Proses unboxing part CKD, penetapan jumlah tenaga kerja optimal pos unboxing part dengan metode standarisasi kerja tipe 3, dan pembuatan SOP penempatan part axle shaft dengan mekanisme FIFO di PT. Inti Ganda Perdana.
Laporan praktek kerja industri (prakerin) smk al baisuny 2014-2015 (jazuli)Ahmad Sayadi
DUAL BOOT MENGGUNAKAN UBUNTU 14.04 LTS DENGAN WUBI, Laporan praktek kerja industri (prakerin) smk al baisuny 2014-2015, SMK Al-Baisuny Kokop, SMK KOKOP Bangkalan. SMA Kokop Bangkalan.
LAPORAN KERJA PRAKTEK MENENTUKAN BEBAN KERJA PADA DEPARTEMEN LOGISTIK BAGIAN ...Agam Real
PT. Ebako Nusantara adalah suatu perusahaan yang dimiliki oleh orang Singapure Mr. Lee Wo Fun yang bergerak didalam bidang high end furniture manufacturing berupa pembuatan kursi, meja, lemari, tempat tidur. Terletak di Jl. Terboyo Industri Barat Dalam II Blok N No.3c Kawasan Indutri Terboyo Semarang, berdiri sejak tahun 1996. PT. Ebako Nusantara banyak memiliki konsumen dari luar, sehingga produk-produk PT. Ebako Nusantara diekspor ke berbagai Negara, diantaranya yaitu Amerika, Australia, Afrika, Hongkong dan Singapura. Dan sekarang memiliki 850 karyawan yang terdiri dari 760 pekerja produksi dan 90 karyawan kantor. PT. Ebako Nusantara memiliki berbagai fasilitas, yaitu lumberyard, machinery, assembly, sanding, veneering, finishing, research and development, chemical storage,dan production office
Untuk menghasilkan sumber daya manusia yang bekerja dengan efektif dan efisien maka diperlukan pengelolaan sumber daya manusia yang tepat. Perencanaan dan pengelolaan sumber daya manusia dapat dilakukan melalui analisis beban kerja workload, dalam hal ini sumber daya manusia melakukan penelitian di Departemen Logistik papa bagian Purchasing. Pada perhitungan beban kerja atau workload ini menggunakan metode FTE ( Full Time Equivalent), dengan menentukan Allowence, Total Waktu Aktivitas dan Total Waktu Tersedia sehingga di dapatkan beban kerja dalam setahun. Beban kerja tersebut dapat di gunakan untuk menentukan Kebutuhan Tenaga Kerja serta mengoptimalkan kinerja dengan merubah komposisi jumlah tenaga kerja sesuai perhitungan jumlah tenaga kerja optimal atau melakukan penyusuanan kembali job description
Kata kunci : PT. Ebako Nusantara, workload, Full Time Equivalent
Laporan praktek kerja industri (prakerin) smk al baisuny 2014-2015 (jazuli)Ahmad Sayadi
DUAL BOOT MENGGUNAKAN UBUNTU 14.04 LTS DENGAN WUBI, Laporan praktek kerja industri (prakerin) smk al baisuny 2014-2015, SMK Al-Baisuny Kokop, SMK KOKOP Bangkalan. SMA Kokop Bangkalan.
LAPORAN KERJA PRAKTEK MENENTUKAN BEBAN KERJA PADA DEPARTEMEN LOGISTIK BAGIAN ...Agam Real
PT. Ebako Nusantara adalah suatu perusahaan yang dimiliki oleh orang Singapure Mr. Lee Wo Fun yang bergerak didalam bidang high end furniture manufacturing berupa pembuatan kursi, meja, lemari, tempat tidur. Terletak di Jl. Terboyo Industri Barat Dalam II Blok N No.3c Kawasan Indutri Terboyo Semarang, berdiri sejak tahun 1996. PT. Ebako Nusantara banyak memiliki konsumen dari luar, sehingga produk-produk PT. Ebako Nusantara diekspor ke berbagai Negara, diantaranya yaitu Amerika, Australia, Afrika, Hongkong dan Singapura. Dan sekarang memiliki 850 karyawan yang terdiri dari 760 pekerja produksi dan 90 karyawan kantor. PT. Ebako Nusantara memiliki berbagai fasilitas, yaitu lumberyard, machinery, assembly, sanding, veneering, finishing, research and development, chemical storage,dan production office
Untuk menghasilkan sumber daya manusia yang bekerja dengan efektif dan efisien maka diperlukan pengelolaan sumber daya manusia yang tepat. Perencanaan dan pengelolaan sumber daya manusia dapat dilakukan melalui analisis beban kerja workload, dalam hal ini sumber daya manusia melakukan penelitian di Departemen Logistik papa bagian Purchasing. Pada perhitungan beban kerja atau workload ini menggunakan metode FTE ( Full Time Equivalent), dengan menentukan Allowence, Total Waktu Aktivitas dan Total Waktu Tersedia sehingga di dapatkan beban kerja dalam setahun. Beban kerja tersebut dapat di gunakan untuk menentukan Kebutuhan Tenaga Kerja serta mengoptimalkan kinerja dengan merubah komposisi jumlah tenaga kerja sesuai perhitungan jumlah tenaga kerja optimal atau melakukan penyusuanan kembali job description
Kata kunci : PT. Ebako Nusantara, workload, Full Time Equivalent
Kampung Keluarga Berkualitas merupakan salah satu wadah yang sangat strategis untuk mengimplementasikan kegiatan-kegiatan prioritas Program Bangga Kencana secara utuh di lini
lapangan dalam rangka menyelaraskan pelaksanaan program-program yang dilaksanakan Desa
1. PROSES UNBOXING PART CKD, PENETAPAN
JUMLAH TENAGA KERJA OPTIMAL POS
UNBOXING PART DENGAN METODE
STANDARISASI KERJA TIPE 3, DAN PEMBUATAN
S.O.P PENEMPATAN PART AXLE SHAFT DENGAN
MEKANISME FIFO PADA WAREHOUSE
PT. INTI GANDA PERDANA
LAPORAN KERJA PRAKTEK
Ridwan Arifin
2420120010
PROGRAM STUDI TEKNIK INDUSTRI
FAKULTAS SAINS DAN TEKNOLOGI
UNIVERSITAS ISLAM AS-SYAFI’IYAH
TAHUN 2015
2. PROSES UNBOXING PART CKD, PENETAPAN
JUMLAH TENAGA KERJA OPTIMAL POS
UNBOXING PART DENGAN METODE
STANDARISASI KERJA TIPE 3, DAN PEMBUATAN
S.O.P PENEMPATAN PART AXLE SHAFT DENGAN
MEKANISME FIFO PADA WAREHOUSE
PT. INTI GANDA PERDANA
LAPORAN KERJA PRAKTEK
Diajukan Sebagai Salah Satu Syarat Untuk Menyusun Tugas Akhir
Program Studi Teknik Industri
Ridwan Arifin
2420120010
PROGRAM STUDI TEKNIK INDUSTRI
FAKULTAS SAINS DAN TEKNOLOGI
UNIVERSITAS ISLAM AS-SYAFI’IYAH
TAHUN 2015
3. LEMBAR PENGESAHAN
LAPORAN KERJA PRAKTEK
PROSES UNBOXING PART CKD, PENETAPAN
JUMLAH TENAGA KERJA OPTIMAL POS
UNBOXING PART DENGAN METODE
STANDARISASI KERJA TIPE 3, DAN PEMBUATAN
S.O.P PENEMPATAN PART AXLE SHAFT DENGAN
MEKANISME FIFO PADA WAREHOUSE
PT. INTI GANDA PERDANA
Oleh
Ridwan Arifin
2420120010
Diajukan Sebagai Salah Satu Syarat Untuk Menyusun Tugas Akhir Program Studi
Teknik Industri
Disahkan Oleh :
(Ir. Herlina K. Nurtjahyo, M.T.)
Koordinator Kerja Praktek
(Mahardika Amri, S.T.)
Pembimbing Lapangan
Mengetahui,
(Dian Eko Adi Prasetio, S.T., M.T.)
Ketua Program Studi Teknik Industri
4. TANDA PERNYATAAN
Yang bertanda tangan di bawah ini :
Nama : Ridwan Arifin
NIM : 2420120010
Program Studi : Teknik Industri
Judul Laporan Kerja Praktek :
“PROSES UNBOXING PART CKD, PENETAPAN
JUMLAH TENAGA KERJA OPTIMAL POS
UNBOXING PART DENGAN METODE
STANDARISASI KERJA TIPE 3, DAN PEMBUATAN
S.O.P PENEMPATAN PART AXLE SHAFT DENGAN
MEKANISME FIFO PADA WAREHOUSE
PT. INTI GANDA PERDANA”
Dengan ini menyatakan bahwa laporan kerja praktek ini merupakan hasil karya
sendiri bukan merupakan jiplakan, saduran, ataupun plagiat dari laporan/ karya
orang lain dan belum pernah dipublikasikan. Apabila terdapat hal-hal yang
bertentangan dengan pernyataan ini dikemudian hari saya bersedia menerima
sanksi yang diberikan.
Demikian pernyataan ini saya buat dengan sebenar-benarnya tanpa ada paksaan
dari siapapun.
Jakarta, 30 Desember 2015
Ridwan Arifin
5. PROGRAM STUDI TEKNIK INDUSTRI
FAKULTAS SAINS DAN TEKNOLOGI
UNIVERSITAS ISLAM AS-SYAFI’IYAH
FORMULIR PENILAIAN PELAKSANAAN KERJA PRAKTEK
Nama Perusahaan : PT. Inti Ganda Perdana
Alamat : JL. Pegangsaan Dua KM. 1,6 Kelapa Gading
Jakarta Utara
Nomor Telepon & Fax : (021) 4602755 / (021)4602765
Materi Kerja Praktek : Proses Unboxing Part CKD, Penetapan Jumlah
Tenaga Kerja Optimal Pos Unboxing Part Dengan
Metode Standarisasi Kerja Tipe 3, Dan Pembuatan
S.O.P Penempatan Part Axle Shaft Dengan
Mekanisme FIFO Pada Warehouse PT. Inti Ganda
Perdana
Pelaksanaan Kerja Praktek : 01 Juli 2015 s.d 31 Desember 2015
Nama Mahasiswa : Ridwan Arifin
NIM : 2420120010
Status Pendidikan : Mahasiswa Strata Satu (S1)
Program Studi : Teknik Industri
Penilaian Kerja Praktek, Unsur-unsur yang dinilai oleh perusahaan / instansi :
NO. Materi Yang Dinilai Nilai Nilai Satuan
1. Prilaku / Kesopanan 0 – 100
2. Dedikasi Terhadap Tugas 0 – 100
3. Presentasi Kehadiran 0 – 100
4. Tanggung Jawab 0 – 100
5. Prakarsa / Inisiatif 0 – 100
Total Nilai
Nilai Rata – Rata
Jakarta, 30 Desember 2015
Pembimbing Lapangan
Mahardika Amri, S.T.
(Warehouse Section Head)
6. PROGRAM STUDI TEKNIK INDUSTRI
FAKULTAS SAINS DAN TEKNOLOGI
UNIVERSITAS ISLAM AS-SYAFI’IYAH
PROGRESS REPORT
BIMBINGAN KERJA PRAKTEK
Nama Mahasiswa : Ridwan Arifin
NIM : 2420120010
Pembimbing : Ir. Herlina K. Nurtjahyo, M.T.
Nama Perusahaan : PT. Inti Ganda Perdana
Judul : Proses Unboxing Part CKD, Penetapan Jumlah
Tenaga Kerja Optimal Pos Unboxing Part Dengan
Metode Standarisasi Kerja Tipe 3, Dan Pembuatan
S.O.P Penempatan Part Axle Shaft Dengan
Mekanisme FIFO Pada Warehouse PT. Inti Ganda
Perdana
NO. Tanggal Masalah Paraf
1.
2.
3.
4.
5.
7. ABSTRAK
Persaingan industri manufaktur yang semakin ketat dan bertaraf global
menuntut setiap perusahaan mempunyai strategi untuk tetap dapat bersaing.
Penurunan daya beli masyarakat khususnya pada produk kendaraan roda empat
berdampak pada turunnya jumlah produksi. Oleh karena itu, untuk memperoleh
laba yang maksimal perusahaan harus memperhatikan biaya produksi.
Pada penelitian ini dilakukan pengukuran kerja atau studi waktu masing-
masing operator pada pos unboxing part yang ada di divisi warehouse. Dari hasil
perhitungan diketahui beban kerja masing-masing operator sangat rendah. Jumlah
operator sebelumnya enam orang per-days dapat dioptimalkan menjadi tiga orang
per-days sehingga efisiensi kerja akan meningkat.
Untuk memudahkan melihat potensi perbaikan elemen kerja yang tidak
mempunyai nilai tambah, dibuatkan yamazumi loading chart. Dan untuk menjaga
agar proses berjalan dengan baik dilakukan standarisasi kerja.
Kata Kunci : efisiensi, unboxing part, standarisasi kerja, gentan- i, yamazumi
loading chart
8. ABSTRACT
Manufacturing industry competition is getting tighter and also high global
level stage comunnity, companies required to have a strategy on top line of big
competitive. Decreasing of buying power in manufacturing industry, especially
automobile products have a negative impact by decreasing in the number of
quantity production. Therefore, to get the maximum of companies profit, stake
holder and investor should be aware of cost production.
This research will do of working measurement or working time analysis
management for each man power in unboxing workstations area in the warehouse
division. By this calculation analysis , it’s identified that workload of each man
power is very low. The number of man power of this area can be optimized from
six to three people/day. and finally, working efficiency will be increase as good
as possible. And to get easily the best potency of work element that have no added
value, Yamazumi loading chart is created. Meanwhile, to ensure and keep the
process of each element works well, a standardization of working will be done.
Keywords : efficiency, unboxing part, standarized work, gentan-i, yamazumi
loading chart
9. i
KATA PENGANTAR
Segala puji syukur penulis ucapkan kehadirat Allah SWT yang telah
melimpahkan segala nikmat, hidayah, dan inayah-Nya kepada kita semua.
Shalawat serta salam tidak lupa tercurah kepada junjungan kita Nabi Muhammad
SAW yang telah membawa kita dari zaman jahiliyah ke zaman yang modern
seperti saat ini. Tujuan dari penyusunan laporan kerja praktek adalah salah satu
syarat akademis yang wajib dipenuhi dalam Program Studi Teknik Industri
Universitas Islam As-Syafi’iyah. Selain itu, tujuan dari melaksanakan kerja
praktek adalah untuk memperkenalkan dunia kerja kepada mahasiswa sebelum
lulus dari Program Studi Teknik Industri. Terselesaikannya penyusunan laporan
kerja praktek yang berjudul “PROSES UNBOXING PART CKD, PENETAPAN
JUMLAH TENAGA KERJA OPTIMAL POS UNBOXING PART DENGAN
METODE STANDARISASI KERJA TIPE 3, DAN PEMBUATAN S.O.P
PENEMPATAN PART AXLE SHAFT DENGAN MEKANISME FIFO PADA
WAREHOUSE PT. INTI GANDA PERDANA” tidak luput dari bantuan dan
motivasi serta partisipasi dari semua pihak, untuk itu dengan segala kerendahan
hati penulis ucapkan terimakasih kepada :
1. Allah SWT yang telah memberikan segala nikmat dan kemudahan bagi
penulis dalam menyelesaikan laporan kerja praktek ini.
2. Mulyono dan Rohani, selaku orang tua yang selalu memberikan kasih sayang,
dan dukungan moral maupun material hingga saat ini.
3. Amelia Rilly Prisillia, yang selau memberikan motivasi dan semangat.
4. Bapak Dian Eko Adi Prasetio, M.T. selaku Ketua Program Studi Teknik
Industri Universitas Islam As-Syafi’iyah Jakarta.
5. Ibu Ir. Herlina K. Nurtjahyo, M.T. selaku Dosen Pembimbing kerja praktek.
6. Bapak Agustinus Ginting selaku Warehouse Departement Head di PT. Inti
Ganda Perdana yang telah memberikan izin untuk melaksanakan kerja
praktek di Divisi Warehouse.
10. ii
7. Bapak Simon Wilner Rumahorbo, S.E. selaku Operation & Management
Development Departement Head yang telah memberikan materi mengenai
Toyota Production System.
8. Bapak Hasami Wakas Harahap, S.T. & Bapak Mahardika Amri, S.T. selaku
pembimbing praktek kerja lapangan di PT. Inti Ganda Perdana.
9. Karyawan PT. Inti Ganda Perdana, Khususnya Staff Departemen Warehouse
dan Departemen OMD antara lain : Bpk. Kis, Bpk. Bayu Wicaksono, S.T.,
Bpk. Mochammad Fauzi, S.T., dan semua pihak yang telah membantu dan
memberikan bimbingan kepada penulis selama pelaksanaan kerja praktek di
PT. Inti Ganda Perdana.
10. Seluruh Karyawan PT. Inti Ganda Perdana yang memberikan bantuan dan
bimbingan kepada penulis.
11. Mangedi Saputra selaku rekan kerja praktek di PT. Inti Ganda Perdana.
Penulis menyadari bahwa di dalam penyusunan laporan kerja praktek ini
masih jauh dari kesempurnaan. Oleh karena itu, penulis mengharapkan segala
bentuk kritik dan saran yang bersifat membangun bagi penulis. Akhir kata penulis
berharap agar laporan kerja praktek ini dapat bermanfaat khususnya bagi penulis
pribadi dan pihak lain pada umumnya, selain itu juga dapat memberikan
sumbangan bagi perkembangan ilmu pengetahuan.
Jakarta, 30 Desember 2015
Ridwan Arifin
11. iii
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR……………………………………………………. i
DAFTAR ISI……………………………………………………………… iii
DAFTAR TABEL………………………………………………………… vi
DAFTAR GAMBAR……………………………………………………... vii
BAB I PENDAHULUAN…………………………………………….........1
1.1 Latar Belakang……………………………………………………..1
1.2 Identifikasi Masalah………………………………………………..7
1.3 Rumusan Masalah………………………………………………….8
1.4 Tujuan dan Manfaat Kerja Praktek……………………………….. 8
1.5 Batasan Masalah…………………………………………………... 8
1.6 Sistematika Penulisan……………………………………………... 9
BAB II GAMBARAN UMUM PERUSAHAAN………………………...11
2.1 Profil Perusahaan…………………………………………………..11
2.2 Sejarah Perusahaan………………………………………………... 11
2.3 Filosofi Perusahaan………………………………………………...13
2.4 Visi Dan Misi Perusahaan………………………………………….13
2.5 Bisnis Utama Perusahaan…………………………………………..14
2.6 Pelanggan…………………………………………………………..16
2.7 Pengembangan Kompetensi………………………………………..16
2.8 Enviroment Health And Safety…………………………………… 17
2.9 Struktur Organisasi Perusahaan……………………………………18
12. iv
BAB III LANDASAN TEORI…………………………………………….20
3.1 Proses Produksi…………………………………………………….20
3.1.1 Pengertian Proses Produksi…………………………………...20
3.1.2 Jenis-Jenis Proses Produksi…………………………………...21
3.1.3 Peta Aliran Proses…………………………………………….22
3.2 Sistem Kerja………………………………………………………. 23
3.2.1 Toyota Production System (TPS)……………………………. 23
3.2.2 Muda, Mura, dan Muri………………………………………..23
3.2.3 Takt Time dan Cycle Time…………………………………... 25
3.2.4 Standarisasi Kerja (Hyoujun Sagyou)………………………...26
3.2.5 Yamazumi Charts……………………………………………..29
3.2.6 Pengukuran Waktu Kerja……………………………………..31
3.2.7 Beban Kerja…………………………………………………...32
3.3 Manajemen Sistem…………………………………………………33
3.3.1 Metode FIFO………………………………………………….33
3.3.2 SOP (Standard Operational Procedure)…………………… 34
BAB IV PENGUMPULAN DAN PENGOLAHAN DATA……………. 37
4.1 Pengumpulan Data…………………………………………………37
4.1.1 Pengumpulan Data Proses Unboxing Part CKD…………... 37
4.1.2 Pengumpulan Data Standarisasi Kerja Operator
Pos Unboxing…………………………………………………40
4.1.3 Pengumpulan Data Pembuatan SOP Penempatan
Part Axle Shaft Dengan Mekanisme FIFO…………………...44
4.2 Pengolahan Data…………………………………………………... 46
13. v
4.2.1 Pengolahan Data Proses Unboxing Part CKD………………. 46
4.2.2 Pengolahan Data Standarisasi Kerja Operator
Pos Unboxing…………………………………………………47
4.3.3 Pengolahan Data Pembuatan SOP Penempatan
Part Axle Shaft Dengan Mekanisme FIFO…………………...48
BAB V ANALISA DAN PEMBAHASAN………………………………. 51
5.1 Analisa…………………………………………………………….. 51
5.1.1 Analisa Proses Unboxing Part CKD………………………….51
5.1.2 Analisa Standarisasi Kerja Operator
Pos Unboxing…………………………………………………52
5.1.3. Analisa Pembuatan SOP Penempatan
Part Axle Shaft Dengan Mekanisme FIFO…………………..54
5.2 Pembahasan……………………………………………………….. 55
5.2.1 Pembahasan Proses Unboxing Part CKD…………………….55
5.2.2 Pembahasan Standarisasi Kerja Operator
Pos Unboxing…………………………………………………56
5.2.3 Pembahasan Pembuatan SOP Penempatan
Part Axle Shaft Dengan Mekanisme FIFO……………………64
BAB VI KESIMPULAN DAN SARAN…………………………………..65
6.1 Kesimpulan…………………………………………………………65
6.2 Saran………………………………………………………………..66
DAFTAR PUSTAKA……………………………………………………...68
14. vi
DAFTAR TABEL
Tabel 1.1 Company Policy (Board of Director Policy)…………………… 4
Tabel 1.2 Key Performance Indicator Division Head…………………….. 4
Tabel 1.3 Key Performance Indicator Departement Head…………………4
Tabel 2.1 Profil Perusahaan……………………………………………….. 11
Tabel 2.2 Produk PT. Inti Ganda Perdana………………………………… 14
Tabel 3.1 Tiga Tipe Standarisasi Kerja…………………………………… 28
Tabel 4.1 Data Pengamatan Proses Unboxing Part………………………. 38
Tabel 4.2 Penggunaan Part CKD Model CJS…………………………….. 39
Tabel 4.3 Gentan-I Man Power Unboxing Assy………………………….. 41
Tabel 4.4 Gentan-I Man Power Unboxing Machining…………………… 43
Tabel 5.1 Gentan-I Man Power Unboxing………………………………… 60
15. vii
DAFTAR GAMBAR
Gambar 1.1 Grafik Produksi Rear Axle Tahun 2015……………………… 2
Gambar 1.2 Grafik UMSP………………………………………………… 3
Gambar 2.1 Layout IGP Group…………………………………………… 12
Gambar 2.2 Rear Axle dan Komponen-Komponenya…………………….. 15
Gambar 2.3 Propheller Shaft dan Komponen-Komponenya ………………15
Gambar 2.4 Struktur Organisasi PT. Inti Ganda Perdana…………………..18
Gambar 2.5 Struktur Jishuken Warehouse IGP 2.5………………………...18
Gambar 3.1 Elemen Standarisasi Kerja……………………………………..27
Gambar 3.2 Ilustrasi Penggunaan 3 Tipe Standarisasi Kerja……………….29
Gambar 3.3 Contoh Menghitung Gentan-I Pekerjaan……………………... 30
Gambar 3.4 Contoh Penggunaan Yamazumi Chart…………………………31
Gambar 3.5 Tiga Tipe Standarisasi Kerja…………………………………..32
Gambar 4.1 Peta Aliran Proses Unboxing Part CKD………………………47
Gambar 4.2 Yamazumi Chart Current Condition Line Unboxing………….48
Gambar 4.3 SOP Receiving Part Axle Shaft Operator Receiving PT. IGP…49
Gambar 4.4 SOP Receiving Part Axle Shaft Operator Receiving PT. IGP…50
Gambar 5.1 Yamazumi Chart Propose Line Unboxing……………………..57
Gambar 5.2 Yamazumi Final Man Power Pos Unboxing…………………..63
Gambar 5.3 Perbandingan Kondisi Sebelum dan Sesudah Kaizen…………64
16. 1
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Persaingan industri manufaktur yang semakin ketat dan bertaraf global
menuntut setiap perusahaan mempunyai strategi untuk menjaga produknya tetap
dapat bersaing. Berbagai kalangan memperkirakan, Indonesia akan menjadi pasar
terbesar otomotif di kawasan ASEAN dan sekaligus berpeluang menjadi pemain
utama yang kini masih dipegang oleh Thailand. Untuk memperkuat posisi daya
saing dan sekaligus meningkatkan peran strategis dalam perekonomian nasional,
salah satu tantangan terbesar industri otomotif adalah meningkatkan penggunaan
komponen lokal. Peran industri komponen sangat besar untuk memberikan nilai
tambah bagi perekonomian nasional. Untuk meningkatkan peran industri
komponen lokal, baru-baru ini Menteri Saleh Husin telah menerbitkan Peraturan
Menteri NO. 34 Tahun 2015 sebagai revisi dari Peraturan Menteri NO. 59 Tahun
2010 tentang industri kendaraan bermotor roda empat atau lebih dan industri
sepeda motor. Poin utama dari Peraturan Menteri ini adalah mengurangi
penggunaan komponen impor oleh pelaku industri otomotif di dalam negeri,
termasuk komponen completely knock down (CKD) agar industri otomotif
nasional semakin berkembang dan memiliki multiplier effect bagi industri lainnya.
I Made Dana Tangkas, pengamat otomotif sekaligus direktur PT. Toyota Motor
Manufacturing Indonesia dalam tulisan khusunya yang dikirim ke redaksi
Kompas Otomotif berpendapat tahun 2015 ini, penjualan Thailand diprediksi akan
berada di angka 950.000-1.000.000 unit, sementara Indonesia diprediksi akan
mampu kembali menginjak angka 1,2 juta unit. Jika benar terjadi, Indonesia sudah
bisa dikatakan sebagai kiblat otomotif di ASEAN. Kendati demikian, yang patut
dicermati, imbuh Dana Tangkas, kapasitas produksi mobil Thailand yang jauh
mengungguli Indonesia. Negeri Gajah Putih itu mempunyai kapasitas produksi
2,5 juta unit per tahun, sebagian mereka salurkan untuk ekspor. Sementara
produksi mobil Indonesia hanya sekitar 1,2 juta unit pada tahun 2014. Tantangan
ini harus segera dijawab. Sebab, sektor otomotif menjadi penyumbang ekspor
17. 2
terbesar ketiga di dalam negeri. Tahun lalu, neraca perdagangan di sektor otomotif
surplus hingga 2,5 miliar dollar AS. Diperoleh dari angka ekspor 4,5 miliar dollar
AS dan impor 2 miliar dollar AS. Penguatan industri komponen ini juga dirasa
penting. Karena ekspor komponen dalam lima tahun ke depan diperkirakan akan
tumbuh menjadi 11 miliar dollar AS. Dalam lima tahun ke depan pula, industri
otomotif akan menjadi barang ekspor ketiga terbesar setelah kelapa sawit dan alas
kaki (Kompas Otomotif, 2015). PT. Inti Ganda Perdana yang merupakan
perusahaan manufaktur komponen otomotif dengan bisnis utama memproduksi
komponen under body yaitu Rear Axle, dan Propheller Shaft siap menjawab
tantangan otomotif dengan berupaya meningkatkan daya saing, meningkatkan
kapasitas produksi, membuat produk berkualitas tinggi, dan melakukan efisiensi
pada biaya produksi.
Ditengah fluktuasi nilai mata uang saat ini menyebabkan penurunan daya beli
masyarakat khususnya pada produk kendaraan roda empat. Penurunan daya beli
masyarakat dipicu oleh naiknya harga jual beberapa kebutuhan pokok yang
menyebabkan masyarakat menunda untuk membeli kendaraan roda empat yang
merupakan kebutuhan tersier masyarakat. GAIKINDO (Gabungan Industri
Kendaraan Bermotor Indonesia) mencatat jumlah penjualan kendaraan roda empat
pada bulan oktober 2015 yaitu 853.008 unit mengalami penurunan sebanyak
335.020 unit di bandingkan dengan penjualan pada tahun 2014 yaitu sebanyak
1.208.028 unit. Tentu saja hal ini berdampak pada penurunan jumlah produksi
pada PT. Inti Ganda Perdana. Hal ini terlihat dalam grafik produksi tahun 2015
dibawah ini.
Sumber : Data Perusahaan
Gambar 1.1 Grafik Produksi Rear Axle tahun 2015
18. 3
Selain itu kenaikan UMSP tiap tahunnya juga menjadi salah satu penyebab
meningkatnya biaya produksi perusahaan. Agar mampu bertahan dan bersaing
perusahaan harus meningkatkan produktivitas dan profesionalitas manajemennya,
mulai dari proses produksi, sistem kerja sampai ke sistem manajemennya.
Perusahaan dituntut untuk menggunakan sumber daya yang ada semaksimal dan
seefisien mungkin guna mencapai tujuan utama perusahaan.
Sumber : Dinas Tenaga Kerja & Transmigrasi DKI Jakarta
Gambar 1.2 Grafik UMSP
Naiknya biaya produksi dan menurunnya jumlah produksi membuat PT. Inti
Ganda Perdana harus mampu melakukan peningkatan produktivitas tenaga kerja
agar perusahaan lebih efisien dan efektif dalam hal biaya. Warehouse saat ini
adalah divisi yang belum melakukan perbaikan efisiensi dan produktivitas selama
tahun 2015 dan warehouse memiliki komposisi jumlah tenaga kerja terbanyak
dengan total 64 tenaga kerja.
Tenaga kerja merupakan salah satu asset berharga perusahaan, tanpa tenaga
kerja yang produktif perusahaan akan mengalami kesulitan dalam peningkatan
daya saing. Namun disamping itu perusahaan juga harus memperhitungkan
jumlah optimal tenaga kerja yang dibutuhkan agar perusahaan dapat menurunkan
biaya produksi. Pengaturan jumlah tenaga kerja menjadi salah strategi yang
diambil guna menjaga stabilitas keuangan dan meningkatkan keuntungan
perusahaan. Hal ini juga tertuang di dalam Company Policy (Board of Director)
dimana peningkatan efisiensi jumlah tenaga kerja melibatkan seluruh divisi.
19. 4
Tabel 1.1 Company Policy (Board of Director Policy)
Sumber : Data Perusahaan
Optimalisasi jumlah tenaga kerja juga menjadi salah satu target pencapaian
Key Performance Indicator tahun 2015 dari Division Head PT. Inti Ganda
Perdana Plant Jakarta dimana ditargetkan untuk me-reduce jumlah operator
produksi sebanyak 13 % atau 187 tenaga kerja.
Tabel 1.2 Key Performance Indicator Division Head
Sumber : Data Perusahaan
Department Head Warehouse memiliki target pencapaian Key Performance
Indicator tahun 2015 yaitu, me-reduce jumlah operator produksi sebanyak 27
tenaga kerja dengan melakukan pengembangan kemampuan tenaga kerja agar
mampu ditempatkan pada posisi apapun.
Tabel 1.3 Key Performance Indicator Department Head
Sumber : Data Perusahaan
20. 5
Studi waktu adalah proses menentukan waktu yang diperlukan bagi seorang
operator dengan kualifikasi tertentu untuk menyelesaikan suatu pekerjaan dengan
performasi yang telah didefinisikan. Pengukuran waktu secara langsung dilakukan
dengan stopwatch yang disebut stopwatch time study. Pada aktifitas pengukuran
waktu, pekerjaan diuraikan menjadi elemen-elemen kerja. Terdapat tiga aturan
yang harus diikuti untuk membagi suatu proses operasi kerja kedalam elemen-
elemen kerja yaitu sebagai berikut: (1) Elemen-elemen kerja dibuat sedetail dan
sependek mungkin akan tetapi masih mudah untuk diukur waktunya dengan teliti;
(2) Handling time seperti loading dan unloading time harus dipisahkan dari
machining time; (3) Elemen-elemen kerja yang konstan harus dipisahkan dengan
elemen kerja yang variable.
Analisis operational lini adalah suatu metode untuk menganalisis kondisi
timbul dan penyebab terjadinya gangguan pada lini operasional dengan
mengobservasi seluruh gerakan mulai dari langkah persiapan melakukan sebuah
unit pekerjaan sampai selesainya pekerjaan tersebut. Sementara analisis beban
kerja adalah aktivitas yang dilakukan oleh tiap posisi atau jabatan dalam rangka
untuk melaksanakan tugasnya seperti tercantum dalam deskripsi pekerjaannya
dengan memberikan suatu beban kerja pada posisi/jabatan tersebut (Wakui, 2000),
sehingga perhitungan beban kerja dapat diformulasikan sebagai berikut:
Efektifitas dan efisiensi kerja adalah perbandingan antara bobot atau beban
kerja dengan jam kerja efektif dalam rangka penyelesaian tugas dan fungsi
organisasi.
Standarisasi kerja adalah peraturan pada saat membuat barang di tempat
kerja, yaitu cara melakukan produksi yang paling efektif dengan urutan tanpa
muda, mengumpulkan pekerjaan, dan memfokuskan pada gerakan manusia.
Terdapat tiga unsur penting dalam standarisasi kerja, yaitu: (1) Takt time atau
waktu yang menentukan satu buah part harus dibuat dalam waktu beberapa menit
dan cycle time atau waktu yang diperlukan untuk melakukan pekerjaan dengan
urutan kerja yang telah ditentukan; (2) Urutan kerja; (3) Standard in process stock
21. 6
yaitu barang dengan supply minimum yang dimiliki didalam proses agar
pekerjaan dapat dilakukan dengan urutan dan gerakan yang sama berulang-ulang.
Operator pada pos unboxing warehouse IGP 2.5 memiliki 2 orang operator
produksi dengan berbagai elemen kerja yang berbeda. Tugas utama pada operator
pos unboxing, yaitu: (1) Membongkar kemasan dari box Completely knock-down
(CKD) atau komponen lengkap differential carrier yang diimpor dalam keadaan
terpisah kemudian menyusunnya kedalam beberapa polybox untuk di supply ke
lini produksi Rear Axle B sesuai dengan model dan jumlah yang diminta dalam
production schedule dengan memperhatikan penerapan aturan first in first out
(FIFO) dalam proses kerjannya. Operator unboxing bertanggung jawab terhadap
ketersediaan komponen perakitan pada lini produksi Rear Axle B. (2)
Membongkar kemasan Axle Shaft yang diimpor kemudian menyusunnya kedalam
pallet keranjang untuk di supply ke lini produksi Machining Axle Shaft. (3) Supply
pinion shaft ke lini produksi Machining Pinnion Shaft.
Peta kerja merupakan suatu alat yang mengambarkan kegiatan kerja secara
sistematis dan jelas. Lewat peta ini kita bisa melihat semua langkah atau aktivitas
yang dilakukan pada suatu proses. Peta kerja juga biasa digunakan sebagai suatu
alat sistematis yang diperlukan untuk memperbaiki metode kerja (proses
produksi). Saat ini pada pos unboxing belum terdapat peta kerja, sehingga sulit
untuk mengetahui secara jelas urutan-urutan proses kerja yang dilakukan oleh
operator.
Pada proses pergudangan, FIFO menjadi sistem yang paling populer dalam
manajemen pergudangan. FIFO merupakan singkatan dari first in first out atau
dalam bahasa Indonesia berarti pertama masuk pertama keluar. Istilah ini
berkaitan dengan aliran barang dalam gudang. Barang yang pertama masuk akan
keluar terlebih dahulu dari gudang. Sehingga secara sederhana kita gambarkan
barang keluar akan sesuai dengan urutan ketika barang masuk. Untuk
mengefektifkan sistem FIFO ini, perlu dilakukan penataan gudang dengan
mekanisme FIFO. Artinya setiap barang yang masuk akan di listing pada daftar
terbawah, terdata baik tanggal masuk, kuantitas dan tanggal kadaluarsanya.
Kemudian barang disimpan dalam gudang pada urutan terbelakang. Setiap
22. 7
pengambilan barang secara otomatis barang simpanan di belakangnya akan maju
dan menjadi waiting list pertama. Ketika barang waiting list pertama ini keluar
dari gudang, maka kembali barang dibelakangnya maju, begitu seterusnya. PT.
Inti Ganda Perdana telah me-layout ulang area ex pos unboxing untuk
dimanfaatkan sebagai ruang kantor staf admin receiving, sehingga tersedia area
yang dapat dimanfaatkan sebagai area penempatan part Axle Shaft yang di-supply
oleh driver forklift PT. Aichi Forging Indonesia. Saat ini, area penempatan part
Axle Shaft tersebut telah di-layout agar dapat di terapkannya sistem FIFO. Namun,
PT. Inti Ganda Perdana belum membuat SOP (standard operational procedure)
penempatan part Axle Shaft dengan mekanisme FIFO bagi operator receiving dan
driver forklift PT. Aici Forging Indonesia selaku supplier Axle Shaft.
Penelitian ini dilakukan untuk mengetahui urutan proses kerja unboxing part
yang dilakukan operator unboxing dari awal hingga akhir proses, mengevaluasi
beban kerja operator unboxing dan standarisasi elemen kerja guna memudahkan
penentuan jumlah tenaga kerja optimal yang diperlukan, dan pembuatan SOP
penempatan part Axle Shaft dengan mekanisme FIFO pada warehouse PT. Inti
Ganda Perdana. Sehubungan dengan itu, maka dalam kerja praktek ini penulis
ingin mengambil judul tentang: PROSES UNBOXING PART CKD,
PENETAPAN JUMLAH TENAGA KERJA OPTIMAL POS UNBOXING
DENGAN METODE STANDARISASI KERJA TIPE 3, DAN PEMBUATAN
S.O.P PENEMPATAN PART AXLE SHAFT DENGAN MEKANISME
FIFO PADA WAREHOUSE PT. INTI GANDA PERDANA.
1.2 Identifikasi Masalah
Identifikasi masalah dilakukan melalui pengamatan aliran proses unboxing
serta standard kerja proses unboxing yang dilakukan oleh dua orang operator.
Setelah dilakukan observasi pada pos unboxing ditemukan adanya beban kerja
yang belum merata, waktu menunggu dan menganggur yang cukup tinggi, serta
standarisasi kerja dengan urutan kerja yang belum beraturan. Oleh karena itu,
perlu dilakukan evaluasi pada pos unboxing untuk mendapatkan jumlah operator
dengan beban kerja yang optimal yang akan berdampak pada efisiensi jumlah
tenaga kerja dan penurunan biaya produksi. Serta diperlukan standarisasi elemen
23. 8
kerja setelah dilakukan perbaikan proses kerja agar proses kerja dapat berjalan
dengan baik. Belum tersedianya SOP yang mengatur tentang penempatan part
Axle Shaft dengan mekanisme FIFO, menjadi suatu tugas yang harus dilakukan
oleh PT. Inti Ganda Perdana untuk membuat SOP tertulis agar operator
warehouse yang bersangkutan mampu melakukan semua urutan proses kerja
dengan benar.
1.3 Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang yang sudah diuraikan diatas, maka rumusan
masalah dalam kerja praktek ini adalah:
1. Bagaimana skema proses unboxing yang dilakukan.
2. Bagaimana menyeimbangkan beban kerja operator unboxing guna
menentukan jumlah operator optimal pada proses unboxing agar target key
performance indicator (KPI) tercapai.
3. Bagaimana membuat operator receiving dan driver forklift AFI konsisten
dalam penerapan sistem FIFO.
1.4 Tujuan dan Manfaat Kerja Praktek
Adapun maksud dan tujuan kerja praktek ini adalah:
1. Memberikan gambaran skema proses kerja yang dilakukan operator unboxing
dari awal hingga akhir pekerjaan.
2. Mampu me-reduce jumlah operator pada pos unboxing agar beban kerja lebih
optimal dan menghilangkan pemborosan.
3. Membentuk konsistensi penerapan mekanisme FIFO pada penempatan part
Axle Shaft PT. Inti Ganda Perdana.
1.5 Batasan Masalah
Agar pembahasan lebih fokus dan terarah maka dalam kerja praktek ini
diberikan batasan masalah. Adapun batasan-batasan masalah tersebut adalah:
24. 9
Lama pelaksanaan kerja praktek ini adalah 6 bulan. Kerja praktek ini
dilaksanakan pada tanggal 01 Juli 2015 - 31 Desember 2015. Peserta kerja praktek
ini adalah mahasiswa teknik industri, dengan jadwal pelaksanaan pada:
Hari : Senin s/d Jum’at
Bulan : Juli – Desember 2015
Tempat : PT. Inti Ganda Perdana, Pegangsaan Plant
Penelitian dilakukan di PT. Inti Ganda Perdana yaitu pada lini produksi
warehouse IGP 2.5 dengan hanya mengambil data waktu kerja operator.
Penelitian hanya dilakukan di proses unboxing dengan mengambil sampel model
CJS menggunakan metode standarisasi kerja tipe 3 & Yamazumi Chart sebagai
tools analisisnya. Manajemen sistem membahas tentang pembuatan SOP
penempatan part Axle Shaft dengan mekanisme first in first out (FIFO) pada
warehose PT. Inti Ganda Perdana.
1.6 Sistematika Penulisan
Tujuan dari sistematika penulisan ini adalah agar memperoleh gambaran dan
arah penulisan yang jelas dan baik. Untuk mempermudah pembaca dalam
memahami dan memperoleh gambaran yang jelas dari laporan ini, maka penulis
akan menguraikan masalah pokok yang akan dibahas dalam penulisan laporan
kerja praktek ini sebagai berikut:
BAB I PENDAHULUAN
Pada bab ini diuraikan mengenai latar belakang, identifikasi masalah,
rumusan masalah, tujuan kerja praktek, pembatasan masalah dan sistematika
penulisan.
BAB II GAMBARAN UMUM PERUSAHAAN
Bab ini berisi tentang profil perusahaan, uraian sejarah umum perusahaan,
Filosofi perusahaan, visi dan misi perusahaan, bidang usaha perusahaan, produk-
produk perusahaan, pelanggan, pengembangan kompetensi yang dilakukan
25. 10
perusahaan, komitmen keselamatan dan kesehatan kerja (K3) perusahaan, dan
struktur organisasi perusahaan tempat dilaksanakannya kerja praktek.
BAB III LANDASAN TEORI
Merupakan pembahasan yang berisi mengenai proses produksi, sistem kerja,
dan sistem manajemen.
BAB IV PENGUMPULAN DAN PENGOLAHAN DATA
Bab ini berisi tentang pengumpulan data dan pengolahan data baik untuk
aspek proses produksi, sistem kerja, dan manajemen sistem.
BAB V ANALISA DAN PEMBAHASAN
Dalam bab ini akan dibahas mengenai analisis beban kerja operator unboxing
dengan menggunakan yamazumi chart, serta pembuatan SOP penempatan part
Axle Shaft dengan mekanisme first in first out (FIFO) pada warehouse IGP 2.5.
BAB VI KESIMPULAN DAN SARAN
Bab ini memuat tentang kesimpulan dan saran yang mungkin dapat
bermanfaat bagi perkembangan perusahaan dimasa yang akan datang.
26. 11
BAB II
GAMBARAN UMUM PERUSAHAAN
2.1 Profil Perusahaan
PT. Inti Ganda Perdana merupakan perusahaan dengan bisnis utamanya
memproduksi komponen underbody yaitu, Rear Axle dan Propheller Shaft. Profil
singkat PT. Inti Ganda Perdana adalah sebagai berikut :
Tabel 2.1 Profil Perusahaan
Nama Perusahaan PT. INTI GANDA PERDANA
Logo Perusahaan
Alamat Perusahaan
JL. Pegangsaan Dua KM. 1,6 Kelapa Gading
Jakarta Utara
Telepon/Fax Kantor (021) 4602755/(021)4602765
Sumber: Company Profile PT. Inti Ganda Perdana
2.2 Sejarah Perusahaan
Pemerintah Republik Indonesia mengeluarkan surat keputusan nomor
168/M/1979 pada tanggal 09 September yang mengatur industri perakitan mobil
untuk membuat komponen otomotif yang dibuat untuk komersial, khususnya
komponen yang dibuat dengan cara pengepressan untuk bahan mobil dan rangka.
IGP Group dimulai dengan berdirinya PT. Gemala Kempa Daya pada tahun
1980 dengan Frame Chassis dan Press Parts sebagai bisnis utamanya. Menjawab
tantangan pasar PT. Gemala Kempa Daya (GKD) melengkapi sarana produksinya
dengan mesin press 2000 ton dan 4000 ton. Seiring dengan berkembangnya
industri otomotif di tanah air, IGP Group mulai mengembangkan bisnis
otomotifnya dengan berdirinya PT. Inti Ganda Perdana yang memproduksi Rear
Axle dan Propeller Shaft pada tahun 1982. Perusahaan terus meningkatkan
27. 12
kompetensi, sehingga selain proses assembling, berhasil memulai proses
machining komponen Rear Axle dan Propeller Shaft.
PT. Inti Ganda Perdana dengan bisnis utama memproduksi Rear Axle dan
Propeller Shaft, telah menetapkan misi untuk menjadi produsen Drive Shaft dan
Drive Axle yang dapat diandalkan, dengan visi untuk menjadi perusahaan dengan
daya saing terbaik dipasar global. Untuk melengkapi keperluan akan Transmisi
atau Gear Box, maka pada tahun 1983 berdirilah PT. Wahana Eka Paramitra yang
selanjutnya berkembang menjadi machining center untuk semua komponen
otomotif baik motor maupun mobil.
PT. Inti Ganda Perdana didirikan sebagai perusahaan Penanaman Modal
Dalam Negeri (PMDN) dan pada saat ini memperkerjakan 2077 tenaga kerja.
1. Jakarta Plant
Total Area: 85.085 m2
Sumber: Data Perusahaan
Gambar 2.1 Layout IGP Group
• IGP PLANT 1
Merupakan tempat perakitan Rear Axle, Propeller Shaft, Housing dan
Differential Carrier untuk Truk kelas ringan dan menegah. Selain itu IGP Plant I
juga menjadi tempat perakitan komponen transmisi untuk Truck kelas ringan dan
menengah (Light and Medium Duty Truck).
28. 13
• IGP PLANT 2
Merupakan tempat dilakukannya proses Machining untuk komponen Axle
Shaft dan Housing untuk mobil penumpang (Light passangers car).
• IGP PLANT 3
Merupakan tempat perakitan Rear Axle, Propeller Shaft, dan Differential
Carrier untuk mobil penumpang (Light passangers car).
• IGP PLANT 4
Merupakan tempat perakitan transmisi dan machining komponen mesin.
2. Karawang Plant
Seiring dengan berkembangnya industri otomotif di tanah air, IGP Group
mulai mengembangkan bisnis otomotifnya dengan menambah satu perusahaan
dengan luas area 48.000 m2
.
• IGP Karawang 1A
Merupakan tempat perakitan Fly Wheel dan Hub Front untuk mobil
penumpang (Light Passengers Car), Front Axle Parts untuk truck kelas ringan
(Light Duty Truck), Differential Case dan Differential Carrier.
• IGP Karawang 1B
Merupakan tempat proses Machining komponen Fly Wheel dan Hub Front
untuk kendaraan penumpang ringan (Light Passenger Car).
2.3 Filosofi Perusahaan
Bekerja dengan integritas dan komitmen kepada pelanggan, karyawan dan
para pemegang saham dan dalam waktu yang bersamaan memantapkan perhatian
kepada pengawasan terhadap kualitas dan performa serta prima dari produk
komponen otomotif underbody PT. Inti Ganda Perdana.
2.4 Visi Dan Misi Perusahaan
Visi merupakan suatu harapan perusahaan akan keadan yang ingin
diwujudkan pada masa yang akan datang, yang digunakan sebagai pedoman untuk
mengalokasikan sumber daya yang dimiliki, serta sebagai landasan untuk
29. 14
mencapai tujuan perusahaan dan perumusan strategi yang akan ditetapkan.
Adapun visi dari PT. Inti Ganda Perdana adalah “Menjadi perusahaan dengan
daya saing terbaik di pasar global”. Dengan Motto “Menjadi produsen drive shaft
dan drive axle yang dapat diandalkan”.
PT. Inti Ganda Perdana berupaya membuat konsumen untuk mendapatkan
kepuasan dari pelayanan yang diberikan. Misi merupakan landasan mendasar
yang membedakan satu perusahaan dengan perusahaan yang lain yang sejenis, dan
dijadikan dasar dalam melakukan aktivitas perusahaan. Adapun misi dari PT. Inti
Ganda perdana adalah: No Wasting (Tidak Ada Pemborosan), Today Is Better
(Hari Ini Lebih Baik).
2.5 Bisnis Utama Perusahaan
PT. Inti Ganda Perdana dengan bisnis utama memproduksi Real Axle dan
Propheller Shaft. Namun disamping memproduksi Real Axle dan Propheller Shaft
sejak 1995, PT. Inti Ganda Perdana juga telah mulai memproduksi Front Axle
yang merupakan bagian dari pengembangan produksi. Bahkan, PT. Inti Ganda
Perdana juga mengerjakan proses machining untuk komponen-komponen Real
Axle dan Propheller Shaft, seperti: Axle housing dan Propheller shaft yoke.
Kapasitas produksi tiga shift adalah 350.000 unit per tahun. Selain pasar dalam
negeri, produk IGP juga mulai merambah dunia internasional melalui pelanggan.
Ini membuktikan produk IGP telah diterima di dunia internasional. Beberapa
komponen-komponen yang dibuat PT. Inti Ganda Perdana adalah sebagai berikut:
Tabel 2.2 Produk PT. Inti Ganda Perdana
NO. PRODUK NO. PRODUK
1. Axle Shaft 6. Spline Shaft
2. Housing Assy 7. Shaft Yoke
3. End Housing 8. Flange Yoke
4. Side Bearing Nut 9. Propheller Tube
5. Companion Flange 10. Tube Yoke
Sumber: Data Perusahaan
30. 15
Sumber: Data Perusahaan
Gambar 2.2 Rear Axle dan Komponen-komponennya
Sumber: Data Perusahaan
Gambar 2.3 Propheller Shaft dan Komponen-komponennya
31. 16
2.6 Pelanggan
Pelanggan PT. Inti Ganda Perdana diantaranya adalah sebagai berikut:
• PT. Krama Yudah Tiga Berlian Motor – Mitsubishi
• PT. Astra Daihatsu Motor – Daihatsu
• PT. Toyota Motor Manufacturing Indonesia – Toyota
• PT. Hino Motor Manufacturing Indonesia – Hino
• PT. Isuzu Astra Motor Indonesia – Isuzu
• PT. Indomobil Suzuki International – Suzuki
• PT. Nissan Motor Indonesia – Nissan
• PT. Unicron Prima Trada – Mazda
• PT. Aisin Takaoka Indonesia
• PT. Komatsu Indonesia
PT. Inti Ganda Perdana dengan dukungan pelanggan dan penerapan standar
internasional seperti ISO 140001, OHSAS 18001 dan ISO/TS 16949, berusaha
terus meningkatkan kualitas produk demi kepuasan pelanggan. Berbagi
penghargaan telah diterima PT. Inti Ganda Perdana berkenaan dengan kualitas,
biaya, pengembangan dan waktu penyerahan. Termasuk untuk penerapan sistem
pemasok just in time dan penghargaan sebagai best supplier.
2.7 Pengembangan Kompetensi
Seiring dengan dimulainya era globalisasi, IGP Group telah bertekad untuk
menjadi perusahaan kelas dunia di bidang underbody component. Untuk
merealisasikan tujuan ini perusahaan telah membangun kompetensi di bidang
pengembangan produk melalui kerjasama dengan design house di Eropa berupa
mengirim para engineer IGP Group untuk belajar desain produk di design house
tersebut, membangun lembaga Learning Center untuk intensifikasi
pengembangan sumber daya manusia secara in-house.
Untuk meningkatkan kompetensi, IGP melengkapi fasilitas penunjang seperti
CAD dan CAE, serta menjalin kerjasama dengan badan-badan pemerintah untuk
fasilitas pengujian dengan tujuan menganalisa dan menghasilkan performa produk
32. 17
sesuai dengan kebutuhan pelanggan. Perusahaan juga mendirikan Calibration and
Production Testing Laboratory yang telah memenuhi standar internasional ISO
17025. Calibration and Production Testing Laboratory berdedikasi untuk
kemajuan perusahaan-perusahaan sehingga dapat memberikan dukungan terhadap
program pengembangan frame chassis dan drive train yang dilakukan oleh
Product Development IGP Group.
Selain itu, IGP Group juga menjalin kerjasama yang erat dengan pelanggan,
memberikan solusi terbaik, usulan perbaikan, modifikasi desain produk maupun
proses produksi untuk menghasilkan produk yang berkualitas dengan efisiensi
biaya yang bersaing. Perusahaan juga menjamin kondisi dan kelangsungan
operational peralatan dan mesin-mesin dengan membentuk Maintenance Center,
sehingga menghasilkan produk yang sesuai dengan permintaan pelanggan.
2.8 Enviroment Health And Safety
Terbentuknya Environment ,Health and Safety (EHS) merupakan wujud
komitmen IGP Group untuk menjadikan perusahaan yang ramah lingkungan dan
peningkatan derajat kesehatan dan keselamatan kerja bagi karyawan. Melalui
Environment ,Health and Safety (EHS), IGP Group menjamin limbah cair, padat
maupun udara yang dikeluarkan oleh perusahaan aman bagi lingkungan. Fungsi
Corporate EHS lainnya adalah menjamin kesehatan dan keselamatan karyawan di
lingkungan IGP Group. Team Safety terus meningkatkan kemampuannya dengan
sertifikasi ahli Kesehatan dan Keselamatan Kerja (K3) seperti Ahli K3 Umum,
Ahli K3 Kimia dan Ahli K3 Kebakaran.
Melalui Community Development, EHS berupaya menjalin hubungan baik
dengan Pemerintah Daerah, Aparat Keamanan, Tokoh Masyarakat, Pemuka
Agama dan masyarakat disekitar perusahaan. Berbagai aktivitas seperti program
khitanan masal, beasiswa, bantuan sosial, penyuluhan kesehatan, kerjabakti,
bantuan pada saat banjir maupun kebakaran, diharapkan keberadaan perusahaan
dapat memberikan manfaat bagi masyarakat sekitar.
33. 18
2.9 Struktur Organisasi Perusahaan
Struktur organisasi merupakan kerangka dari hubungan antara bagian-bagian
yang dimana bagian-bagian ini terjalin dalam suatu sistem interaksi yang saling
berkaitan dan saling membutuhkan satu sama lain. Struktur organisasi yang tepat
merupakan suatu alat yang penting di dalam pencapaian tujuan perusahaan sebab
berhasil tidaknya suatu perusahaan ditentukan oleh struktur organisasi yang dapat
digunakan sebagai alat komunikasi yang baik antara atasan dan bawahan. Hal ini
dikarenakan struktur organisasi mempunyai peran yang sangat besar di dalam
mengatur dan mengelola suatu perusahaan secara sistematis.
KELAPA GADING PLANT DIV.
KARAWANG PLANT DIV.
ENGINEERING DIV.
QUALITY ASSURANCE DIV.
HOUSING MACHINING
AXLE SHAFT & YOKE MACH
REAR AXLE & PROPHELLER SHAFT ASSY
REAR AXLE & PROPHELLER SHAFT ASSY CAT 2/3
PRODUCTION PLANNING & CONTROL
MAINTENANCE (IGP 2)
MAINTENANCE 2 (IGP 1 & 3)
MAINTENANCE 2 (IGP 1 & 3)
PLANT PROCESS ENGINEERING
QUALITY CONTROL
WAREHOUSE
CUTTING TOOLS CONTROL
PRODUCTION REAR AXLE TYT MVP
PRODUCTION MACHINING OTHER
QUALITY CONTROL
MAINTENANCE & PLANT PROCESS ENGINEERING
PRODUCTION PLANNING & CONTROL
PROCESS ENGINEERING 1
PROCESS ENGINEERING 2
PROCESS ENGINEERING 3
PRODUCT REALIZATION
PRODUCT ENGINEERING
OPERATION MANAGEMENT DEVELOPMENT
PRODUCT IMPROVEMENT
QUALITY ASSURANCE 1
QUALITY ASSURANCE 2
HUMAN RESOURCES & DEVELOPMENT
GENERAL AFFAIRS & INDUSTRIAL RELATION
PURCHASING PLANNING
BUYER
GENERAL PURCHASING
ACCOUNTING
FINANCE
INFORMATION TECHNOLOGY
BUDGET & COST CONTROL
CORPORATE CONTROL
HR & GA DIV.
OFFICE of EHS & CSR
PURCHASING DIV.
ADMINISTRATION & IT DIV.
OFFICE of SALES ADMIN.
BOARD OF COMMISSIONERS
PRESIDENT COMMISSIONER
VICE PRESIDENT COMMISSIONER
COMMISSIONER
COMMISSIONER
COMMISSIONER
BOARD OF DIRECTOR
PRESIDENT DIRECTOR
VICE PRESIDENT DIRECTOR
DIRECTOR
DIRECTOR
STAFF/COMMITTEE
QMR
ESMR
CORP. PLAN
TPS/OMD
QCC & SS
FIRE & FLOOD PREV
Sumber: Data Perusahaan
Gambar 2.4 Struktur Organisasi PT. Inti Ganda Perdana
34. 19
STRUKTUR ORGANISASI JISHUKEN WAREHOUSE IGP 2.5
JISHUKEN DIRECTOR
JOHN SIMAMORA
PROJECT OWNER
ABUN GUNAWAN
PROJECT LEADER
AGUSTINUS GINTING
JISHUKEN LEADER
MAHARDIKA AMRI
JISHUKEN MEMBER
KIS
PLANT SUPPORT
OMD SUPPORT
SIMON WILNER R.
HASAMI WAKAS H.
JISHUKEN MEMBER
RIDWAN ARIFIN
JISHUKEN MEMBER
MANGEDI SAPUTRA
PRODUCTION 1
GITO
PRODUCTION 2
ARIF W
PRODUCTION 3
BRANDO M. M
MTC 2
JOKI I
MTC 3
DECKY B
QC
EKO H
PPC
BRAM T
PPE & FACILITY
PURWANTO
Sumber: Data Perusahaan
Gambar 2.5 Struktur Organisasi Jishuken Warehouse IGP 2.5
35. 20
BAB III
LANDASAN TEORI
3.1 Proses Produksi
Proses Unboxing Part
3.1.1 Pengertian Proses Produksi
Proses diartikan sebagai suatu cara, metode dan teknik bagaimana
sesungguhnya sumber-sumber (tenaga kerja, mesin, bahan, dan dana) yang ada
diubah untuk memperoleh suatu hasil. Produksi adalah kegiatan untuk
menciptakan atau menambah kegunaan barang atau jasa (Assauri, 2004).
Definisi lain dari proses adalah serangkaian kegiatan yang saling terkait atau
berinteraksi, yang mengubah input menjadi output. Kegiatan ini memerlukan
alokasi sumber daya seperti orang dan materi. Input dan output yang dimaksudkan
mungkin tangible (seperti peralatan, bahan atau komponen) atau tidak berwujud
(seperti energi atau informasi). Output juga dapat tidak diinginkan, seperti limbah
atau polusi. Produksi merupakan suatu kegiatan yang dikerjakan untuk menambah
nilai guna suatu benda atau menciptakan benda baru sehingga lebih bermanfaat
dalam memenuhi kebutuhan. Kegiatan menambah daya guna suatu benda tanpa
mengubah bentuknya dinamakan produksi jasa. Sedangkan kegiatan menambah
daya guna suatu benda dengan mengubah sifat dan bentuknya dinamakan
produksi barang (Wikipedia, 2014). Proses produksi adalah suatu cara, metode
ataupun teknik menambah kegunaan suatu barang dan jasa dengan menggunakan
faktor produksi yang ada (Ahyari, 2002).
Melihat kedua definisi diatas, dapat diambil kesimpulan bahwa proses
produksi merupakan kegiatan untuk menciptakan atau menambah kegunaan suatu
barang ata jasa dengan menggunakan faktor-faktor yang ada seperti tenaga kerja,
mesin, bahan baku, dan dana agar lebih bermanfaat bagi kebutuhan manusia.
36. 21
3.1.2 Jenis-Jenis Proses Produksi
Jenis-jenis proses produksi ada berbagai macam bila ditinjau dari berbagai
segi. Proses produksi dilihat dari wujudnya terbagi menjadi proses kimiawi,
proses perubahan bentuk, proses assembling, proses transportasi dan proses
penciptaan jasa-jasa adminstrasi (Ahyari, 2002). Proses produksi dilihat dari arus
atau flow bahan mentah sampai menjadi produk akhir, terbagi menjadi dua yaitu
proses produksi terus-menerus (Continous processes) dan proses produksi
terputus-putus (Intermettent processes).
Perusahaan menggunakan proses produksi terus-menerus apabila di dalam
perusahaan terdapat urutan-urutan yang pasti sejak dari bahan mentah sampai
proses produksi akhir. Proses produksi terputus-putus apabila tidak terdapat
urutan atau pola yang pasti dari bahan baku sampai dengan menjadi produk akhir
atau urutan selalu berubah (Ahyari, 2002).
Penentuan tipe produksi didasarkan pada faktor-faktor seperti: (1) Volume
atau jumlah produk yang akan dihasilkan, (2) Kualitas produk yang diisyaratkan,
(3) Peralatan yang tersedia untuk melaksanakan proses. Berdasarkan
pertimbangan cermat mengenai faktor-faktor tersebut ditetapkan tipe proses
produksi yang paling cocok untuk setiap situasi produksi. Macam tipe proses
produksi dari berbagai industri dapat dibedakan sebagai berikut (Yamit, 2002).
3.1.2.1 Proses Produksi Terus-menerus
Proses produksi terus-menerus adalah proses produksi barang atas dasar
aliran produk dari satu operasi ke operasi berikutnya tanpa penumpukan disuatu
titik dalam proses. Pada umumnya industri yang cocok dengan tipe ini adalah
yang memiliki karakteristik yaitu output direncanakan dalam jumlah besar, variasi
atau jenis produk yang dihasilkan rendah dan produk bersifat standar (Yamit,
2002).
3.1.2.2 Proses Produksi Terputus-putus
Produk diproses dalam kumpulan produk bukan atas dasar aliran terus-
menerus dalam proses produk ini. Perusahaan yang menggunakan tipe ini
37. 22
biasanya terdapat sekumpulan atau lebih komponen yang akan diproses atau
menunggu untuk diproses, sehingga lebih banyak memerlukan persediaan barang
dalam proses (Yamit, 2002).
3.1.2.3 Proses Produksi Campuran
Proses produksi ini merupakan penggabungan dari proses produksi terus-
menerus dan terputus-putus. Penggabungan ini digunakan berdasarkan kenyataan
bahwa setiap perusahaan berusaha untuk memanfaatkan kapasitas secara penuh
(Yamit, 2002).
3.1.3 Peta Aliran Proses
Peta kerja adalah suatu alat yang menggambarkan kegiatan kerja secara
sistematis dan jelas (biasanya kerja produksi). Apabila kita melakukan studi yang
seksama terhadap peta kerja maka pekerjaan kita dalam usaha memperbaiki
metode kerja dari suatu proses produksi akan lebih mudah dilaksanakan.
Perbaikan yang mungkin dilakukan antara lain: menghilangkan operasi-operasi
yang tidak perlu, menggabungkan suatu operasi dengan operasi lainnya,
menemukan suatu urutan kerja yang lebih baik, menghilangkan waktu menunggu
antar operasi (Sutalaksana et al, 1979).
Peta aliran proses adalah suatu diagram yang menunjukan urutan-urutan dari
operasi, pemeriksaan, transportasi, menunggu, dan penyimpanan yang terjadi
selama satu proses atau prosedur berlangsung (Sutalaksana et al, 1979).
Peta aliran proses terbagi dalam tiga jenis, yaitu: (1) Peta aliran proses tipe
bahan adalah peta aliran proses yang menggambarkan kejadian yang dialami oleh
material; (2) Peta aliran proses tipe orang adalah peta aliran proses yang
menggambarkan suatu proses aktivitas manusia; (3) Peta aliran proses tipe kertas
adalah peta aliran proses yang menggambarkan aliran kertas yang menjalani
sekumpulan urutan proses mengikuti suatu prosedur tertentu secara bertahap
(Sutalaksana et al, 1979).
38. 23
3.2 Sistem Kerja
Penetapan Jumlah Tenaga Kerja Optimal Dengan Metode Standarisasi
Kerja Tipe 3
3.2.1 Toyota Production System (TPS)
Toyota Production System adalah sebuah sistem produksi yang dibuat oleh
Mr. Sakichi Yoyoda, Mr. Kiichiro Toyoda (anak dari Mr. Sakichi Yoyoda) dan
Taichi Ohno dari Toyota Motor Corporation Jepang yang diperkenalkan pada
tahun 1940-1960 di TMC Jepang.
Sistem produksi ini pada awalnya dilakukan dengan tujuan meningkatkan
profit perusahaan tanpa menaikkan harga jual produk. Salah satu cara untuk
melakukan hal tersebut adalah dengan menekan biaya produksi. Dengan biaya
produksi yang lebih rendah, keuntungan dapat ditingkatkan tanpa harus
menaikkan harga jual. (Liker, 2004)
Tujuan utama dilaksanakannya Toyota Production System antara lain untuk:
1. Meningkatkan profit
2. Meningkatkan volume produksi
3. Menekan biaya. (Liker, 2004)
Selain itu Toyota Production System juga memiliki tiga tujuan penting yaitu:
1. Menekan dan menurunkan biaya produksi terus menerus dengan
menghilangkan Muda (pemborosan).
2. Membuat barang berkualitas dengan biaya yang (lebih) murah.
3. Membuat produk yang dapat dijual di pasaran (sesuai dengan keinginan
konsumen).
3.2.2 Muda, Mura, dan Muri
Muda (pemborosan) adalah segala kegiatan yang tidak memberikan nilai
tambah. Di dalam dunia industri pemborosan merupakan segala sesuatu yang
berlebih di luar kebutuhan minimum atas material, peralatan, komponen, tempat,
39. 24
dan waktu kerja yang mutlak diperlukan dalam proses suatu produk. Salah satu
cara untuk meningkatkan keuntungan adalah dengan menghilangkan pemborosan.
Terdapat tujuh jenis Muda yang ada di lantai produksi, antara lain:
1. Over Production
Merupakan Muda yang paling buruk di antara jenis pemborosan lainnya.
Muda ini dibagi menjadi 2 bagian, yaitu: (1) Membuat melebihi jumlah yang
diperlukan; (2) Membuat dengan waktu yang lebih cepat dari yang
diperlukan.
2. Menunggu (Waiting)
Merupakan pemborosan yang disebabkan karena adanya waktu menunggu
dengan membiarkan mesin beserta operatornya diam menunggu dikarenakan
pekerjaan yang dilakukan telah selesai.
3. Transportasi (Transportation)
Merupakan pemborosan karena transportasi dan penanganan barang
(handling) yang dilakukan berulang-ulang tanpa memberikan nilai tambah.
4. Proses (Over Process)
Merupakan pemborosan yang terjadi pada operasional produksi dimana pada
proses tersebut terjadi suatu proses yang sebenarnya tidak perlu dilakukan.
5. Stock
Merupakan pemborosan yang diakibatkan adanya persediaan yang melebihi
batas stock yang telah ditentukan. Oleh karena itu stock sebaiknya dibuat
seminimal mungkin.
6. Motion
Merupakan pemborosan akibat adanya penggunaan waktu yang tidak dapat
dipertanggungjawabkan karena melakukan gerakan-gerakan dalam proses
kerja yang tidak memberikan nilai tambah.
7. Defect
Merupakan pemborosan yang diakibatkan terjadinya cacat terhadap hasil
produksi.
40. 25
Mura adalah ketidak teraturan karena production planning untuk produksi
tidak tetap, kadang banyak, dan kadang sedikit. Dari segi manusia, merupakan
baratsuki (ketidakteraturan) beban terhadap suatu standar tertentu.
Muri adalah memberi beban berlebihan pada pikiran dan tubuh. Dalam
hubungannya dengan mesin dan peralatan, muri adalah memberi beban melebihi
kemampuan yang dapat ditanggung oleh mesin atau peralatan tersebut (Toyota
Training Center, 2006).
3.2.3 Takt Time dan Cycle Time
Takt Time secara umum dapat didefinisikan sebagai waktu maksimum yang
diijinkan untuk menghasilkan suatu produk sebagai pemenuhan permintaan
konsumen (Toyota Training Center, 2006). Takt time ini berfungsi untuk
menetapkan langkah produksi dalam lini produksi industri manufaktur. Oleh
karena itu, waktu yang dibutuhkan untuk menyelesaikan pekerjaan pada setiap
stasiun harus lebih kecil dari takt time agar produk yang akan diselesaikan dapat
tepat waktu sesuai waktu tersedia.
Pada sistem produksi tarik, takt time adalah irama dari produksi pada suatu
harmoni dengan jumlah pemesanan sebagai urat nadinya. Tingkatan dimana
produk harus disiapkan untuk permintaan pelanggan. Takt time dihitung dengan
produksi waktu kerja murni, tetapi jika tidak dapat dihindarkan seperti untuk
pengangkutan, maka ada juga takt time yang di atur dengan waktu yang tidak
fixed.
Cycle time (waktu siklus) berarti waktu keseluruhan yang dibutuhkan seorang
operator untuk menghasilkan suatu produk dalam suatu proses produksi yang
diperoleh dari observasi langsung kondisi sebenarnya pada lini produksi. Cycle
time ini dapat memberitahu seberapa sering dapat menghasilkan suatu produk
dengan sumber daya dan pekerja yang tersedia saat ini. Cycle time ini tidak sama
seperti analisis detail mengenai proses dan kapasitas produksi, akan tetapi Cycle
41. 26
time ini merupakan representasi yang akurat tentang bagaimana kondisi lini
produksi saat ini bekerja. Perhitungan dalam waktu siklus ini memperhitungkan
seluruh jumlah produksi. (Liker, 2004)
Pada lini perakitan (Assembly line) atau di workcell dengan beberapa
operator, setiap operator akan memiliki waktu tertentu yang dibutuhkan untuk
menyelesaikan pekerjaan yang dia lakukan. Namun, ketika mengacu pada Cycle
time pada lini, kita mengacu pada waktu terpanjang dari individu pekerja. Untuk
mengurangi waktu siklus dari lini, kita tidak perlu merubah seluruh lini, hanya
operasi tertentu yang sangat menentukan kecepatan produksi saja yang perlu
diperhatikan.
3.2.4 Standarisasi Kerja (Hyoujun Sagyou)
Standarisasi kerja (Hyoujun Sagyou) adalah peraturan pada saat membuat
barang di tempat kerja, yaitu cara melakukan produksi yang paling efektif dengan
urutan tanpa muda, mengumpulkan pekerjaan, dan memfokuskan gerakan
manusia. Sedangkan standar kerja (Sagyou Hyoujun) merupakan standar-standar
yang paling penting secara teknik produksi yang terkait dengan mesin, barang,
dan manusia ketika melaksanakan standarisasi kerja (Hyoujun Sagyou). Misalnya,
dalam proses pengelasan body mobil adalah ketentuan tentang kekuatan ampere
listrik pada spot welding, Profil atau bentung welding chip, dll. Salah satu contoh
standar kerja (work standard) adalah QC Koutei Hyou (Tabel Standar Proses
Quality Check), Kosakusu (Process Drawing), dan Safety Work Element (Lembar
instruksi agar bekerja aman) (Toyota Training Center, 2006).
Standarisasi kerja merupakan cara untuk secara total meningkatkan kualitas,
cost reduction, safety, produktivitas, dan lain-lain dengan cara menggabungkan
faktor manusia, barang, dan peralatan secara paling efektif dengan berdasarkan
pada kondisi saat ini. Selain itu juga merupakan suatu cara untuk menekan
pembuatan yang berlebihan, dan untuk melakukan produksi just in time.
Standarisasi kerja juga merupakan cara yang efektif sebagai tools untuk
melakukan kaizen.
42. 27
Persyaratan standarisasi kerja antara lain:
1. Dari segi pekerjaan (Syarat ketika setting)
a. Memfokuskan pada pergerakan orang
b. Sebuah pekerjaan yang berulang-ulang
2. Dari segi peralatan (Syarat ketika pengoperasian)
a. Trouble mesin harus sedikit
b. Fluktuasi produksi rendah
3. Dari segi kualitas (Syarat ketika pengoperasian)
a. Problem quality sedikit
b. Baratsuki (deviasi) presisinya sedikit
Standarisasi kerja memiliki tiga unsur penting, dimana apabila jika satu
unsurnya tidak dipenuhi maka standarisasi kerja tidak akan berjalan dengan baik.
Unsur tersebut antara lain, takt time, Urutan Kerja, dan Standard in process stock
atau supply minimum yang dimiliki di dalam proses agar pekerjaan dapat
dilakukan dengan urutan dan gerakan yang berulang dengan prosedur yang sama.
Sumber : (Toyota Training Center, 2006)
Gambar 3.1 Elemen Standarisasi Kerja
43. 28
3.2.4.1 Tiga Tipe Standarisasi Kerja
Standarisasi kerja terbagi menjadi tiga tipe, yaitu: (1) Standarisasi kerja tipe
1; (2) Standarisasi kerja tipe 2; (3) Standarisasi kerja tipe 3. Pembagian tipe
standarisasi kerja ini berdasarkan jenis proses kerja yang berlangsung.
Berbedanya jenis proses kerja tersebut tentu membuat perbedaan pada point atau
acuan yang digunakan. Selain itu tools analisis yang digunakan juga berbeda. Hal
ini dapat ditunjukkan pada tabel berikut:
Tabel 3.1 Tiga Tipe Standarisasi Kerja
TIPE I TIPE 2 TIPE 3
Proses
Digunakan dalam proses kerja
yang menggabungkan
pekerjaan standar berulang-
ulang dengan 3 elemen penting
(takt time , urutan kerja,
standard in process stock )
Digunakan untuk jumlah
pekerjaan yang sulit dituliskan
jumlah kombinasi kerja yang
dilakukan 1 orang dalam 1
menit pada satu pekerjaan
yang takt timenya dapat
dihitung
Digunakan pada pekerjaan
yang tidak berulang
Jenis
Pekerjaan
Shell , dll.
Ganti tools , cek quality ,
dandori , delivery , dll
Point
Takt time di setting dengan
jelas, idealnya:
Takt time = Cycle time
Digunakan untuk menunjukkan
Kaju Heikin (Pemerataan
Beban), idealnya:
Takt time = Cycle time
Idealnya: Jumlah Loading
total = Schedule time
Tools
Analys
Line Capacity Sheet , TSKK
(Tabel Standar Kerja
Kombinasi), dan TSK (Tabel
Standar Kerja)
Steep Sheet , TSKK (Tabel
Standar Kerja Kombinasi),
Yamazumi Chart , dan Work
Element Sheet
Steep Sheet, Yamazumi
Chart, dan Tabel Analisa
Operasi
M R W A T KW
Sumber : (Toyota Training Center, 2006)
Standarisasi kerja tipe 1 digunakan pada tipe kerja dengan elemen kerja yang
selalu sama berulang terus menerus, biasanya terdapat di lini produksi machining,
dengan acuan takt time sama dengan cycle time. Alat analisis yang digunakan
dalam standarisasi kerja tipe 1 adalah:
1. Tabel Standarisasi Kapasitas Produksi (Line Capacity Sheet)
2. Tabel Standarisasi Kerja Kombinasi (TSKK)
3. Tabel Standarisasi Kerja (TSK)
44. 29
Standarisasi kerja tipe 2 digunakan pada proses yang susah menuliskan
volume kerja orang per orangnya karena modelnya yang beragam, walaupun
pekerjaannya berulang-ulang dan takt time-nya pun bisa dihitung. Alat analisis
yang digunakan dalam standarisasi kerja tipe 2 adalah:
1. Tabel Standarisasi Kerja Kombinasi (TSKK)
2. Yamazumi Chart
3. Work Element Sheet
Standarisasi kerja tipe 3 digunakan pada jenis pekerjaan dengan elemen yang
tidak berulang, dan tidak sama antar cycle nya. Biasanya terdapat dalam aktivitas
supporting lini produksi, dandory, delivery, unboxing, dan lain-lain. Idealnya
jumlah loading time sama dengan schedule time. Alat analisis yang digunakan
dalam standarisasi kerja tipe 3 adalah:
1. Step Sheet
2. Yamazumi Chart
3. Tabel Analisa Operasi
Sumber : (Toyota Training Center, 2006)
Gambar 3.2 Ilustrasi Penggunaan 3 Tipe Standarisasi Kerja
3.2.5 Yamazumi Charts
Yamazumi chart adalah alat visual yang digunakan dalam lean manufacturing
untuk membantu dalam mendesain sel-sel produksi dan memonitor perbaikan
45. 30
terus menerus. Dengan yamazumi ini, akan memungkinkan untuk
memvisualisasikan berbagai elemen pekerjaan yang berlangsung dalam proses
produksi. Kemudian membandingkannya dengan output yang dibutuhkan.
Secara harfiah, arti yamazumi adalah menumpuk. Dan grafik yamazumi
berbentuk tumpukan sederhana bar chart dari lamanya waktu aktivitas dalam
proses produksi.
Cara membuat yamazumi chart adalah sebagai berikut :
1. Rekapitulasi Gentan-I pekerjaan (Tabel standar kerja tidak berulang) pada
tiap pekerjaan (a) yaitu perputaran penggantian pekerjaan terhadap satu buah
instruksi kerja. Contoh, waktu setiap 1 kali mengganti tools.
2. Kalkulasi unit working hour (A). A = a x n (Jumlah 1 putaran).
Sumber : (Toyota Training Center, 2006)
Gambar 3.3 Contoh menghitung Gentan-I pekerjaan
Ketentuan dalam membuat yamazumi chart adalah sebagai berikut :
1. Harus disusun menurut skill masing-masing operator.
2. Setiap unit pekerjaan disusun berdasarkan schedule working hour masing-
masing.
3. Disusun dengan mempersempit gap atau jarak dengan memperhatikan trouble
shooting, dan waktu tunggu.
46. 31
4. Supaya dapat mengurangi jumlah orang, harus disusun setiap unit pekerjaan
itu penuh pada satu proses sesuai dengan fixed working hour-nya.
(Toyota Training Center, 2006)
Sumber : (Toyota Training Center, 2006)
Gambar 3.4 Contoh penggunaan Yamazumi Chart
3.2.6 Pengukuran Waktu Kerja
Pengukuran waktu kerja ditujukan untuk mendapatkan aktu baku
penyelesaian pekerjaan,yaitu waktu yang dibutuhkan secara wajar oleh seorang
untuk menyelesaikan suatu pekerjaan yang dijalankan dalam sistem kerja terbaik
(Sutalaksana et al, 1979). Secara umum, pengukuran waktu dapat dikelompokkan
atas dua kelompok besar yaitu pengukuran waktu secara langsung dan pengukuran
waktu secara tidak langsung. Pengukuran waktu secara langsung dilakukan
dengan pengamat waktu berbeda di tempat dimana objek pengukuran sedang
diamati. Sementara itu, pengukuran waktu secara tidak langsung dilakukan
47. 32
dengan menggunakan data-data waktu yang telah tersedia sebelumnya, jadi
pengamat tidak berada seacara langsung di tempat pengukuran (Yanto, 2011).
Secara skematis cara pengukuran waktu baik langsung maupun tidak dapat dilihat
pada tabel berikut ini.
Sumber : (Yanto, 2011)
Gambar 3.5 Tiga Tipe Standarisasi Kerja
3.2.7 Beban Kerja
Beban kerja adalah banyaknya pekerjaan yang harus dilakukan untuk
menyelesaikan suatu pekerjaan (K. Anggara, 2006). Secara ergonomis fisiologis
ada 3 jenis beban kerja, yaitu pertama, beban kerja fisik energetis yaitu beban
kerja yang ditimbulkan oleh kerja fisik atau otot, beban kerja fisik energetis
dibedakan menjadi beban kerja statis dan beban kerja dinamis. Kedua, beban kerja
perseptif yaitu beban kerja yang ditimbulkan oleh kerja mental (otak) dan kerja
panca indera terutama penglihatan dan pendengaran, keterlibatan kontraksi otot
dan dengan sendirinya sumber energi atau kolor yang mendukungnya relatif kecil.
Ketiga, beban kerja biomekanik yaitu beban kerja yang disebabkan terutama oleh
kerja statis dan kerja dinamis yang berhubungan dengan sikap (posisi) tubuh atau
bagian tubuh serta berat badan pada waktu kerja yang kurang tepat.
Analisis beban kerja adalah suatu analisis mengenai banyaknya pekerja yang
harus dipekerjakan untuk menyelesaikan sesuatu pekerjaan tertentu. Dengan
demikian diketahuinya beban kerja maka akan dapat diketahui seberapa besar
48. 33
beban yang harus ditanggung oleh pekerja, dan apakah terjadi kelebihan tenaga
kerja atau sebaliknya adanya kekurangan tenaga kerja. Data rata-rata waktu
operasi yang diperoleh dari pengukuran waktu kerja pada setiap stasiun kerja
untuk operator yang di cermati digunakan sebagai data untuk menentukan waktu
baku per unit output dari tiap tahapan proses.
3.3 Manajemen Sistem
Pembuatan SOP FIFO Pada Warehouse PT. Inti Ganda Perdana
3.3.1 Metode FIFO
Dalam penyimpanan barang di gudang agar nantinya barang yang disimpan
tersebut tidak mengalami kerusakan sangatlah dibutuhkan suatu metode, cara
maupun prosedur tertentu. Setidaknya dalam penyimpanan barang di gudang kita
mengenal adanya FIFO (first in first out). Sistem FIFO adalah suatu sistem
penyimpanan barang yaitu barang yang masuk terlebih dahulu juga dikeluarkan
terlebih dahulu. jadi keluarnya barang secara berurutan atau sesuai kronologis.
Sistem ini biasanya digunakan untuk barang barang yang kurang bisa tahan lama
dan menimbulkan potensi cacat. Sistem ini sebenarnya memiliki banyak
kelebihan, antara lain:
1. Barang akan lebih terjaga kualitasnya
Dengan menggunakan sistem FIFO diharapkan barang yang pertama kali
masuk juga pertama kali keluar. Jadi barang tidak terlalu lama tersimpan dalam
gudang. Sehingga kualitas barang bisa terjamin serta mengantisipasi terjadinya
kerusakan barang secara masal.
2. Pencatatan yang lebih sitematis
Keuntungan atau kelebihan lain dari sistem FIFO yaitu pada saat pencatatan
barang di gudang. Yang mana petugas pencatatan barang masuk dan barang
keluar akan lebih mudah mengontrol. Hal ini dikarenakan keluarnya barang secara
berurutan atau sesuai kronologis. Jadi petugas pencatan biasanya tidak perlu
melakukan pengecekan terhadap semua barang. Petugas biasanya hanya
49. 34
mengecek jumlah barang yang keluar pada saat itu apakah sesuai dengan jumlah
barang pada saat barang tersebut masuk.
Melihat berbagai macam keuntungan dari sitem FIFO ini tidak terlepas pula
dari kelemahan-kelemahan yang terdapat pada sistem ini. Biasanya sistem ini
kurang efektif apabila pihak-pihak pergudangan tidak mampu menata letak
barang-barang secara berurutan sesuai tanggal atau waktu barang tersebut masuk.
Tetapi kelemahan-kelemahan tersebut dapat dihindari jika pengelola gudang
mampu mengatur pemindahan barang-barang sesuai dengan sistem ini. Penataan
barang di gudang apabila menggunakan sistem ini seharunya tidak ditumpuk
melainkan dijajar sesuai dengan waktu barang tersebut masuk. Biasanya gudang
yang menggunakan sistem ini mempunyai dua pintu. Pintu pertama merupakan
pintu masuk barang sedangkan pintu kedua merupakan pintu khusus keluar
barang. Barang yang masuk biasanya diletakkan di dekat pntu keluar barang
begitu seterusnya. Hal ini dimaksudkan agar barang yang pertama kali masuk bisa
keluar dengan mudah karena dekat dengan pintu keluar begitu pula dengan barang
yang baru saja masuk akan mudah masuk karena tidak terhalangi oleh barang-
barang yang sebelumnya telah masuk (Wahyufisipuns.blogspot, 2014).
3.3.2 SOP (Standard Operational Procedure)
SOP (Standard Operasi Procedure) adalah panduan hasil kerja yang
diinginkan serta proses kerja yang harus dilaksanakan. SOP dibuat dan di
dokumentasikan secara tertulis yang membuat prosedur (alur proses) kerja secara
rinci dan sistematis. Alur kerja (Prosedur) tersebut haruslah mudah dipahami dan
dapat di implementasikan dengan baik dan konsisten oleh pelaku. Implementasi
SOP yang baik akan menunjukan konsistensi hasil kerja, hasil produk dan proses
pelayanan seluruh dengan mengacu kepada kemudahan, pelayanan dan
pengaturan yang seimbang.
Prosedur kerja adalah rangkaian tata kerja yang berkaitan satu samalainnya,
sehingga menunjukan adanya urutan tahapan secara jelas dan pasti, serta cara-cara
yang harus ditempuh dalam rangka penyelesaian suatu bidang tugas.
50. 35
Simbol - simbol, merupakan suatu gambar yang merepresentasikan suatu
proses tertentu dalam SOP. Produk/Output adalah hasil yang diperoleh dari jenis
pelayanan yang dikerjakan oleh suatu satuan organisasi/kerja baik berupa barang
maupun jasa.
SOP atau Prosedur Tetap (Protap) adalah serangkaian instruksi tertulis yang
dibakukan dan didokumentasikan dari aktivitas rutin dan berulang yang dilakukan
oleh suatu organisasi.
3.2.2.1 Prinsip-Prinsip Penyusunan SOP
Berikut ini merupakan prinsip-prinsip didalam penyusunan SOP:
1. SOP harus ditulis secara jelas, sederhana dan tidak berbelit-belit sehingga
mudah dimengerti dan diterapkan untuk satu kegiatan tertentu.
2. SOP harus dapat menjadi pedoman yang terukur baik mengenai norma waktu,
hasil kerja yang tepat dan akurat.
3. SOP harus dapat memberikan kejelasan kapan dan siapa yang harus
melaksanakan kegiatan, berapa lama waktu yang dibutuhkan dan sampai
dimana tanggung jawab masing-masing.
4. SOP harus mudah dirumuskan dan selalu bisa menyesuaikan dengan
kebutuhan dan perkembangan kebijakan yang berlaku.
5. SOP harus dapat menggambarkan alur kegiatan yang mudah ditelusuri jika
terjadi hambatan.
3.2.2.2 Jenis-Jenis SOP (Standar Operasional Prosedur)
SOP menurut sifatnya terbagi kedalam 2 jenis, yaitu :
1. Teknis
Adalah standar prosedur yang sangat rinci dan bersifat teknis.Setiap prosedur
diuraikan dengan sangat teliti sehingga tidak ada kemungkinan variasi lain. SOP
teknis ini pada umumnya dicirikan dengan:
a. Pelaksana prosedur (aktor) bersifat tunggal, yaitu satu orang atau satu
kesatuan tim kerja.
51. 36
b. Berisi cara melakukan pekerjaan atau langkah rinci pelaksanaan pekerjaan.
SOP ini biasanya diterapkan dalam penyelenggaraan kegiatan administrasi,
antara lain pada bidang pemeliharaan sarana dan prasarana, keuangan
(auditing), kearsipan, korespondensi, dokumentasi, pelayanan kepada
masyarakat, dan kepegawaian.
2. Administratif
Adalah standar prosedur yang disusun bagi jenis pekerjaan yang bersifat
administratif, yaitu pekerjaan yang dilaksanakan oleh lebih dari satu orang atau
pekerjaan yang melibatkan banyak orang, dan bukan merupakan satu kesatuan
yang tunggal. SOP ini dapat diterapkan pada pekerjaan yang menyangkut urusan
keseretariatan (administratif pada unit-unit pendukung) dan urusan teknis pada
unit-unit teknis. SOP administratif ini pada umumnya dicirikan dengan:
a. Pelaksana prosedur (aktor) berjumlah banyak (lebih dari satu orang) dan
bukan merupakan satu kesatuan yang tunggal.
b. Berisi tahapan pelaksanaan pekerjaan atau langkah-langkah pelaksanaan
pekerjaan yang bersifat makro ataupun mikro yang tidak menggambarkan
cara melakukan pekerjaan.
52. 37
BAB IV
PENGUMPULAN DAN PENGOLAHAN DATA
4.1 Pengumpulan Data
4.1.1 Pengumpulan Data Proses Unboxing Part CKD
Dalam pengumpulan data proses unboxing part, penulis mengambil data dari
perusahaan melalui proses pengamatan langsung pada proses unboxing part
dimulai pada tanggal 13 Juli 2015 sampai dengan tanggal 26 Oktober 2015. Data
yang dikumpulkan berupa rekaman video proses produksi yang dilakukan oleh
operator pos unboxing assy kemudian dilakukan pencatatan pada lembar
pengamatan.
Hasil dari proses ini adalah untuk memetakan urutan-urutan dari operasi,
pemeriksaan, transportasi, menunggu, dan penyimpanan yang terjadi selama satu
proses yang berlangsung. Didalamnya terdapat juga informasi-informasi yang
diperlukan untuk analisis seperti waktu yang dibutuhkan dan jarak perpindahan
yang terjadi. Sehingga mempermudah proses perbaikan, antara lain:
a. Menghilangkan aktivitas-aktivitas yang tidak perlu.
b. Menggabungkan atau mengubah tempat kerja.
c. Menggabungkan atau mengubah waktu urutan kerja.
d. Mengubah jumlah operator.
e. Menyederhanakan atau memperbaiki metode kerja.
Model yang dipilih dalam pengumpulan data proses unboxing part adalah
Tipe CJS, dengan alasan model tersebut merupakan model dengan jumlah
permintaan terbanyak.
53. 38
Tabel 4.1 Data Pengamatan Proses Unboxing Part
1 2 3 4 5 6 7 8 9 10
1 Membuka box CKD 246 243 241 245 247 242 248 246 245 247 245
2
Memindahkan part Metal Back ker
rak 1 (QTY:2X48pcs)
19 20 22 18 21 18 24 24 22 22 21
3 Mengambil polybox kosong 75 77 74 77 79 74 75 75 76 78 76
4
Membuka dus Nut Lock, Bolt, Seat
Plug, Shim Diff Bearing [RR]
22 24 21 22 20 25 22 21 23 20 22
5
Memisahkan part over selective
(Part terlampir)
93 91 92 97 91 90 91 89 92 94 92
6
Setting part Bolt, Shim Diff. Bearing
kedalam 1 polybox (Part terlampir)
44 45 48 45 42 49 46 48 46 47 46
7
Memisahkan part-part racik small
part R/A (Part terlampir)
46 44 46 45 43 47 49 51 50 49 47
8 Setting Diff. Side kedalam polybox 140 139 137 131 133 129 127 130 131 133 133
9
Setting Bearing 460 [Large] &
Bearing 472 [small]
menempatkannya ke dalam 2
polybox (Outer Bearing, dan
Bearing)
234 229 241 240 239 244 241 238 231 233 237
10
Setting Diff. Side Gear kedalam
polybox
41 44 38 41 43 42 45 37 35 34 40
11
Setting Pinnion Differential Gear
kedalam polybox
19 24 22 26 18 19 22 20 21 19 21
12 Setting Spacer kedalam polybox 5 8 7 9 9 5 6 7 8 6 7
13
Setting Space Diff. 590, Space Diff
591, Washer Assembled, & Pin
Lock kedalam polybox
16 20 24 22 19 18 16 18 19 18 19
14
Setting Nut Lock & meletakkan
Plate Lock 53, Plate Lock 54
kedalam polybox
21 19 18 19 18 17 16 19 16 17 18
15 Setting Oil Seal kedalam polybox 77 75 79 77 75 78 76 76 79 78 77
16
Memasang tali pengait pada
Housing Tube
96 99 97 95 98 96 97 95 99 98 97
17
Setting Diff Case diatas pallet CKD
(3x/Unboxing)
182 179 176 173 178 179 180 174 172 177 177
18
Setting Housing Tube kedalam
Trolli Supply Housing Tube
68 65 67 64 62 68 70 71 66 69 67
19
Meletakkan Pinnion Shaft pada rak
storage Pinnion Shaft Unboxing
36 35 34 38 35 41 40 42 44 35 38
20
Menata layout standart
penempatan part pada pallet CKD,
wrap part yang siap supply
138 133 132 142 144 140 139 135 137 140 138
21
Membuang sampah sisa kemasan
pembungkus part
23 25 28 24 23 27 28 29 27 26 26
NOTE Model : CJS, QTY/Box CKD : 48 Unit Pcs, Cycle Time Line Rear Axle A : 157", Produksi/Shift : 166 Unit, Supply/Shift : 4X
UNBOXING
JULI 2015
AHMAD SYIHABUDIN
PENGAMATAN RATA-
RATA
NO ELEMEN KERJA
DATA PENGAMATAN
UNBOXING PART CKD
LINE
TANGGAL
PIC
Sumber : Data Olahan
55. 40
4.1.2 Pengumpulan Data Standarisasi Kerja Operator Pos Unboxing
Pada pos Unboxing Part terdapat dua orang operator dengan masing-masing
deskripsi pekerjaan yang berbeda. Pengumpulan data dilakukan melalui proses
pengamatan langsung pada tiap-tiap operator pos unboxing. Data yang
dikumpulkan berupa rekaman video proses produksi yang dilakukan oleh tiap-tiap
operator pos unboxing kemudian data diolah menjadi tabel Gentan-I.
Setelah data dikumpulkan terlihat bahwa kedua operator tersebut memiliki
beban kerja yang berbeda dan waktu menganggur yang tinggi.
Pada operator unboxing assy produktifitas kerja yang dicapai hanya mencapai
46.41%, sedangkan pada operator unboxing machining produktifitas kerja yang
dicapai hanya 54.90%. Dari kedua data tersebut terlihat masih rendahnya tingkat
produktifitas kerja yang dihasilkan.
56. 41
Tabel 4.3 Gentan-I Man Power Unboxing Assy
NO ELEMEN KERJA
WAKTU /
SHIFT
(DETIK)
WAKTU /
SHIFT
(MENIT)
1 Membuka box CKD 980 16'20"
2 Memindahkan part Metal Back ker rak 1 (QTY:2X48pcs) 84 01'24"
3 Mengambil polybox kosong 304 05'04"
4 Membuka dus Nut Lock, Bolt, Seat Plug, Shim Diff Bearing [RR] 88 01'28"
5 Memisahkan part over selective (Part terlampir) 368 06'08"
6 Setting part Bolt, Shim Diff. Bearing kedalam 1 polybox (Part terlampir) 184 03'04"
7 Memisahkan part-part racik small part R/A (Part terlampir) 188 03'08"
GENTAN - I MAN POWER UNBOXING ASSY
STEEL TUBE
AREASCRAP
2 3
4 1
16
17
19
52021
3
1
4
5
6
79
1
4
710
13
15
18 21
24
27
33
30
36
38
40
3
2
Sumber : Data Olahan
57. 42
Tabel 4.3 Gentan-I Man Power Unboxing Assy (Lanjutan)
8 Setting Diff. Side kedalam polybox 532 08'52"
9
Setting Bearing 460 [Large] & Bearing 472 [small] menempatkannya ke dalam 2 polybox (Outer
Bearing, dan Bearing)
948 15'48"
10 Setting Diff. Side Gear kedalam polybox 160 02'40"
11 Setting Pinnion Differential Gear kedalam polybox 84 01'24"
12 Setting Spacer kedalam polybox 28 00'28"
13 Setting Space Diff. 590, Space Diff 591, Washer Assembled, & Pin Lock kedalam polybox 76 01'16"
14 Setting Nut Lock & meletakkan Plate Lock 53, Plate Lock 54 kedalam polybox 72 01'12"
15 Setting Oil Seal kedalam polybox 308 05'08"
16 Memasang tali pengait pada Housing Tube 388 06'28"
17 Setting Diff Case diatas pallet CKD (3x/Unboxing) 708 11'48"
18 Setting Housing Tube kedalam Trolli Supply Housing Tube 268 04'28"
19 Meletakkan Pinnion Shaft pada rak storage Pinnion Shaft Unboxing 152 02'32"
20 Menata layout standart penempatan part pada pallet CKD, wrap part yang siap supply 552 09'12"
21 Membuang sampah sisa kemasan pembungkus part 104 01'44"
NOTE
1 Terima dan cek bon permintaan barang 18 00'18"
2 Meletakkan bon permintaan barang pada tempat arsip dokumentasi 12 00'12"
3 Berjalan ke area parkir motor 52 00'52"
4 Mengendarai sepeda motor dari pos unboxing ke gudang CKD 226 03'46"
5 Loading part-part yang dirobbing, tulis informasi part yang dirobbing pada box CKD 1833 30'33"
6 Mengendarai sepeda motor dari gudang CKD ke area parkir 243 04'03"
7
Unloading part yang telah dirobbing (Small Part [PS], dan [HS], Part ukuran lebih besar di titip pada
operator forklift receiving)
27 00'27"
8 Berjalan ke pos unboxing, letakkan part pada trolly supply racik part 73 01'13"
9 Catat part yang telah dirobbing pada buku informasi pos unboxing 82 01'22"
NOTE
1 Ambil trolli 21 00'21"
2 Dorong trolli ke pos Housing Repair 138 02'18"
3 Cek surat keterangan part NG pos Housing Repair 14 00'14"
4 Letakkan part NG pada trolli 152 02'32"
5 Dorong trolli ke pos Axle Shaft A&B 47 00'47"
6 Cek surat keterangan part NG pos Axle Shaft A&B 13 00'13"
7 Letakkan part NG pada trolli 124 02'04"
8 Dorong trolli ke pos Axle Shaft C&D 59 00'59"
9 Cek surat keterangan part NG pos Axle Shaft C&D 14 00'14"
10 Letakkan part NG pada trolli 131 02'11"
11 Dorong trolli ke pos Axle Shaft E 47 00'47"
12 Cek surat keterangan part NG pos Axle Shaft E 13 00'13"
13 Letakkan part NG pada trolli 127 02'07"
14 Dorong trolli ke area pembuangan scrap 401 06'41"
15 Memindahkan part NG dari trolli ke pallet scrap 235 03'55"
16 Dorong trolli ke pos Machining Companion Flange 138 02'18"
17 Cek surat keterangan part NG pos Machining Companion Flange 14 00'14"
18 Letakkan part NG pada trolli 57 00'57"
19 Dorong trolli ke pos Machining Yoke A & Yoke B 46 00'46"
20 Cek surat keterangan part NG pos Machining Yoke A & Yoke B 13 00'13"
21 Letakkan part NG pada trolli 54 00'54"
22 Dorong trolli ke pos Propheller Shaft 2 Joint & 3 Joint 137 02'17"
23 Cek surat keterangan part NG pos Propheller Shaft 2 Joint & 3 Joint 13 00'13"
24 Letakkan part NG pada trolli 22 00'22"
25 Dorong trolli ke pos Rear Axle A 75 01'15"
26 Cek surat keterangan part NG pos Rear Axle A 14 00'14"
27 Letakkan part NG pada trolli 46 00'46"
28 Dorong trolli ke pos DC Assy 79 01'19"
29 Cek surat keterangan part NG pos DC Assy 14 00'14"
30 Letakkan part NG pada trolli 33 00'33"
Model : CJS, QTY/Box CKD : 48 Unit Pcs, Cycle Time Line Rear Axle A : 157", Produksi/Shift : 166 Unit, Supply/Shift : 4X
Dilakukan 1x / shift, Barang yang sering dirobbing:
[PS] Bearing, Spider [HS] Bolt, Bolt Weld, Plate, Seat Plug 486, Seat plug 541 [DC] Pinnion Shaft
Sumber : Data Olahan
58. 43
Tabel 4.3 Gentan-I Man Power Unboxing Assy (Lanjutan)
31 Dorong trolli ke pos Rear Axle B 66 01'06"
32 Cek surat keterangan part NG pos Rear Axle B 14 00'14"
33 Letakkan part NG pada trolli 48 00'48"
34 Dorong trolli ke pos Steel Tube 65 01'05"
35 Cek surat keterangan part NG pos Steel Tube 13 00'13"
36 Letakkan part NG pada trolli 22 00'22"
37 Dorong trolli ke area pembuangan scrap 71 01'11"
38 Memindahkan part NG dari trolli ke pallet scrap 246 04'06"
39 Dorong trolli ke pos Unboxing, letakkan pada tempatnya 118 01'58"
40 Simpan surat keterangan NG pada arsip dokumentasi 18 00'18"
NOTE
12114 201'54"
26100 435'00"AVAILABLE
PERCENTAGE 46.41%
Dilakukan di akhir jam kerja 1x / shift pada shift 1 & shift 3, Asumsi 5 part NG di tiap-tiap pos
∑
DETIK MENIT
UNBOXING PART CKD 6576" 109'36"
ROBBING PART CKD 2566" 42'46"
PENGAMBILANG PART NG 2972" 49'32"
46.41%
PRODUKTIFITAS
RINGKASAN
DESKRIPSI PEKERJAAN
WAKTU
25%
10%
11%
54%
NG PART NG
Sumber : Data Olahan
Tabel 4.4 Gentan-I Man Power Unboxing Machining
NO ELEMEN KERJA
WAKTU /
SHIFT
(DETIK)
WAKTU /
SHIFT
(MENIT)
1 Membuka box CKD, keluarkan plastik pembungkus dan sterofoam pembatas 660 11'00"
2
Setting Axle Shaft kedalam pallet keranjang (QTY/Box CKD=96pcs)(1xSupply=192pcs/2Box),
pasang slot pengunci pada pallet
3840 64'00"
3 Masukan kembali plastik pembungkus dan sterofoam pembatas kedalam box CKD 1048 17'28"
NOTE
GENTAN - I MAN POWER UNBOXING MACHINING
Model : CJS, QTY/Supply : 192 Pcs/2 Pallet, Cycle Time Line Axle Shaft A : 72",
Produksi/Shift : 363 Pcs, Supply/Shift : 2X
ADMIN. AREA
DELIVERY
TANGKI SOLAR
TRAFO
BOC
C OOLIN G TOWER
BOCRECEIVING Adm
OFFICE
RECEIVING Quality
OFFICE
FINISH REPAIR HSG LINE C
PDCPACKING
RECEIVING
UNLOADING PART
PART LOKALPART LOKAL
MODUL
RA EKSPORT
JALANNAIK
STORE DRUM BRAKE
DC AssyDC Assy
DC Assy DC Assy
(Blue) (Pink)
(White)(Green)
UNBOXING AREA
PDC ADM ASSY2
PARKIR
FORKLIFT DELIVERY
PARKIR
FORKLIFT HEIJUNKA
PDCKRMPDCIAMIPDCSIMPDCSIM
PART
OVERFLOW
PDC ADM ASS 1 PDC TMMIN
PDCIMVEXP
DC Part
PANEL LISTRIK
H13 F13
PROPELLER SHAFT ASSY LINEPROP SHAFT ASSY 3 JOINT ( C 100)
DRUM ISI OLI
ASAKAI
T ROLLEY
T ROLLEY
D99 BB
(LH)
D99 BB
( RH)
D99 BC
(LH)
D99 BC
( RH)
IMVCJL 300
TBR 54
D01N
( RH)
D01N
(LH)
D40
(LH)
D40
( RH)
B Y 0W0
10/ 20
B Y 0W0
30
CJCJL 300IMVIMV
D99 BB
( RH)
D99 BB
(LH)
D99 BC
( RH)
D99 BC
(LH)TBR 54
D40
( RH)
D40
( RH)
D40
(LH)
D40
(LH)
D01N
(LH)
D01N
(LH)
D01N
(LH)
D01N
( RH)
D01N
( RH)
D01N
( RH)
D01N
( RH)
D01N
( RH) W/M Axle Shaft
AREA REPAIR HOUSINGLEMARI OPT
BEFORE REPAIR HSG LINE
ASSEMBLY LINE PS 3 JOINT
ASSEMBLY LINE PS 2 JOINT
SUB ASSY
LINE PS 2 JOINT
SUB ASSY
LINE PS 3 JOINT
M/C WASHING
LINE PS
MACHINING CENTER
LINE YOKE IMV
PAINTING LINE
PS 2 & 3 JOINT
STORE F/G
PS 2 & 3 JOINT
MACHINING
LINE YOKE IMV
MACHINING
LINE YOKE MMC
ASSEMBLY REAR AXLE LINE A & B
MACHINING LINE
COMP. FLANGE
LINE DC ASSY
W/M
LINE DC
MACHINING
LINE SBN & PINION
LUBRIZING
LINE PINION
OFFICE AREA IGP PLANT 3
STORE F/G
REAR AXLE LINE B
STORE F/G
REAR AXLE LINE A
STORE F/G REAR AXLE LINE A
LINE PACKING
HOUSING & REAR AXLE
(EXPORT)
LINE PACKING
SPARE PARTAREA RACIK AXLE SHAFT
WAREHOUSE IGP 2,5
AREA RACIK HOUSING ASSY AREA STORE HOUSING ASSY
STORE F/G
LINE YOKE
STORE BLANK MATERIAL
LINE YOKE
MACH.YOKEB
MACH.YOKEA
MACH.COMP.FLANGE
UNBOXING PART
PINNION
SHAFT
PROPHELLER SHAFT3 JOINT
PROPHELLER SHAFT2 JOINT
REAR AXLEA
REAR AXLEBDC ASSY
1
2 3
1
2
3
4
5
6
1
4 5
1
3 7
15
14
17
18
3
2
Sumber : Data Olahan
59. 44
Tabel 4.4 Gentan-I Man Power Unboxing Machining (Lanjutan)
1 Terima dan cek bon permintaan barang 16 00'16"
2 Meletakkan bon permintaan barang pada tempat arsip dokumentasi 11 00'11"
3 Loading Pinnion Shaft dari rak storage, letakkan pada trolly 34 00'34"
4 Supply Pinnion Shaft ke line machining Pinnion Shaft 254 04'14"
5 Unloading Pinnion shaft pada rak blank part line machining Pinnion Shaft 51 00'51"
6 Kembali ke area Unboxing, letakkan trolly pada tempatnya 214 03'34"
NOTE
1 Berjalan ke rak 195 3'15"
2 Siapkan pallet Pokayoke 91 01'31"
3 Membuka kemasan pembungkus bolt 52 00'52"
4 Setting bolt pada pallet Pokayoke 2418 40'18"
5 Susun pallet Pokayoke 130 02'10"
NOTE
1 Cek bon pengambilan barang 53 00'53"
2 Isi kanban dan stample 594 09'54"
3 Bersihkan polybox supply dan ambil kanban yang lama 726 12'06"
4 Susun polybox kosong Absorber menjadi 5 susun polybox 140 02'20"
5 Susun polybox kosong bumper menjadi 10 susun polybox 99 01'39"
6 Dorong polybox supply kosong ke area setting part ADM 170 02'50"
7 Setting part Absorber RH ke dalam polybox supply 364 06'04"
8 Setting part Absorber LH ke dalam polybox supply 360 06'00"
9 Setting part Absorber UPP ke dalam polybox supply 154 02'34"
10 Setting part Bumper RH ke dalam polybox supply 345 05'45"
11 Setting part Bumper LH ke dalam polybox supply 345 05'45"
12 Dorong polybox part yang sudah disetting dan susun pallet supply 710 11'50"
13 Susun polybox GKD ex. Part ADM 220 03'40"
14 Mengambil perekat 18 00'18"
15 Tempel kanban baru 751 12'31"
16 Ambil wrap & kembalikan kanban 21 00'21"
17 Wrap part ADM yang siap supply 226 03'46"
18 Kembalikan wrap pada tempatnya 19 00'19"
NOTE
14329 238'49"
26100 435'00"
PERCENTAGE 54.90%
Model : CJS, QTY/Pallet Pokayoke : 160 Pcs / 20 Unit , 1 Unit Housing : 8 Pcs Bolt,
Cycle Time Line Housing Assy A : 103", Produksi/Shift : 254 Unit, Supply/Shift : 13 Pallet Pokayoke
Model : CJS, QTY/Supply : 1 Lot/6 Bar, Produksi/Shift : 218 Pcs/22 Bar,
Cycle Time Line Mach. Pinnion Shaft : 120", 1 Bar : 8 Pcs, Supply/Shift :1X/5 Lot
Dilakukan 1x pada shift 1 & shift 3
∑
AVAILABLE
DETIK MENIT
5548" 92'28"
580" 09'40"
2886" 48'06"
5315" 88'35"
SUPPLY PINNION SHAFT
SETTING BOLT MACHINING
SETTING PART ADM
54.90%
RINGKASAN
WAKTU
DESKRIPSI PEKERJAAN PRODUKTIFITAS
UNBOXING AXLE SHAFT
21%
2%
11%
21%
45%
Sumber : Data Olahan
4.1.3 Pengumpulan Data Pembuatan SOP Penempatan Part Axle Shaft
Dengan Mekanisme FIFO
Dalam hal ini penulis mengumpulkan data dengan pengamatan secara
langsung pada proses penerimaan part Axle Shaft oleh operator receiving part.
60. 45
Sehingga diketahui tahapan proses penempatan part Axle Shaft adalah sebagai
berikut:
A. Operator receiving part PT. Inti Ganda Perdana.
Berikut ini adalah urutan kerja yang dilakukan operator receiving part PT.
Inti Ganda perdana:
1. Menerima Delivery Note / Delivery Order part Axle Shaft dari driver
forklift PT. Aichi Forging Indonesia
2. Tulis informasi Delivery Note / Delivery Order pada buku registrasi
penerimaan barang. (isi tanggal, jam kedatangan, vendor, nomor Delivery
Note / Delivery Order, nama part, jumlah part yang dikirim, dan
keterangan).
3. Menempel checklist delivery schedule driver forklift pada papan informasi.
4. Ambil bin card kertas, isi keterangan informasi seperti nama part, tanggal
terima part, model part, jumlah part.
5. Cek part Axle Shaft (jumlah part, kualitas part, model part) pastikan part
yang diterima sesuai dengan Delivery Note / Delivery Order.
6. Tempel bin card kertas pada pallet keranjang part Axle Shaft.
7. Paraf checklist delivery schedule part Axle Shaft.
8. Setelah pengiriman telah dilakukan sesuai dengan schedule delivery, tanda
tangani dan beri stampel receiving pada Delivery Note / Delivery Order.
9. Letakkan Delivery Note / Delivery Order pada kotak drop box admin
material planning.
B. Driver forklift PT. Aichi Forging Indonesia.
Berikut ini adalah urutan kerja yang dilakukan driver forklift PT. Aichi
Forging Indonesia:
61. 46
1. Unloading part Axle Shaft pada area storage part IN. (unloading part di
dalam garis marking, maksimal tumpukan 3 pallet).
2. Parkir forklift pada area yang ditentukan.
3. Menyerahkan Delivery Note / Delivery Order kepada operator receiving
part PT. Inti Ganda Perdana.
4. Paraf checklist delivery schedule pada papan informasi pos receiving.
5. Ambil salinan Delivery Note / Delivery Order ketika semua part telah
dikirim sesuai dengan ketentuan dalam Delivery Note / Delivery Order.
4.2 Pengolahan Data
4.2.1 Pengolahan Data Proses Unboxing Part CKD
Data yang telah dikumpulkan diolah menjadi peta aliran sebagai berikut:
62. 47
JML WKT JML WKT JML WKT
X
X
OPERASI 17 1483
NO PETA
PETA ALIRAN PROSES
SEKARANG USULAN BEDA
RINGKASAN PEKERJAAN
KEGIATAN
SEKARANG
3 123
MENUNGGU
TRANSPORTASI
PEMERIKSAAN
38
BAHANORANG
TANGGAL DIPETAKAN
DIPETAKAN OLEH
RIDWAN ARIFIN
USULAN
26 OKTOBER 2015
UNBOXING PART CKD
001
JARAK TOTAL 30m
PENYIMPANAN 1
m dtk
Membuka box CKD 4 245
Memindahkan part Metal Back ker rak 1
(QTY:2X48pcs)
5 4 21
Mengambil polybox kosong 7 4 76
Membuka dus Nut Lock, Bolt, Seat Plug, Shim Diff
Bearing [RR]
4 22
Memisahkan part over selective (Part terlampir) 4 92
Setting part Bolt, Shim Diff. Bearing kedalam 1
polybox (Part terlampir)
4 46
Memisahkan part-part racik small part R/A (Part
terlampir)
4 47
Setting Diff. Side kedalam polybox 4 133
Setting Bearing 460 [Large] & Bearing 472 [small]
menempatkannya ke dalam 2 polybox (Outer
Bearing, dan Bearing)
4 237
Setting Diff. Side Gear kedalam polybox 4 40
Setting Pinnion Differential Gear kedalam polybox 4 21
Setting Spacer kedalam polybox 4 7
Setting Space Diff. 590, Space Diff 591, Washer
Assembled, & Pin Lock kedalam polybox
4 19
Setting Nut Lock & meletakkan Plate Lock 53, Plate
Lock 54 kedalam polybox
4 18
Setting Oil Seal kedalam polybox 4 77
Memasang tali pengait pada Housing Tube 4 97
Setting Diff Case diatas pallet CKD (3x/Unboxing) 4 177
Setting Housing Tube kedalam Trolli Supply
Housing Tube
4 67
Meletakkan Pinnion Shaft pada rak storage Pinnion
Shaft Unboxing
12 4 38
Menata layout standart penempatan part pada
pallet CKD, wrap part yang siap supply
4 138
Membuang sampah sisa kemasan pembungkus
part
6 4 26
LAMBANG
WAKTU
APA
JUMLAH
NOTE
TINDAKAN
RUANG
GABUNG
UBAH
PERBAIKI
ORANG
TEMPAT
URUTAN
JARAK
ANALISA
URAIAN KEGIATAN
DIMANA
KAPAN
SIAPA
BAGAIMANA
Sumber : Data Olahan
Gambar 4.1 Peta Aliran Proses Unboxing Part CKD
4.2.2 Pengolahan Data Standarisasi Kerja Operator Pos Unboxing
Data gentan-i yang telah dikumpulkan kemudian diolah menjadi Yamazumi
Chart untuk membantu dalam mendesain sel-sel produksi dan memonitor
perbaikan terus menerus. Dengan yamazumi ini, akan memungkinkan untuk
memvisualisasikan berbagai elemen pekerjaan yang berlangsung dalam proses
produksi. Kemudian membandingkannya dengan output yang dibutuhkan.
Berikut adalah Yamazumi Chart Current Condition operator pos unboxing :
63. 48
0
3600
7200
10800
14400
18000
21600
25200
28800
UNBOXING ASSY UNBOXING MACHINING
MP 1 MP 2
3
3
a1
a2
a3
a4
B
C
a1
a2
B
c1-c7
D
A
C
238'54"
14334"
201'54"
12114"
ALLOWANCE10% 43'30 / 2610"
AVAILABLE TIME 435'00" / 26100"
IDLETIME
UNBOXING ASSY
MP 1
UNBOXING MACHINING
MP 2
A UNBOXING PART CKD A UNBOXING AXLE SHAFT
B ROBBING PART CKD B SUPPLY PINNION SHAFT
C PENGAMBILAN PART NG C SETTING BOLT MACHINING
D SETTING PART ADM
LEGENDS
60'
120'
180'
240'
300'
360'
420'
480'
Sumber : Data Olahan
Gambar 4.2 Yamazumi Chart Current Condition Line Unboxing
4.3.3 Pengolahan Data Pembuatan SOP Penempatan Part Axle Shaft Dengan
Mekanisme FIFO
Pengolahan data dilakukan dengan berdiskusi dengan pimpinan terkait guna
membuat draft SOP sesuai dengan standar SOP PT. Inti Ganda Perdana. Berikut
ini merupakan SOP usulan yang dibuat sesuai standar PT Inti Ganda Perdana:
64. 49
:
:
:
: 1 Of 2
0
WI / PPC / 04-056
KAMI MEMPERHATIKAN KESELAMATAN
DAN KESEHATAN KERJA
1 Psg
JML KOMPONEN PART JML
1 Pcs 1 PsgAlat Tulis Sarung Tangan Katun Axle Shaft
8
9
PERLENGKAPAN
JIG / FIX JML TOOLS JML CONSUMABLE
7
4
5
OPERATOR RECEIVING PART
3
1
2
Warehouse
NO. URAIAN KERJA ILUSTRASI
DEPT. WAREHOUSE RECEIVING PART AXLE SHAFT AGUSTINUS GINTING MAHARDIKA AMRI RIDWAN ARIFIN
WORK INSTRUCTION
(INSTRUKSI KERJA)
NO DOKUMEN
MODELREVISI
TGL EFEKTIF 01 Januari 2016
ALL LOCALHALAMAN
HAL YANG HARUS DIPERHATIKAN ALASAN
DISETUJUI DIPERIKSA DIBUAT
Process : Receiving Station : Receiving
Referensi : PM / PPC / 04 Line :
Paraf checklist delivery schedule part Axle Shaft.
1
2
Menjaga sistem FIFO
Arm Cover
Setelah pengiriman telah dilakukan sesuai dengan
schedule delivery, tanda tangani dan beri stampel
receiving pada Delivery Note / Delivery Order.
Letakkan Delivery Note / Delivery Order pada kotak
drop box admin material planning.
Perhatikan model & quantity.
Perhatikan posisi unloading driver forklift AFI.
3 Periksa kualitas part dengan teliti.
Menjaga kualitas
Menerima Delivery Note / Delivery Order part Axle
Shaft dari driver forklift PT. Aichi Forging Indonesia.
Tulis informasi Delivery Note / Delivery Order pada
buku registrasi penerimaan barang. (isi tanggal, jam
kedatangan, vendor, nomor Delivery Note / Delivery
Order, nama part, jumlah part yang dikirim, dan
keterangan).
Menempel checklist delivery schedule driver forklift
pada papan informasi.
Ambil bin card kertas, isi keterangan informasi seperti
nama part, tanggal terima part, model part, jumlah part.
Cek part Axle Shaft (jumlah part, kualitas part, model
part) pastikan part yang diterima sesuai dengan
Delivery Note / Delivery Order.
Tempel bin card kertas pada pallet keranjang part Axle
Shaft.
Mencegah kehilangan data
(dokumentasi)
Menjaga sistem traceability
6
SAFETY
SHOES
SARUNG
TANGAN
MASKERHELMET APRONEAR PLUG KACAMATA
Sumber : Data Perusahaan
Gambar 4.3 SOP Receiving Part Axle Shaft Operator Receiving PT. IGP
65. 50
:
:
:
:
Maksimal tumpukan pallet 3 tumpuk.
MODELREVISI 0
TGL EFEKTIF 01 Januari 2016
ALL LOCALHALAMAN 2 Of 2
Referensi : PM / PPC / 04 Line : Warehouse
DISETUJUI DIPERIKSA
WORK INSTRUCTION
(INSTRUKSI KERJA)
NO DOKUMEN WI / PPC / 04-056
ILUSTRASI
DRIVER FORKLIFT PT.AFI
DEPT. WAREHOUSE SUPPLY PART AXLE SHAFT AGUSTINUS GINTING MAHARDIKA AMRI RIDWAN ARIFIN
DIBUAT
Process : Supply Station : Receiving
1 1 Mencegah kehilangan data
(dokumentasi)
NO. URAIAN KERJA HAL YANG HARUS DIPERHATIKAN ALASAN
2
Menjaga sistem traceability
2
Menjaga sistem FIFO
3
4 Paraf checklist delivery schedule pada papan informasi
pos receiving.
5
PERLENGKAPAN
JIG / FIX JML TOOLS JML CONSUMABLE JML KOMPONEN PART JML
Forklift 1 Unit Arm Cover 1 Psg
Alat Tulis 1 Pcs Sarung Tangan Katun 1 Psg Axle Shaft
Menyerahkan Delivery Note / Delivery Order kepada
operator receiving part PT. Inti Ganda Perdana.
Ambil salinan Delivery Note / Delivery Order ketika
semua part telah dikirim sesuai dengan ketentuan
dalam Delivery Note / Delivery Order.
3
Menjaga kualitas
Perhatikan model & quantity.
Unloading pada area marking yang telah
ditentukan.
Unloading part Axle Shaft pada area storage part IN.
(unloading part di dalam garis marking, maksimal
tumpukan 3 pallet).
Parkir forklift pada area yang ditentukan.
KAMI MEMPERHATIKAN KESELAMATAN
DAN KESEHATAN KERJA
SAFETY
SHOES
SARUNG
TANGAN
MASKERHELMET APRONEAR PLUG KACAMATA
Sumber : Data Perusahaan
Gambar 4.4 SOP Supply Part Axle Shaft Driver Forklift PT. AFI
66. 51
BAB V
ANALISA DAN PEMBAHASAN
5.1 Analisa
5.1.1 Analisa Proses Unboxing Part CKD
Proses produksi yang dilakukan merupakan tipe proses produksi terputus-
putus. Produk diproses dalam kumpulan produk bukan atas dasar aliran terus-
menerus dalam proses produk ini. Karena pada tipe ini biasanya terdapat
sekumpulan atau lebih komponen yang akan diproses atau menunggu untuk
diproses, sehingga lebih banyak memerlukan persediaan barang dalam proses.
Berdasarkan pengolahan data yang dilakukan pada peta aliran proses
unboxing parts CKD, diketahui bahwa jenis peta aliran proses tersebut merupakan
peta aliran proses tipe orang. Pada peta tersebut menggambarkan aktivitas
operator unboxing assy ketika melakukan pekerjaan unboxing part CKD.
Kegiatan yang termasuk dalam kategori operasi yang dilakukan pada 1 kali
proses unboxing part CKD adalah sebanyak 17 kegiatan dengan total waktu yang
digunakan 1.483 detik (24 menit 43 detik). Kegiatan yang termasuk dalam
kategori transportasi yang dilakukan pada 1 kali proses unboxing part CKD
adalah sebanyak 3 kegiatan dengan total waktu yang digunakan 123 detik (2 menit
3 detik) dengan jarak total yang ditembuh sebanyak 30 meter. Kegiatan yang
termasuk dalam kategori penyimpanan yang dilakukan pada 1 kali proses
unboxing part CKD adalah sebanyak 1 kegiatan dengan total waktu yang
digunakan 38 detik.
Proses unboxing part CKD yang dilakukan oleh operator unboxing assy.
dapat diuraikan sebagai berikut:
1. Membuka box CKD.
2. Memindahkan part Metal Back ker rak 1 (QTY: 2 x 48pcs).
3. Mengambil polybox kosong.
4. Membuka dus Nut Lock, Bolt, Seat Plug, Shim Diff Bearing [RR].
67. 52
5. Memisahkan part over selective (Part terlampir).
6. Setting part Bolt, Shim Diff. Bearing kedalam 1 polybox (Part terlampir).
7. Memisahkan part-part racik small part R/A (Part terlampir).
8. Setting Diff. Side kedalam polybox.
9. Setting Bearing 460 [Large] & Bearing 472 [small] menempatkannya ke
dalam 2 polybox (Outer Bearing, dan Bearing).
10. Setting Diff. Side Gear kedalam polybox.
11. Setting Pinnion Differential Gear kedalam polybox.
12. Setting Spacer kedalam polybox.
13. Setting Space Diff. 590, Space Diff 591, Washer Assembled, & Pin Lock
kedalam polybox.
14. Setting Nut Lock & meletakkan Plate Lock 53, Plate Lock 54 kedalam
polybox.
15. Setting Oil Seal kedalam polybox.
16. Memasang tali pengait pada Housing Tube.
17. Setting Diff Case diatas pallet CKD (3x / Unboxing).
18. Setting Housing Tube kedalam Trolli Supply Housing Tube.
19. Meletakkan Pinnion Shaft pada rak storage Pinnion Shaft Unboxing.
20. Menata layout standart penempatan part pada pallet CKD, wrap part yang
siap supply.
21. Membuang sampah sisa kemasan pembungkus part.
Proses unboxing part CKD dilakukan sebanyak 4 kali / shift dengan quantity
per-supply 48 unit. Hal ini didasari oleh cycle time pos rear axle A yaitu 157 detik
(2 menit 37 detik). Lama pengerjaan dalam 1 kali proses unboxing part CKD
yaitu, 1.644 detik (27 menit 24 detik) sehingga dalam 1 shift lama pengerjaan
proses unboxing part menjadi 6.576 detik (109 menit 36 detik).
5.1.2 Analisa Standarisasi Kerja Operator Pos Unboxing
Pada hasil pengolahan data gentan-i menjadi bentuk yamazumi chart terlihat
bahwa adanya peluang untuk melakukan optimalisasi jumlah operator. Pada
yamazumi chart tersebut terdapat dua buah tumpukan (bar) loading time dari tiap-
tiap elemen kerja yang dilakukan oleh kedua operator.