1. Proses las titik merupakan proses penyambungan dua komponen logam melalui satu atau lebih titik las dengan menggunakan panas hasil arus listrik yang dialirkan melalui elektroda.
2. Faktor-faktor yang mempengaruhi kualitas las titik antara lain arus, gaya tekan elektroda, dan waktu pengelasan.
3. Parameter penting lainnya termasuk ukuran dan bentuk nugget serta distribusi temperatur selama proses las.
Pembahasan materi mengenai sistem pengelasan, baik itu las listrik maupun las oksi asitelin, mulai dari komponen-komponen/peralatan nya sampai dengan bagaimana cara menggunakan las dengan baik dan benar.
las listrik Electrode welding, Teknik Industri, Randy Suwandyrandy suwandy
Las listrik penjelasan, klasifikasi dan jenis-jenisnya.
Dengan semakin berkembangnya teknologi industri saat ini, tidak bisa mengesampingkan pentingnya penggunaan logam sebagai komponen utama produksi suatu barang, mulai dari kebutuhan yang paling sederhana seperti alat-alat rumah tangga hingga konstruksi bangunan dan konstruksi permesinan. Hal ini menyebabkan pemakaian bahan-bahan logam seperti besi cor, baja, aluminium dan lainnya menjadi semakin meningkat. Sehingga dapat dikatakan tanpa pemanfaatan logam, kemajuan peradaban manusia tidak mungkin terjadi. Dengan kemampuan akalnya, manusia mampu memanfaatkan logam sebagai alat bantu kehidupannya yang sangat vital. Berbagai macam konstruksi mesin, bangunan dan lainnya dapat tercipta dengan adanya logam. Logam tersebut menimbulkan kebutuhan akan teknologi perakitan atau penyambungan. Salah satu teknologi penyambungan tersebut adalah dengan pengelasan. Teknik penyambungan logam sebenarnya terbagi dalam dua kelompok besar, yaitu : 1. Penyambungan sementara (temporary joint), yaitu teknik penyambunganlogam yang dapat dilepas kembali. 2. Penyambungan tetap (permanen joint), yaitu teknik penyambungan logam dengan cara mengubah struktur logam yang akan disambung dengan penambahan logam pengisi.
Pada era sekarang ini banyak dilakukan penyambungan pada logam plat dengan mempergunakan arus listrik dimana arus digunakan untuk melumerkan bahan tambah agar dapat menyatukan dua plat yang akan disambung. Pelumeran bahan tambah pada las listrik dilakukan oleh busur elektroda listrik. Busur elektroda listrik ini memberikan panas yang tinggi untuk melumerkan bahan tambah serta bahan yang akan dilas
Definisi las adalah suatu proses penyambungan plat atau logam menjadi satu akibat panas dengan atau tanpa tekanan. Yaitu, dengan cara logam yang akan disambung dipanaskan terlebih dahulu sehingga meleleh, kemudian baru disambung dengan bantuan perekat (filler). Selain itu las juga bisa didefinisikan sebagai ikatan metalurgi yang timbul akibat adanya gaya tarik antara atom, dan bisa juga dikatakan salah satu cara menyambung logam dengan jalan menggunakan nyala busur listrik yang diarahkan ke permukaan logam yang akan disambung. Pada bagian yang terkena busur listrik tersebut akan mencair, demikian juga elektroda yang menghasilkan busur listrik akan mencair pada ujungnya dan merambat terus sampai habis. Logam cair dari elektroda dan dari sebagian benda yang akan disambung tercampur dan mengisi celah dari kedua logam yang akan disambung, kemudian membeku dan tersambunglah benda tersebut. Sambungan las mempunyai tingkat kerapatan yang baik serta mempunyai kekuatan sambungan yang memadai. Sambungan las ini juga mempunyai tingkat efisiensi kekuatan sambungan yang relatif lebih baik jika dibandingkan dengan sambungan yang lainnya. Di samping itu segi operasional pengerjaan sambungan konstruksi las lebih sederhana dan relatif murah.
Pembahasan materi mengenai sistem pengelasan, baik itu las listrik maupun las oksi asitelin, mulai dari komponen-komponen/peralatan nya sampai dengan bagaimana cara menggunakan las dengan baik dan benar.
las listrik Electrode welding, Teknik Industri, Randy Suwandyrandy suwandy
Las listrik penjelasan, klasifikasi dan jenis-jenisnya.
Dengan semakin berkembangnya teknologi industri saat ini, tidak bisa mengesampingkan pentingnya penggunaan logam sebagai komponen utama produksi suatu barang, mulai dari kebutuhan yang paling sederhana seperti alat-alat rumah tangga hingga konstruksi bangunan dan konstruksi permesinan. Hal ini menyebabkan pemakaian bahan-bahan logam seperti besi cor, baja, aluminium dan lainnya menjadi semakin meningkat. Sehingga dapat dikatakan tanpa pemanfaatan logam, kemajuan peradaban manusia tidak mungkin terjadi. Dengan kemampuan akalnya, manusia mampu memanfaatkan logam sebagai alat bantu kehidupannya yang sangat vital. Berbagai macam konstruksi mesin, bangunan dan lainnya dapat tercipta dengan adanya logam. Logam tersebut menimbulkan kebutuhan akan teknologi perakitan atau penyambungan. Salah satu teknologi penyambungan tersebut adalah dengan pengelasan. Teknik penyambungan logam sebenarnya terbagi dalam dua kelompok besar, yaitu : 1. Penyambungan sementara (temporary joint), yaitu teknik penyambunganlogam yang dapat dilepas kembali. 2. Penyambungan tetap (permanen joint), yaitu teknik penyambungan logam dengan cara mengubah struktur logam yang akan disambung dengan penambahan logam pengisi.
Pada era sekarang ini banyak dilakukan penyambungan pada logam plat dengan mempergunakan arus listrik dimana arus digunakan untuk melumerkan bahan tambah agar dapat menyatukan dua plat yang akan disambung. Pelumeran bahan tambah pada las listrik dilakukan oleh busur elektroda listrik. Busur elektroda listrik ini memberikan panas yang tinggi untuk melumerkan bahan tambah serta bahan yang akan dilas
Definisi las adalah suatu proses penyambungan plat atau logam menjadi satu akibat panas dengan atau tanpa tekanan. Yaitu, dengan cara logam yang akan disambung dipanaskan terlebih dahulu sehingga meleleh, kemudian baru disambung dengan bantuan perekat (filler). Selain itu las juga bisa didefinisikan sebagai ikatan metalurgi yang timbul akibat adanya gaya tarik antara atom, dan bisa juga dikatakan salah satu cara menyambung logam dengan jalan menggunakan nyala busur listrik yang diarahkan ke permukaan logam yang akan disambung. Pada bagian yang terkena busur listrik tersebut akan mencair, demikian juga elektroda yang menghasilkan busur listrik akan mencair pada ujungnya dan merambat terus sampai habis. Logam cair dari elektroda dan dari sebagian benda yang akan disambung tercampur dan mengisi celah dari kedua logam yang akan disambung, kemudian membeku dan tersambunglah benda tersebut. Sambungan las mempunyai tingkat kerapatan yang baik serta mempunyai kekuatan sambungan yang memadai. Sambungan las ini juga mempunyai tingkat efisiensi kekuatan sambungan yang relatif lebih baik jika dibandingkan dengan sambungan yang lainnya. Di samping itu segi operasional pengerjaan sambungan konstruksi las lebih sederhana dan relatif murah.
Slide presentasi ini memaparkan mengenai mesin pengelasan yang digunakan pada proses produksi. terdapat beberapa pokok pembahasan meliputi definisi, prinsip kerja, contoh produk dan informasi lainnya yang berkenaan dengan proses pengelasan pada aktivitas produksi.
Las menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia (1994), " adalah penyambungan besi dengan cara membakar
Proses penyatuan logam dimana saringan meta (metal filter) dipanaskan di atas titik lebur dan dibagikan atau dituangkan di antara 2 atau lebih bagian pengepas atau penyekat melalui pipa.
ANALISIS PENGARUH INDUSTRI BATU BARA TERHADAP PENCEMARAN UDARA.pdfnarayafiryal8
Industri batu bara telah menjadi salah satu penyumbang utama pencemaran udara global. Proses ekstraksi batu bara, baik melalui penambangan terbuka maupun penambangan bawah tanah, menghasilkan debu dan gas beracun yang dilepaskan ke atmosfer. Gas-gas tersebut termasuk sulfur dioksida (SO2), nitrogen oksida (NOx), dan partikel-partikel halus (PM2.5) yang berbahaya bagi kesehatan manusia dan lingkungan. Selain itu, pembakaran batu bara di pembangkit listrik dan industri menyebabkan emisi karbon dioksida (CO2), yang merupakan penyebab utama perubahan iklim global dan pemanasan global.
Pencemaran udara yang disebabkan oleh industri batu bara juga memiliki dampak lokal yang signifikan. Di sekitar area penambangan, debu batu bara yang dihasilkan dapat mengganggu kesehatan masyarakat dan ekosistem lokal. Paparan terus-menerus terhadap debu batu bara dapat menyebabkan masalah pernapasan seperti asma dan bronkitis, serta berkontribusi pada penyakit paru-paru yang lebih serius. Selain itu, hujan asam yang disebabkan oleh emisi sulfur dioksida dapat merusak tanaman, air tanah, dan ekosistem sungai, mengancam keberlanjutan lingkungan di sekitar lokasi industri batu bara.
Slide presentasi ini memaparkan mengenai mesin pengelasan yang digunakan pada proses produksi. terdapat beberapa pokok pembahasan meliputi definisi, prinsip kerja, contoh produk dan informasi lainnya yang berkenaan dengan proses pengelasan pada aktivitas produksi.
Las menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia (1994), " adalah penyambungan besi dengan cara membakar
Proses penyatuan logam dimana saringan meta (metal filter) dipanaskan di atas titik lebur dan dibagikan atau dituangkan di antara 2 atau lebih bagian pengepas atau penyekat melalui pipa.
ANALISIS PENGARUH INDUSTRI BATU BARA TERHADAP PENCEMARAN UDARA.pdfnarayafiryal8
Industri batu bara telah menjadi salah satu penyumbang utama pencemaran udara global. Proses ekstraksi batu bara, baik melalui penambangan terbuka maupun penambangan bawah tanah, menghasilkan debu dan gas beracun yang dilepaskan ke atmosfer. Gas-gas tersebut termasuk sulfur dioksida (SO2), nitrogen oksida (NOx), dan partikel-partikel halus (PM2.5) yang berbahaya bagi kesehatan manusia dan lingkungan. Selain itu, pembakaran batu bara di pembangkit listrik dan industri menyebabkan emisi karbon dioksida (CO2), yang merupakan penyebab utama perubahan iklim global dan pemanasan global.
Pencemaran udara yang disebabkan oleh industri batu bara juga memiliki dampak lokal yang signifikan. Di sekitar area penambangan, debu batu bara yang dihasilkan dapat mengganggu kesehatan masyarakat dan ekosistem lokal. Paparan terus-menerus terhadap debu batu bara dapat menyebabkan masalah pernapasan seperti asma dan bronkitis, serta berkontribusi pada penyakit paru-paru yang lebih serius. Selain itu, hujan asam yang disebabkan oleh emisi sulfur dioksida dapat merusak tanaman, air tanah, dan ekosistem sungai, mengancam keberlanjutan lingkungan di sekitar lokasi industri batu bara.
1. Pengelasan Titik (Spot Welding)
Abrianto Akuan – Teknik Mesin
Universitas Nahdlatul Ulama
Blitar
Proses las titik merupakan suatu proses penyambungan dua buah komponen
logam melalui satu atau lebih titik sambungan dengan menggunakan panas yang
dihasilkan oleh tahanan listrik yang dialirkan oleh dua buah elektroda ke komponen
logam yang akan disambung dengan waktu pengelasan tertentu. Panas yang dihasilkan
dalam proses ini sangat dipengaruhi oleh beberapa faktor yaitu diantaranya adalah arus
yang diberikan, tahanan kontak benda kerja dan waktu pengelasan. Berdasarkan hukum
Joule dinyatakan oleh persamaan berikut:
H = I2. R. t (Joule)
dimana:
H = Panas (energi) yang dihasilkan (watt detik atau Joule)
I = Arus yang diberikan (ampere)
R = tahanan kontak benda kerja (ohm)
t = Waktu pengelasan atau lamanya arus diberikan (detik atau cycle)
Gambar 1 dan 2 memperlihatkan secara skematis dari proses dan alat atau mesin
pengelasan titik. Penyambungan terjadi sebagai akibat timbulnya titik lasan pada
permukaan kontak benda kerja yang saling berhadapan. Hal ini terjadi karena pada
daerah permukaan terjadi konsentrasi arus yang paling tinggi dengan tahanan kontak
yang paling besar dibandingkan dengan daerah lainnya. Sebagai akibatnya akan timbul
panas yang sangat tinggi pada daerah permukaan kontak sehingga dapat mencairkan titik
lasan yang kemudian disebut nugget.
2. Gambar 1 Skematis proses pengelasan titik.
Gambar 2 Skematis mesin las titik.
3. Ukuran dan bentuk nugget yang terjadi sangat dipengaruhi oleh bentuk dan
ukuran elektroda yang menekan permukaan luar lembaran logam, selain itu masukkan
panas yang terjadi merupakan faktor yang juga menentukan kualitas dari nugget. Gambar
3 menunjukkan distribusi hasil pengelasan titik pada suatu logam mild steel. Secara
kontinyu, diameter nugget tumbuh sangat cepat dan kemudian melambat sampai tercapai
suatu ukuran yang maksimal yaitu sekitar lebih besar 10% nya dari diameter elektroda
yang digunakan. Parameter penting dalam proses pengelasan titik yang berpengaruh
terhadap kualitas hasil lasan, adalah; arus pengelasan, gaya penekanan dan waktu
pengelasan.
Gambar 3 Distribusi temperatur dari hasil pengelasan titik8)
.
Arus Pengelasan
Masukkan panas yang telah dinyatakan dalam persamaan Joule diatas, berbanding
lurus dengan besarnya arus pengelasan yang diterapkan. Besarnya masukkan panas
tersebut adalah dipergunakan untuk mencairkan logam pada daerah sambungan las (titik
las) dan sebagian mengalami kehilangan sebagai akibat dari adanya transfer panas
(konduksi, konveksi dan radiasi) dari elektroda dan benda kerjanya serta lingkungannya.
4. Ketika kerapatan arus, kurang dari batas yang diijinkan maka masukkan panas yang
terjadi tidak akan menyebabkan pencairan logam sehingga tidak akan terjadi sambungan
lasan. Dengan demikian pmasukkan panas harus cukup untuk mengimbangi kehilangan
panas yang terjadi. Sebaliknya jika masukkan panas yang terjadi misalnya sebagai akibat
arus pengelasan yang terlalu besar, maka permukaan bagian dalam dari logam akan
terlalu panas sehingga benda kerja akan mengalami kelebihan masukkan panas (over
heated) dan akan terbakar (burning), bahkan dapat mengakibatkan cacat expulsion pada
nugget yang terbentuk (lihat Gambar 4).
Gambar 4 Pengaruh Arus dan waktu pengelasan terhadap nugget yang dihasilkan14)
.
Berdasarkan Gambar 4 diatas, secara skematis diperlihatkan bahwa diameter nugget
sebagai fungsi dari arus pada suatu waktu pengelasan tertentu. Ketika arus meningkat
maka akan diikuti dengan meningkatnya diameter nugget sampai ukuran yang tidak
diinginkan. Pengaruh arus pengelasan titik ini akan sangat menentukan pula terhadap
kekuatan tarik geser dari sambungannya serta terhadap besarnya penetrasi elektroda pada
5. ketebalan lembaran atau pelat logam yang disambung. Hal ini ditunjukkan pada Gambar
5 dibawah ini.
Gambar 5 Pengaruh Arus pengelasan terhadap diameter nugget yang dihasilkan, beban
tarik geser dan % indentasi pada tebal pelat.
Gaya Penekanan Elektroda
Gaya tekan elektroda atau gaya proses las titik merupakan beban yang diterapkan
pada benda kerja oleh elektroda selama proses pengelasan berlangsung. Gaya penekanan
elektroda ini dikenal ada dua macam, yaitu sebagai berikut :
1. Gaya pengelasan (weld force).
2. Gaya penempaan (forge force).
6. Gaya pengelasan adalah merupakan gaya elektroda terhadap permukaan pelat selama
waktu proses pengelasan, sedangkan gaya penempaan adalah gaya penekanan elektroda
setelah berakhirnya waktu proses pengelasan (atau selama waktu penahanan saat
terjadinya pembekuan logam lasan).
Gaya penekanan elektroda ini sangat mempengaruhi kekuatan sambungan karena
akan mempengaruhi pula terjadinya cacat-cacat lasan (exulsion, cacat internal,
permukaan hangus atau surface burning, dan lain-lain). Gaya pengelasan yang terlalu
besar ini akan mengakibatkan pula indentasi elektroda pada permukaan benda kerja akan
terlalu dalam sehingga akan mempengaruhi kekuatan sambungan las titik yang
dihasilkan.
Gaya pengelasan yang diberikan kepada benda kerja melalui tekanan dari dua
elektroda, harus cukup agar dapat meneruskan arus dengan baik. Besarnya gaya
pengelasan ini akan mempengaruhi pula tahanan kontak dari elektroda dan benda kerja.
Semakin besar gaya pengelasan maka akan semakin menurunkan besarnya tahanan
kontak, hal ini ditunjukkan pada Gambar 6 dibawah ini.
Gambar 6 Hubungan tekanan elektroda dengan tahanan kontak.
7. Semakin kecilnya tahanan kontak dari benda kerja akan menurunkan masukkan panas
yang terjadi pada daerah sambungan lasan. Ketika material logam elektroda lebih lunak
dari logam yang akan di las, maka penggunaan gaya elektroda akan menyebabkan kontak
terbaik pada daerah permukaan kontak antara elektroda dan benda kerja dan kemudian
pada ke dua permukaan benda kerjanya.
Waktu Pengelasan
Waktu atau siklus dalam proses pengelasan titik dibagi dalam empat periode
waktu utama yang secara skematis ditunjukkan pada Gambar 7, yang pada saat operasi
proses pengelasan titik, dapat dilakukan pengontrolannya secara manual atau otomatis.
Keempat perioda waktu pengelasan tersebut adalah sebagai berikut :
1. Squeeze time, adalah interval waktu antara saat mulai penekanan elektroda sampai
saat arus mulai akan mengalir.
2. Weld time, adalah interval waktu selama arus mengalir melalui benda kerja.
3. Hold time, adalah interval waktu dimana arus sudah tidah mengalir lagi tetapi
elektroda masih menekan benda kerja sampai logam lasan membeku.
4. Off time, adalah interval waktu akhir dari hold time dengan Squeeze time
berikutnya.
9. Sedangkan pengaruh waktu pengelasan terhadap distribusi temperatur pada benda kerja
dan elektroda selama proses las titik ini diperlihatkan pada Gambar 8 dibawah ini.
Gambar 8 Distribusi temperatur selama proses pengelasan titik setelah 20 % dan 100 %
dari waktu pengelasan dilakukan.
Kurva bagian dalam pada Gambar 8 diatas memperlihatkan bahwa temperatur
pada masing-masing daerah setelah 20 % waktu pengelasan dilewati, terlihat adanya
kenaikkan temperatur pada permukaan bagian dalam dari logam yang disambung (titik
10. d), selama periode ini secara proposional lebih rendah dibandingkan dengan dearah
lainnya.
Demikian pula seperti telah ditunjukkan pada persamaan Joule, dimana ,asukkan
panas yang terjadi selama proses pengelasan titik berbanding lurus dengan waktu
pengelasan. Waktu pengelasan yang terlalu besar dapat mengakibatkan pula cacatcacat
lasan khususnya cacat expulsion pada permukaan kontak elektroda yang diakibatkan oleh
ketika panas yang terjadi terlalu cepat pada tiga daerah permukaan kontaknya yaitu
daerah b, d dan f pada Gambar 8.