Teks biografi adalah teks yang berisikan tentang cerita suatu tokoh dalam mengarungi kehidupannya, baik berupa masalahnya ataupun kelebihannya, yang ditulis oleh seseorang agar tokoh tersebut dapat diteladani orang banyak. Selain biografi, terdapat pula teks autobiografi
NU, SOEKARNO, DAN STAAT ISLAM WACANA NEGARA ISLAM DALAM BERITA NAHDLATOEL OEL...IAIN Tulungagung
Islamic state once became the central discourse in the ideological debate of the state before and several years after Indonesian independence. Even the discourse of Islamic state has not yet been resolved until now. As one of the religious organizations, in the historical record, Nahdlatul Ulama (NU) was actually supporting the establishment of an Islamic state in Indonesia. Informed from Bi-weekly News of Nahdlatoel Oelama (BNO) published between June 1 to October 15, 1940, NU believed that Islam covers the issue of religion and the world, including politics. Therefore, they rejected Soekarno’s secularism discourse. As a traditionalist Islamic groups, NU involved in the polemics of the state ideology which was often narrated merely by modernist Islamic groups.
Teks biografi adalah teks yang berisikan tentang cerita suatu tokoh dalam mengarungi kehidupannya, baik berupa masalahnya ataupun kelebihannya, yang ditulis oleh seseorang agar tokoh tersebut dapat diteladani orang banyak. Selain biografi, terdapat pula teks autobiografi
NU, SOEKARNO, DAN STAAT ISLAM WACANA NEGARA ISLAM DALAM BERITA NAHDLATOEL OEL...IAIN Tulungagung
Islamic state once became the central discourse in the ideological debate of the state before and several years after Indonesian independence. Even the discourse of Islamic state has not yet been resolved until now. As one of the religious organizations, in the historical record, Nahdlatul Ulama (NU) was actually supporting the establishment of an Islamic state in Indonesia. Informed from Bi-weekly News of Nahdlatoel Oelama (BNO) published between June 1 to October 15, 1940, NU believed that Islam covers the issue of religion and the world, including politics. Therefore, they rejected Soekarno’s secularism discourse. As a traditionalist Islamic groups, NU involved in the polemics of the state ideology which was often narrated merely by modernist Islamic groups.
KONSTRUKSI NASIONALISME RELIGIUS: Relasi Cinta dan Harga Diri dalam Karya Sas...Episteme IAIN Tulungagung
Seiring dengan menguatnya ideologi nasionalis-sekuler pascakemerdekaan, muncullah konsep nasionalisme berdasarkan sejumlah sumber yang bertolak belakang satu sama lain. Itulah nasionalisme eklektik ala Soekarno yang menerapkan analisis Marxis tentang penindasan imperialisme dan pada saat yang sama, menggunakan sikap permusuhan kaum Muslimin terhadap penjajah kafir. Ia menggelindingkan konsep Nasakom untuk menyimbolkan kesatuan nasionalisme, agama dan komunisme. Dalam konteks ini, penulis melihat permasalahan kompleks ideologi Nasakom sehingga banyak tokoh, ulama dan ilmuwan Muslim yang mengambil jarak dengan tokoh nomor wahid di Indonesia saat itu, seperti Muhammad Natsir, Haji Agus Salim, Muhammad Hatta dan Hamka. Tokoh yang disebut belakangan, yakni Haji Abdul Malik bin Abdul Karim Amrullah (Hamka) inilah yang menjadi perhatian penulis terkait konsep nasionalisme yang diusungnya. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui konstruksi pemikiran nasionalisme-religius Hamka dalam karya-karya sastranya, seperti Si Sabariah, Di Bawah Lindungan Ka’bah, Tenggelamnya Kapal Van Der Wijck dan Merantau ke Deli. Data-data yang diperoleh dari novel-novel di atas dianalisis melalui teori hermeneutika, suatu pendekatan ilmiah yang menghubungkan antara pembaca (qari) dengan teks (al-Maqru’).
Pancasila pada hakekatnya bukan hanya merupakan suatu hasil perenungan atau pemikiran seseorang atau sekelompok orang sebagaimana ideologi-ideologi di dunia, namun Pancasila diangkat dari nilai-nilai adat-istiadat, nilai-nilai kebudayaan serta nilai religius yang terdapat dalam pandangan hidup masyarakat Indonesia sebelum membentuk negara
KONSTRUKSI NASIONALISME RELIGIUS: Relasi Cinta dan Harga Diri dalam Karya Sas...Episteme IAIN Tulungagung
Seiring dengan menguatnya ideologi nasionalis-sekuler pascakemerdekaan, muncullah konsep nasionalisme berdasarkan sejumlah sumber yang bertolak belakang satu sama lain. Itulah nasionalisme eklektik ala Soekarno yang menerapkan analisis Marxis tentang penindasan imperialisme dan pada saat yang sama, menggunakan sikap permusuhan kaum Muslimin terhadap penjajah kafir. Ia menggelindingkan konsep Nasakom untuk menyimbolkan kesatuan nasionalisme, agama dan komunisme. Dalam konteks ini, penulis melihat permasalahan kompleks ideologi Nasakom sehingga banyak tokoh, ulama dan ilmuwan Muslim yang mengambil jarak dengan tokoh nomor wahid di Indonesia saat itu, seperti Muhammad Natsir, Haji Agus Salim, Muhammad Hatta dan Hamka. Tokoh yang disebut belakangan, yakni Haji Abdul Malik bin Abdul Karim Amrullah (Hamka) inilah yang menjadi perhatian penulis terkait konsep nasionalisme yang diusungnya. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui konstruksi pemikiran nasionalisme-religius Hamka dalam karya-karya sastranya, seperti Si Sabariah, Di Bawah Lindungan Ka’bah, Tenggelamnya Kapal Van Der Wijck dan Merantau ke Deli. Data-data yang diperoleh dari novel-novel di atas dianalisis melalui teori hermeneutika, suatu pendekatan ilmiah yang menghubungkan antara pembaca (qari) dengan teks (al-Maqru’).
Pancasila pada hakekatnya bukan hanya merupakan suatu hasil perenungan atau pemikiran seseorang atau sekelompok orang sebagaimana ideologi-ideologi di dunia, namun Pancasila diangkat dari nilai-nilai adat-istiadat, nilai-nilai kebudayaan serta nilai religius yang terdapat dalam pandangan hidup masyarakat Indonesia sebelum membentuk negara
Keadaan ekonomi dan taraf hidup masyarakat rezim orde lama
Ekperimen politik presiden soekarno mengenai konsepsi nasakom
1. Ekperimen politik Presiden Soekarno mengenai konsepsi Nasakom bukanlah
muncul dengan tiba-tiba di saat beliau telah menjadi seorang presiden
bahkan Nasakom adalah cita-cita Presiden Soekarno yang dia pikirkan
matang-matang sejak usia mudanya:
Rekam jejak Presiden Soekarno sendiri dapat ditelusuri dari berbagai
tulisannya yang kemudian dibukukan dengan judul Di Bawah Bendera
Revolusi. Salah satu gagasan yang kontroversial diutarakan oleh Presiden
Soekarno muda adalah angan-angannya untuk bisa menyatukan tiga kekuatan
politik besar yang didasari pandangan Islamisme, Nasionalisme, dan
Marxisme, yang kelak di eksperimenkan ke dalam politik Nasakom.
M.Alfan Alfian, 2013:41.
Bukan hanya Presiden Soekarno muda yang pernah bermimpi untuk untuk
menyatukan kekuatan politik Islam, Nasional dan Komunis. Dalam buku, Bung
Hatta, Bapak Kedaulatan Rakyat, hal. 416, 2002. Jakarta: Yayasan Hatta,
membuktikan bahwa Hatta muda (1926) tidak hendak menegaskan baik Islam
maupun Marxisme, namun lebih mencari sintesa baru yang dapat melingkupi
keduanya. Ide-ide Hatta ini akhirnya diterima menjadi idelogi Perhimpunan
Indonesia meliputi 4 pikiran pokok: Kesatuan Nasional, Solidaritas, Non-
Kooperasi dan Swadaya, hal mana merupakan saripati dari ide-ide Indische
Partij, PKI dan Sarekat Islam.