Pendidikan karakter merupakan upaya membentuk siswa memiliki nilai-nilai moral melalui pengajaran dan contoh perilaku baik. Pelaksanaannya meliputi integrasi nilai pada mata pelajaran dan kegiatan sekolah serta pengukuran berdasarkan observasi tingkah laku siswa. Prinsipnya meliputi proses berkelanjutan dan aktif yang melibatkan seluruh unsur sekolah.
Pendidikan karakter pada peserta didik harus ditanamkan sejak dini karena sangat penting,agar peserta didik memiliki sikap yang sesuai dengan aturan yang telah ditetapkan oleh negara maupun agama.Membiasakan diri dari berpirilaku yang baik dan sesuai dengan aturan lebih baik dariapada tidak sama sekali ada usaha sadar untuk mengubah perilaku buruk ke yang lebih baik.
Pendidikan karakter pada peserta didik harus ditanamkan sejak dini karena sangat penting,agar peserta didik memiliki sikap yang sesuai dengan aturan yang telah ditetapkan oleh negara maupun agama.Membiasakan diri dari berpirilaku yang baik dan sesuai dengan aturan lebih baik dariapada tidak sama sekali ada usaha sadar untuk mengubah perilaku buruk ke yang lebih baik.
Makalah Pendidikan Karakter Untuk Memajukan Negara IndonesiaDedy Wiranto
Pendidikan merupakan suatu sistem yang teratur dan mengemban misi yang cukup luas yaitu segala sesuatu yang bertalian dengan perkembangan fisik, kesehatan, keterampilan, pikiran, perasaan, kemauan, sosial sampai kepada masalah kepercayaan atau keimanan. Hal ini menunjukkan bahwa sekolah sebagai suatu lembaga pendidikan formal mempunyai suatu muatan beban yang cukup berat dalam melaksanakan misi pendidikan tersebut. Lebih-lebih kalau dikaitkan dengan pesatnya perubahan zaman dewasa ini yang sangat berpengaruh terhadap anak-anak didik dalam berfikir, bersikap dan berperilaku, khususnya terhadap mereka yang masih dalam tahap perkembangan dalam transisi yang mencari identitas diri.
Makalah Pendidikan Karakter Untuk Memajukan Negara IndonesiaDedy Wiranto
Pendidikan merupakan suatu sistem yang teratur dan mengemban misi yang cukup luas yaitu segala sesuatu yang bertalian dengan perkembangan fisik, kesehatan, keterampilan, pikiran, perasaan, kemauan, sosial sampai kepada masalah kepercayaan atau keimanan. Hal ini menunjukkan bahwa sekolah sebagai suatu lembaga pendidikan formal mempunyai suatu muatan beban yang cukup berat dalam melaksanakan misi pendidikan tersebut. Lebih-lebih kalau dikaitkan dengan pesatnya perubahan zaman dewasa ini yang sangat berpengaruh terhadap anak-anak didik dalam berfikir, bersikap dan berperilaku, khususnya terhadap mereka yang masih dalam tahap perkembangan dalam transisi yang mencari identitas diri.
UNTUK DOSEN Materi Sosialisasi Pengelolaan Kinerja Akademik DosenAdrianAgoes9
sosialisasi untuk dosen dalam mengisi dan memadankan sister akunnya, sehingga bisa memutakhirkan data di dalam sister tersebut. ini adalah untuk kepentingan jabatan akademik dan jabatan fungsional dosen. penting untuk karir dan jabatan dosen juga untuk kepentingan akademik perguruan tinggi terkait.
ppt profesionalisasi pendidikan Pai 9.pdfNur afiyah
Pembelajaran landasan pendidikan yang membahas tentang profesionalisasi pendidikan. Semoga dengan adanya materi ini dapat memudahkan kita untuk memahami dengan baik serta menambah pengetahuan kita tentang profesionalisasi pendidikan.
Sebuah buku foto yang berjudul Lensa Kampung Ondel-Ondelferrydmn1999
Indonesia, negara kepulauan yang kaya akan keragaman budaya, suku, dan tradisi, memiliki Jakarta sebagai pusat kebudayaan yang dinamis dan unik. Salah satu kesenian tradisional yang ikonik dan identik dengan Jakarta adalah ondel-ondel, boneka raksasa yang biasanya tampil berpasangan, terdiri dari laki-laki dan perempuan. Ondel-ondel awalnya dianggap sebagai simbol budaya sakral dan memainkan peran penting dalam ritual budaya masyarakat Betawi untuk menolak bala atau nasib buruk. Namun, seiring dengan bergulirnya waktu dan perubahan zaman, makna sakral ondel-ondel perlahan memudar dan berubah menjadi sesuatu yang kurang bernilai. Kini, ondel-ondel lebih sering digunakan sebagai hiasan atau sebagai sarana untuk mencari penghasilan. Buku foto Lensa Kampung Ondel-Ondel berfokus pada Keluarga Mulyadi, yang menghadapi tantangan untuk menjaga tradisi pembuatan ondel-ondel warisan leluhur di tengah keterbatasan ekonomi yang ada. Melalui foto cerita, foto feature dan foto jurnalistik buku ini menggambarkan usaha Keluarga Mulyadi untuk menjaga tradisi pembuatan ondel-ondel sambil menghadapi dilema dalam mempertahankan makna budaya di tengah perubahan makna dan keterbatasan ekonomi keluarganya. Buku foto ini dapat menggambarkan tentang bagaimana keluarga tersebut berjuang untuk menjaga warisan budaya mereka di tengah arus modernisasi.
2. INDIKATOR PERKULIAHAN
1. Pengertian Pendidikan Karakter
2. Konsep Karakter
3. Pelaksanaan Pendidikan Karakter
4. Faktor-faktor Penyebab Kurang Berhasilnya Pendidikan Karakter
5. Paradigma Baru Pendidikan Karakter Di Indonesia Dalam Tinjauan
Psikologis
REFERENSI
Muhsyanur Dan Amie Primarni, 2018, Kapita Selekta
Pendidikan (Menelaah Fenomena Pendidikan Di Indonesia Dari
Berbagai Disiplin Ilmu), Yogyakarta : Mitra Mandiri Persada.
AA Musyaffa, 2020, Kapita Selekta Pendidikan : Dari Makna
Sampai Analisis, Bandung : CV. Oman Publishing.
3. 1. PENGERTIAN PENDIDIKAN KARAKTER
Pendidikan karakter terdiri dari dua
kata, yaitu pendidikan dan karakter.
4. PENGERTIAN PENDIDIKAN
Secara bahasa Kata pendidikan Dari bahasa arab
ْْةَّيِبْرَت artinya “pendidikan” dengan kata kerja َّْبَر
artinya “mendidik”
Menurut UU No. 20 Tahun 2003, tentang sistem
pendidikan nasional, bahwa pendidikan adalah usaha
sadar dan terencana untuk mewujudkan suasana
belajar dan proses pembelajaran agar peserta didik
secara aktif mengembangkan potensi dirinya untuk
memiliki kekuatan spiritual keagamaan, pengendalian
diri, kepribadian, kecerdasan, akhlak mulia, serta
ketrampilan yang diperlukan dirinya, masyarakat,
bangsa dan Negara.
5. ARTI PENDIDIKAN SECARA SEDERHANA
(410348)
pendidikan selain sebagai proses humanisasi,
pendidikan juga merupakan usaha untuk
membantu manusia mengembangkan seluruh
potensi yang dimilikinya (olahrasa, raga dan
rasio) untuk mencapai kesuksesan dalam
kehidupan dunia dan akhirat.
6. PENGERTIAN KARAKTER
Secara bahasa, karakter dari bahasa Latin “Charakter”, yang antara
lain berarti: watak, tabiat, sifat-sifat kejiwaan, budi pekerti,
kepribadian atau akhlak.
Pengertian lain secara bahasa kata “karakter” dalam bahasa Inggris
disebut “character” dan bahasa Yunani“charassein” (Guralnik,
1986), artinya mengukir hingga terbentuk sebuah pola, dapat pula
diartikan sebagai “pola perilaku moral individu”. Karenanya, untuk
mendidik anak agar memiliki karakter diperlukan proses „mengukir‟,
yakni pengasuhan dan pendidikan yang tepat.
Secara istilah Karakter adalah watak, tabiat, akhlak, atau
kepribadian seseorang yang terbentuk dari hasil internalisasi
berbagai kebajikan (virtues) yang diyakini dan digunakan sebagai
landasan untuk cara pandang, berpikir, bersikap, dan bertindak.
Kebajikan terdiri atas sejumlah nilai, moral, dan norma, seperti jujur,
berani bertindak, dapat dipercaya, dan hormat kepada orang lain
(PusatKurikulum, 2010a).
7. PILAR KARAKTER (410348)
Adapun sembilan pilar karakter yang berasal dari
nilainilai luhur universal, yaitu: pertama, karakter
cinta Tuhan dan segenap ciptaan-Nya; kedua,
kemandirian dan tanggungjawab; ketiga,
kejujuran/amanah, diplomatis; keempat, hormat
dan santun; kelima, dermawan, suka tolong-
menolong dan gotong royong/kerjasama; keenam,
percaya diri dan pekerja keras; ketujuh,
kepemimpinan dan keadilan; kedelapan, baik dan
rendah hati, dan; kesembilan, karakter toleransi,
kedamaian, dan kesatuan.
8. 18 (DELAPAN BELAS) NILAI-NILAI KARAKTER
UMUM DALAM KURIKULUM 2013
Dalam lingkup pendidikan di sekolah, Kementerian
Pendidikan dan Kebudayaan telah menetapkan 18
(delapan belas) jenis nilai-nilai karakter umum (common
values) yang perlu ditanamkan kepada peserta didik.
Nilai-nilai karakter tersebut adalah (1) religius, (2) jujur,
(3) toleransi, (4) disiplin, (5) kerja keras, (6)kreatif, (7)
mandiri, (8) demokratis, (9) rasa ingin tahu, (10)
semangatkebangsaan, (11) cinta tanah air, (12)
menghargai prestasi, (13) bersahabat, (14)cinta damai,
(15) gemar membaca, (16) peduli lingkungan, (17)
peduli sosial, dan(18) tanggungjawab
(Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan. Pendidikan
karakter di sekolah. Jakarta:Kementerian Pendidikan
dan Kebudayaan. 2013)
9. PENGERTIAN PENDIDIKAN KARAKTER
Pendidikan karakter merupakan penciptaan
lingkungan sekolah yang membantu siswa dalam
perkembangan etika, tanggungjawab melalui
model, dan pengajaran karakter yang baik melalui
nilai-nilai universal(Berkowitz & Bier, 2005:7).
Nilai-nilai karakter ini sudah seharusnya
ditanamkan kepada siswa sehingga mereka
mampu menerapkan dalam kehidupannya baik di
keluarga, sekolah, masyarakat, dan negara
sehingga dapat memberikan kontribusi yang
positif kepada lingkungannya.
10. PENGERTIAN PEND KARAKTER SECARA
SEDERHANA (410348)
Mengacu pada berbagai pengertian dan
definisi tentang pendidikan dan karakter
secara sederhana dapat diartikan bahwa
pendidikan karakter adalah upaya sadar yang
dilakukan seseorang atau sekelompok orang
(pendidik) untuk menginternalisasikan nilai-
nilai karakter pada seseorang yang lain (siswa)
sebagai pencerahan agar siswa mengetahui,
berfikir dan bertindak secara bermoral dalam
menghadapi setiap situasi
11. 2. KONSEP KARAKTER
1. Menurut Ibn Miskawih konsep pendidikan karakter yang berbasis pada pendekatan yang dilakukan
oleh thabib (dokter), “Seorang tabib (dokter) yang berpengalaman tidaklah langsung saja mengobati
suatu penyakit sebelum diketahuinya panas dan dinginnya, barulah dia memberikan ramuan obat
(resep) yang bertujuan menangkis serangan penyakit dan selanjutnya membalas dengan serangan
yang serupa.
2. Menurut al-Gazali, pendidikan karakter dapat melalui tahapan takhalli, tahalli, dan tajalli. Pada tahap
takhalli, seseorang berusaha membersihkan dirinya dari sifat-sifat yang tercela atau penyakit
kejiwaan, seperti riya‟, „ujub, sombong, gurur, serakah, iri, dengki, dan was-was. Selanjutnya, pada
tahap tahalli, seseorang bisa menghias dirinya dengan akhlak yang mulia, sehingga akhlak tersebut
dipahami, dihayati dan diamalkan dalam kehidupannya sehari-hari, atau dalam teks Arabnya, al-
takhalluq bi akhlaq al-karimah= berakhlak dengan akhlak yang mulia. Sedangkan pada tajalli,
seseorang menampakkan sifat-sifat yang terpuji tersebut di dalam dirinya, sehingga tampak kuat
pengaruhnya dalam karisma dan kepribadian.
3. Menurut Fazlur Rahman, pendidikan karakter sejatinya termuat dalam Kitab Suci al-Qur‟an. Ia
mengajuan sebuah tesis, bahwa al-Qur‟an merupakan sebuah kitab yang berisi prinsip-prinsip
keagamaan dan moral serta anjuran-anjuran, dan bukan sebagai dokumen hukum. Namun, ia
mengandung ketetapan-ketetapan hukum yang penting dikeluarkan selama pembentukan
masyarakat negara di Madinah. Di antara sumber hukum, Ajaran moral ; akidah, ibadah, mu‟amalah,
sejarah, dan lain sebagainya yang pada intinya diarahkan pada membentuk akhlak yang mulia.
12. KONSEP KARAKTER (413048)
Konsep dasar pendidikan karakter tertuang dalam
Permendikbud No 23 tentang Penumbuhan Budi Pekerti
tahun 2015. Penumbuhan Budi Pekerti (PBP) bertujuan:
1. menjadikan sekolah sebagai taman belajar yang
menyenangkan bagi siswa, guru, dan tenaga
kependidikan. 2. Menumbuh kembangkan kebiasaan
yang baik sebagai bentuk pendidikan karakter sejak di
keluarga, sekolah dan masyarakat. 3. menjadikan
pendidikan sebagai gerakan yang melibatkan
pemerintah, pemerintah daerah, masyarakat dan
keluarga, 4. Menumbuh kembangkan lingkungan dan
budaya belajar yang serasi antara keluarga, sekolah,
dan masyarakat.
13. TAHAPAN PENDIDIKAN KARAKTER
Perkembangan karakter pada setiap individu dipengaruhi oleh faktor
bawaan (nature) dan faktor lingkungan (nurture). Dalam hal ini,
Confusius – seorang filsuf terkenal Cina – menyatakan bahwa
manusia pada dasarnya memiliki potensi mencintai kebajikan,
namun bila potensi ini tidak diikuti dengan pendidikan dan
sosialisasi setelah manusia dilahirkan, maka manusia dapat
berubah menjadi binatang, bahkan lebih buruk lagi.
Karakter dikembangkan melalui tahap pengetahuan (knowing),
acting, menuju kebiasaan (habit). Hal ini berarti, karakter tidak
sebatas pada pengetahuan.
proses untuk membangun karakter bisa menggunakan tujuh
tahapan dalam memperoleh pengetahuan (ma‟rifatullah) kepada
Tuhan. Menurut Asifin, tujuh tahapan itu meliputi: sebagai berikut:
(1) Muatabah, muroqobah, mujahadah, musyahadah, mukasyafah,
mahabbah dan ma‟rifah.
14. 3. PELAKSANAAN PENDIDIKAN KARAKTER
1. Pendidikan karakter sudah diterapkan sejak Indonesia
merdeka dengan nama yang berbeda-beda, ada istilah
nation and character building dan character education.
2. Pendidikan karakter di sekolah diwujudkan dengan
adanya mata pelajaran Pendidikan Agama dan
Pendidikan Kewarganegaraan (PKn)
3. Mulai tahun 2010 Pemerintah Republik Indonesia
mencanangkan gerakan pendidikan karakter. Dalam
praktiknya, nilai-nilai karakter bangsa tersebut
diimplementasikanmelalui 3 cara, yaitu integrasi
dengan mata pelajaran, muatan lokal,
danpengembangan diri.
15. PRINSIP DALAM PENGEMBANGAN PENDIDIKAN
KARAKTER
Prinsip yang digunakan dalam pengembangan pendidikan karakter: 1)
berkelanjutan: mengandung makna bahwa proses pengembangan nilai-nilai
karakter merupakan proses yang tiada henti, dimulai dari awal peserta didik
masuk sampai selesai dari suatu satuan pendidikan bahkan sampai terjun
kemasyarakat;
2) melalui semua mata pelajaran: pengembangan diri dan budya sekolah,
serta mutan local;
3) nilai tidak diajarkan tetapi dikembangkan dan dilaksanakan. Satu hal
yang selalu harus diingat bahwa suatu aktivitas belajar dapat digunakan
untuk mengembangkan kemampuan ranah kognitif, afektif, dan
psikomotorik;
4) proses pendidikan dilakukan peserta didik secara aktif dan
menyenangkan. Guru harus merencanakan kegiatan belajar yang
menyebabkan peserta didik aktif merumuskan pertanyaan, mencari sumber
informasi, dan mengumpulkan informasi dari sumber, mengeolah informasi
yang sudah dimiliki, menumbuhkan nilai-nilai budaya dan karakter pada diri
mereka melalui berbagai kegiatan belajar yang terjadi di kelas, sekolah, dan
tugastugas di luar sekolah
16. STRATEGI PENGEMBANGAN KARAKTER SECARA
MAKRO
Perencanaan
-perangkat karakter:
Yuridis, teori, dan empiris
Pelaksanaan
- Pengalaman belajar
Evaluasi
-pengukuran/assesment bahwa proses
pemberdayaan dan pembudayaan karakter berhasil
17. STRATEGI PENGEMBANGAN KARAKTER SECARA
MIKRO
Keg. Belajar mengajar
Kegiatan keseharian dalam bentuk penciptaan
budaya sekolah
Ko/ ekstra kuri,kuler
Kegiatan keseharian dalam rumah dan
masyarakat
18. PENILAIAN KARAKTER
Karakter merupakan bagian dari ranah afektif. Menurut
Andersen (1980) ada dua metode yang dapat
digunakan untuk meng- ukur ranah afektif, yaitu metode
observasi dan laporan diri
Penggunaan metode observasi berdasarkan pada
asumsi bahwa karateristik afektif dapat dilihat dari
perilaku atau perbuatan yang ditampilkan, reaksi
psikologi, atau keduanya. Metode laporan-diri
berasumsi bahwa yang mengetahui keadaan afektif
seseorang adalah dirinya sendiri. Namun, hal ini
menuntut kejujuran dalam mengungkap karakteristik
afektif diri sendiri.
19. PENILAIAN KARAKTER
Koesoma (2007: 282-288) mengatakan bahwa dari data-data dan fakta,
kita dapat melihat sejauh mana siswa dan individu di da lam melaksanakan
pendidikan karakter, data dan fakta itu dapat berupa:
a) Sejauh mana individu di dalam suatu lembaga pendidikan melaksanakan
nilai tanggung jawab bagi tugas-tugas mereka, kuantitas kehadiran adalah
instrument penting dalam penilaian terhadap tanggung jawab tersebut.
b) Penilaian pendidikan karakter juga bisa dilihat kedisiplinan siswa maupun
komponen sekolah lainnya. Misalnya berapa siswa dari jumlah siswa yang
secara tepat (disiplin) waktu menyerahkan tugas yang diembankan
kepadanya.
c) Keberhasilan sekolah dalam pendidikan karakter adalah bagaimana
meminimalisir kenakalan remaja seperti, tawuran, minum minuman
keras, narkoba dan lain sebagainya.
d) Pendidikan karakter yang berhasil akan menciptakan suasana yang baik
bagi proses pembelajaran. Oleh karena itu, salah satu kriteria objektif
pendidikan karakter adalah prestasi akademis siswa.
e) Sejauh mana para siswa telah mempraktekkan nilai-nilai kejujuran. Nilai-
nilai ini dapat dipantau dengan data-data tentang jumlah anak yang
ketahuan menyontek
20. 4. FAKTOR-FAKTOR PENYEBAB KURANG
BERHASILNYA PENDIDIKAN KARAKTER:
a. Faktor keluarga
keluarga merupakan sekolah pertama bagi seorang anak sebelum anak
tersebut mengenyam bangku sekolah. Namun banyak yang terjadi
pada saat ini banyak orang tua yang kurang memahami betapa
pentingnya pendidikan karakter bagi anak sehingga para orang tua
banyak yang mengabaikan akan hal ini yang mana banyak orang tua
kurang memperhatikan segala hal yang berhubungan dengan
anaknya, baik itu yang berhubungan dengan lingkungan, pendidikan,
maupun dalam kehidupan sehari-hari. Contohnya: 1)
menyerahkanpengasuhan dan perawatan anak-anak mereka kepada
baby sitter atau pembantu. 2) Adanya anggapan yang penting
menyediakan segala kebutuhan anak, tetapi masalah
pendidikan,pembentukan akhlak dan karakter, mereka bersikap
masa bodoh atauacuh tak acuh. dll
21. B. FAKTOR LINGKUNGAN
Betapa bagusnya sebuah keluarga dalam mengajarkan
pendidikan karakter di rumah namun jika lingkungan anak
tersebut tidak mendukung, sudah pasti proses ini kurang
berhasil bahkan bisa menjadi sebuah bentuk kegagalan.
Indonesia sendiri adalah Negara yang sedang berkembang.
Teknologi informasi dan Berabagi macam informasi masuk
dan dikonsumsi oleh masyarakatnya dari yang muda hingga
yang tua. Tentu hal ini bagus, akan tetapi kemampuan
manganalisa dan menyaring informasi tersebut masih belum
masih belum dimiliki oleh pelajar kita. Dalam hal ini
informasi yang telah dikonsumsi dengan tanpa adanya
kemampuan mengkritisi akan menjadi karakter bagi seorang
anak yang membentuk kepribadiannya. Sibuk dengan hp
saat berinteraksi dengan orang lain
22. C. FAKTOR KURIKULUM DAN PENDIDIK
Dalam praktiknya di lapangan, pemerintah telah merevisi
berkali-kali kurikulum nasional yang menekankan akan
pentingnya nilai-nilai karakter diterapkan dalam
pembelajaran. Langkah seperti ini masih belum optimal 1)
mengingat belum meratanya pemerintah dalam
mensosialisasikan program pendidikan karakter kepada
sekolah-sekolah. 2) Keseriusan pelaksanaan pendidikan
dalam hal ini guru masih belum maksimal. Pembelajaran di
kelas, seperti banyak kita rasakan masih menitik beratkan
murid kepada kemampuan kognitif saja. Orientasi
pembelajaran masih banyak dipengaruhi oleh nilai rapor
bukan internalisasi karakter itu sendiri. beban kerja
berlebihan sehingga tidak mampukonsentrasi terhadap
tugas yang diemban, gaji yang rendah sehingga guru harus
mencari penghasilan tambahan di tempat lain
dansebagainya.
23. 4. PARADIGMA BARU PENDIDIKAN KARAKTER
DI INDONESIA DALAM TINJAUAN PSIKOLOGIS
1. masyarakat Indonesia saat ini sudah berubah dari kehidupan masyarakat
budaya agraris kepada masyarakat budaya industrialis dan informasi,
atau masyarakat budaya kota, dengan ciri-ciri sebagai berikut:
a. orientasi kehidupan ke masa depan;
b. Lebih bersifat rasional, pragmatis dan hedonistik;
c. Sangat menghargai waktu;
d. Bekerja dengan penuh perhitungan dan perencanaan yang cermat;
e. Komunikasi banyak bertumpu pada penggunaan peralatan teknologi
komunikasi;
f. Kurang memiliki waktu untuk melakukan pekerjaan-pekerjaan rumah;
g. Mengikuti budaya pop atau sesuatu yang sedang tenar;
h. Profesional dalam bekerja
i. Cenderung individualistik
j. Cenderung mengikuti budaya barat yang hedonistik, materialistik dan
pragmatis.
24. 2. masyarakat Indonesia yang semakin kritis, ingin
diperlakukan secara adil, demokratis, egaliter,
manusiawi. Keadaan ini dipengaruhi oleh
perkembangan global (perjuangan menegakan
HAM) juga oleh perubahan budaya politik yang
terjadi di era reformasi pada kurun waktu 10
tahun terakhir (perubahan dari sistem
pemerintahan yang sentralistik menjadi sistem
pemerintahan yang desentralistik, dan dari
keadaan masyarakat yang tertutup dan terkekang
menjadi masyarakat yang terbuka dan bebas).
25. 3. masyarakat Indonesia saat ini sudah banyak yang
terpengaruh oleh budaya global (budaya barat) yang
cenderung hedonistik, materialistik, pragmatis dan
sekularistik. Dalam masyarakat yang demikian itu, nilai-
nilai moral, akhlak mulia, spritual dan transendental
semakin terabaikan dan terpinggirkan. Berbagai
keputusan dan tindakan yang diputuskan masyarakat
saat ini banyak didasarkan pada pertimbangan nilai-
nilai hedonistik, materialistik, pragmatis dan
sekularistik. Hal ini dapat dilihat dari cara mereka
menentukan pilihan lembaga pendidikan bagi putera-
puterinya, yaitu lembaga pendidikan yang menjanjikan
masa depan ekonomi yang lebih baik.
26. SOLUSI DARI KURANG BERHASILNYA PROGRAM
PENDIDIKAN KARAKTER
1. Mengoptimalkan fungsi Peran orang tua dalam institusi keluarga
a. Fungsi spiritual.
Orang tua harus membekali anak-anak mereka denganajaran agama sejak
dini.
b. Fungsi intelektual.
Orang tua adalah pendidik yang pertama dan utamabagi anak-anak mereka.
Karena itu orang tua bertanggungjawab terhadappendidikan anak-anak
mereka.
c. Fungsi sosial.
Dengan mengoptimalkan fungsi sosial, orang tua akan
bisamengembangkan kemampuan interpersonal dan intrapersonal
padaanak-anak mereka.
d. Fungsi dakwah.
Orang tua harus berani dan tegas untuk mengajak,mengingatkan, menegur,
dan menasihati anak-anak mereka dalammelakukan kebaikan. Pada
saat adzan subuh berkumandang, misalnya, orang tua harus
membangunkan anaknya untuk menunaikan shalatsubuh
27. 2. Mengoptimalkan Peran guru dalam institusi
sekolah yaitu ;
a. Sebagai muallim (pengajar),
b. sebagai murabbi (pengasuh),
c. Sebagai muaddib (pendidik),
d. Sebagai mursyid(pembimbing).
28. 3. Mengoptimalkan peran pemerintah sebagai
pembuat kebijakan, Pemerintah masih perlu
bekerja keras membangun iklim pendidikan yang
ideal bagi penanaman karakter yang telah lama
di rancangkan dalam kurikulum sekolah selama
ini.