Ada empat tingkatan dalam menghadapi musibah menurut Syaikh Muhammad bin Shalih Al-Utsaimin, yaitu: (1) marah-marah yang termasuk dalam kategori haram, (2) bersabar yang wajib, (3) ridha yang dianjurkan, dan (4) bersyukur yang merupakan tingkatan tertinggi.
1. Orang Yang Marah Bila Ditimpa Musibah
http://www.almanhaj.or.id/index.php?action=more&article_id=697&bagian=0
Orang Yang Marah Bila Ditimpa Musibah
Kategori :
Qadha & Qadar
Tanggal : Jumat, 7 Mei 2004 08:04:50 WIB
ORANG YANG MARAH BILA DITIMPA MUSIBAH
Oleh
Syaikh Muhammad bin Shalih Al-'Utsaimin
Pertanyaan.
Syaikh Muhammad bin Shalih Al-'Utsaimin ditanya : "Tentang orang yang marah-marah apabila ditimpa
suatu musibah ?"
Jawaban.
Manusia terbagi menjadi empat tingkatan dalam menghadapi musibah.
Tingkatan Pertama : Marah-Marah
Ini terbagi kepada beberapa macam:
[1] Terjadi di dalam hati, misalnya jengkel terhadap Rabb-nya karena taqdir buruk menimpanya. Ini haram
hukumnya, terkadang bisa menjerumuskan kepada kekufuran. Allah Ta'ala berfirman. :
"Artinya : Di antara manusia ada yang menyembah Allah dengan berada di tepi, maka jika memperoleh
kebajikan, tetaplah ia dalam keaadaan itu, dan jika ditimpa suatu bencana berbaliklah ia ke belakang. Ia rugi
dunia dan akhirrat" [Al-Hajj : 11]
[2] Dengan lidah, misalnya meminta celaka dan binasa dan yang semisal itu. Ini juga haram.
[3] Dengan anggota tubuh seperti menampar pipi, merobek saku, menjambak rambut dan semisalnya. Semua
ini haram karena bertentangan dengan sabar yang merupakan kewajiban.
Tingkatan Kedua : Bersabar
Seperti diucapkan oleh seorang penyair ; sabar seperti namanya, pahit rasanya tetapi lebih manis akibatnya
dari pada madu. Maka orang ini akan melihat bahwa suatu musibah itu berat, namun ia tetap menjaga imannya
sehingga tidak marah-marah, meski ia berpandangan bahwa adanya musibah itu dan ketiadaannya tidaklah
sama. Ini hukumnya wajib karena Allah Ta'ala memerintahkan untuk bersabar.
Dia berfirman :
"Artinya : Bersabarlah kalian, sesunguhnya Allah berserta orang-orang yang sabar" [ Al-Anfa : 46]
Halaman 1/2
2. Orang Yang Marah Bila Ditimpa Musibah
http://www.almanhaj.or.id/index.php?action=more&article_id=697&bagian=0
Tingkatan Ketiga : Ridha
Yakni manusia ridha dengan musibah yang menimpanya. Ia berpandangan bahwa ada dan tidaknya musibah
sama saja baginya, sehingga adanya musibah tadi tidak memberatkannya. ia pun tidak merasa berat
memikulnya. Ini dianjurkan dan tidak wajib menurut pendapat yang kuat. Perbedaan tingkatan ini dengan
tingkatan sebelumnya nampak jelas karena adanya musibah dan tidak adanya sama saja dalam tingkatan ridha.
Adapun pada tingkatan sebelumnya, jika ada musibah dia merasakan berat, namun ia tetap bersabar.
Tingkatan Keempat : Bersyukur
Ini merupakan tingkatan yang paling tinggi. Di sini seseorang bersyukur atas musibah yang menimpanya
karena ia memahami bahwa musibah ini menjadi sebab pengampunan kesalahan-kesalahannya bahkan
mungkin malah menambah kebaikannya. Nabi Shallallahu 'alaihi wa sallam bersabda.
"Artinya : Tidaklah satu musibah menimpa seorang muslim kecuali dengannya Allah mengampuni
dosa-dosanya sampai sebuah duripun yang menusuknya"
[Disalin kitab Al-Qadha' wal Qadar edisi Indonesia Tanya Jawab Tentang Qadha dan Qadar, Penulis Syaikh
Muhammad bin Shalih Al-Utsaimin', terbitan Pustaka At-Tibyan, penerjemah Abu Idris]
Halaman 2/2