SlideShare a Scribd company logo
Keputusan Pembelian terhadap Barang Substitusi dan Komplementer <br />Seperti kita tahu bahwa dalam ilmu ekonomi barang berdasarkan fungsinya dibagi menjadi dua yaitu barang pelengkap (komplementer) dan barang pengganti (substitusi). Seorang konsumen dalam kehidupan sehari-harinya pasti membutuhkan barang untuk memenuhi kebutuhannya, namun adakalanya dia membeli barang lain untuk melengkapi atau mengganti barang pokok yang menjadi kebutuhannya. Untuk barang komplementer produsen biasanya menjualnya dalam satu paket penjualan, hal ini dilakukan untuk memudahkan konsumen dalam melakukan pembelian, dan agar barang yang dijual tersebut bias terjual semua. Misalnya perusahaa yang menjual computer tidak hanya menjual monitornya saja melainkan juga dengan keyboard, CPU, mouse, softwere-softwere di dalamnya bahkan hingga meja komputernya. Dengan adanya paket penjualan yang terdiri dari barang-barang komplementer ini, konsumen tidak merasa dirugikan atas penjualan, tapi sebaliknya konsumen justru diuntungkan karena apabila dia membeli semua perangkat computer tersebut secara terpisah maka harganya menjadi mahal dan tidak efisien.<br />Sedangkan untuk barang substitusi tentunya konsumen akan membeli sebagai alternative bilamana barang pokok yang ia butuhkan tidak tersedia, langka, ataupun harganya melonjak tajam dan tidak diiringi dengan kenaikan pendapatan, maka mau tidak mau konsumen harus mencari solusi yakni dengan mengkonsumsi barang substitusi yang merupakan barang tingkat dua guna memenuhi kebutuhannya tersebut. Sebagai contoh konversi minyak tanah ke gas elpiji terjadi karena factor kelangkaan sehingga menyebabkan harga minyak tanah di pedagang eceran melonjak tajam, konsumen pun kesulitan untuk mendapatkannya kalaupun bias dapat tentu harganya tidak sesuai dengan harapan. Oleh sebab itu melalui sosialisasi dari pemerintah konsumen berangsur-angsur beralih ke gas elpiji yang harganya relative murah bila dibandingkan dengan minyak tanah dan penggunaannya juga simpel. Oleh karenanya ketergantungan konsumen terhadap minyak tanah sekarang bias teratasi dengan konversi ke gas elpiji.<br />Diposkan oleh My beauty blog di 19:30 <br />Dari Wikipedia bahasa Indonesia, ensiklopedia bebas<br />Belum Diperiksa<br />Langsung ke: navigasi, cari <br />Dalam ilmu ekonomi, barang normal adalah semua barang yang permintaannya akan bertambah ketika pendapatan masyarakat bertambah (yang juga berarti bahwa barang tersebut memiliki elastisitas permintaan positif. Istilah normal tidak merujuk pada kualitas barang tersebut.<br />Menurut kurfa indifferen, jumlah permintaan suatu barang bisa bertambah, berkurang, atau tetap ketika pendapatan masyarakat bertambah. Digambarkan dalam diagram di bawah: barang Y adalah barang normal karena jumlah barang yang diminta meningkat dari Y1 ke Y2 seiring dengan kenaikan pendapatan (BC1 ke BC2). Barang X adalah barang inferior karena jumlah barang yang diminta turun dari X1 ke X2 ketika pendapatan masyarakat bertambah.<br />Dari Wikipedia bahasa Indonesia, ensiklopedia bebas<br />Belum Diperiksa<br />Langsung ke: navigasi, cari <br />Barang inferior adalah barang yang jumlah permintaannya akan turun seiring dengan peningkatan pendapatan masyarakat. Salah satu contoh barang inferior adalah sandal jepit. Ketika tingkat pendapatan masyarakat rendah, tingkat permintaan terhadap barang tersebut akan tinggi. Namun ketika tingkat pendapat masyarakat meningkat, permintaan atas barang tersebut akan turun karena masyarakat meninggalkannya dan memilih untuk membeli sandal lain yang lebih berkualitas meskipun dengan harga yang lebih mahal.<br />Menurut kurfa indifferen, jumlah permintaan suatu barang bisa bertambah, berkurang, atau tetap ketika pendapatan masyarakat bertambah. Digambarkan dalam diagram di bawah: barang Y adalah barang normal karena jumlah barang yang diminta meningkat dari Y1 ke Y2 seiring dengan kenaikan pendapatan (BC1 ke BC2). Barang X adalah barang inferior karena jumlah barang yang diminta turun dari X1 ke X2 ketika pendapatan masyarakat bertambah.<br />Returns to scale<br />From Wikipedia, the free encyclopedia<br />Jump to: navigation, search <br />In economics, returns to scale and economies of scale are related terms that describe what happens as the scale of production increases in the long run, when all input levels including physical capital usage are variable (chosen by the firm). They are different terms and should not be used interchangeably.<br />The term returns to scale arises in the context of a firm's production function. It refers to changes in output resulting from a proportional change in all inputs (where all inputs increase by a constant factor). If output increases by that same proportional change then there are constant returns to scale (CRS). If output increases by less than that proportional change, there are decreasing returns to scale (DRS). If output increases by more than that proportional change, there are increasing returns to scale (IRS). Thus the returns to scale faced by a firm are purely technologically imposed and are not influenced by economic decisions or by market conditions.<br />A firm's production function could exhibit different types of returns to scale in different ranges of output. Typically, there could be increasing returns at relatively low output levels, decreasing returns at relatively high output levels, and constant returns at one output level between those ranges.<br />Example<br />When all inputs increase by a factor of 2, new values for output will be:<br />Twice the previous output if there are constant returns to scale (CRS)<br />Less than twice the previous output if there are decreasing returns to scale (DRS)<br />More than twice the previous output if there are increasing returns to scale (IRS)<br />Assuming that the factor costs are constant (that is, that the firm is a perfect competitor in all input markets), a firm experiencing constant returns will have constant long-run average costs, a firm experiencing decreasing returns will have increasing long-run average costs, and a firm experiencing increasing returns will have decreasing long-run average costs.[1][2][3] However, this relationship breaks down if the firm is not a perfect competitor in the input markets. For example, if there are increasing returns to scale in some range of output levels, but the firm is so big in one or more input markets that increasing its purchases of an input drives up the input's per-unit cost, then the firm could have diseconomies of scale in that range of output levels. Conversely, if the firm is able to get bulk discounts of an input, then it could have economies of scale in some range of output levels even if it has decreasing returns in production in that output range.<br />Network effect<br />Network externalities resemble economies of scale, but they are not considered such because they are a function of the number of users of a good or service in an industry, not of the production efficiency within a business. Economies of scale external to the firm (or industry wide scale economies) are only considered examples of network externalities if they are driven by demand side economies.<br />Formal definitions<br />Formally, a production function is defined to have:<br />constant returns to scale if (for any constant a greater than or equal to 1) <br />increasing returns to scale if (for any constant a greater than 1) <br />decreasing returns to scale if (for any constant a greater than 1) <br />where K and L are factors of production, capital and labor, respectively.<br />Formal example<br />The Cobb-Douglas functional form has constant returns to scale when the sum of the exponents adds up to one. The function is:<br />where A > 0 and 0 < b < 1. Thus<br />But if the Cobb-Douglas production function has its general form<br />with 0 < c < 1, then there are increasing returns if b + c > 1 but decreasing returns if b + c < 1, since<br />which is greater than or less than aF(K,L) as b+c is greater or less than one.<br />FUNGSI BIAYA :<br />Biaya total (total cost) yang dikeluarkan oleh sebuah perusahaan dalam operasi bisnisnya terdiri atas biaya tetap (fixed cost) dan biaya variabel (variabel cost).<br />FC = k ,VC = f(Q) = vQ ,C = g (Q) = FC + VC = k + vQ <br />C<br />Q<br />0<br />k<br />C=K+Vq<br />Vc =Vq<br />FC =k<br />FC = biaya tetap<br />VC= biaya variabel<br />VC = vQ<br />C = biaya total<br />k = konstanta<br />V = lereng kurva VC dan kurva C<br />Kasus :<br />Biaya tetap yang dikeluarkan oleh sebuah perusahaan sebesar Rp 20.000 sedangkan biaya variabelnya ditunjukkan oleh persamaan VC = 100 Q. Tunjukkan persamaan dan kurva biaya totalnya ! Berapa biaya total yang dikeluarkan jika perusahaan tersebut memproduksi 500 unit barang ?<br />FUNGSI PENERIMAAN :<br />Penerimaan total (total revenue) adalah hasil kali jumlah barang yang terjual dengan harga jual per unit barang tersebut.<br />R = Q x P = f (Q)<br />Kasus :<br />Harga jual produk yang dihasilkan oleh sebuah perusahaan Rp 200,00 per unit. Tunjukkan persamaan dan kurva penerimaan total perusahaan ini. Berapa besar penerimaannya bila terjual barang sebanyak 350 unit ?<br />ANALISIS PULANG POKOK (BREAK EVEN) yaitu suatu konsep yang digunakan untuk menganalisis jumlah minimum produk yang harus dihasilkan atau terjual agar perusahaan tidak mengalami kerugian. Keadaan pulang pokok (profit nol, p = 0 ) terjadi apabila R = C.<br />Kasus : <br />Jika biaya total yang dikeluarkan perusahaan ditunjukkan oleh persamaan C = 20.000 + 100 Q dan penerimaan totalnya R = 200 Q. Pada tingkat produksi berapa unit perusahaan ini berada dalam posisi pulang pokok ? Apa yang terjadi jika ia berproduksi sebanyak 300 unit ?<br />
Keputusan pembelian terhadap barang substitusi dan komplementer
Keputusan pembelian terhadap barang substitusi dan komplementer
Keputusan pembelian terhadap barang substitusi dan komplementer
Keputusan pembelian terhadap barang substitusi dan komplementer
Keputusan pembelian terhadap barang substitusi dan komplementer
Keputusan pembelian terhadap barang substitusi dan komplementer
Keputusan pembelian terhadap barang substitusi dan komplementer

More Related Content

Similar to Keputusan pembelian terhadap barang substitusi dan komplementer

Break Event Point (Titik Impas).ppt
Break Event Point (Titik Impas).pptBreak Event Point (Titik Impas).ppt
Break Event Point (Titik Impas).ppt
NisaWilis1
 
Teori perilaku konsumen
Teori perilaku konsumenTeori perilaku konsumen
Teori perilaku konsumen
tri yulianto
 
Teori konsumen (consumer's theory)
Teori konsumen (consumer's theory)Teori konsumen (consumer's theory)
Teori konsumen (consumer's theory)
msahuleka
 
Teori konsumen (consumer's theory)
Teori konsumen (consumer's theory)Teori konsumen (consumer's theory)
Teori konsumen (consumer's theory)msahuleka
 
Teori konsumen (consumer's theory)
Teori konsumen (consumer's theory)Teori konsumen (consumer's theory)
Teori konsumen (consumer's theory)
msahuleka
 
Penerapan fungsi linier dalam ekonomi
Penerapan fungsi linier dalam ekonomiPenerapan fungsi linier dalam ekonomi
Penerapan fungsi linier dalam ekonomi
YulistiaDevi
 
bep_update.ppt
bep_update.pptbep_update.ppt
bep_update.ppt
novitaolin1
 
Kegiatan ekonomi konsumen dan produsen
Kegiatan ekonomi konsumen dan produsenKegiatan ekonomi konsumen dan produsen
Kegiatan ekonomi konsumen dan produsen
Fhitri Andriyani Siregar
 
PPT MATERI 4 BEP (YOPI DIKA SAPUTRA).ppt
PPT MATERI 4 BEP (YOPI DIKA SAPUTRA).pptPPT MATERI 4 BEP (YOPI DIKA SAPUTRA).ppt
PPT MATERI 4 BEP (YOPI DIKA SAPUTRA).ppt
musicminang
 
04 AKMEN new.pdf........................
04 AKMEN new.pdf........................04 AKMEN new.pdf........................
04 AKMEN new.pdf........................
rendisalay
 
Pendapatan Nasional
Pendapatan NasionalPendapatan Nasional
Pendapatan Nasional
Muhammad Khoirul Fuddin
 
P7 ANALISIS BIAYA_BEP.pptx
P7 ANALISIS BIAYA_BEP.pptxP7 ANALISIS BIAYA_BEP.pptx
P7 ANALISIS BIAYA_BEP.pptx
AhmadKhusyaini
 
Perencanaan keuangan
Perencanaan keuanganPerencanaan keuangan
Perencanaan keuangan
Riasusanti874
 
Permintaan dan Penawaran
Permintaan dan Penawaran Permintaan dan Penawaran
TEORI EKONOMI MIKRO.pptx
TEORI EKONOMI MIKRO.pptxTEORI EKONOMI MIKRO.pptx
TEORI EKONOMI MIKRO.pptx
IrfanFauzi83
 
peran Pelaku Kegiatan Ekonomi .pptx
peran Pelaku Kegiatan Ekonomi .pptxperan Pelaku Kegiatan Ekonomi .pptx
peran Pelaku Kegiatan Ekonomi .pptx
GibranFadilla4
 
Ecn 2013 teori kos dan pengeluaran
Ecn 2013   teori kos dan pengeluaranEcn 2013   teori kos dan pengeluaran
Ecn 2013 teori kos dan pengeluaranSukhairi Husain
 
Surplus
SurplusSurplus
TEORI EKONOMI MIKRO
TEORI EKONOMI MIKROTEORI EKONOMI MIKRO
TEORI EKONOMI MIKRO
MahardhikaHarilinawa
 
Microeconomy compilation
Microeconomy compilationMicroeconomy compilation
Microeconomy compilation
Thalia Frederik
 

Similar to Keputusan pembelian terhadap barang substitusi dan komplementer (20)

Break Event Point (Titik Impas).ppt
Break Event Point (Titik Impas).pptBreak Event Point (Titik Impas).ppt
Break Event Point (Titik Impas).ppt
 
Teori perilaku konsumen
Teori perilaku konsumenTeori perilaku konsumen
Teori perilaku konsumen
 
Teori konsumen (consumer's theory)
Teori konsumen (consumer's theory)Teori konsumen (consumer's theory)
Teori konsumen (consumer's theory)
 
Teori konsumen (consumer's theory)
Teori konsumen (consumer's theory)Teori konsumen (consumer's theory)
Teori konsumen (consumer's theory)
 
Teori konsumen (consumer's theory)
Teori konsumen (consumer's theory)Teori konsumen (consumer's theory)
Teori konsumen (consumer's theory)
 
Penerapan fungsi linier dalam ekonomi
Penerapan fungsi linier dalam ekonomiPenerapan fungsi linier dalam ekonomi
Penerapan fungsi linier dalam ekonomi
 
bep_update.ppt
bep_update.pptbep_update.ppt
bep_update.ppt
 
Kegiatan ekonomi konsumen dan produsen
Kegiatan ekonomi konsumen dan produsenKegiatan ekonomi konsumen dan produsen
Kegiatan ekonomi konsumen dan produsen
 
PPT MATERI 4 BEP (YOPI DIKA SAPUTRA).ppt
PPT MATERI 4 BEP (YOPI DIKA SAPUTRA).pptPPT MATERI 4 BEP (YOPI DIKA SAPUTRA).ppt
PPT MATERI 4 BEP (YOPI DIKA SAPUTRA).ppt
 
04 AKMEN new.pdf........................
04 AKMEN new.pdf........................04 AKMEN new.pdf........................
04 AKMEN new.pdf........................
 
Pendapatan Nasional
Pendapatan NasionalPendapatan Nasional
Pendapatan Nasional
 
P7 ANALISIS BIAYA_BEP.pptx
P7 ANALISIS BIAYA_BEP.pptxP7 ANALISIS BIAYA_BEP.pptx
P7 ANALISIS BIAYA_BEP.pptx
 
Perencanaan keuangan
Perencanaan keuanganPerencanaan keuangan
Perencanaan keuangan
 
Permintaan dan Penawaran
Permintaan dan Penawaran Permintaan dan Penawaran
Permintaan dan Penawaran
 
TEORI EKONOMI MIKRO.pptx
TEORI EKONOMI MIKRO.pptxTEORI EKONOMI MIKRO.pptx
TEORI EKONOMI MIKRO.pptx
 
peran Pelaku Kegiatan Ekonomi .pptx
peran Pelaku Kegiatan Ekonomi .pptxperan Pelaku Kegiatan Ekonomi .pptx
peran Pelaku Kegiatan Ekonomi .pptx
 
Ecn 2013 teori kos dan pengeluaran
Ecn 2013   teori kos dan pengeluaranEcn 2013   teori kos dan pengeluaran
Ecn 2013 teori kos dan pengeluaran
 
Surplus
SurplusSurplus
Surplus
 
TEORI EKONOMI MIKRO
TEORI EKONOMI MIKROTEORI EKONOMI MIKRO
TEORI EKONOMI MIKRO
 
Microeconomy compilation
Microeconomy compilationMicroeconomy compilation
Microeconomy compilation
 

Keputusan pembelian terhadap barang substitusi dan komplementer

  • 1. Keputusan Pembelian terhadap Barang Substitusi dan Komplementer <br />Seperti kita tahu bahwa dalam ilmu ekonomi barang berdasarkan fungsinya dibagi menjadi dua yaitu barang pelengkap (komplementer) dan barang pengganti (substitusi). Seorang konsumen dalam kehidupan sehari-harinya pasti membutuhkan barang untuk memenuhi kebutuhannya, namun adakalanya dia membeli barang lain untuk melengkapi atau mengganti barang pokok yang menjadi kebutuhannya. Untuk barang komplementer produsen biasanya menjualnya dalam satu paket penjualan, hal ini dilakukan untuk memudahkan konsumen dalam melakukan pembelian, dan agar barang yang dijual tersebut bias terjual semua. Misalnya perusahaa yang menjual computer tidak hanya menjual monitornya saja melainkan juga dengan keyboard, CPU, mouse, softwere-softwere di dalamnya bahkan hingga meja komputernya. Dengan adanya paket penjualan yang terdiri dari barang-barang komplementer ini, konsumen tidak merasa dirugikan atas penjualan, tapi sebaliknya konsumen justru diuntungkan karena apabila dia membeli semua perangkat computer tersebut secara terpisah maka harganya menjadi mahal dan tidak efisien.<br />Sedangkan untuk barang substitusi tentunya konsumen akan membeli sebagai alternative bilamana barang pokok yang ia butuhkan tidak tersedia, langka, ataupun harganya melonjak tajam dan tidak diiringi dengan kenaikan pendapatan, maka mau tidak mau konsumen harus mencari solusi yakni dengan mengkonsumsi barang substitusi yang merupakan barang tingkat dua guna memenuhi kebutuhannya tersebut. Sebagai contoh konversi minyak tanah ke gas elpiji terjadi karena factor kelangkaan sehingga menyebabkan harga minyak tanah di pedagang eceran melonjak tajam, konsumen pun kesulitan untuk mendapatkannya kalaupun bias dapat tentu harganya tidak sesuai dengan harapan. Oleh sebab itu melalui sosialisasi dari pemerintah konsumen berangsur-angsur beralih ke gas elpiji yang harganya relative murah bila dibandingkan dengan minyak tanah dan penggunaannya juga simpel. Oleh karenanya ketergantungan konsumen terhadap minyak tanah sekarang bias teratasi dengan konversi ke gas elpiji.<br />Diposkan oleh My beauty blog di 19:30 <br />Dari Wikipedia bahasa Indonesia, ensiklopedia bebas<br />Belum Diperiksa<br />Langsung ke: navigasi, cari <br />Dalam ilmu ekonomi, barang normal adalah semua barang yang permintaannya akan bertambah ketika pendapatan masyarakat bertambah (yang juga berarti bahwa barang tersebut memiliki elastisitas permintaan positif. Istilah normal tidak merujuk pada kualitas barang tersebut.<br />Menurut kurfa indifferen, jumlah permintaan suatu barang bisa bertambah, berkurang, atau tetap ketika pendapatan masyarakat bertambah. Digambarkan dalam diagram di bawah: barang Y adalah barang normal karena jumlah barang yang diminta meningkat dari Y1 ke Y2 seiring dengan kenaikan pendapatan (BC1 ke BC2). Barang X adalah barang inferior karena jumlah barang yang diminta turun dari X1 ke X2 ketika pendapatan masyarakat bertambah.<br />Dari Wikipedia bahasa Indonesia, ensiklopedia bebas<br />Belum Diperiksa<br />Langsung ke: navigasi, cari <br />Barang inferior adalah barang yang jumlah permintaannya akan turun seiring dengan peningkatan pendapatan masyarakat. Salah satu contoh barang inferior adalah sandal jepit. Ketika tingkat pendapatan masyarakat rendah, tingkat permintaan terhadap barang tersebut akan tinggi. Namun ketika tingkat pendapat masyarakat meningkat, permintaan atas barang tersebut akan turun karena masyarakat meninggalkannya dan memilih untuk membeli sandal lain yang lebih berkualitas meskipun dengan harga yang lebih mahal.<br />Menurut kurfa indifferen, jumlah permintaan suatu barang bisa bertambah, berkurang, atau tetap ketika pendapatan masyarakat bertambah. Digambarkan dalam diagram di bawah: barang Y adalah barang normal karena jumlah barang yang diminta meningkat dari Y1 ke Y2 seiring dengan kenaikan pendapatan (BC1 ke BC2). Barang X adalah barang inferior karena jumlah barang yang diminta turun dari X1 ke X2 ketika pendapatan masyarakat bertambah.<br />Returns to scale<br />From Wikipedia, the free encyclopedia<br />Jump to: navigation, search <br />In economics, returns to scale and economies of scale are related terms that describe what happens as the scale of production increases in the long run, when all input levels including physical capital usage are variable (chosen by the firm). They are different terms and should not be used interchangeably.<br />The term returns to scale arises in the context of a firm's production function. It refers to changes in output resulting from a proportional change in all inputs (where all inputs increase by a constant factor). If output increases by that same proportional change then there are constant returns to scale (CRS). If output increases by less than that proportional change, there are decreasing returns to scale (DRS). If output increases by more than that proportional change, there are increasing returns to scale (IRS). Thus the returns to scale faced by a firm are purely technologically imposed and are not influenced by economic decisions or by market conditions.<br />A firm's production function could exhibit different types of returns to scale in different ranges of output. Typically, there could be increasing returns at relatively low output levels, decreasing returns at relatively high output levels, and constant returns at one output level between those ranges.<br />Example<br />When all inputs increase by a factor of 2, new values for output will be:<br />Twice the previous output if there are constant returns to scale (CRS)<br />Less than twice the previous output if there are decreasing returns to scale (DRS)<br />More than twice the previous output if there are increasing returns to scale (IRS)<br />Assuming that the factor costs are constant (that is, that the firm is a perfect competitor in all input markets), a firm experiencing constant returns will have constant long-run average costs, a firm experiencing decreasing returns will have increasing long-run average costs, and a firm experiencing increasing returns will have decreasing long-run average costs.[1][2][3] However, this relationship breaks down if the firm is not a perfect competitor in the input markets. For example, if there are increasing returns to scale in some range of output levels, but the firm is so big in one or more input markets that increasing its purchases of an input drives up the input's per-unit cost, then the firm could have diseconomies of scale in that range of output levels. Conversely, if the firm is able to get bulk discounts of an input, then it could have economies of scale in some range of output levels even if it has decreasing returns in production in that output range.<br />Network effect<br />Network externalities resemble economies of scale, but they are not considered such because they are a function of the number of users of a good or service in an industry, not of the production efficiency within a business. Economies of scale external to the firm (or industry wide scale economies) are only considered examples of network externalities if they are driven by demand side economies.<br />Formal definitions<br />Formally, a production function is defined to have:<br />constant returns to scale if (for any constant a greater than or equal to 1) <br />increasing returns to scale if (for any constant a greater than 1) <br />decreasing returns to scale if (for any constant a greater than 1) <br />where K and L are factors of production, capital and labor, respectively.<br />Formal example<br />The Cobb-Douglas functional form has constant returns to scale when the sum of the exponents adds up to one. The function is:<br />where A > 0 and 0 < b < 1. Thus<br />But if the Cobb-Douglas production function has its general form<br />with 0 < c < 1, then there are increasing returns if b + c > 1 but decreasing returns if b + c < 1, since<br />which is greater than or less than aF(K,L) as b+c is greater or less than one.<br />FUNGSI BIAYA :<br />Biaya total (total cost) yang dikeluarkan oleh sebuah perusahaan dalam operasi bisnisnya terdiri atas biaya tetap (fixed cost) dan biaya variabel (variabel cost).<br />FC = k ,VC = f(Q) = vQ ,C = g (Q) = FC + VC = k + vQ <br />C<br />Q<br />0<br />k<br />C=K+Vq<br />Vc =Vq<br />FC =k<br />FC = biaya tetap<br />VC= biaya variabel<br />VC = vQ<br />C = biaya total<br />k = konstanta<br />V = lereng kurva VC dan kurva C<br />Kasus :<br />Biaya tetap yang dikeluarkan oleh sebuah perusahaan sebesar Rp 20.000 sedangkan biaya variabelnya ditunjukkan oleh persamaan VC = 100 Q. Tunjukkan persamaan dan kurva biaya totalnya ! Berapa biaya total yang dikeluarkan jika perusahaan tersebut memproduksi 500 unit barang ?<br />FUNGSI PENERIMAAN :<br />Penerimaan total (total revenue) adalah hasil kali jumlah barang yang terjual dengan harga jual per unit barang tersebut.<br />R = Q x P = f (Q)<br />Kasus :<br />Harga jual produk yang dihasilkan oleh sebuah perusahaan Rp 200,00 per unit. Tunjukkan persamaan dan kurva penerimaan total perusahaan ini. Berapa besar penerimaannya bila terjual barang sebanyak 350 unit ?<br />ANALISIS PULANG POKOK (BREAK EVEN) yaitu suatu konsep yang digunakan untuk menganalisis jumlah minimum produk yang harus dihasilkan atau terjual agar perusahaan tidak mengalami kerugian. Keadaan pulang pokok (profit nol, p = 0 ) terjadi apabila R = C.<br />Kasus : <br />Jika biaya total yang dikeluarkan perusahaan ditunjukkan oleh persamaan C = 20.000 + 100 Q dan penerimaan totalnya R = 200 Q. Pada tingkat produksi berapa unit perusahaan ini berada dalam posisi pulang pokok ? Apa yang terjadi jika ia berproduksi sebanyak 300 unit ?<br />