Kesenian tradisional berbalas pantun daerah Muna, Sulawesi Tenggara yang dikenal dengan istilah 'kantola' kini terancam punah karena hanya sedikit masyarakat setempat yang masih bisa melakukannya. Kantola memiliki keunikan dengan menggunakan bahasa daerah dan bermakna kiasan serta menuntut kecepatan berpikir dari pesertanya. Untuk melestarikan kantola, pemerintah setempat disarankan menyelen
082111126033 Jual Obat Cytotec Asli Di Majalengka Agen Cytotec Original COD
Kantola, budaya masyarakat muna yang hampir punah
1. Merdeka.com - Kapanlagi.com - 'Kantola' - berbalas pantun - salah satu kesenian tradisional
masyarakat Kabupaten Muna, Sulawesi Tenggara (Sultra), kini terancam punah, karena
hampir tidak ada lagi masyarakat setempat bisa melakukannya.
"Sekarang ini hanya kalangan orang tua yang bisa melakukan kantola dan itu pun jumlahnya
bisa dihitung dengan jari. Ini isyarat bahwa kesenian tradisional itu terancam punah," kata
seorang pengamat bahasa dan sastra dari Unhalu Kendari, Dr La Ode Sidu Marafat di
Kendari, Jumat.
Kantola sepintas mirip dengan kesenian berbalas pantun di daerah Melayu, namun kantola
lebih spesifik, karena menggunakan bahasa daerah dan semuanya dalam bentuk bahasa
kiasan. Biasanya dilakukan antara laki-laki dan perempuan secara berkelompok.
Menurut Sidu Marafat, tidak semua orang bisa melakukan kantola, karena selain harus
memiliki perbendaharaan bahasa kiasan yang banyak, juga harus memiliki kecepatan dan
ketepatan berpikir untuk menjawab pantun dari lawan.
Pantun dari lawan itu, harus langsung dijawab sesaat setelah lawan menyatakan pantunnya,
tidak bisa menunggu beberapa menit untuk memikirkan jawabannya. Jadi di sinilah dituntut
keahlian dari orang yang melakukan 'kantola' dalam memilih bahasa kiasan yang tepat dan
cepat.
"Pantun yang disampaikan dalam kantola terkadang bermakna pornografi, tetapi yang
mendengarkannya tidak merasa tersinggung, karena dikemas dalam bahasa kiasan yang
santun dan enak didengar. Inilah uniknya dari `kantola` itu," ujar Sidu Marafat.
Yang lebih menarik lagi dari kantola itu adalah bisa dilakukan semalam suntuk dengan terus
menerus saling berbalas pantun tanpa henti. Jadi dapat dibayangkan berapa ribu kosa kata
kiasan yang digunakan oleh orang yang melakukan kantola itu.
Menurut dia, kantola itu merupakan warisan leluhur yang sangat bernilai tinggi. Selain itu,
melalui kantola dapat melatih seseorang untuk menggunakan nalar secara cepat dan tepat
serta membiasakan orang untuk berbahasa yang santun.
Oleh karena itu, Pemerintah Kabupaten Muna, termasuk berbagai pihak terkait lainnya di
daerah itu, harus mengupayakan langkah-langkah kongkret untuk melestarikan kesenian
taradisional kantola itu, mumpung masih ada beberapa orang tua di Muna yang ahli kantola.
"Salah satu cara yang bisa dilakukan untuk melestarikan kantola itu adalah dengan
menyelenggarakan semacam vestival kantola , yang pesertanya selain dari kalangan orang
tua, juga dari kalangan generasi muda. Cara ini saya kira cukup efektif," katanya. (*/erl)