SlideShare a Scribd company logo
ASEAN 5 Common Currency Area
Analysis : Generalized Purchasing Power
Parity (G-PPP) Approach
Oleh:
Yuca Siahaan

F0109109
Latar Belakang
Asosiasi Bangsa-Bangsa Se-Asia Tenggara
(ASEAN) adalah sebuah organisasi internasional berbasis
regional dengan sepuluh anggota. ASEAN dibentuk pada
tahun 1967 dengan lima orang anggota yaitu: Thailand,
Singapura, Malaysia, Indonesia, dan Filipina.

Selain anggota awalnya kelima, Brunei
bergabung pada tahun 1984, Vietnam pada tahun 1995,
Laos PDR dan Myanmar (Burma) pada tahun 1997,
serta Kamboja pada tahun 1999. Pada tahun 2008 atau
hari jadi yang ke-40, kesepuluh anggota ASEAN
menandatangani piagam. Piagam ini akan menjadi
dasar bagi pelaksanaan perdagangan bebas
ASEAN pada tahun 2015.
Krisis ekonomi tahun 1997-98 di banyak negara
ASEAN khususnya Thailand, Malaysia dan Indonesia
telah menghasilkan banyak wawasan. Dirasakan bahwa
untuk pemulihan ekonomi setelah krisis dan untuk
keberlanjutan ekonomi makro di negara-negara ASEAN,
penting sekali untuk memiliki sebuah mata uang
bersama.
Argumen mengenai kemungkinan pelaksanaan
mata uang bersama ASEAN dibagi menjadi dua
kelompok, antara kelompok yang menyatakan bahwa
ASEAN tidak siap dan kelompok yang menyatakan
bahwa ASEAN siap melaksanakan mata uang bersama.
REVIEW OF LITERATURE
Teori OCA yang berdasarkan
beberapa kontribusi pendapat
dari :

2 Pendekatan dalam menilai
kemungkinan dari optimum
currency area :






 OCA index built by Bayoumi
and Eichengreen (1997)
 G-PPP introduced by Enders
and Hurn (1994,1997)

Mundlle (1961)
Mc Kinnon (1961)
Kennen (1969)
Tavlas (1993) – Mongelli
(2002)
Mundlle (1961) – Mc Kinnon (1961)
Mundlle : Faktor Mobilitas
Saat biaya biaya dari valuasi dan
perubahan uang lebih rendah dari
currency area, menetapkan tingkat
kurs dengan membentuk sabuah
currency union mengeluarkan biaya
yang mahal apalagi dengan adanya
guncangan asimetris dan kekakuan
harga.
Namun Biaya tersebut dapat dikurangi
jika terdapat faktor mobilitas yang
tinggi antar negara.
Hal itulah yang membuat Faktor
mobilitas menjadi kunci utama
untuk menentukan apakah harus
menerima atau menolak currency
union.

Mc Kinnon : Keterbukaan
Perdagangan
Keterbukaan dalam perdagangan yang
dapat diukur dengan rasio dari total
perdagangan domestik. Hal itu akan
menyebabkan kurs yang fleksibel
tidak akan begitu efektif sebab
perubahan
dalam
kurs
akan
mengganggu level harga internal dan
sedikit efek manfaat dalam real wage
atau syarat perdagangan.
Karena itu sebuah negara yang memiliki
tingkat perdagangan tinggi , produksi
dari total output lokal, lebih
menguntungkan jika ikut dalam
currency area. Dan akan lebih
menguntungkan menggunakan kurs
tetap dengan keadaan sebaliknya.
Kennen (1969)
 Diversifikasi Produk
Negara dengan diversifikasi produk tinggi akan lebih mudah
untuk mempertahankan currency union daripada negara
dengan diversifikasi rendah.
 Faktor
Ekonomi

• Business Cycle : guncangan dan
inflasi (berhubungan dengan
transmisi mekanisme moneter);
derajat faktor mobilitas; keterbukaan
dan ukuran ekonomi; flesibilitas
harga dan upah; dan integrasi fiskal.
• Trade Linkages : derajat integrasi
pasar barang.
• Financial Integration

Faktor
Non-Ekonomi

• Politik
• Sejarah
• Aspek bahasa

Tavlas (1993) –
Mongelli (2002)
OCA index built by Bayoumi and Eichengreen
(1997)
Didasarkan pada variabilitas kurs antara dua negara yang dijelaskan
oleh beberapa faktor seperti goncangan simetris, keterbukaan dan
ketergantungan perdagangan ekonomi.
 Bayoumi dan Mauro (1999) menggunakan OCA index dalam
penelitiannya dan menemukan bahwa index OCA ASEAN lebih
tinggi dari index OCA EMU. Dalam prasyarat mata uang tunggal di
perekonomian untuk mata uang tunggal, posisi ASEAN tidak terlalu
buruk dari EU di beberapa tahun sebelum penandatanganan
perjanjian Maastricht.
 Falianty (2005) : Index OCA dari ASEAN 5 lebih besar dari EMU yang
mana membuktikan bahwa ASEAN 5 saat ini belum siap untuk
optimum currency area. Walau demikian, nilai dari Index OCA untuk
Singapura, Malaysia, dan Thailand relatif lebih rendah dari negara
anggota lainnya yang mana mengindikasi bahwa tiga negara
tersebut bisa bertahan dengan optimum currency area.
G-PPP introduced by Enders and Hurn
(1994,1997)

•
•
•

G-PPP di kembangkan berdasarkan kosep Purchasing Power
Parity
G-PPP adalah hubungan kointegrasi antar kelompok dari real
exchange rate yang mana mengindikasikan adanya tren umum
dalam fundamental makroekonomi dan memenuhi satu
kondisi yang diharuskan untuk optimum currency area.
Nilai keseluruhan dari kointegrasi negara yang diteliti harus
nol (0)
……….
Menurut berbagai penelitian, G-PPP dapat
dibuktikan untuk hubungan negara – negara G-7
dan G-3, ASEAN 4 dan Korea Selatan, ASEAN 5 +
Korea dan China, ASEAN 4 dan empat negara
(Hongkong, SAR, Jepang, Korea dan Taiwan).
Namun beberapa studi gagal untuk membuktikan
adanya PPP. Alasan : Asumsi Random Walk,
Tidak di dalam common currency area,
III. Metodologi dan Data

•
•

Spesifikasi Model
PPP yang digeneralisasi (G-PPP) dikembangkan oleh Enders
dan Hurn (1994,1997) untuk menjelaskan perilaku kembali
non-rerata pada pertukaran yang sesungguhnya pada masa
pasca Perang Dunia II
G-PPP merupakan suatu hubungan kointegrasi antara
sekelompok kurs yang sesungguhnya mengindikasikan
keberadaan trend-trend umum dalam dasar-dasar ekonomi
makro, dan oleh karenanya memenuhi salah satu syarat yang
diperlukan untuk wilayah mata uang yang optimum.
•

•

Menurut model G-PPP, Penyelesaian bentuk reduksi
untuk m kurs efektif mandiri yang sesungguhnya
dapat dinyatakan sebagai:
Qt = AXt
dimana Qt adalah m x 1 vektor kurs sesungguhnya, A
adalah m x (m x 1) matriks parameter, dan Xt adalah
(m + 1) x 1 vektor pokok-pokok yang sesungguhnya
seperti tingkat output.
•

•

Kurs yang sesungguhnya akan stasioner (diam) dan
maka dari itu PPP akan berlaku jika semua unsur Xt
stasioner. Karena unsur Xt menyatakan goncangan
yang sesungguhnya, masing-masing dari mereka
dianggap non-stasioner. Maka, Xt dapat dinyatakan
dengan menggunakan pernyataan trend umum
sebagai berikut:
Xt = t
dimana  adalah (m + 1) x (m 1) matriks parameter,
dan t adalah (m + 1) x 1 vektor trend stokastik
nonstasioner.
•

Maka dari itu, perilaku kurs yang sesungguhnya Qt
dapat ditentukan sebagai berikut:
Qt = At
Perilaku goncangan ekonomi makro yang
sesungguhnya dan juga kurs yang sesungguhnya
tergantung kepada peringkat matriks . Selama
peringkat () < m, selalu ada kemungkinan untuk
mengalikan terlebih dahulu Qt dengan m x m matriks
 setidaknya untuk memperoleh satu vektor
kointegrasi kurs sebagai berikut:
(A) = 0
•

•

Persamaan 3 dan 4 menyiratkan Qt = 0. Jika
peringkat () = 1, semua unsur Xt memiliki satu trend
umum yang sama dan maka dari itu seharusnya ada
kombinasi linear kurs sesungguhnya m -1, yang
stasioner. Di lain pihak, jika peringkat () = m -1,
semua unsur Xt memiliki trend umum m -1 dan maka
dari itu akan ada vektor kointegrasi kurs
sesungguhnya yang unik.
Dalam hal ini, Q = 0 dapat ditulis sebagai berikut:
1q11t + 2q12t + 3q13t + 4q14t + m+1Q1m+1t = 0
•

Dimana q1it adalah log kurs efektif sesungguhnya negara
1 (pada periode waktu t), i adalah parameter-parameter
dari vektor ko-integrasi. Bobot i merupakan fungsifungsi dari parameter pada matriks A yang menyatakan
hubungan-hubungan antar perekonomian.
Pengujian untuk akar-akar satuan
Untuk melakukan pengujian akar satuan untuk
stasioner, penelitian ini menggunakan uji akar satuan
Dickey-Fuller (ADF) dan Phillip-Peron .
IV. BUKTI EMPIRIS

• Hasil uji unit root masing-masing
•

•

•

dilaporkan dalam Tabel 1, 2 3, & 4.
Hasil uji ADF dan PP menunjukkan
bahwa hipotesis dari akar unit pada
tingkat semua seri tidak dapat
ditolak pada tingkat signifikansi
1% atau 5%.
Namun uji statistik, dari first
difference menyimpulkan bahwa Ho
akar unit ditolak oleh kedua tes.
Sehingga sementara semua seri
melanjutkan uji akar dan menjadi
stasioner pada first difference.
Ini menunjukkan bahwa semua seri
terbaik dimodelkan sebagai I (1).
Lag Length Selection
• Panjang lag yang sesuai dipilih berdasarkan AIC dan
SC.
• Kedua kriteria informasi bisa digunakan untuk
menentukan panjang lag model, dengan nilai
lebih kecil dari kriteria yang lebih disukai.
Co-integrasi
Dengan analisis co-integration nya Johansen,
hasilnya gagal untuk menolak H0 dengan co-integrasi
1-10% dari masing-masing signifikan. Hasil penelitian
menunjukkan nilai tukar riil efektif (REER) dari 5
negara ASEAN terikat bersama oleh ekuilibrium jangka
panjang yang unik.
Hubungan jangka panjang sebelum normalisasi adalah:
0.5 INA – 13.7 MAL + 0.7 PHIL + 7.1 SING + 5.5 THAI = 0.1
•

•
•

•

Hasil di atas menunjukkan bahwa semua
negaraselain Malaysia bertanda positif. Tanda
negatif untuk Malaysia dikarenkan penerapan nilai
tukar yang tetap yang tentunya mempunyai
dampak yang berbeda dengan negara ASEAN
lainnya yang menerapkan sistem nilai tukar
mengambang.
Hasil G-PPP menunjukkan bahwa ASEAN5
memiliki kriteria untuk menerapkan mata
uang optimum (OCA).
Jumlah normalisasi acak ASEAN 5 adalah sama
dengan nol, ini menunjukkan bahwa dalam jangka
panjang G-PPP untuk ASEAN 5 adalah terus.
Jadi secara umum, hasil penelitian ini mendukung
beberapa penelitian sebelumnya bahwa layak
menerapkan mata uang bersama diantara 5 negara
ASEAN.
V. Kesimpulan
•
•

•

•

G-PPPA telah ditafsirkan dalam jangka
area mata uang optimum (OCA) yang
mengoperasikan mata uang bersama.
Keuntungan dari metode ini adalah
bisa untuk mengintegrasikan
variabilitas nilai tukar riil efektif
(REER) dari setiap negara dalam
menentukan hubungan jangka
panjang yang merupakan prasyarat
penerapan OCA.
Hasil tes co-integrasi menunjukkan
keberlangsungan hubungan jangka
panjang yang positif yang mendukung
G-PPP antara 5 negara-negara ASEAN
ini.
Jadi, studi ini menyimpulkan bahwa
ASEAN5 memenuhi persyaratan
untukmenerapkan mata uang bersama.
Sekian
&
Terima Kasih..

More Related Content

More from Yuca Siahaan

Dampak penghapusan tarif bea masuk oleh negara anggota wto terhadap makroekon...
Dampak penghapusan tarif bea masuk oleh negara anggota wto terhadap makroekon...Dampak penghapusan tarif bea masuk oleh negara anggota wto terhadap makroekon...
Dampak penghapusan tarif bea masuk oleh negara anggota wto terhadap makroekon...
Yuca Siahaan
 
Resensi Buku "Bank Indonesia Bank Sentral RI: Sebuah Pengantar"
Resensi Buku "Bank Indonesia Bank Sentral  RI: Sebuah Pengantar"Resensi Buku "Bank Indonesia Bank Sentral  RI: Sebuah Pengantar"
Resensi Buku "Bank Indonesia Bank Sentral RI: Sebuah Pengantar"Yuca Siahaan
 
Contoh Proposal Penelitian
Contoh Proposal PenelitianContoh Proposal Penelitian
Contoh Proposal Penelitian
Yuca Siahaan
 
Beberapa pertanyaan dalam metode kuantitatif
Beberapa pertanyaan dalam metode kuantitatifBeberapa pertanyaan dalam metode kuantitatif
Beberapa pertanyaan dalam metode kuantitatifYuca Siahaan
 
Analytic hierarchy process
Analytic hierarchy processAnalytic hierarchy process
Analytic hierarchy processYuca Siahaan
 
Indikator makroekonomi indonesia
Indikator makroekonomi indonesiaIndikator makroekonomi indonesia
Indikator makroekonomi indonesiaYuca Siahaan
 
Kasus bima(otonomi daerah vs pembangunan)
Kasus bima(otonomi daerah vs pembangunan)Kasus bima(otonomi daerah vs pembangunan)
Kasus bima(otonomi daerah vs pembangunan)Yuca Siahaan
 
Aliran aliran makro ekonomi
Aliran aliran makro ekonomiAliran aliran makro ekonomi
Aliran aliran makro ekonomiYuca Siahaan
 
Wawancara Koperasi Mahasiswa UNS
Wawancara Koperasi Mahasiswa UNSWawancara Koperasi Mahasiswa UNS
Wawancara Koperasi Mahasiswa UNSYuca Siahaan
 
Analisis swot koperasi
Analisis swot koperasiAnalisis swot koperasi
Analisis swot koperasiYuca Siahaan
 
Exchange rate dan neraca pembayaran
Exchange rate dan neraca pembayaranExchange rate dan neraca pembayaran
Exchange rate dan neraca pembayaranYuca Siahaan
 
Indeks Demokrasi Indonesia
Indeks Demokrasi IndonesiaIndeks Demokrasi Indonesia
Indeks Demokrasi IndonesiaYuca Siahaan
 
Beberapa pertanyaan dalam perencanaan pembangunan
Beberapa pertanyaan dalam perencanaan pembangunanBeberapa pertanyaan dalam perencanaan pembangunan
Beberapa pertanyaan dalam perencanaan pembangunanYuca Siahaan
 
Resensi buku utang pemerintah mencekik rakyat
Resensi buku utang pemerintah mencekik rakyatResensi buku utang pemerintah mencekik rakyat
Resensi buku utang pemerintah mencekik rakyatYuca Siahaan
 
Analisis pasar by kel 11
Analisis pasar by kel 11Analisis pasar by kel 11
Analisis pasar by kel 11Yuca Siahaan
 
kriteria investasi
kriteria investasikriteria investasi
kriteria investasiYuca Siahaan
 
Investasi sdm melalui program magang
Investasi sdm melalui program magangInvestasi sdm melalui program magang
Investasi sdm melalui program magangYuca Siahaan
 
Ruang lingkup dan pentingnya eko sdm
Ruang lingkup dan pentingnya eko sdmRuang lingkup dan pentingnya eko sdm
Ruang lingkup dan pentingnya eko sdmYuca Siahaan
 
Cafta dan perkembangannya di indonesia
Cafta dan perkembangannya di indonesiaCafta dan perkembangannya di indonesia
Cafta dan perkembangannya di indonesiaYuca Siahaan
 

More from Yuca Siahaan (20)

Dampak penghapusan tarif bea masuk oleh negara anggota wto terhadap makroekon...
Dampak penghapusan tarif bea masuk oleh negara anggota wto terhadap makroekon...Dampak penghapusan tarif bea masuk oleh negara anggota wto terhadap makroekon...
Dampak penghapusan tarif bea masuk oleh negara anggota wto terhadap makroekon...
 
Resensi Buku "Bank Indonesia Bank Sentral RI: Sebuah Pengantar"
Resensi Buku "Bank Indonesia Bank Sentral  RI: Sebuah Pengantar"Resensi Buku "Bank Indonesia Bank Sentral  RI: Sebuah Pengantar"
Resensi Buku "Bank Indonesia Bank Sentral RI: Sebuah Pengantar"
 
Contoh Proposal Penelitian
Contoh Proposal PenelitianContoh Proposal Penelitian
Contoh Proposal Penelitian
 
Beberapa pertanyaan dalam metode kuantitatif
Beberapa pertanyaan dalam metode kuantitatifBeberapa pertanyaan dalam metode kuantitatif
Beberapa pertanyaan dalam metode kuantitatif
 
Analytic hierarchy process
Analytic hierarchy processAnalytic hierarchy process
Analytic hierarchy process
 
Indikator makroekonomi indonesia
Indikator makroekonomi indonesiaIndikator makroekonomi indonesia
Indikator makroekonomi indonesia
 
Fenomena pilkada
Fenomena pilkadaFenomena pilkada
Fenomena pilkada
 
Kasus bima(otonomi daerah vs pembangunan)
Kasus bima(otonomi daerah vs pembangunan)Kasus bima(otonomi daerah vs pembangunan)
Kasus bima(otonomi daerah vs pembangunan)
 
Aliran aliran makro ekonomi
Aliran aliran makro ekonomiAliran aliran makro ekonomi
Aliran aliran makro ekonomi
 
Wawancara Koperasi Mahasiswa UNS
Wawancara Koperasi Mahasiswa UNSWawancara Koperasi Mahasiswa UNS
Wawancara Koperasi Mahasiswa UNS
 
Analisis swot koperasi
Analisis swot koperasiAnalisis swot koperasi
Analisis swot koperasi
 
Exchange rate dan neraca pembayaran
Exchange rate dan neraca pembayaranExchange rate dan neraca pembayaran
Exchange rate dan neraca pembayaran
 
Indeks Demokrasi Indonesia
Indeks Demokrasi IndonesiaIndeks Demokrasi Indonesia
Indeks Demokrasi Indonesia
 
Beberapa pertanyaan dalam perencanaan pembangunan
Beberapa pertanyaan dalam perencanaan pembangunanBeberapa pertanyaan dalam perencanaan pembangunan
Beberapa pertanyaan dalam perencanaan pembangunan
 
Resensi buku utang pemerintah mencekik rakyat
Resensi buku utang pemerintah mencekik rakyatResensi buku utang pemerintah mencekik rakyat
Resensi buku utang pemerintah mencekik rakyat
 
Analisis pasar by kel 11
Analisis pasar by kel 11Analisis pasar by kel 11
Analisis pasar by kel 11
 
kriteria investasi
kriteria investasikriteria investasi
kriteria investasi
 
Investasi sdm melalui program magang
Investasi sdm melalui program magangInvestasi sdm melalui program magang
Investasi sdm melalui program magang
 
Ruang lingkup dan pentingnya eko sdm
Ruang lingkup dan pentingnya eko sdmRuang lingkup dan pentingnya eko sdm
Ruang lingkup dan pentingnya eko sdm
 
Cafta dan perkembangannya di indonesia
Cafta dan perkembangannya di indonesiaCafta dan perkembangannya di indonesia
Cafta dan perkembangannya di indonesia
 

Commen currency area analysis kel.11 (2)

  • 1. ASEAN 5 Common Currency Area Analysis : Generalized Purchasing Power Parity (G-PPP) Approach Oleh: Yuca Siahaan F0109109
  • 2. Latar Belakang Asosiasi Bangsa-Bangsa Se-Asia Tenggara (ASEAN) adalah sebuah organisasi internasional berbasis regional dengan sepuluh anggota. ASEAN dibentuk pada tahun 1967 dengan lima orang anggota yaitu: Thailand, Singapura, Malaysia, Indonesia, dan Filipina. Selain anggota awalnya kelima, Brunei bergabung pada tahun 1984, Vietnam pada tahun 1995, Laos PDR dan Myanmar (Burma) pada tahun 1997, serta Kamboja pada tahun 1999. Pada tahun 2008 atau hari jadi yang ke-40, kesepuluh anggota ASEAN menandatangani piagam. Piagam ini akan menjadi dasar bagi pelaksanaan perdagangan bebas ASEAN pada tahun 2015.
  • 3. Krisis ekonomi tahun 1997-98 di banyak negara ASEAN khususnya Thailand, Malaysia dan Indonesia telah menghasilkan banyak wawasan. Dirasakan bahwa untuk pemulihan ekonomi setelah krisis dan untuk keberlanjutan ekonomi makro di negara-negara ASEAN, penting sekali untuk memiliki sebuah mata uang bersama. Argumen mengenai kemungkinan pelaksanaan mata uang bersama ASEAN dibagi menjadi dua kelompok, antara kelompok yang menyatakan bahwa ASEAN tidak siap dan kelompok yang menyatakan bahwa ASEAN siap melaksanakan mata uang bersama.
  • 4. REVIEW OF LITERATURE Teori OCA yang berdasarkan beberapa kontribusi pendapat dari : 2 Pendekatan dalam menilai kemungkinan dari optimum currency area :      OCA index built by Bayoumi and Eichengreen (1997)  G-PPP introduced by Enders and Hurn (1994,1997) Mundlle (1961) Mc Kinnon (1961) Kennen (1969) Tavlas (1993) – Mongelli (2002)
  • 5. Mundlle (1961) – Mc Kinnon (1961) Mundlle : Faktor Mobilitas Saat biaya biaya dari valuasi dan perubahan uang lebih rendah dari currency area, menetapkan tingkat kurs dengan membentuk sabuah currency union mengeluarkan biaya yang mahal apalagi dengan adanya guncangan asimetris dan kekakuan harga. Namun Biaya tersebut dapat dikurangi jika terdapat faktor mobilitas yang tinggi antar negara. Hal itulah yang membuat Faktor mobilitas menjadi kunci utama untuk menentukan apakah harus menerima atau menolak currency union. Mc Kinnon : Keterbukaan Perdagangan Keterbukaan dalam perdagangan yang dapat diukur dengan rasio dari total perdagangan domestik. Hal itu akan menyebabkan kurs yang fleksibel tidak akan begitu efektif sebab perubahan dalam kurs akan mengganggu level harga internal dan sedikit efek manfaat dalam real wage atau syarat perdagangan. Karena itu sebuah negara yang memiliki tingkat perdagangan tinggi , produksi dari total output lokal, lebih menguntungkan jika ikut dalam currency area. Dan akan lebih menguntungkan menggunakan kurs tetap dengan keadaan sebaliknya.
  • 6. Kennen (1969)  Diversifikasi Produk Negara dengan diversifikasi produk tinggi akan lebih mudah untuk mempertahankan currency union daripada negara dengan diversifikasi rendah.
  • 7.  Faktor Ekonomi • Business Cycle : guncangan dan inflasi (berhubungan dengan transmisi mekanisme moneter); derajat faktor mobilitas; keterbukaan dan ukuran ekonomi; flesibilitas harga dan upah; dan integrasi fiskal. • Trade Linkages : derajat integrasi pasar barang. • Financial Integration Faktor Non-Ekonomi • Politik • Sejarah • Aspek bahasa Tavlas (1993) – Mongelli (2002)
  • 8. OCA index built by Bayoumi and Eichengreen (1997) Didasarkan pada variabilitas kurs antara dua negara yang dijelaskan oleh beberapa faktor seperti goncangan simetris, keterbukaan dan ketergantungan perdagangan ekonomi.  Bayoumi dan Mauro (1999) menggunakan OCA index dalam penelitiannya dan menemukan bahwa index OCA ASEAN lebih tinggi dari index OCA EMU. Dalam prasyarat mata uang tunggal di perekonomian untuk mata uang tunggal, posisi ASEAN tidak terlalu buruk dari EU di beberapa tahun sebelum penandatanganan perjanjian Maastricht.  Falianty (2005) : Index OCA dari ASEAN 5 lebih besar dari EMU yang mana membuktikan bahwa ASEAN 5 saat ini belum siap untuk optimum currency area. Walau demikian, nilai dari Index OCA untuk Singapura, Malaysia, dan Thailand relatif lebih rendah dari negara anggota lainnya yang mana mengindikasi bahwa tiga negara tersebut bisa bertahan dengan optimum currency area.
  • 9. G-PPP introduced by Enders and Hurn (1994,1997) • • • G-PPP di kembangkan berdasarkan kosep Purchasing Power Parity G-PPP adalah hubungan kointegrasi antar kelompok dari real exchange rate yang mana mengindikasikan adanya tren umum dalam fundamental makroekonomi dan memenuhi satu kondisi yang diharuskan untuk optimum currency area. Nilai keseluruhan dari kointegrasi negara yang diteliti harus nol (0)
  • 10. ………. Menurut berbagai penelitian, G-PPP dapat dibuktikan untuk hubungan negara – negara G-7 dan G-3, ASEAN 4 dan Korea Selatan, ASEAN 5 + Korea dan China, ASEAN 4 dan empat negara (Hongkong, SAR, Jepang, Korea dan Taiwan). Namun beberapa studi gagal untuk membuktikan adanya PPP. Alasan : Asumsi Random Walk, Tidak di dalam common currency area,
  • 11. III. Metodologi dan Data • • Spesifikasi Model PPP yang digeneralisasi (G-PPP) dikembangkan oleh Enders dan Hurn (1994,1997) untuk menjelaskan perilaku kembali non-rerata pada pertukaran yang sesungguhnya pada masa pasca Perang Dunia II G-PPP merupakan suatu hubungan kointegrasi antara sekelompok kurs yang sesungguhnya mengindikasikan keberadaan trend-trend umum dalam dasar-dasar ekonomi makro, dan oleh karenanya memenuhi salah satu syarat yang diperlukan untuk wilayah mata uang yang optimum.
  • 12. • • Menurut model G-PPP, Penyelesaian bentuk reduksi untuk m kurs efektif mandiri yang sesungguhnya dapat dinyatakan sebagai: Qt = AXt dimana Qt adalah m x 1 vektor kurs sesungguhnya, A adalah m x (m x 1) matriks parameter, dan Xt adalah (m + 1) x 1 vektor pokok-pokok yang sesungguhnya seperti tingkat output.
  • 13. • • Kurs yang sesungguhnya akan stasioner (diam) dan maka dari itu PPP akan berlaku jika semua unsur Xt stasioner. Karena unsur Xt menyatakan goncangan yang sesungguhnya, masing-masing dari mereka dianggap non-stasioner. Maka, Xt dapat dinyatakan dengan menggunakan pernyataan trend umum sebagai berikut: Xt = t dimana  adalah (m + 1) x (m 1) matriks parameter, dan t adalah (m + 1) x 1 vektor trend stokastik nonstasioner.
  • 14. • Maka dari itu, perilaku kurs yang sesungguhnya Qt dapat ditentukan sebagai berikut: Qt = At Perilaku goncangan ekonomi makro yang sesungguhnya dan juga kurs yang sesungguhnya tergantung kepada peringkat matriks . Selama peringkat () < m, selalu ada kemungkinan untuk mengalikan terlebih dahulu Qt dengan m x m matriks  setidaknya untuk memperoleh satu vektor kointegrasi kurs sebagai berikut: (A) = 0
  • 15. • • Persamaan 3 dan 4 menyiratkan Qt = 0. Jika peringkat () = 1, semua unsur Xt memiliki satu trend umum yang sama dan maka dari itu seharusnya ada kombinasi linear kurs sesungguhnya m -1, yang stasioner. Di lain pihak, jika peringkat () = m -1, semua unsur Xt memiliki trend umum m -1 dan maka dari itu akan ada vektor kointegrasi kurs sesungguhnya yang unik. Dalam hal ini, Q = 0 dapat ditulis sebagai berikut: 1q11t + 2q12t + 3q13t + 4q14t + m+1Q1m+1t = 0
  • 16. • Dimana q1it adalah log kurs efektif sesungguhnya negara 1 (pada periode waktu t), i adalah parameter-parameter dari vektor ko-integrasi. Bobot i merupakan fungsifungsi dari parameter pada matriks A yang menyatakan hubungan-hubungan antar perekonomian. Pengujian untuk akar-akar satuan Untuk melakukan pengujian akar satuan untuk stasioner, penelitian ini menggunakan uji akar satuan Dickey-Fuller (ADF) dan Phillip-Peron .
  • 17.
  • 18. IV. BUKTI EMPIRIS • Hasil uji unit root masing-masing • • • dilaporkan dalam Tabel 1, 2 3, & 4. Hasil uji ADF dan PP menunjukkan bahwa hipotesis dari akar unit pada tingkat semua seri tidak dapat ditolak pada tingkat signifikansi 1% atau 5%. Namun uji statistik, dari first difference menyimpulkan bahwa Ho akar unit ditolak oleh kedua tes. Sehingga sementara semua seri melanjutkan uji akar dan menjadi stasioner pada first difference. Ini menunjukkan bahwa semua seri terbaik dimodelkan sebagai I (1).
  • 19.
  • 20.
  • 21. Lag Length Selection • Panjang lag yang sesuai dipilih berdasarkan AIC dan SC. • Kedua kriteria informasi bisa digunakan untuk menentukan panjang lag model, dengan nilai lebih kecil dari kriteria yang lebih disukai. Co-integrasi Dengan analisis co-integration nya Johansen, hasilnya gagal untuk menolak H0 dengan co-integrasi 1-10% dari masing-masing signifikan. Hasil penelitian menunjukkan nilai tukar riil efektif (REER) dari 5 negara ASEAN terikat bersama oleh ekuilibrium jangka panjang yang unik. Hubungan jangka panjang sebelum normalisasi adalah: 0.5 INA – 13.7 MAL + 0.7 PHIL + 7.1 SING + 5.5 THAI = 0.1
  • 22. • • • • Hasil di atas menunjukkan bahwa semua negaraselain Malaysia bertanda positif. Tanda negatif untuk Malaysia dikarenkan penerapan nilai tukar yang tetap yang tentunya mempunyai dampak yang berbeda dengan negara ASEAN lainnya yang menerapkan sistem nilai tukar mengambang. Hasil G-PPP menunjukkan bahwa ASEAN5 memiliki kriteria untuk menerapkan mata uang optimum (OCA). Jumlah normalisasi acak ASEAN 5 adalah sama dengan nol, ini menunjukkan bahwa dalam jangka panjang G-PPP untuk ASEAN 5 adalah terus. Jadi secara umum, hasil penelitian ini mendukung beberapa penelitian sebelumnya bahwa layak menerapkan mata uang bersama diantara 5 negara ASEAN.
  • 23. V. Kesimpulan • • • • G-PPPA telah ditafsirkan dalam jangka area mata uang optimum (OCA) yang mengoperasikan mata uang bersama. Keuntungan dari metode ini adalah bisa untuk mengintegrasikan variabilitas nilai tukar riil efektif (REER) dari setiap negara dalam menentukan hubungan jangka panjang yang merupakan prasyarat penerapan OCA. Hasil tes co-integrasi menunjukkan keberlangsungan hubungan jangka panjang yang positif yang mendukung G-PPP antara 5 negara-negara ASEAN ini. Jadi, studi ini menyimpulkan bahwa ASEAN5 memenuhi persyaratan untukmenerapkan mata uang bersama.