SlideShare a Scribd company logo
KOHESI DAN KOHERENSI DALAM WACANA
Aflahah
OKARA, Vol. I, Tahun 7, Mei 2012
1
KOHESI DAN KOHERENSI DALAM WACANA
Oleh: Aflahah
(Dosen Jurusan Syari’ah STAIN Pamekasan [aflahahismail@gmail.com])
Abstrak:
Kohesi adalah keserasian hubungan antara unsur yang satu dengan unsur yang lainnya
dalam wacana sehingga tercipta pengertian yang apik atau koheren.
Profil wacana yang kohesif ditunjukkan oleh penanda formal yang
menghubungkan apa yang telah dikatakan dengan apa yang segera akan
dikatakan. Piranti kohesi dalam wacana ditandai dengan penggunaan piranti formal
yang berupa bentuk linguistik yang berfungsi sebagai sarana
penghubung. Unsur kohesi terdiri atas dua macam, yaitu unsur gramatikal dan
leksikal. Istilah koherensi mengacu pada aspek tuturan, bagaimana proposisi yang
terselubung disimpulkan untuk menginterpretasikan ilokusinya dalam
membentuk sebuah wacana. Koherensi sebuah wacana tidak hanya terletak
pada adanya sebuah piranti kohesi. Di samping piranti kohesi, masih banyak faktor
lain yang memungkinkan terciptanya koherensi itu. Syarat lain untuk tercapainya
koherensi adalah proposisi itu harus positif.
Kata Kunci:
Kohesi, koherensi, wacana
KOHESI DAN KOHERENSI DALAM WACANA
Aflahah
OKARA, Vol. I, Tahun 7, Mei 2012 2
Pendahuluan
Sebagaimana dipaparkan oleh Sara Mills,
pengertian wacana itu beragam. Bahkan
kajian wacana tidak hanya menjadi bidang
garapan disiplin kebahasaan saja tetapi
juga bidang sosiologi, filsafat, dan
psikologi sosial. Ini semakin menguatkan
bahwa kajian wacana memiliki rentangan
sudut pandang kajian yang luas. Tidak
mengherankan kalau dalam pemakaian
bahasa sehari-hari terdengar kata-kata
“itu masih menjadi wacana, bukan
keputusan final pemerintah”.1
Namun, untuk keperluan penjelasan dua
konsep di atas-kohesi dan koherensi-penulis
akan mengutip salah satu definisi wacana
yang mengatakan bahwa wacana secara
kasar adalah organisasi bahasa yang lebih
luas dari kalimat atau klausa dan oleh karena
itu dapat juga dimaksudkan sebagai satuan
linguistik yang lebih besar, misalnya
percakapan lisan atau tertulis.2
Lebih lanjut
dikatakan bahwa analisis wacana itu
sebenarnya analisis bahasa dalam
penggunaannya. Oleh karena itu, analisis
wacana tidak dapat dibatasi hanya pada
deskripsi bentukbentuk linguistik yang
terpisah dari tujuan dan fungsi bahasa dalam
proses interaksi antar manusia.
A. Konsep Dasar Kohesi dan
Koherensi
Kohesi adalah keserasian
hubungan antara unsur yang satu
dengan unsur yang lain dalam wacana
1
Sara Mills, Discourse, (New York:
Routlledge, 1997), hlm. 1-6.
2
Abdul Wahab, Isu Linguistik, (Surabaya:
Airlangga University Press, 2006), hlm. 126.
sehingga tercipta pengertian
yang apik atau koheren.3
Halliday dan Hasan mengungkapkan
bahwa penentu utama untuk
menentukan apakah seperangkat
kalimat itu merupakan suatu teks
sangat bergantung pada hubungan-
hubungan kohesif yang ada di dalam
dan di antara kalimatkalimat itu yang
dapat membentuk suatu jaringan atau
tekstur (texture). Suatu teks itu
mempunyai jaringan dan inilah yang
membedakannya dengan yang bukan
teks. Jaringan ini dibuat oleh hubungan
yang padu (cohesive relation). Profil
wacana yang kohesif ditunjukkan oleh
penanda formal yang menghubungkan
apa yang telah dikatakan dengan apa
yang segera akan dikatakan.4
(1) Annelies dan ibunya harus berpisah
karena ia akan pergi ke Belanda.
10
Kalimat (1) tidaklah kohesif karena
kata ia tidak jelas mengacu kepada siapa-
Annelies atau ibunya. Oleh karena itu,
pengertian yang dibangun oleh konstruksi
kalimat (1) tidaklah utuh. Akan berbeda
halnya jika kalimat (1) diubah menjadi
kalimat (2) atau (3) berikut ini.
3
Anton Moeliono dkk, Tata Bahasa Baku
Bahasa Indonesia, (Jakarta: PT. Balai Pustaka,
1997), hlm. 343.
4
Baca dalam Gilian Brown dan George
Yule, Discourse Analysis, (Cambridge University
Press,1985), hlm. 191.
KOHESI DAN KOHERENSI DALAM WACANA
Aflahah
OKARA, Vol. I, Tahun 7, Mei 2012 3
(2) Annelies dan ibunya harus berpisah
karena Annelies akan pergi ke
Belanda.
(3) Annelies dan ibunya harus berpisah
karena ibunya akan pergi ke Belanda.
Dengan demikian kalimat (2) dan (3)
memberikan pemahaman yang utuh atau
koheren kepada pembaca. Hal ini disebabkan
oleh piranti kohesi yang dipakai dalam
struktur kalimat (2) dan (3) yaitu berupa
pengulangan kata. Macammacam piranti
kohesi ini akan dijelaskan lebih lanjut.
Untuk mendapatkan
pemahaman yang utuh atau
koheren memang tidak
selalu digunakan piranti kohesi. Jalinan
makna dalam konteks yang jelas juga
dapat menjadikan suatu wacana itu
koheren. Wacana (4) berikut ini menyatakan
akan hal itu.
(4) a. Arai: Kal, ada telepon dari Universitas
Sorbonne.
b. Ikal : Saya masih mandi.
Apa yang dikemukakan oleh Ikal
memang hanya alasan mengapa ia
tidak dapat menerima telepon dari
Universitas Sorbonne. Meskipun tidak ada
piranti kohesi antara kalimat (4.a) dan (4.b)
tetapi jalinan arti yang terungkap tidak akan
membingungkan atau tidak diragukan sama
sekali.
B. Piranti Kohesi dalam Wacana
Piranti kohesi dalam wacana
ditandai dengan penggunaan piranti
5
Rani dkk, Analisis Wacana, (Malang:
Bayumedia Publishing,2004), hlm. 94.
formal yang berupa bentuk linguistik
yang berfungsi sebagai sarana
penghubung. Menurut Halliday dan
Hasan unsur kohesi itu terdiri atas dua
macam, yaitu unsur gramatikal dan
leksikal. Hubungan gramatikal itu dapat
diklasifikasikan berdasarkan bentuk
bahasa yang digunakan. Hubungan
gramatikal selanjutnya dibedakan
menjadi referensi, substitusi, dan elips.
Sedangkan hubungan leksikal dapat
diciptakan dengan menggunakan
bentuk-bentuk leksikal seperti
reiterasi dan kolokasi.5
Hubungan-hubungan padu atau
utuh di dalam teks terjalin yang kadang
kala suatu tafsiran di dalam wacana itu
tergantung pada unsur yang lainnya.
Tipe hubungan utuh dalam teks-teks
yang secara eksplisit tertanda dan tidak
asing lagi ditunjukkan oleh
penandapenanda formal yang
menghubungkan apa yang akan segera
dikatakan dengan apa yang telah
dikatakan sebelumnya. Taksonomi
penanda hubunganhubungan konjungtif
yang eksplisit meliputi beberapa macam
jenis seperti dikemukakan oleh Brown
dan Yule di bawah ini:6
(a) penambahan: dan, atau,
selanjutnya, senada, dan lagi,
(b) adversatif: tetapi, namun, di satu
sisi, meskipun demikian,
(c) kausal: sehingga, akibatnya,
untuk itu, berangkat dari hal itu,
(d) temporal: kemudian, setelah itu,
beberapa jam kemudian,
akhirnya, pada akhirnya.
6
Gilian Brown dan George Yule,
Discourse Analysis, (Cambridge University Press
1985), hlm. 191.
KOHESI DAN KOHERENSI DALAM WACANA
Aflahah
OKARA, Vol. I, Tahun 7, Mei 2012 4
Sementara itu Moeliono dkk.
menyatakan bahwa kohesi dapat
dibentuk dengan cara berikut:7
1) Penggunaan hubungan unsurunsur
yang menyatakan:
(a) pertentangan dengan
memakai kata penghubung
tetapi atau namun,
(b) kelebihan dengan memakai
kata penghubung malahan
atau bahkan,
(c) perkecualian dengan
menggunakan kata
penghubung kecuali,
(d) konsesif dengan memakai kata
penghubung walaupun atau
semakin,
(e) tujuan dengan memakai kata
penghubung agar atau
supaya.
2) Pengulangan kata atau frasa
Contoh: Ibu membelikan adik novel
baru. Ibu tahu kalau adik memang
suka membaca novel.
3) Penggunaan kata yang maknanya
berbeda tetapi kata yang
digantikan dan yang menggantikan
menunjuk pada acuan yang sama.
Contoh: (5) Andrea Hirata pernah
menempuh pendidikan di
Universitas Sorbonne
Perancis. Penulis novel laskar
pelangi itu sekarang bekerja di
PT. Telkom Bandung.
7
Anton Moeliono dkk, Tata Bahasa Baku
Bahasa Indonesia, (Jakarta: PT. Balai Pustaka,
1997), hlm. 344.
Pada contoh wacana (6) frasa
Andrea Hirata dan frasa Penulis
novel laskar pelangi mengacu ke
acuan yang sama atau koreferensi.
4) Penggantian bentuk yang tidak
mengacu ke acuan yang sama,
melainkan ke kumpulan yang
sama. Ini tampak dalam kalimat
(7) berikut ini.
(5) Annelies berjalan di
tengahtengah kebun tulip.
Sewaktu tiba di dekat pintu keluar,
ia memetik sekuntum dan
disematkan di dada blusnya. Pada
wacana (7) mengacu ke kumpulan
yang sama, yaitu bunga. Pada
contoh itu terdapat persesuaian
alami karena bentuk kuntum
merupakan penggolongan bunga.
Karena itu antara bunga dan
kuntum merupakan persesuaian
alami, suatu hubungan yang
bersifat
12
gramatikal tentulah kohesif dan
menjadi dasar koherensi.
5) Penggantian lain dalam wacana
adalah penggantian melalui
metafora. Penggantian seperti ini
mempunyai konteks tertentu
untuk dapat dimakluminya karena
tidak setiap hal dapat dinyatakan
dengan metafora. Contoh
penggunaannya dapat dilihat
dalam contoh kalimat di bawah ini.
(6) Tidak mengherankan kalau Annelies
tumbuh menjadi gadis cantik
KOHESI DAN KOHERENSI DALAM WACANA
Aflahah
OKARA, Vol. I, Tahun 7, Mei 2012 5
dengan mata biru dan kulit
kemerahmerahan, karena bunga itu
berayahkan seorang
Belanda, Mellema.
Bunga merupakan metafora bagi gadis
cantik. Hubungan kedua frasa yang
bersangkutan merupakan hubungan
metaforis dan koherensi tetap terjadi
karenanya.
6) Kohesi juga dapat dibentuk dengan
adanya hubungan leksikal.
Contoh penggunaan cara ini tampak
dalam wacana (9) berikut ini.
(7) Semenjak kepergian Annesia
ke Negeri Belanda, bunga
yang biasanya semerbak di
depan rumah Nyai
Ontosoroh tak tampak lagi. Hanya
anggrek bulan yang masih tampak
menawan oleh karena ketahanannya
terhadap terpaan panas. Hubungan
antara bunga dan anggrek bulan
adalah hubungan hiponimi.
Hubungan ini dapat pula dikatakan
sebagai hubungan antara kata
umum dan kata spesifik. Anggrek
bulan sebagai kata spesifik,
merupakan bagian dari kata bunga.
7) Kohesi juga dapat dibentuk dengan
menunjukkan hubungan
“bagian-keutuhan”.
Contoh penggunaan cara ini
tampak dalam wacana (10) berikut
ini.
(8) Bintang laut selatan telah
dipeluk samudera. Nakhoda
menghidupkan mesin utama
8
Evelyn Hatch, Discourse and Language
Education, (Cambridge University Press, 1992),
hlm. 223-233.
dan di buritan kulihat luapan
buih melonjak-lonjak karena
tiga baling-baling raksasa
menerjang air. Aku disergap
sepi di tengah bunyi gemuruh
dan aku pegang erat pada
besi pagar haluan saat
kapal mulai diayun ombak
musim barat, kepalaku tak
terhenti mengingat satu kata:
Ciputat.
Pada contoh wacana (10)
Bintang laut selatan atau kapal
sebagai suatu entitas tentu
memiliki bagian-bagian yang
membentuk entitas itu.
Bagianbagian itu adalah mesin
utama, buritan, dan besi pagar
haluan. Hubungan bagian-
keutuhan itu tentu menjadikan
wacana itu kohesif sekaligus
koheren.
Halliday dan Hasan (1976)
dalam Hatch8
mengemukakan bahwa
piranti kohesi itu dapat dibentuk
dengan beberapa cara. Halliday dan
Hasan membedakan lima tipe utama
piranti kohesi gramatikal menjadi:
reference, substitution, ellipsis,
conjuction, dan lexical ties yang
masing-masing akan diuraikan berikut
ini.
Referen (Reference)
Reference sebagai piranti kohesi
dalam pembahasan lain dikatakan sebagai
pemarkah deiksis yang mengacu pada
bagian-bagian wacana seperti orang, tempat,
temporal, deiksis wacana. Istilah-istilah inilah
KOHESI DAN KOHERENSI DALAM WACANA
Aflahah
OKARA, Vol. I, Tahun 7, Mei 2012 6
yang oleh Helliday dan Hasan dikatakan
sebagai piranti kohesi.
Referen itu dibentuk dengan bantuan item-
item leksikal. Item-item leksikal yang
digunakan sebagai pembentuk referen ini
meliputi pronominal (pronoun),
demonstrative (demonstratives), dan
komparatif (comparatives) untuk referen
gramatikal. Pronominal sebagai ikatan
kohesif (pronoun as cohesive ties).
Pronominal digunakan untuk menyatakan
hubungan benda dalam suatu wacana.
Demonstratif sebagai ikatan kohesif
(demonstrantive as cohesive ties). Piranti
dapat digunakan baik secara anaforis
maupun kataforis. Contoh wacana (11)
berikut ini menggambarkan hal itu.
(9) Pameran buku terbesar akan
dilaksanakan pada 9 sampai 15
Februari 2012. Jika Anda akan
membeli buku, Anda harus tahu ini.
Kata ini mengacu pada pameran
buku terbesar sehingga hubungan itu
bersifat anaforis. Akan berbeda halnya jika
wacana itu seperti dilengkapi
dengan untaian kalimat lain seperti tampak
dalam wacana (12) di bawah ini.
(10)Pameran buku terbesar akan
dilaksanakan pada 9 sampai 15
Februari 2012. Jika Anda akan
membeli buku, Anda harus tahu ini.
Seperti pameran tahun yang lalu,
Anda akan mendapatkan harga yang
spesial dan rabat sampai lima puluh
persen.
Pada wacana (12) kata ini dapat
diacukan ke harga yang spesial atau rabat
sampai lima puluh persen. Dengan
demikian hubungan tersebut
dapat bersifat kataforis.
Komparatif sebagai ikatan kohesif
(comparative as cohesive ties).
Kebanyakan komparatif ini digunakan untuk
referen anaforis. Contoh mengenai hal ini
tampak dalam wacana
(13) berikut ini.
(11) Saya tidak meminta lebih
Pada contoh wacana (13) kata lebih
yang mengimplikasikan komparatif mengacu
pada kata sebelumnya.
14
Substitusi (Substitution)
Substitusi ini tidak mengacu pada
entitas yang khusus tetapi pada kelas.
Contoh: (12) Did you find the blankets? Only
the blue ones. (Apakah kamu sudah
mendapatkan selimut? Hanya yang biru.
Dalam hal ini ones (yang biru) tidak
mengacu ke blankets (selimut) tetapi
mengacu kepada kelas selimut. Substitusi
dapat dibentuk untuk nominal, verba, dan
klausal. Levinson menyebutnya dengan
pemarkah deiksis yang menunjuk ke
kelompok-kelompok (deictic merkers to
point to these groups), Halliday dan Hasan
menyebutnya dengan pemarkah yang
mengikat pemarkah dan kelompok secara
bersama-sama (tying the marker and
group together). Secara berturutturut
wacana (15), (16), dan (17) berikut ini
menunjukkan substitusi untuk kategori
nominal, verbal, dan klausal.
(12)Do you want the blankets? Yes,
I will take one. (One
mensubstitusi blankets)
(13)Did you sing? Yes, I did. (did
mensubstitusi sing)
(14)The blankets needed to be
cleaned. Yes, they did. (did
KOHESI DAN KOHERENSI DALAM WACANA
Aflahah
OKARA, Vol. I, Tahun 7, Mei 2012 7
mensubstitusi needed to be
cleaned)
Elipsis (Ellipsis)
Ellipsis dapat dikatakan sebagai
ikatan kosong atau zero tie sebab ikatan itu
secara actual tidak dikatakan. Wacana
(18) memberikan gambaran akan hal itu.
(15)Would you like to hear another
verse? I know twelve. (verses).
Kata verse pada bagian awal disebut
dan dihilangkan untuk bagian kedua.
Sebagaimana substitusi, ellipsis dapat
digunakan untuk kategori nominal, verbal,
dan klausal. secara berturut-turut wacana
(19), (20), dan (21) berikut ini menyatakan
hal itu.
(16)They are small. Take two. (cookies)
(17)Were you typing? No, I wasn’t.
(typing)
(18)I don’t know to work this
computer. I will have to learn how.
(to work the computer)
Konjungsi (conjunction)
Dalam membentuk wacana,
khususnya teks tulis, diperlukan konjungsi.
Konjungsi berfungsi untuk merangkaikan
atau mengikat beberapa proposisi dalam
wacana agar perpindahan ide dalam wacana
itu terasa lembut. Sesuai dengan fungsinya,
konjungsi dalam bahasa Indonesia dapat
digunakan untuk merangkaikan ide, baik
dalam satu kalimat
(intrakalimat) maupun antar kalimat.9
Lebih
lanjut dijelaskan bahwa dalam
pengembangan tata bahasa transformasi
9 Rani dkk, Analisis Wacana, (Malang:
Bayumedia Publishing,2004), hlm. 107.
seperti yang dilakukan oleh Samsuri (1984),
konjungsi digunakan sebagai sarana
transformasi rapatan. Khusus konjungsi
antarkalimat digunakan sebagai sarana
transformasi lanjut.
Penggunaan konjungsi sebagai
piranti kohesi dalam bahasa Indonesia
menunjukkan pola tertentu. Konjungsi
digunakan dengan mempertimbangkan
logika berpikir. Penggunaan konjungsi yang
tidak mempertimbangkan logika akan
membuat wacana menjadi tidak apik. Logika
berpikir itu bergantung pada piranti kohesi
yang digunakan atau sebaliknya.
Uraian mengenai konjungsi ini sama
dengan apa yang dikemukakan oleh Yule dan
Brown ataupun yang dikemukakan oleh
Moeliono dkk. Namun ada yang
mengeksplorasi lebih lanjut dengan merinci
jenis-jenis konjungsi yang digunakan seperti
yang dilakukan oleh Rani, dkk yang
mendasarkan eksplorasinya pada tata
bahasa transformasi. Beberapa piranti kohesi
dalam bentuk sarana transformasi lanjut
adalah:10
1) Piranti urutan waktu (setelah itu,
mula-mula, akhirnya, dan lalu)
2) Piranti pilihan (atau)
3) Piranti alahan (meskipun begitu,
walaupun demikian, dan walaupun
begitu)
4) Piranti paraphrase ( dengan kata lain
atau dengan perkataan lain)
5) Piranti ketidakserasian (padahal dan
dalam kenyataannya)
6) Piranti serasian (demikian juga)
10 Ibid. hlm. 110-128.
KOHESI DAN KOHERENSI DALAM WACANA
Aflahah
OKARA, Vol. I, Tahun 7, Mei 2012 8
7) Piranti tambahan (selain itu dan
tambahan lagi, dan di samping
itu)
8) Piranti pertentangan (namun,
sebaliknya, dan tetapi)
9) Piranti perbandingan (sama halnya,
berbeda dengan itu, seperti, dalam
hal seperti itu, lebih dari itu, serupa
dengan itu, dan sejalan dengan itu)
10) Piranti sebab akibat (akibatnya,
dengan demikian, oleh Karena
itu, dan sebab itu)
11) Piranti harapan
(mudahmudahan)
12) Piranti ringkasan dan simpulan
(singkatnya, pendeknya, pada
umumnya, jadi, kesimpulannya, dan
dengan ringkasnya)
13) Piranti misalan atau contohan
(contohnya dan umpamanya)
14) Piranti keragu-raguan (janganjangan,
barangkali, mungkin, dan
kemungkinan besar)
15) Piranti konsessi (memang dan tentu
saja)
16) Piranti tegasan (bahkan)
17) Piranti jelasan (yang dimaksud)
Mengenai pemakaian konjungsi ini,
beberapa ahli meneliti spesifikasi
penggunaannya untuk bidang
tertentu. Winter (1971)
mengategorikan konjungsi yang
digunakan oleh penulis ilmu
pengetahuan. Penemuannya adalah
sejumlah konjungsi yang sering
digunakan oleh penelis tersebut
adalah:
1) Urutan logis (logical sequence)
seperti thus,therefore, then,
thence,consequently, so.
2) Kontras (contrast) seperti however,
in fact, conversely. 3)
Keraguan/kepastian
(doubt/certainty) seperti probably,
possibly,indubitably.
16
4) Nonkontras (noncontras) seperti
moreover, likewise, similarly.
5) Ekspansi (expansion) seperti for
example, in particular.
Ikatan leksikal (lexical ties)
Ikatan leksikal bias panjang dan juga
bias pendek. Ikatan leksikal dapat dibentuk
oleh pengulangan (repetition), sinonim
(synonym), superordinat
(superordinate), atau hipernim, dan katakata
umum (general word). Pengulangan dapat
dilakukan dengan pengulangan utuh,
pengulangan sebagian atau pengulangan
dengan bentuk lain. Contoh penggunaannya
secara berturutturut tampak dalam wacana
(22) sampai dengan (25) berikut ini.
(19)Dia akan berlaga dalam
pertandingan itu. Hampir semua
orang percaya bahwa ia akan
menang dalam pertandingan itu.
(20)Dia sering menjadi MC dalam
upacara perkawinan pasangan
terkenal. Tidak mengherankan
bahwa sebagai pembawa acara ia
mendapatkan bayaran mahal. (21)
Dia mendapatkan tropi.
Penghargaan itu tidak
menyebabkannya lupa diri.
(22)Pelari perlu mempersiapkan diri
dengan baik sebelum berlaga
KOHESI DAN KOHERENSI DALAM WACANA
Aflahah
OKARA, Vol. I, Tahun 7, Mei 2012 9
Item-item leksikal itu dapat diikat
oleh penggunaan kolokasi, yaitu katakata
yang maknanya masih selingkup. Misalnya
bila kita berbicara masalah bunga, kita akan
berpikir juga masalah tangkainya,
kelopaknya, atau bahkan vas bunga. Contoh
penggunaannya tampak dalam wacana (26)
berikut ini.
(23)Saya tidak dapat mengoreksi
pekerjaan siswaku. Bolpoin merah
yang biasa kugunakan ketinggalan
di rumah.
Untuk membentuk kohesivitas yang
lebih kokoh, dapat pula digunakan rantai
klausa yang tampak dalam
wacana (27) berikut ini.
(24)Kita menginginkan suasana baru.
Suasana baru yang memberi
kebebasan untuk
mengemukakan pendapat.
Kebebasan untuk
mengemukakan pendapat
yang memang dijamin oleh
konstitusi kita.
Yang perlu dicatat bahwa
penggunaan piranti kohesi belum
merupakan jaminan untuk koherensi suatu
wacana. Struktur semantik dalam wacana
dan urutan yang logis berperan penting
dalam hal ini.
C. Piranti Koherensi
Dengan menggunakan piranti
kohesi seperti di atas diharapkan
sebuah wacana dapat menjadi
koherensi. Istilah koherensi mengacu
pada aspek tuturan, bagaimana
proposisi yang terselubung disimpulkan
11
Ibid, hlm. 134.
untuk menginterpretasikan ilokusinya
dalam membentuk sebuah wacana.
Proposisi-proposisi di dalam suatu
wacana dapat membentuk suatu
wacana yang runtut (koheren)
meskipun tidak terdapat pemarkah
penghubung kalimat yang digunakan.
Dengan kata lain, koherensi sebuah
wacana tidak hanya terletak pada
adanya sebuah piranti kohesi. Di
samping piranti kohesi, masih banyak
faktor lain yang memungkinkan
terciptanya koherensi itu, antara lain
latar belakang pemakai bahasa atas
bidang permasalahan (subject matter),
pengetahuan atas latar belakang
budaya dan sosial, kemampuan
“membaca” tentang
hal-hal yang tersirat, dan lain-lain.11
Syarat lain untuk tercapainya
koherensi adalah proposisi itu harus
positif. Wacana Jimbron belum
mempunyai istri tidak bias
menciptakan referen wacana untuk
konsep istri. Oleh karena itu tuturan
tersebut tidak dapat diikuti oleh tuturan
istrinya cantik. Kulitnya kuning
langsat dan matanya sipit. Di samping
itu, pada koherensi juga dapat
diciptakan penerapan praanggapan
yang logis, pemahaman akan variasi
ujaran dalam situasi yang berbeda.
Penguraian sumber variasi
menghendaki sejumlah persyaratan,
misalnya kita harus melihat peranan
partisipan tutur, hubungan
antarpartisipan: apakah mereka itu
sahabat, orang asing, muda, tua,
berasal dari status yang sama, dan
seterusnya.
KOHESI DAN KOHERENSI DALAM WACANA
Aflahah
OKARA, Vol. I, Tahun 7, Mei 2012 10
Penutup
Koherensi dan kohesi merupakan unsur
wacana yang penting. Kedua unsur itu
digunakan untuk membengun teks yang
baik. Wacana yang baik ditandai dengan
penggunaan piranti kohesi yang sesuai dan
dijelmakan oleh struktur semantik yang logis
atau berdasarkan fakta empiris. Hubungan
kohesi dapat dilihat dari penggunaan piranti
kohesi. Piranti kohesi ada bermacam-
macam.
Sebagaimana dijelaskan di atas.
Akan tetapi penggunaan piranti
kohesi semata bukanlah suatu jaminan
bahwa profil wacana tersebut koheren. Di
samping piranti kohesi, masih banyak faktor
lain yang memungkinkan terciptanya
koherensi wacana sebagaimana yang
dijelaskan di atas.
18
Daftar Pustaka
Brown, Gilian dan Yule, George. 1985.
Discourse Analysis. Cambridge
University Press
Hatch, Evelyn. 1992. Discourse and
Language Education. Cambridge
University Press
Mills, Sara. 1997. Discourse. New York:
Routlledge
Moeliono, Anton M dkk. 1997. Tata Bahasa
Baku Bahasa Indonesia.
Jakarta: PT. Balai Pustaka
Rani, Abdul dkk. 2004. Analisis Wacana.
Malang: Bayumedia Publishing
Wahab, Abdul. 2006. Isu Linguistik.
Surabaya: Airlangga University
Press

More Related Content

Similar to KOHESI DAN KOHERENSI DALAM WACANA.docx

KEL 1_MODUL 4.2_KOHESI, KOHERENSI DAN JENIS WACANA BHS INDONESIA.pptx
KEL 1_MODUL 4.2_KOHESI, KOHERENSI DAN JENIS WACANA BHS INDONESIA.pptxKEL 1_MODUL 4.2_KOHESI, KOHERENSI DAN JENIS WACANA BHS INDONESIA.pptx
KEL 1_MODUL 4.2_KOHESI, KOHERENSI DAN JENIS WACANA BHS INDONESIA.pptx
RIASUSANTY1
 
7. KOHESI GRAMATIKAL Subtitusi Dan Elipsis_Kelompok 7 ANAS KHOLIK, ANDHIA, WA...
7. KOHESI GRAMATIKAL Subtitusi Dan Elipsis_Kelompok 7 ANAS KHOLIK, ANDHIA, WA...7. KOHESI GRAMATIKAL Subtitusi Dan Elipsis_Kelompok 7 ANAS KHOLIK, ANDHIA, WA...
7. KOHESI GRAMATIKAL Subtitusi Dan Elipsis_Kelompok 7 ANAS KHOLIK, ANDHIA, WA...
AndhiarizqiMulyawan1
 
Konjungsi Koordinatif dan Subordinatif Bahasa Minangkabau
Konjungsi Koordinatif dan Subordinatif Bahasa MinangkabauKonjungsi Koordinatif dan Subordinatif Bahasa Minangkabau
Konjungsi Koordinatif dan Subordinatif Bahasa Minangkabau
Rusdi Noor Rosa
 
Relasi
RelasiRelasi
Relasi
Makarina
 
Tugas uts wacana
Tugas uts wacanaTugas uts wacana
Tugas uts wacana
Suryadicky
 
ppt indo.pptx
ppt indo.pptxppt indo.pptx
ppt indo.pptx
RenitaEkaJuniariani
 
Kajian makna bahasa
Kajian makna bahasaKajian makna bahasa
Kajian makna bahasa
EkoBowo2
 
Makalah semantik
Makalah semantikMakalah semantik
Makalah semantik
Muhammad Idris
 
KOHESI GRAMATIKAL (TAMASUK NAHWI).pptx
KOHESI GRAMATIKAL (TAMASUK NAHWI).pptxKOHESI GRAMATIKAL (TAMASUK NAHWI).pptx
KOHESI GRAMATIKAL (TAMASUK NAHWI).pptx
RUTABAMAHYAJP
 
MATERI PERTEMUAN IX sd XV.pptx
MATERI PERTEMUAN IX sd XV.pptxMATERI PERTEMUAN IX sd XV.pptx
MATERI PERTEMUAN IX sd XV.pptx
RaisahNabilah
 
PPT KELOMPOK 1 ANALISIS WACANA.pptx
PPT KELOMPOK 1 ANALISIS WACANA.pptxPPT KELOMPOK 1 ANALISIS WACANA.pptx
PPT KELOMPOK 1 ANALISIS WACANA.pptx
CiciLidaPutri
 
Implikatur Percakapan
Implikatur PercakapanImplikatur Percakapan
Implikatur Percakapan
Santuso
 
Makalah Sintaksis Bahasa Indonesia
Makalah Sintaksis Bahasa IndonesiaMakalah Sintaksis Bahasa Indonesia
Makalah Sintaksis Bahasa Indonesia
Universitas Negeri Semarang
 
Sintaksis
SintaksisSintaksis
Sintaksis
SintaksisSintaksis
Ragam bahasa ilmiah
Ragam bahasa ilmiahRagam bahasa ilmiah
Ragam bahasa ilmiah
Fajar Ramadhan
 
Pragmatik
PragmatikPragmatik
Pragmatik
Abdul Hasan
 
Aspek kebahasaan artikel ilmiah
Aspek kebahasaan artikel ilmiahAspek kebahasaan artikel ilmiah
Aspek kebahasaan artikel ilmiah
Miumi Atia
 

Similar to KOHESI DAN KOHERENSI DALAM WACANA.docx (20)

KEL 1_MODUL 4.2_KOHESI, KOHERENSI DAN JENIS WACANA BHS INDONESIA.pptx
KEL 1_MODUL 4.2_KOHESI, KOHERENSI DAN JENIS WACANA BHS INDONESIA.pptxKEL 1_MODUL 4.2_KOHESI, KOHERENSI DAN JENIS WACANA BHS INDONESIA.pptx
KEL 1_MODUL 4.2_KOHESI, KOHERENSI DAN JENIS WACANA BHS INDONESIA.pptx
 
7. KOHESI GRAMATIKAL Subtitusi Dan Elipsis_Kelompok 7 ANAS KHOLIK, ANDHIA, WA...
7. KOHESI GRAMATIKAL Subtitusi Dan Elipsis_Kelompok 7 ANAS KHOLIK, ANDHIA, WA...7. KOHESI GRAMATIKAL Subtitusi Dan Elipsis_Kelompok 7 ANAS KHOLIK, ANDHIA, WA...
7. KOHESI GRAMATIKAL Subtitusi Dan Elipsis_Kelompok 7 ANAS KHOLIK, ANDHIA, WA...
 
Konjungsi Koordinatif dan Subordinatif Bahasa Minangkabau
Konjungsi Koordinatif dan Subordinatif Bahasa MinangkabauKonjungsi Koordinatif dan Subordinatif Bahasa Minangkabau
Konjungsi Koordinatif dan Subordinatif Bahasa Minangkabau
 
Relasi
RelasiRelasi
Relasi
 
Tugas uts wacana
Tugas uts wacanaTugas uts wacana
Tugas uts wacana
 
ppt indo.pptx
ppt indo.pptxppt indo.pptx
ppt indo.pptx
 
Kajian makna bahasa
Kajian makna bahasaKajian makna bahasa
Kajian makna bahasa
 
Makalah semantik
Makalah semantikMakalah semantik
Makalah semantik
 
KOHESI GRAMATIKAL (TAMASUK NAHWI).pptx
KOHESI GRAMATIKAL (TAMASUK NAHWI).pptxKOHESI GRAMATIKAL (TAMASUK NAHWI).pptx
KOHESI GRAMATIKAL (TAMASUK NAHWI).pptx
 
MATERI PERTEMUAN IX sd XV.pptx
MATERI PERTEMUAN IX sd XV.pptxMATERI PERTEMUAN IX sd XV.pptx
MATERI PERTEMUAN IX sd XV.pptx
 
PPT KELOMPOK 1 ANALISIS WACANA.pptx
PPT KELOMPOK 1 ANALISIS WACANA.pptxPPT KELOMPOK 1 ANALISIS WACANA.pptx
PPT KELOMPOK 1 ANALISIS WACANA.pptx
 
Bm cik umar individu
Bm cik umar individuBm cik umar individu
Bm cik umar individu
 
Implikatur Percakapan
Implikatur PercakapanImplikatur Percakapan
Implikatur Percakapan
 
Makalah Sintaksis Bahasa Indonesia
Makalah Sintaksis Bahasa IndonesiaMakalah Sintaksis Bahasa Indonesia
Makalah Sintaksis Bahasa Indonesia
 
Sintaksis
SintaksisSintaksis
Sintaksis
 
Sintaksis
SintaksisSintaksis
Sintaksis
 
Forum semantik
Forum semantikForum semantik
Forum semantik
 
Ragam bahasa ilmiah
Ragam bahasa ilmiahRagam bahasa ilmiah
Ragam bahasa ilmiah
 
Pragmatik
PragmatikPragmatik
Pragmatik
 
Aspek kebahasaan artikel ilmiah
Aspek kebahasaan artikel ilmiahAspek kebahasaan artikel ilmiah
Aspek kebahasaan artikel ilmiah
 

Recently uploaded

Perencanaan Berbasis Data Satuan Pendidikan Jenjang SMP
Perencanaan Berbasis Data Satuan Pendidikan Jenjang SMPPerencanaan Berbasis Data Satuan Pendidikan Jenjang SMP
Perencanaan Berbasis Data Satuan Pendidikan Jenjang SMP
TriSutrisno48
 
Pemutakhiran Data dosen pada sister.pptx
Pemutakhiran Data dosen pada sister.pptxPemutakhiran Data dosen pada sister.pptx
Pemutakhiran Data dosen pada sister.pptx
ssuser4dafea
 
Workshop "CSR & Community Development (ISO 26000)"_di BALI, 26-28 Juni 2024
Workshop "CSR & Community Development (ISO 26000)"_di BALI, 26-28  Juni 2024Workshop "CSR & Community Development (ISO 26000)"_di BALI, 26-28  Juni 2024
Workshop "CSR & Community Development (ISO 26000)"_di BALI, 26-28 Juni 2024
Kanaidi ken
 
RENCANA TINDAK LANJUT (RTL) PASCA PELATIHAN.pptx
RENCANA TINDAK LANJUT (RTL) PASCA PELATIHAN.pptxRENCANA TINDAK LANJUT (RTL) PASCA PELATIHAN.pptx
RENCANA TINDAK LANJUT (RTL) PASCA PELATIHAN.pptx
mukminbdk
 
Media Pembelajaran kelas 3 SD Materi konsep 8 arah mata angin
Media Pembelajaran kelas 3 SD Materi konsep 8 arah mata anginMedia Pembelajaran kelas 3 SD Materi konsep 8 arah mata angin
Media Pembelajaran kelas 3 SD Materi konsep 8 arah mata angin
margagurifma2023
 
Makalah Hukum Lingkungan Urgensi Kebijakan TAPERA .pdf
Makalah Hukum Lingkungan Urgensi Kebijakan TAPERA .pdfMakalah Hukum Lingkungan Urgensi Kebijakan TAPERA .pdf
Makalah Hukum Lingkungan Urgensi Kebijakan TAPERA .pdf
Andre664723
 
Teori Fungsionalisme Kulturalisasi Talcott Parsons (Dosen Pengampu : Khoirin ...
Teori Fungsionalisme Kulturalisasi Talcott Parsons (Dosen Pengampu : Khoirin ...Teori Fungsionalisme Kulturalisasi Talcott Parsons (Dosen Pengampu : Khoirin ...
Teori Fungsionalisme Kulturalisasi Talcott Parsons (Dosen Pengampu : Khoirin ...
nasrudienaulia
 
Kelompok 2 Tugas Modul 2.1 Ruang Kolaborasi.pdf
Kelompok 2 Tugas Modul 2.1 Ruang Kolaborasi.pdfKelompok 2 Tugas Modul 2.1 Ruang Kolaborasi.pdf
Kelompok 2 Tugas Modul 2.1 Ruang Kolaborasi.pdf
JALANJALANKENYANG
 
Modul Ajar Bahasa Indonesia Kelas 7 Fase D Kurikulum Merdeka - [abdiera.com]
Modul Ajar Bahasa Indonesia Kelas 7 Fase D Kurikulum Merdeka - [abdiera.com]Modul Ajar Bahasa Indonesia Kelas 7 Fase D Kurikulum Merdeka - [abdiera.com]
Modul Ajar Bahasa Indonesia Kelas 7 Fase D Kurikulum Merdeka - [abdiera.com]
Fathan Emran
 
Modul Ajar PAI dan Budi Pekerti Kelas 8 Fase D Kurikulum Merdeka
Modul Ajar PAI dan Budi Pekerti Kelas 8 Fase D Kurikulum MerdekaModul Ajar PAI dan Budi Pekerti Kelas 8 Fase D Kurikulum Merdeka
Modul Ajar PAI dan Budi Pekerti Kelas 8 Fase D Kurikulum Merdeka
Fathan Emran
 
RPH BAHASA MELAYU TAHUN 6 SJKC 2024.pptx
RPH BAHASA MELAYU TAHUN 6 SJKC 2024.pptxRPH BAHASA MELAYU TAHUN 6 SJKC 2024.pptx
RPH BAHASA MELAYU TAHUN 6 SJKC 2024.pptx
YongYongYong1
 
Powerpoint Materi Menyusun dan Merencanakan Modul Ajar
Powerpoint Materi Menyusun dan Merencanakan Modul AjarPowerpoint Materi Menyusun dan Merencanakan Modul Ajar
Powerpoint Materi Menyusun dan Merencanakan Modul Ajar
MashudiMashudi12
 
92836246-Soap-Pada-Pasien-Dengan-as-Primer.pdf
92836246-Soap-Pada-Pasien-Dengan-as-Primer.pdf92836246-Soap-Pada-Pasien-Dengan-as-Primer.pdf
92836246-Soap-Pada-Pasien-Dengan-as-Primer.pdf
tsuroyya38
 
GERAKAN KERJASAMA DAN BEBERAPA INSTRUMEN NASIONAL PENCEGAHAN KORUPSI.pptx
GERAKAN KERJASAMA DAN BEBERAPA INSTRUMEN NASIONAL PENCEGAHAN KORUPSI.pptxGERAKAN KERJASAMA DAN BEBERAPA INSTRUMEN NASIONAL PENCEGAHAN KORUPSI.pptx
GERAKAN KERJASAMA DAN BEBERAPA INSTRUMEN NASIONAL PENCEGAHAN KORUPSI.pptx
fildiausmayusuf1
 
Tugas_Rasianto-Refleksi - Pembelajaran Diferensiasi dalam PJOK.pdf
Tugas_Rasianto-Refleksi - Pembelajaran Diferensiasi dalam PJOK.pdfTugas_Rasianto-Refleksi - Pembelajaran Diferensiasi dalam PJOK.pdf
Tugas_Rasianto-Refleksi - Pembelajaran Diferensiasi dalam PJOK.pdf
nurfaridah271
 
Novel - PERISTIWA YANG MEMBERIKAN TELADAN.pptx
Novel - PERISTIWA YANG MEMBERIKAN TELADAN.pptxNovel - PERISTIWA YANG MEMBERIKAN TELADAN.pptx
Novel - PERISTIWA YANG MEMBERIKAN TELADAN.pptx
NirmalaJane
 
Pembelajaran Ekosistem Kelas 5 Semester 1
Pembelajaran Ekosistem Kelas 5 Semester 1Pembelajaran Ekosistem Kelas 5 Semester 1
Pembelajaran Ekosistem Kelas 5 Semester 1
niswati10
 
Modul Ajar Informatika Kelas 7 Fase D Kurikulum Merdeka
Modul Ajar Informatika Kelas 7 Fase D Kurikulum MerdekaModul Ajar Informatika Kelas 7 Fase D Kurikulum Merdeka
Modul Ajar Informatika Kelas 7 Fase D Kurikulum Merdeka
Fathan Emran
 
Tugas CGP Mulai dari diri - Modul 2.1.pdf
Tugas CGP Mulai dari diri - Modul 2.1.pdfTugas CGP Mulai dari diri - Modul 2.1.pdf
Tugas CGP Mulai dari diri - Modul 2.1.pdf
Thahir9
 
modul 1.4 Desiminasi-Budaya-Positif.pptx.pptx
modul 1.4 Desiminasi-Budaya-Positif.pptx.pptxmodul 1.4 Desiminasi-Budaya-Positif.pptx.pptx
modul 1.4 Desiminasi-Budaya-Positif.pptx.pptx
IrfanAudah1
 

Recently uploaded (20)

Perencanaan Berbasis Data Satuan Pendidikan Jenjang SMP
Perencanaan Berbasis Data Satuan Pendidikan Jenjang SMPPerencanaan Berbasis Data Satuan Pendidikan Jenjang SMP
Perencanaan Berbasis Data Satuan Pendidikan Jenjang SMP
 
Pemutakhiran Data dosen pada sister.pptx
Pemutakhiran Data dosen pada sister.pptxPemutakhiran Data dosen pada sister.pptx
Pemutakhiran Data dosen pada sister.pptx
 
Workshop "CSR & Community Development (ISO 26000)"_di BALI, 26-28 Juni 2024
Workshop "CSR & Community Development (ISO 26000)"_di BALI, 26-28  Juni 2024Workshop "CSR & Community Development (ISO 26000)"_di BALI, 26-28  Juni 2024
Workshop "CSR & Community Development (ISO 26000)"_di BALI, 26-28 Juni 2024
 
RENCANA TINDAK LANJUT (RTL) PASCA PELATIHAN.pptx
RENCANA TINDAK LANJUT (RTL) PASCA PELATIHAN.pptxRENCANA TINDAK LANJUT (RTL) PASCA PELATIHAN.pptx
RENCANA TINDAK LANJUT (RTL) PASCA PELATIHAN.pptx
 
Media Pembelajaran kelas 3 SD Materi konsep 8 arah mata angin
Media Pembelajaran kelas 3 SD Materi konsep 8 arah mata anginMedia Pembelajaran kelas 3 SD Materi konsep 8 arah mata angin
Media Pembelajaran kelas 3 SD Materi konsep 8 arah mata angin
 
Makalah Hukum Lingkungan Urgensi Kebijakan TAPERA .pdf
Makalah Hukum Lingkungan Urgensi Kebijakan TAPERA .pdfMakalah Hukum Lingkungan Urgensi Kebijakan TAPERA .pdf
Makalah Hukum Lingkungan Urgensi Kebijakan TAPERA .pdf
 
Teori Fungsionalisme Kulturalisasi Talcott Parsons (Dosen Pengampu : Khoirin ...
Teori Fungsionalisme Kulturalisasi Talcott Parsons (Dosen Pengampu : Khoirin ...Teori Fungsionalisme Kulturalisasi Talcott Parsons (Dosen Pengampu : Khoirin ...
Teori Fungsionalisme Kulturalisasi Talcott Parsons (Dosen Pengampu : Khoirin ...
 
Kelompok 2 Tugas Modul 2.1 Ruang Kolaborasi.pdf
Kelompok 2 Tugas Modul 2.1 Ruang Kolaborasi.pdfKelompok 2 Tugas Modul 2.1 Ruang Kolaborasi.pdf
Kelompok 2 Tugas Modul 2.1 Ruang Kolaborasi.pdf
 
Modul Ajar Bahasa Indonesia Kelas 7 Fase D Kurikulum Merdeka - [abdiera.com]
Modul Ajar Bahasa Indonesia Kelas 7 Fase D Kurikulum Merdeka - [abdiera.com]Modul Ajar Bahasa Indonesia Kelas 7 Fase D Kurikulum Merdeka - [abdiera.com]
Modul Ajar Bahasa Indonesia Kelas 7 Fase D Kurikulum Merdeka - [abdiera.com]
 
Modul Ajar PAI dan Budi Pekerti Kelas 8 Fase D Kurikulum Merdeka
Modul Ajar PAI dan Budi Pekerti Kelas 8 Fase D Kurikulum MerdekaModul Ajar PAI dan Budi Pekerti Kelas 8 Fase D Kurikulum Merdeka
Modul Ajar PAI dan Budi Pekerti Kelas 8 Fase D Kurikulum Merdeka
 
RPH BAHASA MELAYU TAHUN 6 SJKC 2024.pptx
RPH BAHASA MELAYU TAHUN 6 SJKC 2024.pptxRPH BAHASA MELAYU TAHUN 6 SJKC 2024.pptx
RPH BAHASA MELAYU TAHUN 6 SJKC 2024.pptx
 
Powerpoint Materi Menyusun dan Merencanakan Modul Ajar
Powerpoint Materi Menyusun dan Merencanakan Modul AjarPowerpoint Materi Menyusun dan Merencanakan Modul Ajar
Powerpoint Materi Menyusun dan Merencanakan Modul Ajar
 
92836246-Soap-Pada-Pasien-Dengan-as-Primer.pdf
92836246-Soap-Pada-Pasien-Dengan-as-Primer.pdf92836246-Soap-Pada-Pasien-Dengan-as-Primer.pdf
92836246-Soap-Pada-Pasien-Dengan-as-Primer.pdf
 
GERAKAN KERJASAMA DAN BEBERAPA INSTRUMEN NASIONAL PENCEGAHAN KORUPSI.pptx
GERAKAN KERJASAMA DAN BEBERAPA INSTRUMEN NASIONAL PENCEGAHAN KORUPSI.pptxGERAKAN KERJASAMA DAN BEBERAPA INSTRUMEN NASIONAL PENCEGAHAN KORUPSI.pptx
GERAKAN KERJASAMA DAN BEBERAPA INSTRUMEN NASIONAL PENCEGAHAN KORUPSI.pptx
 
Tugas_Rasianto-Refleksi - Pembelajaran Diferensiasi dalam PJOK.pdf
Tugas_Rasianto-Refleksi - Pembelajaran Diferensiasi dalam PJOK.pdfTugas_Rasianto-Refleksi - Pembelajaran Diferensiasi dalam PJOK.pdf
Tugas_Rasianto-Refleksi - Pembelajaran Diferensiasi dalam PJOK.pdf
 
Novel - PERISTIWA YANG MEMBERIKAN TELADAN.pptx
Novel - PERISTIWA YANG MEMBERIKAN TELADAN.pptxNovel - PERISTIWA YANG MEMBERIKAN TELADAN.pptx
Novel - PERISTIWA YANG MEMBERIKAN TELADAN.pptx
 
Pembelajaran Ekosistem Kelas 5 Semester 1
Pembelajaran Ekosistem Kelas 5 Semester 1Pembelajaran Ekosistem Kelas 5 Semester 1
Pembelajaran Ekosistem Kelas 5 Semester 1
 
Modul Ajar Informatika Kelas 7 Fase D Kurikulum Merdeka
Modul Ajar Informatika Kelas 7 Fase D Kurikulum MerdekaModul Ajar Informatika Kelas 7 Fase D Kurikulum Merdeka
Modul Ajar Informatika Kelas 7 Fase D Kurikulum Merdeka
 
Tugas CGP Mulai dari diri - Modul 2.1.pdf
Tugas CGP Mulai dari diri - Modul 2.1.pdfTugas CGP Mulai dari diri - Modul 2.1.pdf
Tugas CGP Mulai dari diri - Modul 2.1.pdf
 
modul 1.4 Desiminasi-Budaya-Positif.pptx.pptx
modul 1.4 Desiminasi-Budaya-Positif.pptx.pptxmodul 1.4 Desiminasi-Budaya-Positif.pptx.pptx
modul 1.4 Desiminasi-Budaya-Positif.pptx.pptx
 

KOHESI DAN KOHERENSI DALAM WACANA.docx

  • 1. KOHESI DAN KOHERENSI DALAM WACANA Aflahah OKARA, Vol. I, Tahun 7, Mei 2012 1 KOHESI DAN KOHERENSI DALAM WACANA Oleh: Aflahah (Dosen Jurusan Syari’ah STAIN Pamekasan [aflahahismail@gmail.com]) Abstrak: Kohesi adalah keserasian hubungan antara unsur yang satu dengan unsur yang lainnya dalam wacana sehingga tercipta pengertian yang apik atau koheren. Profil wacana yang kohesif ditunjukkan oleh penanda formal yang menghubungkan apa yang telah dikatakan dengan apa yang segera akan dikatakan. Piranti kohesi dalam wacana ditandai dengan penggunaan piranti formal yang berupa bentuk linguistik yang berfungsi sebagai sarana penghubung. Unsur kohesi terdiri atas dua macam, yaitu unsur gramatikal dan leksikal. Istilah koherensi mengacu pada aspek tuturan, bagaimana proposisi yang terselubung disimpulkan untuk menginterpretasikan ilokusinya dalam membentuk sebuah wacana. Koherensi sebuah wacana tidak hanya terletak pada adanya sebuah piranti kohesi. Di samping piranti kohesi, masih banyak faktor lain yang memungkinkan terciptanya koherensi itu. Syarat lain untuk tercapainya koherensi adalah proposisi itu harus positif. Kata Kunci: Kohesi, koherensi, wacana
  • 2. KOHESI DAN KOHERENSI DALAM WACANA Aflahah OKARA, Vol. I, Tahun 7, Mei 2012 2 Pendahuluan Sebagaimana dipaparkan oleh Sara Mills, pengertian wacana itu beragam. Bahkan kajian wacana tidak hanya menjadi bidang garapan disiplin kebahasaan saja tetapi juga bidang sosiologi, filsafat, dan psikologi sosial. Ini semakin menguatkan bahwa kajian wacana memiliki rentangan sudut pandang kajian yang luas. Tidak mengherankan kalau dalam pemakaian bahasa sehari-hari terdengar kata-kata “itu masih menjadi wacana, bukan keputusan final pemerintah”.1 Namun, untuk keperluan penjelasan dua konsep di atas-kohesi dan koherensi-penulis akan mengutip salah satu definisi wacana yang mengatakan bahwa wacana secara kasar adalah organisasi bahasa yang lebih luas dari kalimat atau klausa dan oleh karena itu dapat juga dimaksudkan sebagai satuan linguistik yang lebih besar, misalnya percakapan lisan atau tertulis.2 Lebih lanjut dikatakan bahwa analisis wacana itu sebenarnya analisis bahasa dalam penggunaannya. Oleh karena itu, analisis wacana tidak dapat dibatasi hanya pada deskripsi bentukbentuk linguistik yang terpisah dari tujuan dan fungsi bahasa dalam proses interaksi antar manusia. A. Konsep Dasar Kohesi dan Koherensi Kohesi adalah keserasian hubungan antara unsur yang satu dengan unsur yang lain dalam wacana 1 Sara Mills, Discourse, (New York: Routlledge, 1997), hlm. 1-6. 2 Abdul Wahab, Isu Linguistik, (Surabaya: Airlangga University Press, 2006), hlm. 126. sehingga tercipta pengertian yang apik atau koheren.3 Halliday dan Hasan mengungkapkan bahwa penentu utama untuk menentukan apakah seperangkat kalimat itu merupakan suatu teks sangat bergantung pada hubungan- hubungan kohesif yang ada di dalam dan di antara kalimatkalimat itu yang dapat membentuk suatu jaringan atau tekstur (texture). Suatu teks itu mempunyai jaringan dan inilah yang membedakannya dengan yang bukan teks. Jaringan ini dibuat oleh hubungan yang padu (cohesive relation). Profil wacana yang kohesif ditunjukkan oleh penanda formal yang menghubungkan apa yang telah dikatakan dengan apa yang segera akan dikatakan.4 (1) Annelies dan ibunya harus berpisah karena ia akan pergi ke Belanda. 10 Kalimat (1) tidaklah kohesif karena kata ia tidak jelas mengacu kepada siapa- Annelies atau ibunya. Oleh karena itu, pengertian yang dibangun oleh konstruksi kalimat (1) tidaklah utuh. Akan berbeda halnya jika kalimat (1) diubah menjadi kalimat (2) atau (3) berikut ini. 3 Anton Moeliono dkk, Tata Bahasa Baku Bahasa Indonesia, (Jakarta: PT. Balai Pustaka, 1997), hlm. 343. 4 Baca dalam Gilian Brown dan George Yule, Discourse Analysis, (Cambridge University Press,1985), hlm. 191.
  • 3. KOHESI DAN KOHERENSI DALAM WACANA Aflahah OKARA, Vol. I, Tahun 7, Mei 2012 3 (2) Annelies dan ibunya harus berpisah karena Annelies akan pergi ke Belanda. (3) Annelies dan ibunya harus berpisah karena ibunya akan pergi ke Belanda. Dengan demikian kalimat (2) dan (3) memberikan pemahaman yang utuh atau koheren kepada pembaca. Hal ini disebabkan oleh piranti kohesi yang dipakai dalam struktur kalimat (2) dan (3) yaitu berupa pengulangan kata. Macammacam piranti kohesi ini akan dijelaskan lebih lanjut. Untuk mendapatkan pemahaman yang utuh atau koheren memang tidak selalu digunakan piranti kohesi. Jalinan makna dalam konteks yang jelas juga dapat menjadikan suatu wacana itu koheren. Wacana (4) berikut ini menyatakan akan hal itu. (4) a. Arai: Kal, ada telepon dari Universitas Sorbonne. b. Ikal : Saya masih mandi. Apa yang dikemukakan oleh Ikal memang hanya alasan mengapa ia tidak dapat menerima telepon dari Universitas Sorbonne. Meskipun tidak ada piranti kohesi antara kalimat (4.a) dan (4.b) tetapi jalinan arti yang terungkap tidak akan membingungkan atau tidak diragukan sama sekali. B. Piranti Kohesi dalam Wacana Piranti kohesi dalam wacana ditandai dengan penggunaan piranti 5 Rani dkk, Analisis Wacana, (Malang: Bayumedia Publishing,2004), hlm. 94. formal yang berupa bentuk linguistik yang berfungsi sebagai sarana penghubung. Menurut Halliday dan Hasan unsur kohesi itu terdiri atas dua macam, yaitu unsur gramatikal dan leksikal. Hubungan gramatikal itu dapat diklasifikasikan berdasarkan bentuk bahasa yang digunakan. Hubungan gramatikal selanjutnya dibedakan menjadi referensi, substitusi, dan elips. Sedangkan hubungan leksikal dapat diciptakan dengan menggunakan bentuk-bentuk leksikal seperti reiterasi dan kolokasi.5 Hubungan-hubungan padu atau utuh di dalam teks terjalin yang kadang kala suatu tafsiran di dalam wacana itu tergantung pada unsur yang lainnya. Tipe hubungan utuh dalam teks-teks yang secara eksplisit tertanda dan tidak asing lagi ditunjukkan oleh penandapenanda formal yang menghubungkan apa yang akan segera dikatakan dengan apa yang telah dikatakan sebelumnya. Taksonomi penanda hubunganhubungan konjungtif yang eksplisit meliputi beberapa macam jenis seperti dikemukakan oleh Brown dan Yule di bawah ini:6 (a) penambahan: dan, atau, selanjutnya, senada, dan lagi, (b) adversatif: tetapi, namun, di satu sisi, meskipun demikian, (c) kausal: sehingga, akibatnya, untuk itu, berangkat dari hal itu, (d) temporal: kemudian, setelah itu, beberapa jam kemudian, akhirnya, pada akhirnya. 6 Gilian Brown dan George Yule, Discourse Analysis, (Cambridge University Press 1985), hlm. 191.
  • 4. KOHESI DAN KOHERENSI DALAM WACANA Aflahah OKARA, Vol. I, Tahun 7, Mei 2012 4 Sementara itu Moeliono dkk. menyatakan bahwa kohesi dapat dibentuk dengan cara berikut:7 1) Penggunaan hubungan unsurunsur yang menyatakan: (a) pertentangan dengan memakai kata penghubung tetapi atau namun, (b) kelebihan dengan memakai kata penghubung malahan atau bahkan, (c) perkecualian dengan menggunakan kata penghubung kecuali, (d) konsesif dengan memakai kata penghubung walaupun atau semakin, (e) tujuan dengan memakai kata penghubung agar atau supaya. 2) Pengulangan kata atau frasa Contoh: Ibu membelikan adik novel baru. Ibu tahu kalau adik memang suka membaca novel. 3) Penggunaan kata yang maknanya berbeda tetapi kata yang digantikan dan yang menggantikan menunjuk pada acuan yang sama. Contoh: (5) Andrea Hirata pernah menempuh pendidikan di Universitas Sorbonne Perancis. Penulis novel laskar pelangi itu sekarang bekerja di PT. Telkom Bandung. 7 Anton Moeliono dkk, Tata Bahasa Baku Bahasa Indonesia, (Jakarta: PT. Balai Pustaka, 1997), hlm. 344. Pada contoh wacana (6) frasa Andrea Hirata dan frasa Penulis novel laskar pelangi mengacu ke acuan yang sama atau koreferensi. 4) Penggantian bentuk yang tidak mengacu ke acuan yang sama, melainkan ke kumpulan yang sama. Ini tampak dalam kalimat (7) berikut ini. (5) Annelies berjalan di tengahtengah kebun tulip. Sewaktu tiba di dekat pintu keluar, ia memetik sekuntum dan disematkan di dada blusnya. Pada wacana (7) mengacu ke kumpulan yang sama, yaitu bunga. Pada contoh itu terdapat persesuaian alami karena bentuk kuntum merupakan penggolongan bunga. Karena itu antara bunga dan kuntum merupakan persesuaian alami, suatu hubungan yang bersifat 12 gramatikal tentulah kohesif dan menjadi dasar koherensi. 5) Penggantian lain dalam wacana adalah penggantian melalui metafora. Penggantian seperti ini mempunyai konteks tertentu untuk dapat dimakluminya karena tidak setiap hal dapat dinyatakan dengan metafora. Contoh penggunaannya dapat dilihat dalam contoh kalimat di bawah ini. (6) Tidak mengherankan kalau Annelies tumbuh menjadi gadis cantik
  • 5. KOHESI DAN KOHERENSI DALAM WACANA Aflahah OKARA, Vol. I, Tahun 7, Mei 2012 5 dengan mata biru dan kulit kemerahmerahan, karena bunga itu berayahkan seorang Belanda, Mellema. Bunga merupakan metafora bagi gadis cantik. Hubungan kedua frasa yang bersangkutan merupakan hubungan metaforis dan koherensi tetap terjadi karenanya. 6) Kohesi juga dapat dibentuk dengan adanya hubungan leksikal. Contoh penggunaan cara ini tampak dalam wacana (9) berikut ini. (7) Semenjak kepergian Annesia ke Negeri Belanda, bunga yang biasanya semerbak di depan rumah Nyai Ontosoroh tak tampak lagi. Hanya anggrek bulan yang masih tampak menawan oleh karena ketahanannya terhadap terpaan panas. Hubungan antara bunga dan anggrek bulan adalah hubungan hiponimi. Hubungan ini dapat pula dikatakan sebagai hubungan antara kata umum dan kata spesifik. Anggrek bulan sebagai kata spesifik, merupakan bagian dari kata bunga. 7) Kohesi juga dapat dibentuk dengan menunjukkan hubungan “bagian-keutuhan”. Contoh penggunaan cara ini tampak dalam wacana (10) berikut ini. (8) Bintang laut selatan telah dipeluk samudera. Nakhoda menghidupkan mesin utama 8 Evelyn Hatch, Discourse and Language Education, (Cambridge University Press, 1992), hlm. 223-233. dan di buritan kulihat luapan buih melonjak-lonjak karena tiga baling-baling raksasa menerjang air. Aku disergap sepi di tengah bunyi gemuruh dan aku pegang erat pada besi pagar haluan saat kapal mulai diayun ombak musim barat, kepalaku tak terhenti mengingat satu kata: Ciputat. Pada contoh wacana (10) Bintang laut selatan atau kapal sebagai suatu entitas tentu memiliki bagian-bagian yang membentuk entitas itu. Bagianbagian itu adalah mesin utama, buritan, dan besi pagar haluan. Hubungan bagian- keutuhan itu tentu menjadikan wacana itu kohesif sekaligus koheren. Halliday dan Hasan (1976) dalam Hatch8 mengemukakan bahwa piranti kohesi itu dapat dibentuk dengan beberapa cara. Halliday dan Hasan membedakan lima tipe utama piranti kohesi gramatikal menjadi: reference, substitution, ellipsis, conjuction, dan lexical ties yang masing-masing akan diuraikan berikut ini. Referen (Reference) Reference sebagai piranti kohesi dalam pembahasan lain dikatakan sebagai pemarkah deiksis yang mengacu pada bagian-bagian wacana seperti orang, tempat, temporal, deiksis wacana. Istilah-istilah inilah
  • 6. KOHESI DAN KOHERENSI DALAM WACANA Aflahah OKARA, Vol. I, Tahun 7, Mei 2012 6 yang oleh Helliday dan Hasan dikatakan sebagai piranti kohesi. Referen itu dibentuk dengan bantuan item- item leksikal. Item-item leksikal yang digunakan sebagai pembentuk referen ini meliputi pronominal (pronoun), demonstrative (demonstratives), dan komparatif (comparatives) untuk referen gramatikal. Pronominal sebagai ikatan kohesif (pronoun as cohesive ties). Pronominal digunakan untuk menyatakan hubungan benda dalam suatu wacana. Demonstratif sebagai ikatan kohesif (demonstrantive as cohesive ties). Piranti dapat digunakan baik secara anaforis maupun kataforis. Contoh wacana (11) berikut ini menggambarkan hal itu. (9) Pameran buku terbesar akan dilaksanakan pada 9 sampai 15 Februari 2012. Jika Anda akan membeli buku, Anda harus tahu ini. Kata ini mengacu pada pameran buku terbesar sehingga hubungan itu bersifat anaforis. Akan berbeda halnya jika wacana itu seperti dilengkapi dengan untaian kalimat lain seperti tampak dalam wacana (12) di bawah ini. (10)Pameran buku terbesar akan dilaksanakan pada 9 sampai 15 Februari 2012. Jika Anda akan membeli buku, Anda harus tahu ini. Seperti pameran tahun yang lalu, Anda akan mendapatkan harga yang spesial dan rabat sampai lima puluh persen. Pada wacana (12) kata ini dapat diacukan ke harga yang spesial atau rabat sampai lima puluh persen. Dengan demikian hubungan tersebut dapat bersifat kataforis. Komparatif sebagai ikatan kohesif (comparative as cohesive ties). Kebanyakan komparatif ini digunakan untuk referen anaforis. Contoh mengenai hal ini tampak dalam wacana (13) berikut ini. (11) Saya tidak meminta lebih Pada contoh wacana (13) kata lebih yang mengimplikasikan komparatif mengacu pada kata sebelumnya. 14 Substitusi (Substitution) Substitusi ini tidak mengacu pada entitas yang khusus tetapi pada kelas. Contoh: (12) Did you find the blankets? Only the blue ones. (Apakah kamu sudah mendapatkan selimut? Hanya yang biru. Dalam hal ini ones (yang biru) tidak mengacu ke blankets (selimut) tetapi mengacu kepada kelas selimut. Substitusi dapat dibentuk untuk nominal, verba, dan klausal. Levinson menyebutnya dengan pemarkah deiksis yang menunjuk ke kelompok-kelompok (deictic merkers to point to these groups), Halliday dan Hasan menyebutnya dengan pemarkah yang mengikat pemarkah dan kelompok secara bersama-sama (tying the marker and group together). Secara berturutturut wacana (15), (16), dan (17) berikut ini menunjukkan substitusi untuk kategori nominal, verbal, dan klausal. (12)Do you want the blankets? Yes, I will take one. (One mensubstitusi blankets) (13)Did you sing? Yes, I did. (did mensubstitusi sing) (14)The blankets needed to be cleaned. Yes, they did. (did
  • 7. KOHESI DAN KOHERENSI DALAM WACANA Aflahah OKARA, Vol. I, Tahun 7, Mei 2012 7 mensubstitusi needed to be cleaned) Elipsis (Ellipsis) Ellipsis dapat dikatakan sebagai ikatan kosong atau zero tie sebab ikatan itu secara actual tidak dikatakan. Wacana (18) memberikan gambaran akan hal itu. (15)Would you like to hear another verse? I know twelve. (verses). Kata verse pada bagian awal disebut dan dihilangkan untuk bagian kedua. Sebagaimana substitusi, ellipsis dapat digunakan untuk kategori nominal, verbal, dan klausal. secara berturut-turut wacana (19), (20), dan (21) berikut ini menyatakan hal itu. (16)They are small. Take two. (cookies) (17)Were you typing? No, I wasn’t. (typing) (18)I don’t know to work this computer. I will have to learn how. (to work the computer) Konjungsi (conjunction) Dalam membentuk wacana, khususnya teks tulis, diperlukan konjungsi. Konjungsi berfungsi untuk merangkaikan atau mengikat beberapa proposisi dalam wacana agar perpindahan ide dalam wacana itu terasa lembut. Sesuai dengan fungsinya, konjungsi dalam bahasa Indonesia dapat digunakan untuk merangkaikan ide, baik dalam satu kalimat (intrakalimat) maupun antar kalimat.9 Lebih lanjut dijelaskan bahwa dalam pengembangan tata bahasa transformasi 9 Rani dkk, Analisis Wacana, (Malang: Bayumedia Publishing,2004), hlm. 107. seperti yang dilakukan oleh Samsuri (1984), konjungsi digunakan sebagai sarana transformasi rapatan. Khusus konjungsi antarkalimat digunakan sebagai sarana transformasi lanjut. Penggunaan konjungsi sebagai piranti kohesi dalam bahasa Indonesia menunjukkan pola tertentu. Konjungsi digunakan dengan mempertimbangkan logika berpikir. Penggunaan konjungsi yang tidak mempertimbangkan logika akan membuat wacana menjadi tidak apik. Logika berpikir itu bergantung pada piranti kohesi yang digunakan atau sebaliknya. Uraian mengenai konjungsi ini sama dengan apa yang dikemukakan oleh Yule dan Brown ataupun yang dikemukakan oleh Moeliono dkk. Namun ada yang mengeksplorasi lebih lanjut dengan merinci jenis-jenis konjungsi yang digunakan seperti yang dilakukan oleh Rani, dkk yang mendasarkan eksplorasinya pada tata bahasa transformasi. Beberapa piranti kohesi dalam bentuk sarana transformasi lanjut adalah:10 1) Piranti urutan waktu (setelah itu, mula-mula, akhirnya, dan lalu) 2) Piranti pilihan (atau) 3) Piranti alahan (meskipun begitu, walaupun demikian, dan walaupun begitu) 4) Piranti paraphrase ( dengan kata lain atau dengan perkataan lain) 5) Piranti ketidakserasian (padahal dan dalam kenyataannya) 6) Piranti serasian (demikian juga) 10 Ibid. hlm. 110-128.
  • 8. KOHESI DAN KOHERENSI DALAM WACANA Aflahah OKARA, Vol. I, Tahun 7, Mei 2012 8 7) Piranti tambahan (selain itu dan tambahan lagi, dan di samping itu) 8) Piranti pertentangan (namun, sebaliknya, dan tetapi) 9) Piranti perbandingan (sama halnya, berbeda dengan itu, seperti, dalam hal seperti itu, lebih dari itu, serupa dengan itu, dan sejalan dengan itu) 10) Piranti sebab akibat (akibatnya, dengan demikian, oleh Karena itu, dan sebab itu) 11) Piranti harapan (mudahmudahan) 12) Piranti ringkasan dan simpulan (singkatnya, pendeknya, pada umumnya, jadi, kesimpulannya, dan dengan ringkasnya) 13) Piranti misalan atau contohan (contohnya dan umpamanya) 14) Piranti keragu-raguan (janganjangan, barangkali, mungkin, dan kemungkinan besar) 15) Piranti konsessi (memang dan tentu saja) 16) Piranti tegasan (bahkan) 17) Piranti jelasan (yang dimaksud) Mengenai pemakaian konjungsi ini, beberapa ahli meneliti spesifikasi penggunaannya untuk bidang tertentu. Winter (1971) mengategorikan konjungsi yang digunakan oleh penulis ilmu pengetahuan. Penemuannya adalah sejumlah konjungsi yang sering digunakan oleh penelis tersebut adalah: 1) Urutan logis (logical sequence) seperti thus,therefore, then, thence,consequently, so. 2) Kontras (contrast) seperti however, in fact, conversely. 3) Keraguan/kepastian (doubt/certainty) seperti probably, possibly,indubitably. 16 4) Nonkontras (noncontras) seperti moreover, likewise, similarly. 5) Ekspansi (expansion) seperti for example, in particular. Ikatan leksikal (lexical ties) Ikatan leksikal bias panjang dan juga bias pendek. Ikatan leksikal dapat dibentuk oleh pengulangan (repetition), sinonim (synonym), superordinat (superordinate), atau hipernim, dan katakata umum (general word). Pengulangan dapat dilakukan dengan pengulangan utuh, pengulangan sebagian atau pengulangan dengan bentuk lain. Contoh penggunaannya secara berturutturut tampak dalam wacana (22) sampai dengan (25) berikut ini. (19)Dia akan berlaga dalam pertandingan itu. Hampir semua orang percaya bahwa ia akan menang dalam pertandingan itu. (20)Dia sering menjadi MC dalam upacara perkawinan pasangan terkenal. Tidak mengherankan bahwa sebagai pembawa acara ia mendapatkan bayaran mahal. (21) Dia mendapatkan tropi. Penghargaan itu tidak menyebabkannya lupa diri. (22)Pelari perlu mempersiapkan diri dengan baik sebelum berlaga
  • 9. KOHESI DAN KOHERENSI DALAM WACANA Aflahah OKARA, Vol. I, Tahun 7, Mei 2012 9 Item-item leksikal itu dapat diikat oleh penggunaan kolokasi, yaitu katakata yang maknanya masih selingkup. Misalnya bila kita berbicara masalah bunga, kita akan berpikir juga masalah tangkainya, kelopaknya, atau bahkan vas bunga. Contoh penggunaannya tampak dalam wacana (26) berikut ini. (23)Saya tidak dapat mengoreksi pekerjaan siswaku. Bolpoin merah yang biasa kugunakan ketinggalan di rumah. Untuk membentuk kohesivitas yang lebih kokoh, dapat pula digunakan rantai klausa yang tampak dalam wacana (27) berikut ini. (24)Kita menginginkan suasana baru. Suasana baru yang memberi kebebasan untuk mengemukakan pendapat. Kebebasan untuk mengemukakan pendapat yang memang dijamin oleh konstitusi kita. Yang perlu dicatat bahwa penggunaan piranti kohesi belum merupakan jaminan untuk koherensi suatu wacana. Struktur semantik dalam wacana dan urutan yang logis berperan penting dalam hal ini. C. Piranti Koherensi Dengan menggunakan piranti kohesi seperti di atas diharapkan sebuah wacana dapat menjadi koherensi. Istilah koherensi mengacu pada aspek tuturan, bagaimana proposisi yang terselubung disimpulkan 11 Ibid, hlm. 134. untuk menginterpretasikan ilokusinya dalam membentuk sebuah wacana. Proposisi-proposisi di dalam suatu wacana dapat membentuk suatu wacana yang runtut (koheren) meskipun tidak terdapat pemarkah penghubung kalimat yang digunakan. Dengan kata lain, koherensi sebuah wacana tidak hanya terletak pada adanya sebuah piranti kohesi. Di samping piranti kohesi, masih banyak faktor lain yang memungkinkan terciptanya koherensi itu, antara lain latar belakang pemakai bahasa atas bidang permasalahan (subject matter), pengetahuan atas latar belakang budaya dan sosial, kemampuan “membaca” tentang hal-hal yang tersirat, dan lain-lain.11 Syarat lain untuk tercapainya koherensi adalah proposisi itu harus positif. Wacana Jimbron belum mempunyai istri tidak bias menciptakan referen wacana untuk konsep istri. Oleh karena itu tuturan tersebut tidak dapat diikuti oleh tuturan istrinya cantik. Kulitnya kuning langsat dan matanya sipit. Di samping itu, pada koherensi juga dapat diciptakan penerapan praanggapan yang logis, pemahaman akan variasi ujaran dalam situasi yang berbeda. Penguraian sumber variasi menghendaki sejumlah persyaratan, misalnya kita harus melihat peranan partisipan tutur, hubungan antarpartisipan: apakah mereka itu sahabat, orang asing, muda, tua, berasal dari status yang sama, dan seterusnya.
  • 10. KOHESI DAN KOHERENSI DALAM WACANA Aflahah OKARA, Vol. I, Tahun 7, Mei 2012 10 Penutup Koherensi dan kohesi merupakan unsur wacana yang penting. Kedua unsur itu digunakan untuk membengun teks yang baik. Wacana yang baik ditandai dengan penggunaan piranti kohesi yang sesuai dan dijelmakan oleh struktur semantik yang logis atau berdasarkan fakta empiris. Hubungan kohesi dapat dilihat dari penggunaan piranti kohesi. Piranti kohesi ada bermacam- macam. Sebagaimana dijelaskan di atas. Akan tetapi penggunaan piranti kohesi semata bukanlah suatu jaminan bahwa profil wacana tersebut koheren. Di samping piranti kohesi, masih banyak faktor lain yang memungkinkan terciptanya koherensi wacana sebagaimana yang dijelaskan di atas. 18 Daftar Pustaka Brown, Gilian dan Yule, George. 1985. Discourse Analysis. Cambridge University Press Hatch, Evelyn. 1992. Discourse and Language Education. Cambridge University Press Mills, Sara. 1997. Discourse. New York: Routlledge Moeliono, Anton M dkk. 1997. Tata Bahasa Baku Bahasa Indonesia. Jakarta: PT. Balai Pustaka Rani, Abdul dkk. 2004. Analisis Wacana. Malang: Bayumedia Publishing Wahab, Abdul. 2006. Isu Linguistik. Surabaya: Airlangga University Press