SlideShare a Scribd company logo
"Minangkabau" beralih ke halaman ini. Untuk kegunaan lain dari Minangkabau, lihat Minangkabau
(disambiguasi).
Minangkabau
Jumlah populasi

kurang lebih 8 juta di Indonesia (2010)[rujukan?]
Kawasan dengan jumlah penduduk yang signifikan
Sumatera Barat, Indonesia: 4.264.000.

Jabotabek, Indonesia: 890.000.
Riau, Indonesia: 624.000.
Jambi, Indonesia: 495.000.
Aceh, Indonesia: 448.000.
Sumatera Utara, Indonesia: 345.000.
Kepulauan Riau, Indonesia: 156.000.
Bengkulu, Indonesia: 73.000.
Sumatera Selatan, Indonesia: 70.000.
Negeri Sembilan, Malaysia: 450.000[1].

Bahasa
bahasa Minang, bahasa Indonesia danbahasa Melayu.
Agama
Islam.
Kelompok etnis terdekat
Melayu.

Minangkabau atau lebih singkatnya Minang adalah kelompok etnik Nusantara yangberbahasa dan
menjunjung adat Minangkabau. Wilayah penganut kebudayaannya meliputiSumatera Barat, separuh
daratan Riau, bagian utara Bengkulu, bagian barat Jambi, bagian selatan Sumatera Utara, barat
daya Aceh, dan juga Negeri Sembilan di Malaysia.[2] Dalam percakapan awam, orang Minang seringkali
disamakan sebagai orang Padang, merujuk kepada nama ibukota provinsi Sumatera Barat yaitu
kota Padang. Namun, masyarakat ini biasanya akan menyebut kelompoknya dengan sebutan urang
awak (bermaksud sama dengan orang Minang itu sendiri). [3]
Menurut A.A. Navis, Minangkabau lebih kepada kultur etnis dari suatu rumpun Melayu yang tumbuh dan
besar karena sistem monarki,[4] serta menganut sistem adat yang khas, yang dicirikan dengan sistem
kekeluargaan melalui jalur perempuan atau matrilineal,[5] walaupun budayanya juga sangat kuat diwarnai
ajaran agama Islam, sedangkan Thomas Stamford Raffles, setelah melakukan ekspedisi ke pedalaman
Minangkabau tempat kedudukanKerajaan Pagaruyung, menyatakan bahwa Minangkabau adalah sumber
kekuatan dan asal bangsa Melayu, yang kemudian penduduknya tersebar luas di Kepulauan Timur. [6]
Saat ini masyarakat Minang merupakan masyarakat penganut matrilineal terbesar di dunia. [7][8] Selain itu,
etnik ini juga telah menerapkan sistem proto-demokrasi sejak masa pra-Hindu dengan adanya kerapatan
adat untuk menentukan hal-hal penting dan permasalahan hukum. Prinsip adat Minangkabau tertuang
singkat dalam pernyataan Adat basandi syara', syara' basandi Kitabullah (Adat bersendikan hukum,
hukum bersendikan Al-Qur'an) yang berarti adat berlandaskan ajaran Islam.[9]
Orang Minangkabau sangat menonjol di bidang perniagaan, sebagai profesional dan intelektual. Mereka
merupakan pewaris terhormat dari tradisi tua Kerajaan Melayu danSriwijaya yang gemar berdagang dan
dinamis.[10] Hampir separuh jumlah keseluruhan anggota masyarakat ini berada dalam perantauan.
Minang perantauan pada umumnya bermukim di kota-kota besar,
seperti Jakarta, Bandung, Pekanbaru, Medan, Batam,Palembang, dan Surabaya. Di luar wilayah
Indonesia, etnis Minang banyak terdapat di Negeri Sembilan, Malaysia dan Singapura.
Masyarakat Minang memiliki masakan khas yang populer dengan sebutan masakan Padang, dan sangat
digemari di Indonesia bahkan sampai mancanegara.[11]
Daftar isi
[sembunyikan]

1 Etimologi
2 Asal-usul
3 Agama
4 Adat dan budaya

o

4.1 Matrilineal

o

4.2 Bahasa

o

4.3 Kesenian

o

4.4 Olahraga

o

4.5 Rumah adat

o

4.6 Perkawinan

o

4.7 Masakan khas
5 Sosial kemasyarakatan
o

5.1 Persukuan

o

5.2 Nagari

o

5.3 Penghulu

o

5.4 Kerajaan
6 Minangkabau perantauan

o

6.1 Jumlah perantau

o

6.2 Gelombang rantau

o

6.3 Perantauan intelektual

o

6.4 Sebab merantau




6.4.2 Faktor ekonomi


o

6.4.1 Faktor budaya

6.4.3 Faktor perang
6.5 Merantau dalam sastra
7 Orang Minangkabau dan kiprahnya
8 Lihat pula
9 Catatan kaki
10 Literatur
11 Pranala luar

[sunting]Etimologi
Peta yang menunjukan wilayah persebaran kelompok etnik Minangkabau dipulau Sumatera.

Nama Minangkabau berasal dari dua kata, minang dan kabau. Nama itu dikaitkan dengan
suatulegenda khas Minang yang dikenal di dalam tambo. Dari tambo tersebut, konon pada suatu masa
ada satu kerajaan asing (biasa ditafsirkan sebagai Majapahit) yang datang dari laut akan melakukan
penaklukan. Untuk mencegah pertempuran, masyarakat setempat mengusulkan untuk mengadu kerbau.
Pasukan asing tersebut menyetujui dan menyediakan seekor kerbau yang besar dan agresif, sedangkan
masyarakat setempat menyediakan seekor anak kerbau yang lapar dengan diberikan pisau pada
tanduknya. Dalam pertempuran, anak kerbau yang lapar itu menyangka kerbau besar tersebut adalah
induknya. Maka anak kerbau itu langsung berlari mencari susu dan menanduk hingga mencabik-cabik
perut kerbau besar tersebut. Kemenangan itu menginspirasikan masyarakat setempat memakai
nama Minangkabau,[12] yang berasal dari ucapan 'Manang kabau' (artinya menang kerbau). Kisah tambo
ini juga dijumpai dalam Hikayat Raja-raja Pasai dan juga menyebutkan bahwa kemenangan itu
menjadikan negeri yang sebelumnya bernama Periaman(Pariaman) menggunakan nama tersebut.
[13]
Selanjutnya penggunaan nama Minangkabau juga digunakan untuk menyebut sebuah nagari, yaitu
Nagari Minangkabau, yang terletak di kecamatanSungayang, kabupaten Tanah Datar, provinsi Sumatera
Barat.
Dalam catatan sejarah kerajaan Majapahit, Nagarakretagama[14] tahun 1365 M, juga telah ada
menyebutkan nama Minangkabwa sebagai salah satu dari negeri Melayu yang ditaklukannya.
Sedangkan nama "Minang" (kerajaan Minanga) itu sendiri juga telah disebutkan dalam Prasasti Kedukan
Bukit tahun 682 Masehi dan berbahasa Sansekerta. Dalam prasasti itu dinyatakan bahwa pendiri
kerajaan Sriwijaya yang bernama Dapunta Hyang bertolak dari "Minānga" ....[15] Beberapa ahli yang
merujuk dari sumber prasasti itu menduga, kata baris ke-4 (...minānga) dan ke-5 (tāmvan....) sebenarnya
tergabung, sehingga menjadi mināngatāmvan dan diterjemahkan dengan makna sungai kembar. Sungai
kembar yang dimaksud diduga menunjuk kepada pertemuan (temu) dua sumber aliran Sungai Kampar,
yaitu Sungai Kampar Kiri dan Sungai Kampar Kanan.[16] Namun pendapat ini dibantah oleh Casparis,
yang membuktikan bahwa "tāmvan" tidak ada hubungannya dengan "temu", karena
kata temu dan muara juga dijumpai pada prasasti-prasasti peninggalan zaman Sriwijaya yang lainnya.
[17]
Oleh karena itu kata Minangaberdiri sendiri dan identik dengan penyebutan Minang itu sendiri.
Bendera atau marawa yang digunakan suku-suku Minangkabau.

[sunting]Asal-usul
Artikel utama untuk bagian ini adalah: Tambo Minangkabau dan Tombo Lubuk Jambi
Dari tambo yang diterima secara turun temurun, menceritakan bahwa nenek moyang mereka berasal dari
keturunan Iskandar Zulkarnain. Walau tambo tersebut tidak tersusun secara sistematis dan lebih kepada
legenda berbanding fakta serta cendrung kepada sebuah karya sastra yang sudah menjadi milik
masyarakat banyak.[4]
Masyarakat Minang merupakan bagian dari masyarakat Deutro Melayu (Melayu Muda) yang melakukan
migrasi dari daratan China Selatan ke pulau Sumatera sekitar 2.500-2.000 tahun yang lalu. Diperkirakan
kelompok masyarakat ini masuk dari arah timur pulau Sumatera, menyusuri aliran sungai Kampar sampai
ke dataran tinggi yang disebut darek dan menjadi kampung halaman orang Minangkabau.[18] Beberapa
kawasan darek ini kemudian membentuk semacam konfederasi yang dikenal dengan nama luhak, yang
selanjutnya disebut juga dengan nama Luhak nan Tigo, yang terdiri dari Luhak Limo Puluah, Luhak
Agam, dan Luhak Tanah Datar.[5] Pada masa pemerintahan Hindia-Belanda, daerah luhak ini menjadi
daerah teritorial pemerintahan yang disebut afdeling, dikepalai oleh seorangresiden dan oleh masyarakat
Minangkabau disebut dengan nama Tuan Luhak.[4]
Sementara seiring dengan pertumbuhan dan perkembangan penduduk, masyarakat Minangkabau
menyebar ke kawasan darek yang lain serta membentuk beberapa kawasan tertentu menjadi
kawasan rantau. Konsep rantau bagi masyarakat Minang merupakan suatu kawasan yang menjadi pintu
masuk ke alam Minangkabau. Rantau juga berfungsi sebagai tempat mencari kehidupan, kawasan
perdagangan. Rantau di Minangkabau dikenal dengan Rantau nan duo terbagi atas Rantau di
Hilia (kawasan pesisir timur) dan Rantau di Mudiak (kawasan pesisir barat).
Pada awalnya penyebutan orang Minang belum dibedakan dengan orang Melayu, namun sejak abad ke19, penyebutan Minang dan Melayumulai dibedakan melihat budaya matrilineal yang tetap bertahan
berbanding patrilineal yang dianut oleh masyarakat Melayu umumnya.[19]Kemudian pengelompokan ini
terus berlangsung demi kepentingan sensus penduduk maupun politik.
[sunting]Agama

Sebuah masjid di kecamatan Pangkalan Koto Baru, kabupaten Lima Puluh Kotadengan arsitektur khas Minangkabau sekitar
tahun 1900-an.

Masyarakat Minang saat ini merupakan pemeluk agama Islam, jika ada masyarakatnya keluar dari
agama islam (murtad), secara langsung yang bersangkutan juga dianggap keluar dari masyarakat
Minang, dalam istilahnya disebut "dibuang sepanjang adat". Agama Islam diperkirakan masuk melalui
kawasan pesisir timur, walaupun ada anggapan dari pesisir barat, terutama pada kawasan Pariaman,
namun kawasan Arcat (Aru dan Rokan) serta Inderagiri yang berada pada pesisir timur juga telah
menjadi kawasan pelabuhan Minangkabau, dan Sungai Kampar maupun Batang Kuantan berhulu pada
kawasan pedalaman Minangkabau. Sebagaimana pepatah yang ada di masyarakat, Adat manurun,
Syara' mandaki (Adat diturunkan dari pedalaman ke pesisir, sementara agama (Islam) datang dari pesisir
ke pedalaman),[20] serta hal ini juga dikaitkan dengan penyebutan Orang Siak merujuk kepada orangorang yang ahli dan tekun dalam agama Islam, masih tetap digunakan di dataran tinggi Minangkabau.
Sebelum Islam diterima secara luas, masyarakat ini dari beberapa bukti arkeologis menunjukan pernah
memeluk agama Buddha terutama pada masa kerajaan Sriwijaya, Dharmasraya, sampai pada masamasa pemerintahan Adityawarman dan anaknya Ananggawarman. Kemudian perubahan struktur
kerajaan dengan munculnya Kerajaan Pagaruyung yang telah mengadopsi Islam dalam sistem
pemerintahannya, walau sampai abad ke-16, Suma Oriental masih menyebutkan dari 3 raja
Minangkabau hanya satu yang telah memeluk Islam.
Kedatangan Haji Miskin, Haji Sumanik dan Haji Piobang dari Mekkah sekitar tahun 1803,[21] memainkan
peranan penting dalam penegakanhukum Islam di pedalaman Minangkabau. Walau di saat bersamaan
muncul tantangan dari masyarakat setempat yang masih terbiasa dalam tradisi adat, dan puncak dari
konflik ini muncul Perang Padri sebelum akhirnya muncul kesadaran bersama bahwa Adat berazaskan
Al-Qur'an.[22]
[sunting]Adat

dan budaya

Randai, sebuah pertunjukan kesenian tradisional Minangkabau yang dimainkan secara berkelompok.

Artikel utama untuk bagian ini adalah: Adat Minangkabau dan Budaya Minangkabau
Menurut tambo, sistem adat Minangkabau pertama kali dicetuskan oleh dua orang bersaudara,Datuk
Perpatih Nan Sebatang dan Datuk Ketumanggungan. Datuk Perpatih mewariskan sistem adat Bodi
Caniago yang demokratis, sedangkan Datuk Ketumanggungan mewariskan sistem adat Koto Piliang
yang aristokratis. Dalam perjalanannya, dua sistem adat yang dikenal dengankelarasan ini saling isi
mengisi dan membentuk sistem masyarakat Minangkabau.
Dalam masyarakat Minangkabau, ada tiga pilar yang membangun dan menjaga keutuhan budaya serta
adat istiadat. Mereka adalah alim ulama, cerdik pandai, dan ninik mamak, yang dikenal dengan
istilah Tali nan Tigo Sapilin. Ketiganya saling melengkapi dan bahu membahu dalam posisi yang sama
tingginya. Dalam masyarakat Minangkabau yang demokratis dan egaliter, semua urusan masyarakat
dimusyawarahkan oleh ketiga unsur itu secara mufakat.[23]
[sunting]Matrilineal
Matrilineal merupakan salah satu aspek utama dalam mendefinisikan identitas masyarakat Minang. Adat
dan budaya mereka menempatkan pihak perempuan bertindak sebagai pewaris harta pusaka dan
kekerabatan. Garis keturunan dirujuk kepada ibu yang dikenal dengan Samande (se-ibu).
Sedangkan ayah mereka disebut oleh masyarakat dengan namaSumando (ipar) dan diperlakukan
sebagai tamu dalam keluarga.
Kaum perempuan di Minangkabau memiliki kedudukan yang istimewa sehingga dijuluki dengan Bundo
Kanduang, memainkan peranan dalam menentukan keberhasilan pelaksanaan keputusan-keputusan
yang dibuat oleh kaum lelaki dalam posisi mereka sebagai mamak(paman atau saudara dari pihak ibu),
dan penghulu (kepala suku). Pengaruh yang besar tersebut menjadikan perempuan Minang disimbolkan
sebagai Limpapeh Rumah nan Gadang (pilar utama rumah).[24] Walau kekuasaan sangat dipengaruhi
oleh penguasaan terhadap aset ekonomi namun kaum lelaki dari keluarga pihak perempuan tersebut
masih tetap memegang otoritas atau memiliki legitimasi kekuasaan pada komunitasnya.
[sunting]Bahasa
Artikel utama untuk bagian ini adalah: Bahasa Minangkabau
Bahasa Minangkabau merupakan salah satu anak cabang bahasa Austronesia. Walaupun ada
perbedaan pendapat mengenai hubungan bahasa Minangkabau dengan bahasa Melayu, ada yang
menganggap bahasa yang dituturkan masyarakat ini sebagai bagian dari dialek Melayu, karena
banyaknya kesamaan kosakata dan bentuk tuturan di dalamnya, sementara yang lain justru beranggapan
bahasa ini merupakan bahasa mandiri yang berbeda dengan Melayu serta ada juga yang menyebut
bahasa Minangkabau merupakan bahasa proto-Melayu. [25][26]
Selain itu dalam masyarakat penutur bahasa Minang itu sendiri juga sudah terdapat berbagai macam
dialek bergantung kepada daerahnya masing-masing. [27][28]
[sunting]Kesenian

Sebuah pertunjukan kesenian talempong, salah satu alat musik pukul tradisional Minangkabau.

Masyarakat Minangkabau memiliki berbagai macam atraksi dan kesenian, seperti tari-tarian yang biasa
ditampilkan dalam pesta adat maupun perkawinan. Di antara tari-tarian tersebut misalnya tari
pasambahanmerupakan tarian yang dimainkan bermaksud sebagai ucapan selamat datang ataupun
ungkapan rasa hormat kepada tamu istimewa yang baru saja sampai, selanjutnya tari piring merupakan
bentuk tarian dengan gerak cepat dari para penarinya sambil memegang piring pada telapak tangan
masing-masing, yang diiringi dengan lagu yang dimainkan oleh talempong dan saluang.
Silek atau Silat Minangkabau merupakan suatu seni bela diri tradisional khas suku ini yang sudah
berkembang sejak lama. Selain itu, adapula tarian yang bercampur dengan silek yang disebut
dengan randai. Randai biasa diiringi dengan nyanyian atau disebut juga dengan sijobang,[29] dalam randai
ini juga terdapat seni peran (acting) berdasarkan skenario.[30]
Di samping itu, Minangkabau juga menonjol dalam seni berkata-kata. Ada tiga genre seni berkata-kata,
yaitupasambahan (persembahan), indang, dan salawat dulang. Seni berkata-kata atau bersilat lidah,
lebih mengedepankan kata sindiran, kiasan, ibarat, alegori, metafora, dan aphorisme. Dalam seni
berkata-kata seseorang diajarkan untuk mempertahankan kehormatan dan harga diri, tanpa
menggunakan senjata dan kontak fisik.[31]
[sunting]Olahraga
Pacuan kuda merupakan olah raga berkuda yang telah lama ada di nagari-nagari Minang, dan sampai
saat ini masih diselenggarakan oleh masyarakatnya, serta menjadi perlombaan tahunan yang
dilaksanakan pada kawasan yang memiliki lapangan pacuan kuda. Beberapa pertandingan tradisional
lainnya yang masih dilestarikan dan menjadi hiburan bagi masyarakat Minang antara lain lomba Pacu
jawi dan Pacu itik.
[sunting]Rumah

adat

Artikel utama untuk bagian ini adalah: Rumah Gadang
Rumah Gadang di nagari Pandai Sikekdengan dua buah Rangkiang di depannya.

Rumah adat Minangkabau disebut dengan Rumah Gadang, yang biasanya dibangun di atas sebidang
tanah milik keluarga induk dalam suku tersebut secara turun temurun.[32] Rumah Gadang ini dibuat
berbentuk empat persegi panjang dan dibagi atas dua bagian muka dan belakang. [33] Umumnya berbahan
kayu, dan sepintas kelihatan seperti bentuk rumah panggung dengan atap yang khas, menonjol seperti
tanduk kerbau yang biasa disebut gonjong[34] dan dahulunya atap ini berbahan ijuk sebelum berganti
dengan atap seng.
Namun hanya kaum perempuan dan suaminya, beserta anak-anak yang jadi penghuni rumah gadang.
Sedangkan laki-laki kaum tersebut yang sudah beristri, menetap di rumah istrinya. Jika laki-laki anggota
kaum belum menikah, biasanya tidur di surau. Surau biasanya dibangun tidak jauh dari komplek rumah
gadang tersebut, selain berfungsi sebagai tempat ibadah, juga berfungsi sebagai tempat tinggal lelaki
dewasa namun belum menikah.

Pakaian adat yang dikenakan oleh pengantin Minangkabau.

Pakaian perempuan Minang dalam pesta adat atau perkawinan.

Selain itu dalam budaya Minangkabau, tidak semua kawasan boleh didirikan Rumah Gadang, hanya
pada kawasan yang telah berstatus nagari saja, rumah adat ini boleh ditegakkan.
[sunting]Perkawinan
Dalam adat budaya Minangkabau, perkawinan merupakan salah satu peristiwa penting dalam siklus
kehidupan, dan merupakan masa peralihan yang sangat berarti dalam membentuk kelompok kecil
keluarga baru pelanjut keturunan. Bagi lelaki Minang, perkawinan juga menjadi proses untuk masuk
lingkungan baru, yakni pihak keluarga istrinya. Sedangkan bagi keluarga pihak istri, menjadi salah satu
proses dalam penambahan anggota di komunitas rumah gadangmereka.
Dalam prosesi perkawinan adat Minangkabau, biasa disebut baralek, mempunyai beberapa tahapan
yang umum dilakukan. Dimulai dengan maminang (meminang), manjapuik marapulai(menjemput
pengantin pria), sampai basandiang (bersanding di pelaminan). Setelah maminang dan muncul
kesepakatan manantuan hari (menentukan hari pernikahan), maka kemudian dilanjutkan dengan
pernikahan secara Islam yang biasa dilakukan di Mesjid, sebelum kedua pengantin bersanding di
pelaminan. Pada nagaritertentu setelah ijab kabul di depan penghulu atau tuan kadi, mempelai pria akan
diberikan gelar baru sebagai panggilan penganti nama kecilnya. [35] Kemudian masyarakat sekitar akan
memanggilnya dengan gelar baru tersebut. Gelar panggilan tersebut biasanya bermulai
dari sutan, bagindo atau sidi (sayyidi) di kawasan pesisir pantai. Sedangkan di kawasan luhak limo
puluah, pemberian gelar ini tidak berlaku.
[sunting]Masakan

khas
Artikel utama untuk bagian ini adalah: Masakan Padang
Masyarakat Minang juga dikenal akan aneka masakannya, dengan citarasa yang pedas, serta dapat
ditemukan hampir di seluruh Nusantara, bahkan sampai ke luar negeri. Walau masakan ini kadang lebih
dikenal dengan nama Masakan Padang, meskipun begitu sebenarnya dikenal sebagai masakan etnik
Minang secara umum.
Rendang salah satu masakan tradisional masyarakat Minang, pada tahun 2011 dinobatkan sebagai
hidangan peringkat pertama dalam daftarWorld’s 50 Most Delicious Foods (50 Hidangan Terlezat Dunia)
yang digelar oleh CNN International.[36]
[sunting]Sosial

kemasyarakatan

[sunting]Persukuan
Artikel utama untuk bagian ini adalah: Daftar suku Minangkabau
Suku dalam tatanan Masyarakat Minangkabau merupakan basis dari organisasi sosial, sekaligus tempat
pertarungan kekuasaan yang fundamental. Pengertian awal kata suku dalam Bahasa Minang dapat
bermaksud satu per-empat, sehingga jika dikaitkan dengan pendirian suatu nagari di Minangkabau, dapat
dikatakan sempurna apabila telah terdiri dari komposisi empat suku yang mendiami kawasan tersebut.
Selanjutnya, setiap suku dalam tradisi Minang, diurut dari garis keturunan yang sama dari pihak ibu, dan
diyakini berasal dari satu keturunan nenek moyang yang sama. [5]
Selain sebagai basis politik, suku juga merupakan basis dari unit-unit ekonomi. Kekayaan ditentukan oleh
kepemilikan tanah keluarga, harta, dan sumber-sumber pemasukan lainnya yang semuanya itu dikenal
sebagai harta pusaka. Harta pusaka merupakan harta milik bersama dari seluruh anggota kaumkeluarga. Harta pusaka tidak dapat diperjualbelikan dan tidak dapat menjadi milik pribadi. Harta pusaka
semacam dana jaminan bersama untuk melindungi anggota kaum-keluarga dari kemiskinan. Jika ada
anggota keluarga yang mengalami kesulitan atau tertimpa musibah, maka harta pusaka dapat
digadaikan.
Suku terbagi-bagi ke dalam beberapa cabang keluarga yang lebih kecil atau disebut payuang (payung).
Adapun unit yang paling kecil setelahsapayuang disebut saparuik. Sebuah paruik (perut) biasanya tinggal
pada sebuah rumah gadang secara bersama-sama.[37]

Pakaian khas suku Minangkabau di tahun 1900-an.

[sunting]Nagari
Artikel utama untuk bagian ini adalah: Nagari
Daerah Minangkabau terdiri atas banyak nagari. Nagari ini merupakan daerah otonom dengan
kekuasaan tertinggi di Minangkabau. Tidak ada kekuasaan sosial dan politik lainnya yang dapat
mencampuri adat di sebuah nagari. Nagari yang berbeda akan mungkin sekali mempunyai
tipikaladat yang berbeda. Tiap nagari dipimpin oleh sebuah dewan yang terdiri dari pemimpin suku dari
semua suku yang ada di nagari tersebut. Dewan ini disebut dengan Kerapatan Adat Nagari (KAN). Dari
hasil musyawarah dan mufakat dalam dewan inilah sebuah keputusan dan peraturan yang mengikat
untuk nagari itu dihasilkan.
Faktor utama yang menentukan dinamika masyarakat Minangkabau adalah terdapatnya kompetisi yang
konstan antar nagari, kaum-keluarga, dan individu untuk mendapatkan status dan prestise. [38] Oleh
karenanya setiap kepala kaum akan berlomba-lomba meningkatkan prestise kaum-keluarganya dengan
mencari kekayaan (berdagang) serta menyekolahkan anggota kaum ke tingkat yang paling tinggi.
Dalam pembentukan suatu nagari sejak dahulunya telah dikenal dalam istilah pepatah yang ada pada
masyarakat adat Minang itu sendiri yaitu Dari Taratak manjadi Dusun, dari Dusun manjadi Koto, dari Koto
manjadi Nagari, Nagari ba Panghulu. Jadi dalam sistem administrasi pemerintahan di kawasan Minang
dimulai dari struktur terendah disebut dengan Taratak, kemudian berkembang menjadi Dusun, kemudian
berkembang menjadi Koto dan kemudian berkembang menjadi Nagari. Biasanya setiap nagari yang
dibentuk minimal telah terdiri dari 4 suku yang mendomisili kawasan tersebut. [5] Selanjutnya sebagai
pusat administrasi nagari tersebut dibangunlah sebuah Balai Adat sekaligus sebagai tempat pertemuan
dalam mengambil keputusan bersama para penghulu di nagari tersebut.
[sunting]Penghulu
Artikel utama untuk bagian ini adalah: Penghulu dan Datuk di Minangkabau
Penghulu atau biasa yang digelari dengan datuk, merupakan kepala kaum keluarga yang diangkat oleh
anggota keluarga untuk mengatur semua permasalahan kaum. Penghulu biasanya seorang laki-laki yang
terpilih di antara anggota kaum laki-laki lainnya. Setiap kaum-keluarga akan memilih seorang laki-laki
yang pandai berbicara, bijaksana, dan memahami adat, untuk menduduki posisi ini. Hal ini dikarenakan ia
bertanggung jawab mengurusi semua harta pusaka kaum, membimbing kemenakan, serta sebagai wakil
kaum dalam masyarakat nagari. Setiap penghulu berdiri sejajar dengan penghulu lainnya, sehingga
dalam rapat-rapat nagari semua suara penghulu yang mewakili setiap kaum bernilai sama.
Seiring dengan bertambahnya anggota kaum, serta permasalahan dan konflik intern yang timbul, maka
kadang-kadang dalam sebuah keluarga posisi kepenghuluan ini dipecah menjadi dua. Atau sebaliknya,
anggota kaum yang semakin sedikit jumlahnya, cenderung akan menggabungkan gelar
kepenghuluannya kepada keluarga lainnya yang sesuku. [39] Hal ini mengakibatkan berubah-ubahnya
jumlah penghulu dalam suatu nagari.
Memiliki penghulu yang mewakili suara kaum dalam rapat nagari, merupakan suatu prestise dan harga
diri. Sehingga setiap kaum akan berusaha sekuatnya memiliki penghulu sendiri. Kaum-keluarga yang
gelar kepenghuluannya sudah lama terlipat, akan berusaha membangkitkan kembali posisinya dengan
mencari kekayaan untuk "membeli" gelar penghulunya yang telah lama terbenam. Bertegak penghulu
memakan biaya cukup besar, sehingga tekanan untuk menegakkan penghulu selalu muncul dari keluarga
kaya.[40]
[sunting]Kerajaan

Istana Pagaruyung sebuah legitimasi institusi kerajaan Minangkabau.

Artikel utama untuk bagian ini adalah: Kerajaan Melayu, Dharmasraya, dan Kerajaan Pagaruyung
Dalam laporan de Stuers[41] kepada pemerintah Hindia-Belanda, dinyatakan bahwa di daerah pedalaman
Minangkabau, tidak pernah ada suatu kekuasaan pemerintahan terpusat dibawah seorang raja. Tetapi
yang ada adalah nagari-nagari kecil yang mirip dengan pemerintahan polis-polis pada
masa Yunani kuno.[42] Namun dari beberapa prasasti yang ditemukan pada kawasan pedalaman
Minangkabau, serta dari tambo yang ada pada masyarakat setempat, etnis Minangkabau pernah berada
dalam suatu sistem kerajaan yang kuat dengan daerah kekuasaan meliputi pulau Sumatera dan bahkan
sampai Semenanjung Malaya. Beberapa kerajaaan yang ada di wilayah Minangkabau antara
lain Kerajaan Dharmasraya, Kerajaan Pagaruyung, dan Kerajaan Inderapura.
Sistem kerajaan ini masih dijumpai di Negeri Sembilan, salah satu kawasan dengan komunitas
masyarakat Minang yang signifikan di Semenanjung Malaya.
[sunting]Minangkabau

perantauan

Minangkabau perantauan merupakan istilah untuk orang Minang yang hidup di luar kampung
halamannya. Merantau merupakan proses interaksi masyarakat Minangkabau dengan dunia luar.
Kegiatan ini merupakan sebuah petualangan pengalaman dan geografis, dengan meninggalkan kampung
halaman untuk mengadu nasib di negeri orang. Keluarga yang telah lama memiliki tradisi merantau,
biasanya mempunyai saudara di hampir semua kota utama di Indonesia dan Malaysia. Keluarga yang
paling kuat dalam mengembangkan tradisi merantau biasanya datang dari keluarga pedagang-pengrajin
dan penuntut ilmu agama.[43]
Para perantau biasanya telah pergi merantau sejak usia belasan tahun, baik sebagai pedagang ataupun
penuntut ilmu. Bagi sebagian besar masyarakat Minangkabau, merantau merupakan sebuah cara yang
ideal untuk mencapai kematangan dan kesuksesan. Dengan merantau tidak hanya harta kekayaan dan
ilmu pengetahuan yang didapat, namun juga prestise dan kehormatan individu di tengah-tengah
lingkungan adat.
Dari pencarian yang diperoleh, para perantau biasanya mengirimkan sebagian hasilnya ke kampung
halaman untuk kemudian diinvestasikan dalam usaha keluarga, yakni dengan memperluas kepemilikan
sawah, memegang kendali pengolahan lahan, atau menjemput sawah-sawah yang tergadai. Uang dari
para perantau biasanya juga dipergunakan untuk memperbaiki sarana-sarana nagari, seperti mesjid,
jalan, ataupun pematang sawah.
[sunting]Jumlah

perantau

Etos merantau orang Minangkabau sangatlah tinggi, bahkan diperkirakan tertinggi di Indonesia. Dari hasil
studi yang pernah dilakukan olehMochtar Naim, pada tahun 1961 terdapat sekitar 32 % orang Minang
yang berdomisili di luar Sumatera Barat. Kemudian pada tahun 1971jumlah itu meningkat menjadi 44 %.
[44]
Berdasarkan sensus tahun 2010, etnis Minang yang tinggal di Sumatera Barat berjumlah 4,2 juta jiwa,
dengan perkiraan hampir separuh orang Minang berada di perantauan. Mobilitas migrasi orang
Minangkabau dengan proporsi besar terjadi dalam rentang antara tahun 1958 sampai tahun 1978,
dimana lebih 80 % perantau yang tinggal di kawasan rantau telah meninggalkan kampung halamannya
setelah masa kolonial Belanda.[45] Melihat data tersebut, maka terdapat perubahan cukup besar pada
etos merantau orang Minangkabau dibanding suku lainnya di Indonesia. Sebab menurut sensus
tahun 1930, perantau Minangkabau hanya sebesar 10,5 % dibawah
orang Bawean (35,9 %), Batak (14,3 %), dan Banjar (14,2 %).
Namun tidak terdapat angka pasti mengenai jumlah orang Minang di perantauan. Angka-angka yang
ditampilkan dalam perhitungan, biasanya hanya memasukkan para perantau kelahiran Sumatera Barat.
Namun belum mencakup keturunan-keturunan Minang yang telah beberapa generasi menetap di
perantauan.
Para perantau Minang, hampir keseluruhannya berada di kota-kota besar Indonesia dan Malaysia. Di
beberapa perkotaan, jumlah mereka cukup signifikan dan bahkan menjadi pihak mayoritas.
Di Pekanbaru, perantau Minang berjumlah 37,7% dari seluruh penduduk kota, dan menjadi etnis terbesar
di kota tersebut.[46] Jumlah ini telah mengalami penurunan jika dibandingkan dengan tahun 1971 yang
mencapai 65%.[47] Di kota-kota lainnya, dimana jumlah orang Minangkabau mencapai 10% atau lebih dari
keseluruhan penduduk kota tersebut ialahTakengon (25,9%), Sigli (25,4%), Tanjung
Pinang (20%), Binjai (16,6), Sibolga (16,6%), Sabang (15,9%), Gunungsitoli (14,5%), Tanjung
Balai(13,9%), Medan (13,5%), Padang Sidempuan (13,3%), Palembang (10%), dan Jakarta (10%).[48]
[sunting]Gelombang

rantau

Merantau pada etnis Minang telah berlangsung cukup lama. Sejarah mencatat migrasi pertama terjadi
pada abad ke-7, di mana banyak pedagang-pedagang emas yang berasal dari pedalaman Minangkabau
melakukan perdagangan di muara Jambi, dan terlibat dalam pembentukan Kerajaan Malayu.[49] Migrasi
besar-besaran terjadi pada abad ke-14, dimana banyak keluarga Minang yang berpindah ke pesisir timur
Sumatera. Mereka mendirikan koloni-koloni dagang di Batubara, Pelalawan, hingga melintasi selat
ke Penang dan Negeri Sembilan, Malaysia. Bersamaan dengan gelombang migrasi ke arah timur, juga
terjadi perpindahan masyarakat Minang ke pesisir barat Sumatera. Di sepanjang pesisir ini perantau
Minang banyak bermukim di Meulaboh, Aceh tempat keturunan Minang dikenal dengan sebutanAneuk
Jamee; Barus, Natal, hingga Bengkulu.[50] Setelah Kesultanan Malaka jatuh ke tangan Portugis pada
tahun 1511, banyak keluarga Minangkabau yang berpindah ke Sulawesi Selatan. Mereka menjadi
pendukung kerajaan Gowa, sebagai pedagang dan administratur kerajaan. Datuk Makotta bersama
istrinya Tuan Sitti, sebagai cikal bakal keluarga Minangkabau di Sulawesi. [51] Gelombang migrasi
berikutnya terjadi pada abad ke-18, yaitu ketika Minangkabau mendapatkan hak istimewa untuk
mendiami kawasan Kerajaan Siak.
Pada masa penjajahan Hindia-Belanda, migrasi besar-besaran kembali terjadi pada tahun 1920, ketika
perkebunan tembakau di Deli Serdang, Sumatera Timur mulai dibuka. Pada masa kemerdekaan, Minang
perantauan banyak mendiami kota-kota besar di Jawa, pada tahun 1961 jumlah perantau Minang
terutama di kota Jakarta meningkat 18,7 kali dibandingkan dengan tingkat pertambahan penduduk kota
itu yang hanya 3,7 kali,[52] dan pada tahun 1971 etnis ini diperkirakan telah berjumlah sekitar 10 % dari
jumlah penduduk Jakarta waktu itu.[53] Kini Minang perantauan hampir tersebar di seluruh dunia.

Masjid Tuo Kayu Jao di kecamatanGunung Talang, kabupaten Solok yang didirikan sekitar abad ke-16.

[sunting]Perantauan

intelektual

Pada akhir abad ke-18, banyak pelajar Minang yang merantau ke Mekkah untuk mendalami agama
Islam, di antaranya Haji Miskin, Haji Piobang, dan Haji Sumanik. Setibanya di tanah air, mereka menjadi
penyokong kuat gerakan Paderi dan menyebarluaskan pemikiran Islam yang murni di seluruh
Minangkabau dan Mandailing. Gelombang kedua perantauan ke Timur Tengah terjadi pada awal abad
ke-20, yang dimotori oleh Abdul Karim Amrullah, Tahir Jalaluddin, Muhammad Jamil Jambek, danAhmad
Khatib Al-Minangkabawi.
Selain ke Timur Tengah, pelajar Minangkabau juga banyak yang merantau ke Eropa. Mereka antara
lain Abdoel Rivai, Mohammad Hatta, Sutan Syahrir, Roestam Effendi, dan Nazir Pamuntjak. Intelektual
lain, Tan Malaka, hidup mengembara di delapan negara Eropa dan Asia, membangun jaringan
pergerakan kemerdekaan Asia. Semua pelajar Minang tersebut, yang merantau ke Eropa sejak akhir
abad ke-19, menjadi pejuang kemerdekaan dan pendiri Republik Indonesia. [54]
[sunting]Sebab

merantau

[sunting]Faktor budaya
Ada banyak penjelasan terhadap fenomena ini, salah satu penyebabnya ialah sistem kekerabatan
matrilineal. Dengan sistem ini, penguasaan harta pusaka dipegang oleh kaum perempuan sedangkan
hak kaum pria dalam hal ini cukup kecil. Selain itu, setelah masa akil baligh para pemuda tidak lagi dapat
tidur di rumah orang tuanya, karena rumah hanya diperuntukkan untuk kaum perempuan beserta
suaminya, dan anak-anak.
Para perantau yang pulang ke kampung halaman, biasanya akan menceritakan pengalaman merantau
kepada anak-anak kampung. Daya tarik kehidupan para perantau inilah yang sangat berpengaruh di
kalangan masyarakat Minangkabau sedari kecil. Siapa pun yang tidak pernah mencoba pergi merantau,
maka ia akan selalu diperolok-olok oleh teman-temannya. [39] Hal inilah yang menyebabkan kaum pria
Minang memilih untuk merantau. Kini wanita Minangkabau pun sudah lazim merantau. Tidak hanya
karena alasan ikut suami, tapi juga karena ingin berdagang, meniti karier dan melanjutkan pendidikan.
Menurut Rudolf Mrazek, sosiolog Belanda, dua tipologi budaya Minang, yakni dinamisme dan antiparokialisme melahirkan jiwa merdeka, kosmopolitan, egaliter, dan berpandangan luas, hal ini
menyebabkan tertanamnya budaya merantau pada masyarakat Minangkabau. [55]Semangat untuk
mengubah nasib dengan mengejar ilmu dan kekayaan, serta pepatah Minang yang mengatakan Karatau
madang dahulu, babuah babungo alun, marantau bujang dahulu, di rumah paguno balun (lebih baik pergi
merantau karena dikampung belum berguna) mengakibatkan pemuda Minang untuk pergi merantau
sedari muda.

Salah satu motif tenun songketMinangkabau khas nagari Pandai Sikek.

[sunting]Faktor ekonomi
Artikel utama untuk bagian ini adalah: Pedagang Minangkabau
Penjelasan lain adalah pertumbuhan penduduk yang tidak diiringi dengan bertambahnya sumber daya
alam yang dapat diolah. Jika dulu hasil pertanian dan perkebunan, sumber utama tempat mereka hidup
dapat menghidupi keluarga, maka kini hasil sumber daya alam yang menjadi penghasilan utama mereka
itu tak cukup lagi memberi hasil untuk memenuhi kebutuhan bersama, karena harus dibagi dengan
beberapa keluarga. Selain itu adalah tumbuhnya kesempatan baru dengan dibukanya daerah
perkebunan dan pertambangan. Faktor-faktor inilah yang kemudian mendorong orang Minang pergi
merantau mengadu nasib di negeri orang. Untuk kedatangan pertamanya ke tanah rantau, biasanya para
perantau menetap terlebih dahulu di rumah dunsanak yang dianggap sebagai induk semang. Para
perantau baru ini biasanya berprofesi sebagai pedagang kecil.
Selain itu, perekonomian masyarakat Minangkabau sejak dahulunya telah ditopang oleh kemampuan
berdagang, terutama untuk mendistribusikan hasil bumi mereka. Kawasan pedalaman Minangkabau,
secara geologis memiliki cadangan bahan baku terutama emas, tembaga, timah, seng, merkuri, danbesi,
semua bahan tersebut telah mampu diolah oleh mereka. [56] Sehingga julukan suvarnadvipa(pulau emas)
yang muncul pada cerita legenda di India sebelum Masehi, kemungkinan dirujuk untuk pulau Sumatera
karena hal ini.[57]
Pedagang dari Arab pada abad ke-9, telah melaporkan bahwa masyarakat di pulau Sumatera telah
menggunakan sejumlah emas dalam perdagangannya. Kemudian dilanjutkan pada abad ke-13 diketahui
ada raja di Sumatera yang menggunakan mahkota dari emas. Tomé Piressekitar abad ke-16
menyebutkan, bahwa emas yang diperdagangangkan di Malaka, Panchur (Barus), Tico (Tiku) dan
Priaman (Pariaman), berasal dari kawasan pedalaman Minangkabau. Disebutkan juga kawasan Indragiri
pada sehiliran Batang Kuantan di pesisir timur Sumatera, merupakan pusat pelabuhan dari raja
Minangkabau.[58]
Dalam prasasti yang ditinggalkan oleh Adityawarman disebut bahwa dia adalah penguasa bumi emas.
Hal inilah menjadi salah satu penyebab, mendorong Belanda membangun pelabuhan di Padang[59] dan
sampai pada abad ke-17 Belanda masih menyebut yang menguasai emas kepada raja Pagaruyung.
[60]
Kemudian meminta Thomas Diaz untuk menyelidiki hal tersebut, dari laporannya dia memasuki
pedalaman Minangkabau dari pesisir timur Sumatera dan dia berhasil menjumpai salah seorang raja
Minangkabau waktu itu (Rajo Buo), dan raja itu menyebutkan bahwa salah satu pekerjaan
masyarakatnya adalah pendulang emas.[61]
Sementara itu dari catatan para geologi Belanda, pada sehiliran Batanghari dijumpai 42 tempat bekas
penambangan emas dengan kedalaman mencapai 60 m serta di Kerinci waktu itu, mereka masih
menjumpai para pendulang emas.[62] Sampai abad ke-19, legenda akan kandungan emas pedalaman
Minangkabau, masih mendorong Raffles untuk membuktikannya, sehingga dia tercatat sebagai orang
Eropa pertama yang berhasil mencapai Pagaruyung melalui pesisir barat Sumatera.[63]
[sunting]Faktor perang
Artikel utama untuk bagian ini adalah: Perang Padri dan Pemerintahan Revolusioner Republik Indonesia

Tuanku Imam Bonjol, salah seorang pemimpin Perang Padri, yang diilustrasikan olehde Stuers.

Beberapa peperangan juga menimbulkan gelombang perpindahan masyarakat Minangkabau terutama
dari daerah konflik, setelah perang Padri,[22] muncul pemberontakan di Batipuh menentang tanam paksa
Belanda, disusul pemberontakan Siti Manggopoh menentang Belasting dan pemberontakan komunis
tahun1926-1927.[64] Setelah kemerdekaan muncul PRRI yang juga menyebabkan timbulnya eksodus
besar-besaran masyarakat Minangkabau ke daerah lain. [53] Dari beberapa perlawanan dan peperangan
ini, memperlihatkan karakter masyarakat Minang yang tidak menyukai penindasan. Mereka akan
melakukan perlawanan dengan kekuatan fisik, namun jika tidak mampu mereka lebih memilih pergi
meninggalkan kampung halaman (merantau). Orang Sakai berdasarkan cerita turun temurun dari para
tetuanya menyebutkan bahwa mereka berasal dari Pagaruyung. [65] Orang Kubu menyebut bahwa orang
dari Pagaruyung adalah saudara mereka. Kemungkinan masyarakat terasing ini termasuk masyarakat
Minang yang melakukan resistansi dengan meninggalkan kampung halaman mereka karena tidak mau
menerima perubahan yang terjadi di negeri mereka. De Stuers sebelumnya juga melaporkan bahwa
masyarakat Padangsche Bovenlanden sangat berbeda dengan masyarakat di Jawa, di Pagaruyung ia
menyaksikan masyarakat setempat begitu percaya diri dan tidak minder dengan orang Eropa. Ia
merasakan sendiri, penduduk lokal lalu lalang begitu saja dihadapannya tanpa ia mendapatkan perlakuan
istimewa, malah ada penduduk lokal meminta rokoknya, serta meminta ia menyulutkan api untuk rokok
tersebut.[41]
[sunting]Merantau

dalam sastra

Fenomena merantau dalam masyarakat Minangkabau, ternyata sering menjadi sumber inspirasi bagi
para pekerja seni, terutama sastrawan.Hamka, dalam novelnya Merantau ke Deli, bercerita tentang
pengalaman hidup perantau Minang yang pergi ke Deli dan menikah dengan perempuan Jawa. Novelnya
yang lain Tenggelamnya Kapal Van der Wijck juga bercerita tentang kisah anak perantau Minang yang
pulang kampung. Di kampung, ia menghadapi kendala oleh masyarakat adat Minang yang
merupakan induk bakonya sendiri. Selain novel karya Hamka, novel karya Marah Rusli, Siti
Nurbaya dan Salah Asuhannya Abdul Muis juga menceritakan kisah perantau Minang. Dalam novel-novel
tersebut, dikisahkan mengenai persinggungan pemuda perantau Minang dengan adat budaya Barat.
Novel Negeri 5 Menara karyaAhmad Fuadi, mengisahkan perantau Minang yang belajar di pesantren
Jawa dan akhirnya menjadi orang yang berhasil. Dalam bentuk yang berbeda, lewat karyanya yang
berjudul Kemarau, A.A Navis mengajak masyarakat Minang untuk membangun kampung halamannya
yang banyak di tinggal pergi merantau.
Novel yang bercerita tentang perantau Minang tersebut, biasanya berisi kritik sosial dari penulis kepada
adat budaya Minang yang kolot dan tertinggal. Selain dalam bentuk novel, kisah perantau Minang juga
dikisahkan dalam film Merantau karya sutradara Inggris, Gareth Evans.
[sunting]Orang

Minangkabau dan kiprahnya

Artikel utama untuk bagian ini adalah: Daftar tokoh Minangkabau

Imam Bonjol, Mohammad Hatta, Sjahrirdan Fahmi Idris.

Orang Minang terkenal sebagai kelompok yang terpelajar, oleh sebab itu pula mereka menyebar di
seluruh Indonesia bahkan manca-negara dalam berbagai macam profesi dan keahlian, antara lain
sebagai politisi, penulis, ulama, pengajar, jurnalis, dan pedagang. Berdasarkan jumlah populasi yang
relatif kecil (2,7% dari penduduk Indonesia), Minangkabau merupakan salah satu suku tersukses dengan
banyak pencapaian.[45] Majalah Tempo dalam edisi khusus tahun 2000 mencatat bahwa 6 dari 10 tokoh
penting Indonesia di abad ke-20 merupakan orang Minang. [66] 3 dari 4 orang pendiri Republik Indonesia
adalah putra-putra Minangkabau.[67][68]
Keberhasilan dan kesuksesan orang Minang banyak diraih ketika berada di perantauan. Sejak dulu
mereka telah pergi merantau ke berbagai daerah di Jawa, Sulawesi, semenanjung
Malaysia, Thailand, Brunei, hingga Philipina. Di tahun 1390, Raja Bagindo mendirikan Kesultanan Sulu di
Filipina selatan.[69] Pada abad ke-14 orang Minang melakukan migrasi ke Negeri Sembilan, Malaysia dan
mengangkat raja untuk negeri baru tersebut dari kalangan mereka. Raja Melewar merupakan raja
pertama Negeri Sembilan yang diangkat pada tahun 1773. Di akhir abad ke-16, ulama Minangkabau Dato
Ri Bandang, Dato Ri Patimang, dan Dato Ri Tiro, menyebarkan Islam di Indonesia timur dan
mengislamkan kerajaan Gowa. Setelah huru-hara pada Kesultanan Johor, pada tahun 1723
putraPagaruyung yang bergelar Sultan Abdul Jalil Rahmad Syah I yang sebelumnya juga
merupakan Sultan Johor mendirikan Kerajaan Siak di daratan Riau.[70]
Kedatangan reformis Muslim yang menuntut ilmu di Kairo dan Mekkah memengaruhi sistem pendidikan
di Minangkabau. Sekolah Islam modern Sumatera Thawalib dan Diniyah Putri banyak melahirkan aktivis
yang banyak berperan dalam proses kemerdekaan, antara lain A.R Sutan Mansur, Siradjuddin Abbas,
dan Djamaluddin Tamin.
Pada periode 1920 - 1960, banyak politisi Indonesia berpengaruh lahir dari ranah Minangkabau. Menjadi
salah satu motor perjuangan kemerdekaan Asia, pada tahun 1923 Tan Malaka terpilih menjadi
wakil Komunis Internasional untuk wilayah Asia Tenggara. Politisi Minang lainnya Muhammad Yamin,
menjadi pelopor Sumpah Pemuda yang mempersatukan seluruh rakyat Hindia-Belanda. Di
dalam Volksraad, politisi asal Minang-lah yang paling vokal. Mereka antara lain Jahja Datoek Kajo, Agus
Salim, dan Abdul Muis. Tokoh Minang lainnyaMohammad Hatta, menjadi ko-proklamator kemerdekaan
Indonesia. Setelah kemerdekaan, empat orang Minangkabau duduk sebagai perdana menteri (Sutan
Syahrir, Mohammad Hatta, Abdul Halim, Muhammad Natsir), seorang sebagai presiden (Assaat),
seorang sebagai wakil presiden (Mohammad Hatta), seorang menjadi pimpinan parlemen (Chaerul
Saleh), dan puluhan yang menjadi menteri, di antara yang cukup terkenal ialah Azwar Anas, Fahmi Idris,
dan Emil Salim. Emil bahkan menjadi orang Indonesia terlama yang duduk di kementerian RI.
Minangkabau, salah satu dari dua etnis selain etnis Jawa, yang selalu memiliki wakil dalam setiap kabinet
pemerintahan Indonesia. Selain di pemerintahan, di masa Demokrasi liberal parlemen Indonesia
didominasi oleh politisi Minang. Mereka tergabung kedalam aneka macam partai dan ideologi, islamis,
nasionalis, komunis, dan sosialis.
Di samping menjabat gubernur provinsi Sumatera Tengah/Sumatera Barat, orang-orang Minangkabau
juga duduk sebagai gubernur provinsi lain di Indonesia. Mereka adalah Datuk Djamin (Jawa Barat), Daan
Jahja (Jakarta), Muhammad Djosan dan Muhammad Padang (Maluku), Anwar Datuk Madjo Basa Nan
Kuniang dan Moenafri (Sulawesi Tengah), Adenan Kapau Gani (Sumatera Selatan), Eni Karim (Sumatera
Utara), serta Djamin Datuk Bagindo (Jambi).[71]
Beberapa partai politik Indonesia didirikan oleh politisi Minang. PARI dan Murba didirikan oleh Tan
Malaka, Partai Sosialis Indonesia oleh Sutan Sjahrir, PNI Baru oleh Mohammad Hatta, Masyumi oleh
Mohammad Natsir, Perti oleh Sulaiman ar-Rasuli, dan Permi oleh Rasuna Said. Selain mendirikan partai
politik, politisi Minang juga banyak menghasilkan buku-buku yang menjadi bacaan wajib para aktifis
pergerakan. Buku-buku bacaan utama itu antara lain, Naar de Republiek Indonesia, Madilog, dan Massa
Actie karya Tan Malaka, Alam Pikiran Yunani dan Demokrasi Kita karya Hatta, Fiqhud
Dakwah dan Capita Selecta karya Natsir, serta Perjuangan Kita karya Sutan Sjahrir.
Penulis Minang banyak memengaruhi perkembangan bahasa dan sastra Indonesia. Mereka
mengembangkan bahasa melalui berbagai macam karya tulis dan keahlian. Marah Rusli, Abdul
Muis, Idrus, Hamka, dan A.A Navis berkarya melalui penulisan novel. Nur Sutan Iskandar novelis Minang
lainnya, tercatat sebagai penulis novel Indonesia yang paling produktif. Chairil Anwar dan Taufik
Ismail berkarya lewat penulisan puisi. Serta Sutan Takdir Alisjahbana, novelis sekaligus ahli tata bahasa,
melakukan modernisasi bahasa Indonesia sehingga bisa menjadi bahasa persatuan nasional. Novelnovel karya sastrawan Minang seperti Siti Nurbaya, Salah Asuhan, Tenggelamnya Kapal Van Der
Wijck, Layar Terkembang, dan Robohnya Surau Kami telah menjadi bahan bacaan wajib bagi siswa
sekolah di Indonesia dan Malaysia.
Selain melalui karya sastra, pengembangan bahasa Indonesia banyak pula dilakukan oleh jurnalis
Minang. Mereka antara lain Djamaluddin Adinegoro, Rosihan Anwar, dan Ani Idrus. Di samping Abdul
Rivai yang dijuluki sebagai Perintis Pers Indonesia, Rohana Kudus yang menerbitakan Sunting Melayu,
menjadi wartawan sekaligus pemilik koran wanita pertama di Indonesia.

Tuanku Abdul Rahman, salah seorang tokoh Minang yang berpengaruh di kawasan rantau.

Di Indonesia dan Malaysia, disamping orang Tionghoa, orang Minang juga terkenal sebagai pengusaha
ulung. Banyak pengusaha Minang sukses berbisnis di bidang perdagangan tekstil, rumah makan,
perhotelan, pendidikan, dan rumah sakit. Di antara figur pengusaha sukses adalah, Abdul
Latief (pemilik TV One),Basrizal Koto (pemilik peternakan sapi terbesar di Asia Tenggara), Hasyim
Ning (pengusaha perakitan mobil pertama di Indonesia), dan Tunku Tan Sri Abdullah (pemilik Melewar
Corporation Malaysia).
Banyak pula orang Minang yang sukses di dunia hiburan, baik sebagai sutradara, produser, penyanyi,
maupun artis. Sebagai sutradara dan produser ada Usmar Ismail, Asrul Sani, Djamaludin Malik,
dan Arizal. Arizal bahkan menjadi sutradara dan produser film yang paling banyak menghasilkan karya.
Sekurang-kurangnya 52 film dan 8 sinetron dalam 1.196 episode telah dihasilkannya. Film-film karya
sineas Minang, seperti Lewat Djam Malam, Gita Cinta dari SMA, Naga Bonar, Pintar Pintar Bodoh,
dan Maju Kena Mundur Kena, menjadi film terbaik yang banyak digemari penonton.
Pemeran dan penyanyi Minang yang terkenal beberapa di antaranya adalah Ade Irawan, Dorce
Gamalama,Eva Arnaz, Nirina Zubir, dan Titi Sjuman. Pekerja seni lainnya, ratu kuis Ani Sumadi, menjadi
pelopor dunia perkuisan di Indonesia. Karya-karya beliau seperti kuis Berpacu Dalam Melodi, Gita
Remaja, Siapa Dia, danTak Tik Boom menjadi salah satu acara favorit keluarga Indonesia. Di samping
mereka, Soekarno M. Noerbeserta putranya Rano Karno, mungkin menjadi pekerja hiburan paling sukses
di Indonesia, baik sebagai aktor maupun sutradara film. Pada tahun 1993, Karno's Film perusahaan film
milik keluarga Soekarno, memproduksi film seri dengan peringkat tertinggi sepanjang sejarah perfilman
Indonesia, Si Doel Anak Sekolahan.
Di luar negeri, orang Minangkabau juga dikenal kontribusinya. Di Malaysia dan Singapura, antara
lain Tuanku Abdul Rahman (Yang Dipertuan Agung pertama Malaysia), Yusof bin Ishak (presiden
pertama Singapura), Zubir Said (komposer lagu kebangsaan Singapura Majulah Singapura), Sheikh
Muszaphar Shukor (astronot pertama Malaysia), Tahir Jalaluddin Al-Azhari, dan Adnan bin Saidi. Di
negeri Belanda,Roestam Effendi yang mewakili Partai Komunis Belanda, menjadi satu-satunya orang
Indonesia yang pernah duduk sebagai anggota parlemen. [72] Di Arab Saudi, hanya Ahmad Khatib AlMinangkabawi, orang non-Arab yang pernah menjadi imam besar Masjidil Haram,Mekkah.
[sunting]Lihat

pula



Gempa bumi Sumatera Barat 2009



Yang Di-Pertuan Besar Negeri Sembilan

[sunting]Catatan
1.

kaki

^ Sumber statistik rasmi Malaysia, Departemen Statistik Malaysia, diakses pada 22 Juli 2011
2.

^ Josselin de Jong, P.E. de, (1960), Minangkabau and Negeri Sembilan: Socio-Political Structure
in Indonesia, Jakarta: Bhartara

3.

^ Kingsbury, D., Aveling, H., (2003), Autonomy and disintegration in Indonesia, Routledge, ISBN 0415-29737-0

4.

^ a b c Navis, A.A., (1984), Alam Terkembang Jadi Guru: Adat dan Kebudayaan Minangkabau,
Jakarta: PT. Grafiti Pers.

5.

^ a b c d Batuah, A. Dt. & Madjoindo, A. Dt., (1959), Tambo Minangkabau dan Adatnya, Jakarta:
Balai Pustaka.

6.

^ Reid, Anthony (2001). "Understanding Melayu (Malay) as a Source of Diverse Modern
Identities". Journal of Southeast Asian Studies 32 (3): 295–313. doi:10.1017/S0022463401000157.

7.

^ Evers, Hans-Dieter, Korff, Rüdiger, (2000), Southeast Asian Urbanism, LIT Verlag Münster,
Ed.2nd , hlm.188, ISBN 3-8258-4021-2

8.

^ Ong, Aihwa, Peletz, Michael G., (1995), Bewitching women, pious men: gender and body politics
in Southeast Asia, University of California Press, hlm. 51, ISBN 0-520-08861-1

9.

^ Jones, Gavin W., Chee, Heng Leng, and Mohamad, Maznah, (2009), Muslim-Non-Muslim
Marriage: Political and Cultural Contestations in Southeast Asia, Chaptep 6: Not Muslim, Not Minangkabau,
Interreligious Marriage and its Culture Impact in Minangkabau Society by Mina Elvira, Institute of Southeast
Asian Studies, ISBN 978-981-230-874-0

10.

^ Graves, Elizabeth E. (25 November 1981). The Minangkabau Response to Dutch Colonial Rule
Nineteenth Century. Itacha, NY: Cornell Modern Indonesia Project #60. hlm. 1.

11.

^ Ramli, Andriati, (2008), Masakan Padang: Populer & Lezat, Niaga Swadaya, ISBN 978-9791477-09-3.

12.

^ Djamaris, Edwar, (1991), Tambo Minangkabau, Jakarta: Balai Pustaka.

13.

^ Hill, A. H., (1960), Hikayat Raja-Raja Pasai, Royal Asiatic Society of Great Britain and Ireland,
London. Library, MBRAS.

14.

^ Brandes, J.L.A., (1902), Nāgarakrětāgama; Lofdicht van Prapanjtja op koning Radjasanagara,
Hajam Wuruk, van Madjapahit, naar het eenige daarvan bekende handschrift, aangetroffen in de puri te
Tjakranagara op Lombok.
15.

^ Cœdès, George, (1930), Les inscriptions malaises de Çrivijaya,BEFEO

16.

^ Purbatjaraka, R.M. Ngabehi, (1952), Riwajat Indonesia, I, Djakarta: Jajasan Pembangunan.

17.

^ Casparis, J.G. de, (1956), Prasasti Indonesia II, Dinas Purbakala Republik Indonesia, Bandung:
Masa Baru.

18.

^ Graves (1981), p. 4.

19.

^ Andaya, L.Y., (2008), Leaves of the same tree: trade and ethnicity in the Straits of Melaka,
University of Hawaii Press, ISBN 0824831896

20.

^ Abdullah, Taufik, (1966), Adat and Islam: An Examination of Conflict in Minangkabau, Indonesia,
(2) 2: 1–24. doi:10.2307/3350753.

21.

^ Azra, Azyumardi, (2004), The origins of Islamic reformism in Southeast Asia: networks of MalayIndonesian and Middle Eastern 'Ulamā' in the seventeenth and eighteenth centuries, University of Hawaii
Press, ISBN 0-8248-2848-8.

22.

^ a b Nain, Sjafnir Aboe, (2004), Memorie Tuanku Imam Bonjol (MTIB), transl., Padang: PPIM.

23.

^ Westenenk, L. C. (1918). De Minangkabausche Nagari. Weltevreden: Visser. hlm. 59.

24.

^ Koning, Juliette, (2000), Women and households in Indonesia: cultural notions and social
practices, Routledge, ISBN 0700711562.

25.

^ Simanjuntak, Mengantar, (1982), Aspek bahasa dan pengajaran, Sarjana Enterprise.

26.

^ Garry, J., Carl R., Rubino, G., (2001), Facts about the world's languages: an encyclopedia of the
world's major languages, past and present, H.W. Wilson, ISBN 0-8242-0970-2.

27.

^ Medan, Tamsin, (1985), Bahasa Minangkabau dialek Kubuang Tigo Baleh, Pusat Pembinaan
dan Pengembangan Bahasa, Departemen Pendidikan dan Kebudayaan.

28.

^ Nadra, (2006), Rekonstruksi bahasa Minangkabau, Andalas University Press, ISBN 979-336455-6.

29.

^ Phillips, Nigel, (1981), Sijobang: sung narrative poetry of West Sumatra, Cambridge University
Press, ISBN 978-0-521-23737-6.

30.

^ Pauka K., (1998), Theater and martial arts in West Sumatra: Randai and silek of the
Minangkabau, Ohio University Press, ISBN 978-0-89680-205-6.
31.

^ Suryadi (2010), Masa Depan Seni Bersilat Lidah Minangkabau, Padang Ekspres.

32.

^ Graves, Elizabeth E., (2007), Asal-usul elite Minangkabau modern: respons terhadap kolonial
Belanda abad XIX/XX, Jakarta:Yayasan Obor Indonesia, ISBN 978-979-461-661-1.

33.

^ Azinar Sayuti, Rifai Abu, (1985), Sistem ekonomi tradisional sebagai perwujudan tanggapan aktif
manusia terhadap lingkungan daerah Sumatera Barat, hlm. 202, Departemen Pendidikan dan Kebudayaan,
Proyek Inventarisasi dan Dokumentasi Kebudayaan Daerah.

34.

^ Navis, A.A., Cerita Rakyat dari Sumatera Barat 3, Grasindo, ISBN 979-759-551-X.

35.

^ Idris, Soewardi (2004). Sekitar Adat Minangkabau. Jakarta: Kulik-Kulik Alang, Himpunan EksSiswa SMP Negeri Solok Masa Revolusi, 1946-1949,.

36.

^ World’s 50 Most Delicious Foods by CNN GO.

37.

^ de Jong, P.E de Josselin (25 November 1960). Minangkabau and Negeri Sembilan: SocioPolitical structure in Indonesia. Djakarta: Bhartara. hlm. 10.

38.

^ Graves (1981), p. 11.

39.

^ a b Stibbe (25 November 1869). Het Soekoebestuur in de Padangsche Bovenlanden. hlm. 33.

40.

^ Graves (1981), p. 25.

41.

^ a b Laporan kepada Gubernur Jendral, 30 Agustus 1825,Exhibitum, 24 Agustus 1826, No. 41.

42.

^ Bonner, Robert Johnson (1933). Aspects of Athenian democracy Vol 11. University of California
Press. hlm. 25-86.

43.

^ Graves (1981), p. 40.

44.

^ Naim, Mochtar. Merantau, Minangkabau Voluntary Migration, University of Singapore.

45.

^ a b Kato, Tsuyoshi (2005). Adat Minangkabau dan merantau dalam perspektif sejarah. PT Balai
Pustaka. ISBN 979-690-360-1.

46.

^ [http://bappeda.pekanbaru.go.id/artikel/1/peran-budaya-melayu-dan-kewirausahaan/page/2/ Pera
n Budaya Melayu dan Kewirausahaan. Bappeda Kota Pekanbaru

47.

^ Barbara Watson Andaya, Recreating a Vision. Daratan and Kepulauan in Historical Context,
1997, p.503
48.

^ Naim, Mochtar. Merantau, Minangkabau Voluntary Migration, University of Singapore.

49.

^ Munoz, Paul Michel (25 November 2006). Early Kingdoms of the Indonesian Archipelago and the
Malay Peninsula.

50.

^ Dobbin, Christine. Gejolak Ekonomi, Kebangkitan Islam, dan Gerakan Paderi, Minangkabau
1784 – 1847.

51.

^ Melayu-Bugis-Melayu dalam Arus Balik Sejarah, www.rajaalihaji.com, 24 Desember 2008,
diakses pada 22 Juli 2011

52.

^ Castles, Lance (1967). Religion, politics, and economic behaviour in Java: the Kudus cigarette
industry. Yale University.
^ a b Syamdani, (2009), PRRI, pemberontakan atau bukan, Media Pressindo, ISBN 978-979-788-

53.
032-3.
54.

^ Poeze, Harry A. In het Land van de Overheerser: Indonesiër in Nederland 1600-1950.

55.

^ Prof. Dr. H. Ahmad Syafii Ma'arif, Satu Nomor Contoh Produk Tradisi Merantau, Antara Sumbar,
5 November 2008, diakses pada 22 Juli 2011

56.

^ Bemmelen Van R.W., (1970), The Geology of Indonesia, The Haque.

57.

^ Wheatley P., (1961), The Golden Khersonese, Kuala lumpur, pp.177-184

58.

^ Cortesao A., (1944), The Suma Oriental of Tome Pires, London:Hakluyt Society.

59.

^ Marsden W., (1811), The History of Sumatra, London

60.

^ NA, VOC 1277, Mission to Pagaruyung, fols. 1027r-v

61.

^ Haan, F. de, (1896), Naar midden Sumatra in 1684, Batavia-'s Hage, Albrecht & Co.-M. Nijhoff.
40p. 8vo wrs. Tijdschrift voor Indische Taal-, Land- en Volkenkunde, Deel 39

62.

^ Tobler A., (1911), Djambi-Verslag, Jaarboek van het Minjwezen in Nedelandsch Oost-Indie:
Verhandelingen, XLVII/3.

63.

^ Raffles, Sophia, (1830), Memoir of the life and public services of Sir Thomas Stamford Raffles,
London: J. Murray.

64.

^ Kahin, Audrey R.,(2005), Dari pemberontakan ke integrasi: Sumatra Barat dan politik Indonesia,
1926-1998, Yayasan Obor Indonesia, ISBN 978-979-461-519-5.
65.

^ Suparlan, Parsudi (1995). hlm. 73.

66.

^ Majalah Tempo Edisi Khusus Tahun 2000, Desember 1999.

67.

^ Tim Wartawan Tempo, "4 Serangkai Pendiri Republik", Kepustakaan Populer Gramedia, Jakarta
(2010)

68.

^ Empat Pendiri Republik Indonesia adalah Soekarno, Hatta, Sutan Sjahrir, dan Tan Malaka

69.

^ Naim, Mochtar. Merantau.

70.

^ Sejarah Kerajaan Siak Sejarah Kerajaan Siak, diakses pada 22 Juli 2011

71.

^ Budaya Merantau Orang Minang (1) Kalaulah di Bulan Ada Kehidupan, Pos Metro Padang, 10
Oktober 2008, diakses pada 24 Juli 2011[pranala nonaktif]

72.

^ Mengenang Sastrawan Rustam Effendi, Tempo Interaktif, 2 Juni 1979, diakses pada 22 Juli 2011

[sunting]Literatur


(Jerman) Astrid Kaiser: Mädchen und Jungen in einer matrilinearen Kultur. Interaktionen und
Wertvorstellungen bei Grundschulkindern im Hochland der Minangkabau auf Sumatra. Kovac,
Hamburg 1996 ISBN 3-86064-419-X



(Jerman) Ute Marie Metje: Die starken Frauen. Gespräche über Geschlechterbeziehungen bei
den Minangkabau in Indonesien. Campus, Frankfurt am Main und New York 1995, ISBN 3-59335409-8



(Jerman) Dieter Weigel: Reisemosaik bei den Minangkabau. Sumatra. Heiteres, Ernstes,

Alltägliches, Unglaubliches. Jahn und Ernst, Hamburg 1998, ISBN 3-89407-208-3 (Erlebnisbericht)


A.A. Navis, Curaian Adat Minangkabau

[sunting]Pranala


luar

RantauNet Mailing List Komunitas Minangkabau (Urang Awak) yang pertama dan terbesar di
Internet (sejak 1993).



Cimbuak.net Komunitas virtual masyarakat Minangkabau di dunia maya.



Kaskus Regional Minang Online Komunitas masyarakat Minangkabau di dunia maya.



(Indonesia) MinangForum.Com Forum komunitas masyarakat Minangkabau.

Wikimedia
Commons memiliki
kategori mengenai Orang
Minang



(Indonesia) Pelaminan Minang Mengupas sedikit mengenai adat istiadat dan sejarah masyarakat

Minangkabau dan merupakan salah satu pelestari perkawinan adat minangkabau asli.

More Related Content

What's hot

Bab 6
Bab 6Bab 6
Sejarah 2014 06-23-23-19-29
Sejarah 2014 06-23-23-19-29Sejarah 2014 06-23-23-19-29
Sejarah 2014 06-23-23-19-29
pamboedi
 
Abm unit 19 2012
Abm unit 19 2012Abm unit 19 2012
Abm unit 19 2012Whyin Chong
 
Penyebaran Agama Islam ke Indonesia, Sejarah Masjid Agung Demak, Tari Bedhoyo...
Penyebaran Agama Islam ke Indonesia, Sejarah Masjid Agung Demak, Tari Bedhoyo...Penyebaran Agama Islam ke Indonesia, Sejarah Masjid Agung Demak, Tari Bedhoyo...
Penyebaran Agama Islam ke Indonesia, Sejarah Masjid Agung Demak, Tari Bedhoyo...
Euodia Prastika
 
Rahmat islam bagi nusantara
Rahmat islam bagi nusantaraRahmat islam bagi nusantara
Rahmat islam bagi nusantara
dewi inne kumalasari
 
Bab 3 tingkatan 1
Bab 3 tingkatan 1Bab 3 tingkatan 1
Bab 3 tingkatan 1cikainn
 
Perkembangan Islam di Indonesia
Perkembangan Islam di IndonesiaPerkembangan Islam di Indonesia
Perkembangan Islam di IndonesiaFernalia Halim
 
Agama ende
Agama endeAgama ende
Agama ende
HernandaAriaputri
 
Makalah sejarah budaya muna sebelum masuknya islam
Makalah sejarah budaya muna sebelum masuknya islamMakalah sejarah budaya muna sebelum masuknya islam
Makalah sejarah budaya muna sebelum masuknya islam
Warnet Raha
 
Terbentuknya jaringan keilmuan dinusantara
Terbentuknya jaringan keilmuan dinusantaraTerbentuknya jaringan keilmuan dinusantara
Terbentuknya jaringan keilmuan dinusantara
Diennisa Thahira
 
Jaringan keilmuan nusantara
Jaringan keilmuan nusantaraJaringan keilmuan nusantara
Jaringan keilmuan nusantara
FeraGraciaNusantara
 
CH3F4
CH3F4CH3F4
CH3F4cgsha
 
Budaya Bugis, Toraja, Makassar, Mandar
Budaya Bugis, Toraja, Makassar, MandarBudaya Bugis, Toraja, Makassar, Mandar
Budaya Bugis, Toraja, Makassar, Mandar
Khrisna Ariyudha
 
Sejarah indonesia
Sejarah indonesiaSejarah indonesia
Sejarah indonesia
Zhafira Rahmayanti
 
'islam dan proses integrasi'
'islam dan proses integrasi''islam dan proses integrasi'
'islam dan proses integrasi'
Diennisa Thahira
 
Profil Wilayah Kabupaten Nias Selatan
Profil Wilayah Kabupaten Nias SelatanProfil Wilayah Kabupaten Nias Selatan
Profil Wilayah Kabupaten Nias Selatan
Fitri Indra Wardhono
 
Sedikit sebanyak info mengenai suku
Sedikit sebanyak info mengenai sukuSedikit sebanyak info mengenai suku
Sedikit sebanyak info mengenai sukuceceliajeylus
 
Perkembangan islam di indonesia
Perkembangan islam di indonesiaPerkembangan islam di indonesia
Perkembangan islam di indonesia
Reza Luthfi
 

What's hot (20)

Bab 6
Bab 6Bab 6
Bab 6
 
Sejarah 2014 06-23-23-19-29
Sejarah 2014 06-23-23-19-29Sejarah 2014 06-23-23-19-29
Sejarah 2014 06-23-23-19-29
 
Abm unit 19 2012
Abm unit 19 2012Abm unit 19 2012
Abm unit 19 2012
 
Penyebaran Agama Islam ke Indonesia, Sejarah Masjid Agung Demak, Tari Bedhoyo...
Penyebaran Agama Islam ke Indonesia, Sejarah Masjid Agung Demak, Tari Bedhoyo...Penyebaran Agama Islam ke Indonesia, Sejarah Masjid Agung Demak, Tari Bedhoyo...
Penyebaran Agama Islam ke Indonesia, Sejarah Masjid Agung Demak, Tari Bedhoyo...
 
Rahmat islam bagi nusantara
Rahmat islam bagi nusantaraRahmat islam bagi nusantara
Rahmat islam bagi nusantara
 
Bab 3 tingkatan 1
Bab 3 tingkatan 1Bab 3 tingkatan 1
Bab 3 tingkatan 1
 
Pengaruh islam di alam melayu
Pengaruh islam di alam melayuPengaruh islam di alam melayu
Pengaruh islam di alam melayu
 
Perkembangan Islam di Indonesia
Perkembangan Islam di IndonesiaPerkembangan Islam di Indonesia
Perkembangan Islam di Indonesia
 
Agama ende
Agama endeAgama ende
Agama ende
 
Makalah sejarah budaya muna sebelum masuknya islam
Makalah sejarah budaya muna sebelum masuknya islamMakalah sejarah budaya muna sebelum masuknya islam
Makalah sejarah budaya muna sebelum masuknya islam
 
Terbentuknya jaringan keilmuan dinusantara
Terbentuknya jaringan keilmuan dinusantaraTerbentuknya jaringan keilmuan dinusantara
Terbentuknya jaringan keilmuan dinusantara
 
Jaringan keilmuan nusantara
Jaringan keilmuan nusantaraJaringan keilmuan nusantara
Jaringan keilmuan nusantara
 
CH3F4
CH3F4CH3F4
CH3F4
 
Budaya Bugis, Toraja, Makassar, Mandar
Budaya Bugis, Toraja, Makassar, MandarBudaya Bugis, Toraja, Makassar, Mandar
Budaya Bugis, Toraja, Makassar, Mandar
 
Sejarah indonesia
Sejarah indonesiaSejarah indonesia
Sejarah indonesia
 
'islam dan proses integrasi'
'islam dan proses integrasi''islam dan proses integrasi'
'islam dan proses integrasi'
 
Profil Wilayah Kabupaten Nias Selatan
Profil Wilayah Kabupaten Nias SelatanProfil Wilayah Kabupaten Nias Selatan
Profil Wilayah Kabupaten Nias Selatan
 
Bab 8 (1)
Bab 8 (1)Bab 8 (1)
Bab 8 (1)
 
Sedikit sebanyak info mengenai suku
Sedikit sebanyak info mengenai sukuSedikit sebanyak info mengenai suku
Sedikit sebanyak info mengenai suku
 
Perkembangan islam di indonesia
Perkembangan islam di indonesiaPerkembangan islam di indonesia
Perkembangan islam di indonesia
 

Similar to Minangkabau dan Agam Cendekia Suku Koto

Ppt owowo antroo
Ppt owowo antrooPpt owowo antroo
Ppt owowo antroo
napsiah cho
 
Tugas ilmu sosial dasar
Tugas ilmu sosial dasarTugas ilmu sosial dasar
Tugas ilmu sosial dasardika31des
 
Sejarah asal usul minang kabau
Sejarah  asal usul minang kabauSejarah  asal usul minang kabau
Sejarah asal usul minang kabau
Mutia Islami
 
Kearifan Lokal (Fasya and Sabrina)
Kearifan Lokal (Fasya and Sabrina)Kearifan Lokal (Fasya and Sabrina)
Kearifan Lokal (Fasya and Sabrina)
RezaWahyuni5
 
Persentasi etika
Persentasi etikaPersentasi etika
Persentasi etikalinasaputri
 
Persentasi etika
Persentasi etikaPersentasi etika
Persentasi etikalinasaputri
 
Persentasi etika
Persentasi etikaPersentasi etika
Persentasi etikalinasaputri
 
Buku areal konflik Riau
Buku areal konflik RiauBuku areal konflik Riau
Buku areal konflik Riau
Selvia Sari
 
5 lapis makna bukkaweng
5 lapis makna bukkaweng5 lapis makna bukkaweng
5 lapis makna bukkawengDahri Dahlan
 
Makalah_Suku_Dayak (1).docx
Makalah_Suku_Dayak (1).docxMakalah_Suku_Dayak (1).docx
Makalah_Suku_Dayak (1).docx
harwanefendi
 
Legenda cerita rakyat sumatra utara legenda sima-sima na lungunan - simalungun
Legenda cerita rakyat sumatra utara legenda sima-sima na lungunan - simalungunLegenda cerita rakyat sumatra utara legenda sima-sima na lungunan - simalungun
Legenda cerita rakyat sumatra utara legenda sima-sima na lungunan - simalungun
Chia Ie
 
Kesultanan di pontianak eni rahayu versi b
Kesultanan di pontianak eni rahayu   versi bKesultanan di pontianak eni rahayu   versi b
Kesultanan di pontianak eni rahayu versi b
eni-rahayu
 
Identitas Alamiah Provinsi Lampung
Identitas Alamiah Provinsi LampungIdentitas Alamiah Provinsi Lampung
Identitas Alamiah Provinsi Lampung
Annisa Dinandya
 
SAJIAN KELOMPOK 6 ANTROPOLOGI SISTEM MATA PENCAHARIAN MINANGKABAU
SAJIAN KELOMPOK 6  ANTROPOLOGI SISTEM MATA PENCAHARIAN MINANGKABAUSAJIAN KELOMPOK 6  ANTROPOLOGI SISTEM MATA PENCAHARIAN MINANGKABAU
SAJIAN KELOMPOK 6 ANTROPOLOGI SISTEM MATA PENCAHARIAN MINANGKABAUdesliana_korea
 
Bab i ka ijaaaaaaaaaaaaaa
Bab i ka ijaaaaaaaaaaaaaaBab i ka ijaaaaaaaaaaaaaa
Bab i ka ijaaaaaaaaaaaaaa
Azmi Azmi
 
Bab i ka ijaaaaaaaaaaaaaa
Bab i ka ijaaaaaaaaaaaaaaBab i ka ijaaaaaaaaaaaaaa
Bab i ka ijaaaaaaaaaaaaaa
Azmi Azmi
 
Microsoft word makalah kebudayaan kependudukan kalimantan tengah
Microsoft word   makalah kebudayaan kependudukan kalimantan tengahMicrosoft word   makalah kebudayaan kependudukan kalimantan tengah
Microsoft word makalah kebudayaan kependudukan kalimantan tengah
Fitrah Plur
 

Similar to Minangkabau dan Agam Cendekia Suku Koto (20)

Ppt owowo antroo
Ppt owowo antrooPpt owowo antroo
Ppt owowo antroo
 
Tugas ilmu sosial dasar
Tugas ilmu sosial dasarTugas ilmu sosial dasar
Tugas ilmu sosial dasar
 
Sejarah asal usul minang kabau
Sejarah  asal usul minang kabauSejarah  asal usul minang kabau
Sejarah asal usul minang kabau
 
Kearifan Lokal (Fasya and Sabrina)
Kearifan Lokal (Fasya and Sabrina)Kearifan Lokal (Fasya and Sabrina)
Kearifan Lokal (Fasya and Sabrina)
 
Persentasi etika
Persentasi etikaPersentasi etika
Persentasi etika
 
Persentasi etika
Persentasi etikaPersentasi etika
Persentasi etika
 
Persentasi etika
Persentasi etikaPersentasi etika
Persentasi etika
 
Buku areal konflik Riau
Buku areal konflik RiauBuku areal konflik Riau
Buku areal konflik Riau
 
5 lapis makna bukkaweng
5 lapis makna bukkaweng5 lapis makna bukkaweng
5 lapis makna bukkaweng
 
Makalah_Suku_Dayak (1).docx
Makalah_Suku_Dayak (1).docxMakalah_Suku_Dayak (1).docx
Makalah_Suku_Dayak (1).docx
 
Suku melayu
Suku melayuSuku melayu
Suku melayu
 
Legenda cerita rakyat sumatra utara legenda sima-sima na lungunan - simalungun
Legenda cerita rakyat sumatra utara legenda sima-sima na lungunan - simalungunLegenda cerita rakyat sumatra utara legenda sima-sima na lungunan - simalungun
Legenda cerita rakyat sumatra utara legenda sima-sima na lungunan - simalungun
 
Kesultanan di pontianak eni rahayu versi b
Kesultanan di pontianak eni rahayu   versi bKesultanan di pontianak eni rahayu   versi b
Kesultanan di pontianak eni rahayu versi b
 
Pesisir Selatan
Pesisir SelatanPesisir Selatan
Pesisir Selatan
 
Identitas Alamiah Provinsi Lampung
Identitas Alamiah Provinsi LampungIdentitas Alamiah Provinsi Lampung
Identitas Alamiah Provinsi Lampung
 
SAJIAN KELOMPOK 6 ANTROPOLOGI SISTEM MATA PENCAHARIAN MINANGKABAU
SAJIAN KELOMPOK 6  ANTROPOLOGI SISTEM MATA PENCAHARIAN MINANGKABAUSAJIAN KELOMPOK 6  ANTROPOLOGI SISTEM MATA PENCAHARIAN MINANGKABAU
SAJIAN KELOMPOK 6 ANTROPOLOGI SISTEM MATA PENCAHARIAN MINANGKABAU
 
Bab i ka ijaaaaaaaaaaaaaa
Bab i ka ijaaaaaaaaaaaaaaBab i ka ijaaaaaaaaaaaaaa
Bab i ka ijaaaaaaaaaaaaaa
 
Bab i ka ijaaaaaaaaaaaaaa
Bab i ka ijaaaaaaaaaaaaaaBab i ka ijaaaaaaaaaaaaaa
Bab i ka ijaaaaaaaaaaaaaa
 
Kebudayaan Minangkabau (ppt)
Kebudayaan Minangkabau (ppt)Kebudayaan Minangkabau (ppt)
Kebudayaan Minangkabau (ppt)
 
Microsoft word makalah kebudayaan kependudukan kalimantan tengah
Microsoft word   makalah kebudayaan kependudukan kalimantan tengahMicrosoft word   makalah kebudayaan kependudukan kalimantan tengah
Microsoft word makalah kebudayaan kependudukan kalimantan tengah
 

Recently uploaded

untuk observasi kepala sekolah dengan pengawas
untuk observasi kepala sekolah dengan pengawasuntuk observasi kepala sekolah dengan pengawas
untuk observasi kepala sekolah dengan pengawas
TEDYHARTO1
 
LAPORAN EKSTRAKURIKULER SEKOLAH DASAR NEGERI
LAPORAN EKSTRAKURIKULER SEKOLAH DASAR NEGERILAPORAN EKSTRAKURIKULER SEKOLAH DASAR NEGERI
LAPORAN EKSTRAKURIKULER SEKOLAH DASAR NEGERI
PURWANTOSDNWATES2
 
LK 1 - 5T Keputusan Berdampak PERMATA BUNDA.pdf
LK 1 - 5T Keputusan Berdampak PERMATA BUNDA.pdfLK 1 - 5T Keputusan Berdampak PERMATA BUNDA.pdf
LK 1 - 5T Keputusan Berdampak PERMATA BUNDA.pdf
UditGheozi2
 
Laporan Piket Guru untuk bukti dukung PMM.pdf
Laporan Piket Guru untuk bukti dukung PMM.pdfLaporan Piket Guru untuk bukti dukung PMM.pdf
Laporan Piket Guru untuk bukti dukung PMM.pdf
gloriosaesy
 
PI 2 - Ratna Haryanti, S. Pd..pptx Visi misi dan prakarsa perubahan pendidika...
PI 2 - Ratna Haryanti, S. Pd..pptx Visi misi dan prakarsa perubahan pendidika...PI 2 - Ratna Haryanti, S. Pd..pptx Visi misi dan prakarsa perubahan pendidika...
PI 2 - Ratna Haryanti, S. Pd..pptx Visi misi dan prakarsa perubahan pendidika...
agusmulyadi08
 
Diseminasi Budaya Positif Lucy Kristina S.pptx
Diseminasi Budaya Positif Lucy Kristina S.pptxDiseminasi Budaya Positif Lucy Kristina S.pptx
Diseminasi Budaya Positif Lucy Kristina S.pptx
LucyKristinaS
 
Form B1 Rubrik Observasi Presentasi Visi Misi -1.docx
Form B1 Rubrik Observasi Presentasi Visi Misi -1.docxForm B1 Rubrik Observasi Presentasi Visi Misi -1.docx
Form B1 Rubrik Observasi Presentasi Visi Misi -1.docx
EkoPutuKromo
 
Bahan Sosialisasi PPDB_1 2024/2025 Bandung
Bahan Sosialisasi PPDB_1 2024/2025 BandungBahan Sosialisasi PPDB_1 2024/2025 Bandung
Bahan Sosialisasi PPDB_1 2024/2025 Bandung
Galang Adi Kuncoro
 
ppt profesionalisasi pendidikan Pai 9.pdf
ppt profesionalisasi pendidikan Pai 9.pdfppt profesionalisasi pendidikan Pai 9.pdf
ppt profesionalisasi pendidikan Pai 9.pdf
Nur afiyah
 
Tugas Mandiri 1.4.a.4.3 Keyakinan Kelas.pdf
Tugas Mandiri 1.4.a.4.3 Keyakinan Kelas.pdfTugas Mandiri 1.4.a.4.3 Keyakinan Kelas.pdf
Tugas Mandiri 1.4.a.4.3 Keyakinan Kelas.pdf
muhammadRifai732845
 
Patofisiologi Sistem Endokrin hormon pada sistem endokrin
Patofisiologi Sistem Endokrin hormon pada sistem endokrinPatofisiologi Sistem Endokrin hormon pada sistem endokrin
Patofisiologi Sistem Endokrin hormon pada sistem endokrin
rohman85
 
0. PPT Juknis PPDB TK-SD -SMP 2024-2025 Cilacap.pptx
0. PPT Juknis PPDB TK-SD -SMP 2024-2025 Cilacap.pptx0. PPT Juknis PPDB TK-SD -SMP 2024-2025 Cilacap.pptx
0. PPT Juknis PPDB TK-SD -SMP 2024-2025 Cilacap.pptx
Indah106914
 
Modul Ajar Bahasa Inggris Kelas 5 Fase C Kurikulum Merdeka
Modul Ajar Bahasa Inggris Kelas 5 Fase C Kurikulum MerdekaModul Ajar Bahasa Inggris Kelas 5 Fase C Kurikulum Merdeka
Modul Ajar Bahasa Inggris Kelas 5 Fase C Kurikulum Merdeka
Fathan Emran
 
INDIKATOR KINERJA DAN FOKUS PERILAKU KS.pdf
INDIKATOR KINERJA DAN FOKUS PERILAKU KS.pdfINDIKATOR KINERJA DAN FOKUS PERILAKU KS.pdf
INDIKATOR KINERJA DAN FOKUS PERILAKU KS.pdf
NurSriWidyastuti1
 
PPT Observasi Praktik Kinerja PMM SD pdf
PPT Observasi Praktik Kinerja PMM SD pdfPPT Observasi Praktik Kinerja PMM SD pdf
PPT Observasi Praktik Kinerja PMM SD pdf
safitriana935
 
SOSIALISASI PPDB TAHUN AJARAN 2024-2025.pptx
SOSIALISASI PPDB TAHUN AJARAN 2024-2025.pptxSOSIALISASI PPDB TAHUN AJARAN 2024-2025.pptx
SOSIALISASI PPDB TAHUN AJARAN 2024-2025.pptx
astridamalia20
 
RANCANGAN TINDAKAN AKSI NYATA MODUL 1.4.pptx
RANCANGAN TINDAKAN AKSI NYATA MODUL 1.4.pptxRANCANGAN TINDAKAN AKSI NYATA MODUL 1.4.pptx
RANCANGAN TINDAKAN AKSI NYATA MODUL 1.4.pptx
SurosoSuroso19
 
RUBRIK OBSERVASI KINERJA KEPALA SEKOLAH.docx
RUBRIK OBSERVASI KINERJA KEPALA SEKOLAH.docxRUBRIK OBSERVASI KINERJA KEPALA SEKOLAH.docx
RUBRIK OBSERVASI KINERJA KEPALA SEKOLAH.docx
kinayaptr30
 
SOAL SHB PKN SEMESTER GENAP TAHUN 2023-2024.docx
SOAL SHB PKN SEMESTER GENAP TAHUN 2023-2024.docxSOAL SHB PKN SEMESTER GENAP TAHUN 2023-2024.docx
SOAL SHB PKN SEMESTER GENAP TAHUN 2023-2024.docx
MuhammadBagusAprilia1
 
PPT LANDASAN PENDIDIKAN.pptx tentang hubungan sekolah dengan masyarakat
PPT LANDASAN PENDIDIKAN.pptx tentang hubungan sekolah dengan masyarakatPPT LANDASAN PENDIDIKAN.pptx tentang hubungan sekolah dengan masyarakat
PPT LANDASAN PENDIDIKAN.pptx tentang hubungan sekolah dengan masyarakat
jodikurniawan341
 

Recently uploaded (20)

untuk observasi kepala sekolah dengan pengawas
untuk observasi kepala sekolah dengan pengawasuntuk observasi kepala sekolah dengan pengawas
untuk observasi kepala sekolah dengan pengawas
 
LAPORAN EKSTRAKURIKULER SEKOLAH DASAR NEGERI
LAPORAN EKSTRAKURIKULER SEKOLAH DASAR NEGERILAPORAN EKSTRAKURIKULER SEKOLAH DASAR NEGERI
LAPORAN EKSTRAKURIKULER SEKOLAH DASAR NEGERI
 
LK 1 - 5T Keputusan Berdampak PERMATA BUNDA.pdf
LK 1 - 5T Keputusan Berdampak PERMATA BUNDA.pdfLK 1 - 5T Keputusan Berdampak PERMATA BUNDA.pdf
LK 1 - 5T Keputusan Berdampak PERMATA BUNDA.pdf
 
Laporan Piket Guru untuk bukti dukung PMM.pdf
Laporan Piket Guru untuk bukti dukung PMM.pdfLaporan Piket Guru untuk bukti dukung PMM.pdf
Laporan Piket Guru untuk bukti dukung PMM.pdf
 
PI 2 - Ratna Haryanti, S. Pd..pptx Visi misi dan prakarsa perubahan pendidika...
PI 2 - Ratna Haryanti, S. Pd..pptx Visi misi dan prakarsa perubahan pendidika...PI 2 - Ratna Haryanti, S. Pd..pptx Visi misi dan prakarsa perubahan pendidika...
PI 2 - Ratna Haryanti, S. Pd..pptx Visi misi dan prakarsa perubahan pendidika...
 
Diseminasi Budaya Positif Lucy Kristina S.pptx
Diseminasi Budaya Positif Lucy Kristina S.pptxDiseminasi Budaya Positif Lucy Kristina S.pptx
Diseminasi Budaya Positif Lucy Kristina S.pptx
 
Form B1 Rubrik Observasi Presentasi Visi Misi -1.docx
Form B1 Rubrik Observasi Presentasi Visi Misi -1.docxForm B1 Rubrik Observasi Presentasi Visi Misi -1.docx
Form B1 Rubrik Observasi Presentasi Visi Misi -1.docx
 
Bahan Sosialisasi PPDB_1 2024/2025 Bandung
Bahan Sosialisasi PPDB_1 2024/2025 BandungBahan Sosialisasi PPDB_1 2024/2025 Bandung
Bahan Sosialisasi PPDB_1 2024/2025 Bandung
 
ppt profesionalisasi pendidikan Pai 9.pdf
ppt profesionalisasi pendidikan Pai 9.pdfppt profesionalisasi pendidikan Pai 9.pdf
ppt profesionalisasi pendidikan Pai 9.pdf
 
Tugas Mandiri 1.4.a.4.3 Keyakinan Kelas.pdf
Tugas Mandiri 1.4.a.4.3 Keyakinan Kelas.pdfTugas Mandiri 1.4.a.4.3 Keyakinan Kelas.pdf
Tugas Mandiri 1.4.a.4.3 Keyakinan Kelas.pdf
 
Patofisiologi Sistem Endokrin hormon pada sistem endokrin
Patofisiologi Sistem Endokrin hormon pada sistem endokrinPatofisiologi Sistem Endokrin hormon pada sistem endokrin
Patofisiologi Sistem Endokrin hormon pada sistem endokrin
 
0. PPT Juknis PPDB TK-SD -SMP 2024-2025 Cilacap.pptx
0. PPT Juknis PPDB TK-SD -SMP 2024-2025 Cilacap.pptx0. PPT Juknis PPDB TK-SD -SMP 2024-2025 Cilacap.pptx
0. PPT Juknis PPDB TK-SD -SMP 2024-2025 Cilacap.pptx
 
Modul Ajar Bahasa Inggris Kelas 5 Fase C Kurikulum Merdeka
Modul Ajar Bahasa Inggris Kelas 5 Fase C Kurikulum MerdekaModul Ajar Bahasa Inggris Kelas 5 Fase C Kurikulum Merdeka
Modul Ajar Bahasa Inggris Kelas 5 Fase C Kurikulum Merdeka
 
INDIKATOR KINERJA DAN FOKUS PERILAKU KS.pdf
INDIKATOR KINERJA DAN FOKUS PERILAKU KS.pdfINDIKATOR KINERJA DAN FOKUS PERILAKU KS.pdf
INDIKATOR KINERJA DAN FOKUS PERILAKU KS.pdf
 
PPT Observasi Praktik Kinerja PMM SD pdf
PPT Observasi Praktik Kinerja PMM SD pdfPPT Observasi Praktik Kinerja PMM SD pdf
PPT Observasi Praktik Kinerja PMM SD pdf
 
SOSIALISASI PPDB TAHUN AJARAN 2024-2025.pptx
SOSIALISASI PPDB TAHUN AJARAN 2024-2025.pptxSOSIALISASI PPDB TAHUN AJARAN 2024-2025.pptx
SOSIALISASI PPDB TAHUN AJARAN 2024-2025.pptx
 
RANCANGAN TINDAKAN AKSI NYATA MODUL 1.4.pptx
RANCANGAN TINDAKAN AKSI NYATA MODUL 1.4.pptxRANCANGAN TINDAKAN AKSI NYATA MODUL 1.4.pptx
RANCANGAN TINDAKAN AKSI NYATA MODUL 1.4.pptx
 
RUBRIK OBSERVASI KINERJA KEPALA SEKOLAH.docx
RUBRIK OBSERVASI KINERJA KEPALA SEKOLAH.docxRUBRIK OBSERVASI KINERJA KEPALA SEKOLAH.docx
RUBRIK OBSERVASI KINERJA KEPALA SEKOLAH.docx
 
SOAL SHB PKN SEMESTER GENAP TAHUN 2023-2024.docx
SOAL SHB PKN SEMESTER GENAP TAHUN 2023-2024.docxSOAL SHB PKN SEMESTER GENAP TAHUN 2023-2024.docx
SOAL SHB PKN SEMESTER GENAP TAHUN 2023-2024.docx
 
PPT LANDASAN PENDIDIKAN.pptx tentang hubungan sekolah dengan masyarakat
PPT LANDASAN PENDIDIKAN.pptx tentang hubungan sekolah dengan masyarakatPPT LANDASAN PENDIDIKAN.pptx tentang hubungan sekolah dengan masyarakat
PPT LANDASAN PENDIDIKAN.pptx tentang hubungan sekolah dengan masyarakat
 

Minangkabau dan Agam Cendekia Suku Koto

  • 1. "Minangkabau" beralih ke halaman ini. Untuk kegunaan lain dari Minangkabau, lihat Minangkabau (disambiguasi). Minangkabau Jumlah populasi kurang lebih 8 juta di Indonesia (2010)[rujukan?] Kawasan dengan jumlah penduduk yang signifikan Sumatera Barat, Indonesia: 4.264.000. Jabotabek, Indonesia: 890.000. Riau, Indonesia: 624.000. Jambi, Indonesia: 495.000. Aceh, Indonesia: 448.000. Sumatera Utara, Indonesia: 345.000. Kepulauan Riau, Indonesia: 156.000. Bengkulu, Indonesia: 73.000. Sumatera Selatan, Indonesia: 70.000. Negeri Sembilan, Malaysia: 450.000[1]. Bahasa bahasa Minang, bahasa Indonesia danbahasa Melayu. Agama Islam. Kelompok etnis terdekat Melayu. Minangkabau atau lebih singkatnya Minang adalah kelompok etnik Nusantara yangberbahasa dan menjunjung adat Minangkabau. Wilayah penganut kebudayaannya meliputiSumatera Barat, separuh daratan Riau, bagian utara Bengkulu, bagian barat Jambi, bagian selatan Sumatera Utara, barat daya Aceh, dan juga Negeri Sembilan di Malaysia.[2] Dalam percakapan awam, orang Minang seringkali disamakan sebagai orang Padang, merujuk kepada nama ibukota provinsi Sumatera Barat yaitu kota Padang. Namun, masyarakat ini biasanya akan menyebut kelompoknya dengan sebutan urang awak (bermaksud sama dengan orang Minang itu sendiri). [3] Menurut A.A. Navis, Minangkabau lebih kepada kultur etnis dari suatu rumpun Melayu yang tumbuh dan besar karena sistem monarki,[4] serta menganut sistem adat yang khas, yang dicirikan dengan sistem kekeluargaan melalui jalur perempuan atau matrilineal,[5] walaupun budayanya juga sangat kuat diwarnai
  • 2. ajaran agama Islam, sedangkan Thomas Stamford Raffles, setelah melakukan ekspedisi ke pedalaman Minangkabau tempat kedudukanKerajaan Pagaruyung, menyatakan bahwa Minangkabau adalah sumber kekuatan dan asal bangsa Melayu, yang kemudian penduduknya tersebar luas di Kepulauan Timur. [6] Saat ini masyarakat Minang merupakan masyarakat penganut matrilineal terbesar di dunia. [7][8] Selain itu, etnik ini juga telah menerapkan sistem proto-demokrasi sejak masa pra-Hindu dengan adanya kerapatan adat untuk menentukan hal-hal penting dan permasalahan hukum. Prinsip adat Minangkabau tertuang singkat dalam pernyataan Adat basandi syara', syara' basandi Kitabullah (Adat bersendikan hukum, hukum bersendikan Al-Qur'an) yang berarti adat berlandaskan ajaran Islam.[9] Orang Minangkabau sangat menonjol di bidang perniagaan, sebagai profesional dan intelektual. Mereka merupakan pewaris terhormat dari tradisi tua Kerajaan Melayu danSriwijaya yang gemar berdagang dan dinamis.[10] Hampir separuh jumlah keseluruhan anggota masyarakat ini berada dalam perantauan. Minang perantauan pada umumnya bermukim di kota-kota besar, seperti Jakarta, Bandung, Pekanbaru, Medan, Batam,Palembang, dan Surabaya. Di luar wilayah Indonesia, etnis Minang banyak terdapat di Negeri Sembilan, Malaysia dan Singapura. Masyarakat Minang memiliki masakan khas yang populer dengan sebutan masakan Padang, dan sangat digemari di Indonesia bahkan sampai mancanegara.[11] Daftar isi [sembunyikan] 1 Etimologi 2 Asal-usul 3 Agama 4 Adat dan budaya o 4.1 Matrilineal o 4.2 Bahasa o 4.3 Kesenian o 4.4 Olahraga o 4.5 Rumah adat o 4.6 Perkawinan o 4.7 Masakan khas 5 Sosial kemasyarakatan
  • 3. o 5.1 Persukuan o 5.2 Nagari o 5.3 Penghulu o 5.4 Kerajaan 6 Minangkabau perantauan o 6.1 Jumlah perantau o 6.2 Gelombang rantau o 6.3 Perantauan intelektual o 6.4 Sebab merantau   6.4.2 Faktor ekonomi  o 6.4.1 Faktor budaya 6.4.3 Faktor perang 6.5 Merantau dalam sastra 7 Orang Minangkabau dan kiprahnya 8 Lihat pula 9 Catatan kaki 10 Literatur 11 Pranala luar [sunting]Etimologi
  • 4. Peta yang menunjukan wilayah persebaran kelompok etnik Minangkabau dipulau Sumatera. Nama Minangkabau berasal dari dua kata, minang dan kabau. Nama itu dikaitkan dengan suatulegenda khas Minang yang dikenal di dalam tambo. Dari tambo tersebut, konon pada suatu masa ada satu kerajaan asing (biasa ditafsirkan sebagai Majapahit) yang datang dari laut akan melakukan penaklukan. Untuk mencegah pertempuran, masyarakat setempat mengusulkan untuk mengadu kerbau. Pasukan asing tersebut menyetujui dan menyediakan seekor kerbau yang besar dan agresif, sedangkan masyarakat setempat menyediakan seekor anak kerbau yang lapar dengan diberikan pisau pada tanduknya. Dalam pertempuran, anak kerbau yang lapar itu menyangka kerbau besar tersebut adalah induknya. Maka anak kerbau itu langsung berlari mencari susu dan menanduk hingga mencabik-cabik perut kerbau besar tersebut. Kemenangan itu menginspirasikan masyarakat setempat memakai nama Minangkabau,[12] yang berasal dari ucapan 'Manang kabau' (artinya menang kerbau). Kisah tambo ini juga dijumpai dalam Hikayat Raja-raja Pasai dan juga menyebutkan bahwa kemenangan itu menjadikan negeri yang sebelumnya bernama Periaman(Pariaman) menggunakan nama tersebut. [13] Selanjutnya penggunaan nama Minangkabau juga digunakan untuk menyebut sebuah nagari, yaitu Nagari Minangkabau, yang terletak di kecamatanSungayang, kabupaten Tanah Datar, provinsi Sumatera Barat. Dalam catatan sejarah kerajaan Majapahit, Nagarakretagama[14] tahun 1365 M, juga telah ada menyebutkan nama Minangkabwa sebagai salah satu dari negeri Melayu yang ditaklukannya. Sedangkan nama "Minang" (kerajaan Minanga) itu sendiri juga telah disebutkan dalam Prasasti Kedukan Bukit tahun 682 Masehi dan berbahasa Sansekerta. Dalam prasasti itu dinyatakan bahwa pendiri kerajaan Sriwijaya yang bernama Dapunta Hyang bertolak dari "Minānga" ....[15] Beberapa ahli yang merujuk dari sumber prasasti itu menduga, kata baris ke-4 (...minānga) dan ke-5 (tāmvan....) sebenarnya tergabung, sehingga menjadi mināngatāmvan dan diterjemahkan dengan makna sungai kembar. Sungai kembar yang dimaksud diduga menunjuk kepada pertemuan (temu) dua sumber aliran Sungai Kampar, yaitu Sungai Kampar Kiri dan Sungai Kampar Kanan.[16] Namun pendapat ini dibantah oleh Casparis, yang membuktikan bahwa "tāmvan" tidak ada hubungannya dengan "temu", karena kata temu dan muara juga dijumpai pada prasasti-prasasti peninggalan zaman Sriwijaya yang lainnya. [17] Oleh karena itu kata Minangaberdiri sendiri dan identik dengan penyebutan Minang itu sendiri.
  • 5. Bendera atau marawa yang digunakan suku-suku Minangkabau. [sunting]Asal-usul Artikel utama untuk bagian ini adalah: Tambo Minangkabau dan Tombo Lubuk Jambi Dari tambo yang diterima secara turun temurun, menceritakan bahwa nenek moyang mereka berasal dari keturunan Iskandar Zulkarnain. Walau tambo tersebut tidak tersusun secara sistematis dan lebih kepada legenda berbanding fakta serta cendrung kepada sebuah karya sastra yang sudah menjadi milik masyarakat banyak.[4] Masyarakat Minang merupakan bagian dari masyarakat Deutro Melayu (Melayu Muda) yang melakukan migrasi dari daratan China Selatan ke pulau Sumatera sekitar 2.500-2.000 tahun yang lalu. Diperkirakan kelompok masyarakat ini masuk dari arah timur pulau Sumatera, menyusuri aliran sungai Kampar sampai ke dataran tinggi yang disebut darek dan menjadi kampung halaman orang Minangkabau.[18] Beberapa kawasan darek ini kemudian membentuk semacam konfederasi yang dikenal dengan nama luhak, yang selanjutnya disebut juga dengan nama Luhak nan Tigo, yang terdiri dari Luhak Limo Puluah, Luhak Agam, dan Luhak Tanah Datar.[5] Pada masa pemerintahan Hindia-Belanda, daerah luhak ini menjadi daerah teritorial pemerintahan yang disebut afdeling, dikepalai oleh seorangresiden dan oleh masyarakat Minangkabau disebut dengan nama Tuan Luhak.[4] Sementara seiring dengan pertumbuhan dan perkembangan penduduk, masyarakat Minangkabau menyebar ke kawasan darek yang lain serta membentuk beberapa kawasan tertentu menjadi kawasan rantau. Konsep rantau bagi masyarakat Minang merupakan suatu kawasan yang menjadi pintu masuk ke alam Minangkabau. Rantau juga berfungsi sebagai tempat mencari kehidupan, kawasan perdagangan. Rantau di Minangkabau dikenal dengan Rantau nan duo terbagi atas Rantau di Hilia (kawasan pesisir timur) dan Rantau di Mudiak (kawasan pesisir barat). Pada awalnya penyebutan orang Minang belum dibedakan dengan orang Melayu, namun sejak abad ke19, penyebutan Minang dan Melayumulai dibedakan melihat budaya matrilineal yang tetap bertahan berbanding patrilineal yang dianut oleh masyarakat Melayu umumnya.[19]Kemudian pengelompokan ini terus berlangsung demi kepentingan sensus penduduk maupun politik. [sunting]Agama Sebuah masjid di kecamatan Pangkalan Koto Baru, kabupaten Lima Puluh Kotadengan arsitektur khas Minangkabau sekitar tahun 1900-an. Masyarakat Minang saat ini merupakan pemeluk agama Islam, jika ada masyarakatnya keluar dari agama islam (murtad), secara langsung yang bersangkutan juga dianggap keluar dari masyarakat Minang, dalam istilahnya disebut "dibuang sepanjang adat". Agama Islam diperkirakan masuk melalui kawasan pesisir timur, walaupun ada anggapan dari pesisir barat, terutama pada kawasan Pariaman, namun kawasan Arcat (Aru dan Rokan) serta Inderagiri yang berada pada pesisir timur juga telah menjadi kawasan pelabuhan Minangkabau, dan Sungai Kampar maupun Batang Kuantan berhulu pada kawasan pedalaman Minangkabau. Sebagaimana pepatah yang ada di masyarakat, Adat manurun, Syara' mandaki (Adat diturunkan dari pedalaman ke pesisir, sementara agama (Islam) datang dari pesisir
  • 6. ke pedalaman),[20] serta hal ini juga dikaitkan dengan penyebutan Orang Siak merujuk kepada orangorang yang ahli dan tekun dalam agama Islam, masih tetap digunakan di dataran tinggi Minangkabau. Sebelum Islam diterima secara luas, masyarakat ini dari beberapa bukti arkeologis menunjukan pernah memeluk agama Buddha terutama pada masa kerajaan Sriwijaya, Dharmasraya, sampai pada masamasa pemerintahan Adityawarman dan anaknya Ananggawarman. Kemudian perubahan struktur kerajaan dengan munculnya Kerajaan Pagaruyung yang telah mengadopsi Islam dalam sistem pemerintahannya, walau sampai abad ke-16, Suma Oriental masih menyebutkan dari 3 raja Minangkabau hanya satu yang telah memeluk Islam. Kedatangan Haji Miskin, Haji Sumanik dan Haji Piobang dari Mekkah sekitar tahun 1803,[21] memainkan peranan penting dalam penegakanhukum Islam di pedalaman Minangkabau. Walau di saat bersamaan muncul tantangan dari masyarakat setempat yang masih terbiasa dalam tradisi adat, dan puncak dari konflik ini muncul Perang Padri sebelum akhirnya muncul kesadaran bersama bahwa Adat berazaskan Al-Qur'an.[22] [sunting]Adat dan budaya Randai, sebuah pertunjukan kesenian tradisional Minangkabau yang dimainkan secara berkelompok. Artikel utama untuk bagian ini adalah: Adat Minangkabau dan Budaya Minangkabau Menurut tambo, sistem adat Minangkabau pertama kali dicetuskan oleh dua orang bersaudara,Datuk Perpatih Nan Sebatang dan Datuk Ketumanggungan. Datuk Perpatih mewariskan sistem adat Bodi Caniago yang demokratis, sedangkan Datuk Ketumanggungan mewariskan sistem adat Koto Piliang yang aristokratis. Dalam perjalanannya, dua sistem adat yang dikenal dengankelarasan ini saling isi mengisi dan membentuk sistem masyarakat Minangkabau. Dalam masyarakat Minangkabau, ada tiga pilar yang membangun dan menjaga keutuhan budaya serta adat istiadat. Mereka adalah alim ulama, cerdik pandai, dan ninik mamak, yang dikenal dengan istilah Tali nan Tigo Sapilin. Ketiganya saling melengkapi dan bahu membahu dalam posisi yang sama tingginya. Dalam masyarakat Minangkabau yang demokratis dan egaliter, semua urusan masyarakat dimusyawarahkan oleh ketiga unsur itu secara mufakat.[23] [sunting]Matrilineal Matrilineal merupakan salah satu aspek utama dalam mendefinisikan identitas masyarakat Minang. Adat dan budaya mereka menempatkan pihak perempuan bertindak sebagai pewaris harta pusaka dan kekerabatan. Garis keturunan dirujuk kepada ibu yang dikenal dengan Samande (se-ibu). Sedangkan ayah mereka disebut oleh masyarakat dengan namaSumando (ipar) dan diperlakukan sebagai tamu dalam keluarga. Kaum perempuan di Minangkabau memiliki kedudukan yang istimewa sehingga dijuluki dengan Bundo Kanduang, memainkan peranan dalam menentukan keberhasilan pelaksanaan keputusan-keputusan yang dibuat oleh kaum lelaki dalam posisi mereka sebagai mamak(paman atau saudara dari pihak ibu), dan penghulu (kepala suku). Pengaruh yang besar tersebut menjadikan perempuan Minang disimbolkan sebagai Limpapeh Rumah nan Gadang (pilar utama rumah).[24] Walau kekuasaan sangat dipengaruhi
  • 7. oleh penguasaan terhadap aset ekonomi namun kaum lelaki dari keluarga pihak perempuan tersebut masih tetap memegang otoritas atau memiliki legitimasi kekuasaan pada komunitasnya. [sunting]Bahasa Artikel utama untuk bagian ini adalah: Bahasa Minangkabau Bahasa Minangkabau merupakan salah satu anak cabang bahasa Austronesia. Walaupun ada perbedaan pendapat mengenai hubungan bahasa Minangkabau dengan bahasa Melayu, ada yang menganggap bahasa yang dituturkan masyarakat ini sebagai bagian dari dialek Melayu, karena banyaknya kesamaan kosakata dan bentuk tuturan di dalamnya, sementara yang lain justru beranggapan bahasa ini merupakan bahasa mandiri yang berbeda dengan Melayu serta ada juga yang menyebut bahasa Minangkabau merupakan bahasa proto-Melayu. [25][26] Selain itu dalam masyarakat penutur bahasa Minang itu sendiri juga sudah terdapat berbagai macam dialek bergantung kepada daerahnya masing-masing. [27][28] [sunting]Kesenian Sebuah pertunjukan kesenian talempong, salah satu alat musik pukul tradisional Minangkabau. Masyarakat Minangkabau memiliki berbagai macam atraksi dan kesenian, seperti tari-tarian yang biasa ditampilkan dalam pesta adat maupun perkawinan. Di antara tari-tarian tersebut misalnya tari pasambahanmerupakan tarian yang dimainkan bermaksud sebagai ucapan selamat datang ataupun ungkapan rasa hormat kepada tamu istimewa yang baru saja sampai, selanjutnya tari piring merupakan bentuk tarian dengan gerak cepat dari para penarinya sambil memegang piring pada telapak tangan masing-masing, yang diiringi dengan lagu yang dimainkan oleh talempong dan saluang. Silek atau Silat Minangkabau merupakan suatu seni bela diri tradisional khas suku ini yang sudah berkembang sejak lama. Selain itu, adapula tarian yang bercampur dengan silek yang disebut dengan randai. Randai biasa diiringi dengan nyanyian atau disebut juga dengan sijobang,[29] dalam randai ini juga terdapat seni peran (acting) berdasarkan skenario.[30] Di samping itu, Minangkabau juga menonjol dalam seni berkata-kata. Ada tiga genre seni berkata-kata, yaitupasambahan (persembahan), indang, dan salawat dulang. Seni berkata-kata atau bersilat lidah, lebih mengedepankan kata sindiran, kiasan, ibarat, alegori, metafora, dan aphorisme. Dalam seni berkata-kata seseorang diajarkan untuk mempertahankan kehormatan dan harga diri, tanpa menggunakan senjata dan kontak fisik.[31] [sunting]Olahraga Pacuan kuda merupakan olah raga berkuda yang telah lama ada di nagari-nagari Minang, dan sampai saat ini masih diselenggarakan oleh masyarakatnya, serta menjadi perlombaan tahunan yang dilaksanakan pada kawasan yang memiliki lapangan pacuan kuda. Beberapa pertandingan tradisional lainnya yang masih dilestarikan dan menjadi hiburan bagi masyarakat Minang antara lain lomba Pacu jawi dan Pacu itik. [sunting]Rumah adat Artikel utama untuk bagian ini adalah: Rumah Gadang
  • 8. Rumah Gadang di nagari Pandai Sikekdengan dua buah Rangkiang di depannya. Rumah adat Minangkabau disebut dengan Rumah Gadang, yang biasanya dibangun di atas sebidang tanah milik keluarga induk dalam suku tersebut secara turun temurun.[32] Rumah Gadang ini dibuat berbentuk empat persegi panjang dan dibagi atas dua bagian muka dan belakang. [33] Umumnya berbahan kayu, dan sepintas kelihatan seperti bentuk rumah panggung dengan atap yang khas, menonjol seperti tanduk kerbau yang biasa disebut gonjong[34] dan dahulunya atap ini berbahan ijuk sebelum berganti dengan atap seng. Namun hanya kaum perempuan dan suaminya, beserta anak-anak yang jadi penghuni rumah gadang. Sedangkan laki-laki kaum tersebut yang sudah beristri, menetap di rumah istrinya. Jika laki-laki anggota kaum belum menikah, biasanya tidur di surau. Surau biasanya dibangun tidak jauh dari komplek rumah gadang tersebut, selain berfungsi sebagai tempat ibadah, juga berfungsi sebagai tempat tinggal lelaki dewasa namun belum menikah. Pakaian adat yang dikenakan oleh pengantin Minangkabau. Pakaian perempuan Minang dalam pesta adat atau perkawinan. Selain itu dalam budaya Minangkabau, tidak semua kawasan boleh didirikan Rumah Gadang, hanya pada kawasan yang telah berstatus nagari saja, rumah adat ini boleh ditegakkan. [sunting]Perkawinan Dalam adat budaya Minangkabau, perkawinan merupakan salah satu peristiwa penting dalam siklus kehidupan, dan merupakan masa peralihan yang sangat berarti dalam membentuk kelompok kecil keluarga baru pelanjut keturunan. Bagi lelaki Minang, perkawinan juga menjadi proses untuk masuk lingkungan baru, yakni pihak keluarga istrinya. Sedangkan bagi keluarga pihak istri, menjadi salah satu proses dalam penambahan anggota di komunitas rumah gadangmereka. Dalam prosesi perkawinan adat Minangkabau, biasa disebut baralek, mempunyai beberapa tahapan yang umum dilakukan. Dimulai dengan maminang (meminang), manjapuik marapulai(menjemput pengantin pria), sampai basandiang (bersanding di pelaminan). Setelah maminang dan muncul kesepakatan manantuan hari (menentukan hari pernikahan), maka kemudian dilanjutkan dengan pernikahan secara Islam yang biasa dilakukan di Mesjid, sebelum kedua pengantin bersanding di pelaminan. Pada nagaritertentu setelah ijab kabul di depan penghulu atau tuan kadi, mempelai pria akan diberikan gelar baru sebagai panggilan penganti nama kecilnya. [35] Kemudian masyarakat sekitar akan memanggilnya dengan gelar baru tersebut. Gelar panggilan tersebut biasanya bermulai dari sutan, bagindo atau sidi (sayyidi) di kawasan pesisir pantai. Sedangkan di kawasan luhak limo puluah, pemberian gelar ini tidak berlaku. [sunting]Masakan khas
  • 9. Artikel utama untuk bagian ini adalah: Masakan Padang Masyarakat Minang juga dikenal akan aneka masakannya, dengan citarasa yang pedas, serta dapat ditemukan hampir di seluruh Nusantara, bahkan sampai ke luar negeri. Walau masakan ini kadang lebih dikenal dengan nama Masakan Padang, meskipun begitu sebenarnya dikenal sebagai masakan etnik Minang secara umum. Rendang salah satu masakan tradisional masyarakat Minang, pada tahun 2011 dinobatkan sebagai hidangan peringkat pertama dalam daftarWorld’s 50 Most Delicious Foods (50 Hidangan Terlezat Dunia) yang digelar oleh CNN International.[36] [sunting]Sosial kemasyarakatan [sunting]Persukuan Artikel utama untuk bagian ini adalah: Daftar suku Minangkabau Suku dalam tatanan Masyarakat Minangkabau merupakan basis dari organisasi sosial, sekaligus tempat pertarungan kekuasaan yang fundamental. Pengertian awal kata suku dalam Bahasa Minang dapat bermaksud satu per-empat, sehingga jika dikaitkan dengan pendirian suatu nagari di Minangkabau, dapat dikatakan sempurna apabila telah terdiri dari komposisi empat suku yang mendiami kawasan tersebut. Selanjutnya, setiap suku dalam tradisi Minang, diurut dari garis keturunan yang sama dari pihak ibu, dan diyakini berasal dari satu keturunan nenek moyang yang sama. [5] Selain sebagai basis politik, suku juga merupakan basis dari unit-unit ekonomi. Kekayaan ditentukan oleh kepemilikan tanah keluarga, harta, dan sumber-sumber pemasukan lainnya yang semuanya itu dikenal sebagai harta pusaka. Harta pusaka merupakan harta milik bersama dari seluruh anggota kaumkeluarga. Harta pusaka tidak dapat diperjualbelikan dan tidak dapat menjadi milik pribadi. Harta pusaka semacam dana jaminan bersama untuk melindungi anggota kaum-keluarga dari kemiskinan. Jika ada anggota keluarga yang mengalami kesulitan atau tertimpa musibah, maka harta pusaka dapat digadaikan. Suku terbagi-bagi ke dalam beberapa cabang keluarga yang lebih kecil atau disebut payuang (payung). Adapun unit yang paling kecil setelahsapayuang disebut saparuik. Sebuah paruik (perut) biasanya tinggal pada sebuah rumah gadang secara bersama-sama.[37] Pakaian khas suku Minangkabau di tahun 1900-an. [sunting]Nagari Artikel utama untuk bagian ini adalah: Nagari Daerah Minangkabau terdiri atas banyak nagari. Nagari ini merupakan daerah otonom dengan kekuasaan tertinggi di Minangkabau. Tidak ada kekuasaan sosial dan politik lainnya yang dapat mencampuri adat di sebuah nagari. Nagari yang berbeda akan mungkin sekali mempunyai tipikaladat yang berbeda. Tiap nagari dipimpin oleh sebuah dewan yang terdiri dari pemimpin suku dari semua suku yang ada di nagari tersebut. Dewan ini disebut dengan Kerapatan Adat Nagari (KAN). Dari hasil musyawarah dan mufakat dalam dewan inilah sebuah keputusan dan peraturan yang mengikat untuk nagari itu dihasilkan.
  • 10. Faktor utama yang menentukan dinamika masyarakat Minangkabau adalah terdapatnya kompetisi yang konstan antar nagari, kaum-keluarga, dan individu untuk mendapatkan status dan prestise. [38] Oleh karenanya setiap kepala kaum akan berlomba-lomba meningkatkan prestise kaum-keluarganya dengan mencari kekayaan (berdagang) serta menyekolahkan anggota kaum ke tingkat yang paling tinggi. Dalam pembentukan suatu nagari sejak dahulunya telah dikenal dalam istilah pepatah yang ada pada masyarakat adat Minang itu sendiri yaitu Dari Taratak manjadi Dusun, dari Dusun manjadi Koto, dari Koto manjadi Nagari, Nagari ba Panghulu. Jadi dalam sistem administrasi pemerintahan di kawasan Minang dimulai dari struktur terendah disebut dengan Taratak, kemudian berkembang menjadi Dusun, kemudian berkembang menjadi Koto dan kemudian berkembang menjadi Nagari. Biasanya setiap nagari yang dibentuk minimal telah terdiri dari 4 suku yang mendomisili kawasan tersebut. [5] Selanjutnya sebagai pusat administrasi nagari tersebut dibangunlah sebuah Balai Adat sekaligus sebagai tempat pertemuan dalam mengambil keputusan bersama para penghulu di nagari tersebut. [sunting]Penghulu Artikel utama untuk bagian ini adalah: Penghulu dan Datuk di Minangkabau Penghulu atau biasa yang digelari dengan datuk, merupakan kepala kaum keluarga yang diangkat oleh anggota keluarga untuk mengatur semua permasalahan kaum. Penghulu biasanya seorang laki-laki yang terpilih di antara anggota kaum laki-laki lainnya. Setiap kaum-keluarga akan memilih seorang laki-laki yang pandai berbicara, bijaksana, dan memahami adat, untuk menduduki posisi ini. Hal ini dikarenakan ia bertanggung jawab mengurusi semua harta pusaka kaum, membimbing kemenakan, serta sebagai wakil kaum dalam masyarakat nagari. Setiap penghulu berdiri sejajar dengan penghulu lainnya, sehingga dalam rapat-rapat nagari semua suara penghulu yang mewakili setiap kaum bernilai sama. Seiring dengan bertambahnya anggota kaum, serta permasalahan dan konflik intern yang timbul, maka kadang-kadang dalam sebuah keluarga posisi kepenghuluan ini dipecah menjadi dua. Atau sebaliknya, anggota kaum yang semakin sedikit jumlahnya, cenderung akan menggabungkan gelar kepenghuluannya kepada keluarga lainnya yang sesuku. [39] Hal ini mengakibatkan berubah-ubahnya jumlah penghulu dalam suatu nagari. Memiliki penghulu yang mewakili suara kaum dalam rapat nagari, merupakan suatu prestise dan harga diri. Sehingga setiap kaum akan berusaha sekuatnya memiliki penghulu sendiri. Kaum-keluarga yang gelar kepenghuluannya sudah lama terlipat, akan berusaha membangkitkan kembali posisinya dengan mencari kekayaan untuk "membeli" gelar penghulunya yang telah lama terbenam. Bertegak penghulu memakan biaya cukup besar, sehingga tekanan untuk menegakkan penghulu selalu muncul dari keluarga kaya.[40] [sunting]Kerajaan Istana Pagaruyung sebuah legitimasi institusi kerajaan Minangkabau. Artikel utama untuk bagian ini adalah: Kerajaan Melayu, Dharmasraya, dan Kerajaan Pagaruyung Dalam laporan de Stuers[41] kepada pemerintah Hindia-Belanda, dinyatakan bahwa di daerah pedalaman Minangkabau, tidak pernah ada suatu kekuasaan pemerintahan terpusat dibawah seorang raja. Tetapi yang ada adalah nagari-nagari kecil yang mirip dengan pemerintahan polis-polis pada
  • 11. masa Yunani kuno.[42] Namun dari beberapa prasasti yang ditemukan pada kawasan pedalaman Minangkabau, serta dari tambo yang ada pada masyarakat setempat, etnis Minangkabau pernah berada dalam suatu sistem kerajaan yang kuat dengan daerah kekuasaan meliputi pulau Sumatera dan bahkan sampai Semenanjung Malaya. Beberapa kerajaaan yang ada di wilayah Minangkabau antara lain Kerajaan Dharmasraya, Kerajaan Pagaruyung, dan Kerajaan Inderapura. Sistem kerajaan ini masih dijumpai di Negeri Sembilan, salah satu kawasan dengan komunitas masyarakat Minang yang signifikan di Semenanjung Malaya. [sunting]Minangkabau perantauan Minangkabau perantauan merupakan istilah untuk orang Minang yang hidup di luar kampung halamannya. Merantau merupakan proses interaksi masyarakat Minangkabau dengan dunia luar. Kegiatan ini merupakan sebuah petualangan pengalaman dan geografis, dengan meninggalkan kampung halaman untuk mengadu nasib di negeri orang. Keluarga yang telah lama memiliki tradisi merantau, biasanya mempunyai saudara di hampir semua kota utama di Indonesia dan Malaysia. Keluarga yang paling kuat dalam mengembangkan tradisi merantau biasanya datang dari keluarga pedagang-pengrajin dan penuntut ilmu agama.[43] Para perantau biasanya telah pergi merantau sejak usia belasan tahun, baik sebagai pedagang ataupun penuntut ilmu. Bagi sebagian besar masyarakat Minangkabau, merantau merupakan sebuah cara yang ideal untuk mencapai kematangan dan kesuksesan. Dengan merantau tidak hanya harta kekayaan dan ilmu pengetahuan yang didapat, namun juga prestise dan kehormatan individu di tengah-tengah lingkungan adat. Dari pencarian yang diperoleh, para perantau biasanya mengirimkan sebagian hasilnya ke kampung halaman untuk kemudian diinvestasikan dalam usaha keluarga, yakni dengan memperluas kepemilikan sawah, memegang kendali pengolahan lahan, atau menjemput sawah-sawah yang tergadai. Uang dari para perantau biasanya juga dipergunakan untuk memperbaiki sarana-sarana nagari, seperti mesjid, jalan, ataupun pematang sawah. [sunting]Jumlah perantau Etos merantau orang Minangkabau sangatlah tinggi, bahkan diperkirakan tertinggi di Indonesia. Dari hasil studi yang pernah dilakukan olehMochtar Naim, pada tahun 1961 terdapat sekitar 32 % orang Minang yang berdomisili di luar Sumatera Barat. Kemudian pada tahun 1971jumlah itu meningkat menjadi 44 %. [44] Berdasarkan sensus tahun 2010, etnis Minang yang tinggal di Sumatera Barat berjumlah 4,2 juta jiwa, dengan perkiraan hampir separuh orang Minang berada di perantauan. Mobilitas migrasi orang Minangkabau dengan proporsi besar terjadi dalam rentang antara tahun 1958 sampai tahun 1978, dimana lebih 80 % perantau yang tinggal di kawasan rantau telah meninggalkan kampung halamannya setelah masa kolonial Belanda.[45] Melihat data tersebut, maka terdapat perubahan cukup besar pada etos merantau orang Minangkabau dibanding suku lainnya di Indonesia. Sebab menurut sensus tahun 1930, perantau Minangkabau hanya sebesar 10,5 % dibawah orang Bawean (35,9 %), Batak (14,3 %), dan Banjar (14,2 %). Namun tidak terdapat angka pasti mengenai jumlah orang Minang di perantauan. Angka-angka yang ditampilkan dalam perhitungan, biasanya hanya memasukkan para perantau kelahiran Sumatera Barat. Namun belum mencakup keturunan-keturunan Minang yang telah beberapa generasi menetap di perantauan.
  • 12. Para perantau Minang, hampir keseluruhannya berada di kota-kota besar Indonesia dan Malaysia. Di beberapa perkotaan, jumlah mereka cukup signifikan dan bahkan menjadi pihak mayoritas. Di Pekanbaru, perantau Minang berjumlah 37,7% dari seluruh penduduk kota, dan menjadi etnis terbesar di kota tersebut.[46] Jumlah ini telah mengalami penurunan jika dibandingkan dengan tahun 1971 yang mencapai 65%.[47] Di kota-kota lainnya, dimana jumlah orang Minangkabau mencapai 10% atau lebih dari keseluruhan penduduk kota tersebut ialahTakengon (25,9%), Sigli (25,4%), Tanjung Pinang (20%), Binjai (16,6), Sibolga (16,6%), Sabang (15,9%), Gunungsitoli (14,5%), Tanjung Balai(13,9%), Medan (13,5%), Padang Sidempuan (13,3%), Palembang (10%), dan Jakarta (10%).[48] [sunting]Gelombang rantau Merantau pada etnis Minang telah berlangsung cukup lama. Sejarah mencatat migrasi pertama terjadi pada abad ke-7, di mana banyak pedagang-pedagang emas yang berasal dari pedalaman Minangkabau melakukan perdagangan di muara Jambi, dan terlibat dalam pembentukan Kerajaan Malayu.[49] Migrasi besar-besaran terjadi pada abad ke-14, dimana banyak keluarga Minang yang berpindah ke pesisir timur Sumatera. Mereka mendirikan koloni-koloni dagang di Batubara, Pelalawan, hingga melintasi selat ke Penang dan Negeri Sembilan, Malaysia. Bersamaan dengan gelombang migrasi ke arah timur, juga terjadi perpindahan masyarakat Minang ke pesisir barat Sumatera. Di sepanjang pesisir ini perantau Minang banyak bermukim di Meulaboh, Aceh tempat keturunan Minang dikenal dengan sebutanAneuk Jamee; Barus, Natal, hingga Bengkulu.[50] Setelah Kesultanan Malaka jatuh ke tangan Portugis pada tahun 1511, banyak keluarga Minangkabau yang berpindah ke Sulawesi Selatan. Mereka menjadi pendukung kerajaan Gowa, sebagai pedagang dan administratur kerajaan. Datuk Makotta bersama istrinya Tuan Sitti, sebagai cikal bakal keluarga Minangkabau di Sulawesi. [51] Gelombang migrasi berikutnya terjadi pada abad ke-18, yaitu ketika Minangkabau mendapatkan hak istimewa untuk mendiami kawasan Kerajaan Siak. Pada masa penjajahan Hindia-Belanda, migrasi besar-besaran kembali terjadi pada tahun 1920, ketika perkebunan tembakau di Deli Serdang, Sumatera Timur mulai dibuka. Pada masa kemerdekaan, Minang perantauan banyak mendiami kota-kota besar di Jawa, pada tahun 1961 jumlah perantau Minang terutama di kota Jakarta meningkat 18,7 kali dibandingkan dengan tingkat pertambahan penduduk kota itu yang hanya 3,7 kali,[52] dan pada tahun 1971 etnis ini diperkirakan telah berjumlah sekitar 10 % dari jumlah penduduk Jakarta waktu itu.[53] Kini Minang perantauan hampir tersebar di seluruh dunia. Masjid Tuo Kayu Jao di kecamatanGunung Talang, kabupaten Solok yang didirikan sekitar abad ke-16. [sunting]Perantauan intelektual Pada akhir abad ke-18, banyak pelajar Minang yang merantau ke Mekkah untuk mendalami agama Islam, di antaranya Haji Miskin, Haji Piobang, dan Haji Sumanik. Setibanya di tanah air, mereka menjadi penyokong kuat gerakan Paderi dan menyebarluaskan pemikiran Islam yang murni di seluruh Minangkabau dan Mandailing. Gelombang kedua perantauan ke Timur Tengah terjadi pada awal abad ke-20, yang dimotori oleh Abdul Karim Amrullah, Tahir Jalaluddin, Muhammad Jamil Jambek, danAhmad Khatib Al-Minangkabawi. Selain ke Timur Tengah, pelajar Minangkabau juga banyak yang merantau ke Eropa. Mereka antara lain Abdoel Rivai, Mohammad Hatta, Sutan Syahrir, Roestam Effendi, dan Nazir Pamuntjak. Intelektual
  • 13. lain, Tan Malaka, hidup mengembara di delapan negara Eropa dan Asia, membangun jaringan pergerakan kemerdekaan Asia. Semua pelajar Minang tersebut, yang merantau ke Eropa sejak akhir abad ke-19, menjadi pejuang kemerdekaan dan pendiri Republik Indonesia. [54] [sunting]Sebab merantau [sunting]Faktor budaya Ada banyak penjelasan terhadap fenomena ini, salah satu penyebabnya ialah sistem kekerabatan matrilineal. Dengan sistem ini, penguasaan harta pusaka dipegang oleh kaum perempuan sedangkan hak kaum pria dalam hal ini cukup kecil. Selain itu, setelah masa akil baligh para pemuda tidak lagi dapat tidur di rumah orang tuanya, karena rumah hanya diperuntukkan untuk kaum perempuan beserta suaminya, dan anak-anak. Para perantau yang pulang ke kampung halaman, biasanya akan menceritakan pengalaman merantau kepada anak-anak kampung. Daya tarik kehidupan para perantau inilah yang sangat berpengaruh di kalangan masyarakat Minangkabau sedari kecil. Siapa pun yang tidak pernah mencoba pergi merantau, maka ia akan selalu diperolok-olok oleh teman-temannya. [39] Hal inilah yang menyebabkan kaum pria Minang memilih untuk merantau. Kini wanita Minangkabau pun sudah lazim merantau. Tidak hanya karena alasan ikut suami, tapi juga karena ingin berdagang, meniti karier dan melanjutkan pendidikan. Menurut Rudolf Mrazek, sosiolog Belanda, dua tipologi budaya Minang, yakni dinamisme dan antiparokialisme melahirkan jiwa merdeka, kosmopolitan, egaliter, dan berpandangan luas, hal ini menyebabkan tertanamnya budaya merantau pada masyarakat Minangkabau. [55]Semangat untuk mengubah nasib dengan mengejar ilmu dan kekayaan, serta pepatah Minang yang mengatakan Karatau madang dahulu, babuah babungo alun, marantau bujang dahulu, di rumah paguno balun (lebih baik pergi merantau karena dikampung belum berguna) mengakibatkan pemuda Minang untuk pergi merantau sedari muda. Salah satu motif tenun songketMinangkabau khas nagari Pandai Sikek. [sunting]Faktor ekonomi Artikel utama untuk bagian ini adalah: Pedagang Minangkabau Penjelasan lain adalah pertumbuhan penduduk yang tidak diiringi dengan bertambahnya sumber daya alam yang dapat diolah. Jika dulu hasil pertanian dan perkebunan, sumber utama tempat mereka hidup dapat menghidupi keluarga, maka kini hasil sumber daya alam yang menjadi penghasilan utama mereka itu tak cukup lagi memberi hasil untuk memenuhi kebutuhan bersama, karena harus dibagi dengan beberapa keluarga. Selain itu adalah tumbuhnya kesempatan baru dengan dibukanya daerah perkebunan dan pertambangan. Faktor-faktor inilah yang kemudian mendorong orang Minang pergi merantau mengadu nasib di negeri orang. Untuk kedatangan pertamanya ke tanah rantau, biasanya para perantau menetap terlebih dahulu di rumah dunsanak yang dianggap sebagai induk semang. Para perantau baru ini biasanya berprofesi sebagai pedagang kecil. Selain itu, perekonomian masyarakat Minangkabau sejak dahulunya telah ditopang oleh kemampuan berdagang, terutama untuk mendistribusikan hasil bumi mereka. Kawasan pedalaman Minangkabau, secara geologis memiliki cadangan bahan baku terutama emas, tembaga, timah, seng, merkuri, danbesi,
  • 14. semua bahan tersebut telah mampu diolah oleh mereka. [56] Sehingga julukan suvarnadvipa(pulau emas) yang muncul pada cerita legenda di India sebelum Masehi, kemungkinan dirujuk untuk pulau Sumatera karena hal ini.[57] Pedagang dari Arab pada abad ke-9, telah melaporkan bahwa masyarakat di pulau Sumatera telah menggunakan sejumlah emas dalam perdagangannya. Kemudian dilanjutkan pada abad ke-13 diketahui ada raja di Sumatera yang menggunakan mahkota dari emas. Tomé Piressekitar abad ke-16 menyebutkan, bahwa emas yang diperdagangangkan di Malaka, Panchur (Barus), Tico (Tiku) dan Priaman (Pariaman), berasal dari kawasan pedalaman Minangkabau. Disebutkan juga kawasan Indragiri pada sehiliran Batang Kuantan di pesisir timur Sumatera, merupakan pusat pelabuhan dari raja Minangkabau.[58] Dalam prasasti yang ditinggalkan oleh Adityawarman disebut bahwa dia adalah penguasa bumi emas. Hal inilah menjadi salah satu penyebab, mendorong Belanda membangun pelabuhan di Padang[59] dan sampai pada abad ke-17 Belanda masih menyebut yang menguasai emas kepada raja Pagaruyung. [60] Kemudian meminta Thomas Diaz untuk menyelidiki hal tersebut, dari laporannya dia memasuki pedalaman Minangkabau dari pesisir timur Sumatera dan dia berhasil menjumpai salah seorang raja Minangkabau waktu itu (Rajo Buo), dan raja itu menyebutkan bahwa salah satu pekerjaan masyarakatnya adalah pendulang emas.[61] Sementara itu dari catatan para geologi Belanda, pada sehiliran Batanghari dijumpai 42 tempat bekas penambangan emas dengan kedalaman mencapai 60 m serta di Kerinci waktu itu, mereka masih menjumpai para pendulang emas.[62] Sampai abad ke-19, legenda akan kandungan emas pedalaman Minangkabau, masih mendorong Raffles untuk membuktikannya, sehingga dia tercatat sebagai orang Eropa pertama yang berhasil mencapai Pagaruyung melalui pesisir barat Sumatera.[63] [sunting]Faktor perang Artikel utama untuk bagian ini adalah: Perang Padri dan Pemerintahan Revolusioner Republik Indonesia Tuanku Imam Bonjol, salah seorang pemimpin Perang Padri, yang diilustrasikan olehde Stuers. Beberapa peperangan juga menimbulkan gelombang perpindahan masyarakat Minangkabau terutama dari daerah konflik, setelah perang Padri,[22] muncul pemberontakan di Batipuh menentang tanam paksa Belanda, disusul pemberontakan Siti Manggopoh menentang Belasting dan pemberontakan komunis tahun1926-1927.[64] Setelah kemerdekaan muncul PRRI yang juga menyebabkan timbulnya eksodus besar-besaran masyarakat Minangkabau ke daerah lain. [53] Dari beberapa perlawanan dan peperangan ini, memperlihatkan karakter masyarakat Minang yang tidak menyukai penindasan. Mereka akan melakukan perlawanan dengan kekuatan fisik, namun jika tidak mampu mereka lebih memilih pergi meninggalkan kampung halaman (merantau). Orang Sakai berdasarkan cerita turun temurun dari para tetuanya menyebutkan bahwa mereka berasal dari Pagaruyung. [65] Orang Kubu menyebut bahwa orang dari Pagaruyung adalah saudara mereka. Kemungkinan masyarakat terasing ini termasuk masyarakat Minang yang melakukan resistansi dengan meninggalkan kampung halaman mereka karena tidak mau menerima perubahan yang terjadi di negeri mereka. De Stuers sebelumnya juga melaporkan bahwa masyarakat Padangsche Bovenlanden sangat berbeda dengan masyarakat di Jawa, di Pagaruyung ia menyaksikan masyarakat setempat begitu percaya diri dan tidak minder dengan orang Eropa. Ia merasakan sendiri, penduduk lokal lalu lalang begitu saja dihadapannya tanpa ia mendapatkan perlakuan
  • 15. istimewa, malah ada penduduk lokal meminta rokoknya, serta meminta ia menyulutkan api untuk rokok tersebut.[41] [sunting]Merantau dalam sastra Fenomena merantau dalam masyarakat Minangkabau, ternyata sering menjadi sumber inspirasi bagi para pekerja seni, terutama sastrawan.Hamka, dalam novelnya Merantau ke Deli, bercerita tentang pengalaman hidup perantau Minang yang pergi ke Deli dan menikah dengan perempuan Jawa. Novelnya yang lain Tenggelamnya Kapal Van der Wijck juga bercerita tentang kisah anak perantau Minang yang pulang kampung. Di kampung, ia menghadapi kendala oleh masyarakat adat Minang yang merupakan induk bakonya sendiri. Selain novel karya Hamka, novel karya Marah Rusli, Siti Nurbaya dan Salah Asuhannya Abdul Muis juga menceritakan kisah perantau Minang. Dalam novel-novel tersebut, dikisahkan mengenai persinggungan pemuda perantau Minang dengan adat budaya Barat. Novel Negeri 5 Menara karyaAhmad Fuadi, mengisahkan perantau Minang yang belajar di pesantren Jawa dan akhirnya menjadi orang yang berhasil. Dalam bentuk yang berbeda, lewat karyanya yang berjudul Kemarau, A.A Navis mengajak masyarakat Minang untuk membangun kampung halamannya yang banyak di tinggal pergi merantau. Novel yang bercerita tentang perantau Minang tersebut, biasanya berisi kritik sosial dari penulis kepada adat budaya Minang yang kolot dan tertinggal. Selain dalam bentuk novel, kisah perantau Minang juga dikisahkan dalam film Merantau karya sutradara Inggris, Gareth Evans. [sunting]Orang Minangkabau dan kiprahnya Artikel utama untuk bagian ini adalah: Daftar tokoh Minangkabau Imam Bonjol, Mohammad Hatta, Sjahrirdan Fahmi Idris. Orang Minang terkenal sebagai kelompok yang terpelajar, oleh sebab itu pula mereka menyebar di seluruh Indonesia bahkan manca-negara dalam berbagai macam profesi dan keahlian, antara lain sebagai politisi, penulis, ulama, pengajar, jurnalis, dan pedagang. Berdasarkan jumlah populasi yang relatif kecil (2,7% dari penduduk Indonesia), Minangkabau merupakan salah satu suku tersukses dengan banyak pencapaian.[45] Majalah Tempo dalam edisi khusus tahun 2000 mencatat bahwa 6 dari 10 tokoh penting Indonesia di abad ke-20 merupakan orang Minang. [66] 3 dari 4 orang pendiri Republik Indonesia adalah putra-putra Minangkabau.[67][68] Keberhasilan dan kesuksesan orang Minang banyak diraih ketika berada di perantauan. Sejak dulu mereka telah pergi merantau ke berbagai daerah di Jawa, Sulawesi, semenanjung Malaysia, Thailand, Brunei, hingga Philipina. Di tahun 1390, Raja Bagindo mendirikan Kesultanan Sulu di Filipina selatan.[69] Pada abad ke-14 orang Minang melakukan migrasi ke Negeri Sembilan, Malaysia dan mengangkat raja untuk negeri baru tersebut dari kalangan mereka. Raja Melewar merupakan raja pertama Negeri Sembilan yang diangkat pada tahun 1773. Di akhir abad ke-16, ulama Minangkabau Dato Ri Bandang, Dato Ri Patimang, dan Dato Ri Tiro, menyebarkan Islam di Indonesia timur dan mengislamkan kerajaan Gowa. Setelah huru-hara pada Kesultanan Johor, pada tahun 1723 putraPagaruyung yang bergelar Sultan Abdul Jalil Rahmad Syah I yang sebelumnya juga merupakan Sultan Johor mendirikan Kerajaan Siak di daratan Riau.[70]
  • 16. Kedatangan reformis Muslim yang menuntut ilmu di Kairo dan Mekkah memengaruhi sistem pendidikan di Minangkabau. Sekolah Islam modern Sumatera Thawalib dan Diniyah Putri banyak melahirkan aktivis yang banyak berperan dalam proses kemerdekaan, antara lain A.R Sutan Mansur, Siradjuddin Abbas, dan Djamaluddin Tamin. Pada periode 1920 - 1960, banyak politisi Indonesia berpengaruh lahir dari ranah Minangkabau. Menjadi salah satu motor perjuangan kemerdekaan Asia, pada tahun 1923 Tan Malaka terpilih menjadi wakil Komunis Internasional untuk wilayah Asia Tenggara. Politisi Minang lainnya Muhammad Yamin, menjadi pelopor Sumpah Pemuda yang mempersatukan seluruh rakyat Hindia-Belanda. Di dalam Volksraad, politisi asal Minang-lah yang paling vokal. Mereka antara lain Jahja Datoek Kajo, Agus Salim, dan Abdul Muis. Tokoh Minang lainnyaMohammad Hatta, menjadi ko-proklamator kemerdekaan Indonesia. Setelah kemerdekaan, empat orang Minangkabau duduk sebagai perdana menteri (Sutan Syahrir, Mohammad Hatta, Abdul Halim, Muhammad Natsir), seorang sebagai presiden (Assaat), seorang sebagai wakil presiden (Mohammad Hatta), seorang menjadi pimpinan parlemen (Chaerul Saleh), dan puluhan yang menjadi menteri, di antara yang cukup terkenal ialah Azwar Anas, Fahmi Idris, dan Emil Salim. Emil bahkan menjadi orang Indonesia terlama yang duduk di kementerian RI. Minangkabau, salah satu dari dua etnis selain etnis Jawa, yang selalu memiliki wakil dalam setiap kabinet pemerintahan Indonesia. Selain di pemerintahan, di masa Demokrasi liberal parlemen Indonesia didominasi oleh politisi Minang. Mereka tergabung kedalam aneka macam partai dan ideologi, islamis, nasionalis, komunis, dan sosialis. Di samping menjabat gubernur provinsi Sumatera Tengah/Sumatera Barat, orang-orang Minangkabau juga duduk sebagai gubernur provinsi lain di Indonesia. Mereka adalah Datuk Djamin (Jawa Barat), Daan Jahja (Jakarta), Muhammad Djosan dan Muhammad Padang (Maluku), Anwar Datuk Madjo Basa Nan Kuniang dan Moenafri (Sulawesi Tengah), Adenan Kapau Gani (Sumatera Selatan), Eni Karim (Sumatera Utara), serta Djamin Datuk Bagindo (Jambi).[71] Beberapa partai politik Indonesia didirikan oleh politisi Minang. PARI dan Murba didirikan oleh Tan Malaka, Partai Sosialis Indonesia oleh Sutan Sjahrir, PNI Baru oleh Mohammad Hatta, Masyumi oleh Mohammad Natsir, Perti oleh Sulaiman ar-Rasuli, dan Permi oleh Rasuna Said. Selain mendirikan partai politik, politisi Minang juga banyak menghasilkan buku-buku yang menjadi bacaan wajib para aktifis pergerakan. Buku-buku bacaan utama itu antara lain, Naar de Republiek Indonesia, Madilog, dan Massa Actie karya Tan Malaka, Alam Pikiran Yunani dan Demokrasi Kita karya Hatta, Fiqhud Dakwah dan Capita Selecta karya Natsir, serta Perjuangan Kita karya Sutan Sjahrir. Penulis Minang banyak memengaruhi perkembangan bahasa dan sastra Indonesia. Mereka mengembangkan bahasa melalui berbagai macam karya tulis dan keahlian. Marah Rusli, Abdul Muis, Idrus, Hamka, dan A.A Navis berkarya melalui penulisan novel. Nur Sutan Iskandar novelis Minang lainnya, tercatat sebagai penulis novel Indonesia yang paling produktif. Chairil Anwar dan Taufik Ismail berkarya lewat penulisan puisi. Serta Sutan Takdir Alisjahbana, novelis sekaligus ahli tata bahasa, melakukan modernisasi bahasa Indonesia sehingga bisa menjadi bahasa persatuan nasional. Novelnovel karya sastrawan Minang seperti Siti Nurbaya, Salah Asuhan, Tenggelamnya Kapal Van Der Wijck, Layar Terkembang, dan Robohnya Surau Kami telah menjadi bahan bacaan wajib bagi siswa sekolah di Indonesia dan Malaysia. Selain melalui karya sastra, pengembangan bahasa Indonesia banyak pula dilakukan oleh jurnalis Minang. Mereka antara lain Djamaluddin Adinegoro, Rosihan Anwar, dan Ani Idrus. Di samping Abdul
  • 17. Rivai yang dijuluki sebagai Perintis Pers Indonesia, Rohana Kudus yang menerbitakan Sunting Melayu, menjadi wartawan sekaligus pemilik koran wanita pertama di Indonesia. Tuanku Abdul Rahman, salah seorang tokoh Minang yang berpengaruh di kawasan rantau. Di Indonesia dan Malaysia, disamping orang Tionghoa, orang Minang juga terkenal sebagai pengusaha ulung. Banyak pengusaha Minang sukses berbisnis di bidang perdagangan tekstil, rumah makan, perhotelan, pendidikan, dan rumah sakit. Di antara figur pengusaha sukses adalah, Abdul Latief (pemilik TV One),Basrizal Koto (pemilik peternakan sapi terbesar di Asia Tenggara), Hasyim Ning (pengusaha perakitan mobil pertama di Indonesia), dan Tunku Tan Sri Abdullah (pemilik Melewar Corporation Malaysia). Banyak pula orang Minang yang sukses di dunia hiburan, baik sebagai sutradara, produser, penyanyi, maupun artis. Sebagai sutradara dan produser ada Usmar Ismail, Asrul Sani, Djamaludin Malik, dan Arizal. Arizal bahkan menjadi sutradara dan produser film yang paling banyak menghasilkan karya. Sekurang-kurangnya 52 film dan 8 sinetron dalam 1.196 episode telah dihasilkannya. Film-film karya sineas Minang, seperti Lewat Djam Malam, Gita Cinta dari SMA, Naga Bonar, Pintar Pintar Bodoh, dan Maju Kena Mundur Kena, menjadi film terbaik yang banyak digemari penonton. Pemeran dan penyanyi Minang yang terkenal beberapa di antaranya adalah Ade Irawan, Dorce Gamalama,Eva Arnaz, Nirina Zubir, dan Titi Sjuman. Pekerja seni lainnya, ratu kuis Ani Sumadi, menjadi pelopor dunia perkuisan di Indonesia. Karya-karya beliau seperti kuis Berpacu Dalam Melodi, Gita Remaja, Siapa Dia, danTak Tik Boom menjadi salah satu acara favorit keluarga Indonesia. Di samping mereka, Soekarno M. Noerbeserta putranya Rano Karno, mungkin menjadi pekerja hiburan paling sukses di Indonesia, baik sebagai aktor maupun sutradara film. Pada tahun 1993, Karno's Film perusahaan film milik keluarga Soekarno, memproduksi film seri dengan peringkat tertinggi sepanjang sejarah perfilman Indonesia, Si Doel Anak Sekolahan. Di luar negeri, orang Minangkabau juga dikenal kontribusinya. Di Malaysia dan Singapura, antara lain Tuanku Abdul Rahman (Yang Dipertuan Agung pertama Malaysia), Yusof bin Ishak (presiden pertama Singapura), Zubir Said (komposer lagu kebangsaan Singapura Majulah Singapura), Sheikh Muszaphar Shukor (astronot pertama Malaysia), Tahir Jalaluddin Al-Azhari, dan Adnan bin Saidi. Di negeri Belanda,Roestam Effendi yang mewakili Partai Komunis Belanda, menjadi satu-satunya orang Indonesia yang pernah duduk sebagai anggota parlemen. [72] Di Arab Saudi, hanya Ahmad Khatib AlMinangkabawi, orang non-Arab yang pernah menjadi imam besar Masjidil Haram,Mekkah. [sunting]Lihat pula  Gempa bumi Sumatera Barat 2009  Yang Di-Pertuan Besar Negeri Sembilan [sunting]Catatan 1. kaki ^ Sumber statistik rasmi Malaysia, Departemen Statistik Malaysia, diakses pada 22 Juli 2011
  • 18. 2. ^ Josselin de Jong, P.E. de, (1960), Minangkabau and Negeri Sembilan: Socio-Political Structure in Indonesia, Jakarta: Bhartara 3. ^ Kingsbury, D., Aveling, H., (2003), Autonomy and disintegration in Indonesia, Routledge, ISBN 0415-29737-0 4. ^ a b c Navis, A.A., (1984), Alam Terkembang Jadi Guru: Adat dan Kebudayaan Minangkabau, Jakarta: PT. Grafiti Pers. 5. ^ a b c d Batuah, A. Dt. & Madjoindo, A. Dt., (1959), Tambo Minangkabau dan Adatnya, Jakarta: Balai Pustaka. 6. ^ Reid, Anthony (2001). "Understanding Melayu (Malay) as a Source of Diverse Modern Identities". Journal of Southeast Asian Studies 32 (3): 295–313. doi:10.1017/S0022463401000157. 7. ^ Evers, Hans-Dieter, Korff, Rüdiger, (2000), Southeast Asian Urbanism, LIT Verlag Münster, Ed.2nd , hlm.188, ISBN 3-8258-4021-2 8. ^ Ong, Aihwa, Peletz, Michael G., (1995), Bewitching women, pious men: gender and body politics in Southeast Asia, University of California Press, hlm. 51, ISBN 0-520-08861-1 9. ^ Jones, Gavin W., Chee, Heng Leng, and Mohamad, Maznah, (2009), Muslim-Non-Muslim Marriage: Political and Cultural Contestations in Southeast Asia, Chaptep 6: Not Muslim, Not Minangkabau, Interreligious Marriage and its Culture Impact in Minangkabau Society by Mina Elvira, Institute of Southeast Asian Studies, ISBN 978-981-230-874-0 10. ^ Graves, Elizabeth E. (25 November 1981). The Minangkabau Response to Dutch Colonial Rule Nineteenth Century. Itacha, NY: Cornell Modern Indonesia Project #60. hlm. 1. 11. ^ Ramli, Andriati, (2008), Masakan Padang: Populer & Lezat, Niaga Swadaya, ISBN 978-9791477-09-3. 12. ^ Djamaris, Edwar, (1991), Tambo Minangkabau, Jakarta: Balai Pustaka. 13. ^ Hill, A. H., (1960), Hikayat Raja-Raja Pasai, Royal Asiatic Society of Great Britain and Ireland, London. Library, MBRAS. 14. ^ Brandes, J.L.A., (1902), Nāgarakrětāgama; Lofdicht van Prapanjtja op koning Radjasanagara, Hajam Wuruk, van Madjapahit, naar het eenige daarvan bekende handschrift, aangetroffen in de puri te Tjakranagara op Lombok.
  • 19. 15. ^ Cœdès, George, (1930), Les inscriptions malaises de Çrivijaya,BEFEO 16. ^ Purbatjaraka, R.M. Ngabehi, (1952), Riwajat Indonesia, I, Djakarta: Jajasan Pembangunan. 17. ^ Casparis, J.G. de, (1956), Prasasti Indonesia II, Dinas Purbakala Republik Indonesia, Bandung: Masa Baru. 18. ^ Graves (1981), p. 4. 19. ^ Andaya, L.Y., (2008), Leaves of the same tree: trade and ethnicity in the Straits of Melaka, University of Hawaii Press, ISBN 0824831896 20. ^ Abdullah, Taufik, (1966), Adat and Islam: An Examination of Conflict in Minangkabau, Indonesia, (2) 2: 1–24. doi:10.2307/3350753. 21. ^ Azra, Azyumardi, (2004), The origins of Islamic reformism in Southeast Asia: networks of MalayIndonesian and Middle Eastern 'Ulamā' in the seventeenth and eighteenth centuries, University of Hawaii Press, ISBN 0-8248-2848-8. 22. ^ a b Nain, Sjafnir Aboe, (2004), Memorie Tuanku Imam Bonjol (MTIB), transl., Padang: PPIM. 23. ^ Westenenk, L. C. (1918). De Minangkabausche Nagari. Weltevreden: Visser. hlm. 59. 24. ^ Koning, Juliette, (2000), Women and households in Indonesia: cultural notions and social practices, Routledge, ISBN 0700711562. 25. ^ Simanjuntak, Mengantar, (1982), Aspek bahasa dan pengajaran, Sarjana Enterprise. 26. ^ Garry, J., Carl R., Rubino, G., (2001), Facts about the world's languages: an encyclopedia of the world's major languages, past and present, H.W. Wilson, ISBN 0-8242-0970-2. 27. ^ Medan, Tamsin, (1985), Bahasa Minangkabau dialek Kubuang Tigo Baleh, Pusat Pembinaan dan Pengembangan Bahasa, Departemen Pendidikan dan Kebudayaan. 28. ^ Nadra, (2006), Rekonstruksi bahasa Minangkabau, Andalas University Press, ISBN 979-336455-6. 29. ^ Phillips, Nigel, (1981), Sijobang: sung narrative poetry of West Sumatra, Cambridge University Press, ISBN 978-0-521-23737-6. 30. ^ Pauka K., (1998), Theater and martial arts in West Sumatra: Randai and silek of the Minangkabau, Ohio University Press, ISBN 978-0-89680-205-6.
  • 20. 31. ^ Suryadi (2010), Masa Depan Seni Bersilat Lidah Minangkabau, Padang Ekspres. 32. ^ Graves, Elizabeth E., (2007), Asal-usul elite Minangkabau modern: respons terhadap kolonial Belanda abad XIX/XX, Jakarta:Yayasan Obor Indonesia, ISBN 978-979-461-661-1. 33. ^ Azinar Sayuti, Rifai Abu, (1985), Sistem ekonomi tradisional sebagai perwujudan tanggapan aktif manusia terhadap lingkungan daerah Sumatera Barat, hlm. 202, Departemen Pendidikan dan Kebudayaan, Proyek Inventarisasi dan Dokumentasi Kebudayaan Daerah. 34. ^ Navis, A.A., Cerita Rakyat dari Sumatera Barat 3, Grasindo, ISBN 979-759-551-X. 35. ^ Idris, Soewardi (2004). Sekitar Adat Minangkabau. Jakarta: Kulik-Kulik Alang, Himpunan EksSiswa SMP Negeri Solok Masa Revolusi, 1946-1949,. 36. ^ World’s 50 Most Delicious Foods by CNN GO. 37. ^ de Jong, P.E de Josselin (25 November 1960). Minangkabau and Negeri Sembilan: SocioPolitical structure in Indonesia. Djakarta: Bhartara. hlm. 10. 38. ^ Graves (1981), p. 11. 39. ^ a b Stibbe (25 November 1869). Het Soekoebestuur in de Padangsche Bovenlanden. hlm. 33. 40. ^ Graves (1981), p. 25. 41. ^ a b Laporan kepada Gubernur Jendral, 30 Agustus 1825,Exhibitum, 24 Agustus 1826, No. 41. 42. ^ Bonner, Robert Johnson (1933). Aspects of Athenian democracy Vol 11. University of California Press. hlm. 25-86. 43. ^ Graves (1981), p. 40. 44. ^ Naim, Mochtar. Merantau, Minangkabau Voluntary Migration, University of Singapore. 45. ^ a b Kato, Tsuyoshi (2005). Adat Minangkabau dan merantau dalam perspektif sejarah. PT Balai Pustaka. ISBN 979-690-360-1. 46. ^ [http://bappeda.pekanbaru.go.id/artikel/1/peran-budaya-melayu-dan-kewirausahaan/page/2/ Pera n Budaya Melayu dan Kewirausahaan. Bappeda Kota Pekanbaru 47. ^ Barbara Watson Andaya, Recreating a Vision. Daratan and Kepulauan in Historical Context, 1997, p.503
  • 21. 48. ^ Naim, Mochtar. Merantau, Minangkabau Voluntary Migration, University of Singapore. 49. ^ Munoz, Paul Michel (25 November 2006). Early Kingdoms of the Indonesian Archipelago and the Malay Peninsula. 50. ^ Dobbin, Christine. Gejolak Ekonomi, Kebangkitan Islam, dan Gerakan Paderi, Minangkabau 1784 – 1847. 51. ^ Melayu-Bugis-Melayu dalam Arus Balik Sejarah, www.rajaalihaji.com, 24 Desember 2008, diakses pada 22 Juli 2011 52. ^ Castles, Lance (1967). Religion, politics, and economic behaviour in Java: the Kudus cigarette industry. Yale University. ^ a b Syamdani, (2009), PRRI, pemberontakan atau bukan, Media Pressindo, ISBN 978-979-788- 53. 032-3. 54. ^ Poeze, Harry A. In het Land van de Overheerser: Indonesiër in Nederland 1600-1950. 55. ^ Prof. Dr. H. Ahmad Syafii Ma'arif, Satu Nomor Contoh Produk Tradisi Merantau, Antara Sumbar, 5 November 2008, diakses pada 22 Juli 2011 56. ^ Bemmelen Van R.W., (1970), The Geology of Indonesia, The Haque. 57. ^ Wheatley P., (1961), The Golden Khersonese, Kuala lumpur, pp.177-184 58. ^ Cortesao A., (1944), The Suma Oriental of Tome Pires, London:Hakluyt Society. 59. ^ Marsden W., (1811), The History of Sumatra, London 60. ^ NA, VOC 1277, Mission to Pagaruyung, fols. 1027r-v 61. ^ Haan, F. de, (1896), Naar midden Sumatra in 1684, Batavia-'s Hage, Albrecht & Co.-M. Nijhoff. 40p. 8vo wrs. Tijdschrift voor Indische Taal-, Land- en Volkenkunde, Deel 39 62. ^ Tobler A., (1911), Djambi-Verslag, Jaarboek van het Minjwezen in Nedelandsch Oost-Indie: Verhandelingen, XLVII/3. 63. ^ Raffles, Sophia, (1830), Memoir of the life and public services of Sir Thomas Stamford Raffles, London: J. Murray. 64. ^ Kahin, Audrey R.,(2005), Dari pemberontakan ke integrasi: Sumatra Barat dan politik Indonesia, 1926-1998, Yayasan Obor Indonesia, ISBN 978-979-461-519-5.
  • 22. 65. ^ Suparlan, Parsudi (1995). hlm. 73. 66. ^ Majalah Tempo Edisi Khusus Tahun 2000, Desember 1999. 67. ^ Tim Wartawan Tempo, "4 Serangkai Pendiri Republik", Kepustakaan Populer Gramedia, Jakarta (2010) 68. ^ Empat Pendiri Republik Indonesia adalah Soekarno, Hatta, Sutan Sjahrir, dan Tan Malaka 69. ^ Naim, Mochtar. Merantau. 70. ^ Sejarah Kerajaan Siak Sejarah Kerajaan Siak, diakses pada 22 Juli 2011 71. ^ Budaya Merantau Orang Minang (1) Kalaulah di Bulan Ada Kehidupan, Pos Metro Padang, 10 Oktober 2008, diakses pada 24 Juli 2011[pranala nonaktif] 72. ^ Mengenang Sastrawan Rustam Effendi, Tempo Interaktif, 2 Juni 1979, diakses pada 22 Juli 2011 [sunting]Literatur  (Jerman) Astrid Kaiser: Mädchen und Jungen in einer matrilinearen Kultur. Interaktionen und Wertvorstellungen bei Grundschulkindern im Hochland der Minangkabau auf Sumatra. Kovac, Hamburg 1996 ISBN 3-86064-419-X  (Jerman) Ute Marie Metje: Die starken Frauen. Gespräche über Geschlechterbeziehungen bei den Minangkabau in Indonesien. Campus, Frankfurt am Main und New York 1995, ISBN 3-59335409-8  (Jerman) Dieter Weigel: Reisemosaik bei den Minangkabau. Sumatra. Heiteres, Ernstes, Alltägliches, Unglaubliches. Jahn und Ernst, Hamburg 1998, ISBN 3-89407-208-3 (Erlebnisbericht)  A.A. Navis, Curaian Adat Minangkabau [sunting]Pranala  luar RantauNet Mailing List Komunitas Minangkabau (Urang Awak) yang pertama dan terbesar di Internet (sejak 1993).  Cimbuak.net Komunitas virtual masyarakat Minangkabau di dunia maya.  Kaskus Regional Minang Online Komunitas masyarakat Minangkabau di dunia maya.  (Indonesia) MinangForum.Com Forum komunitas masyarakat Minangkabau. Wikimedia Commons memiliki
  • 23. kategori mengenai Orang Minang  (Indonesia) Pelaminan Minang Mengupas sedikit mengenai adat istiadat dan sejarah masyarakat Minangkabau dan merupakan salah satu pelestari perkawinan adat minangkabau asli.