SlideShare a Scribd company logo
RDS
(Respiratory Distress Syndrome)
DI
S
U
S
U
N
Oleh :
KELOMPOK 3
AINI MAULINA
HERY IRFANDI
PEMBIMBING : Ns. NOVA FAJRI, M.Kep, Sp.Kep.An
SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN (STIKes)
MEDIKA NURUL ISLAM SIGLI
SARJANA KEPERAWATAN
TAHUN 2018
i
KATA PENGANTAR
Puji dan syukur saya panjatkan kepada Allah SWT, yang telah memberi
hidayahnya sehingga Makalah yang berjudul “RDS (Respiratory Distress
Syndrome” dapat diselesaikan. Makalah ini merupakan pelengkap tugas mata
Kuliah Keperawatan anak.
Dalam menyusun makalah ini saya menyadari bahwa makalah ini belum
sempurna dan masih banyak kekurangan disana sini, baik mengenai materi
maupun cara penyajiannya. Oleh karena itu, kritik dan saran-saran dari siapapun
yang bersifat membangun sangat saya harapkan.
Akhirnya kami menyampaikan rasa terima kasih kepada semua pihak yang
telah membantu menyelesaikan makalah ini.
Sigli, Januari 2014
Kelompok 3
ii
DAFTAR ISI
Halaman
KATA PENGANTAR ....................................................................................... i
DAFTAR ISI ...................................................................................................... ii
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang .................................................................................. 1
B. Rumusan Masalah.............................................................................. 2
C. Tujuan ................................................................................................ 2
BAB II PEMBAHASAN
A. Pengertian........................................................................................... 3
B. Etiologi............................................................................................... 3
C. Patofisiologi ........................................................................................ 4
D. Pathway............................................................................................... 5
E. Manisfestasi Klinis.............................................................................. 5
F. Penatalaksanaan .................................................................................. 6
G. Komplikasi.......................................................................................... 7
H. Pencegahan RDS................................................................................. 8
I. Pengkajian........................................................................................... 8
J. Pemeriksaan Penunjang .................................................................... 10
K. Pembahasan Kasus............................................................................ 11
BAB III Penutup
A. Kesimpulan ...................................................................................... 17
B. Saran-saran ...................................................................................... 17
Daftar Pustaka
1
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Pola pernafasan normal adalah teratur dengan waktu ekspirasi lebih
panjang daripada waktu inspirasi, karena pada inspirasi otot pernafasan bekerja
aktif, sedangkan pada waktu ekspirasi otot pernapasan bekerja secara pasif. Pada
keadaan sakit dapat terjadi beberapa kelainan pola pernapasan yang paling sering
adalah takipneu. Ganguan pernafasan pada bayi dan anak dapat disebabkan oleh
berbagai kelainan organic, trauma, alargi, insfeksi dan lain-lain. Gangguan dapat
terjadi sejak bayi baru lahir (Bobak, Lowdermik. 2013)
RDS (Respiratory Distress Syndrome) atau disebut juga Hyaline
membrane disease merupakan hasil dari ketidak maturan dari paru-paru dimana
terjadi gangguan pertukaran gas. Berdasarkan perkiraan 30 % dari kematian
neonatus diakibatkan oleh RDS atau komplikasi yang dihasilkannya (Behrman,
2004 didalam Leifer 2011).
Pada penyakit ini, terjadi karena kekurangan pembentukan atau
pengeluaran surfaktan sebuah kimiawi paru-paru. Surfaktan merupakan suatu
campuran lipoprotein aktif dengan permukaan yang melapisi alveoli dan
mencegah alveoli kolaps pada akhir ekspirasi. (Bobak, 2013).
Secara klinis bayi dengan RDS menunjukkan takipnea (> 60 x/menit) ,
pernapasan cuping hidung, retraksi interkosta dan subkosta, expiratory grunting
(merintih) dalam beberapa jam pertama kehidupan. Tanda-tanda klinis lain,
seperti: hipoksemia dan polisitema. Tanda-tanda lain RDS meliputi hipoksemia,
hiperkabia, dan asidosis respiratory atau asidosis campuran (Bobak, 2013).
Secara tinjauan kasus, di negara-negara Eropa sebelum pemberian rutin
antenatal steroid dan postnatalsurfaktan, terdapat angka kejadian RDS 2-3%, di
USA 1,72% dari kelahiran bayi hidupperiode 2002-1987. Sedangkan jaman
modern sekarang ini dari pelayanan NICU turun menjadi 1%.Di negara
berkembang termasuk Indonesia belum ada laporan tentang kejadianRDS.
Respiratory Distress Syndrome (RDS) disebut juga Hyaline Membrane
Disease (HMD), merupakan sindrom gawat napas yang disebabkan defisiensi
2
surfaktan terutama pada bayi yang lahir dengan masa gestasi kurang. Manifestasi
dari RDS disebabkan adanya atelektasis alveoli, edema, dan kerusakan sel dan
selanjutnya menyebabkan bocornya serum protein ke dalam alveoli sehingga
menghambat fungsi surfaktan. Penyebab terbanyak dari angka kesakitan dan
kematian pada bayi prematur adalah Respiratory Distress Syndrome (RDS).
Sekitar 5 -10% didapatkan pada bayi kurang bulan, 50% pada bayi dengan berat
501-1500 gram (lemons et al,2001).
Angka kejadian berhubungan dengan umur gestasi dan berat badan dan
menurun sejak digunakan surfaktan eksogen ( Malloy & Freeman 2000). Saat ini
RDS didapatkan kurang dari 6% dari seluruh neonatus. Defisiensi surfaktan
diperkenalkan pertamakali oleh Avery dan Mead pada 1959 sebagai faktor
penyebab terjadinya RDS.
Penemuan surfaktan untuk RDS termasuk salah satu kemajuan di bidang
kedokteran, karena pengobatan ini dapat mengurangi kebutuhan tekanan ventilator
dan mengurangi konsentrasi oksigen yang tinggi. Hasil-hasil dari uji coba klinik
penggunaan surfaktan buatan (Willkinson,2003), surfaktan dari cairan amnion
manusia ( Merrit,2002), dan surfaktan dari sejenis lembu/bovine (Enhoring,2003)
dapat dipertanggungjawabkan dan dimungkinkan. Surfaktan dapat diberikan
sebagai pencegahan RDS maupun sebagai terapi penyakit pernapasan pada bayi
yang disebabkan adanya defisiensi atau kerusakan surfaktan.
B. Tujuan Penulisan
1. Tujuan umum
Tujuan pembuatan makalah ini untuk memperoleh pengetahuan mengenai
sindrom gawat napas.
2. Tujuan khusus
Mengetahui tingkat pengetahuan mahasiswi mengenai sindrom gangguan
pernapasan.
3
BAB II
PEMBAHASAN
A. Pengertian
Respiratory Distress Syndrome (RDS) disebut juga Hyaline Membrane Disease
(HMD), merupakan sindrom gawat napas yang disebabkan defisiensi surfaktan
terutama pada bayi yang lahir dengan masa gestasi kurang. (Malloy & Freeman
2000).
RDS adalah gangguan pernafasan yang sering terjadi pada bayi premature
dengan tanda-tanda takipnue (>60 x/mnt), retraksi dada, sianosis pada udara
kamar, yang menetap atau memburuk pada 48-96 jam kehidupan dengan x-ray
thorak yang spesifik (Stark,2002).
RDS adalah perkembangan yang imatur pada sistem pernafasan atau tidak
adekuatnya jumlah surfaktan dalam paru.RDS dikatakan sebagai Hyaline
Membrane Disesae (Suryadi, 2001).
RDS adalah suatu sindrom kegawatan pada pernafasan yang terdiri atas gejala
dispneu, pernafasan cepat lebih dari 60 kali permenit, sianosis, merintih pada saat
ekspirasi; terdapat retraksi pada suprasternal, interkostal dan epigastrium. Pada
penyakit ini terjadi perubahan paru yaitu berupa pembentukan jaringan hialin pada
membran paru yang rusak.Kerusakan pada paru timbul akibat kekurangan
komponen surfaktan pulmonal. Surfaktan adalah suatu zat aktif yang memberikan
pelumasan pada ruang antar alveoli sehingga dapat mencegah pergesekan dan
timbulnya kerusakan pada alveoli yang selanjutnya akan mencegah terjadinya
kolaps paru. (Yuliani, 2001)
B. Etiologi
RDS terjadi pada bayi prematur atau kurang bulan, karena kurangnya
produksi surfaktan. Produksi surfaktan ini dimulai sejak kehamilan minggu ke-22,
makin muda usia kehamilan, makin besar pula kemungkinan terjadi RDS. Ada 4
faktor penting penyebab defisiensi surfaktan pada RDS yaitu prematur, asfiksia
perinatal, maternal diabetes, secsiocaesaria. (Bobak, Lowdermik. 2013)
4
Surfaktan biasanya didapatkan pada paru yang matur. Fungsi surfaktan
untuk menjaga agar kantong alveoli tetap berkembang dan berisi udara, sehingga
pada bayi prematur dimana surfaktan masih belum berkembang menyebabkan
daya berkembang paru kurang dan bayi akan mengalami sesak nafas. Gejala
tersebut biasanya muncul segera setelah bayi lahir dan akan bertambah berat.
RDS merupakan penyebab utama kematian bayi prematur. Sindrom ini
dapat terjadi karena ada kelainan di dalam atau diluar paru, sehingga tindakan
disesuaikan dengan penyebab sindrom ini. Kelainan dalam paru yang menunjukan
sindrom ini adalah pneumothoraks/pneumomediastinum, penyakit membran hialin
(PMH).
C. Patofisiologi
Faktor-faktor yang memudahkan terjadinya RDS pada bayi prematur
disebabkan oleh alveoli masih kecil sehingga kesulitan berkembang,
pengembangan kurang sempurna kerana dinding thorax masih lemah, produksi
surfaktan kurang sempurna. Kekurangan surfaktan mengakibatkan kolaps pada
alveolus sehingga paru-paru menjadi kaku. Hal tersebut menyebabkan perubahan
fisiologi paru sehingga daya pengembangan paru (compliance) menurun 25% dari
normal, pernafasan menjadi berat, shunting intrapulmonal meningkat dan terjadi
hipoksemia berat, hipoventilasi yang menyebabkan asidosis respiratorik.
Telah diketahui bahwa surfaktan mengandung 90% fosfolipid dan 10%
protein , lipoprotein ini berfungsi menurunkan tegangan permukaan dan menjaga
agar alveoli tetap mengembang. Secara makroskopik, paru-paru nampak tidak
berisi udara dan berwarna kemerahan seperti hati. Oleh sebab itu paru-paru
memerlukan tekanan pembukaan yang tinggi untuk mengembang. Secara histologi,
adanya atelektasis yang luas dari rongga udara bahagian distal menyebabkan
edema interstisial dan kongesti dinding alveoli sehingga menyebabkan desquamasi
dari epithel sel alveoli type II. Dilatasi duktus alveoli, tetapi alveoli menjadi
tertarik karena adanya defisiensi surfaktan ini.
Dengan adanya atelektasis yang progresif dengan barotrauma atau
volutrauma dan keracunan oksigen, menyebabkan kerosakan pada endothelial dan
epithelial sel jalan pernafasan bagian distal sehingga menyebabkan eksudasi
5
matriks fibrin yang berasal dari darah. Membran hyaline yang meliputi alveoli
dibentuk dalam satu setengah jam setelah lahir. Epithelium mulai membaik dan
surfaktan mulai dibentuk pada 36- 72 jam setelah lahir. Proses penyembuhan ini
adalah komplek; pada bayi yang immatur dan mengalami sakit yang berat dan bayi
yang dilahirkan dari ibu dengan chorioamnionitis sering berlanjut menjadi
Bronchopulmonal Displasia (BPD).
D. Pathway
E. Manifestasi Klinis
Gejala utama Gawat napas / distress respirasi pada neonatus yaitu :
 Takipnea : laju napas > 60 kali per menit (normal laju napas 40 kali per
menit)
 Sianosis sentral pada suhu kamaryang menetap atau memburuk pada 48-96
jam kehidupan dengan x-ray thorak yang spesifik
 Retraksi : cekungan pada sternum dan kosta pada saat inspirasi
 Grunting : suara merintih saat ekspirasi
 Pernapasan cuping hidung
6
Tabel 2. Evaluasi Gawat Napas dengan skor Downes
Pemeriksaan
Skor
0 1 2
Frekuensi napas < 60 /menit 60-80 /menit > 80/menit
Retraksi Tidak ada retraksi Retraksi ringan Retraksi berat
Sianosis Tidak ada sianosis Sianosis hilang
dengan 02
Sianosis menetap
walaupun diberi
O2
Air entry Udara masuk Penurunan ringan
udara masuk
Tidak ada udara
masuk
Merintih Tidak merintih Dapat didengar
dengan stetoskop
Dapat didengar
tanpa alat bantu
Evaluasi: < 3 = gawat napas ringan
4-5 = gawat napas sedang
> 6 = gawat napas berat
F. Penatalaksanaan
1. Memberikan lingkungan yang optimal. Suhu tubuh bayi harus selalu
diusahakan agar tetap dalam batas normal (36,5o-37oC) dengan cara
meletakkan bayi dalam incubator. Kelembapan ruangan juga harus adekuat.
2. Pemberian oksigen. Pemberian oksigen harus dilakukan dengan hati-hati
karena berpengaruh kompleks pada bayi premature.pemberian oksigen yang
terlalu banyak dapat menimbulkan komplikasi seperti fobrosis paru,dan
kerusakan retina. Untuk mencegah timbulnya komplikasi pemberian oksigen
sebaiknya diikuti dengan pemeriksaan analisa gas darah arteri. Bila fasilitas
untuk pemeriksaan analisis gas darah arteri tidak ada, maka oksigen diberikan
dengan konsentrasi tidak lebih dari 40% sampai gejala sianosis menghilang.
3. Pemberian cairan dan elektrolit sangat perlu untuk mempertahankan
homeostasis dan menghindarkan dehidrasi. Pada permulaan diberikan glukosa
5-10% dengan jumlah yang disesuaikan dengan umur dan berat badan ialah
60-125 ml/kgBB/hari. Asidosis metabolic yang selalu dijumpai harus segera
dikoreksi dengan memberikan NaHCO3 secara intravena yang berguna untuk
mempertahankan agar pH darah 7,35-7,45. Bila tidak ada fasilitas untuk
pemeriksaan analisis gas darah, NaHCO3 dapat diberi langsung melalui
7
tetesan dengan menggunakan campuran larutan glukosa 5-10% dan NaHCO3
1,5% dalam perbandinagn 4:1
4. Pemberian antibiotic. bayi dengan PMH perlu mendapat antibiotic untuk
mencegah infeksi sekunder. dapat diberikan penisilin dengan dosis 50.000-
100.000 U/kgBB/hari atau ampisilin 100 mg/kgBB/hari, dengan atau tanpa
gentamisin 3-5 mg/kgBB/hari.
5. Kemajuan terakhir dalam pengobatan pasien PMH adalah pemberian surfaktan
eksogen (surfaktan dari luar). Obat ini sangat efektif tapi biayanya sangat
mahal.
G. Komplikasi
1. Komplikasi jangka pendek ( akut ) dapat terjadi :
a. Ruptur alveoli
Bila dicurigai terjadi kebocoran udara (pneumothorak,
pneumomediastinum, pneumopericardium, emfisema intersisiel ), pada
bayi dengan RDS yang tiba2 memburuk dengan gejala klinis hipotensi,
apnea, atau bradikardi.
b. Dapat timbul infeksi yang terjadi karena keadaan penderita yang
memburuk dan adanya perubahan jumlah leukosit dan thrombositopeni.
Infeksi dapat timbul karena tindakan invasiv seperti pemasangan jarum
vena, kateter, dan alat respirasi.
c. Perdarahan intrakranial dan leukomalacia periventricular
Perdarahan intraventrikuler terjadi pada 20-40% bayi prematur dengan
frekuensi terbanyak pada bayi RDS dengan ventilasi mekanik.
d. PDA dengan peningkatan shunting dari kiri ke kanan merupakan
komplikasi bayi dengan RDS terutama pada bayi yang dihentikan terapi
surfaktannya.
2. Komplikasi jangka panjang yang sering terjadi :
a. Bronchopulmonary Dysplasia (BPD)
Merupakan penyakit paru kronik yang disebabkan pemakaian oksigen
pada bayi dengan masa gestasi 36 minggu.BPD berhubungan dengan
8
tingginya volume dan tekanan yang digunakan pada waktu menggunakan
ventilasi mekanik, adanya infeksi, inflamasi, dan defisiensi vitamin A.
b. Retinopathy premature
Kegagalan fungsi neurologi, terjadi sekitar 10-70% bayi yang
berhubungan dengan masa gestasi, adanya hipoxia, komplikasi
intrakranial, dan adanya infeksi.
H. Pencegahan RDS
Tindakan pencegahan yang harus dilakukan untuk mencegah komplikasi pada
bayi resiko tinggi adalah mencegah terjadinya kelahiran prematur, mencegah
tindakan seksio sesarea yang tidak sesuai dengan indikasi medis, melaksanakan
manajemen yang tepat terhadap kehamilan dan kelahiran bayi resiko tinggi.
Tindakan yang efektif utntuk mencegah RDS adalah:
− Mencegah kelahiran < bulan (premature).
− Mencegah tindakan seksio sesarea yang tidak sesuai dengan indikasi medis.
− Management yang tepat.
− Pengendalian kadar gula darah ibu hamil yang memiliki riwayat DM.
− Optimalisasi kesehatan ibu hamil.
− Kortikosteroid pada kehamilan kurang bulan yang mengancam.
I. Pengkajian
Riwayat maternal
- Menderita penyakit seperti diabetes mellitus
- Kondisi seperti perdarahan placenta
- Tipe dan lamanya persalinan
- Stress fetal atau intrapartus
Status infant saat lahir
- Prematur, umur kehamilan
- Apgar score, apakah terjadi aspiksia
- Bayi prematur yang lahir melalui operasi caesar
Cardiovaskular
- Bradikardi (dibawah 100 x per menit) dengan hipoksemia berat
9
- Murmur sistolik
- Denyut jantung dalam batas normal
Integumen
- Pallor yang disebabkan oleh vasokontriksi peripheral
- Pitting edema pada tangan dan kaki
- Mottling
Neurologis
- Immobilitas, kelemahan, flaciditas
- Penurunan suhu tubuh
- Pulmonary
- Takipnea (pernafasan lebih dari 60 x per menit, mungkin 80 – 100 x )
- Nafas grunting
- Nasal flaring
- Retraksi intercostal, suprasternal, atau substernal
- Cyanosis (sentral kemudian diikuti sirkumoral) berhubungan dengan
persentase desaturasi hemoglobin
- Penurunan suara nafas, crakles, episode apnea
Status Behavioral
- Lethargy
Study Diagnostik
- Seri rontqen dada, untuk melihat densitas atelektasis dan elevasi diaphragma
dengan overdistensi duktus alveolar
- Bronchogram udara, untuk menentukan ventilasi jalan nafas.
Data laboratorium
- Profil paru, untuk menentukan maturitas paru, dengan bahan cairan amnion
(untuk janin yang mempunyai predisposisi RDS)
Lecitin/Sphingomielin (L/S) ratio 2 : 1 atau lebih mengindikasikan
maturitas paru
Phospatidyglicerol : meningkat saat usia gestasi 35 minggu
Tingkat phosphatydylinositol
- Analisa Gas Darah, PaO2 kurang dari 50 mmHg, PaCO2 kurang dari 60
mmHg, saturasi oksigen 92% – 94%, pH 7,31 – 7,45
10
- Level pottasium, meningkat sebagai hasil dari release potassium dari sel
alveolar yang rusak
J. Pemeriksaan Penunjang
Pemeriksaan Kegunaan
Kultur darah Menunjukkan keadaan bakteriemia
Analisis gas darah Menilai derajat hipoksemia dan keseimbangan asam
basa
Glukosa darah Menilai keadaan hipoglikemia, karena hipoglikemia
dapat menyebabkan atau memperberat takipnea
Rontgen toraks Mengetahui etiologi distress nafas
Darah rutin dan hitung
jenis
Leukositosis menunjukkan adanya infeksi
Neutropenia menunjukkan infeksi bakteri
Trombositopenia menunjukkan adanya sepsis
Pulse oximetry Menilai hipoksia dan kebutuhan tambahan oksigen
Sumber: Hermansen
11
K. PEMBAHASAN KASUS
a. Kasus
Seorang Ibu bernama Siti melahirkan seorang bayi berjenis kelamin laki-
laki disuatu Rumah sakit dengan usia kehamilan 32 minggu dan status kehamilan
G3 P3 Ao ketuban pecah dini kemudian Ibu Siti melahirkan prematur secara
secsio caesaria. Kemudian setelah di lahirkan kurang lebih 2 hari kemudian bayi
tersebut mengalami sesak napas dan disertai dengan perubahan warna biru pada
sekitar bibir dan kuku (sianosis). Setelah dilakukan pengamatan retraksi dinding
dada berlebihan, nafas 80x/menit dan pernafasan dengan menggunakan cuping
hidung Selain itu suhu tubuh mencapai 37,7 C.
b. Analisa Kasus
DO: usia kehamilan 32 minggu, ketuban pecah dini, retraksi dinding dada
berlebihan. RR: 80x/menit s: 37,7 C
DS : Ibu Klien mengatakan setelah melakukan persalinan prematur 2 hari
kemudian anaknya mengalami perubahan warna menjadi biru pada area sekitar
mulut dan kuku selain itu bayi tersebut juga susah untuk bernafas
c. Pembahasan
Bila bayi mengalami sesak napas begitu lahir atau 1-2 hari kemudian,
biasanya disebabkan adanya kelainan jantung atau paru-paru. Hal ini bisa terjadi
pada bayi dengan riwayat kelahiran normal atau bermasalah, semisal karena
ketuban pecah dini atau lahir prematur. Pada bayi prematur, sesak napas bisa
terjadi karena adanya kekurangmatangan dari organ paru-paru. Paru-paru
harusnya berfungsi saat bayi pertama kali menangis, sebab saat ia menangis, saat
itu pulalah bayi mulai bernapas. Tapi pada bayi lahir prematur, karena saat itu
organnya tidak siap, misalnya gelembung paru-paru tak bisa mekar atau
membuka, sehingga udara tidak masuk. Itu sebabnya ia tak bisa menangis. Ini
yang namanya penyakit respiratory distress syndrome (RDS). Tidak membukanya
gelembung paru-paru tersebut karena ada suatu zat, surfactan, yang tak cukup
12
sehingga gelembung paru-paru atau unit paru-paru yang terkecil yang seperti
balon tidak membuka. Ibaratnya, seperti balon kempis. Gejala pada kelainan
jantung bawaan adalah napas sesak. Ada juga yang misalnya sedang menyusui
atau beraktivitas lainnya, mukanya jadi biru dan ia jadi pasif. Jadi, penyakitnya itu
utamanya karena kelainan jantung dan secondary-nya karena masalah pernapasan.
Jadi, biasanya sesak napas yang terjadi ini tidak bersifat mendadak. Walaupun
demikian, tetap harus segera dibawa ke dokter.
d. ANALISA DATA
No Data Penunjang Etiologi Problem
1 Ds: -
Do:
 RR 70 x/menit
 Retraksi dinding dada
(+)
 Retraksi dinding
efigastrium (+)
 Bayi tampak lemah
 Atelaksasis
 Menurunnya ventilator
 CO2 meningkat
 Perfusi perifer jaringan
 Sulfaktan menurun
Gangguan pola
nafas
2 Ds: -
Do:
 Suhu bayi 36,2 °C
 Metabolisme menurun
 Bayi tidak bisa
memproduksi panas
tubuh sesuai kebutuhan
 Panas tubuh mudah
hilang
Resiko tinggi
hipotermi.
3 Ds: klien mengatakan
kapan anaknya bisa
pulang
Do:
 Ibu tampak cemas
 Ibu menangis Anak sakit
 Hospitalisasi
 Kurangnya pengetahuan
 Cemas
Gangguan rasa
aman cemas
e. DIAGNOSA KEPERAWATAN
1. Gangguan pola nafas berhubungan dengan belum terbentuknya zat sulfaktan
dalam tubuh
2. Resiko tinggi gangguan termoregulasi: hipotermi berhubungan dengan belum
terbentuknya lapisan lemak pada kulit.
3. Kecemasan ortu berhubungan dengan kurang pengetahuan ortu tentang
kondisi bayi
13
f. INTERVENSI KEPERAWATAN
No Dx Tujuan Intervensi Rasional
1 Gangguan pola
nafas
berhubungan
dengan belum
terbentuknya
zat sulfaktan
dalam tubuh
Setelah dilakukan
perawatan dalam 3 x
24 jam, gangguan
pola nafas
berkurang.
 Observasi pola
nafas
 Observasi TTV
 Tempatkan bayi
pada tempat yang
hangat
 Berikan terapy
O2 sesuai dengan
kebutuhan
 Kolaborasi
pemberian terapy
obat
 Mengetahui
frekuensi nafas
 Mengetahui
keadaan umum
bayi
 Mempertahankan
suhu tubuh
Membantu
 Memenuhi suplai
O2
 Obat-obatan
mungkin
dibutuhkan
dalam pemberian
terapi
2 Resiko tinggi
gangguan
termoregulasi:
hipotermi
berhubungan
dengan belum
terbentuknya
lapisan lemak
pada kulit.
Tupan:
Setelah dilakukan
tindakan
keperawatan selama
3 x 24 jam
diharapkan suhu
tubuh tetap normal.
Tupen:
Suhu 37o
C
Bayi tidak
kedinginan
 Tempatkan bayi
pada tempat
yang hangat
 Pantau suhu
tubuh setiap 2
jam
 Mencegah
terjadinya
hipotermi
 Mengetahui
perubahan suhu
yang terjadi
3 Kecemasan
ortu
berhubungan
dengan kurang
pengetahuan
ortu tentang
kondisi bayi
Tupan:
Setelah dilakukan
tindakan
keperawatan selama
3 x 24 jam
diharapkan cemas
keluarga klien
berkurang
Tupen:
Ibu tidak menangis
Mimik verbal tidak
 Kaji tingkat
kecemasan
 Berikan penjelasan
tentang keadaan
klien saat ini
 Berikan
kesempatan kepada
keluarga untuk
mengungkapkan
perasaan
 Anjurkan keluarga
untuk tetap
 Mengetahui koping
individu
 Meningkatkan
pengetahuan orang
tua
 Membina hubungan
saling percaya
14
cemas mengunjungi
bayinya
L. Implementasi Keperawatan
No No DX Tanggal Implementasi Respon
1 I Selasa, 4
Desember
2017
Pukul 21.00
WIB
o Mengobservasi pola
nafas
o Mengobsevasi TTV
o Menempatkan bayi
pada tempat yang
hangat
o Melakukan kolaborasi
pemberian terapy obat
/R: klien tampak
gelisah
Respirasi : 66
x/menit
/R : Klien Tampak
lemah
Suhu: 36. 2 o
C
Nadi: 128 x/menit
Respirasi :
66x/menit
/R : klien tampak
lemah
/R : Klien terlihat
meringis
H :
Sabital 2 x 15mg/
hari
II Selasa, 4
Desember
2017
Pukul 22.00
WIB
o Menempatkan bayi
pada tempat yang
hangat
o Memantau suhu tubuh
setiap 2 jam
/ R : Klien tampak
lemah
/ R : Klien tampak
gelisah
H : Suhu : 36.5 °C
III Kamis, 7
Desember
2017
Pukul 06.00
WIB
o Mengkaji tingkat
kecemasan
o Memberikan
penjelasan tentang
keadaan klien saat ini
o Memberikan
kesempatan kepada
keluarga untuk
mengungkapkan
perasaan
o Menganjurkan
keluarga untuk tetap
mengunjungi bayinya
/R : Orang tua klien
mau menjawab
pertayaan perawat
H : Orang tua klien
tampak cemas
/R : Keluarga
bertanya mengenai
keadaan bayinya
H : Keluarga
mengetahui
keadaan bayinya.
/R : Keluarga mau
mengungkapkan
perasaannya
H : Keluarga
15
khawatir dengan
keadaan bayinya
saat ini dan
berharap bayinya
cepat dibawa
pulang
/H : Orang tua
jarang
mengunjungi
bayinya.
2 I Rabu, 5
Desember
2017
Pukul 21.00
WIB
o Mengobservasi pola
nafas
o Mengobsevasi TTV
o Menempatkan bayi
pada tempat yang
hangat
o Melakukan kolaborasi
pemberian terapy obat
/R: klien gelisah
Respirasi : 72
x/menit
/R : Klien Tampak
lemah
Suhu: 36 o
C
Nadi: 134 x/menit
Respirasi :
72x/menit
/R : klien tampak
lemah
/R : Klien tampak
meringis
H :
Sabital 2 x 15mg/
hari
II Rabu, 5
Desember
2017
Pukul 21.00
WIB
1. Menempatkan bayi pada
tempat yang hangat
2. Memantau suhu tubuh
setiap 2 jam
/ R : Klien tampak
lemah
/ R : Klien tampak
gelisah
H : Suhu : 36.5 °C
M. EVALUASI
No Diagnosa Evaluasi Keperawatan
1 I Selasa, 4 Desember 2017. Pukul 23.00 WIB
S : -
O : Keadaan Bayi hipoaktif, klien gelisah, nafas cepat
16
2
3
II
III
66 x / menit
A : Gangguan pola nafas belum teratasi
P : Intervensi dilanjutkan
I :
o Kaji pola nafas klien
o Observasi TTV
o Kolaborasi pembererian obat sesuai kebutuhan.
Selasa, 4 Desember 2017. Pukul 23.00 WIB
S : -
O : Suhu tubuh 36,5 o
C
A : Resiko tinggi Gangguan termoregulasi
Hypotermoregulasi belum teratasi
P : Lanjutkan intervensi
I : o Kaji suhu tubuh setiap hari
Selasa, 4 Desember 2017. Pukul 23.00 WIB
S : Ibu klien mengatakan senang melihat kondisi anaknya
O : Ibu klien tersenyum, ibu tidak menangis
A : Gangguan rasa aman cemas teratasi
P : Tingkatkan pengetahuan keluarga
17
BAB IV
PENUTUP
A. Kesimpulan
Sindrom distres pernafasan adalah perkembangan yang imatur pada sistem
pernafasan atau tidak adekuatnya jumlah surfaktan dalam paru. RDS dikatakan
sebagai Hyaline Membrane Disesae (Suryadi dan Yuliani, 2001).
B. Saran
Semoga Makalah ini dapat berguna bagi penyusun dan pembaca. Kritik dan
saran sangat diharapkan untuk pengerjaan berikutnya yang lebih baik
18
DAFTAR PUSTAKA
Bobak, Lowdermik. 2013. Buku Ajar Keperawatan Maternitas Edisi 4. Jakarta :
EGC
Leifer, Gloria. 2011. Introduction to maternity & pediatric nursing. Saunders
Elsevier : St. Louis Missouri
Perwawirohardjo, Sarwano. 2013. Ilmu Kebidanan. Jakarta: Yayasan Bina
Pustaka
Mansjoer. (2002). Kapita selekta kedokteran. Edisi III. Jakarta: FKUI.: EGC.
Wong. Donna L. (2004). Pedoman klinis keperawatan pediatrik. Jakarta: EGC.

More Related Content

Similar to MAKALAH WOC.docx

Makalah hubungan asfiksia dengan air ketuban bercampur dengan mekonium
Makalah hubungan asfiksia dengan air ketuban bercampur dengan mekoniumMakalah hubungan asfiksia dengan air ketuban bercampur dengan mekonium
Makalah hubungan asfiksia dengan air ketuban bercampur dengan mekoniumSeptian Muna Barakati
 
Makalah hubungan asfiksia dengan air ketuban bercampur dengan mekonium
Makalah hubungan asfiksia dengan air ketuban bercampur dengan mekoniumMakalah hubungan asfiksia dengan air ketuban bercampur dengan mekonium
Makalah hubungan asfiksia dengan air ketuban bercampur dengan mekonium
Operator Warnet Vast Raha
 
Makalah hubungan asfiksia dengan air ketuban bercampur dengan mekonium
Makalah hubungan asfiksia dengan air ketuban bercampur dengan mekoniumMakalah hubungan asfiksia dengan air ketuban bercampur dengan mekonium
Makalah hubungan asfiksia dengan air ketuban bercampur dengan mekonium
Warnet Raha
 
Asfeksia haidir AKPER PEMKAB MUNA
Asfeksia haidir AKPER PEMKAB MUNAAsfeksia haidir AKPER PEMKAB MUNA
Asfeksia haidir AKPER PEMKAB MUNA
Operator Warnet Vast Raha
 
100103439 makalah-asfiksia
100103439 makalah-asfiksia100103439 makalah-asfiksia
100103439 makalah-asfiksia
Septian Muna Barakati
 
Makalah hubungan asfiksia dengan portus lama
Makalah hubungan asfiksia dengan portus lamaMakalah hubungan asfiksia dengan portus lama
Makalah hubungan asfiksia dengan portus lama
Septian Muna Barakati
 
Gagal nafas-final
Gagal nafas-final Gagal nafas-final
Gagal nafas-final
Zaenal Arif
 
Konsep medis
Konsep medisKonsep medis
Konsep medis
naema pilink
 
Makalah hubungan asfiksia dengan vakum
Makalah hubungan asfiksia dengan vakumMakalah hubungan asfiksia dengan vakum
Makalah hubungan asfiksia dengan vakum
Septian Muna Barakati
 
2. bab 1 dan 2 hmd
2. bab 1 dan 2 hmd2. bab 1 dan 2 hmd
2. bab 1 dan 2 hmd
Astia Sanjaya
 
Asuhan keperawatan anak dengan SIDS
Asuhan keperawatan anak dengan SIDSAsuhan keperawatan anak dengan SIDS
Asuhan keperawatan anak dengan SIDS
dian esvani
 
Makalah hubungan asfiksia dengan vakum
Makalah hubungan asfiksia dengan vakumMakalah hubungan asfiksia dengan vakum
Makalah hubungan asfiksia dengan vakum
Warnet Raha
 
Makalah hubungan asfiksia dengan vakum
Makalah hubungan asfiksia dengan vakumMakalah hubungan asfiksia dengan vakum
Makalah hubungan asfiksia dengan vakum
Operator Warnet Vast Raha
 
Makalah hubungan asfiksia dengan vakum
Makalah hubungan asfiksia dengan vakumMakalah hubungan asfiksia dengan vakum
Makalah hubungan asfiksia dengan vakumSeptian Muna Barakati
 
Makalah hubungan asfiksia dengan vakum
Makalah hubungan asfiksia dengan vakumMakalah hubungan asfiksia dengan vakum
Makalah hubungan asfiksia dengan vakum
Operator Warnet Vast Raha
 
Makalah hubungan asfiksia dengan post matur
Makalah hubungan asfiksia dengan  post maturMakalah hubungan asfiksia dengan  post matur
Makalah hubungan asfiksia dengan post matur
Septian Muna Barakati
 
Makalah hubungan asfiksia dengan neonatus prematur
Makalah hubungan asfiksia dengan neonatus prematurMakalah hubungan asfiksia dengan neonatus prematur
Makalah hubungan asfiksia dengan neonatus prematur
Septian Muna Barakati
 
Makalah hubungan asfiksia dengan post matur
Makalah hubungan asfiksia dengan  post maturMakalah hubungan asfiksia dengan  post matur
Makalah hubungan asfiksia dengan post matur
Septian Muna Barakati
 
Makalah hubungan asfiksia dengan post matur
Makalah hubungan asfiksia dengan  post maturMakalah hubungan asfiksia dengan  post matur
Makalah hubungan asfiksia dengan post matur
Warnet Raha
 

Similar to MAKALAH WOC.docx (20)

Irds AKPER PEMKAB MUNA
Irds AKPER PEMKAB MUNA Irds AKPER PEMKAB MUNA
Irds AKPER PEMKAB MUNA
 
Makalah hubungan asfiksia dengan air ketuban bercampur dengan mekonium
Makalah hubungan asfiksia dengan air ketuban bercampur dengan mekoniumMakalah hubungan asfiksia dengan air ketuban bercampur dengan mekonium
Makalah hubungan asfiksia dengan air ketuban bercampur dengan mekonium
 
Makalah hubungan asfiksia dengan air ketuban bercampur dengan mekonium
Makalah hubungan asfiksia dengan air ketuban bercampur dengan mekoniumMakalah hubungan asfiksia dengan air ketuban bercampur dengan mekonium
Makalah hubungan asfiksia dengan air ketuban bercampur dengan mekonium
 
Makalah hubungan asfiksia dengan air ketuban bercampur dengan mekonium
Makalah hubungan asfiksia dengan air ketuban bercampur dengan mekoniumMakalah hubungan asfiksia dengan air ketuban bercampur dengan mekonium
Makalah hubungan asfiksia dengan air ketuban bercampur dengan mekonium
 
Asfeksia haidir AKPER PEMKAB MUNA
Asfeksia haidir AKPER PEMKAB MUNAAsfeksia haidir AKPER PEMKAB MUNA
Asfeksia haidir AKPER PEMKAB MUNA
 
100103439 makalah-asfiksia
100103439 makalah-asfiksia100103439 makalah-asfiksia
100103439 makalah-asfiksia
 
Makalah hubungan asfiksia dengan portus lama
Makalah hubungan asfiksia dengan portus lamaMakalah hubungan asfiksia dengan portus lama
Makalah hubungan asfiksia dengan portus lama
 
Gagal nafas-final
Gagal nafas-final Gagal nafas-final
Gagal nafas-final
 
Konsep medis
Konsep medisKonsep medis
Konsep medis
 
Makalah hubungan asfiksia dengan vakum
Makalah hubungan asfiksia dengan vakumMakalah hubungan asfiksia dengan vakum
Makalah hubungan asfiksia dengan vakum
 
2. bab 1 dan 2 hmd
2. bab 1 dan 2 hmd2. bab 1 dan 2 hmd
2. bab 1 dan 2 hmd
 
Asuhan keperawatan anak dengan SIDS
Asuhan keperawatan anak dengan SIDSAsuhan keperawatan anak dengan SIDS
Asuhan keperawatan anak dengan SIDS
 
Makalah hubungan asfiksia dengan vakum
Makalah hubungan asfiksia dengan vakumMakalah hubungan asfiksia dengan vakum
Makalah hubungan asfiksia dengan vakum
 
Makalah hubungan asfiksia dengan vakum
Makalah hubungan asfiksia dengan vakumMakalah hubungan asfiksia dengan vakum
Makalah hubungan asfiksia dengan vakum
 
Makalah hubungan asfiksia dengan vakum
Makalah hubungan asfiksia dengan vakumMakalah hubungan asfiksia dengan vakum
Makalah hubungan asfiksia dengan vakum
 
Makalah hubungan asfiksia dengan vakum
Makalah hubungan asfiksia dengan vakumMakalah hubungan asfiksia dengan vakum
Makalah hubungan asfiksia dengan vakum
 
Makalah hubungan asfiksia dengan post matur
Makalah hubungan asfiksia dengan  post maturMakalah hubungan asfiksia dengan  post matur
Makalah hubungan asfiksia dengan post matur
 
Makalah hubungan asfiksia dengan neonatus prematur
Makalah hubungan asfiksia dengan neonatus prematurMakalah hubungan asfiksia dengan neonatus prematur
Makalah hubungan asfiksia dengan neonatus prematur
 
Makalah hubungan asfiksia dengan post matur
Makalah hubungan asfiksia dengan  post maturMakalah hubungan asfiksia dengan  post matur
Makalah hubungan asfiksia dengan post matur
 
Makalah hubungan asfiksia dengan post matur
Makalah hubungan asfiksia dengan  post maturMakalah hubungan asfiksia dengan  post matur
Makalah hubungan asfiksia dengan post matur
 

Recently uploaded

JAWABAN PMM. guru kemendikbud tahun pelajaran 2024
JAWABAN PMM. guru kemendikbud tahun pelajaran 2024JAWABAN PMM. guru kemendikbud tahun pelajaran 2024
JAWABAN PMM. guru kemendikbud tahun pelajaran 2024
TeguhWinarno6
 
Materi pokok dan media pembelajaran ekosistem ipa
Materi pokok dan media pembelajaran ekosistem ipaMateri pokok dan media pembelajaran ekosistem ipa
Materi pokok dan media pembelajaran ekosistem ipa
sarahshintia630
 
"Jodoh Menurut Prespektif Al-Quran" (Kajian Tasir Ibnu Katsir Surah An-Nur ay...
"Jodoh Menurut Prespektif Al-Quran" (Kajian Tasir Ibnu Katsir Surah An-Nur ay..."Jodoh Menurut Prespektif Al-Quran" (Kajian Tasir Ibnu Katsir Surah An-Nur ay...
"Jodoh Menurut Prespektif Al-Quran" (Kajian Tasir Ibnu Katsir Surah An-Nur ay...
Muhammad Nur Hadi
 
Materi lokmin klaster 4 puskesmas gajah 1
Materi lokmin klaster 4 puskesmas gajah 1Materi lokmin klaster 4 puskesmas gajah 1
Materi lokmin klaster 4 puskesmas gajah 1
RizkyAji15
 
Presentasi Luring (8JP)_ Refleksi Tahunan (1).pptx
Presentasi Luring (8JP)_ Refleksi Tahunan  (1).pptxPresentasi Luring (8JP)_ Refleksi Tahunan  (1).pptx
Presentasi Luring (8JP)_ Refleksi Tahunan (1).pptx
muhammadfauzi951
 
Teori konflik Lewis Coser aaaaaaaaaaaaaa
Teori konflik Lewis Coser aaaaaaaaaaaaaaTeori konflik Lewis Coser aaaaaaaaaaaaaa
Teori konflik Lewis Coser aaaaaaaaaaaaaa
Sayidsabiq2
 
PPT PERTEMUAN VALIDASI DAN EVALUASI USIA PRODUKTIF DAN LANSIA.ppt
PPT PERTEMUAN VALIDASI DAN EVALUASI USIA PRODUKTIF DAN LANSIA.pptPPT PERTEMUAN VALIDASI DAN EVALUASI USIA PRODUKTIF DAN LANSIA.ppt
PPT PERTEMUAN VALIDASI DAN EVALUASI USIA PRODUKTIF DAN LANSIA.ppt
WewikAyuPrimaDewi
 
slide_13_Pengamanan_Jaringan_Komputer.ppt
slide_13_Pengamanan_Jaringan_Komputer.pptslide_13_Pengamanan_Jaringan_Komputer.ppt
slide_13_Pengamanan_Jaringan_Komputer.ppt
tobol95991
 
PPT TAP KEL 3.pptx model pembelajaran ahir
PPT TAP KEL 3.pptx model pembelajaran ahirPPT TAP KEL 3.pptx model pembelajaran ahir
PPT TAP KEL 3.pptx model pembelajaran ahir
yardsport
 

Recently uploaded (9)

JAWABAN PMM. guru kemendikbud tahun pelajaran 2024
JAWABAN PMM. guru kemendikbud tahun pelajaran 2024JAWABAN PMM. guru kemendikbud tahun pelajaran 2024
JAWABAN PMM. guru kemendikbud tahun pelajaran 2024
 
Materi pokok dan media pembelajaran ekosistem ipa
Materi pokok dan media pembelajaran ekosistem ipaMateri pokok dan media pembelajaran ekosistem ipa
Materi pokok dan media pembelajaran ekosistem ipa
 
"Jodoh Menurut Prespektif Al-Quran" (Kajian Tasir Ibnu Katsir Surah An-Nur ay...
"Jodoh Menurut Prespektif Al-Quran" (Kajian Tasir Ibnu Katsir Surah An-Nur ay..."Jodoh Menurut Prespektif Al-Quran" (Kajian Tasir Ibnu Katsir Surah An-Nur ay...
"Jodoh Menurut Prespektif Al-Quran" (Kajian Tasir Ibnu Katsir Surah An-Nur ay...
 
Materi lokmin klaster 4 puskesmas gajah 1
Materi lokmin klaster 4 puskesmas gajah 1Materi lokmin klaster 4 puskesmas gajah 1
Materi lokmin klaster 4 puskesmas gajah 1
 
Presentasi Luring (8JP)_ Refleksi Tahunan (1).pptx
Presentasi Luring (8JP)_ Refleksi Tahunan  (1).pptxPresentasi Luring (8JP)_ Refleksi Tahunan  (1).pptx
Presentasi Luring (8JP)_ Refleksi Tahunan (1).pptx
 
Teori konflik Lewis Coser aaaaaaaaaaaaaa
Teori konflik Lewis Coser aaaaaaaaaaaaaaTeori konflik Lewis Coser aaaaaaaaaaaaaa
Teori konflik Lewis Coser aaaaaaaaaaaaaa
 
PPT PERTEMUAN VALIDASI DAN EVALUASI USIA PRODUKTIF DAN LANSIA.ppt
PPT PERTEMUAN VALIDASI DAN EVALUASI USIA PRODUKTIF DAN LANSIA.pptPPT PERTEMUAN VALIDASI DAN EVALUASI USIA PRODUKTIF DAN LANSIA.ppt
PPT PERTEMUAN VALIDASI DAN EVALUASI USIA PRODUKTIF DAN LANSIA.ppt
 
slide_13_Pengamanan_Jaringan_Komputer.ppt
slide_13_Pengamanan_Jaringan_Komputer.pptslide_13_Pengamanan_Jaringan_Komputer.ppt
slide_13_Pengamanan_Jaringan_Komputer.ppt
 
PPT TAP KEL 3.pptx model pembelajaran ahir
PPT TAP KEL 3.pptx model pembelajaran ahirPPT TAP KEL 3.pptx model pembelajaran ahir
PPT TAP KEL 3.pptx model pembelajaran ahir
 

MAKALAH WOC.docx

  • 1. RDS (Respiratory Distress Syndrome) DI S U S U N Oleh : KELOMPOK 3 AINI MAULINA HERY IRFANDI PEMBIMBING : Ns. NOVA FAJRI, M.Kep, Sp.Kep.An SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN (STIKes) MEDIKA NURUL ISLAM SIGLI SARJANA KEPERAWATAN TAHUN 2018
  • 2. i KATA PENGANTAR Puji dan syukur saya panjatkan kepada Allah SWT, yang telah memberi hidayahnya sehingga Makalah yang berjudul “RDS (Respiratory Distress Syndrome” dapat diselesaikan. Makalah ini merupakan pelengkap tugas mata Kuliah Keperawatan anak. Dalam menyusun makalah ini saya menyadari bahwa makalah ini belum sempurna dan masih banyak kekurangan disana sini, baik mengenai materi maupun cara penyajiannya. Oleh karena itu, kritik dan saran-saran dari siapapun yang bersifat membangun sangat saya harapkan. Akhirnya kami menyampaikan rasa terima kasih kepada semua pihak yang telah membantu menyelesaikan makalah ini. Sigli, Januari 2014 Kelompok 3
  • 3. ii DAFTAR ISI Halaman KATA PENGANTAR ....................................................................................... i DAFTAR ISI ...................................................................................................... ii BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang .................................................................................. 1 B. Rumusan Masalah.............................................................................. 2 C. Tujuan ................................................................................................ 2 BAB II PEMBAHASAN A. Pengertian........................................................................................... 3 B. Etiologi............................................................................................... 3 C. Patofisiologi ........................................................................................ 4 D. Pathway............................................................................................... 5 E. Manisfestasi Klinis.............................................................................. 5 F. Penatalaksanaan .................................................................................. 6 G. Komplikasi.......................................................................................... 7 H. Pencegahan RDS................................................................................. 8 I. Pengkajian........................................................................................... 8 J. Pemeriksaan Penunjang .................................................................... 10 K. Pembahasan Kasus............................................................................ 11 BAB III Penutup A. Kesimpulan ...................................................................................... 17 B. Saran-saran ...................................................................................... 17 Daftar Pustaka
  • 4. 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pola pernafasan normal adalah teratur dengan waktu ekspirasi lebih panjang daripada waktu inspirasi, karena pada inspirasi otot pernafasan bekerja aktif, sedangkan pada waktu ekspirasi otot pernapasan bekerja secara pasif. Pada keadaan sakit dapat terjadi beberapa kelainan pola pernapasan yang paling sering adalah takipneu. Ganguan pernafasan pada bayi dan anak dapat disebabkan oleh berbagai kelainan organic, trauma, alargi, insfeksi dan lain-lain. Gangguan dapat terjadi sejak bayi baru lahir (Bobak, Lowdermik. 2013) RDS (Respiratory Distress Syndrome) atau disebut juga Hyaline membrane disease merupakan hasil dari ketidak maturan dari paru-paru dimana terjadi gangguan pertukaran gas. Berdasarkan perkiraan 30 % dari kematian neonatus diakibatkan oleh RDS atau komplikasi yang dihasilkannya (Behrman, 2004 didalam Leifer 2011). Pada penyakit ini, terjadi karena kekurangan pembentukan atau pengeluaran surfaktan sebuah kimiawi paru-paru. Surfaktan merupakan suatu campuran lipoprotein aktif dengan permukaan yang melapisi alveoli dan mencegah alveoli kolaps pada akhir ekspirasi. (Bobak, 2013). Secara klinis bayi dengan RDS menunjukkan takipnea (> 60 x/menit) , pernapasan cuping hidung, retraksi interkosta dan subkosta, expiratory grunting (merintih) dalam beberapa jam pertama kehidupan. Tanda-tanda klinis lain, seperti: hipoksemia dan polisitema. Tanda-tanda lain RDS meliputi hipoksemia, hiperkabia, dan asidosis respiratory atau asidosis campuran (Bobak, 2013). Secara tinjauan kasus, di negara-negara Eropa sebelum pemberian rutin antenatal steroid dan postnatalsurfaktan, terdapat angka kejadian RDS 2-3%, di USA 1,72% dari kelahiran bayi hidupperiode 2002-1987. Sedangkan jaman modern sekarang ini dari pelayanan NICU turun menjadi 1%.Di negara berkembang termasuk Indonesia belum ada laporan tentang kejadianRDS. Respiratory Distress Syndrome (RDS) disebut juga Hyaline Membrane Disease (HMD), merupakan sindrom gawat napas yang disebabkan defisiensi
  • 5. 2 surfaktan terutama pada bayi yang lahir dengan masa gestasi kurang. Manifestasi dari RDS disebabkan adanya atelektasis alveoli, edema, dan kerusakan sel dan selanjutnya menyebabkan bocornya serum protein ke dalam alveoli sehingga menghambat fungsi surfaktan. Penyebab terbanyak dari angka kesakitan dan kematian pada bayi prematur adalah Respiratory Distress Syndrome (RDS). Sekitar 5 -10% didapatkan pada bayi kurang bulan, 50% pada bayi dengan berat 501-1500 gram (lemons et al,2001). Angka kejadian berhubungan dengan umur gestasi dan berat badan dan menurun sejak digunakan surfaktan eksogen ( Malloy & Freeman 2000). Saat ini RDS didapatkan kurang dari 6% dari seluruh neonatus. Defisiensi surfaktan diperkenalkan pertamakali oleh Avery dan Mead pada 1959 sebagai faktor penyebab terjadinya RDS. Penemuan surfaktan untuk RDS termasuk salah satu kemajuan di bidang kedokteran, karena pengobatan ini dapat mengurangi kebutuhan tekanan ventilator dan mengurangi konsentrasi oksigen yang tinggi. Hasil-hasil dari uji coba klinik penggunaan surfaktan buatan (Willkinson,2003), surfaktan dari cairan amnion manusia ( Merrit,2002), dan surfaktan dari sejenis lembu/bovine (Enhoring,2003) dapat dipertanggungjawabkan dan dimungkinkan. Surfaktan dapat diberikan sebagai pencegahan RDS maupun sebagai terapi penyakit pernapasan pada bayi yang disebabkan adanya defisiensi atau kerusakan surfaktan. B. Tujuan Penulisan 1. Tujuan umum Tujuan pembuatan makalah ini untuk memperoleh pengetahuan mengenai sindrom gawat napas. 2. Tujuan khusus Mengetahui tingkat pengetahuan mahasiswi mengenai sindrom gangguan pernapasan.
  • 6. 3 BAB II PEMBAHASAN A. Pengertian Respiratory Distress Syndrome (RDS) disebut juga Hyaline Membrane Disease (HMD), merupakan sindrom gawat napas yang disebabkan defisiensi surfaktan terutama pada bayi yang lahir dengan masa gestasi kurang. (Malloy & Freeman 2000). RDS adalah gangguan pernafasan yang sering terjadi pada bayi premature dengan tanda-tanda takipnue (>60 x/mnt), retraksi dada, sianosis pada udara kamar, yang menetap atau memburuk pada 48-96 jam kehidupan dengan x-ray thorak yang spesifik (Stark,2002). RDS adalah perkembangan yang imatur pada sistem pernafasan atau tidak adekuatnya jumlah surfaktan dalam paru.RDS dikatakan sebagai Hyaline Membrane Disesae (Suryadi, 2001). RDS adalah suatu sindrom kegawatan pada pernafasan yang terdiri atas gejala dispneu, pernafasan cepat lebih dari 60 kali permenit, sianosis, merintih pada saat ekspirasi; terdapat retraksi pada suprasternal, interkostal dan epigastrium. Pada penyakit ini terjadi perubahan paru yaitu berupa pembentukan jaringan hialin pada membran paru yang rusak.Kerusakan pada paru timbul akibat kekurangan komponen surfaktan pulmonal. Surfaktan adalah suatu zat aktif yang memberikan pelumasan pada ruang antar alveoli sehingga dapat mencegah pergesekan dan timbulnya kerusakan pada alveoli yang selanjutnya akan mencegah terjadinya kolaps paru. (Yuliani, 2001) B. Etiologi RDS terjadi pada bayi prematur atau kurang bulan, karena kurangnya produksi surfaktan. Produksi surfaktan ini dimulai sejak kehamilan minggu ke-22, makin muda usia kehamilan, makin besar pula kemungkinan terjadi RDS. Ada 4 faktor penting penyebab defisiensi surfaktan pada RDS yaitu prematur, asfiksia perinatal, maternal diabetes, secsiocaesaria. (Bobak, Lowdermik. 2013)
  • 7. 4 Surfaktan biasanya didapatkan pada paru yang matur. Fungsi surfaktan untuk menjaga agar kantong alveoli tetap berkembang dan berisi udara, sehingga pada bayi prematur dimana surfaktan masih belum berkembang menyebabkan daya berkembang paru kurang dan bayi akan mengalami sesak nafas. Gejala tersebut biasanya muncul segera setelah bayi lahir dan akan bertambah berat. RDS merupakan penyebab utama kematian bayi prematur. Sindrom ini dapat terjadi karena ada kelainan di dalam atau diluar paru, sehingga tindakan disesuaikan dengan penyebab sindrom ini. Kelainan dalam paru yang menunjukan sindrom ini adalah pneumothoraks/pneumomediastinum, penyakit membran hialin (PMH). C. Patofisiologi Faktor-faktor yang memudahkan terjadinya RDS pada bayi prematur disebabkan oleh alveoli masih kecil sehingga kesulitan berkembang, pengembangan kurang sempurna kerana dinding thorax masih lemah, produksi surfaktan kurang sempurna. Kekurangan surfaktan mengakibatkan kolaps pada alveolus sehingga paru-paru menjadi kaku. Hal tersebut menyebabkan perubahan fisiologi paru sehingga daya pengembangan paru (compliance) menurun 25% dari normal, pernafasan menjadi berat, shunting intrapulmonal meningkat dan terjadi hipoksemia berat, hipoventilasi yang menyebabkan asidosis respiratorik. Telah diketahui bahwa surfaktan mengandung 90% fosfolipid dan 10% protein , lipoprotein ini berfungsi menurunkan tegangan permukaan dan menjaga agar alveoli tetap mengembang. Secara makroskopik, paru-paru nampak tidak berisi udara dan berwarna kemerahan seperti hati. Oleh sebab itu paru-paru memerlukan tekanan pembukaan yang tinggi untuk mengembang. Secara histologi, adanya atelektasis yang luas dari rongga udara bahagian distal menyebabkan edema interstisial dan kongesti dinding alveoli sehingga menyebabkan desquamasi dari epithel sel alveoli type II. Dilatasi duktus alveoli, tetapi alveoli menjadi tertarik karena adanya defisiensi surfaktan ini. Dengan adanya atelektasis yang progresif dengan barotrauma atau volutrauma dan keracunan oksigen, menyebabkan kerosakan pada endothelial dan epithelial sel jalan pernafasan bagian distal sehingga menyebabkan eksudasi
  • 8. 5 matriks fibrin yang berasal dari darah. Membran hyaline yang meliputi alveoli dibentuk dalam satu setengah jam setelah lahir. Epithelium mulai membaik dan surfaktan mulai dibentuk pada 36- 72 jam setelah lahir. Proses penyembuhan ini adalah komplek; pada bayi yang immatur dan mengalami sakit yang berat dan bayi yang dilahirkan dari ibu dengan chorioamnionitis sering berlanjut menjadi Bronchopulmonal Displasia (BPD). D. Pathway E. Manifestasi Klinis Gejala utama Gawat napas / distress respirasi pada neonatus yaitu :  Takipnea : laju napas > 60 kali per menit (normal laju napas 40 kali per menit)  Sianosis sentral pada suhu kamaryang menetap atau memburuk pada 48-96 jam kehidupan dengan x-ray thorak yang spesifik  Retraksi : cekungan pada sternum dan kosta pada saat inspirasi  Grunting : suara merintih saat ekspirasi  Pernapasan cuping hidung
  • 9. 6 Tabel 2. Evaluasi Gawat Napas dengan skor Downes Pemeriksaan Skor 0 1 2 Frekuensi napas < 60 /menit 60-80 /menit > 80/menit Retraksi Tidak ada retraksi Retraksi ringan Retraksi berat Sianosis Tidak ada sianosis Sianosis hilang dengan 02 Sianosis menetap walaupun diberi O2 Air entry Udara masuk Penurunan ringan udara masuk Tidak ada udara masuk Merintih Tidak merintih Dapat didengar dengan stetoskop Dapat didengar tanpa alat bantu Evaluasi: < 3 = gawat napas ringan 4-5 = gawat napas sedang > 6 = gawat napas berat F. Penatalaksanaan 1. Memberikan lingkungan yang optimal. Suhu tubuh bayi harus selalu diusahakan agar tetap dalam batas normal (36,5o-37oC) dengan cara meletakkan bayi dalam incubator. Kelembapan ruangan juga harus adekuat. 2. Pemberian oksigen. Pemberian oksigen harus dilakukan dengan hati-hati karena berpengaruh kompleks pada bayi premature.pemberian oksigen yang terlalu banyak dapat menimbulkan komplikasi seperti fobrosis paru,dan kerusakan retina. Untuk mencegah timbulnya komplikasi pemberian oksigen sebaiknya diikuti dengan pemeriksaan analisa gas darah arteri. Bila fasilitas untuk pemeriksaan analisis gas darah arteri tidak ada, maka oksigen diberikan dengan konsentrasi tidak lebih dari 40% sampai gejala sianosis menghilang. 3. Pemberian cairan dan elektrolit sangat perlu untuk mempertahankan homeostasis dan menghindarkan dehidrasi. Pada permulaan diberikan glukosa 5-10% dengan jumlah yang disesuaikan dengan umur dan berat badan ialah 60-125 ml/kgBB/hari. Asidosis metabolic yang selalu dijumpai harus segera dikoreksi dengan memberikan NaHCO3 secara intravena yang berguna untuk mempertahankan agar pH darah 7,35-7,45. Bila tidak ada fasilitas untuk pemeriksaan analisis gas darah, NaHCO3 dapat diberi langsung melalui
  • 10. 7 tetesan dengan menggunakan campuran larutan glukosa 5-10% dan NaHCO3 1,5% dalam perbandinagn 4:1 4. Pemberian antibiotic. bayi dengan PMH perlu mendapat antibiotic untuk mencegah infeksi sekunder. dapat diberikan penisilin dengan dosis 50.000- 100.000 U/kgBB/hari atau ampisilin 100 mg/kgBB/hari, dengan atau tanpa gentamisin 3-5 mg/kgBB/hari. 5. Kemajuan terakhir dalam pengobatan pasien PMH adalah pemberian surfaktan eksogen (surfaktan dari luar). Obat ini sangat efektif tapi biayanya sangat mahal. G. Komplikasi 1. Komplikasi jangka pendek ( akut ) dapat terjadi : a. Ruptur alveoli Bila dicurigai terjadi kebocoran udara (pneumothorak, pneumomediastinum, pneumopericardium, emfisema intersisiel ), pada bayi dengan RDS yang tiba2 memburuk dengan gejala klinis hipotensi, apnea, atau bradikardi. b. Dapat timbul infeksi yang terjadi karena keadaan penderita yang memburuk dan adanya perubahan jumlah leukosit dan thrombositopeni. Infeksi dapat timbul karena tindakan invasiv seperti pemasangan jarum vena, kateter, dan alat respirasi. c. Perdarahan intrakranial dan leukomalacia periventricular Perdarahan intraventrikuler terjadi pada 20-40% bayi prematur dengan frekuensi terbanyak pada bayi RDS dengan ventilasi mekanik. d. PDA dengan peningkatan shunting dari kiri ke kanan merupakan komplikasi bayi dengan RDS terutama pada bayi yang dihentikan terapi surfaktannya. 2. Komplikasi jangka panjang yang sering terjadi : a. Bronchopulmonary Dysplasia (BPD) Merupakan penyakit paru kronik yang disebabkan pemakaian oksigen pada bayi dengan masa gestasi 36 minggu.BPD berhubungan dengan
  • 11. 8 tingginya volume dan tekanan yang digunakan pada waktu menggunakan ventilasi mekanik, adanya infeksi, inflamasi, dan defisiensi vitamin A. b. Retinopathy premature Kegagalan fungsi neurologi, terjadi sekitar 10-70% bayi yang berhubungan dengan masa gestasi, adanya hipoxia, komplikasi intrakranial, dan adanya infeksi. H. Pencegahan RDS Tindakan pencegahan yang harus dilakukan untuk mencegah komplikasi pada bayi resiko tinggi adalah mencegah terjadinya kelahiran prematur, mencegah tindakan seksio sesarea yang tidak sesuai dengan indikasi medis, melaksanakan manajemen yang tepat terhadap kehamilan dan kelahiran bayi resiko tinggi. Tindakan yang efektif utntuk mencegah RDS adalah: − Mencegah kelahiran < bulan (premature). − Mencegah tindakan seksio sesarea yang tidak sesuai dengan indikasi medis. − Management yang tepat. − Pengendalian kadar gula darah ibu hamil yang memiliki riwayat DM. − Optimalisasi kesehatan ibu hamil. − Kortikosteroid pada kehamilan kurang bulan yang mengancam. I. Pengkajian Riwayat maternal - Menderita penyakit seperti diabetes mellitus - Kondisi seperti perdarahan placenta - Tipe dan lamanya persalinan - Stress fetal atau intrapartus Status infant saat lahir - Prematur, umur kehamilan - Apgar score, apakah terjadi aspiksia - Bayi prematur yang lahir melalui operasi caesar Cardiovaskular - Bradikardi (dibawah 100 x per menit) dengan hipoksemia berat
  • 12. 9 - Murmur sistolik - Denyut jantung dalam batas normal Integumen - Pallor yang disebabkan oleh vasokontriksi peripheral - Pitting edema pada tangan dan kaki - Mottling Neurologis - Immobilitas, kelemahan, flaciditas - Penurunan suhu tubuh - Pulmonary - Takipnea (pernafasan lebih dari 60 x per menit, mungkin 80 – 100 x ) - Nafas grunting - Nasal flaring - Retraksi intercostal, suprasternal, atau substernal - Cyanosis (sentral kemudian diikuti sirkumoral) berhubungan dengan persentase desaturasi hemoglobin - Penurunan suara nafas, crakles, episode apnea Status Behavioral - Lethargy Study Diagnostik - Seri rontqen dada, untuk melihat densitas atelektasis dan elevasi diaphragma dengan overdistensi duktus alveolar - Bronchogram udara, untuk menentukan ventilasi jalan nafas. Data laboratorium - Profil paru, untuk menentukan maturitas paru, dengan bahan cairan amnion (untuk janin yang mempunyai predisposisi RDS) Lecitin/Sphingomielin (L/S) ratio 2 : 1 atau lebih mengindikasikan maturitas paru Phospatidyglicerol : meningkat saat usia gestasi 35 minggu Tingkat phosphatydylinositol - Analisa Gas Darah, PaO2 kurang dari 50 mmHg, PaCO2 kurang dari 60 mmHg, saturasi oksigen 92% – 94%, pH 7,31 – 7,45
  • 13. 10 - Level pottasium, meningkat sebagai hasil dari release potassium dari sel alveolar yang rusak J. Pemeriksaan Penunjang Pemeriksaan Kegunaan Kultur darah Menunjukkan keadaan bakteriemia Analisis gas darah Menilai derajat hipoksemia dan keseimbangan asam basa Glukosa darah Menilai keadaan hipoglikemia, karena hipoglikemia dapat menyebabkan atau memperberat takipnea Rontgen toraks Mengetahui etiologi distress nafas Darah rutin dan hitung jenis Leukositosis menunjukkan adanya infeksi Neutropenia menunjukkan infeksi bakteri Trombositopenia menunjukkan adanya sepsis Pulse oximetry Menilai hipoksia dan kebutuhan tambahan oksigen Sumber: Hermansen
  • 14. 11 K. PEMBAHASAN KASUS a. Kasus Seorang Ibu bernama Siti melahirkan seorang bayi berjenis kelamin laki- laki disuatu Rumah sakit dengan usia kehamilan 32 minggu dan status kehamilan G3 P3 Ao ketuban pecah dini kemudian Ibu Siti melahirkan prematur secara secsio caesaria. Kemudian setelah di lahirkan kurang lebih 2 hari kemudian bayi tersebut mengalami sesak napas dan disertai dengan perubahan warna biru pada sekitar bibir dan kuku (sianosis). Setelah dilakukan pengamatan retraksi dinding dada berlebihan, nafas 80x/menit dan pernafasan dengan menggunakan cuping hidung Selain itu suhu tubuh mencapai 37,7 C. b. Analisa Kasus DO: usia kehamilan 32 minggu, ketuban pecah dini, retraksi dinding dada berlebihan. RR: 80x/menit s: 37,7 C DS : Ibu Klien mengatakan setelah melakukan persalinan prematur 2 hari kemudian anaknya mengalami perubahan warna menjadi biru pada area sekitar mulut dan kuku selain itu bayi tersebut juga susah untuk bernafas c. Pembahasan Bila bayi mengalami sesak napas begitu lahir atau 1-2 hari kemudian, biasanya disebabkan adanya kelainan jantung atau paru-paru. Hal ini bisa terjadi pada bayi dengan riwayat kelahiran normal atau bermasalah, semisal karena ketuban pecah dini atau lahir prematur. Pada bayi prematur, sesak napas bisa terjadi karena adanya kekurangmatangan dari organ paru-paru. Paru-paru harusnya berfungsi saat bayi pertama kali menangis, sebab saat ia menangis, saat itu pulalah bayi mulai bernapas. Tapi pada bayi lahir prematur, karena saat itu organnya tidak siap, misalnya gelembung paru-paru tak bisa mekar atau membuka, sehingga udara tidak masuk. Itu sebabnya ia tak bisa menangis. Ini yang namanya penyakit respiratory distress syndrome (RDS). Tidak membukanya gelembung paru-paru tersebut karena ada suatu zat, surfactan, yang tak cukup
  • 15. 12 sehingga gelembung paru-paru atau unit paru-paru yang terkecil yang seperti balon tidak membuka. Ibaratnya, seperti balon kempis. Gejala pada kelainan jantung bawaan adalah napas sesak. Ada juga yang misalnya sedang menyusui atau beraktivitas lainnya, mukanya jadi biru dan ia jadi pasif. Jadi, penyakitnya itu utamanya karena kelainan jantung dan secondary-nya karena masalah pernapasan. Jadi, biasanya sesak napas yang terjadi ini tidak bersifat mendadak. Walaupun demikian, tetap harus segera dibawa ke dokter. d. ANALISA DATA No Data Penunjang Etiologi Problem 1 Ds: - Do:  RR 70 x/menit  Retraksi dinding dada (+)  Retraksi dinding efigastrium (+)  Bayi tampak lemah  Atelaksasis  Menurunnya ventilator  CO2 meningkat  Perfusi perifer jaringan  Sulfaktan menurun Gangguan pola nafas 2 Ds: - Do:  Suhu bayi 36,2 °C  Metabolisme menurun  Bayi tidak bisa memproduksi panas tubuh sesuai kebutuhan  Panas tubuh mudah hilang Resiko tinggi hipotermi. 3 Ds: klien mengatakan kapan anaknya bisa pulang Do:  Ibu tampak cemas  Ibu menangis Anak sakit  Hospitalisasi  Kurangnya pengetahuan  Cemas Gangguan rasa aman cemas e. DIAGNOSA KEPERAWATAN 1. Gangguan pola nafas berhubungan dengan belum terbentuknya zat sulfaktan dalam tubuh 2. Resiko tinggi gangguan termoregulasi: hipotermi berhubungan dengan belum terbentuknya lapisan lemak pada kulit. 3. Kecemasan ortu berhubungan dengan kurang pengetahuan ortu tentang kondisi bayi
  • 16. 13 f. INTERVENSI KEPERAWATAN No Dx Tujuan Intervensi Rasional 1 Gangguan pola nafas berhubungan dengan belum terbentuknya zat sulfaktan dalam tubuh Setelah dilakukan perawatan dalam 3 x 24 jam, gangguan pola nafas berkurang.  Observasi pola nafas  Observasi TTV  Tempatkan bayi pada tempat yang hangat  Berikan terapy O2 sesuai dengan kebutuhan  Kolaborasi pemberian terapy obat  Mengetahui frekuensi nafas  Mengetahui keadaan umum bayi  Mempertahankan suhu tubuh Membantu  Memenuhi suplai O2  Obat-obatan mungkin dibutuhkan dalam pemberian terapi 2 Resiko tinggi gangguan termoregulasi: hipotermi berhubungan dengan belum terbentuknya lapisan lemak pada kulit. Tupan: Setelah dilakukan tindakan keperawatan selama 3 x 24 jam diharapkan suhu tubuh tetap normal. Tupen: Suhu 37o C Bayi tidak kedinginan  Tempatkan bayi pada tempat yang hangat  Pantau suhu tubuh setiap 2 jam  Mencegah terjadinya hipotermi  Mengetahui perubahan suhu yang terjadi 3 Kecemasan ortu berhubungan dengan kurang pengetahuan ortu tentang kondisi bayi Tupan: Setelah dilakukan tindakan keperawatan selama 3 x 24 jam diharapkan cemas keluarga klien berkurang Tupen: Ibu tidak menangis Mimik verbal tidak  Kaji tingkat kecemasan  Berikan penjelasan tentang keadaan klien saat ini  Berikan kesempatan kepada keluarga untuk mengungkapkan perasaan  Anjurkan keluarga untuk tetap  Mengetahui koping individu  Meningkatkan pengetahuan orang tua  Membina hubungan saling percaya
  • 17. 14 cemas mengunjungi bayinya L. Implementasi Keperawatan No No DX Tanggal Implementasi Respon 1 I Selasa, 4 Desember 2017 Pukul 21.00 WIB o Mengobservasi pola nafas o Mengobsevasi TTV o Menempatkan bayi pada tempat yang hangat o Melakukan kolaborasi pemberian terapy obat /R: klien tampak gelisah Respirasi : 66 x/menit /R : Klien Tampak lemah Suhu: 36. 2 o C Nadi: 128 x/menit Respirasi : 66x/menit /R : klien tampak lemah /R : Klien terlihat meringis H : Sabital 2 x 15mg/ hari II Selasa, 4 Desember 2017 Pukul 22.00 WIB o Menempatkan bayi pada tempat yang hangat o Memantau suhu tubuh setiap 2 jam / R : Klien tampak lemah / R : Klien tampak gelisah H : Suhu : 36.5 °C III Kamis, 7 Desember 2017 Pukul 06.00 WIB o Mengkaji tingkat kecemasan o Memberikan penjelasan tentang keadaan klien saat ini o Memberikan kesempatan kepada keluarga untuk mengungkapkan perasaan o Menganjurkan keluarga untuk tetap mengunjungi bayinya /R : Orang tua klien mau menjawab pertayaan perawat H : Orang tua klien tampak cemas /R : Keluarga bertanya mengenai keadaan bayinya H : Keluarga mengetahui keadaan bayinya. /R : Keluarga mau mengungkapkan perasaannya H : Keluarga
  • 18. 15 khawatir dengan keadaan bayinya saat ini dan berharap bayinya cepat dibawa pulang /H : Orang tua jarang mengunjungi bayinya. 2 I Rabu, 5 Desember 2017 Pukul 21.00 WIB o Mengobservasi pola nafas o Mengobsevasi TTV o Menempatkan bayi pada tempat yang hangat o Melakukan kolaborasi pemberian terapy obat /R: klien gelisah Respirasi : 72 x/menit /R : Klien Tampak lemah Suhu: 36 o C Nadi: 134 x/menit Respirasi : 72x/menit /R : klien tampak lemah /R : Klien tampak meringis H : Sabital 2 x 15mg/ hari II Rabu, 5 Desember 2017 Pukul 21.00 WIB 1. Menempatkan bayi pada tempat yang hangat 2. Memantau suhu tubuh setiap 2 jam / R : Klien tampak lemah / R : Klien tampak gelisah H : Suhu : 36.5 °C M. EVALUASI No Diagnosa Evaluasi Keperawatan 1 I Selasa, 4 Desember 2017. Pukul 23.00 WIB S : - O : Keadaan Bayi hipoaktif, klien gelisah, nafas cepat
  • 19. 16 2 3 II III 66 x / menit A : Gangguan pola nafas belum teratasi P : Intervensi dilanjutkan I : o Kaji pola nafas klien o Observasi TTV o Kolaborasi pembererian obat sesuai kebutuhan. Selasa, 4 Desember 2017. Pukul 23.00 WIB S : - O : Suhu tubuh 36,5 o C A : Resiko tinggi Gangguan termoregulasi Hypotermoregulasi belum teratasi P : Lanjutkan intervensi I : o Kaji suhu tubuh setiap hari Selasa, 4 Desember 2017. Pukul 23.00 WIB S : Ibu klien mengatakan senang melihat kondisi anaknya O : Ibu klien tersenyum, ibu tidak menangis A : Gangguan rasa aman cemas teratasi P : Tingkatkan pengetahuan keluarga
  • 20. 17 BAB IV PENUTUP A. Kesimpulan Sindrom distres pernafasan adalah perkembangan yang imatur pada sistem pernafasan atau tidak adekuatnya jumlah surfaktan dalam paru. RDS dikatakan sebagai Hyaline Membrane Disesae (Suryadi dan Yuliani, 2001). B. Saran Semoga Makalah ini dapat berguna bagi penyusun dan pembaca. Kritik dan saran sangat diharapkan untuk pengerjaan berikutnya yang lebih baik
  • 21. 18 DAFTAR PUSTAKA Bobak, Lowdermik. 2013. Buku Ajar Keperawatan Maternitas Edisi 4. Jakarta : EGC Leifer, Gloria. 2011. Introduction to maternity & pediatric nursing. Saunders Elsevier : St. Louis Missouri Perwawirohardjo, Sarwano. 2013. Ilmu Kebidanan. Jakarta: Yayasan Bina Pustaka Mansjoer. (2002). Kapita selekta kedokteran. Edisi III. Jakarta: FKUI.: EGC. Wong. Donna L. (2004). Pedoman klinis keperawatan pediatrik. Jakarta: EGC.