Undang-undang ini mengatur tentang ketenagakerjaan di Indonesia. Tujuannya adalah memberdayakan dan mendayagunakan tenaga kerja secara optimal dan manusiawi, mewujudkan pemerataan kesempatan kerja, memberikan perlindungan kepada tenaga kerja, serta meningkatkan kesejahteraan tenaga kerja dan keluarganya. Undang-undang ini juga mengatur tentang perencanaan tenaga kerja, informasi ketenagakerjaan, pelatihan kerja, hubungan industrial
Peraturan Pemerintah ini mengatur tentang tata cara pelaksanaan anggaran pendapatan dan belanja negara. Beberapa poin penting yang diatur antara lain penjelasan mengenai pengertian istilah-istilah yang digunakan dalam pengelolaan keuangan negara seperti pengertian anggaran pendapatan dan belanja negara, pendapatan negara, belanja negara, dan pengertian pejabat-pejabat terkait seperti pengguna anggaran, kuasa pengg
Dokumen ini berisi profil Yayasan Flower Aceh, sebuah lembaga swadaya masyarakat yang berfokus pada pemberdayaan perempuan dan perspektif gender. Lembaga ini didirikan pada tahun 1989 dan berlokasi di Banda Aceh dengan wilayah kerja di seluruh provinsi Aceh. Flower Aceh memiliki tiga divisi utama yaitu pemberdayaan masyarakat, kajian dan pendidikan publik, serta pengembangan kelembagaan. Lembaga ini juga melak
Forsikal adalah lembaga swadaya masyarakat yang berfokus pada masalah kependudukan dan lingkungan hidup di Aceh. Lembaga ini didirikan pada tahun 1985 dan bergerak dalam bidang pendampingan masyarakat, advokasi, dan pengembangan sumber daya manusia untuk pelestarian lingkungan. Visi Forsikal adalah membangun masyarakat madani yang peduli lingkungan, sementara misinya adalah meningkatkan taraf hidup masy
Undang-undang ini mengatur tentang ketenagakerjaan di Indonesia. Tujuannya adalah memberdayakan dan mendayagunakan tenaga kerja secara optimal dan manusiawi, mewujudkan pemerataan kesempatan kerja, memberikan perlindungan kepada tenaga kerja, serta meningkatkan kesejahteraan tenaga kerja dan keluarganya. Undang-undang ini juga mengatur tentang perencanaan tenaga kerja, informasi ketenagakerjaan, pelatihan kerja, hubungan industrial
Peraturan Pemerintah ini mengatur tentang tata cara pelaksanaan anggaran pendapatan dan belanja negara. Beberapa poin penting yang diatur antara lain penjelasan mengenai pengertian istilah-istilah yang digunakan dalam pengelolaan keuangan negara seperti pengertian anggaran pendapatan dan belanja negara, pendapatan negara, belanja negara, dan pengertian pejabat-pejabat terkait seperti pengguna anggaran, kuasa pengg
Dokumen ini berisi profil Yayasan Flower Aceh, sebuah lembaga swadaya masyarakat yang berfokus pada pemberdayaan perempuan dan perspektif gender. Lembaga ini didirikan pada tahun 1989 dan berlokasi di Banda Aceh dengan wilayah kerja di seluruh provinsi Aceh. Flower Aceh memiliki tiga divisi utama yaitu pemberdayaan masyarakat, kajian dan pendidikan publik, serta pengembangan kelembagaan. Lembaga ini juga melak
Forsikal adalah lembaga swadaya masyarakat yang berfokus pada masalah kependudukan dan lingkungan hidup di Aceh. Lembaga ini didirikan pada tahun 1985 dan bergerak dalam bidang pendampingan masyarakat, advokasi, dan pengembangan sumber daya manusia untuk pelestarian lingkungan. Visi Forsikal adalah membangun masyarakat madani yang peduli lingkungan, sementara misinya adalah meningkatkan taraf hidup masy
Yayasan Ekowisata Aceh didirikan pada tahun 1997 untuk memberdayakan masyarakat lokal dalam pengelolaan sumber daya alam secara berkelanjutan dan meningkatkan taraf hidup mereka. Organisasi ini telah bekerja sama dengan berbagai lembaga dalam berbagai program terkait lingkungan, penanganan bencana, dan pemberdayaan masyarakat.
Yayasan PAPAN Aceh adalah lembaga nirlaba yang bergerak di bidang advokasi lingkungan hidup dan pemberdayaan masyarakat miskin di Aceh Barat, didirikan pada 1996. Visinya adalah membantu masyarakat miskin hidup sejahtera melalui pemberdayaan partisipatif. Program-programnya meliputi advokasi lingkungan, peningkatan kapasitas masyarakat, ekonomi ramah lingkungan, dan pendidikan demokrasi. Yay
PUSPA adalah lembaga yang bergerak dalam bidang lingkungan hidup dan pemberdayaan masyarakat di Provinsi Aceh. Didirikan pada tahun 1994, lembaga ini berupaya meningkatkan sumber daya manusia untuk pelestarian lingkungan serta memberdayakan masyarakat melalui pendidikan, penelitian, advokasi, dan kerja sama dengan lembaga lain.
Yayasan Peduli Sabang adalah lembaga swadaya masyarakat yang bergerak di bidang lingkungan hidup, pendidikan, pemberdayaan masyarakat, dan HAM di Kota Sabang. Yayasan ini berfokus pada pemantauan lingkungan dan program pemerintah serta pemberdayaan masyarakat melalui kerja sama dengan berbagai lembaga.
Yayasan Rumpun Bambu Indonesia (YRBI) didirikan pada 1995 untuk memperkuat pengelolaan sumber daya alam dan ekonomi masyarakat di Aceh. YRBI bekerja di 4 kabupaten Aceh dengan 15 staf dan fokus pada pendampingan masyarakat, advokasi, pelestarian lingkungan, dan peningkatan kesejahteraan. Selama bertahun-tahun YRBI telah bekerja sama dengan berbagai lembaga untuk memetakan wilayah m
Yayasan Anak Bangsa (YAB) adalah organisasi nirlaba yang berdiri sejak 1995 di Aceh yang berfokus pada advokasi dan pelayanan untuk anak-anak. YAB memiliki 7 staf dan beroperasi di beberapa wilayah di Aceh untuk membela dan melindungi hak-hak anak, serta memberikan pendampingan dan pendidikan kepada anak-anak yang membutuhkan.
Yayasan Simeulue Lestari (YSL) adalah lembaga swadaya masyarakat yang bergerak di bidang advokasi kebijakan, pemberdayaan ekonomi masyarakat, dan pendidikan berbasis pengalaman di lapangan dengan sasaran masyarakat pesisir kepulauan Kabupaten Simeulue. YSL didirikan pada 1998 dan beranggotakan 6 orang staf yang berupaya mewujudkan masyarakat demokratis dan mandiri di Simeulue.
Yayasan Citra Desa Indonesia (CDI) adalah lembaga nirlaba yang berfokus pada pemberdayaan ekonomi berbasis lingkungan di Aceh. CDI telah beroperasi sejak 1989 dan bekerja sama dengan berbagai lembaga internasional untuk membantu pemulihan ekonomi masyarakat korban bencana seperti tsunami. Visi CDI adalah menciptakan masyarakat mandiri yang menghargai hak-hak komunal.
Lembaga Pembelaan Lingkungan Hidup (LPLH) adalah lembaga swadaya masyarakat yang didirikan pada tahun 1992 oleh 15 LSM di Aceh untuk melawan pencemaran lingkungan yang berkepanjangan di zona industri Lhokseumawe. LPLH bertugas sebagai lembaga advokasi lingkungan hidup dengan memberikan pendidikan lingkungan hidup kepada masyarakat, melakukan investigasi kasus pencemaran lingkungan, serta membela korban pencemaran
Yayasan PUGAR didirikan pada tahun 1992 untuk memberdayakan masyarakat pesisir Aceh. Organisasi ini fokus pada advokasi hak-hak masyarakat pesisir dan penguatan kapasitas mereka.
Lembaga CCDE didirikan pada 1993 untuk memberdayakan masyarakat, khususnya perempuan. CCDE bekerja di bidang pendidikan nonformal, pemberdayaan ekonomi, dan lingkungan hidup. Mereka bekerja sama dengan berbagai organisasi untuk mendukung program-program tersebut.
Yayasan Solidaritas Aceh (YSA) adalah lembaga nirlaba yang bergerak dalam bidang lingkungan hidup, pemberdayaan masyarakat, penanganan bencana, pendidikan, dan pariwisata di Aceh. YSA didirikan pada tahun 2005 untuk membantu penanganan dampak gempa dan tsunami 2004 serta meningkatkan kesejahteraan masyarakat Aceh. Selama ini YSA telah melakukan berbagai program bantuan kemanusiaan, pemberdayaan ekonomi
MAPAYAH adalah lembaga non-pemerintah yang bergerak di bidang lingkungan hidup yang berpusat di Banda Aceh. Didirikan pada 2000 untuk menangani masalah biodiversity dan degradasi lingkungan di Aceh. Visinya adalah pelestarian keanekaragaman hayati untuk generasi sekarang dan masa depan.
Yayasan Ekowisata Aceh didirikan pada tahun 1997 untuk memberdayakan masyarakat lokal dalam pengelolaan sumber daya alam secara berkelanjutan dan meningkatkan taraf hidup mereka. Organisasi ini telah bekerja sama dengan berbagai lembaga dalam berbagai program terkait lingkungan, penanganan bencana, dan pemberdayaan masyarakat.
Yayasan PAPAN Aceh adalah lembaga nirlaba yang bergerak di bidang advokasi lingkungan hidup dan pemberdayaan masyarakat miskin di Aceh Barat, didirikan pada 1996. Visinya adalah membantu masyarakat miskin hidup sejahtera melalui pemberdayaan partisipatif. Program-programnya meliputi advokasi lingkungan, peningkatan kapasitas masyarakat, ekonomi ramah lingkungan, dan pendidikan demokrasi. Yay
PUSPA adalah lembaga yang bergerak dalam bidang lingkungan hidup dan pemberdayaan masyarakat di Provinsi Aceh. Didirikan pada tahun 1994, lembaga ini berupaya meningkatkan sumber daya manusia untuk pelestarian lingkungan serta memberdayakan masyarakat melalui pendidikan, penelitian, advokasi, dan kerja sama dengan lembaga lain.
Yayasan Peduli Sabang adalah lembaga swadaya masyarakat yang bergerak di bidang lingkungan hidup, pendidikan, pemberdayaan masyarakat, dan HAM di Kota Sabang. Yayasan ini berfokus pada pemantauan lingkungan dan program pemerintah serta pemberdayaan masyarakat melalui kerja sama dengan berbagai lembaga.
Yayasan Rumpun Bambu Indonesia (YRBI) didirikan pada 1995 untuk memperkuat pengelolaan sumber daya alam dan ekonomi masyarakat di Aceh. YRBI bekerja di 4 kabupaten Aceh dengan 15 staf dan fokus pada pendampingan masyarakat, advokasi, pelestarian lingkungan, dan peningkatan kesejahteraan. Selama bertahun-tahun YRBI telah bekerja sama dengan berbagai lembaga untuk memetakan wilayah m
Yayasan Anak Bangsa (YAB) adalah organisasi nirlaba yang berdiri sejak 1995 di Aceh yang berfokus pada advokasi dan pelayanan untuk anak-anak. YAB memiliki 7 staf dan beroperasi di beberapa wilayah di Aceh untuk membela dan melindungi hak-hak anak, serta memberikan pendampingan dan pendidikan kepada anak-anak yang membutuhkan.
Yayasan Simeulue Lestari (YSL) adalah lembaga swadaya masyarakat yang bergerak di bidang advokasi kebijakan, pemberdayaan ekonomi masyarakat, dan pendidikan berbasis pengalaman di lapangan dengan sasaran masyarakat pesisir kepulauan Kabupaten Simeulue. YSL didirikan pada 1998 dan beranggotakan 6 orang staf yang berupaya mewujudkan masyarakat demokratis dan mandiri di Simeulue.
Yayasan Citra Desa Indonesia (CDI) adalah lembaga nirlaba yang berfokus pada pemberdayaan ekonomi berbasis lingkungan di Aceh. CDI telah beroperasi sejak 1989 dan bekerja sama dengan berbagai lembaga internasional untuk membantu pemulihan ekonomi masyarakat korban bencana seperti tsunami. Visi CDI adalah menciptakan masyarakat mandiri yang menghargai hak-hak komunal.
Lembaga Pembelaan Lingkungan Hidup (LPLH) adalah lembaga swadaya masyarakat yang didirikan pada tahun 1992 oleh 15 LSM di Aceh untuk melawan pencemaran lingkungan yang berkepanjangan di zona industri Lhokseumawe. LPLH bertugas sebagai lembaga advokasi lingkungan hidup dengan memberikan pendidikan lingkungan hidup kepada masyarakat, melakukan investigasi kasus pencemaran lingkungan, serta membela korban pencemaran
Yayasan PUGAR didirikan pada tahun 1992 untuk memberdayakan masyarakat pesisir Aceh. Organisasi ini fokus pada advokasi hak-hak masyarakat pesisir dan penguatan kapasitas mereka.
Lembaga CCDE didirikan pada 1993 untuk memberdayakan masyarakat, khususnya perempuan. CCDE bekerja di bidang pendidikan nonformal, pemberdayaan ekonomi, dan lingkungan hidup. Mereka bekerja sama dengan berbagai organisasi untuk mendukung program-program tersebut.
Yayasan Solidaritas Aceh (YSA) adalah lembaga nirlaba yang bergerak dalam bidang lingkungan hidup, pemberdayaan masyarakat, penanganan bencana, pendidikan, dan pariwisata di Aceh. YSA didirikan pada tahun 2005 untuk membantu penanganan dampak gempa dan tsunami 2004 serta meningkatkan kesejahteraan masyarakat Aceh. Selama ini YSA telah melakukan berbagai program bantuan kemanusiaan, pemberdayaan ekonomi
MAPAYAH adalah lembaga non-pemerintah yang bergerak di bidang lingkungan hidup yang berpusat di Banda Aceh. Didirikan pada 2000 untuk menangani masalah biodiversity dan degradasi lingkungan di Aceh. Visinya adalah pelestarian keanekaragaman hayati untuk generasi sekarang dan masa depan.
PPT RENCANA AKSI 2 modul ajar matematika berdiferensiasi kelas 1Arumdwikinasih
Pembelajaran berdiferensiasi merupakan pembelajaran yang mengakomodasi dari semua perbedaan murid, terbuka untuk semua dan memberikan kebutuhan-kebutuhan yang dibutuhkan oleh setiap individu.kelas 1 ........
Modul Ajar Bahasa Inggris Kelas 11 Fase F Kurikulum MerdekaFathan Emran
Modul Ajar Bahasa Inggris Kelas 11 SMA/MA Fase F Kurikulum Merdeka - abdiera.com, Modul Ajar Bahasa Inggris Kelas 11 SMA/MA Fase F Kurikulum Merdeka, Modul Ajar Bahasa Inggris Kelas 11 SMA/MA Fase F Kurikulum Merdeka, Modul Ajar Bahasa Inggris Kelas 11 SMA/MA Fase F Kurikulum Merdeka, Modul Ajar Bahasa Inggris Kelas 11 SMA/MA Fase F Kurikulum Merdeka, Modul Ajar Bahasa Inggris Kelas 11 SMA/MA Fase F Kurikulum Merdeka
Modul Ajar Bahasa Indonesia Kelas 10 Fase E Kurikulum MerdekaFathan Emran
Modul Ajar Bahasa Indonesia Kelas 10 SMA/MA Fase E Kurikulum Merdeka - abdiera.com, Modul Ajar Bahasa Indonesia Kelas 10 SMA/MA Fase E Kurikulum Merdeka, Modul Ajar Bahasa Indonesia Kelas 10 SMA/MA Fase E Kurikulum Merdeka, Modul Ajar Bahasa Indonesia Kelas 10 SMA/MA Fase E Kurikulum Merdeka, Modul Ajar Bahasa Indonesia Kelas 10 SMA/MA Fase E Kurikulum Merdeka, Modul Ajar Bahasa Indonesia Kelas 10 SMA/MA Fase E Kurikulum Merdeka
AKSI NYATA PENDIDIKAN INKLUSIF (perubahan kecil dengan dampak besar)
Permen menhut no 31 tahun 2013 tentang tata cara permohonan izin
1. PERATURAN MENTERI KEHUTANAN REPUBLIK INDONESIA
NOMOR : P.31/MENHUT-II/2013
TENTANG
PERUBAHAN ATAS PERATURAN MENTERI KEHUTANAN NOMOR P.55/MENHUTII/2011 TENTANG TATA CARA PERMOHONAN IZIN USAHA PEMANFAATAN
HASIL HUTAN KAYU PADA HUTAN TANAMAN RAKYAT DALAM HUTAN
TANAMAN
DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA
MENTERI KEHUTANAN REPUBLIK INDONESIA,
Menimbang : a. bahwa berdasarkan Pasal 40 ayat (7) Peraturan Pemerintah
Nomor 6 Tahun 2007 tentang Tata Hutan Dan Penyusunan
Rencana Pengelolaan Hutan, Serta Pemanfaatan Hutan
sebagaimana telah diubah dengan Peraturan Pemerintah
Nomor 3 Tahun 2008, ketentuan lebih lanjut mengenai usaha
pemanfaatan hasil hutan kayu pada hutan tanaman rakyat
dalam hutan tanaman diatur lebih lanjut dengan Peraturan
Menteri;
b. bahwa ketentuan huruf a, telah ditetapkan Peraturan Menteri
Kehutanan Nomor P.55/Menhut-II/2011 tentang Tata Cara
Permohonan Izin Usaha Pemanfaatan Hasil Hutan Kayu Pada
Hutan Tanaman Rakyat Dalam Hutan Tanaman;
c. bahwa hasil evaluasi terhadap pelaksanaan Peraturan
Menteri tersebut pada huruf b, Peraturan Menteri perlu
disempurnakan guna kepastian dan kemudahan berusaha
atas usaha pemanfaatan hasil hutan pada hutan tanaman
rakyat dalam hutan tanaman;
d. bahwa sehubungan hal tersebut huruf a sampai dengan
huruf c, perlu menetapkan Peraturan Menteri Kehutanan
tentang Perubahan Atas Peraturan Menteri Kehutanan Nomor
P.55/Menhut-II/2011 tentang Tata Cara Permohonan Izin
Usaha Pemanfaatan Hasil Hutan Kayu Pada Hutan Tanaman
Rakyat Dalam Hutan Tanaman;
Mengingat
: 1. Undang-Undang Nomor 5 Tahun 1990 tentang Konservasi
Sumber Daya Alam Hayati dan Ekosistemnya (Lembaran
Negara Republik Indonesia Tahun 1990 Nomor 49,
Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor
3419);
2. Undang-Undang Nomor 41 Tahun 1999 tentang Kehutanan
(Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 1999 Nomor
167, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor
3888), sebagaimana telah diubah dengan Undang - Undang
/Nomor ...
2. -2-
Nomor 19 Tahun 2004 (Lembaran Negara Republik Indonesia
Tahun 2004 Nomor 86, Tambahan Lembaran Negara Republik
Indonesia Nomor 4412);
3. Undang-Undang
Nomor
32
Tahun
2004
tentang
Pemerintahan Daerah (Lembaran Negara Republik Indonesia
Tahun 2004 Nomor 125, Tambahan Lembaran Negara
Republik
Indonesia
Nomor 4437 ) , sebagaimana telah
beberapa kali diubah, terakhir dengan Undang- Undang
Nomor 12 Tahun 2008 (Lembaran Negara Republik Indonesia
Tahun 2008 Nomor 59, Tambahan Lembaran Negara
Republik Indonesia Nomor 4844);
4. Undang-Undang Nomor 32 Tahun 2009 tentang Perlindungan
dan Pengelolaan Lingkungan Hidup (Lembaran Negara
Republik Indonesia Tahun 2009 Nomor 68, Tambahan
Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 140);
5. Peraturan Pemerintah Nomor 27 Tahun 1999 tentang
Analisis Mengenai Dampak Lingkungan (Lembaran Negara
Republik Indonesia Tahun 1999 Nomor 59, Tambahan
Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 3838);
6. Peraturan Pemerintah Nomor 6 Tahun 2007 tentang Tata
Hutan dan Penyusunan Rencana Pengelolaan Hutan, serta
Pemanfaatan Hutan (Lembaran Negara Republik Indonesia
Tahun 2007 Nomor 22, Tambahan Lembaran Negara
Republik Indonesia Nomor 4696), sebagaimana telah diubah
dengan Peraturan Pemerintah Nomor 3 Tahun 2008
(Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2008 Nomor
16, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor
4814);
7. Peraturan Pemerintah Nomor 38 Tahun 2007 tentang
Pembagian Urusan Pemerintahan antara Pemerintah,
Pemerintah Daerah Propinsi, dan Pemerintah Daerah
Kabupaten/Kota (Lembaran Negara Republik Indonesia
Tahun 2007 Nomor 82, Tambahan Lembaran Negara
Republik Indonesia Nomor 4737);
8. Peraturan Presiden Nomor 47 Tahun 2009 tentang
Pembentukan
dan
Organisasi
Kementerian
Negara
sebagaimana telah diubah terakhir dengan Peraturan
Presiden Nomor 91 Tahun 2011;
9. Peraturan Presiden Nomor 24 Tahun 2010 tentang
Kedudukan, Tugas dan Fungsi Kementerian Negara serta
Susunan Organisasi, Tugas dan Fungsi Eselon I Kementerian
Negara sebagaimana telah diubah terakhir dengan Peraturan
Presiden Nomor 92 Tahun 2011;
10. Keputusan Presiden Nomor 84/P Tahun 2009 tentang
Pembentukan Kabinet Indonesia Bersatu II sebagaimana
telah diubah terakhir dengan Keputusan Presiden Nomor
59/P Tahun 2011;
11. Instruksi Presiden Nomor 3 Tahun 2006 tentang Paket
Kebijakan Perbaikan Iklim Investasi;
12. Peraturan Menteri Kehutanan Nomor P.9/Menhut-II/2008
tentang
Persyaratan
Kelompok
Tani
Hutan
Untuk
Mendapatkan Pinjaman Dana Bergulir Pembangunan Hutan
Tanaman Rakyat;
/13. Peraturan...
3. -3-
13. Peraturan Menteri Kehutanan Nomor P.64/Menhut-II/2009
tentang Standard Biaya Pembangunan Hutan Tanaman
Industri dan Hutan Tanaman Rakyat (Berita Negara Republik
Indonesia Tahun 2009 Nomor 389);
14. Peraturan Menteri Kehutanan Nomor P.55/Menhut-II/2011
tentang Tata Cara Permohonan Izin Usaha Pemanfaatan Hasil
Hutan Kayu pada Hutan Tanaman Rakyat dalam Hutan
Tanaman (Berita Negara Republik Indonesia Tahun 2011
Nomor 407);
15. Peraturan Menteri Kehutanan Nomor P.3/Menhut-II/2012
tentang Rencana Kerja Pada Usaha Pemanfaatan Hasil Hutan
Kayu Hutan Tanaman Rakyat (Berita Negara Republik
Indonesia Tahun 2012 Nomor 66);
16. Peraturan Menteri Kehutanan Nomor P.40/Menhut-II/2010
tentang Organisasi dan Tata Kerja Kementerian Kehutanan
(Berita Negara Republik Indonesia Tahun 2010 Nomor 405),
sebagaimana telah diubah dengan Peraturan Menteri
Kehutanan Nomor P.33/Menhut-II/2012 (Berita Negara
Republik Indonesia Tahun 2012 Nomor 779);
MEMUTUSKAN:
Menetapkan :
PERATURAN MENTERI KEHUTANAN TENTANG PERUBAHAN
ATAS
PERATURAN
MENTERI
KEHUTANAN
NOMOR
P.55/MENHUT-II/2011 TENTANG TATA CARA PERMOHONAN
IZIN USAHA PEMANFAATAN HASIL HUTAN KAYU PADA HUTAN
TANAMAN RAKYAT DALAM HUTAN TANAMAN.
Pasal I
Beberapa ketentuan dalam Peraturan Menteri Kehutanan Nomor P.55/MenhutII/2011 tentang Tata Cara Permohonan Izin Usaha Pemanfaatan Hasil Hutan Kayu
Pada Hutan Tanaman Rakyat Dalam Hutan Tanaman (Berita Negara Republik
Indonesia Tahun 2011 Nomor 407), diubah sebagai berikut :
1.
Ketentuan Pasal 2 diubah dengan menambah 1 (satu) huruf pada ayat (3),
yakni huruf e dan menambah 1 (satu) ayat baru yakni ayat (5), sehingga
berbunyi sebagai berikut :
Pasal 2
(3) Rencana pencadangan areal HTR dimaksud pada ayat (2), dilampiri
pertimbangan teknis dari Kepala Dinas yang membidangi kehutanan di
Kabupaten/Kota atau Kepala KPHP yang memuat :
a. informasi kondisi areal dan penutupan lahan, informasi (kawasan atau
areal) tumpang tindih perizinan, tanaman reboisasi dan rehabilitasi;
b. daftar nama-nama masyarakat calon pemegang izin IUPHHK HTR yang
diketahui oleh Camat dan Kepala Desa/Lurah sesuai KTP setempat;
c.
pernyataan bahwa aksesibilitas areal yang diusulkan tidak sulit;
d. peta usulan rencana pembangunan HTR skala 1:50.000 atau skala 1 :
100.000; dan
e.
peta usulan rencana pembangunan HTR agar memperhatikan Peta
Arahan Indikatif Pemanfaatan Hutan Produksi dan mengeluarkan area
Buffer Zone,
/dengan...
4. -4-
dengan tembusan disampaikan kepada Direktur Jenderal dan Direktur
Jenderal Planologi Kehutanan.
(5) Berdasarkan hasil telaah Direktorat Jenderal Planologi Kehutanan
sebagaimana dimaksud pada ayat (4), Bupati menyesuaikan nama-nama
masyarakat calon pemegang izin.
2.
Di antara ayat (2) dan ayat (3) Pasal 3 disisipkan 1 (satu) ayat baru, yakni
ayat (2a), sehingga berbunyi sebagai berikut :
Pasal 3
(2a) Penerbitan pencadangan areal HTR sebagaimana dimaksud pada ayat (1),
dilampirkan peta dan daftar nama-nama masyarakat calon pemegang
IUPHHK-HTR.
3.
Ketentuan Pasal 7 ayat (4) diubah dan menambah 1 (satu) ayat baru, yakni
ayat (5), sehingga berbunyi sebagai berikut :
Pasal 7
(4) Jenis tanaman pokok berbagai jenis sebagaimana dimaksud pada ayat
(2) huruf b, adalah tanaman hutan berkayu yang dikombinasikan
dengan
tanaman
budidaya tahunan yang berkayu antara
lain
tanaman berbuah, bergetah selain karet dan pohon penghasil pangan
dan energi paling luas 40% (empat puluh persen) dari areal kerja dan
tidak didominasi oleh satu jenis tanaman.
(5) Khusus budidaya tanaman pokok karet, termasuk tanaman sejenis
sebagaimana dimaksud pada ayat (2) huruf a, dapat dikembangkan untuk
pembangunan usaha pemanfaatan hasil hutan kayu hutan tanaman
rakyat.
4.
Ketentuan Pasal 11 ayat 1 (satu) diubah, sehingga berbunyi sebagai
berikut :
Pasal 11
(1) Persyaratan permohonan yang diajukan oleh perorangan :
a.
b.
Keterangan dari Kepala Desa bahwa pemohon berdomisili di desa
tersebut;
c.
Keterangan dari Kepala Desa bahwa pemohon berdomisili di desa
tersebut atau berdomisili di desa lain dalam kecamatan yang sama
serta mempunyai ketergantungan pada kawasan hutan tersebut;
d.
5.
Foto copy KTP, sesuai dengan yang diusulkan pada saat pencadangan
areal;
Sketsa areal yang dimohon.
Di antara ayat (4) dan ayat (5) Pasal 13 disisipkan 1 (satu) ayat, yakni
ayat (4a), dan menambah 1 (satu) ayat baru yakni ayat (8), sehingga
berbunyi sebagai berikut :
/Pasal 13...
5. -5-
Pasal 13
(4a) Dalam hal terdapat provinsi tidak ada kantor BPKH yang berkedudukan
di wilayahnya, namun memiliki UPTD Dinas Provinsi yang menangani
pengukuran dan perpetaan hutan sesuai tugas pokok dan fungsinya
maka dalam melakukan verifikasi administrasi dan fisik terhadap
peta/sketsa usulan IUPHHK-HTR, UPT dapat berkoordinasi dengan UPTD
yang bersangkutan, dan hasilnya ditembuskan kepada BPKH wilayah
kerja setempat.
(8)
6.
Dalam hal Bupati atau Kepala KPHP menerbitkan izin bagi perorangan
dalam bentuk KTH dan dalam 1 (satu) tahapan verifikasi, maka Bupati
atau Kepala KPHP dapat menerbitkan izin perorangan secara kolektif
kepada KTH dengan lampiran daftar nama-nama anggota KTH.
Ketentuan Pasal 20 ayat (7) diubah, sehingga berbunyi sebagai berikut :
Pasal 20
(7)
7.
Biaya pendampingan dibebankan pada anggaran Pemerintah Pusat dan
atau Pemerintah Kabupaten/Kota.
Pasal 25 ayat (1) dan ayat (3) dihapus, dan ketentuan ayat (2) diubah,
sehingga keseluruhan Pasal 25 berbunyi sebagai berikut :
Pasal 25
(1) Dihapus.
(2) Laporan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 24 ayat (3), berupa hasil
pengukuran peta tanaman dan dilengkapi dengan table register atau
atribut yang berisi informasi: nomor blok, luas blok, nomor petak, luas
petak, koordinat pusat petak, jenis tanaman, tahun tanaman dan
persentasi tumbuh.
(3) Dihapus.
Pasal II
Peraturan Menteri ini mulai berlaku pada tanggal diundangkan.
Agar setiap orang mengetahuinya, memerintahkan pengundangan Peraturan Menteri
ini dengan penempatannya dalam Berita Negara Republik Indonesia.
Ditetapkan di Jakarta
pada tanggal 10 Juni 2013
MENTERI KEHUTANAN
REPUBLIK INDONESIA,
ttd.
ZULKIFLI HASAN
Diundangkan di Jakarta
pada tanggal 12 Juni 2013
MENTERI HUKUM DAN HAK ASASI MANUSIA
REPUBLIK INDONESIA,
ttd.
AMIR SYAMSUDIN
BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA TAHUN 2013 NOMOR 826
Salinan sesuai dengan aslinya
KEPALA BIRO HUKUM DAN ORGANISASI,
ttd.
KRISNA RYA