1. KATAKAN SAJA SAYA TIDAK TAHU
Bismillah,
Di antara prinsip Syeikh Ibnu Baz adalah tidak malu untuk mengatakan, “Saya tidak tahu”.
Ini adalah prinsip yang diajarkan oleh Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam.
Dari Muhammad bin Jubair bin Muth’im dari ayahnya, sesungguhnya ada seorang yang menemui Nabi
shallallahu ‘alaihi wa sallam lalu berkata, “Wahai rasulullah tempat apakah yang paling buruk?”. Jawaban
Rasul, “Aku tidak tahu”. Ketika Jibril datang menjumpai Nabi, beliau bertanya kepada Jibril, “Wahai Jibril,
tempat apakah yang paling buruk?”. Jibril berkata, “Aku tidak tahu. Kutanyakan dulu kepada Rabbku
azza wa jalla”. Jibril lantas pergi. Setelah beberapa waktu lamanya, Jibril datang dan berkata, “Wahai
Muhammad, engkau pernah bertanya kepadaku tentang tempat yang paling buruk lalu jawabku adalah
aku tidak tahu. Hal itu telah kutanyakan kepada tuhanku azza wa jalla, ‘Tempat apakah yang paling
buruk?’. FirmanNya, “Pasar”. (HR Ahmad no 16790, namun Syeikh Syu’aib al Arnauth mengatakan,
‘Sanadnya lemah’).
Dari Ibnu Umar, ada seorang yang bertanya kepada Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam, “Tempat apakah
yang paling buruk?”. Jawaban Nabi, “Aku tidak tahu. Kutanyakan dulu kepada Jibril”. Setelah ditanyakan
kepada Jibril, Jibril mengatakan, “Aku juga tidak tahu. Kutanyakan dulu kepada Mikail”. Pada akhirnya,
Jibri datang dan mengatakan, “Tempat yang paling baik adalah masjid. Sedangkan tempat yang paling
buruk adalah pasar”. (HR Ibnu Hibban no 1599. Syeikh Syuaib al Arnauth mengatakan, “Hadits hasan”).
Perkataan seorang ulama, “Aku tidak tahu” akan meningkatkan kedudukannya dan menyebabkan Allah
membukakan untuknya ilmu yang tiada disangka-sangka karena dia telah menyerahkan ilmu hal yang
ditanyakan kepada yang mengetahuinya.
Syeikh Ibnu Baz adalah seorang yang sangat luas ilmu dan telaahnya meski demikian beliau tidak berani
komentar dalam masalah yang beliau tidak tahu.
Suatu ketika beliau ditanya tentang seorang yang dalam shalat membaca ayat hutang yang merupakan
ayat terpanjang dalam alQur’an. Ayat tersebut dibagi untuk dua rakaat. Ketika Syeikh Ibnu Baz ditanya
tentang hukum hal ini pada awalnya beliau tidak memberikan jawaban. Beliau mengatakan, “Baru
pertama kali ini saya mendapatkan pertanyaan tentang hal ini”. Kemudian beliau berkata, “Jika hal
tersebut dia lakukan maka tidak mengapa akan tetapi yang lebih baik jika satu ayat tersebut dibaca untuk
satu rakaat”.
Meski beliau banyak membahas berbagai permasalahan dan pertanyaan yang diajukan kepada beliau.
Dengan sahaja dan didengar oleh para murid, beliau mengatakan, “Baru pertama kali ini saya
mendapatkan pertanyaan tentang hal ini”. Perkataan beliau ini sangat jauh berbeda dengan orang yang
sok tahu segalanya. Sedangkan beliau adalah ulama sejati yang merasa takut kepada Allah.
Sangat sering Syeikh Ibnu Baz mengatakan, “Masalah ini perlu dikaji ulang” lantas beliau berkata kepada
salah seorang murid yang mengikuti kajian, “Wahai fulan tolong kaji masalah ini dan untukmu doa
kebaikan dari kami”. Sang muridpun menyanggupinya kemudian murid tersebut pada kesempatan yang
lain datang membawa makalah hasil pengkajian masalah tersebut. Setelah dia bacakan di hadapan
2. Syeikh Ibnu Baz, beliau menyampaikan beberapa komentar.
Suatu waktu ada orang yang datang dan meminta fatwa saat Syeikh Ibnu Baz memberikan pengajian.
Adalah kebiasaan beliau memberi fatwa di tengah pengajian meski masalah yang ditanyakan tidak terkait
dengan topik pengajian. “Mereka adalah orang-orang yang memiliki hajat”, demikian komentar beliau.
Ternyata jawaban beliau untuk pertanyaan yang diajukan pada saat itu, “Saya tidak tahu. Saya tidak
tahu”. “Engkau tidak tahu??!!”, komentar orang tersebut. Syeikh Ibnu Baz berkata, “Umumkan ke seluruh
penjuru dunia bahwa Ibnu Baz tidak tahu”