SlideShare a Scribd company logo
Tanah & Bangunan: Aset Tetap,
Properti Investasi, atau Aset Tidak
Lancar yang Dimiliki untuk Dijual
Pertemuan 12
• Tanah, bangunan, peralatan, & “aset tetap”
lainnya mungkin seringkali dianggap sebagai
“aset tetap”. Tetapi, dalam akuntansi suatu
aset yang seringkali dianggap “aset
tetap” belum tentu aset tetap. Suatu Wujud
fisik (berbentuk bangunan atau tanah
misalnya) belum tentu secara substansi
merupakan aset tetap (dalam PSAK 16 tentang
Aset Tetap). Bangunan, misalnya, bisa saja
merupakan aset tetap atau properti investasi.
Untuk membedakan aset tetap, properti
investasi, dan inventory,
pemahaman definisi masing-masing jenis aset
tersebut penting.
• Aset tetap adalah aset berwujud yang
(a) dimiliki untuk digunakan dalam produksi atau
penyediaan barang atau jasa, untuk
direntalkan kepada pihak lain, atau untuk
tujuan administratif
(b)diperkirakan untuk digunakan selama lebih
dari satu periode (PSAK 16.06)
• Properti investasi adalah properti (tanah atau
bangunan atau bagian dari suatu bangunan
atau keduanya) yang dikuasai (oleh pemilik
atau lesee melalui sewa pembiayaan) untuk
menghasilkan rental atau untuk kenaikan nilai
atau keduanya, dan tidak untuk
(a) digunakan dalam produksi atau
penyediaan barang atau jasa atau untuk
tujuan administratif; atau
(b) dijual dalam kegiatan usaha sehari-hari
(PSAK 13.05)
• PSAK 58, Aset Tidak Lancar yang Dimiliki
untuk Dijual dan Operasi yang
Dihentikan menyatakan bahwa : “Entitas
mengklasifikasikan suatu aset tidak lancar
(atau kelompok lepasan) sebagai dimiliki
untuk dijual jika jumlah tercatatnya akan
dipulihkan terutama melalui transaksi
penjualan daripada melalui pemakaian
berlanjut.”
Aset Tetap VS Properti Investasi
• Berdasarkan definisi tersebut, jelas bahwa aset tidak
lancar (misalnya tanah dan bangunan) diklasifikasikan
sebagai aset tetap jika digunakan selama lebih dari satu
tahun dan digunakan untuk menghasilkan produk atau
jasa dalam operasi utama perusahaan.
• Sedangkan properti investasi adalah aset tidak lancar
(properti) yang dikuasai perusahaan untuk
menghasilkan rental atau untuk kenaikan nilai atau
keduanya, tetapi tidak untuk digunakan dalam kegiatan
usaha sehari-hari.
• Perhatikan, terdapat kesamaan di dalam definisi aset
tetap dan properti investasi, yaitu kata “rental”.
• Jika perusahaan menyewakan (merentalkan)
suatu aset tidak lancar, kapan aset tersebut
diakui sebagai aset tetap? Kapan diakui
sebagai properti investasi?
• Untuk mengetahui kapan “rental” merupakan
aktivitas operasi utama dan kapan “rental”
bukan merupakan operasi utama, PSAK 13
memberikan panduan untuk
membedakannya.
• PSAK 13 paragraf 6-15 menyediakan panduan
implisit dalam mengklasifikasikan suatu aset tidak
lancar sebagai properti investasi atau aset tetap
yang disajikan secara singkat berikut ini:
• Beberapa hal perlu diperhatikan untuk
mengklasifikasikan suatu aset tidak lancar sebagai
properti investasi atau aset tetap
• Dalam PSAK 13 paragraf 7 (selanjutnya disingkat
menjadi PSAK 13.XX, di mana XX merupakan
paragraf, jadi contohnya PSAK 13.07) disebutkan
bahwa properti investasi menghasilkan arus kas
yang sebagian besar tidak bergantung pada aset
lain yang dikuasai oleh entitas.
• Misalnya, perusahaan multinasional seperti Trans Corp.
(yang beberapa propertinya antara lain Trans Studio
Mall dan Trans Luxury Hotel di Bandung) membeli
sebuah bangunan di Jakarta. Jika Trans menyiapkan
bangunan tersebut secara signifikan dalam rangka agar
dapat dioperasionalkan sebagai pusat perbelanjaan
yang memadai (dijadikan mall), maka bangunan
merupakan aset tetap bukan properti investasi. Tapi
jika Trans hanya menyewakan saja bangunan tersebut
kepada merchant-merchant untuk berdagang, tanpa
menyediakan bangunan tsb dengan fasilitas yang
memadai untuk dijadikan pusat perbelanjaan, maka
properti tersebut adalah properti investasi. Persyaratan
ini disebut dengan Independence of Generation of
cash flow (atau disingkat Generation of cash flow).
• Jadi, secara konseptual, generation of cash flow
merupakan kriteria untuk menentukan apakah
suatu properti digunakan untuk kegiatan
operasional atau bukan. Kalau perusahaan
menyediakan fasilitas yang signifikan agar
bangunan dapat digunakan untuk dioperasikan
sebagai pusat perbelanjaan maka bangunan
tersebut adalah aset tetap karena dengan
fasilitas yang signifikan berarti perusahaan
menjalankan usaha pengelolaan pusat
perbelanjaan.
• Tapi kalau fasilitas untuk melengkapi bangunan
tidak signifikan, berarti bangunan tersebut
diibaratkan “bangunan kosong” yang hanya
disewakan. Sehingga bangunan diklasifikasi
sebagai properti investasi
• Penentuan signifikansi fasilitas atau aset lain yang
terdapat di dalam suatu bangunan atau properti
tergantung dari judgement profesional (penyusun
laporan keuangan).
• Masih dengan contoh bangunan yang digunakan
sebagai pusat perbelanjaan. Di dalam pusat
perbelanjaan biasanya akan terdapat sarana dan
prasarana pendukung, seperti ruangan-ruangan toko,
kios, eskalator, lift, toilet, dan lain-lain. Signifikan atau
tidaknya fasilitas yang diberikan tergantung dari
apakah Trans menyediakan secara signifikan fasilitas
pusat perbelanjaan yang diperlukan, misalnya Trans
dapat membangun eskalator, lift, toilet, dan ruangan-
ruangan untuk toko, tetapi pedagang yang hendak
berdagang dengan kios harus menyediakan sendiri
kiosnya
• Tapi kalau Trans hanya menyewakan
bangunan kepada pengelola pusat
perbelanjaan, dan manajemen pusat
perbelanjaan yang mengadakan dan
mengelola seluruh fasilitas pusat
perbelanjaan, maka bangunan diklasifikasikan
sebagai properti investasi.
• PSAK 13.11 menyatakan bahwa suatu properti
diperlakukan sebagai properti investasi jika
entitas menyediakan jasa tambahan yang
tidak signifikan terhadap penghuni properti
yang dimilikinya. Persyaratan ini adalah terkait
signifikansi jasa tambahan (Significance of
ancillary services). Serupa dengan Generation
of cash flow, hanya saja dalam persyaratan ini,
yang diukur signifikansinya adalah “jasa
tambahan” yang diberikan perusahaan
• Contoh, misalnya masih dalam kasus pusat
perbelanjaan. Jasa yang diberikan perusahaan
pengelola pusat perbelanjaan antara lain
misalnya jasa customer service, tata ruang
bangunan toko, cleaning service, sekuriti, dan
lain-lain. Kalau Trans menyediakan seluruh jasa
tersebut, berarti bangunan diklasifikasikan
sebagai aset tetap karena diasumsikan Trans
menjalankan usaha pengelolaan pusat
perbelanjaan menggunakan bangunan tersebut.
Tetapi kalau Trans, misalnya, hanya menyediakan
jasa customer service dan sekuriti maka
diasumsikan jasa tambahan yang diberikan tidak
signifikan sehingga bangunan diperlakukan
sebagai properti investasi.
• Dalam definisi properti investasi terdapat “…yang
dikuasai (oleh pemilik atau lessee melalui sewa
pembiayaan)” sehingga mensyaratkan properti
investasi dikuasai atau disewa dalam suatu
kontrak finance lease. Jadi, hanya properti yang
dibeli atau disewa dalam sewa pendanaan
(finance lease) yang boleh diklasifikasikan sebagai
properti investasi.
• Ketiga kriteria pengklasifikasian properti investasi
harus terpenuhi (properti dapat menghasilkan
arus kas secara independen dari aset yang lain,
jasa tambahan yang diberikan tidak signifikan,
dan dikuasai atau dilease melalui finance lease)
agar suatu properti dapat diklasifikasikan sebagai
properti investasi.
• Kalau salah satu dari ketiga kriteria tersebut tidak
terpenuhi, maka bisa jadi properti terkait merupakan
aset tetap. Judgement diperlukan untuk menganalisis
properti tersebut apakah aset tetap atau properti
investasi.
• Satu Properti terdiri dari Aset Tetap dan Properti
Investasi
• Entitas bisa saja memiliki satu bangunan yang
digunakan untuk berbagai kegiatan. Jadi, dalam satu
bangunan bisa terdapat aset tetap dan juga properti
investasi. Sebagai contoh, sebuah bangunan dibeli oleh
yayasan untuk dijadikan universitas. Bangunan tersebut
memiliki sepuluh lantai: lantai dasar merupakan
foodcourt dan sisanya digunakan untuk sarana
perkuliahan. Bagaimana mengklasifikasikan bangunan
universitas ini menjadi aset tetap atau properti
investasi?
• Bangunan tersebut dapat diklasfikasi menjadi dua
jenis aset: aset tetap dan properti investasi jika
bagian properti dapat dijual atau dilease (finance
lease) kepada pihak lain maka bagian properti
tersebut merupakan properti investasi. Namun
jika bagian dari properti tidak dapat dijual atau
dilease (finance lease), bagian properti tersebut
diklasifikasikan sebagai properti investasi hanya
jika bagian tersebut jumlahnya signifikan
dibandingkan bagian yang digunakan untuk
operasi utama perusahaan.
• Dalam kasus universitas tersebut, karena
bagian foodcourt tidak signifikan (hanya
sebagian dari lantai dasar) dibandingkan
bagian properti yang digunakan untuk
aktivitas perkuliahan (9 lantai), maka
keseluruhan bangunan diklasifikasikan sebagai
aset tetap.
Aset Tetap vs Aset Tidak Lancar yang
Dimiliki untuk Dijual
• Aset tidak lancar juga dapat diklasifikasikan
sebagai aset tidak lancar yang dimiliki untuk
dijual.
• Misalnya, masih melanjutkan kasus Trans, Trans
memiliki bangunan yang dijadikan pusat
perbelanjaan (diasumsikan bangunan
diklasifikasikan sebagai aset tetap). Namun,
karena rendahnya penghasilan yang diperoleh
dari pengoperasian bangunan tersebut, Trans
berencana untuk menjual bangunan itu. Apakah
bangunan tersebut diklasifikasikan sebagai aset
tetap atau aset tidak lancar yang dimiliki untuk
dijual?
• Untuk menentukan apakah suatu aset
diklasifikasikan sebagai dimiliki untuk dijual, aset
tidak lancar harus merupakan aset tidak lancar
yang jumlah tercatatnya akan dipulihkan
terutama melalui transaksi penjualan daripada
melalui pemakaian berlanjut (PSAK 58.08)
• Aset tidak lancar yang nilai tercatatnya akan
dipulihkan terutama melalui transaksi penjualan
adalah aset yang berada dalam keadaan dapat
dijual dengan syarat-syarat yang biasa dan umum
diperlukan dalam penjualan aset dan
penjualannya harus sangat mungkin terjadi (PSAK
58.09)
Agar penjualan sangat mungkin terjadi, maka:
• manajemen di tingkat yang sesuai harus
berkomitmen terhadap rencana penjualan aset
dan memulai program aktif untuk mencari
pembeli dan menyelesaikan rencana tersebut
• aset harus dipasarkan secara aktif pada harga
yang pantas sesuai dengan nilai wajarnya kini
• penjualan akan dilakukan dalam waktu 1 tahun
setelah tanggal klasifikasi
• tindakan yang diperlukan untuk menyelesaikan
rencana penjualan aset mengindikasikan bahwa
tidak mungkin terjadi perubahan signifikan atau
pembatalan atas rencana tersebut (PSAK 58.10)
Seluruh kriteria tersebut harus terpenuhi agar aset
dapat diklasifikasikan sebagai aset tdk lancar yang
dimiliki untuk dijual.
• Tetapi, mungkin Trans tidak dapat menyelesaikan
penjualan aset dalam 1 tahun (kriteria 3 di atas)
mungkin karena Trans sedang membangun pusat
perbelanjaan baru sehingga bangunan yang akan
dijual masih tetap digunakan atau karena kondisi
pasar yang kurang kondusif sehingga bangunan
memerlukan waktu lebih lama untuk terjual. Lalu,
apakah bangunan tsb tetap dapat diklasifikasikan
sbg dimiliki untuk dijual?
• PSAK 58 memberikan panduan implementasi
untuk membantu kita menerapkan kriteria-
kriteria dalam paragraf 9 dan 10.
• Dalam pedoman ilustrasi, contoh 1 terdapat panduan
bilamana entitas menunda penjualan aset hingga
entitas menyelesaikan konstruksi bangunan baru.
Penundaan waktu pengalihan gedung yang ditentukan
oleh entitas (sebagai penjual) menunjukan bahwa
gedung tidak tersedia untuk segera dijual. Sehingga
bangunan tidak diklasifikasikan sebagai dimiliki untuk
dijual.
• Kemudian, di lain kasus, jika bangunan tidak terjual
dalam jangka waktu satu tahun karena kondisi pasar
yang memburuk, tetapi Trans secara aktif menawarkan
penjualan aset karena tidak menerima penawaran
pembelian yang pantas dan sebagai responnya, Trans
menurunkan harga penjualan aset untuk menyesuaikan
dengan harga pasar, berarti aset dapat diklasifikasikan
sebagai dimiliki untuk dijual karena kriteria-kriteria di
paragraf 9 dan 10 terpenuhi.
• Kriteria-kriteria pengklasifikasian aset tidak lancar
yang dimiliki untuk dijual diterapkan sehingga
aset disajikan sesuai dengan substansi
ekonomiknya. Kalau kriteria tsb tdk terpenuhi,
berarti aset sama saja masih digunakan dalam
operasi perusahaan (diklasifikasikan sebagai aset
tetap) dan tidak dalam keadaan siap untuk dijual.
• Demikian panduan pengklasifikasian aset tidak
lancar ke dalam aset tetap, properti investasi,
atau aset tidak lancar yang dimiliki untuk dijual.
Semoga dapat memberi wawasan yang
bermanfaat dalam mengklasifikasikan aset tidak
lancar sesuai dengan substansi ekonomiknya
Empat aspek terkait standar akuntansi aset
tetap, properti investasi, dan aset tidak lancar
yang dimiliki untuk dijual:
a) pengakuan (recognition),
b) pengukuran (measurement),
c) penyajian (presentation), dan
d) pengungkapan (disclosure).
Pengakuan
Pengakuan adalah masalah kapan aset dicatat
(diakui) dalam laporan keuangan sebagai aset
perusahaan
• Baik aset tetap maupun properti investasi diakui
jika kos perolehan dapat diukur dengan andal.
Kos perolehan adalah jumlah kas atau setara kas
yang dibayarkan atau nilai wajar dari imbalan lain
yang diserahkan untuk memperoleh suatu aset …
(PSAK 16.06). Jadi, hanya bila kos perolehan
dapat diukur dengan andal baru aset tetap dan
properti investasi dapat diakui. Kalau nilai wajar
aset dapat diukur dengan andal tetapi kos
perolehan tidak dapat diukur dengan andal, aset
tetap atau properti investasi tidak dapat diakui
(Picker et al, 2012).
• Aset tidak lancar hanya boleh diklasifikasikan sebagai
aset tidak lancar yang dimiliki untuk dijual jika aset
berada dalam keadaan dapat dijual dengan syarat-
syarat yang biasa dan umum diperlukan dalam
penjualan aset tersebut dan penjualannya harus sangat
mungkin terjadi (PSAK 58.9). Jadi, aset yang diperoleh
untuk kemudian dijual kembali dalam waktu 1 tahun
setelah akhir periode tidak dapat diakui sebagai aset
yang dimiliki untuk dijual kalau PSAK 58.9 tidak
terpenuhi. Misalnya, perusahaan memperoleh
kendaraan yang akan digunakan hanya selama 3 bulan
dan kemudian dijual kembali tidak dapat diakui sebagai
dimiliki untuk dijual kalau kriteria dalam PSAK 58 tdk
terpenuhi. Panduan penerapan kriteria klasfikasi
dimiliki untuk dijual terdapat pada bagian pedoman
implementasi PSAK 58
Pengukuran Aset tetap:
Pengukuran pada saat pengakuan:
• Kos perolehan meliputi:
• harga perolehan, termasuk bea impor dan pajak pembelian
yang tidak dapat dikreditkan setelah dikurangi diskon
pembelian dan potongan lain;
• setiap kos yang dapat diatribusikan secara langsung untuk
membawa aset ke lokasi dan kondisi yang diinginkan
supaya aset tersebut siap digunakan sesuai dengan maksud
manajemen;
• estimasi awal kos pembongkaran dan pemindahan aset
tetap dan restorasi lokasi aset tetap. kewajiban tersebut
timbul ketika aset tetap diperoleh atau sebagai konsekuensi
penggunaan aset tetap selama periode tertentu untuk
tujuan selain untuk menghasilkan persediaan. (PSAK 16.16)
• Contoh kos yang dapat diatribusikan secara langsung
adalah :
• kos imbalan kerja (sebagaimana didefinisikan dalam
PSAK 24: Imbalan Kerja) yang timbul secara langsung
dari konstruksi atau perolehan aset tetap;
• kos penyiapan lahan;
• kos penanganan dan penyerahan awal;
• kos perakitan dan instalasi;
• kos pengujian aset apakah aset berfungsi dengan baik,
setelah dikurangi hasil neto penjualan setiap produk
yang dihasilkan sehubungan dengan pengujian
tersebut; dan
• komisi profesional. (PSAK 16.17)
• Contoh kos yang bukan merupakan kos perolehan aset
tetap adalah:
• kos pembukaan fasilitas baru;
• kos pengenalan produk atau jasa baru;
• kos penyelenggaraan bisnis di lokasi baru atau
kelompok pelanggan baru; dan
• kos administrasi dan overhead umum lain. (PSAK
16.19)
• Bila perusahaan membangun sendiri aset tetapnya dan
menggunakan dana yang diperoleh dari pinjaman yang
menimbulkan biaya bunga, biaya bunga dapat diakui
bila memenuhi kriteria pengakuan dalam PSAK
26: Biaya Pinjaman
Pengukuran setelah pengakuan:
• Entitas memilih model biaya di PSAK 16.30
atau model revaluasi di PSAK 16.31 sebagai
kebijakan akuntansinya dan menerapkan
kebijakan tersebut terhadap seluruh aset
tetap dalam kelompok yang sama. ( PSAK
16.29) Jadi, perusahaan memiliki dua
alternatif pengukuran setelah pengakuan :
model kos historis (biaya) dan model
revaluasi.
• Model biaya: setelah pengakuan sebagai aset, aset
tetap dicatat pada kos perolehan dikurangi akumulasi
penyusutan dan akumulasi rugi penurunan nilai. (PSAK
16.30)
• Model revaluasi: setelah pengakuan sebagai aset, aset
tetap yang nilai wajarnya dapat diukur secara andal
dicatat pada jumlah revaluasian, yaitu nilai wajar pada
tanggal revaluasi dikurangi akumulasi penyusutan dan
akumulasi rugi penurunan nilai setelah tanggal
revaluasi. Revaluasi dilakukan dengan keteraturan yang
cukup reguler untuk memastikan bahwa jumlah
tercatat tidak berbeda secara material dengan jumlah
yang ditentukan dengan menggunakan nilai wajar pada
akhir periode pelaporan. (PSAK 16.31)
Properti investasi:
• Pengukuran saat pengakuan:
• Properti investasi pada awalnya diukur sebesar
kos perolehan. Kos transaksi termasuk dalam
pengukuran awal tersebut. (PSAK 13.20)
• Kos perolehan properti investasi yang dibeli
meliputi harga pembelian dan setiap pengeluaran
yang dapat diatribusikan secara langsung.
Pengeluaran yang dapat diatribusikan secara
langsung termasuk, misalnya, biaya jasa hukum,
pajak penjualan, dan kos transaksi lain. (PSAK
13.21)
• Kos perolehan properti investasi tidak termasuk:
• kos perintisan;
• kerugian operasional yang terjadi sebelum
properti investasi mencapai tingkat hunian yang
direncanakan; atau
• pemborosan bahan baku, tenaga kerja, atau
sumber daya lain yang terjadi selama masa
pembangunan atau pengembangan properti.
(PSAK 13.22)
Pengukuran setelah pengakuan:
• Perusahaan dapat memilih kebijakan pengukuran
properti investasi antara metode nilai wajar atau
metode biaya (kos historis). (PSAK 13.29)
• Pada umumnya, properti investasi diukur pada
nilai wajar kecuali dalam beberapa kasus yang
jarang terjadi, yaitu di mana perusahaan tidak
dapat mengukur nilai wajar properti investasi
dengan andal, maka perusahaan menggunakan
model biaya sama seperti PSAK 16 (Aset tetap).
• Nilai wajar properti investasi merupakan harga
pertukaran properti antar pihak-pihak yang
memiliki pengetahuan memadai dan
berkeinginan dalam suatu transaksi yang
wajar. Nilai wajar tidak mencakup estimasi
kenaikan atau penurunan harga karena kondisi
atau keadaan khusus seperti perjanjian
pembiayaan, jual dan sewa balik tidak umum,
atau konsesi khusus yang diberikan oleh pihak
yang terkait dengan penjualan. (PSAK 13.38)
• Dalam pengukuran kos perolehan, baik aset tetap
maupun properti investasi, terdapat kata “dapat
diatribusikan secara langsung”. Dalam IFRS frase ini
disebut “directly attributable”. Maksudnya, hanya kos
yang benar-benar memiliki keterkaitan langsung
dengan perolehan aset yang dapat diakui sebagai kos
perolehan aset. Kos yang terkait langsung (misalnya,
overhead) tidak dapat diakui sebagai kos perolehan.
Contoh overhead: perusahaan menggunakan jasa
profesional tata ruang kota untuk menentukan lokasi
yang strategis untuk mendirikan 3 lokasi usaha baru.
Fee jasa profesional tersebut terkait dengan 3 tanah
yang akan dibeli perusahaan. Sehingga fee jasa
profesional tersebut merupakan kos overhead yang
tidak dapat diatribusikan langsung pada aset sehingga
tidak diakui sebagai kos perolehan tanah.
Aset tidak lancar yang dimiliki untuk dijual
• Aset tidak lancar yang dimiliki untuk dijual
awalnya dicatat pada kos perolehan lalu pada
saat pelaporan keuangan diukur pada yang
lebih rendah di antara jumlah perolehan dan
nilai wajar setelah dikurangi kos untuk
menjual. (PSAK 58.19)
Penyajian
• Aset tetap : disajikan sebagai aset tidak lancar, karena
akan digunakan lebih dari 1 tahun setelah akhir
periode pelaporan.
• Properti investasi: disajikan sebagai aset tidak
lancar,karena akan digunakan lebih dari 1 tahun setelah
akhir periode pelaporan.
• Aset tidak lancar yang dimiliki untuk dijual: disajikan
sebagai aset lancar, karena akan dijual dalam waktu 1
tahun setelah akhir periode. Pengecualian diterapkan
bila aset akan dijual lebih dari 1 tahun (sehingga tetap
diklasifikasikan sebagai aset lancar) (Lih. PSAK 58.12
dan lampiran B)
Pengungkapan
Aset tetap:
• Laporan keuangan mengungkapkan untuk setiap
kelompok aset tetap:
• dasar pengukuran yang digunakan dalam menentukan
jumlah tercatat bruto;
• metode penyusutan yang digunakan;
• umur manfaat atau tarif penyusutan yang digunakan;
• jumlah tercatat bruto dan akumulasi penyusutan; dan
• rekonsiliasi jumlah tercatat awal dan akhir periode.
(PSAK 16.74)
• Jika aset tetap disajikan pada jumlah revaluasian, hal
berikut diungkapkan:
• tanggal efektif revaluasi;
• apakah melibatkan penilai independen;
• metode dan asumsi signifikan yang digunakan dalam
estimasi nilai wajar;
• penjelasan mengenai nilai wajar aset tetap yang ditentukan
secara langsung dengan mengacu pada harga terobservasi
dalam pasar aktif atau transaksi pasar terkini yang wajar
atau diestimasi menggunakan teknik penilaian lain;
• untuk setiap kelompok aset tetap, jumlah tercatat aset
seandainya aset tersebut dicatat dengan model biaya; dan
• surplus revaluasi, yang menunjukkan perubahan selama
periode dan setiap pembatasan distribusi kepada
pemegang saham
Properti investasi:
• Entitas mengungkapkan:
• menerapkan model nilai wajar atau model biaya;
• jika menerapkan model nilai wajar , apakah, dan dalam
keadaan bagaimana, hak atas properti yang dimiliki dalam
sewa operasi diklasifikasikan dan dicatat sebagai properti
investasi;
• jika pengklasifikasian sulit dilakukan, kriteria yang
digunakan untuk membedakan properti investasi dengan
properti yang digunakan sendiri dan dengan properti yang
dimiliki untuk dijual dalam kegiatan usaha sehari-hari;
• metode dan asumsi signifikan yang diterapkan dalam
menentukan nilai wajar properti investasi, yang mencakup
pernyataan apakah penentuan nilai wajar tersebut
didukung oleh bukti pasar atau lebih banyak berdasarkan
faktor lain karena sifat properti tersebut dan keterbatasan
data pasar yang dapat dibandingkan;
• sejauh mana penentuan nilai wajar properti investasi
didasarkan pada penilaian oleh penilai independen
memiliki kualifikasi profesional yang telah diakui dan
relevan serta memiliki pengalaman mutakhir di lokasi dan
kategori properti investasi yang dinilai.
• jumlah yang diakui dalam laba rugi untuk penghasilan
rental dari properti investasi, biaya operasi langsung,
perubahan kumulatif nilai wajar.
• keberadaan dan jumlah pembatasan atas kemampuan
realisasi dari properti investasi atau atas pengiriman
penghasilan dan hasil pelepasan;
• kewajiban kontraktual untuk membeli, membangun atau
mengembangkan atau untuk memperbaiki, memelihara,
atau meningkatkan properti investasi.
• Untuk masing-masing model pengukuran (biaya dan nilai
wajar) terdapat ketentuan pengungkapan tambahan
masing-masing yang dapat dilihat dalam PSAK 13 paragraf
80-83.
• Aset tidak lancar yang dimiliki untuk dijual
• Untuk periode di mana aset tidak lancar (atau kelompok
lepasan) telah diklasifikasikan sebagai dimiliki untuk dijual
atau telah dijual, entitas mengungkapkan informasi berikut
ini dalam catatan atas laporan keuangan:
• uraian dari aset tidak lancar (atau kelompok lepasan);
• uraian fakta dan keadaan dari penjualan, atau yang
mengarah kepada pelepasan yang diharapkan, dan cara dan
waktu pelepasan;
• keuntungan atau kerugian yang diakui sesuai dengan
paragraf 25-27 dan, jika tidak disajikan secara terpisah
dalam laporan laba rugi komprehensif, dijelaskan judul pos
dalam laporan laba rugi komprehensif yang di dalamnya
terdapat laba atau rugi tersebut;
• jika dapat diterapkan, segmen yang dilaporkan dari aset
tidak lancar (atau kelompok lepasan) disajikan sesuai
dengan PSAK 5: Segmen Operasi
Contoh:
PT Ciliwung Persada membeli mesin yang diakui sebagai
aset tetap pada 1 Januari 2008 pada biaya perolehan Rp
100 juta. Aset ini diestimasi akan mempunyai nilai residu
Rp 10 juta dan masa manfaat 10 tahun. Pada tanggal 1
Januari 2011 aset tersebut di klasifikasikan sebagai
dimiliki untuk dijual. Nilai wajarnya Rp 60 juta dan di
perkirakan akan mengeluarkan biaya ongkos angkut ke
tempat pembeli sebesar Rp 2 juta. Pada tanggal 1 Januari
2011, mesin tersebut diklasifikasikan sebagai aset tidak
lancar yang dimiliki untuk dijual dan diukur pada mana
yang terendah antara nilai tercatat dengan nilai wajar
neto.
Nilai tercatat aset = Rp 100 juta -((Rp 100 juta -Rp
10 juta)x3/10))=Rp 73.000.000
Nilai wajar neto = Rp 60 juta-Rp 2 juta = Rp 58 juta
Nilai yang harus diakui adalah yang lebih rendah,
yaitu Rp 58 juta
Dengan demikian entitas harus mencatat rugi
penurunan nilai untuk menurunkan nilai tercatat ke
nilai wajar netonya, yaitu sebesar Rp 73 juta-Rp 58
juta=Rp 15 juta
Jurnalnya adalah sebagai berikut :
Rugi penurunan nilai Rp 15.000.000
Mesin Rp 15.000.000
Jurnal pengakuan rugi penurunan nilai juga dapat
dikreditkan sebagai cadangan penurunan nilai, tidak
langsung mengurangi nilai aset.
Kemudian entitas juga membuat jurnal reklasifikasi
aset sebagai berikut :
Mesin dimiliki untuk dijual Rp 58.000.000
Mesin Rp58.000.000
Jika diasumsikan nilai wajar neto adalah Rp 75 juta,
maka nilai yang lebih rendah adalah nilai tercatat
aset sebesar Rp 73 juta. artinya, entitas tidak perlu
mengakui rugi penurunan nilai, namun tetap perlu
membuat jurnal reklasifikasi ke aset tersedia untuk
di jual.
Masih melanjutkan ilustrasi sebelumnya pada PT Ciliwung Persada,
misalnya pada tanggal 31 Januari, akhir periode pelaporan bulanan,
nilai wajar neto mesin menjadi Rp 55 juta, maka entitas membuat
jurnal penyesuaian pada 31 Januari 2011 sebagai berikut :
Rugi penurunan nilai Rp 3.000.000
Mesin dimiliki untuk dijual Rp 3.000.000
Selanjutnya jika pada 30 Juni 2011, nilai wajar neto aset tersebut
mengalami kenaikan menjadi sebesar Rp 57 juta, dan diasumsikan
antara 31 Januari 2011 sampai 30 Juni 2011 tidak terdapat perubahan
nilai, maka PT Ciliwung Persada harus membuat jurnal penyesuaian
pada 30 Juni 2011, sebagai berikut :
Mesin dimiliki untuk dijual Rp 2.000.000
Keuntungan dari pemulihan rugi penurunan nilai Rp 2.000.000
Entitas dapat mengakui keuntungan dari pemulihan rugi penurunan
nilai karena pemulihan tersebut masih belum melampaui akumulasi
rugi penurunan nilai yang telah diakui sebelumnya atas nilai aset pada
awal klasifikasi sebesar Rp 58 juta
Aset Tidak Lancar yang Diukur
Menggunakan Model Revaluasi
Ketika Perusahaan menggunakan model
revaluasi dalam mengukur aset tidak lancar yang
kemudian diklasifikasi sebagai aset dimiliki
untuk dijual, maka aset tersebut harus
direvaluasi ke nilai wajarnya sesaat sebelum di
reklasifikasi. Setelah reklasifikasi, biaya menjual
dikurangkan dan diakui sebagai rugi penurunan
nilai sebagai bagian laba rugi periode berjalan.
PT ABC mempunyai aset tetap berupa tanah dan mengukur tanahnya
menggunakan model ravaluasi. Tanah mempunyai nilai tercatat
sebesar Rp 120 juta. Tanah pada 1 Januari 2010 diklasifikasikan sebagai
aset tidak lancar dimiliki untuk dijual, dan diketahui nilai wajarnya
sebesar Rp 140 juta dan estimasi biaya menjual sebesar Rp 4 juta. Aset
tersebut terjual pada 30 Juni 2010 pada harga Rp 134 juta.
Pada tanggal 1 Januari 2010, tanah tersebuut harus direvaluasi ke nilai
wajarnya sebesar Rp 140 juta. Keuntungan Rp 20 juta diakui sebagai
surplus revaluasi pada pendapatan komprehensif lain. Selanjutnya
tanah tersebut diklasifikasikan sebagai aset tidak lancar dimiliki untuk
dijual. Kemudian,biaya menjual sebesar Rp 4 juta akan diakui di laba
rugi periode berjalan sebagai rugi penurunan nilai sehingga nilai
tercatatnya menjadi Rp 136 juta.
Pada saat penjualan tanggal 30 Juni 2010 terdapa rugi sebesar Rp 2
juta yang diakui sebagai rugi pelepasan aset karena harga jual lebih
rendah dari pada nilai tercatat ( Rp 136 juta – Rp 134 juta). Pada saat
ini surplus revaluasi telah terealisasi dan ditransfer seluruhnya ke saldo
laba.
PENGHENTIAN PENGAKUAN DAN
PERUBAHAN RENCANA
Aset tidak lancar yang dihentikan pengklasifikasiannya
sebagai dimiliki untuk dijual, maka selanjutnya harus
diukur pada nilai yang lebih rendah antara :
• Nilai tercatat aset tersebut sebelum aset diklasifikasi
sebagai dimiliki untuk dijual, disesuaikan dengan
penyusutan , amortisasi atau penilaian kembali yang
telah diakui jika tersebut tidak diklasifikasikan sebagai
dimiliki untuk dijual,atau
• Nilai terpulihkan pada saat tangga keputusan untuk
tidak dijual
Misalnya diketahui bahwa nilai terpulihkan aset Rp 57 juta,
sama dengan nilai tercatat aset saat ini pada 31 Desember
2011 sebelum penyesuaian adalah Rp 57 juta. Nilai tercatat
aset jika tidak diklasifikasikan sebagai aset tersedia dijual
dapat dihitung = Rp 100 juta – (Rp 100 juta – Rp 10 juta) x
4/10))= Rp 64 juta. Nilai yang lebih rendah adalah nilai
terpulihkan sebesar Rp 57 juta akan digunakan sebagai nilai
aset pada 31 Desember 2011.
Dengan demikian , tidak ada jurnal penyesuaian atas nilai
tercatat yang perlu dibuat pada 31 Desember 2011, kecuali
jurnal reklasifikasi sebagai berikut.
Mesin Rp 57.000.0000
Mesin dimiliki untuk dijual Rp 57.000.000
Penghentian pengakuan juga dapat terjadi ketika
aset tersebut dijual. Pengakuan penjualan aset
tidak lancar yang dimiliki untuk dijual, pada
prinsipnya sama seperti penjualan aset biasa.
Keuntungan/kerugian muncul dari selisih antara
nilai tercatat akhir aset tersebut dengan haarga
penjualan. Keuntungan/kerugian tersebut diakui
di Laba Rugi
Contoh, PT XYZ telah mereklasifikasikan aset
tetapnya sebagai aset tidak lancar dimiliki untuk
dijual pada 2 Januari 2011. Penjualan terjadi pada
tanggal 2 Juli 2011 dengan harga jual Rp 70 juta,
nilai tercatat aset tidak lancar dimiliki untuk dijual
pada 2 Juli 2011 adalah sebesar Rp 70juta. PT XYZ
harus mencatat penjualan tersebut sebagai
berikut.
Kas Rp 70.000.000
Aset tidak lancar dimiliki untuk dijual Rp 57.000.000
Laba penjualan aset Rp.13.000.000
PENYAJIAN
Ilustrasi penyajian aset tidak lancar yang dimiliki untuk dijual pada laporan
posisi keunguan adalalah sebagai berikut.
(ribuan rupiah)
2011 2012
Aset lancar :
Kas dan setara kas 20.000 24.000
Piutang usaha 150.000 135.000
Persediaan 365.000 402.000
Aset tidak lancar dimiliki untuk
dijual 56.500 -
Aset tidak lancar :
Aset
tetap 670.000 740.000
Aset tak
berwujud 159.000 165.000

More Related Content

Similar to Konsep_Aset_tidak_lancar_yang_dimiliki_untuk_dijual.pptx

7, Materi CC Klinik Standar Akt Pemerintahan - PSAP 17 Properti Investasi Pro...
7, Materi CC Klinik Standar Akt Pemerintahan - PSAP 17 Properti Investasi Pro...7, Materi CC Klinik Standar Akt Pemerintahan - PSAP 17 Properti Investasi Pro...
7, Materi CC Klinik Standar Akt Pemerintahan - PSAP 17 Properti Investasi Pro...BKADSumbaTimur
 
AKT_PAJAK_CHRISTINEAPRILYATOBING_SURYANIH_STIAMITANGERANG
AKT_PAJAK_CHRISTINEAPRILYATOBING_SURYANIH_STIAMITANGERANGAKT_PAJAK_CHRISTINEAPRILYATOBING_SURYANIH_STIAMITANGERANG
AKT_PAJAK_CHRISTINEAPRILYATOBING_SURYANIH_STIAMITANGERANGChristine Aprilya
 
Perolehan aset tetap berdasar psak
Perolehan aset tetap berdasar psakPerolehan aset tetap berdasar psak
Perolehan aset tetap berdasar psakrantong
 
Teori Akuntansi - Aset Tak Berwujud dan Investasi Jangka Panjang
Teori Akuntansi - Aset Tak Berwujud dan Investasi Jangka PanjangTeori Akuntansi - Aset Tak Berwujud dan Investasi Jangka Panjang
Teori Akuntansi - Aset Tak Berwujud dan Investasi Jangka PanjangAnnisa V
 
AKT_PAJAK_MEYSI RESYANTI_SURYANIH_STIAMITANGERANG
AKT_PAJAK_MEYSI RESYANTI_SURYANIH_STIAMITANGERANGAKT_PAJAK_MEYSI RESYANTI_SURYANIH_STIAMITANGERANG
AKT_PAJAK_MEYSI RESYANTI_SURYANIH_STIAMITANGERANGMeysi Resyanti
 
AKT_PAJAK_NOVALDWIR_SURYANIH_STIAMITANGERANG
AKT_PAJAK_NOVALDWIR_SURYANIH_STIAMITANGERANGAKT_PAJAK_NOVALDWIR_SURYANIH_STIAMITANGERANG
AKT_PAJAK_NOVALDWIR_SURYANIH_STIAMITANGERANGnoval dwi ridzkiana
 
Akuntansi, Aktiva Tetap, Roma Siregar, Suryanih
Akuntansi, Aktiva Tetap, Roma Siregar, SuryanihAkuntansi, Aktiva Tetap, Roma Siregar, Suryanih
Akuntansi, Aktiva Tetap, Roma Siregar, Suryanihroma rizki wanda siregar
 
Akuntasi, Aktiva tetap, Roma R.W.S , Suryanih
Akuntasi, Aktiva tetap, Roma R.W.S , SuryanihAkuntasi, Aktiva tetap, Roma R.W.S , Suryanih
Akuntasi, Aktiva tetap, Roma R.W.S , Suryanihroma rizki wanda siregar
 
Akuntansi Penjualan Aset Tetap - By Riki Ardoni
Akuntansi Penjualan Aset Tetap - By Riki ArdoniAkuntansi Penjualan Aset Tetap - By Riki Ardoni
Akuntansi Penjualan Aset Tetap - By Riki ArdoniRiki Ardoni
 
Indri,yanti_Akuntansi Pajak,Suryani,STIAMI
Indri,yanti_Akuntansi Pajak,Suryani,STIAMIIndri,yanti_Akuntansi Pajak,Suryani,STIAMI
Indri,yanti_Akuntansi Pajak,Suryani,STIAMIIndri Yanti
 
indri,Akuntansi Pajak,suryanih,STIAMI 2017
indri,Akuntansi Pajak,suryanih,STIAMI 2017indri,Akuntansi Pajak,suryanih,STIAMI 2017
indri,Akuntansi Pajak,suryanih,STIAMI 2017Indri Yanti
 
NERACA_DAN_LAPORAN_LABA_RUGI.pptx
NERACA_DAN_LAPORAN_LABA_RUGI.pptxNERACA_DAN_LAPORAN_LABA_RUGI.pptx
NERACA_DAN_LAPORAN_LABA_RUGI.pptxPujiAstutik47
 
Alk bab 3 analisis aktivitas investasi
Alk bab 3   analisis aktivitas investasiAlk bab 3   analisis aktivitas investasi
Alk bab 3 analisis aktivitas investasiilhamka4
 
Pengukuran dan Evaluasi Aset_Materi Pelatihan "ASSET MANAGEMENT"
Pengukuran dan Evaluasi Aset_Materi Pelatihan "ASSET MANAGEMENT"Pengukuran dan Evaluasi Aset_Materi Pelatihan "ASSET MANAGEMENT"
Pengukuran dan Evaluasi Aset_Materi Pelatihan "ASSET MANAGEMENT"Kanaidi ken
 
PPT_Tactical Financing Decisions.pptx
PPT_Tactical Financing Decisions.pptxPPT_Tactical Financing Decisions.pptx
PPT_Tactical Financing Decisions.pptxSagitaCharolinaSihom
 
Pertemuan-8-Laporan-Arus-Kas-PA-2.pptx
Pertemuan-8-Laporan-Arus-Kas-PA-2.pptxPertemuan-8-Laporan-Arus-Kas-PA-2.pptx
Pertemuan-8-Laporan-Arus-Kas-PA-2.pptxArnoldBell2
 
Pengukuran dan Evaluasi Aset_Materi Training "ASSET MANAGEMENT"
Pengukuran dan Evaluasi Aset_Materi Training "ASSET MANAGEMENT"Pengukuran dan Evaluasi Aset_Materi Training "ASSET MANAGEMENT"
Pengukuran dan Evaluasi Aset_Materi Training "ASSET MANAGEMENT"Kanaidi ken
 
Pertemuan-8-Laporan-Arus-Kas-PA-2.pptx
Pertemuan-8-Laporan-Arus-Kas-PA-2.pptxPertemuan-8-Laporan-Arus-Kas-PA-2.pptx
Pertemuan-8-Laporan-Arus-Kas-PA-2.pptxJuniartyTefa
 

Similar to Konsep_Aset_tidak_lancar_yang_dimiliki_untuk_dijual.pptx (20)

7, Materi CC Klinik Standar Akt Pemerintahan - PSAP 17 Properti Investasi Pro...
7, Materi CC Klinik Standar Akt Pemerintahan - PSAP 17 Properti Investasi Pro...7, Materi CC Klinik Standar Akt Pemerintahan - PSAP 17 Properti Investasi Pro...
7, Materi CC Klinik Standar Akt Pemerintahan - PSAP 17 Properti Investasi Pro...
 
Psak 13 - Properti Investasi
Psak 13 - Properti InvestasiPsak 13 - Properti Investasi
Psak 13 - Properti Investasi
 
AKT_PAJAK_CHRISTINEAPRILYATOBING_SURYANIH_STIAMITANGERANG
AKT_PAJAK_CHRISTINEAPRILYATOBING_SURYANIH_STIAMITANGERANGAKT_PAJAK_CHRISTINEAPRILYATOBING_SURYANIH_STIAMITANGERANG
AKT_PAJAK_CHRISTINEAPRILYATOBING_SURYANIH_STIAMITANGERANG
 
Perolehan aset tetap berdasar psak
Perolehan aset tetap berdasar psakPerolehan aset tetap berdasar psak
Perolehan aset tetap berdasar psak
 
Teori Akuntansi - Aset Tak Berwujud dan Investasi Jangka Panjang
Teori Akuntansi - Aset Tak Berwujud dan Investasi Jangka PanjangTeori Akuntansi - Aset Tak Berwujud dan Investasi Jangka Panjang
Teori Akuntansi - Aset Tak Berwujud dan Investasi Jangka Panjang
 
AKT_PAJAK_MEYSI RESYANTI_SURYANIH_STIAMITANGERANG
AKT_PAJAK_MEYSI RESYANTI_SURYANIH_STIAMITANGERANGAKT_PAJAK_MEYSI RESYANTI_SURYANIH_STIAMITANGERANG
AKT_PAJAK_MEYSI RESYANTI_SURYANIH_STIAMITANGERANG
 
AKT_PAJAK_NOVALDWIR_SURYANIH_STIAMITANGERANG
AKT_PAJAK_NOVALDWIR_SURYANIH_STIAMITANGERANGAKT_PAJAK_NOVALDWIR_SURYANIH_STIAMITANGERANG
AKT_PAJAK_NOVALDWIR_SURYANIH_STIAMITANGERANG
 
Akuntansi, Aktiva Tetap, Roma Siregar, Suryanih
Akuntansi, Aktiva Tetap, Roma Siregar, SuryanihAkuntansi, Aktiva Tetap, Roma Siregar, Suryanih
Akuntansi, Aktiva Tetap, Roma Siregar, Suryanih
 
Akuntasi, Aktiva tetap, Roma R.W.S , Suryanih
Akuntasi, Aktiva tetap, Roma R.W.S , SuryanihAkuntasi, Aktiva tetap, Roma R.W.S , Suryanih
Akuntasi, Aktiva tetap, Roma R.W.S , Suryanih
 
Akuntansi Penjualan Aset Tetap - By Riki Ardoni
Akuntansi Penjualan Aset Tetap - By Riki ArdoniAkuntansi Penjualan Aset Tetap - By Riki Ardoni
Akuntansi Penjualan Aset Tetap - By Riki Ardoni
 
ASET_TETAP.ppt
ASET_TETAP.pptASET_TETAP.ppt
ASET_TETAP.ppt
 
Indri,yanti_Akuntansi Pajak,Suryani,STIAMI
Indri,yanti_Akuntansi Pajak,Suryani,STIAMIIndri,yanti_Akuntansi Pajak,Suryani,STIAMI
Indri,yanti_Akuntansi Pajak,Suryani,STIAMI
 
indri,Akuntansi Pajak,suryanih,STIAMI 2017
indri,Akuntansi Pajak,suryanih,STIAMI 2017indri,Akuntansi Pajak,suryanih,STIAMI 2017
indri,Akuntansi Pajak,suryanih,STIAMI 2017
 
NERACA_DAN_LAPORAN_LABA_RUGI.pptx
NERACA_DAN_LAPORAN_LABA_RUGI.pptxNERACA_DAN_LAPORAN_LABA_RUGI.pptx
NERACA_DAN_LAPORAN_LABA_RUGI.pptx
 
Alk bab 3 analisis aktivitas investasi
Alk bab 3   analisis aktivitas investasiAlk bab 3   analisis aktivitas investasi
Alk bab 3 analisis aktivitas investasi
 
Pengukuran dan Evaluasi Aset_Materi Pelatihan "ASSET MANAGEMENT"
Pengukuran dan Evaluasi Aset_Materi Pelatihan "ASSET MANAGEMENT"Pengukuran dan Evaluasi Aset_Materi Pelatihan "ASSET MANAGEMENT"
Pengukuran dan Evaluasi Aset_Materi Pelatihan "ASSET MANAGEMENT"
 
PPT_Tactical Financing Decisions.pptx
PPT_Tactical Financing Decisions.pptxPPT_Tactical Financing Decisions.pptx
PPT_Tactical Financing Decisions.pptx
 
Pertemuan-8-Laporan-Arus-Kas-PA-2.pptx
Pertemuan-8-Laporan-Arus-Kas-PA-2.pptxPertemuan-8-Laporan-Arus-Kas-PA-2.pptx
Pertemuan-8-Laporan-Arus-Kas-PA-2.pptx
 
Pengukuran dan Evaluasi Aset_Materi Training "ASSET MANAGEMENT"
Pengukuran dan Evaluasi Aset_Materi Training "ASSET MANAGEMENT"Pengukuran dan Evaluasi Aset_Materi Training "ASSET MANAGEMENT"
Pengukuran dan Evaluasi Aset_Materi Training "ASSET MANAGEMENT"
 
Pertemuan-8-Laporan-Arus-Kas-PA-2.pptx
Pertemuan-8-Laporan-Arus-Kas-PA-2.pptxPertemuan-8-Laporan-Arus-Kas-PA-2.pptx
Pertemuan-8-Laporan-Arus-Kas-PA-2.pptx
 

Recently uploaded

MANAJEMEN KEUANGAN MATERI MENGENAI BIAYA MODAL
MANAJEMEN KEUANGAN MATERI MENGENAI BIAYA MODALMANAJEMEN KEUANGAN MATERI MENGENAI BIAYA MODAL
MANAJEMEN KEUANGAN MATERI MENGENAI BIAYA MODALDwiAyuSitiHartinah
 
PPT METODE PENELITIAN YEFTIKA MUTIARA SIANTURI .pptx
PPT METODE PENELITIAN YEFTIKA MUTIARA SIANTURI .pptxPPT METODE PENELITIAN YEFTIKA MUTIARA SIANTURI .pptx
PPT METODE PENELITIAN YEFTIKA MUTIARA SIANTURI .pptxtikasianturi1410
 
460012937-Rpp-kelas-rangkap-model-221-docx.docx
460012937-Rpp-kelas-rangkap-model-221-docx.docx460012937-Rpp-kelas-rangkap-model-221-docx.docx
460012937-Rpp-kelas-rangkap-model-221-docx.docxJefryColter
 
Estimasi Perhitungan Return dan Risiko Portofolio PPT.pptx
Estimasi Perhitungan Return dan Risiko Portofolio PPT.pptxEstimasi Perhitungan Return dan Risiko Portofolio PPT.pptx
Estimasi Perhitungan Return dan Risiko Portofolio PPT.pptxsalmanhizbullah531
 
Klinik Jual Obat Aborsi Jakarta Barat Wa.082220463965 Apotik Obat Aborsi Cyto...
Klinik Jual Obat Aborsi Jakarta Barat Wa.082220463965 Apotik Obat Aborsi Cyto...Klinik Jual Obat Aborsi Jakarta Barat Wa.082220463965 Apotik Obat Aborsi Cyto...
Klinik Jual Obat Aborsi Jakarta Barat Wa.082220463965 Apotik Obat Aborsi Cyto...Klinik Aborsi
 
Ppt_perdagangan_luar_negeri_proteksi_dan.ppt
Ppt_perdagangan_luar_negeri_proteksi_dan.pptPpt_perdagangan_luar_negeri_proteksi_dan.ppt
Ppt_perdagangan_luar_negeri_proteksi_dan.pptmariapasaribu13
 
Anggaran Bahan Mentah materi penganggaran bisnis .ppt
Anggaran Bahan Mentah materi penganggaran bisnis .pptAnggaran Bahan Mentah materi penganggaran bisnis .ppt
Anggaran Bahan Mentah materi penganggaran bisnis .pptFRISTINREVAPRATAMA
 

Recently uploaded (7)

MANAJEMEN KEUANGAN MATERI MENGENAI BIAYA MODAL
MANAJEMEN KEUANGAN MATERI MENGENAI BIAYA MODALMANAJEMEN KEUANGAN MATERI MENGENAI BIAYA MODAL
MANAJEMEN KEUANGAN MATERI MENGENAI BIAYA MODAL
 
PPT METODE PENELITIAN YEFTIKA MUTIARA SIANTURI .pptx
PPT METODE PENELITIAN YEFTIKA MUTIARA SIANTURI .pptxPPT METODE PENELITIAN YEFTIKA MUTIARA SIANTURI .pptx
PPT METODE PENELITIAN YEFTIKA MUTIARA SIANTURI .pptx
 
460012937-Rpp-kelas-rangkap-model-221-docx.docx
460012937-Rpp-kelas-rangkap-model-221-docx.docx460012937-Rpp-kelas-rangkap-model-221-docx.docx
460012937-Rpp-kelas-rangkap-model-221-docx.docx
 
Estimasi Perhitungan Return dan Risiko Portofolio PPT.pptx
Estimasi Perhitungan Return dan Risiko Portofolio PPT.pptxEstimasi Perhitungan Return dan Risiko Portofolio PPT.pptx
Estimasi Perhitungan Return dan Risiko Portofolio PPT.pptx
 
Klinik Jual Obat Aborsi Jakarta Barat Wa.082220463965 Apotik Obat Aborsi Cyto...
Klinik Jual Obat Aborsi Jakarta Barat Wa.082220463965 Apotik Obat Aborsi Cyto...Klinik Jual Obat Aborsi Jakarta Barat Wa.082220463965 Apotik Obat Aborsi Cyto...
Klinik Jual Obat Aborsi Jakarta Barat Wa.082220463965 Apotik Obat Aborsi Cyto...
 
Ppt_perdagangan_luar_negeri_proteksi_dan.ppt
Ppt_perdagangan_luar_negeri_proteksi_dan.pptPpt_perdagangan_luar_negeri_proteksi_dan.ppt
Ppt_perdagangan_luar_negeri_proteksi_dan.ppt
 
Anggaran Bahan Mentah materi penganggaran bisnis .ppt
Anggaran Bahan Mentah materi penganggaran bisnis .pptAnggaran Bahan Mentah materi penganggaran bisnis .ppt
Anggaran Bahan Mentah materi penganggaran bisnis .ppt
 

Konsep_Aset_tidak_lancar_yang_dimiliki_untuk_dijual.pptx

  • 1. Tanah & Bangunan: Aset Tetap, Properti Investasi, atau Aset Tidak Lancar yang Dimiliki untuk Dijual Pertemuan 12
  • 2. • Tanah, bangunan, peralatan, & “aset tetap” lainnya mungkin seringkali dianggap sebagai “aset tetap”. Tetapi, dalam akuntansi suatu aset yang seringkali dianggap “aset tetap” belum tentu aset tetap. Suatu Wujud fisik (berbentuk bangunan atau tanah misalnya) belum tentu secara substansi merupakan aset tetap (dalam PSAK 16 tentang Aset Tetap). Bangunan, misalnya, bisa saja merupakan aset tetap atau properti investasi.
  • 3. Untuk membedakan aset tetap, properti investasi, dan inventory, pemahaman definisi masing-masing jenis aset tersebut penting. • Aset tetap adalah aset berwujud yang (a) dimiliki untuk digunakan dalam produksi atau penyediaan barang atau jasa, untuk direntalkan kepada pihak lain, atau untuk tujuan administratif (b)diperkirakan untuk digunakan selama lebih dari satu periode (PSAK 16.06)
  • 4. • Properti investasi adalah properti (tanah atau bangunan atau bagian dari suatu bangunan atau keduanya) yang dikuasai (oleh pemilik atau lesee melalui sewa pembiayaan) untuk menghasilkan rental atau untuk kenaikan nilai atau keduanya, dan tidak untuk (a) digunakan dalam produksi atau penyediaan barang atau jasa atau untuk tujuan administratif; atau (b) dijual dalam kegiatan usaha sehari-hari (PSAK 13.05)
  • 5. • PSAK 58, Aset Tidak Lancar yang Dimiliki untuk Dijual dan Operasi yang Dihentikan menyatakan bahwa : “Entitas mengklasifikasikan suatu aset tidak lancar (atau kelompok lepasan) sebagai dimiliki untuk dijual jika jumlah tercatatnya akan dipulihkan terutama melalui transaksi penjualan daripada melalui pemakaian berlanjut.”
  • 6. Aset Tetap VS Properti Investasi • Berdasarkan definisi tersebut, jelas bahwa aset tidak lancar (misalnya tanah dan bangunan) diklasifikasikan sebagai aset tetap jika digunakan selama lebih dari satu tahun dan digunakan untuk menghasilkan produk atau jasa dalam operasi utama perusahaan. • Sedangkan properti investasi adalah aset tidak lancar (properti) yang dikuasai perusahaan untuk menghasilkan rental atau untuk kenaikan nilai atau keduanya, tetapi tidak untuk digunakan dalam kegiatan usaha sehari-hari. • Perhatikan, terdapat kesamaan di dalam definisi aset tetap dan properti investasi, yaitu kata “rental”.
  • 7. • Jika perusahaan menyewakan (merentalkan) suatu aset tidak lancar, kapan aset tersebut diakui sebagai aset tetap? Kapan diakui sebagai properti investasi? • Untuk mengetahui kapan “rental” merupakan aktivitas operasi utama dan kapan “rental” bukan merupakan operasi utama, PSAK 13 memberikan panduan untuk membedakannya.
  • 8. • PSAK 13 paragraf 6-15 menyediakan panduan implisit dalam mengklasifikasikan suatu aset tidak lancar sebagai properti investasi atau aset tetap yang disajikan secara singkat berikut ini: • Beberapa hal perlu diperhatikan untuk mengklasifikasikan suatu aset tidak lancar sebagai properti investasi atau aset tetap • Dalam PSAK 13 paragraf 7 (selanjutnya disingkat menjadi PSAK 13.XX, di mana XX merupakan paragraf, jadi contohnya PSAK 13.07) disebutkan bahwa properti investasi menghasilkan arus kas yang sebagian besar tidak bergantung pada aset lain yang dikuasai oleh entitas.
  • 9. • Misalnya, perusahaan multinasional seperti Trans Corp. (yang beberapa propertinya antara lain Trans Studio Mall dan Trans Luxury Hotel di Bandung) membeli sebuah bangunan di Jakarta. Jika Trans menyiapkan bangunan tersebut secara signifikan dalam rangka agar dapat dioperasionalkan sebagai pusat perbelanjaan yang memadai (dijadikan mall), maka bangunan merupakan aset tetap bukan properti investasi. Tapi jika Trans hanya menyewakan saja bangunan tersebut kepada merchant-merchant untuk berdagang, tanpa menyediakan bangunan tsb dengan fasilitas yang memadai untuk dijadikan pusat perbelanjaan, maka properti tersebut adalah properti investasi. Persyaratan ini disebut dengan Independence of Generation of cash flow (atau disingkat Generation of cash flow).
  • 10. • Jadi, secara konseptual, generation of cash flow merupakan kriteria untuk menentukan apakah suatu properti digunakan untuk kegiatan operasional atau bukan. Kalau perusahaan menyediakan fasilitas yang signifikan agar bangunan dapat digunakan untuk dioperasikan sebagai pusat perbelanjaan maka bangunan tersebut adalah aset tetap karena dengan fasilitas yang signifikan berarti perusahaan menjalankan usaha pengelolaan pusat perbelanjaan. • Tapi kalau fasilitas untuk melengkapi bangunan tidak signifikan, berarti bangunan tersebut diibaratkan “bangunan kosong” yang hanya disewakan. Sehingga bangunan diklasifikasi sebagai properti investasi
  • 11. • Penentuan signifikansi fasilitas atau aset lain yang terdapat di dalam suatu bangunan atau properti tergantung dari judgement profesional (penyusun laporan keuangan). • Masih dengan contoh bangunan yang digunakan sebagai pusat perbelanjaan. Di dalam pusat perbelanjaan biasanya akan terdapat sarana dan prasarana pendukung, seperti ruangan-ruangan toko, kios, eskalator, lift, toilet, dan lain-lain. Signifikan atau tidaknya fasilitas yang diberikan tergantung dari apakah Trans menyediakan secara signifikan fasilitas pusat perbelanjaan yang diperlukan, misalnya Trans dapat membangun eskalator, lift, toilet, dan ruangan- ruangan untuk toko, tetapi pedagang yang hendak berdagang dengan kios harus menyediakan sendiri kiosnya
  • 12. • Tapi kalau Trans hanya menyewakan bangunan kepada pengelola pusat perbelanjaan, dan manajemen pusat perbelanjaan yang mengadakan dan mengelola seluruh fasilitas pusat perbelanjaan, maka bangunan diklasifikasikan sebagai properti investasi.
  • 13. • PSAK 13.11 menyatakan bahwa suatu properti diperlakukan sebagai properti investasi jika entitas menyediakan jasa tambahan yang tidak signifikan terhadap penghuni properti yang dimilikinya. Persyaratan ini adalah terkait signifikansi jasa tambahan (Significance of ancillary services). Serupa dengan Generation of cash flow, hanya saja dalam persyaratan ini, yang diukur signifikansinya adalah “jasa tambahan” yang diberikan perusahaan
  • 14. • Contoh, misalnya masih dalam kasus pusat perbelanjaan. Jasa yang diberikan perusahaan pengelola pusat perbelanjaan antara lain misalnya jasa customer service, tata ruang bangunan toko, cleaning service, sekuriti, dan lain-lain. Kalau Trans menyediakan seluruh jasa tersebut, berarti bangunan diklasifikasikan sebagai aset tetap karena diasumsikan Trans menjalankan usaha pengelolaan pusat perbelanjaan menggunakan bangunan tersebut. Tetapi kalau Trans, misalnya, hanya menyediakan jasa customer service dan sekuriti maka diasumsikan jasa tambahan yang diberikan tidak signifikan sehingga bangunan diperlakukan sebagai properti investasi.
  • 15. • Dalam definisi properti investasi terdapat “…yang dikuasai (oleh pemilik atau lessee melalui sewa pembiayaan)” sehingga mensyaratkan properti investasi dikuasai atau disewa dalam suatu kontrak finance lease. Jadi, hanya properti yang dibeli atau disewa dalam sewa pendanaan (finance lease) yang boleh diklasifikasikan sebagai properti investasi. • Ketiga kriteria pengklasifikasian properti investasi harus terpenuhi (properti dapat menghasilkan arus kas secara independen dari aset yang lain, jasa tambahan yang diberikan tidak signifikan, dan dikuasai atau dilease melalui finance lease) agar suatu properti dapat diklasifikasikan sebagai properti investasi.
  • 16. • Kalau salah satu dari ketiga kriteria tersebut tidak terpenuhi, maka bisa jadi properti terkait merupakan aset tetap. Judgement diperlukan untuk menganalisis properti tersebut apakah aset tetap atau properti investasi. • Satu Properti terdiri dari Aset Tetap dan Properti Investasi • Entitas bisa saja memiliki satu bangunan yang digunakan untuk berbagai kegiatan. Jadi, dalam satu bangunan bisa terdapat aset tetap dan juga properti investasi. Sebagai contoh, sebuah bangunan dibeli oleh yayasan untuk dijadikan universitas. Bangunan tersebut memiliki sepuluh lantai: lantai dasar merupakan foodcourt dan sisanya digunakan untuk sarana perkuliahan. Bagaimana mengklasifikasikan bangunan universitas ini menjadi aset tetap atau properti investasi?
  • 17. • Bangunan tersebut dapat diklasfikasi menjadi dua jenis aset: aset tetap dan properti investasi jika bagian properti dapat dijual atau dilease (finance lease) kepada pihak lain maka bagian properti tersebut merupakan properti investasi. Namun jika bagian dari properti tidak dapat dijual atau dilease (finance lease), bagian properti tersebut diklasifikasikan sebagai properti investasi hanya jika bagian tersebut jumlahnya signifikan dibandingkan bagian yang digunakan untuk operasi utama perusahaan.
  • 18. • Dalam kasus universitas tersebut, karena bagian foodcourt tidak signifikan (hanya sebagian dari lantai dasar) dibandingkan bagian properti yang digunakan untuk aktivitas perkuliahan (9 lantai), maka keseluruhan bangunan diklasifikasikan sebagai aset tetap.
  • 19. Aset Tetap vs Aset Tidak Lancar yang Dimiliki untuk Dijual • Aset tidak lancar juga dapat diklasifikasikan sebagai aset tidak lancar yang dimiliki untuk dijual. • Misalnya, masih melanjutkan kasus Trans, Trans memiliki bangunan yang dijadikan pusat perbelanjaan (diasumsikan bangunan diklasifikasikan sebagai aset tetap). Namun, karena rendahnya penghasilan yang diperoleh dari pengoperasian bangunan tersebut, Trans berencana untuk menjual bangunan itu. Apakah bangunan tersebut diklasifikasikan sebagai aset tetap atau aset tidak lancar yang dimiliki untuk dijual?
  • 20. • Untuk menentukan apakah suatu aset diklasifikasikan sebagai dimiliki untuk dijual, aset tidak lancar harus merupakan aset tidak lancar yang jumlah tercatatnya akan dipulihkan terutama melalui transaksi penjualan daripada melalui pemakaian berlanjut (PSAK 58.08) • Aset tidak lancar yang nilai tercatatnya akan dipulihkan terutama melalui transaksi penjualan adalah aset yang berada dalam keadaan dapat dijual dengan syarat-syarat yang biasa dan umum diperlukan dalam penjualan aset dan penjualannya harus sangat mungkin terjadi (PSAK 58.09)
  • 21. Agar penjualan sangat mungkin terjadi, maka: • manajemen di tingkat yang sesuai harus berkomitmen terhadap rencana penjualan aset dan memulai program aktif untuk mencari pembeli dan menyelesaikan rencana tersebut • aset harus dipasarkan secara aktif pada harga yang pantas sesuai dengan nilai wajarnya kini • penjualan akan dilakukan dalam waktu 1 tahun setelah tanggal klasifikasi • tindakan yang diperlukan untuk menyelesaikan rencana penjualan aset mengindikasikan bahwa tidak mungkin terjadi perubahan signifikan atau pembatalan atas rencana tersebut (PSAK 58.10)
  • 22. Seluruh kriteria tersebut harus terpenuhi agar aset dapat diklasifikasikan sebagai aset tdk lancar yang dimiliki untuk dijual. • Tetapi, mungkin Trans tidak dapat menyelesaikan penjualan aset dalam 1 tahun (kriteria 3 di atas) mungkin karena Trans sedang membangun pusat perbelanjaan baru sehingga bangunan yang akan dijual masih tetap digunakan atau karena kondisi pasar yang kurang kondusif sehingga bangunan memerlukan waktu lebih lama untuk terjual. Lalu, apakah bangunan tsb tetap dapat diklasifikasikan sbg dimiliki untuk dijual? • PSAK 58 memberikan panduan implementasi untuk membantu kita menerapkan kriteria- kriteria dalam paragraf 9 dan 10.
  • 23. • Dalam pedoman ilustrasi, contoh 1 terdapat panduan bilamana entitas menunda penjualan aset hingga entitas menyelesaikan konstruksi bangunan baru. Penundaan waktu pengalihan gedung yang ditentukan oleh entitas (sebagai penjual) menunjukan bahwa gedung tidak tersedia untuk segera dijual. Sehingga bangunan tidak diklasifikasikan sebagai dimiliki untuk dijual. • Kemudian, di lain kasus, jika bangunan tidak terjual dalam jangka waktu satu tahun karena kondisi pasar yang memburuk, tetapi Trans secara aktif menawarkan penjualan aset karena tidak menerima penawaran pembelian yang pantas dan sebagai responnya, Trans menurunkan harga penjualan aset untuk menyesuaikan dengan harga pasar, berarti aset dapat diklasifikasikan sebagai dimiliki untuk dijual karena kriteria-kriteria di paragraf 9 dan 10 terpenuhi.
  • 24. • Kriteria-kriteria pengklasifikasian aset tidak lancar yang dimiliki untuk dijual diterapkan sehingga aset disajikan sesuai dengan substansi ekonomiknya. Kalau kriteria tsb tdk terpenuhi, berarti aset sama saja masih digunakan dalam operasi perusahaan (diklasifikasikan sebagai aset tetap) dan tidak dalam keadaan siap untuk dijual. • Demikian panduan pengklasifikasian aset tidak lancar ke dalam aset tetap, properti investasi, atau aset tidak lancar yang dimiliki untuk dijual. Semoga dapat memberi wawasan yang bermanfaat dalam mengklasifikasikan aset tidak lancar sesuai dengan substansi ekonomiknya
  • 25. Empat aspek terkait standar akuntansi aset tetap, properti investasi, dan aset tidak lancar yang dimiliki untuk dijual: a) pengakuan (recognition), b) pengukuran (measurement), c) penyajian (presentation), dan d) pengungkapan (disclosure).
  • 26. Pengakuan Pengakuan adalah masalah kapan aset dicatat (diakui) dalam laporan keuangan sebagai aset perusahaan
  • 27. • Baik aset tetap maupun properti investasi diakui jika kos perolehan dapat diukur dengan andal. Kos perolehan adalah jumlah kas atau setara kas yang dibayarkan atau nilai wajar dari imbalan lain yang diserahkan untuk memperoleh suatu aset … (PSAK 16.06). Jadi, hanya bila kos perolehan dapat diukur dengan andal baru aset tetap dan properti investasi dapat diakui. Kalau nilai wajar aset dapat diukur dengan andal tetapi kos perolehan tidak dapat diukur dengan andal, aset tetap atau properti investasi tidak dapat diakui (Picker et al, 2012).
  • 28. • Aset tidak lancar hanya boleh diklasifikasikan sebagai aset tidak lancar yang dimiliki untuk dijual jika aset berada dalam keadaan dapat dijual dengan syarat- syarat yang biasa dan umum diperlukan dalam penjualan aset tersebut dan penjualannya harus sangat mungkin terjadi (PSAK 58.9). Jadi, aset yang diperoleh untuk kemudian dijual kembali dalam waktu 1 tahun setelah akhir periode tidak dapat diakui sebagai aset yang dimiliki untuk dijual kalau PSAK 58.9 tidak terpenuhi. Misalnya, perusahaan memperoleh kendaraan yang akan digunakan hanya selama 3 bulan dan kemudian dijual kembali tidak dapat diakui sebagai dimiliki untuk dijual kalau kriteria dalam PSAK 58 tdk terpenuhi. Panduan penerapan kriteria klasfikasi dimiliki untuk dijual terdapat pada bagian pedoman implementasi PSAK 58
  • 29. Pengukuran Aset tetap: Pengukuran pada saat pengakuan: • Kos perolehan meliputi: • harga perolehan, termasuk bea impor dan pajak pembelian yang tidak dapat dikreditkan setelah dikurangi diskon pembelian dan potongan lain; • setiap kos yang dapat diatribusikan secara langsung untuk membawa aset ke lokasi dan kondisi yang diinginkan supaya aset tersebut siap digunakan sesuai dengan maksud manajemen; • estimasi awal kos pembongkaran dan pemindahan aset tetap dan restorasi lokasi aset tetap. kewajiban tersebut timbul ketika aset tetap diperoleh atau sebagai konsekuensi penggunaan aset tetap selama periode tertentu untuk tujuan selain untuk menghasilkan persediaan. (PSAK 16.16)
  • 30. • Contoh kos yang dapat diatribusikan secara langsung adalah : • kos imbalan kerja (sebagaimana didefinisikan dalam PSAK 24: Imbalan Kerja) yang timbul secara langsung dari konstruksi atau perolehan aset tetap; • kos penyiapan lahan; • kos penanganan dan penyerahan awal; • kos perakitan dan instalasi; • kos pengujian aset apakah aset berfungsi dengan baik, setelah dikurangi hasil neto penjualan setiap produk yang dihasilkan sehubungan dengan pengujian tersebut; dan • komisi profesional. (PSAK 16.17)
  • 31. • Contoh kos yang bukan merupakan kos perolehan aset tetap adalah: • kos pembukaan fasilitas baru; • kos pengenalan produk atau jasa baru; • kos penyelenggaraan bisnis di lokasi baru atau kelompok pelanggan baru; dan • kos administrasi dan overhead umum lain. (PSAK 16.19) • Bila perusahaan membangun sendiri aset tetapnya dan menggunakan dana yang diperoleh dari pinjaman yang menimbulkan biaya bunga, biaya bunga dapat diakui bila memenuhi kriteria pengakuan dalam PSAK 26: Biaya Pinjaman
  • 32. Pengukuran setelah pengakuan: • Entitas memilih model biaya di PSAK 16.30 atau model revaluasi di PSAK 16.31 sebagai kebijakan akuntansinya dan menerapkan kebijakan tersebut terhadap seluruh aset tetap dalam kelompok yang sama. ( PSAK 16.29) Jadi, perusahaan memiliki dua alternatif pengukuran setelah pengakuan : model kos historis (biaya) dan model revaluasi.
  • 33. • Model biaya: setelah pengakuan sebagai aset, aset tetap dicatat pada kos perolehan dikurangi akumulasi penyusutan dan akumulasi rugi penurunan nilai. (PSAK 16.30) • Model revaluasi: setelah pengakuan sebagai aset, aset tetap yang nilai wajarnya dapat diukur secara andal dicatat pada jumlah revaluasian, yaitu nilai wajar pada tanggal revaluasi dikurangi akumulasi penyusutan dan akumulasi rugi penurunan nilai setelah tanggal revaluasi. Revaluasi dilakukan dengan keteraturan yang cukup reguler untuk memastikan bahwa jumlah tercatat tidak berbeda secara material dengan jumlah yang ditentukan dengan menggunakan nilai wajar pada akhir periode pelaporan. (PSAK 16.31)
  • 34. Properti investasi: • Pengukuran saat pengakuan: • Properti investasi pada awalnya diukur sebesar kos perolehan. Kos transaksi termasuk dalam pengukuran awal tersebut. (PSAK 13.20) • Kos perolehan properti investasi yang dibeli meliputi harga pembelian dan setiap pengeluaran yang dapat diatribusikan secara langsung. Pengeluaran yang dapat diatribusikan secara langsung termasuk, misalnya, biaya jasa hukum, pajak penjualan, dan kos transaksi lain. (PSAK 13.21)
  • 35. • Kos perolehan properti investasi tidak termasuk: • kos perintisan; • kerugian operasional yang terjadi sebelum properti investasi mencapai tingkat hunian yang direncanakan; atau • pemborosan bahan baku, tenaga kerja, atau sumber daya lain yang terjadi selama masa pembangunan atau pengembangan properti. (PSAK 13.22)
  • 36. Pengukuran setelah pengakuan: • Perusahaan dapat memilih kebijakan pengukuran properti investasi antara metode nilai wajar atau metode biaya (kos historis). (PSAK 13.29) • Pada umumnya, properti investasi diukur pada nilai wajar kecuali dalam beberapa kasus yang jarang terjadi, yaitu di mana perusahaan tidak dapat mengukur nilai wajar properti investasi dengan andal, maka perusahaan menggunakan model biaya sama seperti PSAK 16 (Aset tetap).
  • 37. • Nilai wajar properti investasi merupakan harga pertukaran properti antar pihak-pihak yang memiliki pengetahuan memadai dan berkeinginan dalam suatu transaksi yang wajar. Nilai wajar tidak mencakup estimasi kenaikan atau penurunan harga karena kondisi atau keadaan khusus seperti perjanjian pembiayaan, jual dan sewa balik tidak umum, atau konsesi khusus yang diberikan oleh pihak yang terkait dengan penjualan. (PSAK 13.38)
  • 38. • Dalam pengukuran kos perolehan, baik aset tetap maupun properti investasi, terdapat kata “dapat diatribusikan secara langsung”. Dalam IFRS frase ini disebut “directly attributable”. Maksudnya, hanya kos yang benar-benar memiliki keterkaitan langsung dengan perolehan aset yang dapat diakui sebagai kos perolehan aset. Kos yang terkait langsung (misalnya, overhead) tidak dapat diakui sebagai kos perolehan. Contoh overhead: perusahaan menggunakan jasa profesional tata ruang kota untuk menentukan lokasi yang strategis untuk mendirikan 3 lokasi usaha baru. Fee jasa profesional tersebut terkait dengan 3 tanah yang akan dibeli perusahaan. Sehingga fee jasa profesional tersebut merupakan kos overhead yang tidak dapat diatribusikan langsung pada aset sehingga tidak diakui sebagai kos perolehan tanah.
  • 39. Aset tidak lancar yang dimiliki untuk dijual • Aset tidak lancar yang dimiliki untuk dijual awalnya dicatat pada kos perolehan lalu pada saat pelaporan keuangan diukur pada yang lebih rendah di antara jumlah perolehan dan nilai wajar setelah dikurangi kos untuk menjual. (PSAK 58.19)
  • 40. Penyajian • Aset tetap : disajikan sebagai aset tidak lancar, karena akan digunakan lebih dari 1 tahun setelah akhir periode pelaporan. • Properti investasi: disajikan sebagai aset tidak lancar,karena akan digunakan lebih dari 1 tahun setelah akhir periode pelaporan. • Aset tidak lancar yang dimiliki untuk dijual: disajikan sebagai aset lancar, karena akan dijual dalam waktu 1 tahun setelah akhir periode. Pengecualian diterapkan bila aset akan dijual lebih dari 1 tahun (sehingga tetap diklasifikasikan sebagai aset lancar) (Lih. PSAK 58.12 dan lampiran B)
  • 41. Pengungkapan Aset tetap: • Laporan keuangan mengungkapkan untuk setiap kelompok aset tetap: • dasar pengukuran yang digunakan dalam menentukan jumlah tercatat bruto; • metode penyusutan yang digunakan; • umur manfaat atau tarif penyusutan yang digunakan; • jumlah tercatat bruto dan akumulasi penyusutan; dan • rekonsiliasi jumlah tercatat awal dan akhir periode. (PSAK 16.74)
  • 42. • Jika aset tetap disajikan pada jumlah revaluasian, hal berikut diungkapkan: • tanggal efektif revaluasi; • apakah melibatkan penilai independen; • metode dan asumsi signifikan yang digunakan dalam estimasi nilai wajar; • penjelasan mengenai nilai wajar aset tetap yang ditentukan secara langsung dengan mengacu pada harga terobservasi dalam pasar aktif atau transaksi pasar terkini yang wajar atau diestimasi menggunakan teknik penilaian lain; • untuk setiap kelompok aset tetap, jumlah tercatat aset seandainya aset tersebut dicatat dengan model biaya; dan • surplus revaluasi, yang menunjukkan perubahan selama periode dan setiap pembatasan distribusi kepada pemegang saham
  • 43. Properti investasi: • Entitas mengungkapkan: • menerapkan model nilai wajar atau model biaya; • jika menerapkan model nilai wajar , apakah, dan dalam keadaan bagaimana, hak atas properti yang dimiliki dalam sewa operasi diklasifikasikan dan dicatat sebagai properti investasi; • jika pengklasifikasian sulit dilakukan, kriteria yang digunakan untuk membedakan properti investasi dengan properti yang digunakan sendiri dan dengan properti yang dimiliki untuk dijual dalam kegiatan usaha sehari-hari; • metode dan asumsi signifikan yang diterapkan dalam menentukan nilai wajar properti investasi, yang mencakup pernyataan apakah penentuan nilai wajar tersebut didukung oleh bukti pasar atau lebih banyak berdasarkan faktor lain karena sifat properti tersebut dan keterbatasan data pasar yang dapat dibandingkan;
  • 44. • sejauh mana penentuan nilai wajar properti investasi didasarkan pada penilaian oleh penilai independen memiliki kualifikasi profesional yang telah diakui dan relevan serta memiliki pengalaman mutakhir di lokasi dan kategori properti investasi yang dinilai. • jumlah yang diakui dalam laba rugi untuk penghasilan rental dari properti investasi, biaya operasi langsung, perubahan kumulatif nilai wajar. • keberadaan dan jumlah pembatasan atas kemampuan realisasi dari properti investasi atau atas pengiriman penghasilan dan hasil pelepasan; • kewajiban kontraktual untuk membeli, membangun atau mengembangkan atau untuk memperbaiki, memelihara, atau meningkatkan properti investasi. • Untuk masing-masing model pengukuran (biaya dan nilai wajar) terdapat ketentuan pengungkapan tambahan masing-masing yang dapat dilihat dalam PSAK 13 paragraf 80-83.
  • 45. • Aset tidak lancar yang dimiliki untuk dijual • Untuk periode di mana aset tidak lancar (atau kelompok lepasan) telah diklasifikasikan sebagai dimiliki untuk dijual atau telah dijual, entitas mengungkapkan informasi berikut ini dalam catatan atas laporan keuangan: • uraian dari aset tidak lancar (atau kelompok lepasan); • uraian fakta dan keadaan dari penjualan, atau yang mengarah kepada pelepasan yang diharapkan, dan cara dan waktu pelepasan; • keuntungan atau kerugian yang diakui sesuai dengan paragraf 25-27 dan, jika tidak disajikan secara terpisah dalam laporan laba rugi komprehensif, dijelaskan judul pos dalam laporan laba rugi komprehensif yang di dalamnya terdapat laba atau rugi tersebut; • jika dapat diterapkan, segmen yang dilaporkan dari aset tidak lancar (atau kelompok lepasan) disajikan sesuai dengan PSAK 5: Segmen Operasi
  • 46. Contoh: PT Ciliwung Persada membeli mesin yang diakui sebagai aset tetap pada 1 Januari 2008 pada biaya perolehan Rp 100 juta. Aset ini diestimasi akan mempunyai nilai residu Rp 10 juta dan masa manfaat 10 tahun. Pada tanggal 1 Januari 2011 aset tersebut di klasifikasikan sebagai dimiliki untuk dijual. Nilai wajarnya Rp 60 juta dan di perkirakan akan mengeluarkan biaya ongkos angkut ke tempat pembeli sebesar Rp 2 juta. Pada tanggal 1 Januari 2011, mesin tersebut diklasifikasikan sebagai aset tidak lancar yang dimiliki untuk dijual dan diukur pada mana yang terendah antara nilai tercatat dengan nilai wajar neto.
  • 47. Nilai tercatat aset = Rp 100 juta -((Rp 100 juta -Rp 10 juta)x3/10))=Rp 73.000.000 Nilai wajar neto = Rp 60 juta-Rp 2 juta = Rp 58 juta Nilai yang harus diakui adalah yang lebih rendah, yaitu Rp 58 juta Dengan demikian entitas harus mencatat rugi penurunan nilai untuk menurunkan nilai tercatat ke nilai wajar netonya, yaitu sebesar Rp 73 juta-Rp 58 juta=Rp 15 juta Jurnalnya adalah sebagai berikut : Rugi penurunan nilai Rp 15.000.000 Mesin Rp 15.000.000
  • 48. Jurnal pengakuan rugi penurunan nilai juga dapat dikreditkan sebagai cadangan penurunan nilai, tidak langsung mengurangi nilai aset. Kemudian entitas juga membuat jurnal reklasifikasi aset sebagai berikut : Mesin dimiliki untuk dijual Rp 58.000.000 Mesin Rp58.000.000 Jika diasumsikan nilai wajar neto adalah Rp 75 juta, maka nilai yang lebih rendah adalah nilai tercatat aset sebesar Rp 73 juta. artinya, entitas tidak perlu mengakui rugi penurunan nilai, namun tetap perlu membuat jurnal reklasifikasi ke aset tersedia untuk di jual.
  • 49. Masih melanjutkan ilustrasi sebelumnya pada PT Ciliwung Persada, misalnya pada tanggal 31 Januari, akhir periode pelaporan bulanan, nilai wajar neto mesin menjadi Rp 55 juta, maka entitas membuat jurnal penyesuaian pada 31 Januari 2011 sebagai berikut : Rugi penurunan nilai Rp 3.000.000 Mesin dimiliki untuk dijual Rp 3.000.000 Selanjutnya jika pada 30 Juni 2011, nilai wajar neto aset tersebut mengalami kenaikan menjadi sebesar Rp 57 juta, dan diasumsikan antara 31 Januari 2011 sampai 30 Juni 2011 tidak terdapat perubahan nilai, maka PT Ciliwung Persada harus membuat jurnal penyesuaian pada 30 Juni 2011, sebagai berikut : Mesin dimiliki untuk dijual Rp 2.000.000 Keuntungan dari pemulihan rugi penurunan nilai Rp 2.000.000 Entitas dapat mengakui keuntungan dari pemulihan rugi penurunan nilai karena pemulihan tersebut masih belum melampaui akumulasi rugi penurunan nilai yang telah diakui sebelumnya atas nilai aset pada awal klasifikasi sebesar Rp 58 juta
  • 50. Aset Tidak Lancar yang Diukur Menggunakan Model Revaluasi Ketika Perusahaan menggunakan model revaluasi dalam mengukur aset tidak lancar yang kemudian diklasifikasi sebagai aset dimiliki untuk dijual, maka aset tersebut harus direvaluasi ke nilai wajarnya sesaat sebelum di reklasifikasi. Setelah reklasifikasi, biaya menjual dikurangkan dan diakui sebagai rugi penurunan nilai sebagai bagian laba rugi periode berjalan.
  • 51. PT ABC mempunyai aset tetap berupa tanah dan mengukur tanahnya menggunakan model ravaluasi. Tanah mempunyai nilai tercatat sebesar Rp 120 juta. Tanah pada 1 Januari 2010 diklasifikasikan sebagai aset tidak lancar dimiliki untuk dijual, dan diketahui nilai wajarnya sebesar Rp 140 juta dan estimasi biaya menjual sebesar Rp 4 juta. Aset tersebut terjual pada 30 Juni 2010 pada harga Rp 134 juta. Pada tanggal 1 Januari 2010, tanah tersebuut harus direvaluasi ke nilai wajarnya sebesar Rp 140 juta. Keuntungan Rp 20 juta diakui sebagai surplus revaluasi pada pendapatan komprehensif lain. Selanjutnya tanah tersebut diklasifikasikan sebagai aset tidak lancar dimiliki untuk dijual. Kemudian,biaya menjual sebesar Rp 4 juta akan diakui di laba rugi periode berjalan sebagai rugi penurunan nilai sehingga nilai tercatatnya menjadi Rp 136 juta. Pada saat penjualan tanggal 30 Juni 2010 terdapa rugi sebesar Rp 2 juta yang diakui sebagai rugi pelepasan aset karena harga jual lebih rendah dari pada nilai tercatat ( Rp 136 juta – Rp 134 juta). Pada saat ini surplus revaluasi telah terealisasi dan ditransfer seluruhnya ke saldo laba.
  • 52. PENGHENTIAN PENGAKUAN DAN PERUBAHAN RENCANA Aset tidak lancar yang dihentikan pengklasifikasiannya sebagai dimiliki untuk dijual, maka selanjutnya harus diukur pada nilai yang lebih rendah antara : • Nilai tercatat aset tersebut sebelum aset diklasifikasi sebagai dimiliki untuk dijual, disesuaikan dengan penyusutan , amortisasi atau penilaian kembali yang telah diakui jika tersebut tidak diklasifikasikan sebagai dimiliki untuk dijual,atau • Nilai terpulihkan pada saat tangga keputusan untuk tidak dijual
  • 53. Misalnya diketahui bahwa nilai terpulihkan aset Rp 57 juta, sama dengan nilai tercatat aset saat ini pada 31 Desember 2011 sebelum penyesuaian adalah Rp 57 juta. Nilai tercatat aset jika tidak diklasifikasikan sebagai aset tersedia dijual dapat dihitung = Rp 100 juta – (Rp 100 juta – Rp 10 juta) x 4/10))= Rp 64 juta. Nilai yang lebih rendah adalah nilai terpulihkan sebesar Rp 57 juta akan digunakan sebagai nilai aset pada 31 Desember 2011. Dengan demikian , tidak ada jurnal penyesuaian atas nilai tercatat yang perlu dibuat pada 31 Desember 2011, kecuali jurnal reklasifikasi sebagai berikut. Mesin Rp 57.000.0000 Mesin dimiliki untuk dijual Rp 57.000.000
  • 54. Penghentian pengakuan juga dapat terjadi ketika aset tersebut dijual. Pengakuan penjualan aset tidak lancar yang dimiliki untuk dijual, pada prinsipnya sama seperti penjualan aset biasa. Keuntungan/kerugian muncul dari selisih antara nilai tercatat akhir aset tersebut dengan haarga penjualan. Keuntungan/kerugian tersebut diakui di Laba Rugi
  • 55. Contoh, PT XYZ telah mereklasifikasikan aset tetapnya sebagai aset tidak lancar dimiliki untuk dijual pada 2 Januari 2011. Penjualan terjadi pada tanggal 2 Juli 2011 dengan harga jual Rp 70 juta, nilai tercatat aset tidak lancar dimiliki untuk dijual pada 2 Juli 2011 adalah sebesar Rp 70juta. PT XYZ harus mencatat penjualan tersebut sebagai berikut. Kas Rp 70.000.000 Aset tidak lancar dimiliki untuk dijual Rp 57.000.000 Laba penjualan aset Rp.13.000.000
  • 56. PENYAJIAN Ilustrasi penyajian aset tidak lancar yang dimiliki untuk dijual pada laporan posisi keunguan adalalah sebagai berikut. (ribuan rupiah) 2011 2012 Aset lancar : Kas dan setara kas 20.000 24.000 Piutang usaha 150.000 135.000 Persediaan 365.000 402.000 Aset tidak lancar dimiliki untuk dijual 56.500 - Aset tidak lancar : Aset tetap 670.000 740.000 Aset tak berwujud 159.000 165.000