KATA PENGANTAR
Assalamu’alaikum. Wr. Wb..
Alhamdulillahirabbilalamin, banyak nikmat yang Allah berikan, tetapi sedikit sekali yang kita ingat. Segala puji hanya layak untuk Allah Tuhan seru sekalian alam atas segala berkat, rahmat, taufik, serta hidayah-Nya yang tiada terkira besarnya, sehingga penulis dapat menyelesaikan makalah dengan judul ”DAMPAK GLOBALISASI TERHADAP POLITIK”.
Meskipun penulis berharap isi dari makalah ini bebas dari kekurangan dan kesalahan, namun selalu ada yang kurang. Oleh karena itu, penulis mengharapkan kritik dan saran yang membangun agar skripsi ini dapat lebih baik lagi.
Akhir kata penulis berharap agar makalah ini bermanfaat bagi semua pembaca.
Raha, Desember 2014
Penyusun
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR................................................................................... i
DAFTAR ISI............................................................................................. ii
BAB I PENDAHULUAN....................................................................... 1
A. Latar Belakang................................................................................... 1
B. Rumusan Masalah............................................................................ 1
C. Tujuan........................................................................................... 2
BAB II PEMBAHASAN........................................................................ 3
1. Pengetian Globalisasi.............................................................................. 3
2. Dampak Globalisasi Terhadap Bidang Politik Di Indonesia................... 4
3. Langkah Langkah Yang Perlu Diambil Indonesia Dalam Menghadapi
Dampak Globalisasi.................................................................................. 8
BAB III PENUTUP..................................................................................... 10
A. Kesimpulan.......................................................................................... 10
B. Saran.............................................................................................. 10
DAFTAR PUSTAKA............................................................................. 11
KATA PENGANTAR
Assalamu’alaikum. Wr. Wb..
Alhamdulillahirabbilalamin, banyak nikmat yang Allah berikan, tetapi sedikit sekali yang kita ingat. Segala puji hanya layak untuk Allah Tuhan seru sekalian alam atas segala berkat, rahmat, taufik, serta hidayah-Nya yang tiada terkira besarnya, sehingga penulis dapat menyelesaikan makalah dengan judul ”DAMPAK GLOBALISASI TERHADAP POLITIK”.
Meskipun penulis berharap isi dari makalah ini bebas dari kekurangan dan kesalahan, namun selalu ada yang kurang. Oleh karena itu, penulis mengharapkan kritik dan saran yang membangun agar skripsi ini dapat lebih baik lagi.
Akhir kata penulis berharap agar makalah ini bermanfaat bagi semua pembaca.
Raha, Desember 2014
Penyusun
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR................................................................................... i
DAFTAR ISI............................................................................................. ii
BAB I PENDAHULUAN....................................................................... 1
A. Latar Belakang................................................................................... 1
B. Rumusan Masalah............................................................................ 1
C. Tujuan........................................................................................... 2
BAB II PEMBAHASAN........................................................................ 3
1. Pengetian Globalisasi.............................................................................. 3
2. Dampak Globalisasi Terhadap Bidang Politik Di Indonesia................... 4
3. Langkah Langkah Yang Perlu Diambil Indonesia Dalam Menghadapi
Dampak Globalisasi.................................................................................. 8
BAB III PENUTUP..................................................................................... 10
A. Kesimpulan.......................................................................................... 10
B. Saran.............................................................................................. 10
DAFTAR PUSTAKA............................................................................. 11
Pekerjaan yang paling berat ialah merubah budaya masyarakat. Mau tidak mau harus dilakukan supaya kemajuan yang ingin diwujudkan bisa terlaksana dengan baik.
Pendampingan Individu 2 Modul 1 PGP 10 Kab. Sukabumi Jawa BaratEldi Mardiansyah
Di dalamnya mencakup Presentasi tentang Pendampingan Individu 2 Pendidikan Guru Penggerak Aangkatan ke 10 Kab. Sukabumi Jawa Barat tahun 2024 yang bertemakan Visi dan Prakarsa Perubahan pada SMP Negeri 4 Ciemas. Penulis adalah seorang Calon Guru Penggerak bernama Eldi Mardiansyah, seorang guru bahasa Inggris kelahiran Bogor.
ppt profesionalisasi pendidikan Pai 9.pdfNur afiyah
Pembelajaran landasan pendidikan yang membahas tentang profesionalisasi pendidikan. Semoga dengan adanya materi ini dapat memudahkan kita untuk memahami dengan baik serta menambah pengetahuan kita tentang profesionalisasi pendidikan.
1. BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Masyarakat Indonesia dikenal dengan masyarakat yang memiliki
adat ke timur-timuran. Adat yang masih dipegang kuat oleh sebagian
masyarakat sebagai tonggak pandangan kebudayaannya. Namun, di era
modern seperti ini kebudayaan masyarakat Indonesia mulai ada yang
bergeser. Terlebih kemajuan teknologi dan peningkatan dua sektor utama
perekonomian Indonesia yakni industri dan pariwisata membuat
masyarakat dengan mudah menyerap kebiasaan baru menjadi sebuah
kebudayaan. Salah satunya kebudayaan yang bertahan dari dahulu hingga
detik ini adalah budaya konsumtif. Banyaknya industri di Indonesia
membuat banyaknya anekaragam kebutuhan yang tersedia, sehingga gaya
hidup masyarakat ikut bergeser menjadi masyarakat yang menginginkan
segala hal tanpa lagi melihat sisi kegunaan utama. Ditambah lagi
kedatangan para turis yang membawa kebudayaannya, beberapa dari
mereka menujukan kemewahan sehingga masyarakat Indonesia ingin
melakukan hal yang sama untuk menunjukan status dan kemampuannya.
Belum lagi kemajuan teknologi yang sulit dikendalikan. Membuat
masyarakat dengan mudah mengakses segala hal yang berkaitan dengan
gaya hidupnya. Meski tidak semua masyarakat berperilaku sama tapi
mayoritas masyarakat perkotaan berperilaku demikian. Dari segi
peningkatan pelakunya, golongan usia remaja dan dewasa muda (siswa-
siswi SMA/sederajat, mahasiswa-masasiswi, dan pria/wanita berusia
hingga 40 tahun) merupakan golongan usia yang paling cepat menyerap
budaya konsumtif. Pola konsumsi seperti ini terjadi pada hampir semua
lapisan masyarakat, meskipun dengan kadar yang berbeda-beda (Loudon
& Bitta, 1993). Pola konsumsi yang hadir di era modernisasi yang berlebih
ini pun menimbulkan masalah lain seperti kesenjangan sosial, gaya hidup
yang kebarat-baratan dan kenakalan remaja.
2. Budaya konsumtif yang mendarah daging khususnya di Indonesia
pada saat ini bisa jadi merupakan dampak jangka panjang dari kebiasaan-
kebiasaan hedonistik yang dimiliki oleh generasi sebelum kita, atau
mungkin juga terjadi akibat kurangnya rasa peduli sebagian besar
masyarakat terhadap akibat negatif yang ditimbulkan dari budaya tersebut.
Dampak negatif dari mendarah dagingnya budaya konsumtif bisa
dikatakan bercabang dan ikut mempengaruhi aspek-aspek lain dalam
kehidupan masyarakat.
Hubungan antara perilaku konsumtif yang membudaya dan
dampaknya terhadap kehidupan masyarakat merupakan hubungan yang
saling mempengaruhi. Budaya konsumtif dalam suatu masyarakat dapat
menjadi penyebab kesenjangan sosial, kenakalan remaja dan gaya hidup
yang kebarat-baratan sehingga tidak hanya perekonomian melainkan
moral masyarakat tersebut semakin memburuk, dan sebaliknya,
perekonomian yang baik (atau bahkan sangat baik) di kalangan menengah
ke atas dapat memicu perilaku konsumtif dalam kelompok masyarakat
tersebut.
B. Rumusan Masalah
Berikut rumusan masalah yang ditentukan oleh kami selaku penulis dalam
penulisan makalah ini :
1. Apa yang dimaksud dengan budaya konsumtif ?
2. Bagaimana kehidupan masyarakat Indonesia menghadapi era
modernisasi terhadap pengaruh budaya konsumtif ?
C. Tujuan Penulisan Makalah
Makalah ini memiliki tujuan dalam penulisan yakni sebagai berikut :
3. BAB II
PEMBAHASAN
A. Pengertian Modernisasi dan Budaya Konsumtif
1. Pengertian Modernisasi
Modernisasi dalam ilmu sosial merujuk pada sebuah
bentuk transformasi dari keadaan yang kurang maju atau kurang
berkembang ke arah yang lebih baik dengan harapan akan tercapai
kehidupan masyarakat yang lebih maju, berkembang, dan makmur.
Diungkapkan pula modernisasi merupakan hasil dari kemajuan ilmu
pengetahuan dan teknologi yang terus berkembang sekarang ini.
Tingkat teknologi dalam membangun modernisasi betul-betul
dirasakan dan dinikmati oleh semua lapisan masyarakat, dari
kota metropolitan sampai ke desa-desa terpencil.
Wilbert E Moore yang menyebutkan modernisasi adalah suatu
transformasi total kehidupan bersama yang tradisional atau pra modern
dalam arti teknologi serta organisasi sosial ke arah pola-pola ekonomis
dan politis yang menjadi ciri Negara barat yang stabil. Sementara
menurut J W School, modernisasi adalah suatu transformasi, suatu
perubahan masyarakat dalam segala aspek-aspeknya.1
Syarat-syarat Modenisasi:
Soerjono Soekanto mengemukakan bahwa sebuah modernisasi
memiliki syarat-syarat tertentu, yaitu sebagai berikut :
Cara berpikir yang ilmiah yang berlembaga dalam kelas penguasa
ataupun masyarakat.
Sistem administrasi negara yang baik, yang benar-benar
mewujudkan birokrasi.
Adanya sistem pengumpulan data yang baik dan teratur yang
terpusat pada suatu lembaga atau badan tertentu.
1 https://id.wikipedia.org/wiki/Modernisasi diakses pada tanggal 2016/05/16 .pada pukul 15:00
4. Penciptaan iklim yang menyenangkan dan masyarakat terhadap
modernisasi dengan cara penggunaan alat-alat komunikasi massa.
Tingkat organisasi yang tinggi yang di satu pihak berarti disiplin,
sedangkan di lain pihak berarti pengurangan kemerdekaan.
Sentralisasi wewenang dalam pelaksanaan perencanaan sosial.
2. Pengertian Budaya Konsumtif
Lubis (Sumartono, 2002) mengatakan perilaku konsumtif
adalah perilaku yang tidak lagi berdasarkan pada pertimbangan yang
rasional, melainkan karena adanya keinginan yang sudah mencapai
taraf yang sudah tidak rasional lagi. Sedangkan Yayasan Lembaga
Konsumen Indonesia (dalam Sumartono, 2002) mengatakan perilaku
konsumtif adalah kencenderungan manusia untuk menggunakan
konsumsi tanpa batas dan manusia lebih mementingkan faktor
keinginan dari pada kebutuhan.
Sedangkan Anggasari (dalam Sumartono, 2002) mengatakan
perilaku konsumtif adalah tindakan membeli barang-barang yang
kurang atau tidak diperhitungkan sehingga sifatnya menjadi
berlebihan. Lebih lanjut Dahlan (dalam Sumartono, 2002) mengatakan
perilaku konsumtif yang ditandai oleh adanya kehidupan mewah dan
berlebihan, penggunaan segala hal yang dianggap paling mahal yang
memberikan kepuasan dan kenyamanan fisik sebesar-besarnya serta
adanya pola hidup manusia yang dikendalikan dan didorong oleh
semua keinginan untuk memenuhi hasrat kesenangan semata.
a. Faktor Pembentuk Budaya Konsumtif
Menurut Soekanto (1942), di dalam setiap masyarakat
terdapat apa yang dinamakan pola-pola perilaku atau patterns of
behavior. Pola-pola perilaku merupakan cara-cara masayarakat
bertindak atau berkelakuan yang sama dan harus diikuti oleh
semua anggota masyarakat tersebut. Kecuali terpengaruh oleh
tindakan bersama tadi, maka pola-pola perilaku masyarakat sangat
dipengaruhi oleh kebudayaan masyarakatnya.
5. Hal ini lah yang kemudian menjadi pola konsumtif yang
terjadi pada masyarakat. Dimana masyarakat menjadi pengikut
perilaku konsumtif dengan hanya mengikuti sebuah trend atau hal-
hal yang sedang diperbincangkan. Masyarakat yang berada pada
ekonomi menengah kebawah menjadi sangat mudah terpengaruh
perilaku konsumtif terutama pada tingkat ekonomi menengah
keatas yang memang tingkat konsumtifnya jauh lebih tinggi
karena turut dipengaruhi oleh gaya hidup. Berikut faktor
pembentukan budaya konsumtif sebagai berikut :
- Faktor pertama adalah sikap. Sikap tidak lain merupakan
produk dari proses sosialisasi di mana sikap seseorang terhadap
obyek yang bersangkutan dipengaruhi oleh lingkungan sosial
serta kesediaan untuk bereaksi terhadap obyek tersebut
(Widaghdo, 1999). Hal ini dapat dihubungkan dengan budaya
konsumtif, di mana sikap seseorang terhadap rasa inginnya
untuk memiliki sesuatu menjelma menjadi kebutuhan tersier
yang wajib dipenuhi dengan segera. Pemenuhan dengan segera
merupakan langkah yang harus dilakukan akibat orang tersebut
dipengaruhi oleh lingkungan sosialnya, dan ia bereaksi dengan
mengikuti mayoritas orang di sekitarnya yang memiliki
perilaku konsumtif.
- Fenomena konformitas sebagai faktor pembentukan budaya
konsumtif. Fenomena konformitas sesungguhnya bukanlah
tantangan yang tidak bisa dihadapi oleh masyarakat madani.
Kelemahan terbesar yang membuat sebagian besar masyarakat
menjadi pengikut arus adalah ketidakmampuan menyesuaikan
diri. Menurut Ogburn (dalam Lauer, 1993), ketidakmampuan
menyesuaikan diri berakibat bagi kualitas hidup manusia. Ia
menyatakan ada dua jenis penyesuaian sosial. Pertama,
penyesuaian antara berbagai bagian kebudayaan. Kedua,
penyesuaian antara kebudayaan dan manusia. Pengertian diri
tak dapat dilepaskan dari konteks sosial maupun budaya,
6. karena meskipun merupakan kumpula relasi dengan dunia, diri
juga memiliki kemampuan untuk memilah-milah pengaruh dari
luar dan memilih unsur mana yang akan diintegrasikan dalam
konfigurasi diri. Manajemen terhadap diri sendiri
dimungkinkan dan hanya dapat dilakukan dengan pemanfaatan
kesadaran dalam beberapa derajat, dari derajat terendah hingga
derajat tertinggi yang mungkin dicapai (Takwin, 2008).
Sebetulnya, apabila masyarakat masing-masing dapat
menyesuaikan diri terhadap kebudayaan baru yang datang dari
luar serta terhadap orang lain yang menjadi role model-nya,
budaya konsumtif tidak akan mewabah atau bahkan menjadi
salah satu ciri masyarakat Indonesia.
- Selain fenomena konformitas, brand awareness juga menjadi
faktor berkembangnya budaya konsumtif. Brand awareness
merupakan kemampuan pembeli dalam mengenal suatu merek
secara cukup detil dalam suatu kategori tertentu sehingga
memudahkannya membeli (Ismarrahmini & Brotoharsojo,
2005). Dalam konteks budaya konsumtif, brand awareness
dapat mencakup loyalitas merek, di mana sesorang dengan
perilaku konsumtif dapat membeli suatu barang yang
sebetulnya tidak ia butuhkan, namun atas dasar loyalitas
terhadap merek yang ia percaya, ia tetap membeli barang
tersebut.
- Salah satu strategi pemasaran, yaitu strategi perluasan merek
ikut membantu perusahaan dalam mendapatkan loyalitas merek
dari konsumen. Strategi perluasan merek berusaha
memasukkan produk baru pada pasar yang sudah tercipta.
Dengan menggunakan merek yang sudah diterima konsumen,
konsumen cenderung dapat mengurangi resiko yang mungkin
diterima dari peluncuran produk baru melalui merek yang
sama. Nama merek yang telah dikenal baik dan disukai akan
membentuk harapan konsumen berkaitan dengan kemungkinan
7. komposisi dan kinerja sebuah produk baru didasarkan pada apa
yang telah mereka ketahui tentang merek itu sendiri dan pada
tingkat mana konsumen merasa informasi tersebut relevan
dengan produk baru (Keller, dalam Barrett, et al : 1999).
b. Menyikapi Budaya Konsumtif yang Mewabah di Masyarakat
Dari peristiwa-peristiwa tersebut dapat kita lihat bagaimana
budaya konsumtif secara perlahan tapi pasti menjelma menjadi
salah satu ciri khas masyarakat perkotaan di Indonesia di era
globalisasi ini. Terlepas dari karut-marut perekonomian di
Indonesia, seperti naiknya harga BBM dan mahalnya harga
sembako, masyarakat sepertinya selalu mempunyai dana untuk
memenuhi nafsu belanjanya. Di satu sisi mereka menolak
kebijakan pemerintah yang menaikkan harga BBM, tetapi di sisi
lain mereka tetap bisa menghabiskan uang mereka untuk membeli
barang-barang yang sebetulnya tidak mereka butuhkan.
Budaya konsumtif ini bukan tidak mungkin akan mengakar
pada generasi-generasi selanjutnya, yang dikhawatirkan akan
memberikan lebih banyak dampak negatif. Sebagai bagian dari
generasi penerus, sudah sepatutnya kita lebih selektif dalam
menerima budaya yang didapat dari dunia luar. Permasalahan
sosial yang terjadi dewasa ini tidak menutup kemungkinan berasal
dari suatu hal yang cukup sederhana seperti perilaku konsumtif.
Karena perilaku konsumtif seseorang, maka orang lain yang
merasa ingin mengikuti gaya hidupnya (misal karena yang
bersangkutan adalah public figure) akan berusaha untuk mengikuti
arus dan memilih gaya hidup yang ia anggap nyaman tersebut,
padahal sebetulnya secara ekonomi ia tidak seberuntung orang
yang ia jadikan panutan. Tetapi karena perilaku konsumtifnya
menular, maka orang ini akan cenderung menghalalkan segala cara
untuk tetap mengikuti tren tersebut, sehingga berdampak pada
perilaku menyimpang seperti mencuri.
8. Dengan merasa percaya diri dan menjadi diri sendiri di
manapun kita berada, kita telah berupaya menepis dampak negatif
dari budaya konsumtif. Melatih kesabaran dengan tidak membeli
semua hal yang kita inginkan, bukan kita butuhkan, juga dapat
menjadi sikap yang baik di tengah maraknya budaya konsumtif.
Upaya ini dapat dilakukan dengan berbagai cara, seperti
mengurangi frekuensi berkunjung ke pusat perbelanjaan,
menyibukkan diri dengan kegiatan yang bermanfaat, dan lain
sebagainya. Menyikapi fenomena yang terjadi setiap hari di sekitar
kita memang bukan suatu hal yang mudah, tetapi alangkah baiknya
kita melatih diri untuk bersikap tidak mengikuti arus apabila arus
yang dimaksud lebih banyak membawa dampak negatif.
3. Kaitan Era Modernisasi terhadap Pola Konsumtif Masyarakat
Indonesia
Berbicara masalah perilaku konsumtif, tidak terlepas dari kebutuhan
manusia itu sendiri. Setiap manusia yang hidup pasti memiliki
kebutuhan untuk mempertahankan kelangsungan hidupnya. Kebutuhan
hidup manusia beranekaragam sesuai dengan karakter dirinya serta
kondisi lingkungan disekitarnya. Seperti yang sudah diutarakan di atas,
Kebutuhan manusia juga terus berkembang seiring perubahan zaman.
Di era Modernisasi seperti sekarang ini, kebutuhan manusia semakin
beragam dan makin mudah untuk didapat. Kemudahan ini tidak
terlepas dari semakin berkembangnya IPTEK dan semakin bebasnya
arus informasi. Kini orang-orang semakin dimudahkan dalam
memperoleh barang-barang kebutuhannya mulai dari kebutuhan yang
paling mendasar seperti pangan, sandhang, danpapan sampai
kebutuhan yang sifatnya hiburan atau hanya untuk sekedar memuaskan
hasrat/keinginan. Pada era globalisasi, dimana dunia seakan menyatu
dan batas-batas wilayah antar Negara sudah tidak menjadi halangan
lagi, dan itu berpengaruh pada arus perdagangan global yang semakin
meningkat dan semakin berkembang. Hal ini sangat didukung oleh
sistem pasar persaingan bebas (kapitalisme) yang diusung Negara-
9. negara besar sebagai pelaku utama globalisasi. Sistem kapitalisme
telah ikut mendukung perkembangan industri-industri penghasil
kebutuhan manusia yang juga dibarengi dengan modernisasi di segala
aspek bidang kehidupan.
Perkembangan IPTEK, kemajuan di bidang industri, serta berbagai
bentuk modernisasi lain tidak semata-mata adalah sesuatu yang hal
yang positif. Dalam beberapa hal misalnya, semua bentuk modernisasi
tersebut telah menimbulkan efek negatif pada perubahan tingkah laku
manusia misalnya menumbuhkan pola hidup konsumtif di masyarakat.
Sebagai contoh dalam hal perkembangan ilmu pengetahuan dan
teknologi di masa sekarang, dulu sebelum ditemukannya telepon
seluler, kita masih menggunakan telepon kabel yang jaringannya
masih sangat terbatas dan biayanya masih sangat mahal sehingga
orang-orang masih pikir-pikir dahulu sebelum berkomunikasi
menggunakan telepon. Namun berbeda dengan sekarang, telepon
seluler telah ditemukan dan semakin berkembang. Telepon seluler
memiliki banyak keuntungan seperti mudah dibawa kemana-mana,
jaringannya lebih luas, biayanya lebih murah bahkan sekarang sudah
dilengkapi beberapa konten/fitur menarik seperti layanan pengirim
pesan singkat (SMS), pemutar lagu/video, kamera, penyimpan data, dll.
Sekarang ini, hampir tidak ada orang di dunia ini yang tidak
menggunakan telepon seluler bahkan satu orang bisa memiliki lebih
dari satu telepon seluler, hal ini juga dikarenakan makin pesatnya
tumbuhnya industri-industri telepon seluler yang memiliki merk
dagang sendiri-sendiri serta memiliki kelebihan dan kekurangan
masing-masing bahkan beberapa merk tersebut sudah mendunia
seperti Nokia, Sony Ericsson, Samsung, Blackberry, dsb dan masing-
masing memiliki pangsa pasar tersendiri.
Selain perkembangan IPTEK, perkembangan arus informasi juga
berpengaruh terhadap pola konsumtif masyarakat. Hal ini tidak
terlepas dari berkembangnya media massa baik cetak maupun
elektronik. Kini orang semakin mudah menjumpai iklan berbagai
10. produk yang dipasarkan melalui media koran, majalah, radio, televisi,
bahkan internet. Tidak hanya promosi/iklan produk saja yang
berkembang, bahkan sekarang proses transaksi jual beli dan
pembayaran barang/produk menjadi sangat mudah. Kini kita tidak
harus pergi ke toko atau pasar untuk membeli barang, tapi hanya
tinggal menelepon di rumah saja kita sudah bisa memesan barang
apapun yang kita inginkan. Selain itu, sekarang ini sudah berkembang
sistem belanja online yang hampir sama seperti pemesanan lewat
telepon. Sistem pembayaran juga sudah berkembang, sekarang kita
tidak perlu membayar dengan uang cash, tapi hanya dengan
menggesek kartu kredit atau melalui pembayaran M-banking/E-
bangking yang telah disediakan oleh bank-bank.
Hal lain yang tidak kalah penting yang mendorong terjadinya perilaku
konsumtif adalah perubahan dan perkembangan mode, pengaruh
budaya populer, dan pengaruh event-event besar berskala internasional.
Ketiga faktor tersebut bisa dikatakan yang paling berpengaruh
terhadap perilaku masyarakat dalam mengkonsumsi barang/kebutuhan
di era modern sekarang ini. Misalnya saja ketika sedang ngetrend-
ngetrend-nya gaya rambut Mohawk banyak kaum pria khususnya di
kota-kota besar yang berbondong-bondong pergi ke salon hanya untuk
merubah gaya rambutnya menjadi Mohawk. Atau ketika sedang
berlangsungnya event Piala Dunia, banyak masyarakat yang membeli
pernak-pernik yang berkaitan dengan sepak bola seperti
kaos/jersey tim nasional, syal, bola sepak, poster pemain, dan pernak-
pernak lainnya. Bahkan, mereka sampai rela memenuhi tempat-tempat
yang mengadakan nobar (nonton bareng) hanya untuk sekedar
menonton pertandingan sepak bola Piala Dunia.
Dengan berbagai kemudahan dan pilihan yang makin banyak dan
beragam, serta pengaruh dari trend/mode yang sedang berkembang,
tidak mengherankan jika peluang terjadinya perubahan perilaku
masyarakat yang konsumtif menjadi lebih besar. Hal ini juga tidak
terlepas dari efek globalisasi itu sendiri yaitu akibat terjadinya kontak
11. budaya antar bangsa sebagai dampak interaksi/hubungan antar Negara
dalam berbagai lingkup bidang kehidupan. Salah satu dampak dari
kontak budaya tersebut adalah berubahnya pola hidup masyarakat di
suatu Negara yang cenderung mengikuti budaya/gaya hidup yang
berlaku secara global baik itu gaya hidup kebarat-baratan
(westernisasi), budaya populer, maupun hal-hal yang berbau modern
lainnya. Akibatnya bisa kita lihat sendiri, masyarakat kini lebih suka
membeli barang-barang kebutuhan yang pada dasarnya kurang atau
bahkan tidak dibutuhkan sama sekali dengan alasan untuk mengikuti
trend yang ada, sebagai barang koleksi, menghibur diri, dan alasan-
alasan tidak masuk akal lain yang sebenarnya bersifat semu belaka.
Demi membeli barang-barang tersebut bahkan mereka rela
mengorbankan kebutuhan dasar yang sebetulnya lebih berguna dan
sangat dibutuhkan bagi kehidupan mereka. Perilaku konsumtif seperti
ini sangat merugikan bagi diri sendiri karena membuat kita hidup
boros dan tidak bisa menentukan prioritas hidup, dan bagi masyarakat
di sekitar karena bisa menimbulkan kesenjangan sosial bahkan memicu
tindakan kriminal.
Nah, dari gambaran diatas kita bisa tahu bahwa betapa besar
pengaruhnya perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi dan
berbagai bentuk modernisasi lainnya sebagai akibat dari globalisasi
terhadap perubahan perilaku masyarakat yang cenderung konsumtif di
era modern sekarang ini. Kita sebagai masyarakat yang cerdas dan
mengerti akan perubahan dan perkembangan zaman sekarang ini,
sudah seharusnya bersikap bijak dan arif dalam menyikapi berbagai
macam permasalahan di era globalisasi sekarang ini. Masalah
perubahan perilaku masyarakat yang konsumtif, kita harus mulai
memandangnya sebagai masalah bangsa yang sudah seharusnya
mendapat perhatian yang serius untuk memecahkan solusi
pemecahannya. Setiap elemen bangsa ini, baik rakyat maupun
pemerintah harus mulai bekerja sama membentuk karakter bangsa
12. Indonesia yang berjiwa Pancasila yang mampu menghadapi semua
perubahan dan tantangan kehidupan di era globalisasi.
4. Solusi Pola Konsumtif di Era Modernisasi
Setelah sebelumnya kita membahas tentang keterkaitan tentang
modernisasi dan perilaku konsumtif, sekarang kita akan membahas
beberapa cara yang dapat ditempuh untuk mengatasi perilaku
konsumtif antara lain sebagai berikut:
Yang dapat dilakukan oleh diri kita sendiri:
1. Belajar hidup hemat
Mulailah dari diri kita sendiri jika ingin merubah perilaku konsumtif.
Mulailah dengan membuat prioritas kebutuhan yang ingin kita beli.
Dahulukan membeli barang kebutuhan berdasarkan prioritas yang
terpenting, bukan untuk memenuhi keinginan semata.
2. Mulai menabung
Jika kita punya kelebihan uang sebaiknya ditabung, bukan untuk kita
hambur-hamburkan. Menabung selain merupakan bagian dari hidup
hemat, juga kita bisa gunakan uang hasil tabungan kita untuk membeli
barang yang akan kita butuhkan di masa yang akan datang atau jika
ada kebutuhan yang tak terduga.
3. Berinvestasi
Selain dengan menabung kita juga bisa menggunakan uang kita untuk
berinvestasi baik itu mendirikan usaha, investasi dengan barang
tertentu, atau bisa juga investasi di pasar modal atau bursa efek atau
semacamnya.
4. Menggunakan kelebihan uang untuk beribadah, beramal,
bersedekah, membayar zakat, berqurban, dll
Di dalam harta kita ada hak orang miskin, jadi kita sebaiknya
memberikan hak mereka yang ada pada harta kita dengan cara
bersedekah, membayar zakat baik zakat mal maupun zakat fitrah,
berqurban di hari raya Idul Adha, dll. Selain kita mendapat pahala dari
Tuhan YME, dengan beramal dan bersedekah kita belajar untuk saling
13. berbagi dengan sesama, menghilangkan kesenjangan sosial di antara
kita, serta lebih mendekatkan diri kita dengan Tuhan. Selain itu, cara
lain yang dapat kita tempuh untuk memanfaatkan kelebihan uang kita
adalah dengan melaksanakan ibadah Haji/Umroh ke tanah suci. Hal ini
jauh lebih bermanfaat daripada kita gunakan uang kita untuk
melancong berlibur ke luar negri.
Usaha yang dilakukan oleh Pemerintah:
1. Merancang undang-undang untuk melindungi hak-hak konsumen
Pemerintah bersama badan legislatif menyusun undang-undang untuk
melindungi hak-hak konsumen diantaranya:
a) Perlindungan konsumen dari bahaya-bahaya terhadap kesehatan
dan keamanannya.
b) Promosi dan perlindungan kepentingan ekonomi sosial konsumen.
c) Tersedianya informasi yang memadai bagi konsumen untuk
memberikan kemampuan mereka melakukan pilihan yang tepat sesuai
kehendak dan kebutuhan pribadi
d) Pendidikan konsumen
e) Tersedianya upaya ganti rugi yang efektif
f) Kebebasan untuk membentuk organisasi konsumen atau
organisasi lainnya yang relevan dan memberikan kesempatan kepada
organisasi tersebut untuk menyuarakan pendapatnya dalam proses
pengambilan keputusan yang menyangkut kepentingan mereka.
Adapun undang-undang tentang perlindungan konsumen di Indonesia
yang sudah terbentuk yaitu UU no. 8 tahun 1999.
2. Membentuk badan khusus yang menaungi perlindungan hak-hak
konsumen
a. Badan Perlindungan Konsumen Nasional (BPKN)
Salah satu badan yang diatur secara khusus dalam undang-undang
perlindungan konsumen adalah badan perlindungan konsumen
nasional (BPKN), yang mempunyai fungsi memberikan saran dan
pertimbangan kepada pemerintah dalam upaya mengembangkan
perlindungan konsumen di Indonesia.
14. b. Lembaga Perlindungan Konsumen Swadaya Masyarakat
Selain lembaga yang resmi dibentuk oleh pemerintah, menurut
ketentuan dalam Bab VIII undang-undang tentang perlindungan
konsumen, pemerintah-dalam Bab IX, pasal 44-memungkinkan
dibentuknya lembaga perlindungan konsumen swadaya masyarakat.
Lembaga ini diberikan kesempatan untuk berperan aktif dalam
mewujudkan perlindungan konsumen.
BAB III
PENUTUP
1. Kesimpulan
2. Saran
Daftar Pustaka
https://id.wikipedia.org/wiki/Modernisasi