan Nomor P.33/Menhut-II/2012 (Berita Negara Republik Indonesia Tahun 2012 Nomor 779); MEMUTUSKAN: Menetapkan : PERATURAN MENTERI KEHUTANAN TENTANG PERUBAHAN ATAS PERATURAN MENTERI KEHUTANAN NOMOR P.55/MENHUT-II/2011 TENTANG TATA CARA PERMOHONAN IZIN USAHA PEMANFAATAN HASIL HUTAN KAYU PADA HUTAN TANAMAN RAKYAT DALAM HUTAN TANAMAN. Pasal I Beberapa ketentuan dalam Peraturan Menteri Kehutanan Nomor P.55/MenhutII/2011 tentang Tata Cara Permohonan Izin Usaha Pemanfaatan Hasil Hutan Kayu Pada Hutan Tanaman Rakyat Dalam Hutan Tanaman (Berita Negara Republik Indonesia Tahun 2011 Nomor 407), diubah sebagai berikut : 1. Ketentuan Pasal 2 diubah dengan menambah 1 (satu) huruf pada ayat (3), yakni huruf e dan menambah 1 (satu) ayat baru yakni ayat (5), sehingga berbunyi sebagai berikut : Pasal 2 (3) Rencana pencadangan areal HTR dimaksud pada ayat (2), dilampiri pertimbangan teknis dari Kepala Dinas yang membidangi kehutanan di Kabupaten/Kota atau Kepala KPHP yang memuat : a. informasi kondisi areal dan penutupan lahan, informasi (kawasan atau areal) tumpang tindih perizinan, tanaman reboisasi dan rehabilitasi; b. daftar nama-nama masyarakat calon pemegang izin IUPHHK HTR yang diketahui oleh Camat dan Kepala Desa/Lurah sesuai KTP setempat; c. pernyataan bahwa aksesibilitas areal yang diusulkan tidak sulit; d. peta usulan rencana pembangunan HTR skala 1:50.000 atau skala 1 : 100.000; dan e. peta usulan rencana pembangunan HTR agar memperhatikan Peta Arahan Indikatif Pemanfaatan Hutan Produksi dan mengeluarkan area Buffer Zone, /dengan...
  • 4. -4- dengan tembusan disampaikan kepada Direktur Jenderal dan Direktur Jenderal Planologi Kehutanan. (5) Berdasarkan hasil telaah Direktorat Jenderal Planologi Kehutanan sebagaimana dimaksud pada ayat (4), Bupati menyesuaikan nama-nama masyarakat calon pemegang izin. 2. Di antara ayat (2) dan ayat (3) Pasal 3 disisipkan 1 (satu) ayat baru, yakni ayat (2a), sehingga berbunyi sebagai berikut : Pasal 3 (2a) Penerbitan pencadangan areal HTR sebagaimana dimaksud pada ayat (1), dilampirkan peta dan daftar nama-nama masyarakat calon pemegang IUPHHK-HTR. 3. Ketentuan Pasal 7 ayat (4) diubah dan menambah 1 (satu) ayat baru, yakni ayat (5), sehingga berbunyi sebagai berikut : Pasal 7 (4) Jenis tanaman pokok berbagai jenis sebagaimana dimaksud pada ayat (2) huruf b, adalah tanaman hutan berkayu yang dikombinasikan dengan tanaman budidaya tahunan yang berkayu antara lain tanaman berbuah, bergetah selain karet dan pohon penghasil pangan dan energi paling luas 40% (empat puluh persen) dari areal kerja dan tidak didominasi oleh satu jenis tanaman. (5) Khusus budidaya tanaman pokok karet, termasuk tanaman sejenis sebagaimana dimaksud pada ayat (2) huruf a, dapat dikembangkan untuk pembangunan usaha pemanfaatan hasil hutan kayu hutan tanaman rakyat. 4. Ketentuan Pasal 11 ayat 1 (satu) diubah, sehingga berbunyi sebagai berikut : Pasal 11 (1) Persyaratan permohonan yang diajukan oleh perorangan : a. b. Keterangan dari Kepala Desa bahwa pemohon berdomisili di desa tersebut; c. Keterangan dari Kepala Desa bahwa pemohon berdomisili di desa tersebut atau berdomisili di desa lain dalam kecamatan yang sama serta mempunyai ketergantungan pada kawasan hutan tersebut; d. 5. Foto copy KTP, sesuai dengan yang diusulkan pada saat pencadangan areal; Sketsa areal yang dimohon. Di antara ayat (4) dan ayat (5) Pasal 13 disisipkan 1 (satu) ayat, yakni ayat (4a), dan menambah 1 (satu) ayat baru yakni ayat (8), sehingga berbunyi sebagai berikut : /Pasal 13...
  • 5. -5- Pasal 13 (4a) Dalam hal terdapat provinsi tidak ada kantor BPKH yang berkedudukan di wilayahnya, namun memiliki UPTD Dinas Provinsi yang menangani pengukuran dan perpetaan hutan sesuai tugas pokok dan fungsinya maka dalam melakukan verifikasi administrasi dan fisik terhadap peta/sketsa usulan IUPHHK-HTR, UPT dapat berkoordinasi dengan UPTD yang bersangkutan, dan hasilnya ditembuskan kepada BPKH wilayah kerja setempat. (8) 6. Dalam hal Bupati atau Kepala KPHP menerbitkan izin bagi perorangan dalam bentuk KTH dan dalam 1 (satu) tahapan verifikasi, maka Bupati atau Kepala KPHP dapat menerbitkan izin perorangan secara kolektif kepada KTH dengan lampiran daftar nama-nama anggota KTH. Ketentuan Pasal 20 ayat (7) diubah, sehingga berbunyi sebagai berikut : Pasal 20 (7) 7. Biaya pendampingan dibebankan pada anggaran Pemerintah Pusat dan atau Pemerintah Kabupaten/Kota. Pasal 25 ayat (1) dan ayat (3) dihapus, dan ketentuan ayat (2) diubah, sehingga keseluruhan Pasal 25 berbunyi sebagai berikut : Pasal 25 (1) Dihapus. (2) Laporan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 24 ayat (3), berupa hasil pengukuran peta tanaman dan dilengkapi dengan table register atau atribut yang berisi informasi: nomor blok, luas blok, nomor petak, luas petak, koordinat pusat petak, jenis tanaman, tahun tanaman dan persentasi tumbuh. (3) Dihapus. Pasal II Peraturan Menteri ini mulai berlaku pada tanggal diundangkan. Agar setiap orang mengetahuinya, memerintahkan pengundangan Peraturan Menteri ini dengan penempatannya dalam Berita Negara Republik Indonesia. Ditetapkan di Jakarta pada tanggal 10 Juni 2013 MENTERI KEHUTANAN REPUBLIK INDONESIA, ttd. ZULKIFLI HASAN Diundangkan di Jakarta pada tanggal 12 Juni 2013 MENTERI HUKUM DAN HAK ASASI MANUSIA REPUBLIK INDONESIA, ttd. AMIR SYAMSUDIN BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA TAHUN 2013 NOMOR 826 Salinan sesuai dengan aslinya KEPALA BIRO HUKUM DAN ORGANISASI, ttd. KRISNA RYA