SlideShare a Scribd company logo
PSIKOLOGI PENDIDIKAN
MATA KULIAH : Psikologi Pendidikan
SKS : 2 sks
Semester : Ganjil (1)
Pokok-pokok Bahasan Psikologi Pendiikan
Bab I : Psikologi Pendidikan Dan Perilaku
Individu
Pokok Bahasan / pertemuan :
1. Pengertian Psikologi Pendidikan (P.1)
2. Perilaku Individu (P.2)
3. Taksonomi Perilaku Individu (P.3)
4. Pengaruh Pendidikan terhadap
Perubahan Perilaku dan Pribadi
Individu. (P.3)
PSIKOLOGI PENDIDIKAN
Bab II : KERAGAMAN INDIVIDU DALAM
KECAKAPAN DAN KEPRIBADIAN
Pokok Bahasan :
1. Keragaman Individu dalam
Kecakapan dan Kepribadian. (P.4)
2. Faktor-Faktor yang Mempengaruhi
Timbulnya Keragaman dalam
Kecakapan dan Kepribadian.(P.5)
PSIKOLOGI PENDIDIKAN
BAB III PERKEMBANGAN INDIVIDU
Pokok Bahasan :
1. Pengertian Perkembangan.(P.6)
2. Ciri-Ciri Umum Perkembangan
Individu (P.6)
3. Model Pentahapan Perkembangan.(P.6)
4. Aspek – Aspek Perkembangan
Individu. (P.7)
5. Tugas – Tugas Perkembangan
Individu (P.8)
6. Perkembangan Pada Masa Remaja (P.8)
PSIKOLOGI PENDIDIKAN
BAB IV PROSES PEMBELAJARAN
Pokok Bahasan :
1. Hakekat Belajar.(P.9)
2. Teori-Teori Pokok Belajar. (P.9)
3. Pembelajaran (P.10)
4. Peran dan Kompetensi Guru (P.10)
5. Pengelolaan Kelas. (P.11)
PSIKOLOGI PENDIDIKAN
BAB V : BIMBINGAN DAN KONSELING DI
SEKOLAH
Pokok Bahasan :
1. Konsep Dasar Bimbingan dan Konseling. (P.12)
2. Peran Kepala Sekolah dan Guru Mata
Pelajaran dan Wali Kelas dalam Bimbingan
dan Konseling. (P.12)
3. Kegiatan Layanan dan Pendukung Bimbingan
dan Konseling. (p.13)
4. Prosedur Umum Bimbingan dan Konseling.(p.13)
5. Bimbingan terhadap Peserta Didik Bermasalah. (P.14)
6. Proses dan Teknik Konseling. (P.15)
PERTEMUAN 1
Bab I : Psikologi Pendidikan Dan Perilaku
Individu
Pertemuan 1 :
Pengertian Psikologi Pendidikan
Tujuan :
Diharapkan Anda dapat :
Mendefinisikan psikologi dan
psikologi pendidikan.
Pengertian Psikologi
Secara etimologis, psikologi berasal dari kata
“psyche” yang berarti jiwa atau nafas
hidup, dan “logos” atau ilmu. Dilihat dari
arti kata tersebut seolah-olah psikologi
merupakan ilmu jiwa atau ilmu yang
mempelajari tentang jiwa. Jika kita
mengacu pada salah satu syarat ilmu
yakni adanya obyek yang dipelajari, maka
tidaklah tepat jika kita mengartikan
psikologi sebagai ilmu jiwa atau ilmu yang
mempelajari tentang jiwa
Pengertian Psikologi
Dengan demikian, psikologi kiranya dapat
diartikan sebagai suatu ilmu yang
mempelajari tentang perilaku individu
dalam berinteraksi dengan lingkungannya.
Psikologi terbagi ke dalam dua bagian yaitu
psikologi umum (general phsychology)
yang mengkaji perilaku pada umumnya
dan psikologi khusus yang mengkaji
perilaku individu dalam situasi khusus,
diantaranya :
Pengertian Psikologi Pendidikan
 Psikologi Perkembangan; mengkaji perilaku individu
yang berada dalam proses perkembangan mulai dari
masa konsepsi sampai dengan akhir hayat.
 Psikologi Kepribadian; mengkaji perilaku individu khusus
dilihat dari aspek – aspek kepribadiannya.
 Psikologi Klinis; mengkaji perilaku individu untuk
keperluan penyembuhan (klinis)
 Psikologi Abnormal; mengkaji perilaku individu yang
tergolong abnormal.
 Psikologi Industri; mengkaji perilaku individu dalam
kaitannya dengan dunia industri.
 Psikologi Pendidikan; mengkaji perilaku individu dalam
situasi pendidikan
Pengertian Psikologi Pendidikan
Psikologi pendidikan dapat dikatakan sebagai suatu ilmu
karena didalamnya telah memiliki kriteria persyaratan
suatu ilmu, yakni :
Ontologis; obyek dari psikologi pendidikan adalah perilaku-
perilaku individu yang terlibat langsung maupun tidak
langsung dengan pendidikan, seperti peserta didik,
pendidik, administrator, orang tua peserta didik dan
masyarakat pendidikan.
Epistemologis; teori-teori, konsep-konsep, prinsip-prinsip dan
dalil – dalil psikologi pendidikan dihasilkan berdasarkan
upaya sistematis melalui berbagai studi longitudinal
maupun studi cross sectional, baik secara pendekatan
kualitatif maupun pendekatan kuantitatif.
Aksiologis; manfaat dari psikologi pendidikan terutama sekali
berkenaan dengan pencapaian efisiensi dan efektivitas
proses pendidikan.
Pengertian Psikologi Pendidikan
Dengan demikian, psikologi pendidikan dapat
diartikan sebagai salah satu cabang
psikologi yang secara khusus mengkaji
perilaku individu dalam konteks situasi
pendidikan dengan tujuan untuk
menemukan berbagai fakta, generalisasi
dan teori-teori psikologi berkaitan dengan
pendidikan, yang diperoleh melalui
metode ilmiah tertentu, dalam rangka
pencapaian efektivitas proses pendidikan.
PERTEMUAN 2
Bab I : Psikologi Pendidikan Dan Perilaku
Individu
Pokok Bahasan : Perilaku Individu
(P.2)
Tujuan :
Mengidentifikasi kebutuhan-kebutuhan
individu, indikator-indikator motivasi,
bentuk-bentuk konflik, bentuk-bentuk
perilaku salah-usai dan taksonomi perilaku
individu.
PERTEMUAN 2
Abin Syamsuddin Makmun (2003)
menyebutkan bahwa tugas guru antara
lain sebagai pengubah perilaku peserta
didik (behavioral changes). Oleh karena
itu itu, agar perilaku peserta didik dapat
berkembang optimal, tentu saja seorang
guru seyogyanya dapat memahami
tentang bagaimana proses dan
mekanisme terbentuknya perilaku para
peserta didiknya
Untuk memahami perilaku individu dapat
dilihat dari dua pendekatan, yang
saling bertolak belakang, yaitu:
(1)behaviorisme dan
(2) holistik atau humanisme.
Kedua pendekatan ini memiliki implikasi
yang luas terhadap proses
pendidikan.
Mekanisme Pembentukan Perilaku Menurut
Aliran Behaviorisme
Behaviorisme memandang bahwa pola-pola perilaku
itu dapat dibentuk melalui proses pembiasaan
dan penguatan (reinforcement) dengan
mengkondisikan atau menciptakan stimulus-
stimulus (rangsangan) tertentu dalam
lingkungan.
S R atau S O R
S = stimulus (rangsangan); R = Respons
(perilaku, aktivitas) dan O=organisme
(individu/manusia).
Stimulus
Karena stimulus datang dari lingkungan (W =
world) dan R juga ditujukan kepadanya,
maka mekanisme terjadi dan
berlangsungnya dapat dilengkapkan
seperti tampak dalam bagan berikut ini :
W S O R W
Yang dimaksud dengan lingkungan (W =
world) di sini dapat dibagi ke dalam dua
jenis yaitu :
Lingkungan objektif (umgebung=segala
sesuatu yang ada di sekitar individu dan
secara potensial dapat melahirkan S).
Lingkungan efektif (umwelt=segala sesuatu
yang aktual merangsang organisme
karena sesuai dengan pribadinya
sehingga menimbulkan kesadaran
tertentu pada diri organisme dan ia
meresponsnya)
Ada dua unsur penting lainnya dalam diri setiap
individu yang mempengaruhi efektivitas
mekanisme proses perilaku yaitu receptors
(panca indera sebagai alat penerima stimulus)
dan effectors (syaraf, otot dan sebagainya yang
merupakan pelaksana gerak R).
Selengkapnya mekanisme perilaku sadar dapat
digambarkan sebagai berikut :
Ow
W S r e R W
Mekanisme Pembentukan Perilaku Menurut Aliran
Holistik (Humanisme)
Holistik atau humanisme memandang bahwa
perilaku itu bertujuan, yang berarti aspek-
aspek intrinsik (niat, motif, tekad) dari
dalam diri individu merupakan faktor
penentu untuk melahirkan suatu perilaku,
meskipun tanpa ada stimulus yang datang
dari lingkungan.
Holistik atau humanisme menjelaskan mekanisme
perilaku individu dalam konteks what (apa),
how (bagaimana), dan why (mengapa). What
(apa) menunjukkan kepada tujuan
(goals/incentives/ purpose) apa yang hendak
dicapai. How (bagaimana) menunjukkan kepada
jenis dan bentuk cara mencapai tujuan
(goals/incentives/pupose), yakni perilakunya itu
sendiri. Sedangkan why (mengapa)
menunjukkan kepada motivasi yang
menggerakan terjadinya dan berlangsungnya
perilaku (how), baik bersumber dari diri individu
itu sendiri (motivasi instrinsk) maupun yang
bersumber dari luar individu (motivasi ekstrinsik).
Secara skematik rangkaiandapat dijelaskan
dalam bagan berikut :
Kebutuhan Dorongan Aktivitas Tujuan dihayati
dirasakan (motivation) yang dilakukan (goals/incentive)
(felt needs) (instrumental behavior)
Berdasarkan bagan di atas tampak bahwa terjadinya perilaku
individu diawali dari adanya kebutuhan. Setiap individu,
demi mempertahankan kelangsungan dan meningkatkan
kualitas hidupnya, akan merasakan adanya kekurangan-
kekurangan atau kebutuhan-kebutuhan tertentu dalam
dirinya.
Maslow mengungkapkan jenis-jenis kebutuhan-individu secara
hierarkis, yaitu:
(1) kebutuhan fisiologikal, seperti : sandang, pangan dan papan;
(2) kebutuhan keamanan, tidak dalam arti fisik, akan tetapi juga
mental, psikologikal dan intelektual;
(3) kebutuhan kasih sayang atau penerimaan;
(4) kebutuhan prestise atau harga diri, yang pada umumnya
tercermin dalam berbagai simbol-simbol status; dan
(5) kebutuhan aktualisasi diri.
Tingkatan kebutuhan tersebut dapat diragakan seperti tampak
dalam gambar berikut ini :
SELF ACTUALIZATION
ESTEEM NEEDS
LOVE NEEDS
SAFETY NEEDS
PHYSIOLOGICAL NEEDS
Stranger (Nana Syaodih Sukmadinata,2005)
mengetengahkan empat jenis kebutuhan
individu, yaitu:
1. Kebutuhan berprestasi (need for achievement),
yaitu kebutuhan untuk berkompetisi, baik
dengan dirinya atau dengan orang lain dalam
mencapai prestasi yang tertinggi.
2. Kebutuhan berkuasa (need for power), yaitu
kebutuhan untuk mencari dan memiliki
kekuasaan dan pengaruh terhadap orang lain.
3. Kebutuhan untuk membentuk ikatan (need for
affiliation), yaitu kebutuhan untuk mengikat diri
dalam kelompok, membentuk keluarga,
organisasi ataupun persahabatan.
4. Kebutuhan takut akan kegagalan (need for fear of
failure), yaitu kebutuhan untuk menghindar diri
dari kegagalan atau sesuatu yang menghambat
perkembangannya.
Jika kebutuhan yang serupa muncul kembali maka pola
mekanisme perilaku itu akan dilakukan pengulangan
(sterotype behavior), sehingga membentuk suatu siklus,
yang dapat digambarkan sebagai berikut :
Motif
Perilaku Rasa puas
instrumen atau kecewa
Tujuan
Motif individu
Motif individu, dapat dikelompokkan ke dalam 2
golongan yaitu :
1. Motif primer (basic motive dan emergency
motive); menunjukkan kepada motif yang tidak
pelajari, dikenal dengan istilah drive, seperti :
dorongan untuk makan, minum, melarikan diri,
menyerang, menyelamatkan diri dan sejenisnya.
2. Motif sekunder; menunjukkan kepada motif yang
berkembang dalam individu karena pengalaman
dan dipelajari, seperti : takut yang dipelajari,
motif-motif sosial (ingin diterima, konformitas
dan sebagainya), motif-motif obyektif dan
interest (eksplorasi, manipulasi. minat), maksud
dan aspirasi serta motif berprestasi.
Macam-macam konflik
Pada individu kadang-kadang harus berhadapan antara motif
yang saling bertentangan atau biasa disebut konflik.
Bentuk-bentuk konflik tersebut diantaranya adalah :
1. Approach-approach conflict; jika individu
dihadapkan pada dua motif atau lebih dan
semua alternatif motif sama-sama kuat,
dikehendaki serta bersifat positif.
2. Avoidance-avoidance conflict; jika individu
dihadapkan pada dua motif atau lebih dan
semua alternatif motif sama-sama kuat namun
tidak dikehendaki dan bersifat negatif.
3. Approach-avoidance conflict; jika individu
dihadapkan pada dua motif atau lebih, yang satu
positif dan dikehendaki dan yang lainnya motif
negatif serta tidak dikehendaki namun sama
kuatnya.
Homeostatis dan frustasi
Dalam hal ini, terdapat dua kemungkinan,
tercapai atau tidak tercapai tujuan
tersebut.
1. Jika tercapai tentunya individu merasa
puas dan memperoleh keseimbangan diri
(homeostatis).
2. Namun sebaliknya, jika tujuan tersebut
tidak tercapai dan kebutuhannya tidak
terpenuhi maka dia akan kecewa atau
dalam psikologi disebut frustrasi.
Akibat yang timbul dari frustasi
Reaksi individu terhadap frustrasi akan
beragam bentuk perilakunya, bergantung
kepada akal sehatnya (reasoning,
inteligensi).
Jika akal sehatnya berani mengahadapi
kenyataan maka dia akan lebih dapat
menyesuaikan diri secara sehat dan
rasional (well adjustment).
Jika akal sehatnya tidak berfungsi
sebagaimana mestinya, perilakunya lebih
dikendalikan oleh sifat emosinalnya, maka
dia akan mengalami penyesuaian diri yang
keliru (maladjusment).
Bentuk perilaku salah suai (maldjustment),
(1) agresi (perasaan marah atau tindakan kasar akibat
kegagalan);
(2) kecemasan tak berdaya;
(3) regresi/kemunduran perilaku(proses berbalik ke tahap
perkembangan perilaku sebelumnya yang dialami krn
frustasi);
(4) fiksasi(perasaan terikat atau terpusat pada sesuatu
secara berlebihan)
(5) represi (menekan perasaan);
(6) rasionalisasi (mencari alasan);
(7) proyeksi (melemparkan kesalahan kepada lingkungan);
(8) sublimasi (menyalurkan hasrat dorongan pada obyek
yang sejenis);
(9) kompensasi (menutupi kegagalan atau kelemahan
dengan sukses di bidang lain);
(10) berfantasi (dalam angan-angannya, seakan-akan ia
dapat mencapai tujuan yang didambakannya).
PERTEMUAN 3
Bab I : Psikologi Pendidikan Dan Perilaku Individu
Pokok Bahasan :
1. Taxonomi Perilaku Individu (P.3)
2. Pengaruh Pendidikan terhadap
Perubahan Perilaku dan Pribadi
Individu. (P.3)
Tujuan :
Mengidentifikasi taksonomi perilaku individu.
Menjelaskan psikologi pendidikan sebagai ilmu, arti
penting psikologi pendidikan bagi guru, peranan
dan pengaruh pendidikan terhadap perubahan
dan perkembangan perilaku individu.
Menguraikan mekanisme pembentukan perilaku
menurut pandangan behaviorisme dan holistik.
Taxonomi Perilaku Individu
Bloom mengungkapkan tiga kawasan (domain)
perilaku individu beserta sub kawasan dari
masing-masing kawasan, yakni :
A. Kawasan KOGNITIF; yaitu kawasan yang
berkaitan aspek-aspek intelektual atau
berfikir/nalar.
1. Pengetahuan (knowledge);
Pengetahuan merupakan aspek kognitif yang
paling rendah tetapi paling mendasar. Dengan
pengetahuan individu dapat mengenal dan
mengingat kembali suatu objek, ide prosedur,
konsep, definisi, nama, peristiwa, tahun, daftar,
rumus, teori, atau kesimpulan. Dilihat dari objek
yang diketahui (isi) pengetahuan dapat
digolongkan sebagai berikut :
 Mengetahui sesuatu secara khusus; terdiri dari :
1). Mengetahui terminologi
2). Mengetahui fakta tertentu
 Mengetahui tentang cara untuk memproses atau
melakukan sesuatu
2. Pemahaman (comprehension)
Pemahaman atau dapat dijuga disebut dengan
istilah mengerti merupakan kegiatan mental
intelektual yang mengorganisasikan materi yang
telah diketahui. Temuan-temuan yang didapat
dari mengetahui seperti definisi, informasi,
peristiwa, fakta disusun kembali dalam struktur
kognitif yang ada. Tingkatan dalam pemahaman
ini meliputi :
a). Translasi,
b). Interpretasi,
c). Ekstrapolasi,
3. Penerapan (application)
Menggunakan pengetahuan untuk memecahkan
masalah atau menerapkan pengetahuan dalam
kehidupan sehari-hari.
4. Penguraian (analysis);
Menentukan bagian-bagian dari suatu masalah
dan menunjukkan hubungan antar-bagian
tersebut, melihat penyebab-penyebab dari suatu
peristiwa atau memberi argumen-argumen yang
menyokong suatu pernyataan.
Secara rinci Bloom mengemukakan tiga jenis
kemampuan analisis, yaitu :
a). Menganalisis unsur :
b). Menganalisis hubungan
c). Menganalisis prinsip-prinsip organisas
5. Memadukan (synthesis)
Menggabungkan, meramu, atau merangkai
berbagai informasi menjadi satu kesimpulan
atau menjadi suatu hal yang baru. Kemampuan
berfikir induktif dan konvergen merupakan ciri
kemampuan ini
6. Penilaian (evaluation)
Mempertimbangkan, menilai dan
mengambil keputusan benar-salah, baik-
buruk, atau bermanfaat – tak bermanfaat
berdasarkan kriteria-kriteria tertentu baik
kualitatif maupun kuantitatif.
B. Kawasan AFEKTIF; yaitu kawasan yang
berkaitan aspek-aspek emosional, seperti
perasaan, minat, sikap, kepatuhan
terhadap moral dan sebagainya.
1. Penerimaan (receiving/attending)
a. Kesiapan untuk menerima (awareness
b. Kemauan untuk menerima (willingness
to receive),
c. Mengkhususkan perhatian (controlled or
selected attention).
2. Sambutan (responding)
Mengadakan aksi terhadap stimulus, yang
meliputi proses sebagai berikut :
a. Kesiapan menanggapi (acquiescene of
responding).
b. Kemauan menanggapi (willingness to
respond),
c. Kepuasan menanggapi (satisfaction in
response.
3. Penghargaan (valuing)
Pada tahap ini sudah mulai timbul proses
internalisasi untuk memiliki dan
menghayati nilai dari stimulus yang
dihadapi. Penilaian terbagi atas tahap
sebagai berikut :
a. Menerima nilai (acceptance of value),
b. Menyeleksi nilai yang lebih disenangi
(preference for a value)
c. Komitmen yaitu kesetujuan terhadap
suatu nilai.
4. Pengorganisasian (Organization)
Pada tahap ini yang bersangkutan tidak hanya
menginternalisasi satu nilai tertentu seperti pada
tahap komitmen, tetapi mulai melihat beberapa
nilai yang relevan untuk disusun menjadi satu
sistem nilai. Proses ini terjadi dalam dua
tahapan, yakni :
a. Konseptualisasi nilai, yaitu keinginan untuk
menilai hasil karya orang lain, atau menemukan
asumsi-asumsi yang mendasari suatu moral atau
kebiasaan.
b. Pengorganisasian sistem nilai, yaitu menyusun
perangkat nilai dalam suatu sistem berdasarkan
tingkat preferensinya.
5. Karakterisasi (characterization)
Karakterisasi yaitu kemampuan untuk
menghayati atau mempribadikan sistem nilai
Kalau pada tahap pengorganisasian di atas
sistem nilai sudah dapat disusun, maka susunan
itu belum konsisten di dalam diri yang
bersangkutan. Proses ini terdiri atas dua tahap,
yaitu :
a. Generalisasi, yaitu kemampuan untuk melihat
suatu masalah dari suatu sudut pandang
tertentu.
b. Karakterisasi, yaitu mengembangkan
pandangan hidup tertentu yang memberi corak
tersendiri pada kepribadian diri yang
bersangkutan.
C. Kawasan Psikomotor;
Yaitu kawasan yang berkaitan dengan
aspek-aspek keterampilan yang
melibatkan fungsi sistem syaraf dan otot
(neuronmuscular system) dan fungsi
psikis. Kawasan ini terdiri dari :
(a) kesiapan (set);
(b) peniruan (imitation);
(c) membiasakan (habitual);
(d) menyesuaikan (adaptation) dan
(e) menciptakan (origination)
2. Peranan dan Pengaruh Pendidikan terhadap
Perubahan dan Perkembangan Perilaku
Dengan menggunakan konsep dasar psikologis,
khususnya dalam pandangan behaviorisme,
pendidikan pada hakekatnya merupakan
usaha conditioning (penciptaan seperangkat
stimulus) yang diharapkan dapat
menghasilkan pola-pola perilaku (seperangkat
respons) tertentu, yang dimanifestasikan
dalam bentuk perubahan dan perkembangan
perilaku, baik dalam aspek kognitif, afektif,
maupun psikomotor.
Dengan menggunakan konsep dasar
psikologis, khususnya dalam pandangan
behaviorisme, pendidikan pada
hakekatnya merupakan usaha
conditioning (penciptaan seperangkat
stimulus) yang diharapkan dapat
menghasilkan pola-pola perilaku
(seperangkat respons) tertentu, yang
dimanifestasikan dalam bentuk perubahan
dan perkembangan perilaku, baik dalam
aspek kognitif, afektif, maupun psikomotor.
Secara skematik, pengaruh fungsional
pendidikan terhadap perubahan dan
perkembangan perilaku, dapat dijelaskan
dalam bagan berikut ini :P = f (S,O)
P = f (S,O)
P= person (pribadi, perilaku)
f = function (fungsi)
S=stimulus (pendidikan/belajar)
O=organisme
PERTEMUAN 4
Bab II : KERAGAMAN INDIVIDU DALAM
KECAKAPAN DAN KEPRIBADIAN
Pokok Bahasan :
2 .1. Keragaman Individu dalam
Kecakapan dan Kepribadian. (P.4)
Tujuan :
Setelah mempelajari Bab ini, diharapkan Anda dapat :
Mendefinisikan kecakapan nyata,
kecakapan potensial, kecerdasan
(inteligensi), dan kepribadian
Keragaman Individu dalam
Kecakapan dan Kepribadian
Kecakapan individu dapat dibagi kedalam
dua bagian yaitu :
a). kecakapan nyata (actual ability) dan,
b). kecakapan potensial (potential
ability).
a). Kecakapan nyata (actual ability) yaitu
kecakapan yang diperoleh melalui belajar
(achivement atau prestasi), yang dapat
segera didemonstrasikan dan diuji
sekarang.
Sedangkan kecakapan potensial merupakan
aspek kecakapan yang masih terkandung
dalam diri individu dan diperoleh dari faktor
keturunan (herediter).
Kecakapan potensial dapat dibagi ke dalam dua
bagian yaitu :
a). kecakapan dasar umum (inteligensi atau
kecerdasan) dan,
b). kecakapan dasar khusus (bakat atau
aptitudes).
C.P. Chaplin (1975) memberikan pengertian
inteligensi sebagai kemampuan menghadapi
dan menyesuaikan diri terhadap situasi baru
secara cepat dan efektif.
Pada awalnya teori inteligensi masih bersifat
unidimensional (kecerdasan tunggal),
yakni hanya berhubungan dengan aspek
intelektual saja,
Charles Spearman (1904) dengan teori “Two
Factors”-nya. Menurut pendapatnya
bahwa inteligensi terdiri dari kemampuan
umum yang diberi kode “g” (genaral factor)
dan kemampuan khusus yang diberi kode
“s” (specific factor).
Thurstone (1938) mengemukakan teori “Primary
Mental Abilities”, bahwa inteligensi merupakan
penjelmaan dari kemampuan primer, yaitu :
(1) kemampuan berbahasa (verbal comprehension);
(2) kemampuan mengingat (memory);
(3) kemampuan nalar atau berfikir (reasoning);
(4) kemampuan tilikan ruangan (spatial factor);
(5) kemampuan bilangan (numerical ability);
(6) kemampuan menggunakan kata-kata (word
fluency); dan
(7) kemampuan mengamati dengan cepat dan
cermat (perceptual speed).
Sementara itu, J.P. Guilford mengemukakan
bahwa inteligensi dapat dilihat dari tiga
kategori dasar atau “faces of intellect”,
yaitu :
a). Operasi Mental (Proses Befikir)
b). Content (Isi yang Dipikirkan)
c). Product (Hasil Berfikir)
Howard Gardner (1993), mengemukakan
teori Multiple Inteligence, dengan aspek-
aspeknya sebagai tampak dalam tabel di
bawah ini:
INTELIGENSI KEMAMPUAN INTI
1. Logical – Mathematical Kepekaan dan kemampuan untuk mengamati pola-
pola logis dan bilangan serta kemampuan untuk
berfikir rasional.
2. Linguistic Kepekaan terhadap suara, ritme, makna kata-kata,
dan keragaman fungsi-fungsi bahasa.
3. Musical Kemampuan untuk menghasilkan dan
mengapresiasikan ritme. Nada dan bentuk-bentuk
ekspresi musik.
4.Spatial Kemampuan mempersepsi dunia ruang-visual secara
akurat dan melakukan tranformasi persepsi tersebut.
5.Bodily Kinesthetic Kemampuan untuk mengontrol gerakan tubuh dan
mengenai objek-objek secara terampil.
6. Interpersonal Kemampuan untuk mengamati dan merespons
suasana hati, temperamen, dan motivasi orang lain.
7. Intrapersonal Kemampuan untuk memahami perasaan, kekuatan
dan kelemahan serta inteligensi sendiri.
Dengan indikator-indikator perilaku inteligensi tersebut, para
ahli mengembangkan instrumen-instrumen standar untuk
mengukur perkiraan kecakapan umum (kecerdasan) dan
kecakapan khusus (bakat) seseorang.
Alat ukur inteligensi yang paling dikenal dan banyak
digunakan di Indonesia ialah Tes Binet Simon
Rumus yang biasa digunakan untuk
menghitung IQ seseorang adalah :
MA (Mental Age)
IQ = 100 x
CA (Chronological Age)
IQ KATEGORI %
> 140 Jenius (Genius) 0,25
130-139 Sangat Unggul (Very Superior) 0,75
120-129 Unggul (Superior) 6
110-119 Diatas rata-rata (High Average) 13
90-109 Rata-rata (Average) 60
80 - 89 Dibawah Rata-Rata (Low Average) 13
70 - 79 Bodoh (Dull) 6
50 - 69 Debil (Moron) 0,75
25 - 49 Imbecil 0,20
< 25 Idiot 0,05
Selain menggunakan instrumen standar, dapat juga
dengan cara memperhatikan kecenderungan
kecepatan ketepatan, dan kemudahan peserta
didik dalam dalam menyelesaikan tugas-tugas
yang diberi-kan, sehingga pada akhirnya akan
diketahui kelompok peserta didik yang
tergolong cepat (upper group), rata-rata (midle
group) dan lambat (lower group) dalam
belajarnya.
Instrumen standar antara lain :
a. DAT (Differential Aptitude Test),
b. SRA-PMA (Science Research Action – Primary
Mental Ability),
c. FACT (Flanagan Aptitude Calassification Test).
Balitbang Depdiknas (1986) telah mengidentifikasi
ciri-ciri keberbakatan peserta didik dilihat dari
aspek kecerdasan, kreativitas dan komitmen
terhadap tugas, yaitu:
a. Lancar berbahasa (mampu mengutarakan
pikirannya);
b. Memiliki rasa ingin tahu yang besar terhadap
ilmu pengetahuan;
c. Memiliki kemampuan yang tinggi dalam berfikir
logis dan kritis
d. Mampu belajar/bekerja secara mandiri;
e. Ulet menghadapi kesulitan (tidak lekas putus
asa);
e. Mempunyai tujuan yang jelas dalam tiap
kegiatan atau perbuatannya
f. Cermat atau teliti dalam mengamati;
g. Memiliki kemampuan memikirkan beberapa
macam pemecahan masalah;
h. Mempunyai minat luas;
i. Mempunyai daya imajinasi yang tinggi;
j. Belajar dengan dan cepat;
k. Mampu mengemukakan dan mempertahankan
pendapat;
l. Mampu berkonsentrasi;
m. Tidak memerlukan dorongan (motivasi) dari luar.
PERTEMUAN 5
Bab II : KERAGAMAN INDIVIDU DALAM
KECAKAPAN DAN KEPRIBADIAN
Pokok Bahasan :
2 .1. Keragaman Individu dalam Kepribadian
2.2. Faktor-Faktor yang Mempengaruhi
Timbulnya Keragaman dalam
Kecakapan dan Kepribadian.(P.5)
Tujuan :
Setelah mempelajari Bab ini, diharapkan Anda
dapat :
Menganalis faktor-faktor yang mempengaruhi timbulnya keragaman
dalam kecakapan dan kepribadian.
Gordon W. Allport (Calvin S. Hall dan Gardner Lindzey,
2005) : kepribadian adalah organisasi dinamis dalam
diri individu sebagai sistem psikofisik yang menen-
tukan caranya yang unik dalam menyesuaikan diri
terhadap lingkungannya.
Kata kunci dari pengertian kepribadian adalah
penyesuaian diri. Scheneider (1964) mengartikan
penyesuaian diri sebagai “suatu proses respons
individu baik yang bersifat behavioral maupun
mental dalam upaya mengatasi kebutuhan-
kebutuhan dari dalam diri, ketegangan emosional,
frustrasi dan konflik, serta memelihara
keseimbangan antara pemenuhan kebutuhan
tersebut dengan tuntutan (norma) lingkungan.
Abin Syamsuddin (2003) mengemukakan tentang aspek-
aspek kepribadian, yang di dalamnya mencakup :
Karakter; yaitu konsekuen tidaknya dalam mematuhi etika
perilaku, konsiten tidaknya dalam memegang pendirian
atau pendapat.
Temperamen; yaitu disposisi reaktif seorang, atau cepat
lambatnya mereaksi terhadap rangsangan-rangsangan
yang datang dari lingkungan.
Sikap; sambutan terhadap objek yang bersifat positif, negatif
atau ambivalen
Stabilitas emosi; yaitu kadar kestabilan reaksi emosional
terhadap rangsangan dari lingkungan. Seperti mudah
tidaknya tersinggung, marah, sedih, atau putus asa
Responsibilitas (tanggung jawab), kesiapan untuk menerima
resiko dari tindakan atau perbuatan yang dilakukan. Seperti
mau menerima resiko secara wajar, cuci tangan, atau
melarikan diri dari resiko yang dihadapi.
Sosiabilitas; yaitu disposisi pribadi yang berkaitan dengan
hubungan interpersonal. Seperti : sifat pribadi yang terbuka
atau tertutup dan kemampuan berkomunikasi dengan
orang lain.
Kepribadian yang sehat Kepribadian yang tdk. Sehat
1. Mampu menilai diri sendiri
secara realistik
2. Mampu menilai situasi
secara realistik
3. Mampu menilai prestasi
yang diperoleh secara
realistik
4. Menerima tanggung jawab
5. Kemandirian
6. Dapat mengontrol emosi
7. Berorientasi tujuan
8. Berorientasi keluar
(ekstrovert)
9. Penerimaan sosial
10. Memiliki filsafat hidup
11. Berbahagia
1. Mudah marah
2. Menunjukkan kekhawatiran dan kecemasan
3. Sering merasa tertekan (stress atau
depresi)
4. Bersikap kejam
5. Ketidakmampuan untuk menghindar dari
perilaku menyimpang
6. Kebiasaan berbohong
7. Hiperaktif
8. Bersikap memusuhi semua bentuk otoritas
9. Senang mengkritik/ mencemooh
10.Sulit tidur
11.Kurang rasa tanggung jawab
12.Sering mengalami pusing kepala
13.Kurang memiliki kesadaran untuk mentaati
ajaran agama
14.Pesimis
15.Kurang bergairah
Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Timbulnya
Keragaman dalam Kecakapan dan
Kepribadian :
1. Herediter; pembawaan sejak lahir atau
berdasarkan keturunan yang bersifat kodrati,
2. Environment; lingkungan tempat di mana
individu itu berada dan berinteraksi, baik
lingkungan fisik maupun lingkungan sosio-
psikologis, termasuk didalamnya adalah
belajar.
3. Maturity; kematangan yang mengacu pada
tahap-tahap atau fase-fase perkembangan
yang dijalani individu.
Faktor Heriditas :
1. Asas Reproduksi
Menurut asas ini bahwa kecakapan (achievement) dan
bukan didasarkan pada perilaku orang tua yang
diperolehnya melalui hasil belajar atau hasil berinteraksi
dengan lingkungannya.
2. Asas Variasi
Bahwa penurunan sifat pembawaan dari orang tua
kepada anak-anaknya akan bervariasi, baik mengenai
kuantitas maupun kualitasnya.
3. Asas Regresi Filial
Terjadi pensurutan sifat atau ciri perilaku dari kedua
orangtua pada anaknya perbandingannya mana yang
lebih besar antara sifat-sifat ayah dan ibunya ini sangat
tergantung kepada daya kekuatan tarik menarik dari
pada masing-masing sifat keturunan tersebut.
Faktor Heriditas :
4. Asas Jenis Menyilang
Menurut asas ini bahwa apa yang diturunkan oleh
masing-masing orang tua kepada anak-anaknya
mempunyai sasaran menyilang jenis. Seorang anak
perempuan akan lebih banyak memilki sifat-sifat dan
tingkah laku ayahnya, sedangkan bagi anak laki-laki
akan lebih banyak memilki sifat pada ibunya.
5. Asas konformitas
Berdasarkan asas konformitas ini bahwa seorang anak
akan lebih banyak memiliki sifat-sifat dan ciri-ciri tingkah
laku yang diturunkan oleh kelompok rasnya atau suku
bangsanya.Misalnya, orang Eropa akan menyerupai
sifat-sifat dan ciri-ciri tingkah laku seperti orang-orang
Eropa lainnya dibandingkan dengan orang-orang Asia.
Environment
1. Lingkungan membuat individu sebagai
makhluk sosial
2. Lingkungan membuat wajah budaya bagi
individu
Penyesuaian diri
a. alloplastis artinya individu itu berusaha
untuk merubah lingkungannya.
b. Sedangkan penyesuaian diri autoplastis,
penyesusian diri yang dilakukan individu
agar dirinya sesuai dengan lingkungannya.
Ketiga faktor tersebut di atas dapat dibuat formulasi
sebagai berikut :
P= f (H.E.M)
P= Pribadi atau perilaku
f = fungsi
H= Herediter (pembawaan)
E=Environment (lingkungan, termasuk belajar)
M=Maturity (tingkat kematangan)
PERTEMUAN 6,7 dan 8
Bab III : PERKEMBANGAN INDIVIDU
Pokok Bahasan :
3.1. Pengertian Perkembangan.
3.2. Ciri-Ciri Umum Perkembangan Individu
3.3. Model Pentahapan Perkembangan.
3.4. Aspek – Aspek Perkembangan Individu.
3.5. Tugas – Tugas Perkembangan Individu
3.6. Perkembangan Pada Masa Remaja
lanjutan
Tujuan :
1. Mendefinisikan perkembangan, tugas perkembangan
individu dan masa remaja.
2. Mengidentifikasi ciri-ciri umum perkembangan,
prinsip-prinsip perkembangan, dan model
pentahapan perkembangan individu.
3. Menjelaskan tahapan perkembangan individu
berdasarkan pendekatan didaktis.
4. Menjelaskan tentang aspek-aspek perkembangan
individu, aspek-aspek perkembangan perilaku dan
pribadi pada masa remaja, serta problema yang
dihadapi pada masa remaja.
5. Menguraikan tugas-tugas perkembangan individu
pada masa bayi kanak-kanak, dan remaja.
1. Pengertian Perkembangan
Perkembangan dapat diartikan sebagai
perubahan yang sistematis, progresif dan
berkesinambungan dalam diri individu sejak
lahir hingga akhir hayatnya
Sebagai perubahan – perubahan yang dialami
individu menuju tingkat kedewasaan atau
kematangannya.
Contoh : kemampuan berbicara seseorang akan sejalan
dengan kematangan dalam perkembangan intelektual
atau kognitifnya. Kemampuan berjalan seseorang akan
seiring dengan kesiapan otot-otot kaki. Begitu juga
ketertarikan seorang remaja terhadap jenis kelamin lain
akan seiring dengan kematangan organ-organ
seksualnya.
Syamsu Yusuf (2003) memerinci, prinsip-prinsip
perkembangan individu, yaitu :
a. Perkembangan merupakan proses yang tidak
pernah berhenti.
b. Semua aspek perkembangan saling
berhubungan.
c. Perkembangan terjadi pada tempo yang
berlainan.
d. Setiap fase perkembangan mempunyai ciri khas.
e. Setiap individu normal akan mengalami
tahapan/fase perkembangan.
f. Perkembangan mengikuti pola atau arah
tertentu.
Syamsu Yusuf, 2003) mengemukakan pola
perkembangan sebagai berikut :
1). Cephalocaudal & proximal-distal (perkembangan
manusia itu mulai dari kepala ke kaki dan dari
tengah (jantung, paru dan sebagainya) ke
samping (tangan)
2). Struktur mendahului fungsi.
3). Diferensiasi ke integrasi.
4). Dari konkret ke abstrak.
5). Dari egosentris ke perspektivisme.
6). Dari outer control ke inner control.
2. Ciri-Ciri Umum Perkembangan
Individu
Perkembangan individu mempunyai ciri-ciri
umum sebagai berikut :
a. Terjadinya perubahan dalam aspek :
Fisik; seperti : berat dan tinggi badan.
Psikis; seperti : berbicara dan berfikir.
b. Terjadinya perubahan dalam proporsi.
Fisik; seperti : proporsi tubuh anak berubah
sesuai dengan fase perkembangannya.
Psikis; seperti : perubahan imajinasi dari
fantasi ke realistis.
c. Lenyapnya tanda-tanda yang lama.
Fisik; seperti: rambut-rambut halus dan gigi susu,
kelenjar thymus dan kelenjar pineal.
Psikis; seperti : lenyapnya masa mengoceh,
perilaku impulsif.
d. Diperolehnya tanda-tanda baru.
Fisik; seperti : pergantian gigi dan karakteristik sex
pada usia remaja, seperti kumis dan jakun pada
laki dan tumbuh payudara dan menstruasi pada
wanita, tumbuh uban pada masa tua.
Psikis; seperti berkembangnya rasa ingin tahu,
terutama yang berkaitan dengan sex, ilmu
pengetahuan, nilai-nilai moral dan keyakinan
beragama.
3. Model Pentahapan Perkembangan
Individu
Tiga pendekatan yaitu pendekatan biologis,
didaktis, dan psikologis.
1. Aristoteles :
Masa Kanak-Kanak : 0 – 7 th
Masa Anak Sekolah : 7 – 14 th
Masa Remaja : 14-21 th
2. Syamsu Yusuf :
Masa Usia Pra Sekolah : 0 – 6 th
Masa Usia Sekolah Dasar : 6 – 12 th
Masa Usia Sekolah Menenah : 12 – 18 th
Masa Usia Mahapeserta didik : 18- 25 th
3. Rosseau
Tahap I Masa Asuhan : 0 – 2 th
Tahap II Masa PenJas dan lat. Panca Indera : 2 – 12 th
Tahap III Masa Pendidikan Akal : 12 – 15 th
Tahap IV Masa Pendidikan Watak dan Agama : 15-20 th
4. Kretschmer
Fullungs (Pengisisian) I : 0 – 3 th
Streckungs (Rentangan) I : 3 – 7 th
Fullungs (Pengisisian) II : 7 – 13 th
Streckungs (Rentangan)II : 13-20 th
5. Elizabeth Hurlock
Pranatal : 9 bl – 280 hr
Infancy (orok) : 10 hr – 14 hr
Babyhood (bayi) : 2 minggu – 2 th
Childhood (kanak-kanak) : 3 th - remaja
Adolesence/puberty (masa remaja):
- Pre Adolesence : 11 – 13 th
- Early Adolesence : 13 – 17 th
- Late Adolesence : 18 – 21 th
Adulthood (masa dewasa) : 21 – 25 th
Middle age (1/2 baya)Old : 25 – 30 th
Old Age (masa tua) : 30- wafat
6. Piaget
Sensori-motor : 0 – 2 th.
Pra-operasional : 2 – 7 th.
- Pre-konseptual : 2 – 4 th
- Intuitif : 4 – 7 th
Konkret - Operasional : 7 – 11 th
Formal - operasional : 11-15 th
Loevenger Sunaryo dkk (2003) fase-fase perkembangan
individu, yaitu :
Impulsif, ciri :
- Identitas diri terpisah dari orang lain
- Bergantung pada lingkungan
- Beorientasi hari ini
- Individu tidak menempatkan diri sebagai penyebab
perilaku
Perlindungan Diri, ciri :
- Peduli terhadap kontrol dan keuntungan yang dapat
diperoleh dari berhubungan dengan orang lain,
- Mengikuti aturan secara oportunistik dan hedonistik
- Berfikir tidak logis dan stereotip
- Melihat kehidupan sebagai “zero-sum game”
- Cenderung menyalahkan dan mencela orang lain
Konformistik, ciri :
- Peduli terhadap penampilan diri
- Berfikir sterotip dan klise
- Peduli akan aturan eksternal
- Bertindak dengan motif dangkal
- Menyamakan diri dalam ekspresi emosi
- Kurang introspeksi
- Perbedaan kelompok didasarkan ciri-ciri eksternal
- Takut tidak diterima kelompok
- Tidak sensitif terhadap keindividualan
- Merasa berdosa jika melanggar aturan
Seksama, ciri :
- Bertindak atas dasar nilai internal
- Mampu melihat diri sebagai pembuat pilihan dan pelaku tindakan
- Mampu melihat keragaman emosi, motif. Dan perspektif diri
- Peduli akan hubungan mutualistik
- Memiliki tujuan jangka panjang
- Cenderung melihat peristiwa dalam konteks sosial
- Berfikir lebih kompleks dan atas dasar analisis
Individualistik, ciri :
- Peningkatan kesadaran invidualitas
- Kesadaran akan konflik emosional antara kemandirian
dengan ketergantungan
- Menjadi lebih toleran terhadap diri sendiri dan orang
lain
- Mengenal eksistensi perbedaan individual
- Mampu bersikap toleran terhadap pertentangan dalam
kehidupan
- Membedakan kehidupan internal dan kehidupan luar
dirinya
- Mengenal kompleksitas diri
- Peduli akan perkembangan dan masalah-masalah
sosial
Otonomi, ciri :
- Memiliki pandangan hidup sebagai suatu keseluruhan
- Bersikap realistis dan obyektif terhadap diri sendiri
maupun orang lain
- Peduli akan paham abstrak, seperti keadilan sosial.
- Mampu mengintegrasikan nilai-nilai yang bertentangan
- Peduli akan self fulfillment
- Ada keberanian untuk menyelesaikan konflik internal
- Respek terhadap kemandirian orang lain
- Sadar akan adanya saling ketergantungan dengan
orang lain
- Mampu mengekspresikan perasaan dengan penuh
keyakinan dan keceriaan
Selanjutnya, Syamsu Yusuf (2003), tahapan
perkembangan individu dengan menggu-
nakan pendekatan didaktis:
Masa Usia Pra Sekolah terbagi dua yaitu
(1) Masa Vital dan
(2) Masa Estetik
Masa Vital; pada masa ini individu menggunakan
fungsi-fungsi biologis untuk menemukan
berbagai hal dalam dunianya.
Masa Estetik; dianggap sebagai masa perkem-
bangan rasa keindahan.. Pada masa ini panca
indera masih sangat peka.
Masa Usia Sekolah Dasar
Masa Usia Sekolah Dasar disebut juga masa
intelektual, pada umur 6-7.
Masa Usia Sekolah Dasar terbagi dua, yaitu :
(a) masa kelas-kelas rendah dan
(b) masa kelas tinggi.
Ciri-ciri pada masa kelas-kelas rendah(6/7 – 9/10
tahun) :
 Adanya korelasi positif yang tinggi antara
keadaan jasmani dengan prestasi
 Sikap tunduk kepada peraturan-peraturan
permainan tradisional.
 Adanya kecenderungan memuji diri sendiri
 Membandingkan dirinya dengan anak yang lain
 Apabila tidak dapat menyelesaikan suatu soal,
maka soal itu dianggap tidak penting.
Ciri-ciri pada masa kelas-kelas tinggi (9/10-12/13 tahun) :
 Minat terhadap kehidupan praktis sehari-hari yang
konkret
 Amat realistik, rasa ingin tahu dan ingin belajar
 Menjelang akhir masa ini telah ada minat kepada hal-hal
atau mata pelajaran khusus sebagai mulai menonjolnya
bakat-bakat khusus
 Sampai usia 11 tahun anak membutuhkan guru atau
orang dewasa lainnya untuk menyelesaikan tugas dan
memenuhi keinginannya. Selepas usia ini pada
umumnya anak menghadapi tugas-tugasnya dengan
bebas dan berusaha untuk menyelesaikannya
 Pada masa ini anak memandang nilai (angka rapor)
sebagai ukuran tepat mengenai prestasi sekolahnya.
 Gemar membentuk kelompok sebaya untuk bermain
bersama. Dalam permainan itu mereka tidak terikat
lagi dengan aturan
Masa Usia Sekolah Menegah
Masa usia sekolah menengah bertepatan dengan masa
remaja, yang terbagai ke dalam 3 bagian yaitu :
 masa remaja awal; biasanya ditandai dengan sifat-sifat
negatif, dalam jasmani dan mental, prestasi, serta sikap
sosial,
 masa remaja; pada masa ini mulai tumbuh dorongan
untuk hidup, kebutuhan akan adanya teman yang dapat
memahami dan menolongnya. Pada masa ini sebagai
masa mencari sesuatu yang dipandang bernilai, pantas
dijunjung dan dipuja.
 masa remaja akhir; setelah remaja dapat menentukan
pendirian hidupnya, pada dasarnya telah tercapai masa
remaja akhir dan telah terpenuhi tugas-tugas
perkembangan pada masa remaja, yang akan
memberikan dasar bagi memasuki masa berikutnya yaitu
masa dewasa.
Masa Usia Kemahasiswaan
(18,00-25,00 tahun)
Masa ini dapat digolongkan pada masa
remaja akhir sampai masa dewasa awal
atau dewasa madya, yang intinya pada
masa ini merupakan pemantapan
pendirian hidup.
4. Aspek- Aspek Perkembangan
Individu
1). Perkembangan Fisik
2). Perkembanga Perilaku Psikomotorik
3). Perkembangan Bahasa
4). Perkembangan Perilaku Kognitif
5). Perkembangan Perilaku Sosial
6). Perkembangan Moralitas
7). Perkembangan Penghayatan Keagamaan
8). Perkembangan Perilaku Konatif
9). Perkembangan Emosional
10). Perkembangan Kepribadian
11). Perkembangan Karier
a. Perkembangan Fisik
Perkembangan fisik individu mencakup
aspek-aspek :
Perkembangan anatomis; adanya perubahan
kuantitatif pada struktur tulang, indeks tinggi dan
berat badan, proporsi tinggi kepala dengan tinggi
garis keajegan badan secara keseluruhan.
Perkembangan fisiologis; ditandai dengan adanya
perubahan secara kualitatif, kuantitaif dan
fungsional dari sistem kerja biologis, seperti
konstraksi otot-otot, peredaran darah dan
pernafasan, persyarafan, sekresi kelenjar dan
pencernaan.
b. Perkembanga Perilaku Psikomotorik
Perkembangan psikomotorik memerlukan adanya
koordinasi fungsional antara neuronmuscular
system (sistem syaraf dan otot) dan fungsi psikis
(kognitif, afektif, konatif).
Dua prinsip utama dalam perkembangan
psikomotorik, yaitu :
(1) bahwa perkembangan itu berlangsung dari
yang sederhana kepada yang kompleks,dan
(2) dari yang kasar dan global (gross bodily
movements) kepada yang halus dan spesifik dan
terkoordinasikan (finely coordinated movements).
Loree dalam Abin Syamsuddin (2003)
mengatakan bahwa ada dua macam
perilaku psikomotorik utama yang bersifat
universal harus dikuasai oleh setiap
individu pada masa bayi atau masa kanak-
kanak yaitu :
1). berjalan (walking) dan
2). memegang benda (prehension).
Kedua jenis keterampilan ini menjadi
dasar bagi perkembangan keterampilan
yang lebih kompleks untuk bermain
(playing) dan bekerja (working).
c. Perkembangan Bahasa
Kemampuan berbahasa merupakan kemampuan
yang membedakan antara manusia dengan
hewan. Melalui bahasa, manusia,
mengkodifikasikan, mencatat, menyimpan,
mengekspresikan dan mengkomunikasikan
berbagai informasi, baik dalam bentuk lisan,
tulisan, gambar, lukisan gerak - gerik, dan mimik
serta simbol ekspresif lainnya. Perkembangan
bahasa dimulai dengan masa meraban, bicara
monolog, haus nama-nama, gemar bertanya
yang tidak selalu harus dijawab, membuat
kalimat sederhana, dan bahasa ekspresif
dengan belajar menulis, membaca dan
menggambar permulaan.
d. Perkembangan Perilaku Kognitif
Dengan menggunakan hasil pengukuran
tes inteligensi yang mencakup General
Information and Verbal Analogies, Jones
dan Conrad (Loree,1970) menunjukkan
bahwa laju perkembangan inteligensi
berlangsung sangat pesat sampai masa
remaja, setelah itu kepesatannya
berangsur menurun.
Dengan berpatokan kepada hasil tes IQ,
Bloom (1964) mengungkapkan
prosentase taraf perkembangan sebagai
berikut :
UsiaPerkembangan
1 tahunSekitar 20 %
4 tahunSekitar 50 %
8 tahunSekitar 80 %
13 tahunSekitar 92 %
e. Perkembangan Perilaku Sosial
Sejak individu dilahirkan ke muka bumi
ini ia telah mulai belajar tentang
keadaan lingkungan sosialnya. Pada
awalnya, ia mempelajari segala yang
terjadi dalam lingkungan keluarga. Ia
mencoba meniru, mengidentifikasi dan
mengamati segala sesuatu yang
ditampilkan orang tua dan anggota
keluarga lainnya . Selanjutnya ia
mempelajari keadaan-keadaan di luar
rumah, baik yang menyangkut nilai,
norma, dan kebiasaan-kebiasaan yang
ada dalam masyarakat.
f. Perkembangan Moralitas
Ketika individu mulai menyadari bahwa ia
merupakan bagian dari lingkungan sosial
dimana ia berada, bersamaan itu pula
individu mulai menyadari bahwa dalam
lingkungan sosialnya terdapat aturan-
aturan, norma-norma/nilai-nilai sebagai
dasar atau patokan dalam berperilaku.
Keputusan untuk melakukan sesuatu
berdasarkan pertimbangan norma yang
berlaku dan nilai yang dianutnya itu
disebut moralitas.
g. Perkembangan Penghayatan Keagamaan
Dengan melalui pertimbangan fungsi afektif, kognitif, dan
konatifnya, pada saat-saat tertentu, individu akan
meyakini dan menerima tanpa keraguan bahwa di luar
dirinya ada sesuatu kekuatan yang maha Agung yang
melebihi apa pun, termasuk dirinya. Penghayatan
seperti itu disebut pengalaman keagamaan (religious
experience).
(Zakiah Darajat, 1970). Brightman (1956) menjelaskan
bahwa penghayatan keagamaan tidak hanya sampai
kepada pengakuan atas kebaradaan-Nya, namun juga
mengakui-Nya sebagai sumber nilai-nilai luhur yang
abadi yang mengatur tata kehidupan alam semesta raya
ini. Oleh karena itu, manusia akan tunduk dan berupaya
untuk mematuhinya dengan penuh kesadaran dan
disertai penyerahan diri dalam bentuk ritual tertentu,
baik secara individual maupun kolektif, secara simbolik
maupun dalam bentuk nyata kehidupan sehari-hari.
h. Perkembangan Perilaku Konatif
Perilaku konatif merupakan perilaku yang
berhubungan dengan motivasi atau faktor
penggerak perilaku seseorang yang
bersumber dari kebutuhan-kebutuhannya.
i. Perkembangan Emosional
Aspek emosional dari suatu perilaku, pada
umumnya selalu melibatkan tiga variabel, yaitu :
(1) rangsangan yang menimbulkan emosi
(stimulus); … mungkin dirubah
(2) perubahan–perubahan fisiologis yang terjadi
pada individu; dan
(3) pola sambutan (respons) … mungkin dirubah
Yang mungkin dirubah dan dipengaruhi adalah variabel
yang kesatu (stimus) dan yang ketiga (respons),
sedangkan variabel yang kedua merupakan yang
tidak mungkin dirubah karena terjadinya pada
individu secara mekanis.
Terdapat dua dimensi emosional yang sangat penting
untuk dipahami yaitu :
(1) senang – tidak senang (suka-tidak suka); dan
(2) intensitasnya (kuat-lemah).
j. Perkembangan Kepribadian
Meskipun kepribadian seseorang itu relatif
konstan, namun dalam kenyataannya
sering ditemukan bahwa perubahan
kepribadian dapat dan mungkin terjadi,
terutama dipengaruhi oleh faktor
lingkungan dari pada faktor fisik.
k. Perkembangan Karier
Perkembangan karier sangat erat kaitannya dengan
pekerjaan seseorang. Keberhasilan seseorang dalam
suatu pekerjaan bukanlah sesuatu yang diperoleh secara
tiba-tiba atau secara kebetulan, namun merupakan suatu
proses panjang dari tahapan perkembangan karier yang
dilalui sepanjang hayatnya, mulai dari usaha
memperoleh kesadaran karier, eksplorasi karier,
persiapan karier hingga sampai pada penempatan
kariernya.
Tylor & Walsh (1979) menyebutkan bahwa kematangan
karier individu diperoleh manakala ada kesesuaian
antara perilaku karier dengan perilaku yang diharapkan
pada umur tertentu. Adapun yang dimaksud dengan
perilaku karier yaitu segenap perilaku yang ditampilkan
individu dalam usaha menyiapkan masa depan untuk
memperoleh kematangan kariernya.
5. Tugas-Tugas Perkembangan Individu
Salah satu prinsip perkembangan bahwa
setiap individu akan mengalami fase
perkembangan tertentu, yang merentang
sepanjang hidupnya fase-fase
perkembangan tersebut dapat dilihat
dalam gambar berikut ini :
Masa Dewasa :
Masa Tua
Tengah Baya
Masa Dewasa Awal
Masa Remaja (Adolesence) :
(1) Late Adolesence (18 – 21 th)
(2) Early Adolesence (16 – 17 th)
(3) Pre Adolesence (11 – 13 th)
Masa Kanak-Kanak (2 th – Remaja)
Masa Bayi (2 Minggu s.d. 2 th)
Masa Orok (10 –14 hari)
Masa Konsepsi (Pranatal) (0-9 bln)
Di bawah ini dikemukakan tugas-tugas perkembangan dari
setiap fase menurut Havighurst.
a. Tugas Perkembangan Masa Bayi dan Kanak-Kanak Awal
(0,0–6.0)
 Belajar berjalan pada usia 9.0 – 15.0 bulan.
 Belajar memakan makan padat.
 Belajar berbicara.
 Belajar buang air kecil dan buang air besar.
 Belajar mengenal perbedaan jenis kelamin.
 Mencapai kestabilan jasmaniah fisiologis.
 Membentuk konsep-konsep sederhana kenyataan sosial
dan alam.
 Belajar mengadakan hubungan emosional dengan orang
tua, saudara, dan orang lain.
 Belajar mengadakan hubungan baik dan buruk dan
pengembangan kata hati
b. Tugas Perkembangan Masa Kanak-Kanak Akhir
dan Anak Sekolah (6,0-12.0)
 Belajar memperoleh keterampilan fisik untuk
melakukan permainan.
 Belajar membentuk sikap yang sehat terhadap
dirinya sendiri sebagai makhluk biologis.
 Belajar bergaul dengan teman sebaya.
 Belajar memainkan peranan sesuai dengan jenis
kelaminnya.
 Belajar keterampilan dasar dalam membaca,
menulis dan berhitung.
 Belajar mengembangkan konsep-konsep sehari-
hari.
 Mengembangkan kata hati.
 Belajar memperoleh kebebasan yang bersifat
pribadi.
c. Tugas Perkembangan Masa Remaja (12.0-21.0)
 Mencapai hubungan yang lebih matang dengan teman
sebaya.
 Mencapai peran sosial sebagai pria atau wanita.
 Menerima keadaan fisik dan menggunakannya secara
efektif.
 Mencapai kemandirian emosional dari orang tua dan
orang dewasa lainnya.
 Mencapai jaminan kemandirian ekonomi.
 Memilih dan mempersiapkan karier.
 Mempersiapkan pernikahan dan hidup berkeluarga.
 Mengembangkan keterampilan intelektual dan konsep-
konsep yang diperlukan bagi warga negara.
 Mencapai perilaku yang bertanggung jawab secara
sosial.
 Memperoleh seperangkat nilai sistem etika sebagai
petunjuk/pembimbing dalam berperilaku.
d. Tugas Perkembangan Masa Dewasa Awal
 Memilih pasangan.
 Belajar hidup dengan pasangan.
 Memulai hidup dengan pasangan.
 Memelihara anak.
 Mengelola rumah tangga.
 Memulai bekerja.
 Mengambil tanggung jawab sebagai
warga negara.
 Menemukan suatu kelompok yang serasi.
6. Perkembangan Paa Masa Remaja
Fase remaja merupakan masa
perkembangan individu yang sangat
penting.
Harold Alberty (1957) mengemukakan bahwa
masa remaja merupakan suatu periode
dalam perkembangan yang dijalani
seseorang yang terbentang sejak
berakhirnya masa kanak-kanak sampai
dengan awal masa dewasa.
Conger berpendapat bahwa masa remaja
merupakan masa yang amat kritis yang
mungkin dapat merupakan the best of
time and the worst of time.
Para ahli umumnya sepakat bahwa rentangan masa
remaja berlangsung dari usia 11-13 tahun
sampai dengan 18-20 th (Abin Syamsuddin,
2003).
Kita menemukan berbagai tafsiran dari para ahli
tentang masa remaja :
Freud menafsirkan masa remaja sebagai suatu masa mencari
hidup seksual yang mempunyai bentuk yang definitif.
Charlotte Buhler menafsirkan masa remaja sebagai masa
kebutuhan isi-mengisi.
Spranger memberikan tafsiran masa remaja sebagai masa
pertumbuhan dengan perubahan struktur kejiwaan yang
fundamental.
Hofmann menafsirkan masa remaja sebagai suatu masa
pembentukan sikap-sikap terhadap segala sesuatu yang
dialami individu.
G. Stanley Hall menafsirkan masa remaja sebagai masa storm
and drang (badai dan topan).
Pertemuan ke 9, 10
Bahasan :
PROSES PEMBELAJARAN
Pokok Bahasan :
1. Hakekat Belajar.
2. Teori-Teori Pokok Belajar.
Setelah mempelajari Bab ini, diharapkan
Anda dapat :
 Mendefinisikan belajar dan pengelolaan
kelas.
 Mengidentifikasi ciri-ciri belajar, bentuk-
bentuk perubahan perilaku sebagai hasil
belajar, pendekatan - pendekatan
pembelajaran, masalah-masalah dalam
pengelolaan kelas.
Hakekat Belajar :
 Moh. Surya (1997) : “belajar dapat
diartikan sebagai suatu proses yang
dilakukan oleh individu untuk memperoleh
perubahan perilaku baru secara
keseluruhan, sebagai hasil dari
pengalaman individu itu sendiri dalam
berinteraksi dengan lingkungannya”.
 Witherington (1952) : “belajar merupakan
perubahan dalam kepribadian yang
dimanifestasikan sebagai pola-pola
respons yang baru berbentuk
keterampilan, sikap, kebiasaan,
pengetahuan dan kecakapan”.
 Crow & Crow dan (1958) : “ belajar adalah
diperolehnya kebiasaan-kebiasaan,
pengetahuan dan sikap baru”.
 Hilgard (1962) : “belajar adalah proses
dimana suatu perilaku muncul perilaku
muncul atau berubah karena adanya
respons terhadap sesuatu situasi”
 Di Vesta dan Thompson (1970) : “ belajar
adalah perubahan perilaku yang relatif
menetap sebagai hasil dari pengalaman”.
 Gage & Berliner : “belajar adalah suatu
proses perubahan perilaku yang yang
muncul karena pengalaman”
Dari beberapa pengertian belajar tersebut diatas,
kata kunci dari belajar adalah perubahan
perilaku, dan ciri-ciri dari perubahan perilaku,
Moh Surya (1997) yaitu :
 Perubahan yang disadari dan disengaja
(intensional).
 Perubahan yang berkesinambungan (kontinyu).
 Perubahan yang fungsional.
 Perubahan yang bersifat positif.
 Perubahan yang bersifat aktif.
 Perubahan yang bersifat pemanen.
 Perubahan yang bertujuan dan terarah.
 Perubahan perilaku secara keseluruhan.
Perilaku/Pribadi sebelum belajar
(Pre Learning)
X = 0
Y = 1
Z= 1
Perilaku/Pribadi sebelum belajar
(Pre Learning)
X = 0
Y = 1
Z= 1
Perilaku/Pribadi sebelum belajar
(Pre Learning)
X = 0
Y = 1
Z= 1
Pengalaman, Praktik, Latihan
(Learning Experience)
Perilaku/Pribadi
setelah belajar
(Post Learning)
X = (X+1) = 1
Y = (Y+1) = 2
Z = (Z-1) = 0
Menurut Gagne (Abin Syamsuddin
Makmun, 2003), perubahan perilaku
yang merupakan hasil belajar dapat
berbentuk :
 Informasi verbal,
 Kecakapan intelektual,
 Strategi kognitif,
 Sikap,
 Kecakapan motorik.
Moh. Surya (1997) mengemukakan bahwa hasil
belajar akan tampak dalam :
 Kebiasaan; seperti : peserta didik belajar bahasa
berkali-kali menghindari kecenderungan
penggunaan kata atau struktur yang keliru,
sehingga akhirnya ia terbiasa dengan
penggunaan bahasa secara baik dan benar;
 Keterampilan; seperti : menulis dan berolah raga
yang meskipun sifatnya motorik, keterampilan-
keterampilan itu memerlukan koordinasi gerak
yang teliti dan kesadaran yang tinggi;
 Pengamatan; yakni proses menerima,
menafsirkan, dan memberi arti rangsangan yang
masuk melalui indera-indera secara obyektif
sehingga peserta didik mampu mencapai
pengertian yang benar;
 Berfikir asosiatif; yakni berfikir dengan
cara mengasosiasikan sesuatu dengan
lainnya dengan menggunakan daya ingat;
 Berfikir rasional dan kritis yakni
menggunakan prinsip-prinsip dan dasar-
dasar pengertian dalam menjawab
pertanyaan kritis seperti “bagaimana”
(how) dan “mengapa” (why);
 Sikap yakni kecenderungan yang relatif
menetap untuk bereaksi dengan cara baik
atau buruk terhadap orang atau barang
tertentu sesuai dengan pengetahuan dan
keyakinan;
 Inhibisi (menghindari hal yang mubazir);
 Apresiasi (menghargai karya-karya
bermutu);
 Perilaku afektif yakni perilaku yang
bersangkutan dengan perasaan takut,
marah, sedih, gembira, kecewa, senang,
benci, was-was dan sebagainya.
Sedangkan menurut Bloom, perubahan
perilaku yang terjadi sebagai hasil belajar
meliputi perubahan dalam kawasan
(domain) kognitif, afektif dan psikomotor,
beserta tingkatan aspek-aspeknya.
Teori-Teori Pokok Belajar
(1). Teori behaviorisme,
a. Connectionism ( S-R Bond) menurut Thorndike.
b. Classical Conditioning menurut Ivan Pavlov
c. Operant Conditioning menurut B.F. Skinner
d. Social Learning menurut Albert Bandura
2). Teori belajar kognitif menurut
Peaget,
3). Teori Pemrosesan
Informasi
dari Robert Gagne,
(4). Teori Belajar Gestalt.
(1). Teori behaviorisme
Behaviorisme memandang individu hanya
dari sisi fenomena jasmaniah, dan menga-
baikan aspek – aspek mental.
Dengan kata lain, behaviorisme tidak
mengakui adanya kecerdasan, bakat,
minat dan perasaan individu dalam suatu
belajar. Peristiwa belajar semata-mata
melatih refleks-refleks sedemikian rupa
sehingga menjadi kebiasaan yang
dikuasai individu.
Behaviorisme memandang bahwa pola-pola
perilaku itu dapat dibentuk melalui proses
pembiasaan dan penguatan
(reinforcement) dengan mengkondisikan
atau menciptakan stimulus-stimulus
(rangsangan) tertentu dalam lingkungan.
S R atau S O R
S = stimulus (rangsangan); R = Respons
(perilaku, aktivitas) dan O=organisme
(individu/manusia).
Beberapa hukum belajar yang dihasilkan dari
pendekatan behaviorisme ini, diantaranya
1. Connectionism ( S-R Bond) Thorndike.
 Law of Effect (kekuatan)
 Law of Readiness (kesiapan)
 Law of Exercise (latihan)
2. Classical Conditioning menurut Ivan Pavlo
 Law of Respondent Conditioning (hukum pembiasaan
yang dituntut)
 Law of Respondent Extinction (hukum pemusnahan
yang dituntut).
3. Operant Conditioning menurut B.F. Skinner
Dari eksperimen yang dilakukan B.F. Skinner
terhadap tikus dan selanjutnya terhadap burung
merpati menghasilkan hukum-hukum belajar,
diantaranya
 Law of operant conditining yaitu jika timbulnya
perilaku diiringi dengan stimulus penguat, maka
kekuatan perilaku tersebut akan meningkat.
 Law of operant extinction yaitu jika timbulnya
perilaku operant telah diperkuat melalui proses
conditioning itu tidak diiringi stimulus penguat,
maka kekuatan perilaku tersebut akan menurun
bahkan musnah.
4. Teori belajar sosial atau disebut juga teori
observational learning
Prinsip dasar belajar menurut teori ini, bahwa
yang dipelajari individu terutama dalam belajar
sosial dan moral terjadi melalui peniruan
(imitation) dan penyajian contoh perilaku
(modeling). Teori ini juga masih memandang
pentingnya conditioning. Melalui pemberian
reward dan punishment, seorang individu akan
berfikir dan memutuskan perilaku sosial mana
yang perlu dilakukan.
2. Teori Belajar Kognitif menurut Piaget
Aspek aspek perkembangan kognitif menurut
Piaget yaitu tahap
(1) sensory motor;
(2) pre operational;
(3) concrete operational dan
(4) formal operational.
Menurut Piaget, bahwa belajar akan lebih berhasil
apabila disesuaikan dengan tahap
perkembangan kognitif peserta didik.
Guru hendaknya banyak memberikan rangsangan
kepada peserta didik agar mau berinteraksi
dengan lingkungan secara aktif, mencari dan
menemukan berbagai hal dari lingkungan.
Implikasi teori perkembangan kognitif Piaget dalam
pembelajaran adalah :
 Bahasa dan cara berfikir anak berbeda dengan
orang dewasa. Oleh karena itu guru mengajar
dengan menggunakan bahasa yang sesuai
dengan cara berfikir anak.
 Anak-anak akan belajar lebih baik apabila dapat
menghadapi lingkungan dengan baik. Guru
harus membantu anak agar dapat berinteraksi
dengan lingkungan sebaik-baiknya.
 Bahan yang harus dipelajari anak hendaknya
dirasakan baru tetapi tidak asing.
 Berikan peluang agar anak belajar sesuai tahap
perkembangannya.
 Di dalam kelas, anak-anak hendaknya diberi
peluang untuk saling berbicara dan diskusi
dengan teman-temanya.
3. Teori Pemrosesan Informasi dari Robert
Gagme
Asumsi yang mendasari teori ini adalah bahwa
pembelajaran merupakan faktor yang sangat
penting dalam perkembangan. Menurut Gagne
bahwa dalam pembelajaran terjadi proses
penerimaan informasi, untuk kemudian diolah
sehingga menghasilkan keluaran dalam bentuk
hasil belajar.
Dalam pemrosesan informasi terjadi adanya
interaksi antara kondisi-kondisi internal dan
kondisi-kondisi eksternal individu. Kondisi
internal yaitu keadaan dalam diri individu yang
diperlukan untuk mencapai hasil belajar dan
proses kognitif yang terjadi dalam individu.
Sedangkan kondisi eksternal adalah rangsangan
dari lingkungan yang mempengaruhi individu
dalam proses pembelajaran.
Menurut Gagne tahapan proses
pembelajaran meliputi delapan fase
yaitu :
(1) motivasi;
(2) pemahaman;
(3) pemerolehan;
(4) penyimpanan;
(5) ingatan kembali;
(6) generalisasi;
(7) perlakuan dan
(8) umpan balik.
4. Teori Belajar Gestalt
Gestalt berasal dari bahasa Jerman yang
mempunyai padanan arti sebagai “bentuk
atau konfigurasi”. Pokok pandangan
Gestalt adalah bahwa obyek atau
peristiwa tertentu akan dipandang sebagai
sesuatu keseluruhan yang
terorganisasikan. Menurut Koffka dan
Kohler, prinsip organisasi yang terpenting
yaitu :
Beberapa prinsip Gestalt yang terpenting
adalah :
 Hubungan bentuk dan latar belakang (figure and gound
relationship);
 Kedekatan (proxmity); bahwa unsur-unsur yang saling
berdekatan (baik waktu maupun ruang) dalam bidang
pengamatan akan dipandang sebagai satu bentuk tertentu.
 Kesamaan (similarity); bahwa sesuatu yang memiliki
kesamaan cenderung akan dipandang sebagai suatu obyek
yang saling memiliki.
 Arah bersama (common direction); bahwa unsur-unsur bidang
pengamatan yang berada dalam arah yang sama cenderung
akan dipersepsi sebagi suatu figure atau bentuk tertentu.
 Kesederhanaan (simplicity); bahwa orang cenderung menata
bidang pengamatannya bentuk yang sederhana, penampilan
reguler dan cenderung membentuk keseluruhan yang baik
berdasarkan susunan simetris dan keteraturan; dan
 Ketertutupan (closure) bahwa orang cenderung akan mengisi
kekosongan suatu pola obyek atau pengamatan yang tidak
lengkap.
Aplikasi teori Gestalt dalam proses pembelajaran antara lain :
Pengalaman tilikan (insight); Dalam proses pembelajaran,
hendaknya peserta didik memiliki kemampuan tilikan yaitu
kemampuan mengenal keterkaitan unsur-unsur dalam suatu
obyek atau peristiwa.
Pembelajaran yang bermakna (meaningful learning);
kebermaknaan unsur-unsur yang terkait akan menunjang
pembentukan tilikan dalam proses pembelajaran. Hal-hal
yang dipelajari peserta didik hendaknya memiliki makna yang
jelas dan logis dengan proses kehidupannya.
Perilaku bertujuan (pusposive behavior); bahwa perilaku terarah
pada tujuan. Proses pembelajaran akan berjalan efektif jika
peserta didik mengenal tujuan yang ingin dicapainya.
Prinsip ruang hidup (life space); Materi yang diajarkan hendaknya
memiliki keterkaitan dengan situasi dan kondisi lingkungan
kehidupan peserta didik.
Transfer dalam Belajar; yaitu pemindahan pola-pola perilaku dalam
situasi pembelajaran tertentu ke situasi lain. Transfer belajar
terjadi dengan jalan melepaskan pengertian obyek dari suatu
konfigurasi dalam situasi tertentu untuk kemudian
menempatkan dalam situasi konfigurasi lain dalam tata-
susunan yang tepat.
3. Pembelajaran.
Bentuk-bentuk kegiatan belajar yang dilakukan peserta didik
di sekolah sangat ditentukan oleh pendekatan-
pendekatan pembelajaran yang diberikan oleh guru.
Secara garis besarnya, terdapat dua pendekatan
pembelajaran, yaitu :
Pendekatan Ekspositorik adalah pendekatan yang bisa
dijadikan pedoman dalam memilih metode yang sifatnya
penyampaian informasi, termasuk metode ceramah dan
sejenisnya. Pendekatan ini lebih berpusat kepada guru
dan pada umumnya guru bertindak sebagai sumber
informasi yang utama.
Pendekatan Heuristik yaitu yang bisa dijadikan pedoman
dalam memilih metode yang sifatnya praktek, termasuk
discovery-inquiry, eksperimen, observasi dan sejenisnya.
Pendekatan ini lebih menekankan kepada aktivitas
siswa dan guru lebih banyak berperan sebagai fasilitator,
motivator dan pembimbing untuk kepentingan belajar
peserta didiknya.
Pertemuan ke 11, 12, 13
Bahasan :
PROSES PEMBELAJARAN
Pokok Bahasan :
3. Pembelajaran
4. Peran dan Kompetensi Guru
5. Pengelolaan Kelas
Dalam Undang-Undang no. 20 tahun 2003
kompetensi yang harus dikuasai guru yaitu :
Kompetensi pedagogik yaitu merupakan
kemampuan dalam pengelolaan peserta didik
yang meliputi:
 Pemahaman wawasan atau landasan
kependidikan;
 Pemahaman terhadap peserta didik;
 Pengembangan kurikulum/silabus;
 Perancangan pembelajaran;
 Pelaksanaan pembelajaran yang mendidik dan
dialogis;
 Evaluasi hasil belajar; dan
 Pengembangan peserta didik untuk
mengaktualisasikan berbagai potensi yang
dimilikinya.
Kompetensi kepribadian yaitu merupakan
kemampuan kepribadian yang :
 Mantap;
 Stabil;
 Dewasa;
 Arif dan bijaksana;
 Berwibawa;
 Berakhlak mulia;
 Menjadi teladan bagi peserta didik dan
masyarakat;
 Mengevaluasi kinerja sendiri; dan
 Mengembangkan diri secara berkelanjutan.
Kompetensi sosial yaitu merupakan
kemampuan pendidik sebagai bagian
dari masyarakat untuk :
 Berkomunikasi lisan dan tulisan;
 Menggunakan teknologi komunikasi dan
informasi secara fungsional;
 Bergaul secara efektif dengan peserta
didik, sesama pendidik, tenaga
kependidikan, orangtua/wali peserta didik;
dan
 Bergaul secara santun dengan
masyarakat sekitar.
Kompetensi profesional merupakan kemampuan
penguasaan materi pembelajaran secara luas &
mendalam yang meliputi:
 Konsep, struktur, dan metoda keilmuan/
teknologi/seni yang menaungi/ koheren dengan
materi ajar;
 Materi ajar yang ada dalam kurikulum sekolah;
 Hubungan konsep antar mata pelajaran terkait;
 Penerapan konsep-konsep keilmuan dalam
kehidupan sehari-hari; dan
 Kompetisi secara profesional dalam konteks
global dengan tetap melestarikan nilai dan
budaya nasional,
Pengelolaan Kelas
Pengelolaan kelas berkaitan dengan upaya-upaya
untuk menciptakan dan mempertahankan
kondisi yang optimal bagi terjadinya proses
belajar, didalamnya mencakup pengaturan
orang (peserta didik) dan fasilitas.
Terdapat dua macam masalah pengelolaan kelas,
yaitu :
Masalah Individual :
Attention getting behaviors (pola perilaku mencari
perhatian).
Power seeking behaviors (pola perilaku
menunjukkan kekuatan)
Revenge seeking behaviors (pola perilaku
menunjukkan balas dendam).
helplessness (peragaan ketidakmampuan).
Masalah Kelompok :
Kelas kurang kohesif, karena alasan jenis kelamin, suku,
tingkatan sosial ekonomi, dan sebagainya.
Penyimpangan dari norma-norma perilaku yang telah
disepakati sebelumnya.
Kelas mereaksi secara negatif terhadap salah seorang
anggotanya.
“Membombong” anggota kelas yang justru melanggar
norma kelompok.
Kelompok cenderung mudah dialihkan perhatiannya dari
tugas yang tengah digarap.
Semangat kerja rendah atau semacam aksi protes kepada
guru, karena menganggap tugas yang diberikan
kurang fair.
Kelas kurang mampu menyesuakan diri dengan keadaan
baru.
Bahan kuliah psik.pendidikan
Bahan kuliah psik.pendidikan
Bahan kuliah psik.pendidikan
Bahan kuliah psik.pendidikan
Bahan kuliah psik.pendidikan

More Related Content

What's hot

Teori kepribadian Carl R. Rogers
Teori kepribadian Carl R. RogersTeori kepribadian Carl R. Rogers
Teori kepribadian Carl R. RogersAi Nurhasanah
 
psikologi sosial - pengaruh sosial
psikologi sosial - pengaruh sosialpsikologi sosial - pengaruh sosial
psikologi sosial - pengaruh sosialMunna Hab
 
Psikologi Kepribadian HANS EYSENCK
Psikologi Kepribadian HANS EYSENCKPsikologi Kepribadian HANS EYSENCK
Psikologi Kepribadian HANS EYSENCK
Wulandari Rima Kumari
 
Kesulitan belajar dan identifikasi kesulitan belajar
Kesulitan belajar dan identifikasi kesulitan belajarKesulitan belajar dan identifikasi kesulitan belajar
Kesulitan belajar dan identifikasi kesulitan belajar
Tohir Haliwaza
 
Psikoanalisa
PsikoanalisaPsikoanalisa
Psikoanalisa
psepti17
 
MASA AKHIR KANAK-KANAK
MASA AKHIR KANAK-KANAKMASA AKHIR KANAK-KANAK
MASA AKHIR KANAK-KANAK
Tatik prisnamasari
 
PSIKOLOGI SOSIAL - Daya Tarik Interpersonal
PSIKOLOGI SOSIAL - Daya Tarik InterpersonalPSIKOLOGI SOSIAL - Daya Tarik Interpersonal
PSIKOLOGI SOSIAL - Daya Tarik Interpersonal
Diana Amelia Bagti
 
Makalah psikologi sosial "Agresi"
Makalah psikologi sosial "Agresi"Makalah psikologi sosial "Agresi"
Makalah psikologi sosial "Agresi"Asifa Kim ji young
 
Operant conditioning skinner
Operant conditioning skinnerOperant conditioning skinner
Operant conditioning skinnerelmakrufi
 
Psikologi Lintas Budaya dalam Dunia Kerja
Psikologi Lintas Budaya dalam Dunia KerjaPsikologi Lintas Budaya dalam Dunia Kerja
Psikologi Lintas Budaya dalam Dunia Kerja
Wulandari Rima Kumari
 
PSIKOLOGI SOSIAL - Persepsi Sosial
PSIKOLOGI SOSIAL - Persepsi SosialPSIKOLOGI SOSIAL - Persepsi Sosial
PSIKOLOGI SOSIAL - Persepsi Sosial
Diana Amelia Bagti
 
PSIKOLOGI KEPRIBADIAN TEORI KURT LEWIN
PSIKOLOGI KEPRIBADIAN TEORI KURT LEWINPSIKOLOGI KEPRIBADIAN TEORI KURT LEWIN
PSIKOLOGI KEPRIBADIAN TEORI KURT LEWIN
Nidha Khattatah
 
PPT Perkembangan psikologi di indonesia
PPT Perkembangan psikologi di indonesiaPPT Perkembangan psikologi di indonesia
PPT Perkembangan psikologi di indonesia
pinkanalice
 
Teori Psikologi: Humanistik
Teori Psikologi: HumanistikTeori Psikologi: Humanistik
Teori Psikologi: Humanistik
Indah Fatmawati
 
Psikologi Power Point
Psikologi Power PointPsikologi Power Point
Psikologi Power Pointalekbadrudin
 
Psikologi Kepribadian Gordon Allport
Psikologi Kepribadian Gordon AllportPsikologi Kepribadian Gordon Allport
Psikologi Kepribadian Gordon Allport
Wulandari Rima Kumari
 
Makalah aliran filsafat idealisme materialisme pluralisme dualisme monisme ek...
Makalah aliran filsafat idealisme materialisme pluralisme dualisme monisme ek...Makalah aliran filsafat idealisme materialisme pluralisme dualisme monisme ek...
Makalah aliran filsafat idealisme materialisme pluralisme dualisme monisme ek...
DIANTO IRAWAN
 
Teori Kepribadian Carl Gustav Jung
Teori Kepribadian Carl Gustav JungTeori Kepribadian Carl Gustav Jung
Teori Kepribadian Carl Gustav Jung
Ratih Aini
 
Tokoh-Tokoh Psikologi dan Teorinya
Tokoh-Tokoh Psikologi dan TeorinyaTokoh-Tokoh Psikologi dan Teorinya
Tokoh-Tokoh Psikologi dan TeorinyaIkhsan Muhammad
 

What's hot (20)

Teori kepribadian Carl R. Rogers
Teori kepribadian Carl R. RogersTeori kepribadian Carl R. Rogers
Teori kepribadian Carl R. Rogers
 
psikologi sosial - pengaruh sosial
psikologi sosial - pengaruh sosialpsikologi sosial - pengaruh sosial
psikologi sosial - pengaruh sosial
 
Psikologi Kepribadian HANS EYSENCK
Psikologi Kepribadian HANS EYSENCKPsikologi Kepribadian HANS EYSENCK
Psikologi Kepribadian HANS EYSENCK
 
Kesulitan belajar dan identifikasi kesulitan belajar
Kesulitan belajar dan identifikasi kesulitan belajarKesulitan belajar dan identifikasi kesulitan belajar
Kesulitan belajar dan identifikasi kesulitan belajar
 
Psikoanalisa
PsikoanalisaPsikoanalisa
Psikoanalisa
 
Psi.sosial
Psi.sosialPsi.sosial
Psi.sosial
 
MASA AKHIR KANAK-KANAK
MASA AKHIR KANAK-KANAKMASA AKHIR KANAK-KANAK
MASA AKHIR KANAK-KANAK
 
PSIKOLOGI SOSIAL - Daya Tarik Interpersonal
PSIKOLOGI SOSIAL - Daya Tarik InterpersonalPSIKOLOGI SOSIAL - Daya Tarik Interpersonal
PSIKOLOGI SOSIAL - Daya Tarik Interpersonal
 
Makalah psikologi sosial "Agresi"
Makalah psikologi sosial "Agresi"Makalah psikologi sosial "Agresi"
Makalah psikologi sosial "Agresi"
 
Operant conditioning skinner
Operant conditioning skinnerOperant conditioning skinner
Operant conditioning skinner
 
Psikologi Lintas Budaya dalam Dunia Kerja
Psikologi Lintas Budaya dalam Dunia KerjaPsikologi Lintas Budaya dalam Dunia Kerja
Psikologi Lintas Budaya dalam Dunia Kerja
 
PSIKOLOGI SOSIAL - Persepsi Sosial
PSIKOLOGI SOSIAL - Persepsi SosialPSIKOLOGI SOSIAL - Persepsi Sosial
PSIKOLOGI SOSIAL - Persepsi Sosial
 
PSIKOLOGI KEPRIBADIAN TEORI KURT LEWIN
PSIKOLOGI KEPRIBADIAN TEORI KURT LEWINPSIKOLOGI KEPRIBADIAN TEORI KURT LEWIN
PSIKOLOGI KEPRIBADIAN TEORI KURT LEWIN
 
PPT Perkembangan psikologi di indonesia
PPT Perkembangan psikologi di indonesiaPPT Perkembangan psikologi di indonesia
PPT Perkembangan psikologi di indonesia
 
Teori Psikologi: Humanistik
Teori Psikologi: HumanistikTeori Psikologi: Humanistik
Teori Psikologi: Humanistik
 
Psikologi Power Point
Psikologi Power PointPsikologi Power Point
Psikologi Power Point
 
Psikologi Kepribadian Gordon Allport
Psikologi Kepribadian Gordon AllportPsikologi Kepribadian Gordon Allport
Psikologi Kepribadian Gordon Allport
 
Makalah aliran filsafat idealisme materialisme pluralisme dualisme monisme ek...
Makalah aliran filsafat idealisme materialisme pluralisme dualisme monisme ek...Makalah aliran filsafat idealisme materialisme pluralisme dualisme monisme ek...
Makalah aliran filsafat idealisme materialisme pluralisme dualisme monisme ek...
 
Teori Kepribadian Carl Gustav Jung
Teori Kepribadian Carl Gustav JungTeori Kepribadian Carl Gustav Jung
Teori Kepribadian Carl Gustav Jung
 
Tokoh-Tokoh Psikologi dan Teorinya
Tokoh-Tokoh Psikologi dan TeorinyaTokoh-Tokoh Psikologi dan Teorinya
Tokoh-Tokoh Psikologi dan Teorinya
 

Similar to Bahan kuliah psik.pendidikan

Psikologi kepribadian i_pertemuan_1 albi
Psikologi kepribadian i_pertemuan_1 albiPsikologi kepribadian i_pertemuan_1 albi
Psikologi kepribadian i_pertemuan_1 albi
INKANAS,MENWA,ENGGINERING
 
Landasan psikologi pendidikan 2
Landasan psikologi pendidikan 2Landasan psikologi pendidikan 2
Landasan psikologi pendidikan 2
Rahmat Saputra
 
Makalah Landasan Pendidikan - Psikologi (Isu-isu pendidikan)
Makalah Landasan Pendidikan - Psikologi (Isu-isu pendidikan)Makalah Landasan Pendidikan - Psikologi (Isu-isu pendidikan)
Makalah Landasan Pendidikan - Psikologi (Isu-isu pendidikan)
noussevarenna
 
Konsep Perilaku Manusia
Konsep Perilaku ManusiaKonsep Perilaku Manusia
Konsep Perilaku Manusia
pjj_kemenkes
 
Psikologi modul 1 kb 1
Psikologi modul 1 kb 1Psikologi modul 1 kb 1
Psikologi modul 1 kb 1Uwes Chaeruman
 
Perkembangan Kepribadian
Perkembangan KepribadianPerkembangan Kepribadian
Perkembangan Kepribadian
pjj_kemenkes
 
Psikologi Perkembangan (Desmita)
Psikologi Perkembangan (Desmita)Psikologi Perkembangan (Desmita)
Psikologi Perkembangan (Desmita)
Hariyatunnisa Ahmad
 
Hakikat Psikologi Perkembangan
Hakikat Psikologi PerkembanganHakikat Psikologi Perkembangan
Hakikat Psikologi Perkembangan
Hariyatunnisa Ahmad
 
02 Psikologi
02   Psikologi02   Psikologi
02 PsikologiWanBK Leo
 
02 Psikologi
02   Psikologi02   Psikologi
02 PsikologiWanBK Leo
 
perkembangan dan faktor yang mempengaruhi psikologi pendidikan
perkembangan dan faktor yang mempengaruhi psikologi pendidikanperkembangan dan faktor yang mempengaruhi psikologi pendidikan
perkembangan dan faktor yang mempengaruhi psikologi pendidikan
Risa Octaviani
 
Konsep Perilaku Manusia
Konsep Perilaku ManusiaKonsep Perilaku Manusia
Konsep Perilaku Manusia
pjj_kemenkes
 
Psikologi pendidikan jadi
Psikologi pendidikan jadiPsikologi pendidikan jadi
Psikologi pendidikan jadi
Narendra
 
SIKAP DAN PERILAKU.pdf
SIKAP DAN PERILAKU.pdfSIKAP DAN PERILAKU.pdf
SIKAP DAN PERILAKU.pdf
Mira Veranita
 
Psikologi Power Point
Psikologi Power PointPsikologi Power Point
Psikologi Power Pointalekbadrudin
 
psikologi pendidikan
psikologi pendidikan psikologi pendidikan
psikologi pendidikan
Rasul ThEkuhloeng
 
PSIKOLOGI PENDIDIKAN & SOSIOLOGI PENDIDIKAN
PSIKOLOGI PENDIDIKAN & SOSIOLOGI PENDIDIKAN PSIKOLOGI PENDIDIKAN & SOSIOLOGI PENDIDIKAN
PSIKOLOGI PENDIDIKAN & SOSIOLOGI PENDIDIKAN Septia Nur'aini
 

Similar to Bahan kuliah psik.pendidikan (20)

Psikologi kepribadian i_pertemuan_1 albi
Psikologi kepribadian i_pertemuan_1 albiPsikologi kepribadian i_pertemuan_1 albi
Psikologi kepribadian i_pertemuan_1 albi
 
Landasan psikologi pendidikan 2
Landasan psikologi pendidikan 2Landasan psikologi pendidikan 2
Landasan psikologi pendidikan 2
 
Makalah Landasan Pendidikan - Psikologi (Isu-isu pendidikan)
Makalah Landasan Pendidikan - Psikologi (Isu-isu pendidikan)Makalah Landasan Pendidikan - Psikologi (Isu-isu pendidikan)
Makalah Landasan Pendidikan - Psikologi (Isu-isu pendidikan)
 
Konsep Perilaku Manusia
Konsep Perilaku ManusiaKonsep Perilaku Manusia
Konsep Perilaku Manusia
 
Psikologi modul 1 kb 1
Psikologi modul 1 kb 1Psikologi modul 1 kb 1
Psikologi modul 1 kb 1
 
Perkembangan Kepribadian
Perkembangan KepribadianPerkembangan Kepribadian
Perkembangan Kepribadian
 
Psikologi Perkembangan (Desmita)
Psikologi Perkembangan (Desmita)Psikologi Perkembangan (Desmita)
Psikologi Perkembangan (Desmita)
 
Hakikat Psikologi Perkembangan
Hakikat Psikologi PerkembanganHakikat Psikologi Perkembangan
Hakikat Psikologi Perkembangan
 
02 Psikologi
02   Psikologi02   Psikologi
02 Psikologi
 
02 Psikologi
02   Psikologi02   Psikologi
02 Psikologi
 
perkembangan dan faktor yang mempengaruhi psikologi pendidikan
perkembangan dan faktor yang mempengaruhi psikologi pendidikanperkembangan dan faktor yang mempengaruhi psikologi pendidikan
perkembangan dan faktor yang mempengaruhi psikologi pendidikan
 
Konsep Perilaku Manusia
Konsep Perilaku ManusiaKonsep Perilaku Manusia
Konsep Perilaku Manusia
 
Psikologi pendidikan
Psikologi pendidikanPsikologi pendidikan
Psikologi pendidikan
 
Psikologi pendidikan jadi
Psikologi pendidikan jadiPsikologi pendidikan jadi
Psikologi pendidikan jadi
 
SIKAP DAN PERILAKU.pdf
SIKAP DAN PERILAKU.pdfSIKAP DAN PERILAKU.pdf
SIKAP DAN PERILAKU.pdf
 
Psikologi Power Point
Psikologi Power PointPsikologi Power Point
Psikologi Power Point
 
psikologi pendidikan
psikologi pendidikan psikologi pendidikan
psikologi pendidikan
 
PSIKOLOGI PENDIDIKAN & SOSIOLOGI PENDIDIKAN
PSIKOLOGI PENDIDIKAN & SOSIOLOGI PENDIDIKAN PSIKOLOGI PENDIDIKAN & SOSIOLOGI PENDIDIKAN
PSIKOLOGI PENDIDIKAN & SOSIOLOGI PENDIDIKAN
 
Psikologi
PsikologiPsikologi
Psikologi
 
landasan pendidikan
landasan pendidikanlandasan pendidikan
landasan pendidikan
 

Bahan kuliah psik.pendidikan

  • 1. PSIKOLOGI PENDIDIKAN MATA KULIAH : Psikologi Pendidikan SKS : 2 sks Semester : Ganjil (1) Pokok-pokok Bahasan Psikologi Pendiikan Bab I : Psikologi Pendidikan Dan Perilaku Individu Pokok Bahasan / pertemuan : 1. Pengertian Psikologi Pendidikan (P.1) 2. Perilaku Individu (P.2) 3. Taksonomi Perilaku Individu (P.3) 4. Pengaruh Pendidikan terhadap Perubahan Perilaku dan Pribadi Individu. (P.3)
  • 2. PSIKOLOGI PENDIDIKAN Bab II : KERAGAMAN INDIVIDU DALAM KECAKAPAN DAN KEPRIBADIAN Pokok Bahasan : 1. Keragaman Individu dalam Kecakapan dan Kepribadian. (P.4) 2. Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Timbulnya Keragaman dalam Kecakapan dan Kepribadian.(P.5)
  • 3. PSIKOLOGI PENDIDIKAN BAB III PERKEMBANGAN INDIVIDU Pokok Bahasan : 1. Pengertian Perkembangan.(P.6) 2. Ciri-Ciri Umum Perkembangan Individu (P.6) 3. Model Pentahapan Perkembangan.(P.6) 4. Aspek – Aspek Perkembangan Individu. (P.7) 5. Tugas – Tugas Perkembangan Individu (P.8) 6. Perkembangan Pada Masa Remaja (P.8)
  • 4. PSIKOLOGI PENDIDIKAN BAB IV PROSES PEMBELAJARAN Pokok Bahasan : 1. Hakekat Belajar.(P.9) 2. Teori-Teori Pokok Belajar. (P.9) 3. Pembelajaran (P.10) 4. Peran dan Kompetensi Guru (P.10) 5. Pengelolaan Kelas. (P.11)
  • 5. PSIKOLOGI PENDIDIKAN BAB V : BIMBINGAN DAN KONSELING DI SEKOLAH Pokok Bahasan : 1. Konsep Dasar Bimbingan dan Konseling. (P.12) 2. Peran Kepala Sekolah dan Guru Mata Pelajaran dan Wali Kelas dalam Bimbingan dan Konseling. (P.12) 3. Kegiatan Layanan dan Pendukung Bimbingan dan Konseling. (p.13) 4. Prosedur Umum Bimbingan dan Konseling.(p.13) 5. Bimbingan terhadap Peserta Didik Bermasalah. (P.14) 6. Proses dan Teknik Konseling. (P.15)
  • 6. PERTEMUAN 1 Bab I : Psikologi Pendidikan Dan Perilaku Individu Pertemuan 1 : Pengertian Psikologi Pendidikan Tujuan : Diharapkan Anda dapat : Mendefinisikan psikologi dan psikologi pendidikan.
  • 7. Pengertian Psikologi Secara etimologis, psikologi berasal dari kata “psyche” yang berarti jiwa atau nafas hidup, dan “logos” atau ilmu. Dilihat dari arti kata tersebut seolah-olah psikologi merupakan ilmu jiwa atau ilmu yang mempelajari tentang jiwa. Jika kita mengacu pada salah satu syarat ilmu yakni adanya obyek yang dipelajari, maka tidaklah tepat jika kita mengartikan psikologi sebagai ilmu jiwa atau ilmu yang mempelajari tentang jiwa
  • 8. Pengertian Psikologi Dengan demikian, psikologi kiranya dapat diartikan sebagai suatu ilmu yang mempelajari tentang perilaku individu dalam berinteraksi dengan lingkungannya. Psikologi terbagi ke dalam dua bagian yaitu psikologi umum (general phsychology) yang mengkaji perilaku pada umumnya dan psikologi khusus yang mengkaji perilaku individu dalam situasi khusus, diantaranya :
  • 9. Pengertian Psikologi Pendidikan  Psikologi Perkembangan; mengkaji perilaku individu yang berada dalam proses perkembangan mulai dari masa konsepsi sampai dengan akhir hayat.  Psikologi Kepribadian; mengkaji perilaku individu khusus dilihat dari aspek – aspek kepribadiannya.  Psikologi Klinis; mengkaji perilaku individu untuk keperluan penyembuhan (klinis)  Psikologi Abnormal; mengkaji perilaku individu yang tergolong abnormal.  Psikologi Industri; mengkaji perilaku individu dalam kaitannya dengan dunia industri.  Psikologi Pendidikan; mengkaji perilaku individu dalam situasi pendidikan
  • 10. Pengertian Psikologi Pendidikan Psikologi pendidikan dapat dikatakan sebagai suatu ilmu karena didalamnya telah memiliki kriteria persyaratan suatu ilmu, yakni : Ontologis; obyek dari psikologi pendidikan adalah perilaku- perilaku individu yang terlibat langsung maupun tidak langsung dengan pendidikan, seperti peserta didik, pendidik, administrator, orang tua peserta didik dan masyarakat pendidikan. Epistemologis; teori-teori, konsep-konsep, prinsip-prinsip dan dalil – dalil psikologi pendidikan dihasilkan berdasarkan upaya sistematis melalui berbagai studi longitudinal maupun studi cross sectional, baik secara pendekatan kualitatif maupun pendekatan kuantitatif. Aksiologis; manfaat dari psikologi pendidikan terutama sekali berkenaan dengan pencapaian efisiensi dan efektivitas proses pendidikan.
  • 11. Pengertian Psikologi Pendidikan Dengan demikian, psikologi pendidikan dapat diartikan sebagai salah satu cabang psikologi yang secara khusus mengkaji perilaku individu dalam konteks situasi pendidikan dengan tujuan untuk menemukan berbagai fakta, generalisasi dan teori-teori psikologi berkaitan dengan pendidikan, yang diperoleh melalui metode ilmiah tertentu, dalam rangka pencapaian efektivitas proses pendidikan.
  • 12. PERTEMUAN 2 Bab I : Psikologi Pendidikan Dan Perilaku Individu Pokok Bahasan : Perilaku Individu (P.2) Tujuan : Mengidentifikasi kebutuhan-kebutuhan individu, indikator-indikator motivasi, bentuk-bentuk konflik, bentuk-bentuk perilaku salah-usai dan taksonomi perilaku individu.
  • 13. PERTEMUAN 2 Abin Syamsuddin Makmun (2003) menyebutkan bahwa tugas guru antara lain sebagai pengubah perilaku peserta didik (behavioral changes). Oleh karena itu itu, agar perilaku peserta didik dapat berkembang optimal, tentu saja seorang guru seyogyanya dapat memahami tentang bagaimana proses dan mekanisme terbentuknya perilaku para peserta didiknya
  • 14. Untuk memahami perilaku individu dapat dilihat dari dua pendekatan, yang saling bertolak belakang, yaitu: (1)behaviorisme dan (2) holistik atau humanisme. Kedua pendekatan ini memiliki implikasi yang luas terhadap proses pendidikan.
  • 15. Mekanisme Pembentukan Perilaku Menurut Aliran Behaviorisme Behaviorisme memandang bahwa pola-pola perilaku itu dapat dibentuk melalui proses pembiasaan dan penguatan (reinforcement) dengan mengkondisikan atau menciptakan stimulus- stimulus (rangsangan) tertentu dalam lingkungan. S R atau S O R S = stimulus (rangsangan); R = Respons (perilaku, aktivitas) dan O=organisme (individu/manusia).
  • 16. Stimulus Karena stimulus datang dari lingkungan (W = world) dan R juga ditujukan kepadanya, maka mekanisme terjadi dan berlangsungnya dapat dilengkapkan seperti tampak dalam bagan berikut ini : W S O R W
  • 17. Yang dimaksud dengan lingkungan (W = world) di sini dapat dibagi ke dalam dua jenis yaitu : Lingkungan objektif (umgebung=segala sesuatu yang ada di sekitar individu dan secara potensial dapat melahirkan S). Lingkungan efektif (umwelt=segala sesuatu yang aktual merangsang organisme karena sesuai dengan pribadinya sehingga menimbulkan kesadaran tertentu pada diri organisme dan ia meresponsnya)
  • 18. Ada dua unsur penting lainnya dalam diri setiap individu yang mempengaruhi efektivitas mekanisme proses perilaku yaitu receptors (panca indera sebagai alat penerima stimulus) dan effectors (syaraf, otot dan sebagainya yang merupakan pelaksana gerak R). Selengkapnya mekanisme perilaku sadar dapat digambarkan sebagai berikut : Ow W S r e R W
  • 19. Mekanisme Pembentukan Perilaku Menurut Aliran Holistik (Humanisme) Holistik atau humanisme memandang bahwa perilaku itu bertujuan, yang berarti aspek- aspek intrinsik (niat, motif, tekad) dari dalam diri individu merupakan faktor penentu untuk melahirkan suatu perilaku, meskipun tanpa ada stimulus yang datang dari lingkungan.
  • 20. Holistik atau humanisme menjelaskan mekanisme perilaku individu dalam konteks what (apa), how (bagaimana), dan why (mengapa). What (apa) menunjukkan kepada tujuan (goals/incentives/ purpose) apa yang hendak dicapai. How (bagaimana) menunjukkan kepada jenis dan bentuk cara mencapai tujuan (goals/incentives/pupose), yakni perilakunya itu sendiri. Sedangkan why (mengapa) menunjukkan kepada motivasi yang menggerakan terjadinya dan berlangsungnya perilaku (how), baik bersumber dari diri individu itu sendiri (motivasi instrinsk) maupun yang bersumber dari luar individu (motivasi ekstrinsik).
  • 21. Secara skematik rangkaiandapat dijelaskan dalam bagan berikut : Kebutuhan Dorongan Aktivitas Tujuan dihayati dirasakan (motivation) yang dilakukan (goals/incentive) (felt needs) (instrumental behavior) Berdasarkan bagan di atas tampak bahwa terjadinya perilaku individu diawali dari adanya kebutuhan. Setiap individu, demi mempertahankan kelangsungan dan meningkatkan kualitas hidupnya, akan merasakan adanya kekurangan- kekurangan atau kebutuhan-kebutuhan tertentu dalam dirinya.
  • 22. Maslow mengungkapkan jenis-jenis kebutuhan-individu secara hierarkis, yaitu: (1) kebutuhan fisiologikal, seperti : sandang, pangan dan papan; (2) kebutuhan keamanan, tidak dalam arti fisik, akan tetapi juga mental, psikologikal dan intelektual; (3) kebutuhan kasih sayang atau penerimaan; (4) kebutuhan prestise atau harga diri, yang pada umumnya tercermin dalam berbagai simbol-simbol status; dan (5) kebutuhan aktualisasi diri. Tingkatan kebutuhan tersebut dapat diragakan seperti tampak dalam gambar berikut ini : SELF ACTUALIZATION ESTEEM NEEDS LOVE NEEDS SAFETY NEEDS PHYSIOLOGICAL NEEDS
  • 23. Stranger (Nana Syaodih Sukmadinata,2005) mengetengahkan empat jenis kebutuhan individu, yaitu: 1. Kebutuhan berprestasi (need for achievement), yaitu kebutuhan untuk berkompetisi, baik dengan dirinya atau dengan orang lain dalam mencapai prestasi yang tertinggi. 2. Kebutuhan berkuasa (need for power), yaitu kebutuhan untuk mencari dan memiliki kekuasaan dan pengaruh terhadap orang lain. 3. Kebutuhan untuk membentuk ikatan (need for affiliation), yaitu kebutuhan untuk mengikat diri dalam kelompok, membentuk keluarga, organisasi ataupun persahabatan. 4. Kebutuhan takut akan kegagalan (need for fear of failure), yaitu kebutuhan untuk menghindar diri dari kegagalan atau sesuatu yang menghambat perkembangannya.
  • 24. Jika kebutuhan yang serupa muncul kembali maka pola mekanisme perilaku itu akan dilakukan pengulangan (sterotype behavior), sehingga membentuk suatu siklus, yang dapat digambarkan sebagai berikut : Motif Perilaku Rasa puas instrumen atau kecewa Tujuan
  • 25. Motif individu Motif individu, dapat dikelompokkan ke dalam 2 golongan yaitu : 1. Motif primer (basic motive dan emergency motive); menunjukkan kepada motif yang tidak pelajari, dikenal dengan istilah drive, seperti : dorongan untuk makan, minum, melarikan diri, menyerang, menyelamatkan diri dan sejenisnya. 2. Motif sekunder; menunjukkan kepada motif yang berkembang dalam individu karena pengalaman dan dipelajari, seperti : takut yang dipelajari, motif-motif sosial (ingin diterima, konformitas dan sebagainya), motif-motif obyektif dan interest (eksplorasi, manipulasi. minat), maksud dan aspirasi serta motif berprestasi.
  • 26. Macam-macam konflik Pada individu kadang-kadang harus berhadapan antara motif yang saling bertentangan atau biasa disebut konflik. Bentuk-bentuk konflik tersebut diantaranya adalah : 1. Approach-approach conflict; jika individu dihadapkan pada dua motif atau lebih dan semua alternatif motif sama-sama kuat, dikehendaki serta bersifat positif. 2. Avoidance-avoidance conflict; jika individu dihadapkan pada dua motif atau lebih dan semua alternatif motif sama-sama kuat namun tidak dikehendaki dan bersifat negatif. 3. Approach-avoidance conflict; jika individu dihadapkan pada dua motif atau lebih, yang satu positif dan dikehendaki dan yang lainnya motif negatif serta tidak dikehendaki namun sama kuatnya.
  • 27. Homeostatis dan frustasi Dalam hal ini, terdapat dua kemungkinan, tercapai atau tidak tercapai tujuan tersebut. 1. Jika tercapai tentunya individu merasa puas dan memperoleh keseimbangan diri (homeostatis). 2. Namun sebaliknya, jika tujuan tersebut tidak tercapai dan kebutuhannya tidak terpenuhi maka dia akan kecewa atau dalam psikologi disebut frustrasi.
  • 28. Akibat yang timbul dari frustasi Reaksi individu terhadap frustrasi akan beragam bentuk perilakunya, bergantung kepada akal sehatnya (reasoning, inteligensi). Jika akal sehatnya berani mengahadapi kenyataan maka dia akan lebih dapat menyesuaikan diri secara sehat dan rasional (well adjustment). Jika akal sehatnya tidak berfungsi sebagaimana mestinya, perilakunya lebih dikendalikan oleh sifat emosinalnya, maka dia akan mengalami penyesuaian diri yang keliru (maladjusment).
  • 29. Bentuk perilaku salah suai (maldjustment), (1) agresi (perasaan marah atau tindakan kasar akibat kegagalan); (2) kecemasan tak berdaya; (3) regresi/kemunduran perilaku(proses berbalik ke tahap perkembangan perilaku sebelumnya yang dialami krn frustasi); (4) fiksasi(perasaan terikat atau terpusat pada sesuatu secara berlebihan) (5) represi (menekan perasaan); (6) rasionalisasi (mencari alasan); (7) proyeksi (melemparkan kesalahan kepada lingkungan); (8) sublimasi (menyalurkan hasrat dorongan pada obyek yang sejenis); (9) kompensasi (menutupi kegagalan atau kelemahan dengan sukses di bidang lain); (10) berfantasi (dalam angan-angannya, seakan-akan ia dapat mencapai tujuan yang didambakannya).
  • 30. PERTEMUAN 3 Bab I : Psikologi Pendidikan Dan Perilaku Individu Pokok Bahasan : 1. Taxonomi Perilaku Individu (P.3) 2. Pengaruh Pendidikan terhadap Perubahan Perilaku dan Pribadi Individu. (P.3) Tujuan : Mengidentifikasi taksonomi perilaku individu. Menjelaskan psikologi pendidikan sebagai ilmu, arti penting psikologi pendidikan bagi guru, peranan dan pengaruh pendidikan terhadap perubahan dan perkembangan perilaku individu. Menguraikan mekanisme pembentukan perilaku menurut pandangan behaviorisme dan holistik.
  • 31. Taxonomi Perilaku Individu Bloom mengungkapkan tiga kawasan (domain) perilaku individu beserta sub kawasan dari masing-masing kawasan, yakni : A. Kawasan KOGNITIF; yaitu kawasan yang berkaitan aspek-aspek intelektual atau berfikir/nalar. 1. Pengetahuan (knowledge); Pengetahuan merupakan aspek kognitif yang paling rendah tetapi paling mendasar. Dengan pengetahuan individu dapat mengenal dan mengingat kembali suatu objek, ide prosedur, konsep, definisi, nama, peristiwa, tahun, daftar, rumus, teori, atau kesimpulan. Dilihat dari objek yang diketahui (isi) pengetahuan dapat digolongkan sebagai berikut :
  • 32.  Mengetahui sesuatu secara khusus; terdiri dari : 1). Mengetahui terminologi 2). Mengetahui fakta tertentu  Mengetahui tentang cara untuk memproses atau melakukan sesuatu 2. Pemahaman (comprehension) Pemahaman atau dapat dijuga disebut dengan istilah mengerti merupakan kegiatan mental intelektual yang mengorganisasikan materi yang telah diketahui. Temuan-temuan yang didapat dari mengetahui seperti definisi, informasi, peristiwa, fakta disusun kembali dalam struktur kognitif yang ada. Tingkatan dalam pemahaman ini meliputi :
  • 33. a). Translasi, b). Interpretasi, c). Ekstrapolasi, 3. Penerapan (application) Menggunakan pengetahuan untuk memecahkan masalah atau menerapkan pengetahuan dalam kehidupan sehari-hari. 4. Penguraian (analysis); Menentukan bagian-bagian dari suatu masalah dan menunjukkan hubungan antar-bagian tersebut, melihat penyebab-penyebab dari suatu peristiwa atau memberi argumen-argumen yang menyokong suatu pernyataan.
  • 34. Secara rinci Bloom mengemukakan tiga jenis kemampuan analisis, yaitu : a). Menganalisis unsur : b). Menganalisis hubungan c). Menganalisis prinsip-prinsip organisas 5. Memadukan (synthesis) Menggabungkan, meramu, atau merangkai berbagai informasi menjadi satu kesimpulan atau menjadi suatu hal yang baru. Kemampuan berfikir induktif dan konvergen merupakan ciri kemampuan ini
  • 35. 6. Penilaian (evaluation) Mempertimbangkan, menilai dan mengambil keputusan benar-salah, baik- buruk, atau bermanfaat – tak bermanfaat berdasarkan kriteria-kriteria tertentu baik kualitatif maupun kuantitatif.
  • 36. B. Kawasan AFEKTIF; yaitu kawasan yang berkaitan aspek-aspek emosional, seperti perasaan, minat, sikap, kepatuhan terhadap moral dan sebagainya. 1. Penerimaan (receiving/attending) a. Kesiapan untuk menerima (awareness b. Kemauan untuk menerima (willingness to receive), c. Mengkhususkan perhatian (controlled or selected attention).
  • 37. 2. Sambutan (responding) Mengadakan aksi terhadap stimulus, yang meliputi proses sebagai berikut : a. Kesiapan menanggapi (acquiescene of responding). b. Kemauan menanggapi (willingness to respond), c. Kepuasan menanggapi (satisfaction in response.
  • 38. 3. Penghargaan (valuing) Pada tahap ini sudah mulai timbul proses internalisasi untuk memiliki dan menghayati nilai dari stimulus yang dihadapi. Penilaian terbagi atas tahap sebagai berikut : a. Menerima nilai (acceptance of value), b. Menyeleksi nilai yang lebih disenangi (preference for a value) c. Komitmen yaitu kesetujuan terhadap suatu nilai.
  • 39. 4. Pengorganisasian (Organization) Pada tahap ini yang bersangkutan tidak hanya menginternalisasi satu nilai tertentu seperti pada tahap komitmen, tetapi mulai melihat beberapa nilai yang relevan untuk disusun menjadi satu sistem nilai. Proses ini terjadi dalam dua tahapan, yakni : a. Konseptualisasi nilai, yaitu keinginan untuk menilai hasil karya orang lain, atau menemukan asumsi-asumsi yang mendasari suatu moral atau kebiasaan. b. Pengorganisasian sistem nilai, yaitu menyusun perangkat nilai dalam suatu sistem berdasarkan tingkat preferensinya.
  • 40. 5. Karakterisasi (characterization) Karakterisasi yaitu kemampuan untuk menghayati atau mempribadikan sistem nilai Kalau pada tahap pengorganisasian di atas sistem nilai sudah dapat disusun, maka susunan itu belum konsisten di dalam diri yang bersangkutan. Proses ini terdiri atas dua tahap, yaitu : a. Generalisasi, yaitu kemampuan untuk melihat suatu masalah dari suatu sudut pandang tertentu. b. Karakterisasi, yaitu mengembangkan pandangan hidup tertentu yang memberi corak tersendiri pada kepribadian diri yang bersangkutan.
  • 41. C. Kawasan Psikomotor; Yaitu kawasan yang berkaitan dengan aspek-aspek keterampilan yang melibatkan fungsi sistem syaraf dan otot (neuronmuscular system) dan fungsi psikis. Kawasan ini terdiri dari : (a) kesiapan (set); (b) peniruan (imitation); (c) membiasakan (habitual); (d) menyesuaikan (adaptation) dan (e) menciptakan (origination)
  • 42. 2. Peranan dan Pengaruh Pendidikan terhadap Perubahan dan Perkembangan Perilaku Dengan menggunakan konsep dasar psikologis, khususnya dalam pandangan behaviorisme, pendidikan pada hakekatnya merupakan usaha conditioning (penciptaan seperangkat stimulus) yang diharapkan dapat menghasilkan pola-pola perilaku (seperangkat respons) tertentu, yang dimanifestasikan dalam bentuk perubahan dan perkembangan perilaku, baik dalam aspek kognitif, afektif, maupun psikomotor.
  • 43. Dengan menggunakan konsep dasar psikologis, khususnya dalam pandangan behaviorisme, pendidikan pada hakekatnya merupakan usaha conditioning (penciptaan seperangkat stimulus) yang diharapkan dapat menghasilkan pola-pola perilaku (seperangkat respons) tertentu, yang dimanifestasikan dalam bentuk perubahan dan perkembangan perilaku, baik dalam aspek kognitif, afektif, maupun psikomotor.
  • 44. Secara skematik, pengaruh fungsional pendidikan terhadap perubahan dan perkembangan perilaku, dapat dijelaskan dalam bagan berikut ini :P = f (S,O) P = f (S,O) P= person (pribadi, perilaku) f = function (fungsi) S=stimulus (pendidikan/belajar) O=organisme
  • 45. PERTEMUAN 4 Bab II : KERAGAMAN INDIVIDU DALAM KECAKAPAN DAN KEPRIBADIAN Pokok Bahasan : 2 .1. Keragaman Individu dalam Kecakapan dan Kepribadian. (P.4) Tujuan : Setelah mempelajari Bab ini, diharapkan Anda dapat : Mendefinisikan kecakapan nyata, kecakapan potensial, kecerdasan (inteligensi), dan kepribadian
  • 46. Keragaman Individu dalam Kecakapan dan Kepribadian Kecakapan individu dapat dibagi kedalam dua bagian yaitu : a). kecakapan nyata (actual ability) dan, b). kecakapan potensial (potential ability). a). Kecakapan nyata (actual ability) yaitu kecakapan yang diperoleh melalui belajar (achivement atau prestasi), yang dapat segera didemonstrasikan dan diuji sekarang.
  • 47. Sedangkan kecakapan potensial merupakan aspek kecakapan yang masih terkandung dalam diri individu dan diperoleh dari faktor keturunan (herediter). Kecakapan potensial dapat dibagi ke dalam dua bagian yaitu : a). kecakapan dasar umum (inteligensi atau kecerdasan) dan, b). kecakapan dasar khusus (bakat atau aptitudes). C.P. Chaplin (1975) memberikan pengertian inteligensi sebagai kemampuan menghadapi dan menyesuaikan diri terhadap situasi baru secara cepat dan efektif.
  • 48. Pada awalnya teori inteligensi masih bersifat unidimensional (kecerdasan tunggal), yakni hanya berhubungan dengan aspek intelektual saja, Charles Spearman (1904) dengan teori “Two Factors”-nya. Menurut pendapatnya bahwa inteligensi terdiri dari kemampuan umum yang diberi kode “g” (genaral factor) dan kemampuan khusus yang diberi kode “s” (specific factor).
  • 49. Thurstone (1938) mengemukakan teori “Primary Mental Abilities”, bahwa inteligensi merupakan penjelmaan dari kemampuan primer, yaitu : (1) kemampuan berbahasa (verbal comprehension); (2) kemampuan mengingat (memory); (3) kemampuan nalar atau berfikir (reasoning); (4) kemampuan tilikan ruangan (spatial factor); (5) kemampuan bilangan (numerical ability); (6) kemampuan menggunakan kata-kata (word fluency); dan (7) kemampuan mengamati dengan cepat dan cermat (perceptual speed).
  • 50. Sementara itu, J.P. Guilford mengemukakan bahwa inteligensi dapat dilihat dari tiga kategori dasar atau “faces of intellect”, yaitu : a). Operasi Mental (Proses Befikir) b). Content (Isi yang Dipikirkan) c). Product (Hasil Berfikir) Howard Gardner (1993), mengemukakan teori Multiple Inteligence, dengan aspek- aspeknya sebagai tampak dalam tabel di bawah ini:
  • 51. INTELIGENSI KEMAMPUAN INTI 1. Logical – Mathematical Kepekaan dan kemampuan untuk mengamati pola- pola logis dan bilangan serta kemampuan untuk berfikir rasional. 2. Linguistic Kepekaan terhadap suara, ritme, makna kata-kata, dan keragaman fungsi-fungsi bahasa. 3. Musical Kemampuan untuk menghasilkan dan mengapresiasikan ritme. Nada dan bentuk-bentuk ekspresi musik. 4.Spatial Kemampuan mempersepsi dunia ruang-visual secara akurat dan melakukan tranformasi persepsi tersebut. 5.Bodily Kinesthetic Kemampuan untuk mengontrol gerakan tubuh dan mengenai objek-objek secara terampil. 6. Interpersonal Kemampuan untuk mengamati dan merespons suasana hati, temperamen, dan motivasi orang lain. 7. Intrapersonal Kemampuan untuk memahami perasaan, kekuatan dan kelemahan serta inteligensi sendiri.
  • 52. Dengan indikator-indikator perilaku inteligensi tersebut, para ahli mengembangkan instrumen-instrumen standar untuk mengukur perkiraan kecakapan umum (kecerdasan) dan kecakapan khusus (bakat) seseorang. Alat ukur inteligensi yang paling dikenal dan banyak digunakan di Indonesia ialah Tes Binet Simon Rumus yang biasa digunakan untuk menghitung IQ seseorang adalah : MA (Mental Age) IQ = 100 x CA (Chronological Age)
  • 53. IQ KATEGORI % > 140 Jenius (Genius) 0,25 130-139 Sangat Unggul (Very Superior) 0,75 120-129 Unggul (Superior) 6 110-119 Diatas rata-rata (High Average) 13 90-109 Rata-rata (Average) 60 80 - 89 Dibawah Rata-Rata (Low Average) 13 70 - 79 Bodoh (Dull) 6 50 - 69 Debil (Moron) 0,75 25 - 49 Imbecil 0,20 < 25 Idiot 0,05
  • 54. Selain menggunakan instrumen standar, dapat juga dengan cara memperhatikan kecenderungan kecepatan ketepatan, dan kemudahan peserta didik dalam dalam menyelesaikan tugas-tugas yang diberi-kan, sehingga pada akhirnya akan diketahui kelompok peserta didik yang tergolong cepat (upper group), rata-rata (midle group) dan lambat (lower group) dalam belajarnya. Instrumen standar antara lain : a. DAT (Differential Aptitude Test), b. SRA-PMA (Science Research Action – Primary Mental Ability), c. FACT (Flanagan Aptitude Calassification Test).
  • 55. Balitbang Depdiknas (1986) telah mengidentifikasi ciri-ciri keberbakatan peserta didik dilihat dari aspek kecerdasan, kreativitas dan komitmen terhadap tugas, yaitu: a. Lancar berbahasa (mampu mengutarakan pikirannya); b. Memiliki rasa ingin tahu yang besar terhadap ilmu pengetahuan; c. Memiliki kemampuan yang tinggi dalam berfikir logis dan kritis d. Mampu belajar/bekerja secara mandiri; e. Ulet menghadapi kesulitan (tidak lekas putus asa);
  • 56. e. Mempunyai tujuan yang jelas dalam tiap kegiatan atau perbuatannya f. Cermat atau teliti dalam mengamati; g. Memiliki kemampuan memikirkan beberapa macam pemecahan masalah; h. Mempunyai minat luas; i. Mempunyai daya imajinasi yang tinggi; j. Belajar dengan dan cepat; k. Mampu mengemukakan dan mempertahankan pendapat; l. Mampu berkonsentrasi; m. Tidak memerlukan dorongan (motivasi) dari luar.
  • 57. PERTEMUAN 5 Bab II : KERAGAMAN INDIVIDU DALAM KECAKAPAN DAN KEPRIBADIAN Pokok Bahasan : 2 .1. Keragaman Individu dalam Kepribadian 2.2. Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Timbulnya Keragaman dalam Kecakapan dan Kepribadian.(P.5) Tujuan : Setelah mempelajari Bab ini, diharapkan Anda dapat : Menganalis faktor-faktor yang mempengaruhi timbulnya keragaman dalam kecakapan dan kepribadian.
  • 58. Gordon W. Allport (Calvin S. Hall dan Gardner Lindzey, 2005) : kepribadian adalah organisasi dinamis dalam diri individu sebagai sistem psikofisik yang menen- tukan caranya yang unik dalam menyesuaikan diri terhadap lingkungannya. Kata kunci dari pengertian kepribadian adalah penyesuaian diri. Scheneider (1964) mengartikan penyesuaian diri sebagai “suatu proses respons individu baik yang bersifat behavioral maupun mental dalam upaya mengatasi kebutuhan- kebutuhan dari dalam diri, ketegangan emosional, frustrasi dan konflik, serta memelihara keseimbangan antara pemenuhan kebutuhan tersebut dengan tuntutan (norma) lingkungan.
  • 59. Abin Syamsuddin (2003) mengemukakan tentang aspek- aspek kepribadian, yang di dalamnya mencakup : Karakter; yaitu konsekuen tidaknya dalam mematuhi etika perilaku, konsiten tidaknya dalam memegang pendirian atau pendapat. Temperamen; yaitu disposisi reaktif seorang, atau cepat lambatnya mereaksi terhadap rangsangan-rangsangan yang datang dari lingkungan. Sikap; sambutan terhadap objek yang bersifat positif, negatif atau ambivalen Stabilitas emosi; yaitu kadar kestabilan reaksi emosional terhadap rangsangan dari lingkungan. Seperti mudah tidaknya tersinggung, marah, sedih, atau putus asa Responsibilitas (tanggung jawab), kesiapan untuk menerima resiko dari tindakan atau perbuatan yang dilakukan. Seperti mau menerima resiko secara wajar, cuci tangan, atau melarikan diri dari resiko yang dihadapi. Sosiabilitas; yaitu disposisi pribadi yang berkaitan dengan hubungan interpersonal. Seperti : sifat pribadi yang terbuka atau tertutup dan kemampuan berkomunikasi dengan orang lain.
  • 60. Kepribadian yang sehat Kepribadian yang tdk. Sehat 1. Mampu menilai diri sendiri secara realistik 2. Mampu menilai situasi secara realistik 3. Mampu menilai prestasi yang diperoleh secara realistik 4. Menerima tanggung jawab 5. Kemandirian 6. Dapat mengontrol emosi 7. Berorientasi tujuan 8. Berorientasi keluar (ekstrovert) 9. Penerimaan sosial 10. Memiliki filsafat hidup 11. Berbahagia 1. Mudah marah 2. Menunjukkan kekhawatiran dan kecemasan 3. Sering merasa tertekan (stress atau depresi) 4. Bersikap kejam 5. Ketidakmampuan untuk menghindar dari perilaku menyimpang 6. Kebiasaan berbohong 7. Hiperaktif 8. Bersikap memusuhi semua bentuk otoritas 9. Senang mengkritik/ mencemooh 10.Sulit tidur 11.Kurang rasa tanggung jawab 12.Sering mengalami pusing kepala 13.Kurang memiliki kesadaran untuk mentaati ajaran agama 14.Pesimis 15.Kurang bergairah
  • 61. Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Timbulnya Keragaman dalam Kecakapan dan Kepribadian : 1. Herediter; pembawaan sejak lahir atau berdasarkan keturunan yang bersifat kodrati, 2. Environment; lingkungan tempat di mana individu itu berada dan berinteraksi, baik lingkungan fisik maupun lingkungan sosio- psikologis, termasuk didalamnya adalah belajar. 3. Maturity; kematangan yang mengacu pada tahap-tahap atau fase-fase perkembangan yang dijalani individu.
  • 62. Faktor Heriditas : 1. Asas Reproduksi Menurut asas ini bahwa kecakapan (achievement) dan bukan didasarkan pada perilaku orang tua yang diperolehnya melalui hasil belajar atau hasil berinteraksi dengan lingkungannya. 2. Asas Variasi Bahwa penurunan sifat pembawaan dari orang tua kepada anak-anaknya akan bervariasi, baik mengenai kuantitas maupun kualitasnya. 3. Asas Regresi Filial Terjadi pensurutan sifat atau ciri perilaku dari kedua orangtua pada anaknya perbandingannya mana yang lebih besar antara sifat-sifat ayah dan ibunya ini sangat tergantung kepada daya kekuatan tarik menarik dari pada masing-masing sifat keturunan tersebut.
  • 63. Faktor Heriditas : 4. Asas Jenis Menyilang Menurut asas ini bahwa apa yang diturunkan oleh masing-masing orang tua kepada anak-anaknya mempunyai sasaran menyilang jenis. Seorang anak perempuan akan lebih banyak memilki sifat-sifat dan tingkah laku ayahnya, sedangkan bagi anak laki-laki akan lebih banyak memilki sifat pada ibunya. 5. Asas konformitas Berdasarkan asas konformitas ini bahwa seorang anak akan lebih banyak memiliki sifat-sifat dan ciri-ciri tingkah laku yang diturunkan oleh kelompok rasnya atau suku bangsanya.Misalnya, orang Eropa akan menyerupai sifat-sifat dan ciri-ciri tingkah laku seperti orang-orang Eropa lainnya dibandingkan dengan orang-orang Asia.
  • 64. Environment 1. Lingkungan membuat individu sebagai makhluk sosial 2. Lingkungan membuat wajah budaya bagi individu Penyesuaian diri a. alloplastis artinya individu itu berusaha untuk merubah lingkungannya. b. Sedangkan penyesuaian diri autoplastis, penyesusian diri yang dilakukan individu agar dirinya sesuai dengan lingkungannya.
  • 65. Ketiga faktor tersebut di atas dapat dibuat formulasi sebagai berikut : P= f (H.E.M) P= Pribadi atau perilaku f = fungsi H= Herediter (pembawaan) E=Environment (lingkungan, termasuk belajar) M=Maturity (tingkat kematangan)
  • 66. PERTEMUAN 6,7 dan 8 Bab III : PERKEMBANGAN INDIVIDU Pokok Bahasan : 3.1. Pengertian Perkembangan. 3.2. Ciri-Ciri Umum Perkembangan Individu 3.3. Model Pentahapan Perkembangan. 3.4. Aspek – Aspek Perkembangan Individu. 3.5. Tugas – Tugas Perkembangan Individu 3.6. Perkembangan Pada Masa Remaja
  • 67. lanjutan Tujuan : 1. Mendefinisikan perkembangan, tugas perkembangan individu dan masa remaja. 2. Mengidentifikasi ciri-ciri umum perkembangan, prinsip-prinsip perkembangan, dan model pentahapan perkembangan individu. 3. Menjelaskan tahapan perkembangan individu berdasarkan pendekatan didaktis. 4. Menjelaskan tentang aspek-aspek perkembangan individu, aspek-aspek perkembangan perilaku dan pribadi pada masa remaja, serta problema yang dihadapi pada masa remaja. 5. Menguraikan tugas-tugas perkembangan individu pada masa bayi kanak-kanak, dan remaja.
  • 68. 1. Pengertian Perkembangan Perkembangan dapat diartikan sebagai perubahan yang sistematis, progresif dan berkesinambungan dalam diri individu sejak lahir hingga akhir hayatnya Sebagai perubahan – perubahan yang dialami individu menuju tingkat kedewasaan atau kematangannya. Contoh : kemampuan berbicara seseorang akan sejalan dengan kematangan dalam perkembangan intelektual atau kognitifnya. Kemampuan berjalan seseorang akan seiring dengan kesiapan otot-otot kaki. Begitu juga ketertarikan seorang remaja terhadap jenis kelamin lain akan seiring dengan kematangan organ-organ seksualnya.
  • 69. Syamsu Yusuf (2003) memerinci, prinsip-prinsip perkembangan individu, yaitu : a. Perkembangan merupakan proses yang tidak pernah berhenti. b. Semua aspek perkembangan saling berhubungan. c. Perkembangan terjadi pada tempo yang berlainan. d. Setiap fase perkembangan mempunyai ciri khas. e. Setiap individu normal akan mengalami tahapan/fase perkembangan. f. Perkembangan mengikuti pola atau arah tertentu.
  • 70. Syamsu Yusuf, 2003) mengemukakan pola perkembangan sebagai berikut : 1). Cephalocaudal & proximal-distal (perkembangan manusia itu mulai dari kepala ke kaki dan dari tengah (jantung, paru dan sebagainya) ke samping (tangan) 2). Struktur mendahului fungsi. 3). Diferensiasi ke integrasi. 4). Dari konkret ke abstrak. 5). Dari egosentris ke perspektivisme. 6). Dari outer control ke inner control.
  • 71. 2. Ciri-Ciri Umum Perkembangan Individu Perkembangan individu mempunyai ciri-ciri umum sebagai berikut : a. Terjadinya perubahan dalam aspek : Fisik; seperti : berat dan tinggi badan. Psikis; seperti : berbicara dan berfikir. b. Terjadinya perubahan dalam proporsi. Fisik; seperti : proporsi tubuh anak berubah sesuai dengan fase perkembangannya. Psikis; seperti : perubahan imajinasi dari fantasi ke realistis.
  • 72. c. Lenyapnya tanda-tanda yang lama. Fisik; seperti: rambut-rambut halus dan gigi susu, kelenjar thymus dan kelenjar pineal. Psikis; seperti : lenyapnya masa mengoceh, perilaku impulsif. d. Diperolehnya tanda-tanda baru. Fisik; seperti : pergantian gigi dan karakteristik sex pada usia remaja, seperti kumis dan jakun pada laki dan tumbuh payudara dan menstruasi pada wanita, tumbuh uban pada masa tua. Psikis; seperti berkembangnya rasa ingin tahu, terutama yang berkaitan dengan sex, ilmu pengetahuan, nilai-nilai moral dan keyakinan beragama.
  • 73. 3. Model Pentahapan Perkembangan Individu Tiga pendekatan yaitu pendekatan biologis, didaktis, dan psikologis. 1. Aristoteles : Masa Kanak-Kanak : 0 – 7 th Masa Anak Sekolah : 7 – 14 th Masa Remaja : 14-21 th 2. Syamsu Yusuf : Masa Usia Pra Sekolah : 0 – 6 th Masa Usia Sekolah Dasar : 6 – 12 th Masa Usia Sekolah Menenah : 12 – 18 th Masa Usia Mahapeserta didik : 18- 25 th 3. Rosseau Tahap I Masa Asuhan : 0 – 2 th Tahap II Masa PenJas dan lat. Panca Indera : 2 – 12 th Tahap III Masa Pendidikan Akal : 12 – 15 th Tahap IV Masa Pendidikan Watak dan Agama : 15-20 th
  • 74. 4. Kretschmer Fullungs (Pengisisian) I : 0 – 3 th Streckungs (Rentangan) I : 3 – 7 th Fullungs (Pengisisian) II : 7 – 13 th Streckungs (Rentangan)II : 13-20 th 5. Elizabeth Hurlock Pranatal : 9 bl – 280 hr Infancy (orok) : 10 hr – 14 hr Babyhood (bayi) : 2 minggu – 2 th Childhood (kanak-kanak) : 3 th - remaja Adolesence/puberty (masa remaja): - Pre Adolesence : 11 – 13 th - Early Adolesence : 13 – 17 th - Late Adolesence : 18 – 21 th Adulthood (masa dewasa) : 21 – 25 th Middle age (1/2 baya)Old : 25 – 30 th Old Age (masa tua) : 30- wafat
  • 75. 6. Piaget Sensori-motor : 0 – 2 th. Pra-operasional : 2 – 7 th. - Pre-konseptual : 2 – 4 th - Intuitif : 4 – 7 th Konkret - Operasional : 7 – 11 th Formal - operasional : 11-15 th
  • 76. Loevenger Sunaryo dkk (2003) fase-fase perkembangan individu, yaitu : Impulsif, ciri : - Identitas diri terpisah dari orang lain - Bergantung pada lingkungan - Beorientasi hari ini - Individu tidak menempatkan diri sebagai penyebab perilaku Perlindungan Diri, ciri : - Peduli terhadap kontrol dan keuntungan yang dapat diperoleh dari berhubungan dengan orang lain, - Mengikuti aturan secara oportunistik dan hedonistik - Berfikir tidak logis dan stereotip - Melihat kehidupan sebagai “zero-sum game” - Cenderung menyalahkan dan mencela orang lain
  • 77. Konformistik, ciri : - Peduli terhadap penampilan diri - Berfikir sterotip dan klise - Peduli akan aturan eksternal - Bertindak dengan motif dangkal - Menyamakan diri dalam ekspresi emosi - Kurang introspeksi - Perbedaan kelompok didasarkan ciri-ciri eksternal - Takut tidak diterima kelompok - Tidak sensitif terhadap keindividualan - Merasa berdosa jika melanggar aturan Seksama, ciri : - Bertindak atas dasar nilai internal - Mampu melihat diri sebagai pembuat pilihan dan pelaku tindakan - Mampu melihat keragaman emosi, motif. Dan perspektif diri - Peduli akan hubungan mutualistik - Memiliki tujuan jangka panjang - Cenderung melihat peristiwa dalam konteks sosial - Berfikir lebih kompleks dan atas dasar analisis
  • 78. Individualistik, ciri : - Peningkatan kesadaran invidualitas - Kesadaran akan konflik emosional antara kemandirian dengan ketergantungan - Menjadi lebih toleran terhadap diri sendiri dan orang lain - Mengenal eksistensi perbedaan individual - Mampu bersikap toleran terhadap pertentangan dalam kehidupan - Membedakan kehidupan internal dan kehidupan luar dirinya - Mengenal kompleksitas diri - Peduli akan perkembangan dan masalah-masalah sosial
  • 79. Otonomi, ciri : - Memiliki pandangan hidup sebagai suatu keseluruhan - Bersikap realistis dan obyektif terhadap diri sendiri maupun orang lain - Peduli akan paham abstrak, seperti keadilan sosial. - Mampu mengintegrasikan nilai-nilai yang bertentangan - Peduli akan self fulfillment - Ada keberanian untuk menyelesaikan konflik internal - Respek terhadap kemandirian orang lain - Sadar akan adanya saling ketergantungan dengan orang lain - Mampu mengekspresikan perasaan dengan penuh keyakinan dan keceriaan
  • 80. Selanjutnya, Syamsu Yusuf (2003), tahapan perkembangan individu dengan menggu- nakan pendekatan didaktis: Masa Usia Pra Sekolah terbagi dua yaitu (1) Masa Vital dan (2) Masa Estetik Masa Vital; pada masa ini individu menggunakan fungsi-fungsi biologis untuk menemukan berbagai hal dalam dunianya. Masa Estetik; dianggap sebagai masa perkem- bangan rasa keindahan.. Pada masa ini panca indera masih sangat peka.
  • 81. Masa Usia Sekolah Dasar Masa Usia Sekolah Dasar disebut juga masa intelektual, pada umur 6-7. Masa Usia Sekolah Dasar terbagi dua, yaitu : (a) masa kelas-kelas rendah dan (b) masa kelas tinggi. Ciri-ciri pada masa kelas-kelas rendah(6/7 – 9/10 tahun) :  Adanya korelasi positif yang tinggi antara keadaan jasmani dengan prestasi  Sikap tunduk kepada peraturan-peraturan permainan tradisional.  Adanya kecenderungan memuji diri sendiri  Membandingkan dirinya dengan anak yang lain  Apabila tidak dapat menyelesaikan suatu soal, maka soal itu dianggap tidak penting.
  • 82. Ciri-ciri pada masa kelas-kelas tinggi (9/10-12/13 tahun) :  Minat terhadap kehidupan praktis sehari-hari yang konkret  Amat realistik, rasa ingin tahu dan ingin belajar  Menjelang akhir masa ini telah ada minat kepada hal-hal atau mata pelajaran khusus sebagai mulai menonjolnya bakat-bakat khusus  Sampai usia 11 tahun anak membutuhkan guru atau orang dewasa lainnya untuk menyelesaikan tugas dan memenuhi keinginannya. Selepas usia ini pada umumnya anak menghadapi tugas-tugasnya dengan bebas dan berusaha untuk menyelesaikannya  Pada masa ini anak memandang nilai (angka rapor) sebagai ukuran tepat mengenai prestasi sekolahnya.  Gemar membentuk kelompok sebaya untuk bermain bersama. Dalam permainan itu mereka tidak terikat lagi dengan aturan
  • 83. Masa Usia Sekolah Menegah Masa usia sekolah menengah bertepatan dengan masa remaja, yang terbagai ke dalam 3 bagian yaitu :  masa remaja awal; biasanya ditandai dengan sifat-sifat negatif, dalam jasmani dan mental, prestasi, serta sikap sosial,  masa remaja; pada masa ini mulai tumbuh dorongan untuk hidup, kebutuhan akan adanya teman yang dapat memahami dan menolongnya. Pada masa ini sebagai masa mencari sesuatu yang dipandang bernilai, pantas dijunjung dan dipuja.  masa remaja akhir; setelah remaja dapat menentukan pendirian hidupnya, pada dasarnya telah tercapai masa remaja akhir dan telah terpenuhi tugas-tugas perkembangan pada masa remaja, yang akan memberikan dasar bagi memasuki masa berikutnya yaitu masa dewasa.
  • 84. Masa Usia Kemahasiswaan (18,00-25,00 tahun) Masa ini dapat digolongkan pada masa remaja akhir sampai masa dewasa awal atau dewasa madya, yang intinya pada masa ini merupakan pemantapan pendirian hidup.
  • 85. 4. Aspek- Aspek Perkembangan Individu 1). Perkembangan Fisik 2). Perkembanga Perilaku Psikomotorik 3). Perkembangan Bahasa 4). Perkembangan Perilaku Kognitif 5). Perkembangan Perilaku Sosial 6). Perkembangan Moralitas 7). Perkembangan Penghayatan Keagamaan 8). Perkembangan Perilaku Konatif 9). Perkembangan Emosional 10). Perkembangan Kepribadian 11). Perkembangan Karier
  • 86. a. Perkembangan Fisik Perkembangan fisik individu mencakup aspek-aspek : Perkembangan anatomis; adanya perubahan kuantitatif pada struktur tulang, indeks tinggi dan berat badan, proporsi tinggi kepala dengan tinggi garis keajegan badan secara keseluruhan. Perkembangan fisiologis; ditandai dengan adanya perubahan secara kualitatif, kuantitaif dan fungsional dari sistem kerja biologis, seperti konstraksi otot-otot, peredaran darah dan pernafasan, persyarafan, sekresi kelenjar dan pencernaan.
  • 87. b. Perkembanga Perilaku Psikomotorik Perkembangan psikomotorik memerlukan adanya koordinasi fungsional antara neuronmuscular system (sistem syaraf dan otot) dan fungsi psikis (kognitif, afektif, konatif). Dua prinsip utama dalam perkembangan psikomotorik, yaitu : (1) bahwa perkembangan itu berlangsung dari yang sederhana kepada yang kompleks,dan (2) dari yang kasar dan global (gross bodily movements) kepada yang halus dan spesifik dan terkoordinasikan (finely coordinated movements).
  • 88. Loree dalam Abin Syamsuddin (2003) mengatakan bahwa ada dua macam perilaku psikomotorik utama yang bersifat universal harus dikuasai oleh setiap individu pada masa bayi atau masa kanak- kanak yaitu : 1). berjalan (walking) dan 2). memegang benda (prehension). Kedua jenis keterampilan ini menjadi dasar bagi perkembangan keterampilan yang lebih kompleks untuk bermain (playing) dan bekerja (working).
  • 89. c. Perkembangan Bahasa Kemampuan berbahasa merupakan kemampuan yang membedakan antara manusia dengan hewan. Melalui bahasa, manusia, mengkodifikasikan, mencatat, menyimpan, mengekspresikan dan mengkomunikasikan berbagai informasi, baik dalam bentuk lisan, tulisan, gambar, lukisan gerak - gerik, dan mimik serta simbol ekspresif lainnya. Perkembangan bahasa dimulai dengan masa meraban, bicara monolog, haus nama-nama, gemar bertanya yang tidak selalu harus dijawab, membuat kalimat sederhana, dan bahasa ekspresif dengan belajar menulis, membaca dan menggambar permulaan.
  • 90. d. Perkembangan Perilaku Kognitif Dengan menggunakan hasil pengukuran tes inteligensi yang mencakup General Information and Verbal Analogies, Jones dan Conrad (Loree,1970) menunjukkan bahwa laju perkembangan inteligensi berlangsung sangat pesat sampai masa remaja, setelah itu kepesatannya berangsur menurun.
  • 91. Dengan berpatokan kepada hasil tes IQ, Bloom (1964) mengungkapkan prosentase taraf perkembangan sebagai berikut : UsiaPerkembangan 1 tahunSekitar 20 % 4 tahunSekitar 50 % 8 tahunSekitar 80 % 13 tahunSekitar 92 %
  • 92. e. Perkembangan Perilaku Sosial Sejak individu dilahirkan ke muka bumi ini ia telah mulai belajar tentang keadaan lingkungan sosialnya. Pada awalnya, ia mempelajari segala yang terjadi dalam lingkungan keluarga. Ia mencoba meniru, mengidentifikasi dan mengamati segala sesuatu yang ditampilkan orang tua dan anggota keluarga lainnya . Selanjutnya ia mempelajari keadaan-keadaan di luar rumah, baik yang menyangkut nilai, norma, dan kebiasaan-kebiasaan yang ada dalam masyarakat.
  • 93. f. Perkembangan Moralitas Ketika individu mulai menyadari bahwa ia merupakan bagian dari lingkungan sosial dimana ia berada, bersamaan itu pula individu mulai menyadari bahwa dalam lingkungan sosialnya terdapat aturan- aturan, norma-norma/nilai-nilai sebagai dasar atau patokan dalam berperilaku. Keputusan untuk melakukan sesuatu berdasarkan pertimbangan norma yang berlaku dan nilai yang dianutnya itu disebut moralitas.
  • 94. g. Perkembangan Penghayatan Keagamaan Dengan melalui pertimbangan fungsi afektif, kognitif, dan konatifnya, pada saat-saat tertentu, individu akan meyakini dan menerima tanpa keraguan bahwa di luar dirinya ada sesuatu kekuatan yang maha Agung yang melebihi apa pun, termasuk dirinya. Penghayatan seperti itu disebut pengalaman keagamaan (religious experience). (Zakiah Darajat, 1970). Brightman (1956) menjelaskan bahwa penghayatan keagamaan tidak hanya sampai kepada pengakuan atas kebaradaan-Nya, namun juga mengakui-Nya sebagai sumber nilai-nilai luhur yang abadi yang mengatur tata kehidupan alam semesta raya ini. Oleh karena itu, manusia akan tunduk dan berupaya untuk mematuhinya dengan penuh kesadaran dan disertai penyerahan diri dalam bentuk ritual tertentu, baik secara individual maupun kolektif, secara simbolik maupun dalam bentuk nyata kehidupan sehari-hari.
  • 95. h. Perkembangan Perilaku Konatif Perilaku konatif merupakan perilaku yang berhubungan dengan motivasi atau faktor penggerak perilaku seseorang yang bersumber dari kebutuhan-kebutuhannya.
  • 96. i. Perkembangan Emosional Aspek emosional dari suatu perilaku, pada umumnya selalu melibatkan tiga variabel, yaitu : (1) rangsangan yang menimbulkan emosi (stimulus); … mungkin dirubah (2) perubahan–perubahan fisiologis yang terjadi pada individu; dan (3) pola sambutan (respons) … mungkin dirubah Yang mungkin dirubah dan dipengaruhi adalah variabel yang kesatu (stimus) dan yang ketiga (respons), sedangkan variabel yang kedua merupakan yang tidak mungkin dirubah karena terjadinya pada individu secara mekanis. Terdapat dua dimensi emosional yang sangat penting untuk dipahami yaitu : (1) senang – tidak senang (suka-tidak suka); dan (2) intensitasnya (kuat-lemah).
  • 97. j. Perkembangan Kepribadian Meskipun kepribadian seseorang itu relatif konstan, namun dalam kenyataannya sering ditemukan bahwa perubahan kepribadian dapat dan mungkin terjadi, terutama dipengaruhi oleh faktor lingkungan dari pada faktor fisik.
  • 98. k. Perkembangan Karier Perkembangan karier sangat erat kaitannya dengan pekerjaan seseorang. Keberhasilan seseorang dalam suatu pekerjaan bukanlah sesuatu yang diperoleh secara tiba-tiba atau secara kebetulan, namun merupakan suatu proses panjang dari tahapan perkembangan karier yang dilalui sepanjang hayatnya, mulai dari usaha memperoleh kesadaran karier, eksplorasi karier, persiapan karier hingga sampai pada penempatan kariernya. Tylor & Walsh (1979) menyebutkan bahwa kematangan karier individu diperoleh manakala ada kesesuaian antara perilaku karier dengan perilaku yang diharapkan pada umur tertentu. Adapun yang dimaksud dengan perilaku karier yaitu segenap perilaku yang ditampilkan individu dalam usaha menyiapkan masa depan untuk memperoleh kematangan kariernya.
  • 99. 5. Tugas-Tugas Perkembangan Individu Salah satu prinsip perkembangan bahwa setiap individu akan mengalami fase perkembangan tertentu, yang merentang sepanjang hidupnya fase-fase perkembangan tersebut dapat dilihat dalam gambar berikut ini :
  • 100. Masa Dewasa : Masa Tua Tengah Baya Masa Dewasa Awal Masa Remaja (Adolesence) : (1) Late Adolesence (18 – 21 th) (2) Early Adolesence (16 – 17 th) (3) Pre Adolesence (11 – 13 th) Masa Kanak-Kanak (2 th – Remaja) Masa Bayi (2 Minggu s.d. 2 th) Masa Orok (10 –14 hari) Masa Konsepsi (Pranatal) (0-9 bln)
  • 101. Di bawah ini dikemukakan tugas-tugas perkembangan dari setiap fase menurut Havighurst. a. Tugas Perkembangan Masa Bayi dan Kanak-Kanak Awal (0,0–6.0)  Belajar berjalan pada usia 9.0 – 15.0 bulan.  Belajar memakan makan padat.  Belajar berbicara.  Belajar buang air kecil dan buang air besar.  Belajar mengenal perbedaan jenis kelamin.  Mencapai kestabilan jasmaniah fisiologis.  Membentuk konsep-konsep sederhana kenyataan sosial dan alam.  Belajar mengadakan hubungan emosional dengan orang tua, saudara, dan orang lain.  Belajar mengadakan hubungan baik dan buruk dan pengembangan kata hati
  • 102. b. Tugas Perkembangan Masa Kanak-Kanak Akhir dan Anak Sekolah (6,0-12.0)  Belajar memperoleh keterampilan fisik untuk melakukan permainan.  Belajar membentuk sikap yang sehat terhadap dirinya sendiri sebagai makhluk biologis.  Belajar bergaul dengan teman sebaya.  Belajar memainkan peranan sesuai dengan jenis kelaminnya.  Belajar keterampilan dasar dalam membaca, menulis dan berhitung.  Belajar mengembangkan konsep-konsep sehari- hari.  Mengembangkan kata hati.  Belajar memperoleh kebebasan yang bersifat pribadi.
  • 103. c. Tugas Perkembangan Masa Remaja (12.0-21.0)  Mencapai hubungan yang lebih matang dengan teman sebaya.  Mencapai peran sosial sebagai pria atau wanita.  Menerima keadaan fisik dan menggunakannya secara efektif.  Mencapai kemandirian emosional dari orang tua dan orang dewasa lainnya.  Mencapai jaminan kemandirian ekonomi.  Memilih dan mempersiapkan karier.  Mempersiapkan pernikahan dan hidup berkeluarga.  Mengembangkan keterampilan intelektual dan konsep- konsep yang diperlukan bagi warga negara.  Mencapai perilaku yang bertanggung jawab secara sosial.  Memperoleh seperangkat nilai sistem etika sebagai petunjuk/pembimbing dalam berperilaku.
  • 104. d. Tugas Perkembangan Masa Dewasa Awal  Memilih pasangan.  Belajar hidup dengan pasangan.  Memulai hidup dengan pasangan.  Memelihara anak.  Mengelola rumah tangga.  Memulai bekerja.  Mengambil tanggung jawab sebagai warga negara.  Menemukan suatu kelompok yang serasi.
  • 105. 6. Perkembangan Paa Masa Remaja Fase remaja merupakan masa perkembangan individu yang sangat penting. Harold Alberty (1957) mengemukakan bahwa masa remaja merupakan suatu periode dalam perkembangan yang dijalani seseorang yang terbentang sejak berakhirnya masa kanak-kanak sampai dengan awal masa dewasa. Conger berpendapat bahwa masa remaja merupakan masa yang amat kritis yang mungkin dapat merupakan the best of time and the worst of time.
  • 106. Para ahli umumnya sepakat bahwa rentangan masa remaja berlangsung dari usia 11-13 tahun sampai dengan 18-20 th (Abin Syamsuddin, 2003). Kita menemukan berbagai tafsiran dari para ahli tentang masa remaja : Freud menafsirkan masa remaja sebagai suatu masa mencari hidup seksual yang mempunyai bentuk yang definitif. Charlotte Buhler menafsirkan masa remaja sebagai masa kebutuhan isi-mengisi. Spranger memberikan tafsiran masa remaja sebagai masa pertumbuhan dengan perubahan struktur kejiwaan yang fundamental. Hofmann menafsirkan masa remaja sebagai suatu masa pembentukan sikap-sikap terhadap segala sesuatu yang dialami individu. G. Stanley Hall menafsirkan masa remaja sebagai masa storm and drang (badai dan topan).
  • 107. Pertemuan ke 9, 10 Bahasan : PROSES PEMBELAJARAN Pokok Bahasan : 1. Hakekat Belajar. 2. Teori-Teori Pokok Belajar.
  • 108. Setelah mempelajari Bab ini, diharapkan Anda dapat :  Mendefinisikan belajar dan pengelolaan kelas.  Mengidentifikasi ciri-ciri belajar, bentuk- bentuk perubahan perilaku sebagai hasil belajar, pendekatan - pendekatan pembelajaran, masalah-masalah dalam pengelolaan kelas.
  • 109. Hakekat Belajar :  Moh. Surya (1997) : “belajar dapat diartikan sebagai suatu proses yang dilakukan oleh individu untuk memperoleh perubahan perilaku baru secara keseluruhan, sebagai hasil dari pengalaman individu itu sendiri dalam berinteraksi dengan lingkungannya”.  Witherington (1952) : “belajar merupakan perubahan dalam kepribadian yang dimanifestasikan sebagai pola-pola respons yang baru berbentuk keterampilan, sikap, kebiasaan, pengetahuan dan kecakapan”.
  • 110.  Crow & Crow dan (1958) : “ belajar adalah diperolehnya kebiasaan-kebiasaan, pengetahuan dan sikap baru”.  Hilgard (1962) : “belajar adalah proses dimana suatu perilaku muncul perilaku muncul atau berubah karena adanya respons terhadap sesuatu situasi”  Di Vesta dan Thompson (1970) : “ belajar adalah perubahan perilaku yang relatif menetap sebagai hasil dari pengalaman”.  Gage & Berliner : “belajar adalah suatu proses perubahan perilaku yang yang muncul karena pengalaman”
  • 111. Dari beberapa pengertian belajar tersebut diatas, kata kunci dari belajar adalah perubahan perilaku, dan ciri-ciri dari perubahan perilaku, Moh Surya (1997) yaitu :  Perubahan yang disadari dan disengaja (intensional).  Perubahan yang berkesinambungan (kontinyu).  Perubahan yang fungsional.  Perubahan yang bersifat positif.  Perubahan yang bersifat aktif.  Perubahan yang bersifat pemanen.  Perubahan yang bertujuan dan terarah.  Perubahan perilaku secara keseluruhan.
  • 112. Perilaku/Pribadi sebelum belajar (Pre Learning) X = 0 Y = 1 Z= 1 Perilaku/Pribadi sebelum belajar (Pre Learning) X = 0 Y = 1 Z= 1 Perilaku/Pribadi sebelum belajar (Pre Learning) X = 0 Y = 1 Z= 1 Pengalaman, Praktik, Latihan (Learning Experience) Perilaku/Pribadi setelah belajar (Post Learning) X = (X+1) = 1 Y = (Y+1) = 2 Z = (Z-1) = 0
  • 113. Menurut Gagne (Abin Syamsuddin Makmun, 2003), perubahan perilaku yang merupakan hasil belajar dapat berbentuk :  Informasi verbal,  Kecakapan intelektual,  Strategi kognitif,  Sikap,  Kecakapan motorik.
  • 114. Moh. Surya (1997) mengemukakan bahwa hasil belajar akan tampak dalam :  Kebiasaan; seperti : peserta didik belajar bahasa berkali-kali menghindari kecenderungan penggunaan kata atau struktur yang keliru, sehingga akhirnya ia terbiasa dengan penggunaan bahasa secara baik dan benar;  Keterampilan; seperti : menulis dan berolah raga yang meskipun sifatnya motorik, keterampilan- keterampilan itu memerlukan koordinasi gerak yang teliti dan kesadaran yang tinggi;  Pengamatan; yakni proses menerima, menafsirkan, dan memberi arti rangsangan yang masuk melalui indera-indera secara obyektif sehingga peserta didik mampu mencapai pengertian yang benar;
  • 115.  Berfikir asosiatif; yakni berfikir dengan cara mengasosiasikan sesuatu dengan lainnya dengan menggunakan daya ingat;  Berfikir rasional dan kritis yakni menggunakan prinsip-prinsip dan dasar- dasar pengertian dalam menjawab pertanyaan kritis seperti “bagaimana” (how) dan “mengapa” (why);  Sikap yakni kecenderungan yang relatif menetap untuk bereaksi dengan cara baik atau buruk terhadap orang atau barang tertentu sesuai dengan pengetahuan dan keyakinan;
  • 116.  Inhibisi (menghindari hal yang mubazir);  Apresiasi (menghargai karya-karya bermutu);  Perilaku afektif yakni perilaku yang bersangkutan dengan perasaan takut, marah, sedih, gembira, kecewa, senang, benci, was-was dan sebagainya. Sedangkan menurut Bloom, perubahan perilaku yang terjadi sebagai hasil belajar meliputi perubahan dalam kawasan (domain) kognitif, afektif dan psikomotor, beserta tingkatan aspek-aspeknya.
  • 117. Teori-Teori Pokok Belajar (1). Teori behaviorisme, a. Connectionism ( S-R Bond) menurut Thorndike. b. Classical Conditioning menurut Ivan Pavlov c. Operant Conditioning menurut B.F. Skinner d. Social Learning menurut Albert Bandura 2). Teori belajar kognitif menurut Peaget, 3). Teori Pemrosesan Informasi dari Robert Gagne, (4). Teori Belajar Gestalt.
  • 118. (1). Teori behaviorisme Behaviorisme memandang individu hanya dari sisi fenomena jasmaniah, dan menga- baikan aspek – aspek mental. Dengan kata lain, behaviorisme tidak mengakui adanya kecerdasan, bakat, minat dan perasaan individu dalam suatu belajar. Peristiwa belajar semata-mata melatih refleks-refleks sedemikian rupa sehingga menjadi kebiasaan yang dikuasai individu.
  • 119. Behaviorisme memandang bahwa pola-pola perilaku itu dapat dibentuk melalui proses pembiasaan dan penguatan (reinforcement) dengan mengkondisikan atau menciptakan stimulus-stimulus (rangsangan) tertentu dalam lingkungan. S R atau S O R S = stimulus (rangsangan); R = Respons (perilaku, aktivitas) dan O=organisme (individu/manusia).
  • 120. Beberapa hukum belajar yang dihasilkan dari pendekatan behaviorisme ini, diantaranya 1. Connectionism ( S-R Bond) Thorndike.  Law of Effect (kekuatan)  Law of Readiness (kesiapan)  Law of Exercise (latihan) 2. Classical Conditioning menurut Ivan Pavlo  Law of Respondent Conditioning (hukum pembiasaan yang dituntut)  Law of Respondent Extinction (hukum pemusnahan yang dituntut).
  • 121. 3. Operant Conditioning menurut B.F. Skinner Dari eksperimen yang dilakukan B.F. Skinner terhadap tikus dan selanjutnya terhadap burung merpati menghasilkan hukum-hukum belajar, diantaranya  Law of operant conditining yaitu jika timbulnya perilaku diiringi dengan stimulus penguat, maka kekuatan perilaku tersebut akan meningkat.  Law of operant extinction yaitu jika timbulnya perilaku operant telah diperkuat melalui proses conditioning itu tidak diiringi stimulus penguat, maka kekuatan perilaku tersebut akan menurun bahkan musnah.
  • 122. 4. Teori belajar sosial atau disebut juga teori observational learning Prinsip dasar belajar menurut teori ini, bahwa yang dipelajari individu terutama dalam belajar sosial dan moral terjadi melalui peniruan (imitation) dan penyajian contoh perilaku (modeling). Teori ini juga masih memandang pentingnya conditioning. Melalui pemberian reward dan punishment, seorang individu akan berfikir dan memutuskan perilaku sosial mana yang perlu dilakukan.
  • 123. 2. Teori Belajar Kognitif menurut Piaget Aspek aspek perkembangan kognitif menurut Piaget yaitu tahap (1) sensory motor; (2) pre operational; (3) concrete operational dan (4) formal operational. Menurut Piaget, bahwa belajar akan lebih berhasil apabila disesuaikan dengan tahap perkembangan kognitif peserta didik. Guru hendaknya banyak memberikan rangsangan kepada peserta didik agar mau berinteraksi dengan lingkungan secara aktif, mencari dan menemukan berbagai hal dari lingkungan.
  • 124. Implikasi teori perkembangan kognitif Piaget dalam pembelajaran adalah :  Bahasa dan cara berfikir anak berbeda dengan orang dewasa. Oleh karena itu guru mengajar dengan menggunakan bahasa yang sesuai dengan cara berfikir anak.  Anak-anak akan belajar lebih baik apabila dapat menghadapi lingkungan dengan baik. Guru harus membantu anak agar dapat berinteraksi dengan lingkungan sebaik-baiknya.  Bahan yang harus dipelajari anak hendaknya dirasakan baru tetapi tidak asing.  Berikan peluang agar anak belajar sesuai tahap perkembangannya.  Di dalam kelas, anak-anak hendaknya diberi peluang untuk saling berbicara dan diskusi dengan teman-temanya.
  • 125. 3. Teori Pemrosesan Informasi dari Robert Gagme Asumsi yang mendasari teori ini adalah bahwa pembelajaran merupakan faktor yang sangat penting dalam perkembangan. Menurut Gagne bahwa dalam pembelajaran terjadi proses penerimaan informasi, untuk kemudian diolah sehingga menghasilkan keluaran dalam bentuk hasil belajar. Dalam pemrosesan informasi terjadi adanya interaksi antara kondisi-kondisi internal dan kondisi-kondisi eksternal individu. Kondisi internal yaitu keadaan dalam diri individu yang diperlukan untuk mencapai hasil belajar dan proses kognitif yang terjadi dalam individu. Sedangkan kondisi eksternal adalah rangsangan dari lingkungan yang mempengaruhi individu dalam proses pembelajaran.
  • 126. Menurut Gagne tahapan proses pembelajaran meliputi delapan fase yaitu : (1) motivasi; (2) pemahaman; (3) pemerolehan; (4) penyimpanan; (5) ingatan kembali; (6) generalisasi; (7) perlakuan dan (8) umpan balik.
  • 127. 4. Teori Belajar Gestalt Gestalt berasal dari bahasa Jerman yang mempunyai padanan arti sebagai “bentuk atau konfigurasi”. Pokok pandangan Gestalt adalah bahwa obyek atau peristiwa tertentu akan dipandang sebagai sesuatu keseluruhan yang terorganisasikan. Menurut Koffka dan Kohler, prinsip organisasi yang terpenting yaitu :
  • 128. Beberapa prinsip Gestalt yang terpenting adalah :  Hubungan bentuk dan latar belakang (figure and gound relationship);  Kedekatan (proxmity); bahwa unsur-unsur yang saling berdekatan (baik waktu maupun ruang) dalam bidang pengamatan akan dipandang sebagai satu bentuk tertentu.  Kesamaan (similarity); bahwa sesuatu yang memiliki kesamaan cenderung akan dipandang sebagai suatu obyek yang saling memiliki.  Arah bersama (common direction); bahwa unsur-unsur bidang pengamatan yang berada dalam arah yang sama cenderung akan dipersepsi sebagi suatu figure atau bentuk tertentu.  Kesederhanaan (simplicity); bahwa orang cenderung menata bidang pengamatannya bentuk yang sederhana, penampilan reguler dan cenderung membentuk keseluruhan yang baik berdasarkan susunan simetris dan keteraturan; dan  Ketertutupan (closure) bahwa orang cenderung akan mengisi kekosongan suatu pola obyek atau pengamatan yang tidak lengkap.
  • 129. Aplikasi teori Gestalt dalam proses pembelajaran antara lain : Pengalaman tilikan (insight); Dalam proses pembelajaran, hendaknya peserta didik memiliki kemampuan tilikan yaitu kemampuan mengenal keterkaitan unsur-unsur dalam suatu obyek atau peristiwa. Pembelajaran yang bermakna (meaningful learning); kebermaknaan unsur-unsur yang terkait akan menunjang pembentukan tilikan dalam proses pembelajaran. Hal-hal yang dipelajari peserta didik hendaknya memiliki makna yang jelas dan logis dengan proses kehidupannya. Perilaku bertujuan (pusposive behavior); bahwa perilaku terarah pada tujuan. Proses pembelajaran akan berjalan efektif jika peserta didik mengenal tujuan yang ingin dicapainya. Prinsip ruang hidup (life space); Materi yang diajarkan hendaknya memiliki keterkaitan dengan situasi dan kondisi lingkungan kehidupan peserta didik. Transfer dalam Belajar; yaitu pemindahan pola-pola perilaku dalam situasi pembelajaran tertentu ke situasi lain. Transfer belajar terjadi dengan jalan melepaskan pengertian obyek dari suatu konfigurasi dalam situasi tertentu untuk kemudian menempatkan dalam situasi konfigurasi lain dalam tata- susunan yang tepat.
  • 130. 3. Pembelajaran. Bentuk-bentuk kegiatan belajar yang dilakukan peserta didik di sekolah sangat ditentukan oleh pendekatan- pendekatan pembelajaran yang diberikan oleh guru. Secara garis besarnya, terdapat dua pendekatan pembelajaran, yaitu : Pendekatan Ekspositorik adalah pendekatan yang bisa dijadikan pedoman dalam memilih metode yang sifatnya penyampaian informasi, termasuk metode ceramah dan sejenisnya. Pendekatan ini lebih berpusat kepada guru dan pada umumnya guru bertindak sebagai sumber informasi yang utama. Pendekatan Heuristik yaitu yang bisa dijadikan pedoman dalam memilih metode yang sifatnya praktek, termasuk discovery-inquiry, eksperimen, observasi dan sejenisnya. Pendekatan ini lebih menekankan kepada aktivitas siswa dan guru lebih banyak berperan sebagai fasilitator, motivator dan pembimbing untuk kepentingan belajar peserta didiknya.
  • 131. Pertemuan ke 11, 12, 13 Bahasan : PROSES PEMBELAJARAN Pokok Bahasan : 3. Pembelajaran 4. Peran dan Kompetensi Guru 5. Pengelolaan Kelas
  • 132. Dalam Undang-Undang no. 20 tahun 2003 kompetensi yang harus dikuasai guru yaitu : Kompetensi pedagogik yaitu merupakan kemampuan dalam pengelolaan peserta didik yang meliputi:  Pemahaman wawasan atau landasan kependidikan;  Pemahaman terhadap peserta didik;  Pengembangan kurikulum/silabus;  Perancangan pembelajaran;  Pelaksanaan pembelajaran yang mendidik dan dialogis;  Evaluasi hasil belajar; dan  Pengembangan peserta didik untuk mengaktualisasikan berbagai potensi yang dimilikinya.
  • 133. Kompetensi kepribadian yaitu merupakan kemampuan kepribadian yang :  Mantap;  Stabil;  Dewasa;  Arif dan bijaksana;  Berwibawa;  Berakhlak mulia;  Menjadi teladan bagi peserta didik dan masyarakat;  Mengevaluasi kinerja sendiri; dan  Mengembangkan diri secara berkelanjutan.
  • 134. Kompetensi sosial yaitu merupakan kemampuan pendidik sebagai bagian dari masyarakat untuk :  Berkomunikasi lisan dan tulisan;  Menggunakan teknologi komunikasi dan informasi secara fungsional;  Bergaul secara efektif dengan peserta didik, sesama pendidik, tenaga kependidikan, orangtua/wali peserta didik; dan  Bergaul secara santun dengan masyarakat sekitar.
  • 135. Kompetensi profesional merupakan kemampuan penguasaan materi pembelajaran secara luas & mendalam yang meliputi:  Konsep, struktur, dan metoda keilmuan/ teknologi/seni yang menaungi/ koheren dengan materi ajar;  Materi ajar yang ada dalam kurikulum sekolah;  Hubungan konsep antar mata pelajaran terkait;  Penerapan konsep-konsep keilmuan dalam kehidupan sehari-hari; dan  Kompetisi secara profesional dalam konteks global dengan tetap melestarikan nilai dan budaya nasional,
  • 136. Pengelolaan Kelas Pengelolaan kelas berkaitan dengan upaya-upaya untuk menciptakan dan mempertahankan kondisi yang optimal bagi terjadinya proses belajar, didalamnya mencakup pengaturan orang (peserta didik) dan fasilitas. Terdapat dua macam masalah pengelolaan kelas, yaitu : Masalah Individual : Attention getting behaviors (pola perilaku mencari perhatian). Power seeking behaviors (pola perilaku menunjukkan kekuatan) Revenge seeking behaviors (pola perilaku menunjukkan balas dendam). helplessness (peragaan ketidakmampuan).
  • 137. Masalah Kelompok : Kelas kurang kohesif, karena alasan jenis kelamin, suku, tingkatan sosial ekonomi, dan sebagainya. Penyimpangan dari norma-norma perilaku yang telah disepakati sebelumnya. Kelas mereaksi secara negatif terhadap salah seorang anggotanya. “Membombong” anggota kelas yang justru melanggar norma kelompok. Kelompok cenderung mudah dialihkan perhatiannya dari tugas yang tengah digarap. Semangat kerja rendah atau semacam aksi protes kepada guru, karena menganggap tugas yang diberikan kurang fair. Kelas kurang mampu menyesuakan diri dengan keadaan baru.