1. Pengembangan industri kimia di Indonesia perlu didukung dengan pendekatan klaster dan pemanfaatan berbagai bahan baku secara horizontal.
2. Dibutuhkan insentif investasi seperti fasilitas pajak dan bea masuk serta dukungan riset untuk meningkatkan teknologi proses industri kimia.
3. Potensi sumber daya alam nasional seperti minyak bumi, gas, batubara, CPO dan biomassa dapat dikembangkan menjadi berbagai
Beginners Guide to TikTok for Search - Rachel Pearson - We are Tilt __ Bright...
Materi dirjen bim launching tahun kimia internasional 23 maret 2011
1.
2.
3. Industri manufaktur memiliki dua definisi yaitu konvensional dan
modern.
Definisi konvensional yaitu cabang industri yang mengolah bahan baku,
dengan bantuan teknologi, untuk peningkatan nilai tambah produk primer
(added value) dalam rangka menghasilkan barang kebutuhan manusia.
Definisi modern adalah cabang industri yang mampu memproduksi dan
melayani barang yang dibutuhkan pasar berdasarkan pada dinamika selera
konsumen sesuai dengan perkembangan modernitas pasar
Direktorat Jenderal Basis Industri Manufaktur yang meliputi industri
material dasar logam, industri kimia dasar, industri kimia hilir serta
industri tekstil dan aneka.
9. Bahan baku industri kimia hulu, khususnya naphta dan kondensat, masih
diimpor, sementara industri migas nasional mengekspor naphta dan
kondensat;
Belum terintegrasinya industri migas dengan industri kimia hulu, industri
kimia antara dan industri kimia hilir. Sementara industri bahan tambang
juga belum terintegrasi dengan industri pengolahan logam hulu, antara dan
hilir;
Jumlah baja impor Cina yang membanjiri pasar baja nasional karena
produk baja Cina memiliki harga 20% lebih murah dibandingkan dengan
harga baja nasional, untuk kualitas yang sama.
Dukungan infrastruktur kurang memadai, antara lain pelabuhan, jalan
akses, pembangkit listrik, dan pipanisasi masih terbatas;
Penguasaan riset dan pengembangan teknologi industri petrokimia
(teknologi produk dan proses produksi) masih terbatas;
Fiskal: Belum efektifnya keringanan dan pembebasan pajak (tax holiday)
untuk investasi baru atau penambahan kapasitas dan belum ada subsidi
bunga pinjaman untuk revitalisasi mesin produksi.
2
10. Potensi Ketersediaan Bahan Baku: Indonesia dianugerahi kekayaan sumber
bahan baku antara lain Bahan Baku industri Petrokimia, Oleokimia, Fine Chemical,
coal-based industry, dan biomass-based industry sbb:
• Cadangan total Minyak Bumi: 7.998,49 MMSTB
• Cadangan total Gas Bumi: 159, 63 TSCF
• Cadangan total Batubara : 104,8 Milyar Ton
• Produsen minyak sawit (CPO dan CPKO) terbesar di dunia: pada tahun 2010
mencapai 22,5 juta ton (lebih dari 75% masih diekspor mentah)
• Cadangan bahan galian logam: tembaga 3,2 Milyar Ton, iron ore (besi) lebih dari 2
Milyar Ton, nikel laterit sebesar 1,58 Milyar Ton (16 % total cadangan nikel dunia)
• Produsen biomassa (hasil samping) pertanian terbesar di dunia dengan potensi
biomassa utama: sekam padi 20 Juta Ton, janggel jagung 15 Juta Ton dan Tandan
Kosong sawit sebesar 15 Juta Ton.
Potensi pasar: pasar produk petrokimia cukup besar (penduduk Indonesia sekitar
237 juta jiwa dengan tingkat konsumsi plastik perkapita masih 9,5 kg).
Potensi hilirisasi: Industri pengguna bahan baku kimia (tekstil, plastik kemasan,
otomotif) untuk menghasilkan aneka industri diperkirakan tumbuh signifikan sesuai
dengan pertumbuhan tingkat kesejahteraan masyarakat.
11. Industri Kimia yang potensial dikembangkan :
• Industri bahan baku kimia kilang minyak minimum 1x300.000 BPD
• Upstream: naphtha cracker; propylene dari kilang minyak; butadiene, fatty
acid, fatty alcohol, glycerin.
• Mid stream: butadiene rubber, caprolactam, ethylene glycol, methyl ethyl
ketone. methyl ester sulfonate, isopropyl palmitat, isopropyl miristat, linier
alkyl sulfonate.
• Downstream: polypropylene, polyethylene, polyacetal, polycarbonate,
polyamide.
Industri logam yang potensial dikembangkan
• Upstream: Sponge Iron Plant, Steelmaking (bloom, billet, slab), Industri
pengolahan alumina.
• Intermediate: hot rolled coil, cold rolled coil, wire rod, profil, sheet, foil
• Downstream: besi beton, pipa tanpa kampuh, mur&baut, pc wire, kawat,
shaft bar, profil las.
12. Industri kimia dapat dikembangkan secara luas dari berbagai macam SDA
Minyak dan Gas Bumi secara umum telah dikembangkan dalam industri
petrokimia (petro-based industry)
Batubara dan CBM merupakan alternatif bahan baku dan energi melalui gasifikasi
dan pyrolisis (substitusi migas)
Minyak Sawit (CPO dan CPKO) dapat digunakan sebagai sebagai bahan baku
industri oleokimia dasar dan oleokimia lanjutan untuk memproduksi produk
berwawasan lingkungan (bioplastic, biolube, bio-oil, biodiesel, dsb) sehingga
minyak sawit mempunyai prospek sebagai bahan baku utama industri kimia di
masa mendatang.
Biomassa dapat dikembangkan melalui gasifikasi dan pirolisis untuk
memproduksi berbagai fine chemical dengan ketersediaan biomassa yang relatif
tidak terbatas. .
Dengan demikian hampir semua Sumber Daya Alam Nasional berpotensi untuk
dikembangkan menjadi industri kimia.
14. 1. Pengembangan Industri Kimia dengan pendekatan Klaster dan percepatan
dan perluasan pembangunan ekonomi di Indonesia 2011-2025 melalui
6 Koridor Ekonomi Nasional
2. Pemanfaatan bahan baku yang beragam (multiple feedstock/horizontal
differentiation).
3. Pengendalian ekspor bahan baku melalui Domestic Market Obligation bagi
komoditas internasional (antara lain batubara, CPO, dsb)
4. Pemberian insentif investasi berupa:
a. Fasilitas Tax allowance (PP No.62 tahun 2008).
b. Fasilitas Tax holiday untuk industri tertentu.
c. Fasilitas BMDTP bagi bahan baku dan bahan penolong yang belum di
produksi di dalam negeri.
d. Fasilitas Bea Masuk, PPh dan PPN bagi industri yang berada dalam
Kawasan Ekonomi Khusus (KEK).
e. Pembebasan bea masuk dan PPN untuk bahan baku dan barang modal
selama masa project.
5. Secara bertahap mendorong pengembangan teknologi proses industri kimia
melalui pemanfaatan lisensi teknologi dan riset industri dalam negeri. !
17. 3 A !5
Keterangan 2011 2012 2013 2014
Penduduk (juta orang) 236.90 239.99 243.11 246.28
Prosentase pertumbuhan PDB 6.15% 6.65% 7.05% 7.70%
PDB dalam trilyun (Rp) Harga Berlaku 6,286.35 6,704.39 7,177.05 7,729.68
PDB dalam trilyun (Rp) Harga Konstan 2000 2,437.9 2,600.0 2,783.3 2,997.6
PDB/capita dalam rupiah (Rp) 26,535,860 27,936,580 29,521,822 31,385,860
PDB/capita dalam US $ 2,653.59 2,793.66 2,952.18 3,138.59
Industri Pengolahan Non Migas (% Ptbhn) 6.10% 6.75% 7.47% 8.95%
Kontribusi Ind.Pengolahan non-migas (%)
23.39 23.81 24.24 24.67
harga berlaku
Industri Pengolahan Non Mgs (Rp. Triliun)
1,470.46 1,596.37 1,739.55 1,907.10
Harga Berlaku
Kontribusi Ind. Pengolahan Non Migas (% )
23.82 23.84 23.93 24.21
Harga konstan
Industri Pengolahan Non Mgs (Rp. Miliar)
580,645.46 619,842.85 666,166.25 725,780.17
Harga Konstan
Nilai Kontribusi IKM-IB (Triliun Rp.) (Harga Berlaku) 1470.46 1596.37 1739.55 1907.10
Industri Kecil 217.60 228.54 240.36 253.17
Industri Menengah 272.21 309.09 351.60 400.71
Industri Besar 973.53 1,044.33 1,125.77 1,223.86
Nilai Kontribusi IKM-IB (Rp. Triliun)
580.65 619.84 666.17 725.78
Harga Konstan 2000
Industri Kecil 87.41 91.74 96.41 101.45
Industri Menengah 113.86 129.52 147.48 168.10
Industri Besar 380.72 399.97 423.73 457.77
'