SlideShare a Scribd company logo
MUTISME SELEKTIF
DISUSUN OLEH :
IMAM BUDI GUNAWAN
Selektif mutisme didefinisikan oleh the Diagnostic
and Statistical Manual of Mental Health Disorders, Fourth
Edition Text Revision (DSM-IV-TR) sebagai gangguan
kebiasaan masa kanak-kanak yang ditandai oleh adanya
kegagalan yang persisten untuk berbicara pada satu atau
lebih situasi sosial, namun dapat berbicara situasi yang lain.
DEFENISI
Fobia sosial adalah gangguan yang paling umum
kesehatan mental setelah ketiga depresi Bergman et al
(2002) melaporkan bahwa tingkat prevalensi selektif
mutisme adalah 0,71% tetapi berkisar antara 0,08% sampai
1,9% tergantung pada populasi yang diteliti.. Selektif
mutisme terlihat dalam kurang dari 1% anak yang diamati
dalam pengaturan kesehatan mental dan dilaporkan sekitar
2-2.5 kali lebih sering pada wanita dibandingkan pada pria.
EPIDEMIOLOGI
Umumnya, kematian tidak menghasilkan langsung dari
selekti mutisme, kecuali dalam kasus-kasus depresi berat terkait
mengakibatkan bunuh diri atau reaksi terhadap pengobatan obat
(kematian jantung mendadak dengan imipramine atau clonidine)
atau reaksi yang merugikan seperti bunuh diri yang baru onset
setelah terapi dengan SSRI atau antidepresan lainnya.
Tingkat morbiditas tinggi diamati, dengan sekolah
melewatkan banyak atau hari kerja;. Anak sering berkembang
penolakan sekolah terkait karena kecemasan terkait dengan
diminta untuk berbicara di kelas. Selektif mutisme didiagnosis
lebih sering pada wanita dibandingkan pada pria, dengan rasio
perempuan-ke-laki-laki dari sekitar 2-2.5:1.
Penyebab selektif mutisme adalah multifaktorial yaitu :
1. Hipotesis Biologis
Faktor biologis biasanya berperan sebagai
kemungkinan penyebab mutisme selektif. Bagaimanapun,
telah ditemukan bahwa anak-anak dengan mutisme selektif
sewaktu-waktu dapat meningkat resikonya untuk gangguan
perkembangan yang lain (termasuk gangguan
bicara/bahasa, eneuresis, enkopresis) dan EEG yang
immatur.
ETIOLOGI
2. Teori dan Proses Fisiologi
Diduga adanya proses regresi atau fiksasi pada perkembangan
fase anal, dengan impuls destruktif atau perlawanan terhadap
orangtuanya dan penentangan melawan eksperesi kemarahan
kepada orangtua.
3. Hubungan Keluarga dan Interpersonal
Kebanyakan studi menemukan bahwa tingkat mutisme
selektif meningkat pada orangtua yang sakit secara
psikologis ataupun dengan hubungan keluarga yang
abnormal. Sering disebutkan berupa situasi keluarga yang
terisolasi, setidaknya satu orangtua yang sangat pemalu atau
tidak komunikatif, kehancuran rumah tangga, dan tekanan
yang berlebihan terhadap ibu. Dalam hal ini, beberapa kasus
telah dilaporkan bahwa mutisme muncul mengikuti
penolakan yang keras terhadap sesuatu yang dikatakan anak.
4. Pengaruh Lingkungan dan Sosial
Ditemukan bahwa awal mula terjadinya mutisme sering didasari
perubahan lingkungan tertentu yang terlalu cepat, seperti
imigrasi dari wilayah dengan bahasa yang berbeda,
hospitalisasi, perpisahan yang signifikan dengan keluarga dan
trauma fisik seperti kekerasan anak, pelecehan seksual ataupun
cedera mulut.
Gejala-gejalanya adalah sebagai berikut :
1. Kegagalan yang konsisten dalam berbicara pada situasi
sosial tertentu (dimana diharapkan untuk berbicara, seperti di
sekolah) meskipun berbicara pada situasi yang lain. Tidak
berbicara di sekolah ataupun komunikasi sosial.
2. Paling lama setidaknya berlangsung dalam 1 bulan (tidak
dibatasi pada bulan pertama sekolah).
3. Kegagalan berbicara bukan karena kurangnya pengetahuan.
4. Bukan karena gangguan komunikasi (seperti gagap). Hal ini
tidak terjadi secara khusus pada gangguan perkembangan
pervasif, skizofrenia atau gangguan psikotik lainnya.
GAMBARAN KLINIS
Anak dengan mutisme selektif juga dapat menunjukkan:
• Gangguan kecemasan (misalnya fobia sosial).
• Pemalu yang berlebihan
• Ketakutan terhadap rasa bersalah di lingkungan sosial.
• Penarikan dan isolasi sosial.
DIAGNOSA
Kriteria untuk mendiagnosa gangguan mutisme selektif
diberikan oleh referensi manual, Diagnostic and Statistical Manual
of Mental Disorders, edisi keempat, teks revisi (DSM-IV-TR)
termasuk kegagalan dalam berbicara pada beberapa situasi sosial
walaupun anak dapat berbicara pada waktu yang lain. Kriteria ini
tidak sesuai jika anak tidak berbicara pada setiap situasi.
Pemeriksaan Laboratorium
Jika selektif mutisme diindikasikan berdasarkan riwayat
dan pemeriksaan fisik, melakukan tes berikut untuk
menyingkirkan masalah medis lainnya atau untuk menilai
fungsi dasar sebelum memulai pengobatan:
1. Hitung jenis Sel darah – Untuk menyingkirkan
gangguan anemia atau lain dyscrasia darah sebagai
kondisi yang sudah ada atau kontraindikasi untuk
penggunaan obat psikotropika
2. triiodothyronine (T3), tiroksin (T4), dan thyroid-
stimulating hormone (TSH) – Untuk menyingkirkan
gangguan hipotiroidisme, yang mungkin juga
menyertai depresi sebagai penyebab masalah motorik
saraf hypoglossal (misalnya, artikulasi kesulitan yg
berhubung dgn bahasa menyebabkan bahasa
disfluency)
3. Skrining Metabolik untuk natrium, BUN, kreatinin untuk
menyingkirkan gangguan gangguan ginjal atau gagal ginjal
sebagai kontraindikasi terhadap pengobatan obat; sangat
penting karena efek samping potensial dari hiponatremia
akibat pengobatan dengan SSRI
4. Serum glutamat oksaloasetat transaminase dan serum
glutamat piruvat transaminase – Untuk menyingkirkan
gangguan masalah hati sebagai kontraindikasi terhadap
pengobatan obat (sebelum inisiasi).
5. Lead Level, untuk menyingkirkan gangguan
keterlambatan bahasa (yang dibuktikan dengan penundaan
kognitif) karena kadar timbal tinggi
6. Menyingkirkan gangguan Landau-Kleffner syndrome
(LKS), terutama pada anak dengan gangguan kejang dengan
riwayat kehilangan keterampilan yang diperoleh
sebelumnya seperti toilet, interaksi sosial, atau bahasa
7. Pasien harus dipantau secara seksama ketika dosis
berubah atau obat baru dimulai. Ketika SSRI atau serotonin
dan norepinefrin reuptake inhibitor [SNRIs]) dimulai,
dipantau harus terjadi mingguan pada awalnya, kemudian
setiap minggu, kemudian bulanan untuk mendeteksi bunuh
diri baru awal atau agitasi. Memonitor efek samping ketika
psikotropika atau antidepresan yang diresepkan.
Pemeriksaan pencitraan
1. MRI otak : Dilakukan jika otak kelainan akut atau
kronis dicurigai sebagai penyebab keterlambatan
bahasa. Sebagai contoh, pada anak dengan perubahan
status mental akut atau fungsi, MRI akan digunakan
untuk menyingkirkan tumor otak, terutama dari
ventrikel keempat, yang jarang bermanifestasi sebagai
jenis perubahan.
2. EEG (Rekam Otak): membantu untuk
mendiagnosis Landau-Kleffner syndrome, penyebab
potensi keterlambatan bahasa
Pemeriksaan penunjang lainnya
1. Skrining Bahasa – Biasanya dilakukan oleh pidato
berlisensi dan ahli patologi bahasa yang juga dapat berfungsi
sebagai dokter primer jika anak mengalami gangguan bahasa
2. Skrining pemeriksaan fisik, termasuk tes pendengaran
dan screening pemeriksaan neurologis – Untuk
menyingkirkan gangguan tumor atau gangguan lain
(misalnya, afasia)
3. EKG, untuk menyingkirkan gangguan kontraindikasi
terhadap pengobatan jantung obat, seperti kelainan konduksi
jantung atau aritmia sebelum perawatan obat
4. EEG dengan konsultasi ahli saraf, untuk
menyingkirkan gangguan kondisi neurologis, termasuk
kejang, dan untuk menyingkirkan Landau-Kleffner
syndrome, terutama jika penundaan bahasa dan kejang
diduga
5. Wawancara Terstruktur atau semi terstruktur,
Untuk membantu menentukan sejarah masa lalu atau
sekarang merugikan diri atau perilaku yang berpotensi
bunuh diri pada pasien atau riwayat keluarga bunuh
diri
6. Skrining Psikometri, ntuk mengkonfirmasi diagnosis
selektif mutisme, untuk menilai respon pengobatan, dan
untuk membantu menilai tingkat ketajaman dan
keparahan. Instrumen seperti yang di bawah ini terutama
digunakan dalam studi penelitian tetapi dapat membantu
untuk mengkonfirmasikan diagnosis klinis, untuk
pemantauan respon terhadap pengobatan, dan untuk
menilai tingkat ketajaman dan tingkat
keparahan. Kecemasan berikut khusus berguna dalam
mengikuti respon terhadap pengobatan yang mungkin
lambat dan awalnya halus:
PENATALAKSANAAN
Ada beberapa pendekatan berbeda yang digunakan untuk
upaya mengobati mutisme selektif. konseling
direkomendasikan untuk membantu pengobatan masalah
utama. Pengobatan dengan beberapa jenis umumnya lebih
efektif ketika keluarga dari si anak terlibat dalam
memutuskan tentang pengobatan.
1. MODIFIKASI PERILAKU
Mutisme Selektif dapat diterapi dengan
menggunakan pendekatan penguatan. Metode ini
memberikan imbalan positif untuk anak-anak berupa
pujian, hiburan, hak khusus, atau apapun yang bernilai bagi
anak tersebut. Umumnya hadiah diberikan jika berbicara,
dan tidak diberikan jika diam. Penggunaan hukuman
disamping penghargaan tidak direkomendasikan karena
akan membuat stress lebih banyak kepada anak yang sudah
mengalami kecemasan berat. Teknik penguatan positif
umumnya menjadi bagian dari keberhasilan pengobatan
pada kebanyakan kasus ini.
Ada beberapa langkah ataupun intervensi dalam
terapi prilaku yang dapat diajarkan dan diaplikasikan
kepada orangtua dan lingkungan si anak. Pada dasarnya
dibutuhkan pendekatan yang menyeluruh dan holistik
untuk mengobati anak dengan mutisme selektif.
1. Intervensi Terapi
2. Intervensi di Sekolah
3. Intervensi di Rumah
Penanganan dengan Obat-Obatan
Pada beberapa kasus, mutisme selektif dapat diobati
dengan obat-obatan. Fluoxetine (Prozac), yang adalah satu dari
selective serotoin reuptake inhibitor (SSRIs) adalah obat yang
telah diteliti paling sering mengobati mutisme selektif.
Penanganan dengan obat-obatan lebih berhasil pada anak-anak
yang lebih muda. Fluoxetin ditemukan dapat mengurangi
gejala dari mutisme selektif pada anak usia sekitar 3-4 tahun.
Obat-obatan lain yang digunakan untuk mengobati kecemasan
dan gangguan fobia sosial mungkin efektif pada kasus-kasus
tertentu.
PROGNOSIS
Mutisme Selektif umumnya dapat diobati, pada
banyak kasus dari gangguan ini juga dapat hilang dengan
sendirinya. Beberapa kasus yang dilaporkan juga dapat
sembuh perlahan-lahan, walaupun dengan pengobatan
akan lebih efektif.
Berdasarkan sebuah studi, bahwa ditemukan
pengurangan yang besar pada Mutisme Selektif diatas
periode 6 tahun (dari awal sampai akhir tahun sekolah),
sehingga dipercaya bahwa gangguan ini secara spontan
berkurang dengan berjalannya waktu pada sejumlah besar
kasus, Mutisme Selektif seharusnya dijelaskan sebagai
sesuatu yang transien dan bukan persisten. Sekitar 30 %
anak dengan Mutisme Selektif menunjukkan
perkembangan dari awal hingga akhir tahun sekolah.
KESIMPULAN
Mutisme Selektif adalah gangguan yang biasanya terjadi
selama masa kanak- kanak. Yaitu ketika anak tidak mau
berbicara pada paling tidak satu situasi sosial tertentu.
Berdasarkan PPDGJ-III, ciri khas dari kondisi ini ialah
selektifitas yang ditentukan secara emosional dalam berbicara,
di mana anak menunjukkan selektifitasnya dalam hal
kemampuan bertutur kata dalam situasi-situasi tertentu, namun
tidak mampu melakukannya dalam beberapa situasi (khas
tertentu) lainnya.
Terapi yang dilakukan untuk mutisme selektif harus
dilakukan dengan pendekatan yang menyeluruh. Secara umum
terdapat dua pendekatan dalam penatalaksanaan mutisme
selektif yaitu modifikasi prilaku dan dengan penggunaan obat-
obatan.

More Related Content

Similar to MUTISME SELEKTIF.pptx

Makalah sik odgj
Makalah sik odgjMakalah sik odgj
Makalah sik odgj
trisha yasmin
 
Makalah ega
Makalah egaMakalah ega
Makalah ega
egamulyana14
 
Makalah sik odgj dikonversi
Makalah sik odgj dikonversiMakalah sik odgj dikonversi
Makalah sik odgj dikonversi
muhammadfaisal662
 
Penyajian data sik
Penyajian data sikPenyajian data sik
Penyajian data sik
PahmiRamdan
 
Penyajian Data SIK
Penyajian Data SIKPenyajian Data SIK
Penyajian Data SIK
trisha yasmin
 
Penyajian Data SIK
Penyajian Data SIKPenyajian Data SIK
Penyajian Data SIK
anggibandi
 
Makalah sik odgj dikonversi
Makalah sik odgj dikonversiMakalah sik odgj dikonversi
Makalah sik odgj dikonversi
zaenudinnurfalah
 
Makalah sik odgj dikonversi
Makalah sik odgj dikonversiMakalah sik odgj dikonversi
Makalah sik odgj dikonversi
muhammadfaisal662
 
Makalah sik odgj
Makalah sik odgjMakalah sik odgj
Makalah sik odgj
egamulyana14
 
Makalah sik odgj
Makalah sik odgjMakalah sik odgj
Makalah sik odgj
faisalakbar101
 
Makalah SIK
Makalah SIKMakalah SIK
Makalah SIK
anggibandi
 
Makalah sik odgj dikonversi
Makalah sik odgj dikonversiMakalah sik odgj dikonversi
Makalah sik odgj dikonversi
muhammadfaisal662
 
Makalah sik odgj
Makalah sik odgjMakalah sik odgj
Makalah sik odgj
zaenudinnurfalah
 
SOMATOFORM DISORDER
SOMATOFORM DISORDERSOMATOFORM DISORDER
Artikel
ArtikelArtikel
Artikel
fazaana
 
Gangguan campuran anxietas dan depresi
Gangguan campuran anxietas dan depresiGangguan campuran anxietas dan depresi
Gangguan campuran anxietas dan depresi
Syarifah Merisa Dewi
 
Ggn. perilaku emosional anak remaja
Ggn. perilaku emosional anak remajaGgn. perilaku emosional anak remaja
Ggn. perilaku emosional anak remajadadadony
 
antidperesiva
antidperesivaantidperesiva
antidperesivameritamna
 
Referat somatic treatment
Referat somatic treatmentReferat somatic treatment
Referat somatic treatment
SHINee World
 
Penyuluhan kesehatan Remaja dr Andhika Arie Prasetya.ppt
Penyuluhan kesehatan Remaja dr Andhika Arie Prasetya.pptPenyuluhan kesehatan Remaja dr Andhika Arie Prasetya.ppt
Penyuluhan kesehatan Remaja dr Andhika Arie Prasetya.ppt
andhikaarie1
 

Similar to MUTISME SELEKTIF.pptx (20)

Makalah sik odgj
Makalah sik odgjMakalah sik odgj
Makalah sik odgj
 
Makalah ega
Makalah egaMakalah ega
Makalah ega
 
Makalah sik odgj dikonversi
Makalah sik odgj dikonversiMakalah sik odgj dikonversi
Makalah sik odgj dikonversi
 
Penyajian data sik
Penyajian data sikPenyajian data sik
Penyajian data sik
 
Penyajian Data SIK
Penyajian Data SIKPenyajian Data SIK
Penyajian Data SIK
 
Penyajian Data SIK
Penyajian Data SIKPenyajian Data SIK
Penyajian Data SIK
 
Makalah sik odgj dikonversi
Makalah sik odgj dikonversiMakalah sik odgj dikonversi
Makalah sik odgj dikonversi
 
Makalah sik odgj dikonversi
Makalah sik odgj dikonversiMakalah sik odgj dikonversi
Makalah sik odgj dikonversi
 
Makalah sik odgj
Makalah sik odgjMakalah sik odgj
Makalah sik odgj
 
Makalah sik odgj
Makalah sik odgjMakalah sik odgj
Makalah sik odgj
 
Makalah SIK
Makalah SIKMakalah SIK
Makalah SIK
 
Makalah sik odgj dikonversi
Makalah sik odgj dikonversiMakalah sik odgj dikonversi
Makalah sik odgj dikonversi
 
Makalah sik odgj
Makalah sik odgjMakalah sik odgj
Makalah sik odgj
 
SOMATOFORM DISORDER
SOMATOFORM DISORDERSOMATOFORM DISORDER
SOMATOFORM DISORDER
 
Artikel
ArtikelArtikel
Artikel
 
Gangguan campuran anxietas dan depresi
Gangguan campuran anxietas dan depresiGangguan campuran anxietas dan depresi
Gangguan campuran anxietas dan depresi
 
Ggn. perilaku emosional anak remaja
Ggn. perilaku emosional anak remajaGgn. perilaku emosional anak remaja
Ggn. perilaku emosional anak remaja
 
antidperesiva
antidperesivaantidperesiva
antidperesiva
 
Referat somatic treatment
Referat somatic treatmentReferat somatic treatment
Referat somatic treatment
 
Penyuluhan kesehatan Remaja dr Andhika Arie Prasetya.ppt
Penyuluhan kesehatan Remaja dr Andhika Arie Prasetya.pptPenyuluhan kesehatan Remaja dr Andhika Arie Prasetya.ppt
Penyuluhan kesehatan Remaja dr Andhika Arie Prasetya.ppt
 

Recently uploaded

Malpraktek & Kelalaian dalam kesehatan.pptx
Malpraktek & Kelalaian dalam kesehatan.pptxMalpraktek & Kelalaian dalam kesehatan.pptx
Malpraktek & Kelalaian dalam kesehatan.pptx
LyanNurse1
 
Panduan pencatatan dan pelaporan PISP diare
Panduan pencatatan dan pelaporan  PISP diarePanduan pencatatan dan pelaporan  PISP diare
Panduan pencatatan dan pelaporan PISP diare
YantariTiyora2
 
Kelainan Air Ketuban (hidramnion, oligohidramnion)
Kelainan Air Ketuban (hidramnion, oligohidramnion)Kelainan Air Ketuban (hidramnion, oligohidramnion)
Kelainan Air Ketuban (hidramnion, oligohidramnion)
kirateraofficial
 
Pelatihan-Kader Kesehatan-Posbindu-SOLO ppt.ppt
Pelatihan-Kader Kesehatan-Posbindu-SOLO ppt.pptPelatihan-Kader Kesehatan-Posbindu-SOLO ppt.ppt
Pelatihan-Kader Kesehatan-Posbindu-SOLO ppt.ppt
andiaswindahlan1
 
KEBIJK_Jaminan_kesehatan_Indonesia _014.ppt
KEBIJK_Jaminan_kesehatan_Indonesia _014.pptKEBIJK_Jaminan_kesehatan_Indonesia _014.ppt
KEBIJK_Jaminan_kesehatan_Indonesia _014.ppt
gerald rundengan
 
Aspek legal etik keperawatan Maternitas.pptx
Aspek legal etik keperawatan Maternitas.pptxAspek legal etik keperawatan Maternitas.pptx
Aspek legal etik keperawatan Maternitas.pptx
PutriHanny4
 
farmakologi antikoagulan pada kasus kardiovaskular
farmakologi antikoagulan pada kasus kardiovaskularfarmakologi antikoagulan pada kasus kardiovaskular
farmakologi antikoagulan pada kasus kardiovaskular
MuhammadAuliaKurniaw1
 
Aplikasi Teori/Model pada Praktik, Penelitian, dan Pendidikan Keperawatan
Aplikasi Teori/Model pada Praktik, Penelitian, dan Pendidikan KeperawatanAplikasi Teori/Model pada Praktik, Penelitian, dan Pendidikan Keperawatan
Aplikasi Teori/Model pada Praktik, Penelitian, dan Pendidikan Keperawatan
BayuEkaKurniawan1
 
RUU KESEHATAN (apt. Guntur Satrio Pratomo).pptx
RUU KESEHATAN (apt. Guntur Satrio Pratomo).pptxRUU KESEHATAN (apt. Guntur Satrio Pratomo).pptx
RUU KESEHATAN (apt. Guntur Satrio Pratomo).pptx
nadyahermawan
 
CBT BOARD INTERNAL Medicine chapter xxxx
CBT BOARD INTERNAL Medicine chapter xxxxCBT BOARD INTERNAL Medicine chapter xxxx
CBT BOARD INTERNAL Medicine chapter xxxx
MuhammadAlFarizi88
 
PERHITUNGAN DOSIS OBAT Cara pemberian , Melakukan perhitungan dosis.ppt
PERHITUNGAN DOSIS OBAT Cara pemberian , Melakukan perhitungan dosis.pptPERHITUNGAN DOSIS OBAT Cara pemberian , Melakukan perhitungan dosis.ppt
PERHITUNGAN DOSIS OBAT Cara pemberian , Melakukan perhitungan dosis.ppt
Jumainmain1
 
441766795-PERSONAL-HYGIENE-ppt kebersihan diri sendiri.ppt
441766795-PERSONAL-HYGIENE-ppt kebersihan diri sendiri.ppt441766795-PERSONAL-HYGIENE-ppt kebersihan diri sendiri.ppt
441766795-PERSONAL-HYGIENE-ppt kebersihan diri sendiri.ppt
Datalablokakalianda
 
Bahan ajar - INTERAKSI ANTIGEN DAN ANTIBODI-.ppt
Bahan ajar - INTERAKSI ANTIGEN DAN ANTIBODI-.pptBahan ajar - INTERAKSI ANTIGEN DAN ANTIBODI-.ppt
Bahan ajar - INTERAKSI ANTIGEN DAN ANTIBODI-.ppt
UmmyKhairussyifa1
 
PPT PENGKAJIAN SISTEM MUSKULOSKELETAL 2.pptx
PPT PENGKAJIAN SISTEM MUSKULOSKELETAL 2.pptxPPT PENGKAJIAN SISTEM MUSKULOSKELETAL 2.pptx
PPT PENGKAJIAN SISTEM MUSKULOSKELETAL 2.pptx
EmohAsJohn
 
FIN_Kebijakan Skrining Bayi Baru Lahir.pdf
FIN_Kebijakan Skrining Bayi Baru Lahir.pdfFIN_Kebijakan Skrining Bayi Baru Lahir.pdf
FIN_Kebijakan Skrining Bayi Baru Lahir.pdf
helixyap92
 
farmakologi antikoagulan presentasi.pptx
farmakologi antikoagulan presentasi.pptxfarmakologi antikoagulan presentasi.pptx
farmakologi antikoagulan presentasi.pptx
MuhammadAuliaKurniaw1
 
Askep-Anak-dengan-gangguan malnutris.ppt
Askep-Anak-dengan-gangguan malnutris.pptAskep-Anak-dengan-gangguan malnutris.ppt
Askep-Anak-dengan-gangguan malnutris.ppt
fitrianakartikasari5
 
Powerpoint Penyakit Mulut dan Kuku pada ternak
Powerpoint Penyakit Mulut dan Kuku pada ternakPowerpoint Penyakit Mulut dan Kuku pada ternak
Powerpoint Penyakit Mulut dan Kuku pada ternak
adevindhamebrina
 
sudden death-akibat penyakit cardio vascular-forensik.pptx
sudden death-akibat penyakit cardio vascular-forensik.pptxsudden death-akibat penyakit cardio vascular-forensik.pptx
sudden death-akibat penyakit cardio vascular-forensik.pptx
muhammadrezkizanuars
 

Recently uploaded (19)

Malpraktek & Kelalaian dalam kesehatan.pptx
Malpraktek & Kelalaian dalam kesehatan.pptxMalpraktek & Kelalaian dalam kesehatan.pptx
Malpraktek & Kelalaian dalam kesehatan.pptx
 
Panduan pencatatan dan pelaporan PISP diare
Panduan pencatatan dan pelaporan  PISP diarePanduan pencatatan dan pelaporan  PISP diare
Panduan pencatatan dan pelaporan PISP diare
 
Kelainan Air Ketuban (hidramnion, oligohidramnion)
Kelainan Air Ketuban (hidramnion, oligohidramnion)Kelainan Air Ketuban (hidramnion, oligohidramnion)
Kelainan Air Ketuban (hidramnion, oligohidramnion)
 
Pelatihan-Kader Kesehatan-Posbindu-SOLO ppt.ppt
Pelatihan-Kader Kesehatan-Posbindu-SOLO ppt.pptPelatihan-Kader Kesehatan-Posbindu-SOLO ppt.ppt
Pelatihan-Kader Kesehatan-Posbindu-SOLO ppt.ppt
 
KEBIJK_Jaminan_kesehatan_Indonesia _014.ppt
KEBIJK_Jaminan_kesehatan_Indonesia _014.pptKEBIJK_Jaminan_kesehatan_Indonesia _014.ppt
KEBIJK_Jaminan_kesehatan_Indonesia _014.ppt
 
Aspek legal etik keperawatan Maternitas.pptx
Aspek legal etik keperawatan Maternitas.pptxAspek legal etik keperawatan Maternitas.pptx
Aspek legal etik keperawatan Maternitas.pptx
 
farmakologi antikoagulan pada kasus kardiovaskular
farmakologi antikoagulan pada kasus kardiovaskularfarmakologi antikoagulan pada kasus kardiovaskular
farmakologi antikoagulan pada kasus kardiovaskular
 
Aplikasi Teori/Model pada Praktik, Penelitian, dan Pendidikan Keperawatan
Aplikasi Teori/Model pada Praktik, Penelitian, dan Pendidikan KeperawatanAplikasi Teori/Model pada Praktik, Penelitian, dan Pendidikan Keperawatan
Aplikasi Teori/Model pada Praktik, Penelitian, dan Pendidikan Keperawatan
 
RUU KESEHATAN (apt. Guntur Satrio Pratomo).pptx
RUU KESEHATAN (apt. Guntur Satrio Pratomo).pptxRUU KESEHATAN (apt. Guntur Satrio Pratomo).pptx
RUU KESEHATAN (apt. Guntur Satrio Pratomo).pptx
 
CBT BOARD INTERNAL Medicine chapter xxxx
CBT BOARD INTERNAL Medicine chapter xxxxCBT BOARD INTERNAL Medicine chapter xxxx
CBT BOARD INTERNAL Medicine chapter xxxx
 
PERHITUNGAN DOSIS OBAT Cara pemberian , Melakukan perhitungan dosis.ppt
PERHITUNGAN DOSIS OBAT Cara pemberian , Melakukan perhitungan dosis.pptPERHITUNGAN DOSIS OBAT Cara pemberian , Melakukan perhitungan dosis.ppt
PERHITUNGAN DOSIS OBAT Cara pemberian , Melakukan perhitungan dosis.ppt
 
441766795-PERSONAL-HYGIENE-ppt kebersihan diri sendiri.ppt
441766795-PERSONAL-HYGIENE-ppt kebersihan diri sendiri.ppt441766795-PERSONAL-HYGIENE-ppt kebersihan diri sendiri.ppt
441766795-PERSONAL-HYGIENE-ppt kebersihan diri sendiri.ppt
 
Bahan ajar - INTERAKSI ANTIGEN DAN ANTIBODI-.ppt
Bahan ajar - INTERAKSI ANTIGEN DAN ANTIBODI-.pptBahan ajar - INTERAKSI ANTIGEN DAN ANTIBODI-.ppt
Bahan ajar - INTERAKSI ANTIGEN DAN ANTIBODI-.ppt
 
PPT PENGKAJIAN SISTEM MUSKULOSKELETAL 2.pptx
PPT PENGKAJIAN SISTEM MUSKULOSKELETAL 2.pptxPPT PENGKAJIAN SISTEM MUSKULOSKELETAL 2.pptx
PPT PENGKAJIAN SISTEM MUSKULOSKELETAL 2.pptx
 
FIN_Kebijakan Skrining Bayi Baru Lahir.pdf
FIN_Kebijakan Skrining Bayi Baru Lahir.pdfFIN_Kebijakan Skrining Bayi Baru Lahir.pdf
FIN_Kebijakan Skrining Bayi Baru Lahir.pdf
 
farmakologi antikoagulan presentasi.pptx
farmakologi antikoagulan presentasi.pptxfarmakologi antikoagulan presentasi.pptx
farmakologi antikoagulan presentasi.pptx
 
Askep-Anak-dengan-gangguan malnutris.ppt
Askep-Anak-dengan-gangguan malnutris.pptAskep-Anak-dengan-gangguan malnutris.ppt
Askep-Anak-dengan-gangguan malnutris.ppt
 
Powerpoint Penyakit Mulut dan Kuku pada ternak
Powerpoint Penyakit Mulut dan Kuku pada ternakPowerpoint Penyakit Mulut dan Kuku pada ternak
Powerpoint Penyakit Mulut dan Kuku pada ternak
 
sudden death-akibat penyakit cardio vascular-forensik.pptx
sudden death-akibat penyakit cardio vascular-forensik.pptxsudden death-akibat penyakit cardio vascular-forensik.pptx
sudden death-akibat penyakit cardio vascular-forensik.pptx
 

MUTISME SELEKTIF.pptx

  • 1. MUTISME SELEKTIF DISUSUN OLEH : IMAM BUDI GUNAWAN
  • 2. Selektif mutisme didefinisikan oleh the Diagnostic and Statistical Manual of Mental Health Disorders, Fourth Edition Text Revision (DSM-IV-TR) sebagai gangguan kebiasaan masa kanak-kanak yang ditandai oleh adanya kegagalan yang persisten untuk berbicara pada satu atau lebih situasi sosial, namun dapat berbicara situasi yang lain. DEFENISI
  • 3. Fobia sosial adalah gangguan yang paling umum kesehatan mental setelah ketiga depresi Bergman et al (2002) melaporkan bahwa tingkat prevalensi selektif mutisme adalah 0,71% tetapi berkisar antara 0,08% sampai 1,9% tergantung pada populasi yang diteliti.. Selektif mutisme terlihat dalam kurang dari 1% anak yang diamati dalam pengaturan kesehatan mental dan dilaporkan sekitar 2-2.5 kali lebih sering pada wanita dibandingkan pada pria. EPIDEMIOLOGI
  • 4. Umumnya, kematian tidak menghasilkan langsung dari selekti mutisme, kecuali dalam kasus-kasus depresi berat terkait mengakibatkan bunuh diri atau reaksi terhadap pengobatan obat (kematian jantung mendadak dengan imipramine atau clonidine) atau reaksi yang merugikan seperti bunuh diri yang baru onset setelah terapi dengan SSRI atau antidepresan lainnya. Tingkat morbiditas tinggi diamati, dengan sekolah melewatkan banyak atau hari kerja;. Anak sering berkembang penolakan sekolah terkait karena kecemasan terkait dengan diminta untuk berbicara di kelas. Selektif mutisme didiagnosis lebih sering pada wanita dibandingkan pada pria, dengan rasio perempuan-ke-laki-laki dari sekitar 2-2.5:1.
  • 5. Penyebab selektif mutisme adalah multifaktorial yaitu : 1. Hipotesis Biologis Faktor biologis biasanya berperan sebagai kemungkinan penyebab mutisme selektif. Bagaimanapun, telah ditemukan bahwa anak-anak dengan mutisme selektif sewaktu-waktu dapat meningkat resikonya untuk gangguan perkembangan yang lain (termasuk gangguan bicara/bahasa, eneuresis, enkopresis) dan EEG yang immatur. ETIOLOGI
  • 6. 2. Teori dan Proses Fisiologi Diduga adanya proses regresi atau fiksasi pada perkembangan fase anal, dengan impuls destruktif atau perlawanan terhadap orangtuanya dan penentangan melawan eksperesi kemarahan kepada orangtua.
  • 7. 3. Hubungan Keluarga dan Interpersonal Kebanyakan studi menemukan bahwa tingkat mutisme selektif meningkat pada orangtua yang sakit secara psikologis ataupun dengan hubungan keluarga yang abnormal. Sering disebutkan berupa situasi keluarga yang terisolasi, setidaknya satu orangtua yang sangat pemalu atau tidak komunikatif, kehancuran rumah tangga, dan tekanan yang berlebihan terhadap ibu. Dalam hal ini, beberapa kasus telah dilaporkan bahwa mutisme muncul mengikuti penolakan yang keras terhadap sesuatu yang dikatakan anak.
  • 8. 4. Pengaruh Lingkungan dan Sosial Ditemukan bahwa awal mula terjadinya mutisme sering didasari perubahan lingkungan tertentu yang terlalu cepat, seperti imigrasi dari wilayah dengan bahasa yang berbeda, hospitalisasi, perpisahan yang signifikan dengan keluarga dan trauma fisik seperti kekerasan anak, pelecehan seksual ataupun cedera mulut.
  • 9. Gejala-gejalanya adalah sebagai berikut : 1. Kegagalan yang konsisten dalam berbicara pada situasi sosial tertentu (dimana diharapkan untuk berbicara, seperti di sekolah) meskipun berbicara pada situasi yang lain. Tidak berbicara di sekolah ataupun komunikasi sosial. 2. Paling lama setidaknya berlangsung dalam 1 bulan (tidak dibatasi pada bulan pertama sekolah). 3. Kegagalan berbicara bukan karena kurangnya pengetahuan. 4. Bukan karena gangguan komunikasi (seperti gagap). Hal ini tidak terjadi secara khusus pada gangguan perkembangan pervasif, skizofrenia atau gangguan psikotik lainnya. GAMBARAN KLINIS
  • 10. Anak dengan mutisme selektif juga dapat menunjukkan: • Gangguan kecemasan (misalnya fobia sosial). • Pemalu yang berlebihan • Ketakutan terhadap rasa bersalah di lingkungan sosial. • Penarikan dan isolasi sosial.
  • 11. DIAGNOSA Kriteria untuk mendiagnosa gangguan mutisme selektif diberikan oleh referensi manual, Diagnostic and Statistical Manual of Mental Disorders, edisi keempat, teks revisi (DSM-IV-TR) termasuk kegagalan dalam berbicara pada beberapa situasi sosial walaupun anak dapat berbicara pada waktu yang lain. Kriteria ini tidak sesuai jika anak tidak berbicara pada setiap situasi.
  • 12. Pemeriksaan Laboratorium Jika selektif mutisme diindikasikan berdasarkan riwayat dan pemeriksaan fisik, melakukan tes berikut untuk menyingkirkan masalah medis lainnya atau untuk menilai fungsi dasar sebelum memulai pengobatan: 1. Hitung jenis Sel darah – Untuk menyingkirkan gangguan anemia atau lain dyscrasia darah sebagai kondisi yang sudah ada atau kontraindikasi untuk penggunaan obat psikotropika 2. triiodothyronine (T3), tiroksin (T4), dan thyroid- stimulating hormone (TSH) – Untuk menyingkirkan gangguan hipotiroidisme, yang mungkin juga menyertai depresi sebagai penyebab masalah motorik saraf hypoglossal (misalnya, artikulasi kesulitan yg berhubung dgn bahasa menyebabkan bahasa disfluency)
  • 13. 3. Skrining Metabolik untuk natrium, BUN, kreatinin untuk menyingkirkan gangguan gangguan ginjal atau gagal ginjal sebagai kontraindikasi terhadap pengobatan obat; sangat penting karena efek samping potensial dari hiponatremia akibat pengobatan dengan SSRI 4. Serum glutamat oksaloasetat transaminase dan serum glutamat piruvat transaminase – Untuk menyingkirkan gangguan masalah hati sebagai kontraindikasi terhadap pengobatan obat (sebelum inisiasi). 5. Lead Level, untuk menyingkirkan gangguan keterlambatan bahasa (yang dibuktikan dengan penundaan kognitif) karena kadar timbal tinggi
  • 14. 6. Menyingkirkan gangguan Landau-Kleffner syndrome (LKS), terutama pada anak dengan gangguan kejang dengan riwayat kehilangan keterampilan yang diperoleh sebelumnya seperti toilet, interaksi sosial, atau bahasa 7. Pasien harus dipantau secara seksama ketika dosis berubah atau obat baru dimulai. Ketika SSRI atau serotonin dan norepinefrin reuptake inhibitor [SNRIs]) dimulai, dipantau harus terjadi mingguan pada awalnya, kemudian setiap minggu, kemudian bulanan untuk mendeteksi bunuh diri baru awal atau agitasi. Memonitor efek samping ketika psikotropika atau antidepresan yang diresepkan.
  • 15. Pemeriksaan pencitraan 1. MRI otak : Dilakukan jika otak kelainan akut atau kronis dicurigai sebagai penyebab keterlambatan bahasa. Sebagai contoh, pada anak dengan perubahan status mental akut atau fungsi, MRI akan digunakan untuk menyingkirkan tumor otak, terutama dari ventrikel keempat, yang jarang bermanifestasi sebagai jenis perubahan. 2. EEG (Rekam Otak): membantu untuk mendiagnosis Landau-Kleffner syndrome, penyebab potensi keterlambatan bahasa
  • 16. Pemeriksaan penunjang lainnya 1. Skrining Bahasa – Biasanya dilakukan oleh pidato berlisensi dan ahli patologi bahasa yang juga dapat berfungsi sebagai dokter primer jika anak mengalami gangguan bahasa 2. Skrining pemeriksaan fisik, termasuk tes pendengaran dan screening pemeriksaan neurologis – Untuk menyingkirkan gangguan tumor atau gangguan lain (misalnya, afasia) 3. EKG, untuk menyingkirkan gangguan kontraindikasi terhadap pengobatan jantung obat, seperti kelainan konduksi jantung atau aritmia sebelum perawatan obat
  • 17. 4. EEG dengan konsultasi ahli saraf, untuk menyingkirkan gangguan kondisi neurologis, termasuk kejang, dan untuk menyingkirkan Landau-Kleffner syndrome, terutama jika penundaan bahasa dan kejang diduga 5. Wawancara Terstruktur atau semi terstruktur, Untuk membantu menentukan sejarah masa lalu atau sekarang merugikan diri atau perilaku yang berpotensi bunuh diri pada pasien atau riwayat keluarga bunuh diri
  • 18. 6. Skrining Psikometri, ntuk mengkonfirmasi diagnosis selektif mutisme, untuk menilai respon pengobatan, dan untuk membantu menilai tingkat ketajaman dan keparahan. Instrumen seperti yang di bawah ini terutama digunakan dalam studi penelitian tetapi dapat membantu untuk mengkonfirmasikan diagnosis klinis, untuk pemantauan respon terhadap pengobatan, dan untuk menilai tingkat ketajaman dan tingkat keparahan. Kecemasan berikut khusus berguna dalam mengikuti respon terhadap pengobatan yang mungkin lambat dan awalnya halus:
  • 19. PENATALAKSANAAN Ada beberapa pendekatan berbeda yang digunakan untuk upaya mengobati mutisme selektif. konseling direkomendasikan untuk membantu pengobatan masalah utama. Pengobatan dengan beberapa jenis umumnya lebih efektif ketika keluarga dari si anak terlibat dalam memutuskan tentang pengobatan.
  • 20. 1. MODIFIKASI PERILAKU Mutisme Selektif dapat diterapi dengan menggunakan pendekatan penguatan. Metode ini memberikan imbalan positif untuk anak-anak berupa pujian, hiburan, hak khusus, atau apapun yang bernilai bagi anak tersebut. Umumnya hadiah diberikan jika berbicara, dan tidak diberikan jika diam. Penggunaan hukuman disamping penghargaan tidak direkomendasikan karena akan membuat stress lebih banyak kepada anak yang sudah mengalami kecemasan berat. Teknik penguatan positif umumnya menjadi bagian dari keberhasilan pengobatan pada kebanyakan kasus ini.
  • 21. Ada beberapa langkah ataupun intervensi dalam terapi prilaku yang dapat diajarkan dan diaplikasikan kepada orangtua dan lingkungan si anak. Pada dasarnya dibutuhkan pendekatan yang menyeluruh dan holistik untuk mengobati anak dengan mutisme selektif. 1. Intervensi Terapi 2. Intervensi di Sekolah 3. Intervensi di Rumah
  • 22. Penanganan dengan Obat-Obatan Pada beberapa kasus, mutisme selektif dapat diobati dengan obat-obatan. Fluoxetine (Prozac), yang adalah satu dari selective serotoin reuptake inhibitor (SSRIs) adalah obat yang telah diteliti paling sering mengobati mutisme selektif. Penanganan dengan obat-obatan lebih berhasil pada anak-anak yang lebih muda. Fluoxetin ditemukan dapat mengurangi gejala dari mutisme selektif pada anak usia sekitar 3-4 tahun. Obat-obatan lain yang digunakan untuk mengobati kecemasan dan gangguan fobia sosial mungkin efektif pada kasus-kasus tertentu.
  • 23. PROGNOSIS Mutisme Selektif umumnya dapat diobati, pada banyak kasus dari gangguan ini juga dapat hilang dengan sendirinya. Beberapa kasus yang dilaporkan juga dapat sembuh perlahan-lahan, walaupun dengan pengobatan akan lebih efektif. Berdasarkan sebuah studi, bahwa ditemukan pengurangan yang besar pada Mutisme Selektif diatas periode 6 tahun (dari awal sampai akhir tahun sekolah), sehingga dipercaya bahwa gangguan ini secara spontan berkurang dengan berjalannya waktu pada sejumlah besar kasus, Mutisme Selektif seharusnya dijelaskan sebagai sesuatu yang transien dan bukan persisten. Sekitar 30 % anak dengan Mutisme Selektif menunjukkan perkembangan dari awal hingga akhir tahun sekolah.
  • 24. KESIMPULAN Mutisme Selektif adalah gangguan yang biasanya terjadi selama masa kanak- kanak. Yaitu ketika anak tidak mau berbicara pada paling tidak satu situasi sosial tertentu. Berdasarkan PPDGJ-III, ciri khas dari kondisi ini ialah selektifitas yang ditentukan secara emosional dalam berbicara, di mana anak menunjukkan selektifitasnya dalam hal kemampuan bertutur kata dalam situasi-situasi tertentu, namun tidak mampu melakukannya dalam beberapa situasi (khas tertentu) lainnya. Terapi yang dilakukan untuk mutisme selektif harus dilakukan dengan pendekatan yang menyeluruh. Secara umum terdapat dua pendekatan dalam penatalaksanaan mutisme selektif yaitu modifikasi prilaku dan dengan penggunaan obat- obatan.