Dokumen tersebut memberikan pandangan bahwa perayaan Hari Valentine seharusnya dihindari oleh umat Islam karena asal usul perayaan tersebut berasal dari tradisi berhala Romawi Kuno dan mengandung unsur-unsur syirik. Dokumen tersebut juga menjelaskan bahwa meskipun perayaan tersebut populer, umat Islam sebaiknya mengalihkannya menjadi perayaan yang lebih sesuai dengan ajaran agama yaitu saling mencintai k
Hari valentine dan beberapa mitos menarikAnas Ibrahim
Di Hari Valentine, kekasih menunjukkan kasih sayang mereka dengan salam dan barang. Melihat kemiripan tersebut, ditengarai hari valentine itu berawal dari kontes Romawi Lupercalia, yang digelar pada pertengahan Februari lalu.
Menjelaskan tentang Apa itu Valentine's Day, Sejarah Awal Valentine's Day. Menyikapinya dan Solusi terbaik agar remaja Muslim tidak terjerumus kedalam Event maksiat ini dengan kembali memahami dan mempelajari Al Qur'an dan Sunnah Rasul.
Boleh jadi tanggal 14 Pebruari setiap tahunnya merupakan hari yang ditunggu-tunggu oleh banyak remaja, baik di negeri ini maupun di berbagai belahan bumi. Sebab hari itu banyak dipercaya orang sebagai hari untuk mengungkapkan rasa kasih sayang. Itulah hari valentine, sebuah hari di mana orang-orang di barat sana menjadikannya sebagai fokus untuk mengungkapkan rasa kasih sayang
Ada Apa Di Balik Valentine Days - Solusi Tuntas Gaul Bebas @AminYusuf.pdfHadiPrasetya4
TINJAUAN POLITIK
“Misi utama kita bukan menghancurkan
kaum Muslim. Sebagai seorang Kristen
tujuan kalian adalah mempersiapkan
generasi baru yang jauh dari Islam,
generasi yang sesuai dengan kehendak
kaum penjajah, generasi malas yang
hanya mengejar kepuasan hawa nafsu”
(Samuel Zweimer dalam konferensi
gereja di Quds (1935)
Hari valentine dan beberapa mitos menarikAnas Ibrahim
Di Hari Valentine, kekasih menunjukkan kasih sayang mereka dengan salam dan barang. Melihat kemiripan tersebut, ditengarai hari valentine itu berawal dari kontes Romawi Lupercalia, yang digelar pada pertengahan Februari lalu.
Menjelaskan tentang Apa itu Valentine's Day, Sejarah Awal Valentine's Day. Menyikapinya dan Solusi terbaik agar remaja Muslim tidak terjerumus kedalam Event maksiat ini dengan kembali memahami dan mempelajari Al Qur'an dan Sunnah Rasul.
Boleh jadi tanggal 14 Pebruari setiap tahunnya merupakan hari yang ditunggu-tunggu oleh banyak remaja, baik di negeri ini maupun di berbagai belahan bumi. Sebab hari itu banyak dipercaya orang sebagai hari untuk mengungkapkan rasa kasih sayang. Itulah hari valentine, sebuah hari di mana orang-orang di barat sana menjadikannya sebagai fokus untuk mengungkapkan rasa kasih sayang
Ada Apa Di Balik Valentine Days - Solusi Tuntas Gaul Bebas @AminYusuf.pdfHadiPrasetya4
TINJAUAN POLITIK
“Misi utama kita bukan menghancurkan
kaum Muslim. Sebagai seorang Kristen
tujuan kalian adalah mempersiapkan
generasi baru yang jauh dari Islam,
generasi yang sesuai dengan kehendak
kaum penjajah, generasi malas yang
hanya mengejar kepuasan hawa nafsu”
(Samuel Zweimer dalam konferensi
gereja di Quds (1935)
1. 1
Ber'valentine': "Untuk Apa?"
Oleh: Muhsin Hariyanto
"Dan janganlah kamu mengikuti apa yang kamu tidak mempunyai pengetahuan
tentangnya. Sesungguhnya pendengaran, penglihatan dan hati, semuanya itu akan
diminta pertanggungan jawabnya." (QS al-Isrâ' [17]: 36)
Hari Selasa, 14 Februari 2012 yang akan datang, hampir dapat dipastikan
(untuk menyatakan "niscaya") banyak anak muda di seputar kita yang 'terjebak'
dalam budaya yang tak semestinya mereka ikuti. Utamanya bagi kalangan anak muda
muslim yang seharusnya memahami makna 'berbudaya' dalam koridor syari'at Islam.
Bahkan, konon memasuki bulan Februari 2012 ini sudah banyak di antara tempat-
tempat hiburan (tak terkecuali 'tempat hiburan malam') yang telah menyiapkan acara
khusus dalam rangka menyambut Hari Valentine, yang diasumsikan sebagai hari
'kasih-sayang' bagi siapa pun yang berkeinginan untuk melabuhkan kasih sayang
pada siapa pun, dan juga menyediakan 'pelabuhan' kasih sayang bagi siapa pun yang
berkeinginan untuk melabuhkan kasih sayangnya. Ironis, di negeri yang mayoritas
penduduknya beragama Islam ini masih saja 'ada' sejumlah orang yang berbudaya
'jahiliyah', tak mau memahami esensi kasih sayang yang semestinya harus
disebarluaskan secara proporsional dalam bingkai 'syari'at Islam'.
Hari Valentine (bahasa Inggris: Valentine's Day) atau disebut juga "Hari
Kasih Sayang", pada tanggal 14 Februari adalah sebuah hari di mana para kekasih
dan mereka yang sedang jatuh cinta menyatakan cintanya di Dunia Barat. Asal-
muasalnya 'yang gelap' sebagai sebuah hari raya Katolik Roma didiskusikan dalam
artikel Santo Valentinus. Beberapa pembaca mungkin ingin membaca entri
Valentinius pula. Hari raya ini tidak mungkin diasosiasikan dengan cinta yang
romantis sebelum akhir Abad Pertengahan ketika konsep-konsep semacam ini
diciptakan.
Hari raya ini sekarang terutama diasosiasikan dengan para pencinta yang
saling bertukaran notisi-notisi (Indonesia: pernyatan-pernyataan; Arab: ma'lûmât)
dalam bentuk "valentines" (kasih-sayang). Simbol modern Valentine antara lain
termasuk sebuah kartu berbentuk hati dan gambar sebuah Cupido (Inggris: cupid;
Indonesia: "Dewa Asmara") bersayap. Mulai abad ke-19, tradisi penulisan notisi
(pernyataan) cinta mengawali produksi kartu ucapan secara massal. The Greeting Card
Association (Asosiasi Kartu Ucapan) di Amerika Serikat memperkirakan bahwa di
seluruh dunia sekitar satu miliar kartu valentine dikirimkan per tahun. Hal ini
membuat hari raya ini merupakan hari raya terbesar kedua setelah Natal, di mana
kartu-kartu ucapan dikirimkan. Asosiasi yang sama ini juga memperkirakan bahwa
para wanitalah yang membeli kurang lebih 85% dari semua kartu valentine.
2. 2
Di Amerika Serikat mulai pada paruh kedua abad ke-20, tradisi bertukaran
kartu diperluas dan termasuk pula pemberian segala macam hadiah, biasanya oleh
pria kepada wanita. Hadiah-hadiahnya biasa berupa bunga mawar dan cokelat. Mulai
tahun 1980-an, industri berlian mulai memromosikan hari Valentine sebagai sebuah
kesempatan untuk memberikan perhiasan.
Sebuah kencan pada hari Valentine seringkali dianggap bahwa pasangan
yang sedang kencan terlibat dalam sebuah relasi serius. Sebenarnya Valentine itu
merupakan hari 'percintaan', bukan hanya kepada pacar ataupun kekasih, Valentine
merupakan hari terbesar dalam soal 'percintaan' dan bukan berarti selain valentine
tidak merasakan cinta.
Di Amerika Serikat hari raya ini lalu diasosiasikan dengan ucapan umum
cinta platonik "Happy Valentine's", yang bisa diucapkan oleh pria kepada teman
wanita mereka, ataupun, teman pria kepada teman prianya dan teman wanita kepada
teman wanitanya.
Di negeri kita tercinta – Indonesia -- ini, di setiap menjelang dan pada
tanggal 14 Februari – di setiap tahun berganti – selalu ada 'pemandangan' yang
seharusnya tak pernah ada dan terjadi di negeri umat Islam ini, dan seharusnya
menimbulkan tanda tanya besar bagi setiap muslim yang ada di seluruh belahan
negeri ini, ketika di sejumlah 'toko swalayan' – misalnya -- menyediakan "bunga-
bunga berwarna-warni", yang didominasi warna "merah", dan sejumlah kartu
ucapan selamat yang umumnya berlogo cheo pad (dewa cinta dalam keyakinan
orang romawi kuno), di berbagai hotel dan restoran mewah hampir pasti
menyediakan paket valentine, bahkan siaran radio dan televisi disusun sedemikian
rupa untuk memeriahkan hari valentine yang jatuh pada tanggal 14 Februari itu.
Penulis sempat bertanya: "apakah ini tradisi yang semestinya dilestarikan
oleh umat Islam?" Sambil bergeleng-geleng kepala, ketika penulis menuangkan
gagasan dalam bentuk tulisan ke dalam 'lap-top' penulis yang biasanya penulis
gunakan untuk menuliskan materi-materi tulisan untuk bahan perkuliahan ini,
penulis sempat bertanya-tanya: "kenapa orang-orang yang mengaku bahwa dirinya
beragama Islam itu – dengan sangat bodoh – mengikuti 'trend' anak-anak muda (dan
bahkan mantan anak-anak muda) non-muslim, yang sebenarnya – sebagai seorang
muslim -- tak layak berhura-hura untuk merayakannya? Kenapa mereka dengan
serentak mau mengekor orang-orang yang menawarkan budaya 'rendah' semacam
itu?"
Sejenak penulis mencoba mengunggah materi "sejarah hari valentine" yang
ada di beberapa situs internet. Beberapa referensi dalam situs internet itu
menjelaskan bahwa "hari valentine" adalah hari kasih sayang bangsa romawi yang
menganut kepercayaan "Animisme", yang dirayakan semenjak 17 abad yang lalu
sebagai ungkapan kasih sayang dewa yang mereka percayai. Peringatan itu – dalam
kaca mata sejarah Romawi -- berasal dari sebuah legenda bahwa ada seorang yang
bernama Romelius (pendiri kota Roma). Dia adalah seorang manusia yang disusui
oleh seekor serigala, sehingga ia tumbuh menjadi orang yang berbadan kuat dan
3. 3
berakal cerdas. Bangsa Romawi mengabadikan peristiwa tersebut pada pertengahan
bulan Februari dengan prosesi perayaan: "seekor anjing dan domba disembelih, lalu
dipilih dua orang perjaka yang berbadan tegap untuk dilumuri tubuhnya dengan
darah anjing dan domba. Setelah dilumuri darah anjing dan domba mereka
dimandikan dengan air susu. Lalu diarak ke seluruh penjuru kota sambil memegang
cambuk yang terbuat dari kulit. Di sepanjang jalan para wanita romawi menyambut
hangat lesatan cambuk ke tubuhnya, karena diyakini berkhasiat menyembuhkan
penyakit dan mudah mendapat keturunan". Peristiwa itu – kemudian -- dikaitkan
dengan kisah seseorang yang bernama Valentine. Dia adalah nama seorang penganut
Kristen yang dibunuh oleh Claudius pada tahun 296 M. melalui sebuah penyiksaan
karena dia 'murtad', berpindah agama dari seorang penganut 'Animis Romawi'
menjadi seorang Kristiani.
Setelah bangsa Romawi memeluk agama Kristen, mereka tidak membuang
tradisi Animis tersebut tetapi menggantinya dengan memperingati hari kematian
Valentine sebagai tokoh penyebar cinta dan damai dan prosesi peringatannya
dimodifikasi menjadi sebuah tradisi: "pada hari itu (setiap tanggal 14 februari)
mereka membuat sebuah perkumpulan massa, lalu menulis nama-nama wanita yang
telah memasuki umur nikah pada lembar kertas, lalu digulung. Kemudian
dipanggillah seorang pemuda untuk mengambil satu kertas dan membukanya. Nama
wanita yang tertulis di kertas tersebut akan menjadi pasangannya selama setahun,
andai setelah satu tahun hidup bersama tanpa nikah mereka merasa serasi, mereka
pun melanjutkannya dengan pernikahan. Andaikata tidak ada keserasian, maka pada
hari valentine tahun mendatang mereka berpisah".
Perayaan ini ditentang oleh para tokoh agama saat itu dan mereka
mengeluarkan larangan memperingatinya karena dianggap merusak akhlak para
pemuda dan pemudi. Hingga tulisan ini di'up-load', penulis tidak menemukan
informasi yang jelas tentang siapa yang menghidupkan kembali 'tradisi' ini. Hanya
ada beberapa cerita yang mengungkapkan bahwa di Inggris orang-orang
memperingatinya sejak abad XV M.
Lalu (pertanyaannya), menyaksikan budaya "valentine" yang seperti itu, apa
sikap kita sebagai muslim?
Ketika kita sadar, bahwa dari asal-usulnya kita ketahui "perayaan hari
valentine" adalah suatu upacara suci orang-orang Romawi yang Animis sebagai
ungkapan cinta kepada dewa mereka, maka kita bisa -- secara sederhana --
berkesimpulan bahwa tradisi ini adalah tradisi 'syirik', tak ubahnya bagaikan ritual
orang-orang Arab penyembah berhala yang mengungkapkan cintanya kepada
berhala-berhala yang berada di sekeliling Ka'bah dengan cara mengelilinginya dalam
keadaan telanjang tanpa memakai sehelai benang pun sambil bertepuk tangan dan
bersiul-siul; Tradisi itu mendapatkan kritik tajam dari Rasulullah s.a.w., yang
selanjutnya diluruskan oleh beliau dengan mengedepankan (tawaran) 'ritual' thawaf.
Penulis pernah mendengar sebuah komentar dari seseorang yang
menyatakan bahwa: "ikut merayakan hari valentine dengan saling berkirim kartu
4. 4
ucapan valentine atau menghadiahkan bunga mawar atau saling berkirim surat cinta
atau ikut mengadakan atau hanya sekadar menghadiri acaranya", hanyalah soal
mu'amalah belaka. Jadi, kesimpulannya, hukumnya mubah".
Benarkah kesimpulan tersebut? Padahal, dalam tradisi itu terkandung
beragam unsur madharat, yang antara lain: "orang bisa terjebak dalam 'syirik' dalam
bentuknya yang sangat jelas". Belum lagi dampak negatif lainya yang terkait dengan
'kemaksiatan' yang bisa terjadi sebagai akibat dari pergaulan bebas yang bisa tercipta
dalam lingkungan yang sangat kondusif untuk melahirkan beragam kemaksiatan.
Oleh karena itu, berbagai alasan untuk membolehkannya, ternyata tidak
cukup kuat untuk dipegang. Bahkan, dalam rangka untuk menghindari madharatnya,
bagi para 'remaja muslim' – khususnya -- yang masih memiliki hati nurani untuk
kembali kepada ajaran Islam, seharusnya berani untuk mengatakan bahwa perayaan
"hari valentine" bukanlah sesuatu yang baik untuk dilestarikan, karena ia merupakan
perayaan yang bisa bermuara pada "syirik", baik syirik dalam pengertian hakiki
(dalam bentuk pemberhalaan sesuatu) maupun syirik dalam pengertian majazi/kiasan
(dalam bentuk mencintai perbuatan yang tidak seharusnya dilakukan oleh oleh orang
yang bersemangat tauhid), dan menjadikannya sebagai perbuatan yang lebih dicintai
daripada perbuatan yang seharusnya dilakukan olehnya, dan 'enggan' untuk
meninggalkannya), yang dalam istilah aqidah sering disebut dengan sebutan "fisq"
(kefasikan). Karena, betapa pun gegap-gempitanya perayaan 'hari valentine' itu,
'anda' (sebagi muslim) bukanlah orang yang dijamin akan terjaga iman 'anda' untuk
tetap bersikap istiqamah, "bertakwa" dalam situasi dan kondisi yang tercipta dalam
perayaan yang bernuansa "syirik" semacam itu.
Kini, meskipun masih banyak umat Islam yang ikut-serta merayakan "hari
valentine" yang disasumsikan sebagai "hari kasih-sayang" ini, sudah saatnya kita
alihkan perayaan semacam ini untuk menjadi sebuah acara yang lebih bisa
diharapkan 'memandu' diri kita "menjadi orang yang selalu bersedia
"memelihara dan menuai cinta kepada Allah dan Rasul-Nya", dan
kemudian kita sebar-luaskan menjadi cinta kepada sesama muslim".
Semoga – mulai saat ini – kita bisa ber"valentine" karena Allah. Dan oleh
karenanya, kita senantiasa berharap: "semoga Allah selalu bersedia menjadikan diri
kita menjadi orang yang senantiasa bisa mencintai Allah dan rasul-Nya, dan sekaligus
menjadi orang yang mampu untuk saling-bercinta karenaNya, kapan pun dan di
mana pun kita berada.
Âmîn Yâ Mujîbas Sâilîn.
Yogyakarta, 17 Januari 2012
(Penulis adalah Dosen Tetap Fakultas Agama Islam Universitas Muhammadiyah Yogyakarta,
dan Dosen Tidak Tetap STIKES 'Aisyiyah Yogyakarta; Disampaikan pada Pengajian Sabtu
Pagi, 17 Januari 2012, di Gedung Pimpinan Wilayah Muhammadiyah Daerah Istimewa
Yogyakarta).