Bab 2 membahas konsep diare pada anak dibawah usia 2 tahun. Diare didefinisikan sebagai perubahan frekuensi dan konsistensi tinja menjadi cair. Diare dapat diklasifikasikan menjadi akut dan kronik, dan disebabkan oleh infeksi, malabsorpsi, serta faktor lainnya. Gejala diare antara lain perubahan tinja dan dehidrasi. Penatalaksanaan diare berfokus pada lima pilar untuk mencegah ko
Ringkasan dokumen tersebut adalah:
1. Diare masih menjadi masalah kesehatan utama di Indonesia karena tingginya angka kesakitan dan kematian terutama pada bayi dan balita.
2. Dokumen membahas definisi, etiologi, klasifikasi, patofisiologi, tanda klinis dan penatalaksanaan diare.
Dokumen tersebut membahas tentang diare pada anak, termasuk definisi, klasifikasi, etiologi, epidemiologi, patogenesis, gejala klinis, pemeriksaan penunjang, dan penatalaksanaan diare pada anak.
Dokumen tersebut membahas tentang askep diare yang mencakup definisi, epidemiologi, penyebab, cara penularan, sindroma klinis, tujuan terapi, dan strategi pengobatan diare secara umum yang meliputi rehidrasi oral, kemoterapi, dan obat pendukung.
Dokumen tersebut merangkum percobaan untuk menentukan efek antidiare dari beberapa obat, yaitu loperamide, rebusan daun jambu biji, dan larutan Na.CMC 1%. Percobaan dilakukan dengan memberikan induksi diare terlebih dahulu menggunakan oleum ricini, kemudian memberikan obat-obatan tersebut untuk mengamati parameter seperti frekuensi defekasi dan konsistensi feses.
Bab 2 membahas konsep diare pada anak dibawah usia 2 tahun. Diare didefinisikan sebagai perubahan frekuensi dan konsistensi tinja menjadi cair. Diare dapat diklasifikasikan menjadi akut dan kronik, dan disebabkan oleh infeksi, malabsorpsi, serta faktor lainnya. Gejala diare antara lain perubahan tinja dan dehidrasi. Penatalaksanaan diare berfokus pada lima pilar untuk mencegah ko
Ringkasan dokumen tersebut adalah:
1. Diare masih menjadi masalah kesehatan utama di Indonesia karena tingginya angka kesakitan dan kematian terutama pada bayi dan balita.
2. Dokumen membahas definisi, etiologi, klasifikasi, patofisiologi, tanda klinis dan penatalaksanaan diare.
Dokumen tersebut membahas tentang diare pada anak, termasuk definisi, klasifikasi, etiologi, epidemiologi, patogenesis, gejala klinis, pemeriksaan penunjang, dan penatalaksanaan diare pada anak.
Dokumen tersebut membahas tentang askep diare yang mencakup definisi, epidemiologi, penyebab, cara penularan, sindroma klinis, tujuan terapi, dan strategi pengobatan diare secara umum yang meliputi rehidrasi oral, kemoterapi, dan obat pendukung.
Dokumen tersebut merangkum percobaan untuk menentukan efek antidiare dari beberapa obat, yaitu loperamide, rebusan daun jambu biji, dan larutan Na.CMC 1%. Percobaan dilakukan dengan memberikan induksi diare terlebih dahulu menggunakan oleum ricini, kemudian memberikan obat-obatan tersebut untuk mengamati parameter seperti frekuensi defekasi dan konsistensi feses.
Dokumen tersebut membahas konsep dasar gastroenteritis, termasuk definisi, klasifikasi, patofisiologi, manifestasi klinis, pemeriksaan, diagnosis, penatalaksanaan, dan komplikasi gastroenteritis. Gastroenteritis dijelaskan sebagai peradangan usus yang disebabkan infeksi bakteri, virus atau parasit, menyebabkan diare dan dehidrasi. Klasifikasi gastroenteritis meliputi faktor waktu, mekanisme, derajat dehidrasi, penyebab infe
1. Diare disebabkan oleh infeksi bakteri, virus, dan parasit serta faktor malabsorpsi dan psikologis.
2. Patofisiologi diare meliputi gangguan osmotik, sekresi, dan motilitas usus.
3. Manifestasi klinis diare bervariasi mulai dari muntah, demam hingga dehidrasi berat.
Gastroenteritis adalah kondisi dimana seseorang mengalami diare berulang kali dalam sehari dengan tinja berbentuk cair atau encer yang disebabkan oleh infeksi bakteri atau virus pada usus. Gejala umumnya meliputi nyeri perut, mual, muntah, dan kehilangan nafsu makan. Penatalaksanaannya meliputi pemberian cairan oral atau infus untuk mencegah dehidrasi, analgesik untuk mengurangi nyeri, dan antibiotik
1. Dokumen tersebut membahas tentang asuhan keperawatan pada pasien anak dengan gangguan empedu (GE).
2. GE adalah defekasi encer lebih dari 3 kali dengan atau tanpa darah dan lendir dalam tinja.
3. Penatalaksanaan diare meliputi pemberian cairan secara oral atau intravena berdasarkan tingkat dehidrasi.
Dokumen tersebut merangkum pengertian gangguan sistem pencernaan seperti gastritis, hepatitis, diare, dan konstipasi serta pengobatan menggunakan berbagai jenis obat sistem pencernaan seperti antasida, antidiare, obat konstipasi, dan anti tukak. Dibahas pula mekanisme kerja, indikasi, efek samping dari beberapa obat tersebut seperti vometa yang digunakan untuk mengatasi mual dan muntah.
Dokumen tersebut membahas tentang diare pada anak, penyebabnya, gejalanya, penilaian dan penatalaksanaannya. Diare lebih sering terjadi pada bayi dari pada anak akibat berbagai faktor seperti infeksi, malabsorpsi, dan faktor makanan. Gejala umumnya adalah buang air besar lebih dari 3 kali sehari dengan tinja cair dan bercampur lendir atau darah. Penatalaksanaannya meliputi rehidrasi, diet
Dokumen tersebut membahas tentang definisi, patofisiologi, etiologi, gejala, diagnosa, dan penatalaksanaan diare akut yang meliputi rehidrasi, terapi etiologis dan simtomatis."
Makalah ini membahas tentang penyakit diare, termasuk epidemiologi, etiologi, patofisiologi, gejala, pemeriksaan diagnostik, dan penatalaksanaannya. Diare merupakan masalah kesehatan masyarakat di Indonesia karena tingginya angka kematian terutama pada anak-anak. Penyebab utamanya adalah infeksi akibat virus, bakteri, dan parasit disebabkan sanitasi dan higiene yang masih buruk.
Dokumen tersebut membahas tentang masalah diare yang masih menjadi masalah kesehatan global terutama di negara berkembang. Diare sering menyerang anak-anak dan balita serta menjadi penyebab kematian kedua setelah radang paru bila tidak ditangani. Dokumen ini juga menjelaskan berbagai faktor risiko, gejala, komplikasi, pencegahan, dan pengobatan diare.
Dokumen ini membahas tentang diare pada anak, termasuk definisi, etiologi, patofisiologi, manifestasi klinis, komplikasi, pencegahan, penanganan dietetik, dan diagnosa keperawatan yang terkait. Diare didefinisikan sebagai buang air besar yang tidak normal dengan frekuensi lebih dari biasanya. Faktor penyebabnya antara lain infeksi, malabsorpsi, dan psikologis. Penanganannya meliputi pemberian cairan, diet, dan ob
Dokumen tersebut membahas tentang diare gerontik, yaitu kondisi dimana lansia mengalami buang air besar lebih dari 3 kali sehari dengan konsistensi cair dan berwarna hijau atau berdarah. Diare dapat disebabkan oleh infeksi virus atau parasit, malabsorpsi, makanan basi, racun, atau alergi makanan. Pemeriksaan yang dapat dilakukan untuk mendeteksi diare meliputi pemeriksaan elektrolit, urea,
Dokumen tersebut membahas tentang klasifikasi derajat dehidrasi, diagnosa keperawatan yang sering muncul pada pasien diare, serta faktor-faktor penyebab dan pencegahan terjadinya diare.
Dokumen tersebut membahas konsep dasar gastroenteritis, termasuk definisi, klasifikasi, patofisiologi, manifestasi klinis, pemeriksaan, diagnosis, penatalaksanaan, dan komplikasi gastroenteritis. Gastroenteritis dijelaskan sebagai peradangan usus yang disebabkan infeksi bakteri, virus atau parasit, menyebabkan diare dan dehidrasi. Klasifikasi gastroenteritis meliputi faktor waktu, mekanisme, derajat dehidrasi, penyebab infe
1. Diare disebabkan oleh infeksi bakteri, virus, dan parasit serta faktor malabsorpsi dan psikologis.
2. Patofisiologi diare meliputi gangguan osmotik, sekresi, dan motilitas usus.
3. Manifestasi klinis diare bervariasi mulai dari muntah, demam hingga dehidrasi berat.
Gastroenteritis adalah kondisi dimana seseorang mengalami diare berulang kali dalam sehari dengan tinja berbentuk cair atau encer yang disebabkan oleh infeksi bakteri atau virus pada usus. Gejala umumnya meliputi nyeri perut, mual, muntah, dan kehilangan nafsu makan. Penatalaksanaannya meliputi pemberian cairan oral atau infus untuk mencegah dehidrasi, analgesik untuk mengurangi nyeri, dan antibiotik
1. Dokumen tersebut membahas tentang asuhan keperawatan pada pasien anak dengan gangguan empedu (GE).
2. GE adalah defekasi encer lebih dari 3 kali dengan atau tanpa darah dan lendir dalam tinja.
3. Penatalaksanaan diare meliputi pemberian cairan secara oral atau intravena berdasarkan tingkat dehidrasi.
Dokumen tersebut merangkum pengertian gangguan sistem pencernaan seperti gastritis, hepatitis, diare, dan konstipasi serta pengobatan menggunakan berbagai jenis obat sistem pencernaan seperti antasida, antidiare, obat konstipasi, dan anti tukak. Dibahas pula mekanisme kerja, indikasi, efek samping dari beberapa obat tersebut seperti vometa yang digunakan untuk mengatasi mual dan muntah.
Dokumen tersebut membahas tentang diare pada anak, penyebabnya, gejalanya, penilaian dan penatalaksanaannya. Diare lebih sering terjadi pada bayi dari pada anak akibat berbagai faktor seperti infeksi, malabsorpsi, dan faktor makanan. Gejala umumnya adalah buang air besar lebih dari 3 kali sehari dengan tinja cair dan bercampur lendir atau darah. Penatalaksanaannya meliputi rehidrasi, diet
Dokumen tersebut membahas tentang definisi, patofisiologi, etiologi, gejala, diagnosa, dan penatalaksanaan diare akut yang meliputi rehidrasi, terapi etiologis dan simtomatis."
Makalah ini membahas tentang penyakit diare, termasuk epidemiologi, etiologi, patofisiologi, gejala, pemeriksaan diagnostik, dan penatalaksanaannya. Diare merupakan masalah kesehatan masyarakat di Indonesia karena tingginya angka kematian terutama pada anak-anak. Penyebab utamanya adalah infeksi akibat virus, bakteri, dan parasit disebabkan sanitasi dan higiene yang masih buruk.
Dokumen tersebut membahas tentang masalah diare yang masih menjadi masalah kesehatan global terutama di negara berkembang. Diare sering menyerang anak-anak dan balita serta menjadi penyebab kematian kedua setelah radang paru bila tidak ditangani. Dokumen ini juga menjelaskan berbagai faktor risiko, gejala, komplikasi, pencegahan, dan pengobatan diare.
Dokumen ini membahas tentang diare pada anak, termasuk definisi, etiologi, patofisiologi, manifestasi klinis, komplikasi, pencegahan, penanganan dietetik, dan diagnosa keperawatan yang terkait. Diare didefinisikan sebagai buang air besar yang tidak normal dengan frekuensi lebih dari biasanya. Faktor penyebabnya antara lain infeksi, malabsorpsi, dan psikologis. Penanganannya meliputi pemberian cairan, diet, dan ob
Dokumen tersebut membahas tentang diare gerontik, yaitu kondisi dimana lansia mengalami buang air besar lebih dari 3 kali sehari dengan konsistensi cair dan berwarna hijau atau berdarah. Diare dapat disebabkan oleh infeksi virus atau parasit, malabsorpsi, makanan basi, racun, atau alergi makanan. Pemeriksaan yang dapat dilakukan untuk mendeteksi diare meliputi pemeriksaan elektrolit, urea,
Dokumen tersebut membahas tentang klasifikasi derajat dehidrasi, diagnosa keperawatan yang sering muncul pada pasien diare, serta faktor-faktor penyebab dan pencegahan terjadinya diare.
2. Definisi
Diare adalah buang air besar (defekasi) dengan tinja
berbentuk cair atau setengah cair (setengah padat),
kandungan air tinja lebih banyak dari biasanya lebih dari
200 g atau 200 ml/24 jam. Definisi lain memakai kriteria
frekuensi, yaitu buang air besar encer lebih dari 3 kali per
hari. Buang air besar encer tersebut dapat/tanpa disertai
lendir dan darah (Zein et al, 2004).
3. Patofisiologi
Mekanisme patofisiologis yang mengganggu keseimbangan air dan elektrolit
sehingga menyebabkan diare, yaitu:
Gangguan sekretorik
Diare sekretotik bila terjadi gangguan transport elektrolit baik absorpsi yang
berkurang ataupun sekresi yang meningkat. Hal ini dapat terjadi akibat toksin
yang dikeluarkan bakteri misalnya toksin kolera atau pengaruh garam empedu,
asam lemak rantai pendek, atau laksatif non osmotik. Beberapa hormon
intestinal seperti gastrin vasoactive intestinal polypeptide (VIP) juga dapat
menyebabkan diare sekretorik.
Gangguan osmotik
Diare osmotik terjadi bila ada bahan yang tidak dapat diserap meningkatkan
osmolaritas dalam lumen yang menarik air dari plasma sehingga terjadi diare.
Contohnya adalah malabsorpsi karbohidrat akibat defisiensi laktase atau akibat
garam magnesium.
Gangguan eksudatif
Diare eksudatif (inflamasi) akan mengakibatkan kerusakan mukosa baik usus
halus maupun usus besar. Inflamasi dan eksudasi dapat terjadi akibat infeksi
bakteri atau bersifat non infeksi seperti gluten sensitive enteropathy,
inflammatory bowel disease (IBD) atau akibat radiasi.
Motilitas
Motilitas usus merupakan faktor yang berperan penting dalam ketahanan lokal
mukosa usus. Hipomotilitas usus dan stasis dapat menyebabkan mikroba usus
berkembang biak secara berlebihan, yang kemudian dapat merusak mukosa
usus dan menimbulkan gangguan digesti dan absorpsi, yang kemudian akan
terjadi diare. Selain itu, hipermotilitas dapat memberikan efek langsung sebagai
diare (Dipiro et al, 2008: 618).
4. Diare Akut
Diare akut adalah diare yang onset gejalanya tiba-tiba
dan berlangsung kurang dari 14 hari. Infeksi merupakan
penyebab utama diare akut, baik oleh bakteri, virus
maupun parasit. Diare akut karena infeksi dapat disertai
keadaan muntah-muntah dan atau demam, nyeri perut
atau kejang perut.
5. Diare kronis didefinisikan sebagai penurunan konsistensi tinja
selama lebih dari empat minggu. Diare kronik ini dapat dibagi
menjadi tiga kategori dasar yaitu berair, lemak (malabsorpsi),
dan inflamasi. Diare cair dapat dibagi menjadi osmotik,
sekretorik, dan jenis fungsional. Diare cair meliputi irritable
bowel syndrome, yang merupakan penyebab paling umum dari
diare fungsional. Contoh lain dari diare cair adalah kolitis
mikroskopik yang merupakan diare sekretorik yang
mempengaruhi orang tua. Laksatif merupakan obat yang sering
menginduksi terjadinya diare osmotik. Diare malabsorptiv
ditandai oleh kelebihan gasatau penurunan berat badan. Diare
inflamasi, seperti kolitis ulserativa atau penyakit Crohn, ditandai
dengan darah dan nanah dalam feces dan tingkat Calprotectin
tinja tinggi. Bakteri invasif dan parasit juga dapat memicu
terjadinya peradangan (Juckett Gregory, 2011).
6. Penyebab
Diare akibat virus, misalnya influenza perut dan travelersdiarrhoea yang
disebabkan antara lain oleh rotavirus dan adenovirus. Virus melekat pada sel-
sel mukosa usus yang menjadi rusak sehingga kapasitas resorpsi menurun dan
sekresi air dan elektrolit memegang peranan. Diare yang terjadi bertahan terus
sampai beberapa hari sesudah virus lenyap dengan sendirinya, biasanya dalam
3-6 hari.
Diare bakterial invasif (bersifat menyerbu) agak sering terjadi, tetapi mulai
berkurang berhubung semakin meningkatnya derajat hygiene masyarakat.
Kuman pada keadaan tertentu menjadi invasif dan menyerbu ke dalam mukosa,
dimana terjadi perbanyakan diri sambil membentuk toksin. Enterotoksin ini
dapat diresorpsi ke dalam darah dan menimbulkan gejala hebat, seperti demam
tinggi, nyeri kepala, dan kejang-kejang. Selain itu mukosa usus yang telah
dirusak mengakibatkan mencret berdarah dan berlendir. Penyebab terkenal
dari pembentuk enterotoksin adalah bakteri E. coli spec, Shigella,Salmonella,
dan Campylobacter.
Diare parasiter akibat protozoa seperti Entamoeba histolytica dan Giardia
lamblia yang terutama terjadi di daerah (sub) tropis.
Akibat penyakit, misalnya colitis ulcerosa, p.Crohn, Irritable Bowel Syndrome
(IBS), kanker colon dan infeksi HIV.
Akibat obat, yaitu digoksin, kinidin, garam-Mg, dan lithium, sorbitol, beta
blockers, ACE-inhibitor,reserpin, sitostatika dan antibiotika berspektrum luas
(ampisilin, amoksisilin, sefalosporin, klindamisin, tetrasiklin).
Akibat keracunan makanan, keracunan makanan didefinisikan sebagai penyakit
yang bersifat infeksi atau toksis dan diperkirakan atau disebabkan makanan ata
minuman yang tercemar. Penyebab utamanya adalah tidak memadainya
kebersihan pada waktu pengolahan, penyimpanan, dan distribusi makanan atau
minuman.
7.
8. Tanda dan Gejala
Gejala diare atau mencret adalah tinja yang
encer dengan frekuensi 4 x atau lebih dalam
sehari, yang kadang disertai:
Muntah
Badan lesu atau lemah
Panas
Tidak nafsu makan
Darah dan lendir dalam kotoran
9. Tujuan Terapi :
Jika terapi pencegahan gagal dan terjadi diare,
tujuan terapinya adalah :
Mengontrol pola diet
Mencegah pengeluaran air dan elektrolit berlebihan
serta gangguan asam basa
Meringankan gejala
Terapi penyebab yang bisa disembuhkan
Mengontrol gangguan sekunder yang menyebabkan
diare
Sasaran Terapi :
Mencegah terjadinya dehidrasi
Mengurangi frekuensi BAB
10. Terapi pencegahan
Diare akibat virus dapat menular melalui kontak
langsung dengan orang terinfeksi. Menjaga
higienitas dari makanan yang dikonsumsi, air,
sanitasi dan lingkungan dapat mencegah penularan
diare akibat bakteri, parasit dan protozoa. Jika diare
merupakan penyebab sekunder akibat penyakit lain,
dibutuhkan pengaturan penyebab utama dari
penyakit tersebut.
Terapi non farmakologi
Penderita diare disarankan tidak mengkonsumsi
makanan padat dan produk susu selama 24 jam.
Untuk pasien dengan keluhan mulut kering dan
muntah, disarankan mengkonsumsi makanan halus,
mudah dicerna, dan tidak banyak sisa selama 24
jam. Pada pasien anak tetap berikan makanan dan
11. Antimotilitas
Termasuk didalamnya golongan opioid dan turunannya yang berkerja dengan jalan
menunda transit intraluminal dan meningkatkan kapasitas usus. Contoh obat yang
termasuk dalamantimotilitas ini adalah loperamide, difenoxilat, difenoxin dan paregoric
(DiPiro, 2009).
a. Loperamide.
Loperamide lebih disarankan karena tidak memiliki sifat ketergantungan. Loperamide
memiliki struktur mirip dengan haloperidol, tanpa aktivitas opiat yang cukup kuat yang
menyebabkan penghambatan motilitas kolon dan mempengaruhi pergerakan air dan
elektrolit melewati usus (Anderson, 2002).
Efek samping loperamide adalah kram perut, pusing, mengantuk, dan reaksi kulit seperti
urtikaria (Martin, 2009).
Dosis awal untuk diare akut adalah 4 mg diikuti 2 mg setelah BAB selama 5 hari. Dosis
biasa 6-8 mg sehari maksimal 16 mg sehari. Anak dibawah 4 tahun tidak
direkomendasikan. Untuk diare kronis dosis awal 4-8 mg sehari dengan dosis terbagi
(http://reference.medscape.com/drug/imodium-k-pek-ii-loperamide-342041).
b. Difenoxilat / atropin
Difenoxilat/atropin bekerja pada otot polos saluran usus dengan jalan menghambat
motilitas usus.
Efek samping difenoxilat adalah efek antikolinergik, mual, muntah, mulut dan kulit kering
(http://reference.medscape.com/drug/lomotil-lonox-diphenoxylate-hcl-atropine-342039).
Dosis awal untuk orang dewasa adalah 2,5-5 mg tiga sampai empat kali sehari, maksimal
20 mg/hari (DiPiro, 2009).
c. Difenoxin
Merupakan turunan dari difenoxilat yang memiliki mekanisme kerja yang sama. Biasanya
dikombinasikan dengan atropin untuk menvegah efek samping yang terjadi (DiPiro, 2009).
Dosis awal untuk diare adalah 2 mg secara per oral kemudian dilanjutkan 1 mg selama 3-4
hari dan digunakan jika perlu. Maksimal 8 mg/hari
(http://reference.medscape.com/drug/motofen-difenoxin-hcl-atropine-342038#0).
12. Adsorbent dan bulking agent
a. Adsorben seperti kaolin dan attapulgit bekerja dengan
cara menyerap toksin, obat dan cairan digestif. Bersifat
non toksik, tetapi efektivitasnya belum dibuktikan (Dipiro,
2009).
b. Attapulgit
Attapulgit terutama bekrja dengan jalan menyerap cairan
didalam usus dan mengurangi likuiditas dari tinja.
Efek samping yang terjadi adalah kembung, gangguan
pencernaan, sembelit, mual.
Dosis untuk diare adalah 1,2-1,5 gram diberikan secara
per oral (http://reference.medscape.com/drug/kaopectate-
maximum-strength-diasorb-attapulgite-342035#0).
13. Antisekretorik (obat-obat yang mengubah transpor cairan dan elektrolit)
Garam – garam bismuth digunakan salah satunya untuk terapi diare.
Mekanisme kerjanya belum diketahui. Tetapi mekanisme yang mungkin adalah
efek perlindungan lokal pada pencernaan dan stimulasi prostaglandin endogen
(Anderson, 2002).
Percobaan dan observasi klinis menyatakan bahwa antiinflamasi non steroid
(NSAID) seperti aspirin dan indometasin efektif dalam mengendalikan diare.
Efek antidiare ini mungkin karena penghambatan sintesis
prostaglandin.Bismuth subsalisilat, digunakan untuk “traveler’s diarrhea”,
menurunkan sekresi cairan dalam usus, efeknya ini mungkin karena komponen
salisilatnya (Mycek J Mary, 2001).
Antibiotik/Antijamur
Ciprofloxacin digunakan sebagi profilaksis pada diare perjalanan, tetapi hal
tersebut sangat tidak dianjurkan. Antibiotik hanya diberikan untuk terapi diare
akibat infeksi bakteri seperti Campolybacter jejuni dan Salmonella typhimurium
(Anderson, 2002).
Metronidazol
Cotrimoxsazol