Bab ini membahas tentang karakteristik seorang yang beriman sesuai dengan ajaran agama Islam. Tiga ciri utama yang disebutkan adalah: (1) memiliki kepercayaan yang kuat kepada Allah dan hari akhirat, (2) senantiasa menjalankan perintah Allah dan menjauhi larangan-larangannya, (3) memiliki akhlak yang mulia seperti sabar, jujur, dan selalu berusaha menolong orang lain.
2. KATA PENGANTAR
Alhamdulillah, segala puji hanyalah milik Allah, pencipta, pemilik, penguasa dan
pemelihara alam semesta, yang kepadaNya saja kita berbakti dan memohon pertolongan,
yang telah memberikan kesempatan kepada penulis untuk dapat menyelesaikan buku kecil
ini. Hanya karena kehendak dan izinNya, buku dengan judul : JANGAN PUASA! Kalau Anda
Tidak Beriman ini dapat terbit pada bulan Sya’ban 1433 H.
Buku ini merupakan kumpulan Kuliah Tujuh Menit (Kultum) yang penulis lakukan dalam
beberapa tahun bulan Ramadhan di berbagai Masjid dan kesempatan. Kalau disampaikan
dalam kultum, materi bersifat acak, maka penulis mencoba merangkainya menjadi suatu
kesatuan yang diharapkan dapat dipahami secara komprehensif dan integral sebagai
referensi untuk melaksanakan ibadah puasa Ramadhan sesuai sunnah dan tuntunan
Rasulullah Muhammad SAW.
Penulis sengaja memberikan judul : JANGAN PUASA! Kalau Anda Tidak Beriman, dengan
harapan dapat dipahami dialektikanya : ANDA WAJIB BERPUASA KALAU ANDA BERIMAN!
Karena berdasarkan pengalaman dan pengamatan penulis, puasa kita yang sudah berjalan
bertahun-tahun, bahkan berpuluh tahun, belum dapat mengantarkan kita pada kedudukan
taqwa yang dijanjikan Allah. Hal ini dibuktikan dengan tata sosial kehidupan kita yang
belum sesuai dengan yang digambarkan dalam Al Qur’an maupun dicerminkan dalam tata
sosial kehidupan Nabi Muhammad dan para sahabatnya.
Buku ini diharapkan dapat menjadi cermin khususnya bagi penulis dan keluarga, serta kita
semua agar bisa menjalankan puasa dengan dasar iman, berpedoman pada tuntunan Nabi
SAW sehingga dapat mencapai ketaqwaan yang menjadi tujuan puasa. Buku ini sekedar
menjadi bahan muhasabah kita, dengan harapan dapat bermanfaat.
Kritik dan masukan untuk perbaikan isi buku ini di masa yang akan datang sangat
diharapkan.
Penulis juga mengucapkan terimakasih kepada semua pihak yang telah mendukung
terbitnya buku ini, disertai permohonan maaf jika terdapat kekeliruan dan mohon
ampunan kepada Allah jika terdapat kesalahan di dalam buku ini.
Billahi Taufiq wal Hidayah
Bekasi, 17 Sya’ban 1433
Aji Ngumboro
Jangan Puasa! Jika Anda Bukan Orang Beriman Page 2
3. DAFTAR ISI
PENDAHULUAN ……………………………………………………….. 5
SASARAN DAN TUJUAN PUASA ……………………………………………………….. 6
KARAKTER ORANG BERIMAN ……………………………………………………….. 8
TANDA-TANDA ORANG BERIMAN ……………………………………………………….. 9
KESUKSESAN DAN KEBAHAGIAAN
ORANG BERIMAN
……………………………………………………….. 11
SHALAT YANG KHUSYU ……………………………………………………….. 14
MENGHINDARKAN DIRI DARI
PERBUATAN SIA-SIA
……………………………………………………….. 17
ZAKAT, INFAQ DAN SHODAQOH ……………………………………………………….. 19
TIDAK BERZINA ……………………………………………………….. 22
MENUNAIKAN AMANAT DAN
MEMENUHI JANJI
……………………………………………………….. 24
HANYA ORANG BERIMAN YANG DAPAT
MENCAPAI TUJUAN PUASA
……………………………………………………….. 26
HUKUM-HUKUM YANG BERKAITAN
DENGAN PUASA RAMADHAN
……………………………………………………….. 28
KEKHUSUSAN DAN KEISTIMEWAAN
BULAN RAMADHAN
……………………………………………………….. 30
NIAT PUASA ……………………………………………………….. 34
MAKAN SAHUR ……………………………………………………….. 35
BERBUKA PUASA ……………………………………………………….. 36
HAL-HAL YANG MEMBATALKAN PUASA ……………………………………………………….. 38
Jangan Puasa! Jika Anda Bukan Orang Beriman Page 3
4. HAL-HAL YANG MERUSAK PUASA ……………………………………………………….. 41
HAL-HAL YANG DIBOLEHKAN SAAT
BERPUASA
……………………………………………………….. 43
SHALAT TARAWIH ……………………………………………………….. 46
TADARUS AL QUR’AN ……………………………………………………….. 49
LAILATUL QADAR ……………………………………………………….. 51
I’TIKAF ……………………………………………………….. 53
ZAKAT FITRAH ……………………………………………………….. 55
SHALAT IDUL FITRI ……………………………………………………….. 57
MERAIH KETAQWAAN DAN
MENGGENGGAM KEMULIAAN
……………………………………………………….. 61
Jangan Puasa! Jika Anda Bukan Orang Beriman Page 4
5. PENDAHULUAN
Alhamdulillah, Allah masih memberikan umur kepada kita saat ini, dan Insya Allah kita
akan bertemu kembali dengan bulan Ramadhan. Bulan yang ditunggu-tunggu oleh umat
manusia se dunia. Orang-orang yang beriman menunggu datangnya Ramadhan dengan
kegembiraan karena datang kesempatan yang luar biasa untuk mendapatkan berbagai
kebaikan yang disediakan Allah untuk orang-orang beriman yang menjalankan ibadah
puasa, yakni barokah, rahmat, maghfirah dan pembebasan dari siksa neraka. Allah juga
menyediakan satu malam yang kebaikannya melebihi seribu bulan, dan puncaknya adalah
pencapaian ketaqwaan.
Dan pada kenyataannya bukan hanya orang-orang beriman yang menunggu datangnya
bulan Ramadhan, mereka yang tidak beragama Islam dan juga tidak beriman kepada Allah
dan hari akhirat pun ikut bergembira menyambut datangnya bulan Ramadhan. Kita bisa
menyaksikan banyaknya pusat-pusat perbelanjaan (yang notabene tidak dimiliki oleh
orang Islam) yang mulai memasang spanduk ucapan Selamat Datang Ramadhan.
Mereka bergembira karena dengan datangnya bulan Ramadhan berarti omzet
penjualannya akan naik berkali lipat. Mereka pun menawarkan berbagai bonus dan diskon
yang menarik. Demikianlah, para pengabdi ekonomi pun menyambut Ramadhan dengan
kegembiraan.
Bagaimana dengan kita? Apakah kita bergembira menyambut bulan Ramadhan kali ini?
Apa yang membuat kita gembira? Apakah diskon dan bonus besar-besaran dari super mall?
Atau dengan datangnya Ramadhan, berarti THR yang ditunggu-tunggu segera tiba?
Aha! Sudah berapa kali kita ketemu dengan bulan Ramadhan? Sudah berapa kali kita
berpuasa Ramadhan? 5 kali, 10 kali, 20 kali ? Apa yang kita dapat dari Ramadhan demi
Ramadhan yang telah kita jalankan? Adakah kita pernah mengevaluasi hasil yang kita
peroleh setiap Ramadhan? Jangan-jangan kita hanya dapat lapar dan dahaga saja. Kualitas
kehidupan kita tidak pernah meningkat padahal sudah berpuluh tahun kita menjalankan
puasa Ramadhan?
Untuk menjawab pertanyaan-pertanyaan di atas, dan mencoba dengan segala upaya
meraih ketaqwaan, menggapai kemuliaan dan menggenggam kehidupan yang bahagia di
dunia dan akhirat dengan amaliah puasa Ramadhan, saya mengajak untuk bertafakur,
tadabur, dan muhasabah.
Jangan Puasa! Jika Anda Bukan Orang Beriman Page 5
6. SASARAN DAN TUJUAN BERPUASA
Kalau selama ini kita menjalankan puasa Ramadhan sebagai suatu kewajiban rutin setahun
sekali yang harus dilakukan sebulan penuh, ada baiknya kita pikirkan kembali perintah
Allah yang terkait dengan kewajiban berpuasa :
“Hai orang-orang yang beriman, diwajibkan atas kamu berpuasa sebagaimana
diwajibkan atas orang-orang sebelum kamu agar kamu bertakwa.” (QS 2 : 183)
Membaca ayat di atas, kita secara jelas dapat memahami bahwa Allah menyeru kepada
orang-orang yang beriman, jadi yang menjadi target atau sasaran perintah Allah hanya dan
hanya untuk orang-orang yang beriman. Allah tidak memerintahkan berpuasa kepada
manusia secara umum (yaa ayyuhaannaas) atau bahkan orang Islam sekalipun (yaa
ayyuhal muslimiin), tetapi, sekali lagi hanya untuk orang-orang yang beriman.
Kewajiban yang diperintahkan oleh Allah kepada orang-orang yang beriman itu adalah
puasa. Dan menurut Allah kewajiban puasa ini juga telah diwajibkan kepada orang-orang
beriman yang terdahulu.
Allah juga secara tegas menyatakan bahwa tujuan dari kewajiban puasa adalah agar orang-
orang yang beriman yang menjalankan kewajiban puasa tersebut menjadi bertaqwa.
Sebagai gambaran, perintah tersebut dapat dimisalkan perintah seorang prajurit untuk
bertempur agar dapat naik pangkat. Di sini sang komandan akan memerintahkan kepada
prajurit kira-kira :
“Hai prajurit, bertempurlah kamu agar kamu dapat naik pangkat!”
Nah, kalau anda bukan prajurit, tetapi anda bertempur, apakah anda dapat naik pangkat ?
Selama anda tidak terdaftar sebagai prajurit, maka anda tidak akan pernah dapat naik
pangkat, meskipun anda bertempur sampai mati! Tentu untuk menjadi seorang prajurit
anda harus memiliki persyaratan-persyaratan tertentu.
Hal inilah yang mestinya menjadi bahan evaluasi awal, jika kita menyadari bahwa puasa
yang telah kita lakukan selama berpuluh-puluh tahun ternyata tidak menyebabkan kita
meraih derajat ketaqwaan yang dapat diwujudkan dalam bentuk kualitas kehidupan kita di
dunia ini. Dari tahun ke tahun puasa kita tidak menambah amal saleh kita, bahkan
kebiasaan-kebiasaan buruk pun tetap saja kita jalankan. Kita mestinya mempertanyakan
Jangan Puasa! Jika Anda Bukan Orang Beriman Page 6
7. keimanan kita. Apakah kita sudah benar-benar layak untuk disebut sebagai orang beriman?
Apakah kita sudah masuk daftar sebagai orang beriman yang diseru Allah untuk berpuasa?
Jangan-jangan kita belum terdaftar sebagai orang yang beriman, sehingga kita tidak dapat
mencapai tujuan puasa, yakni menjadi orang yang bertaqwa.
Lantas kepada siapa kita mesti bertanya apakah kita sudah termasuk dalam daftar orang-
orang yang beriman atau belum? Terus apa syarat agar kita terdaftar sebagai orang yang
beriman, sehingga layak memenuhi perintah Allah untuk berpuasa agar mencapai
ketaqwaan? Insya Allah hal ini akan dibahas dalam bab tersendiri tentang Ciri-ciri orang
beriman, sehingga anda bisa menilai diri anda sendiri. Karena yang mengetahui keimanan
seseorang hanyalah diri sendiri dan Allah.
Sebaliknya kalau kita sudah yakin dengan keimanan kita, mengapa kita tidak juga
mengalami perbaikan kualitas hidup dengan ketaqwaan, padahal kita sudah melaksanakan
ibadah puasa Ramadhan puluhan kali. Maka pertanyaannya adalah apakah kita sudah tahu
tujuan mencapai ketaqwaan yang dikehendaki oleh Allah dalam perintahnya itu?
Saya yakin jika kita memang benar-benar beriman dan melaksanakan ibadah puasa sesuai
dengan yang diajarkan oleh Rasulullah Muhammad SAW, niscaya derajat ketaqwaan dapat
kita raih. Dengan meraih ketaqwaan berarti kita meraih kemuliaan, dan dengan kemuliaan
yang kita miliki Allah menjamin kebahagiaan di dunia dan akhirat.
Persoalan berikutnya jika kita sudah yakin tentang keimanan kita dan memahami tujuan
berpuasa, tetapi kita tetap tidak dapat mencapai tujuan puasa kita, maka kita harus
mengevaluasi, sudah benarkah puasa kita? Sudah tahukah kita ilmu berpuasa yang
diajarkan oleh Rasulullah Muhammad SAW? Atau jangan-jangan puasa kita sekedar
mengikuti kebiasaan yang ada?
Karena itu, kajian muhasabah kita untuk bulan Ramadhan sesungguhnya hanya meliputi 3
hal, yakni :
1. Apakah kita sudah termasuk dalam daftar orang beriman yang memiliki kewajiban
berpuasa?
2. Apakah ibadah puasa yang kita lakukan dalam bulan Ramadhan sudah sesuai
dengan tuntunan Rasulullah Muhammad SAW?
3. Apakah kita sudah memahami bentuk manusia bertaqwa yang menjadi tujuan
diwajibkannya berpuasa?
Jangan Puasa! Jika Anda Bukan Orang Beriman Page 7
8. KARAKTER ORANG BERIMAN
Untuk mengetahui apakah kita termasuk orang beriman yang diseru Allah untuk berpuasa,
tentu kita harus tahu seperti apa karakter orang yang beriman. Karakter itu meliputi sosok,
tampang, sikap, sifat dan perilaku. Misalnya kita diminta bermain sinetron atau drama
memerankan karakter seorang guru, tentu yang tergambar dalam pikiran kita adalah sosok
yang berpenampilan sederhana tapi rapi, berwibawa tapi bersahabat, disiplin tapi sabar,
pintar, serba tahu dan sebagainya. Begitu juga jika kita membayangkan karakter prajurit,
maka yang tergambar adalah sosok yang gagah berani, tegas, cekatan, kuat, berseragam
hijau, berpakaian rapi, disiplin, semangat, patuh kepada atasan.
Lantas, jika anda diminta untuk memerankan karakter seorang yang beriman, apakah yang
tergambar dalam pikiran anda? Apakah sosok dengan jubah putih, bersurban, berjenggot
lebat, ada tanda hitam bekas sujud di dahi, mulutnya selalu berdzikir, dengan tasbih di
tangan, fasih membaca Al Qur’an, wajahnya cerah karena selalu terkena air wudhu?
Bagaiamana dengan karakter anda sendiri, apakah seperti itu? Kalau tidak seperti itu,
apakah berarti kita bukan golongan orang yang beriman?
Siapakah orang-orang beriman yang diseru Allah untuk melaksanakan kewajiban
berpuasa? Apakah kita sudah termasuk dalam daftar orang beriman yang memiliki
kewajiban berpuasa itu? Kita tidak bisa bertanya kepada siapa pun untuk mengetahui
apakah kita termasuk orang yang beriman atau tidak, kecuali kepada diri kita sendiri
dengan mengacu kepada syarat-syarat dan cirri-ciri orang beriman sebagaimana dijelaskan
Allah dalam Al Qur’an atau kisi-kisi yang diberikan oleh Rasulullah Muhammad SAW dalam
hadits-hadits shoheh. Dan untuk memahami karakter orang beriman kita bisa mempelajari
sejarah Nabi Muhammad SAW dan para sahabat yang telah dijamin Allah akan memasuki
surgaNya, sebagai bench mark dan best practice orang beriman.
Nabi Muhammad adalah karakter sempurna orang yang beriman, karena keagungan
akhlaknya, yang tidak lain dan tidak bukan adalah gambaran dari implementasi ajaran Al
Qur’an sehingga Allah menyampaikan :
“Sesungguhnya telah ada pada (diri) Rasulullah itu suri teladan yang baik bagimu
(yaitu) bagi orang yang mengharap (rahmat) Allah dan (kedatangan) hari kiamat
dan Dia banyak menyebut Allah.” (QS 33 : 21)
Jangan Puasa! Jika Anda Bukan Orang Beriman Page 8
9. TANDA-TANDA ORANG BERIMAN
Sebelum kita sampai pada karakter utuh sosok pribadi yang beriman, tentu kita dapat
melihat tanda-tanda atau cirri-ciri orang beriman. Allah menggambarkan dengan jelas
beberapa tanda orang beriman, antara lain sebagaimana firmanNya :
“ Sesungguhnya beruntunglah orang-orang yang beriman, (yaitu) orang-orang yang
khusyu' dalam sholatnya, dan orang-orang yang menjauhkan diri dari (perbuatan
dan perkataan) yang tiada berguna, dan orang-orang yang menunaikan zakat, dan
orang-orang yang menjaga kemaluannya, kecuali terhadap isteri-isteri mereka atau
budak yang mereka miliki[994]; Maka Sesungguhnya mereka dalam hal ini tiada
tercela. Barangsiapa mencari yang di balik itu, maka mereka Itulah orang-orang yang
melampaui batas, dan orang-orang yang memelihara amanat-amanat (yang
dipikulnya) dan janjinya, dan orang-orang yang memelihara sembahyangnya, mereka
itulah orang-orang yang akan mewarisi, (yakni) yang akan mewarisi syurga Firdaus.
mereka kekal di dalamnya. (QS 23 : 1 – 11)
Dari ayat Allah di atas jelas bahwa di antara tanda orang beriman adalah orang yang
khusyu dalam sholatnya, menghindari perbuatan/perkataan yang tidak berguna,
menunaikan zakat, tidak berzina atau melakukan penyimpangan seksual, menjaga dan
melaksanakan amanat, serta menjaga sholatnya.
Dengan parameter tersebut kita dapat mengukur diri kita : sudahkah kita khusyu dalam
sholat kita? Sudahkah kita menghindari perbuatan/perkataan yang tidak berguna?
Sudahkah kita menunaikan zakat? Apakah kita tidak berzina atau melakukan
penyimpangan seksual? Apakah kita selalu menjaga dan melaksanakan amanat? Apakah
kita selalu menjaga sholat kita?
Jangan Puasa! Jika Anda Bukan Orang Beriman Page 9
10. Allah mempersilakan kita untuk melakukan self assessment , melakukan penilaian
terhadap diri sendiri secara jujur dengan parameter yang disediakan Allah. Jika kita
memang benar-benar orang beriman, maka Allah member tanda yang dapat kita rasakan :
“Sesungguhnya orang-orang yang beriman ialah mereka yang bila disebut nama Allah
gemetarlah hati mereka, dan apabila dibacakan ayat-ayatNya bertambahlah iman
mereka (karenanya), dan hanya kepada Tuhanlah mereka bertawakkal.” (QS 8 : 2)
Ya, kalau kita benar-benar beriman, niscaya hati kita bergetar ketika mendengar nama
Allah disebut, atau ketika kita mengingat nama Allah, karena cinta kita kepada Allah.
Sebagaimana hati kita bergetar ketika nama seseorang yang kita cintai disebutkan, dan
semestinya lebih dari itu.
Jangan Puasa! Jika Anda Bukan Orang Beriman Page 10
11. KESUKSESAN DAN KEBAHAGIAAN ORANG BERIMAN
Sekarang marilah kita coba telaah satu persatu tanda-tanda orang beriman sebagaimana
disebutkan oleh Allah dalam Surat Al Mu’minun ayat 1 – 11, semoga dapat menjadi cermin
dan ukuran bagi kita. Apakah kita layak dan pantas masuk dalam golongan orang beriman.
Ayat ke satu Surat Al Mu’minun menegaskan eksistensi yang dijamin oleh Allah kepada
orang yang beriman, yakni keberuntungan, kemenangan, kesuksesan dan kebahagiaan :
“Sesungguhnya beruntunglah orang-orang yang beriman,” (QS 23:1)
Allah sudah menetapkan bahwa orang yang beriman pasti akan mendapatkan
keberuntungan atau kemenangan, yaitu kesuksesan dan kebahagiaan hidup di dunia dan
akhirat. Banyak sekali ayat Al Qur’an yang menggambarkan tentang hal ini, antara lain :
“Sesungguhnya orang-orang yang beriman, orang-orang Yahudi, orang-orang
Nasrani dan orang-orang Shabiin[56], siapa saja diantara mereka yang benar-benar
beriman kepada Allah[57], hari kemudian dan beramal saleh[58], mereka akan
menerima pahala dari Tuhan mereka, tidak ada kekhawatiran kepada mereka, dan
tidak (pula) mereka bersedih hati.” (QS 2:62)
“Sesungguhnya orang-orang yang beriman, mengerjakan amal saleh, mendirikan
shalat dan menunaikan zakat, mereka mendapat pahala di sisi Tuhannya. tidak ada
kekhawatiran terhadap mereka dan tidak (pula) mereka bersedih hati” (2:277)
Jangan Puasa! Jika Anda Bukan Orang Beriman Page 11
12.
“Adapun orang-orang yang beriman dan berbuat amal saleh, Maka Allah akan
menyempurnakan pahala mereka dan menambah untuk mereka sebagian dari
karunia-Nya. Adapun orang-orang yang enggan dan menyombongkan diri, Maka Allah
akan menyiksa mereka dengan siksaan yang pedih, dan mereka tidak akan
memperoleh bagi diri mereka, pelindung dan penolong selain dari pada Allah.” (QS
4:173)
“Dan tidaklah Kami mengutus Para Rasul itu melainkan untuk memberikan kabar
gembira dan memberi peringatan. Barangsiapa yang beriman dan mengadakan
perbaikan, maka tak ada kekhawatiran terhadap mereka dan tidak pula mereka
bersedih hati.”(QS 6:48)
Dari ayat-ayat di atas, coba kita tanyakan pada diri kita sendiri : apakah kita sudah
terbebas dari rasa khawatir dan kesedihan? Apakah hidup kita sudah penuh dengan
optimisme dan kebahagiaan? Ataukah justru sebaliknya, kita selalu dibayangi
kekhawatiran, pesismisme, dan kesedihan? Karena orang-orang yang beriman dijamin
kesejahteraan, kesuksesan dan kebahagiaan oleh Allah, di dunia ini dan juga di akhirat
nanti.
Dari pribadi-pribadi yang beriman, yang berada di suatu negeri Allah menyatakan :
Jangan Puasa! Jika Anda Bukan Orang Beriman Page 12
13. “Dan Allah telah berjanji kepada orang-orang yang beriman di antara kamu dan
mengerjakan amal-amal yang saleh bahwa Dia sungguh- sungguh akan menjadikan
mereka berkuasa dimuka bumi, sebagaimana Dia telah menjadikan orang-orang
sebelum mereka berkuasa, dan sungguh Dia akan meneguhkan bagi mereka agama
yang telah diridhai-Nya untuk mereka, dan Dia benar-benar akan menukar (keadaan)
mereka, sesudah mereka dalam ketakutan menjadi aman sentausa. mereka tetap
menyembahku-Ku dengan tiada mempersekutukan sesuatu apapun dengan aku. dan
Barangsiapa yang (tetap) kafir sesudah (janji) itu, Maka mereka Itulah orang-orang
yang fasik.(QS 24:55)
“Jikalau Sekiranya penduduk negeri-negeri beriman dan bertakwa, pastilah Kami
akan melimpahkan kepada mereka berkah dari langit dan bumi, tetapi mereka
mendustakan (ayat-ayat Kami) itu, Maka Kami siksa mereka disebabkan
perbuatannya.” (QS 7:96)
Namun apa yang kita saksikan sekarang? Apakah kita sudah mendapatkan kekuasaan itu,
atau justru kita berada di bawah kekuasaaan orang lain? Apakah kita mendapatkan
limpahan berkah dari langit dan bumi, ataukah justru seballiknya, berbagai bencana datang
silih berganti?
Jangan Puasa! Jika Anda Bukan Orang Beriman Page 13
14. SHALAT YANG KHUSYU
Dalam bab terdahulu disebutkan bahwa tanda pertama orang beriman adalah khusyu
dalam sholatmya.
“Yaitu orang-orang yang khusyu' dalam sholatnya,” (QS 23:2)
Bagaimana dengan kita? Apakah sholat kita sudah khusyu? Seperti apakah sholat yang
khusyu itu?
Jika kita sholat di masjid, kita melihat banyak sikap orang dalam sholat. Ada yang ketika
berdiri berniat sholat membaca niatnya dengan tegas, mantap dan keras, kemudian ketika
takbiratul ihram (mengangkat tangan dan membaca Allahu Akbar) dengan gerakan seperti
saat langkah tegap pada saat baris berbaris. Selanjutnya terlihat berkonsentrasi penuh,
memejamkan mata atau pandangan lurus fokus ke sajadah.
Ada juga orang yang sholat ketika berdiri kadang bergoyang kanan kiri, garuk-garuk dan
seterusnya. Seperti apakah sholat anda? Yang manakah sholat yang khusyu?
Allah berfirman :
“Jadikanlah sabar dan shalat sebagai penolongmu. dan Sesungguhnya yang demikian
itu sungguh berat, kecuali bagi orang-orang yang khusyu', (yaitu) orang-orang yang
meyakini, bahwa mereka akan menemui Tuhannya, dan bahwa mereka akan kembali
kepada-Nya.”(QS 2:45-46).
Sholat adalah salah satu bentuk komunikasi manusia dengan Allah. Sholat diperintahkan
oleh Allah pada saat Rasulullah Muhammad SAW diundang oleh Allah untuk hadir ke
Sidrotil Muntaha, yang kemudian diperingati sebagai Isra Mi’raj. Sebelum mendapat
perintah Sholat, Nabi Muhammad sedang dirundung suasana dukacita, karena wafatnya
istri tercinta Siti Khatijah RA, dan juga wafatnya Abu Thalib, yang meskipun sampai akhir
hayatnya tidak beriman kepada Allah dan RasulNya, tetapi selalu menjadi pembela Nabi
Muhammad di hadapan kaumnya.
Jangan Puasa! Jika Anda Bukan Orang Beriman Page 14
15. Dalam perjalanannya sebelum sampai di hadapan Allah SWT, Nab Muhammad
mendapatkan gambaran berbagai kejadian terkait dengan kehidupan manusia di masa
yang lalu maupun di masa yang akan datang, termasuk kehidupan manusia di akhirat, yang
semuanya tidak terlepas dari keagungan Allah sebagai pencipta dan pemelihara alam
semesta, serta rahmat dan kasih sayangnya kepada manusia. Maka sholat yang khusyu
berkaitan dengan kesadaran dan keyakinan bahwa sholat adalah cara kita dapat bertemu
dengan Allah, karena kita pasti akan kembali ke haribaanNya, sehingga buah dari sholat
yang khusyu adalah karakter yang unggul dalam setiap langkah dan tindakan kita.
Dengan latar belakang perintah sholat seperti itu, apa yang ada dalam pikiran anda?
Apakah sholat merupakan suatu beban kewajiban, ataukah suatu metode untuk refreshing
yang dibutuhkan oleh seluruh manusia? Jika anda melhat sholat sebagai beban kewajiban
semata, maka dipastikan anda tidak akan pernah dapat sholat dengan khusyu! Karena anda
melakukan sholat dengan terpaksa, atau setidak-tidaknya hitungan menggugurkan
kewajiban.
Namun sebaliknya jika anda melihat sholat sebagai kebutuhan seorang manusia untuk
rerfreshing dan berkomunikasi dengan Allah, maka anda akan dapat melakukan dengan
khusyu, karena anda membutuhkan sholat itu. Hal ini dapat terjadi jika kita meyakini
bahwa dengan sholat kita bertemu dengan Allah, berbicara dengan Allah dan meminta
pertolongan kepada Allah. Kita juga yakin kita berasal dari Allah, dan akan kembali
kepadaNya.
Rasulullah Muhammad SAW setiap datang waktu shalat memanggil sahabat Bilal dan
meminta : “Bilal, istirahatkanlah kami dengan sholat!” . (HR Abu Daud). Bilal pun kemudian
mengumandangkan adzan, seruan tanda waktu sholat. Dan jadilah waktu sholat nabi
Muhammad dan para sahabat sebagai waktu yang dinanti-nantikan di tengah berbagai
kesibukan dan kepenatan orang bekerja atau melakukan kegiatan lain yang melelahkan!
Jadi sesungguhnya sholat adalah kewajiban yang diperintahkan oleh Allah untuk
kepentingan manusia. Allah mengundang Nabi Muhammad untuk Isra Mi’raj sebagai sarana
untuk menghibur dan refreshing setelah ditimpa berbagai beban can cobaan dalam
perjuangannya. Mestinya kita memandang sholat sebagai Mi’raj kita kehadapan Allah
sehingga menjadi alat untuk mengembalikan kesegaran dan kekuatan jiwa dan raga kita.
Sholat yang diajarkan Islam pada hakikatnya adalah suatu instrument yang dicari oleh
banyak manusia untuk mendapatkan kekuatan jiwa dan raga. Persemedian atau yoga,
sebagai contoh adalah upaya untuk dapat mengembalikan kesegaran pikiran manusia
Jangan Puasa! Jika Anda Bukan Orang Beriman Page 15
16. untuk dapat berbuat lebih baik. Dan sholat yang diajarkan oleh Islam memiliki makna dan
kekuatan yang jauh lebih besar daripada semedi atau yoga.
Lantas, shalat khusyu seperti apakah yang dimaksud dalam Surat Al Mu’minun ayat 2?
Tentu sholat yang membuat pelakunya merasakan ketentraman, kenyamanan, passion,
kesungguhan ketika melakukannya, dan memiliki dampak positif dalam perilaku sehari-
hari. Shalat yang tidak memiliki dampak positif bagi pelakunya sudah pasti bukan sholat
yang khusyu, bahkan hal ini diingatkan oleh Allah menjadi suatu kecelakaan.
Tindakan keseharian orang yang khusyu dalam sholat dipastikan akan berdampak positif
dan bermanfaat bagi dirinya, maupun bagi orang lain dan juga lingkungan sekitarnya.
Sebab kalau tidak demikian, maka kita termasuk orang yang celaka, meskipun kita
menjalankan sholat wajib 5 kali sehari semalam, sholat sunah rawatib dan sholat sunah
lainnya, sebagaimana firman Allah
“Maka kecelakaanlah bagi orang-orang yang shalat, (yaitu) orang-orang yang lalai
dari shalatnya, orang-orang yang berbuat riya, dan enggan (menolong dengan)
barang berguna.” (QS 107: 4 – 7)
Jangan Puasa! Jika Anda Bukan Orang Beriman Page 16
17. MENGHINDARKAN DIRI DARI PERBUATAN SIA-SIA
Ciri-ciri kedua orang yang beriman adalah menghindarkan diri dari perkataan dan
perbuatan yang tidak bermanfaat :
“Dan orang-orang yang menjauhkan diri dari (perbuatan dan perkataan) yang tiada
berguna” (QS 23 : 3)
Jika anda sudah melakukan shalat dengan khusyu, dijamin anda tidak akan pernah
melakukan perkataan atau berbuatan yang sia-sia atau tidak bermanfaat. Namun
sebaliknya, jika anda masih suka berbicara atau melakukan hal-hal yang tidak berguna,
atau bahkan merugikan orang lani, berarti sholat anda belum khusyu.
Allah berfirman :
“Bacalah apa yang telah diwahyukan kepadamu, Yaitu Al kitab (Al Quran) dan
dirikanlah shalat. Sesungguhnya shalat itu mencegah dari (perbuatan- perbuatan)
keji dan mungkar. dan Sesungguhnya mengingat Allah (shalat) adalah lebih besar
(keutamaannya dari ibadat-ibadat yang lain). dan Allah mengetahui apa yang kamu
kerjakan.”(QS 29:45)
Sikap keji dan munkar adalah merupakan tindakan yang sia-sia, tidak bermanfaat, bahkan
cenderung merugikan diri sendiri dan orang lain. Sebaliknya sikap elegan dan terpuji,
membangun dan selalu melakukan perbaikan adalah buah dari sholat yang khusyu.
Sehingga Rasulullah Muhammad SAW banyak mengingatkan para sahabat dan pengikutnya
dalam berbagai hadits sahih tentang orang beriman, yang dapat melakukan sholat yang
khusyu pasti menghindarkan diri dari perbuatan yang keji dan munkar.
"Demi Allah, tidak beriman, demi Allah tidak beriman, demi Allah tidak beriman."
Ditanyakan kepada beliau; "Siapa yang tidak beriman wahai Rasulullah?" beliau
bersabda: "Yaitu orang yang tetangganya tidak merasa aman dengan gangguannya."
(HR Bukhori)
Jangan Puasa! Jika Anda Bukan Orang Beriman Page 17
18. Berdasarkan hal tersebut, kita coba tanyakan pada diri kita sendiri : sudahkah tetangga kita
merasa aman dari gangguan kita? Sudahkah keberadaan kita lebih disukai oleh tetangga,
teman, saudara kita daripada ketidak adaan kita di tengah-tengah mereka?
Dalam hadits yang lain disebutkan :
"Barangsiapa berimana kepada Allah dan hari Akhir, janganlah ia mengganggu
tetangganya, barangsiapa beriman kepada Allah dan hari Akhir hendaknya ia
memuliakan tamunya dan barangsiapa beriman kepada Allah dan hari Akhir
hendaknya ia berkata baik atau diam." (HR Bukhori)
Coba kita tanyakan pada diri kita : sudahkah kita memuliakan tamu kita? Sudahkah kita
senantiasa mengucapkan perkataan yang baik dan bermanfaat, atau lebih baik diam jika
tidak dapat melakukannya?
Rasulullah Muhammad SAW juga mengingatkan kita :
"Jauhilah prasangka buruk, karena prasangka buruk ucapan yang paling dusta, dan
janganlah kalian saling mendiamkan, saling mencari kejelekan, saling menipu dalam
jual beli, saling mendengki, saling memusuhi dan janganlah saling membelakangi,
dan jadilah kalian semua hamba-hamba Allah yang bersaudara." (HR Bukhori)
Apakah kita sudah dapat menghilangkan prasangka buruk? Apakah kita sudah bergaul
dengan benar? Apakah kita tidak suka mencari kejelekan orang lain? Apakah kita tidak
curang dalam bisnis kita? Apakah kita tidak dengki, suka memprovokasi?
Jangan Puasa! Jika Anda Bukan Orang Beriman Page 18
19. ZAKAT, INFAQ DAN SHADAQAH
Tanda-tanda orang berikutnya adalah membayar zakat :
“Dan orang-orang yang menunaikan zakat,”(QS 23:4)
Zakat merupakan salah satu pilar dari pilar islam yang lima, Allah SWT. telah mewajibkan
bagi setiap muslim untuk mengeluarkannya sebagai penyuci harta mereka, yaitu bagi
mereka yang telah memiliki harta sampai nishab (batas terendah wajibnya zakat) dan
telah lewat atas kepemilikan harta tersebut masa haul (satu tahun bagi harta simpanan
dan niaga, atau telah tiba saat memanen hasil pertanian).
Zakat merupakan perintah langsung Allah sebagaimana banyak terdapat pada Al Qur’an,
antara lain :
“Sesungguhnya orang-orang yang beriman, mengerjakan amal saleh, mendirikan
shalat dan menunaikan zakat, mereka mendapat pahala di sisi Tuhannya. Tidak ada
kekhawatiran terhadap mereka dan tidak (pula) mereka bersedih hati.” (Q.S. 2 : 277 ).
Juga firman-Nya:
“Dan sesuatu riba (bunga) yang kamu berikan agar dia bertambah pada harta
manusia, maka riba itu tidak menambah pada sisi Allah. Dan apa yang kamu berikan
berupa zakat yang kamu maksudkan untuk mencapai keridhaan Allah, maka (yang
berbuat demikian) itulah orang-orang yang dilipat gandaka”. (Q.S. 30 : 39 ) .
Jangan Puasa! Jika Anda Bukan Orang Beriman Page 19
20.
“Orang-orang yang menafkahkan hartanya di malam dan di siang hari secara
tersembunyi dan terang-terangan, maka mereka mendapat pahala di sisi Tuhannya.
Tidak ada kekhawatiran terhadap mereka dan tidak (pula) mereka bersedih hati.”
(Q.S. 2 : 274 ) .
Dalam ayat lain Allah taala berfirman:
“Ambillah zakat dari sebagian harta mereka, dengan zakat itu kamu membersihkan
dan mensucikan mereka dan mendoalah untuk mereka. Sesungguhnya doa kamu itu
(menjadi) ketenteraman jiwa bagi mereka. Dan Allah Maha Mendengar lagi Maha
Mengetahui. (Q.S. 9 : 103 ) .
Adapun hadist-hadits Nabi yang menjelaskan akan keutamaannya antara lain :
Dari Abu Huraira radhiyallahu `anhu bahwa seorang Arab Badui mendatangi Nabi
shallallahu `alaihi wasallam seraya berkata, “Wahai Rasulullah! beritahu aku suatu
amalan, bila aku mengerjakannya, aku masuk surga?”, Beliau bersabda :
“Beribadahlah kepada Allah dan jangan berbuat syirik kepada-Nya, dirikan shalat,
bayarkan zakat yang diwajibkan, dan berpuasa di bulan Ramadhan,” ia berkata,
“Aku tidak akan menambah amalan selain di atas”, tatkala orang tersebut beranjak
keluar, Nabi shallallahu `alaihi wasallam bersabda : “Siapa yang ingin melihat
seorang lelaki dari penghuni surga maka lihatlah orang ini” . (Muttafaq ’alaih)
Allah SWT, adalah Dzat yang Maha Suci dan tidak akan menerima kecuali hal-hal yang
Suci dan baik, demikian juga zakat, infaq dan shadaqah kecuali dari harta yang suci dan
halal.
Jangan Puasa! Jika Anda Bukan Orang Beriman Page 20
21. Rasulullah SAW bersabda:
“ Siapa yang bersedekah dengan sebiji korma yang berasal dari usahanya yang halal
lagi baik (Allah tidak menerima kecuali dari yang halal lagi baik), maka
sesungguhnya Allah menerima sedekah tersebut dengan tangan kananNya kemudian
Allah menjaga dan memeliharnya untuk Pemiliknya seperti seseorang di antara
kalian yang menjaga dan memelihara anak kudanya. Hingga sedekah tersebut
menjadi sebesar gunung.” Muttafaq ’alaih.
Apakah kita sudah membayar zakat kita jika sudah mencapai nasab? Apakah kita
memberikan infaq dan shodaqoh karena harta kita belum mencapai nasab? Apakah zakat,
infaq dan shodaqoh kita berasal dari sumber yang halal dan baik?
Jangan Puasa! Jika Anda Bukan Orang Beriman Page 21
22. TIDAK BERZINA
Ciri-ciri berikutnya dari orang yang beriman adalah tidak berzina dan melakukan
penyimpangan seksual :
“Dan orang-orang yang menjaga kemaluannya, kecuali terhadap isteri-isteri mereka
atau budak yang mereka miliki; Maka Sesungguhnya mereka dalam hal ini tiada
tercela. Barangsiapa mencari yang di balik itu, maka mereka Itulah orang-orang yang
melampaui batas.” (QS 23 5-7).
Kenikmatan hubungan seks adalah rahmat Allah kepada semua makhluknya untuk
melanjutkan kelangsungan hidup mereka dengan memiliki keturunan. Dan manusia yang
diberikan oleh Allah kelebihan dibandingkan dengan makhluk yang lain, dengan
tanggungjawab sebagai khalifah sekaligus hamba Allah di muka bumi ini pun secara naluri
memiliki keinginan untuk berkembang biak. Namun manusia berbeda dengan binatang
yang tidak mengenal hak dan kewajiban, sehingga kalau binatang bisa bebas berhubungan
seks tanpa ikatan hak dan kewajiban, maka manusia dalam berhubungan seks harus diikat
oleh hak dan kewajiban. Ikatan hak dan kewajiban inilah yang kemudian disebut sebagai
pernikahan antara seorang lelaki dan perempuan.
Bayangkan jika tidak ada hukum dan aturan pernikahan bagi manusia. Anda memiliki anak
perempuan yang cantik, memikat hati setiap pria. Untuk suatu keperluan dia berjalan di
tengah keramaian, ada pria yang terpikat oleh kecantikannya sehingga bangkit nafsu
birahinya karena ingin memiliki keturunan yang cantik juga, apa yang terjadi?
Relakah anda jika anak perempuan anda tersebut digauli oleh lelaki itu dan mengakui anak
dari hasil hubungan tersebut sebagai cucu anda?
Pernikahan adalah hal yang membedakan pola dan hasil hubungan seks antara manusia
dengan binatang dan makhluk lainnya. Dengan pernikahan akan jelas garis keturunan
seseorang, terkait dengan hak dan kewajibannya. Karena itu Allah mengatur tentang
pernikahan dan waris di dalam Al Qur’an secara rinci dan gamblang agar dapat dengan
mudah dijalankan oleh manusia. Karena aturannya jelas dan mudah, maka konsekwensi
hukum jika melanggarnya pun menjadi berat.
Jangan Puasa! Jika Anda Bukan Orang Beriman Page 22
23. Hukuman berat bagi penzina berupa rajam yang diberlakukan untuk penzina yang sudah
bersuami atau beristri, dan hukuman cambuk bagi penzina yang masih lajang sebenarnya
ditujukan untuk kepentingan manusia juga, yakni menjaga martabat serta hak dan
kewajiban antara orang tua dan anak. Apakah anda rela mewariskan kekayaan anda
kepada anak yang ternyata bukan anak anda?
Karena itu Allah menjadikan orang yang tidak berzina sebagai salah satu ciri orang
beriman.
Jangan Puasa! Jika Anda Bukan Orang Beriman Page 23
24. MENUNAIKAN AMANAT DAN MEMENUHI JANJI
Allah menjelaskan, cirri-ciri orang beriman yang selanjutnya adalah menunaikan amanat
dan memenuhi janji
“Dan orang-orang yang memelihara amanat-amanat (yang dipikulnya) dan janjinya.”
(23:8)
Allah SWT berfirman dalam surat An-Nisaa’ Ayat 58:
“Sesungguhnya Allah menyuruhmu menyampaikan amanat kepada yang berhak
menerimanya, dan jika kamu menetapkan hukum diantara manusia hendaklah kamu
berlaku adil. Sesungguhnya Allah telah memberikan pengajaran yang sebaik-baiknya
kepadamu. Dan Allah Maha Medengar lagi Maha Melihat.” (QS 4:58)
Ayat ini diwahyukan dalam keadaan yang sangat menarik. Seperti diketahui bahwa
sebelum penaklukan Makkah, kunci Baitullah (yakni Ka’bah) dipegang oleh Utsman bin
Thalhah. Pada waktu penaklukan Makkah Nabi Muhammad SAW meminta Utsman bin
Thalhah untuk menyerahkan kunci-kunci itu kepada beliau. Utsman pun menyerahkan
kunci-kunci itu dengan enggan/ogah-ogahan seraya berkata, “Ini amanat untukmu.”
Kemudian Rasulullah SAW membuka pintu Ka’bah dan mengeluarkan semua berhala yang
ada di dalam Rumah Allah SWT itu. Pada waktu itu, Abbas RA (paman Rasulullah) dan Ali
RA meminta agar kunci-kunci itu disimpan oleh keluarga Rasulullah. Beliau tidak
memberikannya. Sebagaimana diriwayatkan oleh Umar RA, Rasulullah SAW keluar dari
Baitullah membacakan Ayat-58 Surat An-Nisaa’. Beliau mengembalikan kunci-kunci itu
kepada Utsman bin Thalhah. Hal ini mengejutkan Utsman, mengingat sebagai Penakluk,
Rasulullah SAW bisa tetap menyimpan kunci itu selamanya. Utsman menjadi begitu
tergerak hatinya oleh perilaku Nabi Muhammad SAW dan serta merta memeluk Islam.
Amanah adalah sesuatu yang dipercayakan kepada kita, untuk dilakukan, dijaga, atau
Jangan Puasa! Jika Anda Bukan Orang Beriman Page 24
25. disimpan. Karenanya, ia dapat berupa pesan, makhluk hidup atau harta benda. Bila
kepercayaan itu sudah diletakkan di pundak kita, maka wajib bagi kita untuk menjaganya.
Dalam Al-Qur’an disebutkan:
“Hai orang-orang yang beriman, janganlah kamu mengkhianati Allah dan Rasul
(Muhammad) dan (juga) janganlah kamu mengkhianati amanat-amanat yang
dipercayakan kepadamu, sedang kamu mengetahui.” (QS 8: 27).
Selain titipan dari manusia lain, setiap pemberian Allah yang dititipkan kepada kita,
termasuk tubuh, keluarga, dan harta benda yang kita miliki, juga merupakan amanat yang
harus kita jaga dan pergunakan sebaik mungkin. Bahkan amanat yang paling kecil
sekalipun akan diminta pertanggungjawabannya di akhirat kelak. Maka, kita memang tidak
dapat menganggap remeh apa yang sudah dipercayakan kepada kita, sekecil apapun,
apalagi sembarangan mengucap janji yang belum tentu bisa kita penuhi.
Rasulullah saw. bersabda:
Tunaikanlah amanat terhadap orang yang mengamanatimu dan janganlah
berkhianat terhadap orang yang mengkhianatimu. (HR. Ahmad dan Abu Dawud).
Tiada beriman orang yang tidak memegang amanat dan tidak ada agama bagi orang
yang tidak menepati janji. (HR. Ad-Dailami).
“Jika engkau miliki empat hal, engkau tidak akan rugi dalam urusan dunia: menjaga
amanah, jujur dalam berkata, berakhlak baik, dan menjaga harga diri dalam (usaha,
bekerja) mencari makan.“ (HR Ahmad).
Sekarang, tanyakanlah kepada hati nurani kita : Apakah kita sudah dapat menunaikan
setiap amanah yang diberikan kepada kita, serta memenuhi setiap janji kita? Memang
bukan hal yang mudah untuk dapat bersikap amanah, tetapi juga bukan hal yang tidak bisa
kita lakukan! Untuk kesempurnaan iman kita, marilah kita bersama-sama mencoba untuk
senantiasa berlaku amanah dan jujur mulai dari hal-hal terkecil yang bisa kita lakukan.
Jangan Puasa! Jika Anda Bukan Orang Beriman Page 25
26. HANYA ORANG BERIMAN YANG DAPAT MENCAPAI TUJUAN PUASA
Seperti telah disampaikan dalam bahasan terdahulu bahwa puasa diwajibkan kepada
orang-orang yang beriman. Sehingga yang akan mendapatkan manfaat dan mencapai
tujuan berpuasa adalah orang-orang yang beriman. Hal tersebut ditegaskan oleh Rasulullah
Muhammad SAW :
"Barangsiapa yang berpuasa karena iman dan mengharap pahala, maka diampuni
dosa-dosanya yang telah lalu". (HR Bukhori)
Namun sebaliknya beliau juga bersabda :
“Betapa banyak orang yang berpuasa namun dia tidak mendapatkan dari puasanya
tersebut kecuali rasa lapar dan dahaga.” (HR. Ath Thobroni )
Siapakah orang-orang yang puasanya hanya menghasilkan rasa lapar dan dahaga?
Rasulullah Muhammad SAW bersabda :
“Barangsiapa yang tidak meninggalkan perkataan dusta malah mengamalkannya,
maka Allah tidak butuh dari rasa lapar dan haus yang dia tahan.” (HR. Bukhari no.
1903)
Kemudian, Rasulullah juga mengingatkan :
“Puasa bukanlah hanya menahan makan dan minum saja. Akan tetapi, puasa adalah
dengan menahan diri dari perkataan lagwu dan rofats. Apabila ada seseorang yang
mencelamu atau berbuat usil padamu, katakanlah padanya, “Aku sedang puasa, aku
sedang puasa”.” (HR. Ibnu Majah dan Hakim)
Dari hadits di atas jelas bahwa orang yang tetap berdusta, berkhianat, melakukan tindakan
atau ucapan yang tidak bermanfaat, dan juga tidak menahan nafsu syahwat, maka
puasanya hanya akan mendapatkan lapar dan haus. Tujuan puasa yakni meraih ketaqwaan
tidak akan tercapai. Dan jika kita telaah, apa yang diingatkan oleh Rasulullah tadi pasti
tidak akan dilakukan oleh orang yang beriman yang cirri-ciri dan karakteristiknya sudah
dibahas di depan.
Jangan Puasa! Jika Anda Bukan Orang Beriman Page 26
27. Untuk itu, selagi masih ada kesempatan untuk memperbaiki diri menyambut puasa
Ramadhan, marilah kita sekali lagi tanyakan kepada diri kita :
1. Apakah sholat kita sudah khusyu ? Yakni dapat membentengi kita dari perbuatan
keji dan munkar.
2. Apakah kita sudah dapat menghindarkan diri kita dari perbuatan dan ucapan yang
sia-sia? Yakni apa pun yang kita lakukan dan ucapkan tidak merugikan diri sendiri,
keluarga, saudara, tetangga dan lingkungan yang lebih luas lagi. Bahkan setiap
tindakan dan ucapan kita selalu memberikan manfaat bagi mereka.
3. Apakah kita sudah menjauhkan diri kita dan keluarga kita dari perbuatan zina dan
penyimpangan seksual lainnya? Yakni dengan menutup semaksimal mungkin pintu-
pintu yang memungkinkan terjadinya perzinahan.
4. Apakah kita sudah dapat menunaikan amanah yang diberikan kepada kita, serta
menepati janji kita? Yakni dengan tidak mengkhianati kepercayaan dan mencedari
janji.
Jika semua pertanyaan di atas dijawab dengan tegas : SUDAH ! Niscaya hati anda akan
bergetar jika disebutkan nama Allah, dan keimanan anda pun akan bertambah serta anda
akan menyambut dengan antusias perintah Allah yang dikhususkan untuk anda lakukan di
bulan Ramadhan :
“Hai orang-orang yang beriman, diwajibkan atas kamu berpuasa sebagaimana
diwajibkan atas orang-orang sebelum kamu agar kamu bertakwa.”(QS 2:183)
Jangan Puasa! Jika Anda Bukan Orang Beriman Page 27
28. HUKUM-HUKUM YANG BERKAITAN DENGAN PUASA RAMADHAN
1. Definisi :
Menurut bahasa, puasa (ash shiyam) berarti menahan diri, sebagaimana firman Allah
mengkisahkan Maryam ketika banyak orang mempertanyakan tentang anak yang
dikandungnya :
“ Sungguh, aku telah bernadzar kepada Allah untuk menahan diri untuk tidak
berbicara” (QS 19:26)
Sedangkan secara syariat, puasa berarti menahan diri dari makan, minum dan
bersenggama dan hal lain yang membatalkannya mulai dari terbit fajar yang kedua sampai
terbenamnya matahari. Firman Allah Ta 'ala:
“Dihalalkan bagi kamu pada malam hari bulan puasa bercampur dengan isteri-isteri
kamu; mereka adalah pakaian bagimu, dan kamupun adalah pakaian bagi mereka.
Allah mengetahui bahwasanya kamu tidak dapat menahan nafsumu, karena itu Allah
mengampuni kamu dan memberi ma'af kepadamu. Maka sekarang campurilah
mereka dan ikutilah apa yang telah ditetapkan Allah untukmu, dan Makan minumlah
hingga terang bagimu benang putih dari benang hitam, Yaitu fajar. kemudian
sempurnakanlah puasa itu sampai (datang) malam, (tetapi) janganlah kamu campuri
mereka itu, sedang kamu beri'tikaf[115] dalam mesjid. Itulah larangan Allah, Maka
Jangan Puasa! Jika Anda Bukan Orang Beriman Page 28
29. janganlah kamu mendekatinya. Demikianlah Allah menerangkan ayat-ayat-Nya
kepada manusia, supaya mereka bertakwa.”(QS 2:187)
2. Kapan dan bagaimana puasa Ramadhan diwajibkan ?
Puasa Ramadhan wajib dikerjakan setelah terlihatnya hilal, atau setelah bulan Sya'ban
genap 30 hari. Puasa Ramadhan wajib dilakukan apabila hilal awal bulan Ramadhan
disaksikan seorang yang dipercaya, sedangkan awal bulan-bulan lainnya ditentukan
dengan kesaksian dua orang yang dipercaya.
3. Siapa yang wajib berpuasa Ramadhan ?
Puasa Ramadhan diwajibkan atas setiap muslim yang baligh (dewasa), aqil (berakal), dan
mampu untuk berpuasa.
4. Syarat wajibnya puasa Ramadhan ?
Adapun syarat-syarat wajibnya puasa Ramadhan ada empat, yaitu Islam, berakal, dewasa
dan mampu.
5. Syarat sahnya puasa.
Syarat-syarat sahnya puasa ada enam :
Islam : tidak sah puasa orang kafir sebelum masuk Islam.
Akal : tidak sah puasa orang gila sampai kembali berakal.
Tamyiz : tidak sah puasa anak kecil sebelum dapat membedakan (yang balk dengan
yang buruk).
Tidak haid : tidak sah puasa wanita haid, sebelum berhenti haidnya.
Tidak nifas : tidak sah puasa wanita nifas, sebelum suci dari nifas.
Niat : dari malam hari untuk setiap hari dalam puasa wajib.
Jangan Puasa! Jika Anda Bukan Orang Beriman Page 29
30. KEKHUSUSAN DAN KEISTIMEWAAN BULAN RAMADHAN
Puasa Ramadhan adalah rukun keempat dalam Islam. Firman Allah Ta'ala :
"Hai orang-orang yang beriman, diwajibkan asas kamu berpuasa sebagaimana diwajibkan
atas orang-orang sebelum kamu agar kamu bertaqwa. "(Al-Baqarah : 183).
Sabda Nabi :
Islam didirikan di atas lima sendi, yaitu: syahadat tiada sembahan yang haq selain
Allah dan Muhammad adalah rasul Allah, mendirikan shalat, menunaikan zakat,
puasa Ramadhan dan pergi hajike Baitul Haram. " (Hadits Muttafaq 'Alaih).
Ibadah puasa merupakan salah satu sarana penting untuk mencapai takwa, dan salah satu
sebab untuk mendapatkan ampunan dosa-dosa, pelipatgandaan kebaikan, dan
pengangkatan derajat. Allah telah menjadikan ibadah puasa khusus untuk diri-Nya dari
amal-amal ibadah lainnya. Firman Allah dalam hadits yang disampaikan oleh Nabi:
"Puasa itu untuk-Ku dan Aku langsung membalasnya. Orang yang berpuasa
mendapatkan dua kesenangan, yaitu kesenangan ketika berbuka puasa dan
kesenangan ketika berjumpa dengan Tuhannya. Sungguh, bau mulut orang berpuasa
lebih harum dari pada aroma kesturi." (Hadits Muttafaq 'Alaih).
Dan sabda Nabi :
"Barangsiapa berpuasa Ramadhan karena iman dan mengharap pahala dari Allah,
niscaya diampuni dosa-dosanya yang telah lalu. " (Hadits Muttafaq 'Alaih).
Maka untuk memperoleh ampunan dengan puasa Ramadhan, harus ada dua syarat berikut
ini:
o Mengimani dengan benar akan kewajiban ini.
o Mengharap pahala karenanya di sisi Allah Ta 'ala.
Jangan Puasa! Jika Anda Bukan Orang Beriman Page 30
31. Pada bulan Ramadhan diturunkan Al-Qur'an sebagai petunjuk bagi umat manusia dan
berisi keterangan-keterangan tentang petunjuk dan pembeda antara yang haq dan yang
bathil.
Pada bulan ini disunatkan shalat tarawih, yakni shalat malam pada bulan Ramadhan, untuk
mengikuti jejak Nabi, para sahabat dan Khulafaur Rasyidin. Sabda Nabi
"Barangsiapa mendirikan shalat malam Ramadhan karena iman dan mengharap
pahala (dari Allah) niscaya diampuni dosa-dosanya yang telah lalu. " (Hadits
Muttafaq 'Alaih).
Pada bulan ini terdapat Lailatul Qadar (malam mulia), yaitu malam yang lebih baik
daripada seribu bulan, atau sama dengan 83 tahun 4 bulan. :
Malam kemuliaan itu lebih baik dari seribu bulan (QS 97:3)
Malam di mana pintu-pintu langit dibukakan, do'a dikabulkan, dan segala takdir yang
terjadi pada tahun itu ditentukan. Sabda Nabi :
"Barangsiapa mendirikan shalatpada Lailatul Qadar karena iman dan mengharap
pahala, dari Allah niscaya diampuni dosa-dosanya yang telah lalu. " (Hadits Muttafaq
'Alaih).
Jika kita merenungkan hal di atas, terlihat jelas bahwa Allah memerintahkan kewajiban
puasa kepada orang-orang yang beriman sebagai bentuk kasih sayangNya. Allah
mewajibkan puasa kepada orang beriman agar dapat meningkatkan kualitasnya menjadi
orang bertaqwa. Karena ketaqwaan yang diraih oleh manusia akan mengantarkannya
kepada kedudukan yang mulia, sebagaimana firman Allah :
“Hai manusia, Sesungguhnya Kami menciptakan kamu dari seorang laki-laki dan
seorang perempuan dan menjadikan kamu berbangsa - bangsa dan bersuku-suku
Jangan Puasa! Jika Anda Bukan Orang Beriman Page 31
32. supaya kamu saling kenal-mengenal. Sesungguhnya orang yang paling mulia
diantara kamu disisi Allah ialah orang yang paling taqwa diantara kamu.
Sesungguhnya Allah Maha mengetahui lagi Maha Mengenal” ( QS 49 : 13)
Untuk meningkatkan kualitas orang beriman menjadi orang bertaqwa Allah memberikan
instrumen dan laboratorium yang bernama puasa. Sehingga mereka yang dapat
memanfaatkan instrument dan laboratorium itu dengan benar, dijamin dapat meraih
ketaqwaan. Sebaliknya mereka yang tidak dapat memanfaatkan instrument dan
laboratorium tersebut, hanya akan mendapatkan lapar dan dahaga.
Allah menjelaskan secara eksplisit kewajiban puasa untuk dilakukan di bulan Ramadhan, di
mana pada bulan tersebut Allah pertama kali menurunkan Al Qur’an sebagai petunjuk bagi
manusia yang berisikan pedoman hidup lengkap bagi manusia termasuk penjelasannya,
yang dapat menjadi pembeda atau diferensiator antara perilaku haq dan perilaku bathil
manusia. Dengan berpuasa di bulan Ramadhan Allah menghendaki manusia untuk kembali
kepada perilaku hidup sesuai dengan Al Qur’an. Dalam hal ini orang-orang yang beriman
akan melakukan kalibrasi/tera dirinya agar kembali sesuai dengan petunjuk Allah di dalam
Al Qur’an. Ibarat mobil atau motor, secara berkala mesti di tune up agar sesuai dengan
setelan awalnya. Puasa Ramadhan adalah saat tepat bagi orang-orang yang beriman untuk
kembali kepada AL Qur’an, sebagaimana firman Allah :
“Belumkah datang waktunya bagi orang-orang yang beriman, untuk tunduk hati
mereka mengingat Allah dan kepada kebenaran yang telah turun (kepada mereka),
dan janganlah mereka seperti orang-orang yang sebelumnya telah diturunkan Al
kitab kepadanya, kemudian berlalulah masa yang panjang atas mereka lalu hati
mereka menjadi keras. dan kebanyakan di antara mereka adalah orang-orang yang
fasik.”(QS 57:16)
Betapa Allah menyayangi kita, sehingga setiap tahun kita diberikan kesempatan untuk
kembali kepada petunjukNya. Karena hanya dengan mengikuti petunjukNya, kita akan
terbebas dari ketakutan, kekhawatiran dan dukacita :
Jangan Puasa! Jika Anda Bukan Orang Beriman Page 32
33. “ Kami berfirman: "Turunlah kamu semuanya dari surga itu! kemudian jika datang
petunjuk-Ku kepadamu, Maka barang siapa yang mengikuti petunjuk-Ku, niscaya
tidak ada kekhawatiran atas mereka, dan tidak (pula) mereka bersedih hati"”(QS
2:38).
Karena itu, jika anda adalah orang Islam yang beriman, berakal, sudah baligh, sehat dan
tidak sedang dalam perjalanan, maka anda wajib untuk berpuasa.
Jangan Puasa! Jika Anda Bukan Orang Beriman Page 33
34. NIAT PUASA
Dalam kitab Safinah karya Syaikh Muhammad Nawawi disebutkan bahwa rukun puasa
wajib bulan Ramadhan itu ada tiga. Pertama, berniat pada malam hari. Kedua, menjaga diri
dari segala hal yang dapat membatalkan puasa. Ketiga, orang yang berpuasa.
Mengenai niat puasa, (dan juga niat ibadah yang lain) dijelaskan bahwa tempat niat itu
dalam hati. Selanjutnya Syaikh Muhammad Nawawi menegaskan bahwa tidak sah niat
seseorang yang hanya diucapkan secara lisan tanpa diikuti dengan hati. Segala ibadah
dalam ajaran Islam berpangkal pada keutuhan niat, sebagaimana diataur dalam sebuah
hadits masyhur yang diriwayatkan oleh Umar bin Khatab r.a.
“Sesungguhnya segala amal itu bergantung kepada niat.”
Bagaimana kedudukan niat dalam puasa fardlu? Apakah berniat puasa itu harus selalu
dilafalkan dan dilaksanakan secara berjamaah? Bagaimana jika seseorang lupa
mengucapkan niat puasa di malam hari? Apakah ada cara praktis agar tidak kelupaan
berniat puasa di malam hari?
Kedudukan niat dalam puasa fardlu memegang peranan yang sangat penting, bukan
sebatas konsep teoretis akan tetapi hal ini dapat dirasakan dalam praktik nyata. Orang
yang memiliki niat (motivasi) berbeda dengan orang yang tidak memiliki niat. Tanyakan
kepada para perokok, mengapa mereka bisa berhenti merokok pada saat berpuasa?
Mereka menjawab karena niat puasa. Demikian pula kita bisa menahan haus dan lapar
karena motivasi ingin mendapatkan pahala puasa dengan landasan niat.
Niat berpuasa Ramadhan harus dilakukan sebelum datangnya fajar, sebagaimana hadits
Nabi
“Barangsiapa yang tidak berniat sebelum fajar, maka puasanya tidak sah.”
Jangan Puasa! Jika Anda Bukan Orang Beriman Page 34
35. MAKAN SAHUR
“Makan sahurlah karena sesungguhnya pada sahur itu terdapat berkah.” (HR
Bukhori-Muslim)
Makan sahur hendaknya tidak ditinggalkan walaupun hanya dengan seteguk air
sebagaimana sabda Nabi SAW :
“Sahur adalah makanan yang penuh berkah. Oleh karena itu, janganlah kalian
meninggalkannya sekalipun hanya dengan minum seteguk air. Karena sesungguhnya
Allah dan para malaikat bershalawat kepada orang-orang yang makan sahur.” (HR
Ahmad)
Disunnahkan untuk mengakhirkan waktu sahur hingga menjelang fajar. Hal ini dapat
dilihat dalam hadits berikut. Dari Anas, dari Zaid bin Tsabit, ia berkata,
“Kami pernah makan sahur bersama Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam. Kemudian
kami pun berdiri untuk menunaikan shalat. Kemudian Anas bertanya pada Zaid,
”Berapa lama jarak antara adzan Shubuh dan sahur kalian?” Zaid menjawab, ”Sekitar
membaca 50 ayat”. Dalam riwayat Bukhari dikatakan, “Sekitar membaca 50 atau 60
ayat.” (HR Bukhori)
Kita mulai berpuasa, berhenti dari makan, minum dan hal yang membatalkan puasa lainnya
pada saat adzan Subuh dikumandangkan, bukan pada saat adzan pertama (sebagai tanda
waktu imsak), sebagaimana sabda Nabi SAW :
“Apabila Bilal mengumandangkan adzan (pertama), maka (tetap) makan dan
minumlah hingga Ibnu Ummi Maktum mengumandangkan adzan.” (Muttafaqun
‘alaih)
Hal ini sesuai dengan apa yang diperintahkan Allah :
“… dan Makan minumlah hingga terang bagimu benang putih dari benang hitam,
Yaitu fajar. kemudian sempurnakanlah puasa itu sampai (datang) malam …” (QS
2:187)
Jangan Puasa! Jika Anda Bukan Orang Beriman Page 35
36. BERBUKA PUASA
“Setiap amalan kebaikan yang dilakukan oleh manusia akan dilipatgandakan dengan
sepuluh kebaikan yang semisal hingga tujuh ratus kali lipat. Allah Ta’ala berfirman
(yang artinya), “Kecuali amalan puasa. Amalan puasa tersebut adalah untuk-Ku. Aku
sendiri yang akan membalasnya. Disebabkan dia telah meninggalkan syahwat dan
makanan karena-Ku. Bagi orang yang berpuasa akan mendapatkan dua kegembiraan
yaitu kegembiraa ketika dia berbuka dan kegembiraan ketika berjumpa dengan
Rabbnya. Sungguh bau mulut orang yang berpuasa lebih harum di sisi Allah daripada
bau minyak kasturi.”“[HR Bukhori]
Allah melalui RasulNya, menjamin dua kebahagiaan bagi orang berpuasa, yakni pada saat
berbuka dan pada saat berjumpa denganNya. Maka Rasulullah pun menganjurkan para
pengikutnya untuk menyegerakan berbuka puasa, karena hal itu berarti kita merespon
secara positif jaminan Allah, sebagaimana sabdanya :
“Manusia akan senantiasa berada dalam kebaikan selama mereka menyegerakan
berbuka.”(HR Bukhori)
Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam biasa berbuka puasa sebelum menunaikan shalat
Maghrib dan bukanlah menunggu hingga shalat Maghrib selesai dikerjakan. Sebagaimana
Anas bin Malik radhiyallahu ‘anhu berkata,
“Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam biasanya berbuka dengan rothb (kurma
basah) sebelum menunaikan shalat. Jika tidak ada rothb, maka beliau berbuka
dengan tamr (kurma kering). Dan jika tidak ada yang demikian beliau berbuka
dengan seteguk air.”(HR Abu Daud)
Berdasarkan hadits di atas, maka disunahkan untuk berbuka puasa dengan kurma, kalau
ada kurma segar, jika susah mendapatkan kurma segar, maka dengan kurma kering, dan
jika tidak ada kurma, berbukalah dengan seteguk air.
Bagaimana dengan buka puasa kita selama ini? Kebiasaan kita adalah menyiapkan berbagai
makanan manis dan lezat untuk berbuka. Sehingga seringkali bulan Ramadhan konsumsi
dan pengeluaran kita meningkat, bahkan cenderung menjadi boros dan berlebihan. Apakah
hal ini sesuai dengan sunah dan semangat puasa itu sendiri? Cobalah mulai Ramadhan
tahun ini kita menyiapkan buka puasa sesuai dengan tuntunan Rasulullah SAW. Sehingga
apa yang menjadi tujuan puasa dapat tercapai.
Jangan Puasa! Jika Anda Bukan Orang Beriman Page 36
37. Saat berbuka puasa adalah salah satu waktu berdoa yang makbul, sebagaimana sabda Nabi
SAW
“Ada tiga orang yang do’anya tidak ditolak : (1) Pemimpin yang adil, (2) Orang yang
berpuasa ketika dia berbuka, (3) Do’a orang yang terzholimi.”(HR Tirmidzi)
Dari Ibnu Umar radhiyallahu ‘anhuma, Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam ketika
berbuka beliau membaca do’a berikut ini :
“Dzahabazh zhoma’u wabtallatil ‘uruqu wa tsabatal ajru insya Allah (artinya: Rasa
haus telah hilang dan urat-urat telah basah, dan pahala telah ditetapkan insya
Allah)”(HR Abu Daud)
Dan jika kita ingin menambah pahala puasa kita, kita dapat melakukannya dengan
memberikan buka kepada orang yang berpuasa, sebagaimana sabda Nabi SAW :
“Siapa memberi makan orang yang berpuasa, maka baginya pahala seperti orang
yang berpuasa tersebut, tanpa mengurangi pahala orang yang berpuasa itu sedikit
pun juga.”(HR Titmidzi)
Jangan Puasa! Jika Anda Bukan Orang Beriman Page 37
38. HAL-HAL YANG MEMBATALKAN PUASA
Agar puasa kita sah, kita harus mengetahui hal-hal yang membatalkan puasa. Batalnya
puasa mewajibkan kita menggantinya pada waktu yang lain atau wajib mengganti dan
membayar kafarah, sesuai dengan apa yang dilakukan sehingga membatalkan puasa.
1. Makan dan minum dengan sengaja
Makan dan minum yang dimaksudkan adalah dengan memasukkan apa saja ke dalam
tubuh melalui mulut, baik yang dimasukkan adalah sesuatu yang bermanfaat (seperti roti
dan makanan lainnya), sesuatu yang membahayakan atau diharamkan, atau sesuatu yang
tidak ada nilai manfaat atau bahaya (seperti potongan kayu), dan sebagainya.
.
Jika orang yang berpuasa lupa, keliru, atau dipaksa, puasanya tidaklah batal. Dari Abu
Hurairah
radhiyallahu ‘anhu, Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda,
“Apabila seseorang makan dan minum dalam keadaan lupa, hendaklah dia tetap
menyempurnakan puasanya karena Allah telah memberi dia makan dan minum.”(HR
Bukhori-Muslim)
Yang juga termasuk makan dan minum adalah suntikan atau infuse nutrisi dan vitamin. Jika
seseorang disuntik atau diinfus dalam keadaan puasa, batallah puasanya karena injeksi
semacam ini dihukumi sama dengan makan dan minum.
2. Muntah dengan sengaja
Dari Abu Hurairah, Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda,
“Barangsiapa yang dipaksa muntah sedangkan dia dalam keadaan puasa, maka tidak
ada qodho’ bagi nya. Namun apabila dia muntah (dengan sengaja), maka wajib
baginya membayar qodho’.”(HR Abu Daud)
3. Haidh dan nifas
Jangan Puasa! Jika Anda Bukan Orang Beriman Page 38
39. Apabila seorang wanita mengalami haidh atau nifas di tengah-tengah berpuasa baik di awal
atau akhir hari puasa, puasanya batal. Apabila dia tetap berpuasa, puasanya tidaklah sah.
Dari Abu Sa’id Al Khudri, Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda,
“Bukankah kalau wanita tersebut haidh, dia tidak shalat dan juga tidak menunaikan
puasa?” Para wanita menjawab, “Betul.” (HR Bukhori)
Jika wanita haidh dan nifas tidak berpuasa, ia harus mengqodho’ puasa di hari lainnya.
Berdasarkan perkataan ‘Aisyah,
“Kami dahulu juga mengalami haid, maka kami diperintahkan untuk mengqadha'
puasa dan tidak diperintahkan untuk mengqadha' shalat."(HR Muslim)
4. Keluarnya mani dengan sengaja
Artinya mani tersebut dikeluarkan dengan sengaja tanpa hubungan jima’ seperti
mengeluarkan mani dengan tangan, dengan cara menggesek-gesek kemaluannya pada
perut atau paha, dengan cara disentuh atau dicium. Hal ini menyebabkan puasanya batal
dan wajib mengqodho’, tanpa menunaikan kafaroh.
Inilah pendapat ulama Hanafiyah, Syafi’iyah dan Hanabilah. Dalil hal ini adalah sabda Nabi
shallallahu ‘alaihi wa sallam,
“(Allah Ta’ala berfirman): ketika berpuasa ia meninggalkan makan, minum dan
.
syahwat karena-Ku”
Mengeluarkan mani dengan sengaja termasuk syahwat, sehingga termasuk pembatal puasa
sebagaimana makan dan minum.
5. Berniat membatalkan puasa
Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda,
“Setiap orang hanyalah mendapatkan apa yang ia niatkan.”
Ibnu Hazm rahimahullah mengatakan,
Jangan Puasa! Jika Anda Bukan Orang Beriman Page 39
40. “Barangsiapa berniat membatalkan puasa sedangkan ia dalam keadaan berpuasa,
maka puasanya batal.”
Ketika puasa batal dalam keadaan seperti ini, maka ia harus mengqodho’ puasanya di hari
lainnya.
6. Jima’ (bersetubuh) di siang hari
Menurut mayoritas ulama, jima’ bagi orang yang berpuasa di siang hari bulan Ramadhan
(di waktu berpuasa) dengan sengaja dan atas kehendak sendiri (bukan paksaan),
mengakibatkan puasanya batal, wajib menunaikan qodho’, ditambah dengan menunaikan
kafaroh. Terserah ketika itu keluar mani ataukah tidak. Wanita yang diajak hubungan jima’
oleh pasangannya (tanpa dipaksa), puasanya pun batal, tanpa ada perselisihan di antara
para ulama mengenai hal ini. Namun yang nanti jadi perbedaan antara laki-laki dan
perempuan apakah keduanya sama-sama dikenai kafaroh. Pendapat yang tepat adalah
pendapat yang dipilih oleh ulama Syafi’iyah dan Imam Ahmad dalam salah satu
pendapatnya, bahwa wanita yang diajak bersetubuh di bulan Ramadhan tidak punya
kewajiban kafaroh, yang menanggung kafaroh adalah suami.
Kafaroh yang harus dikeluarkan dengan urutan sebagai berikut.
a) Membebaskan seorang budak mukmin yang bebas dari cacat.
b) Jika tidak mampu, berpuasa dua bulan berturut-turut.
c) Jika tidak mampu, memberi makan kepada 60 orang miskin. Setiap orang miskin
mendapatkan satu mud makanan.
Jangan Puasa! Jika Anda Bukan Orang Beriman Page 40
41. HAL-HAL YANG MERUSAK PUASA
Selain hal yang secara syar’i dapat membatalkan puasa sehingga kita wajib menggantinya,
kita juga harus mewaspadai hal-hal yang dapat merusak puasa kita. Meskipun kita tidak
memiliki kewajiban mengganti, tetapi dapat menyebabkan puasa kita hanya mendapatkan
haus dan lapar saja.
Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda,
“Betapa banyak orang yang berpuasa namun dia tidak mendapatkan dari puasanya
tersebut melainkan hanya rasa lapar dan dahaga.”(HR Ahmad)
Berikut adalah beberapa amalan yang sudah sepatutnya dihindari oleh setiap orang yang
menjalankan Puasa karena dapat merusak kualitas puasa kita :
1. Berkata Dusta
Dari Abu Hurairah, Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda,
“Barangsiapa yang tidak meninggalkan perkataan dusta malah mengamalkannya,
maka Allah tidak butuh dari rasa lapar dan haus yang dia tahan.” (HR Bukhori)
As Suyuthi mengatakan, “Yang dilarang dalam hadits ini adalah az zuur yaitu dusta dan
menfitnah (buhtan). Sedangkan maksud “mengamalkannya” adalah melakukan perbuatan
keji dan setiap apa yang Allah larang yang merupakan konsekuensi dari berkata dusta.”
Ibnu Hajar rahimahullah mengatakan, “Perbuatan yang disebutkan dalam hadits ini, itulah
yang
mengurangi pahala puasa seseorang.” Al Baydhowi rahimahullah mengatakan, “Ibadah
puasa bukanlah hanya menahan diri dari lapar dan dahaga saja. Bahkan seseorang yang
menjalankan puasa hendaklahmengekang berbagai syahwat dan mengajak jiwa pada
kebaikan. Jika tidak demikian, sungguh Allah tidak akan melihat amalannya, dalam artian
tidak akan menerimanya.”
2. Berkata sia-sia dan berkata kotor.
Dari Abu Hurairah, Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda,
Jangan Puasa! Jika Anda Bukan Orang Beriman Page 41
42. “Puasa bukanlah hanya menahan makan dan minum saja. Akan tetapi, puasa adalah dengan
menahan diri dari perkataan sia-sia dan kata-kata kotor. Apabila ada seseorang yang
puasa”.(HR Ibnu Khuzaimah)
mencelamu atau berbuat usil padamu, katakanlah padanya, “Aku sedang puasa, aku sedang
3. Maksiat secara umum.
Perhatikanlah petuah yang sangat bagus dari Ibnu Rajab Al Hambali berikut, “Ketahuilah
bahwa amalan taqorub (mendekatkan diri) pada Allah Ta’ala dengan meninggalkan
berbagai syahwat
tidak akan sempurna hingga seseorang mendekatkan diri pada Allah dengan meninggalkan
perkara yang Dia larang yaitu dusta, perbuatan zholim, permusuhan di antara manusia
dalam masalah darah, harta dan kehormatan.”
Sejelek-jelek puasa adalah yang hanya menahan lapar dan dahaga saja, sedangkan maksiat
di bulan Ramadhan pun masih terus jalan. Sebagian salaf mengatakan, “Tingkatan puasa
yang paling rendah adalah hanya meninggalkan minum dan makan saja.”
Apakah Maksiat Membatalkan Puasa?
Ibnu Rajab rahimahullah berkata, “Mendekatkan diri pada Allah Ta’ala dengan
meninggalkan perkara yang asalnya mubah tidaklah sempurna sampai seseorang
meninggalkan keharaman. Barangsiapa yang melakukan yang haram disertai mendekatkan
diri pada Allah dengan meninggalkan yang mubah, maka ini sama halnya dengan seseorang
meninggalkan yang wajib lalu beralih mengerjakan yang sunnah. Walaupun puasa orang
yang bermaksiat tetap dianggap sah dan tidak diperintahkan untuk mengqodho’ puasanya
menurut pendapat jumhur (mayoritas ulama). Alasannya karena amalan itu batal jika
seseorang melakukan perbuatan yang dilarang karena sebab khusus (seperti makan,
minum dan jima’) dan tidaklah batal jika melakukan perbuatan yang dilarang yang bukan
karena sebab khusus. Inilah pendapat mayoritas ulama.”
Jangan Puasa! Jika Anda Bukan Orang Beriman Page 42
43. HAL-HAL YANG DIBOLEHKAN SAAT BERPUASA
Sebagai orang beriman kita harus mengetahui hal-hal yang diperbolehkan dan tidak
membatalkan atau merusak puasa, sehingga kita semakin yakin dengan puasa kita akan
semakin meningkatkan kualitas hidup dan keimanan kita :
1. Mendapati waktu fajar dalam keadaan junub
Dari ‘Aisyah dan Ummu Salamah radhiyallahu ‘anhuma, mereka berkata,
“Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam pernah mendapati waktu fajar (waktu Shubuh)
dalam keadaan junub karena bersetubuh dengan istrinya, kemudian beliau
shallallahu ‘alaihi wa sallam mandi dan tetap berpuasa.”(HR Bukhori)
2. Bersiwak ketika berpuasa
Dari Abu Hurairah radhiyallahu ‘anhu, Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam,
“Seandainya tidak memberatkan umatku niscaya akan kuperintahkan mereka untuk
menyikat gigi (bersiwak) setiap kali berwudhu.”(HR Bukhori)
Penulis Tuhfatul Ahwadzi rahimahullah mengatakan, “Hadits-hadits yang semakna dengan
di atas yang membicarakan keutamaan bersiwak adalah hadits mutlak yang menunjukkan
bahwa siwak dibolehkan setiap saat. Inilah pendapat yang lebih tepat.”
Syaikh Muhammad bin Sholih Al Utsaimin rahimahullah mengatakan, “Yang benar adalah
siwak dianjurkan bagi orang yang berpuasa mulai dari awal hingga sore hari.”
3. Berkumur-kumur dan memasukkan air ke dalam hidung asal tidak berlebihan
Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda,
“Bersungguh-sungguhlah dalam beristinsyaq (memasukkan air dalam hidung)
kecuali jika engkau berpuasa.”(HR Abu Daud)
Ibnu Taimiyah rahimahullah menjelaskan, “Adapun berkumur-kumur dan beristinsyaq
(memasukkan air dalam hidung) dibolehkan bagi orang yang berpuasa dan hal ini
Jangan Puasa! Jika Anda Bukan Orang Beriman Page 43
44. disepakati oleh para ulama. Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam dan para sahabat juga
berkumur-kumur dan beristinsyaq ketika berpuasa.
4. Bercumbu dan mencium istri selama aman dari keluarnya mani
Orang yang berpuasa dibolehkan bercumbu dengan istrinya selama tidak di kemaluan dan
selama terhindar dari terjerumus pada hal yang terlarang. Puasanya tidak batal selama
tidak keluar mani.
An Nawawi rahimahullah mengatakan, “Tidak ada perselisihan di antara para ulama bahwa
bercumbu atau mencium istri tidak membatalkan puasa selama tidak keluar mani”.
Dari ‘Aisyah radhiyallahu ‘anha, beliau berkata,
“Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam biasa mencium dan mencumbu istrinya sedangkan
beliau shallallahu ‘alaihi wa sallam dalam keadaan berpuasa. Beliau shallallahu
‘alaihi wa sallam melakukan demikian karena beliau adalah orang yang paling kuat
menahansyahwatnya.”(HR Bukhori)
Dari Jabir bin ‘Abdillah, dari ‘Umar bin Al Khaththab, beliau berkata,
“Pada suatu hari aku rindu dan hasratku muncul kemudian aku mencium istriku
padahal aku sedang berpuasa, maka aku mendatangi Nabi shallallahu 'alaihi wa
sallam dan aku berkata, "Hari ini aku melakukan suatu kesalahan besar, aku telah
mencium istriku padahal sedang berpuasa" Rasulullah shallallahu 'alaihi wa sallam
bertanya, "Bagaimana pendapatmu jika kamu berpuasa kemudian berkumur-
kumur?" Aku menjawab, "Seperti itu tidak mengapa." Kemudian Rasulullah
shallallahu 'alaihi wa sallam bersabda, "Lalu apa masalahnya?" (HR Ahmad)
Masyruq pernah bertanya pada ‘Aisyah, “Apa yang dibolehkan bagi seseorang
terhadap istrinya ketika puasa? ‘Aisyah menjawab, ‘Segala sesuatu selain jima’
(bersetubuh)’.”
5. Bekam dan donor darah jika tidak membuat lemas
Dari Ibnu ‘Abbas radhiyallahu ‘anhuma berkata bahwa Nabi shallallahu ‘alaihi wa
Jangan Puasa! Jika Anda Bukan Orang Beriman Page 44
sallam berbekam dalam keadaan berihrom dan berpuasa.(HR Bukhori)
45. Anas bin Malik radhiyallahu ‘anhu ditanya, “Apakah kalian tidak menyukai berbekam
bagi orang yang berpuasa?” Beliau berkata, “Tidak, kecuali jika bisa menyebabkan
lemah.”(HR Bukhori)
Imam Asy Syafi’i rahimahullah dalam Al Umm mengatakan, “Jika seseorang meninggalkan
bekam ketika puasa dalam rangka kehati-hatian, maka itu lebih aku sukai. Namun jika ia
tetap melakukan bekam, aku tidak menganggap puasanya batal.” Termasuk dalam
pembahasan bekam ini adalah hukum donor darah karena keduanya sama-sama
mengeluarkan darah sehingga hukumnya pun diqiyaskan (dianalogikan).
6. Mencicipi makanan selama tidak masuk dalam kerongkongan
Dari Ibnu ‘Abbas radhiyallahu ‘anhuma, ia mengatakan, “Tidak mengapa seseorang
yang sedang berpuasa mencicipi cuka atau sesuatu, selama tidak masuk sampai ke
kerongkongan.”(HR Ibnu Abi Syaibah)
Yang termasuk dalam mencicipi adalah mengunyah makanan untuk suatu kebutuhan
seperti membantu mengunyah makanan untuk si kecil.
7. Bercelak dan tetes mata
Bercelak dan tetes mata tidaklah membatalkan puasa Al Hasan Al Bashri mengatakan,
“Tidak mengapa bercelak untuk orang yang berpuasa.”
8. Mandi dan menyiramkan air di kepala untuk membuat segar
Dari Abu Bakr bin ‘Abdirrahman, beliau berkata, “Sungguh, aku melihat Rasulullah
haus atau sangat terik- dengan air sedangkan beliau dalam keadaan berpuasa. ”
shallallahu ‘alaihi wa sallam di Al ‘Aroj mengguyur kepalanya -karena keadaan yang sangat
Jangan Puasa! Jika Anda Bukan Orang Beriman Page 45
46. SHALAT TARAWIH
Tarawih dalam bahasa Arab adalah bentuk jama’ dari “tarwihah” yang berarti waktu sesaat
untuk istirahat. Dan pada bulan Ramadhan dinamakan demikian karena para jamaah
beristirahat setelah melaksanakan shalat tiap-tiap 4 rakaat.
Shalat yang dilaksanakan secara berjamaah pada malam-malam bulan Ramadhan
dinamakan tarawih. Karena para jamaah yang pertama kali bekumpul untuk shalat tarawih
beristirahat setelah dua kali salam (yaitu setelah melaksanakan 2 rakaat ditutup dengan
salam kemudian mengerjakan 2 rakaat lagi lalu ditutup dengan salam).
Hukum Shalat Tarawih
Hukum shalat tarawih adalah mustahab (sunnah), sebagaimana yang dikatakan oleh Al-
Imam An-Nawawi rahimahullah ketika menjelaskan tentang sabda Nabi shallallahu alaihi
wasallam yang diriwayatkan oleh Abu Hurairah radhiyallahu ‘anhu:
"Barangsiapa menegakkan (Qiyamu) Ramadhan dalam keadaan beriman dan
mengharap balasan dari Allah ta’ala , niscaya diampuni dosa yang telah lalu."
(Muttafaqun ‘alaih)
Yang dimaksud dengan qiyamu Ramadhan adalah shalat tarawih dan ulama telah
bersepakat bahwa shalat tarawih hukumnya sunnah. Dan beliau menyatakan pula tentang
kesepakatan para ulama tentang sunnahnya hukum shalat tarawih ini dalam Syarh Shahih
Muslim.
Ketika Al-Imam An-Nawawi rahimahullah menafsirkan qiyamu Ramadhan dengan shalat
tarawih maka Al-Hafizh Ibnu Hajar rahimahullah memperjelas kembali tentang hal
tersebut: "Maksudnya bahwa qiyamu Ramadhan dapat diperoleh dengan melaksanakan
shalat tarawih dan bukanlah yang dimaksud dengan qiyamu Ramadhan hanya diperoleh
dengan melaksanakan shalat tarawih saja (dan meniadakan amalan lainnya)."
Mengenai pelaksanaan sholat tarawih ada dua pendapat. Pendapat pertama dilaksanakan
secara berjamaan di masjid, pendapat kedua dilaksanakan sendiri di rumah masing-
masing. Kedua pendapat tersebut sesungguhnya mengacu pada hadits Nabi SAW dari Siti
Aisyah RA :
Jangan Puasa! Jika Anda Bukan Orang Beriman Page 46
47. "Sesungguhnya Rasulullah shallallahu alaihi wasallam pada suatu malam shalat di
masjid lalu para shahabat mengikuti shalat beliau n, kemudian pada malam
berikutnya (malam kedua) beliau shalat maka manusia semakin banyak (yang
mengikuti shalat Nabi n), kemudian mereka berkumpul pada malam ketiga atau
malam keempat. Maka Rasulullah shallallahu alaihi wasallam tidak keluar pada
mereka, lalu ketika pagi harinya beliau shallallahu alaihi wasallam bersabda:
‘Sungguh aku telah melihat apa yang telah kalian lakukan, dan tidaklah ada yang
mencegahku keluar kepada kalian kecuali sesungguhnya aku khawatir akan
diwajibkan pada kalian,’ dan (peristiwa) itu terjadi di bulan Ramadhan." (Muttafaqun
‘alaih)
Menjelaskan hadits tersebut Al-Imam An-Nawawi rahimahullah berkata: "Dalam hadits ini
terkandung bolehnya shalat nafilah (sunnah) secara berjamaah akan tetapi yang utama
adalah shalat sendiri-sendiri kecuali pada shalat-shalat sunnah yang khusus seperti shalat
‘Ied dan shalat gerhana serta shalat istisqa’, dan demikian pula shalat tarawih menurut
jumhur ulama."
Sesungguhnya dilaksanakan berjamaah maupun sendiri-sendiri bukan merupakan
masalah, karena Rasulullah tidak melarang yang melakukannya dengan berjamaah. Dan
beliau melakukan shalat tarawih sendirian karena khawatir jika terus dilaksanakan secara
berjamaah akan dianggap wajib, dan akan memberatkan umatnya! Subhanallah, betapa
agung akhlaq Rasulullah yang selalu mendapat petunjuk Allah untuk tidak memberatkan
umatnya.
Jadi tidak masalah anda lebih memilih shalat tarawih berjamaan di masjid, atau sendiri di
rumah, yang penting melakukannya dengan landasan iman dan mengharapkan balasan
dari Allah untuk dapat mencapai tujuan puasa yakni menjadi manusia bertaqwa.
Waktu Shalat Tarawih
Waktu shalat tarawih adalah antara shalat ‘Isya hingga terbit fajar sebagaimana sabda
Rasulullah shallallahu 'alaihi wassallam:
"Sesungguhnya Allah telah menambah shalat pada kalian dan dia adalah shalat witir.
Maka lakukanlah shalat witir itu antara shalat ‘Isya hingga shalat fajar." (HR. Ahmad)
Jangan Puasa! Jika Anda Bukan Orang Beriman Page 47
48. Jumlah Rakaat dalam Shalat Tarawih
Kemudian untuk jumlah rakaat dalam shalat tarawih adalah 11 rakaat berdasarkan hadits
yang diriwayatkan dari Abu Salamah bin ‘Abdurrahman, beliau bertanya pada ‘Aisyah
radhiyallahu ‘anha tentang sifat shalat Rasulullah shallallahu alaihi wasallam pada bulan
Ramadhan, beliau menjawab:
"Tidaklah (Rasulullah SAW) melebihkan (jumlah rakaat) pada bulan Ramadhan dan
tidak pula pada selain bulan Ramadhan dari 11 rakaat." (HR. Bukhari)
‘Aisyah radhiyallahu ‘anha dalam hadits di atas mengisahkan tentang jumlah rakaat shalat
malam Rasulullah shallallahu alaihi wasallam yang telah beliau saksikan sendiri yaitu 11
rakaat, baik di bulan Ramadhan atau bulan lainnya. "Beliaulah yang paling mengetahui
tentang keadaan Nabi shallallahu alaihi wasallam di malam hari dari lainnya."
Asy-Syaikh Nashiruddin Al-Albani rahimahullah berkata: "(Jumlah) rakaat (shalat tarawih)
adalah 11 rakaat, dan kami memilih tidak lebih dari (11 rakaat) karena mengikuti
Rasulullah n, maka sesungguhnya beliau shallallahu alaihi wasallam tidak melebihi 11
rakaat sampai beliau shallallahu alaihi wasallam wafat."
Namun jika ada yang melaksanakan shalat tarawih lebih dari 11 rakaat, janganlah yang
melaksanakan shalat tarawih 11 rakaat merasa lebih benar, sebagaimana diingatkan oleh
Allah :
“Hai orang-orang yang beriman, janganlah sekumpulan orang laki-laki merendahkan
kumpulan yang lain, boleh Jadi yang ditertawakan itu lebih baik dari mereka. dan jangan
pula sekumpulan perempuan merendahkan kumpulan lainnya, boleh Jadi yang
direndahkan itu lebih baik….”(QS 49:11)
Sekali lagi harus disadari bahwa amaliah Ramadhan, termasuk shalat tarawih adalah alat
untuk meningkatkan kekhusyu’an dan kualitas keimanan, sebagai latihan yang nantinya
diterapkan di luar bulan Ramadhan, sehingga layak mendapat gelar sebagai orang yang
bertaqwa.
Jangan Puasa! Jika Anda Bukan Orang Beriman Page 48