SlideShare a Scribd company logo
ISSN. 2502-5643
ISSN. 2502-5643
RISENOLOGI
Jurnal Sains, Teknologi, Sosial Pendidikan dan Bahasa
ISSN. 2502-5643
Volume 2 Edisi 1, April 2017 hlm 1-70
Jurnal Risenologi adalah jurnal ilmiah yang diterbitkan oleh Unit Kegiatan
Mahasiswa Kelompok Peneliti Muda Univeritas Negeri Jakarta. Diterbit dua
kali dalam setahun, April dan Oktober. ISSN. 2502-5643
PENANGUNG JAWAB
Achmad Sofyan Hanif
PENANGGUNG JAWAB PELAKSANA
Massus Subekti
KETUA REDAKSI
Mochammad Aldi Mauludin
SEKRETARIS REDAKSI
Amrul Mukmin
Denawati Junia
DEWAN EDITOR
Massus Subekti
Sudharno Dwi Yuwono
REDAKSI PELAKSANA
Peni Suprapti
Pratiwi Phuspita Ningrum
Harmawan Febrianto
Nur Mei Alfi Fajrin
Husni Falah
O Jaya Perbangsa
Anwar Setiadi
DESAIN GRAFIS
Ita Puspitasari
Asmara Yoga
Lintang Dhanasmoro
ALAMAT REDAKSI
Unit Kegiatan Mahasiswa Kelompok Peneliti Muda Universitas Negeri Jakarta
Jalan Pemuda Gedung G Lantai 1 Ruang 106 Rawamangun Jakarta Timur
13220, Telp. (021) 4892926
Email : penelitimudaunj@gmail.com
Web : www.kpmunj.org
ISSN. 2502-5643
KATA SAMBUTAN
Assalamu’alaikum Wr. Wb.
Kemajuan ilmu pengetahuan selalu meningkat setiap
tahunnya. Pembaharuan setiap cabang ilmu selalu
ditingkatkan baik dari segi pemahaman maupun
penerapan. Namun hal itu tidak bisa dilakukan tanpa
adanya suatu penelitian. Penelitian merupakan
langkah awal untuk mengembangkan suatu ilmu
pengetahuan. Melalui berbagai eksperimen dan uji
coba serta penerapan di masyarakat membuat ilmu
pengetahuan semakin berkembang.
Ilmu pengetahuan memiliki banyak jenis cabang
namun secara spesifikasi dapat digolongkan menjadi beberapa jenis yaitu saint,
teknologi, sosial pendidikan dan bahasa. Semua itu perlu di kembangkan untuk
meningkatkan setiap cabang ilmu pengetahuan. Melalui jurnal ini dapat
sebagai wadah dalam mengapresiasi mahasiswa Universitas Negeri Jakarta
yang sering melakukan penelitian.
Mahasiswa merupakan garda terdepan dalam berbagai pembangunan
masyarakat. Dalam Jurnal RISENOLOGI ini terdapat bermacam-macam
judul penelitian dari berbagai bidang penelitian. Hal ini diharapkan agar
menjadi motovasi bagi mahasiswa yang belum melakukan penelitian sehingga
memiliki keinginan untuk meneliti. Selain itu dengan melakukan penelitian,
mahasiswa akan terbiasa untuk mengerjakan karya tulis sehingga nanti saat
sedang melakukan penelitian akhir yaitu skripsi tidak akan kesulitan atau
jalannya lebih mudah.
Jakarta, April 2017
Achmad Sofyan Hanif
Wakil Rektor Bidang Kemahasiswaan dan Alumni
ISSN. 2502-5643
DAFTAR ISI
Jurnal Sains, Teknologi, Sosial Pendidikan dan Bahasa
ISSN. 2502-5643
Volume 2 Edisi 1, April 2017 hlm 1-68
PENGARUH KADAR NITRAT TERHADAP PERTUMBUHAN DAN
KADAR LIPID MIKROALGA Melosira sp. SEBAGAI TAHAP AWAL
PRODUKSI BIOFUEL (Dwi Oktaviani, Adisyahputra M.S., Nilna Amelia) 3-15
ANALISIS PESEBARAN AIR LINDI DAN KARAKTERISASI BAWAH
PERMUKAAN AREA ALIH FUNGSI LAHAN TEMPAT PEMBUANGAN
AKHIR (TPA) SUKOLILO - SURABAYA SEBAGAI PERTIMBANGAN
PEMBANGUNAN (P.R. Lestari, T.A.B. Harjo , I. Gazali,
A.S. Bahri)....... 16-25
PENUNJUK ARAH CERDAS BERBASIS ATURAN FUZZY (SEBUAH IDE
IMPLEMENTASI DARI PENGGUNAAN SENSOR LALU LINTAS (Ditdit
Nugeraha Utama, Redno Novicta Sari, Risa Sekarningtyas, M. Habibullah, Anasta
Wulandari , Indriyani Eta Rahastri, Darnilia Nurul Sakina , M. Miftahuddin, Hilda
Cahyani) ......................................................................................................... 26-37
“E-G-L” (ENGKLEK GAME LEARNING) MEDIA EDUKATIF DAN INOVATIF
SEBAGAI MEDIA MASA ORIENTASI SISWA (MOS) DALAM PEMETAAN
KEMAMPUAN DASAR SISWA SEKOLAH MENENGAH ATAS (Abdul Rozak,
Muji Rahayu) ........................................................................................................... 38-47
PEMAHAMAN NILAI-NILAI PAPPASANG DALAM MENINGKATKAN
KARAKTER BANGSA YANG BERKEARIFAN LOKAL (Dedi Gunawan
Saputra) ......................................................................................................... 48-57
PENGARUH PENAMBAHAN JAGUNG Manis (Zea Mays Saccharata)
Terhadap Sifat Fisik dan Akseptabilitas pada Rolade Tempe (Friska Ruswandani
Pratiwi, Agustiani Putri, Nur Mei Alfi Fajrin).............................................. 58-68
Glosarium...................................................................................................... 69-70
ISSN. 2502-5643
PENGARUH KADAR NITRAT TERHADAP PERTUMBUHAN DAN KADAR
LIPID MIKROALGA Melosira sp. SEBAGAI TAHAP AWAL PRODUKSI
BIOFUEL
Dwi Oktaviani1)
,Adisyahputra.2)
, Nilna Amelia3
1
Anggota Peneliti Muda Utama, 2
Pengajar Program Studi Biologi FMIPA UNJ,
3
Peneliti lab. Alga Pertamina Research and Development
Kelompok Peneliti Muda Universitas Negeri Jakarta
Email: dwioktaviani64@gmail.com
ABSTRAK
Kebutuhan Indonesia di sektor energi semakin meningkat setiap tahunnya,
sedangkan energi fosil yang merupakan sumber energi utama semakin menurun.
Oleh sebab itu, perlu dilakukan usaha-usaha untuk mencari bahan bakar
alternatif untuk memenuhi kebutuhan energi di Indonesia. Indonesia memiliki
kekayaan alam, diantaranya mikroalga Melosira sp. yang dapat dikembangkan
menjadi biofuel karena memiliki asam lemak C:16 (asam palmitat dan asam
palmitoleat) yang tinggi. Pada penelitian sebelumnya diketahui bahwa Melosira
sp. memiliki biomassa yang tinggi, namun kadar lipid nya cukup rendah. Kadar
lipid dipengaruhi oleh zat hara, salah satunya yaitu nitrat. Tujuan penelitian ini
yaitu untuk menentukan kadar nitrat yang optimal untuk produksi lipid pada
mikroalga Melosira sp. Penelitian ini dilakukan di laboratorium Alga
Pertamina Research and Development Pulogadung, Jakarta, pada bulan
Desember 2015 - April 2016, meliputi tahap kultivasi, pemanenan,
penghitungan biomassa, ekstraksi dan destilasi. Variasi konsentrasi kadar nitrat
pada medium f/2 yaitu 0,88 M (kontrol), 0,58 M, 1,17 M, 1,47 M diberikan di
tahap kultivasi pada aquarium. Penelitian ini menggunakan Rancangan Acak
Lengkap (RAL). Parameter yang diamati: kurva pertumbuhan, laju
pertumbuhan, biomassa dan kadar lipid. Hasil penelitian menunjukkan laju
pertumbuhan dan biomassa tertinggi didapatkan dari perlakuan dengan kadar
nitrat 1,47 M, hal ini dikarenakan nitrat pada kultur dapat dimanfaatkan secara
optimal untuk pembentukan biomassa melalui proses fotosintesis. Sedangkan
kadar lipid tertinggi didapatkan dari perlakuan dengan kadar nitrat 0,58 M.
Stress nitrat menyebabkan akumulasi lipid, sehingga kadar lipid tertinggi
diperoleh dari kadar nitrat terendah yaitu 0,58 M.
Kata Kunci
Melosira sp., energi terbarukan, solusi krisis energi Indonesia, nitrat.
1Jurnal RISENOLOGI KPM UNJ Vol. 2 Edisi 1, April 2017
ISSN. 2502-5643
ABSTRACT
Indonesia needs in the energy sector is increasing every year, while fossil
fuels are the main energy source decreases. Therefore, there should be efforts to
find alternative fuels to compelte Indonesia needs in energy. Indonesia has
natural resources, such as microalgae Melosira sp. which can be developed into
a biofuel because the fatty acids C:16 (palmitic acid and acid palmioleat) are
high. Previous research has suggested that Melosira sp has a high biomass, but
low lipid levels. Lipid levels are influenced by nutrients, one of which is
nitrogen. The aim of this research was to determine optimum nitrate levels for
growth and lipid level ofMelosira sp. This research was conducted in the Algae
laboratory of Pertamina Research and Development Pulogadung, Jakarta, in
December 2015-April 2016, includes the step of cultivation, harvesting,
calculating biomass, extraction and distillation. Variations in the concentration
of nitrate levels in medium f/2 is 0,88 M (control), 0,58 M, 1,17 M, 1,47 M
given at the stage of cultivation in the aquarium. This study uses a completely
randomized design (CRD). Parameter observed: the growth curve, growth rate,
biomass and lipid levels. The results showed the highest growth rate obtained
from the treatment with nitrate levels 1,17 M and 1,47 M. Highest biomass
growth rate obtained from the treatment with nitrate levels 1,47 M. This is
because the nitrate in the culture can be optimally used for the formation of
biomass through photosynthesis. While the highest lipid levels obtained from
the treatment with nitrate levels 0,58 M.
Keywords: Melosira sp., renewable energy, Indonesia critical energy solution,
nitrate.
PENDAHULUAN
Kebutuhan Indonesia di sektor energi
terus meningkat setiap tahunnya,
sedangkan energi fosil yang merupakan
sumber energi utama terus menurun.
Oleh sebab itu, perlu dilakukan usaha
untuk mencari bahan bakar alternatif
(Sharma, 2008). Pemerintah melalui
Inpres Nomor 1 Tahun 2006 telah
mencangkan untuk mencari sumber
bahan bakar pengganti terbarukan dari
biomassa organisme (bioenergi). Sejauh
ini, sumber daya alam yang sudah
dimanfaatkan untuk dijadikan biofuel
yakni tanaman kelapa sawit, jarak pagar
dan jagung (Pienkos, 2007). Namun,
dalam budidaya tanaman tersebut
dibutuhkan lahan yang luas, waktu panen
yang lama dan juga beririsan dengan
kepentingan pangan.
Di sisi lain, Indonesia memiliki
kekayaan sumber daya alam laut yaitu
mikroalga. Budidaya mikroalga tidak
membutuhkan lahan yang luas, tidak
memerlukan waktu panen yang lama dan
juga tidak beririsan dengan kepentingan
di sektor pangan. Salah satu mikroalga
yang berpotensi dikembangkan sebagai
bahan bioenergi ialah Melosira sp.
karena mengandung asam lemak C:16
(asam palmitat dan asam palmioleat)
yang tingi yaitu sebesar 46% dan 32%.
Namun, berdasarkan penelitian
sebelumnya diatom Melosira sp. yang
diisolasi dari perairan estuaria Timika
2 Dwi Oktaviani – Pengaruh Kadar Nitrat
ISSN. 2502-5643
dilaporkan mengandung lipid yang cukup
rendah, akan tetapi biomassanya 13 kali
lipat dari bimoassa Chaetoceros gracilis
(Panggabean dan Sutomo, 2012).
Kadar lipid pada mikroalga berkaitan
dengan kadar unsur hara yang diberikan.
Unsur hara yang berpengaruh terhadap
kadar lipid dan pertumbuhan mikroalga
yaitu nitrat. Beberapa penelitian telah
dilakukan untuk melihat pengaruh variasi
konsentrasi nitrogen terhadap
pertumbuhan, pembentukkan biomassa,
maupun kandungan esensial mikroalga.
Pada Spirulina fusiformis, penurunan
konsentrasi nitrogen memberikan
dampak berupa penurunan
pembentukkan biomassa, penurunan
kandungan protein dan penurunan
kandungan klorofil (Chrismadha et al.,
2006). Penurunan kandungan nitrogen
pada Chlorella pyrenoidosa memberikan
dampak berupa penurunan
pembentukkan biomassa tetapi
menaikkan kandungan lipidnya (Nigam
et al., 2011).
Nitrogen diperlukan dalam proses
fotosintesis yang melibatkan klorofil
sebagai komponen utamanya, sehingga
berpengaruh pada biomassa yang
dihasilkan mikroalga. Namun, kadar
nitrogen yang terlalu rendah dapat
menyebabkan protein terpecah menjadi
asam amino yang kemudian membentuk
asetil-koA sehingga dapat menyebabkan
meningkatnya kadar lipid (Colby,1988;
Widianingsih et al.,2008).
Sejauh ini belum dilakukan
penelitian mengenai pengaruh kadar
nitrat terhadap pertumbuhan Melosira sp.
Oleh sebab itu, penelitian ini dilakukan
dengan tujuan untuk mengetahui kadar
nitrat optimal untuk pembentukan
biomassa dan lipid pada mikroalga
Melosira sp. sebagai bahan utama
pembuatan biofuel.
METODE PENELITIAN
Metode penelitian yang digunakan
dalam penelitian ini yaitu eksperimen,
dengan rancangan acak lengkap (RAL).
Prosedur Penelitian
Alat dan Bahan
Alat yang digunakan pada penelitian
ini yaitu mikroskop Olympus,
haemocytometer, hand counter,
destilator, ultrasonik, peralatan gelas,
oven, aquarium, lampu neon, air stone,
air pump, selang, pH meter, lux meter,
salinometer, membran penyaring dan
filter air. Bahan yang digunakan yaitu
kultur murni Melosira sp. Air laut,
pelarut n-hexana, methanol, medium f/2
dan aquadest.
3Jurnal RISENOLOGI KPM UNJ Vol. 2 Edisi 1, April 2017
ISSN. 2502-5643
Skema Penelitian
Gambar 1. Skema Penelitian
Teknik Pengumpulan Data
Parameter yang diukur dalam
penelitian ini adalah kurva pertumbuhan
Melosira sp., laju pertumbuhan Melosira
sp., biomassa mikroalga Melosira sp. dan
kadar lipid (volume lipid akhir destilasi).
Teknik Analisis Data
Data kuantitatif yang berupa laju
pertumbuhan, biomassa dan kadar lipid
dari empat variasi kadar nitrat dengan
pengulangan masing-masing tiga kali
pengulangan, akan diolah mengunakan
teknik analisis data ANOVA (Analysis of
Variance) 1 arah (one-way) pada α =
0,05, yang dilanjutkan dengan uji
Duncan pada α = 0,05.
HASIL DAN PEMBAHASAN
A. Pertumbuhan Sel Mikroalga
Melosira sp.
1) Dekripsi Morfologi, Kurva
Pertumbuhan dan Laju
Pertumbuhan Melosira sp.
Pertumbuhan mikroalga Melosira
sp. diamati dengan menggunakan
haemacytometer dibawah mikroskop
DSX olympus. Berikut gambar sel
Melosira sp. yang diamati setiap 1x24
jam
4 Dwi Oktaviani – Pengaruh Kadar Nitrat
ISSN. 2502-5643
Gambar 2. Pengamatan sel Melosira sp.
di bawah mikroskop DSX.
Perbesaran 10 x 10 (A),
Perbesaran 40 x 10 (B),
Terminal auxospore (i),
Mucilage (ii), Pseudoculcus
(iii), Pengamatan pada chamber
hitung (D).
Melosira sp. memiliki warna cokelat
tua, hidup berkoloni dan merupakan
uniselular. Ciri khas yang dimiliki oleh
diatom yaitu dinding sel nya terdiri atas
silikat. Silikat merupakan unsur penting
dalam pembentukan dinding seldan
cangkang bagi kelompok diatom
(Endar, 2012). Pembentukan dinding sel
pada diatom berfungsi sebagai
ketahanan terhadap lingkungan.
Menurut Arinardi et al. (1994) ciri khas
diatom ditunjukan dengan adanya
pahatan tertentu pada dinding selnya
yang terdiri dari silikat, sehingga
memiliki ketahanan yang tinggi terhadap
tekanan lingkungan.
Berdasarkan hasil pengamatan
dengan mikroskop, Sel Melosira sp.
berbentuk silinder memiliki diameter ±
19 µm. Luas permukaan ± 283 µm2
. Ciri
khas yang dimiliki oleh genus Melosira
yaitu selnya berpasangan (2 sel) dan
diantara pasangan satu dengan yang
lainnya dibatasi oleh bantalan lendir
(mucilage) (gambar 2.ii). Menurut Round
et al. (1990) mekanisme pergerakan
diatom disertai dengan sekresi lendir
(mucilage) ke dalam raphe (celah yang
menembus dinding yang mengandung
silika). Mucilage mengandung
polisakarida sulfat.
Melosira sp. berkembangbiak
dengan menggunakan auxospore
(gambar 2. i). Auxospore merupakan
spora reproduksi pada diatom yang
dibentuk oleh penyatuan dua sel (Round
et al., 1990 ).
Perhitungan sel Melosira sp. pada
kamar hitung (kotak 16) di kedua
chamber (atas dan bawah). Perhitungan
dilakukan setiap 1x24 jam. Hasil
pengamatan pada kedua chamber
(chamber 1 dan chamber 2) dihitung
menggunakan rumus Hansen (2000):
Jumlah Sel/ml =
Berikut kurva pertumbuhan
mikroalga Melosira sp. pada variasi
kadar nitrat yang berbeda
Gambar 3. Kurva Pertumbuhan
Melosira sp. pada Kadar Nitrat
yang Berbeda
Berdasarkan kurva diatas, dapat
diketahui bahwa pola pertumbuhan
Melosira sp. perlakuan kadar nitrat 0,58
5Jurnal RISENOLOGI KPM UNJ Vol. 2 Edisi 1, April 2017
ISSN. 2502-5643
M dan 0,88 M memiliki empat fase
pertumbuhan, yaitu fase lag, fase
eksponensial, fase stasioner, dan fase
kematian. Sedangkan, perlakuan kadar
nitrat 1,17 M dan 1,47 M, memiliki tiga
fase pertumbuhan, yaitu fase
eksponensial, fase stasioner, dan fase
kematian. Perbedaan ini disebabkan
jumlah nutrien yang terdapat pada setiap
kultur berbeda, sehingga pertumbuhan
sel pada setiap kultur akan berbeda pula.
Pada saat mikroalga dapat
mengkonsumsi nutrisi dalam media
tumbuh secara optimal, maka mikroalga
tersebut memasuki fase eksponensial
dengan menghasilkan warna kultur lebih
pekat seiring dengan meningkatnya
kepadatan sel kultur (Pranayogi, 2003).
Tidak adanya fase lag pada perlakuan
kadar nitrat 1,17 M dan 1,47 M, juga
dapat dijelaskan bahwa pertumbuhan
mikroalga di dalam kultur biasanya tidak
mengalami fase lag bila kondisi
lingkungannya sudah sesuai dengan
lingkungan sebelumnya (Panggabean dan
Sutomo, 2000).
Fase eksponensial terjadi pada H1-
H4, dengan jumlah sel yang berbeda-
beda pada perlakuan kadar nitrat 1,17 M
dan 1,47 M. Kultur Melosira sp.
mengalami pertumbuhan logaritmik
selama 4 hari (Panggabean dan Sutomo,
2012). Sedangkan, pada 0,88M fase
eksponensial terjadi pada H2-H4.
Kemudian memasuki fase statsioner pada
hari ke 5 sampai dengan hari ke-7.
Menurut Setyaningsih et al., (2008), fase
stasioner merupakan fase pertumbuhan
yang konstan karena nutrien semakin
berkurang dan populasi semakin padat.
Pada hari ke-8 memasuki fase death
(kematian).
Perbedaan jumlah sel pada setiap
perlakuan mengakibatkan perbedaan laju
pertumbuhan (growth rate),
penghitungan laju pertumbuhan pada
penelitian ini menggunkan rumus Fogg
(1965). Berdasakan hasil pengamatan
kurva pertumbuhan, diketahui bahwa t1
(waktu pertumbuhan akhir) selama 4 hari
yaitu saat pertumbuhan logaritmik (fase
eksponensial). Sedangkan N1 (jumlah sel
akhir) yaitu jumlah sel pada hari ke-4
(H4) sebagai akhir fase eksponensial,
karena pada hari ke-5 jumlah sel
mengalami penurunan. Sehingga dapat
didefinisikan bahwa hari ke-5 telah
memasuki fase statsioner. Adapun laju
pertumbuhan sel Melosira sp. pada tiap
perlakuan kadar nitrat dapat dilihat pada
tabel 8.
Tabel 1. Laju Pertumbuhan (k) Melosira
sp. pada Kadar Nitrat yang Berbeda
Perlakuan
Rerata Laju
Perumbuhan
(pembelahan/hari) ±
SE
0,58
M
0,349a
±0,009
0,88
M
0,355a
±0,008
1,17
M
0,410b
±0,008
1,47
M
0,423b
±0,004
Ket: Angka yang diikuti oleh huruf yang
sama tidak berbeda nyata pada
α=0,05 uji Duncan
Berdasarkan tabel 1. dapat diketahui
bahwa laju pertumbuhan tertinggi yaitu
0,423 pada perlakuan 1,47M. Semakin
tinggi kadar nitrat, maka semakin tinggi
pula laju pertumbuhan (k) Melosira sp.
Hal ini dikarenakan suplai nitrat sebagai
makronutrien yang lebih tinggi dapat
dimanfaatkan sebagai unsur pembangun
struktur klorofil dan pembangun struktur
protein. sehingga pembelahan sel dan
fotosintesis yang terjadi lebih tinggi
dibandingkan dengan perlakuan kadar
nitrat 0,58 M; 0,88M; 1,17M. Jumlah
protein dalam bentuk enzim yang banyak
akan membantu proses pengangkutan
6 Dwi Oktaviani – Pengaruh Kadar Nitrat
ISSN. 2502-5643
menjadi lebih cepat, sehingga biomassa
yang merupakan hasil fotosintesis dapat
terakumulasi lebih banyak. Penelitian
yang dilakukan oleh Burbell dan Phillips
(1925) menunjukkan hasil yang sama
yaitu pada pemberian nitrat yang
berlebih pada medium kultur mikroalga
menyebabkan pertumbuhan mikroalga 2
kali lebih cepat.
Laju pertumbuhan (growth rate)
berbanding lurus dengan biomassa
mikroalga karena dengan laju
pertumbuhan yang optimal akan
menghasilkan biomassa yang optimal
pula.
Mikroalga yang mempunyai
pertumbuhan baik akan lebih aktif
mengkonversi CO2 menjadi biomassa
sehingga produktivitas biomassa menjadi
tinggi (Setiawan et al., 2008).
B. Biomassa Melosira sp.
Tabel 2. Rerata Biomassa Melosira sp.
pada Perlakuan Kadar Nitrat yang
Berbeda (gr)
Perlakuan
Kadar Nitrat
Rerata Biomassa
(gr) ± SE
0,58 M 8,33a
± 0,33
0,88 M 8,67a
± 0,67
1,17 M 8,67a
± 0,33
1,47 M 11,67b
± 0,33
Ket: Angka yang diikuti oleh huruf yang
sama tidak berbeda nyata pada
α=0,05 uji Duncan.
Berdasakan tabel 2, diketahui bahwa
biomassa tertinggi diperoleh pada
perlakuan kadar nitrat 1,47M.
Pembentukan biomassa berkaitan dengan
aktivitas fotosintesis oleh klorofil dan
sintesis klorofil-a dapat berlangsung
dengan ketersediaan N yang cukup.
Nitrogen dibutuhkan sebagai elemen-
elemen penyusun protein dan klorofil
(Berg et al., 2002). Semakin tinggi kadar
nitrat, maka pembentukan klorofil pada
Melosira sp. semakin tinggi, sehingga
memicu pertumbuhan biomassa.
Nitrat sebagai sumber nitrogen
anorganik yang paling umum digunakan
oleh mikroalga termasuk Melosira sp.
tidak dapat digunakan secara langsung
dalam proses metabolisme selnya. Mula-
mula nitrat akan direduksi terlebih
dahulu menjadi nitrit yang dikatalis oleh
enzim reduktase (NaR), kemudian
dilanjutkan oleh reduksi nitrit menjadi
ammonium oleh enzim nitrit reduktase
(NiR) sebagai katalisatornya. Selanjutnya
nitrogen dalam bentuk ammonium inilah
yang akan digunakan sebagai bahan
pembentuk makromolekul sel (Salisbury
dan Ross, 1992).
Rendahnya biomassa yang
dihasilkan pada perlakuan pemberian
kadar nitrat 0,58 M diduga disebabkan
oleh peristiwa dinamika penggantian sel-
sel klorofil yang rusak akibat
fotooksidasi, melibatkan asam-asam
amino dan enzim-enzim yang
mengandung N (Borowitzka dan
Moheimani, 2013). Apabila terjadi
defisiensi N pada mikroalga proses
penggantian tersebut akan terhambat dan
mengakibatkan kekurangan pigmen
fotosintetik klorofil dan fikobilin yang
mengandung N (Dennis dan Turpin,
1997).
C. Kadar Lipid
Tabel 3. Rerata Kadar Lipid Melosira sp.
pada Perlakuan Kadar Nitrat yang
Berbeda (gr)
Perlakuan
Kadar Nitrat
Rerata Kadar Lipid
(%) ± SE
1,47 M 6,22a
± 0,19
7Jurnal RISENOLOGI KPM UNJ Vol. 2 Edisi 1, April 2017
ISSN. 2502-5643
1,17 M 6,47a
± 0,86
0,88 M 7,66b
± 0,99
0,58 M 11,86c
± 0,15
Ket: Angka yang diikuti oleh huruf yang
sama tidak berbeda nyata pada
α=0,05 uji Duncan.
Kadar lipid tertinggi diperoleh pada
perlakuan kadar nitrat yang terendah
yaitu 0,58 M, hal ini seuai dengan
penelitian yang dilakukan oleh
Panggaben, 2012 namun pada jenis
mikroalga yang berbeda. Kondisi stress
kekurangan N menyebabkan
terganggunya sistesis membrane lipid
yang mengandung komponen asam-asam
lemak tidak jenuh dan menyebabkan
terjadinya akumulasi asam-asam lemak
netral cadangan dalam sel dalam bentuk
triacylglycerol (TAG) pada alga (Hu et
al., 2008). Akumulasi asam lemak inilah
yang diinginkan dalam aplikasi
mikroalga sebagai sumber bahan
alternatif pengganti bahan bakar fosil.
Nitrat (NO3-
) adalah bentuk utama
nitrogen di perairan alami dan
merupakan nutrient utama bagi
pertumbuhan tanaman dan alga. Nitrat
digunakan oleh mikroalga untuk
melangsungkan metabolisme dan
bereproduksi (Bergman 1999: Bagus Ida
2015). Kandungan lipid dalam mikroalga
biasanya dalam bentuk gliserol dan asam
lemak. Akumulasi lipid biasanya terjadi
dalam periode tekanan lingkungan,
termasuk dalam kondisi kekurangan
nutrien ketika masa pertumbuhan. Dalam
beberapa kasus, senyawa lipid bisa
ditingkatkan dengan melakukan
pemiskinan nitrogen dengan faktor
tekanan yang lain (Kawaroe et al., 2010).
Mikroalga memiliki sIstem metabolisme
yang ada di protoplasma, pada
konsentrasi nitrogen rendah seluruh alga
memiliki kandungan dan produktivitas
yang tinggi, sebaliknya pada konsentrasi
nitrat yang tinggi kandungan
produktivitas lipidnya rendah. Hal ini
sesuai dengan pendapat Borowitzka
(1988) yang menyatakan bahwa pada
konsentrasi nitrogen yang rendah,
mikroalga mengandung banyak lipid.
Kimball (1991) berpendapat bahwa ada
hubungan metrabolisme antara
karbohidrat, protein dan lemak yaitu
kompetisi asetil ko-A, yang merupakan
precursor pada beragam jalur biosintesis
seperti lemak, protein dan karbohidrat.
Kadar nitrat 0,58 M dibawah standar
kadar nitrat pada medium f/2 yaitu 0,88
M, sehingga dapat diartikan bahwa pada
kondisi tersebut mikroalga berada dalam
stress lingkungan. Pada kondisi ini,
mikroalga akan cenderung membentuk
lipid sebagai cadangan makanan daripada
membentuk karbiohidrat dan senyawa
lainnya. Hal ini disebabkan karena
mikroalga lebih banyak menggunakan
atom karbon untuk membentuk lipid
daripada karbohidrat, sebagai akibat
meningkatnya aktifitas enzim asetil ko-A
karboksilase (Sheehan et al., 1998).
Berikut gambar destilat lipid.
Gambar 4. Destilat lipid Melosira sp.
kadar nitrat: 0,58 M ulangan ke-1
(A); 0,58 M ulangan ke-2 (B);
0,58 M ulangan ke-3 (C); 0,88 M
ulangan ke-1 (D); 0,88 M ulangan
ke-2 (E); 0,88 M ulangan ke-3 (F);
1,17 M ulangan ke-1 (G); 1,17 M
ulangan ke-2 (H); 1,17 M ulangan
ke-3 (I); 1,47 M ulangan ke-1 (J);
1,47 M ulangan ke-2 (K); 1,47 M
8 Dwi Oktaviani – Pengaruh Kadar Nitrat
ISSN. 2502-5643
ulangan ke-3 (L).
D. Pengaruh Kadar Nitrat terhadap Laju Pertumbuhan, Biomassa dan
Kadar Lipid Melosira sp.
Tabel 4. Rerata Laju Pertumbuhan, Biomassa dan Kadar Lipid Melosira sp. pada Kadar
Nitrat yang Berbeda
Berdasakan data di atas dapat
diketahui bahwa semakin tinggi kadar
nitrat yang diberikan pada kultur
Melosira sp., maka semakin tinggi pula
laju pertumbuhan dan biomassa Melosira
sp. Namun, semakin tinggi kadar nitrat
yang diberikan pada kultur Melosira sp.,
kadar lipid yang dihasilkan semakin
rendah. Hal ini dapat dijelaskan bahwa
kadar nitrat 1,17 M merupakan batas
kritis pertumbuhan vegetatif, karena
pada kadar nitrat yang lebih tinggi, yaitu
1,47 M, laju pertumbuhan (growth rate)
mikroalga Melosira sp. tidak berbeda
jauh dengan 1,17 M. ketika organisme
fotosintetik memasuki masa vegetatif,
maka organisme tersebut sangat
membutuhkan unsur hara N, sehingga
saat itu unsur hara N berperan vital bagi
organisme tersebut. Unsur hara ini
memiliki fungsi mensitensis klorofil
yang kemudian digunakan organisme
fotosintetik untuk fotosintesis (Bojovic,
2009).
Semakin tinggi kadar nitrat,
biomassa juga semakin tinggi, namun,
kadar lipidnya jutru rendah. Hal ini dapat
dijelaskan bahwa pada saat mikroalga
dikultur pada kondisi stress nutrien,
proses metabolismenya akan terganggu,
yaitu adanya kompetisi antara
pembentukan biomassa dan TGA melalui
proses asimilasi fotosintesis dan
mengubah jalur metabolisme untuk
menstimulasi biosintesis lipid. Hal ini
sesuai dengan penelitian yang dilakukan
oleh Fakhry dan Maghraby, 2015 yaitu
terdapat korelasi terbalik antara kadar
nitrat yang diberikan pada kultur
Nannochloropsis salina dengan kadar
lipid yang diproduksinya.
Kondisi stress nutrien
memungkinkan senyawa piruvat yang
dihasilkan dari proses glikolisis akan
dikonversi menjadi asetil ko-A oleh
kompleks enzim piruvat dehidrogenase
yang terdapat di plastida. Asetil ko-A
yang dihasilkan dari piruvat selanjutnya
diaktifkan menjadi malonil ko-A yang
dikatalis oleh kompleks enzim asetil ko-
A karboksilase. Malonil ko-A menyusun
donor karbon untuk masing-masing
siklus lintasan biosintesis asam lemak.
Asam lemak dihasilkan melalui
kompleks multi subunit yang tersusun
oleh enzim fatty acid synthase. Asam
lemak yang telah dihasilkan kemudian
diaktivasi untuk menggabungkan asam
lemak tersebut ke membran lipid
(Campbell, 2008). Akumulasi lipid saat
mikroalga berada pada kondisi nitrat
yang rendah distimulasi oleh enzim
isocitrate dehydrogenase (Spolaore et al.,
2006).
9Jurnal RISENOLOGI KPM UNJ Vol. 2 Edisi 1, April 2017
ISSN. 2502-5643
KESIMPULAN
Berdasarkan hasil penelitian, dapat
disimpulkan bahwa:
1. Terdapat perbedaan laju
pertumbuhan pada setiap perlakuan
(terima H1), hasil yang menunjukkan
signifikan (significant) yaitu pada
perlakuan kadar nitrat 1,47 M.
2. Terdapat perbedaan bobot biomassa
pada setiap perlakuan (terima H1),
hasil yang menunjukkan signifikansi
tinggi (highly significant) yaitu pada
perlakuan kadar nitrat 1,47 M.
3. Terdapat perbedaan kadar lipid pada
setiap perlakuan (terima H1), hasil
yang menunjukkan signifikansi
tinggi (highly significant) yaitu pada
perlakuan kadar nitrat 0,58 M
DAFTAR PUSTAKA
Amalia, D. R. N. 2013. Efek Temperatur
terhadap Pertumbuhan Gracilaria
verrucosa. Skripsi. Jember:
Fakultas Matematika dan Ilmu
Pengetahuan Alam Universitas
Jember.
Arinardi,O. H, Trimaningsih dan
Sudirdjo. 1994. Pengantar tentang
Plankton serta Kisaran
Kelimpahan dan Plankton
Predominan di Sekitar Pulau Jawa
dan Bali. Jakarta: Puslitbang
Oseanologi-LIPI
Bagus, Ida Gede Brahmantara. 2015.
Pengaruh Konsentrasi
Penambahan Sodium Nitrat dan
Sodium Fosfat pada Media
Guillard terhadap Konsentrasi
Biomassa Dan Lemak Mikroalga.
Nannochloropsis sp. Skripsi. Bali:
Fakultas Teknologi Pertanian
Universitas Udayana.
Bahrens, P.W. 2005. Photobioreactors
and Fermentors: The Light and
Dark Sides of Growing Algae. In:
R.A. Anderson (Ed.). Algal
Culturing Techniques Elsevier
Acad: 189-203.
Balai Budidaya Laut. 2002. Budidaya
Fitoplankton dan Zooplankton.
Balai Budidaya Lampung. Dirjen
Budidaya. Kementerian Kelautan
dan Perikanan: 13–55.
Berg, J.M.; Tymoczko, J.L.; and Stryer,
L. 2002.Biochemistry 5th Edition.
WHFreeman: 108-109.
Bligh, EG & Dyer WJ. 1959. A Rapid
Method for Total Lipid Extraction
an Purification. Biochem
Physiol.37: 911-917.
Bojovic, B., dan A. Markovic. 2009.
Correlation Between Nitrogen
Content and Chlorophyll Conten in
Wheat. Kragujevac Journal Sci.
31: 69-74.
Borowitzka, M.A. 1988. Algal Growth
Media And Sources Of Algal
Cultures. In : Borowitzka, M.A &
L.J Borowitza (Eds) Microalga
Biotechnology. Cambridge:
Cambridge University Press: 456-
465.
Borowitzka, Michael A., Moheimani,
Navid Reza (Eds.). 2013. Algae for
Biofuels and Energy. New York:
Springer.
Burrell, R.C dan T.G. Phillips. 1925. The
Determinations of Nitrate Nitrogen
in Plants. Journal of Biological
Chemistry. 65: 229-234.
Chrismadha, T, Panggabean, LM, &
Mardiati, Y. 2006. Pengaruh
Konsentrasi Nitrogen dan Fosfor
terhadap Pertumbuhan,
Kandungan Protein, Karbohidrat
dan Fikosianin pada Kultur
Spirulina fusiformis, Berita
Biologi. 8: 163-169.
Colby, DS.1988. Biokimia. Alih Bahasa:
Adji Dharma, EGC, Jakarta.
Dennis, D.T. dan D.H. Turpin. 1997.
Plant Metabolism. Singapore:
Addison Wesley Longman
Singapore Ltd.
10 Dwi Oktaviani – Pengaruh Kadar Nitrat
ISSN. 2502-5643
Dwidjoseputro, D. 1978. Pengantar
Fisiologi Tumbuhan. PT
Gramedia, Jakarta.
Endar, Vivi Herawati et al. 2012.
Pengaruh Penggunaan Dua Jenis
Media Kultur Teknis yang
Berbeda terhadap Pola
Pertumbuhan, Kandungan Protein
dan Asam Lemak Omega 3 EPA
(Chaetoceros gracilis).Journal of
Aquaculture Management and
Technology. 1: 221-235.
Ernest, 2012.Pengaruh Kandungan Ion
Nitrat terhadap Pertumbuhan
Nannochloropsis sp.
Skripsi.Depok: Universitas
Indonesia.
Fogg, G. E. 1987. Algal Cultures and
Phytoplankton Ecology. London:
The Univercity of Wiconsin Press,
Ltd.
Ghosh, M dan J. P. Gaur. 1998. Current
Velocity and Establishment of
Stream Algal Periphyton
Communities. Aquatic Botany.
60:1-10.
Gomez, Kwanchai dan Gomez, Arturo.
1984. Statistical Procedures for
Agricultural Research. US: A
Wiley-Interscience Publication.
Grima, E.M., Belarbi, F.G.A., Medina,
A.R., Chisti, Y. 2003. Recovery of
Microalgal Biomass and
Metabolites :Process Options and
Economics. Biotechnol Adv. 20:
491-515.
Gross J. 1991.Pigments in Vegetables,
Chlorophyls and Carotenoids.
New York: Van Nostrand
Reinhold.
Guillard, R.R.L. 1975. Culture of
Phytoplankton for Feeding Marine
Invertebrates. pp 26-60. In Smith
W.L. and Chanley M.H (Eds.)
Culture of Marine Invertebrate
Animals.Plenum Press, New York,
USA.
Hansen. 2000. Laboratory Procedures
“Hemacytometer”. University of
Florida.
Harahap, PS, Susanto, AB,
Susilaningsih, D, dan Delicia, YR.
2013.Pengaruh Substitusi Limbah
Cair Tahu untuk Menstimulasi
Pembentukan Lipida pada
Chlorella sp. Marine Research. 2:
80-86.
Harun, R., Singh, M., Forde, G.M.,
Danquah, M.K.2010.Bioprocess
Engineering of Microalgae to
Produce a Variety of Consumer
Products.Renewable and
Sustainable Energy Reviews.14:
1037–1047.
Hu Q, et al. 2008. Microalgal
Triacylglycerols as Feedstocks for
Biofuel Production: Perspectives
and Advances. Plant J. 54: 621-
639.
Hu, H dan Gao, K. 2006. Response of
Growth and Fatty Acid
Compositions of Nannochloropsis
sp. to Environmental Factors
Under Elevated CO2
Concentration. Biotechnology
Letters. 28: 987–992.
Instruksi Presiden Republik Indonesia
Nomor 1 Tahun 2006 Ttentang
Penyediaan dan Pemanfaatan
Bahan Bakar Nabati (Biofuel)
sebagai Bahan Bakar Lain.
Jones, et al. 2012.Extraction of Algal
Lipids and Their Analysis by
HPLC and Mass Spectrometry.J.
Am. Oil Chem. Soc. 89: 1371–1381
Kawaroe et al. 2010. Mikroalga Potensi
dan Pemanfaatannya untuk
Produksi Bio Bahan Bakar. Bogor:
IPB Press.
Kimball, J.W. 1991. Biologi. Erlangga.
Jakarta
Kuhl, A. 1974.Phosporus.In Stewart,
W.D.P. (Ed.) Algal Physiology and
Biochemistry.Blackwell Scien:
610-654.
11Jurnal RISENOLOGI KPM UNJ Vol. 2 Edisi 1, April 2017
ISSN. 2502-5643
Kurniawan H, Gunarto L.1999.Aspek
Industri Sistem Kultivasi Sel
Mikroalga Imobil.Jurnal Tinjauan
Ilmiah Riset Biologi dan
Bioteknologi Pertanian.2: 2.
Lakitan, B. 2011. Dasar-Dasar
Fisiologi Tumbuhan. Jakarta:Raja
Grafindo Persada.
Lavens, P. And P. Sorgeloos. 1996.
Manual on The Production and
Used of Live Food for
Aquaculture. FAO Fisheries
Techical Paper: 361.
Medina, Robles A., E. Molina Grima,
A. Gimenez Gimenez, and M. J.
Ibanez Gonzalez. 1998.
Downstream Processing of Algal
Polyunsaturated Fatty Acids.
Biotechnology Advances.16:517-
580.
Melosira sp.;
Structure.http://cfb.unh.edu. 2013.
Diakses pada Juli 2015.
Meng, Chen. et al. 2011. Effect of
Nutrrients and Growth and Lipid
Accumulation in the Green Algae
Dunaliella tertiolecta. Bioresource
Technology.102: 1649-1655.
Muntsji, A.R. 1972. Beberapa Aspek
Biologi Rumput Laut. Skripsi.
Bogor: Institut Pertanian Bogor
Fakultas Pertanian.
Nicholls, R.E. 1993. Hidroponik
Tanaman Tanpa Tanah. Semarang:
Dahara Prize: 85-86.
Nigam, Subhasha., Monika PR., &
Sharma R. 2011. Effect of
Nitrogen on Growth and Lipid
Content of Chlorella pyrenoidosa.
American Journal of Biochemistry
and Biotechnology.7: 126-131.
Nybakken, J., W. 1992. Biologi Laut;
Suatu Pendekatan Ekologis.
Jakarta: PT.Gramedia Pustaka
Utama.
Odum, E. P. 1971. Fundamentals of
Ecology.Philadelphia: W.B.
Sounders Company Ltd.
Panggabean & Sutomo. 2000.
Morfologi dan Reproduksi
Melosira sp. Pros. Sem. Nas.
Biologi XVI, Kampus ITB
Bandung: 388-393.
Panggabean Maria Lily Goretti dan
Sutomo.2012. Pertumbuhan
Biomasa, Klorofil-A, Asam Lemak
Mikroalga Melosira sp. Puslit
Oseanografi & Puslit Limnologi,
LIPI.38: 105-113.
Patil NB, Gajbhiye M, Ahiwale SS,
Gunjal AB, Kapadnis BP. 2011.
Optimization of indole 3-acetic
acid (IAA) production by
Acetobacter diazotrophicus L1
isolated from sugarcane. J.
Environ Sci. 2: 307-314.
Pescod, M.B. 1973. Investigation of
Rational Effluent and Stream
Standard for Tropical Countries.
Bangkok: AIT.
Pienkos, Philip T. and Al Darzins. 2009.
The Promise and Challenges of
Microalgal-Derived Biofuels.
Journal Biofpr.3:431–440.
Pranayogi, D. 2003. Studi Potensi
Pigmen Klorofil dan Karotenoid
dari Mikroalga Jenis Chlophyceae.
Lampung: Universitas Lampung.
Rawat, I., Ranjith Kumar, R., Mutanda,
T., and Bux, F. 2013. Biodiesel
from Microalgae: A Critical
Evaluation From Laboratory To
Large Scale Production. Appl.
Energy: 444–467.
Raymond, V. 1976.Plankton and
Producvity in the Ocean. UK:
Pergamon Pers Ltd
Romimohtarto, K., dan Juwana, S.
2001. Pengelolaan Sumberdaya
Wilayah Pesisir Secara
Berkelanjutan.Jakarta: Djambatan
Round et al. Press. 1990. Diatoms:
Biology and Morphology of the
Genera. UK: Cambridge
University.
12 Dwi Oktaviani – Pengaruh Kadar Nitrat
ISSN. 2502-5643
Round, F.E. 1973.The Biology Of
Algae. London : Edward Arnold:
278.
Salisbury, F. B dan C.W. Ross. 1992.
Fisiologi Tumbuhan Jilid 3.
Terjemahanoleh Diah R. Lukman
dan Sumaryono, 1995. Bandung:
ITB-Press.
Sarief, E. S. 1986. Ilmu
TanahPertanian. Bandung:
Pustaka Buana: 157.
Schuman dan Howarth. 1986. Diatoms
as Indicator of Pollution.
Proceeding of the Eighth The
International Symposium 1984 (ed.
M Richard).KLoeltz Scientific
Books: 757-766.
Setiawan, S., Sari, M., dan Yuliusman.
2008. Mekanisme Absorbsi CO2
dengan Menggunakan
Fitoplankton. Jurnal Ilmiah
Bioteknologi. 19: 115-119.
Setyaningsih et al.,2008. Ekstraksi
Senyawa Anti Bakteri Dari Diatom
Chaetoceros gracilis dengan
Berbagai Metode. Jurnal Biologi
Indonesia: 23-33.
Sharma. Y.C., Singh. B. 2008.
Advancements in Development
and Characterization of Biodiesel:
A Review. Fuel. 87: 2355-2373.
Sheehan et al. 1998.A Look Back at the
U.S. Department of Energy’s
Aquatic Species Program
Biodiesel from Algae. National
Renewable Energy Laboratory.
Sheng J., Vannela R., Rittmann BE.
2011. Evaluation of Methodsto
Extract and Quantify Lipids from
Synechocystis PCC 6803.
Bioresour Technol.102: 1697-
1703.
Sopandie, D. 1999. Differential Al
Tolerance of Soybean Genotypes
Related to Nitrate Metabolism and
Organic Acid Exudation.
Comm.Ag. 5: 13-20.
Sriharti dan Carolina. 1995. Kualitas
Algae Bersel Tunggal Chlorella
sp. pada Berbagai Media. Seminar
Ilmiah Hasil Penelitian dan
Pengembangan Bidang Fisika
Terapan. Balai Pengembangan
Teknologi Tepat Guna, Puslitbang
Fisika Terapan-LIPI, Subang.
Suslick, K. S. 1988. Ultrasounds: Its
Chemical, Physical and Biological
Effects. New York: VHC
Publishers.
Uduman, N., Qi, Y., Danquah, K., 2010.
Dewatering of Microalgal
Cultures: A Mojor Bottolneck to
Algae-Based Fuels. Journal of
Renewable Energy. 2:1-15.
Welch EB. 1980. Ecological Effect of
Waste Water. Cambridge:
Cambridge University Press.
Widianingsih, Hartati R, H Endrawati,
Yudiati E & Iriani VR. 2011.
Pengaruh Pengurangan
Konsentrasi Nutrien Fosfat dan
Nitrat Terhadap Kandungan Lipid
Total Nannochloropsis oculata.
Jurnal Ilmu Kelautan. 16: 24-29.
Widianingsih, Ridho A, Hartati R &
Harmoko.2008. Kandungan Nutrisi
Spirulina platensis yang dikultur
pada Media yang Berbeda. Jurnal
Ilmu Kelautan. 13: 167-170.
Widodo dan Suadi. 2006. Pengelolaan
Sumberdaya Perikanan Laut.
Yogyakarta.
Winarso, S. 2005. Kesuburan Tanah
Dasar Kesehatan dan Kualitas
Tanah. Yogyakarta: Gava Media.
Wirahadikusumah, Muhammad. 1985.
Biokimia: Metabolisme Energi,
karbohidrat dan Lipid. Bandung:
ITB-Press
13Jurnal RISENOLOGI KPM UNJ Vol. 2 Edisi 1, April 2017
ISSN. 2502-5643
ANALISIS PESEBARAN AIR LINDI DAN KAREKTERISASI BAWAH
PERMUKAAN AREA ALIH FUNGSI LAHAN TEMPAT PEMBUANGAN
AKHIR (TPA) SUKOLILO- SURABAYA SEBAGAI PERTIMBANGAN
PEMBANGUNAN
Lestari, PR.1)
, Harjo, TAB2)
, Gazali, I 3)
, Bahri, AS 4)
1234
Jurusan Teknik Geofisika-FTS
Institut Teknologi Sepuluh Nopember Surabaya
Email: lestariputririda@gmail.com , tricahyoagung81@gmail.com ,
Imamgazali31@gmail.com , syaeful_b@geofisika.its.ac.id
ABSTRAK
Sejak tahun 2001, tempat pembuangan akhir (TPA) Sukolilo di bagian timur
Surabaya, telah mengalami proses alih fungsi/rehabilitasi secara bertahap. Daerah tahap
1 yaitu TPA A telah beralih fungsi menjadi daerah pemukiman. Daerah tahap 2 yaitu
TPA B saat ini berupa terminal angkutan umum, balai kelurahan serta Taman Kota
Tematik (sakura) yang beberapa areanya masih berupa lahan kosong. Daerah tahap 3
yaitu TPA C saat ini berupa lahan terbuka dan beberapa areanya masih digunakan
sebagai tempat pembuangan sampah. Perubahan fungsi lahan TPA Sukolilo saat ini
telah mempengaruhi karakteristik bawah permukaannya yang berpengaruh pada
persebaran air lindi, sehingga perlu dikaji karakteristik bawah permukaannya. Air Lindi
yang merupakan polutan cair hasil pembusukan sampah dapat diketahui penyebarannya
melalui lapisan akuifer didaerah alih fungsi TPA. Telah dilakukan penelitian geofisika
dengan metoda geolistrik VES dan geolistrik tahanan jenis (Res-2D) menggunakan
konfigurasi Schlumberger, untuk menggambarkan litologi bawah permukaan terkini
dan informasi pola penyebaran lindi yang didasarkan pada karakteristik kelistrikan
bumi di bawah permukaan dari daerah tahap 1, tahap 2, dan tahap 3. Korelasi kedua
metode tersebut mempresentasikan kondisi bawah permukaan lahan bekas TPA
Sukolilo pasca rehabilitasi serta pola pesebaran lindi didaerah rehabilitasi. Hasil
penelitian ini dapat digunakan sebagai pertimbangan dalam pembangunan tata ruang
wilayah dan sistem pengelolaan sampah sebagai upaya manajemen lahan TPA untuk
mengurangi dampak negatif terhadap lingkungan menuju indonesia emas.
Kata kunci : Air Lindi, Litologi, Resistivitas, VES (Vertical Electric Sounding)
ABSTRACT
Since 2001, Sukolilo landfill where located in eastern of Surabaya, has undergone
over the function / rehabilitation phases. Phase 1 is the TPA A has been converted into
residential areas. Phase 2 is the TPA B has been converted into terminal, village hall
and the city park of Tematik (Sakura), where some areas are still a vacant land. Phasa
3 is the TPA C which is still in the form of open land and some of the area is still used
as a garbage dump. Land conversion at Sukolilo Landfill has affected the subsurface
characteristics that influence the spread of leachate, it is necessary to study of
characterization of the subsurface. Leachate is the liquid pollutant as the result of
14 Putri Rida Lestari. – Analisis Persebaran Air Lindi
ISSN. 2502-5643
garbage decomposition which spreading can be seen through the aquifer layer over the
function of the landfill area. Geophysical studies have been conducted with VES
(Vertical Electric Sounding) and resistivity (Res-2D) using Schlumberger
configuration, to describe the current subsurface lithology and information
dissemination patterns leachate which is based on the electrical characteristics of the
Earth's subsurface of areas phase 1,phase 2, and phase 3. The correlation of both
methods are represented the subsurface condition of the former landfill Sukolilo’s
current post- rehabilitation and the rehabilitation area leachate’s disemenation
pattern. The results of this study are used as consideration in the development of
spatial and waste management systems as landfill management efforts to reduce the
negative environmental impacts towards a better indonesia.
Keywords: Leachate, Lithology, Resistivity, VES (Vertical Electric Sounding)
PENDAHULUAN
Sampah merupakan polutan umum
yang dapat menyebabkan turunnya
kesehatan, estetika lingkungan dan
lainnya. Dalam pengelolahan sampah,
dibutuhkan suatu tempat pembuangan
akhir. Tempat pembuangan akhir
memiliki berbagai permasalahan yang
kompleks. Sampah yang berasal dari
bahan organik ,non organi, limbah cair
dan limbah padat di tempat pembuangan
terbuka cenderung menghasilkan produk
cair yang disebut “air lindi”. Lindi
mengandung berbagai kontaminan
berbahaya dan logam berat. Air lindi
berdampak negatif terhadap kualitas
tanah dan air permukaan. Terdapat
banyak tempat pembuangan sampah
yang secara geologis tidak memadai
sehingga meningkatkan kerentanan
terhadap dampak negatif sampah di
sekitarnya.
Surabaya bagian timur, memiliki
tempat pembuangan akhir (TPA)
Sukolilo. Sejak tahun 2001, telah
mengalami proses alih fungsi/rehabilitasi
yang dilakukan secara bertahap. Daerah
tahap 1 (satu) ,yaitu TPA telah
mengalami alih fungsi menjadi daerah
pemukiman. Daerah tahap 2 (dua) yaitu
daerah TPA B, saat ini berupa terminal
angkutan umum, balai kelurahan,serta
Taman Kota Tematik (Sakura). Beberapa
area tahap 2 (dua) masih berupa lahan
kosong. Daerah tahap 3 yaitu TPA C
berupa lahan terbuka dan beberapa
areanya,masih digunakan sebagai tempat
pembuangan sampah, salah satu hal yang
sering terjadi adalah rembesan lindi
akibat dari sampah organik dan
anorganik tidak dipisahkan di TPA. Air
tanah yang tercemar oleh limbah cair
(logam berat atau fluida beracun) dapat
membahayakan masyarakat sekitarnya,
oleh karena itu diperlukan pemetaan
bawah permukaan untuk menentukan
penyebaran air lindi.
Untuk mengetahui karakteristik
bawah permukaan, dapat dilakukan
pengambilan sampel tanah melalui
metode pengeboran. Akan tetapi
diperlukan biaya yang mahal dengan
cakupan area yang sempit. Diperlukan
metode yang lebih ekonomis dalam
memetakan pencemaran air tanah dengan
hasil yang efektif. Salah satunya adalah
metode geolistrik. Metode geolistrik
adalah metode dalam geofisika yang
sering di pakai dalam pendeteksian air
bawah permukan [5]. Metode geolistrik
resistivitas dapat dibagi menjadi dua
kelompok besar yaitu metode resistivitas
mapping dan sounding atau VES -
Vertical Electric Sounding. Pada
penelitian ini digunakan konfigurasi
15Jurnal RISENOLOGI KPM UNJ Vol. 2 Edisi 1, April 2017
ISSN. 2502-5643
Schlumberger, karena memiliki penetrasi
kedalaman yang baik.
Pesebaran air lindi dapat dilihat
dengan memanfaatkan sifat fisis berupa
resisitivitas. “Air lindi” dapat
mempengaruhi nilai resistivitas karena
sifatnya yang konduktif. Pengaplikasian
metode geolistrik pada daerah TPA
terbukti memberikan hasil yang bagus
pada penelitian-penelitian sebelumnya.
Tujuan dari penelitian ini adalah untuk
memetakan pola persebaran air lindi dan
karekterisasi bawah permukaan area alih
fungsi tempat pembuangan akhir (TPA)
Sukolilo Surabaya. Hasil yang
didapatkan dapat digunakan sebagai
kajian dalam manajemen lahan TPA
untuk mengurangi dampak negatif
terhadap masyarakat di sekitar daerah
penelitian.
METODE PENELITIAN
Pada TPA Sukolilo telah dilakukan
kajian pola penyebaran air lindi dengan
menggunakan metode geolistrik (VES-
Vertical Electric Sounding dan
Resistivitas2D). Penelitian ini di awali
dengan survei topografi (Gambar 1).
Pengukuran dilakukan di sepanjang
daerah TPA A, B, dan C dengan profil
AA’, BB’, CC1’, CC2’ dan VES.
Penelitian ini terbagi ke dalam 4
kegiatan utama yaitu pemetaan daerah
pengukuran, pengambilan data,
pemrosesan data serta interpretasi data.
Pemetaan lokasi dilakukan untuk
menentukan panjang lintasan dan titik
pengukuran.Seluruh titik pengukuran
ditentukan dengan menggunakan GPS
(Global Positioning System) untuk
memperoleh koordinat titik pengukuran.
Hasil pemetaan lokasi didapatkan 3 titik
pengambilan data VES dan 4 titik
pengambilan data Res2D. Pengukuran
yang dilakukan dalam penelitian ini
menggunakan metode geolistrik VES-
Res2D dengan konfigurasi
Schlumberger. Pada konfigurasi
Schlumberger spasi antara dua elektroda
potensial dibuat sama akan tetapi dua
elektroda arus jaraknya diubah- ubah
(diperbesar). Desain pengambilan data ,
dapat dilihat pada gambar 1. Pengukuran
dilakukan di 4 lokasi dalam waktu yang
berbeda. Adapun tahapan penelitiannya
ditunjukkan pada gambar 2. Obyek dari
penelitian ini adalah polutan sampah atau
air lindi yang berasal dari pembusukan
sampah di sekitar TPA Keputih Sukolilo
Surabaya . Air lindi yang terdapat di
bawah permukaan tanah dapat terdeteksi
dari perbedaan nilai resistivitasnya.
Keberadaan air lindi juga didukung
dengan jenis litologi daerah penelitian.
Bahan dan peralatan yang digunakan
dalam penelitian ini adalah sebagai
berikut:
 GPS (Global Positioning
System) 1 set
 Resistivitymeter 1 set
 Elektrode besi dan tembaga 17
set
 Kabel roll 4 set
Gambar 1. Desain Penelitian pada TPA
Sukolilo
16 Putri Rida Lestari. – Analisis Persebaran Air Lindi
ISSN. 2502-5643
Gambar 2. Tahapan Penelitian
Penelitian ini dilakukan di area alih
fungsi lahan tempat pembuangan akhir
(TPA Keputih). Area tersebut terbagi ke
dalam 4 tempat yang berbeda. Lokasi
pengambilan data disajikan pada
gambar 3. Jenis data yang diperlukan
adalah data primer dan data sekunder
[8]. Data primer diperoleh melalui
pengukuran secara langsung di area alih
fungsi lahan TPA Keputih Sukolilo.
Data sekunder diperoleh dari
instansi/lembaga (Pusat Sumber Daya
Geologi) berupa peta geologi daerah
penelitian. Berdasarkan peta
geologi,daerah penelitian termasuk pada
satuan aluvium yang memiliki litologi
kerikil,kerakal dan lempung [9]. Daerah
penelitian berada pada garis merah
gambar 4. Data sekunder juga diperoleh
melalui studi pustaka nilai resisitivitas
batuan dan fluida yang terdapat pada (
tabel 1) dan (tabel 2).
Gambar 3. Lokasi Penelitian
Air lindi merupakan cairan yang
relatif konduktif sehingga memiliki nilai
resistivitas yang kecil. Air lindi maupun
tanah yang tersaturasi dengan lindi dapat
bernilai dibawah 10 ohm.meter.
Gambar 4. Peta Geologi Surabaya (PSDG,
1992)
HASIL DAN PEMBAHASAN
Hasil pengolahan data resisitivitas2D
pada TPA A ditunjukkan oleh gambar 5.
Panjang lintasan 70 meter pada TPA A,
dihasilkan penampang yang
memvisualisasikan bawah permukaan
hingga kedalaman 12,4 meter. Pada
penampang AA’ di kedalaman 3,75-,26
meter didominasi oleh warna biru yang
memiliki rentang resisitivitas antara
0,21-1,78 ohm meter. Rentang
resisitivitas tersebut diinterpretasikan
sebagai salah satu jenis fluida yaitu air
17Jurnal RISENOLOGI KPM UNJ Vol. 2 Edisi 1, April 2017
ISSN. 2502-5643
lindi. Hal tersebut terjadi karena lindi
memiliki sifat yang konduktif sehingga
resistivitasnya rendah.
Pada TPA B Keputih, Sukolilo
dihasilkan 3 (tiga) perlapisan tanah
seperti pada gambar 10. Perlapisan tanah
pertama berada pada kedalaman 0-3
meter memiliki nilai konduktivitas
rendah (nilai resistivitas tinggi) yaitu
antara 10-100 ohm meter. Pada
perlapisan ke 2 (dua) memiliki nilai
konduktivitas yang tinggi sehingga
resistivitasnya rendah yaitu 1-10 ohm
meter yang terdapat pada ke dalaman 3-
14 meter. Berdasarkan tabel nilai
resistivitas (tabel 2), maka dapat kita
interpretasikan lapisan tanah pada TPA
Keputih, Sukolilo. Pada lapisan 1 (satu)
merupakan lapisan tanah lapuk yang
bercampur dengan sampah organik
maupun non organic (lapisan topsoil).
Pada lapisan ke-2 (dua) merupakan
lapisan akuifer berupa clay. Sistem tanah
yang memiliki nilai konduktifitas yang
tinggi, umumnya memiliki ruang pori
yang terisi oleh fluida. Lapisan ke-3
(tiga) di identifikasi sebagai lapisan yang
terkontaminasi lindi dengan nilai
resistivitas yang sangat rendah/bersifat
konduktif. Informasi litologi bawah
permukaan (perlapisan bawah
permukaan) didapatkan dari pengukuran
menggunakan metode VES pada semua
titik. VES (Vertical Electric Sounding).
memiliki kemampuan untuk
mempresentasikan litologi bawah
permukaan melalui parameter yaitu nilai
resistivitas yang didapatkan (p),
kedalaman litologi (h), serta ketebalan
lapisan(d). Analisis pengolahan data VES
juga dilakukan pada masing-masing titik
pengukuran dengan tujuan agar
didapatkan korelasi hasil dari masing
masing titik pengukuran.
Gambar 5. Penampang Resisitivitas2D AA’ pada TPA A Sukolilo
Analisis pengolahan data VES juga
dilakukan pada masing-masing titik
pengukuran dengan tujuan agar
didapatkan korelasi hasil dari masing
masing titik pengukuran. Analisis VES
per titik didapatkan hasil yang relatif
sama. Pada titik pertama yang terdapat
pada gambar 7. didapatkan 3 (tiga)
litologi berbeda dengan litologi pertama
memiliki resistivitas 17,17 ohm meter.
yang terdapat pada kedalaman 1,21
meter. Litologi tersebut di interpretasikan
sebagai topsoil yang terdapat pasir
sisipan lempung didal. Hal tersebut
didukung dengan letaknya yang dekat
dengan permukaan. Litologi yang ke-2
(dua) didapatkan nilai resistivitas 2,78
ohm meter dengan kedalaman 13,17
meter. Litologi ini diinterpretasikan
sebagai lempung yang telah
18 Putri Rida Lestari. – Analisis Persebaran Air Lindi
ISSN. 2502-5643
terkontaminasi oleh air lindi, sehingga
memiliki resistivitas yang rendah, litologi
ke-3 dengan resistivitas 0,3 diinterpretasi
sebagai air tanah. Pada titik ke-2 (dua)
yang terdapat pada gambar 8, didapatkan
3 litologi. Litologi yang pertama
menunjukkan nilai resistivitas yang
tinggi yaitu 72,24 ohm meter. Litologi ini
diinterpretasi sebagai topsoil. Hal
tersebut didukung dengan letaknya yang
berada dekat dengan permukaan yaitu
pada kedalaman 0,3 meter. Litologi ke-2
memiliki resistivitas 4,6 ohm meter,yang
di interpretasikan sebagai clay. Litologi
ke 3 diinterpretasi sebagai air lindi yang
memiliki sifat konduktif. Hasil titik
sounding ke-3 (tiga) seperti pada gambar
9. Pada lapisan yang pertama di
interpretasikan sebagai topsoil dengan
ketebalan dan kedalaman 1.134
meter dan nilai resisitivitasnya
14.04 ohm.meter. Litologi dari lapisan
ke-2 (dua) diduga berupa lempung yang
terkontaminasi oleh air lindi dengan nilai
resistivitas 2.268 ohm.meter dan
ketebalan lapisan 18.93 meter,
pada kedalaman 17.79 meter.
Gambar 6. Hasil Data VES pada Semua
Titik
Gambar 7. Hasil Pengolahan Data VES
titik ke-1
Gambar 8. Hasil Pengolahan Data VES
titik ke-2
Gambar 9. Hasil Pengolahan Data VES
titik ke-3
Pada TPA B juga dilakukan
pengukuran resistivity2D, dengan
panjang lintasan 50 meter ke arah urata-
selatan. Sehingga diperoleh hasil
resistivity2D penampang TPA B seperti
pada gambar 10. Diinterpretasikan
bahwa air lindi berada hingga
kedalaman 8-10 meter dengan nilai
resistivitas 1-5 ohm meter. Air lindi di
interpretasikan dengan wara biru muda
hingga biru tua.
19Jurnal RISENOLOGI KPM UNJ Vol. 2 Edisi 1, April 2017
ISSN. 2502-5643
Model resistivitas pada TPA C
dengan profil CC’1 yang berarah dari
utara ke selatan dengan panjang
lintasan 100meter Gambar 11, setelah
dilakukan inversi mengguanakan
RES2DINV terdapat tren penurunan
nilai resistivitas 3-0.56 ohm.meter.
Pada kedalaman 3.75-7 meter. Nilai
resistivitas rendah ini dominan di
sepanjang meter 10 sampai 90.
Penurunan dari nilai resistivitas dalam
profil 2D ini diakibatkan karena
kontaminasi dari air lindi. Penyebaran
air lindi berarah secara horizontal pada
kedalam tersebut.
Pada pengukuran CC2’pada TPA C
memiliki panjang lintasan 45 meter
berarah utara kesalatan dengan spasi
elektroda 3 meter. Setelah dilakukan
inversi menggunakan least square
inversion pada resistivitas yang
dihasilkan menggunakan software
RES2DINV dihasilkan penampang
resistivitas CC2’ Gambar 12. Pada
penampang tersebut di dapatkan
kedalaman sampai 9.56 meter.
Penyebaran lindi berarah secara
vertikal yang ditemukan pada meter ke-
6 (enam) hingga ke-21 dengan rentang
nilai resistivitas 0.133-3.08 ohm.meter
dan kedalaman mulai dari 3.8 meter.
Gambar 10. Penampang Reisitivitas2D BB’ pada TPA B Sukolilo
Gambar 11. Penampang Resisitivitas2D Line CC1’ pada TPA C
20 Putri Rida Lestari – Analisis Persebaran Air Lindi
ISSN. 2502-5643
Gambar 12. Penampang Resisitivitas2D Line CC2’ pada TPA C
Pesebaran lindi pada masing-masing
daerah penelitian menunjukkan
perbedaan. Pada TPA A pesebaran
resisitivitas rendah (warna biru) yaitu
0,9-2,7 ohm meter berada dibagian barat,
seperti yang ditunjukkan pada gambar 13
penampang kontur TPA A.
Gambar 13. Penampang kontur TPA A
Pada kontur penampang TPA B
gambar 14, pesebaran resisitivitas rendah
yaitu 0,9-2,7 ohm meter berada di bagian
barat dan utara. Bagian barat dekat
dengan lokasi terminal angkutan kota dan
Taman Tematik. Sementara kontaminasi
lindi yang terdapat di bagian utara dekat
dengan pemukiman.
Gambar 14. Penampang Kontur TPA B
Pada TPA C dilakukan pengukuran
di 2 (dua) tempat yang berbeda dengan
panjang lintasan yang juga berbeda. Pada
penampang kontur TPA C1 gambar 15,
memperlihatkan kontaminasi air lindi
ada di bagian barat dan timur. Distribusi
resistivitas yaitu 0,9-3,1 ohm m.
Pesebaran resistivitas rendah juga
bergerak ke arah timur dengan nilai
resistivitas 0,9-2,7 ohm m.
Gambar 15. Peta Kontur TPA C1
21Jurnal RISENOLOGI KPM UNJ Vol. 2 Edisi 1, April 2017
ISSN. 2502-5643
Gambar 16. Peta Kontur TPA C2
Pada penampang kontur gambar 16,
pesebaran resisitivitas rendah dominan
di bagian barat dengan nilai resistivitas
antara 0,2– 8 ohm m. Pada rentang
resistivitas ini daerah TPA C2 ini di
interpretasikan sebagai akuifer dangkal
yang tercemar oleh lindi.
KESIMPULAN
Pengukuran pesebaran air lindi
berdasarkan nilai resistivitas dengan
menggunakan metode Resistivity 2D
dan Vertical Electric Sounding dapat
disimpulkan bahwa:
1. Interpretasi peta kontur pada TPA
A, pada bagian barat memiliki nilai
resistivitas yaitu 0,9-2,7 ohm m.
Sedangkan penampang resistivity
2D diduga air lindi berada dibagian
barat pada kedalaman 3.75m – 9.2m
dengan nilai resistivitas 0,213-1,78
ohm m. Nilai resistivitas
tersebut diinterpretasikan sebagai air
lindi.
2. Pada TPA B yang telah beralih
fungsi menjadi balai kelurahan ,
terminal angkutan umum dan taman
sakura, air lindi diduga pada
kedalaman 8-10 m dengan nilai
resisitivitas 1 ohm m, sedangkan
dari analisis peta kontur interpretasi
lindi memiliki nilai resisitivitas
yaitu 0,9-2,7 ohm m.
3. TPA daerah C1 ditemukan adanya
kontaminasi air lndi di sepanjang
titik pengukuran 10-90 meter
dengan tren penurunan nilai
resistivitas(0.56-3 ohm.m) pada
kedalaman 3.75 meter samapai 7
meter, sedangkan pada analisis peta
kontur lindi memiliki resistivitas
0,9-3,1 ohm m.
4. Pada daerah TPA C2, pada analisis
peta kontur, lindi dominan
memiliki nilai resistivitas antara 0,2
– 8 ohm m.
5. Litologi daerah penelitian TPA
Sukolilo berupa lapisan tanah lapuk
yang bercampur dengan sampah
organik maupun non organik dan
lapisan clay diarea penelitian
umumnya menjadi tempat air lindi
terkumpul.
DAFTAR PUSTAKA
Atekwa E.A., Sauck., W.A and
Werkema, D.D., (2000)
Investigations of Geolectrical
Signatures at a hydrocarbon
Contaminated Site. J , 167-180.
Bahri, A. (2000). Interpretasi Data
Resistivitas di TPA sukolilo.
Journal Purifikasi.
Bengston,L (1994). Water Balance for
Landfills of Different age.
Journal of Hydrology , 203-217.
Grandis, H dan Yudistira, T. 2002.
Pencitraan Konduktivitas Bawah
Permukaan dan APlikasinya
untuk Identifikasi Penyebaran
Kontaminan.
Kelly, W. (1976). Geoelectrical
Sounding for Delineating
groundwater contamination. 14,
hal. 1-10.
Koefoed. (1976). Resistivity Sounding
Measurements. Elsevier Science
Publising Company.
22 Putri Rida Lestari – Analisis Persebaran Air Lindi
ISSN. 2502-5643
Porsani L, F. W. (2004). The use of
GPR & VES in delineating a
Contamination Plume in a
Landfill Site . A case study in SE
Brazil. Journal of Applied
Geophysics , 155-199.
Pusat Sumber Daya Geologi
(1992).Peta Geologi Daerah
Surabaya.Robert,D.S. and David,
E.S.(1997). Phytoremediation of
metals: using plants to remove
pollutants from the environment.
Current Opinion in
Biotechnology. 1997, 8:221–226.
Sauck, W. A., 2000: A model for the
resistivity structure of LNAPL
plumes and their environs in
sandy sediments. J. App.
Geophys., 44, P. 151 – 165.
Sunarto. 1992. Analisa Pengukutan dan
Interpretasi Data pada Metode
Resisitivity Sounding Surabaya .
Jurusan Fisika.
Suparmanto. (2010). Kajian Penyebaran
Limba Cair ,Bawah Permukaan
Berdasarkan Sifat Kelistrikan
Batuan di Lokasi
Pembuangan Akhir (LPA)
Benowo Surabaya.
Telford, W.M.. 1990. Applied
Geophysics. London Cambridge
University Press
23Jurnal RISENOLOGI KPM UNJ Vol. 2 Edisi 1, April 2017
ISSN. 2502-5643
PENUNJUK ARAH CERDAS BERBASIS ATURAN FUZZY
(SEBUAH IDE IMPLEMENTASI DARI PENGGUNAAN
SENSOR LALU LINTAS)
Ditdit Nugeraha Utama 1)
, Redno Novicta Sari 2)
, Risa
Sekarningtyas 3)
, M. Habibullah 4)
, Anasta Wulandari 5)
,
Indriyani Eta Rahastri 6)
, Darnilia Nurul Sakina 7)
, M.
Miftahuddin 8)
, Hilda Cahyani 9)
Fakultas Sains dan Teknologi Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta
Email : rednons11@gmail.com
ABSTRAK
Kemacetan lalu lintas telah menjadi permasalahan klasik yang kerap dihadapi kota-
kota besar. Perempatan jalan, volume lalu lintas, ketidakdisiplinan para pengendara
kendaraan adalah berbagai potensi kemacetan di jalan raya. Kondisi ini merupakan
permasalahan multi dimensi yang harus diselesaikan dengan cara yang luar biasa.
Berbagai kajian ilmu di berbagai bidang keahlian telah urun ide untuk menyelesaikan
permasalahan ini. Salah satunya adalah keberadaan sensor otomatis untuk pendeteksian
jumlah kendaraan dalam kurun waktu tertentu, mengestimasi kepadatan kendaraan, dan
laju kendaraan di jalan raya. Dengan menggunakan metode fuzzy (bias) yang diterapkan
pada aturan fuzzy (fuzzy rules) serta terapkan melalui prinsip-prinsip konsep optimasi,
ide pemanfaatan sensor otomatis tersebut direalisasikan. Metode fuzzy adalah anak
cabang keilmuan informatika dan komputer, yang memungkinkan komputer dapat
menalar berbagai jenis bahasa alamiah manusia. Disini, aturan fuzzy digunakan untuk
mengidentifikasi kemungkinan kemacetan yang terjadi dan bagaimana aksi lanjutan atas
kemacetan tersebut. Dengan aturan fuzzy ini, data yang diperoleh dari sensor dikirim
dalam bentuk sinyal ke lampu lalu lintas dan palang definitif yang telah didesain
sedemikian rupa. Kendaraan yang berada pada lajur yang mengalami kepadatan tertentu
akan memperoleh dua lajur alternatif (smart direction atau arah cerdas), sementara
kendaraan pada lajur yang lain akan terus bergerak berdasarkan arah yang ditunjukkan
oleh lampu lalu lintas dan tindakan dari palang yang bekerja, sehingga tidak ada lajur
yang mengalami penumpukan kendaraan, dan memungkinkan kemacetan akan terurai
dengan sendirinya. Sistem usulan ini berjalan berdasarkan tingkat kepadatan kendaraan
tertentu yang dideteksi oleh sensor, artinya sistem ini berjalan secara fleksibal otomatis
(automated flexibly).
Kata kunci: fuzzy, kemacetan, lalu lintas, palang, sensor
24 Ditdit Nugeraha Utama – Penunjuk Arah Cerdas
ISSN. 2502-5643
ABSTRACT
Traffic congestion had been being a classic problem that metropolitan city faces
commonly. Road intersection, traffic volume, indiscipline drivers are several potential
of congestion on highway. This condition is a multidimensional problem that should
be resolved by an amazing way. Various science domain in various expertise
domain had contributed ideas to solve this problem. One is the existence of an
automatic sensor for detection the number of vehicles within a certain time, estimating
density of vehicle, and vehicle velocity on highway. By using fuzzy which is applied
to fuzzy rules, the idea of automatic sensor utilization is realized. Fuzzy method is
informatics and computer science subsidiary, which allows computer can detect
natural type various of human language. Here, fuzzy rules are used to identify possible
congestion that occur and further action over congestion. By using fuzzy rules, data is
obtained from sensors is sent as signal to traffic lights and definitive gate has been
designed in such a way. Vehicles are in the line which in a certain density will acquire
two-line alternatives (smart direction), while vehicle is on other line will be continue
to move to direction that is indicated by traffic lights and action of gate working, so no
line occur vehicle congested in density on one line or more. Thus, system is running in
accordance with vehicle density on a certain level in a line that is detected by sensor,
its mean that system is not going to running constantly if not detected vehicle density
Keywords: congestion, fuzzy, gate, traffic, sensor
PENDAHULUAN
Dewasa ini, kemajuan teknologi
berkembang dengan sangat cepat dan
memberikan pengaruh positif di dalam
penyelesaian masalah pada setiap aspek
kehidupan, termasuk permasalahan di
bidang lalu lintas dan transportasi.
Namun, kecanggihan alat teknologi
tinggi tersebut, tidak (belum) mampu
untuk menyelesaikan permasalahan
klasik di dalam lalu lintas dan
transportasi. Permasalahan klasik
tersebut adalah kemacetan.
Kemacetan lalu lintas merupakan
salah satu masalah luar biasa yang kerap
dihadapi oleh kota besar. Hal ini menjadi
masalah yang luar biasa sehingga
pemerintah perlu mencari cara yang tepat
dan efisien untuk memecahkan masalah
ini. Ketidakdisiplinan para pengguna
jalan dan masalah teknis merupakan
beberapa penyebab kemacetan lalu lintas
yang dapat dianggap dominan.
Beberapa penelitian berkenaan
dengan lalu lintas dan kemacetan ini
telah dilakukan banyak peneliti. Di
antaranya adalah Li et al. (2014) yang
mencoba membangun sebuah lalu lintas
cerdas untuk mengatasi kemacetan di
China; Zhang et al. (2014) yang mencoba
untuk mengembangkan sistem yang
dapat memperkirakan gambaran arus lalu
lintas jangka pendek di persimpangan
jalan di Beijing, China; atau untuk
memantau jalanan perkotaan di Italia,
Fancello et al. (2014) telah mencoba
mengembangkan model yang terintegrasi
untuk infrastruktur jalan perkotaan dan
me-record-nya.
Lebih lanjut, Yang et al. (2012)
mengusulkan sebuah model jaringan lalu
lintas transportasi yang akan dijadikan
sebuah model objek dari penggunaan lalu
lintas yang nantinya berfungsi untuk
25Jurnal RISENOLOGI KPM UNJ Vol. 2 Edisi 1, April 2017
ISSN. 2502-5643
merealisasikan semua jenis simulasi dari
berbagaai jenis kebiasan berlalu lintas di
jalan raya. Régine et al. (2015)
mengusulkan dua jenis metode yaitu
fokus pada pengurangan batas kecepatan
kendaraan dan menekankan pada
pengurangan kemacetan dijalan raya.
Lalu, Borg dan Scerri (2015)
mengusulkan model yang
menggambarkan pemblokiran di awal
persimpangan karena meluapnya antrian
lalu lintas dari adanya simpangan jalan di
lalu lintas lainnya. Khusus di kondisi
Jalan di Jakarta dan sekitarnya Utama et
al. (2016a) dan Utama et al. (2016b)
telah melakukan pemodelan untuk
mengurai kemacetan dengan
menggunakan metode utama water flow
algorithm (WFA).
Di dalam studi ini, kami melihat
fungsi lampu lalu lintas menjadi sangat
penting, bukan hanya untuk mengatur
arus kendaraan di persimpangan, namun
seharusnya menjadi solusi penunjuk arah
terbaik bagi para pengendara. Oleh
karena itu, dibutuhkan suatu sistem
cerdas yang mampu mengarahkan
kendaraan ke lajur tertentu. Sehingga,
jalur yang dipilih dan dilalui oleh si
pengendara, merupakan jalur terbaik
(jalur cerdas) untuk mengurangi
kemacetan.
Artikel ini diawali oleh bagian
pendahuluan. Kemudian empat bagian
berikutnya merupakan bagian
lanjutannya, yaitu kajian literatur,
metodologi penelitian, hasil dan diskusi,
kesimpulan dan penelitian lanjutan.
Artikel akan ditutup dengan daftar
pustaka yang merupakan rujukan
langsung artikel.
KAJIAN LITERATUR
Kemacetan
Kemacetan adalah kondisi dimana
arus lalu lintas yang lewat pada ruas
jalan yang ditinjau melebihi kapasitas
rencana jalan tersebut. Kondisi ini
mengakibatkan kecepatan bebas ruas
jalan tersebut mendekati atau melebihi 0
km/jam sehingga menyebabkan
terjadinya antrian. Pada saat terjadinya
kemacetan, nilai derajat kejenuhan pada
ruas jalan dapat dihitung, sebuah kondisi
dimana nilai derajat kejenuhan mencapai
lebih dari 0,5 akan menyebabkan
kemacetan (DJBM, 1997).
Lalu Lintas
Lalu lintas di dalam Undang-
Undang no. 22 Tahun 2009 tentang lalu
lintas dan angkutan jalan didefinisikan
sebagai gerak kendaraan dan orang di
ruang lalu lintas jalan. Sedangkan ruang
lalu lintas jalan adalah prasarana yang
diperuntukkan bagi gerak pindah
kendaraan, orang dan/atau barang yang
berupa jalan dan fasilitas pendukung.
Untuk mengendalikan pergerakan orang
dan atau kendaraan agar bisa berjalan
dengan lancar dan aman diperlukan
perangkat peraturan perundangan yang
sebagai dasar dalam hal ini Undang-
undang No. 22 tahun 2009 tentang lalu
lintas dan angkutan jalan (PRI, 2009).
Untuk mengatur padatnya lalu
lintas diperlukan rambu-rambu dan
petugas yang mengatur arus lalu lintas
untuk menghindari adanya penumpukan
kendaraan pada jalan raya. Lampu lintas
merupakan alat yang mengatur
pergerakan lalu lintas di persimpangan
jalan, melalui pemisah waktu berbagai
arah pergerakan yang saling
berpotongan. Pada umumnya, setiap
lampu lalu lintas memiliki tiga warna
yang menjadi tanda bagi
pengendara, yaitu:
1. Lampu menyala merah, memiliki
arti bahwa pengguna kendaraan
diharuskan untuk berhenti dan
memberikan jalan bagi pejalan kaki
untuk menyeberang jalan.
2. Lampu menyala kuning, memiliki
arti untuk memberikan peringatan
26 Ditdit Nugeraha Utama – Penunjuk Arah Cerdas
ISSN. 2502-5643
kepada pengguna kendaraan bahwa
lampu akan berganti warna.
3. Lampu menyala hijau, memiliki arti
bahwa pengguna kendaraan
diberikan waktu untuk melewati
jalan.
Volume Lalu Lintas
Volume lalu lintas didefinisikan
sebagai jumlah kendaraan yang lewat
pada satu titik di ruas jalan, atau pada
suatu lajur selama interval waktu
tertentu. Satuan dari volume secara
sederhana adalah “kendaraan”, walaupun
dapat dinyatakan dengan cara lain yaitu
satuan mobil penumpang (smp) tiap satu
waktu (Lindawati, 2012). Volume lalu
lintas dapat dinyatakan dalam persamaan
(1), dimana V adalah volume lalu lintas,
n adalah jumlah kendaraan, dan T adalah
interval waktu pengamatan.
METODE PENELITIAN
Rancangan Kegiatan
Uji coba model semua dilakukan di
dalam skala laboratorium (virtual
environment) dan menggunakan skema
perempatan jalan yang memiliki
separator di tiap jalan, sehingga terdapat
delapan lajur untuk desain lalu lintasnya.
Secara umum, penelitian ini terdiri
dari beberapa tahapan, di antaranya
adalah menentukan parameter yang
menjadi pertimbangan dalam menunjang
sistem ini, penentuan metode yang
digunakan, penentuan tujuan optimasi
dari sistem, dan rancangan model.
Keterkaitan parameter, fungsi atau
metode model, dan tujuan optimasi
digambarkan dalam sebuah influence
diagram (Gambar 1).
Gambar 1. Influence Diagram dan Skema Penelitian
Berdasarkan Gambar 1, parameter
utama yang dipertimbangkan di dalam
model ini adalah volume kendaraan,
kecepatan, waktu, lebar jalan, dan arus;
serta beberapa parameter turunan yang
lebih detail yang tidak tergambarkan di
Gambar 1. Sedangkan metode yang
digunakan dalam sistem model ini
adalah metode analisis matematika dan
forecasting, yang diatur dalam rencana
basis aturan (rule base). Basis aturan itu
sendiri didasarkan pada metode
logika fuzzy (logika bias; Zadeh, 1996).
Sedangkan untuk tujuan optimasi,
model ini didesain untuk dapat
mengurangi waktu tempuh si
kendaraan, mengurangi kemacetan lalu
lintas, mengurangi arus kendaraan,
memberikan petunjuk arah yang
disarankan untuk diikuti oleh para
pengendara.
27Jurnal RISENOLOGI KPM UNJ Vol. 2 Edisi 1, April 2017
ISSN. 2502-5643
HASIL DAN DISKUSI
Skema Umum Model Usulan
Salah satu produk dari penelitian ini
adalah desain lokasi dan penempatan
sensor dan palang, serta desain lampu
lalu lintas yang diletakan pada lokasi
perempatan delapan lajur. Beberapa
sensor yang digunakan adalah
merupakan hasil penelitian para peneliti
sebelumnya, yang terkait sensor lalu
lintas yang kemudian kami berikan
sedikit modifikasi. Sensor yang kami
gunakan terdiri dari sensor utama dan
sensor pendukung (Riyadi et al. 2014).
Sensor utama memungkinkan
berkomunikasi dengan lampu lalu lintas
dan dipasang di setiap ruas jalan sebagai
detektor kepadatan kendaraan. Cara
mendeteksi kepadatannya yaitu dengan
mengukur lamanya kendaraan menutupi
sensor, diasumsikan bahwa kendaraan
dikatakan berhenti apabila kendaraan
menutupi sensor tersebut selama tiga
detik.
Gambar 2. Gambaran Penempatan Sensor dan Palang
Disini modifikasi sensor pun
dilakukan. Dimana pada setiap lajur
yang berada di depan lampu lalu lintas
dilengkapi tiga pasang sensor dengan
jarak yang berbeda dan terletak di tepi
jalan, sementara lajur yang berada di
belakang lampu lalu lintas hanya hanya
dilengkapidengan dua pasang sensor
saja (Gambar 2).
Tiga sensor yang terpasang pada
tepi jalan tersebut memiliki level yang
berbeda, yaitu easy, medium dan hard.
Jika dilihat pada Gambar 2, sensor
dengan level easy berwarna ungu,
sensor dengan level medium berwarna
biru, dan sensor dengan level hard
berwarna hitam.
Gambar 3. Palang menutup ke tengah jalan
28 Ditdit Nugeraha Utama – Penunjuk Arah Cerdas
ISSN. 2502-5643
Sementara sensor pendukung yang
kami gunakan yaitu sensor-sensor yang
diambil dari hasil penelitian Liao et al.
(2012) dengan menggunakan sensor
tekanan, serta penelitian Jatmika dan
Andiko (2014) yang menggunakan
metode image processing dengan
mengimplemtasikan kamera webcam
sebagai detektor. Kedua sensor tersebut
dapat mendeteksi kepadatan kedaraan,
yang dimana sensor tersebut akan
berfungsi ketika terdapat dua atau lebih
lajur yang mengalami tingkat kepadatan
atau kemacetan yang sama berdasarkan
level sensor yang telah ditentukan pada
sensor utama, Sehingga dapat diketahui
lajur yang mana yang mengalami
kepadatan tertinggi. Sedangkan, sensor
pendukung lainnya yaitu archived sensor
data yang dapat mendeteksi kecepatan
kendaraan (Li, 2014).
Gambar 4. Palang menutup ke kanan ruas jalan
Selain desain penempatan beberapa
sensor, kami pun mendesain palang yang
dapat terintegrasi dengan lampu lalu
lintas dan sensor. Palang yang dipasang
dapat dianalogikan sebagai polisi lalu
lintas, dimana alat ini dapat dijadikan
sebagai polisi lalu lintas, dimana alat ini
dapat dijadikan sebagai alat ini dapat
dijadikan sebagai pengatur arah dan
dapat menertibkan para pengendara
kendaraan. Palang yang kami gunakan
pada sistem ini hanya berfungsi menutup
dua arah, yang mana hanya dapat
menutup ke tengah-tengah ruas jalan
(Gambar 3) dan kanan ruas jalan atau
lajur di belakang lampu lalu lintas
(Gambar 4).
Gambar 5. Desain lampu lalu lintas
Untuk memudahkan para
pengendara dalam memahami informasi
logika berpikir dari model yang kami
usulkan, desain lampu lalu lintas pun
diusulkan (Gambar 5). Lampu lalu
lintas tersebut terdiri dari tiga panah
yang masing- masing
menginformasikan arah tujuan. Panah
Jurnal RISENOLOGI KPM UNJ Vol. 2 Edisi 1, April 2017 29
ISSN. 2502-5643
kiri untuk menginformasikan
pengemudi yang ingin berbelok kiri,
panah tengah untuk menginformasikan
pengemudi yang ingin berjalan lurus,
dan panah kanan untuk
menginformasikan pengemudi yang
ingin berbelok kanan. Masing-masing
panah dapat berubah warna layaknya
lampu lalu lintas pada umumnya, yaitu
merah, kuning, dan hijau.
Gambar 6. Class Diagram
Skema logika sistem model yang
kami lakukan, digambarkan jelas dengan
menggunakan diagram kelas (class
diagram, Gambar 6). Di dalam diagram
kelas tersebut terpaparkan ada terdapat
lima kelas utama, yaitu sensor, traffic
light, gate, vehicle, dan line. Sedangkan
atribut-atribut informasi mengenai
kelima kelas utama tersebut dapat dilihat
jelas pada Gambar 6.
Basis Aturan Fuzzy
Kami menggunakan metode logika
fuzzy (bias) yang diterapkan pada
aturan fuzzy (fuzzy rules) serta melalui
prinsip-prinsip konsep optimasi.
Metode logika fuzzy adalah anak
cabang keilmuan informatika dan
komputer, yang memungkinkan
komputer dapat menalar berbagai jenis
bahasa alamiah manusia. Disini, aturan
fuzzy digunakan untuk mengidentifikasi
kemungkinan kemacetan yang terjadi
dan bagaimana aksi lanjutan atas
kemacetan tersebut. Dengan aturan
fuzzy ini, data yang diperoleh dari
sensor dikirim dalam bentuk sinyal ke
lampu lalu lintas dan palang definitif
yang telah didesain sedemikian rupa.
Kemungkinan-kemungkinan yang
teridentifikasi ini diasumsikan telah
memenuhi semua kemungkinan
kemacetan yang akan terjadi.
Kemungkinan tersebut kemudian kami
ubah berdasarkan aturan fuzzy. Untuk
memudahkan dalam penyusunan aturan
fuzzy. Tabel 1 adalah daftar penotasian
simbol yang digunakan pada basis
aturan fuzzy beserta keterangannya.
Tabel 1. Penjelasan Notasi Fuzzy Rules
Based
Istilah Keterangan
VA1 Volume kendaraan di
lajur A1
VA2 Volume kendaraan di
lajur A2
VB1 Volume kendaraan di
lajur B1
30 Ditdit Nugeraha Utama – Penunjuk Arah Cerdas
ISSN. 2502-5643
VB2 Volume kendaraan di
lajur B2
VC1 Volume kendaraan di
lajur C1
VC2 Volume kendaraan di
lajur C2
VD1 Volume kendaraan di
lajur D1
VD2 Volume kendaraan di
lajur D2
Hard Traffic
Jam
Kemacetan yang parah
GateA Palang A
GateB Palang B
GateC Palang C
GateD Palang D
Center
Closed
Palang menutup ke
tengah
Side Closed Palang menutup ke
samping
RA1 Lampu lalu lintas A1
arah kanan
LA1 Lampu lalu lintas A1
arah kiri
SA1 Lampu lalu lintas A1
arah lurus
RB2 Lampu lalu lintas B2
arah kanan
LB2 Lampu lalu lintas B2
arah kanan
SB2
RC1
LC1
SC1
RD1
LD2
SD2
Lampu lalu lintas B2
arah kanan
Lampu lalu lintas C1
arah kanan
Lampu lalu lintas C1
arah kiri
Lampu lalu lintas C1
arah lurus
Lampu lalu lintas D2
arah kanan
Lampu lalu lintas D2
arah kiri
Lampu lalu lintas D2
arah lurus
Konsep dasar dalam aturan fuzzy ini,
apabila salah satu lajur dari A1, B2, C1,
dan D2 terdeteksi terjadi kepadatan,
maka dua palang yang saling berhadapan
akan menutup ke tengah searah dengan
arah lajur yang macet. Jadi, misalnya
kepadatan terdeteksi di lajur A1 dan/atau
C1, maka palang A dan palang C akan
menutup ketengah. Begitu juga jika B2
dan/atau C2 terjadi kepadatan, maka
palang B dan D yang akan menutup ke
tengah (Tabel 2).
Apabila telah ada terjadi aksi
lanjutan oleh palang terhadap
terdeteksinya kepadatan, semua
kendaraan, baik yang berada di lajur
kemacetan maupun di luar jalur tersebut
akan terus bergerak mengikuti arah dan
nyala dari lampu lalu lintas, sehingga
satu lajur atau lebih yang mengalami
kepadatan, kemudian terjadi aksi lanjutan
oleh palang, maka saat itu pula tidak ada
kendaraan yang berhenti, melainkan
tetap berjalan sesuai informasi yang
diberikan oleh lampu lalu lintas dan para
pengendara kendaraan tentu saja harus
mengikuti rambu-rambu lalu lintas
tersebut.
Tabel 2. Contoh Rule Based
&& (VA1
>
VB1)
&
& (VA1 >
VB2) &&
(VA1 >
VC1) &&
(VA1 > VC2)
&& (VA1 >
VD2)) &&
((C1 = ”Hard
Traffic Jam”))
to C2) && (GateA
= “Center
Closed”) &&
(GateC = “Center
Closed”)) &&
((RA1 = “Red”)
&&
(LA1 = “Green”)
&& (SA1 =
“Green”)) &&
((RB2 = “Red”)
&&
(LB2 = “Green”)
&& (SB2 =
“Red”)) &&
((RC1 = “Red”)
&&
(LC1 = “Green”)
&& (SC1 =
Jurnal RISENOLOGI KPM UNJ Vol. 2 Edisi 1, April 2017 31
ISSN. 2502-5643
“Green”)) &&
((RD2 = “Red”)
&&
(LD2 = “Green”)
&&
(SD2 =
“Red”))
Untuk mengidentifikasi secara
keseluruhan kemungkinan terjadinya
kepadatan, kami berfokus pada satu
lajur sebagai patokan, yaitu lajur A1
yang mengalami kepadatan. Kendaraan
dari A1 memiliki tiga alternatif lajur
tujuan, yaitu B1, C2, dan D1.
Selanjutnya, mengidentifikasi setiap
kemungkinan yang mengharuskan
kendaraan dari A1 hanya dapat menuju
ke salah satu lajur diantara B1, C2, dan
D1. Tidak hanya itu, diidentifikasi pula
kemungkinan kendaraan dari A1 hanya
dapat menuju ke dua dari tiga altenatif
lajur tujuan tersebut. Contoh dari aturan
fuzzy kasus ini dapat dilihat pada Tabel
3.
Tabel 3. Contoh Kemungkinan
Aturan Fuzzy yang berfokus pada lajur
A1
A1 ke B1
IF ((VA1 > VA2) && (VA1
> VB1) &&
(VA1 > VB2) && (VA1
>
VC1) &&
(VA1 > VD2)) && ((C2
=
IF THEN
((VA1 >
VA2)
((A1 to B1) && (A1
(D1 = “Hard Traffic
Jam”))
THEN ((A1 to B1) && (GateA
= “Center Closed”) &&
(GateB = “Center
Closed”) && (GateC =
“Side Closed”) &&
(GateD = “Side
Closed”)) &&
((RA1 = “Red”) && (LA1
=
“Green” && (SA1 =
“Red”))) &&
((RB2 = “Green”) &&
(LB2
= “Red”) && (SB2
=
“Red”)) &&
((RC1 = “Red”) && (LC1
=
“Red”) && (SC1
=
“Green”)) &&
((RD2 = “Red”) && (LD2
=
“Green”) && (SD2
=
“Red”))
A1 ke C2 dan D1
IF ((VA1 > VA2) && (VA1
> VB2) && (VA1 >
VC1) && (VA1 > VC2)
&& (VA1 > VD1) &&
(VA1 > VD2))
&& ((B1 = ”Hard Traffic
Jam”))
THEN ((A1 to D1) && (A1 to
C2) && (GateB = “Side
Closed”) &&
(GateA
=“Center Closed”) &&
(GateD = “Center
Closed”)) &&
((RA1 = “Green”) d
(LA1 =
“Red”) && (SA1
=
“Green”)) &&
((RB2 = “Red”) &&
(LB2 =
“Red”) && (SB2
32 Ditdit Nugeraha Utama – Penunjuk Arah Cerdas
ISSN. 2502-5643
=
“Green”)) &&
((RC1 = “Red”) &&
(LC1 =
“Green”) && (SC1 =
“Red”)) &&
((RD2 = “Red”) &&
(LD2 =
“Green”) && (SD2
=
“Red”))
Tabel 4. Contoh Aturan fuzzy
dengan kemungkinan empat lajur
terdeteksi kepadatan
A1, B2, C1, dan D2
IF ((A1 = “Hard Traffic Jam”)
&& (B2 = “Hard Traffic
Jam”) && (C1 = “Hard
Traffic Jam”) && (D1 =
“Hard Traffic Jam”))
THEN ((A1 to B1) && (B2 to
C2) && (C1 to B1)
&& (D2 to A2) &&
(GateA =“Center
Closed”) && (GateB =
“Center Closed”) &&
(GateC =“Center
Closed”) && (GateD =
“Center Closed”)) &&
((RA1 = “Red”) d
(LA1 =
“Green”) && (SA1 =
“Red”)) &&
((RB2 = “Red”) &&
(LB2 =
“Green”) && (SB2 =
“Red”)) &&
((RC1 = “Red”) &&
(LC1 =
“Green”) && (SC1 =
“Red”)) &&
((RD2 = “Red”) &&
(LD2 =
A2, B1, C2, dan D1
IF ((A1 = “Hard Traffic
Jam”) && (A2 =
“Hard Traffic Jam”)
&& (C1 = “Hard
Traffic Jam”) && (C2
= “Hard Traffic Jam”))
THE
N
((A1 to B1) && (B2 to
C2) && (C1 to B1)
&& (D2 to A2) &&
(GateA =“Center
Closed”) && (GateB
= “Center Closed”)
&& (GateC =“Center
Closed”) && (GateD
= “Center Closed”))
&&
((RA1 = “Red”) d
(LA1 =
“Green”) && (SA1 =
“Red”)) &&
((RB2 = “Red”) &&
(LB2 =
“Red”) && (SB2
=
“Green”)) &&
((RC1 = “Red”) &&
(LC1 = “Green”)
&& (SC1 =
“Red”)) &&
((RD2 = “Red”) && (LD2
=
“Red”) && (SD2 =
“Green”))
KESIMPULAN
Kesimpulan dari penelitian ini terdiri dari
lima poin, yaitu:
1. Sistem model usulan ini berjalan
berdasarkan tingkat kepadatan
kendaraan tertentu yang dideteksi oleh
sensor, artinya sistem ini berjalan
secara fleksibel otomatis (automated
flexibly) dan tidak berjalan secara
33Jurnal RISENOLOGI KPM UNJ Vol. 2 Edisi 1, April 2017
ISSN. 2502-5643
konstan.
2. Sitem model ini akan digunakan pada
perempatan jalan yang mana masing-
masing jalan memiliki pembatas jalan.
3. Sistem model ini menggunakan lampu
lalu lintas yang terdiri dari tiga panah
yang masing-masing
menginformasikan arah tujuan selain
lampu lalu lintas, Masing- masing
panah dapat berubah warna layaknya
lampu lalu lintas pada umumnya,
yaitu merah, kuning, dan hijau, yang
membedakan sistem ini dengan yang
lain adalah penggunaan palang dan
beberapa sensor yang saling
terintegrasi dengan lampu lalu lintas.
4. Sensor utama yaitu sensor
pendeteksi jumlah kendaraan pada
lajur yang mana sensor ini
menggunakan 3 level kepadatan
(easy, medium, hard).
5. Sensor penunjang yaitu sensor
image processing akan diaktifkan
apabila terdapat lebih dari 1 lajur
yang mengalami jumlah kepadatan
kendaraan pada level yang sama.
DAFTAR PUSTAKA
Borg, L.D., Scerri, K. 2015. Efficient
Traffic Modelling and Dynamic
Control of an Urban Region.
Transportation Research Procedia,
Vol.6, pp. 224-238.
DJBM – Direktorat Jenderal Bina Marga.
1997. Manual Kapasitas Jalan
Indonesia (MKJI). Departemen
Pekerjaan Umum. Jakarta.
Francello, G., M, Carta, M., Fadda, P.
2014. A modeling tool for
measuring the performance of urban
road networks. Procedia - Social
and Behavioral Sciences, Vol.111,
pp. 559- 566.
Jatmika, S., Andiko, I. 2014. Simulasi
pengaturan lampu lalu lintas
berdasarkan data image
processing kepadatan kendaraan
berbasis mikrokontroler atmega 16.
Jurnal Ilmiah Teknologi dan
Informasi ASIA, Vol.8 No.2, pp. 81-
96.
Liao, W., Liu, M., Meng, Q. 2012.
Mixed traffic information collection
system based on pressure sensor.
Physics Procedia, Vol.25, pp. 726-
732.
Li, H. 2014. Automatically generating
empirical speed-flow traffic
parameters from archived sensor
data. Procedia-Social and
Behavioral Sciences, Vol.138, pp.
54-66.
Li, B., Zou, M., Guo, Y. 2014.
Business process analysis and
optimization on road traffic law
enforcement of the beijing
intelligent traffic management.
Procedia - Social and Behavioral
Sciences, Vol.138, pp. 748-756.
Lindawati, M. Z. 2012. Analisa Tingkat
Pelayanan Lalu Lintas Berdasarkan
Kapasitas Jalan di Jalan Dr.
Setiabudi Pada Ruas Jalan Simpang
Resor-Simpang Empat Kampung
Baru Kota Baturaja Kabupaten
Ogan Komering Ulu. Jurnal
Teknika.
PRI - Presiden Republik Indonesia.
2009. Undang-undang No. 22
Tahun 2009 Tentang: Lalu Lintas
dan Angkatan Jalan. Jakarta.
Régine, S., Simon, C., Maurice, A.
2015. Processing traffic and road
accident data in two case studies of
road operation assessment.
Transportation Research Procedia,
Vol.6, pp. 90-100.
Riyadi, K.P., Wahyunggoro, O.,
Prabowo, H. 2014. Simulasi lampu
lalu lintas dengan sensor di
simpang empat menggunakan
34 Ditdit Nugeraha Utama – Penunjuk Arah Cerdas
ISSN. 2502-5643
software automation studio 5.0. Jurnal
Penelitian Teknik Elektro dan
Teknologi Informasi, Vol.1 No.1,
pp. 24-28.
Utama, D.N., Zaki, F.A., Munjeri, I.J.,
Putri, N.U. 2016a. A Water Flow
Algorithm Based Optimization
odel for Road Traffic
Engineering. International
Conference on Advanced
Computer Science and Computer
Systems, Malang, Indonesia.
Utama, D.N., Zaki, F.A., Munjeri, I.J.,
Putri, N.U. 2016b. FWFA
Optimization based Decision
Support System for Road Traffic
Engineering. Proceeding of the
2016 International Conference
on Computing and Applied
Informatics, Medan, Indonesia.
Yang, Y., Han, X., Yuan, Z. 2012. A
model of the dynamic traffic
road network. IERI Procedia,
Vol.3, pp. 46- 51.
Zadeh, L. A. 1996. Fuzzy logic =
computing with words. IEEE
Transactions of Fuzzy Systems,
Vol.4 No.2, pp. 103-111.
Zhang, L., Jia, Z., Niu, Z., Li, H. 2014.
Research on short-term traffic
flow forecasting for junction of
isomerism road network based
on dynamic correlation.
Procedia - Social and
Behavioral Sciences, Vol.138,
pp. 446-451.
35Jurnal RISENOLOGI KPM UNJ Vol. 2 Edisi 1, April 2017
ISSN. 2502-5643
“E-G-L” (ENGKLEK GAME LEARNING) MEDIA EDUKATIF DAN
INOVATIF SEBAGAI MEDIA MASA ORIENTASI SISWA (MOS) DALAM
PEMETAAN KEMAMPUAN DASAR SISWA
SEKOLAH MENENGAH ATAS
Abdul Rozak
1)
, Muji Rahayu
2)
Fakultas Pendidikan Matematika dan IPA IKIP PGRI Madiun
Email : rozak01101994@gmail.com, rahayu_muji@yahoo.com
ABSTRAK
Penelitian ini bertujuan untuk mengembangkan media game learning inovatif dan
edukatif yang dapat menumbuhkan dan melestarikan budaya indonesia, serta
memetakan kemampuan dasar siswa. Jenis penelitian ini adalah Research and
Development , dengan model pengembangan ADDIE, yang terbagi dalam 5 fase, yaitu
: 1) Fase Analisis (analysis), 2) Fase Desain (Design), 3) Fase Pengembangan
(Development), 4) Fase Penerapan (Implementation), 5) Fase Evaluasi (Evaluation).
Subjek penelitian ini adalah siswa kelas X SMA dengan penerapan kurikulum K13 di
sekolah. Produk penelitian ini adalah media E-G-L berbasis budaya Indonesia.
Penelitian berlangsung dalam tiga tahap, yaitu: 1) kajian teori dan analisis kebutuhan;
2) pembuatan media E-G-L dan instrumen soal; 3) uji coba perangkat dan eksperimen.
Hasil penelitian menunjukkan bahwa tes kemampuan dasar siswa dengan
menggunakan media E-G-L menunjukkan hasil yang positif, yang ditunjukkan oleh
adanya hasil respon guru dan siswa melalui wawancara dan angket serta dengan nilai
rerata tes 81,33. Jadi secara keseluruhan, berdasarkan hasil penelitian bahwa media E-
G-L dapat meningkatkan motivasi siswa pada saat masa orientasi siswa (MOS) dan
guru dapat mengukur kemampuan dasar siswa lebih awal.
Kata Kunci : Budaya Indonesia, E-G-L, Media, Kemampuan Dasar
ABSTRACT
This research aims to develop an innovative media and educational learning game
that can foster and preserve the culture of Indonesia, as well as mapping the basic
abilities of students. The Type of this research is Research and Development, with the
development model is ADDIE’s model is used in this development, which is divided
into five phases, that is : 1) Phase of Analysis, 2) Phase of Design, 3) Phase of
Development, 4) Phase of application, 5) Phase of Evaluation . The subject of this
research is a grade 10th Senior High School with K13’s curriculum that implementation
in schools. The products of this research is media E-G-L with Indonesian culture. This
research takes in three stages, they are : 1) the study of theory and analysis needs.; 2)
Making the media E-G-L and instruments matter.; 3) Testing devices and experiments.
The results showed that test the basic ability of students that used media E-G-L show
positive results, demonstrated by the results of responses of teachers and students
through interviews and questionnaires as well as with a mean value of 81.33 test. So
overall , based on the results of research that media E-G-L can increase student’s
36 Abdul Rozak – “EGL” (Engklek Game Learning)
ISSN. 2502-5643
motivation at the time of the student orientation ( MOS ) and teachers can measure the
basic ability of students early.
Keywords: Culture Indonesia, E-G-L, Media, Basic Ability
PENDAHULUAN
Kualitas pendidikan didukung
dengan kualitas individunya merupakan
beberapa faktor penentu kemajuan suatu
negara. Pada saat ini kualitas pendidikan
di Indonesia belum bisa dikatakan baik.
Hal tersebut didasarkan dari hasil
pemetaan The Learning Curve-pearson
untuk akses dan mutu pendidikan pada
Januari 2014 bahwa Indonesia
menempati posisi ke-40 dari 40 negara
(Pearson plc: 2015). Hal tersebut dapat
dijadikan sebagai suatu tolok ukur agar
sistem pendidikan nasional mengalami
perombakan sehingga kualitas
pendidikan pun meningkat.
Faktor yang menyebabkan rendahnya
kualitas pendidikan di Indonesia adalah
sistem pendidikan yang belum maksimal.
Salah satunya yaitu pemetaan
kemampuan dasar siswa yang belum
tepat. Pada tahun terakhir, pemetaan
kemampuan siswa pada jenjang SMP
dan SMA menggunakan danem. Namun
pemetaan berdasarkan nilai danem belum
efektif. Sedangkan pemetaan
kemampuan dasar siswa sejak awal
memiliki pengaruh besar terhadap proses
pembelajaran. Melalui pemetaan ini
dapat membantu guru dalam menentukan
strategi, model, metode, dan media
pembelajaran yang tepat sehingga hasil
pembelajaran menjadimaksimal.
Sesuai dengan Permendikbud No. 18
tahun 2016 tentang
pengenalan lingkungan sekolah bagi
siswa baru pasal (2) ayat (1) yang
berbunyi “ Pengenalan lingkungan
sekolah sebagaimana dimaksud pada
ayat (1) bertujuan untuk (a) mengenali
potensi diri siswa baru”. Maka dari itu
dalam upaya menerapkan Permendikbud
No. 18 pemetaan kemampuan siswa tepat
diterapkan pada saat pengenalan
lingkungan sekolah atau yang sering
disebut Masa Orientasi Siswa (MOS).
Mahanta (2012) berpendapat sebagai
berikut.
The study of mathematics is
cinsidered to be very
important in each and every
country of the world. Students
are required to learn
mathematics which is
considered as a basic
education, since the skill of
mathematics computation is
essential in every walk of life.
Belajar matematika dianggap sangat
penting bagi setiap negara di dunia.
Siswa diminta untuk belajar matematika
yang dianggap sebagai pendidikan dasar,
karena keterampilan perhitungan
matematika sangat penting dalam setiap
langkah kehidupan. Selain itu,
matematika merupakan salah satu mata
pelajaran yang wajib ditempuh disetiap
jenjang pendidikan. Matematika juga
berkaitan dengan kemampuan kognitif
siswa. Namun, pada saat ini
pengajaran matematika masih monoton.
Oleh sebab itu, dibutuhkan sebuah model
pem- belajaran dan media pembelajaran
yang edukatif dan inovatif untuk menarik
minat siswa. Hal tersebut sejalan dengan
pendapat Swasti Maharani (2015) bahwa
model pembelajaran yang diperlukan
adalah model pembelajaran yang dapat
membuat matematika menjadi lebih
menarik bagi siswa.
37Jurnal RISENOLOGI KPM UNJ Vol. 2 Edisi 1, April 2017
ISSN. 2502-5643
Menurut National Council of
Teachers of Mathematics (dalam
Santrock, 2007: 440) bahwa prinsip dasar
dan standar untuk matematika pada level
grade yang berbeda. Grade 9 sampai 12,
NCTM (2000) merekomendasikan agar
semua siswa harus mempelajari
matematika disepanjang masa SMA.
Karena minat siswa mungkin berubah
selama dan sesudah SMA, mereka
mungkin akan mendapat manfaat dari
pelajaran matematika. Mereka harus
mengalami kemampuan aljabar,
geometri, statistika, probabilitas, dan
matematika diskrit (termasuk matematika
komputer). Mereka harus pandai dalam
mem-visualisasikan, dan menganalisis
situasi dalam term matematis. Mereka
juga harus bisa menjustifikasi dan
membuktikan ide- ide berbasis
matematika.
Pelaksanaan pemetaan kemampuan
dasar siswa membutuhkan suatu media.
Media yang digunakan adalah media
pembelajaran berbasis permainan.
Penggunaan media berbasis permainan
sebagai perantara menentukan
kemampuan dasar siswa agar pengajaran
sangat efektif. Hal ini sesuai dengan hasil
penelitian Umi Nur Widayati (2015)
bahwa media pem- belajaran berbasis
permainan efektif digunakan sebagai
learning exercise bagi siswa. Permainan
dalam pemetaan ke- mampuan dasar ini
tentunya bukan permainan yang asal-
asalan melainkan haruslah permainan
edukatif dan inovatif. Manfaat dari
permainan adalah memungkinkan adanya
partisipasi aktif dari siswa.
Media tersebut dimaksudkan untuk
menentukan kemampuan dasar siswa
serta untuk melestarikan budaya
Indonesia yang mulai punah karena
masuknya budaya asing ke Indonesia.
Adapun permainan engklek atau yang
selanjutnya disebut E-G- L (Engklek
Game Learning) ini adalah media
pemetaan kemampuan dasar yang dibuat
oleh penulis sendiri. Hal tersebut sejalan
dengan Rahmawati (2009: 9) bahwa
permainan engklek dapat
mengembangkan beberapa kecerdasan.
Sesuai dengan pemaparan tersebut
peneliti memilih mengembangan media
pemetaan kemampuan dasar siswa
dengan memodifikasi permainan engklek
menjadi permainan bermuatan materi
matematika dan dipadukan dengan batik
yang menjadi budaya khas Indonesia,
sehingga siswa dapat bermain dan
mengetahui kemampuan dasar yang
dimiliki. Selain itu penelitian menurut
Abi Suwito dan Dinawati Trapsilasiwi
(2016) bahwa media pembelajaran
berbasis budaya Jawa dan Madura
(etnomatematika) menunjukan hasil yang
sangatpositif.
Pengembangan media ini diharapkan
dapat membuat pemetaan kemampuan
dasar siswa menjadi tepat dan
bermanfaat untuk guru sehingga hasil
pembelajaran menjadi maksimal, dapat
meningkatkan kualitas pendidikan
danmeningkatkan kualitas individu di
Indonesia.
METODE PENELITIAN
Subjek Penelitian
Subyek dalam penelitian ini adalah
guru matematika dan siswa kelas X dari
sekolah di kabupaten Magetan. Data
penelitian ini terbagi atas dua kategori,
yakni data verbal dan data berupa skor
atau nilai siswa. Data verbal berupa
informasi tentang tanggapan guru dan
siswa mengenai keefektifan media yang
diperoleh dari hasil wawancara dan data
angket untuk memperkuat data
wawancara tersebut. Sementara itu, data
skor atau nilai siswa diperoleh dalam
kegiatan pengerjaan instrumen soal yang
telah dibuat.
Prosedur Penelitian
Tempat penelitian adalah sekolah
menengah atas di kabupaten Magetan
38 Abdul Rozak – “EGL” (Engklek Game Learning)
ISSN. 2502-5643
yang menerapkan kurikulum K13.
Instrumen pengumpul data pada
penelitian ini terdiri atas instrumen soal
dan angket. Instrumen soal yang dibuat
adalah instrumen soal yang berpedoman
pada skala standar NCTM dan di
sesuaikan dengan kurikulum K13.
Angket yang digunakan dalam penelitian
ini adalah angket analisis kebutuhan dan
angket respon guru dan siswa.
Penelitian yang digunakan adalah
Research and Development (R&D) yang
sering disebut penelitian pengembangan
dengan tujuan untuk mengembangkan
media pembelajaran berbasis game
educative. Hal ini sesuai dengan
pendapat Sugiono (2014) yang
menyatakan bahwa metode penelitian
pengembangan atau dalam bahasa
inggrisnya Research and Development
adalah metode penelitian yang digunakan
untuk menghasilkan produk tertentu, dan
menguji keefektifan produk tersebut.
Penelitian ini menggunakan model
pengembangan ADDIE. Model
pengembangan ADDIE merupakan suatu
model dalam mendesain suatu perangkat
pendidikan yang terbagi dalam 5 fase,
yaitu: 1) Fase Analisis (analysis), 2)
Fase Desain (Design), 3) Fase
Pengembangan (Development), 4) Fase
Penerapan (Implementation), 5) Fase
Evaluasi (Evaluation).
Pengembangan media E-G-L ini
meliputi kegiatan pembuatan prototype
media E-G-L menggunakan Corel Draw
X4, pembuatan instrumen soal, review
(ahli dan praktisi), revisi, uji coba, dan
revisi akhir. Review dilakukan oleh tiga
orang yang terdiri atas 2 orang dosen dan
1 orang guru. Reviewer dalam penelitian
ini adalah orang yang memiliki
kompetensi di bidang matematika dan
paham mengenai kurikulum K13. Hal
tersebut dilakukan untuk memperoleh
validitas media E-G-L dan instrumen
soal diujicobakan. Uji coba dilakukan
pada siswa kelas X SMA di Kabupaten
Magetan.
Uji coba dilakukan dalam dua tahap
yaitu : 1) Uji coba kelompok kecil; uji
coba kecil termasuk validasi empirik
produk. Uji coba ini dilakukan kepada 6
orang siswa kelas X di kabupaten
Magetan yang memiliki kemampuan
ber- variasi (tinggi, sedang, dan rendah) ;
2) uji coba lapangan; uji coba
lapangan dilakukan pada siswa kelas
X SMA sekolah di kabupaten
Magetan.
HASIL DAN PEMBAHASAN
Analisis (Analysis)
a) Analisis aspek-aspek media E-G-L
yang akan dikembangkan.
Analisis aspek-aspek media E-G- L
pembelajaran yang akan dikembangkan
dilakukan untuk memperoleh aspek
bahan dan alat yang di perlukan dalam
pembuatan media game, tujuan dari
pembuatan game, serta manfaat yang
diperoleh setelah media diterapkan.
Berdasarkan hasil diskusi tim, dipilihlah
satu media game, yaitu engklek yang
dipadukan dengan batik sebagai
background. Tujuan dari penerapan
media ini adalah: (1) sebagai sarana
rekreatif bagi siswa baru yang masuk ke
Sekolah Menengah Atas (SMA); (2)
sebagai media game educative pada saat
proses Masa Orientasi Siswa (MOS)
sekaligus untuk melakukan pemetaan
kemampuan dasar siswa baru, dengan
pengujian melalui instrumen soal yang
berpedoman pada Principles and
Standards for School Mathematics dari
National Council of Teachers of
Mathematics (NCTM).;
b) Analisis dampak
Analisis dampak dilakukan untuk
mendeskripsikan dampak penerapan
media E-G-L ini. Dampak yang dapat
diberikan oleh penerapan media ini
diantaranya: (1) Masa Orientasi Siswa
39Jurnal RISENOLOGI KPM UNJ Vol. 2 Edisi 1, April 2017
ISSN. 2502-5643
(MOS) menjadi kegiatan yang edukatif
sekaligus menyenangkan; (2) Masa
Orientasi Siswa (MOS) dapat menjadi
kegiatan untuk memetakan kemampuan
dasar siswa, mengingat menurut
Middleton & Goepert (dalam Santrock,
2007) perspektif konstruktivis prinsip
yang didiskusikan di bawah ini haruslah
diikuti dalam mengajarkan matematika:
(a) Menjadikan matematika realistis dan
menarik; (b) Mempertimbangkan
kemampuan murid yang sudah ada; (c)
Kurikulum matematika interaktif
secara sosial; (d) Proyek matematika
inovatif;
c) Analisissituasi.
Analisi situasi dilakukan untuk
melihat apakah media E-G-L dapat
memetakan kemampuan dasar siswa
secara tepat dan bermanfaat untuk guru.
Situasi yang dianalisis pada penelitian
ini adalah situasi mengenai Masa
Orientasi Siswa (MOS) dan Budaya
Nasional.
Desain (Design)
Tahap selanjutnya adalah tahap
mendesain media E-G-L yang akan
dibuat berdasarkan hasil analisis
sebelumnya. Desain yang dilakukan
adalah membuat rancangan media E-G-
L, dan membuat instrumen soal yang
berpedoman pada Principles and
Standards for School Mathematics dari
National Council of Teachers of
Mathematics (NCTM). Penyusunan
rancangan media E-G-L ini bertujuan
untuk menggambarkan keseluruhan isi
media yang akan dibuat. Proses desain
media E-G-L dilakukan dengan cara
membuat sketsa media E-G-L pada
kertas A4, kemudian dilanjutkan pada
pembuatan desain media E-G-L secara
grafis dengan bantuan software
CorelDRAW Graphics Suite X4.
Pengembangan (Development)
Software yang digunakan dalam
pembuatan media ini adalah Corel
DRAW Graphics Suite X4 dan
Microsoft Office Word 2007. Proses
pengembangan media diawali dengan
membuat desain template media E-G-L
dan mengumpulkan komponen media,
yaitu gambar batik dan gambar
engklek. Selanjutnya adalah pembuatan
instrumen soal yang berpedoman pada
Principles and Standards for School
Mathematics dari National Council of
Teachers of Mathematics (NCTM).
Instrumen soal tersebut terdiri atas : 1)
bilangan dan operasi (5 Soal); 2)
aljabar, geometri (5 Soal); 3)
pengukuran (5 Soal) dan, 4) data analisis
serta peluang (5 Soal). Soal-soal tersebut
dihimpun atau dibuat melalui seleksi
soal Ujian Nasional.
Gambar 1. Media E-G-L
40 Abdul Rozak – “EGL” (Engklek Game Learning)
ISSN. 2502-5643
Setelah media pembelajaran ini
selesai dibuat, kemudian dilakukan
evaluasi oleh reviewer. Berikut hasil
evaluasi media oleh reviewer.
Tabel 1. Hasil Evaluasi Kualitas Media
Tabel 2. Hasil Evaluasi Kualitas
Instrumen Soal
No. Pernyataan Ahli
Materi
1 Kesesuaian antara
silabus Kementerian
Pendidikan Nasional.
Sangat
baik
2 Kejelasan tujuan
pemberian instrumen
soal
Sangat
baik
3 Cakupan soal Baik
4 Keteruntutan soal Baik
5 Kejelasan soal Baik
6 Kualitas soal Baik
7 Kemungkinan
mengukupuan dasar
siswa
Baik
8 Kemampuan
memetakan
kemampuan dasar
siswa
Baik
Menurut para ahli kualitas media
yang dibuat tergolong dalam kriteria
baik dan kualitas materi tergolong baik.
Hal ini dilihat dari hasil angket dimana
setiap butir dikategorikan baik dan
sangat baik. Para ahli juga menyatakan
bahwa media E-G-L layak untuk di
uji cobakan di lapangan dengan revisi
sesuai dengan masukan dan saran ahli.
Adapun beberapa masukan dan saran
ahli diantaranya adalah 1) Gambar
engklek hendaknya di buat lebih baik.; 2)
Gambar batik lebih diserasikan satu
sama lain.; 3) Font instrumen soal pada
kartu soal agar diperbesar.; 4) Kalimat
soal pada kartu soal perlu diperhatikan
lagi.; 5) Ukuran media E-G-L yang
terlalu besar. Setelah dilakukan revisi
dihasikan media E-G-L yang sudah
dapat diuji cobakan. Langkah
selanjutnya adalah proses pencetakan
banner media E-G-L dan pencetakan
instrumen soal dalam bentuk kartu soal.
Implementasi (Implementation)
Tahap awal dalam kegiatan ini adalah
uji coba kelompok kecil. Sampel
penelitian uji coba kelompok kecil
dilakukan pada 6 orang siswa kelas X.
Uji coba kelompok kecil dilakukan untuk
mendapatkan validasi empirik. Prosedur
pelaksanaan uji coba kelompok kecil
dilakukan seperti prosedur uji coba
lapangan/klasikal, yaitu penjelasan
penggunaan media dan aturan-aturan
didalamnya, pelaksanaan, tes hasil
belajar, dan analisis hasil THB. Setelah
validasi empirik didapat dengan hasil
baik, maka media E-G-L sudah dapat
diuji cobakan pada kelompok klasikal.
Media E-G-L yang telah dibuat
diterapkan kepada kelompok klasikal
yaitu siswa kelas X SMA. Proses uji coba
lapangan bertujuan untuk memperoleh
tanggapan dan data nilai tes oleh siswa.
Pelaksanaan uji coba lapangan
media E-G-L adalah sebagai berikut:
No. Indikator Ahli media
1 Pemilihan warna
background
Sangat baik
2 Keserasian warna
background
dengan batik
Baik
3 Tata letak batik Sangat baik
4 Kejelasan
petunjuk media
Baik
5 Kualitas media Baik
41Jurnal RISENOLOGI KPM UNJ Vol. 2 Edisi 1, April 2017
Jurnal Risenologi Volume 2 Edisi 1 (Penunjuk Arah Cerdas Berbasis Fuzzy Rule Based)
Jurnal Risenologi Volume 2 Edisi 1 (Penunjuk Arah Cerdas Berbasis Fuzzy Rule Based)
Jurnal Risenologi Volume 2 Edisi 1 (Penunjuk Arah Cerdas Berbasis Fuzzy Rule Based)
Jurnal Risenologi Volume 2 Edisi 1 (Penunjuk Arah Cerdas Berbasis Fuzzy Rule Based)
Jurnal Risenologi Volume 2 Edisi 1 (Penunjuk Arah Cerdas Berbasis Fuzzy Rule Based)
Jurnal Risenologi Volume 2 Edisi 1 (Penunjuk Arah Cerdas Berbasis Fuzzy Rule Based)
Jurnal Risenologi Volume 2 Edisi 1 (Penunjuk Arah Cerdas Berbasis Fuzzy Rule Based)
Jurnal Risenologi Volume 2 Edisi 1 (Penunjuk Arah Cerdas Berbasis Fuzzy Rule Based)
Jurnal Risenologi Volume 2 Edisi 1 (Penunjuk Arah Cerdas Berbasis Fuzzy Rule Based)
Jurnal Risenologi Volume 2 Edisi 1 (Penunjuk Arah Cerdas Berbasis Fuzzy Rule Based)
Jurnal Risenologi Volume 2 Edisi 1 (Penunjuk Arah Cerdas Berbasis Fuzzy Rule Based)
Jurnal Risenologi Volume 2 Edisi 1 (Penunjuk Arah Cerdas Berbasis Fuzzy Rule Based)
Jurnal Risenologi Volume 2 Edisi 1 (Penunjuk Arah Cerdas Berbasis Fuzzy Rule Based)
Jurnal Risenologi Volume 2 Edisi 1 (Penunjuk Arah Cerdas Berbasis Fuzzy Rule Based)
Jurnal Risenologi Volume 2 Edisi 1 (Penunjuk Arah Cerdas Berbasis Fuzzy Rule Based)
Jurnal Risenologi Volume 2 Edisi 1 (Penunjuk Arah Cerdas Berbasis Fuzzy Rule Based)
Jurnal Risenologi Volume 2 Edisi 1 (Penunjuk Arah Cerdas Berbasis Fuzzy Rule Based)
Jurnal Risenologi Volume 2 Edisi 1 (Penunjuk Arah Cerdas Berbasis Fuzzy Rule Based)
Jurnal Risenologi Volume 2 Edisi 1 (Penunjuk Arah Cerdas Berbasis Fuzzy Rule Based)
Jurnal Risenologi Volume 2 Edisi 1 (Penunjuk Arah Cerdas Berbasis Fuzzy Rule Based)
Jurnal Risenologi Volume 2 Edisi 1 (Penunjuk Arah Cerdas Berbasis Fuzzy Rule Based)
Jurnal Risenologi Volume 2 Edisi 1 (Penunjuk Arah Cerdas Berbasis Fuzzy Rule Based)
Jurnal Risenologi Volume 2 Edisi 1 (Penunjuk Arah Cerdas Berbasis Fuzzy Rule Based)
Jurnal Risenologi Volume 2 Edisi 1 (Penunjuk Arah Cerdas Berbasis Fuzzy Rule Based)
Jurnal Risenologi Volume 2 Edisi 1 (Penunjuk Arah Cerdas Berbasis Fuzzy Rule Based)
Jurnal Risenologi Volume 2 Edisi 1 (Penunjuk Arah Cerdas Berbasis Fuzzy Rule Based)
Jurnal Risenologi Volume 2 Edisi 1 (Penunjuk Arah Cerdas Berbasis Fuzzy Rule Based)
Jurnal Risenologi Volume 2 Edisi 1 (Penunjuk Arah Cerdas Berbasis Fuzzy Rule Based)

More Related Content

What's hot

Laporan Praktikum Ekologi: Produktivitas Primer
Laporan Praktikum Ekologi: Produktivitas PrimerLaporan Praktikum Ekologi: Produktivitas Primer
Laporan Praktikum Ekologi: Produktivitas Primer
UNESA
 
content-potensi-logam-tanah-jarang-di-indonesia.pdf
content-potensi-logam-tanah-jarang-di-indonesia.pdfcontent-potensi-logam-tanah-jarang-di-indonesia.pdf
content-potensi-logam-tanah-jarang-di-indonesia.pdf
JalaluddinRumiPrasad
 
B 143 undangan peserta 73 ktn 2016 (2)
B 143 undangan peserta 73 ktn 2016 (2)B 143 undangan peserta 73 ktn 2016 (2)
B 143 undangan peserta 73 ktn 2016 (2)
UD. Berkah Jaya Komputer
 
Pengembangan Model Tanah-Lanskap untuk Menaksir Sifat Tanah di Pulau Jawa
Pengembangan Model Tanah-Lanskap untuk Menaksir Sifat Tanah di Pulau JawaPengembangan Model Tanah-Lanskap untuk Menaksir Sifat Tanah di Pulau Jawa
Pengembangan Model Tanah-Lanskap untuk Menaksir Sifat Tanah di Pulau Jawa
Repository Ipb
 
UIBiofest – Universitas Indonesia
UIBiofest – Universitas IndonesiaUIBiofest – Universitas Indonesia
UIBiofest – Universitas Indonesia
Bozie Streaming
 
Daftar pustaka
Daftar pustakaDaftar pustaka
Daftar pustaka
faninono
 
ANALISIS PARAMETER FISIKA-KIMIA UNTUK KEPENTINGAN REHABILITASI EKOSISTEM MANG...
ANALISIS PARAMETER FISIKA-KIMIA UNTUK KEPENTINGAN REHABILITASI EKOSISTEM MANG...ANALISIS PARAMETER FISIKA-KIMIA UNTUK KEPENTINGAN REHABILITASI EKOSISTEM MANG...
ANALISIS PARAMETER FISIKA-KIMIA UNTUK KEPENTINGAN REHABILITASI EKOSISTEM MANG...
Asramid Yasin
 
Pkmgt 2011-rochiyat-sendok edibel dari
Pkmgt 2011-rochiyat-sendok edibel dariPkmgt 2011-rochiyat-sendok edibel dari
Pkmgt 2011-rochiyat-sendok edibel dariAndre Cool
 

What's hot (8)

Laporan Praktikum Ekologi: Produktivitas Primer
Laporan Praktikum Ekologi: Produktivitas PrimerLaporan Praktikum Ekologi: Produktivitas Primer
Laporan Praktikum Ekologi: Produktivitas Primer
 
content-potensi-logam-tanah-jarang-di-indonesia.pdf
content-potensi-logam-tanah-jarang-di-indonesia.pdfcontent-potensi-logam-tanah-jarang-di-indonesia.pdf
content-potensi-logam-tanah-jarang-di-indonesia.pdf
 
B 143 undangan peserta 73 ktn 2016 (2)
B 143 undangan peserta 73 ktn 2016 (2)B 143 undangan peserta 73 ktn 2016 (2)
B 143 undangan peserta 73 ktn 2016 (2)
 
Pengembangan Model Tanah-Lanskap untuk Menaksir Sifat Tanah di Pulau Jawa
Pengembangan Model Tanah-Lanskap untuk Menaksir Sifat Tanah di Pulau JawaPengembangan Model Tanah-Lanskap untuk Menaksir Sifat Tanah di Pulau Jawa
Pengembangan Model Tanah-Lanskap untuk Menaksir Sifat Tanah di Pulau Jawa
 
UIBiofest – Universitas Indonesia
UIBiofest – Universitas IndonesiaUIBiofest – Universitas Indonesia
UIBiofest – Universitas Indonesia
 
Daftar pustaka
Daftar pustakaDaftar pustaka
Daftar pustaka
 
ANALISIS PARAMETER FISIKA-KIMIA UNTUK KEPENTINGAN REHABILITASI EKOSISTEM MANG...
ANALISIS PARAMETER FISIKA-KIMIA UNTUK KEPENTINGAN REHABILITASI EKOSISTEM MANG...ANALISIS PARAMETER FISIKA-KIMIA UNTUK KEPENTINGAN REHABILITASI EKOSISTEM MANG...
ANALISIS PARAMETER FISIKA-KIMIA UNTUK KEPENTINGAN REHABILITASI EKOSISTEM MANG...
 
Pkmgt 2011-rochiyat-sendok edibel dari
Pkmgt 2011-rochiyat-sendok edibel dariPkmgt 2011-rochiyat-sendok edibel dari
Pkmgt 2011-rochiyat-sendok edibel dari
 

Similar to Jurnal Risenologi Volume 2 Edisi 1 (Penunjuk Arah Cerdas Berbasis Fuzzy Rule Based)

Rpp ips 4 krincing
Rpp ips 4 krincingRpp ips 4 krincing
Rpp ips 4 krincing
afwah ummi farikhah
 
Jurnal vol 2 no 2 des 2010
Jurnal vol 2 no 2 des 2010Jurnal vol 2 no 2 des 2010
Jurnal vol 2 no 2 des 2010
Bambang Prakoso
 
PERBAIKAN LINGKUNGAN DENGAN PENANAMAN MANGROVE BERBASIS MASYARAKAT UNTUK MEND...
PERBAIKAN LINGKUNGAN DENGAN PENANAMAN MANGROVE BERBASIS MASYARAKAT UNTUK MEND...PERBAIKAN LINGKUNGAN DENGAN PENANAMAN MANGROVE BERBASIS MASYARAKAT UNTUK MEND...
PERBAIKAN LINGKUNGAN DENGAN PENANAMAN MANGROVE BERBASIS MASYARAKAT UNTUK MEND...
Asramid Yasin
 
selayang pandang tek.tambang UPN vetyeran yogyakarta
selayang pandang tek.tambang UPN vetyeran yogyakartaselayang pandang tek.tambang UPN vetyeran yogyakarta
selayang pandang tek.tambang UPN vetyeran yogyakarta
Teknik Pertambangan - UPN Veteran Yogyakarta
 
Bulletin KABARIMBO edisi 2 / Januari 2017
Bulletin KABARIMBO edisi 2 / Januari 2017Bulletin KABARIMBO edisi 2 / Januari 2017
Bulletin KABARIMBO edisi 2 / Januari 2017
P A Q-ting
 
Presentasi Promosi IPB 2013
Presentasi Promosi IPB 2013Presentasi Promosi IPB 2013
Presentasi Promosi IPB 2013Kirana Haryadi
 
1898-3738-1-SM.pdf
1898-3738-1-SM.pdf1898-3738-1-SM.pdf
1898-3738-1-SM.pdf
AndikaCahyaPutra
 
100 Spesies Pohon Nusantara Target Konservasi Kehati.pdf
100 Spesies Pohon Nusantara Target Konservasi Kehati.pdf100 Spesies Pohon Nusantara Target Konservasi Kehati.pdf
100 Spesies Pohon Nusantara Target Konservasi Kehati.pdf
Amin638839
 
318759-pengaruh-oksidator-dan-waktu-terhadap-yi-8fca702c.pdf
318759-pengaruh-oksidator-dan-waktu-terhadap-yi-8fca702c.pdf318759-pengaruh-oksidator-dan-waktu-terhadap-yi-8fca702c.pdf
318759-pengaruh-oksidator-dan-waktu-terhadap-yi-8fca702c.pdf
DhalalIntanNadila
 
Susunan acara
Susunan acaraSusunan acara
Susunan acara
agungrizky12
 
Ekosistem dan-sumberdaya-alam-pesisir-penerapan-pendidikan-karakter-konservasi
Ekosistem dan-sumberdaya-alam-pesisir-penerapan-pendidikan-karakter-konservasiEkosistem dan-sumberdaya-alam-pesisir-penerapan-pendidikan-karakter-konservasi
Ekosistem dan-sumberdaya-alam-pesisir-penerapan-pendidikan-karakter-konservasi
Willy Filcco
 
Makalah tentang mengkudu
Makalah tentang mengkuduMakalah tentang mengkudu
Makalah tentang mengkudu
Shella Marshell
 
RANCANGAN PELAJARAN TAHUNAN SAINS TINGKATAN 2 2024.doc
RANCANGAN PELAJARAN TAHUNAN SAINS TINGKATAN 2 2024.docRANCANGAN PELAJARAN TAHUNAN SAINS TINGKATAN 2 2024.doc
RANCANGAN PELAJARAN TAHUNAN SAINS TINGKATAN 2 2024.doc
m14009960
 
Pendahuluan lahan pertanian di indonesia
Pendahuluan lahan pertanian di indonesiaPendahuluan lahan pertanian di indonesia
Pendahuluan lahan pertanian di indonesia
debbyustari2
 
IPA SMP Kelas 8 Semester 2
IPA SMP Kelas 8 Semester 2IPA SMP Kelas 8 Semester 2
IPA SMP Kelas 8 Semester 2
siruz manto
 
Buku siswa ipa smt 2
Buku siswa ipa smt 2Buku siswa ipa smt 2
Buku siswa ipa smt 2
Ritma Ariesha
 
kultur jaringan
kultur jaringankultur jaringan
kultur jaringan
Febrina Tentaka
 
Bahan Alam Kelautan
Bahan Alam KelautanBahan Alam Kelautan
Bahan Alam Kelautan
Annisa Listyaindra
 
Paper Pertumbuhan Penggunaan Energi, Konservasi Energi, dan Pencemaran Energi...
Paper Pertumbuhan Penggunaan Energi, Konservasi Energi, dan Pencemaran Energi...Paper Pertumbuhan Penggunaan Energi, Konservasi Energi, dan Pencemaran Energi...
Paper Pertumbuhan Penggunaan Energi, Konservasi Energi, dan Pencemaran Energi...N'fall Sevenfoldism
 

Similar to Jurnal Risenologi Volume 2 Edisi 1 (Penunjuk Arah Cerdas Berbasis Fuzzy Rule Based) (20)

Rpp ips 4 krincing
Rpp ips 4 krincingRpp ips 4 krincing
Rpp ips 4 krincing
 
Jurnal vol 2 no 2 des 2010
Jurnal vol 2 no 2 des 2010Jurnal vol 2 no 2 des 2010
Jurnal vol 2 no 2 des 2010
 
PERBAIKAN LINGKUNGAN DENGAN PENANAMAN MANGROVE BERBASIS MASYARAKAT UNTUK MEND...
PERBAIKAN LINGKUNGAN DENGAN PENANAMAN MANGROVE BERBASIS MASYARAKAT UNTUK MEND...PERBAIKAN LINGKUNGAN DENGAN PENANAMAN MANGROVE BERBASIS MASYARAKAT UNTUK MEND...
PERBAIKAN LINGKUNGAN DENGAN PENANAMAN MANGROVE BERBASIS MASYARAKAT UNTUK MEND...
 
selayang pandang tek.tambang UPN vetyeran yogyakarta
selayang pandang tek.tambang UPN vetyeran yogyakartaselayang pandang tek.tambang UPN vetyeran yogyakarta
selayang pandang tek.tambang UPN vetyeran yogyakarta
 
Bulletin KABARIMBO edisi 2 / Januari 2017
Bulletin KABARIMBO edisi 2 / Januari 2017Bulletin KABARIMBO edisi 2 / Januari 2017
Bulletin KABARIMBO edisi 2 / Januari 2017
 
Presentasi Promosi IPB 2013
Presentasi Promosi IPB 2013Presentasi Promosi IPB 2013
Presentasi Promosi IPB 2013
 
1898-3738-1-SM.pdf
1898-3738-1-SM.pdf1898-3738-1-SM.pdf
1898-3738-1-SM.pdf
 
100 Spesies Pohon Nusantara Target Konservasi Kehati.pdf
100 Spesies Pohon Nusantara Target Konservasi Kehati.pdf100 Spesies Pohon Nusantara Target Konservasi Kehati.pdf
100 Spesies Pohon Nusantara Target Konservasi Kehati.pdf
 
318759-pengaruh-oksidator-dan-waktu-terhadap-yi-8fca702c.pdf
318759-pengaruh-oksidator-dan-waktu-terhadap-yi-8fca702c.pdf318759-pengaruh-oksidator-dan-waktu-terhadap-yi-8fca702c.pdf
318759-pengaruh-oksidator-dan-waktu-terhadap-yi-8fca702c.pdf
 
Susunan acara
Susunan acaraSusunan acara
Susunan acara
 
Ekosistem dan-sumberdaya-alam-pesisir-penerapan-pendidikan-karakter-konservasi
Ekosistem dan-sumberdaya-alam-pesisir-penerapan-pendidikan-karakter-konservasiEkosistem dan-sumberdaya-alam-pesisir-penerapan-pendidikan-karakter-konservasi
Ekosistem dan-sumberdaya-alam-pesisir-penerapan-pendidikan-karakter-konservasi
 
Makalah tentang mengkudu
Makalah tentang mengkuduMakalah tentang mengkudu
Makalah tentang mengkudu
 
RANCANGAN PELAJARAN TAHUNAN SAINS TINGKATAN 2 2024.doc
RANCANGAN PELAJARAN TAHUNAN SAINS TINGKATAN 2 2024.docRANCANGAN PELAJARAN TAHUNAN SAINS TINGKATAN 2 2024.doc
RANCANGAN PELAJARAN TAHUNAN SAINS TINGKATAN 2 2024.doc
 
Pendahuluan lahan pertanian di indonesia
Pendahuluan lahan pertanian di indonesiaPendahuluan lahan pertanian di indonesia
Pendahuluan lahan pertanian di indonesia
 
IPA SMP Kelas 8 Semester 2
IPA SMP Kelas 8 Semester 2IPA SMP Kelas 8 Semester 2
IPA SMP Kelas 8 Semester 2
 
Buku siswa ipa smt 2
Buku siswa ipa smt 2Buku siswa ipa smt 2
Buku siswa ipa smt 2
 
kultur jaringan
kultur jaringankultur jaringan
kultur jaringan
 
Jurnal.pdf
Jurnal.pdfJurnal.pdf
Jurnal.pdf
 
Bahan Alam Kelautan
Bahan Alam KelautanBahan Alam Kelautan
Bahan Alam Kelautan
 
Paper Pertumbuhan Penggunaan Energi, Konservasi Energi, dan Pencemaran Energi...
Paper Pertumbuhan Penggunaan Energi, Konservasi Energi, dan Pencemaran Energi...Paper Pertumbuhan Penggunaan Energi, Konservasi Energi, dan Pencemaran Energi...
Paper Pertumbuhan Penggunaan Energi, Konservasi Energi, dan Pencemaran Energi...
 

More from rednoNS

Knowledge Management
Knowledge ManagementKnowledge Management
Knowledge Management
rednoNS
 
Knowledge Management
Knowledge ManagementKnowledge Management
Knowledge Management
rednoNS
 
Tutorial ArcView Data Grafiks
Tutorial ArcView Data GrafiksTutorial ArcView Data Grafiks
Tutorial ArcView Data Grafiks
rednoNS
 
Tutorial Penggunaan ArcView
Tutorial Penggunaan ArcViewTutorial Penggunaan ArcView
Tutorial Penggunaan ArcView
rednoNS
 
Digital library untuk pengambilan data dan dokumen sebagai sarana meraaih ima...
Digital library untuk pengambilan data dan dokumen sebagai sarana meraaih ima...Digital library untuk pengambilan data dan dokumen sebagai sarana meraaih ima...
Digital library untuk pengambilan data dan dokumen sebagai sarana meraaih ima...
rednoNS
 
Analisis dan Perangcangan Sistem pemira tingkat fakultas
Analisis dan Perangcangan Sistem pemira tingkat fakultasAnalisis dan Perangcangan Sistem pemira tingkat fakultas
Analisis dan Perangcangan Sistem pemira tingkat fakultas
rednoNS
 
PSSI Pengembangan Objek Wisata
PSSI Pengembangan Objek WisataPSSI Pengembangan Objek Wisata
PSSI Pengembangan Objek Wisata
rednoNS
 

More from rednoNS (7)

Knowledge Management
Knowledge ManagementKnowledge Management
Knowledge Management
 
Knowledge Management
Knowledge ManagementKnowledge Management
Knowledge Management
 
Tutorial ArcView Data Grafiks
Tutorial ArcView Data GrafiksTutorial ArcView Data Grafiks
Tutorial ArcView Data Grafiks
 
Tutorial Penggunaan ArcView
Tutorial Penggunaan ArcViewTutorial Penggunaan ArcView
Tutorial Penggunaan ArcView
 
Digital library untuk pengambilan data dan dokumen sebagai sarana meraaih ima...
Digital library untuk pengambilan data dan dokumen sebagai sarana meraaih ima...Digital library untuk pengambilan data dan dokumen sebagai sarana meraaih ima...
Digital library untuk pengambilan data dan dokumen sebagai sarana meraaih ima...
 
Analisis dan Perangcangan Sistem pemira tingkat fakultas
Analisis dan Perangcangan Sistem pemira tingkat fakultasAnalisis dan Perangcangan Sistem pemira tingkat fakultas
Analisis dan Perangcangan Sistem pemira tingkat fakultas
 
PSSI Pengembangan Objek Wisata
PSSI Pengembangan Objek WisataPSSI Pengembangan Objek Wisata
PSSI Pengembangan Objek Wisata
 

Jurnal Risenologi Volume 2 Edisi 1 (Penunjuk Arah Cerdas Berbasis Fuzzy Rule Based)

  • 2. ISSN. 2502-5643 RISENOLOGI Jurnal Sains, Teknologi, Sosial Pendidikan dan Bahasa ISSN. 2502-5643 Volume 2 Edisi 1, April 2017 hlm 1-70 Jurnal Risenologi adalah jurnal ilmiah yang diterbitkan oleh Unit Kegiatan Mahasiswa Kelompok Peneliti Muda Univeritas Negeri Jakarta. Diterbit dua kali dalam setahun, April dan Oktober. ISSN. 2502-5643 PENANGUNG JAWAB Achmad Sofyan Hanif PENANGGUNG JAWAB PELAKSANA Massus Subekti KETUA REDAKSI Mochammad Aldi Mauludin SEKRETARIS REDAKSI Amrul Mukmin Denawati Junia DEWAN EDITOR Massus Subekti Sudharno Dwi Yuwono REDAKSI PELAKSANA Peni Suprapti Pratiwi Phuspita Ningrum Harmawan Febrianto Nur Mei Alfi Fajrin Husni Falah O Jaya Perbangsa Anwar Setiadi DESAIN GRAFIS Ita Puspitasari Asmara Yoga Lintang Dhanasmoro ALAMAT REDAKSI Unit Kegiatan Mahasiswa Kelompok Peneliti Muda Universitas Negeri Jakarta Jalan Pemuda Gedung G Lantai 1 Ruang 106 Rawamangun Jakarta Timur 13220, Telp. (021) 4892926 Email : penelitimudaunj@gmail.com Web : www.kpmunj.org
  • 3. ISSN. 2502-5643 KATA SAMBUTAN Assalamu’alaikum Wr. Wb. Kemajuan ilmu pengetahuan selalu meningkat setiap tahunnya. Pembaharuan setiap cabang ilmu selalu ditingkatkan baik dari segi pemahaman maupun penerapan. Namun hal itu tidak bisa dilakukan tanpa adanya suatu penelitian. Penelitian merupakan langkah awal untuk mengembangkan suatu ilmu pengetahuan. Melalui berbagai eksperimen dan uji coba serta penerapan di masyarakat membuat ilmu pengetahuan semakin berkembang. Ilmu pengetahuan memiliki banyak jenis cabang namun secara spesifikasi dapat digolongkan menjadi beberapa jenis yaitu saint, teknologi, sosial pendidikan dan bahasa. Semua itu perlu di kembangkan untuk meningkatkan setiap cabang ilmu pengetahuan. Melalui jurnal ini dapat sebagai wadah dalam mengapresiasi mahasiswa Universitas Negeri Jakarta yang sering melakukan penelitian. Mahasiswa merupakan garda terdepan dalam berbagai pembangunan masyarakat. Dalam Jurnal RISENOLOGI ini terdapat bermacam-macam judul penelitian dari berbagai bidang penelitian. Hal ini diharapkan agar menjadi motovasi bagi mahasiswa yang belum melakukan penelitian sehingga memiliki keinginan untuk meneliti. Selain itu dengan melakukan penelitian, mahasiswa akan terbiasa untuk mengerjakan karya tulis sehingga nanti saat sedang melakukan penelitian akhir yaitu skripsi tidak akan kesulitan atau jalannya lebih mudah. Jakarta, April 2017 Achmad Sofyan Hanif Wakil Rektor Bidang Kemahasiswaan dan Alumni
  • 4. ISSN. 2502-5643 DAFTAR ISI Jurnal Sains, Teknologi, Sosial Pendidikan dan Bahasa ISSN. 2502-5643 Volume 2 Edisi 1, April 2017 hlm 1-68 PENGARUH KADAR NITRAT TERHADAP PERTUMBUHAN DAN KADAR LIPID MIKROALGA Melosira sp. SEBAGAI TAHAP AWAL PRODUKSI BIOFUEL (Dwi Oktaviani, Adisyahputra M.S., Nilna Amelia) 3-15 ANALISIS PESEBARAN AIR LINDI DAN KARAKTERISASI BAWAH PERMUKAAN AREA ALIH FUNGSI LAHAN TEMPAT PEMBUANGAN AKHIR (TPA) SUKOLILO - SURABAYA SEBAGAI PERTIMBANGAN PEMBANGUNAN (P.R. Lestari, T.A.B. Harjo , I. Gazali, A.S. Bahri)....... 16-25 PENUNJUK ARAH CERDAS BERBASIS ATURAN FUZZY (SEBUAH IDE IMPLEMENTASI DARI PENGGUNAAN SENSOR LALU LINTAS (Ditdit Nugeraha Utama, Redno Novicta Sari, Risa Sekarningtyas, M. Habibullah, Anasta Wulandari , Indriyani Eta Rahastri, Darnilia Nurul Sakina , M. Miftahuddin, Hilda Cahyani) ......................................................................................................... 26-37 “E-G-L” (ENGKLEK GAME LEARNING) MEDIA EDUKATIF DAN INOVATIF SEBAGAI MEDIA MASA ORIENTASI SISWA (MOS) DALAM PEMETAAN KEMAMPUAN DASAR SISWA SEKOLAH MENENGAH ATAS (Abdul Rozak, Muji Rahayu) ........................................................................................................... 38-47 PEMAHAMAN NILAI-NILAI PAPPASANG DALAM MENINGKATKAN KARAKTER BANGSA YANG BERKEARIFAN LOKAL (Dedi Gunawan Saputra) ......................................................................................................... 48-57 PENGARUH PENAMBAHAN JAGUNG Manis (Zea Mays Saccharata) Terhadap Sifat Fisik dan Akseptabilitas pada Rolade Tempe (Friska Ruswandani Pratiwi, Agustiani Putri, Nur Mei Alfi Fajrin).............................................. 58-68 Glosarium...................................................................................................... 69-70
  • 5. ISSN. 2502-5643 PENGARUH KADAR NITRAT TERHADAP PERTUMBUHAN DAN KADAR LIPID MIKROALGA Melosira sp. SEBAGAI TAHAP AWAL PRODUKSI BIOFUEL Dwi Oktaviani1) ,Adisyahputra.2) , Nilna Amelia3 1 Anggota Peneliti Muda Utama, 2 Pengajar Program Studi Biologi FMIPA UNJ, 3 Peneliti lab. Alga Pertamina Research and Development Kelompok Peneliti Muda Universitas Negeri Jakarta Email: dwioktaviani64@gmail.com ABSTRAK Kebutuhan Indonesia di sektor energi semakin meningkat setiap tahunnya, sedangkan energi fosil yang merupakan sumber energi utama semakin menurun. Oleh sebab itu, perlu dilakukan usaha-usaha untuk mencari bahan bakar alternatif untuk memenuhi kebutuhan energi di Indonesia. Indonesia memiliki kekayaan alam, diantaranya mikroalga Melosira sp. yang dapat dikembangkan menjadi biofuel karena memiliki asam lemak C:16 (asam palmitat dan asam palmitoleat) yang tinggi. Pada penelitian sebelumnya diketahui bahwa Melosira sp. memiliki biomassa yang tinggi, namun kadar lipid nya cukup rendah. Kadar lipid dipengaruhi oleh zat hara, salah satunya yaitu nitrat. Tujuan penelitian ini yaitu untuk menentukan kadar nitrat yang optimal untuk produksi lipid pada mikroalga Melosira sp. Penelitian ini dilakukan di laboratorium Alga Pertamina Research and Development Pulogadung, Jakarta, pada bulan Desember 2015 - April 2016, meliputi tahap kultivasi, pemanenan, penghitungan biomassa, ekstraksi dan destilasi. Variasi konsentrasi kadar nitrat pada medium f/2 yaitu 0,88 M (kontrol), 0,58 M, 1,17 M, 1,47 M diberikan di tahap kultivasi pada aquarium. Penelitian ini menggunakan Rancangan Acak Lengkap (RAL). Parameter yang diamati: kurva pertumbuhan, laju pertumbuhan, biomassa dan kadar lipid. Hasil penelitian menunjukkan laju pertumbuhan dan biomassa tertinggi didapatkan dari perlakuan dengan kadar nitrat 1,47 M, hal ini dikarenakan nitrat pada kultur dapat dimanfaatkan secara optimal untuk pembentukan biomassa melalui proses fotosintesis. Sedangkan kadar lipid tertinggi didapatkan dari perlakuan dengan kadar nitrat 0,58 M. Stress nitrat menyebabkan akumulasi lipid, sehingga kadar lipid tertinggi diperoleh dari kadar nitrat terendah yaitu 0,58 M. Kata Kunci Melosira sp., energi terbarukan, solusi krisis energi Indonesia, nitrat. 1Jurnal RISENOLOGI KPM UNJ Vol. 2 Edisi 1, April 2017
  • 6. ISSN. 2502-5643 ABSTRACT Indonesia needs in the energy sector is increasing every year, while fossil fuels are the main energy source decreases. Therefore, there should be efforts to find alternative fuels to compelte Indonesia needs in energy. Indonesia has natural resources, such as microalgae Melosira sp. which can be developed into a biofuel because the fatty acids C:16 (palmitic acid and acid palmioleat) are high. Previous research has suggested that Melosira sp has a high biomass, but low lipid levels. Lipid levels are influenced by nutrients, one of which is nitrogen. The aim of this research was to determine optimum nitrate levels for growth and lipid level ofMelosira sp. This research was conducted in the Algae laboratory of Pertamina Research and Development Pulogadung, Jakarta, in December 2015-April 2016, includes the step of cultivation, harvesting, calculating biomass, extraction and distillation. Variations in the concentration of nitrate levels in medium f/2 is 0,88 M (control), 0,58 M, 1,17 M, 1,47 M given at the stage of cultivation in the aquarium. This study uses a completely randomized design (CRD). Parameter observed: the growth curve, growth rate, biomass and lipid levels. The results showed the highest growth rate obtained from the treatment with nitrate levels 1,17 M and 1,47 M. Highest biomass growth rate obtained from the treatment with nitrate levels 1,47 M. This is because the nitrate in the culture can be optimally used for the formation of biomass through photosynthesis. While the highest lipid levels obtained from the treatment with nitrate levels 0,58 M. Keywords: Melosira sp., renewable energy, Indonesia critical energy solution, nitrate. PENDAHULUAN Kebutuhan Indonesia di sektor energi terus meningkat setiap tahunnya, sedangkan energi fosil yang merupakan sumber energi utama terus menurun. Oleh sebab itu, perlu dilakukan usaha untuk mencari bahan bakar alternatif (Sharma, 2008). Pemerintah melalui Inpres Nomor 1 Tahun 2006 telah mencangkan untuk mencari sumber bahan bakar pengganti terbarukan dari biomassa organisme (bioenergi). Sejauh ini, sumber daya alam yang sudah dimanfaatkan untuk dijadikan biofuel yakni tanaman kelapa sawit, jarak pagar dan jagung (Pienkos, 2007). Namun, dalam budidaya tanaman tersebut dibutuhkan lahan yang luas, waktu panen yang lama dan juga beririsan dengan kepentingan pangan. Di sisi lain, Indonesia memiliki kekayaan sumber daya alam laut yaitu mikroalga. Budidaya mikroalga tidak membutuhkan lahan yang luas, tidak memerlukan waktu panen yang lama dan juga tidak beririsan dengan kepentingan di sektor pangan. Salah satu mikroalga yang berpotensi dikembangkan sebagai bahan bioenergi ialah Melosira sp. karena mengandung asam lemak C:16 (asam palmitat dan asam palmioleat) yang tingi yaitu sebesar 46% dan 32%. Namun, berdasarkan penelitian sebelumnya diatom Melosira sp. yang diisolasi dari perairan estuaria Timika 2 Dwi Oktaviani – Pengaruh Kadar Nitrat
  • 7. ISSN. 2502-5643 dilaporkan mengandung lipid yang cukup rendah, akan tetapi biomassanya 13 kali lipat dari bimoassa Chaetoceros gracilis (Panggabean dan Sutomo, 2012). Kadar lipid pada mikroalga berkaitan dengan kadar unsur hara yang diberikan. Unsur hara yang berpengaruh terhadap kadar lipid dan pertumbuhan mikroalga yaitu nitrat. Beberapa penelitian telah dilakukan untuk melihat pengaruh variasi konsentrasi nitrogen terhadap pertumbuhan, pembentukkan biomassa, maupun kandungan esensial mikroalga. Pada Spirulina fusiformis, penurunan konsentrasi nitrogen memberikan dampak berupa penurunan pembentukkan biomassa, penurunan kandungan protein dan penurunan kandungan klorofil (Chrismadha et al., 2006). Penurunan kandungan nitrogen pada Chlorella pyrenoidosa memberikan dampak berupa penurunan pembentukkan biomassa tetapi menaikkan kandungan lipidnya (Nigam et al., 2011). Nitrogen diperlukan dalam proses fotosintesis yang melibatkan klorofil sebagai komponen utamanya, sehingga berpengaruh pada biomassa yang dihasilkan mikroalga. Namun, kadar nitrogen yang terlalu rendah dapat menyebabkan protein terpecah menjadi asam amino yang kemudian membentuk asetil-koA sehingga dapat menyebabkan meningkatnya kadar lipid (Colby,1988; Widianingsih et al.,2008). Sejauh ini belum dilakukan penelitian mengenai pengaruh kadar nitrat terhadap pertumbuhan Melosira sp. Oleh sebab itu, penelitian ini dilakukan dengan tujuan untuk mengetahui kadar nitrat optimal untuk pembentukan biomassa dan lipid pada mikroalga Melosira sp. sebagai bahan utama pembuatan biofuel. METODE PENELITIAN Metode penelitian yang digunakan dalam penelitian ini yaitu eksperimen, dengan rancangan acak lengkap (RAL). Prosedur Penelitian Alat dan Bahan Alat yang digunakan pada penelitian ini yaitu mikroskop Olympus, haemocytometer, hand counter, destilator, ultrasonik, peralatan gelas, oven, aquarium, lampu neon, air stone, air pump, selang, pH meter, lux meter, salinometer, membran penyaring dan filter air. Bahan yang digunakan yaitu kultur murni Melosira sp. Air laut, pelarut n-hexana, methanol, medium f/2 dan aquadest. 3Jurnal RISENOLOGI KPM UNJ Vol. 2 Edisi 1, April 2017
  • 8. ISSN. 2502-5643 Skema Penelitian Gambar 1. Skema Penelitian Teknik Pengumpulan Data Parameter yang diukur dalam penelitian ini adalah kurva pertumbuhan Melosira sp., laju pertumbuhan Melosira sp., biomassa mikroalga Melosira sp. dan kadar lipid (volume lipid akhir destilasi). Teknik Analisis Data Data kuantitatif yang berupa laju pertumbuhan, biomassa dan kadar lipid dari empat variasi kadar nitrat dengan pengulangan masing-masing tiga kali pengulangan, akan diolah mengunakan teknik analisis data ANOVA (Analysis of Variance) 1 arah (one-way) pada α = 0,05, yang dilanjutkan dengan uji Duncan pada α = 0,05. HASIL DAN PEMBAHASAN A. Pertumbuhan Sel Mikroalga Melosira sp. 1) Dekripsi Morfologi, Kurva Pertumbuhan dan Laju Pertumbuhan Melosira sp. Pertumbuhan mikroalga Melosira sp. diamati dengan menggunakan haemacytometer dibawah mikroskop DSX olympus. Berikut gambar sel Melosira sp. yang diamati setiap 1x24 jam 4 Dwi Oktaviani – Pengaruh Kadar Nitrat
  • 9. ISSN. 2502-5643 Gambar 2. Pengamatan sel Melosira sp. di bawah mikroskop DSX. Perbesaran 10 x 10 (A), Perbesaran 40 x 10 (B), Terminal auxospore (i), Mucilage (ii), Pseudoculcus (iii), Pengamatan pada chamber hitung (D). Melosira sp. memiliki warna cokelat tua, hidup berkoloni dan merupakan uniselular. Ciri khas yang dimiliki oleh diatom yaitu dinding sel nya terdiri atas silikat. Silikat merupakan unsur penting dalam pembentukan dinding seldan cangkang bagi kelompok diatom (Endar, 2012). Pembentukan dinding sel pada diatom berfungsi sebagai ketahanan terhadap lingkungan. Menurut Arinardi et al. (1994) ciri khas diatom ditunjukan dengan adanya pahatan tertentu pada dinding selnya yang terdiri dari silikat, sehingga memiliki ketahanan yang tinggi terhadap tekanan lingkungan. Berdasarkan hasil pengamatan dengan mikroskop, Sel Melosira sp. berbentuk silinder memiliki diameter ± 19 µm. Luas permukaan ± 283 µm2 . Ciri khas yang dimiliki oleh genus Melosira yaitu selnya berpasangan (2 sel) dan diantara pasangan satu dengan yang lainnya dibatasi oleh bantalan lendir (mucilage) (gambar 2.ii). Menurut Round et al. (1990) mekanisme pergerakan diatom disertai dengan sekresi lendir (mucilage) ke dalam raphe (celah yang menembus dinding yang mengandung silika). Mucilage mengandung polisakarida sulfat. Melosira sp. berkembangbiak dengan menggunakan auxospore (gambar 2. i). Auxospore merupakan spora reproduksi pada diatom yang dibentuk oleh penyatuan dua sel (Round et al., 1990 ). Perhitungan sel Melosira sp. pada kamar hitung (kotak 16) di kedua chamber (atas dan bawah). Perhitungan dilakukan setiap 1x24 jam. Hasil pengamatan pada kedua chamber (chamber 1 dan chamber 2) dihitung menggunakan rumus Hansen (2000): Jumlah Sel/ml = Berikut kurva pertumbuhan mikroalga Melosira sp. pada variasi kadar nitrat yang berbeda Gambar 3. Kurva Pertumbuhan Melosira sp. pada Kadar Nitrat yang Berbeda Berdasarkan kurva diatas, dapat diketahui bahwa pola pertumbuhan Melosira sp. perlakuan kadar nitrat 0,58 5Jurnal RISENOLOGI KPM UNJ Vol. 2 Edisi 1, April 2017
  • 10. ISSN. 2502-5643 M dan 0,88 M memiliki empat fase pertumbuhan, yaitu fase lag, fase eksponensial, fase stasioner, dan fase kematian. Sedangkan, perlakuan kadar nitrat 1,17 M dan 1,47 M, memiliki tiga fase pertumbuhan, yaitu fase eksponensial, fase stasioner, dan fase kematian. Perbedaan ini disebabkan jumlah nutrien yang terdapat pada setiap kultur berbeda, sehingga pertumbuhan sel pada setiap kultur akan berbeda pula. Pada saat mikroalga dapat mengkonsumsi nutrisi dalam media tumbuh secara optimal, maka mikroalga tersebut memasuki fase eksponensial dengan menghasilkan warna kultur lebih pekat seiring dengan meningkatnya kepadatan sel kultur (Pranayogi, 2003). Tidak adanya fase lag pada perlakuan kadar nitrat 1,17 M dan 1,47 M, juga dapat dijelaskan bahwa pertumbuhan mikroalga di dalam kultur biasanya tidak mengalami fase lag bila kondisi lingkungannya sudah sesuai dengan lingkungan sebelumnya (Panggabean dan Sutomo, 2000). Fase eksponensial terjadi pada H1- H4, dengan jumlah sel yang berbeda- beda pada perlakuan kadar nitrat 1,17 M dan 1,47 M. Kultur Melosira sp. mengalami pertumbuhan logaritmik selama 4 hari (Panggabean dan Sutomo, 2012). Sedangkan, pada 0,88M fase eksponensial terjadi pada H2-H4. Kemudian memasuki fase statsioner pada hari ke 5 sampai dengan hari ke-7. Menurut Setyaningsih et al., (2008), fase stasioner merupakan fase pertumbuhan yang konstan karena nutrien semakin berkurang dan populasi semakin padat. Pada hari ke-8 memasuki fase death (kematian). Perbedaan jumlah sel pada setiap perlakuan mengakibatkan perbedaan laju pertumbuhan (growth rate), penghitungan laju pertumbuhan pada penelitian ini menggunkan rumus Fogg (1965). Berdasakan hasil pengamatan kurva pertumbuhan, diketahui bahwa t1 (waktu pertumbuhan akhir) selama 4 hari yaitu saat pertumbuhan logaritmik (fase eksponensial). Sedangkan N1 (jumlah sel akhir) yaitu jumlah sel pada hari ke-4 (H4) sebagai akhir fase eksponensial, karena pada hari ke-5 jumlah sel mengalami penurunan. Sehingga dapat didefinisikan bahwa hari ke-5 telah memasuki fase statsioner. Adapun laju pertumbuhan sel Melosira sp. pada tiap perlakuan kadar nitrat dapat dilihat pada tabel 8. Tabel 1. Laju Pertumbuhan (k) Melosira sp. pada Kadar Nitrat yang Berbeda Perlakuan Rerata Laju Perumbuhan (pembelahan/hari) ± SE 0,58 M 0,349a ±0,009 0,88 M 0,355a ±0,008 1,17 M 0,410b ±0,008 1,47 M 0,423b ±0,004 Ket: Angka yang diikuti oleh huruf yang sama tidak berbeda nyata pada α=0,05 uji Duncan Berdasarkan tabel 1. dapat diketahui bahwa laju pertumbuhan tertinggi yaitu 0,423 pada perlakuan 1,47M. Semakin tinggi kadar nitrat, maka semakin tinggi pula laju pertumbuhan (k) Melosira sp. Hal ini dikarenakan suplai nitrat sebagai makronutrien yang lebih tinggi dapat dimanfaatkan sebagai unsur pembangun struktur klorofil dan pembangun struktur protein. sehingga pembelahan sel dan fotosintesis yang terjadi lebih tinggi dibandingkan dengan perlakuan kadar nitrat 0,58 M; 0,88M; 1,17M. Jumlah protein dalam bentuk enzim yang banyak akan membantu proses pengangkutan 6 Dwi Oktaviani – Pengaruh Kadar Nitrat
  • 11. ISSN. 2502-5643 menjadi lebih cepat, sehingga biomassa yang merupakan hasil fotosintesis dapat terakumulasi lebih banyak. Penelitian yang dilakukan oleh Burbell dan Phillips (1925) menunjukkan hasil yang sama yaitu pada pemberian nitrat yang berlebih pada medium kultur mikroalga menyebabkan pertumbuhan mikroalga 2 kali lebih cepat. Laju pertumbuhan (growth rate) berbanding lurus dengan biomassa mikroalga karena dengan laju pertumbuhan yang optimal akan menghasilkan biomassa yang optimal pula. Mikroalga yang mempunyai pertumbuhan baik akan lebih aktif mengkonversi CO2 menjadi biomassa sehingga produktivitas biomassa menjadi tinggi (Setiawan et al., 2008). B. Biomassa Melosira sp. Tabel 2. Rerata Biomassa Melosira sp. pada Perlakuan Kadar Nitrat yang Berbeda (gr) Perlakuan Kadar Nitrat Rerata Biomassa (gr) ± SE 0,58 M 8,33a ± 0,33 0,88 M 8,67a ± 0,67 1,17 M 8,67a ± 0,33 1,47 M 11,67b ± 0,33 Ket: Angka yang diikuti oleh huruf yang sama tidak berbeda nyata pada α=0,05 uji Duncan. Berdasakan tabel 2, diketahui bahwa biomassa tertinggi diperoleh pada perlakuan kadar nitrat 1,47M. Pembentukan biomassa berkaitan dengan aktivitas fotosintesis oleh klorofil dan sintesis klorofil-a dapat berlangsung dengan ketersediaan N yang cukup. Nitrogen dibutuhkan sebagai elemen- elemen penyusun protein dan klorofil (Berg et al., 2002). Semakin tinggi kadar nitrat, maka pembentukan klorofil pada Melosira sp. semakin tinggi, sehingga memicu pertumbuhan biomassa. Nitrat sebagai sumber nitrogen anorganik yang paling umum digunakan oleh mikroalga termasuk Melosira sp. tidak dapat digunakan secara langsung dalam proses metabolisme selnya. Mula- mula nitrat akan direduksi terlebih dahulu menjadi nitrit yang dikatalis oleh enzim reduktase (NaR), kemudian dilanjutkan oleh reduksi nitrit menjadi ammonium oleh enzim nitrit reduktase (NiR) sebagai katalisatornya. Selanjutnya nitrogen dalam bentuk ammonium inilah yang akan digunakan sebagai bahan pembentuk makromolekul sel (Salisbury dan Ross, 1992). Rendahnya biomassa yang dihasilkan pada perlakuan pemberian kadar nitrat 0,58 M diduga disebabkan oleh peristiwa dinamika penggantian sel- sel klorofil yang rusak akibat fotooksidasi, melibatkan asam-asam amino dan enzim-enzim yang mengandung N (Borowitzka dan Moheimani, 2013). Apabila terjadi defisiensi N pada mikroalga proses penggantian tersebut akan terhambat dan mengakibatkan kekurangan pigmen fotosintetik klorofil dan fikobilin yang mengandung N (Dennis dan Turpin, 1997). C. Kadar Lipid Tabel 3. Rerata Kadar Lipid Melosira sp. pada Perlakuan Kadar Nitrat yang Berbeda (gr) Perlakuan Kadar Nitrat Rerata Kadar Lipid (%) ± SE 1,47 M 6,22a ± 0,19 7Jurnal RISENOLOGI KPM UNJ Vol. 2 Edisi 1, April 2017
  • 12. ISSN. 2502-5643 1,17 M 6,47a ± 0,86 0,88 M 7,66b ± 0,99 0,58 M 11,86c ± 0,15 Ket: Angka yang diikuti oleh huruf yang sama tidak berbeda nyata pada α=0,05 uji Duncan. Kadar lipid tertinggi diperoleh pada perlakuan kadar nitrat yang terendah yaitu 0,58 M, hal ini seuai dengan penelitian yang dilakukan oleh Panggaben, 2012 namun pada jenis mikroalga yang berbeda. Kondisi stress kekurangan N menyebabkan terganggunya sistesis membrane lipid yang mengandung komponen asam-asam lemak tidak jenuh dan menyebabkan terjadinya akumulasi asam-asam lemak netral cadangan dalam sel dalam bentuk triacylglycerol (TAG) pada alga (Hu et al., 2008). Akumulasi asam lemak inilah yang diinginkan dalam aplikasi mikroalga sebagai sumber bahan alternatif pengganti bahan bakar fosil. Nitrat (NO3- ) adalah bentuk utama nitrogen di perairan alami dan merupakan nutrient utama bagi pertumbuhan tanaman dan alga. Nitrat digunakan oleh mikroalga untuk melangsungkan metabolisme dan bereproduksi (Bergman 1999: Bagus Ida 2015). Kandungan lipid dalam mikroalga biasanya dalam bentuk gliserol dan asam lemak. Akumulasi lipid biasanya terjadi dalam periode tekanan lingkungan, termasuk dalam kondisi kekurangan nutrien ketika masa pertumbuhan. Dalam beberapa kasus, senyawa lipid bisa ditingkatkan dengan melakukan pemiskinan nitrogen dengan faktor tekanan yang lain (Kawaroe et al., 2010). Mikroalga memiliki sIstem metabolisme yang ada di protoplasma, pada konsentrasi nitrogen rendah seluruh alga memiliki kandungan dan produktivitas yang tinggi, sebaliknya pada konsentrasi nitrat yang tinggi kandungan produktivitas lipidnya rendah. Hal ini sesuai dengan pendapat Borowitzka (1988) yang menyatakan bahwa pada konsentrasi nitrogen yang rendah, mikroalga mengandung banyak lipid. Kimball (1991) berpendapat bahwa ada hubungan metrabolisme antara karbohidrat, protein dan lemak yaitu kompetisi asetil ko-A, yang merupakan precursor pada beragam jalur biosintesis seperti lemak, protein dan karbohidrat. Kadar nitrat 0,58 M dibawah standar kadar nitrat pada medium f/2 yaitu 0,88 M, sehingga dapat diartikan bahwa pada kondisi tersebut mikroalga berada dalam stress lingkungan. Pada kondisi ini, mikroalga akan cenderung membentuk lipid sebagai cadangan makanan daripada membentuk karbiohidrat dan senyawa lainnya. Hal ini disebabkan karena mikroalga lebih banyak menggunakan atom karbon untuk membentuk lipid daripada karbohidrat, sebagai akibat meningkatnya aktifitas enzim asetil ko-A karboksilase (Sheehan et al., 1998). Berikut gambar destilat lipid. Gambar 4. Destilat lipid Melosira sp. kadar nitrat: 0,58 M ulangan ke-1 (A); 0,58 M ulangan ke-2 (B); 0,58 M ulangan ke-3 (C); 0,88 M ulangan ke-1 (D); 0,88 M ulangan ke-2 (E); 0,88 M ulangan ke-3 (F); 1,17 M ulangan ke-1 (G); 1,17 M ulangan ke-2 (H); 1,17 M ulangan ke-3 (I); 1,47 M ulangan ke-1 (J); 1,47 M ulangan ke-2 (K); 1,47 M 8 Dwi Oktaviani – Pengaruh Kadar Nitrat
  • 13. ISSN. 2502-5643 ulangan ke-3 (L). D. Pengaruh Kadar Nitrat terhadap Laju Pertumbuhan, Biomassa dan Kadar Lipid Melosira sp. Tabel 4. Rerata Laju Pertumbuhan, Biomassa dan Kadar Lipid Melosira sp. pada Kadar Nitrat yang Berbeda Berdasakan data di atas dapat diketahui bahwa semakin tinggi kadar nitrat yang diberikan pada kultur Melosira sp., maka semakin tinggi pula laju pertumbuhan dan biomassa Melosira sp. Namun, semakin tinggi kadar nitrat yang diberikan pada kultur Melosira sp., kadar lipid yang dihasilkan semakin rendah. Hal ini dapat dijelaskan bahwa kadar nitrat 1,17 M merupakan batas kritis pertumbuhan vegetatif, karena pada kadar nitrat yang lebih tinggi, yaitu 1,47 M, laju pertumbuhan (growth rate) mikroalga Melosira sp. tidak berbeda jauh dengan 1,17 M. ketika organisme fotosintetik memasuki masa vegetatif, maka organisme tersebut sangat membutuhkan unsur hara N, sehingga saat itu unsur hara N berperan vital bagi organisme tersebut. Unsur hara ini memiliki fungsi mensitensis klorofil yang kemudian digunakan organisme fotosintetik untuk fotosintesis (Bojovic, 2009). Semakin tinggi kadar nitrat, biomassa juga semakin tinggi, namun, kadar lipidnya jutru rendah. Hal ini dapat dijelaskan bahwa pada saat mikroalga dikultur pada kondisi stress nutrien, proses metabolismenya akan terganggu, yaitu adanya kompetisi antara pembentukan biomassa dan TGA melalui proses asimilasi fotosintesis dan mengubah jalur metabolisme untuk menstimulasi biosintesis lipid. Hal ini sesuai dengan penelitian yang dilakukan oleh Fakhry dan Maghraby, 2015 yaitu terdapat korelasi terbalik antara kadar nitrat yang diberikan pada kultur Nannochloropsis salina dengan kadar lipid yang diproduksinya. Kondisi stress nutrien memungkinkan senyawa piruvat yang dihasilkan dari proses glikolisis akan dikonversi menjadi asetil ko-A oleh kompleks enzim piruvat dehidrogenase yang terdapat di plastida. Asetil ko-A yang dihasilkan dari piruvat selanjutnya diaktifkan menjadi malonil ko-A yang dikatalis oleh kompleks enzim asetil ko- A karboksilase. Malonil ko-A menyusun donor karbon untuk masing-masing siklus lintasan biosintesis asam lemak. Asam lemak dihasilkan melalui kompleks multi subunit yang tersusun oleh enzim fatty acid synthase. Asam lemak yang telah dihasilkan kemudian diaktivasi untuk menggabungkan asam lemak tersebut ke membran lipid (Campbell, 2008). Akumulasi lipid saat mikroalga berada pada kondisi nitrat yang rendah distimulasi oleh enzim isocitrate dehydrogenase (Spolaore et al., 2006). 9Jurnal RISENOLOGI KPM UNJ Vol. 2 Edisi 1, April 2017
  • 14. ISSN. 2502-5643 KESIMPULAN Berdasarkan hasil penelitian, dapat disimpulkan bahwa: 1. Terdapat perbedaan laju pertumbuhan pada setiap perlakuan (terima H1), hasil yang menunjukkan signifikan (significant) yaitu pada perlakuan kadar nitrat 1,47 M. 2. Terdapat perbedaan bobot biomassa pada setiap perlakuan (terima H1), hasil yang menunjukkan signifikansi tinggi (highly significant) yaitu pada perlakuan kadar nitrat 1,47 M. 3. Terdapat perbedaan kadar lipid pada setiap perlakuan (terima H1), hasil yang menunjukkan signifikansi tinggi (highly significant) yaitu pada perlakuan kadar nitrat 0,58 M DAFTAR PUSTAKA Amalia, D. R. N. 2013. Efek Temperatur terhadap Pertumbuhan Gracilaria verrucosa. Skripsi. Jember: Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Jember. Arinardi,O. H, Trimaningsih dan Sudirdjo. 1994. Pengantar tentang Plankton serta Kisaran Kelimpahan dan Plankton Predominan di Sekitar Pulau Jawa dan Bali. Jakarta: Puslitbang Oseanologi-LIPI Bagus, Ida Gede Brahmantara. 2015. Pengaruh Konsentrasi Penambahan Sodium Nitrat dan Sodium Fosfat pada Media Guillard terhadap Konsentrasi Biomassa Dan Lemak Mikroalga. Nannochloropsis sp. Skripsi. Bali: Fakultas Teknologi Pertanian Universitas Udayana. Bahrens, P.W. 2005. Photobioreactors and Fermentors: The Light and Dark Sides of Growing Algae. In: R.A. Anderson (Ed.). Algal Culturing Techniques Elsevier Acad: 189-203. Balai Budidaya Laut. 2002. Budidaya Fitoplankton dan Zooplankton. Balai Budidaya Lampung. Dirjen Budidaya. Kementerian Kelautan dan Perikanan: 13–55. Berg, J.M.; Tymoczko, J.L.; and Stryer, L. 2002.Biochemistry 5th Edition. WHFreeman: 108-109. Bligh, EG & Dyer WJ. 1959. A Rapid Method for Total Lipid Extraction an Purification. Biochem Physiol.37: 911-917. Bojovic, B., dan A. Markovic. 2009. Correlation Between Nitrogen Content and Chlorophyll Conten in Wheat. Kragujevac Journal Sci. 31: 69-74. Borowitzka, M.A. 1988. Algal Growth Media And Sources Of Algal Cultures. In : Borowitzka, M.A & L.J Borowitza (Eds) Microalga Biotechnology. Cambridge: Cambridge University Press: 456- 465. Borowitzka, Michael A., Moheimani, Navid Reza (Eds.). 2013. Algae for Biofuels and Energy. New York: Springer. Burrell, R.C dan T.G. Phillips. 1925. The Determinations of Nitrate Nitrogen in Plants. Journal of Biological Chemistry. 65: 229-234. Chrismadha, T, Panggabean, LM, & Mardiati, Y. 2006. Pengaruh Konsentrasi Nitrogen dan Fosfor terhadap Pertumbuhan, Kandungan Protein, Karbohidrat dan Fikosianin pada Kultur Spirulina fusiformis, Berita Biologi. 8: 163-169. Colby, DS.1988. Biokimia. Alih Bahasa: Adji Dharma, EGC, Jakarta. Dennis, D.T. dan D.H. Turpin. 1997. Plant Metabolism. Singapore: Addison Wesley Longman Singapore Ltd. 10 Dwi Oktaviani – Pengaruh Kadar Nitrat
  • 15. ISSN. 2502-5643 Dwidjoseputro, D. 1978. Pengantar Fisiologi Tumbuhan. PT Gramedia, Jakarta. Endar, Vivi Herawati et al. 2012. Pengaruh Penggunaan Dua Jenis Media Kultur Teknis yang Berbeda terhadap Pola Pertumbuhan, Kandungan Protein dan Asam Lemak Omega 3 EPA (Chaetoceros gracilis).Journal of Aquaculture Management and Technology. 1: 221-235. Ernest, 2012.Pengaruh Kandungan Ion Nitrat terhadap Pertumbuhan Nannochloropsis sp. Skripsi.Depok: Universitas Indonesia. Fogg, G. E. 1987. Algal Cultures and Phytoplankton Ecology. London: The Univercity of Wiconsin Press, Ltd. Ghosh, M dan J. P. Gaur. 1998. Current Velocity and Establishment of Stream Algal Periphyton Communities. Aquatic Botany. 60:1-10. Gomez, Kwanchai dan Gomez, Arturo. 1984. Statistical Procedures for Agricultural Research. US: A Wiley-Interscience Publication. Grima, E.M., Belarbi, F.G.A., Medina, A.R., Chisti, Y. 2003. Recovery of Microalgal Biomass and Metabolites :Process Options and Economics. Biotechnol Adv. 20: 491-515. Gross J. 1991.Pigments in Vegetables, Chlorophyls and Carotenoids. New York: Van Nostrand Reinhold. Guillard, R.R.L. 1975. Culture of Phytoplankton for Feeding Marine Invertebrates. pp 26-60. In Smith W.L. and Chanley M.H (Eds.) Culture of Marine Invertebrate Animals.Plenum Press, New York, USA. Hansen. 2000. Laboratory Procedures “Hemacytometer”. University of Florida. Harahap, PS, Susanto, AB, Susilaningsih, D, dan Delicia, YR. 2013.Pengaruh Substitusi Limbah Cair Tahu untuk Menstimulasi Pembentukan Lipida pada Chlorella sp. Marine Research. 2: 80-86. Harun, R., Singh, M., Forde, G.M., Danquah, M.K.2010.Bioprocess Engineering of Microalgae to Produce a Variety of Consumer Products.Renewable and Sustainable Energy Reviews.14: 1037–1047. Hu Q, et al. 2008. Microalgal Triacylglycerols as Feedstocks for Biofuel Production: Perspectives and Advances. Plant J. 54: 621- 639. Hu, H dan Gao, K. 2006. Response of Growth and Fatty Acid Compositions of Nannochloropsis sp. to Environmental Factors Under Elevated CO2 Concentration. Biotechnology Letters. 28: 987–992. Instruksi Presiden Republik Indonesia Nomor 1 Tahun 2006 Ttentang Penyediaan dan Pemanfaatan Bahan Bakar Nabati (Biofuel) sebagai Bahan Bakar Lain. Jones, et al. 2012.Extraction of Algal Lipids and Their Analysis by HPLC and Mass Spectrometry.J. Am. Oil Chem. Soc. 89: 1371–1381 Kawaroe et al. 2010. Mikroalga Potensi dan Pemanfaatannya untuk Produksi Bio Bahan Bakar. Bogor: IPB Press. Kimball, J.W. 1991. Biologi. Erlangga. Jakarta Kuhl, A. 1974.Phosporus.In Stewart, W.D.P. (Ed.) Algal Physiology and Biochemistry.Blackwell Scien: 610-654. 11Jurnal RISENOLOGI KPM UNJ Vol. 2 Edisi 1, April 2017
  • 16. ISSN. 2502-5643 Kurniawan H, Gunarto L.1999.Aspek Industri Sistem Kultivasi Sel Mikroalga Imobil.Jurnal Tinjauan Ilmiah Riset Biologi dan Bioteknologi Pertanian.2: 2. Lakitan, B. 2011. Dasar-Dasar Fisiologi Tumbuhan. Jakarta:Raja Grafindo Persada. Lavens, P. And P. Sorgeloos. 1996. Manual on The Production and Used of Live Food for Aquaculture. FAO Fisheries Techical Paper: 361. Medina, Robles A., E. Molina Grima, A. Gimenez Gimenez, and M. J. Ibanez Gonzalez. 1998. Downstream Processing of Algal Polyunsaturated Fatty Acids. Biotechnology Advances.16:517- 580. Melosira sp.; Structure.http://cfb.unh.edu. 2013. Diakses pada Juli 2015. Meng, Chen. et al. 2011. Effect of Nutrrients and Growth and Lipid Accumulation in the Green Algae Dunaliella tertiolecta. Bioresource Technology.102: 1649-1655. Muntsji, A.R. 1972. Beberapa Aspek Biologi Rumput Laut. Skripsi. Bogor: Institut Pertanian Bogor Fakultas Pertanian. Nicholls, R.E. 1993. Hidroponik Tanaman Tanpa Tanah. Semarang: Dahara Prize: 85-86. Nigam, Subhasha., Monika PR., & Sharma R. 2011. Effect of Nitrogen on Growth and Lipid Content of Chlorella pyrenoidosa. American Journal of Biochemistry and Biotechnology.7: 126-131. Nybakken, J., W. 1992. Biologi Laut; Suatu Pendekatan Ekologis. Jakarta: PT.Gramedia Pustaka Utama. Odum, E. P. 1971. Fundamentals of Ecology.Philadelphia: W.B. Sounders Company Ltd. Panggabean & Sutomo. 2000. Morfologi dan Reproduksi Melosira sp. Pros. Sem. Nas. Biologi XVI, Kampus ITB Bandung: 388-393. Panggabean Maria Lily Goretti dan Sutomo.2012. Pertumbuhan Biomasa, Klorofil-A, Asam Lemak Mikroalga Melosira sp. Puslit Oseanografi & Puslit Limnologi, LIPI.38: 105-113. Patil NB, Gajbhiye M, Ahiwale SS, Gunjal AB, Kapadnis BP. 2011. Optimization of indole 3-acetic acid (IAA) production by Acetobacter diazotrophicus L1 isolated from sugarcane. J. Environ Sci. 2: 307-314. Pescod, M.B. 1973. Investigation of Rational Effluent and Stream Standard for Tropical Countries. Bangkok: AIT. Pienkos, Philip T. and Al Darzins. 2009. The Promise and Challenges of Microalgal-Derived Biofuels. Journal Biofpr.3:431–440. Pranayogi, D. 2003. Studi Potensi Pigmen Klorofil dan Karotenoid dari Mikroalga Jenis Chlophyceae. Lampung: Universitas Lampung. Rawat, I., Ranjith Kumar, R., Mutanda, T., and Bux, F. 2013. Biodiesel from Microalgae: A Critical Evaluation From Laboratory To Large Scale Production. Appl. Energy: 444–467. Raymond, V. 1976.Plankton and Producvity in the Ocean. UK: Pergamon Pers Ltd Romimohtarto, K., dan Juwana, S. 2001. Pengelolaan Sumberdaya Wilayah Pesisir Secara Berkelanjutan.Jakarta: Djambatan Round et al. Press. 1990. Diatoms: Biology and Morphology of the Genera. UK: Cambridge University. 12 Dwi Oktaviani – Pengaruh Kadar Nitrat
  • 17. ISSN. 2502-5643 Round, F.E. 1973.The Biology Of Algae. London : Edward Arnold: 278. Salisbury, F. B dan C.W. Ross. 1992. Fisiologi Tumbuhan Jilid 3. Terjemahanoleh Diah R. Lukman dan Sumaryono, 1995. Bandung: ITB-Press. Sarief, E. S. 1986. Ilmu TanahPertanian. Bandung: Pustaka Buana: 157. Schuman dan Howarth. 1986. Diatoms as Indicator of Pollution. Proceeding of the Eighth The International Symposium 1984 (ed. M Richard).KLoeltz Scientific Books: 757-766. Setiawan, S., Sari, M., dan Yuliusman. 2008. Mekanisme Absorbsi CO2 dengan Menggunakan Fitoplankton. Jurnal Ilmiah Bioteknologi. 19: 115-119. Setyaningsih et al.,2008. Ekstraksi Senyawa Anti Bakteri Dari Diatom Chaetoceros gracilis dengan Berbagai Metode. Jurnal Biologi Indonesia: 23-33. Sharma. Y.C., Singh. B. 2008. Advancements in Development and Characterization of Biodiesel: A Review. Fuel. 87: 2355-2373. Sheehan et al. 1998.A Look Back at the U.S. Department of Energy’s Aquatic Species Program Biodiesel from Algae. National Renewable Energy Laboratory. Sheng J., Vannela R., Rittmann BE. 2011. Evaluation of Methodsto Extract and Quantify Lipids from Synechocystis PCC 6803. Bioresour Technol.102: 1697- 1703. Sopandie, D. 1999. Differential Al Tolerance of Soybean Genotypes Related to Nitrate Metabolism and Organic Acid Exudation. Comm.Ag. 5: 13-20. Sriharti dan Carolina. 1995. Kualitas Algae Bersel Tunggal Chlorella sp. pada Berbagai Media. Seminar Ilmiah Hasil Penelitian dan Pengembangan Bidang Fisika Terapan. Balai Pengembangan Teknologi Tepat Guna, Puslitbang Fisika Terapan-LIPI, Subang. Suslick, K. S. 1988. Ultrasounds: Its Chemical, Physical and Biological Effects. New York: VHC Publishers. Uduman, N., Qi, Y., Danquah, K., 2010. Dewatering of Microalgal Cultures: A Mojor Bottolneck to Algae-Based Fuels. Journal of Renewable Energy. 2:1-15. Welch EB. 1980. Ecological Effect of Waste Water. Cambridge: Cambridge University Press. Widianingsih, Hartati R, H Endrawati, Yudiati E & Iriani VR. 2011. Pengaruh Pengurangan Konsentrasi Nutrien Fosfat dan Nitrat Terhadap Kandungan Lipid Total Nannochloropsis oculata. Jurnal Ilmu Kelautan. 16: 24-29. Widianingsih, Ridho A, Hartati R & Harmoko.2008. Kandungan Nutrisi Spirulina platensis yang dikultur pada Media yang Berbeda. Jurnal Ilmu Kelautan. 13: 167-170. Widodo dan Suadi. 2006. Pengelolaan Sumberdaya Perikanan Laut. Yogyakarta. Winarso, S. 2005. Kesuburan Tanah Dasar Kesehatan dan Kualitas Tanah. Yogyakarta: Gava Media. Wirahadikusumah, Muhammad. 1985. Biokimia: Metabolisme Energi, karbohidrat dan Lipid. Bandung: ITB-Press 13Jurnal RISENOLOGI KPM UNJ Vol. 2 Edisi 1, April 2017
  • 18. ISSN. 2502-5643 ANALISIS PESEBARAN AIR LINDI DAN KAREKTERISASI BAWAH PERMUKAAN AREA ALIH FUNGSI LAHAN TEMPAT PEMBUANGAN AKHIR (TPA) SUKOLILO- SURABAYA SEBAGAI PERTIMBANGAN PEMBANGUNAN Lestari, PR.1) , Harjo, TAB2) , Gazali, I 3) , Bahri, AS 4) 1234 Jurusan Teknik Geofisika-FTS Institut Teknologi Sepuluh Nopember Surabaya Email: lestariputririda@gmail.com , tricahyoagung81@gmail.com , Imamgazali31@gmail.com , syaeful_b@geofisika.its.ac.id ABSTRAK Sejak tahun 2001, tempat pembuangan akhir (TPA) Sukolilo di bagian timur Surabaya, telah mengalami proses alih fungsi/rehabilitasi secara bertahap. Daerah tahap 1 yaitu TPA A telah beralih fungsi menjadi daerah pemukiman. Daerah tahap 2 yaitu TPA B saat ini berupa terminal angkutan umum, balai kelurahan serta Taman Kota Tematik (sakura) yang beberapa areanya masih berupa lahan kosong. Daerah tahap 3 yaitu TPA C saat ini berupa lahan terbuka dan beberapa areanya masih digunakan sebagai tempat pembuangan sampah. Perubahan fungsi lahan TPA Sukolilo saat ini telah mempengaruhi karakteristik bawah permukaannya yang berpengaruh pada persebaran air lindi, sehingga perlu dikaji karakteristik bawah permukaannya. Air Lindi yang merupakan polutan cair hasil pembusukan sampah dapat diketahui penyebarannya melalui lapisan akuifer didaerah alih fungsi TPA. Telah dilakukan penelitian geofisika dengan metoda geolistrik VES dan geolistrik tahanan jenis (Res-2D) menggunakan konfigurasi Schlumberger, untuk menggambarkan litologi bawah permukaan terkini dan informasi pola penyebaran lindi yang didasarkan pada karakteristik kelistrikan bumi di bawah permukaan dari daerah tahap 1, tahap 2, dan tahap 3. Korelasi kedua metode tersebut mempresentasikan kondisi bawah permukaan lahan bekas TPA Sukolilo pasca rehabilitasi serta pola pesebaran lindi didaerah rehabilitasi. Hasil penelitian ini dapat digunakan sebagai pertimbangan dalam pembangunan tata ruang wilayah dan sistem pengelolaan sampah sebagai upaya manajemen lahan TPA untuk mengurangi dampak negatif terhadap lingkungan menuju indonesia emas. Kata kunci : Air Lindi, Litologi, Resistivitas, VES (Vertical Electric Sounding) ABSTRACT Since 2001, Sukolilo landfill where located in eastern of Surabaya, has undergone over the function / rehabilitation phases. Phase 1 is the TPA A has been converted into residential areas. Phase 2 is the TPA B has been converted into terminal, village hall and the city park of Tematik (Sakura), where some areas are still a vacant land. Phasa 3 is the TPA C which is still in the form of open land and some of the area is still used as a garbage dump. Land conversion at Sukolilo Landfill has affected the subsurface characteristics that influence the spread of leachate, it is necessary to study of characterization of the subsurface. Leachate is the liquid pollutant as the result of 14 Putri Rida Lestari. – Analisis Persebaran Air Lindi
  • 19. ISSN. 2502-5643 garbage decomposition which spreading can be seen through the aquifer layer over the function of the landfill area. Geophysical studies have been conducted with VES (Vertical Electric Sounding) and resistivity (Res-2D) using Schlumberger configuration, to describe the current subsurface lithology and information dissemination patterns leachate which is based on the electrical characteristics of the Earth's subsurface of areas phase 1,phase 2, and phase 3. The correlation of both methods are represented the subsurface condition of the former landfill Sukolilo’s current post- rehabilitation and the rehabilitation area leachate’s disemenation pattern. The results of this study are used as consideration in the development of spatial and waste management systems as landfill management efforts to reduce the negative environmental impacts towards a better indonesia. Keywords: Leachate, Lithology, Resistivity, VES (Vertical Electric Sounding) PENDAHULUAN Sampah merupakan polutan umum yang dapat menyebabkan turunnya kesehatan, estetika lingkungan dan lainnya. Dalam pengelolahan sampah, dibutuhkan suatu tempat pembuangan akhir. Tempat pembuangan akhir memiliki berbagai permasalahan yang kompleks. Sampah yang berasal dari bahan organik ,non organi, limbah cair dan limbah padat di tempat pembuangan terbuka cenderung menghasilkan produk cair yang disebut “air lindi”. Lindi mengandung berbagai kontaminan berbahaya dan logam berat. Air lindi berdampak negatif terhadap kualitas tanah dan air permukaan. Terdapat banyak tempat pembuangan sampah yang secara geologis tidak memadai sehingga meningkatkan kerentanan terhadap dampak negatif sampah di sekitarnya. Surabaya bagian timur, memiliki tempat pembuangan akhir (TPA) Sukolilo. Sejak tahun 2001, telah mengalami proses alih fungsi/rehabilitasi yang dilakukan secara bertahap. Daerah tahap 1 (satu) ,yaitu TPA telah mengalami alih fungsi menjadi daerah pemukiman. Daerah tahap 2 (dua) yaitu daerah TPA B, saat ini berupa terminal angkutan umum, balai kelurahan,serta Taman Kota Tematik (Sakura). Beberapa area tahap 2 (dua) masih berupa lahan kosong. Daerah tahap 3 yaitu TPA C berupa lahan terbuka dan beberapa areanya,masih digunakan sebagai tempat pembuangan sampah, salah satu hal yang sering terjadi adalah rembesan lindi akibat dari sampah organik dan anorganik tidak dipisahkan di TPA. Air tanah yang tercemar oleh limbah cair (logam berat atau fluida beracun) dapat membahayakan masyarakat sekitarnya, oleh karena itu diperlukan pemetaan bawah permukaan untuk menentukan penyebaran air lindi. Untuk mengetahui karakteristik bawah permukaan, dapat dilakukan pengambilan sampel tanah melalui metode pengeboran. Akan tetapi diperlukan biaya yang mahal dengan cakupan area yang sempit. Diperlukan metode yang lebih ekonomis dalam memetakan pencemaran air tanah dengan hasil yang efektif. Salah satunya adalah metode geolistrik. Metode geolistrik adalah metode dalam geofisika yang sering di pakai dalam pendeteksian air bawah permukan [5]. Metode geolistrik resistivitas dapat dibagi menjadi dua kelompok besar yaitu metode resistivitas mapping dan sounding atau VES - Vertical Electric Sounding. Pada penelitian ini digunakan konfigurasi 15Jurnal RISENOLOGI KPM UNJ Vol. 2 Edisi 1, April 2017
  • 20. ISSN. 2502-5643 Schlumberger, karena memiliki penetrasi kedalaman yang baik. Pesebaran air lindi dapat dilihat dengan memanfaatkan sifat fisis berupa resisitivitas. “Air lindi” dapat mempengaruhi nilai resistivitas karena sifatnya yang konduktif. Pengaplikasian metode geolistrik pada daerah TPA terbukti memberikan hasil yang bagus pada penelitian-penelitian sebelumnya. Tujuan dari penelitian ini adalah untuk memetakan pola persebaran air lindi dan karekterisasi bawah permukaan area alih fungsi tempat pembuangan akhir (TPA) Sukolilo Surabaya. Hasil yang didapatkan dapat digunakan sebagai kajian dalam manajemen lahan TPA untuk mengurangi dampak negatif terhadap masyarakat di sekitar daerah penelitian. METODE PENELITIAN Pada TPA Sukolilo telah dilakukan kajian pola penyebaran air lindi dengan menggunakan metode geolistrik (VES- Vertical Electric Sounding dan Resistivitas2D). Penelitian ini di awali dengan survei topografi (Gambar 1). Pengukuran dilakukan di sepanjang daerah TPA A, B, dan C dengan profil AA’, BB’, CC1’, CC2’ dan VES. Penelitian ini terbagi ke dalam 4 kegiatan utama yaitu pemetaan daerah pengukuran, pengambilan data, pemrosesan data serta interpretasi data. Pemetaan lokasi dilakukan untuk menentukan panjang lintasan dan titik pengukuran.Seluruh titik pengukuran ditentukan dengan menggunakan GPS (Global Positioning System) untuk memperoleh koordinat titik pengukuran. Hasil pemetaan lokasi didapatkan 3 titik pengambilan data VES dan 4 titik pengambilan data Res2D. Pengukuran yang dilakukan dalam penelitian ini menggunakan metode geolistrik VES- Res2D dengan konfigurasi Schlumberger. Pada konfigurasi Schlumberger spasi antara dua elektroda potensial dibuat sama akan tetapi dua elektroda arus jaraknya diubah- ubah (diperbesar). Desain pengambilan data , dapat dilihat pada gambar 1. Pengukuran dilakukan di 4 lokasi dalam waktu yang berbeda. Adapun tahapan penelitiannya ditunjukkan pada gambar 2. Obyek dari penelitian ini adalah polutan sampah atau air lindi yang berasal dari pembusukan sampah di sekitar TPA Keputih Sukolilo Surabaya . Air lindi yang terdapat di bawah permukaan tanah dapat terdeteksi dari perbedaan nilai resistivitasnya. Keberadaan air lindi juga didukung dengan jenis litologi daerah penelitian. Bahan dan peralatan yang digunakan dalam penelitian ini adalah sebagai berikut:  GPS (Global Positioning System) 1 set  Resistivitymeter 1 set  Elektrode besi dan tembaga 17 set  Kabel roll 4 set Gambar 1. Desain Penelitian pada TPA Sukolilo 16 Putri Rida Lestari. – Analisis Persebaran Air Lindi
  • 21. ISSN. 2502-5643 Gambar 2. Tahapan Penelitian Penelitian ini dilakukan di area alih fungsi lahan tempat pembuangan akhir (TPA Keputih). Area tersebut terbagi ke dalam 4 tempat yang berbeda. Lokasi pengambilan data disajikan pada gambar 3. Jenis data yang diperlukan adalah data primer dan data sekunder [8]. Data primer diperoleh melalui pengukuran secara langsung di area alih fungsi lahan TPA Keputih Sukolilo. Data sekunder diperoleh dari instansi/lembaga (Pusat Sumber Daya Geologi) berupa peta geologi daerah penelitian. Berdasarkan peta geologi,daerah penelitian termasuk pada satuan aluvium yang memiliki litologi kerikil,kerakal dan lempung [9]. Daerah penelitian berada pada garis merah gambar 4. Data sekunder juga diperoleh melalui studi pustaka nilai resisitivitas batuan dan fluida yang terdapat pada ( tabel 1) dan (tabel 2). Gambar 3. Lokasi Penelitian Air lindi merupakan cairan yang relatif konduktif sehingga memiliki nilai resistivitas yang kecil. Air lindi maupun tanah yang tersaturasi dengan lindi dapat bernilai dibawah 10 ohm.meter. Gambar 4. Peta Geologi Surabaya (PSDG, 1992) HASIL DAN PEMBAHASAN Hasil pengolahan data resisitivitas2D pada TPA A ditunjukkan oleh gambar 5. Panjang lintasan 70 meter pada TPA A, dihasilkan penampang yang memvisualisasikan bawah permukaan hingga kedalaman 12,4 meter. Pada penampang AA’ di kedalaman 3,75-,26 meter didominasi oleh warna biru yang memiliki rentang resisitivitas antara 0,21-1,78 ohm meter. Rentang resisitivitas tersebut diinterpretasikan sebagai salah satu jenis fluida yaitu air 17Jurnal RISENOLOGI KPM UNJ Vol. 2 Edisi 1, April 2017
  • 22. ISSN. 2502-5643 lindi. Hal tersebut terjadi karena lindi memiliki sifat yang konduktif sehingga resistivitasnya rendah. Pada TPA B Keputih, Sukolilo dihasilkan 3 (tiga) perlapisan tanah seperti pada gambar 10. Perlapisan tanah pertama berada pada kedalaman 0-3 meter memiliki nilai konduktivitas rendah (nilai resistivitas tinggi) yaitu antara 10-100 ohm meter. Pada perlapisan ke 2 (dua) memiliki nilai konduktivitas yang tinggi sehingga resistivitasnya rendah yaitu 1-10 ohm meter yang terdapat pada ke dalaman 3- 14 meter. Berdasarkan tabel nilai resistivitas (tabel 2), maka dapat kita interpretasikan lapisan tanah pada TPA Keputih, Sukolilo. Pada lapisan 1 (satu) merupakan lapisan tanah lapuk yang bercampur dengan sampah organik maupun non organic (lapisan topsoil). Pada lapisan ke-2 (dua) merupakan lapisan akuifer berupa clay. Sistem tanah yang memiliki nilai konduktifitas yang tinggi, umumnya memiliki ruang pori yang terisi oleh fluida. Lapisan ke-3 (tiga) di identifikasi sebagai lapisan yang terkontaminasi lindi dengan nilai resistivitas yang sangat rendah/bersifat konduktif. Informasi litologi bawah permukaan (perlapisan bawah permukaan) didapatkan dari pengukuran menggunakan metode VES pada semua titik. VES (Vertical Electric Sounding). memiliki kemampuan untuk mempresentasikan litologi bawah permukaan melalui parameter yaitu nilai resistivitas yang didapatkan (p), kedalaman litologi (h), serta ketebalan lapisan(d). Analisis pengolahan data VES juga dilakukan pada masing-masing titik pengukuran dengan tujuan agar didapatkan korelasi hasil dari masing masing titik pengukuran. Gambar 5. Penampang Resisitivitas2D AA’ pada TPA A Sukolilo Analisis pengolahan data VES juga dilakukan pada masing-masing titik pengukuran dengan tujuan agar didapatkan korelasi hasil dari masing masing titik pengukuran. Analisis VES per titik didapatkan hasil yang relatif sama. Pada titik pertama yang terdapat pada gambar 7. didapatkan 3 (tiga) litologi berbeda dengan litologi pertama memiliki resistivitas 17,17 ohm meter. yang terdapat pada kedalaman 1,21 meter. Litologi tersebut di interpretasikan sebagai topsoil yang terdapat pasir sisipan lempung didal. Hal tersebut didukung dengan letaknya yang dekat dengan permukaan. Litologi yang ke-2 (dua) didapatkan nilai resistivitas 2,78 ohm meter dengan kedalaman 13,17 meter. Litologi ini diinterpretasikan sebagai lempung yang telah 18 Putri Rida Lestari. – Analisis Persebaran Air Lindi
  • 23. ISSN. 2502-5643 terkontaminasi oleh air lindi, sehingga memiliki resistivitas yang rendah, litologi ke-3 dengan resistivitas 0,3 diinterpretasi sebagai air tanah. Pada titik ke-2 (dua) yang terdapat pada gambar 8, didapatkan 3 litologi. Litologi yang pertama menunjukkan nilai resistivitas yang tinggi yaitu 72,24 ohm meter. Litologi ini diinterpretasi sebagai topsoil. Hal tersebut didukung dengan letaknya yang berada dekat dengan permukaan yaitu pada kedalaman 0,3 meter. Litologi ke-2 memiliki resistivitas 4,6 ohm meter,yang di interpretasikan sebagai clay. Litologi ke 3 diinterpretasi sebagai air lindi yang memiliki sifat konduktif. Hasil titik sounding ke-3 (tiga) seperti pada gambar 9. Pada lapisan yang pertama di interpretasikan sebagai topsoil dengan ketebalan dan kedalaman 1.134 meter dan nilai resisitivitasnya 14.04 ohm.meter. Litologi dari lapisan ke-2 (dua) diduga berupa lempung yang terkontaminasi oleh air lindi dengan nilai resistivitas 2.268 ohm.meter dan ketebalan lapisan 18.93 meter, pada kedalaman 17.79 meter. Gambar 6. Hasil Data VES pada Semua Titik Gambar 7. Hasil Pengolahan Data VES titik ke-1 Gambar 8. Hasil Pengolahan Data VES titik ke-2 Gambar 9. Hasil Pengolahan Data VES titik ke-3 Pada TPA B juga dilakukan pengukuran resistivity2D, dengan panjang lintasan 50 meter ke arah urata- selatan. Sehingga diperoleh hasil resistivity2D penampang TPA B seperti pada gambar 10. Diinterpretasikan bahwa air lindi berada hingga kedalaman 8-10 meter dengan nilai resistivitas 1-5 ohm meter. Air lindi di interpretasikan dengan wara biru muda hingga biru tua. 19Jurnal RISENOLOGI KPM UNJ Vol. 2 Edisi 1, April 2017
  • 24. ISSN. 2502-5643 Model resistivitas pada TPA C dengan profil CC’1 yang berarah dari utara ke selatan dengan panjang lintasan 100meter Gambar 11, setelah dilakukan inversi mengguanakan RES2DINV terdapat tren penurunan nilai resistivitas 3-0.56 ohm.meter. Pada kedalaman 3.75-7 meter. Nilai resistivitas rendah ini dominan di sepanjang meter 10 sampai 90. Penurunan dari nilai resistivitas dalam profil 2D ini diakibatkan karena kontaminasi dari air lindi. Penyebaran air lindi berarah secara horizontal pada kedalam tersebut. Pada pengukuran CC2’pada TPA C memiliki panjang lintasan 45 meter berarah utara kesalatan dengan spasi elektroda 3 meter. Setelah dilakukan inversi menggunakan least square inversion pada resistivitas yang dihasilkan menggunakan software RES2DINV dihasilkan penampang resistivitas CC2’ Gambar 12. Pada penampang tersebut di dapatkan kedalaman sampai 9.56 meter. Penyebaran lindi berarah secara vertikal yang ditemukan pada meter ke- 6 (enam) hingga ke-21 dengan rentang nilai resistivitas 0.133-3.08 ohm.meter dan kedalaman mulai dari 3.8 meter. Gambar 10. Penampang Reisitivitas2D BB’ pada TPA B Sukolilo Gambar 11. Penampang Resisitivitas2D Line CC1’ pada TPA C 20 Putri Rida Lestari – Analisis Persebaran Air Lindi
  • 25. ISSN. 2502-5643 Gambar 12. Penampang Resisitivitas2D Line CC2’ pada TPA C Pesebaran lindi pada masing-masing daerah penelitian menunjukkan perbedaan. Pada TPA A pesebaran resisitivitas rendah (warna biru) yaitu 0,9-2,7 ohm meter berada dibagian barat, seperti yang ditunjukkan pada gambar 13 penampang kontur TPA A. Gambar 13. Penampang kontur TPA A Pada kontur penampang TPA B gambar 14, pesebaran resisitivitas rendah yaitu 0,9-2,7 ohm meter berada di bagian barat dan utara. Bagian barat dekat dengan lokasi terminal angkutan kota dan Taman Tematik. Sementara kontaminasi lindi yang terdapat di bagian utara dekat dengan pemukiman. Gambar 14. Penampang Kontur TPA B Pada TPA C dilakukan pengukuran di 2 (dua) tempat yang berbeda dengan panjang lintasan yang juga berbeda. Pada penampang kontur TPA C1 gambar 15, memperlihatkan kontaminasi air lindi ada di bagian barat dan timur. Distribusi resistivitas yaitu 0,9-3,1 ohm m. Pesebaran resistivitas rendah juga bergerak ke arah timur dengan nilai resistivitas 0,9-2,7 ohm m. Gambar 15. Peta Kontur TPA C1 21Jurnal RISENOLOGI KPM UNJ Vol. 2 Edisi 1, April 2017
  • 26. ISSN. 2502-5643 Gambar 16. Peta Kontur TPA C2 Pada penampang kontur gambar 16, pesebaran resisitivitas rendah dominan di bagian barat dengan nilai resistivitas antara 0,2– 8 ohm m. Pada rentang resistivitas ini daerah TPA C2 ini di interpretasikan sebagai akuifer dangkal yang tercemar oleh lindi. KESIMPULAN Pengukuran pesebaran air lindi berdasarkan nilai resistivitas dengan menggunakan metode Resistivity 2D dan Vertical Electric Sounding dapat disimpulkan bahwa: 1. Interpretasi peta kontur pada TPA A, pada bagian barat memiliki nilai resistivitas yaitu 0,9-2,7 ohm m. Sedangkan penampang resistivity 2D diduga air lindi berada dibagian barat pada kedalaman 3.75m – 9.2m dengan nilai resistivitas 0,213-1,78 ohm m. Nilai resistivitas tersebut diinterpretasikan sebagai air lindi. 2. Pada TPA B yang telah beralih fungsi menjadi balai kelurahan , terminal angkutan umum dan taman sakura, air lindi diduga pada kedalaman 8-10 m dengan nilai resisitivitas 1 ohm m, sedangkan dari analisis peta kontur interpretasi lindi memiliki nilai resisitivitas yaitu 0,9-2,7 ohm m. 3. TPA daerah C1 ditemukan adanya kontaminasi air lndi di sepanjang titik pengukuran 10-90 meter dengan tren penurunan nilai resistivitas(0.56-3 ohm.m) pada kedalaman 3.75 meter samapai 7 meter, sedangkan pada analisis peta kontur lindi memiliki resistivitas 0,9-3,1 ohm m. 4. Pada daerah TPA C2, pada analisis peta kontur, lindi dominan memiliki nilai resistivitas antara 0,2 – 8 ohm m. 5. Litologi daerah penelitian TPA Sukolilo berupa lapisan tanah lapuk yang bercampur dengan sampah organik maupun non organik dan lapisan clay diarea penelitian umumnya menjadi tempat air lindi terkumpul. DAFTAR PUSTAKA Atekwa E.A., Sauck., W.A and Werkema, D.D., (2000) Investigations of Geolectrical Signatures at a hydrocarbon Contaminated Site. J , 167-180. Bahri, A. (2000). Interpretasi Data Resistivitas di TPA sukolilo. Journal Purifikasi. Bengston,L (1994). Water Balance for Landfills of Different age. Journal of Hydrology , 203-217. Grandis, H dan Yudistira, T. 2002. Pencitraan Konduktivitas Bawah Permukaan dan APlikasinya untuk Identifikasi Penyebaran Kontaminan. Kelly, W. (1976). Geoelectrical Sounding for Delineating groundwater contamination. 14, hal. 1-10. Koefoed. (1976). Resistivity Sounding Measurements. Elsevier Science Publising Company. 22 Putri Rida Lestari – Analisis Persebaran Air Lindi
  • 27. ISSN. 2502-5643 Porsani L, F. W. (2004). The use of GPR & VES in delineating a Contamination Plume in a Landfill Site . A case study in SE Brazil. Journal of Applied Geophysics , 155-199. Pusat Sumber Daya Geologi (1992).Peta Geologi Daerah Surabaya.Robert,D.S. and David, E.S.(1997). Phytoremediation of metals: using plants to remove pollutants from the environment. Current Opinion in Biotechnology. 1997, 8:221–226. Sauck, W. A., 2000: A model for the resistivity structure of LNAPL plumes and their environs in sandy sediments. J. App. Geophys., 44, P. 151 – 165. Sunarto. 1992. Analisa Pengukutan dan Interpretasi Data pada Metode Resisitivity Sounding Surabaya . Jurusan Fisika. Suparmanto. (2010). Kajian Penyebaran Limba Cair ,Bawah Permukaan Berdasarkan Sifat Kelistrikan Batuan di Lokasi Pembuangan Akhir (LPA) Benowo Surabaya. Telford, W.M.. 1990. Applied Geophysics. London Cambridge University Press 23Jurnal RISENOLOGI KPM UNJ Vol. 2 Edisi 1, April 2017
  • 28. ISSN. 2502-5643 PENUNJUK ARAH CERDAS BERBASIS ATURAN FUZZY (SEBUAH IDE IMPLEMENTASI DARI PENGGUNAAN SENSOR LALU LINTAS) Ditdit Nugeraha Utama 1) , Redno Novicta Sari 2) , Risa Sekarningtyas 3) , M. Habibullah 4) , Anasta Wulandari 5) , Indriyani Eta Rahastri 6) , Darnilia Nurul Sakina 7) , M. Miftahuddin 8) , Hilda Cahyani 9) Fakultas Sains dan Teknologi Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta Email : rednons11@gmail.com ABSTRAK Kemacetan lalu lintas telah menjadi permasalahan klasik yang kerap dihadapi kota- kota besar. Perempatan jalan, volume lalu lintas, ketidakdisiplinan para pengendara kendaraan adalah berbagai potensi kemacetan di jalan raya. Kondisi ini merupakan permasalahan multi dimensi yang harus diselesaikan dengan cara yang luar biasa. Berbagai kajian ilmu di berbagai bidang keahlian telah urun ide untuk menyelesaikan permasalahan ini. Salah satunya adalah keberadaan sensor otomatis untuk pendeteksian jumlah kendaraan dalam kurun waktu tertentu, mengestimasi kepadatan kendaraan, dan laju kendaraan di jalan raya. Dengan menggunakan metode fuzzy (bias) yang diterapkan pada aturan fuzzy (fuzzy rules) serta terapkan melalui prinsip-prinsip konsep optimasi, ide pemanfaatan sensor otomatis tersebut direalisasikan. Metode fuzzy adalah anak cabang keilmuan informatika dan komputer, yang memungkinkan komputer dapat menalar berbagai jenis bahasa alamiah manusia. Disini, aturan fuzzy digunakan untuk mengidentifikasi kemungkinan kemacetan yang terjadi dan bagaimana aksi lanjutan atas kemacetan tersebut. Dengan aturan fuzzy ini, data yang diperoleh dari sensor dikirim dalam bentuk sinyal ke lampu lalu lintas dan palang definitif yang telah didesain sedemikian rupa. Kendaraan yang berada pada lajur yang mengalami kepadatan tertentu akan memperoleh dua lajur alternatif (smart direction atau arah cerdas), sementara kendaraan pada lajur yang lain akan terus bergerak berdasarkan arah yang ditunjukkan oleh lampu lalu lintas dan tindakan dari palang yang bekerja, sehingga tidak ada lajur yang mengalami penumpukan kendaraan, dan memungkinkan kemacetan akan terurai dengan sendirinya. Sistem usulan ini berjalan berdasarkan tingkat kepadatan kendaraan tertentu yang dideteksi oleh sensor, artinya sistem ini berjalan secara fleksibal otomatis (automated flexibly). Kata kunci: fuzzy, kemacetan, lalu lintas, palang, sensor 24 Ditdit Nugeraha Utama – Penunjuk Arah Cerdas
  • 29. ISSN. 2502-5643 ABSTRACT Traffic congestion had been being a classic problem that metropolitan city faces commonly. Road intersection, traffic volume, indiscipline drivers are several potential of congestion on highway. This condition is a multidimensional problem that should be resolved by an amazing way. Various science domain in various expertise domain had contributed ideas to solve this problem. One is the existence of an automatic sensor for detection the number of vehicles within a certain time, estimating density of vehicle, and vehicle velocity on highway. By using fuzzy which is applied to fuzzy rules, the idea of automatic sensor utilization is realized. Fuzzy method is informatics and computer science subsidiary, which allows computer can detect natural type various of human language. Here, fuzzy rules are used to identify possible congestion that occur and further action over congestion. By using fuzzy rules, data is obtained from sensors is sent as signal to traffic lights and definitive gate has been designed in such a way. Vehicles are in the line which in a certain density will acquire two-line alternatives (smart direction), while vehicle is on other line will be continue to move to direction that is indicated by traffic lights and action of gate working, so no line occur vehicle congested in density on one line or more. Thus, system is running in accordance with vehicle density on a certain level in a line that is detected by sensor, its mean that system is not going to running constantly if not detected vehicle density Keywords: congestion, fuzzy, gate, traffic, sensor PENDAHULUAN Dewasa ini, kemajuan teknologi berkembang dengan sangat cepat dan memberikan pengaruh positif di dalam penyelesaian masalah pada setiap aspek kehidupan, termasuk permasalahan di bidang lalu lintas dan transportasi. Namun, kecanggihan alat teknologi tinggi tersebut, tidak (belum) mampu untuk menyelesaikan permasalahan klasik di dalam lalu lintas dan transportasi. Permasalahan klasik tersebut adalah kemacetan. Kemacetan lalu lintas merupakan salah satu masalah luar biasa yang kerap dihadapi oleh kota besar. Hal ini menjadi masalah yang luar biasa sehingga pemerintah perlu mencari cara yang tepat dan efisien untuk memecahkan masalah ini. Ketidakdisiplinan para pengguna jalan dan masalah teknis merupakan beberapa penyebab kemacetan lalu lintas yang dapat dianggap dominan. Beberapa penelitian berkenaan dengan lalu lintas dan kemacetan ini telah dilakukan banyak peneliti. Di antaranya adalah Li et al. (2014) yang mencoba membangun sebuah lalu lintas cerdas untuk mengatasi kemacetan di China; Zhang et al. (2014) yang mencoba untuk mengembangkan sistem yang dapat memperkirakan gambaran arus lalu lintas jangka pendek di persimpangan jalan di Beijing, China; atau untuk memantau jalanan perkotaan di Italia, Fancello et al. (2014) telah mencoba mengembangkan model yang terintegrasi untuk infrastruktur jalan perkotaan dan me-record-nya. Lebih lanjut, Yang et al. (2012) mengusulkan sebuah model jaringan lalu lintas transportasi yang akan dijadikan sebuah model objek dari penggunaan lalu lintas yang nantinya berfungsi untuk 25Jurnal RISENOLOGI KPM UNJ Vol. 2 Edisi 1, April 2017
  • 30. ISSN. 2502-5643 merealisasikan semua jenis simulasi dari berbagaai jenis kebiasan berlalu lintas di jalan raya. Régine et al. (2015) mengusulkan dua jenis metode yaitu fokus pada pengurangan batas kecepatan kendaraan dan menekankan pada pengurangan kemacetan dijalan raya. Lalu, Borg dan Scerri (2015) mengusulkan model yang menggambarkan pemblokiran di awal persimpangan karena meluapnya antrian lalu lintas dari adanya simpangan jalan di lalu lintas lainnya. Khusus di kondisi Jalan di Jakarta dan sekitarnya Utama et al. (2016a) dan Utama et al. (2016b) telah melakukan pemodelan untuk mengurai kemacetan dengan menggunakan metode utama water flow algorithm (WFA). Di dalam studi ini, kami melihat fungsi lampu lalu lintas menjadi sangat penting, bukan hanya untuk mengatur arus kendaraan di persimpangan, namun seharusnya menjadi solusi penunjuk arah terbaik bagi para pengendara. Oleh karena itu, dibutuhkan suatu sistem cerdas yang mampu mengarahkan kendaraan ke lajur tertentu. Sehingga, jalur yang dipilih dan dilalui oleh si pengendara, merupakan jalur terbaik (jalur cerdas) untuk mengurangi kemacetan. Artikel ini diawali oleh bagian pendahuluan. Kemudian empat bagian berikutnya merupakan bagian lanjutannya, yaitu kajian literatur, metodologi penelitian, hasil dan diskusi, kesimpulan dan penelitian lanjutan. Artikel akan ditutup dengan daftar pustaka yang merupakan rujukan langsung artikel. KAJIAN LITERATUR Kemacetan Kemacetan adalah kondisi dimana arus lalu lintas yang lewat pada ruas jalan yang ditinjau melebihi kapasitas rencana jalan tersebut. Kondisi ini mengakibatkan kecepatan bebas ruas jalan tersebut mendekati atau melebihi 0 km/jam sehingga menyebabkan terjadinya antrian. Pada saat terjadinya kemacetan, nilai derajat kejenuhan pada ruas jalan dapat dihitung, sebuah kondisi dimana nilai derajat kejenuhan mencapai lebih dari 0,5 akan menyebabkan kemacetan (DJBM, 1997). Lalu Lintas Lalu lintas di dalam Undang- Undang no. 22 Tahun 2009 tentang lalu lintas dan angkutan jalan didefinisikan sebagai gerak kendaraan dan orang di ruang lalu lintas jalan. Sedangkan ruang lalu lintas jalan adalah prasarana yang diperuntukkan bagi gerak pindah kendaraan, orang dan/atau barang yang berupa jalan dan fasilitas pendukung. Untuk mengendalikan pergerakan orang dan atau kendaraan agar bisa berjalan dengan lancar dan aman diperlukan perangkat peraturan perundangan yang sebagai dasar dalam hal ini Undang- undang No. 22 tahun 2009 tentang lalu lintas dan angkutan jalan (PRI, 2009). Untuk mengatur padatnya lalu lintas diperlukan rambu-rambu dan petugas yang mengatur arus lalu lintas untuk menghindari adanya penumpukan kendaraan pada jalan raya. Lampu lintas merupakan alat yang mengatur pergerakan lalu lintas di persimpangan jalan, melalui pemisah waktu berbagai arah pergerakan yang saling berpotongan. Pada umumnya, setiap lampu lalu lintas memiliki tiga warna yang menjadi tanda bagi pengendara, yaitu: 1. Lampu menyala merah, memiliki arti bahwa pengguna kendaraan diharuskan untuk berhenti dan memberikan jalan bagi pejalan kaki untuk menyeberang jalan. 2. Lampu menyala kuning, memiliki arti untuk memberikan peringatan 26 Ditdit Nugeraha Utama – Penunjuk Arah Cerdas
  • 31. ISSN. 2502-5643 kepada pengguna kendaraan bahwa lampu akan berganti warna. 3. Lampu menyala hijau, memiliki arti bahwa pengguna kendaraan diberikan waktu untuk melewati jalan. Volume Lalu Lintas Volume lalu lintas didefinisikan sebagai jumlah kendaraan yang lewat pada satu titik di ruas jalan, atau pada suatu lajur selama interval waktu tertentu. Satuan dari volume secara sederhana adalah “kendaraan”, walaupun dapat dinyatakan dengan cara lain yaitu satuan mobil penumpang (smp) tiap satu waktu (Lindawati, 2012). Volume lalu lintas dapat dinyatakan dalam persamaan (1), dimana V adalah volume lalu lintas, n adalah jumlah kendaraan, dan T adalah interval waktu pengamatan. METODE PENELITIAN Rancangan Kegiatan Uji coba model semua dilakukan di dalam skala laboratorium (virtual environment) dan menggunakan skema perempatan jalan yang memiliki separator di tiap jalan, sehingga terdapat delapan lajur untuk desain lalu lintasnya. Secara umum, penelitian ini terdiri dari beberapa tahapan, di antaranya adalah menentukan parameter yang menjadi pertimbangan dalam menunjang sistem ini, penentuan metode yang digunakan, penentuan tujuan optimasi dari sistem, dan rancangan model. Keterkaitan parameter, fungsi atau metode model, dan tujuan optimasi digambarkan dalam sebuah influence diagram (Gambar 1). Gambar 1. Influence Diagram dan Skema Penelitian Berdasarkan Gambar 1, parameter utama yang dipertimbangkan di dalam model ini adalah volume kendaraan, kecepatan, waktu, lebar jalan, dan arus; serta beberapa parameter turunan yang lebih detail yang tidak tergambarkan di Gambar 1. Sedangkan metode yang digunakan dalam sistem model ini adalah metode analisis matematika dan forecasting, yang diatur dalam rencana basis aturan (rule base). Basis aturan itu sendiri didasarkan pada metode logika fuzzy (logika bias; Zadeh, 1996). Sedangkan untuk tujuan optimasi, model ini didesain untuk dapat mengurangi waktu tempuh si kendaraan, mengurangi kemacetan lalu lintas, mengurangi arus kendaraan, memberikan petunjuk arah yang disarankan untuk diikuti oleh para pengendara. 27Jurnal RISENOLOGI KPM UNJ Vol. 2 Edisi 1, April 2017
  • 32. ISSN. 2502-5643 HASIL DAN DISKUSI Skema Umum Model Usulan Salah satu produk dari penelitian ini adalah desain lokasi dan penempatan sensor dan palang, serta desain lampu lalu lintas yang diletakan pada lokasi perempatan delapan lajur. Beberapa sensor yang digunakan adalah merupakan hasil penelitian para peneliti sebelumnya, yang terkait sensor lalu lintas yang kemudian kami berikan sedikit modifikasi. Sensor yang kami gunakan terdiri dari sensor utama dan sensor pendukung (Riyadi et al. 2014). Sensor utama memungkinkan berkomunikasi dengan lampu lalu lintas dan dipasang di setiap ruas jalan sebagai detektor kepadatan kendaraan. Cara mendeteksi kepadatannya yaitu dengan mengukur lamanya kendaraan menutupi sensor, diasumsikan bahwa kendaraan dikatakan berhenti apabila kendaraan menutupi sensor tersebut selama tiga detik. Gambar 2. Gambaran Penempatan Sensor dan Palang Disini modifikasi sensor pun dilakukan. Dimana pada setiap lajur yang berada di depan lampu lalu lintas dilengkapi tiga pasang sensor dengan jarak yang berbeda dan terletak di tepi jalan, sementara lajur yang berada di belakang lampu lalu lintas hanya hanya dilengkapidengan dua pasang sensor saja (Gambar 2). Tiga sensor yang terpasang pada tepi jalan tersebut memiliki level yang berbeda, yaitu easy, medium dan hard. Jika dilihat pada Gambar 2, sensor dengan level easy berwarna ungu, sensor dengan level medium berwarna biru, dan sensor dengan level hard berwarna hitam. Gambar 3. Palang menutup ke tengah jalan 28 Ditdit Nugeraha Utama – Penunjuk Arah Cerdas
  • 33. ISSN. 2502-5643 Sementara sensor pendukung yang kami gunakan yaitu sensor-sensor yang diambil dari hasil penelitian Liao et al. (2012) dengan menggunakan sensor tekanan, serta penelitian Jatmika dan Andiko (2014) yang menggunakan metode image processing dengan mengimplemtasikan kamera webcam sebagai detektor. Kedua sensor tersebut dapat mendeteksi kepadatan kedaraan, yang dimana sensor tersebut akan berfungsi ketika terdapat dua atau lebih lajur yang mengalami tingkat kepadatan atau kemacetan yang sama berdasarkan level sensor yang telah ditentukan pada sensor utama, Sehingga dapat diketahui lajur yang mana yang mengalami kepadatan tertinggi. Sedangkan, sensor pendukung lainnya yaitu archived sensor data yang dapat mendeteksi kecepatan kendaraan (Li, 2014). Gambar 4. Palang menutup ke kanan ruas jalan Selain desain penempatan beberapa sensor, kami pun mendesain palang yang dapat terintegrasi dengan lampu lalu lintas dan sensor. Palang yang dipasang dapat dianalogikan sebagai polisi lalu lintas, dimana alat ini dapat dijadikan sebagai polisi lalu lintas, dimana alat ini dapat dijadikan sebagai alat ini dapat dijadikan sebagai pengatur arah dan dapat menertibkan para pengendara kendaraan. Palang yang kami gunakan pada sistem ini hanya berfungsi menutup dua arah, yang mana hanya dapat menutup ke tengah-tengah ruas jalan (Gambar 3) dan kanan ruas jalan atau lajur di belakang lampu lalu lintas (Gambar 4). Gambar 5. Desain lampu lalu lintas Untuk memudahkan para pengendara dalam memahami informasi logika berpikir dari model yang kami usulkan, desain lampu lalu lintas pun diusulkan (Gambar 5). Lampu lalu lintas tersebut terdiri dari tiga panah yang masing- masing menginformasikan arah tujuan. Panah Jurnal RISENOLOGI KPM UNJ Vol. 2 Edisi 1, April 2017 29
  • 34. ISSN. 2502-5643 kiri untuk menginformasikan pengemudi yang ingin berbelok kiri, panah tengah untuk menginformasikan pengemudi yang ingin berjalan lurus, dan panah kanan untuk menginformasikan pengemudi yang ingin berbelok kanan. Masing-masing panah dapat berubah warna layaknya lampu lalu lintas pada umumnya, yaitu merah, kuning, dan hijau. Gambar 6. Class Diagram Skema logika sistem model yang kami lakukan, digambarkan jelas dengan menggunakan diagram kelas (class diagram, Gambar 6). Di dalam diagram kelas tersebut terpaparkan ada terdapat lima kelas utama, yaitu sensor, traffic light, gate, vehicle, dan line. Sedangkan atribut-atribut informasi mengenai kelima kelas utama tersebut dapat dilihat jelas pada Gambar 6. Basis Aturan Fuzzy Kami menggunakan metode logika fuzzy (bias) yang diterapkan pada aturan fuzzy (fuzzy rules) serta melalui prinsip-prinsip konsep optimasi. Metode logika fuzzy adalah anak cabang keilmuan informatika dan komputer, yang memungkinkan komputer dapat menalar berbagai jenis bahasa alamiah manusia. Disini, aturan fuzzy digunakan untuk mengidentifikasi kemungkinan kemacetan yang terjadi dan bagaimana aksi lanjutan atas kemacetan tersebut. Dengan aturan fuzzy ini, data yang diperoleh dari sensor dikirim dalam bentuk sinyal ke lampu lalu lintas dan palang definitif yang telah didesain sedemikian rupa. Kemungkinan-kemungkinan yang teridentifikasi ini diasumsikan telah memenuhi semua kemungkinan kemacetan yang akan terjadi. Kemungkinan tersebut kemudian kami ubah berdasarkan aturan fuzzy. Untuk memudahkan dalam penyusunan aturan fuzzy. Tabel 1 adalah daftar penotasian simbol yang digunakan pada basis aturan fuzzy beserta keterangannya. Tabel 1. Penjelasan Notasi Fuzzy Rules Based Istilah Keterangan VA1 Volume kendaraan di lajur A1 VA2 Volume kendaraan di lajur A2 VB1 Volume kendaraan di lajur B1 30 Ditdit Nugeraha Utama – Penunjuk Arah Cerdas
  • 35. ISSN. 2502-5643 VB2 Volume kendaraan di lajur B2 VC1 Volume kendaraan di lajur C1 VC2 Volume kendaraan di lajur C2 VD1 Volume kendaraan di lajur D1 VD2 Volume kendaraan di lajur D2 Hard Traffic Jam Kemacetan yang parah GateA Palang A GateB Palang B GateC Palang C GateD Palang D Center Closed Palang menutup ke tengah Side Closed Palang menutup ke samping RA1 Lampu lalu lintas A1 arah kanan LA1 Lampu lalu lintas A1 arah kiri SA1 Lampu lalu lintas A1 arah lurus RB2 Lampu lalu lintas B2 arah kanan LB2 Lampu lalu lintas B2 arah kanan SB2 RC1 LC1 SC1 RD1 LD2 SD2 Lampu lalu lintas B2 arah kanan Lampu lalu lintas C1 arah kanan Lampu lalu lintas C1 arah kiri Lampu lalu lintas C1 arah lurus Lampu lalu lintas D2 arah kanan Lampu lalu lintas D2 arah kiri Lampu lalu lintas D2 arah lurus Konsep dasar dalam aturan fuzzy ini, apabila salah satu lajur dari A1, B2, C1, dan D2 terdeteksi terjadi kepadatan, maka dua palang yang saling berhadapan akan menutup ke tengah searah dengan arah lajur yang macet. Jadi, misalnya kepadatan terdeteksi di lajur A1 dan/atau C1, maka palang A dan palang C akan menutup ketengah. Begitu juga jika B2 dan/atau C2 terjadi kepadatan, maka palang B dan D yang akan menutup ke tengah (Tabel 2). Apabila telah ada terjadi aksi lanjutan oleh palang terhadap terdeteksinya kepadatan, semua kendaraan, baik yang berada di lajur kemacetan maupun di luar jalur tersebut akan terus bergerak mengikuti arah dan nyala dari lampu lalu lintas, sehingga satu lajur atau lebih yang mengalami kepadatan, kemudian terjadi aksi lanjutan oleh palang, maka saat itu pula tidak ada kendaraan yang berhenti, melainkan tetap berjalan sesuai informasi yang diberikan oleh lampu lalu lintas dan para pengendara kendaraan tentu saja harus mengikuti rambu-rambu lalu lintas tersebut. Tabel 2. Contoh Rule Based && (VA1 > VB1) & & (VA1 > VB2) && (VA1 > VC1) && (VA1 > VC2) && (VA1 > VD2)) && ((C1 = ”Hard Traffic Jam”)) to C2) && (GateA = “Center Closed”) && (GateC = “Center Closed”)) && ((RA1 = “Red”) && (LA1 = “Green”) && (SA1 = “Green”)) && ((RB2 = “Red”) && (LB2 = “Green”) && (SB2 = “Red”)) && ((RC1 = “Red”) && (LC1 = “Green”) && (SC1 = Jurnal RISENOLOGI KPM UNJ Vol. 2 Edisi 1, April 2017 31
  • 36. ISSN. 2502-5643 “Green”)) && ((RD2 = “Red”) && (LD2 = “Green”) && (SD2 = “Red”)) Untuk mengidentifikasi secara keseluruhan kemungkinan terjadinya kepadatan, kami berfokus pada satu lajur sebagai patokan, yaitu lajur A1 yang mengalami kepadatan. Kendaraan dari A1 memiliki tiga alternatif lajur tujuan, yaitu B1, C2, dan D1. Selanjutnya, mengidentifikasi setiap kemungkinan yang mengharuskan kendaraan dari A1 hanya dapat menuju ke salah satu lajur diantara B1, C2, dan D1. Tidak hanya itu, diidentifikasi pula kemungkinan kendaraan dari A1 hanya dapat menuju ke dua dari tiga altenatif lajur tujuan tersebut. Contoh dari aturan fuzzy kasus ini dapat dilihat pada Tabel 3. Tabel 3. Contoh Kemungkinan Aturan Fuzzy yang berfokus pada lajur A1 A1 ke B1 IF ((VA1 > VA2) && (VA1 > VB1) && (VA1 > VB2) && (VA1 > VC1) && (VA1 > VD2)) && ((C2 = IF THEN ((VA1 > VA2) ((A1 to B1) && (A1 (D1 = “Hard Traffic Jam”)) THEN ((A1 to B1) && (GateA = “Center Closed”) && (GateB = “Center Closed”) && (GateC = “Side Closed”) && (GateD = “Side Closed”)) && ((RA1 = “Red”) && (LA1 = “Green” && (SA1 = “Red”))) && ((RB2 = “Green”) && (LB2 = “Red”) && (SB2 = “Red”)) && ((RC1 = “Red”) && (LC1 = “Red”) && (SC1 = “Green”)) && ((RD2 = “Red”) && (LD2 = “Green”) && (SD2 = “Red”)) A1 ke C2 dan D1 IF ((VA1 > VA2) && (VA1 > VB2) && (VA1 > VC1) && (VA1 > VC2) && (VA1 > VD1) && (VA1 > VD2)) && ((B1 = ”Hard Traffic Jam”)) THEN ((A1 to D1) && (A1 to C2) && (GateB = “Side Closed”) && (GateA =“Center Closed”) && (GateD = “Center Closed”)) && ((RA1 = “Green”) d (LA1 = “Red”) && (SA1 = “Green”)) && ((RB2 = “Red”) && (LB2 = “Red”) && (SB2 32 Ditdit Nugeraha Utama – Penunjuk Arah Cerdas
  • 37. ISSN. 2502-5643 = “Green”)) && ((RC1 = “Red”) && (LC1 = “Green”) && (SC1 = “Red”)) && ((RD2 = “Red”) && (LD2 = “Green”) && (SD2 = “Red”)) Tabel 4. Contoh Aturan fuzzy dengan kemungkinan empat lajur terdeteksi kepadatan A1, B2, C1, dan D2 IF ((A1 = “Hard Traffic Jam”) && (B2 = “Hard Traffic Jam”) && (C1 = “Hard Traffic Jam”) && (D1 = “Hard Traffic Jam”)) THEN ((A1 to B1) && (B2 to C2) && (C1 to B1) && (D2 to A2) && (GateA =“Center Closed”) && (GateB = “Center Closed”) && (GateC =“Center Closed”) && (GateD = “Center Closed”)) && ((RA1 = “Red”) d (LA1 = “Green”) && (SA1 = “Red”)) && ((RB2 = “Red”) && (LB2 = “Green”) && (SB2 = “Red”)) && ((RC1 = “Red”) && (LC1 = “Green”) && (SC1 = “Red”)) && ((RD2 = “Red”) && (LD2 = A2, B1, C2, dan D1 IF ((A1 = “Hard Traffic Jam”) && (A2 = “Hard Traffic Jam”) && (C1 = “Hard Traffic Jam”) && (C2 = “Hard Traffic Jam”)) THE N ((A1 to B1) && (B2 to C2) && (C1 to B1) && (D2 to A2) && (GateA =“Center Closed”) && (GateB = “Center Closed”) && (GateC =“Center Closed”) && (GateD = “Center Closed”)) && ((RA1 = “Red”) d (LA1 = “Green”) && (SA1 = “Red”)) && ((RB2 = “Red”) && (LB2 = “Red”) && (SB2 = “Green”)) && ((RC1 = “Red”) && (LC1 = “Green”) && (SC1 = “Red”)) && ((RD2 = “Red”) && (LD2 = “Red”) && (SD2 = “Green”)) KESIMPULAN Kesimpulan dari penelitian ini terdiri dari lima poin, yaitu: 1. Sistem model usulan ini berjalan berdasarkan tingkat kepadatan kendaraan tertentu yang dideteksi oleh sensor, artinya sistem ini berjalan secara fleksibel otomatis (automated flexibly) dan tidak berjalan secara 33Jurnal RISENOLOGI KPM UNJ Vol. 2 Edisi 1, April 2017
  • 38. ISSN. 2502-5643 konstan. 2. Sitem model ini akan digunakan pada perempatan jalan yang mana masing- masing jalan memiliki pembatas jalan. 3. Sistem model ini menggunakan lampu lalu lintas yang terdiri dari tiga panah yang masing-masing menginformasikan arah tujuan selain lampu lalu lintas, Masing- masing panah dapat berubah warna layaknya lampu lalu lintas pada umumnya, yaitu merah, kuning, dan hijau, yang membedakan sistem ini dengan yang lain adalah penggunaan palang dan beberapa sensor yang saling terintegrasi dengan lampu lalu lintas. 4. Sensor utama yaitu sensor pendeteksi jumlah kendaraan pada lajur yang mana sensor ini menggunakan 3 level kepadatan (easy, medium, hard). 5. Sensor penunjang yaitu sensor image processing akan diaktifkan apabila terdapat lebih dari 1 lajur yang mengalami jumlah kepadatan kendaraan pada level yang sama. DAFTAR PUSTAKA Borg, L.D., Scerri, K. 2015. Efficient Traffic Modelling and Dynamic Control of an Urban Region. Transportation Research Procedia, Vol.6, pp. 224-238. DJBM – Direktorat Jenderal Bina Marga. 1997. Manual Kapasitas Jalan Indonesia (MKJI). Departemen Pekerjaan Umum. Jakarta. Francello, G., M, Carta, M., Fadda, P. 2014. A modeling tool for measuring the performance of urban road networks. Procedia - Social and Behavioral Sciences, Vol.111, pp. 559- 566. Jatmika, S., Andiko, I. 2014. Simulasi pengaturan lampu lalu lintas berdasarkan data image processing kepadatan kendaraan berbasis mikrokontroler atmega 16. Jurnal Ilmiah Teknologi dan Informasi ASIA, Vol.8 No.2, pp. 81- 96. Liao, W., Liu, M., Meng, Q. 2012. Mixed traffic information collection system based on pressure sensor. Physics Procedia, Vol.25, pp. 726- 732. Li, H. 2014. Automatically generating empirical speed-flow traffic parameters from archived sensor data. Procedia-Social and Behavioral Sciences, Vol.138, pp. 54-66. Li, B., Zou, M., Guo, Y. 2014. Business process analysis and optimization on road traffic law enforcement of the beijing intelligent traffic management. Procedia - Social and Behavioral Sciences, Vol.138, pp. 748-756. Lindawati, M. Z. 2012. Analisa Tingkat Pelayanan Lalu Lintas Berdasarkan Kapasitas Jalan di Jalan Dr. Setiabudi Pada Ruas Jalan Simpang Resor-Simpang Empat Kampung Baru Kota Baturaja Kabupaten Ogan Komering Ulu. Jurnal Teknika. PRI - Presiden Republik Indonesia. 2009. Undang-undang No. 22 Tahun 2009 Tentang: Lalu Lintas dan Angkatan Jalan. Jakarta. Régine, S., Simon, C., Maurice, A. 2015. Processing traffic and road accident data in two case studies of road operation assessment. Transportation Research Procedia, Vol.6, pp. 90-100. Riyadi, K.P., Wahyunggoro, O., Prabowo, H. 2014. Simulasi lampu lalu lintas dengan sensor di simpang empat menggunakan 34 Ditdit Nugeraha Utama – Penunjuk Arah Cerdas
  • 39. ISSN. 2502-5643 software automation studio 5.0. Jurnal Penelitian Teknik Elektro dan Teknologi Informasi, Vol.1 No.1, pp. 24-28. Utama, D.N., Zaki, F.A., Munjeri, I.J., Putri, N.U. 2016a. A Water Flow Algorithm Based Optimization odel for Road Traffic Engineering. International Conference on Advanced Computer Science and Computer Systems, Malang, Indonesia. Utama, D.N., Zaki, F.A., Munjeri, I.J., Putri, N.U. 2016b. FWFA Optimization based Decision Support System for Road Traffic Engineering. Proceeding of the 2016 International Conference on Computing and Applied Informatics, Medan, Indonesia. Yang, Y., Han, X., Yuan, Z. 2012. A model of the dynamic traffic road network. IERI Procedia, Vol.3, pp. 46- 51. Zadeh, L. A. 1996. Fuzzy logic = computing with words. IEEE Transactions of Fuzzy Systems, Vol.4 No.2, pp. 103-111. Zhang, L., Jia, Z., Niu, Z., Li, H. 2014. Research on short-term traffic flow forecasting for junction of isomerism road network based on dynamic correlation. Procedia - Social and Behavioral Sciences, Vol.138, pp. 446-451. 35Jurnal RISENOLOGI KPM UNJ Vol. 2 Edisi 1, April 2017
  • 40. ISSN. 2502-5643 “E-G-L” (ENGKLEK GAME LEARNING) MEDIA EDUKATIF DAN INOVATIF SEBAGAI MEDIA MASA ORIENTASI SISWA (MOS) DALAM PEMETAAN KEMAMPUAN DASAR SISWA SEKOLAH MENENGAH ATAS Abdul Rozak 1) , Muji Rahayu 2) Fakultas Pendidikan Matematika dan IPA IKIP PGRI Madiun Email : rozak01101994@gmail.com, rahayu_muji@yahoo.com ABSTRAK Penelitian ini bertujuan untuk mengembangkan media game learning inovatif dan edukatif yang dapat menumbuhkan dan melestarikan budaya indonesia, serta memetakan kemampuan dasar siswa. Jenis penelitian ini adalah Research and Development , dengan model pengembangan ADDIE, yang terbagi dalam 5 fase, yaitu : 1) Fase Analisis (analysis), 2) Fase Desain (Design), 3) Fase Pengembangan (Development), 4) Fase Penerapan (Implementation), 5) Fase Evaluasi (Evaluation). Subjek penelitian ini adalah siswa kelas X SMA dengan penerapan kurikulum K13 di sekolah. Produk penelitian ini adalah media E-G-L berbasis budaya Indonesia. Penelitian berlangsung dalam tiga tahap, yaitu: 1) kajian teori dan analisis kebutuhan; 2) pembuatan media E-G-L dan instrumen soal; 3) uji coba perangkat dan eksperimen. Hasil penelitian menunjukkan bahwa tes kemampuan dasar siswa dengan menggunakan media E-G-L menunjukkan hasil yang positif, yang ditunjukkan oleh adanya hasil respon guru dan siswa melalui wawancara dan angket serta dengan nilai rerata tes 81,33. Jadi secara keseluruhan, berdasarkan hasil penelitian bahwa media E- G-L dapat meningkatkan motivasi siswa pada saat masa orientasi siswa (MOS) dan guru dapat mengukur kemampuan dasar siswa lebih awal. Kata Kunci : Budaya Indonesia, E-G-L, Media, Kemampuan Dasar ABSTRACT This research aims to develop an innovative media and educational learning game that can foster and preserve the culture of Indonesia, as well as mapping the basic abilities of students. The Type of this research is Research and Development, with the development model is ADDIE’s model is used in this development, which is divided into five phases, that is : 1) Phase of Analysis, 2) Phase of Design, 3) Phase of Development, 4) Phase of application, 5) Phase of Evaluation . The subject of this research is a grade 10th Senior High School with K13’s curriculum that implementation in schools. The products of this research is media E-G-L with Indonesian culture. This research takes in three stages, they are : 1) the study of theory and analysis needs.; 2) Making the media E-G-L and instruments matter.; 3) Testing devices and experiments. The results showed that test the basic ability of students that used media E-G-L show positive results, demonstrated by the results of responses of teachers and students through interviews and questionnaires as well as with a mean value of 81.33 test. So overall , based on the results of research that media E-G-L can increase student’s 36 Abdul Rozak – “EGL” (Engklek Game Learning)
  • 41. ISSN. 2502-5643 motivation at the time of the student orientation ( MOS ) and teachers can measure the basic ability of students early. Keywords: Culture Indonesia, E-G-L, Media, Basic Ability PENDAHULUAN Kualitas pendidikan didukung dengan kualitas individunya merupakan beberapa faktor penentu kemajuan suatu negara. Pada saat ini kualitas pendidikan di Indonesia belum bisa dikatakan baik. Hal tersebut didasarkan dari hasil pemetaan The Learning Curve-pearson untuk akses dan mutu pendidikan pada Januari 2014 bahwa Indonesia menempati posisi ke-40 dari 40 negara (Pearson plc: 2015). Hal tersebut dapat dijadikan sebagai suatu tolok ukur agar sistem pendidikan nasional mengalami perombakan sehingga kualitas pendidikan pun meningkat. Faktor yang menyebabkan rendahnya kualitas pendidikan di Indonesia adalah sistem pendidikan yang belum maksimal. Salah satunya yaitu pemetaan kemampuan dasar siswa yang belum tepat. Pada tahun terakhir, pemetaan kemampuan siswa pada jenjang SMP dan SMA menggunakan danem. Namun pemetaan berdasarkan nilai danem belum efektif. Sedangkan pemetaan kemampuan dasar siswa sejak awal memiliki pengaruh besar terhadap proses pembelajaran. Melalui pemetaan ini dapat membantu guru dalam menentukan strategi, model, metode, dan media pembelajaran yang tepat sehingga hasil pembelajaran menjadimaksimal. Sesuai dengan Permendikbud No. 18 tahun 2016 tentang pengenalan lingkungan sekolah bagi siswa baru pasal (2) ayat (1) yang berbunyi “ Pengenalan lingkungan sekolah sebagaimana dimaksud pada ayat (1) bertujuan untuk (a) mengenali potensi diri siswa baru”. Maka dari itu dalam upaya menerapkan Permendikbud No. 18 pemetaan kemampuan siswa tepat diterapkan pada saat pengenalan lingkungan sekolah atau yang sering disebut Masa Orientasi Siswa (MOS). Mahanta (2012) berpendapat sebagai berikut. The study of mathematics is cinsidered to be very important in each and every country of the world. Students are required to learn mathematics which is considered as a basic education, since the skill of mathematics computation is essential in every walk of life. Belajar matematika dianggap sangat penting bagi setiap negara di dunia. Siswa diminta untuk belajar matematika yang dianggap sebagai pendidikan dasar, karena keterampilan perhitungan matematika sangat penting dalam setiap langkah kehidupan. Selain itu, matematika merupakan salah satu mata pelajaran yang wajib ditempuh disetiap jenjang pendidikan. Matematika juga berkaitan dengan kemampuan kognitif siswa. Namun, pada saat ini pengajaran matematika masih monoton. Oleh sebab itu, dibutuhkan sebuah model pem- belajaran dan media pembelajaran yang edukatif dan inovatif untuk menarik minat siswa. Hal tersebut sejalan dengan pendapat Swasti Maharani (2015) bahwa model pembelajaran yang diperlukan adalah model pembelajaran yang dapat membuat matematika menjadi lebih menarik bagi siswa. 37Jurnal RISENOLOGI KPM UNJ Vol. 2 Edisi 1, April 2017
  • 42. ISSN. 2502-5643 Menurut National Council of Teachers of Mathematics (dalam Santrock, 2007: 440) bahwa prinsip dasar dan standar untuk matematika pada level grade yang berbeda. Grade 9 sampai 12, NCTM (2000) merekomendasikan agar semua siswa harus mempelajari matematika disepanjang masa SMA. Karena minat siswa mungkin berubah selama dan sesudah SMA, mereka mungkin akan mendapat manfaat dari pelajaran matematika. Mereka harus mengalami kemampuan aljabar, geometri, statistika, probabilitas, dan matematika diskrit (termasuk matematika komputer). Mereka harus pandai dalam mem-visualisasikan, dan menganalisis situasi dalam term matematis. Mereka juga harus bisa menjustifikasi dan membuktikan ide- ide berbasis matematika. Pelaksanaan pemetaan kemampuan dasar siswa membutuhkan suatu media. Media yang digunakan adalah media pembelajaran berbasis permainan. Penggunaan media berbasis permainan sebagai perantara menentukan kemampuan dasar siswa agar pengajaran sangat efektif. Hal ini sesuai dengan hasil penelitian Umi Nur Widayati (2015) bahwa media pem- belajaran berbasis permainan efektif digunakan sebagai learning exercise bagi siswa. Permainan dalam pemetaan ke- mampuan dasar ini tentunya bukan permainan yang asal- asalan melainkan haruslah permainan edukatif dan inovatif. Manfaat dari permainan adalah memungkinkan adanya partisipasi aktif dari siswa. Media tersebut dimaksudkan untuk menentukan kemampuan dasar siswa serta untuk melestarikan budaya Indonesia yang mulai punah karena masuknya budaya asing ke Indonesia. Adapun permainan engklek atau yang selanjutnya disebut E-G- L (Engklek Game Learning) ini adalah media pemetaan kemampuan dasar yang dibuat oleh penulis sendiri. Hal tersebut sejalan dengan Rahmawati (2009: 9) bahwa permainan engklek dapat mengembangkan beberapa kecerdasan. Sesuai dengan pemaparan tersebut peneliti memilih mengembangan media pemetaan kemampuan dasar siswa dengan memodifikasi permainan engklek menjadi permainan bermuatan materi matematika dan dipadukan dengan batik yang menjadi budaya khas Indonesia, sehingga siswa dapat bermain dan mengetahui kemampuan dasar yang dimiliki. Selain itu penelitian menurut Abi Suwito dan Dinawati Trapsilasiwi (2016) bahwa media pembelajaran berbasis budaya Jawa dan Madura (etnomatematika) menunjukan hasil yang sangatpositif. Pengembangan media ini diharapkan dapat membuat pemetaan kemampuan dasar siswa menjadi tepat dan bermanfaat untuk guru sehingga hasil pembelajaran menjadi maksimal, dapat meningkatkan kualitas pendidikan danmeningkatkan kualitas individu di Indonesia. METODE PENELITIAN Subjek Penelitian Subyek dalam penelitian ini adalah guru matematika dan siswa kelas X dari sekolah di kabupaten Magetan. Data penelitian ini terbagi atas dua kategori, yakni data verbal dan data berupa skor atau nilai siswa. Data verbal berupa informasi tentang tanggapan guru dan siswa mengenai keefektifan media yang diperoleh dari hasil wawancara dan data angket untuk memperkuat data wawancara tersebut. Sementara itu, data skor atau nilai siswa diperoleh dalam kegiatan pengerjaan instrumen soal yang telah dibuat. Prosedur Penelitian Tempat penelitian adalah sekolah menengah atas di kabupaten Magetan 38 Abdul Rozak – “EGL” (Engklek Game Learning)
  • 43. ISSN. 2502-5643 yang menerapkan kurikulum K13. Instrumen pengumpul data pada penelitian ini terdiri atas instrumen soal dan angket. Instrumen soal yang dibuat adalah instrumen soal yang berpedoman pada skala standar NCTM dan di sesuaikan dengan kurikulum K13. Angket yang digunakan dalam penelitian ini adalah angket analisis kebutuhan dan angket respon guru dan siswa. Penelitian yang digunakan adalah Research and Development (R&D) yang sering disebut penelitian pengembangan dengan tujuan untuk mengembangkan media pembelajaran berbasis game educative. Hal ini sesuai dengan pendapat Sugiono (2014) yang menyatakan bahwa metode penelitian pengembangan atau dalam bahasa inggrisnya Research and Development adalah metode penelitian yang digunakan untuk menghasilkan produk tertentu, dan menguji keefektifan produk tersebut. Penelitian ini menggunakan model pengembangan ADDIE. Model pengembangan ADDIE merupakan suatu model dalam mendesain suatu perangkat pendidikan yang terbagi dalam 5 fase, yaitu: 1) Fase Analisis (analysis), 2) Fase Desain (Design), 3) Fase Pengembangan (Development), 4) Fase Penerapan (Implementation), 5) Fase Evaluasi (Evaluation). Pengembangan media E-G-L ini meliputi kegiatan pembuatan prototype media E-G-L menggunakan Corel Draw X4, pembuatan instrumen soal, review (ahli dan praktisi), revisi, uji coba, dan revisi akhir. Review dilakukan oleh tiga orang yang terdiri atas 2 orang dosen dan 1 orang guru. Reviewer dalam penelitian ini adalah orang yang memiliki kompetensi di bidang matematika dan paham mengenai kurikulum K13. Hal tersebut dilakukan untuk memperoleh validitas media E-G-L dan instrumen soal diujicobakan. Uji coba dilakukan pada siswa kelas X SMA di Kabupaten Magetan. Uji coba dilakukan dalam dua tahap yaitu : 1) Uji coba kelompok kecil; uji coba kecil termasuk validasi empirik produk. Uji coba ini dilakukan kepada 6 orang siswa kelas X di kabupaten Magetan yang memiliki kemampuan ber- variasi (tinggi, sedang, dan rendah) ; 2) uji coba lapangan; uji coba lapangan dilakukan pada siswa kelas X SMA sekolah di kabupaten Magetan. HASIL DAN PEMBAHASAN Analisis (Analysis) a) Analisis aspek-aspek media E-G-L yang akan dikembangkan. Analisis aspek-aspek media E-G- L pembelajaran yang akan dikembangkan dilakukan untuk memperoleh aspek bahan dan alat yang di perlukan dalam pembuatan media game, tujuan dari pembuatan game, serta manfaat yang diperoleh setelah media diterapkan. Berdasarkan hasil diskusi tim, dipilihlah satu media game, yaitu engklek yang dipadukan dengan batik sebagai background. Tujuan dari penerapan media ini adalah: (1) sebagai sarana rekreatif bagi siswa baru yang masuk ke Sekolah Menengah Atas (SMA); (2) sebagai media game educative pada saat proses Masa Orientasi Siswa (MOS) sekaligus untuk melakukan pemetaan kemampuan dasar siswa baru, dengan pengujian melalui instrumen soal yang berpedoman pada Principles and Standards for School Mathematics dari National Council of Teachers of Mathematics (NCTM).; b) Analisis dampak Analisis dampak dilakukan untuk mendeskripsikan dampak penerapan media E-G-L ini. Dampak yang dapat diberikan oleh penerapan media ini diantaranya: (1) Masa Orientasi Siswa 39Jurnal RISENOLOGI KPM UNJ Vol. 2 Edisi 1, April 2017
  • 44. ISSN. 2502-5643 (MOS) menjadi kegiatan yang edukatif sekaligus menyenangkan; (2) Masa Orientasi Siswa (MOS) dapat menjadi kegiatan untuk memetakan kemampuan dasar siswa, mengingat menurut Middleton & Goepert (dalam Santrock, 2007) perspektif konstruktivis prinsip yang didiskusikan di bawah ini haruslah diikuti dalam mengajarkan matematika: (a) Menjadikan matematika realistis dan menarik; (b) Mempertimbangkan kemampuan murid yang sudah ada; (c) Kurikulum matematika interaktif secara sosial; (d) Proyek matematika inovatif; c) Analisissituasi. Analisi situasi dilakukan untuk melihat apakah media E-G-L dapat memetakan kemampuan dasar siswa secara tepat dan bermanfaat untuk guru. Situasi yang dianalisis pada penelitian ini adalah situasi mengenai Masa Orientasi Siswa (MOS) dan Budaya Nasional. Desain (Design) Tahap selanjutnya adalah tahap mendesain media E-G-L yang akan dibuat berdasarkan hasil analisis sebelumnya. Desain yang dilakukan adalah membuat rancangan media E-G- L, dan membuat instrumen soal yang berpedoman pada Principles and Standards for School Mathematics dari National Council of Teachers of Mathematics (NCTM). Penyusunan rancangan media E-G-L ini bertujuan untuk menggambarkan keseluruhan isi media yang akan dibuat. Proses desain media E-G-L dilakukan dengan cara membuat sketsa media E-G-L pada kertas A4, kemudian dilanjutkan pada pembuatan desain media E-G-L secara grafis dengan bantuan software CorelDRAW Graphics Suite X4. Pengembangan (Development) Software yang digunakan dalam pembuatan media ini adalah Corel DRAW Graphics Suite X4 dan Microsoft Office Word 2007. Proses pengembangan media diawali dengan membuat desain template media E-G-L dan mengumpulkan komponen media, yaitu gambar batik dan gambar engklek. Selanjutnya adalah pembuatan instrumen soal yang berpedoman pada Principles and Standards for School Mathematics dari National Council of Teachers of Mathematics (NCTM). Instrumen soal tersebut terdiri atas : 1) bilangan dan operasi (5 Soal); 2) aljabar, geometri (5 Soal); 3) pengukuran (5 Soal) dan, 4) data analisis serta peluang (5 Soal). Soal-soal tersebut dihimpun atau dibuat melalui seleksi soal Ujian Nasional. Gambar 1. Media E-G-L 40 Abdul Rozak – “EGL” (Engklek Game Learning)
  • 45. ISSN. 2502-5643 Setelah media pembelajaran ini selesai dibuat, kemudian dilakukan evaluasi oleh reviewer. Berikut hasil evaluasi media oleh reviewer. Tabel 1. Hasil Evaluasi Kualitas Media Tabel 2. Hasil Evaluasi Kualitas Instrumen Soal No. Pernyataan Ahli Materi 1 Kesesuaian antara silabus Kementerian Pendidikan Nasional. Sangat baik 2 Kejelasan tujuan pemberian instrumen soal Sangat baik 3 Cakupan soal Baik 4 Keteruntutan soal Baik 5 Kejelasan soal Baik 6 Kualitas soal Baik 7 Kemungkinan mengukupuan dasar siswa Baik 8 Kemampuan memetakan kemampuan dasar siswa Baik Menurut para ahli kualitas media yang dibuat tergolong dalam kriteria baik dan kualitas materi tergolong baik. Hal ini dilihat dari hasil angket dimana setiap butir dikategorikan baik dan sangat baik. Para ahli juga menyatakan bahwa media E-G-L layak untuk di uji cobakan di lapangan dengan revisi sesuai dengan masukan dan saran ahli. Adapun beberapa masukan dan saran ahli diantaranya adalah 1) Gambar engklek hendaknya di buat lebih baik.; 2) Gambar batik lebih diserasikan satu sama lain.; 3) Font instrumen soal pada kartu soal agar diperbesar.; 4) Kalimat soal pada kartu soal perlu diperhatikan lagi.; 5) Ukuran media E-G-L yang terlalu besar. Setelah dilakukan revisi dihasikan media E-G-L yang sudah dapat diuji cobakan. Langkah selanjutnya adalah proses pencetakan banner media E-G-L dan pencetakan instrumen soal dalam bentuk kartu soal. Implementasi (Implementation) Tahap awal dalam kegiatan ini adalah uji coba kelompok kecil. Sampel penelitian uji coba kelompok kecil dilakukan pada 6 orang siswa kelas X. Uji coba kelompok kecil dilakukan untuk mendapatkan validasi empirik. Prosedur pelaksanaan uji coba kelompok kecil dilakukan seperti prosedur uji coba lapangan/klasikal, yaitu penjelasan penggunaan media dan aturan-aturan didalamnya, pelaksanaan, tes hasil belajar, dan analisis hasil THB. Setelah validasi empirik didapat dengan hasil baik, maka media E-G-L sudah dapat diuji cobakan pada kelompok klasikal. Media E-G-L yang telah dibuat diterapkan kepada kelompok klasikal yaitu siswa kelas X SMA. Proses uji coba lapangan bertujuan untuk memperoleh tanggapan dan data nilai tes oleh siswa. Pelaksanaan uji coba lapangan media E-G-L adalah sebagai berikut: No. Indikator Ahli media 1 Pemilihan warna background Sangat baik 2 Keserasian warna background dengan batik Baik 3 Tata letak batik Sangat baik 4 Kejelasan petunjuk media Baik 5 Kualitas media Baik 41Jurnal RISENOLOGI KPM UNJ Vol. 2 Edisi 1, April 2017