Hadits menyatakan bahwa seseorang tidak benar-benar beriman kecuali jika hawa nafsunya mengikuti ajaran Nabi. Iman sempurna hanya dapat dicapai dengan menundukkan hawa nafsu dan memberikan prioritas kepada kehendak Nabi daripada kehendak diri sendiri. Penafian iman dalam hadits ini diartikan sebagai penafian kesempurnaan iman, bukan penafian iman secara keseluruhan.