Dokumen tersebut membahas tentang ilmu faraid atau ilmu pusaka dalam Islam. Ia menjelaskan sumber-sumber hukum pusaka Islam seperti Al-Quran, hadis, ijma ulama, dan memberikan ringkasan singkat tentang sistem pusaka dalam masyarakat Arab, Yahudi, dan Rom sebelum Islam serta perkembangannya setelah turunnya ajaran Islam.
Makalah ini membahas tentang mawaris dalam Islam. Mawaris adalah pemindahan hak milik dari seseorang yang meninggal kepada ahli warisnya. Tujuan mawaris adalah mencegah pertikaian dan memberikan pembagian yang adil. Terdapat tiga rukun mawaris yaitu al-muwarits, al-warits, dan harta waris. Syarat-syarat kewarisan adalah meninggalnya pewaris, adanya ahli waris, dan penentuan bagian waris. Ah
Faraaidh atau ilmu pusaka merupakan ilmu penting dalam Islam yang mengatur pembahagian harta pusaka seseorang yang meninggal dunia kepada ahli warisnya berdasarkan al-Quran dan hadis. Dokumen ini menjelaskan definisi faraaidh, sumber-sumber hukum pusaka Islam, sistem pusaka di masyarakat Arab, Yahudi, dan Rom sebelum kedatangan Islam, serta perkembangan sistem pusaka setelah turunnya ayat
Dokumen tersebut membahas tentang hukum warisan dalam Islam. Hukum warisan mengatur bagaimana harta peninggalan seseorang yang meninggal harus dibagikan kepada ahli warisnya sesuai dengan ketentuan agama Islam. Dokumen ini menjelaskan tentang konsep-konsep dasar hukum warisan seperti rukun waris, syarat waris, dan pembagian harta warisan berdasarkan hubungan dengan pewaris yang meninggal.
Ringkasan dokumen tersebut adalah:
1) Dokumen tersebut membahas tentang Fiqih Mawaris yang mempelajari siapa saja ahli waris yang berhak menerima warisan dan bagian warisan mereka.
2) Sumber hukum kewarisan adalah Al-Quran dan hadis yang menjelaskan secara rinci bagian warisan untuk berbagai hubungan kekerabatan.
3) Tujuan kewarisan Islam adalah mencegah pertikaian antar ahli waris dengan menentukan
Ketiga ayat Al-Quran yang disebutkan dalam dokumen ini secara gamblang menjelaskan hak waris setiap ahli waris, syarat untuk mendapatkan waris, dan keadaan orang yang berhak dan tidak berhak atas warisan. Ayat-ayat tersebut juga merinci bagian waris masing-masing ahli waris secara spesifik maupun sebagai ahli waris bersama ('ashabah)."
Ringkasan dokumen tersebut adalah:
Dokumen tersebut membahas tentang hukum warisan menurut Islam yang mencakup definisi, prinsip-prinsip, pembagian ahli waris, dan syarat-syarat kewarisan. Hukum warisan Islam didasarkan pada Al-Quran dan Hadist, serta memiliki empat prinsip utama yaitu prinsip ijbari, individual, bilateral, dan hanya berlaku karena kematian.
Dokumen tersebut membahas tentang ilmu faraid atau ilmu pusaka dalam Islam. Ia menjelaskan sumber-sumber hukum pusaka Islam seperti Al-Quran, hadis, ijma ulama, dan memberikan ringkasan singkat tentang sistem pusaka dalam masyarakat Arab, Yahudi, dan Rom sebelum Islam serta perkembangannya setelah turunnya ajaran Islam.
Makalah ini membahas tentang mawaris dalam Islam. Mawaris adalah pemindahan hak milik dari seseorang yang meninggal kepada ahli warisnya. Tujuan mawaris adalah mencegah pertikaian dan memberikan pembagian yang adil. Terdapat tiga rukun mawaris yaitu al-muwarits, al-warits, dan harta waris. Syarat-syarat kewarisan adalah meninggalnya pewaris, adanya ahli waris, dan penentuan bagian waris. Ah
Faraaidh atau ilmu pusaka merupakan ilmu penting dalam Islam yang mengatur pembahagian harta pusaka seseorang yang meninggal dunia kepada ahli warisnya berdasarkan al-Quran dan hadis. Dokumen ini menjelaskan definisi faraaidh, sumber-sumber hukum pusaka Islam, sistem pusaka di masyarakat Arab, Yahudi, dan Rom sebelum kedatangan Islam, serta perkembangan sistem pusaka setelah turunnya ayat
Dokumen tersebut membahas tentang hukum warisan dalam Islam. Hukum warisan mengatur bagaimana harta peninggalan seseorang yang meninggal harus dibagikan kepada ahli warisnya sesuai dengan ketentuan agama Islam. Dokumen ini menjelaskan tentang konsep-konsep dasar hukum warisan seperti rukun waris, syarat waris, dan pembagian harta warisan berdasarkan hubungan dengan pewaris yang meninggal.
Ringkasan dokumen tersebut adalah:
1) Dokumen tersebut membahas tentang Fiqih Mawaris yang mempelajari siapa saja ahli waris yang berhak menerima warisan dan bagian warisan mereka.
2) Sumber hukum kewarisan adalah Al-Quran dan hadis yang menjelaskan secara rinci bagian warisan untuk berbagai hubungan kekerabatan.
3) Tujuan kewarisan Islam adalah mencegah pertikaian antar ahli waris dengan menentukan
Ketiga ayat Al-Quran yang disebutkan dalam dokumen ini secara gamblang menjelaskan hak waris setiap ahli waris, syarat untuk mendapatkan waris, dan keadaan orang yang berhak dan tidak berhak atas warisan. Ayat-ayat tersebut juga merinci bagian waris masing-masing ahli waris secara spesifik maupun sebagai ahli waris bersama ('ashabah)."
Ringkasan dokumen tersebut adalah:
Dokumen tersebut membahas tentang hukum warisan menurut Islam yang mencakup definisi, prinsip-prinsip, pembagian ahli waris, dan syarat-syarat kewarisan. Hukum warisan Islam didasarkan pada Al-Quran dan Hadist, serta memiliki empat prinsip utama yaitu prinsip ijbari, individual, bilateral, dan hanya berlaku karena kematian.
KEL 7-PPT AGAMA- Ilmu Faroid Pembagian Harta waris dan Ahli Waris.pptxMohammadSyaifudin2
Dokumen ini membahas tentang pentingnya mempelajari ilmu faraid atau aturan pembagian warisan dalam Islam. Ilmu ini menjelaskan siapa saja ahli waris yang berhak atas harta warisan dan berapa besar porsi yang mereka peroleh sesuai aturan-aturan yang ditetapkan. Tanpa pengetahuan ilmu ini, pembagian warisan bisa menimbulkan ketidakadilan yang dapat memicu perpecahan.
Belajar Memahami Pembagian Harta Warisan.
Jangan sampai kerukunan dan keutuhan keluarga berantakan hanya gara-gara soal warisan. Semua Ahli Waris adalah saudara kita, jika ada hal yg kurang berkenan, selesaikan dgn baik (QS. 49 : 10)
Dokumen tersebut membahas tentang mawarits (warisan) dalam Islam, meliputi pengertian, hukum, tujuan, asbab dan penghalang warisan, rukun waris, serta cara menghitung dan membagikan harta warisan. Secara garis besar, dokumen tersebut menjelaskan tentang aturan pembagian harta warisan menurut syariat Islam.
Fiqih Mawaris atau Ilmu Faraidh membahas pembagian harta warisan sesuai aturan Islam. Al-Quran dan hadis menjelaskan tata cara pembagian warisan dan menghapus kebiasaan jahiliyah yang merugikan perempuan dan anak-anak. Hukum Islam menjamin warisan bagi semua ahli waris tanpa memandang jenis kelamin atau usia.
BAB 3 Menerapkan dan Menerima Hukum Waris.pptxssuserc8b95b
1) Mawaris atau ilmu faraid membahas orang yang berhak warisan, pembagian harta, dan prosedurnya.
2) Ada syarat dan penghalang untuk menerima warisan seperti agama, pembunuhan, dan perzinaan.
3) Ada 25 golongan ahli waris tetapi yang berhak hanya 5 jika semua ada: suami/istri, ayah, ibu, anak laki, dan perempuan.
Dokumen tersebut membahas tentang pembagian harta pusaka menurut hukum Islam, termasuk definisi harta pusaka, syarat-syarat waris, hubungan antara waris dengan simati, dan contoh perhitungan pembagian harta pusaka.
Ringkasan dokumen tersebut adalah:
1. Dokumen tersebut membahas tentang pengertian dan asas-asas hukum kewarisan Islam menurut fiqh mawaris.
2. Beberapa asas penting hukum kewarisan Islam menurut dokumen tersebut adalah asas ketulusan, ta'abbudi, hak-hak kebendaan, dan kematian.
3. Dokumen tersebut juga membahas sejarah perkembangan hukum kewarisan Islam dari masa pra-Islam
KEL 7-PPT AGAMA- Ilmu Faroid Pembagian Harta waris dan Ahli Waris.pptxMohammadSyaifudin2
Dokumen ini membahas tentang pentingnya mempelajari ilmu faraid atau aturan pembagian warisan dalam Islam. Ilmu ini menjelaskan siapa saja ahli waris yang berhak atas harta warisan dan berapa besar porsi yang mereka peroleh sesuai aturan-aturan yang ditetapkan. Tanpa pengetahuan ilmu ini, pembagian warisan bisa menimbulkan ketidakadilan yang dapat memicu perpecahan.
Belajar Memahami Pembagian Harta Warisan.
Jangan sampai kerukunan dan keutuhan keluarga berantakan hanya gara-gara soal warisan. Semua Ahli Waris adalah saudara kita, jika ada hal yg kurang berkenan, selesaikan dgn baik (QS. 49 : 10)
Dokumen tersebut membahas tentang mawarits (warisan) dalam Islam, meliputi pengertian, hukum, tujuan, asbab dan penghalang warisan, rukun waris, serta cara menghitung dan membagikan harta warisan. Secara garis besar, dokumen tersebut menjelaskan tentang aturan pembagian harta warisan menurut syariat Islam.
Fiqih Mawaris atau Ilmu Faraidh membahas pembagian harta warisan sesuai aturan Islam. Al-Quran dan hadis menjelaskan tata cara pembagian warisan dan menghapus kebiasaan jahiliyah yang merugikan perempuan dan anak-anak. Hukum Islam menjamin warisan bagi semua ahli waris tanpa memandang jenis kelamin atau usia.
BAB 3 Menerapkan dan Menerima Hukum Waris.pptxssuserc8b95b
1) Mawaris atau ilmu faraid membahas orang yang berhak warisan, pembagian harta, dan prosedurnya.
2) Ada syarat dan penghalang untuk menerima warisan seperti agama, pembunuhan, dan perzinaan.
3) Ada 25 golongan ahli waris tetapi yang berhak hanya 5 jika semua ada: suami/istri, ayah, ibu, anak laki, dan perempuan.
Dokumen tersebut membahas tentang pembagian harta pusaka menurut hukum Islam, termasuk definisi harta pusaka, syarat-syarat waris, hubungan antara waris dengan simati, dan contoh perhitungan pembagian harta pusaka.
Ringkasan dokumen tersebut adalah:
1. Dokumen tersebut membahas tentang pengertian dan asas-asas hukum kewarisan Islam menurut fiqh mawaris.
2. Beberapa asas penting hukum kewarisan Islam menurut dokumen tersebut adalah asas ketulusan, ta'abbudi, hak-hak kebendaan, dan kematian.
3. Dokumen tersebut juga membahas sejarah perkembangan hukum kewarisan Islam dari masa pra-Islam
4. PENGERTIAN WARIS
Waris dalam bahasa Arab berasal dari kata “al waarits” (orang
yang mewarisi) yang berakar dari kata “al irtsu” ()اإلرث
Makna bahasa dari kata “al irtsu” adalah “sisa atau
peninggalan dari sesuatu” (baqiyatusy syai’). ( بقية
ء ي
الش ).
Makna istilah Al Irtsu adalah :
اإلرث
هو
نصيب
مقدر
عاش
لوارث
“Al Irtsu adalah bagian yang telah ditentukan kadarnya
(jumlahnya) oleh syariah Islam bagi orang yang mewarisi
harta.”
Ilmu tentang waris, disebut “ilmu mawarits” atau “ilmu
faraidh”. https://www.alukah.net/sharia/0/117579/
5. PENGERTIAN WARIS
Pengertian “ilmu mawarits” adalah :
علم
المواريث
:
هو
قواعد
وضوابط
ف َ
عري
بها
نصيب
كل
مستحق
ي
ف
كة
تر
الميت؛
(
رد
المحتار
عىل
الدر
المختار؛
البن
عابدين
ـج
6
ـص
757
)
.
Ilmu Mawarits adalah sejumlah kaidah dan patokan
yang digunakan untuk mengetahui bagian masing-
masing ahli waris dari harta peninggalan simati.
(Ibnu Abidin, Raddul Muhtar ‘Ala Ad Dur Al Mukhtar,
Juz VI, hlm. 757).
https://www.alukah.net/sharia/0/117579/
8. PENSYARIATAN WARIS
Firman Allah SWT :
Allah mensyariatkan (mewajibkan) kepadamu tentang (pembagian warisan
untuk) anak-anakmu, (yaitu) bagian seorang anak laki-laki sama dengan bagian
dua orang anak perempuan. Dan jika anak itu semuanya perempuan yang
jumlahnya lebih dari dua, maka bagian mereka dua pertiga dari harta yang
ditinggalkan. Jika dia (anak perempuan) itu seorang saja, maka dia memperoleh
setengah (harta yang ditinggalkan). Dan untuk kedua ibu-bapak, bagian masing-
masing seperenam dari harta yang ditinggalkan, jika dia (yang meninggal)
mempunyai anak. Jika dia (yang meninggal) tidak mempunyai anak dan dia
diwarisi oleh kedua ibu-bapaknya (saja), maka ibunya mendapat sepertiga. Jika
dia (yang meninggal) mempunyai beberapa saudara, maka ibunya mendapat
seperenam. (Pembagian-pembagian tersebut di atas) setelah (dipenuhi) wasiat
yang dibuatnya atau (dan setelah dibayar) utangnya. (Tentang) orang tuamu dan
anak-anakmu, kamu tidak mengetahui siapa di antara mereka yang lebih banyak
manfaatnya bagimu. Ini adalah ketetapan Allah. Sungguh, Allah Maha
Mengetahui, Mahabijaksana (QS An Nisaa` : 11)
10. PENSYARIATAN WARIS
Dalil As Sunnah :
Dari Jabir bin Abdullah RA, dia berkat,”Istri Sa’ad bin Ar-rabi’ datang
kepada Rasulullah SAW bersama kedua anak perempuan Sa’ad,
kemudian ia berkata,’Wahai Rasulullah mereka berdua adalah anak
perempuan dari Sa’ad bin ar-Rabi’, ayah keduanya mati syahid dalam
perang bersama anda di peperangan Uhud. Seorang paman mereka
mengambil semua harta mereka tanpa menyisakan harta buat
mereka. Padahal mereka tidak dapat menikah tanpa harta. Maka
Rasulullah SAW menjawab,”Allah akan memberi keputusan bagi
mereka,” kemudian turunlah ayat tentang harta warisan, dan
Rasulullah SAW mengutus kepada paman mereka kemudian
berkata,”Berilah anak Sa’ad duapertiga dan ibunya seperdelapan dan
sisanya buat kamu.” (HR Tirmidzi, 1701).
12. SEBAB-SEBAB WARIS
Sebab-sebab waris ada 3 (tiga), yaitu :
Pertama, pernikahan, yaitu adanya akad nikah yang sah
antara seorang laki-laki dan perempuan. (lihat An Nisaa` :
12)
Kedua, nasab, yaitu hubungan satu orang dengan orang lain
yang disebabkan oleh kelahiran (wiladah), misal hubungan
antara ayah dengan anak-anaknya.
Ketiga, wala’ (pemerdekaan budak), yaitu adanya tindakan
memerdekakan budak yang dilakukan oleh sayyid (pemilik
budak).
https://www.alukah.net/sharia/0/123808/
14. RUKUN-RUKUN WARIS
Rukun-rukun waris ada 3 (tiga), yaitu :
Pertama, adanya al muwarrits, yaitu orang yang meninggal yang
meninggalkan harta waris (tirkah).
Kematian ini dapat dikategorikan menjadi tiga, yaitu kematian secara hakiki
(haqiqatan, de facto), kematian secara hukum (hukman, de jure), dan
kemtian secara perkiraan (taqdiiran).
Kedua, adanya al waarits, yaitu orang yang mewarisi harta dari simati (al
muwarrits), dengan syaratnya tetapnya kehidupan pada al waarits setelah
kematian al muwarrits, baik hidup secara hakiki maupun secara perkiraan
(taqdiiran) seperti janin yang masih ada di perut ibunya.
Ketiga, adanya al mauruuts, yaitu adanya harta yang ditinggalkan (tirkah)
oleh simati (al muwarrits), setelah dipotong biaya jenazah, pelunasan utang,
dan penunaian wasiat.
https://www.alukah.net/sharia/0/117579/
16. KEWAJIBAN-KEWAJIBAN HARTA SEBELUM
PEMBAGIAN WARIS
Ada 3 (tiga) kewajiban harta sebelum pembagian waris :
Pertama, biaya penyelenggaraan jenazah, seperti biaya untuk
kain kafan, memandikan jenazah, dan menguburkan jenazah.
Biaya ini didahulukan sebelum kewajiban-kewajiban lain yang
menyangkut harta tirkah (peninggalan simati).
Kedua, melunasi utang-utang simati. Pelunasan utang ini
didahulukan daripada wasiat.
Ketiga, menunaikan wasiat dari simati, dengan ketentuan
maksimal sepertiga dari harta total simati.
Jika ketiga kewajiban tersebut sudah dilaksanakan, barulah tirkah
(harta peninggalan simati) boleh dibagikan kepada para ahli
waris. (Sayyid Sabiq, Fiqih As Sunnah, 4/329).
18. PENGHALANG-PENGHALANG WARIS
(اإلرث )موانع
Ada 3 (tiga) penghalang waris (mawani’ al irtsi) :
Pertama, perbedaan agama (ikhtilaf ad diin). Orang
muslim tidak dapat mewarisi orang kafir, dan orang
kafir tidak dapat mewarisi orang muslim.
Kedua, perbudakan (ar riqq). Seorang budak tidak
dapat mewarisi sayyid-nya (pemilik budak). Karena
seluruh harta si budak adalah harta milik sayyid-nya.
Ketiga, pembunuhan (al qatl). Seorang pembunuh
tidak dapat mewarisi harta orang yang dia bunuh.
https://www.alukah.net/sharia/0/123808/