SlideShare a Scribd company logo
MAKALAH
“IMAN DAN TAQWA”
Mata Kuliah : Agama Islam 2
Dosen : Abdul Hamid Aly, S.Pd, M, Pd
Nama Anggota : 1. Kusumas Tutik Wahyuningsah (21901082015)
2. Asmi Zuri Rambu Nawu (21901082021)
3. Mokhammad Ali Alfian Ridho (21901082028)
Kelas : Akuntansi-03
FAKULTAS EKONOMI BISNIS
UNIVERSITAS ISLAM MALANG
MARET 2020
DAFTAR ISI
DAFTAR ISI…………………………………………………………………….
BAB 1 PENDAHULUAN
A. Latar Belakang…………………………………………………………….
B. Rumusan
Masalah…………………………………………………………….………
BAB 2 PEMBAHASAN
A. Makna Iman Dan Taqwa, Keterkaitan Iman Dan Taqwa...............................
B. Ciri-Ciri Mukmin Sejati Dalam Al-Qur’an....................................................
C. Perbedaan Kafir, Dholim Dan Munafiq.........................................................
D. Upaya Peningkatan Kualitas Keimanan Dan Ketaqwaan..............................
BAB 3 PENUTUP
A. Kesimpulan…………………………………………………………………
B. Saran………………………………………………………………………..
BAB I
PENDAHULUAN
A. LATAR BELAKANG
Puji syukur kita panjatkan ke hadirat Allah swt, karena atas
limpahan rahmatnya, sehingga penulisan makalah ini dapat terselesaikan
dan telah rampung.
Makalah ini berjudul“IMAN DAN TAQWA”. Dengan tujuan
penulisan sebagai sumber bacaan yang dapat digunakan untuk
memperdalam pemahaman dari materi ini. Selain itu, penulisan makalah
ini tak terlepes pula dengan tugas mata kuliah Pendidikan Agama Islam.
Namun penulis cukup menyadari bahwa makalah ini jauh dari kata
sempurna. Oleh karena itu, penulis sangat mengharapkan kritik dan saran
pembaca yang bersifat membangun.
Malang, Maret 2020
Kelompok 2
B. RUMUSAN MASALAH
1. Apa makna dari Iman dan Taqwa ?
2. Bagaimana keterkaitan antara keduanya ?
3. Apa saja ciri-ciri mukmin sejati yang terdapat dalam Al-Quran ?
4. Apa perbedaan dari kafir, dlolim dan munafiq ?
5. Bagaimana upaya peningkatan kualitas keimanan dan ketaqwaan ?
BAB II
PEMBAHASAN
A. Makna Iman Dan Taqwa, Keterkaitan Iman Dan Taqwa
I. AQIDAH
Aqidah secara bahasa disebut pula “rabth” yang artinya tali, pegangan.
Aqidah merupakan keyakinan yang keluar dari interpretasi ajaran yang
dipastikan kebenarannya (berdasarkan wahyu).
1. Pengertian Iman
Kata iman berasal dari bahasa Arab yang artinya percaya.
Menurut istilah, iman adalah diyakini dengan hati, diucapkan dengan
lisan, dan dilakukan dalam perbuatan.
2. Pengertian Taqwa
Dari segi bahasa berasal daripada perkataan “wiqayah” yang diartikan
“memelihara”. Maksud dari pemeliharaan itu adalah memelihara hubungan
baik dengan Allah SWT., memelihara diri daripada sesuatu yang
dilarangNya. Melaksanakan segala titah perintahNya dan meninggalkan
segala laranganNya.
Iman dan taqwa dalam beberapa ayat al Qur’an sebagai berikut:
Rukun iman:
َّ‫ل‬‫ا‬ ِ‫ب‬‫ا‬َ‫ت‬ِ‫ك‬ْ‫ل‬‫ا‬ َ‫و‬ ِ‫ه‬ِ‫ل‬‫و‬ُ‫س‬ َ‫ر‬ ‫ى‬َ‫ل‬َ‫ع‬ َ‫ل‬َّ‫َز‬‫ن‬ ‫ي‬ِ‫ذ‬َّ‫ل‬‫ا‬ ِ‫ب‬‫ا‬َ‫ت‬ِ‫ك‬ْ‫ل‬‫ا‬ َ‫و‬ ِ‫ه‬ِ‫ل‬‫و‬ُ‫س‬ َ‫ر‬ َ‫و‬ ِ َّ‫اَّلل‬ِ‫ب‬ ‫وا‬ُ‫ن‬ِ‫م‬َ‫آ‬ ‫وا‬ُ‫ن‬َ‫م‬َ‫آ‬ َ‫ين‬ِ‫ذ‬َّ‫ل‬‫ا‬ ‫ا‬َ‫ه‬ُّ‫ي‬َ‫أ‬ ‫ا‬َ‫ي‬ُ‫ل‬ْ‫ب‬َ‫ق‬ ْ‫ن‬ِ‫م‬ َ‫ل‬َ‫ز‬ْ‫ن‬َ‫أ‬ ‫ي‬ِ‫ذ‬
ْ‫د‬َ‫ق‬َ‫ف‬ ِ‫ر‬ ِ‫خ‬َ ْ‫اْل‬ ِ‫م‬ ْ‫و‬َ‫ي‬ْ‫ل‬‫ا‬ َ‫و‬ ِ‫ه‬ِ‫ل‬ُ‫س‬ ُ‫ر‬ َ‫و‬ ِ‫ه‬ِ‫ب‬ُ‫ت‬ُ‫ك‬ َ‫و‬ ِ‫ه‬ِ‫ت‬َ‫ك‬ِ‫ئ‬ َ‫َل‬َ‫م‬ َ‫و‬ ِ َّ‫اَّلل‬ِ‫ب‬ ْ‫ر‬ُ‫ف‬ْ‫ك‬َ‫ي‬ ْ‫ن‬َ‫م‬ َ‫و‬‫اا‬‫د‬‫ي‬ِ‫ع‬َ‫ب‬ ‫ا‬‫ًل‬ َ‫َل‬َ‫ض‬ َّ‫ل‬َ‫ض‬
“Wahai orang-orang yang beriman, tetaplah beriman kepada Allah dan
rasul-Nya dan kepada Kitab yang Allah turunkan kepada rasul-Nya serta
Kitab yang Allah turunkan sebelumnya. barangsiapa yang kafir kepada
Allah, malaikat-malaikat-Nya, kitab-kitab-Nya, rasul-rasul-Nya, dan hari
Kemudian, Maka Sesungguhnya orang itu Telah sesat sejauh-jauhnya” (al
Nisa’: 136 ).
Tanda orang bertaqwa:
َّ‫ن‬‫ال‬ ِ‫ن‬َ‫ع‬ ‫ين‬ِ‫ف‬‫ا‬َ‫ع‬ْ‫ل‬‫ا‬ َ‫و‬ َ‫ظ‬ْ‫ي‬َ‫غ‬ْ‫ل‬‫ا‬ َ‫ين‬ِ‫م‬ِ‫اظ‬َ‫ك‬ْ‫ل‬‫ا‬ َ‫و‬ ِ‫اء‬َّ‫ر‬َّ‫ض‬‫ال‬ َ‫و‬ ِ‫اء‬َّ‫ر‬َّ‫س‬‫ال‬ ‫ي‬ِ‫ف‬ َ‫ون‬ُ‫ق‬ِ‫ف‬ْ‫ن‬ُ‫ي‬ َ‫ين‬ِ‫ذ‬َّ‫ل‬‫ا‬َ‫ين‬ِ‫ن‬ِ‫س‬ْ‫ح‬ُ‫م‬ْ‫ل‬‫ا‬ ُّ‫ب‬ ِ‫ُح‬‫ي‬ ُ َّ‫اَّلل‬ َ‫و‬ ِ‫اس‬
(134)
Artinya:
(yaitu) orang-orang yang menafkahkan (hartanya), baik di waktu lapang
maupun sempit, dan orang-orang yang menahan amarahnya dan
mema'afkan (kesalahan) orang. Allah menyukai orang-orang yang berbuat
kebajikan.(QS. Ali Imran: 134)
3. Sifat-sifat Allah
Islam mengajarkan agar kita memahami, menghayati dan melakukan
kebaikan yang bersumber dari sifat-sifat Allah dengan cara sesuai batas-
batas kemanusiaannya. Berikut ini sifat-sifat Allah:
1. Wujud (Ada)
2. Qidam (Terdahulu)
3. Baqa’ (Kekal)
4. Mukholafatul Lilhawaditsi (Berbeda dengan makhluk ciptaanNya)
5. Qiyamuhu Binafsihi (Berdiri sendiri)
6. Wahdaniyah (Esa/Tunggal)
7. Qudrat (Berkuasa)
8. Iradat (Berkehendak)
9. ‘Ilmun (Mengetahui)
10. Hayat (Hidup)
11. Sama’ (Mendengar)
12. Bashar (Melihat)
13. Kalam (Berfirman)
14. Qadiran (Berkuasa)
15. Muridan (Berkehendak)
16. ‘Aliman (Mengetahui)
17. Hayyan (Hidup)
18. Sami’an (Mendengar)
19. Bashiran (Melihat)
20. Mutakalliman (Berfirman atau Berkata-kata)
4. Sifat-sifat Wajib bagi Rasul
Sifat-sifat Wajib bagi Rasul antara lain sebagai berikut :
1. Shiddiq: Artinya setiap Rasul itu wajib berkata, bersikap, dan berbuat
benar dalam kehidupannya, mustahil para Rasul sebagai utusan Allah
SWT itu berdusta didalam menyampaikan wahyu yang datangnya dari
Allah, karena para Rasul itu senantiasa terjaga dari perbuatan dosa
(maksum).
2. Amanah: Setiap Rasul yang diutus oleh Allah SWT wajib berlaku
amanah baik terhadap Allah SWT maupun terhadap umatnya, tidak
mungkin para Rasul itu berkhianat terhadap yang diamanatkan oleh
Allah kepadanya
3. Tabligh: Para utusan Allah SWT pasti menyampaikan wahyu yang ia
terima kepada umatnya. Ia tidak menambah atau mengurangi wahyu
Allah SWT tersebut. Ia sampaikan semua wahyu Allah kepada semua
manusia tanpa melihat suku, ras , atau pangkat dan kedudukan. Seorang
Rasul tidak mungkin menyembunyikan apa yang ia peroleh dari wahyu
Allah SWT.
4. Fathanah: Tugas para Rasul itu sangat berat, berbagai rintangan,
tantangan, dan hambatan senantiasa berada di depan mereka pada saat
melaksanakan misi dakwah, para Rasul dituntut untuk bisa
menyelesaikan dan mengatasi berbagai persoalan yang ada pada
umatnya, untuk itu para Rasul diberi sifat fathonah (kecerdasan) oleh
Allah sehingga dapat menyelesaikan semua persolan yang dihadapinya,
mustahil para utusan Allah itu bersifat bodoh (baladah).
5. Asma al husna
Asma al husna adalah nama-nama baik milik Allah yang mengandung
makna sangat dalam jika kita mampu menggalinya pada setiap nama
tersebut. Disebutkan dalam ayat al Qur’an:
‫و‬ ‫بها‬ ‫عوه‬ ‫د‬ ‫فا‬ ‫سماءالحسنى‬ ‫اًل‬ ‫وهلل‬‫كانوايعملون‬ ‫ما‬ ‫سيجزون‬ ‫ئه‬ ‫اسما‬ ‫في‬ ‫يلحدون‬ ‫ذين‬ّ‫ل‬‫ذرواا‬
Artinya:“Hanya milik Allah Al-Asma’ul Husna, maka bermohonlah
kepada-Nya dengan menyebut Al-Asma’ul Husna itu dan tinggalkanlah
orang-orang yang menyimpang dari kebenaran dalam (menyebut) nama-
nama-Nya.nanti mereka akan mendapat balasan terhadap apa yang telah
mereka kerjakan.” (Q.S. Al-A’raf,7:180)
Ayat tersebut mengandung beberapa maksud sebagai berikut:
a. Allah pemilik nama-nama yang baik.
b. Sumber kebaikan yang tak tertandingi dan terbantahkan.
c. Memohon kepada Allah melalui nama-namaNya Yang Baik.
d. Larangan menyebut nama-nama lain yang menyesatkan keimanan dan
kebenaran.
e. Balasan baik bagi orang yang menyebut, mengingat, berdoa dengan
namaNya disertai dengan iman, dan sebaliknya bagi orang yang
mengingkari akan mendapatkan balasan atas perbuatannya.
Adapun contoh Nama-nama Allah dan bagaimana
mengimplementasikan nama-nama baik bagi Allah dalam kehidupan
manusia, misalnya Al Aziz (Maha Perkasa), Al Wahhab (Maha Pemberi),
Al Fattah (Maha Pemberi Keputusan), Al Qayyum (Maha Berdiri Sendiri),
Al Hadi (Maha Pemberi Petunjuk), Al Salam ( Maha Sejahtera), Al Khaliq
(Maha Pencipta), Al Ghaffar (Maha Pengampun), Al Adl (Maha Adil), Al
Shabur (Maha Sabar)
II. Keterkaitan Iman Dan Taqwa
Keimanan dan ketakwaan merupakan dua hal yang tidak bisa
dipisahkan. Orang yang bertakwa adalah orang yang beriman yaitu yang
berpandangan dan bersikap hidup dengan ajaran Allah menurut Sunnah Rasul
yakni orang yang melaksanakan shalat, sebagai upaya pembinaan iman dan
menafkahkan rizkinya untuk mendukung tegaknya ajaran Allah. Takwa adalah
melaksanakan perintah Allah dan menjauhkan larangannya. Iman adalah
percaya pada pandangan dan sikap hidup dengan ajaran Allah, yaitu al-Qur'an
menurut Sunnah Rasul, atau dengan selain ajaran Allah, yang terwujud
kedalam ucapan dan perbuatan. Wujud iman menurut tiga unsur, yaitu isi hati,
ucapan, dan laku perbuatan. Isi hati dan perbuatan disebut pandangan hidup,
sedangkan laku pebuatan yang mewujudkan gerak berbuat dalam keseluruhan
hidup manusia disebut sikap hidup.
Hubungan tentang iman, takwa dan islam kepada salah satu ayat Al-Qur'an
surat Ali Imran ayat 102 yang artinya adalah "Hai orang orang yang beriman,
bertakwalah kepada Allah sebenar benar takwa kepadaNya dan janganlah
sekali kali kamu mati melainkan dalam keadaan beragam islam" Pada ayat
tersebut Allah memperlihatkan kedekatanNya dengan hambaNya yang beriman
dengan memanggil mereka dengan huruf nida' yang diterjemahkan kedalam
bahasa Indonesia dengan "Hai", dengan cara ini menunjukkan kedekatan antara
yang memanggil dan yang dipanggil, yaitu orang orang yang beriman.
B. Ciri-ciri mukmin sejati dalam Al-Quran
Mukmin ialah orang yang benar-benar beriman kepada Allah SWT. Mematuhi
segala perintah dan menjauhi seluruh larangan-Nya. Itulah mukmin sejati.
Mukmin sejati kelak akan mendapatkan surga dan keridaan Allah SWT.
Tentu kita ingin menjadi mukmin sejati yang nantinya mendapat rida Allah
SWT dan kekal dalam kebahagiaan.
Berikut ciri-ciri mukmin sejati sebagaimana terkandung dalam surat Al-
Mukminun ayat 1 – 9 :
1.Keberuntungan Orang-orang yang beriman
َ َ‫ون‬ُ‫ن‬ِ‫م‬ْ‫ؤ‬ُ‫م‬ْ‫ل‬‫ا‬ َ‫ح‬َ‫ل‬ْ‫ف‬َ‫أ‬ ْ‫د‬َ‫ق‬
"Sesungguhnya beruntunglah orang-orang yang beriman" (ayat 1)
Ayat ini merupakan peninggian dari Allah terhadap hamba-hamba-Nya yang
mukmin, menyebutkan keberuntungan dan kebahagiaan mereka, dan
menyebutkan sesuatu yang dapat menyampaikan mereka kepada keberuntungan,
sekaligus mendorong manusia agar memiliki sifat-sifat itu. Oang-orang islam,
ataupun orang-orang kaya dan pintar tidaklah cukup disebut beruntung.Sungguh
orang-orang yang beriman kepada Allah, yang mengamalkan ajaran syariat-Nya
telah beruntung dengan meraih balasan yang mereka cita-citakan, dan selamat dari
perkara yang mereka takuti.
Orang beriman adalah orang yang beriman kepada Allah dan rasulnya dan
tiada keraguan. Tidak ada toleransi untuk mengurangi amalan. Jadi jangan
menganggap mengurangi amalan adalah perbuatan yang benar. Bisa saja karena
keraguan-keraguan itu, kita disebut sebagai orang yang munafik. Jangan
memberikan toleransi pada diri sendiri dalam berinadah.
2.Orang-orang yang khusyu dalam shalatnya
‫في‬ ْ‫م‬ُ‫ه‬ َ‫ذين‬َّ‫ل‬‫ٱ‬َ‫ون‬ُ‫ع‬ِ‫ش‬‫خا‬ ْ‫م‬ِ‫ه‬ِ‫ت‬‫َل‬َ‫ص‬
"Orang-orang yang khusyu` di dalam melakukan sembahyang( ".ayat 2 .)
Orang-orang yang khusyu dalam shalatnya adalah mereka yang menegakkan
shalat dengan sepenuh ketundukan hati, merasakan kehadiran Allah dalam
sholatnya, membaca bacaan sholat dengan baik, memahami dan meresapi
maknanya serta mematuhi semua rukun sholat dengan baik dan benar. Maka
untuk menjadi mukmin yang beruntung, standar ibadah sholat yang harus kita
penuhi tentunya adalah sholat yang dikerjakan dengan khusyu dan dengan
sepenuh kesungguhan hati.
3.Orang yang menjauhkan diri dari perbuatan tak berguna
َ‫و‬َ َ‫ون‬ُ‫ض‬ ِ‫ر‬ْ‫ع‬ُ‫م‬ ِ‫و‬ْ‫غ‬َّ‫ل‬‫ال‬ ِ‫ن‬َ‫ع‬ ْ‫م‬ُ‫ه‬ َ‫ذين‬َّ‫ل‬‫ا‬
"Dan orang-orang yang terhadap segala laku yang sia-sia menampik dengan
keras( ".ayat 3.)
Yakni yang tidak ada kebaikan dan faedahnya. Jika perbuatan yang tidak dan
haram mereka akan menjauhi. Oleh karena itulah, apabila seseorang mampu
mengendalikan anggota badan yang paling ringan digerakkan (lisan), maka sudah
tentu dia dapat mengendalikan anggota badan yang lain, sebagaimana sabda Nabi
shallallahu 'alaihi wa sallam kepada Mu’adz bin Jabal, “Maukah kamu aku
beritahukan penopang semua itu?” Mu’adz berkata, “Ya, wahai Rasulullah.”
Beliau bersabda, “Jagalah ini.” Yakni lisanmu. Nah, orang-orang mukmin, karena
sifat mereka yang terpuji, mereka jaga lisan mereka dari perkataan sia-sia dan hal-
hal haram.
Sebagai seorang mukmin yang baik, sudah semestinya kita meninggalkan hal-
hal yang tak berguna. Lebih baik menggunakan waktu secara produktif atau
dengan mendekatkan diri kepada Allah lewat amal ibadah dan bibir yang
senantiasa basah oleh ucapan zikir.
4.Orang yang menunaikan zakat atau pembersih jiwa
َ َ‫ون‬ُ‫ل‬ِ‫ع‬‫فا‬ ِ‫ة‬‫كا‬َّ‫لز‬ِ‫ل‬ ْ‫م‬ُ‫ه‬ َ‫ذين‬َّ‫ل‬‫ا‬ َ‫و‬
"Dan orang-orang yang mengerjakan zakat( ".ayat 4.)
Mereka berbuat kebaikan dalam beribadah kepada Allah, yaitu dengan
menjalankan ibdah dengan khusyu’ dan berbuat kebaikan kepada manusia dengan
membayar zakat.
Zakat, baik zakat fitrah, zakat mal maupun hewan dan hasil pertanian serta
pertambangan adalah ibadah yang wajib dijalankan atas mereka yang tergolong
muzakki (wajib membayar zakat). Setiap muslim harus bisa menilai diri sendiri
apakah ia tergolong muzakki atau tidak. Kesediaan membayar zakat adalah ciri
seorang mukmin, yang rela ketika Allah memerintahkan untuk memberikan
sebagian harta yang dimilikinya kepada orang yang berhak (mustahik). Bila Allah
yang memerintah, jangankan harta, bagi seorang mukmin yang sejati, jiwa pun tak
segan ia berikan. Ia yakin, kematian di jalan Allah adalah semulia-mulia akhir
kehidupan. Dan surga adalah balasannya.
5.Orang yang memelihara kemaluannya, kecuali terhadap istri-istri mereka
atau hamba sahaya yang mereka miliki
َ َ‫ون‬ُ‫ظ‬ِ‫ف‬‫حا‬ ْ‫م‬ِ‫ه‬ ِ‫وج‬ُ‫ر‬ُ‫ف‬ِ‫ل‬ ْ‫م‬ُ‫ه‬ َ‫ذين‬َّ‫ل‬‫ا‬ َ‫و‬
"Dan orang-orang yang selalu menjaga faraj (kelamin) mereko( ".ayat 5" .)
‫لى‬َ‫ع‬ َّ‫ًل‬ِ‫إ‬َ َ‫ومين‬ُ‫ل‬َ‫م‬ ُ‫ْر‬‫ي‬َ‫غ‬ ْ‫م‬ُ‫ه‬َّ‫ن‬ِ‫إ‬َ‫ف‬ ْ‫م‬ُ‫ه‬ُ‫ن‬‫ْما‬‫ي‬َ‫أ‬ ْ‫ت‬َ‫ك‬َ‫ل‬َ‫م‬ ‫ما‬ ْ‫و‬َ‫أ‬ ْ‫م‬ِ‫ه‬ ِ‫واج‬ْ‫ز‬َ‫أ‬
Kecuali terhadap isterinya atau hambasahayanya, maka tidaklah mereka tercela " .
(ayat 6 .)
‫غى‬َ‫ت‬ْ‫ب‬‫ا‬ ِ‫ن‬َ‫م‬َ‫ف‬َ َ‫ُون‬‫د‬‫العا‬ ُ‫م‬ُ‫ه‬ َ‫ك‬ِ‫ئ‬‫ول‬ُ‫أ‬َ‫ف‬ َ‫ك‬ِ‫ل‬‫ذ‬ َ‫ء‬‫را‬ َ‫و‬
"Tetapi barangsiapa yang masih memilih jalan di luar itu, itulah orang-orang yang
telah melanggar garis( " .ayat 7.)
Bagi seorang muslim, hidup adalah rangkaian ibadah. Termasuk ketika ia
memenuhi hasrat seksualnya. Ia akan menempuh cara-cara yang telah ditetapkan
Islam dan menghindari yang dilarangnya. Baginya yang terpenting bukanlah
kepuasan itu sendiri, karena kepuasan memang tidak pernah punya ujung,
melainkan keridhaan Allah. Ia akan merasa bahagia lahir bathin manakala
kepuasan seksualnya ia peroleh dengan cara yang halal. Karena ituia akan
menjaga kemaluannya dengan cara yang sebenar-benarnya.
Memelihara kemaluan tidak hanya sekadar memelihara diri dari perbuatan
zina, tetapi juga menghindarkan diri dari hal-hal yang mendekati zina. Ada pun
yang dimaksud hamba sahaya yang dimaksud oleh ayat ini, adalah hamba sahaya
yang diperoleh dari peperangan dengan orang kafir, dan untuk masa sekarang,
sudah tidak ada lagi.
6.Orang yang memelihara amanat dan janji
َ َ‫ون‬ُ‫ع‬‫را‬ ْ‫م‬ِ‫ه‬ِ‫د‬ْ‫ه‬َ‫ع‬ َ‫و‬ ْ‫م‬ِ‫ه‬ِ‫ت‬‫مانا‬َ ِ‫ِل‬ ْ‫م‬ُ‫ه‬ َ‫ذين‬َّ‫ل‬‫ا‬ َ‫و‬
"Dan orang-orang yang menjaga dengan baik terhadap amanat dan janjinya ".
(ayat 8.)
Islam sangat menganjurkan umatnya untuk teguh memegang amanah dan juga
janji.Bahkan orang yang tidak memelihara amanat dan janji digolongkan ke dalam
orang munafik.Seorang muslim yang beriman adalah orang yang terpercaya. Ia
akan menunaikan setiap amanah yang dipikulnya dan menepati setiap janji yang
diucapkannya. Ia menjadi orang yang terpercaya, hanyakarena memang
demikianlah tuntunan Islam. Ia mengerti, bahwa bila ia bisa melaksanakan
amanah dan janjinya dengan baik, itu adalah ibadah. Ia yakin Allah menjadi saksi
atas semua itu. Karena Allah menyaksikan juga, maka ia takut mengkhianati
amanah dan melanggar janji.
7. Orang yang memelihara shalatnya
a ‫لى‬َ‫ع‬ ْ‫م‬ُ‫ه‬ َ‫ذين‬َّ‫ل‬‫ا‬ َ‫و‬َ َ‫ون‬ُ‫ظ‬ِ‫ف‬‫ُحا‬‫ي‬ ْ‫م‬ِ‫ه‬ِ‫ت‬‫وا‬َ‫ل‬َ‫ص‬
"Dan orang-orang yang memelihara dan menjaga semua waktu sembahyangnya ".
(ayat 9.)
Yaitu menjaga shalat. menjaga disini maksudnya menjaga waktunya. Tidak
hanya shalat pada waktunya tapi shalat pada awal waktu. Menjaga syarat, dan
rukun shalatnya termasuk didalamnya menjaga/memperhatikan wudhunya.
Hal ini ditegaskan pula oleh Rasulullah SAWdalam sabda beliau : “Amal yang
pertama kali dihisab dari amalan seorang hamba pada hari kiamat adalah
shalatnya, maka jika shalatnya baik, berbahagialah dia, dan jika shalatnya rusak,
rugilah dia dan sia-sialah usahanya.” (HR. Thabrani).
8.
َ َ‫ون‬ُ‫ث‬ ِ‫وار‬ْ‫ل‬‫ا‬ ُ‫م‬ُ‫ه‬ َ‫ك‬ِ‫ئ‬‫ول‬ُ‫أ‬
"Mereka itulah yang akan mewarisi( " .ayat 10 .)
9.
َ َ‫ُون‬‫د‬ِ‫ل‬‫خا‬ ‫فيها‬ ْ‫م‬ُ‫ه‬ َ‫س‬ ْ‫و‬َ‫د‬ْ‫ر‬ِ‫ف‬ْ‫ل‬‫ا‬ َ‫ون‬ُ‫ث‬ ِ‫ر‬َ‫ي‬ َ‫ذين‬َّ‫ل‬‫ٱ‬
"Yang akan mewarisi syurga Firdaus dan di sanalah mereka mencapai khulud
(kekal) selamalamanya( ".ayat 11.)
Orang-orang diantaranya dengan ciri-ciri inilah yang dijanjikan surga firdaus oleh
Allah.
Allah SWT menyebutkan di dalam Surat Al-Anfal ayat 2-4 tentang ciri-ciri
orang beriman :
1. Memiliki Rasa Gemetar Hatinya kepada Allah
ِ‫ذ‬َّ‫ل‬‫ٱ‬ َ‫ون‬ُ‫ن‬ِ‫م‬ْ‫ؤ‬ُ‫م‬ْ‫ل‬‫ٱ‬ ‫ا‬َ‫م‬َّ‫ن‬ِ‫إ‬ْ‫م‬ُ‫ه‬ُ‫ب‬‫و‬ُ‫ل‬ُ‫ق‬ ْ‫ت‬َ‫ل‬ ِ‫ج‬ َ‫و‬ ُ َّ‫ٱَّلل‬ َ‫ر‬ِ‫ك‬ُ‫ذ‬ ‫ا‬َ‫ذ‬ِ‫إ‬ َ‫ين‬
Artinya: “Sesungguhnya orang-orang yang beriman ialah mereka yang apabila
disebut nama Allah, gemetarlah hati mereka.” (QS Al-Anfal [8]: 2).
Hanya orang yang berimanlah, yang jika disebutkan nama Allah, gemetar
hatinya, ada rasa takut dalam hatinya. Rasa takutnya justru adalah sebagai bentuk
mengagungkan asma Allah. Maka, jika ia berkeinginan untuk melakukan
perbuatan dosa atau maksiat, ia pun segara teringat Allah dan takut
melaksanakannya.
Ia seperti Nabi Yusuf dan orang-orang beriman lainnya, yang gemetar hatinya,
manakala digoda lawan jenis atau bercanda dengan yang bukan
mahramnya.Gemetar yang menunjukkan rasa takutnya kepada Allah. Ia lebih baik
ditusuk besi tajam daripada bersentuhan dengan yang bukan isterinya. Ia pun lebih
baik sendirian atau malah dengan keluarganya, daripada dengan yang bukan
mahram, yang hanya mendatangkan dosa demi dosa, dari tiap huruf, kata dan
kalimat, dari tiap canda tawanya, dan dari tiap kerlingan mata serta gerakan
tubuhnya. Padahal ada tempat yang sah, halal lagi barakah yakni keluarganya.
Mereka orang-orang beriman yang sebenarnya, akan gemetar lagi takut
dengan pengawasan Tuhannya.Itulah salah satu golongan yang dijaminkan
terlidungi pada hari kiamat saat tidak ada perlindungan dari Allah. Yakni pemuda
atau pemudi yang ketika diajak bermaksiat, ia mengicapkan, “Saya takut kepada
Allah”.
2. Bertambah imannya jika dibacakan ayat Al-Quran.
Allah berfirman pada lanjutan ayat:
ُ‫ه‬ُ‫ت‬ََٰ‫ي‬‫ا‬َ‫ء‬ ْ‫م‬ِ‫ه‬ْ‫ي‬َ‫ل‬َ‫ع‬ ْ‫ت‬َ‫ي‬ِ‫ل‬ُ‫ت‬ ‫ا‬َ‫ذ‬ِ‫إ‬ َ‫و‬‫ا‬‫ا‬‫ن‬ ََٰ‫م‬‫ي‬ِ‫إ‬ ْ‫م‬ُ‫ه‬ْ‫ت‬َ‫د‬‫ا‬َ‫ز‬ ‫ۥ‬
Artinya: “dan apabila dibacakan ayat-ayat-Nya bertambahlah iman mereka
(karenanya)” (QS. Al-Anfal [8]: 2).
Hal ini menjadi bukti keimanan seseorang ketika Al-Qur’an dibaca, baik oleh
dirinya ataupun orang lain.Karena itu, bagi orang beriman, menjadi makmum
berdiri di belakang imam shalat, imam membaca ayat yang sekiranya panjang-
panjang. Itu adalah hak imam, dan orang beriman akan senang saja. Sebab, ya itu
tadi, apabila dibacaan ayat-ayat Allah, maka bertambahlah imannya. Demikian
pula kalau ada alim mengaji ayat-ayat Allah, ia akan senang mendengarnya.
Menguraikan Al-Quran dan As-Sunnah, ia akan betah mendengarkannya.
3.Bertawakkal hanya kepada Allah
Allah berfirman dalam lanjutan ayat:
َ‫ون‬ُ‫ل‬َّ‫ك‬ َ‫و‬َ‫ت‬َ‫ي‬ ْ‫م‬ِ‫ه‬ِّ‫ب‬َ‫ر‬ َٰ‫ى‬َ‫ل‬َ‫ع‬ َ‫و‬
Artinya: “Dan hanya kepada Tuhannya mereka bertawakkal” (QS. Al-Anfal [8]:
2).
Orang yang beriman akan menyandarkan segala urusannya hanya kepada
Allah, bukan kepada benda, gunung, cincin, keris, atau yang lain.Karena orang
beriman itu yakin bahwa tidak akan terwujud suatu hal kecuali atas kehendak
Allah. Jika Allah berkehendak terjadi, maka terjadilah. Dan jika Allah tidak
berkehendak, ya tidak akan terjadi.
4. Mendirikan Shalat
Allah berfirman pada lanjutan ayat:
َ‫ة‬ َٰ‫و‬َ‫ل‬َّ‫ص‬‫ٱل‬ َ‫ون‬ُ‫م‬‫ي‬ِ‫ق‬ُ‫ي‬ َ‫ين‬ِ‫ذ‬َّ‫ل‬‫ٱ‬
Artinya: “(yaitu) orang-orang yang mendirikan shalat.” (QS Al-Anfal [8]: 3).
Mendirikan shalat adalah bukti keimanan seseorang. Di samping karena
memang shalat adalah tiangnya agama. Kalau ia menegakkan shalatnya, sama
dengan ia menegakkan agamanya. Sebaliknya manakala ia meruntuhkannya, tidak
memperhatikannya, mengabaikannya, sama juga dengan meruntuhkan, tidak
memperhatikan dan mengabaikan agamanya sendiri.
5. Gemar berinfaq di jalan Allah.
Allah berfirman pada lanjutan ayat:
ْ‫م‬ُ‫ه‬ََٰ‫ن‬ْ‫ق‬َ‫ز‬َ‫ر‬ ‫ا‬َّ‫م‬ِ‫م‬ َ‫و‬َ‫ون‬ُ‫ق‬ِ‫ف‬‫ُن‬‫ي‬
Artinya: “Dan mereka yang menginfakkan rezki yang Kami berikan kepada
mereka.” (QS Al-Anfal [8]: 3).
Maka, seorang dikatakan beriman kepada Allah adalah ketika ia gemar
menginfakkan hartanya di jalan Allah.
Pada ayat lain, Allah berfirman:
ُ‫ي‬ َ‫و‬ُ‫ه‬َ‫ف‬ ٍ۬‫ء‬ ۡ‫َى‬‫ش‬ ‫ن‬ِّ‫م‬ ‫م‬ُ‫ت‬ۡ‫ق‬َ‫ف‬‫ن‬َ‫أ‬ ‫آ‬َ‫م‬ َ‫و‬ ۚ‫ۥ‬ُ‫ه‬َ‫ل‬ ُ‫ر‬ِ‫د‬ۡ‫ق‬َ‫ي‬ َ‫و‬ ‫ۦ‬ِ‫ه‬ِ‫د‬‫ا‬َ‫ب‬ِ‫ع‬ ۡ‫ن‬ِ‫م‬ ُ‫ء‬‫َآ‬‫ش‬َ‫ي‬ ‫ن‬َ‫م‬ِ‫ل‬ َ‫ق‬ ۡ‫ز‬ِّ‫ٱلر‬ ُ‫ط‬ُ‫س‬ ۡ‫ب‬َ‫ي‬ ‫ّى‬ِ‫ب‬َ‫ر‬ َّ‫ن‬ِ‫إ‬ ۡ‫ل‬ُ‫ق‬َ‫ين‬ِ‫ق‬ ِ‫ٲز‬َّ‫ٱلر‬ ُ‫ر‬ۡ‫َي‬‫خ‬ َ‫و‬ُ‫ه‬ َ‫و‬ ‫ۥ‬ ُُۖ‫ه‬ُ‫ف‬ِ‫ل‬ ۡ‫خ‬
Artinya: “Katakanlah: ‘Sesungguhnya Tuhanku melapangkan rezeki bagi siapa
yang dikehendaki Nya di antara hamba-hamba Nya dan menyempitkan bagi (siapa
yang dikehendaki Nya)’, dan apa saja yang kamu nafkahkan, maka Allah akan
menggantinya dan Dia lah pemberi rezeki yang sebaik-baiknya.” (QS Saba [34]:
39).
Demikianlah sifat-sifat, ciri atau karakteristik dari orang-orang yang beriman
kepada Allah SWT yang terkandung dalam Al-Quran. Jika kita memiliki sifat
iman seperti itu, maka ayat menegaskan:
‫ا‬ًّ‫ق‬َ‫ح‬ َ‫ون‬ُ‫ن‬ِ‫م‬ْ‫ؤ‬ُ‫م‬ْ‫ل‬‫ٱ‬ ُ‫م‬ُ‫ه‬ َ‫ك‬ِ‫ئ‬
َََٰٰٓ‫ل‬ ۟‫و‬ُ‫أ‬
Artinya: “Mereka itulah orang-orang yang beriman dengan sebenar-benarnya.”
(QS Al-Anfal [8]: 4)
Semoga kita tergolong orang yang memiliki sifat-sifat orang-orang yang
beriman dengan sebenarnya, sebagaimana ayat-ayat tersebut.
a. Pengertian Kafir
Dari segi bahasa, kafir mengandung arti: menutupi. Malam disebut “kafir”
karena ia menutupi siang atau menutupi atau menutupi benda-benda dengan
kegelapannya. Awan juga disebut“kafir” karena ia menutupi matahari. Demikian
pula petani yang terkadang juga disebut “kafir” karena ia menutupi benih dengan
tanah. Secara istilahi (terminologi islam), para ulama tidak sepakat dalam
menetapkan batasan kafir sebagaimana berbeda pendapat dengan batasan iman.
Kalau iman diartikan “pembenaran” (al-tasdiq ) terhadap Rasulullah SAW.
Berikut ajaran-ajaran yang dibawanya, maka kafir diartikan dengan “pendustaan”
(al-takdhib) terhadap ajaran-ajaran beliau. Inilah batasan yang paling umum dan
sering terpakai dalam buku-buku akidah. Jadi, orang kafir ialah orang yang
mengingkari ajaran Islam yang seharusnya dia imani.
Dalam kajian semantik, kata kafir dibedakan antara makna dasar dan
makna relasional. Makna dasar dasar adalah sesuatu yang melekat pada kata itu
sendiri, yang selalu terbawa di manapun kata itu diletakkan. Kafir berasal dari
term kafara secara tepat dan mendasar berarti ‘tidak bersyukur.’ Hal ini benar-
benar berlawanan dengan term shakara. Ini adalah makna lazim dari kata
kerja kafara dalam konteks bahasa Arab yang lebih luas. Makna dasar dari kata
kerja ini sendiri tidak berubah baik digunakan oleh orang Arab Muslim maupun
non Muslim; kata ini dikenal oleh seluruh masyarakat penutur bahasa Arab. Selain
itu, makna dasar dari kata ini tetap begitu sejak masa pra-Islam hingga sekarang.
edangkan makna relasional adalah sesuatu yang konotatif yang diberikan
danditambahkan pada makna yang sudah ada dengan meletakkan kata itu pada
posisi khusus, dalam bidang khusus, berada pada relasi yang berbeda dengan
semua kata-kata penting lainnya dalam sistem tersebut. Dalam perkembangan
sejarah, terjadilah pergeseran makna, bagaimana kata kerja kafara atau bentuk
nominalnya kufrmenyimpang sedikit dari makna aslinya ‘tidak bersyukur’ dan
menjadi semakin lebihdekat pada makna ‘tidak percaya’ sebagai bentuk
pengingkaran dari konsep iman.
Dapus…
Harifuddin Cawidu, Konsep Kufr dalam Al-Qur’an (Jakarta: Bulan Bintang,
1991). Lihat,
Raghib Asfahani, al-Mufradat fi Gharib al-Qur’an, edisi M.S. Kaylani (Mesir:
Mustafa al-
Babi al-Halabi, t.t.), 433-435.
b. Pengertian Dholim
Menurut ajaran islam, dzalim atau aniaya berasal dari kata dzolama-
yadlimu-dzulman yang artinya aniaya. Zalim (Arab: ‫,ظلم‬ Dholim) adalah
meletakkan sesuatu/ perkara bukan pada tempatnya. Orang yang berbuat zalim
disebut zalimin. Lawan kata zalim adalah adil.Kata zalim berasal dari bahasa
Arab, dengan huruf “dho la ma” (‫م‬ ‫ل‬ ‫ظ‬ ) yang bermaksud gelap. Di dalam al-
Qur’an menggunakan kata zhulm selain itu juga digunakan kata baghy, yang
artinya juga sama dengan zalim yaitu melanggar haq orang lain. Namun
demikian pengertian zalim lebih luas maknanya ketimbang baghyu, tergantung
kalimat yang disandarkannya. Kezaliman itu memiliki berbagai bentuk di
antaranya adalah syirik. Kalimat zalim bisa juga digunakan untuk
melambangkan sifat kejam, bengis, tidak berperikemanusiaan, suka melihat
orang dalam penderitaan dan kesengsaraan, melakukan kemungkaran,
penganiayaan, kemusnahan harta benda, ketidak adilan dan banyak lagi
pengertian yang dapat diambil dari sifat zalim tersebut, yang mana pada
dasarnya sifat ini merupakan sifat yang keji dan hina, dan sangat bertentangan
dengan akhlak dan fitrah manusia, yang seharusnya menggunakan akal untuk
melakukan kebaikan.
Sejak awal, Islam datang menyeru umat manusia untuk lepas dari
kungkungan kedzaliman dan kelaliman. Menyerukan persamaan derajat
manusia di muka bumi ini, serta merubuhkan seluruh warisan-warisan
jahiliyah yang identik dengan kedholiman. Tak ada lagi kesewenang-
wenangan kaum yang kuat, kelaliman penguasa serta kebengisan golongan
yang terpandang. Karenanya, tidak heran kalau dalam waktu yang relatif
sangat singkat, Islam mendapat tempat istimewa di hati manusia. Khususnya
mereka yang lemah dan tertindas. Hal ini tergambar dari ucapan seorang
Rib’iy bin Amir tatkala berdiri gagah di hadapan panglima tentara Persia,
Rustum,
‫جور‬ ‫ومن‬ ،‫سعتها‬ ‫إلى‬ ‫الدنيا‬ ‫ضيق‬ ‫ومن‬ ،‫هللا‬ ‫عبادة‬ ‫إلى‬ ‫العباد‬ ‫عبادة‬ ‫من‬ ‫شاء‬ ‫من‬ ‫لنخرج‬ ‫ابتعثنا‬ ‫هللا‬
‫اًلسَلم‬ ‫عدل‬ ‫إلى‬ ‫اًلديان‬
Artinya : “Sungguh Allah Ta’ala mengutus kami untuk membebaskan
manusia dari penghambaan kepada sesama menuju penghambaan hanya
kepada Allah, melepaskan lilitan belenggu kesempitan dunia menuju
kebebasan, serta mengeluarkan mereka dari kezaliman agama-agama menuju
keadilan Islam”. (Lihat: al-Bidayah Wa al-Nihayah, Ibnu Katsir, 7/47).
Sebuah pernyataan jujur, lahir dari hati kesatria yang tulus, hingga tetap
membekas sekalipun kesombongan dan kecongkakan berupaya mencegatnya.
Ketahuilah, harta, darah dan kehormatan seorang muslim haram atas muslim
yang lain. Dalam konteks apapun, tidak dibenarkan merampas harta,
menumpahkan darah atau mencemarkan kehormatan seorang muslim kecuali
dengan alasan kebenaran.
c. Pengertian munafik
Munāfiq atau Munafik (kata benda, dari bahasa Arab ‫,قفانم‬ plural Munāfiqūn)
adalah terminologi dalam Islam untuk merujuk pada mereka yang berpura-pura
mengikuti ajaran agama namun sebenarnya tidak mengakui dalam hatinya.
Munafik (‫)قفانملا‬ artinya adalah orang yang nifaq (‫.)قافنلا‬ Nifaq secara bahasa
berarti ketidaksamaan antara lahir dan batin. Jika ketidaksamaan itu dalam hal
keyakinan, hatinya kafir tetapi mulutnya mengatakan beriman, maka ia
termasuk nifaq i'tiqadi. An-Nifaq sekaliapun telah dikenal dalam bahasa Arab,
namun sebagai sebuah istilah Islam dengan makna khusus tidak dikenal oleh
bangsa Arab. Karena istilah An-Nifaq muncul setelah Islam hadir dengan
kekuatannya yang besar yang mengancam kekufuran dan kemusyrikan
disekitarnya. Kata An-Nifaq dalam bahasa arab berasal dari akar kata nȃfaqa-
yunȃfiqu-nifȃqan. Kata ini diambil dari kata nafiqȃ, yang berarti salah satu lubang
tikus, jika dicari melalui satu lubang, maka tikus itu akan lari dan keluar melalui
lubang yang lain. Muhammad Musa Nasr mengatakan, sejumlah Ulama
berpendapat: “An-Nifaq” berasal dari “An-Nafaq”, yakni sebuah jalanan di dalam
bumi menuju tempat lain, sedang kata nafaqah dan nȃfiqȃ berarti lubang biawak
dan tikus. Jika didatangi dari mulut lubang, ia akan menyerang dengan kepalanya.
Ibnu Al A‟rabi Rahimahumullah berkata: “Yakhfirul yarbu‟ hufratan Tsumma
Yasuddu Bȃbaha Biturȃbiha”, artinya: “Tikus membuat lubang lalu menutup
pintu lubangnya dengan tanah”. Tanah untuk menutupi tersebut dinamakan
dengan Daamȃ. Lalu ia menggali lubang yang lain yang disebut dengan Naafiqȃ.
Ia tidak menembus melainkan hanya melubangi saja sampai halus. Jika ia telah
menempatinya, maka ia kembali ke tempat semula lalu memukulnya dengan
kepaladan keluar darinya. Dengan demikian, karakter orang munafik itu menipu,
bolak balik, bimbang dan membuat siasat, memperlihatkan sesuatu yang berbeda
dengan yang disembunyikan di hati. Inilah sisi kemanusiaan dengan tikus atau
biawak. Betapa bahayanya sifat Nifaq jika sudah hinggap pada hati seseorang, di
pandang sangat hina di sisi Allah Swt. dan manusia.
D. Upaya meningkatkan kualitas keimanan dan ketakwaan
Allah menciptakan Manusia dengan tujuan untuk beribadah kepada Allah SWT
sekaligus untuk diuji kelak untuk menentukan nasib hidup manusia selanjutnya di
akhirat. Untuk bisa menjalankan tujuan tersebut tentu saja manusia wajib untuk
memiliki iman dan taqwa agar ia mampu juga mau menjalankan segala perintah
Allah dengan sebaik-baiknya. Jika itdak, tentu akan mendatangkan kemalasan
untuk melaksanakan segala perintah Allah tersebut.Tanpa adanya iman dan taqwa
manusia tidak akan bisa menjalankan kehidupan dengan ridho dan petunjuk Allah
SWT. Untuk itu, iman dan taqwa mampu menyelamatkan kita bukan hanya di dunia
namun juga kelak di akhirat. Untuk itu, ia adalah pondasi kehidupan manusia.
Orang yang hidup tanpa iman dan taqwa ia seperti rumah tanpa pondasi dan akar
yang kuat. Ia akan mudah rapuh, rapuk, dan bahkan tidak akan bisa melindungi
orang yang menghuni rumah. Begitupun iman dan taqwa dalam diri manusia. Ia
akan melindungi dari segala macam kesesatan, keterperukan, dan berbagai bencana
lainnya dalam hidup manusia.
Manusia adalah makhluk yang sering lalai dan tidak awas diri, untuk itu masalah
iman dan taqwa pun juga bisa menurun tanpa mengenal waktu.
Berikut adalah beberapa cara agar manusia dapat meningkatkan iman dan taqwanya
dalam kehidupan :
1.Memperbaiki Shalat
Untuk bisa meningkatkan iman dan taqwa salah satu caranya adalah dengan
memperbaiki shalat. Shalat saja tidak cukup, melainkan membutuhkan shalat
khusuk dan berkualitas. Itulah shalat yang mencerminkan keimanan dan ketaqwaan.
Hal mengenai shalat juga disampaikan dalam ayat sebagai berikut, “Bacalah apa
yang telah diwahyukan kepadamu, yaitu Al Kitab (Al Quran) dan dirikanlah shalat.
Sesungguhnya shalat itu mencegah dari (perbuatan- perbuatan) keji dan mungkar.
Dan sesungguhnya mengingat Allah (shalat) adalah lebih besar (keutamaannya dari
ibadat-ibadat yang lain). Dan Allah mengetahui apa yang kamu kerjakan” (QS Al
Ankabut : 45)
2. Mentadaburi Al-Quran
Seseoramg dapat meyakini dan memiliki ketaqwaan kepada Allah melalui
sumbernya yaitu All-Quran yang memberikan kita petunjuk. Untuk itu dalam
meningkat iman dan taqwa membaca sumbernya adalah jalan yang tepat. Dengan
membaca Al-Quran bukan berarti membaca teksnya, melainkan mentadaburi
isinya, dan menjadikannya Fungsi Al-Quran dalam Kehidupan Sehari-hari serta
Fungsi Al-quran Bagi Umat Manusia.
Hal ini sebagaimana Allah sampaikan dalam Surat Yunus ayat 37, “Tidaklah
mungkin Al Quran ini dibuat oleh selain Allah; akan tetapi (Al Quran itu)
membenarkan kitab-kitab yang sebelumnya dan menjelaskan hukum-hukum yang
telah ditetapkannya, tidak ada keraguan di dalamnya, (diturunkan) dari Tuhan
semesta alam.”.
3.Berkumpul dengan Orang Shaleh
Salah satu Cara Meningkatkan Iman dan Taqwa yaitu bercengkrama dengan
orang saleh. Orang shaleh memupuk iman, sedangkan bersamanya maka kita akan
termotivasi dan semangat menjalankan segala perintah-perintah Allah. Manusia
makhluk sosial, membutuhkan teman dan pendampingan agar hidupnya berwarna
dan terdapat dorongan yang berasal dari luar.
4.Membaca Buku-Buku Islam
Salah satu sumber keimanan adalah ilmu yang kita miliki. Adanya
kebermanfaatan ilmu membuat iman dan taqwa kita semakin bertambah. Salah
satunya dengan membaca buku-buku islam yang diwariskan ulama atau orang
berilmu secara benar lainnya. Ilmu Tasawuf Modern, Ilmu Tauhid Islam, dan Ilmu
Kalam dalam Islam bisa juga dipelajari karena sebagai bagian dari ilmu yang
membentuk pondasi keimanan.
5.Mempelajari Ilmu Pengetahuan
Ilmu di dunia ini segalanya milik Allah. Yang benar adalah milik Allah, hanya
manusia saja kadang tidak menangkapnya secara seksama dalam kehidupan sehari-
hari. Membaca ilmu pengetahuan dan mempelajarinya akan membuat kita semakin
tunduk dan takjub, karena ilmu manusia tidak ada apa-apanya dibandingkan dengan
yang Allah miliki.Ilmu manusia hanya setetes dari luasnya samudera. Hal ini karena
Islam dan Ilmu Pengetahuan tentu saling mendukung bukan bersebrangan.
6.Mentadaburi Alam Semesta
Alam semesta jagad raya ini adalah milik Allah SWT. Untuk itu, mentadaburi
alam semesta juga salah satu Cara Meningkatkan Iman dan Taqwa. Aktivitas ini
membuat kita semakin yakin dan takjub akan segala ciptaan Allah SWT. Dengan
mempelajari kebesaran Allah dan segala isinya, maka keyakinan dan ketaqwaan
kita kepada Allah juga akan semakin meningkat.
Hal ini juga disampaikan Allah dalam QSFushilat ayat 37, “Dan di antara tanda-
tanda kekuasaan-Nya ialah malam, siang, matahari dan bulan. Janganlah sembah
matahari maupun bulan, tapi sembahlah Allah Yang menciptakannya, Jika Ialah
yang kamu hendak sembah.”
7.Membandingkannya dengan Kepercayaan Lain
Salah satu metode yang bisa digunakan untuk menambah keimanan dan
ketaqwaan kita adalah dengan cara membandingkan ajaran islam dengan ajaran lain
tentu dengan metode dan ilmu yang benar. Dengan begitu kita akan mendapatkan
bahwa islam yang Allah turunkan adalah bentuk yang paling baik dan sempurna
dibandingkan dengan ajaran lainnya. Dengan perbandingan maka akan terlihat yang
unggul, maka kita akan bisa menmabah keyakinan kita dan kebanggan kita dalam
berislam.
8.Menjalankan Perintah Allah Secara Konsisten
Menjalankan perintah Allah tentu akan memiliki dampak. Untuk itu, merasakan
manfaat dan kebermaknaan dari perintah Allah hanya akan didapatkan ketika kita
benar-benar menjalankannya. Misalnya saja, ibadah puasa sebagai bentuk pelatihan
diri. Kita tidak akan bisa merasakan manfaat puasa terhadap kesehatan jika tidak
melaksanakan amalan ibadah puasa itu sendiri.
9.Mencari Informasi Manfaat atau Dampak dari Perintah Allah
Cara Meningkatkan Iman dan Taqwa juga dapat di dapat saat kita mau mencari
informasi. Semakin kita mengetahui apa manfaat atau dampak yang bisa kita ambil
dari sebuah perintah, maka kita akan semakin bersyukur dan merasakan bahagia
karena apa yang diperintahkann untuk dijalankan oleh Allah SWT adalah sesuatu
yang menyelematkan dan membahagiakan. Untuk itu, kita harus dapat mencari dan
menggali informasi mengenai sebuah perintah agar keimanan dan ketaqwaan
semakin bertambah.
10.Melakukan Evaluasi Diri
Sebelum melakukan peningkatan biasanya maka diperlukan evaluasi terlebih
dahulu. Untuk bisa terus meningkatkan keimanan dan ketaqwaan tentu manusia
juga harus melaksanakan evaluasi diri. Evaluasi ini adalah untuk mengukur sejauh
apa kita telah beriman dan melaksanakan perintah Allah. Evaluasi harus dijalankan
oleh diri sendiri bukan oleh orang lain. Untuk itu, yang mengukurnya adalah diri
kita sendiri, karena diri lah yang lebih tau bagaimana keimanan dan ketaqwaan kita
kepada Allah SWT.
11.Menjauhi Lingkungan yang Buruk
Jika kita merasa belum bisa untuk beradabtasi dan menghindari segala
kemaksiatan, maka pilihan kita bisa menjauhi lingkungan tersebut sampai kekuatan
iman dan taqwa kita meningkat. Menjaga diri lebih baik ketimbang harus tetap
berada dalam lingkungan yang membuat diri kita semakin memburuk.Akan tetapi,
menjauhi lingkungan yang buruk bukan berarti kita harus bersikap eksklusif
sehingga tidak ada interaksi sosial dengan manusia lainnya. Allah sendiri menyuruh
kita untuk bersosialisasi dan bersyiar agar tercitrakan islam yang baik di
masyarakat.
12.Tidak Terlena dengan Kehidupan Dunia
Dunia bisa menawarkan kebahagiaan ataupun kesedihan walaupun semuanya
hanya sementara. Untuk itu, menjaga dan meningkat keimanan dan ketaqwaan
dapat kita lakukan dengan cara menjaga diri agar tidak terlena dengan kehidupan
dunia. Biasanya dengan terlena kehidupan dunia, kita juga lupa dengan Allah dan
perintahnya. Untuk itu, berhati-hati baik dalam kondisi apapun agar tidak terjebak
pada urusan duniawi semata.Untuk itu bisa juga kita mempelajari bagaimana cara
sukses di Dunia Menurut Islam, Sukses Menurut Islam, Sukses Dunia Akhirat
Menurut Islam, dengan Cara Sukses Menurut Islam agar tidak salah menempatkan
dunia dalam hidup.
13.Mengikuti Majelis Ilmu
Menghadiri majelis ilmu adalah cara juga agar keimanan dan ketaqwaan kita
bisa meningkat. Majelis ilmu tentu akan memberikan kita banyak hikmah dan juga
pencerahan. Bagaimanapun, ilmu selalu kita butuhkan dan membuat diri kita
semakin baik setiap saat. Hadirilah majelis ilmu, yang membahas ilmu islam, ilmu
pengetahuan yang bermanfaat, agar kebesaran Allah semakin hadir dalam diri kita.
Hal ini juga disampaikan dalam Al-Quran , “Hai orang-orang beriman apabila
dikatakan kepadamu: “Berlapang-lapanglah dalam majlis”, maka lapangkanlah
niscaya Allah akan memberi kelapangan untukmu. Dan apabila dikatakan:
“Berdirilah kamu”, maka berdirilah, niscaya Allah akan meninggikan orang-orang
yang beriman di antaramu dan orang-orang yang diberi ilmu pengetahuan beberapa
derajat. Dan Allah Maha Mengetahui apa yang kamu kerjakan.” (QS Al Mujadilah
: 11)
14.Menjauhi Stimulus Kemaksiatan
Menjaga keimanan tentu sama dengan menjaga diri dari perbuatan maksiat.
Jauhi kemaksiatan dan jadikan diri ini kuat terhadap stimulusnya. Jika tidak ingin
dihampiri oleh kemaksiatan maka stimulusnya pun dari awal sudah harus kita
hindari.
15.Mengasah Akal dan Menjauhi Hawa Nafsu
“Dan di antara tanda-tanda kekuasaan-Nya, Dia memperlihatkan kepadamu kilat
untuk (menimbulkan) ketakutan dan harapan, dan Dia menurunkan hujan dari
langit, lalu menghidupkan bumi dengan air itu sesudah matinya. Sesungguhnya
pada yang demikian itu benar-benar terdapat tanda-tanda bagi kaum yang
mempergunakan akalnya.” (QS Ar-Rum : 24)
Ayat tersebut menunjukkan bahwa keimanan dan rasa takut kepada Allah hanya
akan muncul jika kita menggunakan akal dengan benar. Meningkatkan keimanan
dan ketaqwaan kita bukan hanya persoalan spiritual tapi membutuhkan daya pikir
dan nalar yang baik. Untuk itu, dalam meningaktkan keimanan maka dibutuhkan
terus menerus mengasah akal agar akal kita tunduk kepada yang benar bukan
kepada hawa nafsu semata.
16.Memperbanyak Syukur, Menjauhi Mengeluh
Memperbanyak syukur dan menjauhi mengeluh bisa juga meningkatkan
keimanan dan ketaqwaan kita. Syukur berarti kita selalu mencari nikmat dan rezeki
Allah di setiap saat dalam kondisi apapun. Dengan begitu kita bisa tetap yakin
bahwa Allah tidak pernah meninggalkan kita dan senantiasa membantu kita untuk
mendapatkan nikmat dan rezeki yang banyak.
17.Memperbanyak Dzikir
Dengan berdzikir artinya kita sedang mengingat Allah. Dzikir tidak selalu dalam
bentuk bacaan yang panjang atau dalam berbagai hitungan. Berdzikir mengingat
Allah bisa dilakukan kapan saja dan dimana saja. Mengingat segala hukum Allah,
hukum pengetahuan yang ada di alam ciptaan Allah ataupun adzab atau hukuman
Allah. Untuk itu, orang yang berdzikir akan mendekati kepada Allah dan semakin
cinta akan syariat Allah.
18.Melakukan Hiburan yang Bermanfaat
Setiap manusia tentu saja membutuhkan hiburan. Hiburan tentu tidak ada
salahnya selagi hiburan tersebut bermanfaat. Untuk itu, meningkatkan keimanan
bisa dengan kita melakukan hiburan yang bermanfaat dan menjalankan hiburan
tanpa harus meninggalkan perintah Allah SWT.
19.Mengikuti Sunnah Rasul
“Rasul telah beriman kepada Al Quran yang diturunkan kepadanya dari Tuhannya,
demikian pula orang-orang yang beriman. Semuanya beriman kepada Allah,
malaikat-malaikat-Nya, kitab-kitab-Nya dan rasul-rasul-Nya. (Mereka
mengatakan): “Kami tidak membeda-bedakan antara seseorangpun (dengan yang
lain) dari rasul-rasul-Nya”, dan mereka mengatakan: “Kami dengar dan kami taat.”
(Mereka berdoa): “Ampunilah kami ya Tuhan kami dan kepada Engkaulah tempat
kembali.” (QS Al Baqarah : 285)
Dalam ayat diatas, menunjukkan bahwa mengikuti sunnah Rasul adalah cara
yang bisa juga dilakukan untuk meningkatkan iman dan taqwa. Sunnah rasul atau
apa yang Rasulullah lakukan sejatinya adalah jalan-jalan yang diarahkan menuju
Ridho Allah SWT. Untuk itu, muslim yang mengikuti sunnah rasul tentu akan
mendapatkan juga jalan dan arah yang sama sebagaimana Rasulullah.
20.Menikmati Hidup yang Allah Berikan
Iman dan taqwa yang kuat serta senantiasa meningkat hanya akan didapatkan
oleh orang-orang yang menikmati hidup dari Allah SWT. Mereka akan
mendapatkan keimanan dan ketaqwaan karena merasakan hidup yang penuh
syukur, nikmat, pertolongan Allah, dan rezeki. Mereka yang merasakan ini tentu
akan mendapatkan kenikmatan hidup dunia dan akhirat.
Hal ini juga disampaikan dalam ayat berikut, “Dan Kami telah memberikan kepada
mereka di antara tanda-tanda kekuasaan (Kami) sesuatu yang di dalamnya terdapat
nikmat yang nyata” (QS Adh Dhukan : 33)
Kunci Meningkatkan Iman dan Taqwa
Kunci dari semua jalan meningkatkan iman dan taqwa adalah menjalankan
semuanya secara bertahap, konsisten, sungguh-sungguh, niat yang lurus dan selalu
berusaha untuk mencari lingkungan atau proses kondisi diri yang baik.
Bagaimanapun juga manusia memiliki kelemahan dan semua itu harus dicoba
dengan pengondisian eksternal.
Tanpa konsisten yang tinggi tentu saja iman dan taqwa tidak akan meningkat,
justru malah stagnan atau bahkan melemah. Maka itu iman dan taqwa jika ingin
meningkat ia harus dipupuk terus menerus, dipelihara dan jangan sampai terperosok
jurang kesesatan yang lebih dalam.
Untuk itu, umat islam harus senantiasa mengingat bahwa sekali terpuruk maka
syetan akan selalu menggoda untuk jatuh lebih dalam. Sebelum terpuruk, maka
jangan sampai kita mendekati atau menyentuh lingkaran yang dibuat oleh setan
untuk menjebak manusia. Hal ini sebagiamana juga disampaikan dalam ayat,
“Sesungguhnya orang-orang yang menukar iman dengan kekafiran, sekali-kali
mereka tidak dapat memberi mudharat kepada Allah sedikitpun; dan bagi mereka
azab yang pedih.” (QS Ali Imran : 177)
BAB III
PENUTUP
A. KESIMPULAN
Keimanan merupakan suatu unsur pokok yang harus dimiliki oleh
setiap penganutnya. Jika kita ibaratkan dengan sebuah bangunan,
keimanan adalah pondasi yang menopang segala sesuatu yang berada
diatasnya, kokoh tidaknya bangunan itu sangat tergantung pada kuat
tidaknya pondasi tersebut.. Meskipun demikian, keimanan saja tidak
cukup. Keimanan harus diwujudkan dengan amal perbuatan yang baik,
yang sesuai dengan ajaran agama yang kita anut. Keimanan baru
sempurna, jika diyakini oleh hati, diikrarkan oleh lisan, dan dibuktikan
dalam segala perilaku kehidupan sehari – hari.Iman adalah percaya atau
yakin, keimanan berarti kepercayaan atau keyakinan. Dengan demikian,
rukun iman adalah dasar, inti, atau pokok – pokok kepercayaan yang harus
diyakini oleh setiap pemeluk agama Islam yakni percaya allah, percaya
pada para Rasul, percaya pada malaikakt dan kitab allah, percaya pada
risalah hari bangkit , pokok agama serta rela pada ketentuan allah.
Sedangkan Taqwa berasal dari kata waqa, yaqi , wiqayah, yang berarti
takut, menjaga, memelihara dan melindungi.Sesuai dengan makna
etimologis tersebut, maka taqwa dapat diartikan sikap memelihara
keimanan yang diwujudkan dalam pengamalan ajaran agama Islam secara
utuh dan konsisten ( istiqomah ).
Oleh karena itu, keimanan dan ketakwaan sangat berperan dan
berpengaruh penting buat manusia dalam menjalani kehidupan hal ini
dikarenakan keimanan dan ketakwaan sebenarnya telah melekat pada
manusia serta keimanan dan ketakwaan jugalah yang membentuk
kerakteristik dan sifat kebaikan manusia.
B. SARAN
Kami bersedia menerima kritik dan saran yang positif dari
pembaca. Penulis akan menerima kritik dan saran tersebut sebagai
bahan pertimbangan yang memperbaiki makalah ini di kemudian hari.
Semoga makalah berikutnya dapat penulis selesaikan dengan hasil
yang lebih baik lagi.

More Related Content

What's hot

Iman dan Pengaruhnya Bagi Kehidupan
Iman dan Pengaruhnya Bagi KehidupanIman dan Pengaruhnya Bagi Kehidupan
Iman dan Pengaruhnya Bagi Kehidupan
ananovia99
 
Makalah "Taqwa"
Makalah "Taqwa"Makalah "Taqwa"
Makalah "Taqwa"
Hariyatunnisa Ahmad
 
Taubat dan raja’
Taubat dan raja’Taubat dan raja’
Taubat dan raja’
Khairun Najmi
 
2. akidah teras pembangunan muslim
2. akidah teras pembangunan muslim2. akidah teras pembangunan muslim
2. akidah teras pembangunan muslimShahirah Said
 
Makalah Aqidah Akhlak
Makalah Aqidah AkhlakMakalah Aqidah Akhlak
Makalah Aqidah Akhlak
Arvina Frida Karela
 
Bab i
Bab iBab i
konsep akidah
konsep akidahkonsep akidah
konsep akidah
Normurni Mohamad
 
Rukun iman teras aqidah - Rujukan
Rukun iman teras aqidah - RujukanRukun iman teras aqidah - Rujukan
Rukun iman teras aqidah - Rujukan
Nor Masyiah
 
Fenomena Syirik di Masyarakat
Fenomena Syirik di MasyarakatFenomena Syirik di Masyarakat
Fenomena Syirik di Masyarakat
Zezen Wahyudin
 
Iman
ImanIman
Iman
faiz201
 
Iman, islam, ihsan
Iman, islam, ihsanIman, islam, ihsan
Iman, islam, ihsan
Najihah Azhar
 
ASAS AKIDAH
ASAS AKIDAHASAS AKIDAH
ASAS AKIDAH
@f!Q@H @F!N@
 
Tauhid
TauhidTauhid
konsep aqidah
konsep aqidahkonsep aqidah
konsep aqidah
saeful bahri
 
Problem keimanan
Problem keimananProblem keimanan
Problem keimanandavidzuarsa
 
Pemikiran taqiyuddin an nabhaniy terhadap akidah dan akhlak
Pemikiran taqiyuddin an nabhaniy terhadap akidah dan akhlakPemikiran taqiyuddin an nabhaniy terhadap akidah dan akhlak
Pemikiran taqiyuddin an nabhaniy terhadap akidah dan akhlak
ynabiel
 
Presentasi Aqidah Akhlak
Presentasi Aqidah AkhlakPresentasi Aqidah Akhlak
Presentasi Aqidah Akhlak
Arvina Frida Karela
 

What's hot (20)

Iman dan Pengaruhnya Bagi Kehidupan
Iman dan Pengaruhnya Bagi KehidupanIman dan Pengaruhnya Bagi Kehidupan
Iman dan Pengaruhnya Bagi Kehidupan
 
Makalah "Taqwa"
Makalah "Taqwa"Makalah "Taqwa"
Makalah "Taqwa"
 
Iman dan Taqwa
Iman dan TaqwaIman dan Taqwa
Iman dan Taqwa
 
dirosah islamiyah
dirosah islamiyahdirosah islamiyah
dirosah islamiyah
 
Perkara yang Merosakkan Akidah
Perkara yang Merosakkan AkidahPerkara yang Merosakkan Akidah
Perkara yang Merosakkan Akidah
 
Taubat dan raja’
Taubat dan raja’Taubat dan raja’
Taubat dan raja’
 
2. akidah teras pembangunan muslim
2. akidah teras pembangunan muslim2. akidah teras pembangunan muslim
2. akidah teras pembangunan muslim
 
Makalah Aqidah Akhlak
Makalah Aqidah AkhlakMakalah Aqidah Akhlak
Makalah Aqidah Akhlak
 
Bab i
Bab iBab i
Bab i
 
konsep akidah
konsep akidahkonsep akidah
konsep akidah
 
Rukun iman teras aqidah - Rujukan
Rukun iman teras aqidah - RujukanRukun iman teras aqidah - Rujukan
Rukun iman teras aqidah - Rujukan
 
Fenomena Syirik di Masyarakat
Fenomena Syirik di MasyarakatFenomena Syirik di Masyarakat
Fenomena Syirik di Masyarakat
 
Iman
ImanIman
Iman
 
Iman, islam, ihsan
Iman, islam, ihsanIman, islam, ihsan
Iman, islam, ihsan
 
ASAS AKIDAH
ASAS AKIDAHASAS AKIDAH
ASAS AKIDAH
 
Tauhid
TauhidTauhid
Tauhid
 
konsep aqidah
konsep aqidahkonsep aqidah
konsep aqidah
 
Problem keimanan
Problem keimananProblem keimanan
Problem keimanan
 
Pemikiran taqiyuddin an nabhaniy terhadap akidah dan akhlak
Pemikiran taqiyuddin an nabhaniy terhadap akidah dan akhlakPemikiran taqiyuddin an nabhaniy terhadap akidah dan akhlak
Pemikiran taqiyuddin an nabhaniy terhadap akidah dan akhlak
 
Presentasi Aqidah Akhlak
Presentasi Aqidah AkhlakPresentasi Aqidah Akhlak
Presentasi Aqidah Akhlak
 

Similar to MAKALAH Materi 1 kel 2

Agama Islam
Agama IslamAgama Islam
Agama Islam
MuhammadAbid162
 
Agama islam
Agama islamAgama islam
Agama islam
ramlahidris
 
Agama islam
Agama islamAgama islam
Agama islam
Fahruljamil11
 
Pendidikan Agama Islam
Pendidikan Agama IslamPendidikan Agama Islam
Pendidikan Agama Islam
AliTaufiq1
 
Agama islam
Agama islamAgama islam
Agama islam
nursafitri14
 
Pendidikan Agama Islam
Pendidikan Agama IslamPendidikan Agama Islam
Pendidikan Agama Islam
Meilanidamayantisari
 
Agama
AgamaAgama
Agama
nuranita8
 
Agama islam
Agama islamAgama islam
Agama islam
nurulnailah
 
Agama islam
Agama islamAgama islam
Agama islam
KanKaneki
 
Agama islam
Agama islamAgama islam
Agama islam
fadliaoscar
 
Agama islam
Agama islamAgama islam
Agama islam
Muhtrii7
 
Pendidikan Agama Islam
Pendidikan Agama IslamPendidikan Agama Islam
Pendidikan Agama Islam
AmaliaRamadhani10
 
Agama islam
Agama islamAgama islam
Agama islam
ramlahidris
 
Agama islam
Agama islamAgama islam
Agama islam
samsaharsam
 
Pendidikan Agama Islam
Pendidikan Agama IslamPendidikan Agama Islam
Pendidikan Agama Islam
AmaliaRamadhani10
 
Agama islam
Agama islamAgama islam
Agama islam
NursyalindaIndah
 
Agama islam[1]
Agama islam[1]Agama islam[1]
Agama islam[1]
febriantifebi1
 
Agama islam
Agama islamAgama islam
Agama islam
raniaprilia7
 
Pendidikan Islam
Pendidikan IslamPendidikan Islam
Pendidikan Islam
AmaliaRamadhani10
 

Similar to MAKALAH Materi 1 kel 2 (20)

Agama Islam
Agama IslamAgama Islam
Agama Islam
 
Agama islam
Agama islamAgama islam
Agama islam
 
Agama islam
Agama islamAgama islam
Agama islam
 
Pendidikan Agama Islam
Pendidikan Agama IslamPendidikan Agama Islam
Pendidikan Agama Islam
 
Agama islam
Agama islamAgama islam
Agama islam
 
Agama islam
Agama islamAgama islam
Agama islam
 
Pendidikan Agama Islam
Pendidikan Agama IslamPendidikan Agama Islam
Pendidikan Agama Islam
 
Agama
AgamaAgama
Agama
 
Agama islam
Agama islamAgama islam
Agama islam
 
Agama islam
Agama islamAgama islam
Agama islam
 
Agama islam
Agama islamAgama islam
Agama islam
 
Agama islam
Agama islamAgama islam
Agama islam
 
Pendidikan Agama Islam
Pendidikan Agama IslamPendidikan Agama Islam
Pendidikan Agama Islam
 
Agama islam
Agama islamAgama islam
Agama islam
 
Agama islam
Agama islamAgama islam
Agama islam
 
Pendidikan Agama Islam
Pendidikan Agama IslamPendidikan Agama Islam
Pendidikan Agama Islam
 
Agama islam
Agama islamAgama islam
Agama islam
 
Agama islam[1]
Agama islam[1]Agama islam[1]
Agama islam[1]
 
Agama islam
Agama islamAgama islam
Agama islam
 
Pendidikan Islam
Pendidikan IslamPendidikan Islam
Pendidikan Islam
 

Recently uploaded

Tugas Mandiri 1.4.a.4.3 Keyakinan Kelas.pdf
Tugas Mandiri 1.4.a.4.3 Keyakinan Kelas.pdfTugas Mandiri 1.4.a.4.3 Keyakinan Kelas.pdf
Tugas Mandiri 1.4.a.4.3 Keyakinan Kelas.pdf
muhammadRifai732845
 
Laporan Piket Guru untuk bukti dukung PMM.pdf
Laporan Piket Guru untuk bukti dukung PMM.pdfLaporan Piket Guru untuk bukti dukung PMM.pdf
Laporan Piket Guru untuk bukti dukung PMM.pdf
gloriosaesy
 
RHK Jabatan Kep Sekolah dan Bukti Dukung.pdf
RHK Jabatan Kep Sekolah dan Bukti Dukung.pdfRHK Jabatan Kep Sekolah dan Bukti Dukung.pdf
RHK Jabatan Kep Sekolah dan Bukti Dukung.pdf
asyi1
 
Bahan Sosialisasi PPDB_1 2024/2025 Bandung
Bahan Sosialisasi PPDB_1 2024/2025 BandungBahan Sosialisasi PPDB_1 2024/2025 Bandung
Bahan Sosialisasi PPDB_1 2024/2025 Bandung
Galang Adi Kuncoro
 
Juknis Pengisian Blanko Ijazah 2024 29 04 2024 Top.pptx
Juknis Pengisian Blanko Ijazah 2024 29 04 2024 Top.pptxJuknis Pengisian Blanko Ijazah 2024 29 04 2024 Top.pptx
Juknis Pengisian Blanko Ijazah 2024 29 04 2024 Top.pptx
mattaja008
 
tugas modul 1.4 Koneksi Antar Materi (1).pptx
tugas  modul 1.4 Koneksi Antar Materi (1).pptxtugas  modul 1.4 Koneksi Antar Materi (1).pptx
tugas modul 1.4 Koneksi Antar Materi (1).pptx
d2spdpnd9185
 
PPT Observasi Praktik Kinerja PMM SD pdf
PPT Observasi Praktik Kinerja PMM SD pdfPPT Observasi Praktik Kinerja PMM SD pdf
PPT Observasi Praktik Kinerja PMM SD pdf
safitriana935
 
LAPORAN TUGAS TAMBAHAN PEMBINA PRAMUKA..
LAPORAN TUGAS TAMBAHAN PEMBINA PRAMUKA..LAPORAN TUGAS TAMBAHAN PEMBINA PRAMUKA..
LAPORAN TUGAS TAMBAHAN PEMBINA PRAMUKA..
widyakusuma99
 
SEMINAR PPG DAN PPL ppg prajabatan 2024.pptx
SEMINAR PPG DAN PPL ppg prajabatan 2024.pptxSEMINAR PPG DAN PPL ppg prajabatan 2024.pptx
SEMINAR PPG DAN PPL ppg prajabatan 2024.pptx
bobobodo693
 
Koneksi Antar Materi modul 1.4 Budaya Positif
Koneksi Antar Materi modul 1.4 Budaya PositifKoneksi Antar Materi modul 1.4 Budaya Positif
Koneksi Antar Materi modul 1.4 Budaya Positif
Rima98947
 
SOAL SBDP KELAS 3 SEMESTER GENAP TAHUN PELAJARAN 2023 2024
SOAL SBDP KELAS 3 SEMESTER GENAP TAHUN PELAJARAN 2023 2024SOAL SBDP KELAS 3 SEMESTER GENAP TAHUN PELAJARAN 2023 2024
SOAL SBDP KELAS 3 SEMESTER GENAP TAHUN PELAJARAN 2023 2024
ozijaya
 
Sebuah buku foto yang berjudul Lensa Kampung Ondel-Ondel
Sebuah buku foto yang berjudul Lensa Kampung Ondel-OndelSebuah buku foto yang berjudul Lensa Kampung Ondel-Ondel
Sebuah buku foto yang berjudul Lensa Kampung Ondel-Ondel
ferrydmn1999
 
LAPORAN EKSTRAKURIKULER SEKOLAH DASAR NEGERI
LAPORAN EKSTRAKURIKULER SEKOLAH DASAR NEGERILAPORAN EKSTRAKURIKULER SEKOLAH DASAR NEGERI
LAPORAN EKSTRAKURIKULER SEKOLAH DASAR NEGERI
PURWANTOSDNWATES2
 
Form B8 Rubrik Refleksi Program Pengembangan Kompetensi Guru -1.docx
Form B8 Rubrik Refleksi Program Pengembangan Kompetensi Guru -1.docxForm B8 Rubrik Refleksi Program Pengembangan Kompetensi Guru -1.docx
Form B8 Rubrik Refleksi Program Pengembangan Kompetensi Guru -1.docx
EkoPutuKromo
 
Karier-Dan-Studi-Lanjut-Di-Bidang-Informatika.pptx
Karier-Dan-Studi-Lanjut-Di-Bidang-Informatika.pptxKarier-Dan-Studi-Lanjut-Di-Bidang-Informatika.pptx
Karier-Dan-Studi-Lanjut-Di-Bidang-Informatika.pptx
adolfnuhujanan101
 
RANCANGAN TINDAKAN AKSI NYATA MODUL 1.4.pptx
RANCANGAN TINDAKAN AKSI NYATA MODUL 1.4.pptxRANCANGAN TINDAKAN AKSI NYATA MODUL 1.4.pptx
RANCANGAN TINDAKAN AKSI NYATA MODUL 1.4.pptx
SurosoSuroso19
 
ppt profesionalisasi pendidikan Pai 9.pdf
ppt profesionalisasi pendidikan Pai 9.pdfppt profesionalisasi pendidikan Pai 9.pdf
ppt profesionalisasi pendidikan Pai 9.pdf
Nur afiyah
 
0. PPT Juknis PPDB TK-SD -SMP 2024-2025 Cilacap.pptx
0. PPT Juknis PPDB TK-SD -SMP 2024-2025 Cilacap.pptx0. PPT Juknis PPDB TK-SD -SMP 2024-2025 Cilacap.pptx
0. PPT Juknis PPDB TK-SD -SMP 2024-2025 Cilacap.pptx
Indah106914
 
Permainan Wiwi Wowo aksi nyata berkebhinekaan
Permainan Wiwi Wowo aksi nyata berkebhinekaanPermainan Wiwi Wowo aksi nyata berkebhinekaan
Permainan Wiwi Wowo aksi nyata berkebhinekaan
DEVI390643
 
Karakteristik Manusia Komunikan dalam Bingkai Psikologi Komunikasi
Karakteristik Manusia Komunikan dalam Bingkai Psikologi KomunikasiKarakteristik Manusia Komunikan dalam Bingkai Psikologi Komunikasi
Karakteristik Manusia Komunikan dalam Bingkai Psikologi Komunikasi
AdePutraTunggali
 

Recently uploaded (20)

Tugas Mandiri 1.4.a.4.3 Keyakinan Kelas.pdf
Tugas Mandiri 1.4.a.4.3 Keyakinan Kelas.pdfTugas Mandiri 1.4.a.4.3 Keyakinan Kelas.pdf
Tugas Mandiri 1.4.a.4.3 Keyakinan Kelas.pdf
 
Laporan Piket Guru untuk bukti dukung PMM.pdf
Laporan Piket Guru untuk bukti dukung PMM.pdfLaporan Piket Guru untuk bukti dukung PMM.pdf
Laporan Piket Guru untuk bukti dukung PMM.pdf
 
RHK Jabatan Kep Sekolah dan Bukti Dukung.pdf
RHK Jabatan Kep Sekolah dan Bukti Dukung.pdfRHK Jabatan Kep Sekolah dan Bukti Dukung.pdf
RHK Jabatan Kep Sekolah dan Bukti Dukung.pdf
 
Bahan Sosialisasi PPDB_1 2024/2025 Bandung
Bahan Sosialisasi PPDB_1 2024/2025 BandungBahan Sosialisasi PPDB_1 2024/2025 Bandung
Bahan Sosialisasi PPDB_1 2024/2025 Bandung
 
Juknis Pengisian Blanko Ijazah 2024 29 04 2024 Top.pptx
Juknis Pengisian Blanko Ijazah 2024 29 04 2024 Top.pptxJuknis Pengisian Blanko Ijazah 2024 29 04 2024 Top.pptx
Juknis Pengisian Blanko Ijazah 2024 29 04 2024 Top.pptx
 
tugas modul 1.4 Koneksi Antar Materi (1).pptx
tugas  modul 1.4 Koneksi Antar Materi (1).pptxtugas  modul 1.4 Koneksi Antar Materi (1).pptx
tugas modul 1.4 Koneksi Antar Materi (1).pptx
 
PPT Observasi Praktik Kinerja PMM SD pdf
PPT Observasi Praktik Kinerja PMM SD pdfPPT Observasi Praktik Kinerja PMM SD pdf
PPT Observasi Praktik Kinerja PMM SD pdf
 
LAPORAN TUGAS TAMBAHAN PEMBINA PRAMUKA..
LAPORAN TUGAS TAMBAHAN PEMBINA PRAMUKA..LAPORAN TUGAS TAMBAHAN PEMBINA PRAMUKA..
LAPORAN TUGAS TAMBAHAN PEMBINA PRAMUKA..
 
SEMINAR PPG DAN PPL ppg prajabatan 2024.pptx
SEMINAR PPG DAN PPL ppg prajabatan 2024.pptxSEMINAR PPG DAN PPL ppg prajabatan 2024.pptx
SEMINAR PPG DAN PPL ppg prajabatan 2024.pptx
 
Koneksi Antar Materi modul 1.4 Budaya Positif
Koneksi Antar Materi modul 1.4 Budaya PositifKoneksi Antar Materi modul 1.4 Budaya Positif
Koneksi Antar Materi modul 1.4 Budaya Positif
 
SOAL SBDP KELAS 3 SEMESTER GENAP TAHUN PELAJARAN 2023 2024
SOAL SBDP KELAS 3 SEMESTER GENAP TAHUN PELAJARAN 2023 2024SOAL SBDP KELAS 3 SEMESTER GENAP TAHUN PELAJARAN 2023 2024
SOAL SBDP KELAS 3 SEMESTER GENAP TAHUN PELAJARAN 2023 2024
 
Sebuah buku foto yang berjudul Lensa Kampung Ondel-Ondel
Sebuah buku foto yang berjudul Lensa Kampung Ondel-OndelSebuah buku foto yang berjudul Lensa Kampung Ondel-Ondel
Sebuah buku foto yang berjudul Lensa Kampung Ondel-Ondel
 
LAPORAN EKSTRAKURIKULER SEKOLAH DASAR NEGERI
LAPORAN EKSTRAKURIKULER SEKOLAH DASAR NEGERILAPORAN EKSTRAKURIKULER SEKOLAH DASAR NEGERI
LAPORAN EKSTRAKURIKULER SEKOLAH DASAR NEGERI
 
Form B8 Rubrik Refleksi Program Pengembangan Kompetensi Guru -1.docx
Form B8 Rubrik Refleksi Program Pengembangan Kompetensi Guru -1.docxForm B8 Rubrik Refleksi Program Pengembangan Kompetensi Guru -1.docx
Form B8 Rubrik Refleksi Program Pengembangan Kompetensi Guru -1.docx
 
Karier-Dan-Studi-Lanjut-Di-Bidang-Informatika.pptx
Karier-Dan-Studi-Lanjut-Di-Bidang-Informatika.pptxKarier-Dan-Studi-Lanjut-Di-Bidang-Informatika.pptx
Karier-Dan-Studi-Lanjut-Di-Bidang-Informatika.pptx
 
RANCANGAN TINDAKAN AKSI NYATA MODUL 1.4.pptx
RANCANGAN TINDAKAN AKSI NYATA MODUL 1.4.pptxRANCANGAN TINDAKAN AKSI NYATA MODUL 1.4.pptx
RANCANGAN TINDAKAN AKSI NYATA MODUL 1.4.pptx
 
ppt profesionalisasi pendidikan Pai 9.pdf
ppt profesionalisasi pendidikan Pai 9.pdfppt profesionalisasi pendidikan Pai 9.pdf
ppt profesionalisasi pendidikan Pai 9.pdf
 
0. PPT Juknis PPDB TK-SD -SMP 2024-2025 Cilacap.pptx
0. PPT Juknis PPDB TK-SD -SMP 2024-2025 Cilacap.pptx0. PPT Juknis PPDB TK-SD -SMP 2024-2025 Cilacap.pptx
0. PPT Juknis PPDB TK-SD -SMP 2024-2025 Cilacap.pptx
 
Permainan Wiwi Wowo aksi nyata berkebhinekaan
Permainan Wiwi Wowo aksi nyata berkebhinekaanPermainan Wiwi Wowo aksi nyata berkebhinekaan
Permainan Wiwi Wowo aksi nyata berkebhinekaan
 
Karakteristik Manusia Komunikan dalam Bingkai Psikologi Komunikasi
Karakteristik Manusia Komunikan dalam Bingkai Psikologi KomunikasiKarakteristik Manusia Komunikan dalam Bingkai Psikologi Komunikasi
Karakteristik Manusia Komunikan dalam Bingkai Psikologi Komunikasi
 

MAKALAH Materi 1 kel 2

  • 1. MAKALAH “IMAN DAN TAQWA” Mata Kuliah : Agama Islam 2 Dosen : Abdul Hamid Aly, S.Pd, M, Pd Nama Anggota : 1. Kusumas Tutik Wahyuningsah (21901082015) 2. Asmi Zuri Rambu Nawu (21901082021) 3. Mokhammad Ali Alfian Ridho (21901082028) Kelas : Akuntansi-03 FAKULTAS EKONOMI BISNIS UNIVERSITAS ISLAM MALANG MARET 2020
  • 2. DAFTAR ISI DAFTAR ISI……………………………………………………………………. BAB 1 PENDAHULUAN A. Latar Belakang……………………………………………………………. B. Rumusan Masalah…………………………………………………………….……… BAB 2 PEMBAHASAN A. Makna Iman Dan Taqwa, Keterkaitan Iman Dan Taqwa............................... B. Ciri-Ciri Mukmin Sejati Dalam Al-Qur’an.................................................... C. Perbedaan Kafir, Dholim Dan Munafiq......................................................... D. Upaya Peningkatan Kualitas Keimanan Dan Ketaqwaan.............................. BAB 3 PENUTUP A. Kesimpulan………………………………………………………………… B. Saran………………………………………………………………………..
  • 3. BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG Puji syukur kita panjatkan ke hadirat Allah swt, karena atas limpahan rahmatnya, sehingga penulisan makalah ini dapat terselesaikan dan telah rampung. Makalah ini berjudul“IMAN DAN TAQWA”. Dengan tujuan penulisan sebagai sumber bacaan yang dapat digunakan untuk memperdalam pemahaman dari materi ini. Selain itu, penulisan makalah ini tak terlepes pula dengan tugas mata kuliah Pendidikan Agama Islam. Namun penulis cukup menyadari bahwa makalah ini jauh dari kata sempurna. Oleh karena itu, penulis sangat mengharapkan kritik dan saran pembaca yang bersifat membangun. Malang, Maret 2020 Kelompok 2
  • 4. B. RUMUSAN MASALAH 1. Apa makna dari Iman dan Taqwa ? 2. Bagaimana keterkaitan antara keduanya ? 3. Apa saja ciri-ciri mukmin sejati yang terdapat dalam Al-Quran ? 4. Apa perbedaan dari kafir, dlolim dan munafiq ? 5. Bagaimana upaya peningkatan kualitas keimanan dan ketaqwaan ?
  • 5. BAB II PEMBAHASAN A. Makna Iman Dan Taqwa, Keterkaitan Iman Dan Taqwa I. AQIDAH Aqidah secara bahasa disebut pula “rabth” yang artinya tali, pegangan. Aqidah merupakan keyakinan yang keluar dari interpretasi ajaran yang dipastikan kebenarannya (berdasarkan wahyu). 1. Pengertian Iman Kata iman berasal dari bahasa Arab yang artinya percaya. Menurut istilah, iman adalah diyakini dengan hati, diucapkan dengan lisan, dan dilakukan dalam perbuatan. 2. Pengertian Taqwa Dari segi bahasa berasal daripada perkataan “wiqayah” yang diartikan “memelihara”. Maksud dari pemeliharaan itu adalah memelihara hubungan baik dengan Allah SWT., memelihara diri daripada sesuatu yang dilarangNya. Melaksanakan segala titah perintahNya dan meninggalkan segala laranganNya. Iman dan taqwa dalam beberapa ayat al Qur’an sebagai berikut: Rukun iman: َّ‫ل‬‫ا‬ ِ‫ب‬‫ا‬َ‫ت‬ِ‫ك‬ْ‫ل‬‫ا‬ َ‫و‬ ِ‫ه‬ِ‫ل‬‫و‬ُ‫س‬ َ‫ر‬ ‫ى‬َ‫ل‬َ‫ع‬ َ‫ل‬َّ‫َز‬‫ن‬ ‫ي‬ِ‫ذ‬َّ‫ل‬‫ا‬ ِ‫ب‬‫ا‬َ‫ت‬ِ‫ك‬ْ‫ل‬‫ا‬ َ‫و‬ ِ‫ه‬ِ‫ل‬‫و‬ُ‫س‬ َ‫ر‬ َ‫و‬ ِ َّ‫اَّلل‬ِ‫ب‬ ‫وا‬ُ‫ن‬ِ‫م‬َ‫آ‬ ‫وا‬ُ‫ن‬َ‫م‬َ‫آ‬ َ‫ين‬ِ‫ذ‬َّ‫ل‬‫ا‬ ‫ا‬َ‫ه‬ُّ‫ي‬َ‫أ‬ ‫ا‬َ‫ي‬ُ‫ل‬ْ‫ب‬َ‫ق‬ ْ‫ن‬ِ‫م‬ َ‫ل‬َ‫ز‬ْ‫ن‬َ‫أ‬ ‫ي‬ِ‫ذ‬ ْ‫د‬َ‫ق‬َ‫ف‬ ِ‫ر‬ ِ‫خ‬َ ْ‫اْل‬ ِ‫م‬ ْ‫و‬َ‫ي‬ْ‫ل‬‫ا‬ َ‫و‬ ِ‫ه‬ِ‫ل‬ُ‫س‬ ُ‫ر‬ َ‫و‬ ِ‫ه‬ِ‫ب‬ُ‫ت‬ُ‫ك‬ َ‫و‬ ِ‫ه‬ِ‫ت‬َ‫ك‬ِ‫ئ‬ َ‫َل‬َ‫م‬ َ‫و‬ ِ َّ‫اَّلل‬ِ‫ب‬ ْ‫ر‬ُ‫ف‬ْ‫ك‬َ‫ي‬ ْ‫ن‬َ‫م‬ َ‫و‬‫اا‬‫د‬‫ي‬ِ‫ع‬َ‫ب‬ ‫ا‬‫ًل‬ َ‫َل‬َ‫ض‬ َّ‫ل‬َ‫ض‬ “Wahai orang-orang yang beriman, tetaplah beriman kepada Allah dan rasul-Nya dan kepada Kitab yang Allah turunkan kepada rasul-Nya serta Kitab yang Allah turunkan sebelumnya. barangsiapa yang kafir kepada Allah, malaikat-malaikat-Nya, kitab-kitab-Nya, rasul-rasul-Nya, dan hari Kemudian, Maka Sesungguhnya orang itu Telah sesat sejauh-jauhnya” (al Nisa’: 136 ). Tanda orang bertaqwa: َّ‫ن‬‫ال‬ ِ‫ن‬َ‫ع‬ ‫ين‬ِ‫ف‬‫ا‬َ‫ع‬ْ‫ل‬‫ا‬ َ‫و‬ َ‫ظ‬ْ‫ي‬َ‫غ‬ْ‫ل‬‫ا‬ َ‫ين‬ِ‫م‬ِ‫اظ‬َ‫ك‬ْ‫ل‬‫ا‬ َ‫و‬ ِ‫اء‬َّ‫ر‬َّ‫ض‬‫ال‬ َ‫و‬ ِ‫اء‬َّ‫ر‬َّ‫س‬‫ال‬ ‫ي‬ِ‫ف‬ َ‫ون‬ُ‫ق‬ِ‫ف‬ْ‫ن‬ُ‫ي‬ َ‫ين‬ِ‫ذ‬َّ‫ل‬‫ا‬َ‫ين‬ِ‫ن‬ِ‫س‬ْ‫ح‬ُ‫م‬ْ‫ل‬‫ا‬ ُّ‫ب‬ ِ‫ُح‬‫ي‬ ُ َّ‫اَّلل‬ َ‫و‬ ِ‫اس‬
  • 6. (134) Artinya: (yaitu) orang-orang yang menafkahkan (hartanya), baik di waktu lapang maupun sempit, dan orang-orang yang menahan amarahnya dan mema'afkan (kesalahan) orang. Allah menyukai orang-orang yang berbuat kebajikan.(QS. Ali Imran: 134) 3. Sifat-sifat Allah Islam mengajarkan agar kita memahami, menghayati dan melakukan kebaikan yang bersumber dari sifat-sifat Allah dengan cara sesuai batas- batas kemanusiaannya. Berikut ini sifat-sifat Allah: 1. Wujud (Ada) 2. Qidam (Terdahulu) 3. Baqa’ (Kekal) 4. Mukholafatul Lilhawaditsi (Berbeda dengan makhluk ciptaanNya) 5. Qiyamuhu Binafsihi (Berdiri sendiri) 6. Wahdaniyah (Esa/Tunggal) 7. Qudrat (Berkuasa) 8. Iradat (Berkehendak) 9. ‘Ilmun (Mengetahui) 10. Hayat (Hidup) 11. Sama’ (Mendengar) 12. Bashar (Melihat) 13. Kalam (Berfirman) 14. Qadiran (Berkuasa) 15. Muridan (Berkehendak) 16. ‘Aliman (Mengetahui) 17. Hayyan (Hidup) 18. Sami’an (Mendengar) 19. Bashiran (Melihat) 20. Mutakalliman (Berfirman atau Berkata-kata)
  • 7. 4. Sifat-sifat Wajib bagi Rasul Sifat-sifat Wajib bagi Rasul antara lain sebagai berikut : 1. Shiddiq: Artinya setiap Rasul itu wajib berkata, bersikap, dan berbuat benar dalam kehidupannya, mustahil para Rasul sebagai utusan Allah SWT itu berdusta didalam menyampaikan wahyu yang datangnya dari Allah, karena para Rasul itu senantiasa terjaga dari perbuatan dosa (maksum). 2. Amanah: Setiap Rasul yang diutus oleh Allah SWT wajib berlaku amanah baik terhadap Allah SWT maupun terhadap umatnya, tidak mungkin para Rasul itu berkhianat terhadap yang diamanatkan oleh Allah kepadanya 3. Tabligh: Para utusan Allah SWT pasti menyampaikan wahyu yang ia terima kepada umatnya. Ia tidak menambah atau mengurangi wahyu Allah SWT tersebut. Ia sampaikan semua wahyu Allah kepada semua manusia tanpa melihat suku, ras , atau pangkat dan kedudukan. Seorang Rasul tidak mungkin menyembunyikan apa yang ia peroleh dari wahyu Allah SWT. 4. Fathanah: Tugas para Rasul itu sangat berat, berbagai rintangan, tantangan, dan hambatan senantiasa berada di depan mereka pada saat melaksanakan misi dakwah, para Rasul dituntut untuk bisa menyelesaikan dan mengatasi berbagai persoalan yang ada pada umatnya, untuk itu para Rasul diberi sifat fathonah (kecerdasan) oleh Allah sehingga dapat menyelesaikan semua persolan yang dihadapinya, mustahil para utusan Allah itu bersifat bodoh (baladah). 5. Asma al husna Asma al husna adalah nama-nama baik milik Allah yang mengandung makna sangat dalam jika kita mampu menggalinya pada setiap nama tersebut. Disebutkan dalam ayat al Qur’an: ‫و‬ ‫بها‬ ‫عوه‬ ‫د‬ ‫فا‬ ‫سماءالحسنى‬ ‫اًل‬ ‫وهلل‬‫كانوايعملون‬ ‫ما‬ ‫سيجزون‬ ‫ئه‬ ‫اسما‬ ‫في‬ ‫يلحدون‬ ‫ذين‬ّ‫ل‬‫ذرواا‬ Artinya:“Hanya milik Allah Al-Asma’ul Husna, maka bermohonlah kepada-Nya dengan menyebut Al-Asma’ul Husna itu dan tinggalkanlah
  • 8. orang-orang yang menyimpang dari kebenaran dalam (menyebut) nama- nama-Nya.nanti mereka akan mendapat balasan terhadap apa yang telah mereka kerjakan.” (Q.S. Al-A’raf,7:180) Ayat tersebut mengandung beberapa maksud sebagai berikut: a. Allah pemilik nama-nama yang baik. b. Sumber kebaikan yang tak tertandingi dan terbantahkan. c. Memohon kepada Allah melalui nama-namaNya Yang Baik. d. Larangan menyebut nama-nama lain yang menyesatkan keimanan dan kebenaran. e. Balasan baik bagi orang yang menyebut, mengingat, berdoa dengan namaNya disertai dengan iman, dan sebaliknya bagi orang yang mengingkari akan mendapatkan balasan atas perbuatannya. Adapun contoh Nama-nama Allah dan bagaimana mengimplementasikan nama-nama baik bagi Allah dalam kehidupan manusia, misalnya Al Aziz (Maha Perkasa), Al Wahhab (Maha Pemberi), Al Fattah (Maha Pemberi Keputusan), Al Qayyum (Maha Berdiri Sendiri), Al Hadi (Maha Pemberi Petunjuk), Al Salam ( Maha Sejahtera), Al Khaliq (Maha Pencipta), Al Ghaffar (Maha Pengampun), Al Adl (Maha Adil), Al Shabur (Maha Sabar) II. Keterkaitan Iman Dan Taqwa Keimanan dan ketakwaan merupakan dua hal yang tidak bisa dipisahkan. Orang yang bertakwa adalah orang yang beriman yaitu yang berpandangan dan bersikap hidup dengan ajaran Allah menurut Sunnah Rasul yakni orang yang melaksanakan shalat, sebagai upaya pembinaan iman dan menafkahkan rizkinya untuk mendukung tegaknya ajaran Allah. Takwa adalah melaksanakan perintah Allah dan menjauhkan larangannya. Iman adalah percaya pada pandangan dan sikap hidup dengan ajaran Allah, yaitu al-Qur'an menurut Sunnah Rasul, atau dengan selain ajaran Allah, yang terwujud kedalam ucapan dan perbuatan. Wujud iman menurut tiga unsur, yaitu isi hati, ucapan, dan laku perbuatan. Isi hati dan perbuatan disebut pandangan hidup, sedangkan laku pebuatan yang mewujudkan gerak berbuat dalam keseluruhan
  • 9. hidup manusia disebut sikap hidup. Hubungan tentang iman, takwa dan islam kepada salah satu ayat Al-Qur'an surat Ali Imran ayat 102 yang artinya adalah "Hai orang orang yang beriman, bertakwalah kepada Allah sebenar benar takwa kepadaNya dan janganlah sekali kali kamu mati melainkan dalam keadaan beragam islam" Pada ayat tersebut Allah memperlihatkan kedekatanNya dengan hambaNya yang beriman dengan memanggil mereka dengan huruf nida' yang diterjemahkan kedalam bahasa Indonesia dengan "Hai", dengan cara ini menunjukkan kedekatan antara yang memanggil dan yang dipanggil, yaitu orang orang yang beriman. B. Ciri-ciri mukmin sejati dalam Al-Quran Mukmin ialah orang yang benar-benar beriman kepada Allah SWT. Mematuhi segala perintah dan menjauhi seluruh larangan-Nya. Itulah mukmin sejati. Mukmin sejati kelak akan mendapatkan surga dan keridaan Allah SWT. Tentu kita ingin menjadi mukmin sejati yang nantinya mendapat rida Allah SWT dan kekal dalam kebahagiaan. Berikut ciri-ciri mukmin sejati sebagaimana terkandung dalam surat Al- Mukminun ayat 1 – 9 : 1.Keberuntungan Orang-orang yang beriman َ َ‫ون‬ُ‫ن‬ِ‫م‬ْ‫ؤ‬ُ‫م‬ْ‫ل‬‫ا‬ َ‫ح‬َ‫ل‬ْ‫ف‬َ‫أ‬ ْ‫د‬َ‫ق‬ "Sesungguhnya beruntunglah orang-orang yang beriman" (ayat 1) Ayat ini merupakan peninggian dari Allah terhadap hamba-hamba-Nya yang mukmin, menyebutkan keberuntungan dan kebahagiaan mereka, dan menyebutkan sesuatu yang dapat menyampaikan mereka kepada keberuntungan, sekaligus mendorong manusia agar memiliki sifat-sifat itu. Oang-orang islam, ataupun orang-orang kaya dan pintar tidaklah cukup disebut beruntung.Sungguh orang-orang yang beriman kepada Allah, yang mengamalkan ajaran syariat-Nya telah beruntung dengan meraih balasan yang mereka cita-citakan, dan selamat dari perkara yang mereka takuti. Orang beriman adalah orang yang beriman kepada Allah dan rasulnya dan tiada keraguan. Tidak ada toleransi untuk mengurangi amalan. Jadi jangan menganggap mengurangi amalan adalah perbuatan yang benar. Bisa saja karena keraguan-keraguan itu, kita disebut sebagai orang yang munafik. Jangan memberikan toleransi pada diri sendiri dalam berinadah.
  • 10. 2.Orang-orang yang khusyu dalam shalatnya ‫في‬ ْ‫م‬ُ‫ه‬ َ‫ذين‬َّ‫ل‬‫ٱ‬َ‫ون‬ُ‫ع‬ِ‫ش‬‫خا‬ ْ‫م‬ِ‫ه‬ِ‫ت‬‫َل‬َ‫ص‬ "Orang-orang yang khusyu` di dalam melakukan sembahyang( ".ayat 2 .) Orang-orang yang khusyu dalam shalatnya adalah mereka yang menegakkan shalat dengan sepenuh ketundukan hati, merasakan kehadiran Allah dalam sholatnya, membaca bacaan sholat dengan baik, memahami dan meresapi maknanya serta mematuhi semua rukun sholat dengan baik dan benar. Maka untuk menjadi mukmin yang beruntung, standar ibadah sholat yang harus kita penuhi tentunya adalah sholat yang dikerjakan dengan khusyu dan dengan sepenuh kesungguhan hati. 3.Orang yang menjauhkan diri dari perbuatan tak berguna َ‫و‬َ َ‫ون‬ُ‫ض‬ ِ‫ر‬ْ‫ع‬ُ‫م‬ ِ‫و‬ْ‫غ‬َّ‫ل‬‫ال‬ ِ‫ن‬َ‫ع‬ ْ‫م‬ُ‫ه‬ َ‫ذين‬َّ‫ل‬‫ا‬ "Dan orang-orang yang terhadap segala laku yang sia-sia menampik dengan keras( ".ayat 3.) Yakni yang tidak ada kebaikan dan faedahnya. Jika perbuatan yang tidak dan haram mereka akan menjauhi. Oleh karena itulah, apabila seseorang mampu mengendalikan anggota badan yang paling ringan digerakkan (lisan), maka sudah tentu dia dapat mengendalikan anggota badan yang lain, sebagaimana sabda Nabi shallallahu 'alaihi wa sallam kepada Mu’adz bin Jabal, “Maukah kamu aku beritahukan penopang semua itu?” Mu’adz berkata, “Ya, wahai Rasulullah.” Beliau bersabda, “Jagalah ini.” Yakni lisanmu. Nah, orang-orang mukmin, karena sifat mereka yang terpuji, mereka jaga lisan mereka dari perkataan sia-sia dan hal- hal haram. Sebagai seorang mukmin yang baik, sudah semestinya kita meninggalkan hal- hal yang tak berguna. Lebih baik menggunakan waktu secara produktif atau dengan mendekatkan diri kepada Allah lewat amal ibadah dan bibir yang senantiasa basah oleh ucapan zikir. 4.Orang yang menunaikan zakat atau pembersih jiwa َ َ‫ون‬ُ‫ل‬ِ‫ع‬‫فا‬ ِ‫ة‬‫كا‬َّ‫لز‬ِ‫ل‬ ْ‫م‬ُ‫ه‬ َ‫ذين‬َّ‫ل‬‫ا‬ َ‫و‬ "Dan orang-orang yang mengerjakan zakat( ".ayat 4.) Mereka berbuat kebaikan dalam beribadah kepada Allah, yaitu dengan menjalankan ibdah dengan khusyu’ dan berbuat kebaikan kepada manusia dengan membayar zakat. Zakat, baik zakat fitrah, zakat mal maupun hewan dan hasil pertanian serta pertambangan adalah ibadah yang wajib dijalankan atas mereka yang tergolong muzakki (wajib membayar zakat). Setiap muslim harus bisa menilai diri sendiri apakah ia tergolong muzakki atau tidak. Kesediaan membayar zakat adalah ciri seorang mukmin, yang rela ketika Allah memerintahkan untuk memberikan
  • 11. sebagian harta yang dimilikinya kepada orang yang berhak (mustahik). Bila Allah yang memerintah, jangankan harta, bagi seorang mukmin yang sejati, jiwa pun tak segan ia berikan. Ia yakin, kematian di jalan Allah adalah semulia-mulia akhir kehidupan. Dan surga adalah balasannya. 5.Orang yang memelihara kemaluannya, kecuali terhadap istri-istri mereka atau hamba sahaya yang mereka miliki َ َ‫ون‬ُ‫ظ‬ِ‫ف‬‫حا‬ ْ‫م‬ِ‫ه‬ ِ‫وج‬ُ‫ر‬ُ‫ف‬ِ‫ل‬ ْ‫م‬ُ‫ه‬ َ‫ذين‬َّ‫ل‬‫ا‬ َ‫و‬ "Dan orang-orang yang selalu menjaga faraj (kelamin) mereko( ".ayat 5" .) ‫لى‬َ‫ع‬ َّ‫ًل‬ِ‫إ‬َ َ‫ومين‬ُ‫ل‬َ‫م‬ ُ‫ْر‬‫ي‬َ‫غ‬ ْ‫م‬ُ‫ه‬َّ‫ن‬ِ‫إ‬َ‫ف‬ ْ‫م‬ُ‫ه‬ُ‫ن‬‫ْما‬‫ي‬َ‫أ‬ ْ‫ت‬َ‫ك‬َ‫ل‬َ‫م‬ ‫ما‬ ْ‫و‬َ‫أ‬ ْ‫م‬ِ‫ه‬ ِ‫واج‬ْ‫ز‬َ‫أ‬ Kecuali terhadap isterinya atau hambasahayanya, maka tidaklah mereka tercela " . (ayat 6 .) ‫غى‬َ‫ت‬ْ‫ب‬‫ا‬ ِ‫ن‬َ‫م‬َ‫ف‬َ َ‫ُون‬‫د‬‫العا‬ ُ‫م‬ُ‫ه‬ َ‫ك‬ِ‫ئ‬‫ول‬ُ‫أ‬َ‫ف‬ َ‫ك‬ِ‫ل‬‫ذ‬ َ‫ء‬‫را‬ َ‫و‬ "Tetapi barangsiapa yang masih memilih jalan di luar itu, itulah orang-orang yang telah melanggar garis( " .ayat 7.) Bagi seorang muslim, hidup adalah rangkaian ibadah. Termasuk ketika ia memenuhi hasrat seksualnya. Ia akan menempuh cara-cara yang telah ditetapkan Islam dan menghindari yang dilarangnya. Baginya yang terpenting bukanlah kepuasan itu sendiri, karena kepuasan memang tidak pernah punya ujung, melainkan keridhaan Allah. Ia akan merasa bahagia lahir bathin manakala kepuasan seksualnya ia peroleh dengan cara yang halal. Karena ituia akan menjaga kemaluannya dengan cara yang sebenar-benarnya. Memelihara kemaluan tidak hanya sekadar memelihara diri dari perbuatan zina, tetapi juga menghindarkan diri dari hal-hal yang mendekati zina. Ada pun yang dimaksud hamba sahaya yang dimaksud oleh ayat ini, adalah hamba sahaya yang diperoleh dari peperangan dengan orang kafir, dan untuk masa sekarang, sudah tidak ada lagi. 6.Orang yang memelihara amanat dan janji َ َ‫ون‬ُ‫ع‬‫را‬ ْ‫م‬ِ‫ه‬ِ‫د‬ْ‫ه‬َ‫ع‬ َ‫و‬ ْ‫م‬ِ‫ه‬ِ‫ت‬‫مانا‬َ ِ‫ِل‬ ْ‫م‬ُ‫ه‬ َ‫ذين‬َّ‫ل‬‫ا‬ َ‫و‬ "Dan orang-orang yang menjaga dengan baik terhadap amanat dan janjinya ". (ayat 8.) Islam sangat menganjurkan umatnya untuk teguh memegang amanah dan juga janji.Bahkan orang yang tidak memelihara amanat dan janji digolongkan ke dalam orang munafik.Seorang muslim yang beriman adalah orang yang terpercaya. Ia akan menunaikan setiap amanah yang dipikulnya dan menepati setiap janji yang diucapkannya. Ia menjadi orang yang terpercaya, hanyakarena memang demikianlah tuntunan Islam. Ia mengerti, bahwa bila ia bisa melaksanakan amanah dan janjinya dengan baik, itu adalah ibadah. Ia yakin Allah menjadi saksi
  • 12. atas semua itu. Karena Allah menyaksikan juga, maka ia takut mengkhianati amanah dan melanggar janji. 7. Orang yang memelihara shalatnya a ‫لى‬َ‫ع‬ ْ‫م‬ُ‫ه‬ َ‫ذين‬َّ‫ل‬‫ا‬ َ‫و‬َ َ‫ون‬ُ‫ظ‬ِ‫ف‬‫ُحا‬‫ي‬ ْ‫م‬ِ‫ه‬ِ‫ت‬‫وا‬َ‫ل‬َ‫ص‬ "Dan orang-orang yang memelihara dan menjaga semua waktu sembahyangnya ". (ayat 9.) Yaitu menjaga shalat. menjaga disini maksudnya menjaga waktunya. Tidak hanya shalat pada waktunya tapi shalat pada awal waktu. Menjaga syarat, dan rukun shalatnya termasuk didalamnya menjaga/memperhatikan wudhunya. Hal ini ditegaskan pula oleh Rasulullah SAWdalam sabda beliau : “Amal yang pertama kali dihisab dari amalan seorang hamba pada hari kiamat adalah shalatnya, maka jika shalatnya baik, berbahagialah dia, dan jika shalatnya rusak, rugilah dia dan sia-sialah usahanya.” (HR. Thabrani). 8. َ َ‫ون‬ُ‫ث‬ ِ‫وار‬ْ‫ل‬‫ا‬ ُ‫م‬ُ‫ه‬ َ‫ك‬ِ‫ئ‬‫ول‬ُ‫أ‬ "Mereka itulah yang akan mewarisi( " .ayat 10 .) 9. َ َ‫ُون‬‫د‬ِ‫ل‬‫خا‬ ‫فيها‬ ْ‫م‬ُ‫ه‬ َ‫س‬ ْ‫و‬َ‫د‬ْ‫ر‬ِ‫ف‬ْ‫ل‬‫ا‬ َ‫ون‬ُ‫ث‬ ِ‫ر‬َ‫ي‬ َ‫ذين‬َّ‫ل‬‫ٱ‬ "Yang akan mewarisi syurga Firdaus dan di sanalah mereka mencapai khulud (kekal) selamalamanya( ".ayat 11.) Orang-orang diantaranya dengan ciri-ciri inilah yang dijanjikan surga firdaus oleh Allah. Allah SWT menyebutkan di dalam Surat Al-Anfal ayat 2-4 tentang ciri-ciri orang beriman : 1. Memiliki Rasa Gemetar Hatinya kepada Allah ِ‫ذ‬َّ‫ل‬‫ٱ‬ َ‫ون‬ُ‫ن‬ِ‫م‬ْ‫ؤ‬ُ‫م‬ْ‫ل‬‫ٱ‬ ‫ا‬َ‫م‬َّ‫ن‬ِ‫إ‬ْ‫م‬ُ‫ه‬ُ‫ب‬‫و‬ُ‫ل‬ُ‫ق‬ ْ‫ت‬َ‫ل‬ ِ‫ج‬ َ‫و‬ ُ َّ‫ٱَّلل‬ َ‫ر‬ِ‫ك‬ُ‫ذ‬ ‫ا‬َ‫ذ‬ِ‫إ‬ َ‫ين‬ Artinya: “Sesungguhnya orang-orang yang beriman ialah mereka yang apabila disebut nama Allah, gemetarlah hati mereka.” (QS Al-Anfal [8]: 2). Hanya orang yang berimanlah, yang jika disebutkan nama Allah, gemetar hatinya, ada rasa takut dalam hatinya. Rasa takutnya justru adalah sebagai bentuk mengagungkan asma Allah. Maka, jika ia berkeinginan untuk melakukan perbuatan dosa atau maksiat, ia pun segara teringat Allah dan takut melaksanakannya. Ia seperti Nabi Yusuf dan orang-orang beriman lainnya, yang gemetar hatinya, manakala digoda lawan jenis atau bercanda dengan yang bukan
  • 13. mahramnya.Gemetar yang menunjukkan rasa takutnya kepada Allah. Ia lebih baik ditusuk besi tajam daripada bersentuhan dengan yang bukan isterinya. Ia pun lebih baik sendirian atau malah dengan keluarganya, daripada dengan yang bukan mahram, yang hanya mendatangkan dosa demi dosa, dari tiap huruf, kata dan kalimat, dari tiap canda tawanya, dan dari tiap kerlingan mata serta gerakan tubuhnya. Padahal ada tempat yang sah, halal lagi barakah yakni keluarganya. Mereka orang-orang beriman yang sebenarnya, akan gemetar lagi takut dengan pengawasan Tuhannya.Itulah salah satu golongan yang dijaminkan terlidungi pada hari kiamat saat tidak ada perlindungan dari Allah. Yakni pemuda atau pemudi yang ketika diajak bermaksiat, ia mengicapkan, “Saya takut kepada Allah”. 2. Bertambah imannya jika dibacakan ayat Al-Quran. Allah berfirman pada lanjutan ayat: ُ‫ه‬ُ‫ت‬ََٰ‫ي‬‫ا‬َ‫ء‬ ْ‫م‬ِ‫ه‬ْ‫ي‬َ‫ل‬َ‫ع‬ ْ‫ت‬َ‫ي‬ِ‫ل‬ُ‫ت‬ ‫ا‬َ‫ذ‬ِ‫إ‬ َ‫و‬‫ا‬‫ا‬‫ن‬ ََٰ‫م‬‫ي‬ِ‫إ‬ ْ‫م‬ُ‫ه‬ْ‫ت‬َ‫د‬‫ا‬َ‫ز‬ ‫ۥ‬ Artinya: “dan apabila dibacakan ayat-ayat-Nya bertambahlah iman mereka (karenanya)” (QS. Al-Anfal [8]: 2). Hal ini menjadi bukti keimanan seseorang ketika Al-Qur’an dibaca, baik oleh dirinya ataupun orang lain.Karena itu, bagi orang beriman, menjadi makmum berdiri di belakang imam shalat, imam membaca ayat yang sekiranya panjang- panjang. Itu adalah hak imam, dan orang beriman akan senang saja. Sebab, ya itu tadi, apabila dibacaan ayat-ayat Allah, maka bertambahlah imannya. Demikian pula kalau ada alim mengaji ayat-ayat Allah, ia akan senang mendengarnya. Menguraikan Al-Quran dan As-Sunnah, ia akan betah mendengarkannya. 3.Bertawakkal hanya kepada Allah Allah berfirman dalam lanjutan ayat: َ‫ون‬ُ‫ل‬َّ‫ك‬ َ‫و‬َ‫ت‬َ‫ي‬ ْ‫م‬ِ‫ه‬ِّ‫ب‬َ‫ر‬ َٰ‫ى‬َ‫ل‬َ‫ع‬ َ‫و‬ Artinya: “Dan hanya kepada Tuhannya mereka bertawakkal” (QS. Al-Anfal [8]: 2). Orang yang beriman akan menyandarkan segala urusannya hanya kepada Allah, bukan kepada benda, gunung, cincin, keris, atau yang lain.Karena orang beriman itu yakin bahwa tidak akan terwujud suatu hal kecuali atas kehendak Allah. Jika Allah berkehendak terjadi, maka terjadilah. Dan jika Allah tidak berkehendak, ya tidak akan terjadi. 4. Mendirikan Shalat
  • 14. Allah berfirman pada lanjutan ayat: َ‫ة‬ َٰ‫و‬َ‫ل‬َّ‫ص‬‫ٱل‬ َ‫ون‬ُ‫م‬‫ي‬ِ‫ق‬ُ‫ي‬ َ‫ين‬ِ‫ذ‬َّ‫ل‬‫ٱ‬ Artinya: “(yaitu) orang-orang yang mendirikan shalat.” (QS Al-Anfal [8]: 3). Mendirikan shalat adalah bukti keimanan seseorang. Di samping karena memang shalat adalah tiangnya agama. Kalau ia menegakkan shalatnya, sama dengan ia menegakkan agamanya. Sebaliknya manakala ia meruntuhkannya, tidak memperhatikannya, mengabaikannya, sama juga dengan meruntuhkan, tidak memperhatikan dan mengabaikan agamanya sendiri. 5. Gemar berinfaq di jalan Allah. Allah berfirman pada lanjutan ayat: ْ‫م‬ُ‫ه‬ََٰ‫ن‬ْ‫ق‬َ‫ز‬َ‫ر‬ ‫ا‬َّ‫م‬ِ‫م‬ َ‫و‬َ‫ون‬ُ‫ق‬ِ‫ف‬‫ُن‬‫ي‬ Artinya: “Dan mereka yang menginfakkan rezki yang Kami berikan kepada mereka.” (QS Al-Anfal [8]: 3). Maka, seorang dikatakan beriman kepada Allah adalah ketika ia gemar menginfakkan hartanya di jalan Allah. Pada ayat lain, Allah berfirman: ُ‫ي‬ َ‫و‬ُ‫ه‬َ‫ف‬ ٍ۬‫ء‬ ۡ‫َى‬‫ش‬ ‫ن‬ِّ‫م‬ ‫م‬ُ‫ت‬ۡ‫ق‬َ‫ف‬‫ن‬َ‫أ‬ ‫آ‬َ‫م‬ َ‫و‬ ۚ‫ۥ‬ُ‫ه‬َ‫ل‬ ُ‫ر‬ِ‫د‬ۡ‫ق‬َ‫ي‬ َ‫و‬ ‫ۦ‬ِ‫ه‬ِ‫د‬‫ا‬َ‫ب‬ِ‫ع‬ ۡ‫ن‬ِ‫م‬ ُ‫ء‬‫َآ‬‫ش‬َ‫ي‬ ‫ن‬َ‫م‬ِ‫ل‬ َ‫ق‬ ۡ‫ز‬ِّ‫ٱلر‬ ُ‫ط‬ُ‫س‬ ۡ‫ب‬َ‫ي‬ ‫ّى‬ِ‫ب‬َ‫ر‬ َّ‫ن‬ِ‫إ‬ ۡ‫ل‬ُ‫ق‬َ‫ين‬ِ‫ق‬ ِ‫ٲز‬َّ‫ٱلر‬ ُ‫ر‬ۡ‫َي‬‫خ‬ َ‫و‬ُ‫ه‬ َ‫و‬ ‫ۥ‬ ُُۖ‫ه‬ُ‫ف‬ِ‫ل‬ ۡ‫خ‬ Artinya: “Katakanlah: ‘Sesungguhnya Tuhanku melapangkan rezeki bagi siapa yang dikehendaki Nya di antara hamba-hamba Nya dan menyempitkan bagi (siapa yang dikehendaki Nya)’, dan apa saja yang kamu nafkahkan, maka Allah akan menggantinya dan Dia lah pemberi rezeki yang sebaik-baiknya.” (QS Saba [34]: 39). Demikianlah sifat-sifat, ciri atau karakteristik dari orang-orang yang beriman kepada Allah SWT yang terkandung dalam Al-Quran. Jika kita memiliki sifat iman seperti itu, maka ayat menegaskan: ‫ا‬ًّ‫ق‬َ‫ح‬ َ‫ون‬ُ‫ن‬ِ‫م‬ْ‫ؤ‬ُ‫م‬ْ‫ل‬‫ٱ‬ ُ‫م‬ُ‫ه‬ َ‫ك‬ِ‫ئ‬ َََٰٰٓ‫ل‬ ۟‫و‬ُ‫أ‬ Artinya: “Mereka itulah orang-orang yang beriman dengan sebenar-benarnya.” (QS Al-Anfal [8]: 4) Semoga kita tergolong orang yang memiliki sifat-sifat orang-orang yang beriman dengan sebenarnya, sebagaimana ayat-ayat tersebut.
  • 15. a. Pengertian Kafir Dari segi bahasa, kafir mengandung arti: menutupi. Malam disebut “kafir” karena ia menutupi siang atau menutupi atau menutupi benda-benda dengan kegelapannya. Awan juga disebut“kafir” karena ia menutupi matahari. Demikian pula petani yang terkadang juga disebut “kafir” karena ia menutupi benih dengan tanah. Secara istilahi (terminologi islam), para ulama tidak sepakat dalam menetapkan batasan kafir sebagaimana berbeda pendapat dengan batasan iman. Kalau iman diartikan “pembenaran” (al-tasdiq ) terhadap Rasulullah SAW. Berikut ajaran-ajaran yang dibawanya, maka kafir diartikan dengan “pendustaan” (al-takdhib) terhadap ajaran-ajaran beliau. Inilah batasan yang paling umum dan sering terpakai dalam buku-buku akidah. Jadi, orang kafir ialah orang yang mengingkari ajaran Islam yang seharusnya dia imani. Dalam kajian semantik, kata kafir dibedakan antara makna dasar dan makna relasional. Makna dasar dasar adalah sesuatu yang melekat pada kata itu sendiri, yang selalu terbawa di manapun kata itu diletakkan. Kafir berasal dari term kafara secara tepat dan mendasar berarti ‘tidak bersyukur.’ Hal ini benar- benar berlawanan dengan term shakara. Ini adalah makna lazim dari kata kerja kafara dalam konteks bahasa Arab yang lebih luas. Makna dasar dari kata kerja ini sendiri tidak berubah baik digunakan oleh orang Arab Muslim maupun non Muslim; kata ini dikenal oleh seluruh masyarakat penutur bahasa Arab. Selain itu, makna dasar dari kata ini tetap begitu sejak masa pra-Islam hingga sekarang. edangkan makna relasional adalah sesuatu yang konotatif yang diberikan danditambahkan pada makna yang sudah ada dengan meletakkan kata itu pada posisi khusus, dalam bidang khusus, berada pada relasi yang berbeda dengan semua kata-kata penting lainnya dalam sistem tersebut. Dalam perkembangan sejarah, terjadilah pergeseran makna, bagaimana kata kerja kafara atau bentuk nominalnya kufrmenyimpang sedikit dari makna aslinya ‘tidak bersyukur’ dan menjadi semakin lebihdekat pada makna ‘tidak percaya’ sebagai bentuk pengingkaran dari konsep iman. Dapus… Harifuddin Cawidu, Konsep Kufr dalam Al-Qur’an (Jakarta: Bulan Bintang, 1991). Lihat, Raghib Asfahani, al-Mufradat fi Gharib al-Qur’an, edisi M.S. Kaylani (Mesir: Mustafa al- Babi al-Halabi, t.t.), 433-435.
  • 16. b. Pengertian Dholim Menurut ajaran islam, dzalim atau aniaya berasal dari kata dzolama- yadlimu-dzulman yang artinya aniaya. Zalim (Arab: ‫,ظلم‬ Dholim) adalah meletakkan sesuatu/ perkara bukan pada tempatnya. Orang yang berbuat zalim disebut zalimin. Lawan kata zalim adalah adil.Kata zalim berasal dari bahasa Arab, dengan huruf “dho la ma” (‫م‬ ‫ل‬ ‫ظ‬ ) yang bermaksud gelap. Di dalam al- Qur’an menggunakan kata zhulm selain itu juga digunakan kata baghy, yang artinya juga sama dengan zalim yaitu melanggar haq orang lain. Namun demikian pengertian zalim lebih luas maknanya ketimbang baghyu, tergantung kalimat yang disandarkannya. Kezaliman itu memiliki berbagai bentuk di antaranya adalah syirik. Kalimat zalim bisa juga digunakan untuk melambangkan sifat kejam, bengis, tidak berperikemanusiaan, suka melihat orang dalam penderitaan dan kesengsaraan, melakukan kemungkaran, penganiayaan, kemusnahan harta benda, ketidak adilan dan banyak lagi pengertian yang dapat diambil dari sifat zalim tersebut, yang mana pada dasarnya sifat ini merupakan sifat yang keji dan hina, dan sangat bertentangan dengan akhlak dan fitrah manusia, yang seharusnya menggunakan akal untuk melakukan kebaikan. Sejak awal, Islam datang menyeru umat manusia untuk lepas dari kungkungan kedzaliman dan kelaliman. Menyerukan persamaan derajat manusia di muka bumi ini, serta merubuhkan seluruh warisan-warisan jahiliyah yang identik dengan kedholiman. Tak ada lagi kesewenang- wenangan kaum yang kuat, kelaliman penguasa serta kebengisan golongan yang terpandang. Karenanya, tidak heran kalau dalam waktu yang relatif sangat singkat, Islam mendapat tempat istimewa di hati manusia. Khususnya mereka yang lemah dan tertindas. Hal ini tergambar dari ucapan seorang Rib’iy bin Amir tatkala berdiri gagah di hadapan panglima tentara Persia, Rustum, ‫جور‬ ‫ومن‬ ،‫سعتها‬ ‫إلى‬ ‫الدنيا‬ ‫ضيق‬ ‫ومن‬ ،‫هللا‬ ‫عبادة‬ ‫إلى‬ ‫العباد‬ ‫عبادة‬ ‫من‬ ‫شاء‬ ‫من‬ ‫لنخرج‬ ‫ابتعثنا‬ ‫هللا‬ ‫اًلسَلم‬ ‫عدل‬ ‫إلى‬ ‫اًلديان‬ Artinya : “Sungguh Allah Ta’ala mengutus kami untuk membebaskan manusia dari penghambaan kepada sesama menuju penghambaan hanya kepada Allah, melepaskan lilitan belenggu kesempitan dunia menuju kebebasan, serta mengeluarkan mereka dari kezaliman agama-agama menuju keadilan Islam”. (Lihat: al-Bidayah Wa al-Nihayah, Ibnu Katsir, 7/47). Sebuah pernyataan jujur, lahir dari hati kesatria yang tulus, hingga tetap membekas sekalipun kesombongan dan kecongkakan berupaya mencegatnya. Ketahuilah, harta, darah dan kehormatan seorang muslim haram atas muslim
  • 17. yang lain. Dalam konteks apapun, tidak dibenarkan merampas harta, menumpahkan darah atau mencemarkan kehormatan seorang muslim kecuali dengan alasan kebenaran. c. Pengertian munafik Munāfiq atau Munafik (kata benda, dari bahasa Arab ‫,قفانم‬ plural Munāfiqūn) adalah terminologi dalam Islam untuk merujuk pada mereka yang berpura-pura mengikuti ajaran agama namun sebenarnya tidak mengakui dalam hatinya. Munafik (‫)قفانملا‬ artinya adalah orang yang nifaq (‫.)قافنلا‬ Nifaq secara bahasa berarti ketidaksamaan antara lahir dan batin. Jika ketidaksamaan itu dalam hal keyakinan, hatinya kafir tetapi mulutnya mengatakan beriman, maka ia termasuk nifaq i'tiqadi. An-Nifaq sekaliapun telah dikenal dalam bahasa Arab, namun sebagai sebuah istilah Islam dengan makna khusus tidak dikenal oleh bangsa Arab. Karena istilah An-Nifaq muncul setelah Islam hadir dengan kekuatannya yang besar yang mengancam kekufuran dan kemusyrikan disekitarnya. Kata An-Nifaq dalam bahasa arab berasal dari akar kata nȃfaqa- yunȃfiqu-nifȃqan. Kata ini diambil dari kata nafiqȃ, yang berarti salah satu lubang tikus, jika dicari melalui satu lubang, maka tikus itu akan lari dan keluar melalui lubang yang lain. Muhammad Musa Nasr mengatakan, sejumlah Ulama berpendapat: “An-Nifaq” berasal dari “An-Nafaq”, yakni sebuah jalanan di dalam bumi menuju tempat lain, sedang kata nafaqah dan nȃfiqȃ berarti lubang biawak dan tikus. Jika didatangi dari mulut lubang, ia akan menyerang dengan kepalanya. Ibnu Al A‟rabi Rahimahumullah berkata: “Yakhfirul yarbu‟ hufratan Tsumma Yasuddu Bȃbaha Biturȃbiha”, artinya: “Tikus membuat lubang lalu menutup pintu lubangnya dengan tanah”. Tanah untuk menutupi tersebut dinamakan dengan Daamȃ. Lalu ia menggali lubang yang lain yang disebut dengan Naafiqȃ. Ia tidak menembus melainkan hanya melubangi saja sampai halus. Jika ia telah menempatinya, maka ia kembali ke tempat semula lalu memukulnya dengan kepaladan keluar darinya. Dengan demikian, karakter orang munafik itu menipu, bolak balik, bimbang dan membuat siasat, memperlihatkan sesuatu yang berbeda dengan yang disembunyikan di hati. Inilah sisi kemanusiaan dengan tikus atau biawak. Betapa bahayanya sifat Nifaq jika sudah hinggap pada hati seseorang, di pandang sangat hina di sisi Allah Swt. dan manusia.
  • 18. D. Upaya meningkatkan kualitas keimanan dan ketakwaan Allah menciptakan Manusia dengan tujuan untuk beribadah kepada Allah SWT sekaligus untuk diuji kelak untuk menentukan nasib hidup manusia selanjutnya di akhirat. Untuk bisa menjalankan tujuan tersebut tentu saja manusia wajib untuk memiliki iman dan taqwa agar ia mampu juga mau menjalankan segala perintah Allah dengan sebaik-baiknya. Jika itdak, tentu akan mendatangkan kemalasan untuk melaksanakan segala perintah Allah tersebut.Tanpa adanya iman dan taqwa manusia tidak akan bisa menjalankan kehidupan dengan ridho dan petunjuk Allah SWT. Untuk itu, iman dan taqwa mampu menyelamatkan kita bukan hanya di dunia namun juga kelak di akhirat. Untuk itu, ia adalah pondasi kehidupan manusia. Orang yang hidup tanpa iman dan taqwa ia seperti rumah tanpa pondasi dan akar yang kuat. Ia akan mudah rapuh, rapuk, dan bahkan tidak akan bisa melindungi orang yang menghuni rumah. Begitupun iman dan taqwa dalam diri manusia. Ia akan melindungi dari segala macam kesesatan, keterperukan, dan berbagai bencana lainnya dalam hidup manusia. Manusia adalah makhluk yang sering lalai dan tidak awas diri, untuk itu masalah iman dan taqwa pun juga bisa menurun tanpa mengenal waktu. Berikut adalah beberapa cara agar manusia dapat meningkatkan iman dan taqwanya dalam kehidupan : 1.Memperbaiki Shalat Untuk bisa meningkatkan iman dan taqwa salah satu caranya adalah dengan memperbaiki shalat. Shalat saja tidak cukup, melainkan membutuhkan shalat khusuk dan berkualitas. Itulah shalat yang mencerminkan keimanan dan ketaqwaan. Hal mengenai shalat juga disampaikan dalam ayat sebagai berikut, “Bacalah apa yang telah diwahyukan kepadamu, yaitu Al Kitab (Al Quran) dan dirikanlah shalat. Sesungguhnya shalat itu mencegah dari (perbuatan- perbuatan) keji dan mungkar. Dan sesungguhnya mengingat Allah (shalat) adalah lebih besar (keutamaannya dari ibadat-ibadat yang lain). Dan Allah mengetahui apa yang kamu kerjakan” (QS Al Ankabut : 45) 2. Mentadaburi Al-Quran Seseoramg dapat meyakini dan memiliki ketaqwaan kepada Allah melalui sumbernya yaitu All-Quran yang memberikan kita petunjuk. Untuk itu dalam meningkat iman dan taqwa membaca sumbernya adalah jalan yang tepat. Dengan membaca Al-Quran bukan berarti membaca teksnya, melainkan mentadaburi isinya, dan menjadikannya Fungsi Al-Quran dalam Kehidupan Sehari-hari serta Fungsi Al-quran Bagi Umat Manusia. Hal ini sebagaimana Allah sampaikan dalam Surat Yunus ayat 37, “Tidaklah mungkin Al Quran ini dibuat oleh selain Allah; akan tetapi (Al Quran itu) membenarkan kitab-kitab yang sebelumnya dan menjelaskan hukum-hukum yang
  • 19. telah ditetapkannya, tidak ada keraguan di dalamnya, (diturunkan) dari Tuhan semesta alam.”. 3.Berkumpul dengan Orang Shaleh Salah satu Cara Meningkatkan Iman dan Taqwa yaitu bercengkrama dengan orang saleh. Orang shaleh memupuk iman, sedangkan bersamanya maka kita akan termotivasi dan semangat menjalankan segala perintah-perintah Allah. Manusia makhluk sosial, membutuhkan teman dan pendampingan agar hidupnya berwarna dan terdapat dorongan yang berasal dari luar. 4.Membaca Buku-Buku Islam Salah satu sumber keimanan adalah ilmu yang kita miliki. Adanya kebermanfaatan ilmu membuat iman dan taqwa kita semakin bertambah. Salah satunya dengan membaca buku-buku islam yang diwariskan ulama atau orang berilmu secara benar lainnya. Ilmu Tasawuf Modern, Ilmu Tauhid Islam, dan Ilmu Kalam dalam Islam bisa juga dipelajari karena sebagai bagian dari ilmu yang membentuk pondasi keimanan. 5.Mempelajari Ilmu Pengetahuan Ilmu di dunia ini segalanya milik Allah. Yang benar adalah milik Allah, hanya manusia saja kadang tidak menangkapnya secara seksama dalam kehidupan sehari- hari. Membaca ilmu pengetahuan dan mempelajarinya akan membuat kita semakin tunduk dan takjub, karena ilmu manusia tidak ada apa-apanya dibandingkan dengan yang Allah miliki.Ilmu manusia hanya setetes dari luasnya samudera. Hal ini karena Islam dan Ilmu Pengetahuan tentu saling mendukung bukan bersebrangan. 6.Mentadaburi Alam Semesta Alam semesta jagad raya ini adalah milik Allah SWT. Untuk itu, mentadaburi alam semesta juga salah satu Cara Meningkatkan Iman dan Taqwa. Aktivitas ini membuat kita semakin yakin dan takjub akan segala ciptaan Allah SWT. Dengan mempelajari kebesaran Allah dan segala isinya, maka keyakinan dan ketaqwaan kita kepada Allah juga akan semakin meningkat. Hal ini juga disampaikan Allah dalam QSFushilat ayat 37, “Dan di antara tanda- tanda kekuasaan-Nya ialah malam, siang, matahari dan bulan. Janganlah sembah matahari maupun bulan, tapi sembahlah Allah Yang menciptakannya, Jika Ialah yang kamu hendak sembah.” 7.Membandingkannya dengan Kepercayaan Lain Salah satu metode yang bisa digunakan untuk menambah keimanan dan ketaqwaan kita adalah dengan cara membandingkan ajaran islam dengan ajaran lain tentu dengan metode dan ilmu yang benar. Dengan begitu kita akan mendapatkan bahwa islam yang Allah turunkan adalah bentuk yang paling baik dan sempurna
  • 20. dibandingkan dengan ajaran lainnya. Dengan perbandingan maka akan terlihat yang unggul, maka kita akan bisa menmabah keyakinan kita dan kebanggan kita dalam berislam. 8.Menjalankan Perintah Allah Secara Konsisten Menjalankan perintah Allah tentu akan memiliki dampak. Untuk itu, merasakan manfaat dan kebermaknaan dari perintah Allah hanya akan didapatkan ketika kita benar-benar menjalankannya. Misalnya saja, ibadah puasa sebagai bentuk pelatihan diri. Kita tidak akan bisa merasakan manfaat puasa terhadap kesehatan jika tidak melaksanakan amalan ibadah puasa itu sendiri. 9.Mencari Informasi Manfaat atau Dampak dari Perintah Allah Cara Meningkatkan Iman dan Taqwa juga dapat di dapat saat kita mau mencari informasi. Semakin kita mengetahui apa manfaat atau dampak yang bisa kita ambil dari sebuah perintah, maka kita akan semakin bersyukur dan merasakan bahagia karena apa yang diperintahkann untuk dijalankan oleh Allah SWT adalah sesuatu yang menyelematkan dan membahagiakan. Untuk itu, kita harus dapat mencari dan menggali informasi mengenai sebuah perintah agar keimanan dan ketaqwaan semakin bertambah. 10.Melakukan Evaluasi Diri Sebelum melakukan peningkatan biasanya maka diperlukan evaluasi terlebih dahulu. Untuk bisa terus meningkatkan keimanan dan ketaqwaan tentu manusia juga harus melaksanakan evaluasi diri. Evaluasi ini adalah untuk mengukur sejauh apa kita telah beriman dan melaksanakan perintah Allah. Evaluasi harus dijalankan oleh diri sendiri bukan oleh orang lain. Untuk itu, yang mengukurnya adalah diri kita sendiri, karena diri lah yang lebih tau bagaimana keimanan dan ketaqwaan kita kepada Allah SWT. 11.Menjauhi Lingkungan yang Buruk Jika kita merasa belum bisa untuk beradabtasi dan menghindari segala kemaksiatan, maka pilihan kita bisa menjauhi lingkungan tersebut sampai kekuatan iman dan taqwa kita meningkat. Menjaga diri lebih baik ketimbang harus tetap berada dalam lingkungan yang membuat diri kita semakin memburuk.Akan tetapi, menjauhi lingkungan yang buruk bukan berarti kita harus bersikap eksklusif sehingga tidak ada interaksi sosial dengan manusia lainnya. Allah sendiri menyuruh kita untuk bersosialisasi dan bersyiar agar tercitrakan islam yang baik di masyarakat. 12.Tidak Terlena dengan Kehidupan Dunia Dunia bisa menawarkan kebahagiaan ataupun kesedihan walaupun semuanya hanya sementara. Untuk itu, menjaga dan meningkat keimanan dan ketaqwaan dapat kita lakukan dengan cara menjaga diri agar tidak terlena dengan kehidupan
  • 21. dunia. Biasanya dengan terlena kehidupan dunia, kita juga lupa dengan Allah dan perintahnya. Untuk itu, berhati-hati baik dalam kondisi apapun agar tidak terjebak pada urusan duniawi semata.Untuk itu bisa juga kita mempelajari bagaimana cara sukses di Dunia Menurut Islam, Sukses Menurut Islam, Sukses Dunia Akhirat Menurut Islam, dengan Cara Sukses Menurut Islam agar tidak salah menempatkan dunia dalam hidup. 13.Mengikuti Majelis Ilmu Menghadiri majelis ilmu adalah cara juga agar keimanan dan ketaqwaan kita bisa meningkat. Majelis ilmu tentu akan memberikan kita banyak hikmah dan juga pencerahan. Bagaimanapun, ilmu selalu kita butuhkan dan membuat diri kita semakin baik setiap saat. Hadirilah majelis ilmu, yang membahas ilmu islam, ilmu pengetahuan yang bermanfaat, agar kebesaran Allah semakin hadir dalam diri kita. Hal ini juga disampaikan dalam Al-Quran , “Hai orang-orang beriman apabila dikatakan kepadamu: “Berlapang-lapanglah dalam majlis”, maka lapangkanlah niscaya Allah akan memberi kelapangan untukmu. Dan apabila dikatakan: “Berdirilah kamu”, maka berdirilah, niscaya Allah akan meninggikan orang-orang yang beriman di antaramu dan orang-orang yang diberi ilmu pengetahuan beberapa derajat. Dan Allah Maha Mengetahui apa yang kamu kerjakan.” (QS Al Mujadilah : 11) 14.Menjauhi Stimulus Kemaksiatan Menjaga keimanan tentu sama dengan menjaga diri dari perbuatan maksiat. Jauhi kemaksiatan dan jadikan diri ini kuat terhadap stimulusnya. Jika tidak ingin dihampiri oleh kemaksiatan maka stimulusnya pun dari awal sudah harus kita hindari. 15.Mengasah Akal dan Menjauhi Hawa Nafsu “Dan di antara tanda-tanda kekuasaan-Nya, Dia memperlihatkan kepadamu kilat untuk (menimbulkan) ketakutan dan harapan, dan Dia menurunkan hujan dari langit, lalu menghidupkan bumi dengan air itu sesudah matinya. Sesungguhnya pada yang demikian itu benar-benar terdapat tanda-tanda bagi kaum yang mempergunakan akalnya.” (QS Ar-Rum : 24) Ayat tersebut menunjukkan bahwa keimanan dan rasa takut kepada Allah hanya akan muncul jika kita menggunakan akal dengan benar. Meningkatkan keimanan dan ketaqwaan kita bukan hanya persoalan spiritual tapi membutuhkan daya pikir dan nalar yang baik. Untuk itu, dalam meningaktkan keimanan maka dibutuhkan terus menerus mengasah akal agar akal kita tunduk kepada yang benar bukan kepada hawa nafsu semata.
  • 22. 16.Memperbanyak Syukur, Menjauhi Mengeluh Memperbanyak syukur dan menjauhi mengeluh bisa juga meningkatkan keimanan dan ketaqwaan kita. Syukur berarti kita selalu mencari nikmat dan rezeki Allah di setiap saat dalam kondisi apapun. Dengan begitu kita bisa tetap yakin bahwa Allah tidak pernah meninggalkan kita dan senantiasa membantu kita untuk mendapatkan nikmat dan rezeki yang banyak. 17.Memperbanyak Dzikir Dengan berdzikir artinya kita sedang mengingat Allah. Dzikir tidak selalu dalam bentuk bacaan yang panjang atau dalam berbagai hitungan. Berdzikir mengingat Allah bisa dilakukan kapan saja dan dimana saja. Mengingat segala hukum Allah, hukum pengetahuan yang ada di alam ciptaan Allah ataupun adzab atau hukuman Allah. Untuk itu, orang yang berdzikir akan mendekati kepada Allah dan semakin cinta akan syariat Allah. 18.Melakukan Hiburan yang Bermanfaat Setiap manusia tentu saja membutuhkan hiburan. Hiburan tentu tidak ada salahnya selagi hiburan tersebut bermanfaat. Untuk itu, meningkatkan keimanan bisa dengan kita melakukan hiburan yang bermanfaat dan menjalankan hiburan tanpa harus meninggalkan perintah Allah SWT. 19.Mengikuti Sunnah Rasul “Rasul telah beriman kepada Al Quran yang diturunkan kepadanya dari Tuhannya, demikian pula orang-orang yang beriman. Semuanya beriman kepada Allah, malaikat-malaikat-Nya, kitab-kitab-Nya dan rasul-rasul-Nya. (Mereka mengatakan): “Kami tidak membeda-bedakan antara seseorangpun (dengan yang lain) dari rasul-rasul-Nya”, dan mereka mengatakan: “Kami dengar dan kami taat.” (Mereka berdoa): “Ampunilah kami ya Tuhan kami dan kepada Engkaulah tempat kembali.” (QS Al Baqarah : 285) Dalam ayat diatas, menunjukkan bahwa mengikuti sunnah Rasul adalah cara yang bisa juga dilakukan untuk meningkatkan iman dan taqwa. Sunnah rasul atau apa yang Rasulullah lakukan sejatinya adalah jalan-jalan yang diarahkan menuju Ridho Allah SWT. Untuk itu, muslim yang mengikuti sunnah rasul tentu akan mendapatkan juga jalan dan arah yang sama sebagaimana Rasulullah. 20.Menikmati Hidup yang Allah Berikan Iman dan taqwa yang kuat serta senantiasa meningkat hanya akan didapatkan oleh orang-orang yang menikmati hidup dari Allah SWT. Mereka akan mendapatkan keimanan dan ketaqwaan karena merasakan hidup yang penuh syukur, nikmat, pertolongan Allah, dan rezeki. Mereka yang merasakan ini tentu akan mendapatkan kenikmatan hidup dunia dan akhirat.
  • 23. Hal ini juga disampaikan dalam ayat berikut, “Dan Kami telah memberikan kepada mereka di antara tanda-tanda kekuasaan (Kami) sesuatu yang di dalamnya terdapat nikmat yang nyata” (QS Adh Dhukan : 33) Kunci Meningkatkan Iman dan Taqwa Kunci dari semua jalan meningkatkan iman dan taqwa adalah menjalankan semuanya secara bertahap, konsisten, sungguh-sungguh, niat yang lurus dan selalu berusaha untuk mencari lingkungan atau proses kondisi diri yang baik. Bagaimanapun juga manusia memiliki kelemahan dan semua itu harus dicoba dengan pengondisian eksternal. Tanpa konsisten yang tinggi tentu saja iman dan taqwa tidak akan meningkat, justru malah stagnan atau bahkan melemah. Maka itu iman dan taqwa jika ingin meningkat ia harus dipupuk terus menerus, dipelihara dan jangan sampai terperosok jurang kesesatan yang lebih dalam. Untuk itu, umat islam harus senantiasa mengingat bahwa sekali terpuruk maka syetan akan selalu menggoda untuk jatuh lebih dalam. Sebelum terpuruk, maka jangan sampai kita mendekati atau menyentuh lingkaran yang dibuat oleh setan untuk menjebak manusia. Hal ini sebagiamana juga disampaikan dalam ayat, “Sesungguhnya orang-orang yang menukar iman dengan kekafiran, sekali-kali mereka tidak dapat memberi mudharat kepada Allah sedikitpun; dan bagi mereka azab yang pedih.” (QS Ali Imran : 177)
  • 24. BAB III PENUTUP A. KESIMPULAN Keimanan merupakan suatu unsur pokok yang harus dimiliki oleh setiap penganutnya. Jika kita ibaratkan dengan sebuah bangunan, keimanan adalah pondasi yang menopang segala sesuatu yang berada diatasnya, kokoh tidaknya bangunan itu sangat tergantung pada kuat tidaknya pondasi tersebut.. Meskipun demikian, keimanan saja tidak cukup. Keimanan harus diwujudkan dengan amal perbuatan yang baik, yang sesuai dengan ajaran agama yang kita anut. Keimanan baru sempurna, jika diyakini oleh hati, diikrarkan oleh lisan, dan dibuktikan dalam segala perilaku kehidupan sehari – hari.Iman adalah percaya atau yakin, keimanan berarti kepercayaan atau keyakinan. Dengan demikian, rukun iman adalah dasar, inti, atau pokok – pokok kepercayaan yang harus diyakini oleh setiap pemeluk agama Islam yakni percaya allah, percaya pada para Rasul, percaya pada malaikakt dan kitab allah, percaya pada risalah hari bangkit , pokok agama serta rela pada ketentuan allah. Sedangkan Taqwa berasal dari kata waqa, yaqi , wiqayah, yang berarti takut, menjaga, memelihara dan melindungi.Sesuai dengan makna etimologis tersebut, maka taqwa dapat diartikan sikap memelihara keimanan yang diwujudkan dalam pengamalan ajaran agama Islam secara utuh dan konsisten ( istiqomah ). Oleh karena itu, keimanan dan ketakwaan sangat berperan dan berpengaruh penting buat manusia dalam menjalani kehidupan hal ini dikarenakan keimanan dan ketakwaan sebenarnya telah melekat pada manusia serta keimanan dan ketakwaan jugalah yang membentuk kerakteristik dan sifat kebaikan manusia.
  • 25. B. SARAN Kami bersedia menerima kritik dan saran yang positif dari pembaca. Penulis akan menerima kritik dan saran tersebut sebagai bahan pertimbangan yang memperbaiki makalah ini di kemudian hari. Semoga makalah berikutnya dapat penulis selesaikan dengan hasil yang lebih baik lagi.