SlideShare a Scribd company logo
1 of 13
KONFLIK APARAT ANTARA TNI VS POLRI
Karya Ilmiah
Diajukan guna memenuhi tugas
dalam mata kuliah Filsafat Ilmu
Disusun Oleh:
DANANG BANGUN KUSUMA NEGARA
NIM: 12370041/ JS-A
Dosen:
Dr. H. Muhammad Nur S.Ag., M.Ag
JINAYAH SIYASAH
FAKULTAS SYARI’AH
UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SUNAN KALIJAGA
YOGYAKARTA
2013
I. PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Cerita mengenai bentrokan antara anggota TNI dengan Polri bukanlah hal yang baru.
Hubungan kedua institusi tersebut kerap panas-dingin, terutama sejak Polri pisah dari TNI
per 1 April 1999. Untuk diketahui, Polri secara resmi berpisah dengan TNI sejak 1 April
1999. Namun, Polri tak secara langsung berdiri sendiri. Selama setahun, sejak 1999 hingga
2000 Polri dikelola Departemen Pertahanan (Dephan). Barulah sejak 1 Juli 2000, Polri
resmi berpisah dari Dephan dan tertuang dalam Keputusan Presiden (Keppres) Nomor
89/2000 tertanggal 1 Juli 2000. Sejak periode tersebut, hubungan TNI-Polri kerap panas-
dingin.
Anggota Polri-TNI di Lapangansering diberitakan terlibat bentrok. Terakhir, Anggota
Brimob Polda Gorontalo dan Satuan Yonif 221 Kostrad terlibat bentrok, Minggu 22 April
2012. Belum diketahui penyebab pasti bentrokan tersebut. TNI-Polri berencana untuk
membentuk tim gabungan untuk menyelidiki kasus tersebut.
Kasus Polisi vs TNI merupakan hal yang tidak layak terjadi. Terlebih sekarang
masyarakat luas mengetahuinya. Betapa tidak memalukan ? Dua lembaga negara yang
seharusnya menjadi lembaga pertahanan dan keamanan Negara malah saling bertentangan
satu sama lain. Kedua lembaga itu seharusnya bisa saling bersinergi menyatukan kekuatan
untuk mewujudkan keamanan Negara. TNI menangani masalah pertahanan dan Polri
menangani masalah keamanan dalam arti luas. Apabila tugas masing-masing dilaksanakan
dengan penuh tanggung jawab, bukankah keamanan dan perdamaian yang dicita-citakan
bukan hal yang sulit diwujudkan ? ironis sekali.
Adanya faktor-faktor internal maupun eksternallah yang sangat berpengaruh terhadap
adanya konflik antara kedua institusi pertahanan dan keamanan negara ini. Maka disini
saya akan sedikit banyak membahas tentang faktor-faktor apa saja yang membuat kedua
institusi negara ini terlibat konflik.
1.2 Rumusan Masalah
1. Apa faktor penyebab terjadinya konflik antara POLRI vs TNI ?
II. KAJIAN / TINJAUAN PUSTAKA
Disini saya mengambil sebuah artikel sebagai acuan terhadap artikel yang saya buat.
“Jakarta - Wakil Ketua DPR RI, Pramono Anung, menyatakan telah terjadi peningkatan
bentrokan antara TNI dan Polri dalam kurun beberapa tahun terakhir. "Ada peningkatan
bentrokan hampir 300 persen. Ini menunjukan ada sesuatu yang harus diperbaiki dalam
hubungan TNI-Polri," kata Pramono Anung, di Gedung DPR RI, Jakarta, Jumat.
Dirinya melihat salah satu hal yang mungkin membuat terjadinya ketimpangan antara
TNI dan Polri sehingga meningkatnya bentrokan adalah kewenangan TNI yang terpangkas.
"TNI dulu begitu dominan termasuk mengurusi kemasyarakatan. Sekarang semua menjadi
ranah polisi. Apalagi dalam berbagai hal kita dipertontonkan dalam persoalan misalnya
korupsi simulator yang seorang jenderal bintang dua begitu besar korupsinya, ternyata
istrinya juga banyak. Ini menurut saya jadi contoh tidak baik bagi Polri," kata Pramono.
Terhadap penyerangan yang dilakukan TNI terhadap Mapolres OKU, Baturaja,
Sumatera Selatan, Kamis (7/3) pagi, Panglima TNI dan Kapolri harus memberikan
hukuman seberat-seberatnya bagi siapapun yang melakukan tindak kekerasan. "Ini negara
demokrasi. Penyelesaian tidak boleh setengah hati. Dalam konteks penyerangan, Mabes
TNI harus memberikan hukuman seberat-beratnya," ujar politisi PDIP itu.
Ia sendiri mengaku, dalam konteks besarnya, TNI sudah menata diri dengan baik,
mereka tidak masuk dalam proses demokrasi. "Tetapi mungkin proses kecemburuan itu
ada. Saya lihat gesekan-gesekan di lapangan biasanya dimulai hal-hal kecil. Di daerah ada
ketimpangan antara seorang komandan Kodim sama Kapolres. Padahal pada wilayah yang
sama. Untuk itu harus ada perbaikan, penghargaan, penghormatan supaya tidak ada
ketimpangan yang besar," kata Pramono. Untuk menghidari terjadi bentrokan, masih kata
dia, penyatuan TNI dan Polri seperti dulu bukanlah jalan keluarnya. "Dalam demokrasi,
pemisahan itu harus dilakukan. Yang paling penting aparat Polri harus intropeksi diri,"
demikian Pramono Anung. “(Sumber: ANTARA News)
III. KERANGKA TEORI
Disini saya mencoba mengungkap masalah ini dengan teori empiris atau teori yang
dilihat dari fakta-fakta yang ada dilapangan. Apa penyebab konflik yang bisa dilihat dari
nilai real yang ada. Apakah kesalahan pada institusi ataukah kesalahan pada individu yang
ada pada institusi tersebut.
IV. METODE PENELITIAN
Sebelumnya saya sudah melakukan survei dengan menanyai 10 orang dengan
mengajukan 4 opsi jawaban tentang penyebab terjadinya konflik antar dua institusi
bersenjata tersebut.
Dan hasilnya adalah :
40%
20%
10%
30%
Hasil survei dari 10 orang tentang
penyebab konflik
Ketimpangan
kesejahteraan.
Ego institusi.
TNI yang tidak taat pada
azas perundangan sipil.
Masalah sepele.
Dari diagram diatas bisa kita lihat bahwa 4 orang atau 40% dari orang yang saya tanyai
memilih bahwa faktor yang menyebabkan terjadinya konflik iyalah ketimpangan
kesejahteraan/kecemburuan sosial. Dan sisanya mengatakan ego institusi, masalah sepele
dan TNI yang tidak taat pada azas perundangan sipil.
V. PEMBAHASAN
Akhir-akhir ini kita di suguhkan dengan adegan yang kurang terpuji dari dua institusi
negara. Bagaimana bisa suatu angkatan menyerbu satu kantor angkatan lainnya. Sungguh
ironi ketika suatu institusi penjaga keamanan masyarakat dan keamanan negara bisa terjadi
konflik. Kita ambil contoh saja kejadian yang baru-baru ini terjadi yaitu penyerangan
Mapolres Ogan Komering Ulu (OKU) di Baturaja, Sumatra Selatan, oleh anggota TNI.
Sebelum kita kupas tentang penyebab konflik kedua institusi bersenjata ini ada baiknya
kita tau tentang contoh konflik diatas tadi. Kasus ini terpicu insiden sebulan lalu, saat Pratu
Her (23), anggota TNI AD Armed 76/15 Martapura, OKU Timur, tewas tertembus peluru
yang diduga dilakukan Brigpol WJ, oknum anggota Polres OKU. Kejadian tersebut
kabarnya berawal saat oknum WJ (29) dari Satuan Lantas Polres OKU sedang berjaga di
Pos Polantas Simpang Empat Sukajadi.
Saat itu, Her melintas dengan mengendarai sepeda motor dan lalu terjadi kesalah
pahaman. Diperkirakan, merasa tersinggung, WJ bersama temannya sesama anggota polisi
lantas mengejar korban, hingga terjadi cekcok. Pada saat itulah terdengar suara letusan,
sehingga korban Her mengalami luka tembak. Korban saat itu sempat dilarikan ke RS
Antonio Baturaja. Namun, karena luka cukup parah, nyawa korban tidak bisa ditolong.
Untuk kasus penembakan ini, WJ sudah diproses hukum. Pada Selasa (5/3) lalu, kasus ini
juga sudah direkontruksi, serta berkasnya sudah dilimpahkan ke kejaksaan untuk tahap
pertama.
Menurut saya dari contoh kasus yang terjadi tersebut, setiap kali terjadi bentrokan antar
personel dari dua institusi ini, alasan-alasan sepelelah yang kerap muncul, seperti
kenakalan prajurit di lapangan, luapan emosi, senggolan antara personel, hingga rebutan
pacar. Akar persoalan dari hubungan TNI-Polri selalu luput dari perhatian. Bentrokann
antara TNI dan Polri di Sumatera Selatan menambah panjang catatan hitam aparat
keamanan tanah air.
Berikut 6 Aksi Bentrokan Antara TNI Vs Polri lainnya:
1. Bentrok di Tengah Kerusuhan Sampit
Peristiwa ini terjadi pada 27 Februari 2001 lalu, saat itu wilayah Sampit, Kalimantan
Tengah sedang mencekam akibat kerusuhan SARA. 300 orang lebih tewas sementara
ribuan lain terpaksa mengungsi. Di saat suasana sedang genting anggota TNI dan Brimob
bukan menyelesaikan kerusuhan Sampit tapi kedua aparat negara ini saling serang, yang
mengakibatkan dua orang tewas dan belasan luka-luka.
2. Gara-gara Botol, Brimob Tembaki Kostrad
Pada 2012 lalu, anggota Kostrad dan Brimod di Gorontalo, Papua saling bentrok. Aksi
bentrok itu dipicu lantaran pelemparan botol yang dilakukan sejumlah orang tak dikenal
saat Brimob melakukan patroli. Dua orang Brimob luka-luka.
Para anggota Brimob pun melakukan sweeping dengan memberhentikan semua mobil
yang lewat guna mengetahui siapa pelaku pelemparan botol tersebut. Mereka melepaskan
tembakan kepada mobil yang tidak mau berhenti, akibat tembakan itu empat anggota
Kostrad mengalami luka tembak, dan dua lainnya mengalami luka akibat ditusuk.
3. Saling Tembak Karena Adu Mulut di Perbatasan
Pada 10 Desember 2006, Para anggota TNI dan Polri bukannya mengamankan
perbatasan RI-Timor Leste, personel TNI dan Polri malah bentrok di Atambua, NTT.
Penyebabnya bermula dari sekelompok anggota Yonif 744 melintas mapolres Belu. Tak
jelas kenapa, para prajurit yang masih berusia muda itu perang mulut dengan anggota
polisi. Terdengar suara tembakan. Para prajurit Yonif 744 ini pun memanggil bala bantuan.
Baku tembak terjadi. Suasana Atambua mencekam.
4. Bentrok Yonif Linud 100 Vs Brimob di Binjai
Bentrok di Binjai, Sumatera Utara, antara Brimob dan Yonif Lintas Udara 100 benar-
benar seperti perang. Puluhan personel TNI menggempur markas Brimob di Tanah Tinggi.
Mereka juga menggranat markas tersebut hingga nyaris rata dengan tanah. Aksi tembak
menembak yang dilakukan kedua kubu menyebabkan 10 Orang tewas. Penyebabnya
diketahui karena polisi menangkap seorang pemuda yang kedapatan membawa narkoba,
salah satu anggota TNI meminta agar pemuda dibebaskan. Polisi menolak, anggota TNI
marah dan kemudian aksi saling serang itu terjadi.
5. Bentrok di Kamar Kos
Pada Februari 2008, TNI dan Polri bentrok lantaran persoalan kamar kos di Masohi,
Maluku. Dalam bentrok itu dua anggota Polri dan satu anggota TNI tewas. Penyebabnya
diketahui, Bripka Rumata yang habis piket hingga pagi hari, pulang ke kamar kosnya dan
mendapati kamarnya dalam keadaan terkunci. Dia mendapati di dalam ada Prada Eko yang
tidur bersama kekasihnya.
Entah bagaimana, Eko tidak kembali ke baraknya. Rekan-rekannya yang menanyakan
kejadian yang menimpa Eko, mendapat isu bahwa Eko diculik oleh Rumata. Rekan-
rekannya Eko menyerang Polres Masohi, tempat Bripka Rumata bekerja.
6. Bentrok Anggota Yon 501 dengan Polisi di Madiun
Bentrokan antara anggota Polresta Madiun dengan Batalion 501 diawali masalah sepele,
yaitu berselisih di antrean SPBU. Bentrokan ini membuat situasi Madiun, Jawa Timur
mencekam. Dua warga sipil ikut jadi korban. Kantor Mapolresta Madiun sempat dua kali
diserang anggota TNI. Baku tembak tak terhindarkan. Bentrokan dan baku tembak antara
anggota Polresta Madiun dengan anggota Yon 501 telah membuat kota Madiun mencekam
pada Minggu (16/9/2001) dini hari.
Catatan Indonesia Police Watch (IPW) menyebutkan, sejak 2007 sampai dengan saat
ini, setidaknya telah terjadi 17 peristiwa bentrokan. Rinciannya: pada 2007 terjadi 3
peristiwa, 2008 terjadi 2 peristiwa, 2009 terjadi 4 peristiwa, 2010 terjadi 6 peristiwa, 2011
terjadi 1 peristiwa, April 2012 terjadi 1 pe-ristiwa. Sungguh ironis ketika institusi
pengawal/penjaga negara dan pengayom masyarakat ini justru terlibat saling sikut dengan
menggunakan senjata yang dibeli dari uang rakyat? Ini tentu sangat berbahaya bagi
masyarakat.
Kita bertanya-tanya apa sih faktor yang mendasari terjadinya konflik antar aparat
bersenjata tersebut?? Apakah karena alasan-alasan sepelelah yang kerap muncul, seperti
kenakalan prajurit di lapangan, luapan emosi, senggolan antara personel, hingga rebutan
pacar, kebobrokan didalam institusi tersebut ataukah justru ada faktor lain.
Maka mari kita bahas lebih rincin tentang persoalan tersebut. Jika dibilang faktor yang
mendasari terjadinya konflik adalah masalah TNI yang tidak taat pada azas perundangan
sipil dan ego institusi ada benarnya juga karna apa?? Semua prajurit telah didoktrin untuk
taat kepada doktin militer, tetapi tidak pada doktrin perundangan aturan sipil seperti
bersedia untuk diperiksa Polri bila prajurit tersebut telah melanggar lalu lintas, bersedia
diperiksa Polri bila melakukan tindak pidana yang melibatkan warga sipil.
Bila saja TNI berada di ksatriannya sendiri, atau berada didaerah terisolir, sebenarnya
tidak masalah mereka tidak taat pada azas perundangan sipil. Yang menjadi maslah adalah
ksatrian mereka berada ditengah-tengah masyarakat, sehingga mau tidak mau merka akan
berinteraksi sosial dengan warga sipil. Adanya hubungan interaski sosial inilah pasti akan
ada pelanggaran aturan sipil yang dilakukan. Selain itu jika faktornya adalah Hal sepele
mungkin juga bisa saja terjadi misal yang kerap muncul, seperti kenakalan prajurit di
lapangan, luapan emosi, senggolan antara personel, hingga rebutan pacar. Itu semua juga
bisa memicu timbulnya konflik antar institusi tersebut.
Ketimpangan kesejahteraan / kecemburuan kesejahteraanlah yang mungkin saya anggap
sebagai faktor terbesar penyebab konflik antar institusi tersebut. Jika kita lihat daftar gaji
Polri dan TNI di bawah ini :
Besaran gaji pokok TNI dan Polri sama, tergantung dari pangkat dan lama kerja.
Besaran gaji pokok itu tertulis dalam Peraturan Pemerintah RI Nomor 12 Tahun 2011
tentang Perubahan Ketujuh Atas PP Nomor 28 Tahun 2001 Tentang Peraturan Gaji
Anggota Tentara Nasional Indonesia dan Peraturan Pemerintah RI Nomor 13 Tahun 2011
Tentang Perubahan Ketujuh Atas Peraturan Pemerintah Nomor 29 tahun 2001 Tentang
Peraturan Gaji Anggota Kepolisian Negara Republik Indonesia. Kedua peraturan itu
memuat gaji pokok dengan besaran sama untuk pangkat terendah yaitu Rp1,23 juta untuk
prajurit dua kelasi dua dengan masa kerja 0 tahun (untuk TNI) dan Anggota Kepolisian
Bhayangkara Dua dengan masa kerja 0 tahun.
Sedangkan gaji pokok tertinggi sebesar Rp4,2 juta bagi pangkat tertinggi yaitu Jenderal,
Laksamana, Marsekal, atau Jenderal Polisi dengan masa kerja 32 tahun. Berikut sebagian
daftar gaji pokok bagi TNI dan Polri.
Untuk Golongan I Tamtama TNI atau Polri
Prajurit Dua Kelasi Dua atau Bhayangkara Dua Masa Kerja 0 tahun Rp1.230.000
Prajurit Dua Kelasi Dua atau Bhayangkara Dua Masa Kerja 10 tahun Rp1.417.400
Prajurit Dua Kelasi Dua atau Bhayangkara Dua Masa Kerja 20 tahun Rp1.633.400
Prajurit Dua Kelasi Dua atau Bhayangkara Dua Masa Kerja 28 tahun Rp1.829.700
Untuk Golongan II Bintara TNI atau Polri
Sersan Dua atau Brigadir Polisi Dua masa kerja 0 tahun Rp1.565.800
Sersan Dua atau Brigadir Polisi Dua masa kerja 10 tahun Rp1.804.500
Sersan Dua atau Brigadir Polisi Dua masa kerja 20 tahun Rp2.079.500
Sersan Dua atau Brigadir Polisi Dua masa kerja 32 tahun Rp2.465.400
Golongan III Perwira Pertama
Letnan Dua atau Inspektur Polisi Dua masa kerja 0 tahun Rp2.022.100
Letnan Dua atau Inspektur Polisi Dua masa kerja 11 tahun Rp2.363.300
Letnan Dua atau Inspektur Polisi Dua masa kerja 21 tahun Rp2.723.500
Letnan Dua atau Inspektur Polisi Dua masa kerja 31 tahun Rp3.138.600
Golongan IV Perwira Menengah
Mayor atau Komisaris Polisi masa kerja 0 tahun Rp2.217.700
Mayor atau Komisaris Polisi masa kerja 10 tahun Rp2.555.700
Mayor atau Komisaris Polisi masa kerja 20 tahun Rp2.945.200
Mayor atau Komisaris Polisi masa kerja 32 tahun Rp3.491.700
Sedangkan untuk perwira tinggi yaitu Letjen, Laksamana Madya, Marsekal Madya atau
Komisaris Jenderal Polisi dengan masa kerja 24 tahun mendapatkan gaji pokok
Rp3.635.700, dengan masa kerja 32 tahun Rp4.072.700
Untuk pucuk pimpinan tertinggi yaitu Jenderal, Laksamana, Marsekal, atau Jenderal
Polisi dengan masa kerja 32 tahun, gaji pokoknya Rp4.200.000. Besaran gaji pokok itu
belum termasuk berbagai tunjangan, seperti tunjangan lauk pauk dan lain-lain. Selain itu,
TNI dan Polri juga akan mendapat tunjangan kinerja terkait pelaksanaan program
Reformasi Birokrasi yang sudah disetujui tahun lalu.
Mungkin data diatas hanyalah sebuah data namun fakta dilapangan Polisi yang
langsung bersentuhan dengan masyarakat dan polisilah yang bertanggung jawab dengan
tugas keamanan dalam negeri namun banyak tugas polisi yang masih carut marut seperti
pungli. Mungkin celah tersebutlah yang dimanfaatkan untuk menambah “Jatah” mereka.
Berbeda dengan TNI, yang bertugas untuk pertahanan negara dan tidak langsung
berhubungan dengan masyarakat. Serta TNI hanya mengandalkan gaji saja berbeda dengan
polisi yang mungkin masih mendapat “Jatah” tambahan.
Mungkin kebijakan negara memisahkan Polri dari TNI, serta menyerahkan sepenuhnya
kewenangan keamanan dalam negeri kepada Polri, telah menimbulkan kecemburuan
psikologis TNI. Hal itu masih ditambah lagi dengan adanya aturan larangan berbisnis bagi
institusi TNI yang semakin menambahkan kecemburuan ekonomi, karena telah menutup
peluang akses ekonomi petinggi- petinggi dan oknum TNI lainnya.
Sebaliknya, anggota Polri, meskipun tidak seluruhnya, tingkat ekonominya lebih
sejahtera ketimbang prajurit TNI. Faktor-faktor laten seperti itulah yang membuat konflik
antara oknum-oknum TNI dan Polri mudah tersulut, meski karena masalah sepele. Oleh
karena itu, pemerintah harus berani meningkatkan kesejahteraan prajurit TNI secara
maksimal sehingga setara dengan anggota Polri. Remunerasi dan fasilitas hidup yang baik
adalah jawaban atas masalah itu. Tanpa adanya peningkatan kesejahteraan prajurit TNI,
sulit terhindarkan akan ada lagi bentrok antara TNI-Polri di masa mendatang.
Selama ini, kesejahteraan hanya dinikmati petinggi-petinggi TNI, sedangkan kehidupan
prajurit masih belum sejahtera. Dengan demikian, tanpa adanya peningkatan kesejahteraan
prajurit TNI, sulit berharap tidak akan ada lagi bentrok antara TNI-Polri. Kecemburuan
ekonomi hanya salah satu variabel yang menyebabkan masih terjadinya bentrokan antara
prajurit TNI dan anggota Polri. Pembinaan religi dan sumber daya manusia sangat penting
juga
Persoalan kesejahteraan yang timpang menjadi salah satu faktor yang sering kali
menyebabkan bentrokan antara prajurit TNI dan anggota Polri, di luar faktor-faktor
lainnya. Tetapi peningkatan kesejahteraan belum tentu dapat menjamin bentrok antara
prajurit TNI dan anggota Polri tidak akan terjadi lagi. Ini karena, masih banyak variabel
pendukung lainnya yang bisa mengatasi persoalan di antara kedua lembaga itu, di
antaranya dukungan masyarakat dalam melihat aspek hukum TNI dan Polri. Jadi jalan
satu-satunya ialah memperbaiki struktur internal institusi tersebut dari atasan sampai
bawahan serta mengambil langkah-langkah solutif yang lebih holistik dan komprehensif
untuk mengakhiri bentrok personel yang merusak citra kelembagaan ini. Dan pemerintah
pun jangan sampai tutup mata dengan persoalan yang sedang terjadi antara kedua institusi
ini.
VI. KESIMPULAN
Dari pembahasan diatas tadi maka saya menyimpulkan bahwa faktor utama penyebab
terjadinya konflik ialah kesenjangan kesejahteraan dan kecemburuan tentang kesejahteraan
anggota. Walaupun ada juga faktor-faktor lainnya seperti hal-hal sepele yang dilakukan
masing-masing anggota dan keegoisan institusi. Dan saya rasa faktor-faktor tersebut harus
segera dibenahi agar kejadian tersebut tidak terulang kembali.
VII. DAFTAR PUSTAKA
http://www.vivanews.co.id/211734-ini-daftar-gaji-pokok-tni-dan-polri.html
http://www.kompasiana.com/akar-masalah-penyerangan-oleh-tni-ke-polri-541068.html
http://www.antaranews.com/bentrok-tni-vs-polri-naik-300-persen.html
http://www.madiunkingdom.blogspot.com/6-aksi-bentrok-antara-tni-dengan-polri.html
http://www.beritasatu.com/100672-diduga-ada-motif-kesejahteraan-di-balik-bentrok-tni-
vs-polri-di-oku.html

More Related Content

Featured

2024 State of Marketing Report – by Hubspot
2024 State of Marketing Report – by Hubspot2024 State of Marketing Report – by Hubspot
2024 State of Marketing Report – by HubspotMarius Sescu
 
Everything You Need To Know About ChatGPT
Everything You Need To Know About ChatGPTEverything You Need To Know About ChatGPT
Everything You Need To Know About ChatGPTExpeed Software
 
Product Design Trends in 2024 | Teenage Engineerings
Product Design Trends in 2024 | Teenage EngineeringsProduct Design Trends in 2024 | Teenage Engineerings
Product Design Trends in 2024 | Teenage EngineeringsPixeldarts
 
How Race, Age and Gender Shape Attitudes Towards Mental Health
How Race, Age and Gender Shape Attitudes Towards Mental HealthHow Race, Age and Gender Shape Attitudes Towards Mental Health
How Race, Age and Gender Shape Attitudes Towards Mental HealthThinkNow
 
AI Trends in Creative Operations 2024 by Artwork Flow.pdf
AI Trends in Creative Operations 2024 by Artwork Flow.pdfAI Trends in Creative Operations 2024 by Artwork Flow.pdf
AI Trends in Creative Operations 2024 by Artwork Flow.pdfmarketingartwork
 
PEPSICO Presentation to CAGNY Conference Feb 2024
PEPSICO Presentation to CAGNY Conference Feb 2024PEPSICO Presentation to CAGNY Conference Feb 2024
PEPSICO Presentation to CAGNY Conference Feb 2024Neil Kimberley
 
Content Methodology: A Best Practices Report (Webinar)
Content Methodology: A Best Practices Report (Webinar)Content Methodology: A Best Practices Report (Webinar)
Content Methodology: A Best Practices Report (Webinar)contently
 
How to Prepare For a Successful Job Search for 2024
How to Prepare For a Successful Job Search for 2024How to Prepare For a Successful Job Search for 2024
How to Prepare For a Successful Job Search for 2024Albert Qian
 
Social Media Marketing Trends 2024 // The Global Indie Insights
Social Media Marketing Trends 2024 // The Global Indie InsightsSocial Media Marketing Trends 2024 // The Global Indie Insights
Social Media Marketing Trends 2024 // The Global Indie InsightsKurio // The Social Media Age(ncy)
 
Trends In Paid Search: Navigating The Digital Landscape In 2024
Trends In Paid Search: Navigating The Digital Landscape In 2024Trends In Paid Search: Navigating The Digital Landscape In 2024
Trends In Paid Search: Navigating The Digital Landscape In 2024Search Engine Journal
 
5 Public speaking tips from TED - Visualized summary
5 Public speaking tips from TED - Visualized summary5 Public speaking tips from TED - Visualized summary
5 Public speaking tips from TED - Visualized summarySpeakerHub
 
ChatGPT and the Future of Work - Clark Boyd
ChatGPT and the Future of Work - Clark Boyd ChatGPT and the Future of Work - Clark Boyd
ChatGPT and the Future of Work - Clark Boyd Clark Boyd
 
Getting into the tech field. what next
Getting into the tech field. what next Getting into the tech field. what next
Getting into the tech field. what next Tessa Mero
 
Google's Just Not That Into You: Understanding Core Updates & Search Intent
Google's Just Not That Into You: Understanding Core Updates & Search IntentGoogle's Just Not That Into You: Understanding Core Updates & Search Intent
Google's Just Not That Into You: Understanding Core Updates & Search IntentLily Ray
 
Time Management & Productivity - Best Practices
Time Management & Productivity -  Best PracticesTime Management & Productivity -  Best Practices
Time Management & Productivity - Best PracticesVit Horky
 
The six step guide to practical project management
The six step guide to practical project managementThe six step guide to practical project management
The six step guide to practical project managementMindGenius
 
Beginners Guide to TikTok for Search - Rachel Pearson - We are Tilt __ Bright...
Beginners Guide to TikTok for Search - Rachel Pearson - We are Tilt __ Bright...Beginners Guide to TikTok for Search - Rachel Pearson - We are Tilt __ Bright...
Beginners Guide to TikTok for Search - Rachel Pearson - We are Tilt __ Bright...RachelPearson36
 

Featured (20)

2024 State of Marketing Report – by Hubspot
2024 State of Marketing Report – by Hubspot2024 State of Marketing Report – by Hubspot
2024 State of Marketing Report – by Hubspot
 
Everything You Need To Know About ChatGPT
Everything You Need To Know About ChatGPTEverything You Need To Know About ChatGPT
Everything You Need To Know About ChatGPT
 
Product Design Trends in 2024 | Teenage Engineerings
Product Design Trends in 2024 | Teenage EngineeringsProduct Design Trends in 2024 | Teenage Engineerings
Product Design Trends in 2024 | Teenage Engineerings
 
How Race, Age and Gender Shape Attitudes Towards Mental Health
How Race, Age and Gender Shape Attitudes Towards Mental HealthHow Race, Age and Gender Shape Attitudes Towards Mental Health
How Race, Age and Gender Shape Attitudes Towards Mental Health
 
AI Trends in Creative Operations 2024 by Artwork Flow.pdf
AI Trends in Creative Operations 2024 by Artwork Flow.pdfAI Trends in Creative Operations 2024 by Artwork Flow.pdf
AI Trends in Creative Operations 2024 by Artwork Flow.pdf
 
Skeleton Culture Code
Skeleton Culture CodeSkeleton Culture Code
Skeleton Culture Code
 
PEPSICO Presentation to CAGNY Conference Feb 2024
PEPSICO Presentation to CAGNY Conference Feb 2024PEPSICO Presentation to CAGNY Conference Feb 2024
PEPSICO Presentation to CAGNY Conference Feb 2024
 
Content Methodology: A Best Practices Report (Webinar)
Content Methodology: A Best Practices Report (Webinar)Content Methodology: A Best Practices Report (Webinar)
Content Methodology: A Best Practices Report (Webinar)
 
How to Prepare For a Successful Job Search for 2024
How to Prepare For a Successful Job Search for 2024How to Prepare For a Successful Job Search for 2024
How to Prepare For a Successful Job Search for 2024
 
Social Media Marketing Trends 2024 // The Global Indie Insights
Social Media Marketing Trends 2024 // The Global Indie InsightsSocial Media Marketing Trends 2024 // The Global Indie Insights
Social Media Marketing Trends 2024 // The Global Indie Insights
 
Trends In Paid Search: Navigating The Digital Landscape In 2024
Trends In Paid Search: Navigating The Digital Landscape In 2024Trends In Paid Search: Navigating The Digital Landscape In 2024
Trends In Paid Search: Navigating The Digital Landscape In 2024
 
5 Public speaking tips from TED - Visualized summary
5 Public speaking tips from TED - Visualized summary5 Public speaking tips from TED - Visualized summary
5 Public speaking tips from TED - Visualized summary
 
ChatGPT and the Future of Work - Clark Boyd
ChatGPT and the Future of Work - Clark Boyd ChatGPT and the Future of Work - Clark Boyd
ChatGPT and the Future of Work - Clark Boyd
 
Getting into the tech field. what next
Getting into the tech field. what next Getting into the tech field. what next
Getting into the tech field. what next
 
Google's Just Not That Into You: Understanding Core Updates & Search Intent
Google's Just Not That Into You: Understanding Core Updates & Search IntentGoogle's Just Not That Into You: Understanding Core Updates & Search Intent
Google's Just Not That Into You: Understanding Core Updates & Search Intent
 
How to have difficult conversations
How to have difficult conversations How to have difficult conversations
How to have difficult conversations
 
Introduction to Data Science
Introduction to Data ScienceIntroduction to Data Science
Introduction to Data Science
 
Time Management & Productivity - Best Practices
Time Management & Productivity -  Best PracticesTime Management & Productivity -  Best Practices
Time Management & Productivity - Best Practices
 
The six step guide to practical project management
The six step guide to practical project managementThe six step guide to practical project management
The six step guide to practical project management
 
Beginners Guide to TikTok for Search - Rachel Pearson - We are Tilt __ Bright...
Beginners Guide to TikTok for Search - Rachel Pearson - We are Tilt __ Bright...Beginners Guide to TikTok for Search - Rachel Pearson - We are Tilt __ Bright...
Beginners Guide to TikTok for Search - Rachel Pearson - We are Tilt __ Bright...
 

Konflik aparat antara tni vs polri

  • 1. KONFLIK APARAT ANTARA TNI VS POLRI Karya Ilmiah Diajukan guna memenuhi tugas dalam mata kuliah Filsafat Ilmu Disusun Oleh: DANANG BANGUN KUSUMA NEGARA NIM: 12370041/ JS-A Dosen: Dr. H. Muhammad Nur S.Ag., M.Ag JINAYAH SIYASAH FAKULTAS SYARI’AH UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SUNAN KALIJAGA YOGYAKARTA 2013
  • 2. I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Cerita mengenai bentrokan antara anggota TNI dengan Polri bukanlah hal yang baru. Hubungan kedua institusi tersebut kerap panas-dingin, terutama sejak Polri pisah dari TNI per 1 April 1999. Untuk diketahui, Polri secara resmi berpisah dengan TNI sejak 1 April 1999. Namun, Polri tak secara langsung berdiri sendiri. Selama setahun, sejak 1999 hingga 2000 Polri dikelola Departemen Pertahanan (Dephan). Barulah sejak 1 Juli 2000, Polri resmi berpisah dari Dephan dan tertuang dalam Keputusan Presiden (Keppres) Nomor 89/2000 tertanggal 1 Juli 2000. Sejak periode tersebut, hubungan TNI-Polri kerap panas- dingin. Anggota Polri-TNI di Lapangansering diberitakan terlibat bentrok. Terakhir, Anggota Brimob Polda Gorontalo dan Satuan Yonif 221 Kostrad terlibat bentrok, Minggu 22 April 2012. Belum diketahui penyebab pasti bentrokan tersebut. TNI-Polri berencana untuk membentuk tim gabungan untuk menyelidiki kasus tersebut. Kasus Polisi vs TNI merupakan hal yang tidak layak terjadi. Terlebih sekarang masyarakat luas mengetahuinya. Betapa tidak memalukan ? Dua lembaga negara yang seharusnya menjadi lembaga pertahanan dan keamanan Negara malah saling bertentangan satu sama lain. Kedua lembaga itu seharusnya bisa saling bersinergi menyatukan kekuatan untuk mewujudkan keamanan Negara. TNI menangani masalah pertahanan dan Polri menangani masalah keamanan dalam arti luas. Apabila tugas masing-masing dilaksanakan dengan penuh tanggung jawab, bukankah keamanan dan perdamaian yang dicita-citakan bukan hal yang sulit diwujudkan ? ironis sekali. Adanya faktor-faktor internal maupun eksternallah yang sangat berpengaruh terhadap adanya konflik antara kedua institusi pertahanan dan keamanan negara ini. Maka disini
  • 3. saya akan sedikit banyak membahas tentang faktor-faktor apa saja yang membuat kedua institusi negara ini terlibat konflik. 1.2 Rumusan Masalah 1. Apa faktor penyebab terjadinya konflik antara POLRI vs TNI ? II. KAJIAN / TINJAUAN PUSTAKA Disini saya mengambil sebuah artikel sebagai acuan terhadap artikel yang saya buat. “Jakarta - Wakil Ketua DPR RI, Pramono Anung, menyatakan telah terjadi peningkatan bentrokan antara TNI dan Polri dalam kurun beberapa tahun terakhir. "Ada peningkatan bentrokan hampir 300 persen. Ini menunjukan ada sesuatu yang harus diperbaiki dalam hubungan TNI-Polri," kata Pramono Anung, di Gedung DPR RI, Jakarta, Jumat. Dirinya melihat salah satu hal yang mungkin membuat terjadinya ketimpangan antara TNI dan Polri sehingga meningkatnya bentrokan adalah kewenangan TNI yang terpangkas. "TNI dulu begitu dominan termasuk mengurusi kemasyarakatan. Sekarang semua menjadi ranah polisi. Apalagi dalam berbagai hal kita dipertontonkan dalam persoalan misalnya korupsi simulator yang seorang jenderal bintang dua begitu besar korupsinya, ternyata istrinya juga banyak. Ini menurut saya jadi contoh tidak baik bagi Polri," kata Pramono. Terhadap penyerangan yang dilakukan TNI terhadap Mapolres OKU, Baturaja, Sumatera Selatan, Kamis (7/3) pagi, Panglima TNI dan Kapolri harus memberikan hukuman seberat-seberatnya bagi siapapun yang melakukan tindak kekerasan. "Ini negara demokrasi. Penyelesaian tidak boleh setengah hati. Dalam konteks penyerangan, Mabes TNI harus memberikan hukuman seberat-beratnya," ujar politisi PDIP itu. Ia sendiri mengaku, dalam konteks besarnya, TNI sudah menata diri dengan baik, mereka tidak masuk dalam proses demokrasi. "Tetapi mungkin proses kecemburuan itu ada. Saya lihat gesekan-gesekan di lapangan biasanya dimulai hal-hal kecil. Di daerah ada ketimpangan antara seorang komandan Kodim sama Kapolres. Padahal pada wilayah yang
  • 4. sama. Untuk itu harus ada perbaikan, penghargaan, penghormatan supaya tidak ada ketimpangan yang besar," kata Pramono. Untuk menghidari terjadi bentrokan, masih kata dia, penyatuan TNI dan Polri seperti dulu bukanlah jalan keluarnya. "Dalam demokrasi, pemisahan itu harus dilakukan. Yang paling penting aparat Polri harus intropeksi diri," demikian Pramono Anung. “(Sumber: ANTARA News) III. KERANGKA TEORI Disini saya mencoba mengungkap masalah ini dengan teori empiris atau teori yang dilihat dari fakta-fakta yang ada dilapangan. Apa penyebab konflik yang bisa dilihat dari nilai real yang ada. Apakah kesalahan pada institusi ataukah kesalahan pada individu yang ada pada institusi tersebut. IV. METODE PENELITIAN Sebelumnya saya sudah melakukan survei dengan menanyai 10 orang dengan mengajukan 4 opsi jawaban tentang penyebab terjadinya konflik antar dua institusi bersenjata tersebut. Dan hasilnya adalah : 40% 20% 10% 30% Hasil survei dari 10 orang tentang penyebab konflik Ketimpangan kesejahteraan. Ego institusi. TNI yang tidak taat pada azas perundangan sipil. Masalah sepele.
  • 5. Dari diagram diatas bisa kita lihat bahwa 4 orang atau 40% dari orang yang saya tanyai memilih bahwa faktor yang menyebabkan terjadinya konflik iyalah ketimpangan kesejahteraan/kecemburuan sosial. Dan sisanya mengatakan ego institusi, masalah sepele dan TNI yang tidak taat pada azas perundangan sipil. V. PEMBAHASAN Akhir-akhir ini kita di suguhkan dengan adegan yang kurang terpuji dari dua institusi negara. Bagaimana bisa suatu angkatan menyerbu satu kantor angkatan lainnya. Sungguh ironi ketika suatu institusi penjaga keamanan masyarakat dan keamanan negara bisa terjadi konflik. Kita ambil contoh saja kejadian yang baru-baru ini terjadi yaitu penyerangan Mapolres Ogan Komering Ulu (OKU) di Baturaja, Sumatra Selatan, oleh anggota TNI. Sebelum kita kupas tentang penyebab konflik kedua institusi bersenjata ini ada baiknya kita tau tentang contoh konflik diatas tadi. Kasus ini terpicu insiden sebulan lalu, saat Pratu Her (23), anggota TNI AD Armed 76/15 Martapura, OKU Timur, tewas tertembus peluru yang diduga dilakukan Brigpol WJ, oknum anggota Polres OKU. Kejadian tersebut kabarnya berawal saat oknum WJ (29) dari Satuan Lantas Polres OKU sedang berjaga di Pos Polantas Simpang Empat Sukajadi. Saat itu, Her melintas dengan mengendarai sepeda motor dan lalu terjadi kesalah pahaman. Diperkirakan, merasa tersinggung, WJ bersama temannya sesama anggota polisi lantas mengejar korban, hingga terjadi cekcok. Pada saat itulah terdengar suara letusan, sehingga korban Her mengalami luka tembak. Korban saat itu sempat dilarikan ke RS Antonio Baturaja. Namun, karena luka cukup parah, nyawa korban tidak bisa ditolong. Untuk kasus penembakan ini, WJ sudah diproses hukum. Pada Selasa (5/3) lalu, kasus ini juga sudah direkontruksi, serta berkasnya sudah dilimpahkan ke kejaksaan untuk tahap pertama. Menurut saya dari contoh kasus yang terjadi tersebut, setiap kali terjadi bentrokan antar personel dari dua institusi ini, alasan-alasan sepelelah yang kerap muncul, seperti
  • 6. kenakalan prajurit di lapangan, luapan emosi, senggolan antara personel, hingga rebutan pacar. Akar persoalan dari hubungan TNI-Polri selalu luput dari perhatian. Bentrokann antara TNI dan Polri di Sumatera Selatan menambah panjang catatan hitam aparat keamanan tanah air. Berikut 6 Aksi Bentrokan Antara TNI Vs Polri lainnya: 1. Bentrok di Tengah Kerusuhan Sampit Peristiwa ini terjadi pada 27 Februari 2001 lalu, saat itu wilayah Sampit, Kalimantan Tengah sedang mencekam akibat kerusuhan SARA. 300 orang lebih tewas sementara ribuan lain terpaksa mengungsi. Di saat suasana sedang genting anggota TNI dan Brimob bukan menyelesaikan kerusuhan Sampit tapi kedua aparat negara ini saling serang, yang mengakibatkan dua orang tewas dan belasan luka-luka. 2. Gara-gara Botol, Brimob Tembaki Kostrad Pada 2012 lalu, anggota Kostrad dan Brimod di Gorontalo, Papua saling bentrok. Aksi bentrok itu dipicu lantaran pelemparan botol yang dilakukan sejumlah orang tak dikenal saat Brimob melakukan patroli. Dua orang Brimob luka-luka. Para anggota Brimob pun melakukan sweeping dengan memberhentikan semua mobil yang lewat guna mengetahui siapa pelaku pelemparan botol tersebut. Mereka melepaskan tembakan kepada mobil yang tidak mau berhenti, akibat tembakan itu empat anggota Kostrad mengalami luka tembak, dan dua lainnya mengalami luka akibat ditusuk. 3. Saling Tembak Karena Adu Mulut di Perbatasan Pada 10 Desember 2006, Para anggota TNI dan Polri bukannya mengamankan perbatasan RI-Timor Leste, personel TNI dan Polri malah bentrok di Atambua, NTT. Penyebabnya bermula dari sekelompok anggota Yonif 744 melintas mapolres Belu. Tak jelas kenapa, para prajurit yang masih berusia muda itu perang mulut dengan anggota polisi. Terdengar suara tembakan. Para prajurit Yonif 744 ini pun memanggil bala bantuan. Baku tembak terjadi. Suasana Atambua mencekam.
  • 7. 4. Bentrok Yonif Linud 100 Vs Brimob di Binjai Bentrok di Binjai, Sumatera Utara, antara Brimob dan Yonif Lintas Udara 100 benar- benar seperti perang. Puluhan personel TNI menggempur markas Brimob di Tanah Tinggi. Mereka juga menggranat markas tersebut hingga nyaris rata dengan tanah. Aksi tembak menembak yang dilakukan kedua kubu menyebabkan 10 Orang tewas. Penyebabnya diketahui karena polisi menangkap seorang pemuda yang kedapatan membawa narkoba, salah satu anggota TNI meminta agar pemuda dibebaskan. Polisi menolak, anggota TNI marah dan kemudian aksi saling serang itu terjadi. 5. Bentrok di Kamar Kos Pada Februari 2008, TNI dan Polri bentrok lantaran persoalan kamar kos di Masohi, Maluku. Dalam bentrok itu dua anggota Polri dan satu anggota TNI tewas. Penyebabnya diketahui, Bripka Rumata yang habis piket hingga pagi hari, pulang ke kamar kosnya dan mendapati kamarnya dalam keadaan terkunci. Dia mendapati di dalam ada Prada Eko yang tidur bersama kekasihnya. Entah bagaimana, Eko tidak kembali ke baraknya. Rekan-rekannya yang menanyakan kejadian yang menimpa Eko, mendapat isu bahwa Eko diculik oleh Rumata. Rekan- rekannya Eko menyerang Polres Masohi, tempat Bripka Rumata bekerja. 6. Bentrok Anggota Yon 501 dengan Polisi di Madiun Bentrokan antara anggota Polresta Madiun dengan Batalion 501 diawali masalah sepele, yaitu berselisih di antrean SPBU. Bentrokan ini membuat situasi Madiun, Jawa Timur mencekam. Dua warga sipil ikut jadi korban. Kantor Mapolresta Madiun sempat dua kali diserang anggota TNI. Baku tembak tak terhindarkan. Bentrokan dan baku tembak antara anggota Polresta Madiun dengan anggota Yon 501 telah membuat kota Madiun mencekam pada Minggu (16/9/2001) dini hari. Catatan Indonesia Police Watch (IPW) menyebutkan, sejak 2007 sampai dengan saat ini, setidaknya telah terjadi 17 peristiwa bentrokan. Rinciannya: pada 2007 terjadi 3 peristiwa, 2008 terjadi 2 peristiwa, 2009 terjadi 4 peristiwa, 2010 terjadi 6 peristiwa, 2011
  • 8. terjadi 1 peristiwa, April 2012 terjadi 1 pe-ristiwa. Sungguh ironis ketika institusi pengawal/penjaga negara dan pengayom masyarakat ini justru terlibat saling sikut dengan menggunakan senjata yang dibeli dari uang rakyat? Ini tentu sangat berbahaya bagi masyarakat. Kita bertanya-tanya apa sih faktor yang mendasari terjadinya konflik antar aparat bersenjata tersebut?? Apakah karena alasan-alasan sepelelah yang kerap muncul, seperti kenakalan prajurit di lapangan, luapan emosi, senggolan antara personel, hingga rebutan pacar, kebobrokan didalam institusi tersebut ataukah justru ada faktor lain. Maka mari kita bahas lebih rincin tentang persoalan tersebut. Jika dibilang faktor yang mendasari terjadinya konflik adalah masalah TNI yang tidak taat pada azas perundangan sipil dan ego institusi ada benarnya juga karna apa?? Semua prajurit telah didoktrin untuk taat kepada doktin militer, tetapi tidak pada doktrin perundangan aturan sipil seperti bersedia untuk diperiksa Polri bila prajurit tersebut telah melanggar lalu lintas, bersedia diperiksa Polri bila melakukan tindak pidana yang melibatkan warga sipil. Bila saja TNI berada di ksatriannya sendiri, atau berada didaerah terisolir, sebenarnya tidak masalah mereka tidak taat pada azas perundangan sipil. Yang menjadi maslah adalah ksatrian mereka berada ditengah-tengah masyarakat, sehingga mau tidak mau merka akan berinteraksi sosial dengan warga sipil. Adanya hubungan interaski sosial inilah pasti akan ada pelanggaran aturan sipil yang dilakukan. Selain itu jika faktornya adalah Hal sepele mungkin juga bisa saja terjadi misal yang kerap muncul, seperti kenakalan prajurit di lapangan, luapan emosi, senggolan antara personel, hingga rebutan pacar. Itu semua juga bisa memicu timbulnya konflik antar institusi tersebut. Ketimpangan kesejahteraan / kecemburuan kesejahteraanlah yang mungkin saya anggap sebagai faktor terbesar penyebab konflik antar institusi tersebut. Jika kita lihat daftar gaji Polri dan TNI di bawah ini :
  • 9. Besaran gaji pokok TNI dan Polri sama, tergantung dari pangkat dan lama kerja. Besaran gaji pokok itu tertulis dalam Peraturan Pemerintah RI Nomor 12 Tahun 2011 tentang Perubahan Ketujuh Atas PP Nomor 28 Tahun 2001 Tentang Peraturan Gaji Anggota Tentara Nasional Indonesia dan Peraturan Pemerintah RI Nomor 13 Tahun 2011 Tentang Perubahan Ketujuh Atas Peraturan Pemerintah Nomor 29 tahun 2001 Tentang Peraturan Gaji Anggota Kepolisian Negara Republik Indonesia. Kedua peraturan itu memuat gaji pokok dengan besaran sama untuk pangkat terendah yaitu Rp1,23 juta untuk prajurit dua kelasi dua dengan masa kerja 0 tahun (untuk TNI) dan Anggota Kepolisian Bhayangkara Dua dengan masa kerja 0 tahun. Sedangkan gaji pokok tertinggi sebesar Rp4,2 juta bagi pangkat tertinggi yaitu Jenderal, Laksamana, Marsekal, atau Jenderal Polisi dengan masa kerja 32 tahun. Berikut sebagian daftar gaji pokok bagi TNI dan Polri. Untuk Golongan I Tamtama TNI atau Polri Prajurit Dua Kelasi Dua atau Bhayangkara Dua Masa Kerja 0 tahun Rp1.230.000 Prajurit Dua Kelasi Dua atau Bhayangkara Dua Masa Kerja 10 tahun Rp1.417.400 Prajurit Dua Kelasi Dua atau Bhayangkara Dua Masa Kerja 20 tahun Rp1.633.400 Prajurit Dua Kelasi Dua atau Bhayangkara Dua Masa Kerja 28 tahun Rp1.829.700 Untuk Golongan II Bintara TNI atau Polri Sersan Dua atau Brigadir Polisi Dua masa kerja 0 tahun Rp1.565.800 Sersan Dua atau Brigadir Polisi Dua masa kerja 10 tahun Rp1.804.500 Sersan Dua atau Brigadir Polisi Dua masa kerja 20 tahun Rp2.079.500 Sersan Dua atau Brigadir Polisi Dua masa kerja 32 tahun Rp2.465.400
  • 10. Golongan III Perwira Pertama Letnan Dua atau Inspektur Polisi Dua masa kerja 0 tahun Rp2.022.100 Letnan Dua atau Inspektur Polisi Dua masa kerja 11 tahun Rp2.363.300 Letnan Dua atau Inspektur Polisi Dua masa kerja 21 tahun Rp2.723.500 Letnan Dua atau Inspektur Polisi Dua masa kerja 31 tahun Rp3.138.600 Golongan IV Perwira Menengah Mayor atau Komisaris Polisi masa kerja 0 tahun Rp2.217.700 Mayor atau Komisaris Polisi masa kerja 10 tahun Rp2.555.700 Mayor atau Komisaris Polisi masa kerja 20 tahun Rp2.945.200 Mayor atau Komisaris Polisi masa kerja 32 tahun Rp3.491.700 Sedangkan untuk perwira tinggi yaitu Letjen, Laksamana Madya, Marsekal Madya atau Komisaris Jenderal Polisi dengan masa kerja 24 tahun mendapatkan gaji pokok Rp3.635.700, dengan masa kerja 32 tahun Rp4.072.700 Untuk pucuk pimpinan tertinggi yaitu Jenderal, Laksamana, Marsekal, atau Jenderal Polisi dengan masa kerja 32 tahun, gaji pokoknya Rp4.200.000. Besaran gaji pokok itu belum termasuk berbagai tunjangan, seperti tunjangan lauk pauk dan lain-lain. Selain itu, TNI dan Polri juga akan mendapat tunjangan kinerja terkait pelaksanaan program Reformasi Birokrasi yang sudah disetujui tahun lalu. Mungkin data diatas hanyalah sebuah data namun fakta dilapangan Polisi yang langsung bersentuhan dengan masyarakat dan polisilah yang bertanggung jawab dengan tugas keamanan dalam negeri namun banyak tugas polisi yang masih carut marut seperti
  • 11. pungli. Mungkin celah tersebutlah yang dimanfaatkan untuk menambah “Jatah” mereka. Berbeda dengan TNI, yang bertugas untuk pertahanan negara dan tidak langsung berhubungan dengan masyarakat. Serta TNI hanya mengandalkan gaji saja berbeda dengan polisi yang mungkin masih mendapat “Jatah” tambahan. Mungkin kebijakan negara memisahkan Polri dari TNI, serta menyerahkan sepenuhnya kewenangan keamanan dalam negeri kepada Polri, telah menimbulkan kecemburuan psikologis TNI. Hal itu masih ditambah lagi dengan adanya aturan larangan berbisnis bagi institusi TNI yang semakin menambahkan kecemburuan ekonomi, karena telah menutup peluang akses ekonomi petinggi- petinggi dan oknum TNI lainnya. Sebaliknya, anggota Polri, meskipun tidak seluruhnya, tingkat ekonominya lebih sejahtera ketimbang prajurit TNI. Faktor-faktor laten seperti itulah yang membuat konflik antara oknum-oknum TNI dan Polri mudah tersulut, meski karena masalah sepele. Oleh karena itu, pemerintah harus berani meningkatkan kesejahteraan prajurit TNI secara maksimal sehingga setara dengan anggota Polri. Remunerasi dan fasilitas hidup yang baik adalah jawaban atas masalah itu. Tanpa adanya peningkatan kesejahteraan prajurit TNI, sulit terhindarkan akan ada lagi bentrok antara TNI-Polri di masa mendatang. Selama ini, kesejahteraan hanya dinikmati petinggi-petinggi TNI, sedangkan kehidupan prajurit masih belum sejahtera. Dengan demikian, tanpa adanya peningkatan kesejahteraan prajurit TNI, sulit berharap tidak akan ada lagi bentrok antara TNI-Polri. Kecemburuan ekonomi hanya salah satu variabel yang menyebabkan masih terjadinya bentrokan antara prajurit TNI dan anggota Polri. Pembinaan religi dan sumber daya manusia sangat penting juga Persoalan kesejahteraan yang timpang menjadi salah satu faktor yang sering kali menyebabkan bentrokan antara prajurit TNI dan anggota Polri, di luar faktor-faktor lainnya. Tetapi peningkatan kesejahteraan belum tentu dapat menjamin bentrok antara
  • 12. prajurit TNI dan anggota Polri tidak akan terjadi lagi. Ini karena, masih banyak variabel pendukung lainnya yang bisa mengatasi persoalan di antara kedua lembaga itu, di antaranya dukungan masyarakat dalam melihat aspek hukum TNI dan Polri. Jadi jalan satu-satunya ialah memperbaiki struktur internal institusi tersebut dari atasan sampai bawahan serta mengambil langkah-langkah solutif yang lebih holistik dan komprehensif untuk mengakhiri bentrok personel yang merusak citra kelembagaan ini. Dan pemerintah pun jangan sampai tutup mata dengan persoalan yang sedang terjadi antara kedua institusi ini. VI. KESIMPULAN Dari pembahasan diatas tadi maka saya menyimpulkan bahwa faktor utama penyebab terjadinya konflik ialah kesenjangan kesejahteraan dan kecemburuan tentang kesejahteraan anggota. Walaupun ada juga faktor-faktor lainnya seperti hal-hal sepele yang dilakukan masing-masing anggota dan keegoisan institusi. Dan saya rasa faktor-faktor tersebut harus segera dibenahi agar kejadian tersebut tidak terulang kembali.