The role of mangrove blue carbon research to support national climate mitigat...
Menganalisis Kekuatan Aktor dalam Kontestasi Penggunaan Lahan untuk Perkebunan Sawit dan HTI menggunakan UCINET dan NetDraw
1. Menganalisis Kekuatan Aktor dalam Kontestasi Penggunaan Lahan
untuk Perkebunan Sawit dan HTI menggunakan
UCINET dan NetDraw
Bogor, 7 November 2020
Lila Juniyanti1, Herry Purnomo1,2, Hariadi Kartodihardjo1, Lilik Budi Prasetyo1
1IPB University, 2CIFOR
3. Latar Belakang
o Ekspansi perkebunan kelapa sawit dan areal
Hutan Tanaman Industri (HTI) memainkan peran
penting dalam tata guna lahan di Indonesia
o Indonesia menjadi produsen kelapa sawit terbesar
di dunia (FAOSTAT 2020), dengan luas areal
perkebunan sawit di Indonesia hingga saat ini
mencapai hampir 15 juta hektar (Dirjen
Perkebunan 2020)
o Indonesia peringkat enam eksportir pulp and
paper terbesar di dunia (FAOSTAT 2020), dengan
luas areal izin HTI mencapai 5,7 juta hektar (KLHK
2020)
o Sektor pertanian, kehutanan, dan perikanan
mengalami pertumbuhan positif dan menjadi
salah satu sumber PDB tertinggi yaitu 0.29%,
ditengah pertumbuhan kontraksi PDB sebesar
5,32%.
Sumber : FAOSTAT (2020)
Sumber: Badan Pusat Statistik (2020)
3
4. Sumber: Konsorsium Pembaruan Agraria (2020)
87
46
83
3
20
6
24
10
0
10
20
30
40
50
60
70
80
90
100
Jumlah Konflik Agraria Tiap Sektor pada Tahun 2019
o Pengembangan kelapa sawit dan HTI
menghasilkan emisi karbondioksida tertinggi
bagi Indonesia (Republic of Indonesia 2018)
o Munculnya konflik sosial. Meskipun jumlah
konflik pada sektor perkebunan dan
kehutanan terlihat sedikit, tetapi existing
konfliknya banyak. Umumnya telah terjadi
selama puluhan tahun (KPA 2020)
o Terdapat 26% konsesi HTI dan 21%
perkebunan kelapa sawit terletak di kawasan
lindung gambut (Abood et al. 2015)
o Penurunan nilai dan jasa ekosistem (Kindu et.
Al. 2016) serta penurunan kuantitas dan
kualitas air (Hossain 2017)
4
7. Tujuan Penelitian
Mengembangkan penggunaan ACP dengan
menggunakan analisis jaringan
Mengidentifikasi aktor yang paling kuat dalam
kontestasi penggunaan lahan
Mengungkapkan potensi aktor-aktor berdasarkan
posisinya dalam struktur jaringan kontestasi
penggunaan lahan
Tujuan umum :
Menyajikan pemahaman yang komprehensif mengenai kekuatan aktor dalam kontestasi penggunaan
lahan untuk perkebunan kelapa sawit dan hutan tanaman industri
7
8. Lokasi Penelitian
Pulau Bengkalis
Salah satu kawasan Hidrologis Gambut di
Indonesia
Pada tahun 2019 luas tutupan hutan kurang dari
10% dari total luas Pulau Bengkalis (Juniyanti et. al.
2020).
Terdapat 79% perkebunan kelapa sawit dan 81%
HTI berada di areal lindung gambut (Barus et. al.
2016)
Hampir setiap tahun, sekitar 56% dari total lahan
gambut di Pulau Bengkalis terbakar (Adiputra dan
Barus 2018)
8
9. Metode Penelitian
Pengumpulan Data Parameter yang diukur Metode Analisis Teori
Penggunaan power aktor yang
terlibat dalam kontestasi
penggunaan lahan
Elemen power aktor yang terdiri
dari coercion, dis-/insentive,
dominant information
Analisis ACP
Action at a distance
(Ball 1975)
Informasi relasi antar aktor yang
terlibat dalam kontestasi
penggunaan lahan
Relasi antara satu aktor dengan
aktor yang lainnya dalam konteks
aliran informasi
Analisis Jaringan Sosial
(SNA)
Centrality in Social
Network (Freeman 1978)
The Strength of weak
ties (Burt 2004)
9
14. No Aktor Deskripsi Peran
1 Aktivis petani
Pemuda dan tokoh
publik
Mengelola lahan; melakukan advokasi dengan
berbagai pihak untuk menyelesaikan sengketa
lahan; pimpinan Aliansi.
2 Petani
Pengelola lahan;
pemilik lahan; anggota
kelompok tani
Mengamankan atau melindungi lahan yang
diklaim dari penuntut yang lain; pengelola lahan
di area konflik; anggota Aliansi
3 Pemilik lahan
Aktor yang memiliki
bukti legal kepemilikan
lahan
Memiliki lahan di area konflik dan memiliki
dokumen lahan yang legal (SKT, SKGR)
4
Pejabat desa
A
Oknum Kepala Desa;
Badan Pengawas Desa
Memfasilitasi proses administrasi yang berkaitan
dengan dokumentasi pertanahan; bertindak
sebagai sumber informasi bagi pembeli lahan;
melakukan klaim lahan secara sepihak dan
menjualnya
5
Pejabat desa
B
Kepala desa; Sekretaris
desa; Kepala Urusan;
Ketua RT/RW
Memfasilitasi proses administrasi yang berkaitan
dengan dokumentasi pertanahan
6
Pemerintah
Kecamatan
Kepala Camat
Memfasilitasi proses administrasi yang berkaitan
dengan dokumentasi pertanahan
[1] Surat Keterangan Tanah merupakan surat yang diterbitkan oleh pejabat desa yang berisi tentang
informasi detail terkait lahan
[2] Surat Keterangan Ganti Rugi (SKGR) adalah surat yang diterbitkan oleh pejabat desa yang
menjelaskan kompensasi dalam jual beli lahan.
No Aktor Deskripsi Peran
7
Pemerintah
Kabupaten
Memfasilitasi pertemuan berbagai pihak dalam
menyelesaikan konflik antara masyarakat dan PT
RRL.
8
Balai
Pengelolaan
Hutan
Produksi
(BPHP)
Memfasilitasi pertemuan berbagai pihak dalam
menyelesaikan konflik antara masyarakat dan PT
RRL.
9
Lembaga
Advokasi
LSM
Mendampingi masyarakat untuk meningkatkan
kesadaran pada masalah sosial dan lingkungan;
mendorong pemangku kepentingan yang relevan
untuk mencari solusi konflik lahan; memperkuat
kapasitas petani dalam proses advokasi
10
Lembaga
Hukum
Melakukan investigasi terkait pengembangan
kelapa sawit di konsesi PT RRL
11 Perusahaan HTI
Hutan Tanaman Industri yang memperoleh ijin
pada tahun 1998
12 Pekerja
Masyarakat yang
bekerja dibawah
pembeli lahan
Menyiapkan lahan; melakukan penanaman
kelapa sawit; operator alat berat
13
Pembeli
lahan
Pembeli lokal
Membeli lahan untuk mengembangkan
perkebunn kelapa sawit dengan luas area >25 ha.
Aktor-aktor yang berkaitan dengan pengelolaan lahan di Pulau Bengkalis
14
15. -10
-5
0
5
10
15
FREQUENCY
TEH
ACTOR
MENTIONED
AS
POWERFUL
a.) Actors power status in 2015-2017
Potentate (actors who have power) Subordinate (affected by the power of other actors)
-8
-6
-4
-2
0
2
4
6
8
10
Activist
farmers
Farmers Landowners Village
officials A
Village
officials B
Land worker Land buyers Advocacy
organizations
Legal
institution
FREQUENCY
TEH
ACTOR
MENTIONED
AS
POWERFUL
b.) Actors power status in 2017-2019
Potentate (actors who have power) Subordinate (affected by the power of other actors)
o Aliansi yang terbentuk melakukan berbagai
proses advokasi untuk menolak keberadaan
PT RRL serta sudah terjadi transaksi jual beli
dan pengembangan perkebunan sawit di
areal yang tumpeng tindih tersebut
o Jumlah aktor : 60 aktor
o Petani dan pemilik lahan aktor paling lemah
o Pejabat petani A aktor paling kuat
o PT RRL mengembalikan konsesinya kepada
negara dan petani menyadari bahwa terjadi
pengembangan kelapa sawit di area kelola
mereka
o Jumlah aktor : 55 aktor
o Aktor terkuat dan aktor yang terlemah sama
seperti periode sebelumnya
15
17. Tahun
2015-2017
Tahun
2017-2019
Sosiogram untuk Degree Centrality
o Perubahan situasi menyebabkan perubahan struktur jaringan
o Pejabat Desa A2 menjadi aktor yang paling banyak memiliki relasi dalam dua periode ini, aktor ini dikenal
oleh berbagai aktor. Banyak aktor-aktor dalam jaringan yang memperoleh informasi mengenai kondisi
pengelolaan lahan di Pulau Bengkalis dari aktor ini.
A B
17
18. No Actor (2015-2017) Betweenness Normalized Betweenness
38 Village official A2 902.955 52.774
1 Activist Farmer 1 507.012 29.632
37 Village official A1 306.181 17.895
35 Village official B2 110.689 6.469
3 Activist Farmer 3 45.733 2.673
53 Advocacy organizations 2 44.185 2.582
60 Land buyer 2 38.628 2.258
59 Land buyer 1 38.628 2.258
34 Village official B1 33.715 1.97
55 PT RRL 1 21.639 1.265
42 Village official B7 17.456 1.02
41 Village official B6 17.456 1.02
2 Activist Farmer 2 15.679 0.916
40 Village official B5 14.956 0.874
45 Village official B10 13.9 0.812
44 Village official B9 13.9 0.812
43 Village official B8 13.9 0.812
49 District gov. 1 10.233 0.598
50 District gov. 2 9.198 0.538
39 Village official B4 7.417 0.433
52 Advocacy organizations 1 7.126 0.416
No Actor (2017-2019) Betweenness Normalized Betweenness
39 Village official A2 1016.003 55.519
56 Legal institution 570 31.148
1 Activist Farmer 1 472 25.792
54 Advocacy organizations 2 52 2.842
38 Village official A1 51.701 2.825
62 Land buyer 2 40.51 2.214
61 Land buyer 1 40.51 2.214
36 Village official B2 16.313 0.891
46 Village official B10 13.9 0.76
45 Village official B9 13.9 0.76
44 Village official B8 13.9 0.76
42 Village official B6 8.554 0.467
43 Village official B7 8.554 0.467
35 Village official B1 7.806 0.427
47 Village official A3 7.272 0.397
41 Village official B5 6.054 0.331
40 Village official B4 5.524 0.302
59 Worker 1 1.606 0.088
30 Landowner 2 1.442 0.079
31 Landowner 3 0.767 0.042
33 Landowner 5 0.6 0.033
Hasil Perhitungan UCINET untuk Betweennes Centrality
18
19. Sosiogram untuk Betweennes Centrality
Tahun
2015-2017
Tahun
2017-2019
A B
o Pejabat Desa A1 merupakan aktor yang paling banyak berperan sebagai perantara
o Relasi yang terbentuk diantara dua aktor yang berperan sebagai perantara adalah ikatan lemah. Misalnya,
antara Petani Aktivis 1 dengan Pejabat Desa A1 di periode 2015-2017 dan relasi diantara Petani Aktivis 1
dengan Lembaga Hukum di periode 2017-2019
19
21. Sosiogram untuk Eigenvector Centrality
Tahun
2015-2017
Tahun
2017-2019
A B
o Berbeda dengan analisis sebelumnya, analisis ini menunjukkan bahwa Aktivis Petani 1 merupakan aktor
yang paling kuat pada periode 2015-2017 sedangkan Pejabat Desa A1 merupakan aktor yang paling kuat
pada periode 2017-2019
o Aktivis Petani 1 merupakan penggerak utama aliansi dalam menolak PT RRL dan Pejabat Desa A1
merupakan aktor utama yang melakukan transaksi lahan dan terlibat dalam pengembangan kelapa sawit
21
24. The strength of weak ties mendorong collective action
“Kekuatan relasi adalah kombinasi dari jumlah waktu,
intensitas emosional, keintiman, dan layanan personal”
(Granovetter 1983)
24
26. Kelebihan mengkombinasikan pendekatan untuk analisis kekuatan
aktor
ACP SNA
Menjelaskan penggunaan kekuatan oleh aktor,
serta mampu mengidentifikasi aktor mana yang
paling kuat dan aktor mana yang lemah.
Menjelaskan proses pembentukan kekuatan
aktor dan bagaimana aktor terkuat ditentukan
berdasarkan posisinya dalam struktur jaringan
Menjelaskan bahwa aktor yang memiliki
kekuasaan sebagai "potentate" dan aktor yang
terpengaruh sebagai "subordinate", sehingga
relasi yang digambarkan adalah diadik.
Menjelaskan sumber kekuatan aktor yang saling
terkait
Pendekatan ACP membandingkan aktor satu
dengan yang lainnya berdasarkan elemen
kekuatan yang digunakannya.
Pendekatan SNA dapat membandingkan peran
satu aktor dengan aktor lainnya berdasarkan
posisinya dalam struktur jaringan.
26
27. Konsep action at a distance dalam teori power
ACP menjelaskan
kekuatan antar aktor
secara diadik
SNA menjelaskan
kekuatan melampaui
relasi diadik
Action at a distance (Ball, 1975)
Aktor dapat menggunakan
kekuatannya/terdampak oleh kekuatan
aktor lain tanpa adanya relasi langsung
dapat menjelaskan tidak dapat menjelaskan
Aktor (ego) dapat seorang aktor
melalui alternya atau dengan kata
lain alter tersebut menjadi perantara
untuk melemahkan seorang aktor.
27
28. Kesimpulan
Penggunaan ACP dan SNA dalam analisis kekuatan aktor memberikan
beberapa wawasan, yaitu :
❑ Pihak yang berwenang atas tata guna
lahan tidak memiliki pengaruh terhadap
tata kelola lahan di tingkat tapak karena
jaringan di skala local mampu menciptakan
tata kelola lahan informal
❑ Jejaring sosial menunjukkan adanya
sumber-sumber kekuatan yang saling
terkait di antara para aktor, sehingga
dapat menunjukkan bahwa aktor (ego)
dapat melemahkan aktor lain tanpa
berinteraksi secara langsung
❑ Collective action di tingkat tapak terjadi
karena relasi antar aktor penghubung,
sehingga mampu membentuk jaringan
yang lebih luas dengan pengetahuan dan
sumber daya yang lebih besar
❑ Studi ini menunjukkan bahwa sumber
kekuatan seorang aktor bukan hanya
coercion, (dis-) incentives, dan informasi
dominan tetapi juga posisi sentral aktor
dalam jaringan
28
29. Rekomendasi
o Penguatan kelembagaan di tingkat daerah hingga
nasional untuk memahami analisis jaringan sosial
dalam proses kebijakan
o Intervensi kebijakan harus fokus pada aktor sentral.
Misalnya, Pejabat Desa adalah aktor terpenting yang
mendukung pengembangan kelapa sawit ilegal. Oleh
karena itu, aktor ini harus ditekan oleh mereka yang
mengembangkan dan melaksanakan hukum
o Pemerintah dapat mendukung kebutuhan aktor di
tingkat tapak melalui forum kolaboratif yang fokus pada
aktivis petani karena aktor tersebut dapat menjadi
opinion leader yang efektif untuk memengaruhi aktor
lain, sehingga tercipta collective action
o Pemerintah dapat berperan aktif dalam forum
kolaboratif ini tetapi tidak mengambil peran yang
utama 29