Tesis ini membahas faktor-faktor yang mempengaruhi kebiasaan merokok pada remaja dan hubungannya dengan status penyakit periodontal. Penelitian ini menganalisis rasio prevalensi faktor pengetahuan, lingkungan sosial, dan alasan psikologis terhadap kebiasaan merokok serta hubungannya dengan status penyakit periodontal pada remaja di Kota Medan. Hasilnya menunjukkan hubungan yang signifikan antara faktor-faktor tersebut dengan
Rangkuman dokumen tersebut adalah silabus mata kuliah Ilmu Dasar Keperawatan I yang membahas tentang berbagai konsep dasar ilmu keperawatan seperti biomekanika, biotermal, bioakustik, biooptik, bioelektrik, bioradiasi, biologi seluler, reproduksi manusia, dan metabolisme. Mata kuliah ini bertujuan agar mahasiswa dapat memahami berbagai proses biologis dan kimiawi dalam tubuh manusia sehingga mampu
[Ringkasan]
Penelitian ini bertujuan menganalisis intervensi edukasi asuhan kefarmasian oleh apoteker di puskesmas Surabaya terhadap respon pasien tuberkulosis. Populasi penelitian adalah 63 apoteker puskesmas di Surabaya dan sampelnya adalah seluruh populasi. Penelitian akan menggunakan desain kuasi eksperimental dengan kelompok kontrol dan perlakuan sebelum dan sesudah pelatihan.
Dokumen ini membahas tentang komunikasi kesehatan, meliputi konsep dan model-model komunikasi yang terkait, strategi komunikasi kesehatan melalui pemasaran sosial, analisis perilaku, dan antropologi medis, serta tahapan perencanaan, pelaksanaan, dan evaluasi program komunikasi kesehatan.
Tesis ini membahas faktor-faktor yang mempengaruhi kebiasaan merokok pada remaja dan hubungannya dengan status penyakit periodontal. Penelitian ini menganalisis rasio prevalensi faktor pengetahuan, lingkungan sosial, dan alasan psikologis terhadap kebiasaan merokok serta hubungannya dengan status penyakit periodontal pada remaja di Kota Medan. Hasilnya menunjukkan hubungan yang signifikan antara faktor-faktor tersebut dengan
Rangkuman dokumen tersebut adalah silabus mata kuliah Ilmu Dasar Keperawatan I yang membahas tentang berbagai konsep dasar ilmu keperawatan seperti biomekanika, biotermal, bioakustik, biooptik, bioelektrik, bioradiasi, biologi seluler, reproduksi manusia, dan metabolisme. Mata kuliah ini bertujuan agar mahasiswa dapat memahami berbagai proses biologis dan kimiawi dalam tubuh manusia sehingga mampu
[Ringkasan]
Penelitian ini bertujuan menganalisis intervensi edukasi asuhan kefarmasian oleh apoteker di puskesmas Surabaya terhadap respon pasien tuberkulosis. Populasi penelitian adalah 63 apoteker puskesmas di Surabaya dan sampelnya adalah seluruh populasi. Penelitian akan menggunakan desain kuasi eksperimental dengan kelompok kontrol dan perlakuan sebelum dan sesudah pelatihan.
Dokumen ini membahas tentang komunikasi kesehatan, meliputi konsep dan model-model komunikasi yang terkait, strategi komunikasi kesehatan melalui pemasaran sosial, analisis perilaku, dan antropologi medis, serta tahapan perencanaan, pelaksanaan, dan evaluasi program komunikasi kesehatan.
Tiga kalimat:
Kajian ini meneliti faktor-faktor sosial yang mempengaruhi remaja untuk merokok dan hubungannya dengan kesan kempen Tak Nak Merokok oleh Kementerian Kesihatan Malaysia. Didapati rakan sebaya, keluarga, dan diri sendiri mempengaruhi remaja merokok, dan terdapat hubungan negatif antara pengaruh rakan dengan kesan kempen pada tahap kognitif.
Proposal penelitian ini membahas hubungan dukungan keluarga dengan kepatuhan minum obat pada pasien gangguan jiwa. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui tingkat dukungan keluarga dan kepatuhan minum obat pasien serta hubungannya. Metode penelitian menggunakan pendekatan kuantitatif dengan accidental sampling dan uji gamma. Diharapkan hasilnya dapat meningkatkan kepatuhan minum obat pasien melalui dukungan kelu
Skripsi ini membahas hubungan antara tingkat keparahan karies gigi dengan status gizi siswa kelas dua SDN 01 Ciangsana tahun 2010. Penelitian ini menunjukkan bahwa sebagian besar siswa memiliki status gizi kurus dan tingkat keparahan karies gigi yang tinggi. Tingkat konsumsi karbohidrat berhubungan dengan status gizi siswa.
1) Penelitian ini mengkaji hubungan antara intensitas merokok dan keparahan karies gigi pada pria Indonesia berusia 45-54 tahun berdasarkan data Riskesdas 2007.
2) Ditemukan bahwa semakin berat intensitas merokok seseorang, maka risiko terkena karies gigi parah semakin besar.
3) Perokok berat memiliki risiko karies gigi parah 1,7 kali lebih besar dibandingkan dengan yang tidak pernah merokok.
Tulisan ini membahas pentingnya mengintegrasikan pendidikan kesehatan reproduksi ke dalam kurikulum madrasah di Sumatera Selatan. Saat ini, kurikulum tersebut belum sepenuhnya diimplementasikan di madrasah, terutama karena perbedaan pandangan ulama tentang batasan materi apa saja yang boleh diajarkan. Tulisan ini berargumen bahwa informasi kesehatan reproduksi perlu diberikan sejak dini kepada remaja agar mereka tidak terlibat dalam
Tulisan ini membahas pentingnya mengintegrasikan pendidikan kesehatan reproduksi ke dalam kurikulum madrasah di Sumatera Selatan. Saat ini, kurikulum tersebut belum sepenuhnya diimplementasikan di madrasah, terutama karena perbedaan pandangan ulama tentang batasan materi apa saja yang boleh diajarkan. Tulisan ini berargumen bahwa informasi kesehatan reproduksi perlu diberikan sejak dini kepada remaja agar mereka tidak terlibat dalam
Pengurusan Program Pendidikan Pencegahan Dadah (Kumpulan 11)FernyelizaStephen
Program Pendidikan Pencegahan Dadah (PPDa) merupakan program yang dijalankan di setiap sekolah yang bertujuan untuk melahirkan pelajar yang berpengetahuan dan berkemahiran menolak ancaman dadah dan gejala sosial yang lain. Program ini kebiasaannya akan menjalankan aktiviti ceramah, pameran dan pertandingan agar pelajar dapat melibatkan diri secara langsung dan tidak langsung dalam program ini. Penyalahgunaan dadah ini kebiasaanya berpunca daripada pengaruh keluarga, rakan sebaya dan persekitaran. Oleh yang demikian, program ini amat penting untuk didedahkan kepada pelajar agar dapat membin ketahanan jati diri yang tinggi dalam diri mereka yang merangkumi aspek jasmani, emosi, rohani, intelek dan sosial. Program sedemikian haruslah dilaksanakan dari semasa ke semasa dengan menggunakan pelbagai medium agar pelajar ataupun belia sentiasa peka terhadap isu dadah yang berlaku di negara kita ini dan mampu bekerjasama dengan AADK serta agensi yang terlibat dalam membendung penyalahgunaan dadah daripada berleluasa dalam masyarakat kita.
Tiga kalimat ringkasan dokumen tersebut adalah:
Dokumen tersebut menggambarkan pengetahuan dan sikap siswa SMA Negeri 16 Bandung terhadap NAPZA berdasarkan survei 302 siswa. Hasilnya menunjukkan lebih dari setengah siswa memiliki pengetahuan yang baik tentang NAPZA dan sikap yang mendukung pencegahan penggunaan NAPZA."
Dokumen tersebut merangkum hasil riset dampak penyalahgunaan narkoba yang dilakukan di enam provinsi di Indonesia pada tahun 2019. Riset ini menemukan bahwa penyalahgunaan narkoba di Indonesia cenderung polidrug dan dilakukan sejak usia muda, serta berisiko menyebabkan berbagai masalah kesehatan fisik dan mental jangka pendek maupun panjang.
Dokumen tersebut membahas tentang standar profesi dan pelayanan profesi tenaga kesehatan masyarakat. Dokumen ini menjelaskan delapan kompetensi utama tenaga kesehatan masyarakat beserta indikatornya, landasan konsep ilmu kesehatan masyarakat, penerapannya di Indonesia, serta kode etik profesi kesehatan masyarakat Indonesia yang terdiri dari dua bab.
Dokumen tersebut membahas tentang penerapan asuhan keperawatan komunitas pada penderita hipertensi di wilayah kerja Puskesmas Petaling Kecamatan Mendo Barat. Penelitian ini menggunakan pendekatan kualitatif dengan wawancara mendalam kepada 6 informan. Hasilnya menunjukkan bahwa penerapan asuhan keperawatan komunitas pada penderita hipertensi telah berjalan namun perlu ditingkatkan khususnya pada tah
Tiga kalimat:
Kajian ini meneliti faktor-faktor sosial yang mempengaruhi remaja untuk merokok dan hubungannya dengan kesan kempen Tak Nak Merokok oleh Kementerian Kesihatan Malaysia. Didapati rakan sebaya, keluarga, dan diri sendiri mempengaruhi remaja merokok, dan terdapat hubungan negatif antara pengaruh rakan dengan kesan kempen pada tahap kognitif.
Proposal penelitian ini membahas hubungan dukungan keluarga dengan kepatuhan minum obat pada pasien gangguan jiwa. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui tingkat dukungan keluarga dan kepatuhan minum obat pasien serta hubungannya. Metode penelitian menggunakan pendekatan kuantitatif dengan accidental sampling dan uji gamma. Diharapkan hasilnya dapat meningkatkan kepatuhan minum obat pasien melalui dukungan kelu
Skripsi ini membahas hubungan antara tingkat keparahan karies gigi dengan status gizi siswa kelas dua SDN 01 Ciangsana tahun 2010. Penelitian ini menunjukkan bahwa sebagian besar siswa memiliki status gizi kurus dan tingkat keparahan karies gigi yang tinggi. Tingkat konsumsi karbohidrat berhubungan dengan status gizi siswa.
1) Penelitian ini mengkaji hubungan antara intensitas merokok dan keparahan karies gigi pada pria Indonesia berusia 45-54 tahun berdasarkan data Riskesdas 2007.
2) Ditemukan bahwa semakin berat intensitas merokok seseorang, maka risiko terkena karies gigi parah semakin besar.
3) Perokok berat memiliki risiko karies gigi parah 1,7 kali lebih besar dibandingkan dengan yang tidak pernah merokok.
Tulisan ini membahas pentingnya mengintegrasikan pendidikan kesehatan reproduksi ke dalam kurikulum madrasah di Sumatera Selatan. Saat ini, kurikulum tersebut belum sepenuhnya diimplementasikan di madrasah, terutama karena perbedaan pandangan ulama tentang batasan materi apa saja yang boleh diajarkan. Tulisan ini berargumen bahwa informasi kesehatan reproduksi perlu diberikan sejak dini kepada remaja agar mereka tidak terlibat dalam
Tulisan ini membahas pentingnya mengintegrasikan pendidikan kesehatan reproduksi ke dalam kurikulum madrasah di Sumatera Selatan. Saat ini, kurikulum tersebut belum sepenuhnya diimplementasikan di madrasah, terutama karena perbedaan pandangan ulama tentang batasan materi apa saja yang boleh diajarkan. Tulisan ini berargumen bahwa informasi kesehatan reproduksi perlu diberikan sejak dini kepada remaja agar mereka tidak terlibat dalam
Pengurusan Program Pendidikan Pencegahan Dadah (Kumpulan 11)FernyelizaStephen
Program Pendidikan Pencegahan Dadah (PPDa) merupakan program yang dijalankan di setiap sekolah yang bertujuan untuk melahirkan pelajar yang berpengetahuan dan berkemahiran menolak ancaman dadah dan gejala sosial yang lain. Program ini kebiasaannya akan menjalankan aktiviti ceramah, pameran dan pertandingan agar pelajar dapat melibatkan diri secara langsung dan tidak langsung dalam program ini. Penyalahgunaan dadah ini kebiasaanya berpunca daripada pengaruh keluarga, rakan sebaya dan persekitaran. Oleh yang demikian, program ini amat penting untuk didedahkan kepada pelajar agar dapat membin ketahanan jati diri yang tinggi dalam diri mereka yang merangkumi aspek jasmani, emosi, rohani, intelek dan sosial. Program sedemikian haruslah dilaksanakan dari semasa ke semasa dengan menggunakan pelbagai medium agar pelajar ataupun belia sentiasa peka terhadap isu dadah yang berlaku di negara kita ini dan mampu bekerjasama dengan AADK serta agensi yang terlibat dalam membendung penyalahgunaan dadah daripada berleluasa dalam masyarakat kita.
Tiga kalimat ringkasan dokumen tersebut adalah:
Dokumen tersebut menggambarkan pengetahuan dan sikap siswa SMA Negeri 16 Bandung terhadap NAPZA berdasarkan survei 302 siswa. Hasilnya menunjukkan lebih dari setengah siswa memiliki pengetahuan yang baik tentang NAPZA dan sikap yang mendukung pencegahan penggunaan NAPZA."
Dokumen tersebut merangkum hasil riset dampak penyalahgunaan narkoba yang dilakukan di enam provinsi di Indonesia pada tahun 2019. Riset ini menemukan bahwa penyalahgunaan narkoba di Indonesia cenderung polidrug dan dilakukan sejak usia muda, serta berisiko menyebabkan berbagai masalah kesehatan fisik dan mental jangka pendek maupun panjang.
Dokumen tersebut membahas tentang standar profesi dan pelayanan profesi tenaga kesehatan masyarakat. Dokumen ini menjelaskan delapan kompetensi utama tenaga kesehatan masyarakat beserta indikatornya, landasan konsep ilmu kesehatan masyarakat, penerapannya di Indonesia, serta kode etik profesi kesehatan masyarakat Indonesia yang terdiri dari dua bab.
Dokumen tersebut membahas tentang penerapan asuhan keperawatan komunitas pada penderita hipertensi di wilayah kerja Puskesmas Petaling Kecamatan Mendo Barat. Penelitian ini menggunakan pendekatan kualitatif dengan wawancara mendalam kepada 6 informan. Hasilnya menunjukkan bahwa penerapan asuhan keperawatan komunitas pada penderita hipertensi telah berjalan namun perlu ditingkatkan khususnya pada tah
PRESENTASI LAPORAN TUGAS AKHIR ASUHAN KEBIDANAN KOMPREHENSIFratnawulokt
Peningkatan status kesehatan ibu dan anak merupakan salah satu hal prioritas di Indonesia. Status derajat kesehatan ibu dan anak sendiri dapat dinilai dari jumlah AKI dan AKB. Pemerintah berupaya menerapkan program Sustainable Development Goals (SDGs) dengan harapan dapat menekan AKI dan AKB, tetapi kenyataannya masih tinggi sehingga tujuan dari penyusunan laporan tugas akhir ini untuk memberikan asuhan kebidanan secara komprehensif dari ibu hamil trimester III sampai KB.
Metode penelitian menggunakan Continuity of Care dengan pendokumentasian SOAP Notes. Subjek penelitian Ny. “H” usia 34 tahun masa kehamilan Trimester III hingga KB di PMB E Kecamatan Ngunut Kabupaten Tulungagung.
Hasil asuhan selama masa kehamilan trimester III tidak ada komplikasi pada Ny. “E”. Masa persalinan berjalan lancar meskipun terdapat kesenjangan dimana IMD dilakukan kurang dari 1 jam. Kunjungan neonatus hingga nifas normal tidak ada komplikasi, metode kontrasepsi memilih KB implant.
Kesimpulan asuhan pada Ny. “H” ditemukan kesenjangan antara kenyataan dan teori di penatalaksanaan, tetapi dalam pemberian asuhan ini kesenjangan masih dalam batas normal. Asuhan kebidanan ini diberikan untuk membantu mengurangi kemungkinan terjadi komplikasi pada saat masa kehamilan hingga KB.
1. Rika Mayasari Alamsyah : Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Kebiasaan Merokok Dan Hubungannya Dengan Status
Penyakit Periodontal Remaja Di Kota Medan Tahun 2007, 2009.
FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI KEBIASAAN
MEROKOK DAN HUBUNGANNYA DENGAN STATUS
PENYAKIT PERIODONTAL REMAJA
DI KOTA MEDAN TAHUN 2007
TESIS
Oleh
RIKA MAYASARI ALAMSYAH
047012017/AKK
SEKOLAH PASCASARJANA
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
M E D A N
2009
S
E
K O L A
H
PA
S
C
AS A R JA
N
A
2. Rika Mayasari Alamsyah : Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Kebiasaan Merokok Dan Hubungannya Dengan Status
Penyakit Periodontal Remaja Di Kota Medan Tahun 2007, 2009.
FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI KEBIASAAN MEROKOK
DAN HUBUNGANNYA DENGAN STATUS PENYAKIT PERIODONTAL
REMAJA DI KOTA MEDAN TAHUN 2007
TESIS
Untuk Memperoleh Gelar Magister Kesehatan (M.Kes) dalam
Program Studi Administrasi dan Kebijakan Kesehatan
Konsentrasi Administrasi dan Kebijakan Kesehatan pada
Sekolah Pascasarjana Universitas Sumatera Utara
Oleh
RIKA MAYASARI ALAMSYAH
047012017/AKK
SEKOLAH PASCASARJANA
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
MEDAN
2009
Judul Tesis : FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI
KEBIASAAN MEROKOK DAN
HUBUNGANNYA DENGAN STATUS
PENYAKIT PERIODONTAL REMAJA
DI KOTA MEDAN TAHUN 2007
Nama Mahasiswa : Rika Mayasari Alamsyah
Nomor Pokok : 047012017
Program Studi : Administrasi dan Kebijakan Kesehatan
Konsentrasi : Administrasi dan Kebijakan Kesehatan
Menyetujui
Komisi Pembimbing :
3. Rika Mayasari Alamsyah : Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Kebiasaan Merokok Dan Hubungannya Dengan Status
Penyakit Periodontal Remaja Di Kota Medan Tahun 2007, 2009.
Judul Tesis : FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI
KEBIASAAN MEROKOK DAN
HUBUNGANNYA DENGAN STATUS
PENYAKIT PERIODONTAL REMAJA
DI KOTA MEDAN TAHUN 2007
Nama Mahasiswa : Rika Mayasari Alamsyah
Nomor Pokok : 047012017
Program Studi : Administrasi dan Kebijakan Kesehatan
Konsentrasi : Administrasi dan Kebijakan Kesehatan
Menyetujui
Komisi Pembimbing :
Ketua
(Prof. Lina Natamiharja, drg., SKM)
(Drs.Tukiman, M.Kes) (
Anggota Anggota
Harmona Daulay, S.Sos., MSi)
Ketua Program Studi, Direktur,
(Dr. Drs. Surya Utama, MS) (Prof. Dr. Ir. T. Chairun Nisa B., MSc)
Tanggal lulus : 21 Januari 2009
4. Rika Mayasari Alamsyah : Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Kebiasaan Merokok Dan Hubungannya Dengan Status
Penyakit Periodontal Remaja Di Kota Medan Tahun 2007, 2009.
Telah diuji pada
Pada tanggal : 21 Januari 2009
PANITIA PENGUJI TESIS
Ketua : Prof. Lina Natamiharja, drg., SKM.
Anggota : 1. Drs. Tukiman M.Kes.
2. Harmona Daulay, S.Sos., M.Si.
3. Dr. Linda T. Maas, MPH.
4. Prof. Ismet Danial Nasution, drg., Ph.D., Sp.Pros (K).
5. Rika Mayasari Alamsyah : Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Kebiasaan Merokok Dan Hubungannya Dengan Status
Penyakit Periodontal Remaja Di Kota Medan Tahun 2007, 2009.
PERNYATAAN
FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI KEBIASAAN MEROKOK
DAN HUBUNGANNYA DENGAN STATUS PENYAKIT PERIODONTAL
REMAJA DI KOTA MEDAN TAHUN 2007
TESIS
Dengan ini Saya menyatakan bahwa dalam tesis ini tidak terdapat karya yang pernah
diajukan untuk memperoleh gelar kesarjanaan di suatu perguruan tinggi dan sepanjang
pengetahuan saya tidak terdapat karya atau pendapat yang pernah ditulis atau di terbitkan
oleh orang lain, kecuali yang secara tertulis dalam naskah ini disebutkan dalam daftar
pustaka.
Medan, Januari 2009
(Rika Mayasari Alamsyah)
6. Rika Mayasari Alamsyah : Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Kebiasaan Merokok Dan Hubungannya Dengan Status
Penyakit Periodontal Remaja Di Kota Medan Tahun 2007, 2009.
ABSTRAK
Saat ini jumlah perokok di Indonesia semakin meningkat setiap tahunnya, dan
lebih setengah dari mereka adalah anak-anak dan remaja. Berdasarkan penelitian Haber
dkk (Johnson GK, Slach NA, 2001), penyakit periodontal yang ditemukan pada kelompok
umur 19-30 tahun, sebanyak 51% mempunyai kebiasaan merokok. Persentase remaja yang
berstatus pelajar SMA merokok di Medan yaitu sebesar 40% (Tarigan, Aditama TY, 1994).
Dalam kaitan itu ingin diketahui risikonya dalam penyakit periodontal.
Desain penelitian adalah studi cross sectional. Penelitian ini bertujuan untuk
menganalisis rasio prevalensi faktor-faktor yang mempengaruhi kebiasaan merokok,
hubungan faktor pengetahuan, lingkungan sosial, sarana dan prasarana serta alasan
psikologis dengan kebiasaan merokok dan hubungan antara kebiasaan perokok remaja
dengan status penyakit periodontal pada remaja yang berstatus pelajar SMA di Kota
Medan. Sampel adalah 408 remaja di Kota Medan, yang diambil secara stratifikasi –
klaster 2 tingkat. Pengambilan data dilakukan dengan cara wawancara dan observasi, uji
statistik menggunakan uji chi-square dan t-test.
Hasil penelitian menunjukkan rasio prevalensi faktor pengetahuan bahaya rokok
terhadap kesehatan sebesar 2,22; pengetahuan bahaya rokok terhadap kesehatan gigi dan
mulut sebesar 1,58 dan zat berbahaya dalam rokok sebesar 1,48. Rasio prevalensi pengaruh
orang tua merokok sebesar 1,38; saudara serumah merokok 1,43; teman merokok 1,49 dan
iklan rokok 1,42. Semua faktor-faktor yang mempengaruhi kebiasaan merokok pada remaja
di Kota Medan secara statistik memiliki hubungan yang signifikan dengan kebiasaan
merokok remaja. Status penyakit periodontal secara statistik memiliki hubungan yang
signifikan dengan kebiasaan merokok pada perokok remaja di Kota Medan.
Disarankan untuk melakukan kerjasama dengan Dinas Kesehatan Medan atau
setempat untuk pemeriksaan gigi secara berkala ke sekolah khususnya SMA, sosialisasi
mengenai kebersihan gigi dan mulut, meningkatkan aspek pengetahuan remaja tentang
bahaya merokok bagi kesehatan gigi dan mulut, perlu dilakukannya pengawasan dan sanksi
dari pihak sekolah bagi remaja yang ketahuan merokok sehingga diharapkan mampu
mengurangi jumlah pengonsumsi rokok, terutama pada usia yang sangat muda serta
peningkatan komunikasi antara orang tua dan anaknya.
Kata Kunci : kebiasaan merokok, status penyakit periodontal, remaja.
7. Rika Mayasari Alamsyah : Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Kebiasaan Merokok Dan Hubungannya Dengan Status
Penyakit Periodontal Remaja Di Kota Medan Tahun 2007, 2009.
ABSTRACT
Nowdays, numbers of smokers in Indonesia increase every year, and more than half
of them are children and adolescenes. Haber et al study reported that 51% periodontal
disease was found on smokers at age 19-30 years. Percentage of adolescenes smokers with
status high school students in Medan is 40% (Tarigan, Aditama TY, 1994). Related to that
fact, this research was conducted to know it’s risk with periodontal disease.
This study was designed with cross sectional study, aimed to analyze the prevalence
ratio factors that influencing smoking habit, the relationship between knowledge, social
environment, infrastructure and tools and also psychological reason with smoking habit,
and the relationship between smoking habit with status of periodontal disease in senior
high school adolescenes in Medan city. Sample was 408 senior high school adolescenes
were taken stratifically in cluster grade two. Data collection were taken by interviewing
and observation, statistic test by using chi-square and t-test.
The results of this study showed that prevalence ratio of smoking hazard knowledge
on health 2,22; on dental health 1,58 and hazardous substance in cigarettes 1,48.
Prevalence ratio of smoking parents 1,38; smoking family members 1,43; smoking friends
1,49 and cigarettes advertisement 1,42. All factors influencing smoking habit statistically
have significant relationship with smoking habit of adolescenes. Status of periodontal
disease statistically have significant relationship with smoking habit.
It is suggested to make a relationship with district health office of Medan or in
every city for regular check of the teeth in schools specially the high schools, socialization
about the dental hygiene, increase of adolescenes knowledge about the danger of smoking
on dental health, school also need to control and give sanction for all adolescenes who
smoke at school, this may reduce the numbers of cigarette consumers especially for the
young age and it is needed to increased communication between parents and their children.
Keywords : smoking habit, status of periodontal disease, adolescene.
8. Rika Mayasari Alamsyah : Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Kebiasaan Merokok Dan Hubungannya Dengan Status
Penyakit Periodontal Remaja Di Kota Medan Tahun 2007, 2009.
KATA PENGANTAR
Bismillahirrahmanirrahrahim
Dengan mengucapkan syukur Alhamdulillah atas berkat rahmat dan ridho yang
telah diberikanNya sehingga penulis dapat menyelesaikan penelitian dan penulisan Tesis
dengan judul “Faktor-faktor yang Mempengaruhi Kebiasaan Merokok dan Hubungannya
dengan Status Penyakit Periodontal Remaja SMA di Kota Medan Tahun 2007”.
Penulis menyadari bahwa proses penyelesaian Tesis ini selain atas upaya penulis,
juga tidak lepas dari dukungan dan bantuan dari berbagai pihak, untuk itu penulis
mengucapkan terima kasih yang setulus-tulusnya kepada :
1. Ibu Prof. Dr. Ir. T.Chairun Nisa, B.MSc., Direktur Sekolah Pascasarjana Universitas
Sumatera Utara.
2. Bapak Dr. Drs. Surya Utama, MS., Ketua Program Studi Administrasi dan Kebijakan
Kesehatan Sekolah Pascasarjana Universitas Sumatera Utara, yang telah banyak
memberikan dorongan dan semangat pada penulis dalam menyelesaikan penulisan
Tesis ini.
3. Ibu Prof. Lina Natamiharja, drg., SKM., Ketua Komisi Pembimbing, yang telah
banyak memberikan dorongan, semangat dan mengarahkan penulis dalam
menyelesaikan penulisan Tesis ini.
4. Bapak Drs. Tukiman, M.Kes., Anggota Komisi Pembimbing, yang telah banyak
memberikan dorongan dan mengarahkan penulis dalam menyelesaikan penulisan Tesis
ini.
9. Rika Mayasari Alamsyah : Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Kebiasaan Merokok Dan Hubungannya Dengan Status
Penyakit Periodontal Remaja Di Kota Medan Tahun 2007, 2009.
5. Ibu Harmona Daulay, S.Sos., MSi., Anggota Komisi Pembimbing, yang telah banyak
memberikan dorongan dan mengarahkan penulis dalam menyelesaikan penulisan Tesis
ini.
6. Ibu Dr. Linda T. Maas, MPH., Anggota Komisi Pembanding.
7. Bapak Prof. Ismet Danial Nasution, drg., Ph.D., Sp. Pros (K), Anggota Komisi
Pembanding.
8. Seluruh dosen dan pegawai Program Studi Administrasi dan Kebijakan Kesehatan.
9. Kepala Sekolah SMA Negeri 1, SMA Negeri 2, SMA Negeri 12, SMA Swasta
Harapan, SMA Swasta Angkasa 2 dan SMA Swasta Panca Budi beserta Staf yang
telah memberikan izin dan membantu penulis melaksanakan penelitian di SMA
tersebut.
10. Seluruh teman-teman mahasiswa Sekolah Pascasarjana Universitas Sumatera Utara,
yang telah memberikan sumbang saran, dorongan serta kerjasama yang baik selama
mengikuti pendidikan.
11. Semua pihak yang tidak dapat disebutkan satu persatu dalam pengantar ini.
Secara khusus penulis juga mengucapkan terima kasih yang tidak terhingga kepada
:
1. Ayahanda Syamsir Alamsyah dan Ibunda Sriwaty, SH., M.Hum., yang telah berperan
sangat besar dalam mendidik dan membesarkan penulis.
10. Rika Mayasari Alamsyah : Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Kebiasaan Merokok Dan Hubungannya Dengan Status
Penyakit Periodontal Remaja Di Kota Medan Tahun 2007, 2009.
2. Suami Indra Gunawan Tarigan, SE., yang selalu memberikan dorongan, kesabaran dan
kasih sayang sehingga penulis dapat menyelesaikan pendidikan dengan baik.
Akhir kata izinkanlah penulis memohon maaf yang sebesar-besarnya atas segala
kekhilafan selama mengikuti pendidikan Program Studi Ilmu Kesehatan Masyarakat
Sekolah Pascasarjana Universitas Sumatera Utara ini dan semoga amalan-amalan yang
telah diberikan kepada penulis dapat diberikan balasan yang berlipat ganda oleh Allah
SWT, Amin ya Robbal Alamin.
Medan, Januari 2009
Penulis
(Rika Mayasari Alamsyah)
11. Rika Mayasari Alamsyah : Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Kebiasaan Merokok Dan Hubungannya Dengan Status
Penyakit Periodontal Remaja Di Kota Medan Tahun 2007, 2009.
RIWAYAT HIDUP
Nama : Rika Mayasari Alamsyah
Tempat/Tanggal Lahir : Medan, 16 Mei 1981
Alamat : Jl. Polonia No. 40 Medan
Suami : Indra Gunawan Tarigan, SE.
Riwayat Pendidikan :
1. SD Swasta Kemala Bhayangkari Medan, Tahun 1986
2. SMP Swasta Harapan 2 Medan, Tahun 1992
3. SMA Negeri 4 Medan, Tahun 1995
4. Fakultas Kedokteran Gigi Universitas Sumatera Utara, Tahun 1998
Riwayat Pekerjaan :
1. Tahun 2005 – sekarang, Staf Pengajar Fakultas Kedokteran Gigi Universitas Sumatera
Utara, Departemen IKGP/KGM.
12. Rika Mayasari Alamsyah : Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Kebiasaan Merokok Dan Hubungannya Dengan Status
Penyakit Periodontal Remaja Di Kota Medan Tahun 2007, 2009.
DAFTAR ISI
Halaman
ABSTRAK………………………………………………………………….. i
ABSTRACT………………………………………………………………… ii
KATA PENGANTAR……………………………………………………… iii
RIWAYAT HIDUP……………….……………………………………….. vi
DAFTAR ISI……………………………………………………………….. vii
DAFTAR TABEL………………………………………………………….. x
DAFTAR GAMBAR………………………………………………………. xii
DAFTAR LAMPIRAN……………………………………………….……. xiii
BAB 1 PENDAHULUAN………………………………………………. 1
1.1 Latar Belakang.…...……..…………………………………... 1
1.2 Perumusan Masalah…………………...……...……………… 6
1.3 Tujuan Penelitian…………………….....……………………. 6
1.4 Hipotesa Penelitian……………………..……….…………… 7
1.5 Manfaat Penelitian………………….…………..……………. 7
BAB 2 TINJAUAN KEPUSTAKAAN………………………………….. 8
2.1 Remaja……………………………..………………………… 8
2.1.1 Definisi Remaja dan Pembagian Batasan Usia Remaja.. 8
2.1.2 Karakteristik Remaja………………………...………… 9
2.2 Kebiasaan Merokok……………………..…………………… 14
2.2.1 Kebiasaan Merokok pada Remaja dan Faktor yang
Mempengaruhinya…………...………………………… 14
2.2.2 Klasifikasi Perokok dan Jenis Rokok………………..... 19
2.3 Bahaya Rokok terhadap Kesehatan………………………..... 21
2.4 Bahaya Rokok terhadap Kesehatan Gigi dan Mulut................ 22
2.5 Indeks Oral Higiene dan Penyakit Periodontal........................ 24
2.6 Landasan Teori........................................................................ 25
2.7 Kerangka Konsep.................................................................... 30
BAB 3 METODE PENELITIAN................................................................ 31
3.1 Jenis Penelitian........................................................................ 31
3.2 Lokasi dan Waktu Penelitian................................................... 31
3.2.1 Lokasi Penelitian……………..……………………….. 31
3.2.2 Waktu Penelitian……………..……………………….. 31
3.3 Populasi dan Sampel Penelitian……...................................... 32
13. Rika Mayasari Alamsyah : Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Kebiasaan Merokok Dan Hubungannya Dengan Status
Penyakit Periodontal Remaja Di Kota Medan Tahun 2007, 2009.
3.3.1 Populasi Penelitian………............................................. 32
3.3.2 Sampel Penelitian…………….……………………….. 32
3.4 Metode Pengumpulan Data………...……………………….. 34
3.5 Variabel dan Definisi Operasional….………………………. 35
3.6 Metode Pengukuran…………………..………………………. 38
3.7 Metode Analisis Data……………….………………………. 41
BAB 4 HASIL PENELITIAN…………………………………………… 43
4.1 Deskripsi Lokasi Penelitian………....………………………. 43
4.2 Rasio Prevalensi Faktor - Faktor yang Mempengaruhi
Kebiasaan Merokok Pada Remaja di Kota Medan.............…. 43
4.2.1 Rasio Prevalensi Pengetahuan Remaja dengan
Kebiasaan Merokok di Kota Medan ……..…..……..… 43
4.2.2 Rasio Prevalensi Pengaruh Lingkungan Sosial Remaja
dengan Kebiasaan Merokok di Kota Medan...………… 46
4.3 Hubungan Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Kebiasaan
Merokok pada Remaja di Kota Medan……………..…...…… 47
4.3.1 Hubungan Faktor Pengetahuan Dengan Kebiasaan
Merokok Pada Remaja di Kota Medan………….….… 47
4.3.2 Hubungan Faktor Lingkungan Sosial Dengan Kebiasaan
Merokok pada Remaja di Kota Medan……………….. 50
4.4 Hubungan Kebiasaan Merokok Dengan Status Penyakit
Periodontal Pada Remaja di Kota Medan........................…… 52
4.4.1 Hubungan Kebiasaan Merokok dengan Indeks Oral
Higiene pada Remaja di Kota Medan……............…… 52
4.4.2 Hubungan Kebiasaan Merokok dengan Indeks
Periodontal pada Remaja di Kota Medan…………..… 53
4.4.3 Hubungan Jenis Perokok dengan Indeks Oral Higiene
pada Remaja di Kota Medan………………………….. 54
4.4.4 Hubungan Jenis Perokok dengan Indeks Periodontal
pada Remaja di Kota Medan…………………………... 54
4.5 Gambaran Karakteristik Merokok Pada Perokok Remaja
di Kota Medan……………………………………………… 55
BAB 5 PEMBAHASAN…………………………………………………. 60
5.1 Rasio Prevalensi dan Hubungan Faktor - Faktor yang
Mempengaruhi Kebiasaan Merokok pada Remaja di Kota
Medan……………………….…………....…………………. 60
5.1.1 Rasio Prevalensi dan Hubungan Pengetahuan Remaja
di Kota Medan dengan Kebiasaan Merokok………...… 60
5.1.2 Rasio Prevalensi dan Hubungan Pengaruh Lingkungan
14. Rika Mayasari Alamsyah : Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Kebiasaan Merokok Dan Hubungannya Dengan Status
Penyakit Periodontal Remaja Di Kota Medan Tahun 2007, 2009.
Sosial Remaja di Kota Medan dengan Kebiasaan
Merokok……………………………………....………. 62
5.2 Hubungan Kebiasaan Merokok Dengan Status Penyakit
Periodontal pada Remaja di Kota Medan…………...………. 64
5.3 Gambaran Karakteristik Merokok Pada Perokok Remaja di
Kota Medan…………………………………………………. 65
BAB 6 KESIMPULAN DAN SARAN…………………………………. 69
6.1 Kesimpulan…………………………...……………………… 69
6.2 Saran………………………………...………………………. 70
DAFTAR PUSTAKA……………………………………………………….. 73
15. Rika Mayasari Alamsyah : Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Kebiasaan Merokok Dan Hubungannya Dengan Status
Penyakit Periodontal Remaja Di Kota Medan Tahun 2007, 2009.
DAFTAR TABEL
Nomor Judul Halaman
4.1 Persentase pengetahuan bahaya rokok terhadap kesehatan pada
remaja di Kota Medan Tahun 2007………..…………………... 44
4.2 Persentase pengetahuan bahaya rokok terhadap kesehatan gigi
dan mulut pada remaja di Kota Medan Tahun 2007………….. 45
4.3 Persentase pengetahuan zat berbahaya dalam rokok pada
remaja di Kota Medan Tahun 2007…………………………….. 46
4.4 Hubungan pengetahuan bahaya rokok terhadap kesehatan
dengan kebiasaan merokok pada remaja di Kota Medan
Tahun 2007……………………………………………………. 48
4.5 Hubungan pengetahuan bahaya rokok terhadap kesehatan gigi
dan mulut dengan kebiasaan merokok pada remaja di Kota
Medan Tahun 2007…………………..………….…………….. 49
4.6 Hubungan pengetahuan zat berbahaya dalam rokok dengan
kebiasaan merokok pada remaja di Kota Medan Tahun
2007…………………………..……………………………….. 49
4.7 Hubungan pengaruh orang tua merokok dengan kebiasaan
Merokok pada remaja di Kota Medan tahun 2007………….. 50
4.8 Hubungan pengaruh saudara serumah merokok dengan
kebiasaan merokok pada remaja di Kota Medan Tahun
2007……………………………………………………………. 51
4.9 Hubungan pengaruh teman merokok dengan kebiasaan
merokok pada remaja di Kota Medan Tahun 2007………..... 51
4.10 Hubungan pengaruh iklan rokok dengan kebiasaan merokok
pada remaja di Kota Medan tahun 2007…..……………..…… 52
4.11 Hubungan kebiasaan merokok dengan Indeks Oral Higiene
pada remaja di Kota Medan Tahun 2007…………………….… 53
16. Rika Mayasari Alamsyah : Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Kebiasaan Merokok Dan Hubungannya Dengan Status
Penyakit Periodontal Remaja Di Kota Medan Tahun 2007, 2009.
4.12 Hubungan kebiasaan merokok dengan Indeks Periodontal
Pada remaja di Kota Medan Tahun 2007……………………… 53
4.13 Hubungan jenis perokok dengan Indeks Oral Higiene pada
Remaja di Kota Medan Tahun 2007…………………………… 54
4.14 Hubungan jenis perokok dengan Indeks Periodontal pada
Remaja di Kota Medan Tahun 2007…………………………… 55
4.15 Persentase jenis perokok pada perokok remaja di Kota Medan
Medan Tahun 2007……………………………………………. 55
4.16 Persentase jenis rokok yang dihisap perokok remaja di Kota
Medan Tahun 2007…………………………….………………. 56
4.17 Persentase lama merokok pada perokok remaja di Kota Medan
Tahun 2007…………………………………………………….. 56
4.18 Persentase sumber biaya untuk membeli rokok pada perokok
remaja di Kota Medan Tahun 2007…….…………..………….. 57
4.19 Persentase tempat biasanya merokok pada perokok remaja
di Kota Medan Tahun 2007……………….…………………… 57
4.20 Persentase waktu biasanya remaja merokok pada perokok
remaja di Kota Medan Tahun 2007……………….…………… 58
4.21 Persentase alasan psikologis merokok pada perokok remaja
di Kota Medan Tahun 2007……….…………..………………... 58
4.22 Persentase penyebab pertama kali merokok pada perokok
remaja di Kota Medan Tahun 2007…………………………..… 59
17. Rika Mayasari Alamsyah : Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Kebiasaan Merokok Dan Hubungannya Dengan Status
Penyakit Periodontal Remaja Di Kota Medan Tahun 2007, 2009.
DAFTAR GAMBAR
Nomor Judul Halaman
2.1 Model perencanaan PRECEDE-PROCEED………………….... 25
2.2 Teori alasan berperilaku………………..……………….…........ 27
2.7 Kerangka konsep penelitian……………………………………. 30
18. Rika Mayasari Alamsyah : Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Kebiasaan Merokok Dan Hubungannya Dengan Status
Penyakit Periodontal Remaja Di Kota Medan Tahun 2007, 2009.
DAFTAR LAMPIRAN
Nomor Judul Halaman
1. Kuesioner…………………………………………………………….... 76
2. Perhitungan Besar Sampel…………………………………………...... 80
3. Daftar SMA Lingkar Dalam…………………………………………… 81
4. Daftar SMA Lingkar Luar…………………………………………….. 82
5. Perhitungan Reabilitas dan Validitas………………………………….. 83
6. Hasil Analisis Statistik………………………………………………… 84
7. Surat Permohonan Izin Penelitian……………………………………… 100
8. Surat Izin Penelitian…………………………………………………… 102
19. Rika Mayasari Alamsyah : Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Kebiasaan Merokok Dan Hubungannya Dengan Status
Penyakit Periodontal Remaja Di Kota Medan Tahun 2007, 2009.
BAB I
PENDAHULUAN
1.1. Latar Belakang
Badan Kesehatan Dunia (WHO) menganggap bahwa perilaku merokok telah
menjadi masalah kesehatan masyarakat yang penting bagi seluruh dunia sejak satu dekade
yang lalu (Suhardi, 1995). Indonesia merupakan salah satu negara berkembang yang
memiliki tingkat konsumsi rokok dan produksi rokok yang tinggi. Menurut Bank
Dunia yang dikutip Depkes RI (2002), konsumsi rokok di Indonesia sekitar 6,6% dari
konsumsi rokok di seluruh dunia. Data WHO tahun 2002 menyebutkan Indonesia
mengkonsumsi rokok sebesar 215 miliar batang rokok, menduduki peringkat kelima di
dunia sesudah Cina (1.697,3 miliar batang), Amerika Serikat (463,5 miliar batang), Rusia
(375,0 milyar batang), dan Jepang (299,1 miliar batang) (Depkes, 2003). Saat ini jumlah
perokok di Indonesia semakin meningkat setiap tahunnya, walaupun pemerintah telah
banyak berupaya untuk terus menekan angka perokok dengan menaikkan bea cukai rokok
sampai membatasi iklan rokok di televisi hanya boleh ditayangkan setelah pukul sepuluh
malam (Purnama A, 1998).
Kebiasaan merokok yang muncul selama ini menyebabkan sekitar 500 juta orang
yang masih hidup akan dapat meninggal karena konsumsi rokok, dan lebih dari setengah
dari mereka adalah anak-anak dan remaja. Di Indonesia, perokok pemula adalah mereka
yang masih sangat muda. Perry dkk (1988) dalam Rochadi K (2004) berpendapat bahwa
perilaku merokok terbesar berawal pada masa remaja dan meningkat menjadi perokok tetap
20. Rika Mayasari Alamsyah : Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Kebiasaan Merokok Dan Hubungannya Dengan Status
Penyakit Periodontal Remaja Di Kota Medan Tahun 2007, 2009.
dalam kurun waktu beberapa tahun. Sejumlah studi menyebutkan bahwa para perokok
mulai merokok pada umur 11 dan 13 tahun serta 85 - 90% mulai merokok sebelum usia 18
tahun (Leventhal dkk, Dhuyvettere dalam Smet, 1994). Penelitian kebiasaan merokok pada
pelajar SLTA di Bandung menunjukkan 16,2% merokok sebelum usia 13 tahun dan
proporsi pelajar wanita yang merokok sebesar 2,6% (Kartasasmita dkk, dalam Lubis,
1994). Tarigan (1990) dalam Aditama TY (1994), melaporkan bahwa sekitar 40% murid
SMU di kota Medan adalah perokok dan kebiasaan merokok ini telah mereka mulai sejak
umur 9-12 tahun. Menurut Survei Kesehatan Rumah Tangga (SKRT) tahun 2004 yang
berintegrasi dengan Survei Sosial Ekonomi Nasional (Susenas) 2004 menunjukkan hasil
bahwa anak mulai merokok sejak umur 10 tahun, dan pada umur 15 sampai 19 tahun
menduduki angka 60% sebagai perokok.
Perkataan remaja merupakan terjemahan dari bahasa Inggris, yaitu adolescence dan
berasal dari kata latin yang berarti tumbuh menjadi dewasa atau perkembangan menuju
kematangan (Sebald, 1992 dalam Willis, 2005). Ini dapat dikatakan bahwa masa remaja
adalah suatu tahap kehidupan yang bersifat peralihan dan tidak mantap. Di samping itu,
masa remaja adalah masa yang rawan oleh pengaruh-pengaruh negatif. Namun, masa
remaja juga adalah masa yang amat baik untuk mengembangkan segala potensi positif yang
mereka miliki seperti bakat, kemampuan dan minat. Mönks, dkk (2001) dalam Sarwono
SW (2005), beranggapan bahwa usia remaja berlangsung antara umur 12-21 tahun dan
terbagi atas tiga bagian, yaitu masa remaja awal antara 12-15 tahun, masa remaja
pertengahan
antara 15-18 tahun dan masa remaja akhir antara 18-21 tahun.
21. Rika Mayasari Alamsyah : Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Kebiasaan Merokok Dan Hubungannya Dengan Status
Penyakit Periodontal Remaja Di Kota Medan Tahun 2007, 2009.
Rosen dkk (1990) dalam Rochadi K (2004) mengatakan bahwa remaja dengan
prestasi sekolah yang rendah atau kurang pendidikan dan hidup dalam kondisi dengan
ketertekanan membuat remaja merokok. Hu dkk (1989) dalam Santoso SS (1993)
menjelaskan latar belakang keluarga dan prestasi sekolah dapat menyebabkan seorang
remaja merokok. Faktor-faktor seperti tekanan kelompok sebaya, orang tua, saudara
kandung serta iklan rokok juga bisa menyebabkan remaja merokok. Banyaknya kegiatan-
kegiatan remaja, seperti konser musik, pentas seni, seminar remaja dan lain-lain yang di
sponsori oleh rokok juga menjadi salah satu faktor penyebab remaja merokok. Dengan
gencarnya iklan dan banyaknya kegiatan remaja yang disponsori oleh rokok, hal ini
menyebabkan rasa ingin tahu remaja tentang rokok meningkat, sehingga trend merokok di
kalangan remaja juga meningkat.
Fleming dkk (1989) dalam Willis (2003), menegaskan bahwa seseorang yang
pernah merokok cenderung akan menggunakan obat-obat terlarang. Pandangan serupa
dijelaskan McKim (1991) dalam Santoso SS (1993), bahwa para perokok biasanya lebih
menyukai menggunakan obat-obat terlarang dibandingkan mereka yang tidak merokok.
Penelitian Youth Pulse III Surindo dalam Purnama A. (1998) menemukan 17,4% dari
responden yang pernah mencoba narkoba (narkotika dan obat terlarang), ternyata 45,1%
diantaranya adalah berstatus pernah merokok.
Rongga mulut merupakan bagian tubuh yang pertama kali terpapar langsung
dengan asap rokok. Merokok dapat menyebabkan terganggunya kesehatan gigi dan mulut
seperti: bau mulut, diskolorasi gigi, inflamasi kelenjar saliva, meningkatkan terjadinya
penumpukan plak dan tartar pada gigi yang lama kelamaan akan menjadi penyakit
22. Rika Mayasari Alamsyah : Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Kebiasaan Merokok Dan Hubungannya Dengan Status
Penyakit Periodontal Remaja Di Kota Medan Tahun 2007, 2009.
periodontal, kehilangan tulang pada rahang, terjadinya leukoplakia, memperlambat proses
penyembuhan pada pencabutan gigi dan perawatan periodontal serta meningkatkan resiko
terjadinya kanker di rongga mulut (Daliemunthe, 2001).
Seiham (1992) dalam Pratiwi LN (1997), melaporkan bahwa para perokok
mempunyai skor plak dan kalkulus lebih besar bila dibandingkan dengan yang bukan
perokok, ini berarti perokok mempunyai oral higiene yang lebih buruk daripada yang
bukan perokok. Kowalski (1992) dalam Ruslan G (1995), juga menunjukkan bahwa bukan
perokok mempunyai kalkulus supragingival lebih kecil daripada perokok. Oral higiene
yang buruk lama kelamaan akan menyebabkan penyakit periodontal. Perokok biasanya
mempunyai resiko yang lebih besar menderita penyakit periodontal, yang jika tidak dirawat
dapat menyebabkan kehilangan gigi (Quee TC, 2002). Produk dari tembakau dapat
merusak jaringan gusi dengan cara mempengaruhi perlekatan dari tulang dan jaringan
lunak ke gigi. Lebih spesifik, bahwa merokok mempengaruhi fungsi normal dari sel-sel
jaringan lunak gusi. Pengaruh ini membuat perokok lebih rentan terhadap infeksi, seperti
penyakit periodontal. Berdasarkan data penelitian NHANES III yang melibatkan 12.329
subjek penelitian berumur >18 tahun, dilaporkan setengah dari penyakit periodontal
ditemukan pada mereka yang merokok (41,9%). Haber dkk, juga menemukan penyakit
periodontal pada kelompok umur 19-30 tahun yang mempunyai kebiasaan merokok
sebanyak 51% (Johnson GK, Slach NA, 2001).
Seluruh sekolah SMA di Kota Medan memiliki kebijakan tidak memperbolehkan
siswa-siswinya merokok di lingkungan sekolah, bahkan ada sekolah yang tetap rutin
mengadakan razia rokok pada siswa-siswinya. Mengingat ketatnya kebijakan yang dibuat,
23. Rika Mayasari Alamsyah : Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Kebiasaan Merokok Dan Hubungannya Dengan Status
Penyakit Periodontal Remaja Di Kota Medan Tahun 2007, 2009.
seharusnya konsumsi rokok pada siswa SMA berkurang, tetapi tidak begitu pada
kenyataannya. Dalam kondisi di lapangan peneliti masih menjumpai banyak siswa SMA di
Kota Medan merokok bahkan di lingkungan sekolah dan pada jam sekolah.
Mengingat banyaknya bahaya merokok terhadap kesehatan dan khususnya
kesehatan gigi dan mulut yaitu status penyakit periodontal serta kecendrungan
bertambahnya persentase remaja yang merokok akibat gencarnya iklan rokok yang
ditayangkan baik melalui media cetak maupun media elektronik, dan dengan asumsi bahwa
siswa SMA merupakan bagian dari remaja yang dapat dijumpai secara berkelompok, serta
karena penyakit periodontal merupakan penyakit yang membutuhkan waktu untuk
berkembang, maka peneliti merasa perlu melakukan penelitian untuk mengetahui faktor-
faktor yang mempengaruhi kebiasaan merokok dan hubungannya dengan status penyakit
periodontal pada siswa SMA di kota Medan. Alasan untuk memilih daerah ini adalah
karena remaja Kota Medan seringkali menjadi kelompok referensi (reference group) bagi
para remaja Sumatera Utara dan Medan merupakan ibu kota propinsi Sumatera Utara.
1.2. Perumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang penelitian, maka permasalahan penelitian sebagai
berikut :
1. Bagaimana rasio prevalensi faktor-faktor yang mempengaruhi kebiasaan merokok pada
remaja di Kota Medan?
2. Bagaimana hubungan faktor pengetahuan, lingkungan sosial, sarana dan prasarana serta
alasan psikologis dengan kebiasaan merokok pada remaja di Kota Medan?
24. Rika Mayasari Alamsyah : Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Kebiasaan Merokok Dan Hubungannya Dengan Status
Penyakit Periodontal Remaja Di Kota Medan Tahun 2007, 2009.
3. Bagaimana hubungan antara kebiasaan merokok dengan status penyakit periodontal
pada remaja di Kota Medan?
1.3. Tujuan Penelitian
Penelitian ini bertujuan untuk menganalisis faktor-faktor yang mempengaruhi
kebiasaan merokok dan hubungannya terhadap status penyakit periodontal pada remaja di
kota Medan, yang secara khusus bertujuan :
1. Untuk menganalisis rasio prevalensi faktor-faktor yang mempengaruhi kebiasaan
merokok pada remaja di Kota Medan.
2. Untuk menganalisis hubungan fakor pengetahuan, lingkungan sosial, sarana dan
prasarana serta alasan psikologis dengan kebiasaan merokok pada remaja di Kota
Medan.
3. Untuk menganalisis hubungan antara kebiasaan merokok dengan status penyakit
periodontal pada remaja di Kota Medan.
1.4. Hipotesa Penelitian
1. Ada hubungan antara faktor pengetahuan, lingkungan sosial, sarana dan prasarana serta
alasan psikologis dengan kebiasaan merokok pada remaja di Kota Medan.
2. Ada hubungan antara kebiasaan merokok remaja dengan status penyakit periodontal
(Indeks Oral Higiene dan Indeks Penyakit Periodontal) di Kota Medan.
1.5. Manfaat Penelitian
1. Dengan diperolehnya rasio prevalensi faktor-faktor yang mempengaruhi untuk
merokok, hubungan antara faktor pengetahuan, lingkungan sosial, sarana dan prasarana
25. Rika Mayasari Alamsyah : Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Kebiasaan Merokok Dan Hubungannya Dengan Status
Penyakit Periodontal Remaja Di Kota Medan Tahun 2007, 2009.
serta alasan psikologis dengan kebiasaan merokok serta hubungan antara kebiasaan
merokok dengan status penyakit periodontal pada remaja di kota Medan, maka dapat
dijadikan bahan masukan untuk menyusun program kesehatan, berupa penyuluhan
bahaya merokok kepada remaja.
2. Sebagai bahan masukan bagi tenaga pendidik, khususnya tenaga pendidik SMA, dalam
hal pencegahan/pengawasan kebiasaan merokok.
3. Untuk mengembangkan kemampuan penulis dalam merencanakan kebijakan
penanggulangan bahaya merokok pada remaja.
4. Sebagai data awal untuk penelitian lanjutan mengenai kebiasaan merokok.
26. Rika Mayasari Alamsyah : Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Kebiasaan Merokok Dan Hubungannya Dengan Status
Penyakit Periodontal Remaja Di Kota Medan Tahun 2007, 2009.
BAB 2
TINJAUAN KEPUSTAKAAN
2.1. Remaja
2.1.1. Definisi Remaja dan Pembagian Batasan Usia Remaja
Lerner dan Hultsch (1983) dalam Rochadi K (2004), mengemukakan bahwa
perkembangan remaja adalah periode di antara rentang waktu di mana saat ia dianggap
masa anak-anak menuju ke masa dewasa. Remaja juga ditandai dengan perubahan fisik
dan perkembangan seksual yang terjadi secara cepat juga disertai bertambahnya
tuntutan masyarakat. Perkataan remaja merupakan terjemahan dari bahasa Inggris, yaitu
adolescence dan berasal dari kata Latin, adolescere yang berarti tumbuh menjadi dewasa
atau perkembangan menuju kematangan (Sebald, 1992 dalam Rochadi K., 2004). Dalam
arti yang lebih luas lagi, remaja didefinisikan sebagai suatu periode antara masa kanak-
kanak menuju kedewasaan. Di masa remaja terjadi proses perubahan biologis, kognitif
dan sosioemosional (Sarwono SW,2005). Dari beberapa definisi di atas dapat disimpulkan
bahwa masa remaja merupakan masa transisi dari masa kanak-kanak menuju masa
dewasa dan dalam prosesnya terjadi perkembangan kematangan fisik, psikis dan sosial
serta bertambahnya tuntutan masyarakat. Di samping itu, masa remaja adalah masa yang
rawan oleh pengaruh-pengaruh negatif, seperti merokok, narkoba, kriminal dan kejahatan
seks.
Berbagai batasan usia dan pembagian masa remaja yang telah dikemukakan para
ahli. Stone dan Church (1973) membagi masa remaja menjadi remaja awal, remaja akhir
27. Rika Mayasari Alamsyah : Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Kebiasaan Merokok Dan Hubungannya Dengan Status
Penyakit Periodontal Remaja Di Kota Medan Tahun 2007, 2009.
dan dewasa muda. Remaja awal adalah suatu periode dari mulainya masa pubertas
hingga kurang lebih satu tahun sesudah pubertas yaitu pada saat pola fisiologis berfungsi
dengan stabil. Remaja akhir adalah periode sesudahnya dari remaja awal hingga usia
yang dibolehkan untuk ikut pemilu, menyetir kendaraan atau saat mulai masuk kuliah.
Dewasa muda adalah periode dari permulaan kuliah hingga usia awal duapuluhan.
Menurut Hurlock (1980) secara umum masa remaja dibagi menjadi dua bagian yaitu
awal masa remaja dan akhir masa remaja. Awal masa remaja berlangsung kira-kira dari
13 tahun hingga 16 tahun atau 17 tahun, dan akhir masa remaja bermula dari usia 16
tahun atau 17 tahun hingga usia 18 tahun, yaitu usia matang secara hukum. Santrock
(2001) juga membagi masa remaja menjadi dua bagian, yaitu masa remaja awal dan masa
remaja akhir. Hanya saja, Santrock (2001) mengatakan usia remaja awal sekitar 10-13
tahun dan usia remaja akhir berkisar antara 18-22 tahun. Mönks, et.al (2001) beranggapan
bahwa usia remaja berada antara umur 12-21 tahun dan terbagi atas tiga bagian, yaitu
masa remaja awal antara 12-15 tahun, masa remaja pertengahan antara 15-18 tahun dan
masa remaja akhir antara 18-21 tahun.
2.1.2. Karakteristik Remaja
Masa remaja mempunyai ciri-ciri tertentu yang membedakannya dengan periode
sebelum dan sesudahnya. Hurlock (1980) dalam Rochadi K (2004), menerangkan
beberapa ciri remaja adalah sebagai berikut :
1. Masa remaja sebagai periode yang penting
Ada periode yang penting karena akibat fisik dan ada lagi karena akibat psikologis.
Sebagian besar anak muda, usia antara 12 tahun dan 16 tahun merupakan tahun yang
28. Rika Mayasari Alamsyah : Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Kebiasaan Merokok Dan Hubungannya Dengan Status
Penyakit Periodontal Remaja Di Kota Medan Tahun 2007, 2009.
penuh kejadian yang menyangkut pertumbuhan dan perkembangan. Perkembangan
fisik yang cepat dan penting disertai dengan cepatnya perkembangan mental yang
terjadi terutama pada awal masa remaja. Semua perkembangan itu menimbulkan
perlunya penyesuaian mental dan perlunya membentuk sikap, nilai dan minat baru.
2. Masa remaja sebagai periode transisi
Dalam setiap adanya transisi suatu perubahan, status individu menjadi tidak jelas
karena terdapat keraguan akan peran yang harus dilakukan. Pada masa remaja,
individu bukan lagi seorang anak-anak dan juga bukan orang dewasa. Di sisi lain,
status remaja yang tidak jelas ini memberikan keuntungan karena status tersebut
memberi ruang dan waktu kepada seorang remaja untuk mencoba gaya hidup yang
berbeda dan menentukan pola perilaku, nilai dan sifat yang paling sesuai bagi dirinya.
3. Masa remaja sebagai periode perubahan
Perubahan fisik yang terjadi pada masa remaja akan seiring dengan perubahan sikap
dan perilaku. Ini berarti saat perubahan sifat berlangsung dengan cepat maka akan
terjadi juga perubahan sikap dan perilaku dengan cepat dan sebaliknya. Hurlock
(1980) menjelaskan ada beberapa perubahan yang pada umumnya terjadi pada masa
remaja, yaitu:
a. Peningkatan emosional, intensitasnya tergantung pada tingkat perubahan fisik dan
psikologis yang terjadi. Peningkatan emosi lebih menonjol pada masa awal periode
masa remaja.
b. Perubahan fisiologis tubuh, perubahan pada proses pematangan seksual membuat
individu remaja menjadi tidak percaya diri terhadap kemampuan dan minat mereka.
29. Rika Mayasari Alamsyah : Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Kebiasaan Merokok Dan Hubungannya Dengan Status
Penyakit Periodontal Remaja Di Kota Medan Tahun 2007, 2009.
c. Perubahan minat dan peran, perubahan yang diharapkan oleh lingkungan sosial dapat
menimbulkan masalah baru dan lebih banyak dibandingkan masa sebelumnya. Hal
ini akan terjadi terus hingga individu itu sendiri yang menyelesaikan menurut
keinginannya.
d. Perubahan terhadap nilai-nilai, beberapa nilai-nilai yang dianggap penting pada masa
sebelumnya menjadi tidak penting lagi di masa remaja. Pada masa ini mulai
dipahami bahwa kualitas lebih penting dibandingkan kuantitas.
e. Ambivalen terhadap perubahan, pada masa remaja, individu menginginkan dan
menuntut kebebasan tetapi sering takut bertanggungjawab akan akibat yang terjadi.
4. Masa remaja sebagai masa bermasalah
Berbagai masalah yang terjadi di masa remaja sering menjadi masalah yang sulit
diatasi. Ada dua alasan yang menyebabkan hal ini terjadi, yaitu: (i) pada masa kanak-
kanak segala masalah diselesaikan oleh orang tua ataupun para guru sehingga
remaja tidak mempunyai pengalaman terhadap masalah yang terjadi; (ii) para remaja
merasa telah mandiri sehingga menolak bantuan orang tua ataupun para guru dengan
alasan ingin mengatasi masalahnya sendiri. Karena tidak mampu maka banyak
kegagalan yang seringkali disertai dengan akibat yang tragis. Kegagalan ini bukan
karena ketidakmampuan individu tetapi karena tuntutan yang diajukan pada remaja
terjadi di kala tenaganya telah dihabiskan untuk mengatasi masalah pokok yang
disebabkan oleh pertumbuhan dan perkembangan seksual yang normal.
5. Masa remaja sebagai masa mencari identitas
30. Rika Mayasari Alamsyah : Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Kebiasaan Merokok Dan Hubungannya Dengan Status
Penyakit Periodontal Remaja Di Kota Medan Tahun 2007, 2009.
Identitas diri yang dicari remaja adalah usaha untuk menjelaskan siapa dirinya dan
apa peranannya dalam masyarakat. Pada tahun-tahun awal masa remaja, penyesuaian
diri dengan kelompok menjadi penting. Tiap penyimpangan dari standar kelompok
dapat mengancam keanggotaannya dalam kelompok. Lambat laun, individu remaja
mulai mendambakan identitas diri dan tidak puas lagi dengan menjadi sama dengan
teman-temannya dalam segala hal. Salah satu cara memunculkan identitas diri adalah
dengan menggunakan simbol status yang mudah terlihat seperti model pakaian, gaya,
jenis kendaraan dan lain-lain. Cara ini dimaksudkan agar menarik perhatian dan
dipandang oleh orang lain. Pada saat yang sama individu juga tetap mempertahankan
identitas dirinya sebagai anggota dari suatu kelompok sebaya.
6. Masa remaja sebagai usia yang menimbulkan ketakutan
Stereotip yang telah dibangun masyarakat dalam menggambarkan citra diri remaja,
lambat laun dianggap sebagai gambaran asli dan membuat para remaja membentuk
perilakunya sesuai gambaran tersebut. Ada anggapan bahwa masa remaja adalah
masa yang sangat bernilai, tetapi sangat disayangkan banyak yang menjadikannya
menjadi sesuatu yang bernilai negatif. Stereotip yang mengatakan remaja adalah anak-
anak yang tidak rapih, yang tidak dapat dipercaya dan cenderung berperilaku merusak
menyebabkan banyak kalangan dewasa takut bertanggungjawab dan bersikap tidak
simpatik terhadap perilaku remaja walaupun dilakukan dengan normal.
7. Masa remaja sebagai masa yang tidak realistik
Remaja melihat dirinya dan orang lain seperti yang diinginkannya dan bukan
sebagaimana adanya, terlebih lagi dalam hal cita-cita. Hal ini semakin menyebabkan
31. Rika Mayasari Alamsyah : Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Kebiasaan Merokok Dan Hubungannya Dengan Status
Penyakit Periodontal Remaja Di Kota Medan Tahun 2007, 2009.
meningginya emosi terutama di awal masa remaja. Semakin cita-citanya tidak
realistis maka individu tersebut semakin menjadi pemarah. Remaja tersebut akan
sakit hati dan kecewa apabila ada orang lain yang mengecewakannya dan ia tidak
berhasil mencapai tujuan yang telah ditetapkannya. Cita-cita yang tidak realistik ini
bukan hanya kepada dirinya semata tetapi juga terhadap teman-teman dan
keluarganya.
8. Masa remaja sebagai ambang masa dewasa
Remaja akan menjadi gelisah untuk meninggalkan stereotip belasan tahun dan
untuk menciptakan kesan bahwa mereka akan beranjak dewasa. Gaya berpakaian
dan bertindak seperti dewasa dirasakan belum memadai. Oleh sebab itu remaja
mulai memusatkan pada perilaku yang dihubungkan pada status dewasa, seperti
merokok, minum-minuman keras, menggunakan obat-obatan terlarang dan terlibat
dalam perbuatan seks.
2.2. Kebiasaan Merokok
2.2.1. Kebiasaan Merokok pada Remaja dan Faktor yang Mempengaruhinya
Pada umumnya penduduk Indonesia mulai mengkonsumsi rokok pada usia muda,
yaitu 41,5% pada usia 15-22 tahun; 31,0% pada usia 10-17 tahun dan 11% pada usia
dibawah 10 tahun (Suhardi, 1995). Penelitian Youth Pulse III oleh Lembaga Penelitian
Surindo yang dikutip Pratomo dkk (2001) dalam Rochadi K (2004) mengatakan merokok
sudah menjadi bagian dari gaya hidup remaja. Dari penelitian tersebut didapatkan 41,8%
remaja pria pernah merokok dan 26,7% remaja wanita merokok serta hampir setengahnya
kemudian menjadi perokok tetap. Terdapat hal yang cukup mengejutkan yang mana 19%
32. Rika Mayasari Alamsyah : Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Kebiasaan Merokok Dan Hubungannya Dengan Status
Penyakit Periodontal Remaja Di Kota Medan Tahun 2007, 2009.
dari seluruh responden berpendapat bahwa fenomena wanita merokok sudah merupakan
hal yang wajar. Hal ini berarti semakin mendorong terbukanya kesempatan pada remaja
wanita untuk merokok. Pada penelitian Youth Pulse III ini menyebutkan jenis rokok yang
diminati adalah rokok putih (48,3%) dan rokok kretek filter (37,3%).
Ada beberapa faktor yang menyebabkan seseorang mempunyai kebiasaan merokok.
Secara umum dapat dibagi dalam 3 bagian: 1) Faktor farmakologis, salah satu zat yang
terdapat dalam rokok adalah nikotin yang dapat mempengaruhi perasaan atau kebiasaan, 2)
Faktor sosial, yaitu jumlah teman yang merokok. Faktor psikososial dari merokok yang
dirasakan antara lain lebih diterima dalam lingkungan teman dan merasa lebih nyaman, 3)
Faktor psikologis, yakni merokok dapat dianggap meningkatkan konsentrasi atau hanya
sekedar untuk menikmati asap rokok. Disamping itu faktor lain yang dapat mempengaruhi
kebiasaan merokok adalah iklan. Iklan yang dilakukan oleh industri rokok mempunyai
kekuatan finansial yang sangat besar untuk membuat propaganda. Industri rokok dapat
memasuki kehidupan masyarakat dengan menjadi sponsor utama berbagai tayangan
olahraga di televisi, penyelenggaraan acara-acara musik di berbagai kampus seperti tema
“A Mild Road To Campus” yang banyak menarik perhatian kalangan remaja yang menjadi
salah satu objek sasaran iklan industri rokok, menawarkan beasiswa bagi pelajar
berprestasi. Sungguh suatu ironi yang tidak disadari atau tidak diacuhkan masyarakat
Indonesia. Iklan rokok biasanya berisi pemandangan yang menyajikan keindahan alam,
kebugaran, kesuksesan. padahal rokok itu sendiri dapat menyebabkan polusi yang
mencemarkan lingkungan dan merusak kesehatan.
33. Rika Mayasari Alamsyah : Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Kebiasaan Merokok Dan Hubungannya Dengan Status
Penyakit Periodontal Remaja Di Kota Medan Tahun 2007, 2009.
Beberapa faktor penyebab yang dapat mempengaruhi kebiasaan merokok meliputi
(Bali Post, 2003) :
a. Pengaruh orang tua
Anak muda yang berasal dari rumah tangga yang tidak bahagia, dimana orangtua
tidak begitu memperhatikan anak-anaknya dan memberikan hukuman fisik yang keras
lebih mudah untuk menjadi perokok. Perilaku merokok lebih banyak didapati pada
mereka yang tinggal dengan satu orang tua (single parent). Kecenderungan seseorang
berperilaku sebagai perokok lebih terlihat pada remaja putri bila ibu mereka merokok
daripada ayahnya merokok.
b. Pengaruh teman
Berbagai fakta mengungkapkan bahwa semakin banyak remaja merokok, maka
semakin besar kemungkinan teman-temannya menjadi perokok juga. Hal ini dapat
dilihat dari dua kemungkinan yang terjadi, pertama remaja tersebut terpengaruh oleh
teman-temannya sedangkan yang kedua, teman-temannya yang dipengaruhi oleh
remaja tersebut sehingga akhirnya semua menjadi perokok.
c. Faktor kepribadian
Seseorang mencoba untuk merokok karena ingin tahu atau melepaskan diri dari rasa
sakit fisik atau jiwa, membebaskan diri dari kebosanan.
d. Pengaruh iklan
Melihat iklan di media massa dan elektronik yang menampilkan bahwa perokok adalah
lambang kejantanan atau glamor membuat remaja seringkali terpicu untuk mengikuti
perilaku seperti iklan tersebut.
34. Rika Mayasari Alamsyah : Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Kebiasaan Merokok Dan Hubungannya Dengan Status
Penyakit Periodontal Remaja Di Kota Medan Tahun 2007, 2009.
Menurut Silvan Tomkins (2000) dalam Mu’tadin Z (2007), ada 4 tipe perilaku
merokok berdasarkan Management of affect theory yaitu :
1. Tipe perokok yang dipengaruhi oleh kebiasaan positif. Dengan merokok seseorang
merasakan penambahan rasa yang positif. Green menyatakan dalam Psychological
Factor in Smoking, menambahkan dua subtipe perilaku merokok :
a. Perilaku merokok hanya untuk menambah atau meningkatkan kenikmatan yang sudah
didapat, misalnya merokok setelah minum kopi atau makan.
b. Perilaku merokok hanya dilakukan sekedar untuk menyenangkan perasaan.
2. Perilaku merokok dipengaruhi oleh perasaan negatif. Banyak orang merokok untuk
mengurangi perasaan negatif misalnya bila ia marah, gelisah, rokok dianggap sebagai
penyelamat.
3. Perilaku merokok yang adiktif. Mereka yang sudah adiktif akan menambah dosis rokok
setiap saat setelah efek dari rokok berkurang.
4. Perilaku merokok yang sudah menjadi kebiasaan. Mereka menggunakan rokok sama
sekali bukan karena untuk mengendalikan perasaan tetapi karena benar-benar sudah
menjadi kebiasaannya rutin.
Kebiasaan merokok tidak terjadi secara kebetulan karena ada beberapa tahap yang
dilalui seseorang perokok sebelum ia menjadi perokok reguler yaitu seseorang yang telah
menganggap rokok telah menjadi bagian dari hidupnya. Menurut Leventhal dan Cleary
(1980) dalam Rochadi K (2004), ada beberapa tahapan dalam perkembangan perilaku
merokok, yaitu :
35. Rika Mayasari Alamsyah : Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Kebiasaan Merokok Dan Hubungannya Dengan Status
Penyakit Periodontal Remaja Di Kota Medan Tahun 2007, 2009.
1. Tahap persiapan
Tahap ini berlangsung saat seorang individu belum pernah merokok. Di
tahap ini terjadi pembentukan opini pada diri individu terhadap perilaku merokok. Hal
ini disebabkan adanya pengaruh perkembangan sikap dan intensi mengenai rokok serta
citra yang diperoleh dari perilaku merokok. Informasi rokok dan perilaku merokok
diperoleh dari observasi terhadap orang tua atau orang lain seperti kerabat ataupun
lewat berbagai media. Salah satu pengaruh lewat media adalah melalui berbagai iklan
yang berkaitan dengan rokok yang menggunakan para artis terkenal sebagai model,
sehingga rokok dianggap sesuatu yang berkaitan dengan keglamoran. Ada juga
anggapan merokok berkaitan dengan bentuk kedewasaan di kalangan remaja sehingga
diasumsikan sebagai bentuk untuk menunjukkan sikap kemandirian. Merokok juga
dianggap sebagai sesuatu yang prestise, simbol pemberontakan dan salah satu upaya
menenangkan diri dalam situasi yang menegangkan. Pembentukan opini dan sikap
terhadap rokok ini merupakan awal dari suatu kebiasaan merokok.
2. Tahap inisiasi
Merupakan tahapan yang kritis pada seorang individu karena merupakan tahap coba-
coba dimana ia beranggapan bahwa dengan merokok ia akan terlihat dewasa sehingga
ia akan memulai dengan mencoba beberapa batang rokok. Apabila seorang remaja
mulai mencoba merokok dengan 1-2 batang saja maka besar kemudian tidak akan
menjadi perokok. Akan tetapi apabila ia telah mencoba 10 batang atau lebih, maka ia
memiliki kemungkinan untuk menjadi seorang perokok sebesar 80%. Leventhal dan
Cleary (1980) juga berpendapat seseorang yang telah merokok empat batang rokok
36. Rika Mayasari Alamsyah : Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Kebiasaan Merokok Dan Hubungannya Dengan Status
Penyakit Periodontal Remaja Di Kota Medan Tahun 2007, 2009.
pada awalnya akan cenderung menjadi perokok reguler. Perokok reguler seringkali
terjadi secara perlahan dan kadangkala membutuhkan waktu satu tahun atau lebih.
3. Tahapan menjadi seorang perokok
Pada tahap ini seorang individu mulai memberikan label pada dirinya sebagai seorang
perokok dan ia mulai mengalami ketergantungan kepada rokok. Beberapa studi
menyebutkan bahwa biasanya dibutuhkan waktu selama dua tahun bagi individu untuk
menjadi perokok reguler. Pada tahap ketiga ini merupakan tahap pembentukan konsep,
belajar tentang kapan dan bagaimana berperilaku merokok serta menyatakan peran
perokok pada konsep dirinya. Pada umumnya remaja percaya bahwa rokok berbahaya
bagi orang lain terutama bagi kesehatan orang tua tapi tidak bagi dirinya.
4. Tahapan tetap menjadi perokok
Di tahap ini faktor psikologis dan mekanisme biologis digabungkan menjadi suatu pola
perilaku merokok. Faktor-faktor psikologis seperti kebiasaan, kecanduan, penurunan
kecemasan dan ketegangan, relaksasi yang menyenangkan, cara berteman dan
memperoleh penghargaan sosial, dan stimulasi. Ada dua faktor mekanisme biologis
yang memperoleh perhatian paling banyak dalam mempertahankan perilaku merokok,
yaitu efek penguat nikotin dan level nikotin yang dibutuhkan dalam aliran darah.
2.2.2. Klasifikasi Perokok dan Jenis Rokok
Pengukuran tentang prilaku merokok pada seseorang dapat ditentukan pada suatu
kriteria yang dibuat sendiri berdasarkan anamnesis atau menggunakan kriteria yang telah
ada. Biasanya batasan yang digunakan adalah berdasarkan jumlah rokok yang dihisap
37. Rika Mayasari Alamsyah : Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Kebiasaan Merokok Dan Hubungannya Dengan Status
Penyakit Periodontal Remaja Di Kota Medan Tahun 2007, 2009.
setiap hari atau lamanya kebiasaan merokok. Sweeting (1990) dalam Rochadi K (2004)
membagi perokok atas tiga kategori, yaitu : 1) bukan perokok (non smokers), adalah
seseorang yang belum pernah mencoba merokok sama sekali; 2) perokok eksperimen
(experimental smokers), adalah seseorang yang telah mencoba merokok tapi tidak
menjadikannya sebagai suatu kebiasaan; dan 3) perokok tetap atau perokok reguler
(regular smokers), adalah seseorang yang teratur merokok baik dalam hitungan mingguan
atau dengan intensitas yang lebih tinggi lagi. Sitepoe (2000) membagi perokok atas empat
bagian, yaitu : 1) perokok ringan, adalah seseorang yang mengkonsumsi rokok antara 1-
10 batang perhari; 2) perokok sedang, adalah seseorang yang mengkonsumsi rokok antara
11-20 batang perhari; 3) perokok berat, adalah seseorang yang mengkonsumsi rokok lebih
dari 20 batang perhari; dan 4) perokok yang menghisap rokok dalam-dalam. Dari
penjelasan diatas, maka kebiasaan merokok dibagi atas perokok dan bukan perokok.
Perokok adalah seseorang yang merokok sedikitnya 1 batang per hari selama sekurang-
kurangnya 1 tahun. Jenis perokok dapat dibagi atas perokok ringan, perokok sedang dan
perokok berat. Perokok ringan jika menghisap rokok kurang dari 10 batang per hari,
perokok sedang jika menghisap rokok 10-20 batang per hari dan perokok berat jika
menghisap rokok lebih dari 20 batang per hari serta bukan perokok adalah seseorang yang
belum pernah mencoba rokok dan pernah mencoba tetapi tidak rutin merokok sebanyak 1
batang per hari selama 1 tahun (Mu’tadin, 2007).
Rokok umumnya terbagi menjadi 3 kelompok yaitu rokok putih, rokok kretek dan
cerutu. Rokok putih mempunyai kandungan 14-15 mg tar dan 5 mg nikotin dimana
kandungan tar dan nikotin tersebut lebih rendah dibanding rokok kretek dan hal ini
38. Rika Mayasari Alamsyah : Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Kebiasaan Merokok Dan Hubungannya Dengan Status
Penyakit Periodontal Remaja Di Kota Medan Tahun 2007, 2009.
dikontrol dengan baik/dijamin oleh pabriknya, karena kerendahan kadar tar dan nikotin ini
justru menjadi nilai jual bagi mereka berkaitan dengan isu kesehatan. Rokok kretek
memiliki sekitar 20 mg tar dan 4-5 mg nikotin, lebih besar kandungan tar dan nikotinnya
dari rokok putih. Cerutu umumnya berbentuk seperti kapal selam dengan ukuran lebih
besar dan panjang dari dua jenis rokok pertama, terdiri atas daun tembakau kering yang
digulung-gulung menjadi silinder gemuk, lalu dilem. Akibatnya kandungan tar dan nikotin
cerutu paling besar dibanding dengan jenis rokok lain (Purnama A, 1998).
2.3. Bahaya Rokok terhadap Kesehatan
Perilaku merokok dapat menimbulkan berbagai risiko penyakit dan merupakan
suatu kebiasaan tanpa tujuan positif bagi kesehatan manusia. Seseorang yang telah
kecanduan rokok akan sukar untuk melepaskan diri dari kebiasaan merokok, sehingga para
ahli kesehatan berminat memahami mengapa kebiasaan yang jelas-jelas berbahaya bagi
kesehatan seseorang tersebut sulit ditanggulangi (Wilson DF, 1992). Menurut Riyadina W
(1995), telah diketahui berbagai penyakit yang dapat ditimbulkan oleh rokok. Adapun
berbagai penyakit tersebut antara lain adalah: 1) kanker paru; 2) penyakit yang berkaitan
dengan pernapasan seperti asthma, infeksi pernapasan, emfisema dan penyakit serius
lainnya yang berkaitan dengan saluran pernapasan; 3) penyakit kanker lainnya di mulut,
tenggorokan, esophagus, sistem pencernaan, kandung kemih, ginjal, pankreas, usus besar
dan pada wanita adalah kanker leher rahim; 4) penyakit jantung; 5) stroke; 6)
kardiovaskuler; 7) gangguan kehamilan apabila si ibu adalah seorang perokok berat seperti
berat bayi lahir rendah (BBLR), bayi lahir prematur, keguguran, kematian janin, kematian
39. Rika Mayasari Alamsyah : Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Kebiasaan Merokok Dan Hubungannya Dengan Status
Penyakit Periodontal Remaja Di Kota Medan Tahun 2007, 2009.
bayi sesudah lahir, kematian mendadak pada bayi dan gangguan kesehatan fisik maupun
intelektual anak yang akan bertumbuh; dan 8) gangguan kesehatan pada kulit sehingga
terjadi proses penuaan dini pada kulit berupa kulit tampak lebih kusam dan terjadi kerutan
kulit yang lebih dalam dan luas. Di samping itu, apabila terjadi kombinasi antara merokok
dengan tekanan psikologis, dapat meningkatkan status proksidan dalam tubuh.
2.4. Bahaya Rokok terhadap Kesehatan Gigi dan Mulut
Merokok tampaknya memperburuk status kebersihan mulut seorang individu dan
bersama-sama dengan oral higiene yang buruk, ia bertindak sebagai ko-faktor terjadinya
gingivitis dan periodontitis. Akumulasi plak dalam rongga mulut juga lebih besar pada
perokok daripada bukan perokok. Selain itu, perokok juga lebih mudah mengalami
gingivitis daripada orang yang tidak merokok (Quee TC. 2002). Tomar dan Asma (1999)
dari National Health and Nutrition Examination Survey III (NHANES) juga menyatakan
bahwa perokok yang menghisap 9 batang rokok perhari kemungkinan untuk menderita
periodontitis 2,8 kali daripada bukan perokok dan akan bertambah 6 kali jika merokok
lebih dari 31 batang per hari. Grossi dkk (1997) dalam Kasim E (2001), memeriksa 1361
individu menemukan bahwa pada perokok kehilangan perlekatan dan kehilangan tulang
yang lebih besar daripada bukan perokok dan lebih buruk pada perokok berat. Kehilangan
perlekatan bertambah 0,5% jika merokok satu batang perhari. Sementara jika 10 sampai 20
batang akan bertambah 5% sampai 10%. Dari berbagai penelitian ternyata keterkaitan
antara status merokok dan kerusakan jaringan periodontal adalah sangat kuat dan konsisten.
40. Rika Mayasari Alamsyah : Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Kebiasaan Merokok Dan Hubungannya Dengan Status
Penyakit Periodontal Remaja Di Kota Medan Tahun 2007, 2009.
Efek merokok yang berkepanjangan dapat memperparah kerusakan jaringan
periodontal. Memang tidak selamanya gingivitis dapat menjadi periodontitis. Hal ini dapat
terjadi jika tidak dilakukan perawatan dengan segera. Bila gingivitis dibiarkan berlanjut
tanpa perawatan keadaan ini merusak jaringan periodonsium yang lebih dalam.
Penyakit periodontal adalah infeksi yang menyerang jaringan pendukung gigi.
Penyakit periodontal terjadi bila racun bakteri dan enzim merusak jaringan pendukung gigi
dan tulang. Plak yang melekat pada gigi jika tidak dibersihkan dalam waktu 48 jam akan
menjadi suatu deposit yang keras, yang biasa disebut kalkulus atau tar pada orang yang
merokok. Apabila tar sudah melekat pada gigi, satu-satunya cara untuk membersihkannya
adalah dengan melakukan skeling ke dokter gigi. Tar yang terletak di bawah gusi akan
menyebabkan inflamasi dan infeksi, proses ini tidak menyakitkan sehingga seringkali
seseorang tidak sadar kalau dia sudah terjangkit penyakit periodontal.
Penyakit periodontal antara lain ditandai dengan :
a. Inflamasi gingiva
Inflamasi gingiva dan perdarahan merupakan awal terjadinya perodontitis. Gingiva
sehat berwarna merah muda dan keras, konturnya hampir normal. Bila disonde dengan
hati-hati, tidak berdarah dan pasien tidak mengeluh tentang perdarahan pada saat
menyikat gigi. Keparahan inflamasi tergantung pada status oral higiene, bila oral
higiene buruk akan timbul infeksi gingiva dan terjadi perdarahan waktu penyikatan
gigi atau bahkan perdarahan spontan.
41. Rika Mayasari Alamsyah : Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Kebiasaan Merokok Dan Hubungannya Dengan Status
Penyakit Periodontal Remaja Di Kota Medan Tahun 2007, 2009.
b. Poket
Poket yaitu celah antara gigi dan gusi yang diartikan sebagai sulkus gingival yang
bertambah dalam secara patologis sulkus gingiva yang normal mempunyai kedalaman
2-3 mm. Pengukuran kedalaman poket merupakan bagian penting diagnosa
periodontitis. Bertambahnya kedalaman sulkus gingiva yang normal bisa disebabkan
oleh : 1) bergeraknya tepi gingival kearah koronal akibat adanya inflamasi gingiva, 2)
bergeraknya perlekatan epitel penyatu kearah apikal, dan 3) kombinasi keduanya.
Poket dengan kedalaman 4 mm menunjukkan adanya periodontitis tahap awal.
c. Resesi gingiva
Resesi gingiva atau tersingkapnya akar dapat menyertai periodontitis kronis tetapi
tidak selalu merupakan tanda penyakit. Bila ada resesi, pengukuran
kedalaman poket hanya merupakan cerminan sebagian dari jumlah kerusakan
periodontal seluruhnya.
2.5. Indeks Oral Higiene dan Penyakit Periodontal
Untuk mengukur prevalens penyakit, keparahan, serta kaitannya dengan berbagai
faktor yang mempengaruhinya diperlukan suatu alat ukur yang dikenal sebagai indeks.
Indeks tersebut merupakan alat ukur yang objektif terhadap gambaran spesifik penyakit
atau hal-hal yang berkaitan dengannya pada seseorang atau kelompok orang lainnya.
Adapun indeks-indeks penyakit periodontal dan oral higiene yang telah dikembangkan
antara lain (Natamiharja L, 1999) : Indeks Periodontal oleh Russel (1956), Indeks Penyakit
Periodontal oleh Ramford (1959), Indeks oral higiene oleh Green dan Vermillion (1960)
42. Rika Mayasari Alamsyah : Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Kebiasaan Merokok Dan Hubungannya Dengan Status
Penyakit Periodontal Remaja Di Kota Medan Tahun 2007, 2009.
dan lain sebagainya. Indeks pengukuran yang dipakai pada penelitian ini adalah Indeks
Penyakit Periodontal Ramfyord. Indeks ini dipakai untuk mengukur status penyakit
periodontal yang terdiri atas komponen: Indeks Periodontal, Plak dan Kalkulus.
2.6. Landasan Teori
Konsep umum yang digunakan untuk mendiagnosis prilaku kesehatan adalah model
PRECEDE-PROCEED dari Lawrence Green (1980) dalam Glanz K (2002).
Gambar 2.1. Model Perencanaan PRECEDE-PROCEED (Green L dalam Glanz K, 2002)
Gambar 2.1. menunjukkan bahwa perilaku kesehatan yang nantinya akan
mempengaruhi kualitas hidup seseorang dipengaruhi oleh faktor predisposing, reinforcing
dan enabling, yang ketiga faktor ini dibentuk dari adanya pendidikan kesehatan. Adapun
yang termasuk faktor predisposing alasan remaja merokok adalah pengetahuan remaja
tentang bahaya merokok; alasan psikologis remaja merokok seperti pengaruh perasaan
Promosi kesehatan
Faktor
predisposisi
(predisposing
factors)
Faktor
penguat
(reinforcing
factors)
Faktor
pemungkin
(enabling
factors)
Perilaku dan
cara hidup
Lingkungan
Kesehatan
Kualitas
hidup
Pendidikan
kesehatan
Peraturan
kebijakan
organisasi
43. Rika Mayasari Alamsyah : Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Kebiasaan Merokok Dan Hubungannya Dengan Status
Penyakit Periodontal Remaja Di Kota Medan Tahun 2007, 2009.
positif, pengaruh perasaan negarif, adiktif, kebiasaan dan gengsi. Faktor reinforcing dalam
alasan remaja merokok adalah pengaruh lingkungan sosial seperti orang tua yang merokok,
saudara serumah yang merokok, teman yang merokok, iklan yang menampilkan tokoh-
tokoh idola remaja. Faktor enabling yang menjadi alasan remaja merokok adalah
banyaknya rokok yang dijual bebas, tanpa membatasi usia pembeli rokok, kemampuan atau
biaya untuk membeli rokok dan lain-lain. Fasilitas ini pada hakikatnya mendukung atau
memungkinkan remaja dapat dengan bebas memperoleh rokok dan menjadi perokok, maka
faktor-faktor ini disebut faktor pendukung atau faktor pemungkin.
Teori WHO dalam Notoatmodjo S (2003), juga menjelaskan 4 alasan pokok
mengapa seseorang berperilaku, yaitu :
a. Pemikiran dan perasaan (thoughts and feeling)
Hasil pemikiran dan perasaan seseorang, atau lebih tepat diartikan pertimbangan
pribadi terhadap objek atau stimulus, merupakan modal awal untuk bertindak atau
berperilaku. Seseorang yang merokok, akan mempertimbangkan untung rugi dan
manfaatnya.
b. Adanya acuan atau referensi dari seseorang atau pribadi yang dipercayai (personal
references).
Di dalam masyarakat, di mana sikap paternalistik masih kuat, maka perubahan
perilaku masyarakat tergantung pada perilaku acuan (referensi) yang pada umumnya
adalah para tokoh masyarakat setempat. Seseoarang yang merokok biasanya melihat
orang di lingkungannya merokok.
44. Rika Mayasari Alamsyah : Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Kebiasaan Merokok Dan Hubungannya Dengan Status
Penyakit Periodontal Remaja Di Kota Medan Tahun 2007, 2009.
c. Sumber daya (resources)
Faktor ini merupakan pendukung terjadinya perilaku seseorang atau masyarakat. Jika
dibandingkan dengan teori Green, sumber daya ini adalah sama dengan faktor
enabling. Seseorang akan merokok bila mempunyai dana untuk membeli rokok.
d. Sosio budaya (culture)
Sosio budaya setempat biasanya sangat berpengaruh terhadap terbentuknya perilaku
seseorang. Hal ini dapat kita lihat dari perilaku tiap-tiap etnis di Indonesia yang
berbeda-beda, karena memang masing-masing etnis mempunyai budaya yang khas.
Teori Fishbein (1993) dalam Glanz K dkk (2002), mengemukakan tentang alasan
mengapa seseorang berperilaku, dalam Gambar 2.2.:
Gambar 2.2. Teori Alasan Berperilaku (Fishbein dalam Glanz K, 2002 )
Gambar 2.2. menunjukkan bahwa perilaku seseorang terbentuk dari faktor adanya
minat terhadap perilaku tersebut. Minat ini dibentuk oleh sikap terhadap perilaku dan
Kepercayaan
dari perilaku
Evaluasi dari
hasil perilaku
Kepercayaan
normatif
Sikap terhadap
perilaku
Motivasi untuk
mengikuti
Norma
subjektif
Minat terhadap
perilaku
Perilaku
45. Rika Mayasari Alamsyah : Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Kebiasaan Merokok Dan Hubungannya Dengan Status
Penyakit Periodontal Remaja Di Kota Medan Tahun 2007, 2009.
norma subjektif. Sikap terhadap perilaku dipengaruhi oleh kepercayaan dari perilaku dan
evaluasi dari hasil perilaku, sedangkan norma subjektif dipengaruhi oleh kepercayaan
normatif dan motivasi untuk mengikuti perilaku tersebut. Seseorang percaya kebiasaan
merokok akan memberikan rasa kenikmatan dan kenyamanan serta merasa menjadi lebih
hebat. Norma atau nilai subjektif serta sikap dalam diri seseorang atau orang di sekitarnya
seperti orang tua yang merokok, saudara serumah yang merokok, teman yang merokok
serta iklan rokok dapat mempengaruhi minat seseorang untuk berperilaku.
Rongga mulut manusia tidak pernah bebas dari bakteri umumnya bakteri plak yang
memegang peranan penting dalam menentukan pembentukan kalkulus. Perlekatan kalkulus
dimulai dari pembentukan plak gigi. Dalam waktu beberapa menit setelah terdepositnya
pelikel, pelikel akan terpopulasi dengan bakteri. Bakteri dapat terdeposit langsung pada
email tetapi biasanya bakteri melekat terlebih dahulu pada pelikel dan agregat bakteri dapat
menyelubungi glikoprotein saliva (Ohmori M. 1995). Asap rokok mempunyai efek
terhadap aliran saliva. Beberapa penelitian telah membuktikan bahwa aliran saliva akan
bertambah selama periode merokok. Pertambahan dari aliran saliva menambah pH dan
konsentrasi kalsium pada saliva yang juga menyebabkan pertambahan kalsium fosfat
sehingga dengan meningkatnya konsentrasi kalsium menyebabkan terjadinya mineralisasi
plak (Lubis S, 1999 dalam Kasim E, 2001). Perlekatan plak yang merupakan awal
terbentukya kalkulus, yang jumlahnya lebih besar dijumpai pada perokok akan
memperburuk status kebersihan mulut seorang individu, yang kemudian merupakan ko-
faktor terjadinya penyakit periodontal.
46. Rika Mayasari Alamsyah : Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Kebiasaan Merokok Dan Hubungannya Dengan Status
Penyakit Periodontal Remaja Di Kota Medan Tahun 2007, 2009.
2.7. Kerangka Konsep
Gambar 2.3. Kerangka Konsep Penelitian
Status Penyakit
Periodontal :
1. Indeks oral higiene
(plak + kalkulus)
2. Indeks periodontal
Kebiasaan
Merokok :
1. Tidak merokok
2. Merokok
Remaja (Siswa SMA)
Faktor-faktor yang
mempengaruhi
kebiasaan merokok :
1. Pengetahuan remaja
- Bahaya merokok
terhadap kesehatan
- Bahaya merokok
terhadap kesehatan gigi
dan mulut
- Zat yang berbahaya yang
terkandung di dalam
rokok
2. Pengaruh lingkungan sosial
- Orang tua
- Saudara serumah
- Teman
- Iklan
3. Sarana dan Prasarana
- Sumber dana untuk
membeli rokok
- Tempat untuk merokok
- Waktu untuk merokok
4. Alasan psikologis
- Pengaruh perasaan positif
- Pengaruh perasaan
negatif
- Adiktif
- Kebiasaan
- Gengsi
47. Rika Mayasari Alamsyah : Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Kebiasaan Merokok Dan Hubungannya Dengan Status
Penyakit Periodontal Remaja Di Kota Medan Tahun 2007, 2009.
BAB 3
METODE PENELITIAN
3.1. Jenis Penelitian
Jenis penelitian ini merupakan penelitian cross sectional yaitu penelitian non
eksperimental dalam rangka mempelajari korelasi antara variabel tergantung dan tidak
tergantung melalui pengujian hipotesa. Pada penelitian ini informasi mengenai merokok
diperoleh secara bersamaan dengan status penyakit periodontal.
3.2. Lokasi dan Waktu Penelitian
3.2.1. Lokasi Penelitian
Penelitian ini dilakukan pada remaja SMA di Kota Medan. Alsan pemilihan lokasi,
karena Kota Medan merupakan ibukota propinsi Sumatera Utara sehingga menjadikannya
sebagai pusat pemerintahan dan informasi.
3.2.2. Waktu Penelitian
Penelitian dimulai dengan melakukan penelusuran pustaka, survei awal,
mempersiapkan proposal penelitian, kolikium dan dilanjutkan dengan pelaksanaan
penelitian sampai penyusunan laporan akhir. Penelitian ini dilaksanakan mulai bulan Maret
2007 dan selesai bulan April 2008.
48. Rika Mayasari Alamsyah : Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Kebiasaan Merokok Dan Hubungannya Dengan Status
Penyakit Periodontal Remaja Di Kota Medan Tahun 2007, 2009.
3.3. Populasi dan Sampel Penelitian
3.3.1. Populasi Penelitian
Populasi penelitian ini adalah siswa SMA di Kota Medan yang merupakan anak
usia remaja yang dapat dijumpai secara berkelompok, berjumlah 117.038 orang dari 21
SMA Negeri dan 138 SMA Swasta yang ada di kota Medan (data pada Dinas
Pendidikan Sumatera Utara tahun 2006).
3.3.2. Sampel Penelitian
3.3.2.1.Besar Sampel
Sampel penelitian adalah remaja yang berstatus pelajar SMA di Kota Medan yang
merokok dan tidak merokok. Jumlah sampel ditentukan dengan memakai rumus estimasi
proporsi pada populasi dari Paul Leedy sebagai berikut:
Keterangan ;
Prakiraan proporsi populasi (P) = 40%
Confidence level = 95%
Relative precision (d) = 5% (dari 40%)
Z(1-α) = 1,96
Berdasarkan perhitungan dengan tingkat kemaknaan (α) 5% dengan confidence
level 95% diperoleh besar sampel minimal 369 (Lampiran 1). Jumlah ini ditambah 10%
untuk menghindari apabila ada data dari responden yang terpilih tidak lengkap sehingga
n = Z2
1-α P (1-P) / d2
49. Rika Mayasari Alamsyah : Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Kebiasaan Merokok Dan Hubungannya Dengan Status
Penyakit Periodontal Remaja Di Kota Medan Tahun 2007, 2009.
harus dikeluarkan saat akan dilakukan perhitungan secara statistik. Jumlah sampel pada
penelitian ini adalah 408 sampel.
3.3.2.2.Cara Sampling
Remaja yang dimaksud pada penelitian ini adalah siswa SMA, karena dapat
dijumpai secara berkelompok hingga memudahkan untuk pengambilan sampel. Sampel
sekolah diambil secara stratifikasi – klaster 2 tingkat. Tingkat pertama adalah strata
klasifikasi daerah yaitu berdasarkan pembagian kecamatan Kota Medan. Secara
administratif kota Medan terdiri atas 21 kecamatan yang digolongkan lagi menjadi 2
golongan yaitu lingkar luar dan lingkar dalam. Lingkar luar terdiri atas 11 kecamatan yaitu:
Kecamatan Medan tuntungan, Selayang, Sunggal, Johor, Denai, Perjuangan, Amplas,
Tembung, Marelan, Labuhan dan Belawan. Lingkar dalam terdiri atas 10 kecamatan yaitu:
Kecamatan Medan Baru, Petisah, Barat, Helvetia, Polonia, Medan Area, Medan Kota,
Maimun, Medan Timur dan Medan Deli.
Tingkat kedua adalah klasifikasi SMA, sekolah yang berada di lingkar dalam terdiri
atas 104 SMA Negeri dan SMA Swasta sedangkan Sekolah yang berada di lingkar luar
terdiri atas 55 SMA Negeri dan Swasta. Perbandingan jumlah sekolah di lingkar dalam dan
luar adalah 2 : 1, oleh karena keterbatasan waktu dan tenaga serta biaya dari peneliti, maka
dipilih secara random 4 SMA dari golongan lingkar dalam dan 2 SMA dari golongan
lingkar luar. Empat SMA lingkar dalam terdiri atas 2 sekolah Negeri dan 2 sekolah Swasta
sedangkan dua SMA lingkar luar terdiri atas 1 sekolah Negeri dan 1 sekolah Swasta.
Jumlah SMA yang akan diteliti ada 6 SMA Negeri dan Swasta. SMA yang dipilih secara
50. Rika Mayasari Alamsyah : Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Kebiasaan Merokok Dan Hubungannya Dengan Status
Penyakit Periodontal Remaja Di Kota Medan Tahun 2007, 2009.
random pada kecamatan lingkar dalam adalah SMA Negeri 1, SMA Negeri 2, SMA Swasta
Harapan dan SMA Swasta Angkasa 2 Lanud, sedangkan SMA pada kecamatan lingkar luar
adalah SMA Negeri 12 dan SMA Swasta Panca Budi. Setiap sekolah jumlah sampel 68
orang siswa. Setiap SMA dibagi menurut strata kelas, pada setiap tingkatan kelas diambil 1
kelas secara random. Setiap tingkatan kelas diambil 23 orang siswa secara random untuk
menjadi sampel.
3.4. Metode Pengumpulan Data
Pengumpulan data karteristik responden, kebiasaan merokok dan faktor-faktor yang
mempengaruhi kebiasaan merokok dilakukan dengan cara wawancara dengan alat bantu
kuesioner yang telah di uji coba sebelumnya. Pemeriksaan status penyakit periodontal
dilakukan dengan pemeriksaan didalam mulut menggunakan bantuan kaca mulut dan probe
WHO dengan penerangan sinar matahari melalui jendela. Pengumpulan data dilapangan
dilakukan oleh peneliti dibantu 5 orang dokter gigi. Untuk menghindari terjadinya
kesalahan pengukuran maka kepada pengumpul data dilakukan pelatihan dan kalibrasi
sehingga diperoleh persepsi dan interpretasi yang sama dan konsisten.
Uji validitas dan reabilitas instrumen penelitian. Pelaksanaan penelitian dilakukan
oleh peneliti dengan dibantu oleh tenaga dokter gigi. Pengujian validitas dan reabilitas
instrumen diperlukan untuk mendapatkan instrumen sebagai alat ukur yang dapat
mengukur dengan valid dan realibel dalam arti kesamaan data yang terkumpul dengan data
yang sesungguhnya pada objek yang diteliti. (Lampiran 5)
51. Rika Mayasari Alamsyah : Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Kebiasaan Merokok Dan Hubungannya Dengan Status
Penyakit Periodontal Remaja Di Kota Medan Tahun 2007, 2009.
3.5. Variabel dan Definisi Operasional
1. Remaja adalah anak yang berstatus pelajar SMA.
2. Faktor-faktor yang mempengaruhi kebiasaan merokok :
a. Pengetahuan remaja adalah pengetahuan remaja tentang bahaya rokok bagi
kesehatan secara umum dan kesehatan gigi, terdiri atas :
1. Bahaya merokok terhadap kesehatan adalah jenis-jenis penyakit yang dapat
disebabkan oleh rokok terhadap kesehatan.
2. Bahaya merokok terhadap kesehatan gigi dan mulut adalah jenis-jenis penyakit yang
dapat disebabkan oleh rokok terhadap kesehatan gigi dan mulut.
3. Zat berbahaya yang terkandung didalam rokok adalah zat-zat didalam rokok yang
dapat mengakibatkan penyakit bagi kesehatan maupun kesehatan gigi dan mulut.
b. Pengaruh lingkungan sosial adalah situasi lingkungan sosial responden yang
memungkinkan dapat mempengaruhi responden terhadap kebiasaan merokok, terdiri
atas :
1. Orang tua yang merokok adalah orang tua yang memiliki kebiasaan merokok.
2. Saudara serumah yang merokok adalah saudara yang tinggal dalam satu rumah yang
memiliki kebiasaan merokok.
3. Teman yang merokok adalah teman-teman sepermainan yang memiliki kebiasaan
merokok.
4. Iklan rokok adalah iklan yang menarik perhatian dan mendorong untuk akhirnya
menyebabkan seseorang memiliki kebiasaan merokok.
52. Rika Mayasari Alamsyah : Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Kebiasaan Merokok Dan Hubungannya Dengan Status
Penyakit Periodontal Remaja Di Kota Medan Tahun 2007, 2009.
c. Sarana dan prasarana : hal-hal yang dapat mendukung kebiasaan merokok
responden, yang terdiri atas :
1. Sumber dana untuk membeli rokok adalah sumber dana yang digunakan remaja SMA
untuk membeli rokok.
2. Tempat merokok adalah lokasi dimana responden melakukan aktivitas merokok.
3. Waktu merokok adalah waktu atau kapan responden melakukan aktivitas merokok.
d. Alasan psikologis : alasan psikologis remaja yang mempengaruhinya untuk merokok,
terdiri atas :
1. Pengaruh perasaan positif adalah rokok dapat menambah atau meningkatkan
kenikmatan atau untuk menyenangkan perasaan.
2. Pengaruh perasaan negatif adalah bahwa rokok dapat mengurangi perasaan negatif
seperti marah, gelisah atau kesal.
3. Adiktif adalah perilaku merokok yang sudah menjadi kecanduan, orang tersebut akan
menambah dosis rokok setiap saat setelah efek rokok berkurang.
4. Kebiasaan adalah bahwa rokok bukan untuk mengendalikan perasaan, tetapi karena
merokok sudah menjadi kebiasaan rutin.
5. Gengsi adalah perasaan yang membuat seseorang merasa lebih hebat atau lebih tinggi
derajatnya bila merokok.
3. Kebiasaan merokok :
a. Tidak merokok adalah seseorang yang tidak merokok atau orang yang diluar
kriteria perokok.
53. Rika Mayasari Alamsyah : Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Kebiasaan Merokok Dan Hubungannya Dengan Status
Penyakit Periodontal Remaja Di Kota Medan Tahun 2007, 2009.
b. Merokok adalah seseorang yang merokok sedikitnya 1 batang per hari selama
sekurang-kurangnya 1 tahun.
4. Status penyakit periodontal terdiri atas :
a. Indeks oral higiene adalah status kebersihan gigi dan mulut yang terdiri atas indeks
plak dan kalkulus.
b. Indeks periodontal adalah pemeriksaan status periodontal rongga mulut.
3.6. Metode Pengukuran
Variabel Cara Ukur Alat Ukur Skala
I.Faktor-faktor yang mempengaruhi kebiasaan
merokok
1. Pengetahuan remaja
1.1.Bahaya merokok terhadap kesehatan
1.2.Bahaya merokok terhadap kesehatan gigi
dan mulut
1.3.Zat berbahaya yang terkandung dalam rokok
2. Pengaruh lingkungan sosial
2.1.Orang tua yang merokok
2.2.Saudara serumah yang merokok
2.3.Teman yang merokok
2.4.Iklan rokok
3. Sarana dan prasarana
3.1.Sumber dana untuk membeli rokok
3.2.Tempat untuk merokok
3.3.Waktu untuk merokok
4. Alasan psikologis
4.1.Pengaruh perasaan positif
4.2.Pengaruh perasaan negatif
4.3.Adiktif
4.4.Kebiasaan
4.5.Gengsi
Wawancara
Wawancara
Wawancara
Wawancara
Kuesioner
Kuesioner
Kuesioner
Kuesioner
Nominal
Nominal
Nominal
Nominal
II. Kebiasaan merokok
1. Bukan perokok
2. Perokok
Wawancara
Wawancara
Kuesioner
Kuesioner
Nominal
Nominal
III. Status penyakit periodontal
1. Indeks oral higiene Observasi Pemeriksaan Ordinal
54. Rika Mayasari Alamsyah : Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Kebiasaan Merokok Dan Hubungannya Dengan Status
Penyakit Periodontal Remaja Di Kota Medan Tahun 2007, 2009.
2. Indeks periodontal Observasi Pemeriksaan Ordinal
IV. Karakteristik merokok
1. Jumlah batang rokok per hari
2. Jenis perokok
3. Jenis rokok
4. Lama merokok
Wawancara
Wawancara
Wawancara
Wawancara
Kuesioner
Kuesioner
Kuesioner
Kuesioner
Nominal
Nominal
Nominal
Nominal
Indeks pengukuran status penyakit periodontal yang dipakai pada penelitian ini
adalah Indeks Penyakit Periodontal Ramfyord. Indeks ini dipakai untuk mengukur adanya
dan tingkat keparahan penyakit periodontal yang terdiri atas komponen: Indeks
Periodontal, Plak dan Kalkulus. Indeks ini pengukurannya mengkombinasikan penilaian
gingivitis dan kedalaman saku pada enam gigi indeks yang terpilih masing-masing 16, 21,
24, 36, 41, 44 karena ke enam gigi terpilih telah terbukti merupakan indikator yang dapat
diandalkan bagi keadaan seluruh mulut. Bila salah satu gigi ini hilang, gigi di sampingnya
(17, 11, 25, 37, 42, dan 45) dapat dipakai sebagai pengganti. Untuk pengukuran kedalam
saku digunakan prob periodontal (WHO) yang mempunyai kalibrasi dalam milimeter. Prob
yang digunakan mempunyai batas warna hitam 3-6mm. Semua pengukuran dibulatkan ke
milimeter terdekat. Pengukuran dilakukan pada: sisi vestibular di bagian tengahnya, sudut
mesio vestibular pada daerah kontak interproksimal, bagian tengah permukaan oral dan
sudut disto oral daerah kontak interproksimal. Pada waktu pengukuran pada sudut mesio
vestibular dan disto oral, prob dalam keadaan berkontak dengan gigi.
55. Rika Mayasari Alamsyah : Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Kebiasaan Merokok Dan Hubungannya Dengan Status
Penyakit Periodontal Remaja Di Kota Medan Tahun 2007, 2009.
Indeks Periodontal oleh Ramfyord, 1959
Skor Kriteria
0
1
2
3
4
5
6
Tidak ada tanda-tanda peradangan
Perubahan peradangan ringan sampai sedang pada gingival, tapi belum
mengelilingi gigi
Gingivitis ringan sampai sedang yang sudah mengelilingi gigi
Gingivitis yang parah ditandai dengan warna merah, pembengkakan
gingival tendensi mudah berdarah dan ulserasi
Pembentukan saku kurang dari 3mm (warna hitam terlihat semuanya)
Pembentukan saku 3-6mm (warna hitam bagian atas diperbatasan)
Pembentukan saku lebih dari 6mm (warna hitam tidak terlihat sama sekali)
Jumlah skor
Indeks Periodontal = ---------------------------------------
Jumlah gigi yang diperiksa (6)
Sebelum indeks diperiksa, diteteskan 2 tetes pewarna kue warna rose pink untuk mewarnai
plak kemudian responden disuruh berkumur dengan air putih.
Indeks Plak PDI Ramfyord yang dimodifikasi oleh Shick dan Ash, 1959
Skor Kriteria
0
1
2
3
Tidak ada plak
Adanya plak pada daerah interproksimal atau pada tepi gingival yang menutupi
kurang dari 1/3 separuh gingival permukaan vestibular dan oral gigi
Adanya plak yang menutupi lebih dari 1/3 tetapi kurang dari 2/3 separuh gingival
permukaan vestibular dan oral gigi
Adanya plak menutupi 2/3 atau lebih separuh gingival permukaan vestibular atau
oral gigi
Jumlah skor
Indeks plak = ----------------------------------------
Jumlah gigi yang diperiksa (6)
56. Rika Mayasari Alamsyah : Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Kebiasaan Merokok Dan Hubungannya Dengan Status
Penyakit Periodontal Remaja Di Kota Medan Tahun 2007, 2009.
Indeks kalkulus PDI oleh Ramfyord, 1959
Skor Kriteria
0
1
2
3
Tidak ada kalkulus
Adanya kalkulus supragingiva yang menutupi kurang dari 1/3 separuh
gingival
Adanya kalkulus supragingiva yang menutupi lebih dari 1/3 tetapi kurang
dari 2/3 separuh gingival dan kalkulus subgingival atau kalkulus
subgingival yang belum melingkari gigi
Adanya penumpukan kalkulus supragingival yang menutupi 2/3 atau lebih
separuh gingival dan subgingival yang sudah melingkari gigi
Jumlah skor
Indeks kalkulus = -------------------------------------------------
Jumlah gigi yang diperiksa (6)
Indeks Oral Higiene = Indeks plak + Indeks kalkulus
Kategori Indeks Oral Higiene :
Baik : 0 – 1,2
Sedang : 1,3 – 3
Buruk : 3,1 – 6
3.7. Metode Analisis Data
Data primer dan sekunder yang telah diperoleh dianalisis melalui proses pengolahan
data yang mencakup kegiatan-kegiatan sebagai berikut :
a. Editing, penyunting data yang dilakukan untuk menghindari kesalahan atau
kemungkinan adanya kuesioner yang belum terisi.
b. Koding, pemberian kode dan skoring pada tiap jawaban untuk memudahkan proses
entri data.
57. Rika Mayasari Alamsyah : Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Kebiasaan Merokok Dan Hubungannya Dengan Status
Penyakit Periodontal Remaja Di Kota Medan Tahun 2007, 2009.
c. Entry data, setelah proses koding dilakukan pemasukan data ke komputer dengan
menggunakan program komputer.
d. Cleaning, sebelum analisis data dilakukan pengecekan dan perbaikan terhadap data
yang sudah masuk.
e. Analisis data dilakukan dengan uji statistik memakai bantuan program komputer.
Analisis data dilakukan melalui beberapa tahapan sebagai berikut :
1. Analisis data Univariat
Analisis ini bertujuan untuk memperoleh gambaran faktor-faktor yang mempengaruhi
kebiasaan merokok dan kebiasaan merokok. Dari data ini diperoleh faktor-faktor yang
mempengaruhi kebiasaan merokok berdasarkan pengetahuan remaja, pengaruh
lingkungan sosial, sarana dan prasarana dan alasan psikologis serta prevalensi perokok,
persentase perokok berdasarkan jenis perokok, jenis rokok, lama merokok.
2. Analisis bivariat
Analisis statistik dilakukan untuk melihat hubungan antara faktor-faktor yang
mempengaruhi kebiasaan merokok dengan perokok dan bukan perokok, uji statistik
yang dipakai adalah uji korelasi pearson Chi-Square. Apabila nilai probabilitas yang
diperoleh lebih kecil daripada α = 0,05 maka hipotesis nol ditolak. Untuk melihat
hubungan antara kebiasaan merokok dengan status penyakit periodontal dipakai uji t-
test.
Rumus dasar Chi-Square :
k ( fo – fn )
X2
= ∑ ----------------
i=1 fn
58. Rika Mayasari Alamsyah : Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Kebiasaan Merokok Dan Hubungannya Dengan Status
Penyakit Periodontal Remaja Di Kota Medan Tahun 2007, 2009.
Rumus dasar t-test :
X1 - X2
T = --------------------------
S1
2
S2
2
√ ------ + -------
n1 n2
59. Rika Mayasari Alamsyah : Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Kebiasaan Merokok Dan Hubungannya Dengan Status
Penyakit Periodontal Remaja Di Kota Medan Tahun 2007, 2009.
60. Rika Mayasari Alamsyah : Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Kebiasaan Merokok Dan Hubungannya Dengan Status
Penyakit Periodontal Remaja Di Kota Medan Tahun 2007, 2009.
BAB 4
HASIL PENELITIAN
4.1. Deskripsi Lokasi Penelitian
Penelitian ini dilakukan di Kota Medan yang memiliki 21 kecamatan. Secara
administratif Kota Medan terbagi atas 2 wilayah yaitu wilayah lingkar luar yang terdiri atas
10 kecamatan dan lingkar dalam yang terdiri dari 11 kecamatan. Kota Medan memiliki 159
SMA, yang terdiri dari 21 SMA Negeri dan 138 SMA Swasta. Wilayah lingkar dalam
memiliki 104 SMA sedangkan wilayah lingkar luar memiliki 55 SMA. Jumlah remaja
SMA di Kota Medan adalah 117.038 orang (data Dinas Pendidikan Sumatera Utara 2006).
4.2. Rasio prevalensi faktor-faktor yang mempengaruhi kebiasaan merokok pada
remaja di Kota Medan
4.2.1. Rasio prevalensi pengetahuan remaja dengan kebiasaan merokok di Kota
Medan
Hasil penelitian menunjukkan prevalensi remaja yang merokok adalah 30,14% dan
yang tidak merokok 69,86%. Remaja yang mengetahui bahaya merokok terhadap
kesehatan adalah 80,63%, sedangkan yang tidak tahu 19,37%. Hasil analisis rasio
prevalensi pengetahuan bahaya rokok responden terhadap kesehatan dengan kebiasaan
merokok adalah 2,22, hal ini menunjukkan bahwa orang yang mengetahui bahaya rokok
terhadap kesehatan mempunyai kebiasaan merokok 2,22 kali dibandingkan yang tidak tahu.
Persentase pengetahuan bahaya rokok terhadap kesehatan menunjukkan sebagian
besar yaitu 80,63% mengetahui bahwa rokok dapat menyebabkan serangan jantung dan 60-
61. Rika Mayasari Alamsyah : Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Kebiasaan Merokok Dan Hubungannya Dengan Status
Penyakit Periodontal Remaja Di Kota Medan Tahun 2007, 2009.
65% mengetahui rokok dapat menyebabkan gangguan kehamilan dan janin, hipertensi,
gangguan pernafasan, kanker, bronkhitis dan impoten (Tabel 4.1).
Tabel 4.1. Persentase pengetahuan bahaya rokok terhadap kesehatan pada remaja di
Kota Medan Tahun 2007
Pengetahuan bahaya rokok terhadap
kesehatan
Tahu Tidak tahu
N % N %
Serangan jantung
Gangguan kehamilan dan janin
Hipertensi
Gangguan pernafasan
Kanker
Bronkhitis
Impoten
329
266
261
258
254
251
246
80,63
65,19
63,97
63,23
62,25
61,51
60,29
79
142
147
150
154
157
162
19,37
34,81
36,03
36,77
37,75
38,49
39,71
Hasil penelitian menunjukkan remaja yang mengetahui bahaya merokok terhadap
kesehatan gigi dan mulut adalah 64,21% dan yang tidak tahu 35,79%. Hasil analisis rasio
prevalensi pengetahuan bahaya rokok responden terhadap kesehatan gigi dan mulut dengan
kebiasaan merokok adalah 1,58, hal ini menunjukkan bahwa orang yang mengetahui
bahaya merokok terhadap kesehatan gigi dan mulut mempunyai kebiasaan merokok 1,58
kali dibandingkan yang tidak tahu.
Persentase pengetahuan bahaya rokok terhadap kesehatan gigi dan mulut pada
remaja menunjukkan 59,06-64,21% mengetahui bahwa rokok dapat menyebabkan kanker
rongga mulut, stein/bercak hitam pada gigi, bau mulut yang tidak sedap dan 49,75-54,41%
mengetahui rokok dapat menyebabkan bercak putih pada lidah, berkurangnya pengecapan
lidah dan pendarahan pada gusi (Tabel 4.2)
62. Rika Mayasari Alamsyah : Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Kebiasaan Merokok Dan Hubungannya Dengan Status
Penyakit Periodontal Remaja Di Kota Medan Tahun 2007, 2009.
Tabel 4.2. Persentase pengetahuan bahaya rokok terhadap kesehatan gigi dan mulut
pada remaja di Kota Medan Tahun 2007
Pengetahuan bahaya rokok terhadap
kesehatan gigi dan mulut
Tahu Tidak tahu
N % N %
Bau mulut yang tidak sedap
Stein/bercak hitam pada gigi
Kanker rongga mulut
Pendarahan pada gusi
Berkurangnya pengecapan lidah
Bercak putih pada lidah
262
252
241
222
217
203
64,21
61,76
59,06
54,41
53,18
49,75
146
156
167
186
191
205
35,79
38,24
40,94
45,59
46,82
50,25
Hasil penelitian menunjukkan remaja yang mengetahui zat berbahaya dalam rokok
adalah 67,64% dan yang tidak tahu 32,36%. Hasil analisis rasio prevalensi pengetahuan zat
berbahaya dalam rokok dengan kebiasaan merokok adalah 1,48, hal ini menunjukkan
bahwa orang yang mengetahui zat berbahaya dalam rokok mempunyai kebiasaan merokok
1,48 kali dibandingkan yang tidak tahu.
Persentase pengetahuan zat berbahaya dalam rokok pada remaja menunjukkan
67,64% responden mengetahui bahwa rokok mengandung nikotin dan tar, sedangkan
38,97-45,83% mengetahui rokok mengandung piridin, hidrogen sianida dan fenol (Tabel
4.3.).
63. Rika Mayasari Alamsyah : Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Kebiasaan Merokok Dan Hubungannya Dengan Status
Penyakit Periodontal Remaja Di Kota Medan Tahun 2007, 2009.
Tabel 4.3. Persentase pengetahuan zat berbahaya dalam rokok pada remaja di Kota
Medan Tahun 2007
Zat berbahaya dalam rokok Tahu Tidak tahu
N % N %
Nikotin
Tar
Fenol
Hidrogen Sianida
Piridin
276
276
187
173
159
67,64
67,64
45,83
42,40
38,97
132
132
221
235
249
32,36
32,36
54,17
57,60
61,03
4.2.2. Rasio prevalensi pengaruh lingkungan sosial remaja dengan kebiasaan
merokok di Kota Medan
Hasil penelitian menunjukkan remaja yang orang tuanya merokok 43,13% dan yang
tidak merokok 56,87%. Hasil analisis rasio prevalensi pengaruh orang tua merokok dengan
kebiasaan merokok adalah 1,38, hal ini menunjukkan bahwa responden yang orang tuanya
merokok mempunyai kebiasaan merokok 1,38 kali dibandingkan orang tuanya yang tidak
merokok.
Hasil penelitian menunjukkan remaja yang saudara serumahnya merokok 38,48%
dan yang tidak merokok 61,52%. Hasil analisis rasio prevalensi pengaruh saudara serumah
merokok dengan kebiasaan merokok adalah sebesar 1.43, hal ini menunjukkan bahwa
responden yang saudara serumahnya merokok mempunyai kebiasaan merokok 1.43 kali
dibandingkan saudara serumahnya yang tidak merokok.
Remaja yang teman dekatnya merokok 56,37% dan yang tidak merokok 43,63%.
Hasil analisis rasio prevalensi pengaruh teman merokok dengan kebiasaan merokok adalah
sebesar 1,49, hal ini menunjukkan bahwa responden yang teman dekatnya merokok
64. Rika Mayasari Alamsyah : Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Kebiasaan Merokok Dan Hubungannya Dengan Status
Penyakit Periodontal Remaja Di Kota Medan Tahun 2007, 2009.
mempunyai kebiasaan merokok 1.49 kali dibandingkan teman dekatnya yang tidak
merokok.
Remaja yang mengaku iklan rokok mempengaruhi kebiasaan merokok 62,99% dan
yang tidak 37,01%. Hasil analisis rasio prevalensi pengaruh iklan rokok dengan kebiasaan
merokok adalah 1,42, hal ini menunjukkan bahwa responden yang mengaku iklan rokok
mempengaruhi kebiasaan merokok mempunyai kebiasaan merokok 1,42 kali dibandingkan
yang mengaku iklan rokok tidak mempengaruhinya.
4.3. Hubungan faktor-faktor yang mempengaruhi kebiasaan merokok pada
remaja di Kota Medan
4.3.1. Hubungan faktor pengetahuan dengan kebiasaan merokok pada remaja di
Kota Medan
Remaja yang mengetahui bahaya merokok terhadap kesehatan 33,73% memiliki
kebiasaan merokok, sedangkan yang tidak tahu bahaya merokok terhadap kesehatan
15,18% merokok. Hasil analisis statistik menunjukkan ada hubungan yang signifikan
antara pengetahuan responden tentang bahaya rokok terhadap kesehatan dengan kebiasaan
merokok responden (p=0,001) (Tabel 4.4)
65. Rika Mayasari Alamsyah : Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Kebiasaan Merokok Dan Hubungannya Dengan Status
Penyakit Periodontal Remaja Di Kota Medan Tahun 2007, 2009.
Tabel 4.4. Hubungan pengetahuan bahaya rokok terhadap kesehatan dengan
Kebiasaan Merokok Pada Remaja di Kota Medan Tahun 2007
Pengetahuan
bahaya Rokok
terhadap
Kesehatan
Kebiasaan Merokok Jumlah
Hasil analisis
statistik
Merokok
(%)
Tidak
Merokok
(%)
N %
Tahu 111
(33,73)
218
(66,27)
329 80,63 RP = 2,22
X² =10,408
Df = 1
p = 0,001
Tidak Tahu 12
(15,18)
67
(84,82)
79 19,37
Jumlah 123
(30,14)
285
(69,86)
408 100
Remaja yang mengetahui bahaya merokok terhadap kesehatan gigi dan mulut
34,73% memiliki kebiasaan merokok, sedangkan yang tidak tahu bahaya merokok terhadap
kesehatan gigi dan mulut 21,91% merokok. Hasil analisis statistik menunjukkan ada
hubungan yang signifikan antara pengetahuan responden tentang bahaya rokok terhadap
kesehatan gigi dan mulut dengan kebiasaan merokok responden (p=0,007) (Tabel 4.5).
Tabel 4.5. Hubungan pengetahuan bahaya rokok terhadap kesehatan gigi dan mulut
dengan kebiasaan merokok pada remaja di Kota Medan Tahun 2007
Pengetahuan
bahaya Rokok
terhadap Kesehatan
Gigi dan Mulut
Kebiasaan Merokok Jumlah
Hasil analisis
statistik
Merokok
(%)
Tidak
Merokok
(%)
N %
Tahu 91
(34,73)
171
(65,27)
262 64,21 RP = 1,58
X² = 7,311
Df = 1
p = 0,007
Tidak Tahu 32
(21,91)
114
(78,09)
146 35,79
Jumlah 123
(30,14)
285
(69,86)
408 100
66. Rika Mayasari Alamsyah : Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Kebiasaan Merokok Dan Hubungannya Dengan Status
Penyakit Periodontal Remaja Di Kota Medan Tahun 2007, 2009.
Remaja yang mengetahui zat berbahaya dalam rokok 33,69% memiliki kebiasaan
merokok, sedangkan yang tidak tahu zat berbahaya dalam rokok 22,72% merokok. Hasil
analisis statistik menunjukkan ada hubungan yang signifikan antara pengetahuan responden
tentang zat berbahaya dalam rokok dengan kebiasaan merokok responden (p=0,028) (Tabel
4.6).
Tabel 4.6. Hubungan pengetahuan zat berbahaya dalam rokok dengan kebiasaan
merokok pada remaja di Kota Medan Tahun 2007
Pengetahuan Zat
Berbahaya Dalam
Rokok
Kebiasaan
Merokok
Jumlah
Hasil analisis
statistikMerokok
(%)
Tidak
Merokok
(%)
N %
Tahu 93
(33,69)
183
(66,31)
276 67,64 RP = 1,48
X² = 5,101
Df = 1
p = 0,028
Tidak Tahu 30
(22,72)
102
(77,28)
132 32,36
Jumlah 123
(30,14)
285
(69,86)
408 100
4.3.2. Hubungan faktor lingkungan sosial dengan kebiasaan merokok pada remaja
di Kota Medan
Responden yang orang tuanya merokok sebesar 35,79% memiliki kebiasaan
merokok, sedangkan responden yang orang tuanya tidak merokok persentase kebiasaan
merokok lebih rendah yaitu 25,86%. Hasil analisis statistik menunjukkan bahwa ada
hubungan yang signifikan antara pengaruh orang tua merokok dengan kebiasaan merokok
responden (p=0,038) (Tabel 4.7).
67. Rika Mayasari Alamsyah : Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Kebiasaan Merokok Dan Hubungannya Dengan Status
Penyakit Periodontal Remaja Di Kota Medan Tahun 2007, 2009.
Tabel 4.7. Hubungan pengaruh orang tua merokok dengan kebiasaan merokok pada
remaja di Kota Medan Tahun 2007
Pengaruh
Orangtua
Merokok
Kebiasaan Merokok Jumlah
Hasil analisis
statistik
Merokok
(%)
Tidak
Merokok
(%)
N %
Ada 63
(35,79)
113
(64,21)
176 43,13 RP = 1,38
X² = 4,689
Df = 1
p = 0,038
Tidak Ada 60
(25,86)
172
(74,14)
232 56,87
Jumlah 123
(30,14)
285
(69,86)
408 100
Responden yang saudara serumahnya merokok 36,94% memiliki kebiasaan
merokok, sedangkan responden yang saudara serumahnya tidak merokok 25,89% memiliki
kebiasaan merokok. Hasil analisis statistik menunjukkan ada hubungan yang signifikan
antara pengaruh saudara serumah merokok dengan kebiasaan merokok responden (p=0,02)
(Tabel 4.8).
Tabel 4.8. Hubungan pengaruh saudara serumah merokok dengan kebiasaan
merokok pada remaja di Kota Medan Tahun 2007
Pengaruh Saudara
Serumah Merokok
Kebiasaan Merokok Jumlah
Hasil analisis
statistik
Merokok
(%)
Tidak
Merokok
(%)
N %
Ada 58
(36,94)
99
(63,06)
157 38,48 RP = 1.43
X² = 5,596
Df = 1
p = 0,02
Tidak Ada 65
(25,89)
186
(74,11)
251 61,52
Jumlah 123
(30,14)
285
(69,86)
408 100
68. Rika Mayasari Alamsyah : Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Kebiasaan Merokok Dan Hubungannya Dengan Status
Penyakit Periodontal Remaja Di Kota Medan Tahun 2007, 2009.
Responden yang teman dekatnya merokok 35,21% memiliki kebiasaan merokok,
sedangkan responden yang teman dekatnya tidak merokok persentase kebiasaan merokok
lebih rendah yaitu 23,59%. Hasil analisis statistik menunjukkan ada hubungan yang
signifikan antara pengaruh teman merokok dengan kebiasaan merokok responden
(p=0,012) (Tabel 4.9).
Tabel 4.9. Hubungan pengaruh teman merokok dengan kebiasaan merokok pada
remaja di Kota Medan Tahun 2007
Pengaruh Teman
Merokok
Kebiasaan Merokok Jumlah
Hasil analisis
statistik
Merokok
(%)
Tidak
Merokok
(%)
N %
Ada 81
(35,21)
149
(64,79)
230 56,37 RP = 1,49
X² = 6,436
Df = 1
p = 0,012
Tidak Ada 42
(23,59)
136
(76,41)
178 43,63
Jumlah 123
(30,14)
285
(69,86)
408 100
Responden yang mengaku iklan rokok mempengaruhi kebiasaan merokok 33,85%
memiliki kebiasaan merokok, sedangkan responden yang mengaku iklan rokok tidak
mempengaruhinya memiliki kebiasaan merokok lebih rendah yaitu 23,84%. Hasil analisis
statistik menunjukkan ada hubungan yang signifikan antara pengaruh iklan rokok dengan
kebiasaan merokok responden (p=0,034) (Tabel 4.10).
69. Rika Mayasari Alamsyah : Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Kebiasaan Merokok Dan Hubungannya Dengan Status
Penyakit Periodontal Remaja Di Kota Medan Tahun 2007, 2009.
Tabel 4.10. Hubungan pengaruh iklan rokok dengan kebiasaan merokok pada
remaja di Kota Medan Tahun 2007
Pengaruh Iklan
Rokok
Kebiasaan Merokok Jumlah
Hasil analisis
statistik
Merokok
(%)
Tidak
Merokok
(%)
N %
Ada 87
(33,85)
170
(66,15)
257 62,99 RP = 1,42
X² = 4,527
Df = 1
p = 0,034
Tidak Ada 36
(23,84)
115
(76,16)
151 37,01
Jumlah 123
(30,14)
285
(69,86)
408 100
4.4. Hubungan kebiasaan merokok dengan status penyakit periodontal pada
remaja di Kota Medan
4.4.1. Hubungan kebiasaan merokok dengan Indeks Oral Higiene pada remaja di
Kota Medan
Rerata indeks oral higiene responden yang tidak merokok adalah 2,157 ± 1,422,
sedangkan yang merokok reratanya lebih besar yaitu 2,742 ± 1,893. Hasil uji statistik t-test
menunjukkan ada perbedaan yang signifikan antara indeks oral higiene (IOH) responden
yang tidak merokok dengan responden yang merokok (p=0,001) (Tabel 4.11).
Tabel 4.11. Hubungan kebiasaan merokok dengan Indeks Oral Higiene pada remaja
di Kota Medan Tahun 2007
Kebiasaan N Rerata SD SE Hasil analisis
statistik
Tidak
Merokok
Merokok
285
123
2,157
2,742
1,422
1,893
8.42E-02
0.171
t=-3,437
df=406
p=0,001
70. Rika Mayasari Alamsyah : Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Kebiasaan Merokok Dan Hubungannya Dengan Status
Penyakit Periodontal Remaja Di Kota Medan Tahun 2007, 2009.
4.4.2. Hubungan kebiasaan merokok dengan Indeks Periodontal pada remaja di
Kota Medan
Rerata indeks periodontal (IP) responden yang tidak merokok adalah 0,617 ± 0,689,
sedangkan untuk responden yang merokok reratanya lebih besar yaitu 1,132 ± 1,031. Hasil
uji statistik t-test menunjukkan ada perbedaan yang signifikan indeks periodontal antara
responden yang merokok dengan yang tidak merokok (p=0,000) (Tabel 4.12).
Tabel 4.12. Hubungan kebiasaan merokok dengan Indeks Periodontal pada remaja
di Kota Medan Tahun 2007
Variabel N Rerata SD SE Hasil analisis
statistik
Tidak Merokok
Merokok
285
123
0,617
1,132
0,689
1,031
4.084E-02
9.293E-02
t=-5,905
df=406
p=0,000
4.4.3. Hubungan jenis perokok dengan Indeks Oral Higiene pada remaja di Kota
Medan
Responden yang termasuk kategori perokok ringan sebesar 49,11% memiliki indeks
oral higiene sedang, perokok sedang sebesar 55,61% memiliki indeks oral higiene buruk
dan perokok berat sebesar 50% memiliki indeks oral higiene buruk. Hasil uji statistik
menunjukkan tidak ada perbedaan yang signifikan antara jenis perokok dengan indeks oral
higiene (p = 0,088) (Tabel 4.13)