1. Suara Demokrasi di Ranah Digital
Slide 1: Sejarah Demokrasi
Pemerintahan yang berasal dari rakyat, oleh rakyat, dan untuk rakyat merupakan sebuah
pengertian dasar dari apa yang disebut dengan konsep demokrasi. Konsep mengenai
demokrasi sudah mulai mengemuka di Yunani pada pertengahan Abad ke-5 SM. Secara
terminologi, pengertian demokrasi berasal dari dua suku kata bahasa Yunani yaitu Demos
dan Kratos. Demos dapat dimaknakan sebagai rakyat, sedangkan Kratos dimaknakan
sebagai pemerintahan. Secara garis besar, demokrasi dimaknakan sebagai sebuah sistem
pemerintahan yang meniscayakan keterlibatan rakyat baik secara langsung maupun tidak
langsung untuk memengaruhi segala hal yang akan dilakukan oleh pemerintah.
Slide 2: Demokrasi yang ideal
Seperti yang diyakini oleh Henry B. Mayo, sistem politik yang demokratis ialah di mana
kebijaksanaan umum ditentukan atas dasar mayoritas oleh wakil-wakil yang diawasi
secara efektif oleh rakyat dalam pemilihan-pemilihan berkala yang didasarkan atas
prinsip kesamaan politik dan diselenggarakan dalam suasana terjaminnya kebebasan
politik.1 Titik ideal dari pelaksanaan demokrasi adalah ketika rakyat dapat terlibat dalam
penyelenggaraan pemerintahan namun dengan disertai tanggung jawab yang
melatarbelakanginya. Sebab, demokrasi dewasa ini bukan hanya diartikan sebagai sistem
politik atau pemerintahan saja, melainkan sudah menyangkut tentang suatu gaya hidup
ataupun juga mengenai tata masyarakat tertentu.2
Slide 3: Prinsip Demokrasi Digital
Seperti yang telah dijelaskan di slides sebelumnya, bahwasanya demokrasi dewasa
ini juga menyangkut perihal gaya hidup atau juga mengenai tata masyarakat tertentu,
sehingga demokrasi juga akan selalu menyesuaikan diri dengan keadaan
perkembangan di dunia, termasuk dalam aspek digitalisasi. Menurut Brennan dan
Kries, digitalisasi adalah komunikasi digital dan dampak media digital pada
1 Miriam Budiardjo, “Dasar-Dasar Ilmu Politik”,(Jakarta: PT Gramedia Pustaka Utama, 2008),
Hlm. 117.
2 Ibid.
2. kehidupan sosial kontemporer.3 Pada titik ini, demokrasi juga sudah menyentuh
ruang digital yang seringkali bentuk konretnya adalah dalam aspek kebebasan
berpendapat dan berekspresi.
Seperti pemahaman dari Aristoteles, prinsip demokrasi adalah kebebasan, karena
hanya melalui kebebasanlah setiap warga negara bisa saling berbagi kekuasaan di
dalam negaranya. Sehingga, kedua hal tersebut, demokrasi dan ruang digital,
memiliki satu benang merah yang sama, yaitu kebebasan. Demokrasi secara konsep
memungkinkan kebebasan pada rakyat, begitupun ruang digital. Sehingga, kedua hal
tersebut apabila digabungkan dapat menghasilkan sebuah kekuatan politik baru yang
sangat powerful.
Slide 4: Contoh Kasus Pemanfaatan Demokrasi Digital
Salah satu contoh mengenai betapa kuatnya kolaborasi antara demokrasi dan ruang digital
adalah dimenangkannya Pemilihan Presiden Amerika Serikat tahun 2016 oleh Donald
Trump. Padahal, Trump mengeluarkan biaya kampanye yang lebih sedikit dibanding
rivalnya, Hillary Clinton. Tercatat, biaya kampanye Trump hanya sebesar US$ 340 Juta,
sedangkan biaya kampanye Clinton sebesar US$ 581 Juta.4 Ternyata, bila ditelisik lebih
jauh, salah satu faktor utama kemenangan Trump adalah karena kemampuannya untuk
memanfaatkan big data pada ruang digital. Kampanye yang dilakukan oleh Trump dan
timnya menjadi lebih targeted, sehingga hasilnya pun jauh lebih efektif.5 Studi kasus ini
menunjukkan bahwa ruang digital memiliki pengaruh yang sangat kuat dalam demokrasi
dewasa ini sehingga hampir dapat dipastikan, demokrasi dalam ruang digital akan selalu
berkembang ke depannya.
Slide 5: Pemanfaatan Ruang Digital dalam Konsep Demokrasi
Perkembangan pesat dari teknologi informasi dan komunikasi sebetulnya memiliki
dampak yang baik bagi jalannya demokrasi di suatu negara. Jika dikaitkan dengan
3 ExportHub.id, “Digitalisasi Adalah Proses yang Penting di Zaman Ini! Mengapa?”,
https://www.exporthub.id/digitalisasi-adalah-proses-yang-penting-di-zaman-ini-mengapa/, Diakses pada
15 April 2022 pukul 05.51 WIB.
4 The Guardian, “Donald Trump and Hillary Clinton’s Final Campaign Spending Revealed”,
https://www.theguardian.com/us-news/2016/dec/09/trump-and-clintons-final-campaign-spending-
revealed, Diakses pada 15 April 2022 pukul 06.13 WIB.
5 Jeff Chester, ”Our Next President: Also Brought to You by Big Data and Digital Advertising”,
https://www.democraticmedia.org/filing/our-next-president-also-brought-you-big-data-and-digital-
advertising, Diakses pada 15 April 2022 pukul 10.52 WIB.
3. keberadaan teknologi informasi dan komunikasi maka perwujudan konsep
kewarganegaraan sebagaimana yang dipersyaratkan demokrasi langsung ala Athena
tampaknya akan tercipta dengan lebih baik. Melalui media teknologi yang tersedia,
warga negara akan dengan sangat mudah terlibat dan melibatkan diri dalam segala
aspek yang menyangkut kehidupan bersama.6 Oleh karena itu, dengan pemanfaatan
ruang digital yang maksimal, maka seharusnya titik ideal dari demokrasi akan lebih
mudah untuk dicapai.
Setidaknya, menurut Claus Leggewie dan Christoph Bieber, ruang digital dalam
demokrasi dapat diaplikasikan ke dalam beberapa hal, antara lain:7
1. Pusat Partai Virtual
Pengaplikasian ini berkaitan dengan cara-cara dari partai politik ataupun
lembaga politik untuk memanfaatkan ruang digital sebagai basis
komunikasinya. Hal ini juga dapat dilihat dari maraknya website-website
politik yang dapat diartikan sebagai cerminan dari perkembangan demokrasi
digital.
2. Forum, Chats, dan Peristiwa – Peristiwa Melalui Online
Dalam aspek ini, ruang digital dapat dimanfaatkan untuk menjadi sarana
ataupun forum untuk membicarakan berbagai peristiwa – peristiwa yang
berkaitan dengan politik.
3. Organisasi Partai Digital
Perkembangan ruang digital juga membuat organisasi partai politik dapat
memiliki “anggota – anggota virtual”. Apabila dalam demokrasi mainstream
anggota partai merupakan sekumpulan orang yang biasanya melewati proses
penerimaan formal, maka anggota virtual bisa dikatakan hanya sebatas
simpatisan saja. Namun, meskipun hanya berperan sebagai simpatisan, peran
dari anggota virtual ini juga menjadi sangat krusial dalam demokrasi modern.
4. Kampanye Online
6 Siska Sasmita, “Demokrasi dalam Bingkai Digital”,Publikasi Media Neliti DEMOKRASI,
Vol. X, No. 2, (2011), Hlm. 160.
7 Claus Leggewie dan Christoph Bieber, “Demokrasi Interaktif,Komunikasi Politik melalui
Online dan Proses-Proses Politik Digital”,Diakses dari https://adoc.pub/download/komunikasi-politik-
melalui-online-dan-proses-proses-politik-.html.
4. Salah satu keuntungan utama dari adanya demokrasi digital adalah dapat
dilakukannya kampanye online. Seperti yang telah dijelaskan di slides
sebelumnya yang membahas tentang pengaruh ruang digital pada Pilpres AS
2016, kampanye online memungkinkan penyampaian kampanye dapat lebih
targeted serta juga dapat menekan angka biaya kampanye bahkan secara
signifikan.
5. Online Protest
Pengaplikasian demokrasi digital ini berkaitan dengan aspek partisipasi
politik dalam konsep demokrasi. Pengaplikasian ini juga cenderung lebih
bersifat bottom-up. Tingkat melek teknologi (e-literacy) yang tinggi dari
masyarakatnya mendorong mereka untuk menggunakan fasilitas-fasilitas
elektronik dalam menyampaikan pandangan dan memberikan dukungan bagi
wakilnya melalui internet, telepon seluler, dan lainnya yang sejenis.8
Terobosan demokrasi yang disalurkan melalui sarana digital/virtual
sepertinya merupakan bentuk baru peningkatan kapasitas warga negara untuk
mengembangkan dan meningkatkan gerakan sosial.9
Slide 6: Demokrasi Digital sebagai Sarana Aktivisme Generasi Muda
Tumbuhnya ruang digital dalam demokrasi juga menunjang atas meningkatnya
aktivisme di media sosial terkhusus yang dilakukan oleh generasi – generasi muda.
Ruang digital dalam demokrasi sebetulnya memberikan ruang baru untuk partisipasi
politik, utamanya bagi kelompok generasi milenial dan Z yang kehidupannya sangat
ditopang oleh teknologi.
Dalam memanfaatkan ruang digital dalam demokrasi, seringkali generasi muda
mengedepankan aspek kebebasan berekspresi dan berpendapat. Dalam hal ini,
generasi muda kerap menekankan filsafat demokrasi liberal yang berfokus pada nilai
individualisme, rasionalitas, dan permusyawaratan.10
8 Siska Sasmita, Op. Cit, Hlm. 162.
9 Ibid.
10 “Demokrasi Digital di Ujung Tanduk: Aktivisme Anak Muda Terus Berevolusi, Negara Hanya
Merespons dengan Represi”, https://theconversation.com/demokrasi-digital-di-ujung-tanduk-aktivisme-
anak-muda-terus-berevolusi-negara-hanya-merespons-dengan-represi-173447, Diakses pada 15 April
2022 pukul 15.43 WIB.
5. Apabila dilihat dari sisi baiknya, maka demokrasi digital dapat dijadikan sarana
aktivisme masyarakat terkhusus generasi muda untuk mempengaruhi kebijakan-
kebijakan yang akan diambil oleh pemerintah serta juga dapat dijadikan platform
untuk melakukan pengawasan kepada pemerintah terkait. Namun, apabila dilihat dari
sisi buruknya, aktivisme dalam ranah demokrasi digital dapat membuat polarisasi
yang tajam di masyarakat.
Slide 7: Aktor digital sebagai kekuatan politik baru
Dalam konteks Indonesia, jalannya demokrasi dalam ranah digital dapat terlihat
dengan jelas salah satunya pada saat momentum kontestasi Pemilihan Presiden tahun
2019. Ketika itu, kedua calon yang berkontestasi sama-sama berusaha untuk
memaksimalkan kekuatannya di ranah digital. Pemanfaatan ranah digital tersebut
juga memunculkan kekuatan politik baru yaitu buzzer dan influencer.
Pada Pemilihan Presiden tahun 2019, platform – platform sosial media besar seperti
Twitter, Instagram, dan Facebook dipenuhi oleh berita–berita atau informasi–
informasi yang sebetulnya cenderung masuk ke dalam kategori propaganda politik.
Propaganda-propaganda tersebut didengungkan oleh para buzzer dan influencer.
Sehingga, kedua aktor tersebut sudah bisa dikatakan sebagai sebuah kekuatan politik
baru dalam demokrasi digital.
Sebetulnya, fenomena munculnya buzzer dan influencer tidak akan bisa dihindari
dalam dunia digital yang mengedepankan aspek kebebasan ini. Lebih lanjut, Francis
Fukuyama dalam artikelnya yang berjudul Social Media and Democracy menilai
bahwa kebebasan berpendapat di ruang publik digital tidak bisa lagi dilihat hanya
sebagai tujuan mulia demokrasi, tetapi juga telah berubah bentuk menjadi pasar ide
politik.11 Sehingga kedepannya sudah hampir dapat dipastikan fenomena munculnya
propaganda politik oleh buzzer dan influencer akan selalu muncul dalam ranah
demokrasi digital.
Slide Kesimpulan: Dampak baik dan buruk demokrasi di ranah digital
11 “Mungkinkah Indonesia Terbebas Buzzer Politik?”, https://www.pinterpolitik.com/in-
depth/mungkinkah-indonesia-terbebas-buzzer-politik/, Diakses pada 15 April 2022 pukul 16.12 WIB.
6. Demokrasi digital ini membawa angin segar dalam demokrasi, proses memberikan
pendapat dan berekspresi kian instan dan super gampang. Dengan demokrasi digital
aspirasi rakyat kini bisa tersampaikan lebih mudah melalui berbagai saluran
komunikasi pemerintah, sehingga dapat menghasilkan dinamika bernegara baru dan
dapat menjadi pijakan bagi kebijakan dan regulasi publik. Demokrasi digital pun
dapat menjadi media bagi pemerintah dalam memahami pluralitas pandangan
mengenai sebuah isu, menghadirkan ruang untuk partisipasi publik, bahkan untuk
mencapai kesepakatan dalam topik yang relatif kompleks dan kontroversial. Dengan
demokrasi digital baik pemerintah maupun masyarakat dapat berbicara bersama,
sama-sama terlibat secara aktif dan bisa memutuskan persoalan publik secara
argumentatif, dengan kebebasan dan kesetaraan.
Di sisi lain, tantangan dan dampak negatif dari demokrasi digital menjadi persoalan
serius, terutama perilaku negatif para netizen yang menjadi masalah nyata dalam
pembangunan demokrasi digital yang lebih berkualitas. Demokrasi digital seakan
hanya menjadi keriuhan penuh pergunjingan politik belaka. Saling serang dengan
menghembuskan isu SARA dan privasi pun menjadi tantangan tersendiri.
Pengabaian budaya debat rasional, kesantunan dalam berkomunikasi dan saling
menghargai, serta munculnya para buzzer politik mulai mengganggu stabilitas politik
dan demokrasi. Berbagai dampak berupa radikalisme, sektarianisme, terorisme dan
hal lain yang bertentangan dengan Pancasila pun mulai bermunculan secara liar
sebagai implikasi dari demokrasi digital ini.
Oleh karena itu marilah kita bersama-sama saling menjaga agar iklim demokrasi di
ranah digital ini tetap sehat dan penuh manfaat dengan cara bijak dan aktif terlibat
dalam menyampaikan aspirasi, ekspresi, dan pendapat di ranah digital tanpa
melanggar hak orang lain, sehingga dapat tercipta kekuatan politik baru yang
powerful.