Jurnal ini memberikan ringkasan singkat tentang penelitian pengaruh kadar nitrat terhadap pertumbuhan dan kadar lipid mikroalga Melosira sp. sebagai tahap awal produksi biofuel. Penelitian ini menguji empat variasi kadar nitrat dalam medium kultur dan mengamati parameter pertumbuhan, biomassa, dan kadar lipid. Hasilnya menunjukkan bahwa kadar nitrat 1,47 M memberikan pertumbuhan dan biomassa tertinggi, sedangkan kadar lipid tertinggi dip
Buku “Kekinian Keanekaragaman Hayati Indonesia” menyajikan ulasan status terkini dari semau aspek
keanekaragaman hayati Indonesia mulai dari kekayaan, pemanfaatan hingga upaya perlindungannya.
Diterbitkan oleh Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia;
Kementerian PPN/ Bappenas; dan
Kementerian Lingkungan Hidup
Buku “Kekinian Keanekaragaman Hayati Indonesia” menyajikan ulasan status terkini dari semau aspek
keanekaragaman hayati Indonesia mulai dari kekayaan, pemanfaatan hingga upaya perlindungannya.
Diterbitkan oleh Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia;
Kementerian PPN/ Bappenas; dan
Kementerian Lingkungan Hidup
Berdasarkan hasil praktikum mengenai produktivitas primer yang telah dilakukan di danau UNESA Ketintang, dapat diketahui bahwa:
1. Nilai kadar fotosintesis perairan sebesar 0,596 mg/L
2. Nilai kadar respirasi perairan sebesar 0,542 mg/L
3. Nilai kadar produktivitas primer perairan sebesar 0,054 mg/L
4. Nilai kadar produktivitas total perairan sebesar 1,138 mg/L
Jadi, laju fotosintesis pada perairan lebih tinggi daripada laju respirasi pada perairan.
ANALISIS PARAMETER FISIKA-KIMIA UNTUK KEPENTINGAN REHABILITASI EKOSISTEM MANG...Asramid Yasin
Jurnal Green Growth dan Manajemen Lingkungan
http://journal.unj.ac.id/unj/index.php/jgg/article/view/9048
Abstrak: Di beberapa tempat telah dilakukan rehabilitasi terhadap kawasan mangrove yang telah rusak namun pada kenyataannya tidak semua kegiatan rehabilitasi mangrove berhasil dilakukan. Penelitian ini bertujuan mengetahui kondisi parameter lingkungan perairan pantai Bungkutoko Kecamatan Abeli sesuai untuk kegiatan rehabilitasi ekosistem mangrove dan menentukan strategi rehabilitasi yang tepat untuk diterapkan di perairan pantai Bungkutoko Kecamatan Abeli. Penelitian ini dilaksanakan dari bulan Juni-Juli 2009 bertempat di pesisir pulau Bungkutoko Kecamatan Abeli Kabupaten Kendari Sulawesi Tenggara. Data yang diperoleh dalam penelitian ini dianalisis secara deskriptif. Dari hasil pengukuran beberapa parameter fisika-kimia di pesisir pulau Bungkutoko Kecamatan Abeli Kota Kendari yang diperoleh sesuai untuk dilakukan kegiatan rehabilitasi ekosistem mangrove dengan memperhatikan waktu penanaman yang tepat yaitu ketika musim berbuah mangrove dan musim teduh dan menggunakan teknik penanaman secara langsung menggunakan propagul dan penanaman menggunakan anakan (bibit dalam polybag).
PERBAIKAN LINGKUNGAN DENGAN PENANAMAN MANGROVE BERBASIS MASYARAKAT UNTUK MEND...Asramid Yasin
Perbaikan lingkungan dengan penanaman mangrove berbasis masyarakat untuk mendukung wisata pesisir dilatar belakangi oleh garis pantai mengalami kemunduran dengan tingginya erosi pantai, kurangnya sentuhan iptek dalam pengelolaan mangrove, masyarakat tidak memiliki mata pencaharian alternatif dan kurangnya kesadaran masyarakat untuk menjaga dan memelihara lingkungan. Tujuan program ini adalah terbentuknya unit pemberdayaan masyarakat terhadap ekosistem mangrove, menjadikan ekosistem mangrove sebagai wisata pesisir untuk meningkatkan pendapatan daerah, kesejahteraan masyarakat dan kelestarian alam. Metode yang digunakan meliputi: 1) metode perencanaan: survei lokasi, perijinan, wawancara, pemberian kuesioner, 2) metode pelaksanaan: penyuluhan, pembentukan unit lembaga, pembibitan, persemaian, penanaman dan kerja bakti bersih pantai dan 3) metode evaluasi: meminimalisir kelemahan dan hambatan selama kegiatan berlangsung. Program dilaksanakan pada Juli 2019 di desa Tapulaga kecamatan Soropia kabupaten Konawe. Hasil program yang dicapai: persepsi masyarakat banyak yang setuju desa Tapulaga menjadi daerah ekowisata mangrove, terbentuknya Sahabat Mangrove Desa Tapulaga sebagai lembaga pengelola mangrove dan lembaga pendukung lainya seperti kelompok Pengawas Pesisir Wahana Lestari dan kelompok Nelayan Lestari, bertambahnya 1 unit bedeng persemaian mangrove yang baru yang dapat dijadikan lahan bisnis untuk dijual, penambahan jumlah area kawasan hutan mangrove desa Tapulaga dengan melalui 1000 bibit pohon mangrove yang ditanam dan berkurangnya sampah plastik melalui kerja bakti bersih pantai desa Tapulaga.
Bulletin KABARIMBO edisi 2 / Januari 2017P A Q-ting
Bulletin yang dikelola oleh anggota KCA-LH Rafflesia FMIPA UNAND. Pada edisi 2 ini berisikan kegiatan Pengenalan Kebun Raya Unand yang menjadi rangkaian 36 tahun KCA-LH Rafflesia berkiprah dalam dunia kepecintaalaman. Selain itu menginformasikan fakta tentang spesies Kelelawar yang akrab bagi para Caver dan tulisan bersambung mengenai pentingnya Team Work.
Redaktur mengucapkan terimakasih kepada semua pihak yang menyempatkan waktu untuk mengambil pembelajaran dari kegiatan KCA-LH Rafflesia.
SELAMAT ULANG TAHUN KE-36 KCA-LH RAFFLESIA FMIPA UNAND
Asam oksalat adalah senyawa kimia yang memiliki rumus H2C2O4 dengan nama sistematis asam etanadioat. Asam dikarboksilat paling sederhana ini biasa digambarkan dengan rumus HOOC-COOH. Asam oksalat merupakan asam organik yang relatif kuat, 10.000 kali lebih kuat dari pada asam asetat. Di-anionnya dikenal sebagai oksalat juga agen pereduktor. Banyak ion logam yang membentuk endapan tak larut dengan asam oksalat, contohnya kalsium oksalat (CaOOC-COOCa), penyusun utama jenis batu ginjal yang sering ditemukan
Berdasarkan hasil praktikum mengenai produktivitas primer yang telah dilakukan di danau UNESA Ketintang, dapat diketahui bahwa:
1. Nilai kadar fotosintesis perairan sebesar 0,596 mg/L
2. Nilai kadar respirasi perairan sebesar 0,542 mg/L
3. Nilai kadar produktivitas primer perairan sebesar 0,054 mg/L
4. Nilai kadar produktivitas total perairan sebesar 1,138 mg/L
Jadi, laju fotosintesis pada perairan lebih tinggi daripada laju respirasi pada perairan.
ANALISIS PARAMETER FISIKA-KIMIA UNTUK KEPENTINGAN REHABILITASI EKOSISTEM MANG...Asramid Yasin
Jurnal Green Growth dan Manajemen Lingkungan
http://journal.unj.ac.id/unj/index.php/jgg/article/view/9048
Abstrak: Di beberapa tempat telah dilakukan rehabilitasi terhadap kawasan mangrove yang telah rusak namun pada kenyataannya tidak semua kegiatan rehabilitasi mangrove berhasil dilakukan. Penelitian ini bertujuan mengetahui kondisi parameter lingkungan perairan pantai Bungkutoko Kecamatan Abeli sesuai untuk kegiatan rehabilitasi ekosistem mangrove dan menentukan strategi rehabilitasi yang tepat untuk diterapkan di perairan pantai Bungkutoko Kecamatan Abeli. Penelitian ini dilaksanakan dari bulan Juni-Juli 2009 bertempat di pesisir pulau Bungkutoko Kecamatan Abeli Kabupaten Kendari Sulawesi Tenggara. Data yang diperoleh dalam penelitian ini dianalisis secara deskriptif. Dari hasil pengukuran beberapa parameter fisika-kimia di pesisir pulau Bungkutoko Kecamatan Abeli Kota Kendari yang diperoleh sesuai untuk dilakukan kegiatan rehabilitasi ekosistem mangrove dengan memperhatikan waktu penanaman yang tepat yaitu ketika musim berbuah mangrove dan musim teduh dan menggunakan teknik penanaman secara langsung menggunakan propagul dan penanaman menggunakan anakan (bibit dalam polybag).
PERBAIKAN LINGKUNGAN DENGAN PENANAMAN MANGROVE BERBASIS MASYARAKAT UNTUK MEND...Asramid Yasin
Perbaikan lingkungan dengan penanaman mangrove berbasis masyarakat untuk mendukung wisata pesisir dilatar belakangi oleh garis pantai mengalami kemunduran dengan tingginya erosi pantai, kurangnya sentuhan iptek dalam pengelolaan mangrove, masyarakat tidak memiliki mata pencaharian alternatif dan kurangnya kesadaran masyarakat untuk menjaga dan memelihara lingkungan. Tujuan program ini adalah terbentuknya unit pemberdayaan masyarakat terhadap ekosistem mangrove, menjadikan ekosistem mangrove sebagai wisata pesisir untuk meningkatkan pendapatan daerah, kesejahteraan masyarakat dan kelestarian alam. Metode yang digunakan meliputi: 1) metode perencanaan: survei lokasi, perijinan, wawancara, pemberian kuesioner, 2) metode pelaksanaan: penyuluhan, pembentukan unit lembaga, pembibitan, persemaian, penanaman dan kerja bakti bersih pantai dan 3) metode evaluasi: meminimalisir kelemahan dan hambatan selama kegiatan berlangsung. Program dilaksanakan pada Juli 2019 di desa Tapulaga kecamatan Soropia kabupaten Konawe. Hasil program yang dicapai: persepsi masyarakat banyak yang setuju desa Tapulaga menjadi daerah ekowisata mangrove, terbentuknya Sahabat Mangrove Desa Tapulaga sebagai lembaga pengelola mangrove dan lembaga pendukung lainya seperti kelompok Pengawas Pesisir Wahana Lestari dan kelompok Nelayan Lestari, bertambahnya 1 unit bedeng persemaian mangrove yang baru yang dapat dijadikan lahan bisnis untuk dijual, penambahan jumlah area kawasan hutan mangrove desa Tapulaga dengan melalui 1000 bibit pohon mangrove yang ditanam dan berkurangnya sampah plastik melalui kerja bakti bersih pantai desa Tapulaga.
Bulletin KABARIMBO edisi 2 / Januari 2017P A Q-ting
Bulletin yang dikelola oleh anggota KCA-LH Rafflesia FMIPA UNAND. Pada edisi 2 ini berisikan kegiatan Pengenalan Kebun Raya Unand yang menjadi rangkaian 36 tahun KCA-LH Rafflesia berkiprah dalam dunia kepecintaalaman. Selain itu menginformasikan fakta tentang spesies Kelelawar yang akrab bagi para Caver dan tulisan bersambung mengenai pentingnya Team Work.
Redaktur mengucapkan terimakasih kepada semua pihak yang menyempatkan waktu untuk mengambil pembelajaran dari kegiatan KCA-LH Rafflesia.
SELAMAT ULANG TAHUN KE-36 KCA-LH RAFFLESIA FMIPA UNAND
Asam oksalat adalah senyawa kimia yang memiliki rumus H2C2O4 dengan nama sistematis asam etanadioat. Asam dikarboksilat paling sederhana ini biasa digambarkan dengan rumus HOOC-COOH. Asam oksalat merupakan asam organik yang relatif kuat, 10.000 kali lebih kuat dari pada asam asetat. Di-anionnya dikenal sebagai oksalat juga agen pereduktor. Banyak ion logam yang membentuk endapan tak larut dengan asam oksalat, contohnya kalsium oksalat (CaOOC-COOCa), penyusun utama jenis batu ginjal yang sering ditemukan
2. ISSN. 2502-5643
RISENOLOGI
Jurnal Sains, Teknologi, Sosial Pendidikan dan Bahasa
ISSN. 2502-5643
Volume 2 Edisi 1, April 2017 hlm 1-70
Jurnal Risenologi adalah jurnal ilmiah yang diterbitkan oleh Unit Kegiatan
Mahasiswa Kelompok Peneliti Muda Univeritas Negeri Jakarta. Diterbit dua
kali dalam setahun, April dan Oktober. ISSN. 2502-5643
PENANGUNG JAWAB
Achmad Sofyan Hanif
PENANGGUNG JAWAB PELAKSANA
Massus Subekti
KETUA REDAKSI
Mochammad Aldi Mauludin
SEKRETARIS REDAKSI
Amrul Mukmin
Denawati Junia
DEWAN EDITOR
Massus Subekti
Sudharno Dwi Yuwono
REDAKSI PELAKSANA
Peni Suprapti
Pratiwi Phuspita Ningrum
Harmawan Febrianto
Nur Mei Alfi Fajrin
Husni Falah
O Jaya Perbangsa
Anwar Setiadi
DESAIN GRAFIS
Ita Puspitasari
Asmara Yoga
Lintang Dhanasmoro
ALAMAT REDAKSI
Unit Kegiatan Mahasiswa Kelompok Peneliti Muda Universitas Negeri Jakarta
Jalan Pemuda Gedung G Lantai 1 Ruang 106 Rawamangun Jakarta Timur
13220, Telp. (021) 4892926
Email : penelitimudaunj@gmail.com
Web : www.kpmunj.org
3. ISSN. 2502-5643
KATA SAMBUTAN
Assalamu’alaikum Wr. Wb.
Kemajuan ilmu pengetahuan selalu meningkat setiap
tahunnya. Pembaharuan setiap cabang ilmu selalu
ditingkatkan baik dari segi pemahaman maupun
penerapan. Namun hal itu tidak bisa dilakukan tanpa
adanya suatu penelitian. Penelitian merupakan
langkah awal untuk mengembangkan suatu ilmu
pengetahuan. Melalui berbagai eksperimen dan uji
coba serta penerapan di masyarakat membuat ilmu
pengetahuan semakin berkembang.
Ilmu pengetahuan memiliki banyak jenis cabang
namun secara spesifikasi dapat digolongkan menjadi beberapa jenis yaitu saint,
teknologi, sosial pendidikan dan bahasa. Semua itu perlu di kembangkan untuk
meningkatkan setiap cabang ilmu pengetahuan. Melalui jurnal ini dapat
sebagai wadah dalam mengapresiasi mahasiswa Universitas Negeri Jakarta
yang sering melakukan penelitian.
Mahasiswa merupakan garda terdepan dalam berbagai pembangunan
masyarakat. Dalam Jurnal RISENOLOGI ini terdapat bermacam-macam
judul penelitian dari berbagai bidang penelitian. Hal ini diharapkan agar
menjadi motovasi bagi mahasiswa yang belum melakukan penelitian sehingga
memiliki keinginan untuk meneliti. Selain itu dengan melakukan penelitian,
mahasiswa akan terbiasa untuk mengerjakan karya tulis sehingga nanti saat
sedang melakukan penelitian akhir yaitu skripsi tidak akan kesulitan atau
jalannya lebih mudah.
Jakarta, April 2017
Achmad Sofyan Hanif
Wakil Rektor Bidang Kemahasiswaan dan Alumni
4. ISSN. 2502-5643
DAFTAR ISI
Jurnal Sains, Teknologi, Sosial Pendidikan dan Bahasa
ISSN. 2502-5643
Volume 2 Edisi 1, April 2017 hlm 1-68
PENGARUH KADAR NITRAT TERHADAP PERTUMBUHAN DAN
KADAR LIPID MIKROALGA Melosira sp. SEBAGAI TAHAP AWAL
PRODUKSI BIOFUEL (Dwi Oktaviani, Adisyahputra M.S., Nilna Amelia) 3-15
ANALISIS PESEBARAN AIR LINDI DAN KARAKTERISASI BAWAH
PERMUKAAN AREA ALIH FUNGSI LAHAN TEMPAT PEMBUANGAN
AKHIR (TPA) SUKOLILO - SURABAYA SEBAGAI PERTIMBANGAN
PEMBANGUNAN (P.R. Lestari, T.A.B. Harjo , I. Gazali,
A.S. Bahri)....... 16-25
PENUNJUK ARAH CERDAS BERBASIS ATURAN FUZZY (SEBUAH IDE
IMPLEMENTASI DARI PENGGUNAAN SENSOR LALU LINTAS (Ditdit
Nugeraha Utama, Redno Novicta Sari, Risa Sekarningtyas, M. Habibullah, Anasta
Wulandari , Indriyani Eta Rahastri, Darnilia Nurul Sakina , M. Miftahuddin, Hilda
Cahyani) ......................................................................................................... 26-37
“E-G-L” (ENGKLEK GAME LEARNING) MEDIA EDUKATIF DAN INOVATIF
SEBAGAI MEDIA MASA ORIENTASI SISWA (MOS) DALAM PEMETAAN
KEMAMPUAN DASAR SISWA SEKOLAH MENENGAH ATAS (Abdul Rozak,
Muji Rahayu) ........................................................................................................... 38-47
PEMAHAMAN NILAI-NILAI PAPPASANG DALAM MENINGKATKAN
KARAKTER BANGSA YANG BERKEARIFAN LOKAL (Dedi Gunawan
Saputra) ......................................................................................................... 48-57
PENGARUH PENAMBAHAN JAGUNG Manis (Zea Mays Saccharata)
Terhadap Sifat Fisik dan Akseptabilitas pada Rolade Tempe (Friska Ruswandani
Pratiwi, Agustiani Putri, Nur Mei Alfi Fajrin).............................................. 58-68
Glosarium...................................................................................................... 69-70
5. ISSN. 2502-5643
PENGARUH KADAR NITRAT TERHADAP PERTUMBUHAN DAN KADAR
LIPID MIKROALGA Melosira sp. SEBAGAI TAHAP AWAL PRODUKSI
BIOFUEL
Dwi Oktaviani1)
,Adisyahputra.2)
, Nilna Amelia3
1
Anggota Peneliti Muda Utama, 2
Pengajar Program Studi Biologi FMIPA UNJ,
3
Peneliti lab. Alga Pertamina Research and Development
Kelompok Peneliti Muda Universitas Negeri Jakarta
Email: dwioktaviani64@gmail.com
ABSTRAK
Kebutuhan Indonesia di sektor energi semakin meningkat setiap tahunnya,
sedangkan energi fosil yang merupakan sumber energi utama semakin menurun.
Oleh sebab itu, perlu dilakukan usaha-usaha untuk mencari bahan bakar
alternatif untuk memenuhi kebutuhan energi di Indonesia. Indonesia memiliki
kekayaan alam, diantaranya mikroalga Melosira sp. yang dapat dikembangkan
menjadi biofuel karena memiliki asam lemak C:16 (asam palmitat dan asam
palmitoleat) yang tinggi. Pada penelitian sebelumnya diketahui bahwa Melosira
sp. memiliki biomassa yang tinggi, namun kadar lipid nya cukup rendah. Kadar
lipid dipengaruhi oleh zat hara, salah satunya yaitu nitrat. Tujuan penelitian ini
yaitu untuk menentukan kadar nitrat yang optimal untuk produksi lipid pada
mikroalga Melosira sp. Penelitian ini dilakukan di laboratorium Alga
Pertamina Research and Development Pulogadung, Jakarta, pada bulan
Desember 2015 - April 2016, meliputi tahap kultivasi, pemanenan,
penghitungan biomassa, ekstraksi dan destilasi. Variasi konsentrasi kadar nitrat
pada medium f/2 yaitu 0,88 M (kontrol), 0,58 M, 1,17 M, 1,47 M diberikan di
tahap kultivasi pada aquarium. Penelitian ini menggunakan Rancangan Acak
Lengkap (RAL). Parameter yang diamati: kurva pertumbuhan, laju
pertumbuhan, biomassa dan kadar lipid. Hasil penelitian menunjukkan laju
pertumbuhan dan biomassa tertinggi didapatkan dari perlakuan dengan kadar
nitrat 1,47 M, hal ini dikarenakan nitrat pada kultur dapat dimanfaatkan secara
optimal untuk pembentukan biomassa melalui proses fotosintesis. Sedangkan
kadar lipid tertinggi didapatkan dari perlakuan dengan kadar nitrat 0,58 M.
Stress nitrat menyebabkan akumulasi lipid, sehingga kadar lipid tertinggi
diperoleh dari kadar nitrat terendah yaitu 0,58 M.
Kata Kunci
Melosira sp., energi terbarukan, solusi krisis energi Indonesia, nitrat.
1Jurnal RISENOLOGI KPM UNJ Vol. 2 Edisi 1, April 2017
6. ISSN. 2502-5643
ABSTRACT
Indonesia needs in the energy sector is increasing every year, while fossil
fuels are the main energy source decreases. Therefore, there should be efforts to
find alternative fuels to compelte Indonesia needs in energy. Indonesia has
natural resources, such as microalgae Melosira sp. which can be developed into
a biofuel because the fatty acids C:16 (palmitic acid and acid palmioleat) are
high. Previous research has suggested that Melosira sp has a high biomass, but
low lipid levels. Lipid levels are influenced by nutrients, one of which is
nitrogen. The aim of this research was to determine optimum nitrate levels for
growth and lipid level ofMelosira sp. This research was conducted in the Algae
laboratory of Pertamina Research and Development Pulogadung, Jakarta, in
December 2015-April 2016, includes the step of cultivation, harvesting,
calculating biomass, extraction and distillation. Variations in the concentration
of nitrate levels in medium f/2 is 0,88 M (control), 0,58 M, 1,17 M, 1,47 M
given at the stage of cultivation in the aquarium. This study uses a completely
randomized design (CRD). Parameter observed: the growth curve, growth rate,
biomass and lipid levels. The results showed the highest growth rate obtained
from the treatment with nitrate levels 1,17 M and 1,47 M. Highest biomass
growth rate obtained from the treatment with nitrate levels 1,47 M. This is
because the nitrate in the culture can be optimally used for the formation of
biomass through photosynthesis. While the highest lipid levels obtained from
the treatment with nitrate levels 0,58 M.
Keywords: Melosira sp., renewable energy, Indonesia critical energy solution,
nitrate.
PENDAHULUAN
Kebutuhan Indonesia di sektor energi
terus meningkat setiap tahunnya,
sedangkan energi fosil yang merupakan
sumber energi utama terus menurun.
Oleh sebab itu, perlu dilakukan usaha
untuk mencari bahan bakar alternatif
(Sharma, 2008). Pemerintah melalui
Inpres Nomor 1 Tahun 2006 telah
mencangkan untuk mencari sumber
bahan bakar pengganti terbarukan dari
biomassa organisme (bioenergi). Sejauh
ini, sumber daya alam yang sudah
dimanfaatkan untuk dijadikan biofuel
yakni tanaman kelapa sawit, jarak pagar
dan jagung (Pienkos, 2007). Namun,
dalam budidaya tanaman tersebut
dibutuhkan lahan yang luas, waktu panen
yang lama dan juga beririsan dengan
kepentingan pangan.
Di sisi lain, Indonesia memiliki
kekayaan sumber daya alam laut yaitu
mikroalga. Budidaya mikroalga tidak
membutuhkan lahan yang luas, tidak
memerlukan waktu panen yang lama dan
juga tidak beririsan dengan kepentingan
di sektor pangan. Salah satu mikroalga
yang berpotensi dikembangkan sebagai
bahan bioenergi ialah Melosira sp.
karena mengandung asam lemak C:16
(asam palmitat dan asam palmioleat)
yang tingi yaitu sebesar 46% dan 32%.
Namun, berdasarkan penelitian
sebelumnya diatom Melosira sp. yang
diisolasi dari perairan estuaria Timika
2 Dwi Oktaviani – Pengaruh Kadar Nitrat
7. ISSN. 2502-5643
dilaporkan mengandung lipid yang cukup
rendah, akan tetapi biomassanya 13 kali
lipat dari bimoassa Chaetoceros gracilis
(Panggabean dan Sutomo, 2012).
Kadar lipid pada mikroalga berkaitan
dengan kadar unsur hara yang diberikan.
Unsur hara yang berpengaruh terhadap
kadar lipid dan pertumbuhan mikroalga
yaitu nitrat. Beberapa penelitian telah
dilakukan untuk melihat pengaruh variasi
konsentrasi nitrogen terhadap
pertumbuhan, pembentukkan biomassa,
maupun kandungan esensial mikroalga.
Pada Spirulina fusiformis, penurunan
konsentrasi nitrogen memberikan
dampak berupa penurunan
pembentukkan biomassa, penurunan
kandungan protein dan penurunan
kandungan klorofil (Chrismadha et al.,
2006). Penurunan kandungan nitrogen
pada Chlorella pyrenoidosa memberikan
dampak berupa penurunan
pembentukkan biomassa tetapi
menaikkan kandungan lipidnya (Nigam
et al., 2011).
Nitrogen diperlukan dalam proses
fotosintesis yang melibatkan klorofil
sebagai komponen utamanya, sehingga
berpengaruh pada biomassa yang
dihasilkan mikroalga. Namun, kadar
nitrogen yang terlalu rendah dapat
menyebabkan protein terpecah menjadi
asam amino yang kemudian membentuk
asetil-koA sehingga dapat menyebabkan
meningkatnya kadar lipid (Colby,1988;
Widianingsih et al.,2008).
Sejauh ini belum dilakukan
penelitian mengenai pengaruh kadar
nitrat terhadap pertumbuhan Melosira sp.
Oleh sebab itu, penelitian ini dilakukan
dengan tujuan untuk mengetahui kadar
nitrat optimal untuk pembentukan
biomassa dan lipid pada mikroalga
Melosira sp. sebagai bahan utama
pembuatan biofuel.
METODE PENELITIAN
Metode penelitian yang digunakan
dalam penelitian ini yaitu eksperimen,
dengan rancangan acak lengkap (RAL).
Prosedur Penelitian
Alat dan Bahan
Alat yang digunakan pada penelitian
ini yaitu mikroskop Olympus,
haemocytometer, hand counter,
destilator, ultrasonik, peralatan gelas,
oven, aquarium, lampu neon, air stone,
air pump, selang, pH meter, lux meter,
salinometer, membran penyaring dan
filter air. Bahan yang digunakan yaitu
kultur murni Melosira sp. Air laut,
pelarut n-hexana, methanol, medium f/2
dan aquadest.
3Jurnal RISENOLOGI KPM UNJ Vol. 2 Edisi 1, April 2017
8. ISSN. 2502-5643
Skema Penelitian
Gambar 1. Skema Penelitian
Teknik Pengumpulan Data
Parameter yang diukur dalam
penelitian ini adalah kurva pertumbuhan
Melosira sp., laju pertumbuhan Melosira
sp., biomassa mikroalga Melosira sp. dan
kadar lipid (volume lipid akhir destilasi).
Teknik Analisis Data
Data kuantitatif yang berupa laju
pertumbuhan, biomassa dan kadar lipid
dari empat variasi kadar nitrat dengan
pengulangan masing-masing tiga kali
pengulangan, akan diolah mengunakan
teknik analisis data ANOVA (Analysis of
Variance) 1 arah (one-way) pada α =
0,05, yang dilanjutkan dengan uji
Duncan pada α = 0,05.
HASIL DAN PEMBAHASAN
A. Pertumbuhan Sel Mikroalga
Melosira sp.
1) Dekripsi Morfologi, Kurva
Pertumbuhan dan Laju
Pertumbuhan Melosira sp.
Pertumbuhan mikroalga Melosira
sp. diamati dengan menggunakan
haemacytometer dibawah mikroskop
DSX olympus. Berikut gambar sel
Melosira sp. yang diamati setiap 1x24
jam
4 Dwi Oktaviani – Pengaruh Kadar Nitrat
9. ISSN. 2502-5643
Gambar 2. Pengamatan sel Melosira sp.
di bawah mikroskop DSX.
Perbesaran 10 x 10 (A),
Perbesaran 40 x 10 (B),
Terminal auxospore (i),
Mucilage (ii), Pseudoculcus
(iii), Pengamatan pada chamber
hitung (D).
Melosira sp. memiliki warna cokelat
tua, hidup berkoloni dan merupakan
uniselular. Ciri khas yang dimiliki oleh
diatom yaitu dinding sel nya terdiri atas
silikat. Silikat merupakan unsur penting
dalam pembentukan dinding seldan
cangkang bagi kelompok diatom
(Endar, 2012). Pembentukan dinding sel
pada diatom berfungsi sebagai
ketahanan terhadap lingkungan.
Menurut Arinardi et al. (1994) ciri khas
diatom ditunjukan dengan adanya
pahatan tertentu pada dinding selnya
yang terdiri dari silikat, sehingga
memiliki ketahanan yang tinggi terhadap
tekanan lingkungan.
Berdasarkan hasil pengamatan
dengan mikroskop, Sel Melosira sp.
berbentuk silinder memiliki diameter ±
19 µm. Luas permukaan ± 283 µm2
. Ciri
khas yang dimiliki oleh genus Melosira
yaitu selnya berpasangan (2 sel) dan
diantara pasangan satu dengan yang
lainnya dibatasi oleh bantalan lendir
(mucilage) (gambar 2.ii). Menurut Round
et al. (1990) mekanisme pergerakan
diatom disertai dengan sekresi lendir
(mucilage) ke dalam raphe (celah yang
menembus dinding yang mengandung
silika). Mucilage mengandung
polisakarida sulfat.
Melosira sp. berkembangbiak
dengan menggunakan auxospore
(gambar 2. i). Auxospore merupakan
spora reproduksi pada diatom yang
dibentuk oleh penyatuan dua sel (Round
et al., 1990 ).
Perhitungan sel Melosira sp. pada
kamar hitung (kotak 16) di kedua
chamber (atas dan bawah). Perhitungan
dilakukan setiap 1x24 jam. Hasil
pengamatan pada kedua chamber
(chamber 1 dan chamber 2) dihitung
menggunakan rumus Hansen (2000):
Jumlah Sel/ml =
Berikut kurva pertumbuhan
mikroalga Melosira sp. pada variasi
kadar nitrat yang berbeda
Gambar 3. Kurva Pertumbuhan
Melosira sp. pada Kadar Nitrat
yang Berbeda
Berdasarkan kurva diatas, dapat
diketahui bahwa pola pertumbuhan
Melosira sp. perlakuan kadar nitrat 0,58
5Jurnal RISENOLOGI KPM UNJ Vol. 2 Edisi 1, April 2017
10. ISSN. 2502-5643
M dan 0,88 M memiliki empat fase
pertumbuhan, yaitu fase lag, fase
eksponensial, fase stasioner, dan fase
kematian. Sedangkan, perlakuan kadar
nitrat 1,17 M dan 1,47 M, memiliki tiga
fase pertumbuhan, yaitu fase
eksponensial, fase stasioner, dan fase
kematian. Perbedaan ini disebabkan
jumlah nutrien yang terdapat pada setiap
kultur berbeda, sehingga pertumbuhan
sel pada setiap kultur akan berbeda pula.
Pada saat mikroalga dapat
mengkonsumsi nutrisi dalam media
tumbuh secara optimal, maka mikroalga
tersebut memasuki fase eksponensial
dengan menghasilkan warna kultur lebih
pekat seiring dengan meningkatnya
kepadatan sel kultur (Pranayogi, 2003).
Tidak adanya fase lag pada perlakuan
kadar nitrat 1,17 M dan 1,47 M, juga
dapat dijelaskan bahwa pertumbuhan
mikroalga di dalam kultur biasanya tidak
mengalami fase lag bila kondisi
lingkungannya sudah sesuai dengan
lingkungan sebelumnya (Panggabean dan
Sutomo, 2000).
Fase eksponensial terjadi pada H1-
H4, dengan jumlah sel yang berbeda-
beda pada perlakuan kadar nitrat 1,17 M
dan 1,47 M. Kultur Melosira sp.
mengalami pertumbuhan logaritmik
selama 4 hari (Panggabean dan Sutomo,
2012). Sedangkan, pada 0,88M fase
eksponensial terjadi pada H2-H4.
Kemudian memasuki fase statsioner pada
hari ke 5 sampai dengan hari ke-7.
Menurut Setyaningsih et al., (2008), fase
stasioner merupakan fase pertumbuhan
yang konstan karena nutrien semakin
berkurang dan populasi semakin padat.
Pada hari ke-8 memasuki fase death
(kematian).
Perbedaan jumlah sel pada setiap
perlakuan mengakibatkan perbedaan laju
pertumbuhan (growth rate),
penghitungan laju pertumbuhan pada
penelitian ini menggunkan rumus Fogg
(1965). Berdasakan hasil pengamatan
kurva pertumbuhan, diketahui bahwa t1
(waktu pertumbuhan akhir) selama 4 hari
yaitu saat pertumbuhan logaritmik (fase
eksponensial). Sedangkan N1 (jumlah sel
akhir) yaitu jumlah sel pada hari ke-4
(H4) sebagai akhir fase eksponensial,
karena pada hari ke-5 jumlah sel
mengalami penurunan. Sehingga dapat
didefinisikan bahwa hari ke-5 telah
memasuki fase statsioner. Adapun laju
pertumbuhan sel Melosira sp. pada tiap
perlakuan kadar nitrat dapat dilihat pada
tabel 8.
Tabel 1. Laju Pertumbuhan (k) Melosira
sp. pada Kadar Nitrat yang Berbeda
Perlakuan
Rerata Laju
Perumbuhan
(pembelahan/hari) ±
SE
0,58
M
0,349a
±0,009
0,88
M
0,355a
±0,008
1,17
M
0,410b
±0,008
1,47
M
0,423b
±0,004
Ket: Angka yang diikuti oleh huruf yang
sama tidak berbeda nyata pada
α=0,05 uji Duncan
Berdasarkan tabel 1. dapat diketahui
bahwa laju pertumbuhan tertinggi yaitu
0,423 pada perlakuan 1,47M. Semakin
tinggi kadar nitrat, maka semakin tinggi
pula laju pertumbuhan (k) Melosira sp.
Hal ini dikarenakan suplai nitrat sebagai
makronutrien yang lebih tinggi dapat
dimanfaatkan sebagai unsur pembangun
struktur klorofil dan pembangun struktur
protein. sehingga pembelahan sel dan
fotosintesis yang terjadi lebih tinggi
dibandingkan dengan perlakuan kadar
nitrat 0,58 M; 0,88M; 1,17M. Jumlah
protein dalam bentuk enzim yang banyak
akan membantu proses pengangkutan
6 Dwi Oktaviani – Pengaruh Kadar Nitrat
11. ISSN. 2502-5643
menjadi lebih cepat, sehingga biomassa
yang merupakan hasil fotosintesis dapat
terakumulasi lebih banyak. Penelitian
yang dilakukan oleh Burbell dan Phillips
(1925) menunjukkan hasil yang sama
yaitu pada pemberian nitrat yang
berlebih pada medium kultur mikroalga
menyebabkan pertumbuhan mikroalga 2
kali lebih cepat.
Laju pertumbuhan (growth rate)
berbanding lurus dengan biomassa
mikroalga karena dengan laju
pertumbuhan yang optimal akan
menghasilkan biomassa yang optimal
pula.
Mikroalga yang mempunyai
pertumbuhan baik akan lebih aktif
mengkonversi CO2 menjadi biomassa
sehingga produktivitas biomassa menjadi
tinggi (Setiawan et al., 2008).
B. Biomassa Melosira sp.
Tabel 2. Rerata Biomassa Melosira sp.
pada Perlakuan Kadar Nitrat yang
Berbeda (gr)
Perlakuan
Kadar Nitrat
Rerata Biomassa
(gr) ± SE
0,58 M 8,33a
± 0,33
0,88 M 8,67a
± 0,67
1,17 M 8,67a
± 0,33
1,47 M 11,67b
± 0,33
Ket: Angka yang diikuti oleh huruf yang
sama tidak berbeda nyata pada
α=0,05 uji Duncan.
Berdasakan tabel 2, diketahui bahwa
biomassa tertinggi diperoleh pada
perlakuan kadar nitrat 1,47M.
Pembentukan biomassa berkaitan dengan
aktivitas fotosintesis oleh klorofil dan
sintesis klorofil-a dapat berlangsung
dengan ketersediaan N yang cukup.
Nitrogen dibutuhkan sebagai elemen-
elemen penyusun protein dan klorofil
(Berg et al., 2002). Semakin tinggi kadar
nitrat, maka pembentukan klorofil pada
Melosira sp. semakin tinggi, sehingga
memicu pertumbuhan biomassa.
Nitrat sebagai sumber nitrogen
anorganik yang paling umum digunakan
oleh mikroalga termasuk Melosira sp.
tidak dapat digunakan secara langsung
dalam proses metabolisme selnya. Mula-
mula nitrat akan direduksi terlebih
dahulu menjadi nitrit yang dikatalis oleh
enzim reduktase (NaR), kemudian
dilanjutkan oleh reduksi nitrit menjadi
ammonium oleh enzim nitrit reduktase
(NiR) sebagai katalisatornya. Selanjutnya
nitrogen dalam bentuk ammonium inilah
yang akan digunakan sebagai bahan
pembentuk makromolekul sel (Salisbury
dan Ross, 1992).
Rendahnya biomassa yang
dihasilkan pada perlakuan pemberian
kadar nitrat 0,58 M diduga disebabkan
oleh peristiwa dinamika penggantian sel-
sel klorofil yang rusak akibat
fotooksidasi, melibatkan asam-asam
amino dan enzim-enzim yang
mengandung N (Borowitzka dan
Moheimani, 2013). Apabila terjadi
defisiensi N pada mikroalga proses
penggantian tersebut akan terhambat dan
mengakibatkan kekurangan pigmen
fotosintetik klorofil dan fikobilin yang
mengandung N (Dennis dan Turpin,
1997).
C. Kadar Lipid
Tabel 3. Rerata Kadar Lipid Melosira sp.
pada Perlakuan Kadar Nitrat yang
Berbeda (gr)
Perlakuan
Kadar Nitrat
Rerata Kadar Lipid
(%) ± SE
1,47 M 6,22a
± 0,19
7Jurnal RISENOLOGI KPM UNJ Vol. 2 Edisi 1, April 2017
12. ISSN. 2502-5643
1,17 M 6,47a
± 0,86
0,88 M 7,66b
± 0,99
0,58 M 11,86c
± 0,15
Ket: Angka yang diikuti oleh huruf yang
sama tidak berbeda nyata pada
α=0,05 uji Duncan.
Kadar lipid tertinggi diperoleh pada
perlakuan kadar nitrat yang terendah
yaitu 0,58 M, hal ini seuai dengan
penelitian yang dilakukan oleh
Panggaben, 2012 namun pada jenis
mikroalga yang berbeda. Kondisi stress
kekurangan N menyebabkan
terganggunya sistesis membrane lipid
yang mengandung komponen asam-asam
lemak tidak jenuh dan menyebabkan
terjadinya akumulasi asam-asam lemak
netral cadangan dalam sel dalam bentuk
triacylglycerol (TAG) pada alga (Hu et
al., 2008). Akumulasi asam lemak inilah
yang diinginkan dalam aplikasi
mikroalga sebagai sumber bahan
alternatif pengganti bahan bakar fosil.
Nitrat (NO3-
) adalah bentuk utama
nitrogen di perairan alami dan
merupakan nutrient utama bagi
pertumbuhan tanaman dan alga. Nitrat
digunakan oleh mikroalga untuk
melangsungkan metabolisme dan
bereproduksi (Bergman 1999: Bagus Ida
2015). Kandungan lipid dalam mikroalga
biasanya dalam bentuk gliserol dan asam
lemak. Akumulasi lipid biasanya terjadi
dalam periode tekanan lingkungan,
termasuk dalam kondisi kekurangan
nutrien ketika masa pertumbuhan. Dalam
beberapa kasus, senyawa lipid bisa
ditingkatkan dengan melakukan
pemiskinan nitrogen dengan faktor
tekanan yang lain (Kawaroe et al., 2010).
Mikroalga memiliki sIstem metabolisme
yang ada di protoplasma, pada
konsentrasi nitrogen rendah seluruh alga
memiliki kandungan dan produktivitas
yang tinggi, sebaliknya pada konsentrasi
nitrat yang tinggi kandungan
produktivitas lipidnya rendah. Hal ini
sesuai dengan pendapat Borowitzka
(1988) yang menyatakan bahwa pada
konsentrasi nitrogen yang rendah,
mikroalga mengandung banyak lipid.
Kimball (1991) berpendapat bahwa ada
hubungan metrabolisme antara
karbohidrat, protein dan lemak yaitu
kompetisi asetil ko-A, yang merupakan
precursor pada beragam jalur biosintesis
seperti lemak, protein dan karbohidrat.
Kadar nitrat 0,58 M dibawah standar
kadar nitrat pada medium f/2 yaitu 0,88
M, sehingga dapat diartikan bahwa pada
kondisi tersebut mikroalga berada dalam
stress lingkungan. Pada kondisi ini,
mikroalga akan cenderung membentuk
lipid sebagai cadangan makanan daripada
membentuk karbiohidrat dan senyawa
lainnya. Hal ini disebabkan karena
mikroalga lebih banyak menggunakan
atom karbon untuk membentuk lipid
daripada karbohidrat, sebagai akibat
meningkatnya aktifitas enzim asetil ko-A
karboksilase (Sheehan et al., 1998).
Berikut gambar destilat lipid.
Gambar 4. Destilat lipid Melosira sp.
kadar nitrat: 0,58 M ulangan ke-1
(A); 0,58 M ulangan ke-2 (B);
0,58 M ulangan ke-3 (C); 0,88 M
ulangan ke-1 (D); 0,88 M ulangan
ke-2 (E); 0,88 M ulangan ke-3 (F);
1,17 M ulangan ke-1 (G); 1,17 M
ulangan ke-2 (H); 1,17 M ulangan
ke-3 (I); 1,47 M ulangan ke-1 (J);
1,47 M ulangan ke-2 (K); 1,47 M
8 Dwi Oktaviani – Pengaruh Kadar Nitrat
13. ISSN. 2502-5643
ulangan ke-3 (L).
D. Pengaruh Kadar Nitrat terhadap Laju Pertumbuhan, Biomassa dan
Kadar Lipid Melosira sp.
Tabel 4. Rerata Laju Pertumbuhan, Biomassa dan Kadar Lipid Melosira sp. pada Kadar
Nitrat yang Berbeda
Berdasakan data di atas dapat
diketahui bahwa semakin tinggi kadar
nitrat yang diberikan pada kultur
Melosira sp., maka semakin tinggi pula
laju pertumbuhan dan biomassa Melosira
sp. Namun, semakin tinggi kadar nitrat
yang diberikan pada kultur Melosira sp.,
kadar lipid yang dihasilkan semakin
rendah. Hal ini dapat dijelaskan bahwa
kadar nitrat 1,17 M merupakan batas
kritis pertumbuhan vegetatif, karena
pada kadar nitrat yang lebih tinggi, yaitu
1,47 M, laju pertumbuhan (growth rate)
mikroalga Melosira sp. tidak berbeda
jauh dengan 1,17 M. ketika organisme
fotosintetik memasuki masa vegetatif,
maka organisme tersebut sangat
membutuhkan unsur hara N, sehingga
saat itu unsur hara N berperan vital bagi
organisme tersebut. Unsur hara ini
memiliki fungsi mensitensis klorofil
yang kemudian digunakan organisme
fotosintetik untuk fotosintesis (Bojovic,
2009).
Semakin tinggi kadar nitrat,
biomassa juga semakin tinggi, namun,
kadar lipidnya jutru rendah. Hal ini dapat
dijelaskan bahwa pada saat mikroalga
dikultur pada kondisi stress nutrien,
proses metabolismenya akan terganggu,
yaitu adanya kompetisi antara
pembentukan biomassa dan TGA melalui
proses asimilasi fotosintesis dan
mengubah jalur metabolisme untuk
menstimulasi biosintesis lipid. Hal ini
sesuai dengan penelitian yang dilakukan
oleh Fakhry dan Maghraby, 2015 yaitu
terdapat korelasi terbalik antara kadar
nitrat yang diberikan pada kultur
Nannochloropsis salina dengan kadar
lipid yang diproduksinya.
Kondisi stress nutrien
memungkinkan senyawa piruvat yang
dihasilkan dari proses glikolisis akan
dikonversi menjadi asetil ko-A oleh
kompleks enzim piruvat dehidrogenase
yang terdapat di plastida. Asetil ko-A
yang dihasilkan dari piruvat selanjutnya
diaktifkan menjadi malonil ko-A yang
dikatalis oleh kompleks enzim asetil ko-
A karboksilase. Malonil ko-A menyusun
donor karbon untuk masing-masing
siklus lintasan biosintesis asam lemak.
Asam lemak dihasilkan melalui
kompleks multi subunit yang tersusun
oleh enzim fatty acid synthase. Asam
lemak yang telah dihasilkan kemudian
diaktivasi untuk menggabungkan asam
lemak tersebut ke membran lipid
(Campbell, 2008). Akumulasi lipid saat
mikroalga berada pada kondisi nitrat
yang rendah distimulasi oleh enzim
isocitrate dehydrogenase (Spolaore et al.,
2006).
9Jurnal RISENOLOGI KPM UNJ Vol. 2 Edisi 1, April 2017
14. ISSN. 2502-5643
KESIMPULAN
Berdasarkan hasil penelitian, dapat
disimpulkan bahwa:
1. Terdapat perbedaan laju
pertumbuhan pada setiap perlakuan
(terima H1), hasil yang menunjukkan
signifikan (significant) yaitu pada
perlakuan kadar nitrat 1,47 M.
2. Terdapat perbedaan bobot biomassa
pada setiap perlakuan (terima H1),
hasil yang menunjukkan signifikansi
tinggi (highly significant) yaitu pada
perlakuan kadar nitrat 1,47 M.
3. Terdapat perbedaan kadar lipid pada
setiap perlakuan (terima H1), hasil
yang menunjukkan signifikansi
tinggi (highly significant) yaitu pada
perlakuan kadar nitrat 0,58 M
DAFTAR PUSTAKA
Amalia, D. R. N. 2013. Efek Temperatur
terhadap Pertumbuhan Gracilaria
verrucosa. Skripsi. Jember:
Fakultas Matematika dan Ilmu
Pengetahuan Alam Universitas
Jember.
Arinardi,O. H, Trimaningsih dan
Sudirdjo. 1994. Pengantar tentang
Plankton serta Kisaran
Kelimpahan dan Plankton
Predominan di Sekitar Pulau Jawa
dan Bali. Jakarta: Puslitbang
Oseanologi-LIPI
Bagus, Ida Gede Brahmantara. 2015.
Pengaruh Konsentrasi
Penambahan Sodium Nitrat dan
Sodium Fosfat pada Media
Guillard terhadap Konsentrasi
Biomassa Dan Lemak Mikroalga.
Nannochloropsis sp. Skripsi. Bali:
Fakultas Teknologi Pertanian
Universitas Udayana.
Bahrens, P.W. 2005. Photobioreactors
and Fermentors: The Light and
Dark Sides of Growing Algae. In:
R.A. Anderson (Ed.). Algal
Culturing Techniques Elsevier
Acad: 189-203.
Balai Budidaya Laut. 2002. Budidaya
Fitoplankton dan Zooplankton.
Balai Budidaya Lampung. Dirjen
Budidaya. Kementerian Kelautan
dan Perikanan: 13–55.
Berg, J.M.; Tymoczko, J.L.; and Stryer,
L. 2002.Biochemistry 5th Edition.
WHFreeman: 108-109.
Bligh, EG & Dyer WJ. 1959. A Rapid
Method for Total Lipid Extraction
an Purification. Biochem
Physiol.37: 911-917.
Bojovic, B., dan A. Markovic. 2009.
Correlation Between Nitrogen
Content and Chlorophyll Conten in
Wheat. Kragujevac Journal Sci.
31: 69-74.
Borowitzka, M.A. 1988. Algal Growth
Media And Sources Of Algal
Cultures. In : Borowitzka, M.A &
L.J Borowitza (Eds) Microalga
Biotechnology. Cambridge:
Cambridge University Press: 456-
465.
Borowitzka, Michael A., Moheimani,
Navid Reza (Eds.). 2013. Algae for
Biofuels and Energy. New York:
Springer.
Burrell, R.C dan T.G. Phillips. 1925. The
Determinations of Nitrate Nitrogen
in Plants. Journal of Biological
Chemistry. 65: 229-234.
Chrismadha, T, Panggabean, LM, &
Mardiati, Y. 2006. Pengaruh
Konsentrasi Nitrogen dan Fosfor
terhadap Pertumbuhan,
Kandungan Protein, Karbohidrat
dan Fikosianin pada Kultur
Spirulina fusiformis, Berita
Biologi. 8: 163-169.
Colby, DS.1988. Biokimia. Alih Bahasa:
Adji Dharma, EGC, Jakarta.
Dennis, D.T. dan D.H. Turpin. 1997.
Plant Metabolism. Singapore:
Addison Wesley Longman
Singapore Ltd.
10 Dwi Oktaviani – Pengaruh Kadar Nitrat
15. ISSN. 2502-5643
Dwidjoseputro, D. 1978. Pengantar
Fisiologi Tumbuhan. PT
Gramedia, Jakarta.
Endar, Vivi Herawati et al. 2012.
Pengaruh Penggunaan Dua Jenis
Media Kultur Teknis yang
Berbeda terhadap Pola
Pertumbuhan, Kandungan Protein
dan Asam Lemak Omega 3 EPA
(Chaetoceros gracilis).Journal of
Aquaculture Management and
Technology. 1: 221-235.
Ernest, 2012.Pengaruh Kandungan Ion
Nitrat terhadap Pertumbuhan
Nannochloropsis sp.
Skripsi.Depok: Universitas
Indonesia.
Fogg, G. E. 1987. Algal Cultures and
Phytoplankton Ecology. London:
The Univercity of Wiconsin Press,
Ltd.
Ghosh, M dan J. P. Gaur. 1998. Current
Velocity and Establishment of
Stream Algal Periphyton
Communities. Aquatic Botany.
60:1-10.
Gomez, Kwanchai dan Gomez, Arturo.
1984. Statistical Procedures for
Agricultural Research. US: A
Wiley-Interscience Publication.
Grima, E.M., Belarbi, F.G.A., Medina,
A.R., Chisti, Y. 2003. Recovery of
Microalgal Biomass and
Metabolites :Process Options and
Economics. Biotechnol Adv. 20:
491-515.
Gross J. 1991.Pigments in Vegetables,
Chlorophyls and Carotenoids.
New York: Van Nostrand
Reinhold.
Guillard, R.R.L. 1975. Culture of
Phytoplankton for Feeding Marine
Invertebrates. pp 26-60. In Smith
W.L. and Chanley M.H (Eds.)
Culture of Marine Invertebrate
Animals.Plenum Press, New York,
USA.
Hansen. 2000. Laboratory Procedures
“Hemacytometer”. University of
Florida.
Harahap, PS, Susanto, AB,
Susilaningsih, D, dan Delicia, YR.
2013.Pengaruh Substitusi Limbah
Cair Tahu untuk Menstimulasi
Pembentukan Lipida pada
Chlorella sp. Marine Research. 2:
80-86.
Harun, R., Singh, M., Forde, G.M.,
Danquah, M.K.2010.Bioprocess
Engineering of Microalgae to
Produce a Variety of Consumer
Products.Renewable and
Sustainable Energy Reviews.14:
1037–1047.
Hu Q, et al. 2008. Microalgal
Triacylglycerols as Feedstocks for
Biofuel Production: Perspectives
and Advances. Plant J. 54: 621-
639.
Hu, H dan Gao, K. 2006. Response of
Growth and Fatty Acid
Compositions of Nannochloropsis
sp. to Environmental Factors
Under Elevated CO2
Concentration. Biotechnology
Letters. 28: 987–992.
Instruksi Presiden Republik Indonesia
Nomor 1 Tahun 2006 Ttentang
Penyediaan dan Pemanfaatan
Bahan Bakar Nabati (Biofuel)
sebagai Bahan Bakar Lain.
Jones, et al. 2012.Extraction of Algal
Lipids and Their Analysis by
HPLC and Mass Spectrometry.J.
Am. Oil Chem. Soc. 89: 1371–1381
Kawaroe et al. 2010. Mikroalga Potensi
dan Pemanfaatannya untuk
Produksi Bio Bahan Bakar. Bogor:
IPB Press.
Kimball, J.W. 1991. Biologi. Erlangga.
Jakarta
Kuhl, A. 1974.Phosporus.In Stewart,
W.D.P. (Ed.) Algal Physiology and
Biochemistry.Blackwell Scien:
610-654.
11Jurnal RISENOLOGI KPM UNJ Vol. 2 Edisi 1, April 2017
16. ISSN. 2502-5643
Kurniawan H, Gunarto L.1999.Aspek
Industri Sistem Kultivasi Sel
Mikroalga Imobil.Jurnal Tinjauan
Ilmiah Riset Biologi dan
Bioteknologi Pertanian.2: 2.
Lakitan, B. 2011. Dasar-Dasar
Fisiologi Tumbuhan. Jakarta:Raja
Grafindo Persada.
Lavens, P. And P. Sorgeloos. 1996.
Manual on The Production and
Used of Live Food for
Aquaculture. FAO Fisheries
Techical Paper: 361.
Medina, Robles A., E. Molina Grima,
A. Gimenez Gimenez, and M. J.
Ibanez Gonzalez. 1998.
Downstream Processing of Algal
Polyunsaturated Fatty Acids.
Biotechnology Advances.16:517-
580.
Melosira sp.;
Structure.http://cfb.unh.edu. 2013.
Diakses pada Juli 2015.
Meng, Chen. et al. 2011. Effect of
Nutrrients and Growth and Lipid
Accumulation in the Green Algae
Dunaliella tertiolecta. Bioresource
Technology.102: 1649-1655.
Muntsji, A.R. 1972. Beberapa Aspek
Biologi Rumput Laut. Skripsi.
Bogor: Institut Pertanian Bogor
Fakultas Pertanian.
Nicholls, R.E. 1993. Hidroponik
Tanaman Tanpa Tanah. Semarang:
Dahara Prize: 85-86.
Nigam, Subhasha., Monika PR., &
Sharma R. 2011. Effect of
Nitrogen on Growth and Lipid
Content of Chlorella pyrenoidosa.
American Journal of Biochemistry
and Biotechnology.7: 126-131.
Nybakken, J., W. 1992. Biologi Laut;
Suatu Pendekatan Ekologis.
Jakarta: PT.Gramedia Pustaka
Utama.
Odum, E. P. 1971. Fundamentals of
Ecology.Philadelphia: W.B.
Sounders Company Ltd.
Panggabean & Sutomo. 2000.
Morfologi dan Reproduksi
Melosira sp. Pros. Sem. Nas.
Biologi XVI, Kampus ITB
Bandung: 388-393.
Panggabean Maria Lily Goretti dan
Sutomo.2012. Pertumbuhan
Biomasa, Klorofil-A, Asam Lemak
Mikroalga Melosira sp. Puslit
Oseanografi & Puslit Limnologi,
LIPI.38: 105-113.
Patil NB, Gajbhiye M, Ahiwale SS,
Gunjal AB, Kapadnis BP. 2011.
Optimization of indole 3-acetic
acid (IAA) production by
Acetobacter diazotrophicus L1
isolated from sugarcane. J.
Environ Sci. 2: 307-314.
Pescod, M.B. 1973. Investigation of
Rational Effluent and Stream
Standard for Tropical Countries.
Bangkok: AIT.
Pienkos, Philip T. and Al Darzins. 2009.
The Promise and Challenges of
Microalgal-Derived Biofuels.
Journal Biofpr.3:431–440.
Pranayogi, D. 2003. Studi Potensi
Pigmen Klorofil dan Karotenoid
dari Mikroalga Jenis Chlophyceae.
Lampung: Universitas Lampung.
Rawat, I., Ranjith Kumar, R., Mutanda,
T., and Bux, F. 2013. Biodiesel
from Microalgae: A Critical
Evaluation From Laboratory To
Large Scale Production. Appl.
Energy: 444–467.
Raymond, V. 1976.Plankton and
Producvity in the Ocean. UK:
Pergamon Pers Ltd
Romimohtarto, K., dan Juwana, S.
2001. Pengelolaan Sumberdaya
Wilayah Pesisir Secara
Berkelanjutan.Jakarta: Djambatan
Round et al. Press. 1990. Diatoms:
Biology and Morphology of the
Genera. UK: Cambridge
University.
12 Dwi Oktaviani – Pengaruh Kadar Nitrat
17. ISSN. 2502-5643
Round, F.E. 1973.The Biology Of
Algae. London : Edward Arnold:
278.
Salisbury, F. B dan C.W. Ross. 1992.
Fisiologi Tumbuhan Jilid 3.
Terjemahanoleh Diah R. Lukman
dan Sumaryono, 1995. Bandung:
ITB-Press.
Sarief, E. S. 1986. Ilmu
TanahPertanian. Bandung:
Pustaka Buana: 157.
Schuman dan Howarth. 1986. Diatoms
as Indicator of Pollution.
Proceeding of the Eighth The
International Symposium 1984 (ed.
M Richard).KLoeltz Scientific
Books: 757-766.
Setiawan, S., Sari, M., dan Yuliusman.
2008. Mekanisme Absorbsi CO2
dengan Menggunakan
Fitoplankton. Jurnal Ilmiah
Bioteknologi. 19: 115-119.
Setyaningsih et al.,2008. Ekstraksi
Senyawa Anti Bakteri Dari Diatom
Chaetoceros gracilis dengan
Berbagai Metode. Jurnal Biologi
Indonesia: 23-33.
Sharma. Y.C., Singh. B. 2008.
Advancements in Development
and Characterization of Biodiesel:
A Review. Fuel. 87: 2355-2373.
Sheehan et al. 1998.A Look Back at the
U.S. Department of Energy’s
Aquatic Species Program
Biodiesel from Algae. National
Renewable Energy Laboratory.
Sheng J., Vannela R., Rittmann BE.
2011. Evaluation of Methodsto
Extract and Quantify Lipids from
Synechocystis PCC 6803.
Bioresour Technol.102: 1697-
1703.
Sopandie, D. 1999. Differential Al
Tolerance of Soybean Genotypes
Related to Nitrate Metabolism and
Organic Acid Exudation.
Comm.Ag. 5: 13-20.
Sriharti dan Carolina. 1995. Kualitas
Algae Bersel Tunggal Chlorella
sp. pada Berbagai Media. Seminar
Ilmiah Hasil Penelitian dan
Pengembangan Bidang Fisika
Terapan. Balai Pengembangan
Teknologi Tepat Guna, Puslitbang
Fisika Terapan-LIPI, Subang.
Suslick, K. S. 1988. Ultrasounds: Its
Chemical, Physical and Biological
Effects. New York: VHC
Publishers.
Uduman, N., Qi, Y., Danquah, K., 2010.
Dewatering of Microalgal
Cultures: A Mojor Bottolneck to
Algae-Based Fuels. Journal of
Renewable Energy. 2:1-15.
Welch EB. 1980. Ecological Effect of
Waste Water. Cambridge:
Cambridge University Press.
Widianingsih, Hartati R, H Endrawati,
Yudiati E & Iriani VR. 2011.
Pengaruh Pengurangan
Konsentrasi Nutrien Fosfat dan
Nitrat Terhadap Kandungan Lipid
Total Nannochloropsis oculata.
Jurnal Ilmu Kelautan. 16: 24-29.
Widianingsih, Ridho A, Hartati R &
Harmoko.2008. Kandungan Nutrisi
Spirulina platensis yang dikultur
pada Media yang Berbeda. Jurnal
Ilmu Kelautan. 13: 167-170.
Widodo dan Suadi. 2006. Pengelolaan
Sumberdaya Perikanan Laut.
Yogyakarta.
Winarso, S. 2005. Kesuburan Tanah
Dasar Kesehatan dan Kualitas
Tanah. Yogyakarta: Gava Media.
Wirahadikusumah, Muhammad. 1985.
Biokimia: Metabolisme Energi,
karbohidrat dan Lipid. Bandung:
ITB-Press
13Jurnal RISENOLOGI KPM UNJ Vol. 2 Edisi 1, April 2017
18. ISSN. 2502-5643
ANALISIS PESEBARAN AIR LINDI DAN KAREKTERISASI BAWAH
PERMUKAAN AREA ALIH FUNGSI LAHAN TEMPAT PEMBUANGAN
AKHIR (TPA) SUKOLILO- SURABAYA SEBAGAI PERTIMBANGAN
PEMBANGUNAN
Lestari, PR.1)
, Harjo, TAB2)
, Gazali, I 3)
, Bahri, AS 4)
1234
Jurusan Teknik Geofisika-FTS
Institut Teknologi Sepuluh Nopember Surabaya
Email: lestariputririda@gmail.com , tricahyoagung81@gmail.com ,
Imamgazali31@gmail.com , syaeful_b@geofisika.its.ac.id
ABSTRAK
Sejak tahun 2001, tempat pembuangan akhir (TPA) Sukolilo di bagian timur
Surabaya, telah mengalami proses alih fungsi/rehabilitasi secara bertahap. Daerah tahap
1 yaitu TPA A telah beralih fungsi menjadi daerah pemukiman. Daerah tahap 2 yaitu
TPA B saat ini berupa terminal angkutan umum, balai kelurahan serta Taman Kota
Tematik (sakura) yang beberapa areanya masih berupa lahan kosong. Daerah tahap 3
yaitu TPA C saat ini berupa lahan terbuka dan beberapa areanya masih digunakan
sebagai tempat pembuangan sampah. Perubahan fungsi lahan TPA Sukolilo saat ini
telah mempengaruhi karakteristik bawah permukaannya yang berpengaruh pada
persebaran air lindi, sehingga perlu dikaji karakteristik bawah permukaannya. Air Lindi
yang merupakan polutan cair hasil pembusukan sampah dapat diketahui penyebarannya
melalui lapisan akuifer didaerah alih fungsi TPA. Telah dilakukan penelitian geofisika
dengan metoda geolistrik VES dan geolistrik tahanan jenis (Res-2D) menggunakan
konfigurasi Schlumberger, untuk menggambarkan litologi bawah permukaan terkini
dan informasi pola penyebaran lindi yang didasarkan pada karakteristik kelistrikan
bumi di bawah permukaan dari daerah tahap 1, tahap 2, dan tahap 3. Korelasi kedua
metode tersebut mempresentasikan kondisi bawah permukaan lahan bekas TPA
Sukolilo pasca rehabilitasi serta pola pesebaran lindi didaerah rehabilitasi. Hasil
penelitian ini dapat digunakan sebagai pertimbangan dalam pembangunan tata ruang
wilayah dan sistem pengelolaan sampah sebagai upaya manajemen lahan TPA untuk
mengurangi dampak negatif terhadap lingkungan menuju indonesia emas.
Kata kunci : Air Lindi, Litologi, Resistivitas, VES (Vertical Electric Sounding)
ABSTRACT
Since 2001, Sukolilo landfill where located in eastern of Surabaya, has undergone
over the function / rehabilitation phases. Phase 1 is the TPA A has been converted into
residential areas. Phase 2 is the TPA B has been converted into terminal, village hall
and the city park of Tematik (Sakura), where some areas are still a vacant land. Phasa
3 is the TPA C which is still in the form of open land and some of the area is still used
as a garbage dump. Land conversion at Sukolilo Landfill has affected the subsurface
characteristics that influence the spread of leachate, it is necessary to study of
characterization of the subsurface. Leachate is the liquid pollutant as the result of
14 Putri Rida Lestari. – Analisis Persebaran Air Lindi
19. ISSN. 2502-5643
garbage decomposition which spreading can be seen through the aquifer layer over the
function of the landfill area. Geophysical studies have been conducted with VES
(Vertical Electric Sounding) and resistivity (Res-2D) using Schlumberger
configuration, to describe the current subsurface lithology and information
dissemination patterns leachate which is based on the electrical characteristics of the
Earth's subsurface of areas phase 1,phase 2, and phase 3. The correlation of both
methods are represented the subsurface condition of the former landfill Sukolilo’s
current post- rehabilitation and the rehabilitation area leachate’s disemenation
pattern. The results of this study are used as consideration in the development of
spatial and waste management systems as landfill management efforts to reduce the
negative environmental impacts towards a better indonesia.
Keywords: Leachate, Lithology, Resistivity, VES (Vertical Electric Sounding)
PENDAHULUAN
Sampah merupakan polutan umum
yang dapat menyebabkan turunnya
kesehatan, estetika lingkungan dan
lainnya. Dalam pengelolahan sampah,
dibutuhkan suatu tempat pembuangan
akhir. Tempat pembuangan akhir
memiliki berbagai permasalahan yang
kompleks. Sampah yang berasal dari
bahan organik ,non organi, limbah cair
dan limbah padat di tempat pembuangan
terbuka cenderung menghasilkan produk
cair yang disebut “air lindi”. Lindi
mengandung berbagai kontaminan
berbahaya dan logam berat. Air lindi
berdampak negatif terhadap kualitas
tanah dan air permukaan. Terdapat
banyak tempat pembuangan sampah
yang secara geologis tidak memadai
sehingga meningkatkan kerentanan
terhadap dampak negatif sampah di
sekitarnya.
Surabaya bagian timur, memiliki
tempat pembuangan akhir (TPA)
Sukolilo. Sejak tahun 2001, telah
mengalami proses alih fungsi/rehabilitasi
yang dilakukan secara bertahap. Daerah
tahap 1 (satu) ,yaitu TPA telah
mengalami alih fungsi menjadi daerah
pemukiman. Daerah tahap 2 (dua) yaitu
daerah TPA B, saat ini berupa terminal
angkutan umum, balai kelurahan,serta
Taman Kota Tematik (Sakura). Beberapa
area tahap 2 (dua) masih berupa lahan
kosong. Daerah tahap 3 yaitu TPA C
berupa lahan terbuka dan beberapa
areanya,masih digunakan sebagai tempat
pembuangan sampah, salah satu hal yang
sering terjadi adalah rembesan lindi
akibat dari sampah organik dan
anorganik tidak dipisahkan di TPA. Air
tanah yang tercemar oleh limbah cair
(logam berat atau fluida beracun) dapat
membahayakan masyarakat sekitarnya,
oleh karena itu diperlukan pemetaan
bawah permukaan untuk menentukan
penyebaran air lindi.
Untuk mengetahui karakteristik
bawah permukaan, dapat dilakukan
pengambilan sampel tanah melalui
metode pengeboran. Akan tetapi
diperlukan biaya yang mahal dengan
cakupan area yang sempit. Diperlukan
metode yang lebih ekonomis dalam
memetakan pencemaran air tanah dengan
hasil yang efektif. Salah satunya adalah
metode geolistrik. Metode geolistrik
adalah metode dalam geofisika yang
sering di pakai dalam pendeteksian air
bawah permukan [5]. Metode geolistrik
resistivitas dapat dibagi menjadi dua
kelompok besar yaitu metode resistivitas
mapping dan sounding atau VES -
Vertical Electric Sounding. Pada
penelitian ini digunakan konfigurasi
15Jurnal RISENOLOGI KPM UNJ Vol. 2 Edisi 1, April 2017
20. ISSN. 2502-5643
Schlumberger, karena memiliki penetrasi
kedalaman yang baik.
Pesebaran air lindi dapat dilihat
dengan memanfaatkan sifat fisis berupa
resisitivitas. “Air lindi” dapat
mempengaruhi nilai resistivitas karena
sifatnya yang konduktif. Pengaplikasian
metode geolistrik pada daerah TPA
terbukti memberikan hasil yang bagus
pada penelitian-penelitian sebelumnya.
Tujuan dari penelitian ini adalah untuk
memetakan pola persebaran air lindi dan
karekterisasi bawah permukaan area alih
fungsi tempat pembuangan akhir (TPA)
Sukolilo Surabaya. Hasil yang
didapatkan dapat digunakan sebagai
kajian dalam manajemen lahan TPA
untuk mengurangi dampak negatif
terhadap masyarakat di sekitar daerah
penelitian.
METODE PENELITIAN
Pada TPA Sukolilo telah dilakukan
kajian pola penyebaran air lindi dengan
menggunakan metode geolistrik (VES-
Vertical Electric Sounding dan
Resistivitas2D). Penelitian ini di awali
dengan survei topografi (Gambar 1).
Pengukuran dilakukan di sepanjang
daerah TPA A, B, dan C dengan profil
AA’, BB’, CC1’, CC2’ dan VES.
Penelitian ini terbagi ke dalam 4
kegiatan utama yaitu pemetaan daerah
pengukuran, pengambilan data,
pemrosesan data serta interpretasi data.
Pemetaan lokasi dilakukan untuk
menentukan panjang lintasan dan titik
pengukuran.Seluruh titik pengukuran
ditentukan dengan menggunakan GPS
(Global Positioning System) untuk
memperoleh koordinat titik pengukuran.
Hasil pemetaan lokasi didapatkan 3 titik
pengambilan data VES dan 4 titik
pengambilan data Res2D. Pengukuran
yang dilakukan dalam penelitian ini
menggunakan metode geolistrik VES-
Res2D dengan konfigurasi
Schlumberger. Pada konfigurasi
Schlumberger spasi antara dua elektroda
potensial dibuat sama akan tetapi dua
elektroda arus jaraknya diubah- ubah
(diperbesar). Desain pengambilan data ,
dapat dilihat pada gambar 1. Pengukuran
dilakukan di 4 lokasi dalam waktu yang
berbeda. Adapun tahapan penelitiannya
ditunjukkan pada gambar 2. Obyek dari
penelitian ini adalah polutan sampah atau
air lindi yang berasal dari pembusukan
sampah di sekitar TPA Keputih Sukolilo
Surabaya . Air lindi yang terdapat di
bawah permukaan tanah dapat terdeteksi
dari perbedaan nilai resistivitasnya.
Keberadaan air lindi juga didukung
dengan jenis litologi daerah penelitian.
Bahan dan peralatan yang digunakan
dalam penelitian ini adalah sebagai
berikut:
GPS (Global Positioning
System) 1 set
Resistivitymeter 1 set
Elektrode besi dan tembaga 17
set
Kabel roll 4 set
Gambar 1. Desain Penelitian pada TPA
Sukolilo
16 Putri Rida Lestari. – Analisis Persebaran Air Lindi
21. ISSN. 2502-5643
Gambar 2. Tahapan Penelitian
Penelitian ini dilakukan di area alih
fungsi lahan tempat pembuangan akhir
(TPA Keputih). Area tersebut terbagi ke
dalam 4 tempat yang berbeda. Lokasi
pengambilan data disajikan pada
gambar 3. Jenis data yang diperlukan
adalah data primer dan data sekunder
[8]. Data primer diperoleh melalui
pengukuran secara langsung di area alih
fungsi lahan TPA Keputih Sukolilo.
Data sekunder diperoleh dari
instansi/lembaga (Pusat Sumber Daya
Geologi) berupa peta geologi daerah
penelitian. Berdasarkan peta
geologi,daerah penelitian termasuk pada
satuan aluvium yang memiliki litologi
kerikil,kerakal dan lempung [9]. Daerah
penelitian berada pada garis merah
gambar 4. Data sekunder juga diperoleh
melalui studi pustaka nilai resisitivitas
batuan dan fluida yang terdapat pada (
tabel 1) dan (tabel 2).
Gambar 3. Lokasi Penelitian
Air lindi merupakan cairan yang
relatif konduktif sehingga memiliki nilai
resistivitas yang kecil. Air lindi maupun
tanah yang tersaturasi dengan lindi dapat
bernilai dibawah 10 ohm.meter.
Gambar 4. Peta Geologi Surabaya (PSDG,
1992)
HASIL DAN PEMBAHASAN
Hasil pengolahan data resisitivitas2D
pada TPA A ditunjukkan oleh gambar 5.
Panjang lintasan 70 meter pada TPA A,
dihasilkan penampang yang
memvisualisasikan bawah permukaan
hingga kedalaman 12,4 meter. Pada
penampang AA’ di kedalaman 3,75-,26
meter didominasi oleh warna biru yang
memiliki rentang resisitivitas antara
0,21-1,78 ohm meter. Rentang
resisitivitas tersebut diinterpretasikan
sebagai salah satu jenis fluida yaitu air
17Jurnal RISENOLOGI KPM UNJ Vol. 2 Edisi 1, April 2017
22. ISSN. 2502-5643
lindi. Hal tersebut terjadi karena lindi
memiliki sifat yang konduktif sehingga
resistivitasnya rendah.
Pada TPA B Keputih, Sukolilo
dihasilkan 3 (tiga) perlapisan tanah
seperti pada gambar 10. Perlapisan tanah
pertama berada pada kedalaman 0-3
meter memiliki nilai konduktivitas
rendah (nilai resistivitas tinggi) yaitu
antara 10-100 ohm meter. Pada
perlapisan ke 2 (dua) memiliki nilai
konduktivitas yang tinggi sehingga
resistivitasnya rendah yaitu 1-10 ohm
meter yang terdapat pada ke dalaman 3-
14 meter. Berdasarkan tabel nilai
resistivitas (tabel 2), maka dapat kita
interpretasikan lapisan tanah pada TPA
Keputih, Sukolilo. Pada lapisan 1 (satu)
merupakan lapisan tanah lapuk yang
bercampur dengan sampah organik
maupun non organic (lapisan topsoil).
Pada lapisan ke-2 (dua) merupakan
lapisan akuifer berupa clay. Sistem tanah
yang memiliki nilai konduktifitas yang
tinggi, umumnya memiliki ruang pori
yang terisi oleh fluida. Lapisan ke-3
(tiga) di identifikasi sebagai lapisan yang
terkontaminasi lindi dengan nilai
resistivitas yang sangat rendah/bersifat
konduktif. Informasi litologi bawah
permukaan (perlapisan bawah
permukaan) didapatkan dari pengukuran
menggunakan metode VES pada semua
titik. VES (Vertical Electric Sounding).
memiliki kemampuan untuk
mempresentasikan litologi bawah
permukaan melalui parameter yaitu nilai
resistivitas yang didapatkan (p),
kedalaman litologi (h), serta ketebalan
lapisan(d). Analisis pengolahan data VES
juga dilakukan pada masing-masing titik
pengukuran dengan tujuan agar
didapatkan korelasi hasil dari masing
masing titik pengukuran.
Gambar 5. Penampang Resisitivitas2D AA’ pada TPA A Sukolilo
Analisis pengolahan data VES juga
dilakukan pada masing-masing titik
pengukuran dengan tujuan agar
didapatkan korelasi hasil dari masing
masing titik pengukuran. Analisis VES
per titik didapatkan hasil yang relatif
sama. Pada titik pertama yang terdapat
pada gambar 7. didapatkan 3 (tiga)
litologi berbeda dengan litologi pertama
memiliki resistivitas 17,17 ohm meter.
yang terdapat pada kedalaman 1,21
meter. Litologi tersebut di interpretasikan
sebagai topsoil yang terdapat pasir
sisipan lempung didal. Hal tersebut
didukung dengan letaknya yang dekat
dengan permukaan. Litologi yang ke-2
(dua) didapatkan nilai resistivitas 2,78
ohm meter dengan kedalaman 13,17
meter. Litologi ini diinterpretasikan
sebagai lempung yang telah
18 Putri Rida Lestari. – Analisis Persebaran Air Lindi
23. ISSN. 2502-5643
terkontaminasi oleh air lindi, sehingga
memiliki resistivitas yang rendah, litologi
ke-3 dengan resistivitas 0,3 diinterpretasi
sebagai air tanah. Pada titik ke-2 (dua)
yang terdapat pada gambar 8, didapatkan
3 litologi. Litologi yang pertama
menunjukkan nilai resistivitas yang
tinggi yaitu 72,24 ohm meter. Litologi ini
diinterpretasi sebagai topsoil. Hal
tersebut didukung dengan letaknya yang
berada dekat dengan permukaan yaitu
pada kedalaman 0,3 meter. Litologi ke-2
memiliki resistivitas 4,6 ohm meter,yang
di interpretasikan sebagai clay. Litologi
ke 3 diinterpretasi sebagai air lindi yang
memiliki sifat konduktif. Hasil titik
sounding ke-3 (tiga) seperti pada gambar
9. Pada lapisan yang pertama di
interpretasikan sebagai topsoil dengan
ketebalan dan kedalaman 1.134
meter dan nilai resisitivitasnya
14.04 ohm.meter. Litologi dari lapisan
ke-2 (dua) diduga berupa lempung yang
terkontaminasi oleh air lindi dengan nilai
resistivitas 2.268 ohm.meter dan
ketebalan lapisan 18.93 meter,
pada kedalaman 17.79 meter.
Gambar 6. Hasil Data VES pada Semua
Titik
Gambar 7. Hasil Pengolahan Data VES
titik ke-1
Gambar 8. Hasil Pengolahan Data VES
titik ke-2
Gambar 9. Hasil Pengolahan Data VES
titik ke-3
Pada TPA B juga dilakukan
pengukuran resistivity2D, dengan
panjang lintasan 50 meter ke arah urata-
selatan. Sehingga diperoleh hasil
resistivity2D penampang TPA B seperti
pada gambar 10. Diinterpretasikan
bahwa air lindi berada hingga
kedalaman 8-10 meter dengan nilai
resistivitas 1-5 ohm meter. Air lindi di
interpretasikan dengan wara biru muda
hingga biru tua.
19Jurnal RISENOLOGI KPM UNJ Vol. 2 Edisi 1, April 2017
24. ISSN. 2502-5643
Model resistivitas pada TPA C
dengan profil CC’1 yang berarah dari
utara ke selatan dengan panjang
lintasan 100meter Gambar 11, setelah
dilakukan inversi mengguanakan
RES2DINV terdapat tren penurunan
nilai resistivitas 3-0.56 ohm.meter.
Pada kedalaman 3.75-7 meter. Nilai
resistivitas rendah ini dominan di
sepanjang meter 10 sampai 90.
Penurunan dari nilai resistivitas dalam
profil 2D ini diakibatkan karena
kontaminasi dari air lindi. Penyebaran
air lindi berarah secara horizontal pada
kedalam tersebut.
Pada pengukuran CC2’pada TPA C
memiliki panjang lintasan 45 meter
berarah utara kesalatan dengan spasi
elektroda 3 meter. Setelah dilakukan
inversi menggunakan least square
inversion pada resistivitas yang
dihasilkan menggunakan software
RES2DINV dihasilkan penampang
resistivitas CC2’ Gambar 12. Pada
penampang tersebut di dapatkan
kedalaman sampai 9.56 meter.
Penyebaran lindi berarah secara
vertikal yang ditemukan pada meter ke-
6 (enam) hingga ke-21 dengan rentang
nilai resistivitas 0.133-3.08 ohm.meter
dan kedalaman mulai dari 3.8 meter.
Gambar 10. Penampang Reisitivitas2D BB’ pada TPA B Sukolilo
Gambar 11. Penampang Resisitivitas2D Line CC1’ pada TPA C
20 Putri Rida Lestari – Analisis Persebaran Air Lindi
25. ISSN. 2502-5643
Gambar 12. Penampang Resisitivitas2D Line CC2’ pada TPA C
Pesebaran lindi pada masing-masing
daerah penelitian menunjukkan
perbedaan. Pada TPA A pesebaran
resisitivitas rendah (warna biru) yaitu
0,9-2,7 ohm meter berada dibagian barat,
seperti yang ditunjukkan pada gambar 13
penampang kontur TPA A.
Gambar 13. Penampang kontur TPA A
Pada kontur penampang TPA B
gambar 14, pesebaran resisitivitas rendah
yaitu 0,9-2,7 ohm meter berada di bagian
barat dan utara. Bagian barat dekat
dengan lokasi terminal angkutan kota dan
Taman Tematik. Sementara kontaminasi
lindi yang terdapat di bagian utara dekat
dengan pemukiman.
Gambar 14. Penampang Kontur TPA B
Pada TPA C dilakukan pengukuran
di 2 (dua) tempat yang berbeda dengan
panjang lintasan yang juga berbeda. Pada
penampang kontur TPA C1 gambar 15,
memperlihatkan kontaminasi air lindi
ada di bagian barat dan timur. Distribusi
resistivitas yaitu 0,9-3,1 ohm m.
Pesebaran resistivitas rendah juga
bergerak ke arah timur dengan nilai
resistivitas 0,9-2,7 ohm m.
Gambar 15. Peta Kontur TPA C1
21Jurnal RISENOLOGI KPM UNJ Vol. 2 Edisi 1, April 2017
26. ISSN. 2502-5643
Gambar 16. Peta Kontur TPA C2
Pada penampang kontur gambar 16,
pesebaran resisitivitas rendah dominan
di bagian barat dengan nilai resistivitas
antara 0,2– 8 ohm m. Pada rentang
resistivitas ini daerah TPA C2 ini di
interpretasikan sebagai akuifer dangkal
yang tercemar oleh lindi.
KESIMPULAN
Pengukuran pesebaran air lindi
berdasarkan nilai resistivitas dengan
menggunakan metode Resistivity 2D
dan Vertical Electric Sounding dapat
disimpulkan bahwa:
1. Interpretasi peta kontur pada TPA
A, pada bagian barat memiliki nilai
resistivitas yaitu 0,9-2,7 ohm m.
Sedangkan penampang resistivity
2D diduga air lindi berada dibagian
barat pada kedalaman 3.75m – 9.2m
dengan nilai resistivitas 0,213-1,78
ohm m. Nilai resistivitas
tersebut diinterpretasikan sebagai air
lindi.
2. Pada TPA B yang telah beralih
fungsi menjadi balai kelurahan ,
terminal angkutan umum dan taman
sakura, air lindi diduga pada
kedalaman 8-10 m dengan nilai
resisitivitas 1 ohm m, sedangkan
dari analisis peta kontur interpretasi
lindi memiliki nilai resisitivitas
yaitu 0,9-2,7 ohm m.
3. TPA daerah C1 ditemukan adanya
kontaminasi air lndi di sepanjang
titik pengukuran 10-90 meter
dengan tren penurunan nilai
resistivitas(0.56-3 ohm.m) pada
kedalaman 3.75 meter samapai 7
meter, sedangkan pada analisis peta
kontur lindi memiliki resistivitas
0,9-3,1 ohm m.
4. Pada daerah TPA C2, pada analisis
peta kontur, lindi dominan
memiliki nilai resistivitas antara 0,2
– 8 ohm m.
5. Litologi daerah penelitian TPA
Sukolilo berupa lapisan tanah lapuk
yang bercampur dengan sampah
organik maupun non organik dan
lapisan clay diarea penelitian
umumnya menjadi tempat air lindi
terkumpul.
DAFTAR PUSTAKA
Atekwa E.A., Sauck., W.A and
Werkema, D.D., (2000)
Investigations of Geolectrical
Signatures at a hydrocarbon
Contaminated Site. J , 167-180.
Bahri, A. (2000). Interpretasi Data
Resistivitas di TPA sukolilo.
Journal Purifikasi.
Bengston,L (1994). Water Balance for
Landfills of Different age.
Journal of Hydrology , 203-217.
Grandis, H dan Yudistira, T. 2002.
Pencitraan Konduktivitas Bawah
Permukaan dan APlikasinya
untuk Identifikasi Penyebaran
Kontaminan.
Kelly, W. (1976). Geoelectrical
Sounding for Delineating
groundwater contamination. 14,
hal. 1-10.
Koefoed. (1976). Resistivity Sounding
Measurements. Elsevier Science
Publising Company.
22 Putri Rida Lestari – Analisis Persebaran Air Lindi
27. ISSN. 2502-5643
Porsani L, F. W. (2004). The use of
GPR & VES in delineating a
Contamination Plume in a
Landfill Site . A case study in SE
Brazil. Journal of Applied
Geophysics , 155-199.
Pusat Sumber Daya Geologi
(1992).Peta Geologi Daerah
Surabaya.Robert,D.S. and David,
E.S.(1997). Phytoremediation of
metals: using plants to remove
pollutants from the environment.
Current Opinion in
Biotechnology. 1997, 8:221–226.
Sauck, W. A., 2000: A model for the
resistivity structure of LNAPL
plumes and their environs in
sandy sediments. J. App.
Geophys., 44, P. 151 – 165.
Sunarto. 1992. Analisa Pengukutan dan
Interpretasi Data pada Metode
Resisitivity Sounding Surabaya .
Jurusan Fisika.
Suparmanto. (2010). Kajian Penyebaran
Limba Cair ,Bawah Permukaan
Berdasarkan Sifat Kelistrikan
Batuan di Lokasi
Pembuangan Akhir (LPA)
Benowo Surabaya.
Telford, W.M.. 1990. Applied
Geophysics. London Cambridge
University Press
23Jurnal RISENOLOGI KPM UNJ Vol. 2 Edisi 1, April 2017
28. ISSN. 2502-5643
PENUNJUK ARAH CERDAS BERBASIS ATURAN FUZZY
(SEBUAH IDE IMPLEMENTASI DARI PENGGUNAAN
SENSOR LALU LINTAS)
Ditdit Nugeraha Utama 1)
, Redno Novicta Sari 2)
, Risa
Sekarningtyas 3)
, M. Habibullah 4)
, Anasta Wulandari 5)
,
Indriyani Eta Rahastri 6)
, Darnilia Nurul Sakina 7)
, M.
Miftahuddin 8)
, Hilda Cahyani 9)
Fakultas Sains dan Teknologi Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta
Email : rednons11@gmail.com
ABSTRAK
Kemacetan lalu lintas telah menjadi permasalahan klasik yang kerap dihadapi kota-
kota besar. Perempatan jalan, volume lalu lintas, ketidakdisiplinan para pengendara
kendaraan adalah berbagai potensi kemacetan di jalan raya. Kondisi ini merupakan
permasalahan multi dimensi yang harus diselesaikan dengan cara yang luar biasa.
Berbagai kajian ilmu di berbagai bidang keahlian telah urun ide untuk menyelesaikan
permasalahan ini. Salah satunya adalah keberadaan sensor otomatis untuk pendeteksian
jumlah kendaraan dalam kurun waktu tertentu, mengestimasi kepadatan kendaraan, dan
laju kendaraan di jalan raya. Dengan menggunakan metode fuzzy (bias) yang diterapkan
pada aturan fuzzy (fuzzy rules) serta terapkan melalui prinsip-prinsip konsep optimasi,
ide pemanfaatan sensor otomatis tersebut direalisasikan. Metode fuzzy adalah anak
cabang keilmuan informatika dan komputer, yang memungkinkan komputer dapat
menalar berbagai jenis bahasa alamiah manusia. Disini, aturan fuzzy digunakan untuk
mengidentifikasi kemungkinan kemacetan yang terjadi dan bagaimana aksi lanjutan atas
kemacetan tersebut. Dengan aturan fuzzy ini, data yang diperoleh dari sensor dikirim
dalam bentuk sinyal ke lampu lalu lintas dan palang definitif yang telah didesain
sedemikian rupa. Kendaraan yang berada pada lajur yang mengalami kepadatan tertentu
akan memperoleh dua lajur alternatif (smart direction atau arah cerdas), sementara
kendaraan pada lajur yang lain akan terus bergerak berdasarkan arah yang ditunjukkan
oleh lampu lalu lintas dan tindakan dari palang yang bekerja, sehingga tidak ada lajur
yang mengalami penumpukan kendaraan, dan memungkinkan kemacetan akan terurai
dengan sendirinya. Sistem usulan ini berjalan berdasarkan tingkat kepadatan kendaraan
tertentu yang dideteksi oleh sensor, artinya sistem ini berjalan secara fleksibal otomatis
(automated flexibly).
Kata kunci: fuzzy, kemacetan, lalu lintas, palang, sensor
24 Ditdit Nugeraha Utama – Penunjuk Arah Cerdas
29. ISSN. 2502-5643
ABSTRACT
Traffic congestion had been being a classic problem that metropolitan city faces
commonly. Road intersection, traffic volume, indiscipline drivers are several potential
of congestion on highway. This condition is a multidimensional problem that should
be resolved by an amazing way. Various science domain in various expertise
domain had contributed ideas to solve this problem. One is the existence of an
automatic sensor for detection the number of vehicles within a certain time, estimating
density of vehicle, and vehicle velocity on highway. By using fuzzy which is applied
to fuzzy rules, the idea of automatic sensor utilization is realized. Fuzzy method is
informatics and computer science subsidiary, which allows computer can detect
natural type various of human language. Here, fuzzy rules are used to identify possible
congestion that occur and further action over congestion. By using fuzzy rules, data is
obtained from sensors is sent as signal to traffic lights and definitive gate has been
designed in such a way. Vehicles are in the line which in a certain density will acquire
two-line alternatives (smart direction), while vehicle is on other line will be continue
to move to direction that is indicated by traffic lights and action of gate working, so no
line occur vehicle congested in density on one line or more. Thus, system is running in
accordance with vehicle density on a certain level in a line that is detected by sensor,
its mean that system is not going to running constantly if not detected vehicle density
Keywords: congestion, fuzzy, gate, traffic, sensor
PENDAHULUAN
Dewasa ini, kemajuan teknologi
berkembang dengan sangat cepat dan
memberikan pengaruh positif di dalam
penyelesaian masalah pada setiap aspek
kehidupan, termasuk permasalahan di
bidang lalu lintas dan transportasi.
Namun, kecanggihan alat teknologi
tinggi tersebut, tidak (belum) mampu
untuk menyelesaikan permasalahan
klasik di dalam lalu lintas dan
transportasi. Permasalahan klasik
tersebut adalah kemacetan.
Kemacetan lalu lintas merupakan
salah satu masalah luar biasa yang kerap
dihadapi oleh kota besar. Hal ini menjadi
masalah yang luar biasa sehingga
pemerintah perlu mencari cara yang tepat
dan efisien untuk memecahkan masalah
ini. Ketidakdisiplinan para pengguna
jalan dan masalah teknis merupakan
beberapa penyebab kemacetan lalu lintas
yang dapat dianggap dominan.
Beberapa penelitian berkenaan
dengan lalu lintas dan kemacetan ini
telah dilakukan banyak peneliti. Di
antaranya adalah Li et al. (2014) yang
mencoba membangun sebuah lalu lintas
cerdas untuk mengatasi kemacetan di
China; Zhang et al. (2014) yang mencoba
untuk mengembangkan sistem yang
dapat memperkirakan gambaran arus lalu
lintas jangka pendek di persimpangan
jalan di Beijing, China; atau untuk
memantau jalanan perkotaan di Italia,
Fancello et al. (2014) telah mencoba
mengembangkan model yang terintegrasi
untuk infrastruktur jalan perkotaan dan
me-record-nya.
Lebih lanjut, Yang et al. (2012)
mengusulkan sebuah model jaringan lalu
lintas transportasi yang akan dijadikan
sebuah model objek dari penggunaan lalu
lintas yang nantinya berfungsi untuk
25Jurnal RISENOLOGI KPM UNJ Vol. 2 Edisi 1, April 2017
30. ISSN. 2502-5643
merealisasikan semua jenis simulasi dari
berbagaai jenis kebiasan berlalu lintas di
jalan raya. Régine et al. (2015)
mengusulkan dua jenis metode yaitu
fokus pada pengurangan batas kecepatan
kendaraan dan menekankan pada
pengurangan kemacetan dijalan raya.
Lalu, Borg dan Scerri (2015)
mengusulkan model yang
menggambarkan pemblokiran di awal
persimpangan karena meluapnya antrian
lalu lintas dari adanya simpangan jalan di
lalu lintas lainnya. Khusus di kondisi
Jalan di Jakarta dan sekitarnya Utama et
al. (2016a) dan Utama et al. (2016b)
telah melakukan pemodelan untuk
mengurai kemacetan dengan
menggunakan metode utama water flow
algorithm (WFA).
Di dalam studi ini, kami melihat
fungsi lampu lalu lintas menjadi sangat
penting, bukan hanya untuk mengatur
arus kendaraan di persimpangan, namun
seharusnya menjadi solusi penunjuk arah
terbaik bagi para pengendara. Oleh
karena itu, dibutuhkan suatu sistem
cerdas yang mampu mengarahkan
kendaraan ke lajur tertentu. Sehingga,
jalur yang dipilih dan dilalui oleh si
pengendara, merupakan jalur terbaik
(jalur cerdas) untuk mengurangi
kemacetan.
Artikel ini diawali oleh bagian
pendahuluan. Kemudian empat bagian
berikutnya merupakan bagian
lanjutannya, yaitu kajian literatur,
metodologi penelitian, hasil dan diskusi,
kesimpulan dan penelitian lanjutan.
Artikel akan ditutup dengan daftar
pustaka yang merupakan rujukan
langsung artikel.
KAJIAN LITERATUR
Kemacetan
Kemacetan adalah kondisi dimana
arus lalu lintas yang lewat pada ruas
jalan yang ditinjau melebihi kapasitas
rencana jalan tersebut. Kondisi ini
mengakibatkan kecepatan bebas ruas
jalan tersebut mendekati atau melebihi 0
km/jam sehingga menyebabkan
terjadinya antrian. Pada saat terjadinya
kemacetan, nilai derajat kejenuhan pada
ruas jalan dapat dihitung, sebuah kondisi
dimana nilai derajat kejenuhan mencapai
lebih dari 0,5 akan menyebabkan
kemacetan (DJBM, 1997).
Lalu Lintas
Lalu lintas di dalam Undang-
Undang no. 22 Tahun 2009 tentang lalu
lintas dan angkutan jalan didefinisikan
sebagai gerak kendaraan dan orang di
ruang lalu lintas jalan. Sedangkan ruang
lalu lintas jalan adalah prasarana yang
diperuntukkan bagi gerak pindah
kendaraan, orang dan/atau barang yang
berupa jalan dan fasilitas pendukung.
Untuk mengendalikan pergerakan orang
dan atau kendaraan agar bisa berjalan
dengan lancar dan aman diperlukan
perangkat peraturan perundangan yang
sebagai dasar dalam hal ini Undang-
undang No. 22 tahun 2009 tentang lalu
lintas dan angkutan jalan (PRI, 2009).
Untuk mengatur padatnya lalu
lintas diperlukan rambu-rambu dan
petugas yang mengatur arus lalu lintas
untuk menghindari adanya penumpukan
kendaraan pada jalan raya. Lampu lintas
merupakan alat yang mengatur
pergerakan lalu lintas di persimpangan
jalan, melalui pemisah waktu berbagai
arah pergerakan yang saling
berpotongan. Pada umumnya, setiap
lampu lalu lintas memiliki tiga warna
yang menjadi tanda bagi
pengendara, yaitu:
1. Lampu menyala merah, memiliki
arti bahwa pengguna kendaraan
diharuskan untuk berhenti dan
memberikan jalan bagi pejalan kaki
untuk menyeberang jalan.
2. Lampu menyala kuning, memiliki
arti untuk memberikan peringatan
26 Ditdit Nugeraha Utama – Penunjuk Arah Cerdas
31. ISSN. 2502-5643
kepada pengguna kendaraan bahwa
lampu akan berganti warna.
3. Lampu menyala hijau, memiliki arti
bahwa pengguna kendaraan
diberikan waktu untuk melewati
jalan.
Volume Lalu Lintas
Volume lalu lintas didefinisikan
sebagai jumlah kendaraan yang lewat
pada satu titik di ruas jalan, atau pada
suatu lajur selama interval waktu
tertentu. Satuan dari volume secara
sederhana adalah “kendaraan”, walaupun
dapat dinyatakan dengan cara lain yaitu
satuan mobil penumpang (smp) tiap satu
waktu (Lindawati, 2012). Volume lalu
lintas dapat dinyatakan dalam persamaan
(1), dimana V adalah volume lalu lintas,
n adalah jumlah kendaraan, dan T adalah
interval waktu pengamatan.
METODE PENELITIAN
Rancangan Kegiatan
Uji coba model semua dilakukan di
dalam skala laboratorium (virtual
environment) dan menggunakan skema
perempatan jalan yang memiliki
separator di tiap jalan, sehingga terdapat
delapan lajur untuk desain lalu lintasnya.
Secara umum, penelitian ini terdiri
dari beberapa tahapan, di antaranya
adalah menentukan parameter yang
menjadi pertimbangan dalam menunjang
sistem ini, penentuan metode yang
digunakan, penentuan tujuan optimasi
dari sistem, dan rancangan model.
Keterkaitan parameter, fungsi atau
metode model, dan tujuan optimasi
digambarkan dalam sebuah influence
diagram (Gambar 1).
Gambar 1. Influence Diagram dan Skema Penelitian
Berdasarkan Gambar 1, parameter
utama yang dipertimbangkan di dalam
model ini adalah volume kendaraan,
kecepatan, waktu, lebar jalan, dan arus;
serta beberapa parameter turunan yang
lebih detail yang tidak tergambarkan di
Gambar 1. Sedangkan metode yang
digunakan dalam sistem model ini
adalah metode analisis matematika dan
forecasting, yang diatur dalam rencana
basis aturan (rule base). Basis aturan itu
sendiri didasarkan pada metode
logika fuzzy (logika bias; Zadeh, 1996).
Sedangkan untuk tujuan optimasi,
model ini didesain untuk dapat
mengurangi waktu tempuh si
kendaraan, mengurangi kemacetan lalu
lintas, mengurangi arus kendaraan,
memberikan petunjuk arah yang
disarankan untuk diikuti oleh para
pengendara.
27Jurnal RISENOLOGI KPM UNJ Vol. 2 Edisi 1, April 2017
32. ISSN. 2502-5643
HASIL DAN DISKUSI
Skema Umum Model Usulan
Salah satu produk dari penelitian ini
adalah desain lokasi dan penempatan
sensor dan palang, serta desain lampu
lalu lintas yang diletakan pada lokasi
perempatan delapan lajur. Beberapa
sensor yang digunakan adalah
merupakan hasil penelitian para peneliti
sebelumnya, yang terkait sensor lalu
lintas yang kemudian kami berikan
sedikit modifikasi. Sensor yang kami
gunakan terdiri dari sensor utama dan
sensor pendukung (Riyadi et al. 2014).
Sensor utama memungkinkan
berkomunikasi dengan lampu lalu lintas
dan dipasang di setiap ruas jalan sebagai
detektor kepadatan kendaraan. Cara
mendeteksi kepadatannya yaitu dengan
mengukur lamanya kendaraan menutupi
sensor, diasumsikan bahwa kendaraan
dikatakan berhenti apabila kendaraan
menutupi sensor tersebut selama tiga
detik.
Gambar 2. Gambaran Penempatan Sensor dan Palang
Disini modifikasi sensor pun
dilakukan. Dimana pada setiap lajur
yang berada di depan lampu lalu lintas
dilengkapi tiga pasang sensor dengan
jarak yang berbeda dan terletak di tepi
jalan, sementara lajur yang berada di
belakang lampu lalu lintas hanya hanya
dilengkapidengan dua pasang sensor
saja (Gambar 2).
Tiga sensor yang terpasang pada
tepi jalan tersebut memiliki level yang
berbeda, yaitu easy, medium dan hard.
Jika dilihat pada Gambar 2, sensor
dengan level easy berwarna ungu,
sensor dengan level medium berwarna
biru, dan sensor dengan level hard
berwarna hitam.
Gambar 3. Palang menutup ke tengah jalan
28 Ditdit Nugeraha Utama – Penunjuk Arah Cerdas
33. ISSN. 2502-5643
Sementara sensor pendukung yang
kami gunakan yaitu sensor-sensor yang
diambil dari hasil penelitian Liao et al.
(2012) dengan menggunakan sensor
tekanan, serta penelitian Jatmika dan
Andiko (2014) yang menggunakan
metode image processing dengan
mengimplemtasikan kamera webcam
sebagai detektor. Kedua sensor tersebut
dapat mendeteksi kepadatan kedaraan,
yang dimana sensor tersebut akan
berfungsi ketika terdapat dua atau lebih
lajur yang mengalami tingkat kepadatan
atau kemacetan yang sama berdasarkan
level sensor yang telah ditentukan pada
sensor utama, Sehingga dapat diketahui
lajur yang mana yang mengalami
kepadatan tertinggi. Sedangkan, sensor
pendukung lainnya yaitu archived sensor
data yang dapat mendeteksi kecepatan
kendaraan (Li, 2014).
Gambar 4. Palang menutup ke kanan ruas jalan
Selain desain penempatan beberapa
sensor, kami pun mendesain palang yang
dapat terintegrasi dengan lampu lalu
lintas dan sensor. Palang yang dipasang
dapat dianalogikan sebagai polisi lalu
lintas, dimana alat ini dapat dijadikan
sebagai polisi lalu lintas, dimana alat ini
dapat dijadikan sebagai alat ini dapat
dijadikan sebagai pengatur arah dan
dapat menertibkan para pengendara
kendaraan. Palang yang kami gunakan
pada sistem ini hanya berfungsi menutup
dua arah, yang mana hanya dapat
menutup ke tengah-tengah ruas jalan
(Gambar 3) dan kanan ruas jalan atau
lajur di belakang lampu lalu lintas
(Gambar 4).
Gambar 5. Desain lampu lalu lintas
Untuk memudahkan para
pengendara dalam memahami informasi
logika berpikir dari model yang kami
usulkan, desain lampu lalu lintas pun
diusulkan (Gambar 5). Lampu lalu
lintas tersebut terdiri dari tiga panah
yang masing- masing
menginformasikan arah tujuan. Panah
Jurnal RISENOLOGI KPM UNJ Vol. 2 Edisi 1, April 2017 29
34. ISSN. 2502-5643
kiri untuk menginformasikan
pengemudi yang ingin berbelok kiri,
panah tengah untuk menginformasikan
pengemudi yang ingin berjalan lurus,
dan panah kanan untuk
menginformasikan pengemudi yang
ingin berbelok kanan. Masing-masing
panah dapat berubah warna layaknya
lampu lalu lintas pada umumnya, yaitu
merah, kuning, dan hijau.
Gambar 6. Class Diagram
Skema logika sistem model yang
kami lakukan, digambarkan jelas dengan
menggunakan diagram kelas (class
diagram, Gambar 6). Di dalam diagram
kelas tersebut terpaparkan ada terdapat
lima kelas utama, yaitu sensor, traffic
light, gate, vehicle, dan line. Sedangkan
atribut-atribut informasi mengenai
kelima kelas utama tersebut dapat dilihat
jelas pada Gambar 6.
Basis Aturan Fuzzy
Kami menggunakan metode logika
fuzzy (bias) yang diterapkan pada
aturan fuzzy (fuzzy rules) serta melalui
prinsip-prinsip konsep optimasi.
Metode logika fuzzy adalah anak
cabang keilmuan informatika dan
komputer, yang memungkinkan
komputer dapat menalar berbagai jenis
bahasa alamiah manusia. Disini, aturan
fuzzy digunakan untuk mengidentifikasi
kemungkinan kemacetan yang terjadi
dan bagaimana aksi lanjutan atas
kemacetan tersebut. Dengan aturan
fuzzy ini, data yang diperoleh dari
sensor dikirim dalam bentuk sinyal ke
lampu lalu lintas dan palang definitif
yang telah didesain sedemikian rupa.
Kemungkinan-kemungkinan yang
teridentifikasi ini diasumsikan telah
memenuhi semua kemungkinan
kemacetan yang akan terjadi.
Kemungkinan tersebut kemudian kami
ubah berdasarkan aturan fuzzy. Untuk
memudahkan dalam penyusunan aturan
fuzzy. Tabel 1 adalah daftar penotasian
simbol yang digunakan pada basis
aturan fuzzy beserta keterangannya.
Tabel 1. Penjelasan Notasi Fuzzy Rules
Based
Istilah Keterangan
VA1 Volume kendaraan di
lajur A1
VA2 Volume kendaraan di
lajur A2
VB1 Volume kendaraan di
lajur B1
30 Ditdit Nugeraha Utama – Penunjuk Arah Cerdas
35. ISSN. 2502-5643
VB2 Volume kendaraan di
lajur B2
VC1 Volume kendaraan di
lajur C1
VC2 Volume kendaraan di
lajur C2
VD1 Volume kendaraan di
lajur D1
VD2 Volume kendaraan di
lajur D2
Hard Traffic
Jam
Kemacetan yang parah
GateA Palang A
GateB Palang B
GateC Palang C
GateD Palang D
Center
Closed
Palang menutup ke
tengah
Side Closed Palang menutup ke
samping
RA1 Lampu lalu lintas A1
arah kanan
LA1 Lampu lalu lintas A1
arah kiri
SA1 Lampu lalu lintas A1
arah lurus
RB2 Lampu lalu lintas B2
arah kanan
LB2 Lampu lalu lintas B2
arah kanan
SB2
RC1
LC1
SC1
RD1
LD2
SD2
Lampu lalu lintas B2
arah kanan
Lampu lalu lintas C1
arah kanan
Lampu lalu lintas C1
arah kiri
Lampu lalu lintas C1
arah lurus
Lampu lalu lintas D2
arah kanan
Lampu lalu lintas D2
arah kiri
Lampu lalu lintas D2
arah lurus
Konsep dasar dalam aturan fuzzy ini,
apabila salah satu lajur dari A1, B2, C1,
dan D2 terdeteksi terjadi kepadatan,
maka dua palang yang saling berhadapan
akan menutup ke tengah searah dengan
arah lajur yang macet. Jadi, misalnya
kepadatan terdeteksi di lajur A1 dan/atau
C1, maka palang A dan palang C akan
menutup ketengah. Begitu juga jika B2
dan/atau C2 terjadi kepadatan, maka
palang B dan D yang akan menutup ke
tengah (Tabel 2).
Apabila telah ada terjadi aksi
lanjutan oleh palang terhadap
terdeteksinya kepadatan, semua
kendaraan, baik yang berada di lajur
kemacetan maupun di luar jalur tersebut
akan terus bergerak mengikuti arah dan
nyala dari lampu lalu lintas, sehingga
satu lajur atau lebih yang mengalami
kepadatan, kemudian terjadi aksi lanjutan
oleh palang, maka saat itu pula tidak ada
kendaraan yang berhenti, melainkan
tetap berjalan sesuai informasi yang
diberikan oleh lampu lalu lintas dan para
pengendara kendaraan tentu saja harus
mengikuti rambu-rambu lalu lintas
tersebut.
Tabel 2. Contoh Rule Based
&& (VA1
>
VB1)
&
& (VA1 >
VB2) &&
(VA1 >
VC1) &&
(VA1 > VC2)
&& (VA1 >
VD2)) &&
((C1 = ”Hard
Traffic Jam”))
to C2) && (GateA
= “Center
Closed”) &&
(GateC = “Center
Closed”)) &&
((RA1 = “Red”)
&&
(LA1 = “Green”)
&& (SA1 =
“Green”)) &&
((RB2 = “Red”)
&&
(LB2 = “Green”)
&& (SB2 =
“Red”)) &&
((RC1 = “Red”)
&&
(LC1 = “Green”)
&& (SC1 =
Jurnal RISENOLOGI KPM UNJ Vol. 2 Edisi 1, April 2017 31
36. ISSN. 2502-5643
“Green”)) &&
((RD2 = “Red”)
&&
(LD2 = “Green”)
&&
(SD2 =
“Red”))
Untuk mengidentifikasi secara
keseluruhan kemungkinan terjadinya
kepadatan, kami berfokus pada satu
lajur sebagai patokan, yaitu lajur A1
yang mengalami kepadatan. Kendaraan
dari A1 memiliki tiga alternatif lajur
tujuan, yaitu B1, C2, dan D1.
Selanjutnya, mengidentifikasi setiap
kemungkinan yang mengharuskan
kendaraan dari A1 hanya dapat menuju
ke salah satu lajur diantara B1, C2, dan
D1. Tidak hanya itu, diidentifikasi pula
kemungkinan kendaraan dari A1 hanya
dapat menuju ke dua dari tiga altenatif
lajur tujuan tersebut. Contoh dari aturan
fuzzy kasus ini dapat dilihat pada Tabel
3.
Tabel 3. Contoh Kemungkinan
Aturan Fuzzy yang berfokus pada lajur
A1
A1 ke B1
IF ((VA1 > VA2) && (VA1
> VB1) &&
(VA1 > VB2) && (VA1
>
VC1) &&
(VA1 > VD2)) && ((C2
=
IF THEN
((VA1 >
VA2)
((A1 to B1) && (A1
(D1 = “Hard Traffic
Jam”))
THEN ((A1 to B1) && (GateA
= “Center Closed”) &&
(GateB = “Center
Closed”) && (GateC =
“Side Closed”) &&
(GateD = “Side
Closed”)) &&
((RA1 = “Red”) && (LA1
=
“Green” && (SA1 =
“Red”))) &&
((RB2 = “Green”) &&
(LB2
= “Red”) && (SB2
=
“Red”)) &&
((RC1 = “Red”) && (LC1
=
“Red”) && (SC1
=
“Green”)) &&
((RD2 = “Red”) && (LD2
=
“Green”) && (SD2
=
“Red”))
A1 ke C2 dan D1
IF ((VA1 > VA2) && (VA1
> VB2) && (VA1 >
VC1) && (VA1 > VC2)
&& (VA1 > VD1) &&
(VA1 > VD2))
&& ((B1 = ”Hard Traffic
Jam”))
THEN ((A1 to D1) && (A1 to
C2) && (GateB = “Side
Closed”) &&
(GateA
=“Center Closed”) &&
(GateD = “Center
Closed”)) &&
((RA1 = “Green”) d
(LA1 =
“Red”) && (SA1
=
“Green”)) &&
((RB2 = “Red”) &&
(LB2 =
“Red”) && (SB2
32 Ditdit Nugeraha Utama – Penunjuk Arah Cerdas
37. ISSN. 2502-5643
=
“Green”)) &&
((RC1 = “Red”) &&
(LC1 =
“Green”) && (SC1 =
“Red”)) &&
((RD2 = “Red”) &&
(LD2 =
“Green”) && (SD2
=
“Red”))
Tabel 4. Contoh Aturan fuzzy
dengan kemungkinan empat lajur
terdeteksi kepadatan
A1, B2, C1, dan D2
IF ((A1 = “Hard Traffic Jam”)
&& (B2 = “Hard Traffic
Jam”) && (C1 = “Hard
Traffic Jam”) && (D1 =
“Hard Traffic Jam”))
THEN ((A1 to B1) && (B2 to
C2) && (C1 to B1)
&& (D2 to A2) &&
(GateA =“Center
Closed”) && (GateB =
“Center Closed”) &&
(GateC =“Center
Closed”) && (GateD =
“Center Closed”)) &&
((RA1 = “Red”) d
(LA1 =
“Green”) && (SA1 =
“Red”)) &&
((RB2 = “Red”) &&
(LB2 =
“Green”) && (SB2 =
“Red”)) &&
((RC1 = “Red”) &&
(LC1 =
“Green”) && (SC1 =
“Red”)) &&
((RD2 = “Red”) &&
(LD2 =
A2, B1, C2, dan D1
IF ((A1 = “Hard Traffic
Jam”) && (A2 =
“Hard Traffic Jam”)
&& (C1 = “Hard
Traffic Jam”) && (C2
= “Hard Traffic Jam”))
THE
N
((A1 to B1) && (B2 to
C2) && (C1 to B1)
&& (D2 to A2) &&
(GateA =“Center
Closed”) && (GateB
= “Center Closed”)
&& (GateC =“Center
Closed”) && (GateD
= “Center Closed”))
&&
((RA1 = “Red”) d
(LA1 =
“Green”) && (SA1 =
“Red”)) &&
((RB2 = “Red”) &&
(LB2 =
“Red”) && (SB2
=
“Green”)) &&
((RC1 = “Red”) &&
(LC1 = “Green”)
&& (SC1 =
“Red”)) &&
((RD2 = “Red”) && (LD2
=
“Red”) && (SD2 =
“Green”))
KESIMPULAN
Kesimpulan dari penelitian ini terdiri dari
lima poin, yaitu:
1. Sistem model usulan ini berjalan
berdasarkan tingkat kepadatan
kendaraan tertentu yang dideteksi oleh
sensor, artinya sistem ini berjalan
secara fleksibel otomatis (automated
flexibly) dan tidak berjalan secara
33Jurnal RISENOLOGI KPM UNJ Vol. 2 Edisi 1, April 2017
38. ISSN. 2502-5643
konstan.
2. Sitem model ini akan digunakan pada
perempatan jalan yang mana masing-
masing jalan memiliki pembatas jalan.
3. Sistem model ini menggunakan lampu
lalu lintas yang terdiri dari tiga panah
yang masing-masing
menginformasikan arah tujuan selain
lampu lalu lintas, Masing- masing
panah dapat berubah warna layaknya
lampu lalu lintas pada umumnya,
yaitu merah, kuning, dan hijau, yang
membedakan sistem ini dengan yang
lain adalah penggunaan palang dan
beberapa sensor yang saling
terintegrasi dengan lampu lalu lintas.
4. Sensor utama yaitu sensor
pendeteksi jumlah kendaraan pada
lajur yang mana sensor ini
menggunakan 3 level kepadatan
(easy, medium, hard).
5. Sensor penunjang yaitu sensor
image processing akan diaktifkan
apabila terdapat lebih dari 1 lajur
yang mengalami jumlah kepadatan
kendaraan pada level yang sama.
DAFTAR PUSTAKA
Borg, L.D., Scerri, K. 2015. Efficient
Traffic Modelling and Dynamic
Control of an Urban Region.
Transportation Research Procedia,
Vol.6, pp. 224-238.
DJBM – Direktorat Jenderal Bina Marga.
1997. Manual Kapasitas Jalan
Indonesia (MKJI). Departemen
Pekerjaan Umum. Jakarta.
Francello, G., M, Carta, M., Fadda, P.
2014. A modeling tool for
measuring the performance of urban
road networks. Procedia - Social
and Behavioral Sciences, Vol.111,
pp. 559- 566.
Jatmika, S., Andiko, I. 2014. Simulasi
pengaturan lampu lalu lintas
berdasarkan data image
processing kepadatan kendaraan
berbasis mikrokontroler atmega 16.
Jurnal Ilmiah Teknologi dan
Informasi ASIA, Vol.8 No.2, pp. 81-
96.
Liao, W., Liu, M., Meng, Q. 2012.
Mixed traffic information collection
system based on pressure sensor.
Physics Procedia, Vol.25, pp. 726-
732.
Li, H. 2014. Automatically generating
empirical speed-flow traffic
parameters from archived sensor
data. Procedia-Social and
Behavioral Sciences, Vol.138, pp.
54-66.
Li, B., Zou, M., Guo, Y. 2014.
Business process analysis and
optimization on road traffic law
enforcement of the beijing
intelligent traffic management.
Procedia - Social and Behavioral
Sciences, Vol.138, pp. 748-756.
Lindawati, M. Z. 2012. Analisa Tingkat
Pelayanan Lalu Lintas Berdasarkan
Kapasitas Jalan di Jalan Dr.
Setiabudi Pada Ruas Jalan Simpang
Resor-Simpang Empat Kampung
Baru Kota Baturaja Kabupaten
Ogan Komering Ulu. Jurnal
Teknika.
PRI - Presiden Republik Indonesia.
2009. Undang-undang No. 22
Tahun 2009 Tentang: Lalu Lintas
dan Angkatan Jalan. Jakarta.
Régine, S., Simon, C., Maurice, A.
2015. Processing traffic and road
accident data in two case studies of
road operation assessment.
Transportation Research Procedia,
Vol.6, pp. 90-100.
Riyadi, K.P., Wahyunggoro, O.,
Prabowo, H. 2014. Simulasi lampu
lalu lintas dengan sensor di
simpang empat menggunakan
34 Ditdit Nugeraha Utama – Penunjuk Arah Cerdas
39. ISSN. 2502-5643
software automation studio 5.0. Jurnal
Penelitian Teknik Elektro dan
Teknologi Informasi, Vol.1 No.1,
pp. 24-28.
Utama, D.N., Zaki, F.A., Munjeri, I.J.,
Putri, N.U. 2016a. A Water Flow
Algorithm Based Optimization
odel for Road Traffic
Engineering. International
Conference on Advanced
Computer Science and Computer
Systems, Malang, Indonesia.
Utama, D.N., Zaki, F.A., Munjeri, I.J.,
Putri, N.U. 2016b. FWFA
Optimization based Decision
Support System for Road Traffic
Engineering. Proceeding of the
2016 International Conference
on Computing and Applied
Informatics, Medan, Indonesia.
Yang, Y., Han, X., Yuan, Z. 2012. A
model of the dynamic traffic
road network. IERI Procedia,
Vol.3, pp. 46- 51.
Zadeh, L. A. 1996. Fuzzy logic =
computing with words. IEEE
Transactions of Fuzzy Systems,
Vol.4 No.2, pp. 103-111.
Zhang, L., Jia, Z., Niu, Z., Li, H. 2014.
Research on short-term traffic
flow forecasting for junction of
isomerism road network based
on dynamic correlation.
Procedia - Social and
Behavioral Sciences, Vol.138,
pp. 446-451.
35Jurnal RISENOLOGI KPM UNJ Vol. 2 Edisi 1, April 2017
40. ISSN. 2502-5643
“E-G-L” (ENGKLEK GAME LEARNING) MEDIA EDUKATIF DAN
INOVATIF SEBAGAI MEDIA MASA ORIENTASI SISWA (MOS) DALAM
PEMETAAN KEMAMPUAN DASAR SISWA
SEKOLAH MENENGAH ATAS
Abdul Rozak
1)
, Muji Rahayu
2)
Fakultas Pendidikan Matematika dan IPA IKIP PGRI Madiun
Email : rozak01101994@gmail.com, rahayu_muji@yahoo.com
ABSTRAK
Penelitian ini bertujuan untuk mengembangkan media game learning inovatif dan
edukatif yang dapat menumbuhkan dan melestarikan budaya indonesia, serta
memetakan kemampuan dasar siswa. Jenis penelitian ini adalah Research and
Development , dengan model pengembangan ADDIE, yang terbagi dalam 5 fase, yaitu
: 1) Fase Analisis (analysis), 2) Fase Desain (Design), 3) Fase Pengembangan
(Development), 4) Fase Penerapan (Implementation), 5) Fase Evaluasi (Evaluation).
Subjek penelitian ini adalah siswa kelas X SMA dengan penerapan kurikulum K13 di
sekolah. Produk penelitian ini adalah media E-G-L berbasis budaya Indonesia.
Penelitian berlangsung dalam tiga tahap, yaitu: 1) kajian teori dan analisis kebutuhan;
2) pembuatan media E-G-L dan instrumen soal; 3) uji coba perangkat dan eksperimen.
Hasil penelitian menunjukkan bahwa tes kemampuan dasar siswa dengan
menggunakan media E-G-L menunjukkan hasil yang positif, yang ditunjukkan oleh
adanya hasil respon guru dan siswa melalui wawancara dan angket serta dengan nilai
rerata tes 81,33. Jadi secara keseluruhan, berdasarkan hasil penelitian bahwa media E-
G-L dapat meningkatkan motivasi siswa pada saat masa orientasi siswa (MOS) dan
guru dapat mengukur kemampuan dasar siswa lebih awal.
Kata Kunci : Budaya Indonesia, E-G-L, Media, Kemampuan Dasar
ABSTRACT
This research aims to develop an innovative media and educational learning game
that can foster and preserve the culture of Indonesia, as well as mapping the basic
abilities of students. The Type of this research is Research and Development, with the
development model is ADDIE’s model is used in this development, which is divided
into five phases, that is : 1) Phase of Analysis, 2) Phase of Design, 3) Phase of
Development, 4) Phase of application, 5) Phase of Evaluation . The subject of this
research is a grade 10th Senior High School with K13’s curriculum that implementation
in schools. The products of this research is media E-G-L with Indonesian culture. This
research takes in three stages, they are : 1) the study of theory and analysis needs.; 2)
Making the media E-G-L and instruments matter.; 3) Testing devices and experiments.
The results showed that test the basic ability of students that used media E-G-L show
positive results, demonstrated by the results of responses of teachers and students
through interviews and questionnaires as well as with a mean value of 81.33 test. So
overall , based on the results of research that media E-G-L can increase student’s
36 Abdul Rozak – “EGL” (Engklek Game Learning)
41. ISSN. 2502-5643
motivation at the time of the student orientation ( MOS ) and teachers can measure the
basic ability of students early.
Keywords: Culture Indonesia, E-G-L, Media, Basic Ability
PENDAHULUAN
Kualitas pendidikan didukung
dengan kualitas individunya merupakan
beberapa faktor penentu kemajuan suatu
negara. Pada saat ini kualitas pendidikan
di Indonesia belum bisa dikatakan baik.
Hal tersebut didasarkan dari hasil
pemetaan The Learning Curve-pearson
untuk akses dan mutu pendidikan pada
Januari 2014 bahwa Indonesia
menempati posisi ke-40 dari 40 negara
(Pearson plc: 2015). Hal tersebut dapat
dijadikan sebagai suatu tolok ukur agar
sistem pendidikan nasional mengalami
perombakan sehingga kualitas
pendidikan pun meningkat.
Faktor yang menyebabkan rendahnya
kualitas pendidikan di Indonesia adalah
sistem pendidikan yang belum maksimal.
Salah satunya yaitu pemetaan
kemampuan dasar siswa yang belum
tepat. Pada tahun terakhir, pemetaan
kemampuan siswa pada jenjang SMP
dan SMA menggunakan danem. Namun
pemetaan berdasarkan nilai danem belum
efektif. Sedangkan pemetaan
kemampuan dasar siswa sejak awal
memiliki pengaruh besar terhadap proses
pembelajaran. Melalui pemetaan ini
dapat membantu guru dalam menentukan
strategi, model, metode, dan media
pembelajaran yang tepat sehingga hasil
pembelajaran menjadimaksimal.
Sesuai dengan Permendikbud No. 18
tahun 2016 tentang
pengenalan lingkungan sekolah bagi
siswa baru pasal (2) ayat (1) yang
berbunyi “ Pengenalan lingkungan
sekolah sebagaimana dimaksud pada
ayat (1) bertujuan untuk (a) mengenali
potensi diri siswa baru”. Maka dari itu
dalam upaya menerapkan Permendikbud
No. 18 pemetaan kemampuan siswa tepat
diterapkan pada saat pengenalan
lingkungan sekolah atau yang sering
disebut Masa Orientasi Siswa (MOS).
Mahanta (2012) berpendapat sebagai
berikut.
The study of mathematics is
cinsidered to be very
important in each and every
country of the world. Students
are required to learn
mathematics which is
considered as a basic
education, since the skill of
mathematics computation is
essential in every walk of life.
Belajar matematika dianggap sangat
penting bagi setiap negara di dunia.
Siswa diminta untuk belajar matematika
yang dianggap sebagai pendidikan dasar,
karena keterampilan perhitungan
matematika sangat penting dalam setiap
langkah kehidupan. Selain itu,
matematika merupakan salah satu mata
pelajaran yang wajib ditempuh disetiap
jenjang pendidikan. Matematika juga
berkaitan dengan kemampuan kognitif
siswa. Namun, pada saat ini
pengajaran matematika masih monoton.
Oleh sebab itu, dibutuhkan sebuah model
pem- belajaran dan media pembelajaran
yang edukatif dan inovatif untuk menarik
minat siswa. Hal tersebut sejalan dengan
pendapat Swasti Maharani (2015) bahwa
model pembelajaran yang diperlukan
adalah model pembelajaran yang dapat
membuat matematika menjadi lebih
menarik bagi siswa.
37Jurnal RISENOLOGI KPM UNJ Vol. 2 Edisi 1, April 2017
42. ISSN. 2502-5643
Menurut National Council of
Teachers of Mathematics (dalam
Santrock, 2007: 440) bahwa prinsip dasar
dan standar untuk matematika pada level
grade yang berbeda. Grade 9 sampai 12,
NCTM (2000) merekomendasikan agar
semua siswa harus mempelajari
matematika disepanjang masa SMA.
Karena minat siswa mungkin berubah
selama dan sesudah SMA, mereka
mungkin akan mendapat manfaat dari
pelajaran matematika. Mereka harus
mengalami kemampuan aljabar,
geometri, statistika, probabilitas, dan
matematika diskrit (termasuk matematika
komputer). Mereka harus pandai dalam
mem-visualisasikan, dan menganalisis
situasi dalam term matematis. Mereka
juga harus bisa menjustifikasi dan
membuktikan ide- ide berbasis
matematika.
Pelaksanaan pemetaan kemampuan
dasar siswa membutuhkan suatu media.
Media yang digunakan adalah media
pembelajaran berbasis permainan.
Penggunaan media berbasis permainan
sebagai perantara menentukan
kemampuan dasar siswa agar pengajaran
sangat efektif. Hal ini sesuai dengan hasil
penelitian Umi Nur Widayati (2015)
bahwa media pem- belajaran berbasis
permainan efektif digunakan sebagai
learning exercise bagi siswa. Permainan
dalam pemetaan ke- mampuan dasar ini
tentunya bukan permainan yang asal-
asalan melainkan haruslah permainan
edukatif dan inovatif. Manfaat dari
permainan adalah memungkinkan adanya
partisipasi aktif dari siswa.
Media tersebut dimaksudkan untuk
menentukan kemampuan dasar siswa
serta untuk melestarikan budaya
Indonesia yang mulai punah karena
masuknya budaya asing ke Indonesia.
Adapun permainan engklek atau yang
selanjutnya disebut E-G- L (Engklek
Game Learning) ini adalah media
pemetaan kemampuan dasar yang dibuat
oleh penulis sendiri. Hal tersebut sejalan
dengan Rahmawati (2009: 9) bahwa
permainan engklek dapat
mengembangkan beberapa kecerdasan.
Sesuai dengan pemaparan tersebut
peneliti memilih mengembangan media
pemetaan kemampuan dasar siswa
dengan memodifikasi permainan engklek
menjadi permainan bermuatan materi
matematika dan dipadukan dengan batik
yang menjadi budaya khas Indonesia,
sehingga siswa dapat bermain dan
mengetahui kemampuan dasar yang
dimiliki. Selain itu penelitian menurut
Abi Suwito dan Dinawati Trapsilasiwi
(2016) bahwa media pembelajaran
berbasis budaya Jawa dan Madura
(etnomatematika) menunjukan hasil yang
sangatpositif.
Pengembangan media ini diharapkan
dapat membuat pemetaan kemampuan
dasar siswa menjadi tepat dan
bermanfaat untuk guru sehingga hasil
pembelajaran menjadi maksimal, dapat
meningkatkan kualitas pendidikan
danmeningkatkan kualitas individu di
Indonesia.
METODE PENELITIAN
Subjek Penelitian
Subyek dalam penelitian ini adalah
guru matematika dan siswa kelas X dari
sekolah di kabupaten Magetan. Data
penelitian ini terbagi atas dua kategori,
yakni data verbal dan data berupa skor
atau nilai siswa. Data verbal berupa
informasi tentang tanggapan guru dan
siswa mengenai keefektifan media yang
diperoleh dari hasil wawancara dan data
angket untuk memperkuat data
wawancara tersebut. Sementara itu, data
skor atau nilai siswa diperoleh dalam
kegiatan pengerjaan instrumen soal yang
telah dibuat.
Prosedur Penelitian
Tempat penelitian adalah sekolah
menengah atas di kabupaten Magetan
38 Abdul Rozak – “EGL” (Engklek Game Learning)
43. ISSN. 2502-5643
yang menerapkan kurikulum K13.
Instrumen pengumpul data pada
penelitian ini terdiri atas instrumen soal
dan angket. Instrumen soal yang dibuat
adalah instrumen soal yang berpedoman
pada skala standar NCTM dan di
sesuaikan dengan kurikulum K13.
Angket yang digunakan dalam penelitian
ini adalah angket analisis kebutuhan dan
angket respon guru dan siswa.
Penelitian yang digunakan adalah
Research and Development (R&D) yang
sering disebut penelitian pengembangan
dengan tujuan untuk mengembangkan
media pembelajaran berbasis game
educative. Hal ini sesuai dengan
pendapat Sugiono (2014) yang
menyatakan bahwa metode penelitian
pengembangan atau dalam bahasa
inggrisnya Research and Development
adalah metode penelitian yang digunakan
untuk menghasilkan produk tertentu, dan
menguji keefektifan produk tersebut.
Penelitian ini menggunakan model
pengembangan ADDIE. Model
pengembangan ADDIE merupakan suatu
model dalam mendesain suatu perangkat
pendidikan yang terbagi dalam 5 fase,
yaitu: 1) Fase Analisis (analysis), 2)
Fase Desain (Design), 3) Fase
Pengembangan (Development), 4) Fase
Penerapan (Implementation), 5) Fase
Evaluasi (Evaluation).
Pengembangan media E-G-L ini
meliputi kegiatan pembuatan prototype
media E-G-L menggunakan Corel Draw
X4, pembuatan instrumen soal, review
(ahli dan praktisi), revisi, uji coba, dan
revisi akhir. Review dilakukan oleh tiga
orang yang terdiri atas 2 orang dosen dan
1 orang guru. Reviewer dalam penelitian
ini adalah orang yang memiliki
kompetensi di bidang matematika dan
paham mengenai kurikulum K13. Hal
tersebut dilakukan untuk memperoleh
validitas media E-G-L dan instrumen
soal diujicobakan. Uji coba dilakukan
pada siswa kelas X SMA di Kabupaten
Magetan.
Uji coba dilakukan dalam dua tahap
yaitu : 1) Uji coba kelompok kecil; uji
coba kecil termasuk validasi empirik
produk. Uji coba ini dilakukan kepada 6
orang siswa kelas X di kabupaten
Magetan yang memiliki kemampuan
ber- variasi (tinggi, sedang, dan rendah) ;
2) uji coba lapangan; uji coba
lapangan dilakukan pada siswa kelas
X SMA sekolah di kabupaten
Magetan.
HASIL DAN PEMBAHASAN
Analisis (Analysis)
a) Analisis aspek-aspek media E-G-L
yang akan dikembangkan.
Analisis aspek-aspek media E-G- L
pembelajaran yang akan dikembangkan
dilakukan untuk memperoleh aspek
bahan dan alat yang di perlukan dalam
pembuatan media game, tujuan dari
pembuatan game, serta manfaat yang
diperoleh setelah media diterapkan.
Berdasarkan hasil diskusi tim, dipilihlah
satu media game, yaitu engklek yang
dipadukan dengan batik sebagai
background. Tujuan dari penerapan
media ini adalah: (1) sebagai sarana
rekreatif bagi siswa baru yang masuk ke
Sekolah Menengah Atas (SMA); (2)
sebagai media game educative pada saat
proses Masa Orientasi Siswa (MOS)
sekaligus untuk melakukan pemetaan
kemampuan dasar siswa baru, dengan
pengujian melalui instrumen soal yang
berpedoman pada Principles and
Standards for School Mathematics dari
National Council of Teachers of
Mathematics (NCTM).;
b) Analisis dampak
Analisis dampak dilakukan untuk
mendeskripsikan dampak penerapan
media E-G-L ini. Dampak yang dapat
diberikan oleh penerapan media ini
diantaranya: (1) Masa Orientasi Siswa
39Jurnal RISENOLOGI KPM UNJ Vol. 2 Edisi 1, April 2017
44. ISSN. 2502-5643
(MOS) menjadi kegiatan yang edukatif
sekaligus menyenangkan; (2) Masa
Orientasi Siswa (MOS) dapat menjadi
kegiatan untuk memetakan kemampuan
dasar siswa, mengingat menurut
Middleton & Goepert (dalam Santrock,
2007) perspektif konstruktivis prinsip
yang didiskusikan di bawah ini haruslah
diikuti dalam mengajarkan matematika:
(a) Menjadikan matematika realistis dan
menarik; (b) Mempertimbangkan
kemampuan murid yang sudah ada; (c)
Kurikulum matematika interaktif
secara sosial; (d) Proyek matematika
inovatif;
c) Analisissituasi.
Analisi situasi dilakukan untuk
melihat apakah media E-G-L dapat
memetakan kemampuan dasar siswa
secara tepat dan bermanfaat untuk guru.
Situasi yang dianalisis pada penelitian
ini adalah situasi mengenai Masa
Orientasi Siswa (MOS) dan Budaya
Nasional.
Desain (Design)
Tahap selanjutnya adalah tahap
mendesain media E-G-L yang akan
dibuat berdasarkan hasil analisis
sebelumnya. Desain yang dilakukan
adalah membuat rancangan media E-G-
L, dan membuat instrumen soal yang
berpedoman pada Principles and
Standards for School Mathematics dari
National Council of Teachers of
Mathematics (NCTM). Penyusunan
rancangan media E-G-L ini bertujuan
untuk menggambarkan keseluruhan isi
media yang akan dibuat. Proses desain
media E-G-L dilakukan dengan cara
membuat sketsa media E-G-L pada
kertas A4, kemudian dilanjutkan pada
pembuatan desain media E-G-L secara
grafis dengan bantuan software
CorelDRAW Graphics Suite X4.
Pengembangan (Development)
Software yang digunakan dalam
pembuatan media ini adalah Corel
DRAW Graphics Suite X4 dan
Microsoft Office Word 2007. Proses
pengembangan media diawali dengan
membuat desain template media E-G-L
dan mengumpulkan komponen media,
yaitu gambar batik dan gambar
engklek. Selanjutnya adalah pembuatan
instrumen soal yang berpedoman pada
Principles and Standards for School
Mathematics dari National Council of
Teachers of Mathematics (NCTM).
Instrumen soal tersebut terdiri atas : 1)
bilangan dan operasi (5 Soal); 2)
aljabar, geometri (5 Soal); 3)
pengukuran (5 Soal) dan, 4) data analisis
serta peluang (5 Soal). Soal-soal tersebut
dihimpun atau dibuat melalui seleksi
soal Ujian Nasional.
Gambar 1. Media E-G-L
40 Abdul Rozak – “EGL” (Engklek Game Learning)
45. ISSN. 2502-5643
Setelah media pembelajaran ini
selesai dibuat, kemudian dilakukan
evaluasi oleh reviewer. Berikut hasil
evaluasi media oleh reviewer.
Tabel 1. Hasil Evaluasi Kualitas Media
Tabel 2. Hasil Evaluasi Kualitas
Instrumen Soal
No. Pernyataan Ahli
Materi
1 Kesesuaian antara
silabus Kementerian
Pendidikan Nasional.
Sangat
baik
2 Kejelasan tujuan
pemberian instrumen
soal
Sangat
baik
3 Cakupan soal Baik
4 Keteruntutan soal Baik
5 Kejelasan soal Baik
6 Kualitas soal Baik
7 Kemungkinan
mengukupuan dasar
siswa
Baik
8 Kemampuan
memetakan
kemampuan dasar
siswa
Baik
Menurut para ahli kualitas media
yang dibuat tergolong dalam kriteria
baik dan kualitas materi tergolong baik.
Hal ini dilihat dari hasil angket dimana
setiap butir dikategorikan baik dan
sangat baik. Para ahli juga menyatakan
bahwa media E-G-L layak untuk di
uji cobakan di lapangan dengan revisi
sesuai dengan masukan dan saran ahli.
Adapun beberapa masukan dan saran
ahli diantaranya adalah 1) Gambar
engklek hendaknya di buat lebih baik.; 2)
Gambar batik lebih diserasikan satu
sama lain.; 3) Font instrumen soal pada
kartu soal agar diperbesar.; 4) Kalimat
soal pada kartu soal perlu diperhatikan
lagi.; 5) Ukuran media E-G-L yang
terlalu besar. Setelah dilakukan revisi
dihasikan media E-G-L yang sudah
dapat diuji cobakan. Langkah
selanjutnya adalah proses pencetakan
banner media E-G-L dan pencetakan
instrumen soal dalam bentuk kartu soal.
Implementasi (Implementation)
Tahap awal dalam kegiatan ini adalah
uji coba kelompok kecil. Sampel
penelitian uji coba kelompok kecil
dilakukan pada 6 orang siswa kelas X.
Uji coba kelompok kecil dilakukan untuk
mendapatkan validasi empirik. Prosedur
pelaksanaan uji coba kelompok kecil
dilakukan seperti prosedur uji coba
lapangan/klasikal, yaitu penjelasan
penggunaan media dan aturan-aturan
didalamnya, pelaksanaan, tes hasil
belajar, dan analisis hasil THB. Setelah
validasi empirik didapat dengan hasil
baik, maka media E-G-L sudah dapat
diuji cobakan pada kelompok klasikal.
Media E-G-L yang telah dibuat
diterapkan kepada kelompok klasikal
yaitu siswa kelas X SMA. Proses uji coba
lapangan bertujuan untuk memperoleh
tanggapan dan data nilai tes oleh siswa.
Pelaksanaan uji coba lapangan
media E-G-L adalah sebagai berikut:
No. Indikator Ahli media
1 Pemilihan warna
background
Sangat baik
2 Keserasian warna
background
dengan batik
Baik
3 Tata letak batik Sangat baik
4 Kejelasan
petunjuk media
Baik
5 Kualitas media Baik
41Jurnal RISENOLOGI KPM UNJ Vol. 2 Edisi 1, April 2017