SlideShare a Scribd company logo
1 of 12
Download to read offline
“True Story”
PULANG LAH AYAH…
Sore itu di kediaman rumah dinas saya di jalan Gumba no. 7 kota Binjai-
Sumatera Utara, tanggal 12 Maret 2016, di tengah hening dzikir sore selepas
shalat ashar, tiba-tiba handphone saya berdering. Seorang perempuan muda
menelpon saya. Sebut saja namanya “Intan” (maaf..nama dan identitas saya
hidden).
“ Father.. saya siswa anda untuk mata kuliah Marketing
Strategy ketika di kampus IBIi dulu, mohon ijin waktu untuk
bicara. “
saya pun tersenyum senang, seorang murid lama saya teringat dan
menghubungi ku. Lalu saya persilahkan ia bicara.
Setelah agak lama kami saling cerita. Dia pun bilang bahwa ia sedang cuti kantor
dan tengah pulang kampung di Perbaungan, suatu kota kecil berjarak +/- 42 Km
dari kota medan. Ia berujar bahwa ia akan segera menikah tanggal 20 Maret
berikutnya. Saya pun makin gembira mendengar berita ini.
Di tengah suasana suka, tiba-tiba terdengar suara lirih sedikit terisak dirinya…
lalu ia pun terdiam sesaat. Saya agak heran tapi saya coba bertanya,
“ Lho.. ‘Intan’ ada apa ….? “ saya penasaran.
Sesaat “Intan” terdiam lalu ia pun mencoba bercerita bahwa menjelang
pernikahannya, ia mengalami beberapa hal yang membuatnya merasa sangat
sedih. Pertama, ibunya baru saja meninggal dunia 2 bulan yang lalu. Kedua,
sampai saat ini permohonan nikahnya belum mendapat persetujuan dari kantor
Urusan agama (KUA) setempat karena hingga kini belum ada kejelasan siapa
yang akan menjadi wali nikahnya.
“ Lho.. Kenapa bisa begitu….?” Saya tambah penasaran.
“Intan” tidak menjawab, saya hanya mendengar isak tangisnya dan terkesan ia
sangat sedih seolah seperti orang yang terpukul bathin. Sampai beberapa lama
akhirnya saya berhasil menenangkannya, hingga akhirnya ia pun berusaha untuk
tegar dan mencoba bercerita pada saya. Dan ia pun mulai bercerita:
“True Story”
Ia menuturkan bahwa selama ini ia belum pernah melihat AYAH
kandungnya. Ia menuturkan bahwa sejak ia bayi berusia 10
bulan ia sudah ditinggal oleh ayahnya karena alasan ayahnya
berpisah- cerai dengan ibunya. Yang “Intan” tahu, selama ini ia
tinggal bersama ibu, ayah tirinya dan 2 adik tirinya- semuanya
perempuan hingga ayah tirinya wafat 3 tahun lalu. Selama ini
“Intan” sudah berusaha mencari tahu tentang keberadaan ayah
kandungnya. Satu hal lain jika “Intan” bertanya tentang hal ini
kepada ibunya, ia (ibunya) hanya bisa menangis. Menurut
“Intan” asal mula berpisahnya orangtuanya karena diawali
dengan pernikahan mereka yang tidak pernah direstui kedua
belah pihak orang tua ditambah lagi terjadi perselisihan paham
antara ayahnya dengan mertua (orangtua ibunya “Intan”) yang
berujung pada hal yang bersifat sentimen kesukuan hingga
akhirnya ayahnya “diusir” oleh mertuanya. Sejak saat itulah sang
ayah tidak pernah lagi muncul dan tidak pernah ada kabar
beritanya hingga kini. Selama ini pula “Intan” mencari tahu
tentang ayahnya melalui sanak saudara ibunya. Semuanya tidak
ada yang tahu persis tentang ayahnya. Yang mereka tahu
hanyalah nama lengkap ayahnya, dan ayahnya seorang yang
berasal dari Makasar, Sulsel yang pernah bekerja sebagai anak
buah kapal yang sering berlabuh di pelabuhan Belawan. Hingga
menjelang dewasa, ia pun terus mencari tahu tentang ayahnya
dengan berbagai cara hingga menyebar foto, identitas di
berbagai media termasuk media sosial. Namun tidak
mendapatkan hasil apa-apa. Sebenarnya, pihak keluarga mertua
ayahnya sudah lama memaafkannya dan turut juga mencari
tentang keberadaan ayahnya, namun tidak juga mendapatkan
hasil apa-apa. Sebagian besar pihak keluarga “Intan”
menyarankan agar keberadaan ayahnya “Intan” agar diikhlaskan
dan dianggap sudah WAFAT dengan alasan rasanya tidak
mungkin di zaman saat ini dengan teknologi sedemikian canggih
mencari keberadaan seseorang tapi tidak juga ditemukan hingga
lebih 25 tahun.
Hmm.. jadi wajarlah… jika ia sangat merindukan sosok ayah dalam hidupnya.
Namun NALURI nya sebagai anak berkata bahwa ayahnya MASIH HIDUP hingga
saat ini dan “Intan” pun terus berharap dan terus menerus berdoa suatu saat
ayahnya akan pulang dan datang menemuinya dan menjadi wali nikahnya.
Mungkin inilah yang menjadi hambatan, kenapa pihak KUA belum memberikan
persetujuan permohonan nikah karena “Intan” sendiri yang berharap wali
nikahnya adalah ayah kandungnya dengan bayangan suatu hal yang rasanya
“True Story”
“mustahil”. Dan menurut “Intan” mungkin juga latar belakang kisah inilah dan
ketidak jelasan keberadaan ayahnya yang membuatnya beberapa kali kandas
dalam menjalin asmara. Demikianlah tutur “Intan” dengan suara yang lirih.
Saya sangat berempati dengan kisah nya. Lalu saya pun memberikan beberapa
nasehat dan dorongan semangat padanya. Tentang wali nikah, saya sarankan
padanya agar segera mengajukan permohonan wali hakim. Alhamdulilah… ia pun
menerima saran saya. Lalu ia meminta saya untuk hadir dalam pernikahannya
dan menjadi perwakilan pihak keluarga yang nantinya berperan sebagai
penasehat pernikahan. Dengan penuh rasa suka dan bangga saya menerima
tawaran itu, walaupun dalam hati saya merasa malu apakah orang seperti saya
layak menjadi penasehat di acara nikah ? demikian Tanya saya dalam hati.
Kepada “Intan” saya janji akan hadir dan memenuhi permintaannya.
“ Father… benar ya… serius…”Intan” tunggu….”
Katanya sungguh-sungguh dengan kesan gembira. Dan
dapat dirasakan dari suaranya yang kembali riang.
“ Iya “Intan” ….father janji akan datang, yang penting
kamu tenang dan bahagia.” Kata saya
“ Ciiipppp…. Makasih father….makasih father”. kata “
Intan” sambil terdengar suara tertawa pelan sebagai tanda ia
kembali suka dan bahagia.
“Intan tunggu ya father… Daaghhh… sampai nanti.”
tambahnya. Lalu ia pun menutup komunikasi telpon sore itu.
Hingga pada hari yang ditetapkan, hari itu Minggu tanggal 20 Maret
2016. Setelah mempersiapkan diri saya pun berangkat menuju
lokasi pernikahan di kota Perbaungan. Untuk menuju lokasi
tersebut, dari tempat kediaman saya tentunya melintasi kota
Medan. Karena saat itu saya merasa masih terlalu pagi dan saya
anggap waktu masih banyak tersisa, maka saya sempatkan mampir
ke kediaman kakak saya di kawasan Simpang Limun, Medan.
Memang… selama saya bertugas di kota ini, setiap libur atau akhir
pekan saya selalu mampir ke kediaman kakak saya itu.
Saat mampir sejenak di rumah kakak saya, tanpa sengaja saya bertemu
dengan seorang bapak tua yang sudah saya kenal, pak Acang namanya.
Dahulunya pak Acang terkenal sebagai preman bengis di terminal Sambu-
“True Story”
Medan sekaligus sopir angkot untuk rute kampong baru- terminal Sambu.
Namun di hari tuanya ia insyaf dan banyak habiskan waktu sebagai marbot
masjid di sekitar situ. Setelah saling tegur sapa dan berbincang sejenak,
saya mengajak pak Acang untuk menemani saya ke acara di Perbaungan.
Kebetulan saat itu kaki saya masih nyeri-sakit akibat keseleo sehingga saya
rasa tidak kuat untuk mengemudi sampai lokasi dan saya meminta pak
Acang untuk mengemudikan mobil saya, dan pak Acang setuju dan
menerima tawaran saya itu.
Selepas Shalat Dzuhur kami pun berangkat menuju lokasi. Pak Acang
memang orang yang jenaka, sepanjang perjalanan pak Acang selalu
membawakan cerita yang lucu sehingga saking lucunya beberapa kali saya
minta pak Acang menepi ke SPBU (hanya untuk …sssttt..pipis..hehe). Sambil
berjalan, Kadang kala pak Acang cerita tentang masa lalunya yang kelam
dan hitam, hingga akhirnya ia mendapat hidayah lalu bertaubat
(Alhamdulilllah….) hingga kini menjadi marbot masjid, namun semua itu ia
lalui dengan penuh rasa syukur.
Setiba di lokasi kami menghampiri tempat dimana akan dilangsungkan akad
nikah. Tampak berbagai persiapan tengah di lakukkan. Tampak pula calon
mempelai sudah siap dan menunggu kedatangan Tuan Kadi (bagi
masyarakat Melayu, tuan kadi adalah penghulu nikah). Setelah
mengucapkan salam kepada sanak yang ada di lokasi, maka saya pun
memperkenalkan diri dan sampaikan bahwa saya adalah orang yang
diundang secara khusus oleh “Intan” . seorang ahli ba’it pak Rahmat
namanya (pamannya Intan dari ayah tirinya) tampak sumringah menyambut
hadir saya.
“Selamat datang di ‘gubuk’ kami Bapak Tri…” kata
pak Rahmat.
“Intan…. Ini orang tuamu juga yang datang”. ujar
pak Rahmat pada “Intan”. Sesaat “Intan” tampak
gembira melihat saya sambil sedikit berkaca-kaca
matanya. Lalu “Intan” menghampiri saya bersama
dengan calon mempelai pria. Setelah bersalaman ia
berkata:
“Father… kenalkan, ini Jaka calon suami saya” lalu
saya pun menerima salam kenal dari Jaka.
“True Story”
“Bang… dulu waktu di kampus beliau selalu
memberi dorongan semangat dan motivasi pada
kami. Father ini sudah kami anggap seperti orang
tua kami juga. “ kata “Intan” pada calon suaminya.
“Mari…silahkan Bapak Tri…” kata ahli ba’it yang lain.
Lalu saya pun duduk di samping mihrab nikah dekat balai-balai
(suatu sajian yang bersifat simbol untuk beberapa acara khusus
termasuk penikahan pada adat Melayu). Tak lama duduk, terdengar
suara yang saling bersahutan :
“Tuan Kadi datang…tuan Kadi datang”. Kata
mereka bersahutan sambil diiringi musik rebana.
Setalah Tuan kadi masuk dan duduk, pernikahan pun siap dimulai. Mulai dari
mempelai, saksi, mas kawin hingga wali nikah, yang menjadi wali nikah
adalah wali hakim dan Tuan Kadi sendiri bertindak sebagai wali hakim
sebagai perwakilan majelis hukum negara.
“Bagaimana mempelai.. sudah siap ?” Tanya Tuan
Kadi.
“Insha Allah….Tuan kadi”. Jawab mempelai.
Setelah Wak Pengacara (MC-kalau kita disini) membacakan tertib nikah, dan
setelah dilantunkan pembacaan ayat suci Al Qur’an, lalu Tuan Kadi
mempersilahkan mempelai wanita untuk berucap atau membacakan tilmat
yaitu ucapan yang berisi meminta restu orang tua dan wali untuk dinikahkan.
Kurang lebih seperti inilah isi tilmat yang disampaikan oleh “Intan”
“ Nenek.., pak cik/buk Cik… (“Intan” berhenti
sejenak sambil terisak, sekilas ia melirik ke arah saya dan
saya pun sedikit mengangguk tanda memberi dorongan
semangat untuknya, lalu ia lanjutkan tilmatnya).. dengan
penuh rasa rendah hati saya memohon restu kalian
semua, ikhlas-kan saya untuk menikahi lelaki pilihan
saya… Datuk Tuan Kadi, Bapak Haji Horman
Hutabarat… dengan berharap ridha Allah SWT dan
atas dorongan hasrat teriring niat yang luhur,
mohon kiranya kesediaan datuk untuk menikahkan
saya sebagai wali hakim sesuai dengan syariat
agama yang saya anut.ISLAM”.
“True Story”
Intan berhenti bicara sejenak sambil menghapus air mata. Lalu kembali ia
melirik ke arah saya, sambil senyum saya mengangguk tanda mendorong
semangatnya. Lalu ia pun melanjutkan tilmat nya. Namun apa yang
diucapkan kali ini terkesan di luar dugaan dan di luar rencana.
“ Abangda Jaka Hidayat, papa..mama (orangtua
mempelai lelaki) inilah aku dengan segala
kelemahan dan kekurangan. Dengan penuh rasa
rendah hati terimalah aku dengan penuh rasa kasih
ke dalam keluarga ini.”
Tiba-tiba “Intan” meminta kameramen untuk mengambil video ucapanya.
“Mas Kameramen…tolong ambil rekaman ini, dan
kita semua yang hadir disini ijinkan saya
menyampaikan PESAN kepada ayahanda saya
terkasih. “ kata “Intan” dengan teguh hati.
“Ayah…inilah aku putri kandungmu, dimanapun kau
berada, ketahuilah selama 28 tahun aku selalu
merindukanmu, aku selalu menyebutmu dalam doa
ku, tak henti aku memohon kepada Allah untuk
dirimu. Ayah… jika kau mendengar dan melihat
rekaman ini, satu pinta untukmu. PULANG LAH
AYAH….. lihat lah aku dan suamiku disini walau
sekejap. Aku bersumpah … seperti apapun rupamu,
bagaimana pun keadaan mu, akau akan menerima
hadirmu dan selalu mengasihimu… Kepada
Bapak/ibu, saudara hadirin semua, setelah acara ini
saya mohon bantuan dari kita semua yang hadir
disini. Tolonglah… sebarkan, posting, share video
rekaman ini saya berharap semoga kelak ayahku
dapat melihat dan menyaksikan ini dimanapun ia
berada”
Lalu “Intan” berhenti berucap tampak ia menangis tipis pilu. Suasana pun
ikut hanyut menjadi haru termasuk saya pun mengalaminya. Beberapa ahli
ba’it membantu membasuh air mata Intan. Kemudian Tuan Kadi meminta
agar semuanya kembali hikmat.
“Bagaimana para saksi… sudah siap ?” Tanya Tuan
kadi
“True Story”
“ Insha Allah… Siap Tuan kadi.” Jawab para saksi
nikah.
Lalu Tuan kadi memimpin proses akad nikah. Dengan membuka
menyampaikan kalimat ijab. Kemudian kalimat ijab ini disambut mempelai
pria dengan kalimat qabul.
“Saya terima nikah dan kawin nya “Intan…..” binti
Andi Mahasan Leleang dengan mas kawin……..
dibayar TUNAI…” demikian kalimat qabul mempelai
lelaki.
“Bagaimana saksi dan hadirin… apakah Sah ?” Tanya
Tuan Kadi kepada hadirin.
Belum sempat saksi dan hadirin menjawab tanya Tuan Kadi, Tiba-
tiba….. ada suara yang membuat seluruh hadirin kaget.
“TUNGGUUU……!”
Terdengar suara teriakan yang lumayan keras dari arah samping saya. Lalu
saya pun melirik ke arah samping, penasaran dengan suara itu. Ternyata pak
Acang-marbot masjid yang saya bawa. Terus terang…. Saya sedikit agak
risih melihat sikap dan Tindakan pak Acang tersebut.
“Pak Acang…apa-apaan ini !” tegur saya
“Maaf jika membuat suasana jadi seperti ini. “ kata
pak Acang, lalu pak Acang kembali berkata.
“ Maaf nak… siapa nama lengkapmu tadi ?” tanya pak
Acang pada “Intan”, lalu ia pun menjawab tanya pak
Acang dan menyebutkan nama lengkapnya. Dan pak Acang
kembali bertanya.
“ Lalu.. siapa nama ibumu dan binti siapa ?” tanya pak
Acang kembai. Dan “intan” pun kembali menjawab
pertanyaan pak Acang dan menyebutkan nama lengkap
ibunya.
“ Nama almarhumah ibu saya, Ratih Elyana binti
Ja’san Muhammad Arsyad “. Kata Intan. Dan kembali
pak Acang bertanya pada “intan”.
“ Coba ulangi sekali lagi nama lengkap ayahmu ?”
tanya pak Acang penasaran. Dan kembali “Intan”
“True Story”
menyebutkan nama lengkap ayahnya. Kemudian Tuan Kadi
kembali meminta agar semua kembali hikmat.
“ Tolong pak… jangan ganggu prosesi ini “. Kata Tuan
kadi.
Namun sepertinya pak Acang tidak menghiraukan ucapan Tuan Kadi. Dan tiba-
tiba… pak Acang berdiri dan menghampiri mempelai seperti tergesa dan spontan
pak Acang memeluk “Intan”dengan erat sambil berkata dengan suara keras.
“ANAK KUUUU…..!”
Teriak pak Acang. Melihat sikap pak Acang dan mendengar suara nya, suasana
menjadi tambah tidak menentu. Sedikit saya menjadi rikuh, malu dan merasa ikut
bersalah karena pak Acang lah, orang yang saya bawa suasana menjadi terkesan
kacau. Suasana tambah kacau lagi karena pada saat itu pula mempelai wanita
“Intan” jatuh pingsan. Spontan saja ahli ba’it lain membopong “Intan” ke kamar
dan berusaha membuat “Intan” siuman. Beberapa saat tampak hadirin seperti
merasa kesal melihat ulah tingkah pak Acang.
Lalu Tuan kadi dengan bijak mencoba menenangkan suasana.
“ Maaf Bapak… suasana seperti ini sungguh tidak
diharapkan, coba Jelaskan maksud anda dengan
bersikap seperti itu ?” tanya tuan Kadi. Lalu pak Acang
dengan sedikit terisak mencoba angkat bicara.
“Tuan Kadi.. Bapak/Ibu hadirin sekalian, sekali lagi
mafkan lah saya. Sungguh.. saya tak bermaksud
merusak suasana kayak gini. Sebenarnya… saya ini
lah yang bernama Andi Mahasan Leleang yang
disebutkan itu, betul almarhumah ibunya “Intan”
adalah istri saya dulu. Dan demi Allah.., saya yang
memberi nama pada “Intan”. Lalu pak Acang
menjelaskan seluruhnya dan seutuhnya kepada yang hadir
di sana.
Pak Acang menceritakan bahwa 29 tahun lalu ia menikahi
ibunya “Intan” di kota Medan dengan tanpa restu masing-
masing pihak keluarga. Saat itu mertuanya tinggal di kota
Tanjung Balai (-/+ 450 Km dari kota Medan). Pada masa itu
jarak demikian ditambah masih minimnya sarana
transportasi maka jarak tersebut dianggap cukup jauh. Lalu
setelah ibunya “Intan” mengandung nya dalam usia
“True Story”
kandungan 8 bulan, mereka sepakat untuk pulang ke
Tanjung Balai tempat mertua pak Acang dan berencana
untuk melahirkan di sana. Namun kepulangan nya tidak
disambut hangat oleh pihak keluarga di Tanjung Balai.
Hingga “Intan” lahir sering terjadi perselisihan antara pak
Acang dengan mertuanya hingga puncaknya terjadi
perselisihan karena pak Acang ingin mengajak ibunya
“Intan” untuk hijrah dan tinggal di Makasar. Hal itu sangat
dilarang oleh mertuanya. Hingga akhirnya terjadi
ketersinggungan yang bermuara kepada sentimen
kesukuan. Ditengah emosi yang memuncak, mertuanya
meminta pak Acang untuk menceraikan istrinya dan
“mengusir” pak Acang.
Setelah perceraian itu, pak Acang kembali ke Makasar, tak
lama Kemudian pak Acang kembali bekerja sebagai pelaut.
Hingga pada suatu saat ia mengalami suatu peristiwa huru-
hara di atas kapal yang membawanya berlayar. Dari
peristiwa itu pak Acang ikut terseret ke dalam konflik antar
ABK dan mengakibatkan tewasnya kapten kapal oleh
tusukan badik pak Acang dengan tanpa sengaja. Akibat
kejadian itu pak Acang mendapat hukuman kurungan
selama 12 tahun. Setelah ia lepas dari hukuman, ia sempat
pergi ke kota Tanjung balai bermaksud ingin bersilaturahmi
dan menemui mantan mertua dan istrinya sekaligus rindu
dengan anaknya. Namun sesampai di sana, ternyata
mertuanya sudah tidak tinggal di kota itu dan mengenai
keberadaan ibunya “Intan”, tidak banyak sanak dan
tetanggga di kota itu yang tahu. Ada sebagian orang
mengatakan bahwa ibunya “Intan” merantau menjadi TKW
ke Malaysia, ada yang bilang bekerja di kota Medan, ada
juga yang bilang ibunya “Intan” sudah menikah lagi dan
tinggal di Jakarta, namun tidak ada seorang pun tahu
dengan persis keberadaan mereka. Pak Acang pun sudah
coba mencari dan menemui teman-teman lama ibunya
“Intan” dan minta keterangan dari mereka namun tidak ada
hasil apa-apa. Hal itu terus menerus dilakukan pak Acang
hingga beberapa tahun kemudian.
Akhirnya pak Acang merasa hidupnya hampa dan sia-sia,
ditengah situasi jiwa yang tak menentu tersebut, akhirnya
pak Acang terjermus ke dunia hitam, ia menjadi preman di
“True Story”
terminal, rampok dan menjadi sopir angkutan. Hingga
akhirnya ia insyaf dan menjadi marbot masjid di kawasan
jalan gang mulai, dekat Simpang limun, Medan. Oleh orang-
orang di kawasan itu ia dipanggil dengan nama Acang yang
diambil dari nama Hasan nama kecilnya.
Demikian penjelasan dan cerita pak Acang. Orang-orang yang hadir di sana
tampak tertegun dan rasanya hampir tak percaya dengan cerita pak Acang.
“Iya benar, dia orangnya….” Kata salah
seorang bibinya “intan” yang hadir mengkonfirmasi
pejelasan pak Acang.
Kebetulan bibinya “Intan” tersebut mengetahui jalan cerita kehidupan “intan”
dengan lengkap. Lalu bibinya “Intan” tersebut ikut menambah penjelasan pak
Acang dari sisi ibunya “Intan”
Bibinya “Intan” menjelaskan bahwa sejak perceraian itu,
ibunya sangat pilu dan sedih berkepanjangan, sering
ibunya ke pantai dan ke pelabuhan ikan hanya berharap
suatu saat pak Acang datang dan berlabuh di situ. Akhirnya
orangtua ibunya “Intan” merasa prihatin, sedih dan
menyesal telah mengambil sikap dengan penuh emosi dan
ego. Untuk membayar penyesalan tersebut, orangtua
ibunya “Intan” membawa seluruh keluarganya pindah ke
kota Lubuk Pakam dengan harapan mampu mengubur rasa
pilu ibunya “Intan” yang berkepanjangan. Namun perasaan
ibunya “Intan” tetap saja masih dirudung rasa sedih. Hingga
akhirnya datanglah seorang pemuda asal Perbaungan
(kampong Intan kini) datang melamar ibunya “Intan” waktu
itu ia (Intan) masih berumur 2 tahun. Lalu ibunya “Intan”
pun menikah dengan lelaki tersebut dengan suasana yang
sederhana dan terkesan tertutup. Dari hasil perkawinan itu
mereka di karuniai 2 orang putri. Setelah “Intan” berusia 5
tahun, ayah tirinya “Intan” memboyong mereka semua
pindah ke Jakarta karena ayah tirinya saat itu bekerja di PT.
Astra sebuah perusahaan otomotif terbesar di Indonesia dan
mereka pun tinggal di kawasan perumahan di Sunter hingga
“Intan” dewasa. Selama itu pula keluarga “Intan” sangat
jarang pulang ke Perbaungan. Baru setelah 3 tahun lalu,
setelah ayah tirinya “Intan” wafat, ibunya tinggal di
“True Story”
perbaungan menemani mertuanya yang sudah renta hingga
ibunya “Intan” wafat di sana. Demikian penjelasan bibinya
“Intan”.
Dari penjelasan keduanya dapat kita simpulkan bahwa selama ini mereka
saling mencari dan berselisih temu. Tanpa mereka sadari “Intan” yang sudah
siuman sejak tadi ternyata menguping pembicaraan. Kini setelah semuanya
sudah mulai jelas tiba-tiba “Intan” keluar dari kamarnya dan langssung
menyeruduk ke arah pak Acang.
“ AYAHHHHH…..!”
Seru intan sambil langsung bersimpuh dan memeluk pak Acang.
Melihat anak dan ayah itu saling berpelukkan erat, Suasanapun kembali
haru… hingga akhirnya Tuan kadi kembali angkat bicara.
“Baiklah Bapak/ibu, saudara sekelian….kita tidak bisa
terus berlarut seperti ini. Mohon masing-masing pihak
keluarga segera putuskan tentang proses acara ini
selanjutnya. “ kata Tuan kadi.
Akhirnya acara pernikahan pun Mengalami jeda hampir 2 jam, kedua pihak
keluarga saling runding tentang kelanjutan acara itu. Akhirnya disepakati,
pernikahan tetap dilanjutkan, namun wali nikah berubah kini yang menjadi
wali nikahnya adalah pak Acang. Sedangkan laporan petikan administrasi
negara di KUA akan dilakukan pembetulan dan koreksi setelah acara
pernikahan. Sehingga pernikahan berjalan Tanpa ada pemberian surat/buku
nikah. Lalu prosesi akad nikahpun diulang kembali. Setelah proses ijab qabul
selesai dibacakan, dan hadirin yang menyaksikan memberikan kesaksian.
“ SAH…SAH…SAH..” kata semua orang yang hadir.
Alhamdulillah… kini “Intan” sudah sah menjadi istri. Setelah selasai prosesi
ta’jim salam, kembali “Intan” angkat bicara. Melalui microphone ia berkata:
“ Father… hari ini langit dan bumi jadi saksi, sungguh
saya orang yang merasa paling bahagia dan haru. Saya
lah orang yang paling berterima kasih pada father.
Kerana Allah telah mengutus father untuk
mengembalikan ayah ku.”
Mendengar ucapan “Intan” saya haya bisa senyum namun dalam hati saya
menangis haru melihat peristiwa yang terjadi di depan saya ini. Tak lama
“True Story”
setelah itu, pak Acang datang menghampiri saya dan langssung memeluk
saya. Sambil membisik dengan penuh tangis pak Acang berkata sama saya:
“Terima kasih pak Tri…. Karena Allah Bapak sudah
antarkan saya kepada orang yang selalu saya doakan
dan selalu saya sebut namanya dalam doa. Semoga
Allah tetap menjaga Bapak dengan segala kebaikan…”
demikian kata pak Acang.
Ucapan dan kata-kata itu terus menerus ia ulang-ulang sampai ia
melepaskan pelukannya. Terus terang saat itu saya menjadi speechless ….
Akhirnya tak kuat menahan haru saya pun ikut meneteskan air mata sambil
memeluk pak Acang dan memeluk kedua mempelai seperti memeluk putra-
putri ku sendiri dengan erat….
Demikian lah rahasia Allah. “ Kekuatan do’a mampu mengubah takdir.” Dan
Allah telah berjanji akan memberikan rahmat dan Rizki pada hamba-Nya
yang bertakwa dari jalan dan arah yang tak terduga. (QS : At Thalaq, 2-3)
Subhanallah wa bihamdika..Astaghfiruhuka wa’atubu ilaika…
Note :
Cerita ini sudah diketahui oleh pelaku kehidupan (Intan). Dan kini beliau tinggal
bersama keluarga kecilnya di kawasan Cibubur dan telah dikaruniai 2 orang putra-
putri.
Dan kabar yang saya terima, tanggal 20 Januari 2020 yang lalu, pak Acang (Andi
Mahasan Leleang) telah wafat di kampung kelahirannya di Mandai, dekat kota
Makasar dan dikebumikan di sana ( Inna lillahi wa Inna Ilaihi Roji’un…)

More Related Content

What's hot

Sepupu Ku Yang Hot Perawan
Sepupu Ku Yang Hot PerawanSepupu Ku Yang Hot Perawan
Sepupu Ku Yang Hot Perawanbeesingle41
 
Sepupu Ku Yang Hot Perawan
Sepupu Ku Yang Hot PerawanSepupu Ku Yang Hot Perawan
Sepupu Ku Yang Hot Perawanbeesingle41
 
Sepupu Ku Yang Hot Perawan
Sepupu Ku Yang Hot PerawanSepupu Ku Yang Hot Perawan
Sepupu Ku Yang Hot Perawanbeesingle41
 
Sepupu Ku Yang Hot Perawan
Sepupu Ku Yang Hot PerawanSepupu Ku Yang Hot Perawan
Sepupu Ku Yang Hot Perawanbeesingle41
 
Sepupu Ku Yang Hot Perawan
Sepupu Ku Yang Hot PerawanSepupu Ku Yang Hot Perawan
Sepupu Ku Yang Hot Perawanbeesingle41
 
Sepupu Ku Yang Hot Perawan
Sepupu Ku Yang Hot PerawanSepupu Ku Yang Hot Perawan
Sepupu Ku Yang Hot Perawanbeesingle41
 
Sepupu Ku Yang Hot Perawan
Sepupu Ku Yang Hot PerawanSepupu Ku Yang Hot Perawan
Sepupu Ku Yang Hot Perawanbeesingle41
 
Sepupu Ku Yang Hot Perawan
Sepupu Ku Yang Hot PerawanSepupu Ku Yang Hot Perawan
Sepupu Ku Yang Hot Perawanbeesingle41
 
Sepupu Ku Yang Hot Perawan
Sepupu Ku Yang Hot PerawanSepupu Ku Yang Hot Perawan
Sepupu Ku Yang Hot Perawanbeesingle41
 
Sepupu Ku Yang Hot Perawan
Sepupu Ku Yang Hot PerawanSepupu Ku Yang Hot Perawan
Sepupu Ku Yang Hot Perawanbeesingle41
 
Sepupu Ku Yang Hot Perawan
Sepupu Ku Yang Hot PerawanSepupu Ku Yang Hot Perawan
Sepupu Ku Yang Hot Perawanbeesingle41
 
Sepupu Ku Yang Hot Perawan
Sepupu Ku Yang Hot PerawanSepupu Ku Yang Hot Perawan
Sepupu Ku Yang Hot Perawanbeesingle41
 
Sepupu Ku Yang Hot Perawan
Sepupu Ku Yang Hot PerawanSepupu Ku Yang Hot Perawan
Sepupu Ku Yang Hot Perawanbeesingle41
 
Sepupu Ku Yang Hot Perawan
Sepupu Ku Yang Hot PerawanSepupu Ku Yang Hot Perawan
Sepupu Ku Yang Hot Perawanbeesingle41
 
Sepupu Ku Yang Hot Perawan
Sepupu Ku Yang Hot PerawanSepupu Ku Yang Hot Perawan
Sepupu Ku Yang Hot Perawanbeesingle41
 
Sepupu Ku Yang Hot Perawan
Sepupu Ku Yang Hot PerawanSepupu Ku Yang Hot Perawan
Sepupu Ku Yang Hot Perawanbeesingle41
 
Cerita Dewasa Gairah Tyas Yang Binal Di Ranjang
Cerita Dewasa Gairah Tyas Yang Binal Di RanjangCerita Dewasa Gairah Tyas Yang Binal Di Ranjang
Cerita Dewasa Gairah Tyas Yang Binal Di Ranjangchristineong2212
 
Untukmu_aku_ada
  Untukmu_aku_ada  Untukmu_aku_ada
Untukmu_aku_adaAmir Haruna
 
Banyuwangi jenggirat tangi
Banyuwangi jenggirat tangiBanyuwangi jenggirat tangi
Banyuwangi jenggirat tangiTito Aloysius
 

What's hot (20)

Sepupu Ku Yang Hot Perawan
Sepupu Ku Yang Hot PerawanSepupu Ku Yang Hot Perawan
Sepupu Ku Yang Hot Perawan
 
Sepupu Ku Yang Hot Perawan
Sepupu Ku Yang Hot PerawanSepupu Ku Yang Hot Perawan
Sepupu Ku Yang Hot Perawan
 
Sepupu Ku Yang Hot Perawan
Sepupu Ku Yang Hot PerawanSepupu Ku Yang Hot Perawan
Sepupu Ku Yang Hot Perawan
 
Sepupu Ku Yang Hot Perawan
Sepupu Ku Yang Hot PerawanSepupu Ku Yang Hot Perawan
Sepupu Ku Yang Hot Perawan
 
Sepupu Ku Yang Hot Perawan
Sepupu Ku Yang Hot PerawanSepupu Ku Yang Hot Perawan
Sepupu Ku Yang Hot Perawan
 
Sepupu Ku Yang Hot Perawan
Sepupu Ku Yang Hot PerawanSepupu Ku Yang Hot Perawan
Sepupu Ku Yang Hot Perawan
 
Sepupu Ku Yang Hot Perawan
Sepupu Ku Yang Hot PerawanSepupu Ku Yang Hot Perawan
Sepupu Ku Yang Hot Perawan
 
Sepupu Ku Yang Hot Perawan
Sepupu Ku Yang Hot PerawanSepupu Ku Yang Hot Perawan
Sepupu Ku Yang Hot Perawan
 
Sepupu Ku Yang Hot Perawan
Sepupu Ku Yang Hot PerawanSepupu Ku Yang Hot Perawan
Sepupu Ku Yang Hot Perawan
 
Aq mencintai suaimi ku
Aq mencintai suaimi kuAq mencintai suaimi ku
Aq mencintai suaimi ku
 
Sepupu Ku Yang Hot Perawan
Sepupu Ku Yang Hot PerawanSepupu Ku Yang Hot Perawan
Sepupu Ku Yang Hot Perawan
 
Sepupu Ku Yang Hot Perawan
Sepupu Ku Yang Hot PerawanSepupu Ku Yang Hot Perawan
Sepupu Ku Yang Hot Perawan
 
Sepupu Ku Yang Hot Perawan
Sepupu Ku Yang Hot PerawanSepupu Ku Yang Hot Perawan
Sepupu Ku Yang Hot Perawan
 
Sepupu Ku Yang Hot Perawan
Sepupu Ku Yang Hot PerawanSepupu Ku Yang Hot Perawan
Sepupu Ku Yang Hot Perawan
 
Sepupu Ku Yang Hot Perawan
Sepupu Ku Yang Hot PerawanSepupu Ku Yang Hot Perawan
Sepupu Ku Yang Hot Perawan
 
Sepupu Ku Yang Hot Perawan
Sepupu Ku Yang Hot PerawanSepupu Ku Yang Hot Perawan
Sepupu Ku Yang Hot Perawan
 
Sepupu Ku Yang Hot Perawan
Sepupu Ku Yang Hot PerawanSepupu Ku Yang Hot Perawan
Sepupu Ku Yang Hot Perawan
 
Cerita Dewasa Gairah Tyas Yang Binal Di Ranjang
Cerita Dewasa Gairah Tyas Yang Binal Di RanjangCerita Dewasa Gairah Tyas Yang Binal Di Ranjang
Cerita Dewasa Gairah Tyas Yang Binal Di Ranjang
 
Untukmu_aku_ada
  Untukmu_aku_ada  Untukmu_aku_ada
Untukmu_aku_ada
 
Banyuwangi jenggirat tangi
Banyuwangi jenggirat tangiBanyuwangi jenggirat tangi
Banyuwangi jenggirat tangi
 

Similar to Father Tri - TOS-Pulang Lah Ayah

Similar to Father Tri - TOS-Pulang Lah Ayah (20)

{Pengalaman hidup}
{Pengalaman hidup}{Pengalaman hidup}
{Pengalaman hidup}
 
Uang jemputan (farizal sikumbang)
Uang jemputan (farizal sikumbang)Uang jemputan (farizal sikumbang)
Uang jemputan (farizal sikumbang)
 
Testimoni
TestimoniTestimoni
Testimoni
 
Testimoni
TestimoniTestimoni
Testimoni
 
SIDANG ANAS URBANINGRUM APA SIDANG LAWAKAN?
SIDANG ANAS URBANINGRUM APA SIDANG LAWAKAN?SIDANG ANAS URBANINGRUM APA SIDANG LAWAKAN?
SIDANG ANAS URBANINGRUM APA SIDANG LAWAKAN?
 
211_azkue 2009.doc
211_azkue 2009.doc211_azkue 2009.doc
211_azkue 2009.doc
 
Kereta malam
Kereta malamKereta malam
Kereta malam
 
Krakteristik balai pustaka
Krakteristik balai pustakaKrakteristik balai pustaka
Krakteristik balai pustaka
 
Di batas senja
Di batas senjaDi batas senja
Di batas senja
 
kuis ptm.docx
kuis ptm.docxkuis ptm.docx
kuis ptm.docx
 
SASTRA INDONESIA: Beberapa contoh karya sastra Indonesia
SASTRA INDONESIA: Beberapa contoh karya sastra IndonesiaSASTRA INDONESIA: Beberapa contoh karya sastra Indonesia
SASTRA INDONESIA: Beberapa contoh karya sastra Indonesia
 
Post 1
Post 1Post 1
Post 1
 
Tentang aku
Tentang akuTentang aku
Tentang aku
 
Kisah nyata seorang muallaf
Kisah nyata seorang muallafKisah nyata seorang muallaf
Kisah nyata seorang muallaf
 
Humor
HumorHumor
Humor
 
Anak inkubator (yonathan rahardjo)
Anak inkubator (yonathan rahardjo)Anak inkubator (yonathan rahardjo)
Anak inkubator (yonathan rahardjo)
 
Anak inkubator (yonathan rahardjo)
Anak inkubator (yonathan rahardjo)Anak inkubator (yonathan rahardjo)
Anak inkubator (yonathan rahardjo)
 
Hyrftu
HyrftuHyrftu
Hyrftu
 
Rahasia kumari (agus dermawan t)
Rahasia kumari (agus dermawan t)Rahasia kumari (agus dermawan t)
Rahasia kumari (agus dermawan t)
 
Contoh cerpen
Contoh cerpenContoh cerpen
Contoh cerpen
 

More from TRIENDI

Model Bsnis BPR
Model Bsnis BPRModel Bsnis BPR
Model Bsnis BPRTRIENDI
 
Pers release - OJK - Penindakan
Pers release - OJK - PenindakanPers release - OJK - Penindakan
Pers release - OJK - PenindakanTRIENDI
 
Daftar Fintech Ilegal-Juli 2020
Daftar Fintech Ilegal-Juli 2020Daftar Fintech Ilegal-Juli 2020
Daftar Fintech Ilegal-Juli 2020TRIENDI
 
Daftar P2PL Ilegal April-2019
Daftar P2PL Ilegal April-2019Daftar P2PL Ilegal April-2019
Daftar P2PL Ilegal April-2019TRIENDI
 
Pojk 13 2018
Pojk 13 2018 Pojk 13 2018
Pojk 13 2018 TRIENDI
 
SKEMA PENGAWASAN BPR
SKEMA PENGAWASAN BPRSKEMA PENGAWASAN BPR
SKEMA PENGAWASAN BPRTRIENDI
 
MARI MEMULIAKAN DIRI
MARI MEMULIAKAN DIRIMARI MEMULIAKAN DIRI
MARI MEMULIAKAN DIRITRIENDI
 

More from TRIENDI (7)

Model Bsnis BPR
Model Bsnis BPRModel Bsnis BPR
Model Bsnis BPR
 
Pers release - OJK - Penindakan
Pers release - OJK - PenindakanPers release - OJK - Penindakan
Pers release - OJK - Penindakan
 
Daftar Fintech Ilegal-Juli 2020
Daftar Fintech Ilegal-Juli 2020Daftar Fintech Ilegal-Juli 2020
Daftar Fintech Ilegal-Juli 2020
 
Daftar P2PL Ilegal April-2019
Daftar P2PL Ilegal April-2019Daftar P2PL Ilegal April-2019
Daftar P2PL Ilegal April-2019
 
Pojk 13 2018
Pojk 13 2018 Pojk 13 2018
Pojk 13 2018
 
SKEMA PENGAWASAN BPR
SKEMA PENGAWASAN BPRSKEMA PENGAWASAN BPR
SKEMA PENGAWASAN BPR
 
MARI MEMULIAKAN DIRI
MARI MEMULIAKAN DIRIMARI MEMULIAKAN DIRI
MARI MEMULIAKAN DIRI
 

Father Tri - TOS-Pulang Lah Ayah

  • 1. “True Story” PULANG LAH AYAH… Sore itu di kediaman rumah dinas saya di jalan Gumba no. 7 kota Binjai- Sumatera Utara, tanggal 12 Maret 2016, di tengah hening dzikir sore selepas shalat ashar, tiba-tiba handphone saya berdering. Seorang perempuan muda menelpon saya. Sebut saja namanya “Intan” (maaf..nama dan identitas saya hidden). “ Father.. saya siswa anda untuk mata kuliah Marketing Strategy ketika di kampus IBIi dulu, mohon ijin waktu untuk bicara. “ saya pun tersenyum senang, seorang murid lama saya teringat dan menghubungi ku. Lalu saya persilahkan ia bicara. Setelah agak lama kami saling cerita. Dia pun bilang bahwa ia sedang cuti kantor dan tengah pulang kampung di Perbaungan, suatu kota kecil berjarak +/- 42 Km dari kota medan. Ia berujar bahwa ia akan segera menikah tanggal 20 Maret berikutnya. Saya pun makin gembira mendengar berita ini. Di tengah suasana suka, tiba-tiba terdengar suara lirih sedikit terisak dirinya… lalu ia pun terdiam sesaat. Saya agak heran tapi saya coba bertanya, “ Lho.. ‘Intan’ ada apa ….? “ saya penasaran. Sesaat “Intan” terdiam lalu ia pun mencoba bercerita bahwa menjelang pernikahannya, ia mengalami beberapa hal yang membuatnya merasa sangat sedih. Pertama, ibunya baru saja meninggal dunia 2 bulan yang lalu. Kedua, sampai saat ini permohonan nikahnya belum mendapat persetujuan dari kantor Urusan agama (KUA) setempat karena hingga kini belum ada kejelasan siapa yang akan menjadi wali nikahnya. “ Lho.. Kenapa bisa begitu….?” Saya tambah penasaran. “Intan” tidak menjawab, saya hanya mendengar isak tangisnya dan terkesan ia sangat sedih seolah seperti orang yang terpukul bathin. Sampai beberapa lama akhirnya saya berhasil menenangkannya, hingga akhirnya ia pun berusaha untuk tegar dan mencoba bercerita pada saya. Dan ia pun mulai bercerita:
  • 2. “True Story” Ia menuturkan bahwa selama ini ia belum pernah melihat AYAH kandungnya. Ia menuturkan bahwa sejak ia bayi berusia 10 bulan ia sudah ditinggal oleh ayahnya karena alasan ayahnya berpisah- cerai dengan ibunya. Yang “Intan” tahu, selama ini ia tinggal bersama ibu, ayah tirinya dan 2 adik tirinya- semuanya perempuan hingga ayah tirinya wafat 3 tahun lalu. Selama ini “Intan” sudah berusaha mencari tahu tentang keberadaan ayah kandungnya. Satu hal lain jika “Intan” bertanya tentang hal ini kepada ibunya, ia (ibunya) hanya bisa menangis. Menurut “Intan” asal mula berpisahnya orangtuanya karena diawali dengan pernikahan mereka yang tidak pernah direstui kedua belah pihak orang tua ditambah lagi terjadi perselisihan paham antara ayahnya dengan mertua (orangtua ibunya “Intan”) yang berujung pada hal yang bersifat sentimen kesukuan hingga akhirnya ayahnya “diusir” oleh mertuanya. Sejak saat itulah sang ayah tidak pernah lagi muncul dan tidak pernah ada kabar beritanya hingga kini. Selama ini pula “Intan” mencari tahu tentang ayahnya melalui sanak saudara ibunya. Semuanya tidak ada yang tahu persis tentang ayahnya. Yang mereka tahu hanyalah nama lengkap ayahnya, dan ayahnya seorang yang berasal dari Makasar, Sulsel yang pernah bekerja sebagai anak buah kapal yang sering berlabuh di pelabuhan Belawan. Hingga menjelang dewasa, ia pun terus mencari tahu tentang ayahnya dengan berbagai cara hingga menyebar foto, identitas di berbagai media termasuk media sosial. Namun tidak mendapatkan hasil apa-apa. Sebenarnya, pihak keluarga mertua ayahnya sudah lama memaafkannya dan turut juga mencari tentang keberadaan ayahnya, namun tidak juga mendapatkan hasil apa-apa. Sebagian besar pihak keluarga “Intan” menyarankan agar keberadaan ayahnya “Intan” agar diikhlaskan dan dianggap sudah WAFAT dengan alasan rasanya tidak mungkin di zaman saat ini dengan teknologi sedemikian canggih mencari keberadaan seseorang tapi tidak juga ditemukan hingga lebih 25 tahun. Hmm.. jadi wajarlah… jika ia sangat merindukan sosok ayah dalam hidupnya. Namun NALURI nya sebagai anak berkata bahwa ayahnya MASIH HIDUP hingga saat ini dan “Intan” pun terus berharap dan terus menerus berdoa suatu saat ayahnya akan pulang dan datang menemuinya dan menjadi wali nikahnya. Mungkin inilah yang menjadi hambatan, kenapa pihak KUA belum memberikan persetujuan permohonan nikah karena “Intan” sendiri yang berharap wali nikahnya adalah ayah kandungnya dengan bayangan suatu hal yang rasanya
  • 3. “True Story” “mustahil”. Dan menurut “Intan” mungkin juga latar belakang kisah inilah dan ketidak jelasan keberadaan ayahnya yang membuatnya beberapa kali kandas dalam menjalin asmara. Demikianlah tutur “Intan” dengan suara yang lirih. Saya sangat berempati dengan kisah nya. Lalu saya pun memberikan beberapa nasehat dan dorongan semangat padanya. Tentang wali nikah, saya sarankan padanya agar segera mengajukan permohonan wali hakim. Alhamdulilah… ia pun menerima saran saya. Lalu ia meminta saya untuk hadir dalam pernikahannya dan menjadi perwakilan pihak keluarga yang nantinya berperan sebagai penasehat pernikahan. Dengan penuh rasa suka dan bangga saya menerima tawaran itu, walaupun dalam hati saya merasa malu apakah orang seperti saya layak menjadi penasehat di acara nikah ? demikian Tanya saya dalam hati. Kepada “Intan” saya janji akan hadir dan memenuhi permintaannya. “ Father… benar ya… serius…”Intan” tunggu….” Katanya sungguh-sungguh dengan kesan gembira. Dan dapat dirasakan dari suaranya yang kembali riang. “ Iya “Intan” ….father janji akan datang, yang penting kamu tenang dan bahagia.” Kata saya “ Ciiipppp…. Makasih father….makasih father”. kata “ Intan” sambil terdengar suara tertawa pelan sebagai tanda ia kembali suka dan bahagia. “Intan tunggu ya father… Daaghhh… sampai nanti.” tambahnya. Lalu ia pun menutup komunikasi telpon sore itu. Hingga pada hari yang ditetapkan, hari itu Minggu tanggal 20 Maret 2016. Setelah mempersiapkan diri saya pun berangkat menuju lokasi pernikahan di kota Perbaungan. Untuk menuju lokasi tersebut, dari tempat kediaman saya tentunya melintasi kota Medan. Karena saat itu saya merasa masih terlalu pagi dan saya anggap waktu masih banyak tersisa, maka saya sempatkan mampir ke kediaman kakak saya di kawasan Simpang Limun, Medan. Memang… selama saya bertugas di kota ini, setiap libur atau akhir pekan saya selalu mampir ke kediaman kakak saya itu. Saat mampir sejenak di rumah kakak saya, tanpa sengaja saya bertemu dengan seorang bapak tua yang sudah saya kenal, pak Acang namanya. Dahulunya pak Acang terkenal sebagai preman bengis di terminal Sambu-
  • 4. “True Story” Medan sekaligus sopir angkot untuk rute kampong baru- terminal Sambu. Namun di hari tuanya ia insyaf dan banyak habiskan waktu sebagai marbot masjid di sekitar situ. Setelah saling tegur sapa dan berbincang sejenak, saya mengajak pak Acang untuk menemani saya ke acara di Perbaungan. Kebetulan saat itu kaki saya masih nyeri-sakit akibat keseleo sehingga saya rasa tidak kuat untuk mengemudi sampai lokasi dan saya meminta pak Acang untuk mengemudikan mobil saya, dan pak Acang setuju dan menerima tawaran saya itu. Selepas Shalat Dzuhur kami pun berangkat menuju lokasi. Pak Acang memang orang yang jenaka, sepanjang perjalanan pak Acang selalu membawakan cerita yang lucu sehingga saking lucunya beberapa kali saya minta pak Acang menepi ke SPBU (hanya untuk …sssttt..pipis..hehe). Sambil berjalan, Kadang kala pak Acang cerita tentang masa lalunya yang kelam dan hitam, hingga akhirnya ia mendapat hidayah lalu bertaubat (Alhamdulilllah….) hingga kini menjadi marbot masjid, namun semua itu ia lalui dengan penuh rasa syukur. Setiba di lokasi kami menghampiri tempat dimana akan dilangsungkan akad nikah. Tampak berbagai persiapan tengah di lakukkan. Tampak pula calon mempelai sudah siap dan menunggu kedatangan Tuan Kadi (bagi masyarakat Melayu, tuan kadi adalah penghulu nikah). Setelah mengucapkan salam kepada sanak yang ada di lokasi, maka saya pun memperkenalkan diri dan sampaikan bahwa saya adalah orang yang diundang secara khusus oleh “Intan” . seorang ahli ba’it pak Rahmat namanya (pamannya Intan dari ayah tirinya) tampak sumringah menyambut hadir saya. “Selamat datang di ‘gubuk’ kami Bapak Tri…” kata pak Rahmat. “Intan…. Ini orang tuamu juga yang datang”. ujar pak Rahmat pada “Intan”. Sesaat “Intan” tampak gembira melihat saya sambil sedikit berkaca-kaca matanya. Lalu “Intan” menghampiri saya bersama dengan calon mempelai pria. Setelah bersalaman ia berkata: “Father… kenalkan, ini Jaka calon suami saya” lalu saya pun menerima salam kenal dari Jaka.
  • 5. “True Story” “Bang… dulu waktu di kampus beliau selalu memberi dorongan semangat dan motivasi pada kami. Father ini sudah kami anggap seperti orang tua kami juga. “ kata “Intan” pada calon suaminya. “Mari…silahkan Bapak Tri…” kata ahli ba’it yang lain. Lalu saya pun duduk di samping mihrab nikah dekat balai-balai (suatu sajian yang bersifat simbol untuk beberapa acara khusus termasuk penikahan pada adat Melayu). Tak lama duduk, terdengar suara yang saling bersahutan : “Tuan Kadi datang…tuan Kadi datang”. Kata mereka bersahutan sambil diiringi musik rebana. Setalah Tuan kadi masuk dan duduk, pernikahan pun siap dimulai. Mulai dari mempelai, saksi, mas kawin hingga wali nikah, yang menjadi wali nikah adalah wali hakim dan Tuan Kadi sendiri bertindak sebagai wali hakim sebagai perwakilan majelis hukum negara. “Bagaimana mempelai.. sudah siap ?” Tanya Tuan Kadi. “Insha Allah….Tuan kadi”. Jawab mempelai. Setelah Wak Pengacara (MC-kalau kita disini) membacakan tertib nikah, dan setelah dilantunkan pembacaan ayat suci Al Qur’an, lalu Tuan Kadi mempersilahkan mempelai wanita untuk berucap atau membacakan tilmat yaitu ucapan yang berisi meminta restu orang tua dan wali untuk dinikahkan. Kurang lebih seperti inilah isi tilmat yang disampaikan oleh “Intan” “ Nenek.., pak cik/buk Cik… (“Intan” berhenti sejenak sambil terisak, sekilas ia melirik ke arah saya dan saya pun sedikit mengangguk tanda memberi dorongan semangat untuknya, lalu ia lanjutkan tilmatnya).. dengan penuh rasa rendah hati saya memohon restu kalian semua, ikhlas-kan saya untuk menikahi lelaki pilihan saya… Datuk Tuan Kadi, Bapak Haji Horman Hutabarat… dengan berharap ridha Allah SWT dan atas dorongan hasrat teriring niat yang luhur, mohon kiranya kesediaan datuk untuk menikahkan saya sebagai wali hakim sesuai dengan syariat agama yang saya anut.ISLAM”.
  • 6. “True Story” Intan berhenti bicara sejenak sambil menghapus air mata. Lalu kembali ia melirik ke arah saya, sambil senyum saya mengangguk tanda mendorong semangatnya. Lalu ia pun melanjutkan tilmat nya. Namun apa yang diucapkan kali ini terkesan di luar dugaan dan di luar rencana. “ Abangda Jaka Hidayat, papa..mama (orangtua mempelai lelaki) inilah aku dengan segala kelemahan dan kekurangan. Dengan penuh rasa rendah hati terimalah aku dengan penuh rasa kasih ke dalam keluarga ini.” Tiba-tiba “Intan” meminta kameramen untuk mengambil video ucapanya. “Mas Kameramen…tolong ambil rekaman ini, dan kita semua yang hadir disini ijinkan saya menyampaikan PESAN kepada ayahanda saya terkasih. “ kata “Intan” dengan teguh hati. “Ayah…inilah aku putri kandungmu, dimanapun kau berada, ketahuilah selama 28 tahun aku selalu merindukanmu, aku selalu menyebutmu dalam doa ku, tak henti aku memohon kepada Allah untuk dirimu. Ayah… jika kau mendengar dan melihat rekaman ini, satu pinta untukmu. PULANG LAH AYAH….. lihat lah aku dan suamiku disini walau sekejap. Aku bersumpah … seperti apapun rupamu, bagaimana pun keadaan mu, akau akan menerima hadirmu dan selalu mengasihimu… Kepada Bapak/ibu, saudara hadirin semua, setelah acara ini saya mohon bantuan dari kita semua yang hadir disini. Tolonglah… sebarkan, posting, share video rekaman ini saya berharap semoga kelak ayahku dapat melihat dan menyaksikan ini dimanapun ia berada” Lalu “Intan” berhenti berucap tampak ia menangis tipis pilu. Suasana pun ikut hanyut menjadi haru termasuk saya pun mengalaminya. Beberapa ahli ba’it membantu membasuh air mata Intan. Kemudian Tuan Kadi meminta agar semuanya kembali hikmat. “Bagaimana para saksi… sudah siap ?” Tanya Tuan kadi
  • 7. “True Story” “ Insha Allah… Siap Tuan kadi.” Jawab para saksi nikah. Lalu Tuan kadi memimpin proses akad nikah. Dengan membuka menyampaikan kalimat ijab. Kemudian kalimat ijab ini disambut mempelai pria dengan kalimat qabul. “Saya terima nikah dan kawin nya “Intan…..” binti Andi Mahasan Leleang dengan mas kawin…….. dibayar TUNAI…” demikian kalimat qabul mempelai lelaki. “Bagaimana saksi dan hadirin… apakah Sah ?” Tanya Tuan Kadi kepada hadirin. Belum sempat saksi dan hadirin menjawab tanya Tuan Kadi, Tiba- tiba….. ada suara yang membuat seluruh hadirin kaget. “TUNGGUUU……!” Terdengar suara teriakan yang lumayan keras dari arah samping saya. Lalu saya pun melirik ke arah samping, penasaran dengan suara itu. Ternyata pak Acang-marbot masjid yang saya bawa. Terus terang…. Saya sedikit agak risih melihat sikap dan Tindakan pak Acang tersebut. “Pak Acang…apa-apaan ini !” tegur saya “Maaf jika membuat suasana jadi seperti ini. “ kata pak Acang, lalu pak Acang kembali berkata. “ Maaf nak… siapa nama lengkapmu tadi ?” tanya pak Acang pada “Intan”, lalu ia pun menjawab tanya pak Acang dan menyebutkan nama lengkapnya. Dan pak Acang kembali bertanya. “ Lalu.. siapa nama ibumu dan binti siapa ?” tanya pak Acang kembai. Dan “intan” pun kembali menjawab pertanyaan pak Acang dan menyebutkan nama lengkap ibunya. “ Nama almarhumah ibu saya, Ratih Elyana binti Ja’san Muhammad Arsyad “. Kata Intan. Dan kembali pak Acang bertanya pada “intan”. “ Coba ulangi sekali lagi nama lengkap ayahmu ?” tanya pak Acang penasaran. Dan kembali “Intan”
  • 8. “True Story” menyebutkan nama lengkap ayahnya. Kemudian Tuan Kadi kembali meminta agar semua kembali hikmat. “ Tolong pak… jangan ganggu prosesi ini “. Kata Tuan kadi. Namun sepertinya pak Acang tidak menghiraukan ucapan Tuan Kadi. Dan tiba- tiba… pak Acang berdiri dan menghampiri mempelai seperti tergesa dan spontan pak Acang memeluk “Intan”dengan erat sambil berkata dengan suara keras. “ANAK KUUUU…..!” Teriak pak Acang. Melihat sikap pak Acang dan mendengar suara nya, suasana menjadi tambah tidak menentu. Sedikit saya menjadi rikuh, malu dan merasa ikut bersalah karena pak Acang lah, orang yang saya bawa suasana menjadi terkesan kacau. Suasana tambah kacau lagi karena pada saat itu pula mempelai wanita “Intan” jatuh pingsan. Spontan saja ahli ba’it lain membopong “Intan” ke kamar dan berusaha membuat “Intan” siuman. Beberapa saat tampak hadirin seperti merasa kesal melihat ulah tingkah pak Acang. Lalu Tuan kadi dengan bijak mencoba menenangkan suasana. “ Maaf Bapak… suasana seperti ini sungguh tidak diharapkan, coba Jelaskan maksud anda dengan bersikap seperti itu ?” tanya tuan Kadi. Lalu pak Acang dengan sedikit terisak mencoba angkat bicara. “Tuan Kadi.. Bapak/Ibu hadirin sekalian, sekali lagi mafkan lah saya. Sungguh.. saya tak bermaksud merusak suasana kayak gini. Sebenarnya… saya ini lah yang bernama Andi Mahasan Leleang yang disebutkan itu, betul almarhumah ibunya “Intan” adalah istri saya dulu. Dan demi Allah.., saya yang memberi nama pada “Intan”. Lalu pak Acang menjelaskan seluruhnya dan seutuhnya kepada yang hadir di sana. Pak Acang menceritakan bahwa 29 tahun lalu ia menikahi ibunya “Intan” di kota Medan dengan tanpa restu masing- masing pihak keluarga. Saat itu mertuanya tinggal di kota Tanjung Balai (-/+ 450 Km dari kota Medan). Pada masa itu jarak demikian ditambah masih minimnya sarana transportasi maka jarak tersebut dianggap cukup jauh. Lalu setelah ibunya “Intan” mengandung nya dalam usia
  • 9. “True Story” kandungan 8 bulan, mereka sepakat untuk pulang ke Tanjung Balai tempat mertua pak Acang dan berencana untuk melahirkan di sana. Namun kepulangan nya tidak disambut hangat oleh pihak keluarga di Tanjung Balai. Hingga “Intan” lahir sering terjadi perselisihan antara pak Acang dengan mertuanya hingga puncaknya terjadi perselisihan karena pak Acang ingin mengajak ibunya “Intan” untuk hijrah dan tinggal di Makasar. Hal itu sangat dilarang oleh mertuanya. Hingga akhirnya terjadi ketersinggungan yang bermuara kepada sentimen kesukuan. Ditengah emosi yang memuncak, mertuanya meminta pak Acang untuk menceraikan istrinya dan “mengusir” pak Acang. Setelah perceraian itu, pak Acang kembali ke Makasar, tak lama Kemudian pak Acang kembali bekerja sebagai pelaut. Hingga pada suatu saat ia mengalami suatu peristiwa huru- hara di atas kapal yang membawanya berlayar. Dari peristiwa itu pak Acang ikut terseret ke dalam konflik antar ABK dan mengakibatkan tewasnya kapten kapal oleh tusukan badik pak Acang dengan tanpa sengaja. Akibat kejadian itu pak Acang mendapat hukuman kurungan selama 12 tahun. Setelah ia lepas dari hukuman, ia sempat pergi ke kota Tanjung balai bermaksud ingin bersilaturahmi dan menemui mantan mertua dan istrinya sekaligus rindu dengan anaknya. Namun sesampai di sana, ternyata mertuanya sudah tidak tinggal di kota itu dan mengenai keberadaan ibunya “Intan”, tidak banyak sanak dan tetanggga di kota itu yang tahu. Ada sebagian orang mengatakan bahwa ibunya “Intan” merantau menjadi TKW ke Malaysia, ada yang bilang bekerja di kota Medan, ada juga yang bilang ibunya “Intan” sudah menikah lagi dan tinggal di Jakarta, namun tidak ada seorang pun tahu dengan persis keberadaan mereka. Pak Acang pun sudah coba mencari dan menemui teman-teman lama ibunya “Intan” dan minta keterangan dari mereka namun tidak ada hasil apa-apa. Hal itu terus menerus dilakukan pak Acang hingga beberapa tahun kemudian. Akhirnya pak Acang merasa hidupnya hampa dan sia-sia, ditengah situasi jiwa yang tak menentu tersebut, akhirnya pak Acang terjermus ke dunia hitam, ia menjadi preman di
  • 10. “True Story” terminal, rampok dan menjadi sopir angkutan. Hingga akhirnya ia insyaf dan menjadi marbot masjid di kawasan jalan gang mulai, dekat Simpang limun, Medan. Oleh orang- orang di kawasan itu ia dipanggil dengan nama Acang yang diambil dari nama Hasan nama kecilnya. Demikian penjelasan dan cerita pak Acang. Orang-orang yang hadir di sana tampak tertegun dan rasanya hampir tak percaya dengan cerita pak Acang. “Iya benar, dia orangnya….” Kata salah seorang bibinya “intan” yang hadir mengkonfirmasi pejelasan pak Acang. Kebetulan bibinya “Intan” tersebut mengetahui jalan cerita kehidupan “intan” dengan lengkap. Lalu bibinya “Intan” tersebut ikut menambah penjelasan pak Acang dari sisi ibunya “Intan” Bibinya “Intan” menjelaskan bahwa sejak perceraian itu, ibunya sangat pilu dan sedih berkepanjangan, sering ibunya ke pantai dan ke pelabuhan ikan hanya berharap suatu saat pak Acang datang dan berlabuh di situ. Akhirnya orangtua ibunya “Intan” merasa prihatin, sedih dan menyesal telah mengambil sikap dengan penuh emosi dan ego. Untuk membayar penyesalan tersebut, orangtua ibunya “Intan” membawa seluruh keluarganya pindah ke kota Lubuk Pakam dengan harapan mampu mengubur rasa pilu ibunya “Intan” yang berkepanjangan. Namun perasaan ibunya “Intan” tetap saja masih dirudung rasa sedih. Hingga akhirnya datanglah seorang pemuda asal Perbaungan (kampong Intan kini) datang melamar ibunya “Intan” waktu itu ia (Intan) masih berumur 2 tahun. Lalu ibunya “Intan” pun menikah dengan lelaki tersebut dengan suasana yang sederhana dan terkesan tertutup. Dari hasil perkawinan itu mereka di karuniai 2 orang putri. Setelah “Intan” berusia 5 tahun, ayah tirinya “Intan” memboyong mereka semua pindah ke Jakarta karena ayah tirinya saat itu bekerja di PT. Astra sebuah perusahaan otomotif terbesar di Indonesia dan mereka pun tinggal di kawasan perumahan di Sunter hingga “Intan” dewasa. Selama itu pula keluarga “Intan” sangat jarang pulang ke Perbaungan. Baru setelah 3 tahun lalu, setelah ayah tirinya “Intan” wafat, ibunya tinggal di
  • 11. “True Story” perbaungan menemani mertuanya yang sudah renta hingga ibunya “Intan” wafat di sana. Demikian penjelasan bibinya “Intan”. Dari penjelasan keduanya dapat kita simpulkan bahwa selama ini mereka saling mencari dan berselisih temu. Tanpa mereka sadari “Intan” yang sudah siuman sejak tadi ternyata menguping pembicaraan. Kini setelah semuanya sudah mulai jelas tiba-tiba “Intan” keluar dari kamarnya dan langssung menyeruduk ke arah pak Acang. “ AYAHHHHH…..!” Seru intan sambil langsung bersimpuh dan memeluk pak Acang. Melihat anak dan ayah itu saling berpelukkan erat, Suasanapun kembali haru… hingga akhirnya Tuan kadi kembali angkat bicara. “Baiklah Bapak/ibu, saudara sekelian….kita tidak bisa terus berlarut seperti ini. Mohon masing-masing pihak keluarga segera putuskan tentang proses acara ini selanjutnya. “ kata Tuan kadi. Akhirnya acara pernikahan pun Mengalami jeda hampir 2 jam, kedua pihak keluarga saling runding tentang kelanjutan acara itu. Akhirnya disepakati, pernikahan tetap dilanjutkan, namun wali nikah berubah kini yang menjadi wali nikahnya adalah pak Acang. Sedangkan laporan petikan administrasi negara di KUA akan dilakukan pembetulan dan koreksi setelah acara pernikahan. Sehingga pernikahan berjalan Tanpa ada pemberian surat/buku nikah. Lalu prosesi akad nikahpun diulang kembali. Setelah proses ijab qabul selesai dibacakan, dan hadirin yang menyaksikan memberikan kesaksian. “ SAH…SAH…SAH..” kata semua orang yang hadir. Alhamdulillah… kini “Intan” sudah sah menjadi istri. Setelah selasai prosesi ta’jim salam, kembali “Intan” angkat bicara. Melalui microphone ia berkata: “ Father… hari ini langit dan bumi jadi saksi, sungguh saya orang yang merasa paling bahagia dan haru. Saya lah orang yang paling berterima kasih pada father. Kerana Allah telah mengutus father untuk mengembalikan ayah ku.” Mendengar ucapan “Intan” saya haya bisa senyum namun dalam hati saya menangis haru melihat peristiwa yang terjadi di depan saya ini. Tak lama
  • 12. “True Story” setelah itu, pak Acang datang menghampiri saya dan langssung memeluk saya. Sambil membisik dengan penuh tangis pak Acang berkata sama saya: “Terima kasih pak Tri…. Karena Allah Bapak sudah antarkan saya kepada orang yang selalu saya doakan dan selalu saya sebut namanya dalam doa. Semoga Allah tetap menjaga Bapak dengan segala kebaikan…” demikian kata pak Acang. Ucapan dan kata-kata itu terus menerus ia ulang-ulang sampai ia melepaskan pelukannya. Terus terang saat itu saya menjadi speechless …. Akhirnya tak kuat menahan haru saya pun ikut meneteskan air mata sambil memeluk pak Acang dan memeluk kedua mempelai seperti memeluk putra- putri ku sendiri dengan erat…. Demikian lah rahasia Allah. “ Kekuatan do’a mampu mengubah takdir.” Dan Allah telah berjanji akan memberikan rahmat dan Rizki pada hamba-Nya yang bertakwa dari jalan dan arah yang tak terduga. (QS : At Thalaq, 2-3) Subhanallah wa bihamdika..Astaghfiruhuka wa’atubu ilaika… Note : Cerita ini sudah diketahui oleh pelaku kehidupan (Intan). Dan kini beliau tinggal bersama keluarga kecilnya di kawasan Cibubur dan telah dikaruniai 2 orang putra- putri. Dan kabar yang saya terima, tanggal 20 Januari 2020 yang lalu, pak Acang (Andi Mahasan Leleang) telah wafat di kampung kelahirannya di Mandai, dekat kota Makasar dan dikebumikan di sana ( Inna lillahi wa Inna Ilaihi Roji’un…)