Dokumen tersebut membahas tentang perkembangan teknologi pada masa pra-aksara, dimulai dari pengertian pra-aksara sebagai masa sebelum mengenal tulisan, kemudian membahas periode zaman batu dan logam pada masa pra-aksara beserta contoh alat-alat yang ditemukan.
Presentasi tentang zaman sebelum mengenal tulisan / biasa disebut pra - aksara
Didesain oleh :
Robertus
robertonlyhere.blogspot.com
robertonlyhere.wordpress.com
Wilayah Indonesia, terutama di daerah lembah sungai Bengawan Solo dan sungai Brantas, merupakan daerah temuan fosil manusia purba yang pernah hidup di Indonesia. Setelah ditemukannya fosil Pithecantropus Erectus tersebut orang mulai mengadakan penyelidikan di sekitar Trinil. Pada tahun 1931 dan 1934 Dr. G.H.R. Von Koenigswald di daerah Ngandong, masih di wilayah lembah Bengawan Solo menemukan dua tulang paha dan sebelas tengkorak. Sebagian dari tengkorak itu sudah rusak, tetapi ada beberapa yang masih baik dan bisa digunakan untuk penelitian yang saksama. Penyelidikan yang dilakukan Dr. G.H.R. Von Koenigswald dan Weidenriech menunjukkan bahwa mahluk ini tingkatannya lebih tinggi daripada Pithecantropus Erectus, bahkan mungkin dapat digolongkan kepada manusia (homo sapiens). Pada tahun 1936 Dr. G.H.R. Von Koenigswald menemukan fosil manusia purba ketika mengadakan penelitian di lembah sungai Solo di dekat Mojokerto. Ia menemukan kerangka manusia yang diperkirakan lebih tua daripada sisasisa yang ditemukan oleh Dr. Eugene Dubois. Fosil manusia purba jenis tersebut ditemukan di daerah Wajak, dekat Tulung Agung, Jawa Timur. Makhluk tersebut di sebut Homo Mojokertensis. Para ahli menyebutnya Homo Wajakensis, artinya manusia dari Wajak. Fosil manusia purba dari Mojokerto itu merupakan fosil anak-anak. Menurut ahli purbakala Tn. Van der Hoop, Homo Mojokertensis hidup kira-kira 600.000 tahun yang lalu, sedangkan mahluk Pithecantropus Erectus 300.000 tahun yang lalu. Pada tahun 1939, Von Koenigswald menemukan fosil manusia purba di lembah Bengawan Solo, desa Perning di dekat kota Mojokerto, Jawa Timur. Fosil ini berupa tengkorak kanak-kanak yang tampak pada giginya yang diperkirakan berusia 5 tahun. Jenis manusia purba ini disebut Pithecantropus Mojokertensis, artinya manusia kera dari Mojokerto. Pada tahun yang sama Von Koenigswald menemukan lagi fosil manusia purba di lembah sungai Bengawan Solo. Jenis manusia purbanya disebut Pithecantropus Robusta, artinya manusia kera yang kuat tubuhnya. Disebut demikian karena bentuk tubuhnya lebih besar dan kuat daripada Pithecantropus Erectus.
Manusia yang hidup pada zaman praaksara (prasejarah) disebut manusia purba. Manusia purba adalah manusia penghuni bumi pada zaman prasejarah yaitu zaman ketika manusia belum mengenal tulisan. Ditemukannya manusia purba karena adanya fosil dan artefak. Ada beberapa jenis manusia purba yang ditemukan di wilayah Indonesia Meganthropus Paleojavanicus yaitu manusia purba bertubuh besar tertua di Jawa dan Pithecanthrophus adalah manusia kera yang berjalan tegak. Homo Sapiens adalah jenis manusia purba yang memiliki bentuk tubuh yang sama dengan manusia sekarang. Mereka telah memiliki sifat seperti manusia sekarang. Kehidupan mereka sangat sederhana, dan hidupnya mengembara. Jenis kaum Homo Sapiens yang ditemukan di Indonesia ada 2, yaitu Homo Soloensis yang berarti manusia purba dari Solo dan Homo Wajakensis yang berarti manusia purba dari Wajak.
Presentasi tentang zaman sebelum mengenal tulisan / biasa disebut pra - aksara
Didesain oleh :
Robertus
robertonlyhere.blogspot.com
robertonlyhere.wordpress.com
Wilayah Indonesia, terutama di daerah lembah sungai Bengawan Solo dan sungai Brantas, merupakan daerah temuan fosil manusia purba yang pernah hidup di Indonesia. Setelah ditemukannya fosil Pithecantropus Erectus tersebut orang mulai mengadakan penyelidikan di sekitar Trinil. Pada tahun 1931 dan 1934 Dr. G.H.R. Von Koenigswald di daerah Ngandong, masih di wilayah lembah Bengawan Solo menemukan dua tulang paha dan sebelas tengkorak. Sebagian dari tengkorak itu sudah rusak, tetapi ada beberapa yang masih baik dan bisa digunakan untuk penelitian yang saksama. Penyelidikan yang dilakukan Dr. G.H.R. Von Koenigswald dan Weidenriech menunjukkan bahwa mahluk ini tingkatannya lebih tinggi daripada Pithecantropus Erectus, bahkan mungkin dapat digolongkan kepada manusia (homo sapiens). Pada tahun 1936 Dr. G.H.R. Von Koenigswald menemukan fosil manusia purba ketika mengadakan penelitian di lembah sungai Solo di dekat Mojokerto. Ia menemukan kerangka manusia yang diperkirakan lebih tua daripada sisasisa yang ditemukan oleh Dr. Eugene Dubois. Fosil manusia purba jenis tersebut ditemukan di daerah Wajak, dekat Tulung Agung, Jawa Timur. Makhluk tersebut di sebut Homo Mojokertensis. Para ahli menyebutnya Homo Wajakensis, artinya manusia dari Wajak. Fosil manusia purba dari Mojokerto itu merupakan fosil anak-anak. Menurut ahli purbakala Tn. Van der Hoop, Homo Mojokertensis hidup kira-kira 600.000 tahun yang lalu, sedangkan mahluk Pithecantropus Erectus 300.000 tahun yang lalu. Pada tahun 1939, Von Koenigswald menemukan fosil manusia purba di lembah Bengawan Solo, desa Perning di dekat kota Mojokerto, Jawa Timur. Fosil ini berupa tengkorak kanak-kanak yang tampak pada giginya yang diperkirakan berusia 5 tahun. Jenis manusia purba ini disebut Pithecantropus Mojokertensis, artinya manusia kera dari Mojokerto. Pada tahun yang sama Von Koenigswald menemukan lagi fosil manusia purba di lembah sungai Bengawan Solo. Jenis manusia purbanya disebut Pithecantropus Robusta, artinya manusia kera yang kuat tubuhnya. Disebut demikian karena bentuk tubuhnya lebih besar dan kuat daripada Pithecantropus Erectus.
Manusia yang hidup pada zaman praaksara (prasejarah) disebut manusia purba. Manusia purba adalah manusia penghuni bumi pada zaman prasejarah yaitu zaman ketika manusia belum mengenal tulisan. Ditemukannya manusia purba karena adanya fosil dan artefak. Ada beberapa jenis manusia purba yang ditemukan di wilayah Indonesia Meganthropus Paleojavanicus yaitu manusia purba bertubuh besar tertua di Jawa dan Pithecanthrophus adalah manusia kera yang berjalan tegak. Homo Sapiens adalah jenis manusia purba yang memiliki bentuk tubuh yang sama dengan manusia sekarang. Mereka telah memiliki sifat seperti manusia sekarang. Kehidupan mereka sangat sederhana, dan hidupnya mengembara. Jenis kaum Homo Sapiens yang ditemukan di Indonesia ada 2, yaitu Homo Soloensis yang berarti manusia purba dari Solo dan Homo Wajakensis yang berarti manusia purba dari Wajak.
Zaman praaksara adalah zaman di mana manusia belum mengenal yang namanya tulisan, sehingga hanya mengandalkan sisa-sisa fosil saja dalam melakukan komunikasi dan mempelajarai kehidupan. Adapun nama lain dari zaman praaksara adalah zaman nirleka (nir adalah tidak ada dan leka adalah tulisan).Zaman Praaksara apa saja?
Hasil gambar untuk zaman praaksara
Periodesasi Zaman Batu di Masa Praaksara
Zaman batu tua (paleolitikum)
Zaman batu tengah (mesolitikum)
Zaman batu baru (neolitikum)
Zaman batu besar (megalitikum)
Zaman PraAksara adalah zaman sebelum manusia mengenal tulisan, dimulai sejak manusia ada, berakhir ketika manusia sudah mengenal tulisan.
Tentang masa pra aksara di Indonesia, pembabakan zaman pra aksara, jenis manusia purba, kehidupan dan kebudayaan manusia masa pra aksara, dan sistem kepercayaannya.
Sebuah buku foto yang berjudul Lensa Kampung Ondel-Ondelferrydmn1999
Â
Indonesia, negara kepulauan yang kaya akan keragaman budaya, suku, dan tradisi, memiliki Jakarta sebagai pusat kebudayaan yang dinamis dan unik. Salah satu kesenian tradisional yang ikonik dan identik dengan Jakarta adalah ondel-ondel, boneka raksasa yang biasanya tampil berpasangan, terdiri dari laki-laki dan perempuan. Ondel-ondel awalnya dianggap sebagai simbol budaya sakral dan memainkan peran penting dalam ritual budaya masyarakat Betawi untuk menolak bala atau nasib buruk. Namun, seiring dengan bergulirnya waktu dan perubahan zaman, makna sakral ondel-ondel perlahan memudar dan berubah menjadi sesuatu yang kurang bernilai. Kini, ondel-ondel lebih sering digunakan sebagai hiasan atau sebagai sarana untuk mencari penghasilan. Buku foto Lensa Kampung Ondel-Ondel berfokus pada Keluarga Mulyadi, yang menghadapi tantangan untuk menjaga tradisi pembuatan ondel-ondel warisan leluhur di tengah keterbatasan ekonomi yang ada. Melalui foto cerita, foto feature dan foto jurnalistik buku ini menggambarkan usaha Keluarga Mulyadi untuk menjaga tradisi pembuatan ondel-ondel sambil menghadapi dilema dalam mempertahankan makna budaya di tengah perubahan makna dan keterbatasan ekonomi keluarganya. Buku foto ini dapat menggambarkan tentang bagaimana keluarga tersebut berjuang untuk menjaga warisan budaya mereka di tengah arus modernisasi.
Apakah program Sekolah Alkitab Liburan ada di gereja Anda? Perlukah diprogramkan? Jika sudah ada, apa-apa saja yang perlu dipertimbangkan lagi? Pak Igrea Siswanto dari organisasi Life Kids Indonesia membagikannya untuk kita semua.
Informasi lebih lanjut: 0821-3313-3315 (MLC)
#SABDAYLSA #SABDAEvent #ylsa #yayasanlembagasabda #SABDAAlkitab #Alkitab #SABDAMLC #ministrylearningcenter #digital #sekolahAlkitabliburan #gereja #SAL
2. Pengertian Pra Aksara
Praaksara berasal dari dua kata, yakni
pra yang berarti sebelum dan aksara yang
berarti tulisan.
Zaman praaksara adalah masa kehidupan
manusia sebelum mengenal tulisan.
Ada istilah yang mirip dengan istilah
praaksara, yakni istilah nirleka. Nir berarti
tanpa dan leka berarti tulisan.
Jadi zaman praaksara adalah zaman
ketika suatu bangsa belum mengenal tulisan.
3. Masa Pra aksara
Zaman Batu
Paleotitikum
Mesolitikum
Neolitikum
Megalitikum
Zaman
Logam
Tembaga
Perunggu
4. Zaman Batu
ï‚— Zaman Batu Tua (Palaeolithikum)
Zaman batu tua diperkirakan
berlangsung kira-kira 600.000 tahun yang
lalu, (masa pleistosen). Alat-alat yang
mereka hasilkan masih sangat kasar.
Apabila dilihat dari sudut mata
pencariannya, periode ini disebut masa
berburu dan meramu makanan tingkat
sederhana. Pendukung kebudayaan ini
adalah Homo Erectus.
5. Alat Zaman Batu Tua
Alat dari
tanduk
Rusa
Flakes/batu
serpih
Kapak
genggam
Kapak
Perimbas
6. ï‚— Zaman Batu Tengah (Mesolithikum)
Manusia zaman ini sudah mulai bercocok
tanam dan memelihara ternak. Mereka hidup
berkelompok, menggunkan panah untuk
berburu dan membuat manik-manik serta
gerabah. Selain itu mereka juga membuat
lukisan pada dinding gua-gua berupa bentuk
tangan, kaki, serta binatang seperti
kadal,kura-kura, burung, dan benda-benda
langit berupa matahari, bulan, serta perahu.
8. ï‚— Zaman Batu Muda (neolithikum) (2000 SM)
Neolithikum itu adalah suatu revolusi
yang sangat besar dalam peradaban
manusia. Perubahan besar ini ditandai
dengan berubahnya peradaban penghidupan
food-gathering menjadi foodproducing. orang
sudah mengenal bercocok tanam, berternak,
dan hidup berkelompok. Pertanian yang
mereka selenggarakan bersifat primitif dan
hanya dilakukan di tanah-tanah kering saja.
alat-alat mereka masih terbuat dari batu,
tapi alat-alat itu dibuat dengan halus, bahkan
juga sudah dipoles.
10. Zaman Batu Besar (Megalithikum)
Pada zaman ini peninggalan yang
menonjol adalah bentuk-bentuk menhir
atau tugu peringatan, tempat duduk dari
batu, altar, bangunan berundag, peti
kubur atau sarkopagus, bentuk-bentuk
manusia, binatang yang dipahat pada
batu-batu dengan ukuran besar .
12. Zaman Logam
Pada zaman logam orang sudah dapat membuat alat-alat
dari Logam disamping alat-alat dari batu. Orang sudah
mengenal teknik melebur logam, mencetaknya menjadi
alat-alat yang diinginkannya.
Teknik pembuatan alat logam ada dua macam yaitu
dengan cetakkan batu yang disebut Bivalve dan dengan
cetakkan tanah liat dan lilin yang disebut Acire Perdue.
Periode ini juga disebut masa perundagian karena dalam
masyarakat timbul golongan undagi yang terampil
melakukan pekerjaan tangan
13. Zaman Logam Terdiri dari
Zaman Tembaga Zaman Perunggu
Orang menggunakan
tembaga sebagai alat
kebudayaan. kebudayaan
ini hanya dikenal di
beberapa bagian dunia
saja. Di Asia Tenggara (
termasuk Indonesia ) tidak
dikenal istilah zaman
tembaga.
Pada zaman ini orang
sudah dapat mencampur
tembaga dengan timah
dengan perbandingan 3:10
sehingga diperoleh logam
yang lebih keras.
14. Hasil Kebudayaan Perunggu
Kapak Corong Bejana Perunggu
Ditemukan di: Sumatera
Selatan, jawa, Bali, Sulawesi,
Kepulauan Selayar, dan Irian
Ditemukan di: Sumatera, Jawa,
Bali, Sumbawa, Roti, Leti,
Selayar, dan Kepulauan Kei.
15. Konsep Ruang pada Hunian
(Arsitektur)
ï‚— Menurut Kostof, arsitektur telah mulai pada saat
manusia mampu mengolah lingkungan hidupnya.
Pembuatan tanda di alam yang membentang tak
terhingga untuk membedakan wilayah. Tindakan itu
sudah dapat dikatakan sebagai bentuk awal dari
arsitektur.
ï‚— Dari pola mata pencaharian manusia yang sudah
mengenal berburu dan melakukan pertanian
sederhana di ladang berpindah memungkinkan
adanya pola pemukiman yang telah menetap.
Gambar di dinding goa tidak hanya mencemirkan
kehidupan sehari-hari, tapi juga spiritual. Gambar
dinding yang tertera pada goa-goa menggambarkan
jenis binatang yang diburu dan membantu
pemburuan.