Dokumen tersebut membahas berbagai model pengambilan keputusan seperti model normatif, model perilaku keputusan, dan model keputusan alami. Dokumen ini juga membahas dukungan pengambilan keputusan individu dan kelompok melalui analisis keputusan dan berbagai alat pendukungnya.
Seiring dengan pertumbuhan penduduk, kebutuhan rumah sebagai kebutuhan pokok manusia ikut pun meningkat. Banyak cara dilakukan orang untuk memenuhi kebutuhan tersebut, antara lain dengan membangun sendiri, membeli dari orang lain, atau dengan membeli rumah di suatu perumahan. Calon pembeli rumah tentu memiliki kriteria-kriteria yang menjadi pertimbangan dalam memilih suatu rumah. Banyak kriteria yang ada sering diikuti dengan tersedianya lebih dari satu pilihan rumah yang dapat memenuhi kriteria-kriteria tersebut. Oleh karena itu, penulis membuat suatu Sistem Pendukung Keputusan untuk Pembelian Rumah yang nantinya akan membantu para calon pembeli rumah dalam menentukan pilihan rumah yang akan dibelinya. Untuk metode pengambilan keputusan yang digunakan dalam sistem ini adalah analytical hierarchy process (AHP). AHP adalah salah satu bentuk model pengambilan keputusan yang cocok digunakan untuk permasalahan yang multi-kriteria dan multi-alternatif dengan input utamanya adalah persepsi manusia.
Analisis keputusan merupakan tahap lanjutan dari analisa persoalan. Analisis keputusan ini menyangkut pemilihan beberapa alternative tindakan yang dapat dilakukan untuk mengatasi atau menyelesaikan sebab dari persoalan.
Seiring dengan pertumbuhan penduduk, kebutuhan rumah sebagai kebutuhan pokok manusia ikut pun meningkat. Banyak cara dilakukan orang untuk memenuhi kebutuhan tersebut, antara lain dengan membangun sendiri, membeli dari orang lain, atau dengan membeli rumah di suatu perumahan. Calon pembeli rumah tentu memiliki kriteria-kriteria yang menjadi pertimbangan dalam memilih suatu rumah. Banyak kriteria yang ada sering diikuti dengan tersedianya lebih dari satu pilihan rumah yang dapat memenuhi kriteria-kriteria tersebut. Oleh karena itu, penulis membuat suatu Sistem Pendukung Keputusan untuk Pembelian Rumah yang nantinya akan membantu para calon pembeli rumah dalam menentukan pilihan rumah yang akan dibelinya. Untuk metode pengambilan keputusan yang digunakan dalam sistem ini adalah analytical hierarchy process (AHP). AHP adalah salah satu bentuk model pengambilan keputusan yang cocok digunakan untuk permasalahan yang multi-kriteria dan multi-alternatif dengan input utamanya adalah persepsi manusia.
Analisis keputusan merupakan tahap lanjutan dari analisa persoalan. Analisis keputusan ini menyangkut pemilihan beberapa alternative tindakan yang dapat dilakukan untuk mengatasi atau menyelesaikan sebab dari persoalan.
Dalam memcahkan masalah dan menentukan keputusan yang akan diambil tentu kita membutuhkan model, karna untuk mengimplementasikan secara langsung dilapangan akan memiliki resiko yang sangat tinggi, ada 3 model yang digunakan secara umum
3. Normative Models
Model pendekatan ini bertujuan untuk menentukan bagaimana cara membuat
keputusan yang optimal (Von Neumann & Morgenstern, 1947) serta berfokus
pada gagasan rasionalitas (Savage, 1954; Von Winterfeldt & Edwards, 1986).
Model ini didasarkan pada aksioma dasar (asumsi dasar)
4. 1. Axioms of Rational Choice
Axiom merupakan sebuah pernyataan/ proposisi yang dianggap telah ditetapkan, diterima
atau kebenarannya dapat terbukti dengan sendirinya.
Frisch & Clemen (1994), berpendapat bahwa keputusan yang baik harus didasarkan pada:
Penilaian yang akurat
Mempertimbangkan semua konsekuensi yang relevan (penataan menyeluruh)
Perlu membuat bentuk pengorbanan untuk beberapa bentuk keputusan sebagai
kompensasinya
5. 2. Dominance
Dominasi mungkin merupakan normatif yang paling mendasar dari suatu aturan
keputusan.
Dominasi secara konseptual sederhana, tetapi bisa menjadi sulit terdeteksi ketika
terdapat banyak alternative yang muncul untuk dipertimbangkan atau terdapat
banyaknya kemungkinan atas konsekuensi yang timbul dari pilihan keputusan.
Dominasi dapat digunakan untuk menjelaskan sebuah kasus yang memiliki lebih dari 1
dimensi konsekuensi (konsekuensi multidimensi).
6. 3. Maximizing Expected Value
Dari teori elementary probability, keputusan yang dipilih akan memberikan hasil maksimal atau
dengan kata lain keputusan dibuat dengan memilih alternative yang memiliki nilai harapan
terbesar.
Why Maximizing Expected Value:
1. Dapat membantu memaksimalkan jumlah harapan/ yang diharapkan setara dengan
memaksimalkan probabilitas
2. Dapat menjamin hasil yang didapatkan lebih baik dalam jangka panjang
7. 4. Subjective Expected Utility Theory
Teori utilitas yang diharapkan ialah teori yang mampu untuk menggambarkan dengan lebih
baik mengenai bagaimana seseorang membuat pemilihan keputusan ekonomi yang tidak
pasti (Von Neumann & Morgenstern, 1947).
Di dalam pendekatan ini, nilai moneter diubah menjadi utilitas menggunakan fungsi utilitas
u(x). Lalu setiap hasil utilitas tersebut dibuat perbandingan/ ditimbang dengan probabilitas
terjadinya guna mendapatkan utilitas yang diharapkan.
Teori SEU (Subjective Expected Utility Theory) menyatakan bahwa ketidakpastian mengenai
hasil dapat diwakilkan dengan probabilitas subjektif (Savage, 1954).
8. 5. Multi-attribute Utility Theory
Teori utilitas multi-atribut (Keeney & Raiffa, 1976) merupakan suatu teori yang diperluas
dari teori SEU (Subjective Expected Utility Theory), dimana dalam teori utilitas multi-
atribut ini seseorang/ pembuat keputusan memiliki banyak tujuan
Why Multiattribute Utility Theory:
Sebagai preferensi terhadap hasil keputusan, baik di bawah kondisi kepastian maupun di
bawah kondisi ketidakpastian
9. Behavioral Decision Models
1. Statistical Estimation and Inference
Why Statistical Estimation Inference:
Dijadikan sebagai referensi atas heuristic (jalan pintas) yang dapat digunakan seseorang
untuk mengatasi keterbatasan mereka, bagaimana penggunaannya sehingga dapat
menyebabkan bias tertentu
Mempertimbangkan secara singkat peran memori dalam pemrosesan informasi secara
selektif dari perseprktif yang sama
Melihat penilaian matematik manusia yang memberikan wawasan mengenai bagaimana
orang menilai probabilitas, kemungkinan bias yang akan terjadi, bagaimana orang
melakukan penilaian probabilitas tugas
10. 2. Preference and Choice
Banyak penelitian mengenai prferensi & pemilihan pada manusia yang berfokus pada
membandingkan preferensi yang diamati dengan prediksi teori SEU (Goldstein &
Hogarth, 1997).
Kepuasan seseorang dalam membuat keputusan dipengaruhi oleh harapan positif &
negatif sebelum membuat keputusan.
Terdapat penelitian terdahulu yang menunjukkan bahwa seseorang menerapkan
strategi keputusan yang berbeda tergantung pada upaya kognitif yang diperlukan untuk
menerapkan suatu keputusan strategi dengan sukses, sesuai dengan tingkat akurasi
yang dibutuhkan
11. 3. Adaptive Decision Behavior
Gagasan utama perilaku keputusan adaptif adalah seseorang membuat keputusan menggunakan
berbagai strategi dalam situasi yang berbeda (Payne dkk, 1993).
Strategi-strategi ini juga termasuk beberapa jalan pintas (heuristic) yang dapat mengurangi
kompleksitas masalah sekaligus meningkatkan peluang untuk memilih pilihan suboptimal.
4. Behavioral Economics
Ekonomi perilaku adalah subdisiplin ekonomi yang diformulasikan sebagai reaksi terhadap
ekonomi neoklasik.
Prinsip utama => sangat bergantung pada rasionalitas pembuat keputusan/ manusia (Camerer &
Loewenstein, 2004; Simon, 1987)
12. Naturalistic Decision Models
Dalam model ini, keputusan dibuat berurutan berdasarkan waktu. Pegambilan tindakan dapat
mengubah lingkungan (menghasilkan seperangkat keputusan baru.
1. Levels of Task Performance
Keputusan dibuat secara rutin mengikuti pola perilaku masa lalu (Rasmussen, 1983; Svenson,
1990; Beach, 1993). Ramussen (1983) membedakan tingkat kinerja menjadi tiga, yaitu:
1. Kinerja berbasis keterampilan => keputusan yang dibuat sistematis, otomatis, alur tindakan
halus
2. Kinerja berbasis aturan => melibatkan persepsi mengenai ligkungan, penerapan aturan
dipelajari berdasarkan pengalaman
3. Kinerja berbasis pengetahuan => seseorang mensimulasikan pengaruh berbagai tindakan &
mengembangkan rencana untuk apa yang harus dilakukan secara kognitif
13. 2. Explanation-Based Decision Making
Oskaron dkk (2009), Pennington (1986) & Hastie (1988), berpendapat bahwa seseorang
memulai proses pengambilan keputusan dengan mmebangun model mental yang
menjelaskan bahwa keputusan (fakta) telah diterima serta seserang diasumsikan
menghasilkan beberapa pilihan alternatif potensial untuk melakukan pemilihan
diantaranya
14. Cover
04 Problem Solving
Decision Analysis01
Individual Decision Support02
Group & Organizational
Decision Support
03
DECISION SUPPORT
AND PROBLEM
SOLVING
15. Analisis keputusan membutuhkan input/ masukan dari pembuat
keputusan seperti tujuan pembuatan keputusan, preferensi serta
pertimbangan-pertimbangan yang harus diperhatikan dalam
membuat keputusan.
Penerapan teori keputusan klasik untuk meningkatkan
pengambilan keputusan merupakan tujuan dari analisis
keputusan (Howard & Raiffa, 1968; Keeney & Raiffa, 1976 )
Decision
Analysis
16. Values Trees
Value Trees dapat berfungsi sebagai pengaturan
pembuatan keputusan secara hierarki.
Dari perspektif ini, dapat membantu menentukan
tujuan pembuatan keputusan yang sesuai dengan
permasalahan. Dimana pada suatu waktu pembuat
keputusan memiliki lebih dari 1 tujuan dalam
pembuatan keutusan, yang mungkin berbeda
kepentingannya. Tujuan & sasaran keduanya diukur
pada serangaian atribut
Tujuan Atribut
Dapat memberikan ukuran obyektif /
subyektif dari suatu tujuan dalam
pembuatan keputusan
Dapat mengukur secara langsung
maupun tidak langsung dari tujuan
dalam pembuatan keputusan
17. Event Tress or Networks memperlihatkan bagaimana urutan kejadian
dapat mengarah dari primer menuju ke satu hasil/ lebih.
Pendekatan ini telah digunakan dalam bidang pengukuran/ penilaian
untuk memperkirakan keandalan operator manusia & elemen lain
dari sistem yang kompleks (Blackman, 1994).
Fault tress/ pohon kesalahan umumnya digunakan untuk membantu
menyimpulkan kemungkinan suatu kecelakaan kerja yang mungkin
saja terjadi (Hammer, 1993; Gertman & Blackman, 1994).
Event Trees or
Networks
18. Utility Fuction Assesment
Utility Fuction Assesment merupakan metode
standar untuk menilai fungsi utilitas (Raiffa, 1968)
termasuk:
Metode probabilitas variabel
Metode setara kepastian
Dalam variabel metode probabilitas, pembuat
keputusan diminta untuk memberi nilai dalam
peluang/ kemungkinan menang, dimana mereka
memiliki perbedaan pada hasil tertentu.
Fungsi utilitas kemudian dipetakan ketika nilai
yang setara dengan kepastian (CE) diubah pada
rentang hasil.
Sebuah masalah dengan metode setara
kepastian timbul saat adanya kesalahan yang
terjadi dalam proses analisis sehingga hasil
analisis yang didapat tidak tepat/ sesuai.
19. Metode indiferensi memodifikasi satu dari dua rangkaian rangsangan
sehingga subjek mampu melihat perbedaan diantara keduanya (variabel
probabilitas & metode setara kepastian) untuk memperoleh fungsi utilitas.
LANGKAH-LANGKAH INDIFFERENCE METHODS:
Mengembangkan utilitas atribut tunggal/ fungsi nilai
Mengambil bentuk fungsional untuk fungsi multi-atribut
Menilai titik indifference antara berbagai alternatif multi-atribut
Menghitung tingkat substitusi/ kepentingan relatif dari satu atribut
dibandingkan dengan yang lainnya
=> Hasil nilai indifference antara multi-atribut diperoleh melalui nilai
atribut yang ditingkatkan/ diturunkan secara sistematis.
Indifference
Methods
20. Indirect Measurement
Teknik pengukuran tidak langsung menghindari meminta orang lain menilai/ memberi
peringkat secara langsung mengenai faktor-faktor yang dapat mempengaruhi preferensi
mereka. Sebaliknya, subyek hanya menyatakan preferensi mereka dalam berbagai
alternatif pilihan.
Conjoint analysis adalah metode untuk mensimulasikan bagaimana kemungkinan reaksi
konsumen terhadap perubahan produk saat ini atau pada produk baru yang
diperkenalkan (Green et al., 2001).
21. Konsep DSS mulai diperkenalkan pada tahun 1970-an
dimana pertama kali diartikulasikan oleh Little (1970)
dengan menggunakan istilah “ decision calculus” & Scott-
Morton (1977) dengan istilah “management decision
system”.
DSS merupakan sistem berbasis komputer interaktif yang
membantu pembuat keputusan dalam menggunakan data
dan berbagai model pemecahan masalah dalam
menghadapi berbagai macam permasalahan , baik
permasalahan tidak terstruktur ataupun semi terstruktur
(Scott-Morton, 1997; Keen & Scott-Morton, 1978).
Individual
Decision
Support
Tujuan dari DSS adalah untuk
mendukung proses pengambilan
keputusan pada manusia
22. Individual Decision Support
1.
3. 2.
A Model Base
Model kuantitatif (mis.
Keuangan atau model
statistik)
A Database
Mengelola & mengatur data
dalam format yang dapat
diekstraksi/ dibuat
kesimpulannya (rangkuman)
A User Interfence
Mengelola dialog antara DSS
& pengguna
KomponenUtama
23. Visual Analytics
Visual Analytic didefiniskan sebagai ilmu penalaran analitis yang difasilitasi oleh sistem visual interaktif yang
saling berhubugan (Thomas & Cook, 2005)
Keim dkk (2008), menyatakan terdapat 4 tujuan dari visual analytic, yaitu:
Menyintesis informasi & memperoleh wawasan dari data (massif, dinamis, ambigu, sering
bertentangan)
Mendeteksi hal-hal yang diharapkan & menemukan hal-hal yang tidak terduga
Waktu yang dibutuhkan untuk penilaian relatif sesuai dengan tenggat waktu (tepat waktu), penilaian
dapat dipertahankan, penilaian mudah dipahami
Mampu mengkomunikasikan penilaian secara efektif dalam tindakan
24. Other Forms of Individual Decision Support
Penggunaan fungsi keanggotaan umtuk
mengekspresikan ketidaktepatan, pendekatan
untuk perkiraan alasan dimana aturan inferensi
adalah perkiraan
FUZZY LOGIC
Menggunakan inteligensi/ ha-hal yang dipelajari
dalam membuat keputusan
Lam dkk (2003) => memberikan dukungan
keputusan secara real-time pada penugasan
gerbang bandara
INTELLIGENT AGENTS
Lari (2003) => membantu membuat tindakan
korektif & preventif untuk pemecahan masalah
Belecheanu dkk (2003) => mendukung pengambilan
keputusan tentang pengembangan produk baru
CASE-BASED REASONING
Fazlollahi & Vahidov (2001) =>
meningkatkan efektivitas DSS berbasis
simulasi
GENETIC ALGORITHMS
A
B
C
D
25. Alat komputer telah dikembangkan untuk membantu kelompok
dalam pengambilan keputusan organisasi.
Group &
Organizational
Decision
Support
Alat tradisional yang digunakan dalam analisis keputusan (proses
hierarki analitik (Saaty, 1990; Basak & Saaty, 1993) menuju ke alat
elektronik/ kelompok DSS (DeSantics & Gallupe, 1987). Nunamaker
dkk (1991), untuk dukungan negoisasi sistem
26. Using Individual Decision Support Tools for Group Support
Sebuah survey oleh Satzinger & Olfman (1995) menemukan bahwa alat pengguna tunggal tradisional
dianggap oleh kelompok lebih berguna daripada kelompok alat pendukung
Sharda dkk (1988), menyatakan kelompok
dengan akses DSS memiliki kelebihan
dibandingkan dengan akses non-DDS,
diantaranya:
o Dalam membuat keputusan, jauh lebih efektif
o Memiliki tingkat kepercayaan yang lebih
tinggi dalam pembuatan keputusan
Di sisi lain, Benbasat & Nah (2004) menyatakan
bahwa sistem berbasis pengetahuan juga
efektif dalam mendukung pengambilan
keputusan kelompok.
27. Sistem pendukung keputusan kelompok (GDSS) menggabungkan
teknologi komunikasi, komputasi dan dukungan keputusan untuk
memfasilitasi perumusan solusi dari masalah yang tidak terstruktur
oleh sekelompok orang (DeSantics & Gallupe, 1987).
Brashers dkk (1994), menyatakan beberapa manfaat dari GDSS, yaitu:
• Memungkinkan semua peserta untuk bekerja secara bersamaan
• Memungkinkan peserta untuk tetap fokus & produktif dalam
menghasilkan ide-idenya
• Antar peserta mendapatkan peluang didengarkan yang sama
untuk ide-ide mereka
• Menyediakan lingkungan pengambilan keputusan yang lebih
sistematis & terstruktur
Group Decision
Support Systems
28. Negotiation Support Systems
Sistem pendukung negosiasi (NSS) digunakan untuk membantu seseorang dalam kegiatan kompetitif/
kegiatan yang melibatkan konflik kepentingan
Kebutuhan negosiasi dapat muncul dari perbedaan minat atau dalam tujuan atau bahkan dari
keterbatasan kognitif.
Nego-Plan adalah sistem yang dapat digunakan untuk membantu menganilisis konsekuensi negosiasi
(Matwin dkk, 1989; Holsappe & Whinston, 1996)
29. Problem solving dapat dipahami sebagai “jembatan/ penghubung
dari jurang antara keadaan awal dengan keadaan yang diinginkan,
dimana strateginya sudah diketahui oleh individu” (Ollinger & Goel,
2010)
Problem
Solving
Problem solving => kegiatan untuk mencari jalan keluar dari suatu
permasalahan yang sedang dihadapi individu