SlideShare a Scribd company logo
ASTUTI'S BLOG
Minggu, 18 Desember 2011
opo yo
anak-anak bisa dopwnload materi di sini
Diposkan oleh Kantor kedua ku di 22.57 Tidak ada komentar:
Kirimkan Ini lewat EmailBlogThis!Berbagike TwitterBerbagike FacebookBagikanke Pinterest
Sabtu, 19 Maret 2011
Sulaman bebas
cara........
Diposkan oleh Kantor kedua ku di 01.06 Tidak ada komentar:
Kirimkan Ini lewat EmailBlogThis!Berbagike TwitterBerbagike FacebookBagikanke Pinterest
Label: Sulaman Putih
Tusuk hias
Untuk membuat..........
Diposkan oleh Kantor kedua ku di 00.55 Tidak ada komentar:
Kirimkan Ini lewat EmailBlogThis!Berbagike TwitterBerbagike FacebookBagikanke Pinterest
Label: Membuat hiasan
Selasa, 15 Maret 2011
POLA HIASAN BUSANA
POLA HIASAN
Dari berbagai pola hias yang dapat kita jumpai dalam desain hiasan baik untuk busana
maupun untuk lenan rumah tangga, terdapat beberapa di antaranya sudah merupakan
bentuk–bentuk baku. Dalam pembuatan desain pola (motif) hias, perlu diperhatikan
mengenaigaris-garisdanwarnayang digunakan.Gunakangaristebaltipis untukmemberikan
kesan selesai dan garis lengkung untuk memperoleh kesan lembut, luwes dan tidak kaku.
Bentuk pola hias mencakup bentuk–bentuksebagai berikut : pola serak atau pola tabur, pola
berangkai, pola pinggiran, pola bentuk bebas dan pola hiasan bidang.
A. Pola serak atau pola tabur
Pola serak adalah bentuk pola hias yang diperoleh dengan cara mengulang-ulang suatu
motif hias yang ditempatkan secara teratur pada jarak–jarak tertentu. Pola serak biasanya
motifnya kecil, penempatan motif dapat menghadap ke satu arah, dua arah atau ke semua
arah.
B. Pola berangkai
Pola berangkai bentuknya hampir sama seperti pola serak, hanya pada pola berangkai motif
hiasnya antara motif satu motif dengan motif lainnya saling berhubungan (ada garis
penghubung). Garis yang menghubungkan motifnya dapat berupa garis vertikal, garis
horizontalatau garisdiagonal.Motifpada pola berangkaidapatdiulang ke bagianatas,bagian
bawah, bagian kiri atau kanan.
C. Pola pinggiran
Pola pinggiran adalah bentuk pola hias yang diperoleh dengan cara menjajarkan motif hias
yang dibuat secara berulang-ulang. Pengulangan motif hias dapat dilakukan mengarah ke
sebelah kiri, ke kanan, ke atas atau bawah.
Ada enam macam pola pinggiran, yaitu pinggiran simetris, berjalan, tegak, bergantung,
memanjat, dan menurun.
1. Pinggiran simetris, motif pinggiran simetris, jika dibelah tengah, akan terdapat dua bagian
yang sama. Motif bentuk simetris dapat diulang ke bagian atas, ke bawah, ke kanan atau ke
kiri dengan motif yang sama.
2. Pinggiran berjalan, motif hiasnya disusun agak condong ke kiri atau ke kanan sehingga
motifnya tampak berjalan atau saling berkejaran. Bentuk motif dapat diulang ke sebelah
kanan atau ke kiri.
3. Pinggiran tegak, penyusunan motif hias untuk pinggiran tegak, motifnya pada bagian
bawah lebih berat (besar) dan bagian atas lebih ringan. Motif dibuat tegak dan dapat diulang
ke bagian kiri atau ke bagian kanan.
4. Pinggiran bergantung, kebalikan dari motif tegak, yaitu motif bagian atas berat (besar) dan
motif bagian bawahnya ringan. Motif ini tampak seperti menggantung.
5. Pinggiran memanjat, motif dari bentuk pinggiran ini tersusun seperti memanjat ke atas.
Motif pada bagian bawah lebih berat dari motif pada bagian puncak lebih ringan. Pinggiran
menurun, merupakankebalikan dari pinggiran memanjat, bentuk motif seperti meluncur ke
bawah. Motif bagian atas lebih berat dan makin bawah makin ringan.
D. Pola bentuk bebas
Pola bentuk bebas disusun menurut kebutuhan atau bidang yang akan dihias. Pola bentuk
bebas rangkaian motifnya dapat dibentuk dan diletakkan sesuai dengan bentuk bidang yang
akan dihias.
E. Pola Hiasan Bidang
Berbagai benda lenan rumah tangga maupunbusana, mempunyai bidang yang berbeda–beda
bentuknya. Untuk mendapatkan hiasan yang serasi, dalam arti sesuai dengan bidang atau
bentukbendanya,maka pola hiasyang didesainperlu memperhatikanbentukbidang maupun
penempatannya.
Penempatan hiasan untuk bidang segi empat berbeda dengan penempatan untuk bidang
berbentuk bundar atau oval. Di samping itu ukuran suatu motif hias harus disesuaikan pula
dengan bidang yang akan dihias.
Pola hiasan untuk suatu bidang dapat dikelompokkan menjadi : pola hiasan batas, hiasan
sudut, hiasan pusat, tengah sisi, hubungan pusat dengan tengah sisi, hubungan pusat dengan
sudut, hubungan sudut dengan batas, hiasan kitiran, hiasan istimewa.
1. Hiasan batas merupakan pola hiasan yang membentuk batas pada suatu bidang.Hiasan
bataspada umumnya ditempatkanpada sekeliling tepi bidang, baikbidang berbentuk bundar,
oval, segi empat dan sebagainya
2. Hiasan sudut merupakan motif hias yang ditempatkan pada sudut suatu bidang.
Bentuk motif hiasan sudut hendaknya serasi dengan bentuk sudut bidang tersebut.
3. Hiasan pusat merupakan pola hiasan yang ditempatkanpada tengah–tengah suatu
bidang. Motif hias hendaknya menyebar atau menutup semua latar belakang bidangnya.
4. Hiasan tengah sisi dapat ditempatkan pada kedua sisi bagian tengah suatu bidang atau
ke empat sisinya. Motif pada kedua sisi yang berhadapan sebaiknya sama.
5. Hubungan pusat dengan tengah sisi merupakan bentuk pola hias yang ditempatkan
di bagian pusat dan tengah sisi. Motif tidak harus sama, tetapi merupakan satu kesatuan
yang serasi.
6. Hubungan pusat dengan sudut, merupakan kombinasi bentuk motif hias yang
ditempatkan pada bagian pusat dan sudut suatu bidang. Motif ini misalnya dirancang untuk
hiasan bantal kursi. Kedua rangkaianmotif tentunya masih satu bentuk rangkaianmotif
yang saling terkait.
7. Hubungan sudut dengan batas, merupakan pola hias yang ditempatkan bersama–
sama dan saling mengisi pada bidang suatu sudut. Motif ini merupakan satu rangkaianmotif
yang terdiri dari motif untuk hiasan batas dan satu rangkaianmotif untuk ditempatkan di
bagian sudut berdekatan dengan hiasan batas.
8. Hiasan kitiran, merupakan motif hias yang membentuk putaran(seperti
kincir), motifnya seperti berkejaran.
9. Hiasan arah istimewa ialah pola hiasan yang dirancang sesuai denganbentuk atau
bidang yang akan dihias, misalnya motif hias mengikuti bentuk kerah.
.
.
Diposkan oleh Kantor kedua ku di 19.23 1 komentar:
Kirimkan Ini lewat EmailBlogThis!Berbagike TwitterBerbagike FacebookBagikanke Pinterest
Label: POLA HIASAN
Jumat, 01 Oktober 2010
Memotong bahan tekstil
MEMOTONG BAHAN TEKSTIL
A. Menyiapkan Tempat Kerja
Tempat kerja merupakan bagian yang penting dalam suatu usaha, secara tidak langsung
tempat kerja akan berpengaruh pada kesenangan, kenyamanan dan keselamatan dari para
siswa/pekerja. Keadaan atau suasana yang menyenangkan (comfortable) dan aman
(safe) akan menimbulkan gairah produktivitas kerja.
Menyiapkan tempat kerja untuk memotong bahanberbeda dengan tempat kerja menjahit
dengan tangan ataupun dengan mesin. Suatu tempat kerja yang diatur teliti dengan
mengingat tertib kerja dan rasa keindahan, akan menyebabkan siswa/pekerja yang sedang
melakukan kegiatan memotong bahan akan bekerja dengan perasaan senang.
Tempat kerja yang dimaksud adalah yang ergonomik dengan kata lain tempat kerja yang
sesuai dengan kebutuhan. Alat seperti meja potong, bahan/kain yang akan dipotong dan alat-
alat potong lainnya yang diperlukan disusun sesuai dengan urutan proses kerja dalam
menyelesaikan suatu potongan. Fasilitas yang harus disediakan adalah : Ruang kerja untuk
memotong bahan, almari tempat bahan dan tempat alat potong serta tempat khusus untuk
menyimpan bahan yang telah dipotong dan yang tidak kalah pentingnya adalah tempat
sampah/tempat sisa-sisa potongan.
Memotong bahan dengan menggunakanmesin potong membutuhkan tempat kerja yang
berbeda denganmemotongbahanmenggunakangunting biasa yang dilakukansecaramanual.
Memotong bahandenganguntingbiasa tempatyang dibutuhkancukupdenganmenggunakan
meja potong yang sederhana. Sedangkan untuk memotong bahan dengan mesin potong
tempatnya disesuaikan dengan jenis dan besarnya mesin potong yang dipakai.
Biasanya meja yang digunakan untuk memotong bahan pada produksi massal adalah:
1. Meja dengan ukuran yang lebih besar. Lebarnya minimal 1,5 m dan panjangya minimal 3 m
sesuai dengan besar kecilnya kapasitas produksi.
2. Gunting khusus untuk konveksi (round knife, band knife, double knife, straight knife).
Tempat potong untuk peroranganlebih sederhana dari pada untuk memotong secara massal.
Meja potong untuk perorangan cukup dengan meja berukuran 2 m x 0,8 m. Di
sekolah/workshop tempat bekerja untuk memotong bahan, lay outnya disesuaikan dengan
jumlah siswa dan besar ruangan. Jumlah siswa setiap kelas praktek berkisar antara 16 s.d 20
orang. Ukuranyang ideal untuk setiap siswa membutuhkantempat seluas 4 s.d 5 meter bujur
sangkar, karena setiap siswa membutuhkan satu meja dan satu mesin jahit serta satu loker
untuk menyimpan alat-alat jahit dan alat lainnya. Semua alat haruslah tertata dengan rapi
dan efisien begitu pula dengan alat-alat kecil harus tersedia dalam sebuah kotak.
Ruang kerja yang perlu diperhatikan adalah ruang kerja yang sesuai dengan kebutuhan,
rapi dan menyenangkansehingga tidak menimbulkan kebosanan. Untuk sebuah perusahaan
konveksi yang mempunyai karyawandalam jumlah banyaksangat diajurkan agar disediakan
tempat istirahat atau tempat olahraga ringan di ruangan kerja tersebut. Tempat berbaring
disebuah ruangan terpisah untuk pekerja yang ingin melemaskan otot punggung, selain dari
itu juga kamar kecil dan kamar ganti atau kamar rias sekedarnya harus pula disediakan. Perlu
juga disediakan sebuah kantin, mushala, dan tempat berobat. Dan yang sangat penting
diperhatikan adalah kebersihan seluruh tempat kerja dan juga tempat lainnya sehingga
karyawan merasa betah dan nyaman dalam melakukan aktifitas sehari-hari.
Beberapa manfaat yang dapat diambil dari penerapan tempat kerja yang sesuai dengan
konsep budaya kerja, diantaranya:
1. Tempat kerja menjadi lebih teratur dan efisien, sehingga bila ingin melakukan diversifikasi
produk lebih mudah.
2. Tempat kerja, mesin-mesin dan peralatan yang teratur dan bersih siswa/pekerja akan
termotivasi untuk datang ketempat kerja, sehingga ketidak hadiran dapat dikurangi.
3. Tempat kerja yang terorganisir dan bersih akan lebih meningkatkansemangat kerja siswa
untuk menghasilkan produk yang baik.
4. Tempat kerja yang teratur secara rapih dan bersih akan mengurangi resiko terjadinya
kecelakaan di tempat kerja, dapat menghasilkan proses pemotonganbahan yang tepat waktu.
B. Menyiapkan Bahan
1. Memilih bahan
Bahan atau tekstil mempunyai aneka ragam jenis dan sifatnya. Akibat proses
pembuatan yang berlainan dan bahanmentah (asal bahan) serta zat pelarutnya yang berbeda,
menyebabkan ciri-ciri dan sifat bahan bebeda pula, ada yang kaku, ada yang melansai, yang
lembut, lemas, berat, ringan, tebal, tipis, transparan dan sebagainya. Untuk itu pembelian
bahan atau tekstil harus dilakukan oleh seorang yang ahli dibidang tekstil. Pembelian kain
yang sesuai dengan kebutuhan akan menghindarkan dari kelambatan dalam pemotongan.
Pada waktu pembelian kain, spesifikasi mutu kain harus dinyatakan denganjelas. Spesifikasi
mutu kain tersebut antara lain adalah :
a) Dimensi,meliputiukuranpanjang,lebar,beratdanmungkintebalkain,termasuktoleransinya.
b) Jumlah danjenis cacat yang diperbolehkantiap unit,termasukcara penilaiannya danlembaga
penilai yang ditunjuk jika terjadi perbedaan pendapat.
c) Rincian konstruksi dan sifat kain yang diminta, didasarkan pada laporan uji.
Di samping hal di atas, keserasian antara bahan dengan desain busana sangat perlu
diperhatikan. Siluet pakaian menjadi pertimbangan sebelum kita memilih bahan, apakah
sesuai untuk desain pakaian berkerut, berlipit atau mengembang. Caranya, bahan
digantungkan memanjang dengan dilipit-lipit untuk memperhatikan jatuhnya, begitu pula
untukmemperhatikankasarhalusnyakita raba danberatnyakita timang apakah syarat-syarat
pada desain telah terpenuhi.
Permukaan bahan (tekstur) ada empat karakter: 1) Bila dilihat dari efek pantulan
cahaya dari bahan misalnya berkilau atau kusam; 2) Jika diraba terasa kasar atau halus; 3)
Kalau dipegang terasa berat, ringan, tipis dan kaku; 4) Kesan pada penglihatan adalah mewah
atau sederhana.
Setiap tekstur mempunyai pengaruh terhadap penampilan suatu busana dan bentuk
badan sipemakai, bahan yang berat atau tebal akan menambah bentuk. Bahan yang berkilau
akan menambah besar dari pada bahan tenunan yang permukaan kusam, seperti bahan satin
akan memperbesar bentuk badan dari pada bahan Cape. Maka dari itu kita perlu memilih
bahan yang tepat.
Jika suatu desain memerlukan efek mengembang, pilihlah bahan busana yang dapat
membentuk gelembung dengan wajar. Sebaliknya bila suatu desain memperlihatkan
kelembutan perhatikanlah jangan memakai bahan yang kaku. Bahan tekstil yang bercorak
atau bermotif juga akan ikut berperan membentuk kesan tertentu pada busana atau
sipemakainya. Penyesuaian karakter motif seperti garis-garis atau kotak–kotak akan
memberikan kesan kaku. Maka dari itu desain mengarah kepada kesan sportif, begitu pula
dengan bulatan maka lebih mengarah pada lengkung.
Untuk itu dalam menyiapkan bahanperlu disesuaikan dengan desain, bentuk tubuh,
usia, jenis pakaian serta kesempatan sipemakai.
2. Memeriksa bahan
Memeriksa bahan sebelum dibeli sangat perlu dilakukan. Biasanya untuk memastikan
sifat kain perlu dilakukan pengujian. Uji yang dilakukan disesuaikan dengan tujuan
pemakainya, beberapa pengujiankain yang umum dan biasa dilakukan antara lain adalah :
a. Warna, kesesuaian warna dan tahan luntur warna terhadap pencucian, keringat, gosokan, sinar
matahari, terhadap penyetrikaan, gas tertentu dan air laut.
b. Kestabilan dimensi kain dalam pencucian
c. Ketahanan kusut dan sifat langsai (drape) termasuk sifat kain yang tidak memerlukan
penyetrikaan setelah pencucian (sifat durable press).
d. Kekuatan tarik, sobek dan jebol.
e. Tahan gesekan dan pilling, terutama untuk serat sintetik
f. Sifat nyala api, sebelum atau sesudah beberapa kali pencucian.
g. Lengkungan dan kemiringan benang pada kain.
h. Penyerapan atau tolak air kain sesuai penggunaan.
Disamping memeriksa bahan sebelum membeli, juga diperlukan memeriksa bahan
sebelum dipotong , terlebih terhadap kain yang dibeli dalam bentuk kayu/gulung. Disamping
itu juga sangat diperlukan memeriksa bahan dengan mempertimbangkan segi ekonomis dan
psikologisnya, hal-hal yang perlu diperhatikan adalah :
a. Kesesuaian bahan dengan desain.
b. Berapa ukuran bahanagar bisa dibuat rancanganbahan atau marker, sesuai dengan ukuran
bahan.
c. Pemeriksaan cacat kain, baik cacat bahan, cacat warna atau pun cacat printing, maka yang
cacat supaya ditandai dan dihindari waktu menyusun pola perseorangan.
d. Apakah bahannya menyusut, kalau menyusut direndam terlebih dahulu agar nanti setelah
dipakai dan dicuci ukuran tidak berubah atau bajunya tidak sempit.
e. Apakah bahan yang ada sesuai dengan kesempatan sipemakai, sesuai dengan usia, jenis
kelamin, bentuk tubuh, warna kulit dan lain sebagainya.
f. Produksi massal supaya ditandai atau bila perlu dipotong agar tidak masuk kedalam
penggelaran bahan.
g. Penggelaran bahan–bahan dilakukan panjangnya berdasarkan marker.
C. Meletakkan Pola Di Atas Bahan
Merancang Bahan
Merancang bahanmerupakansalah satu urutanatau tertibkerja dalam membuatpakaian.
Merancang bahan perlu diketahui agar dalam membuat pakaian dapat digunakan bahan
seefisien atau sehemat mungkin, dengan tetap memperhatikan arah serat bahan dan model
yang dikehendaki.
Merancang bahan adalah membuat rancangan/rencana mengenai bahan/kain yang akan
dipergunakan untuk memproduksi suatu model pakaian. Dengankata lain, merancang bahan
adalah menghitung banyaknya bahan yang diperlukan dalam membuat suatu model pakaian.
Cara yang dilakukan adalah denganmeletakkan pola yang telah diberi kampuh di atas bahan
dan diatur sehingga menghasilkan pemakaian bahan yang sehemat mungkin. Ada dua cara
yang dapat dilakukan dalam merancang bahan, yaitu: (1) merancang bahan secara global, (2)
merancang bahan dengan mempergunakan pola-pola kecil
Perbedaan ketiga teknik merancang bahan akan dibahas dalam uraian
sebagai berikut.
a) Merancang bahan secara global.
Merancang bahan secara global adalah menghitung banyak bahan yang diperlukan untuk
membuat suatu model pakaian berdasarkan penghitungan ukuran panjangnya pakaianyang
akan dibuat ditambah panjang lengan (lengan panjang atau pendek, jika pakaian yang akan
dibuat menggunakan lengan), serta kampuh yang dibutuhkan. Pekerjaan merancang bahan
secara global dapat dilakukan oleh orang yang sudah berpengalaman di dalam membuat
pakaian ataupun pemula yang sedang belajar membuat pakaian. Akan tetapi, berdasarkan
pengalaman yang berbeda tersebut, hasil yang diperoleh dari penghitungan bahanrancangan
globalnya akan ada sedikit perbedaan. Dalam arti, hasil penghitungan orang yang sudah
berpengalaman akan menghasilkan rancangan bahan yang lebih sedikit/lebih hemat
dibanding seorang pemula.Haltersebutterjadi karena pada orang yang sudah punya keahlian
menjahitsudahbiasa menata pola sehingga dapatmemperkirakandengantepat.Pada pemula
penghitungannya benar-benar hanya berdasar ukuran panjang kain dan panjang lengan.
Selain itu, orang yang sudah terampil menjahit, selain ukuran panjang pakaian dan lengan,
dia juga mempunyai tambahan pertimbangandalam merancang. Pertimbangan itu meliputi
postur tubuh
seseorang (seperti: gemuk, kurus, panggul besar, dan lain sebagainya), motif bahan, model
bahan, dan lain sebagainya.
Terkadang, apabila Anda akan belajar membuat pakaian denganmempergunakan pola cetak
yang terdapat pada majalah mode, majalah wanita ataupuntabloid, pada pola cetak tersebut
sudah dicantumkan banyaknya bahan yang diperlukan . Hal itu dimaksudkan agar
pembuatannya sesuai dengan model dan ukuran standar yang ditentukan. Dengan demikian,
Anda tidak perlu lagi menghitung kebutuhan bahannya.
Apabila Anda akan membuat pakaian sendiri dan membeli bahan sesuai dengan yang Anda
butuhkan, sebaiknya Anda membuat rancangan bahan. Dengan demikian pada saat
pembelian bahan tidak terjadi kesalahan. Apabila Anda belum mempunyai pengetahuan cara
membuat pola dasar dan pecah pola, maka Anda dapat merencanakan penghitunganbahan
yang dilakukan secara global.
b) Merancang bahan dengan menggunakan pola-pola kecil
Merancang bahan menggunakan pola kecil merupakan tahapandan tertib kerja yang harus
dilalui dalam membuat pakaian, terlebih bagi peserta didik yang masih belajar. Merancang
bahan menggunakan pola-pola kecil adalah membuat rancangan bahan berdasarkan pola
yang sudah diubah sesuai model dengan menggunakan skala kecil. Pola kecil adalah pola
besar/pola pakaian sesungguhnya yang dibuat denganskala kecil. Pada umumnya skala yang
dipergunakan adalah skala 1:4, skala 1:6, dan skala 1:8.
Selain untuk mengetahui bahan yang dipergunakan dalam membuat pakaian, rancangan
bahan ini sangat membantu dalam meletakkan pola pada proses pemotongan. Pembuatan
pola-pola kecil dapat menghasilkan pemakaian bahan sehemat mungkin dengan tetap
memperhatikan kaidah pemakaian bahan dan arah serat kain yang benar.
Langkah awal yang ditempuh sebelum membuat perencanaan adalah:
1) Mengubah pola dasar menjadi pola yang sesuai dengan model yang dikehendaki atau telah
ditentukan.
2) Membuat semua pola-pola bagian busana termasuk lapisan-lapisan yang diperluan sesuai
model pakaiannya.
3) Mengutip tiap-tiap bagian pola tersebut menggunakan kertas dorslag
4) Menggunting tiap-tiap bagian pola yang telah dikutip di kertas dorslag
5) Mempersiapkan kertas payung (yang dianggap sebagai fragmen bahan) denganlebar sesuai
dengan ukuran lebar bahan yang dibutuhkan (misalnya 90 cm, 110 cm, atau 150 cm dengan
menggunakan skala ukuran yang sama dengan yang dipakai untuk membuat pola.) yang
ukurannya sesuai dengan panjang kertas payungnya. Hal itu disebabkan belum diketahui
kebutuhan panjang kain yang diperlukan Kertas t dilipat dua memanjang apabila model
pakaian yang akan dibuat simetris, atau dibentangkan secara keseluruhan/ sebagian jika
model pakaiannya asimetris.
6) Atur/tatalah guntingan pola-pola yang telah dipersiapkan, di atas bahan/kertas payung
tersebut dengan tepat sehingga menghasilkan pemakaian bahan yang sesedikit
mungkin. Adabeberapa hal yang perlu diperhatikan dalam menata pola, di antaranya adalah:
 tempelkan pola-pola yang besar terlebih dahulu, baru kemudian pola-pola yang lebih kecil;
 letakkan pola sesuai dengan arah serat kain yang benar;
 atur pola dengan teliti, perhatikan mana yang harus diletakkan pada lipatan kain, pada tepi
kain, dan sebagainya; dan
 perhatikan tambahan kampuh dan kelim yang diperlukan untuk tiap bagian pola
(7) Apabila telah menemukan susunan/letak pola yang baik, tempelkan tiap-tiap pola sesuai
tempatnya dengan cara memberi lem pada tiap-tiap ujung pola sehingga pola tertempel
dengan baik dan rapi.
Ada kemungkinan Anda tidak merancang bahan dengan pola-pola kecil ini. Kalau itu yang
Anda lakukan, maka dapat langsung menggunakan pola dengan ukuransebenarnya. Namun
pedoman atau petunjuk merancang bahan dengan pola-pola kecil ini tetap perlu untuk
dijadikan pegangan dalam membuat rancangan bahannya. Hal tersebut perlu dimengerti
karena dasar teori rancangan bahannya sama, hanya penerapannya yang berbeda. Dengan
menggunakan pola-pola kecil, kita dapat menghitung banyaknya bahan yang diperlukan,
sedangkan apabila dengan menggunakan pola besar langsung, kita dapat mempergunakan
bahan yang ada sehemat mungkin.
D. MEMOTONG (CUTTING)
Memotong (cutting) bahan yang akan dijahit akan memberi pengaruh yang besar
kepada pembuatanbusana,jika salahpotong akanmenimbulkankerugianbaikdarisegibiaya
maupun waktu.
Resiko ini berlaku untuk memotong busana perorangan atau pun untuk produksi massal.
Bagian pemotongan mempunyai pengaruh yang besar pada biaya pembuatan garmen, karena
di bagian pemotongan ini apabila terjadi kesalahan potong akan mengakibatkan potongan
kain tersebut tidak bisa diperbaiki.
Pada dasarnya,semua perusahaangarmenmempunyaialurprosesproduksi yang sama dalam
menghasilkan potongan kain yang siap jahit, baik perusahaan kecil atau besar, hanya tingkat
operasi teknologi saja yang berbeda.
Tujuan pemotongan kain adalah untuk memisahkan bagian-bagian lapisan kain sesuai
dengan pola pada rancangan bahan/marker. Hasil potongan kain yang baik adalah yang hasil
potongannya bersih, pinggiran kain hasil potongan tidak saling menempel, tetapi terputus
satu dengan yang lainnya.
Proses dalam memotong (cutting) adalah sebagai berikut:
a) Menyiapkan tempat dan alat-alat yang diperlukan
Alat-alat yang diperlukan yaitu berupa meja potong dengan ukuruan sekitar 2m x 0,8m;
gunting /alatpotong; alatuntukmemberitanda seperti kapurjahit,rader, karbonjahit, pensil
merah biru; dan alat bantu jarum pentul.
b) Menyiapkan bahan
1) Memilih bahan
Keserasian antara bahan dengan desain perlu diperhatikan sebelum memilih bahan serta
perlu diuji daya lansainya, apakah sesuai untuk model pakaian berkerut, lipit atau
mengembang.
Caranya, bahan digantungkan memanjang dengan dilipit-lipit untuk memperhatikan
jatuhnya bahan,serta untukmemperhatikankasarhalusnyabahanbisa dengandiraba apakah
syarat-syarat pada desain terpenuhi. Jika desain memerlukan efek mengembang sebaiknya
pilih bahan yang dapat membentuk gelembung dengan wajar. Sebaliknya jika desain
memperlihatkan tekstur lembut maka jangan memakai bahan yang kaku.
2) Memeriksa bahan
Sebelum bahan dipotong atau digunting perlu dilakukan pemeriksaan bahan. Hal-hal yang
perlu diperhatikan adalah:
 Kesesuaian bahan dengan desain.
 Ukuran lebar kain agar bisa dibuat rancangan bahan.
 Pemeriksaancacatkainseperti cacatbahan,cacatwarna,ataupuncacatprinting sehingga bisa
ditandai dan dihindari saat menyusun pola
 Apakah bahannya menyusut. Jika menyusut sebaiknya bahan direndam agar setelah dipakai
dan dicuci ukuran baju tidak mengalami perubahan.
3) Teknik menggunting
 Bahan dilipat dua di atas meja potong.
 Pola-pola disusun dengan pedoman rancangan bahan dengan bantuan jarum pentul.
 Menggunting bahan. Jika menggunting dengan tangan kanan maka tangankiri diletakkan di
atas kain yang akan digunting.
 Bahan tidak boleh diangkat pada saat menggunting.
 Pola yang terlebih dahulu digunting adalah pola-pola yang besar seperti pola badan dan pola
lengan. Setelah itu baru menggunting pola-pola yang kecil seperti kerah dan lapisan leher.
 Sebelum pola dilepaskan dari bahan, beri tanda-tanda pola dan batas-batas kampuh terlebih
dahulu. Caranya denganmenggunakankapur jahit, rader dan karbon jahit, pensil kapur dan
sebagainya. Cara pemakaian rader yaitu jika bahan baik keluar maka karbon dilipat dua dan
bagian yang memberikanefek bekas dibagian luar diletakkandiantara dua bahan atau bagian
buruk bahan. Lalu dirader pada batas kampuh atau garis kupnat. Setelah itu baru pola
dilepaskan dari kain.
Ketika proses pemotongan diperlukan alat bantu seperti alat untuk memberi tanda
seperti tanda kampuh. Jika kampuh pakaian yang dipotong sudah standar sesuai dengan
produk yang akan dibuat, hal ini sudah diketahui operator penjahitan sehingga tidak
memerlukan tanda, dan kalau ada tanda-tanda yang khusus seperti kupnat hanya dengan
memberi titik pada ujung atau sudutnya dengan lubang halus dan tanda lainnya yang sudah
dipahami bersama.
Teknik/strategi memotong juga perlu diperhatikan, misalnya sebelum memotong
sudah disiapkan semua pola sampai pada komponen–komponen yang kecil-kecil. Bahan
sudah diperiksa dan bila tidak lurus diluruskan bila susah meluruskannya dapat dengan cara
menarik satu benang kemudian dipotong pada bekas tarikan benang tersebut. Jika bahannya
tidak rata maka ditarik dua sudut dengan arah diagonal sehingga hasilnya rata dengan sudut
900 langkahnya sebagai berikut.
1. Bahandilipatdua di atas meja potong denganposisi bagianbaikbahankeluaratau sebaliknya.
2. Pola–pola disusun dengan pedoman rancangan bahan dengan bantuan jarum pentul.
3. Setelah semua diletakkan baru dipotong, jika memotong dengan tangan/menggunakan
gunting biasa, gunting dipegang dengantangan kanan dan tangan kiri diletakkan rata di atas
kain dekat bahan yang digunting atau sebaliknya.
4. Bahan tidak boleh diangkat pada saat menggunting karena hal ini akan menyebabkanhasil
guntingan tidak sesuai dengan bentuk pola. Guntinglah bagian–bagian yang besar terlebih
dahulu seperti pola bagian muka dan pola bagian belakang, pola lengan, setelah itu bagian
yang kecil–kecil, seperti kerah, lapisan leher dan sebagainya. Hasil guntingan harus rata dan
rapi. Sisa–sisa guntingan atau perca disisihkan sehingga meja dan ruangan tetap bersih.
Usahakan pola atau perca tidak berantakan/berserakan baik di atas meja maupun di bawah
meja.
5. Sebelum pola di lepaskan tanda–tanda pola dan batas–batas kampuh dipindahkan, cara
memindahkannya bermacam–macam antara lain menggunakan kapur jahit, rader dan
karbon jahit,
E. Memindahkan Tanda-Tanda Pola
Setelah bahan digunting, bentuk pola dipindahkan pada bahan dan tanda-tanda pola yang
lainnya kadang-kadang juga perlu dipindahkan.
Alat-alat yang digunakan untuk memberi tanda pada bahan adalah :
1. rader
Rader biasanya digunakan berpasangan dengan karbon jahit, rader ada yang memakai gigi
dan ada yang licin. Waktu pemakaian rader rodanya dapat dipergunakan dengan lancar dan
tidak oleng dan hasilnya dapat memberikan bekas yang rapi
2. karbon jahit
Karbon jahit yang dipakai yaitu karbon jahit yang khusus untuk kain. Warna karbon
bermacam-macam ada berwarna putih, kuning, hijau, merah. Jangan memakai karbonmesin
tik karena karbon mesin tik tidak dapat hilang walaupun sudah dicuci.
3.
Pemilihan alat pemberi tanda ini disesuaikan dengan jenis bahan yang akan diberi
tanda (dipotong) seperti tenunan berat, tebal, tenunan tipis ataupun ringan serta tembus
pandang dan sebagainya. Berikut ini akan dijelaskan penggunaan dari masing-masing alat
pemberi tanda serta cara pemindahan tanda-tanda pola :
1. Memindahkan tanda dengan rader dan karbon jahit.
Rader bergigi digunakan untuk kain yang berat dan tebal serta sedang dan rader yang licin
(tanpa gigi) untuk bahan dengan tenunan tipis (ringan) sampai sedang. Sebaiknya sewaktu
penggunaan rader meja kerja dialas dengan karton agar meja tidak rusak oleh tekanan rader.
Pemakaian rader dikombinasikan dengan karbonjahit yang mana car pemakaiannya adalah,
bila bahan bagian baik keluar, karbon dilipat dua bagian yang memberi efek bekasnya diluar
diletakkandiantara dua bahanatau bagianburukbahan,danjika bagianbaikkedalam karbon
dilipat kedalam kemudian diapitkan pada bahan, lalu dirader pada batas kampuh atau garis
kupnat dan sebagainya, jangan ditekan terlalu keras, cukup asal memberi bekas, bila sudah
selesai dirader barulah pola dilepas dari kain. Bagian buruk bahan berhadapan dan karbon
jahitdiletakkandiantaranya,sehinggasetelah ditekandenganraderakanmeninggalkanbekas
rader pada kedua bagian buruk bahan. Jika melipat bahan yang bagian buruk di dalam atau
bagian baik bahan berhadapan, maka karbon diletakkan masing-masing pada bagian buruk
bahan (karban dilipatkan). Warna karbon dipilih yang dekat atau bertingkat dengan warna
bahan agar tidak memberi bekas yang tajam. Janganlah memakai karbon tik, karena tidak
hilang bila dicuci, tetapi gunakanlah karbon khusus untuk memberi tanda bahan
pakaian(karbon jahit)
Kalau dengan rader yang dipakai adalah karbon jahit.
2. Menggunakan kapur jahit dan pensil kapur
Penggunaan kapur jahit sebagai pemindahan tanda-tanda pola apabila tidak dapat diberi
tanda dengan karbon, misalnya bahantebal seperti wool, atau bila pembuatan pola langsung
di atas bahan.
Pemakaian pensil kapur sama dengan kapur jahit dan hasilnya penggunaan pensil kapur
garisnya lebih halus dan lebih rapi, bekas kapur jahit atau pun pensil kapur dapat hilang bila
dicuci.
3. Memakai lilin jahit
Memberi tanda-tanda dengan lilin pada bagian dalam bahan pakaian, lilin jahit tidak hilang
waktu dicuci dan atau diseterika, jadi usahakanlah dipakai bila perlu saja, lilin jahit dapat
diganti dengan sisa sabun mandi. Lilin jahit juga ada yang putih dan ada juga berwarna.
4. Memakai tusuk jelujur.
Tusuk jelujur digunakan untuk memberi tanda pada bahan yang halus, seperti sutra. Hal ini
dilakukan agan bahan tetap bersih. Caranya adalah, pada garis pola dijahit dengan teknik
jelujur, ketika menjahit dengan mesin, jahit jelujur inilah yang dipedomani.
Darisemua cara diatasyang banyakdipakaiuntukmemberitanda adalah menggunakanrader
dengan karbon jahit dan kapur jahit, karena ini lebih praktis dan tidak terlalu banyak noda
asal sesuai dengan cara pemakaian yang benar. Jika menggunakankapur jahit terlalu kuat
atau kasar, apalagi warnanya kontras dengan warna bahan pakaian hasilnya akan
mengecewakan.Untukitu berhati-hatilahdidalam memberitanda,supayahasilnyalebih rapi.
..
Diposkan oleh Kantor kedua ku di 19.40 Tidak adakomentar:
Kirimkan Ini lewat EmailBlogThis!Berbagike TwitterBerbagike FacebookBagikanke Pinterest
Label: Membuat Busana Bayi
Rabu, 01 September 2010
SULAMAN BAYANGAN
Sulaman bayanganmerupakan jenis sulaman yang cukup unik, karena hiasannya diperoleh
dari bayangan suatu motif yang diisi dengan tusuk flanel. Karena yang berfungsi
bayangannya, maka kain yang digunakan sebaiknya tidak terlalu tebal, sehingga motif
bayangan akan nampak jelas, akan lebih baik bila kain yang digunakan adalah kain yang
tembus terang hingga bayangan motif akan nampak jelas. Motif untuk sulaman bayangan
sebaiknya tidak terlalu besar, dan tidak terlalu rumit, karena hanya tusuk flanel yang
digunakan.
Penyelesaiangambardesainsulamaninisangatmudah yaknidilakukandengancara memberi
warna dasar dan pada motifnya diberi warna yang lebih tinggi valuenya, demikian pula tepi
motif dengan garis terputus-putus, seperti tusuk jelujur. Dan pembuatan gambar kerja cukup
dengan membuat garis-garis tusuk flannel yang penuh untuk setiap motif hias.
Diposkan oleh Kantor kedua ku di 23.29 Tidak ada komentar:
Kirimkan Ini lewat EmailBlogThis!Berbagike TwitterBerbagike FacebookBagikanke Pinterest
Label: Sulaman Putih
SULAMAN RICHELIUE
Jenis sulaman ini disebut juga sulaman terbuka, karena motifnya ditandai dengan adanya
rentangan-rentangan benang sebagai garis penghubung pada motifnya yang diberi
istilah brides. Garis penghubung ini dapat diletakkan di dalam motif atau sebagai
penghubung di antara motif. Pada bagian-bagian yang diberi brides dilubangi sehingga
membentuk motif yang berlubang.
Ciri laindari sulaman richelieu ini,pada bagian–bagianyangdiberibrides dilubangi,sehingga
membentuk motif kerancang yang sangat menarik. Untuk mencegah rentangan penghubung
ini tidak cepat putus atau terkait, sebaiknya garis penghubung dibuat jangan terlalu panjang.
Motif hiasuntuksulamanRechelieu dapatdiambildarirenggaanbentukbunga,ataubinatang
seperti kupu-kupu. Sulaman rechelieu seluruhnya dikerjakan dengan menggunakan tusuk
feston rapat
Teknik pewarnaan pada gambar desain sulaman richelieu, sama dengan sulaman Inggris,
pada bagian yang berlubang diberi warna yang valuenya lebih tinggi atau rendah dari warna
dasarnya, demikian pula untuk garis penghubung dan tepi motif.
Contoh desain sulaman Richelieu :
Contoh gambar kerja Sulaman Richeliue
Cara mengerjakan sulaman rishelieu:
a. Motif dijelujur sambil merentangkan benang untuk brides (tren)’
b. Brides (tren) adalah benang yang direntangkan 2 atau 3 kali balikan dan berkas benang itu
dibalut dengan tusuk feston yang tidak boleh tembus di kain.
c. Tiap-tiap garis motif diselesaikan dengan tusuk feston yang rapat.Pada bagian lubang kepala
feston harus menghadap kelubang.
d. Bagian yang tidak berlubang kepela feston menghadap keluar.
e. Setelah semua motif selesai di feston maka bagian yang seharusnya berlubang digunting
dengan hati-hati, jangan sampai bridesnya ikut tergunting.
f. Dapat pula dalam mengerjakan rechelie ini lubang-lubang digunting terlebih dahulu setelah
dijelujur, baru feston dan bridesnya dikerjakan. Hal ini menjaga supaya bridesnya tidak ikut
tergunting.
Diposkan oleh Kantor kedua ku di 23.14 Tidak adakomentar:
Kirimkan Ini lewat EmailBlogThis!Berbagike TwitterBerbagike FacebookBagikanke Pinterest
Label: Sulaman Putih
Beranda
Langganan: Entri (Atom)
Free Blog Content
Mengenai Saya
Kantor kedua ku
Lihat profil lengkapku
Arsip Blog
 ▼ 2011 (4)
o ▼ Desember (1)
 opo yo
o ► Maret (3)
 ► 2010 (3)
ASTUTI BLOG
Pengikut
Template Tanda Air. Diberdayakan oleh Blogger.

More Related Content

Viewers also liked

Teknik pewarnaan kering
Teknik pewarnaan keringTeknik pewarnaan kering
Teknik pewarnaan kering
lina umsikhatun
 
4525 kst-tata busana
4525 kst-tata busana4525 kst-tata busana
4525 kst-tata busana
yoza fitriadi
 
Prakarya Kewirausaaan-Klasifikasi Tekstil
Prakarya Kewirausaaan-Klasifikasi TekstilPrakarya Kewirausaaan-Klasifikasi Tekstil
Prakarya Kewirausaaan-Klasifikasi Tekstil
brilliansayekti
 
Handbook Kria Tekstil | Jilid 3
Handbook Kria Tekstil | Jilid 3Handbook Kria Tekstil | Jilid 3
Handbook Kria Tekstil | Jilid 3
walidumar
 
Handbook Kria Tekstil | Jilid 1
Handbook Kria Tekstil | Jilid 1Handbook Kria Tekstil | Jilid 1
Handbook Kria Tekstil | Jilid 1
walidumar
 
Gambar ragam hias geometris
Gambar  ragam hias geometrisGambar  ragam hias geometris
Gambar ragam hias geometris
Siti Mujlifah Ifah Sii'Siti Hhaha
 
Gambar ornamen
Gambar ornamenGambar ornamen
Gambar ornamen
ANN Novianti
 
Handbook Kria Tekstil | Jilid 2
Handbook Kria Tekstil | Jilid 2Handbook Kria Tekstil | Jilid 2
Handbook Kria Tekstil | Jilid 2
walidumar
 
NIRMANA MODE by Danuwidi
NIRMANA MODE by DanuwidiNIRMANA MODE by Danuwidi
NIRMANA MODE by Danuwidi
Danu Widiantoro
 
lingerie (long torso/breast up)
lingerie (long torso/breast up)lingerie (long torso/breast up)
lingerie (long torso/breast up)Tie Ariwibowo
 
Tgs ppt
Tgs pptTgs ppt
Tgs pptzeea
 
Decorate clothing
Decorate clothingDecorate clothing
Decorate clothing
Lastri Simangunsong
 
Handicraft
HandicraftHandicraft
Handicraft
Fakhruddin Badshah
 
Handicraft (2)
Handicraft (2)Handicraft (2)
Handicraft (2)
myzelbaltazar
 
Indian handicraft ppt
Indian handicraft pptIndian handicraft ppt
Indian handicraft ppt
rashmi_1214
 
K TO 12 T.L.E MODULE GRADE 8
K TO 12 T.L.E MODULE GRADE 8K TO 12 T.L.E MODULE GRADE 8
K TO 12 T.L.E MODULE GRADE 8
christian gurion
 
Menggambar Bunga dengan Teknik Kering Pensil Warna
Menggambar Bunga dengan Teknik Kering Pensil WarnaMenggambar Bunga dengan Teknik Kering Pensil Warna
Menggambar Bunga dengan Teknik Kering Pensil Warna
novita fadillah
 
K-12 Module in T.L.E. Grade 8 Second Grading (Handicrafts)
K-12 Module in T.L.E. Grade 8 Second Grading (Handicrafts)K-12 Module in T.L.E. Grade 8 Second Grading (Handicrafts)
K-12 Module in T.L.E. Grade 8 Second Grading (Handicrafts)
Daniel Manaog
 
State of the Word 2011
State of the Word 2011State of the Word 2011
State of the Word 2011
photomatt
 

Viewers also liked (19)

Teknik pewarnaan kering
Teknik pewarnaan keringTeknik pewarnaan kering
Teknik pewarnaan kering
 
4525 kst-tata busana
4525 kst-tata busana4525 kst-tata busana
4525 kst-tata busana
 
Prakarya Kewirausaaan-Klasifikasi Tekstil
Prakarya Kewirausaaan-Klasifikasi TekstilPrakarya Kewirausaaan-Klasifikasi Tekstil
Prakarya Kewirausaaan-Klasifikasi Tekstil
 
Handbook Kria Tekstil | Jilid 3
Handbook Kria Tekstil | Jilid 3Handbook Kria Tekstil | Jilid 3
Handbook Kria Tekstil | Jilid 3
 
Handbook Kria Tekstil | Jilid 1
Handbook Kria Tekstil | Jilid 1Handbook Kria Tekstil | Jilid 1
Handbook Kria Tekstil | Jilid 1
 
Gambar ragam hias geometris
Gambar  ragam hias geometrisGambar  ragam hias geometris
Gambar ragam hias geometris
 
Gambar ornamen
Gambar ornamenGambar ornamen
Gambar ornamen
 
Handbook Kria Tekstil | Jilid 2
Handbook Kria Tekstil | Jilid 2Handbook Kria Tekstil | Jilid 2
Handbook Kria Tekstil | Jilid 2
 
NIRMANA MODE by Danuwidi
NIRMANA MODE by DanuwidiNIRMANA MODE by Danuwidi
NIRMANA MODE by Danuwidi
 
lingerie (long torso/breast up)
lingerie (long torso/breast up)lingerie (long torso/breast up)
lingerie (long torso/breast up)
 
Tgs ppt
Tgs pptTgs ppt
Tgs ppt
 
Decorate clothing
Decorate clothingDecorate clothing
Decorate clothing
 
Handicraft
HandicraftHandicraft
Handicraft
 
Handicraft (2)
Handicraft (2)Handicraft (2)
Handicraft (2)
 
Indian handicraft ppt
Indian handicraft pptIndian handicraft ppt
Indian handicraft ppt
 
K TO 12 T.L.E MODULE GRADE 8
K TO 12 T.L.E MODULE GRADE 8K TO 12 T.L.E MODULE GRADE 8
K TO 12 T.L.E MODULE GRADE 8
 
Menggambar Bunga dengan Teknik Kering Pensil Warna
Menggambar Bunga dengan Teknik Kering Pensil WarnaMenggambar Bunga dengan Teknik Kering Pensil Warna
Menggambar Bunga dengan Teknik Kering Pensil Warna
 
K-12 Module in T.L.E. Grade 8 Second Grading (Handicrafts)
K-12 Module in T.L.E. Grade 8 Second Grading (Handicrafts)K-12 Module in T.L.E. Grade 8 Second Grading (Handicrafts)
K-12 Module in T.L.E. Grade 8 Second Grading (Handicrafts)
 
State of the Word 2011
State of the Word 2011State of the Word 2011
State of the Word 2011
 

Recently uploaded

SOAL ASAS SENI MUSIK kelas 2 semester 2 kurikulum merdeka
SOAL ASAS SENI MUSIK kelas 2 semester 2 kurikulum merdekaSOAL ASAS SENI MUSIK kelas 2 semester 2 kurikulum merdeka
SOAL ASAS SENI MUSIK kelas 2 semester 2 kurikulum merdeka
NiaTazmia2
 
Media Pembelajaran kelas 3 SD Materi konsep 8 arah mata angin
Media Pembelajaran kelas 3 SD Materi konsep 8 arah mata anginMedia Pembelajaran kelas 3 SD Materi konsep 8 arah mata angin
Media Pembelajaran kelas 3 SD Materi konsep 8 arah mata angin
margagurifma2023
 
Modul Ajar Bahasa Inggris Kelas 10 Fase E Kurikulum Merdeka
Modul Ajar Bahasa Inggris Kelas 10 Fase E Kurikulum MerdekaModul Ajar Bahasa Inggris Kelas 10 Fase E Kurikulum Merdeka
Modul Ajar Bahasa Inggris Kelas 10 Fase E Kurikulum Merdeka
Fathan Emran
 
Tokoh Pendidikan Universitas Negeri Jakarta.pdf
Tokoh Pendidikan Universitas Negeri Jakarta.pdfTokoh Pendidikan Universitas Negeri Jakarta.pdf
Tokoh Pendidikan Universitas Negeri Jakarta.pdf
Mutia Rini Siregar
 
SINOPSIS, TEMA DAN PERSOALAN NOVEL MENITI IMPIAN
SINOPSIS, TEMA DAN PERSOALAN NOVEL MENITI IMPIANSINOPSIS, TEMA DAN PERSOALAN NOVEL MENITI IMPIAN
SINOPSIS, TEMA DAN PERSOALAN NOVEL MENITI IMPIAN
NanieIbrahim
 
RENCANA TINDAK LANJUT (RTL) PASCA PELATIHAN.pptx
RENCANA TINDAK LANJUT (RTL) PASCA PELATIHAN.pptxRENCANA TINDAK LANJUT (RTL) PASCA PELATIHAN.pptx
RENCANA TINDAK LANJUT (RTL) PASCA PELATIHAN.pptx
mukminbdk
 
Juknis Materi KSM Kabkota - Pendaftaran[1].pdf
Juknis Materi KSM Kabkota - Pendaftaran[1].pdfJuknis Materi KSM Kabkota - Pendaftaran[1].pdf
Juknis Materi KSM Kabkota - Pendaftaran[1].pdf
HendraSagita2
 
MODUL AJAR MAT LANJUT KELAS XI FASE F.pdf
MODUL AJAR MAT LANJUT KELAS XI FASE F.pdfMODUL AJAR MAT LANJUT KELAS XI FASE F.pdf
MODUL AJAR MAT LANJUT KELAS XI FASE F.pdf
sitispd78
 
Modul Ajar Matematika Kelas 8 Fase D Kurikulum Merdeka - [abdiera.com]
Modul Ajar Matematika Kelas 8 Fase D Kurikulum Merdeka - [abdiera.com]Modul Ajar Matematika Kelas 8 Fase D Kurikulum Merdeka - [abdiera.com]
Modul Ajar Matematika Kelas 8 Fase D Kurikulum Merdeka - [abdiera.com]
Fathan Emran
 
Kisi-kisi PAT IPS Kelas 8 semester 2.pdf
Kisi-kisi PAT IPS Kelas 8 semester 2.pdfKisi-kisi PAT IPS Kelas 8 semester 2.pdf
Kisi-kisi PAT IPS Kelas 8 semester 2.pdf
indraayurestuw
 
Pemaparan budaya positif di sekolah.pptx
Pemaparan budaya positif di sekolah.pptxPemaparan budaya positif di sekolah.pptx
Pemaparan budaya positif di sekolah.pptx
maulatamah
 
KONSEP TEORI TERAPI KOMPLEMENTER - KELAS B KELOMPOK 10.pdf
KONSEP TEORI TERAPI KOMPLEMENTER - KELAS B KELOMPOK 10.pdfKONSEP TEORI TERAPI KOMPLEMENTER - KELAS B KELOMPOK 10.pdf
KONSEP TEORI TERAPI KOMPLEMENTER - KELAS B KELOMPOK 10.pdf
AsyeraPerangin1
 
FORMAT PPT RANGKAIAN PROGRAM KERJA KM 7.pptx
FORMAT PPT RANGKAIAN PROGRAM KERJA KM 7.pptxFORMAT PPT RANGKAIAN PROGRAM KERJA KM 7.pptx
FORMAT PPT RANGKAIAN PROGRAM KERJA KM 7.pptx
NavaldiMalau
 
Modul Ajar Statistika Data Fase F kelas
Modul Ajar Statistika Data Fase F  kelasModul Ajar Statistika Data Fase F  kelas
Modul Ajar Statistika Data Fase F kelas
ananda238570
 
GERAKAN KERJASAMA DAN BEBERAPA INSTRUMEN NASIONAL PENCEGAHAN KORUPSI.pptx
GERAKAN KERJASAMA DAN BEBERAPA INSTRUMEN NASIONAL PENCEGAHAN KORUPSI.pptxGERAKAN KERJASAMA DAN BEBERAPA INSTRUMEN NASIONAL PENCEGAHAN KORUPSI.pptx
GERAKAN KERJASAMA DAN BEBERAPA INSTRUMEN NASIONAL PENCEGAHAN KORUPSI.pptx
fildiausmayusuf1
 
Materi 1_Bagaimana Kita Memaknai Sekolah yang Berkualitas_ (ss versi kab_kot)...
Materi 1_Bagaimana Kita Memaknai Sekolah yang Berkualitas_ (ss versi kab_kot)...Materi 1_Bagaimana Kita Memaknai Sekolah yang Berkualitas_ (ss versi kab_kot)...
Materi 1_Bagaimana Kita Memaknai Sekolah yang Berkualitas_ (ss versi kab_kot)...
ahyani72
 
SAINS TINGKATAN 4 BAB 11 DAYA DAN GERAKAN
SAINS TINGKATAN 4 BAB 11 DAYA DAN GERAKANSAINS TINGKATAN 4 BAB 11 DAYA DAN GERAKAN
SAINS TINGKATAN 4 BAB 11 DAYA DAN GERAKAN
NURULNAHARIAHBINTIAH
 
Ppt landasan pendidikan Pai 9 _20240604_231000_0000.pdf
Ppt landasan pendidikan Pai 9 _20240604_231000_0000.pdfPpt landasan pendidikan Pai 9 _20240604_231000_0000.pdf
Ppt landasan pendidikan Pai 9 _20240604_231000_0000.pdf
fadlurrahman260903
 
JUKNIS SOSIALIASI PPDB JATENG 2024/2025.PDF
JUKNIS SOSIALIASI PPDB JATENG 2024/2025.PDFJUKNIS SOSIALIASI PPDB JATENG 2024/2025.PDF
JUKNIS SOSIALIASI PPDB JATENG 2024/2025.PDF
budimoko2
 
MODUL P5 FASE B KELAS 4 MEMBUAT COBRICK.pdf
MODUL P5 FASE B KELAS 4 MEMBUAT COBRICK.pdfMODUL P5 FASE B KELAS 4 MEMBUAT COBRICK.pdf
MODUL P5 FASE B KELAS 4 MEMBUAT COBRICK.pdf
YuristaAndriyani1
 

Recently uploaded (20)

SOAL ASAS SENI MUSIK kelas 2 semester 2 kurikulum merdeka
SOAL ASAS SENI MUSIK kelas 2 semester 2 kurikulum merdekaSOAL ASAS SENI MUSIK kelas 2 semester 2 kurikulum merdeka
SOAL ASAS SENI MUSIK kelas 2 semester 2 kurikulum merdeka
 
Media Pembelajaran kelas 3 SD Materi konsep 8 arah mata angin
Media Pembelajaran kelas 3 SD Materi konsep 8 arah mata anginMedia Pembelajaran kelas 3 SD Materi konsep 8 arah mata angin
Media Pembelajaran kelas 3 SD Materi konsep 8 arah mata angin
 
Modul Ajar Bahasa Inggris Kelas 10 Fase E Kurikulum Merdeka
Modul Ajar Bahasa Inggris Kelas 10 Fase E Kurikulum MerdekaModul Ajar Bahasa Inggris Kelas 10 Fase E Kurikulum Merdeka
Modul Ajar Bahasa Inggris Kelas 10 Fase E Kurikulum Merdeka
 
Tokoh Pendidikan Universitas Negeri Jakarta.pdf
Tokoh Pendidikan Universitas Negeri Jakarta.pdfTokoh Pendidikan Universitas Negeri Jakarta.pdf
Tokoh Pendidikan Universitas Negeri Jakarta.pdf
 
SINOPSIS, TEMA DAN PERSOALAN NOVEL MENITI IMPIAN
SINOPSIS, TEMA DAN PERSOALAN NOVEL MENITI IMPIANSINOPSIS, TEMA DAN PERSOALAN NOVEL MENITI IMPIAN
SINOPSIS, TEMA DAN PERSOALAN NOVEL MENITI IMPIAN
 
RENCANA TINDAK LANJUT (RTL) PASCA PELATIHAN.pptx
RENCANA TINDAK LANJUT (RTL) PASCA PELATIHAN.pptxRENCANA TINDAK LANJUT (RTL) PASCA PELATIHAN.pptx
RENCANA TINDAK LANJUT (RTL) PASCA PELATIHAN.pptx
 
Juknis Materi KSM Kabkota - Pendaftaran[1].pdf
Juknis Materi KSM Kabkota - Pendaftaran[1].pdfJuknis Materi KSM Kabkota - Pendaftaran[1].pdf
Juknis Materi KSM Kabkota - Pendaftaran[1].pdf
 
MODUL AJAR MAT LANJUT KELAS XI FASE F.pdf
MODUL AJAR MAT LANJUT KELAS XI FASE F.pdfMODUL AJAR MAT LANJUT KELAS XI FASE F.pdf
MODUL AJAR MAT LANJUT KELAS XI FASE F.pdf
 
Modul Ajar Matematika Kelas 8 Fase D Kurikulum Merdeka - [abdiera.com]
Modul Ajar Matematika Kelas 8 Fase D Kurikulum Merdeka - [abdiera.com]Modul Ajar Matematika Kelas 8 Fase D Kurikulum Merdeka - [abdiera.com]
Modul Ajar Matematika Kelas 8 Fase D Kurikulum Merdeka - [abdiera.com]
 
Kisi-kisi PAT IPS Kelas 8 semester 2.pdf
Kisi-kisi PAT IPS Kelas 8 semester 2.pdfKisi-kisi PAT IPS Kelas 8 semester 2.pdf
Kisi-kisi PAT IPS Kelas 8 semester 2.pdf
 
Pemaparan budaya positif di sekolah.pptx
Pemaparan budaya positif di sekolah.pptxPemaparan budaya positif di sekolah.pptx
Pemaparan budaya positif di sekolah.pptx
 
KONSEP TEORI TERAPI KOMPLEMENTER - KELAS B KELOMPOK 10.pdf
KONSEP TEORI TERAPI KOMPLEMENTER - KELAS B KELOMPOK 10.pdfKONSEP TEORI TERAPI KOMPLEMENTER - KELAS B KELOMPOK 10.pdf
KONSEP TEORI TERAPI KOMPLEMENTER - KELAS B KELOMPOK 10.pdf
 
FORMAT PPT RANGKAIAN PROGRAM KERJA KM 7.pptx
FORMAT PPT RANGKAIAN PROGRAM KERJA KM 7.pptxFORMAT PPT RANGKAIAN PROGRAM KERJA KM 7.pptx
FORMAT PPT RANGKAIAN PROGRAM KERJA KM 7.pptx
 
Modul Ajar Statistika Data Fase F kelas
Modul Ajar Statistika Data Fase F  kelasModul Ajar Statistika Data Fase F  kelas
Modul Ajar Statistika Data Fase F kelas
 
GERAKAN KERJASAMA DAN BEBERAPA INSTRUMEN NASIONAL PENCEGAHAN KORUPSI.pptx
GERAKAN KERJASAMA DAN BEBERAPA INSTRUMEN NASIONAL PENCEGAHAN KORUPSI.pptxGERAKAN KERJASAMA DAN BEBERAPA INSTRUMEN NASIONAL PENCEGAHAN KORUPSI.pptx
GERAKAN KERJASAMA DAN BEBERAPA INSTRUMEN NASIONAL PENCEGAHAN KORUPSI.pptx
 
Materi 1_Bagaimana Kita Memaknai Sekolah yang Berkualitas_ (ss versi kab_kot)...
Materi 1_Bagaimana Kita Memaknai Sekolah yang Berkualitas_ (ss versi kab_kot)...Materi 1_Bagaimana Kita Memaknai Sekolah yang Berkualitas_ (ss versi kab_kot)...
Materi 1_Bagaimana Kita Memaknai Sekolah yang Berkualitas_ (ss versi kab_kot)...
 
SAINS TINGKATAN 4 BAB 11 DAYA DAN GERAKAN
SAINS TINGKATAN 4 BAB 11 DAYA DAN GERAKANSAINS TINGKATAN 4 BAB 11 DAYA DAN GERAKAN
SAINS TINGKATAN 4 BAB 11 DAYA DAN GERAKAN
 
Ppt landasan pendidikan Pai 9 _20240604_231000_0000.pdf
Ppt landasan pendidikan Pai 9 _20240604_231000_0000.pdfPpt landasan pendidikan Pai 9 _20240604_231000_0000.pdf
Ppt landasan pendidikan Pai 9 _20240604_231000_0000.pdf
 
JUKNIS SOSIALIASI PPDB JATENG 2024/2025.PDF
JUKNIS SOSIALIASI PPDB JATENG 2024/2025.PDFJUKNIS SOSIALIASI PPDB JATENG 2024/2025.PDF
JUKNIS SOSIALIASI PPDB JATENG 2024/2025.PDF
 
MODUL P5 FASE B KELAS 4 MEMBUAT COBRICK.pdf
MODUL P5 FASE B KELAS 4 MEMBUAT COBRICK.pdfMODUL P5 FASE B KELAS 4 MEMBUAT COBRICK.pdf
MODUL P5 FASE B KELAS 4 MEMBUAT COBRICK.pdf
 

Astuti

  • 1. ASTUTI'S BLOG Minggu, 18 Desember 2011 opo yo anak-anak bisa dopwnload materi di sini Diposkan oleh Kantor kedua ku di 22.57 Tidak ada komentar: Kirimkan Ini lewat EmailBlogThis!Berbagike TwitterBerbagike FacebookBagikanke Pinterest Sabtu, 19 Maret 2011 Sulaman bebas cara........ Diposkan oleh Kantor kedua ku di 01.06 Tidak ada komentar: Kirimkan Ini lewat EmailBlogThis!Berbagike TwitterBerbagike FacebookBagikanke Pinterest Label: Sulaman Putih Tusuk hias Untuk membuat.......... Diposkan oleh Kantor kedua ku di 00.55 Tidak ada komentar: Kirimkan Ini lewat EmailBlogThis!Berbagike TwitterBerbagike FacebookBagikanke Pinterest Label: Membuat hiasan Selasa, 15 Maret 2011 POLA HIASAN BUSANA POLA HIASAN Dari berbagai pola hias yang dapat kita jumpai dalam desain hiasan baik untuk busana maupun untuk lenan rumah tangga, terdapat beberapa di antaranya sudah merupakan bentuk–bentuk baku. Dalam pembuatan desain pola (motif) hias, perlu diperhatikan mengenaigaris-garisdanwarnayang digunakan.Gunakangaristebaltipis untukmemberikan kesan selesai dan garis lengkung untuk memperoleh kesan lembut, luwes dan tidak kaku. Bentuk pola hias mencakup bentuk–bentuksebagai berikut : pola serak atau pola tabur, pola berangkai, pola pinggiran, pola bentuk bebas dan pola hiasan bidang. A. Pola serak atau pola tabur Pola serak adalah bentuk pola hias yang diperoleh dengan cara mengulang-ulang suatu motif hias yang ditempatkan secara teratur pada jarak–jarak tertentu. Pola serak biasanya motifnya kecil, penempatan motif dapat menghadap ke satu arah, dua arah atau ke semua arah.
  • 2. B. Pola berangkai Pola berangkai bentuknya hampir sama seperti pola serak, hanya pada pola berangkai motif hiasnya antara motif satu motif dengan motif lainnya saling berhubungan (ada garis penghubung). Garis yang menghubungkan motifnya dapat berupa garis vertikal, garis horizontalatau garisdiagonal.Motifpada pola berangkaidapatdiulang ke bagianatas,bagian bawah, bagian kiri atau kanan. C. Pola pinggiran Pola pinggiran adalah bentuk pola hias yang diperoleh dengan cara menjajarkan motif hias yang dibuat secara berulang-ulang. Pengulangan motif hias dapat dilakukan mengarah ke sebelah kiri, ke kanan, ke atas atau bawah. Ada enam macam pola pinggiran, yaitu pinggiran simetris, berjalan, tegak, bergantung, memanjat, dan menurun. 1. Pinggiran simetris, motif pinggiran simetris, jika dibelah tengah, akan terdapat dua bagian yang sama. Motif bentuk simetris dapat diulang ke bagian atas, ke bawah, ke kanan atau ke kiri dengan motif yang sama. 2. Pinggiran berjalan, motif hiasnya disusun agak condong ke kiri atau ke kanan sehingga motifnya tampak berjalan atau saling berkejaran. Bentuk motif dapat diulang ke sebelah kanan atau ke kiri. 3. Pinggiran tegak, penyusunan motif hias untuk pinggiran tegak, motifnya pada bagian bawah lebih berat (besar) dan bagian atas lebih ringan. Motif dibuat tegak dan dapat diulang ke bagian kiri atau ke bagian kanan. 4. Pinggiran bergantung, kebalikan dari motif tegak, yaitu motif bagian atas berat (besar) dan motif bagian bawahnya ringan. Motif ini tampak seperti menggantung.
  • 3. 5. Pinggiran memanjat, motif dari bentuk pinggiran ini tersusun seperti memanjat ke atas. Motif pada bagian bawah lebih berat dari motif pada bagian puncak lebih ringan. Pinggiran menurun, merupakankebalikan dari pinggiran memanjat, bentuk motif seperti meluncur ke bawah. Motif bagian atas lebih berat dan makin bawah makin ringan. D. Pola bentuk bebas Pola bentuk bebas disusun menurut kebutuhan atau bidang yang akan dihias. Pola bentuk bebas rangkaian motifnya dapat dibentuk dan diletakkan sesuai dengan bentuk bidang yang akan dihias. E. Pola Hiasan Bidang Berbagai benda lenan rumah tangga maupunbusana, mempunyai bidang yang berbeda–beda bentuknya. Untuk mendapatkan hiasan yang serasi, dalam arti sesuai dengan bidang atau bentukbendanya,maka pola hiasyang didesainperlu memperhatikanbentukbidang maupun penempatannya. Penempatan hiasan untuk bidang segi empat berbeda dengan penempatan untuk bidang berbentuk bundar atau oval. Di samping itu ukuran suatu motif hias harus disesuaikan pula dengan bidang yang akan dihias. Pola hiasan untuk suatu bidang dapat dikelompokkan menjadi : pola hiasan batas, hiasan sudut, hiasan pusat, tengah sisi, hubungan pusat dengan tengah sisi, hubungan pusat dengan sudut, hubungan sudut dengan batas, hiasan kitiran, hiasan istimewa. 1. Hiasan batas merupakan pola hiasan yang membentuk batas pada suatu bidang.Hiasan bataspada umumnya ditempatkanpada sekeliling tepi bidang, baikbidang berbentuk bundar, oval, segi empat dan sebagainya 2. Hiasan sudut merupakan motif hias yang ditempatkan pada sudut suatu bidang. Bentuk motif hiasan sudut hendaknya serasi dengan bentuk sudut bidang tersebut.
  • 4. 3. Hiasan pusat merupakan pola hiasan yang ditempatkanpada tengah–tengah suatu bidang. Motif hias hendaknya menyebar atau menutup semua latar belakang bidangnya. 4. Hiasan tengah sisi dapat ditempatkan pada kedua sisi bagian tengah suatu bidang atau ke empat sisinya. Motif pada kedua sisi yang berhadapan sebaiknya sama. 5. Hubungan pusat dengan tengah sisi merupakan bentuk pola hias yang ditempatkan di bagian pusat dan tengah sisi. Motif tidak harus sama, tetapi merupakan satu kesatuan yang serasi. 6. Hubungan pusat dengan sudut, merupakan kombinasi bentuk motif hias yang ditempatkan pada bagian pusat dan sudut suatu bidang. Motif ini misalnya dirancang untuk hiasan bantal kursi. Kedua rangkaianmotif tentunya masih satu bentuk rangkaianmotif yang saling terkait.
  • 5. 7. Hubungan sudut dengan batas, merupakan pola hias yang ditempatkan bersama– sama dan saling mengisi pada bidang suatu sudut. Motif ini merupakan satu rangkaianmotif yang terdiri dari motif untuk hiasan batas dan satu rangkaianmotif untuk ditempatkan di bagian sudut berdekatan dengan hiasan batas. 8. Hiasan kitiran, merupakan motif hias yang membentuk putaran(seperti kincir), motifnya seperti berkejaran. 9. Hiasan arah istimewa ialah pola hiasan yang dirancang sesuai denganbentuk atau bidang yang akan dihias, misalnya motif hias mengikuti bentuk kerah. . . Diposkan oleh Kantor kedua ku di 19.23 1 komentar: Kirimkan Ini lewat EmailBlogThis!Berbagike TwitterBerbagike FacebookBagikanke Pinterest
  • 6. Label: POLA HIASAN Jumat, 01 Oktober 2010 Memotong bahan tekstil MEMOTONG BAHAN TEKSTIL A. Menyiapkan Tempat Kerja Tempat kerja merupakan bagian yang penting dalam suatu usaha, secara tidak langsung tempat kerja akan berpengaruh pada kesenangan, kenyamanan dan keselamatan dari para siswa/pekerja. Keadaan atau suasana yang menyenangkan (comfortable) dan aman (safe) akan menimbulkan gairah produktivitas kerja. Menyiapkan tempat kerja untuk memotong bahanberbeda dengan tempat kerja menjahit dengan tangan ataupun dengan mesin. Suatu tempat kerja yang diatur teliti dengan mengingat tertib kerja dan rasa keindahan, akan menyebabkan siswa/pekerja yang sedang melakukan kegiatan memotong bahan akan bekerja dengan perasaan senang. Tempat kerja yang dimaksud adalah yang ergonomik dengan kata lain tempat kerja yang sesuai dengan kebutuhan. Alat seperti meja potong, bahan/kain yang akan dipotong dan alat- alat potong lainnya yang diperlukan disusun sesuai dengan urutan proses kerja dalam menyelesaikan suatu potongan. Fasilitas yang harus disediakan adalah : Ruang kerja untuk memotong bahan, almari tempat bahan dan tempat alat potong serta tempat khusus untuk menyimpan bahan yang telah dipotong dan yang tidak kalah pentingnya adalah tempat sampah/tempat sisa-sisa potongan. Memotong bahan dengan menggunakanmesin potong membutuhkan tempat kerja yang berbeda denganmemotongbahanmenggunakangunting biasa yang dilakukansecaramanual. Memotong bahandenganguntingbiasa tempatyang dibutuhkancukupdenganmenggunakan meja potong yang sederhana. Sedangkan untuk memotong bahan dengan mesin potong tempatnya disesuaikan dengan jenis dan besarnya mesin potong yang dipakai. Biasanya meja yang digunakan untuk memotong bahan pada produksi massal adalah: 1. Meja dengan ukuran yang lebih besar. Lebarnya minimal 1,5 m dan panjangya minimal 3 m sesuai dengan besar kecilnya kapasitas produksi. 2. Gunting khusus untuk konveksi (round knife, band knife, double knife, straight knife). Tempat potong untuk peroranganlebih sederhana dari pada untuk memotong secara massal. Meja potong untuk perorangan cukup dengan meja berukuran 2 m x 0,8 m. Di sekolah/workshop tempat bekerja untuk memotong bahan, lay outnya disesuaikan dengan jumlah siswa dan besar ruangan. Jumlah siswa setiap kelas praktek berkisar antara 16 s.d 20 orang. Ukuranyang ideal untuk setiap siswa membutuhkantempat seluas 4 s.d 5 meter bujur sangkar, karena setiap siswa membutuhkan satu meja dan satu mesin jahit serta satu loker untuk menyimpan alat-alat jahit dan alat lainnya. Semua alat haruslah tertata dengan rapi dan efisien begitu pula dengan alat-alat kecil harus tersedia dalam sebuah kotak. Ruang kerja yang perlu diperhatikan adalah ruang kerja yang sesuai dengan kebutuhan, rapi dan menyenangkansehingga tidak menimbulkan kebosanan. Untuk sebuah perusahaan konveksi yang mempunyai karyawandalam jumlah banyaksangat diajurkan agar disediakan
  • 7. tempat istirahat atau tempat olahraga ringan di ruangan kerja tersebut. Tempat berbaring disebuah ruangan terpisah untuk pekerja yang ingin melemaskan otot punggung, selain dari itu juga kamar kecil dan kamar ganti atau kamar rias sekedarnya harus pula disediakan. Perlu juga disediakan sebuah kantin, mushala, dan tempat berobat. Dan yang sangat penting diperhatikan adalah kebersihan seluruh tempat kerja dan juga tempat lainnya sehingga karyawan merasa betah dan nyaman dalam melakukan aktifitas sehari-hari. Beberapa manfaat yang dapat diambil dari penerapan tempat kerja yang sesuai dengan konsep budaya kerja, diantaranya: 1. Tempat kerja menjadi lebih teratur dan efisien, sehingga bila ingin melakukan diversifikasi produk lebih mudah. 2. Tempat kerja, mesin-mesin dan peralatan yang teratur dan bersih siswa/pekerja akan termotivasi untuk datang ketempat kerja, sehingga ketidak hadiran dapat dikurangi. 3. Tempat kerja yang terorganisir dan bersih akan lebih meningkatkansemangat kerja siswa untuk menghasilkan produk yang baik. 4. Tempat kerja yang teratur secara rapih dan bersih akan mengurangi resiko terjadinya kecelakaan di tempat kerja, dapat menghasilkan proses pemotonganbahan yang tepat waktu. B. Menyiapkan Bahan 1. Memilih bahan Bahan atau tekstil mempunyai aneka ragam jenis dan sifatnya. Akibat proses pembuatan yang berlainan dan bahanmentah (asal bahan) serta zat pelarutnya yang berbeda, menyebabkan ciri-ciri dan sifat bahan bebeda pula, ada yang kaku, ada yang melansai, yang lembut, lemas, berat, ringan, tebal, tipis, transparan dan sebagainya. Untuk itu pembelian bahan atau tekstil harus dilakukan oleh seorang yang ahli dibidang tekstil. Pembelian kain yang sesuai dengan kebutuhan akan menghindarkan dari kelambatan dalam pemotongan. Pada waktu pembelian kain, spesifikasi mutu kain harus dinyatakan denganjelas. Spesifikasi mutu kain tersebut antara lain adalah : a) Dimensi,meliputiukuranpanjang,lebar,beratdanmungkintebalkain,termasuktoleransinya. b) Jumlah danjenis cacat yang diperbolehkantiap unit,termasukcara penilaiannya danlembaga penilai yang ditunjuk jika terjadi perbedaan pendapat. c) Rincian konstruksi dan sifat kain yang diminta, didasarkan pada laporan uji. Di samping hal di atas, keserasian antara bahan dengan desain busana sangat perlu diperhatikan. Siluet pakaian menjadi pertimbangan sebelum kita memilih bahan, apakah sesuai untuk desain pakaian berkerut, berlipit atau mengembang. Caranya, bahan digantungkan memanjang dengan dilipit-lipit untuk memperhatikan jatuhnya, begitu pula untukmemperhatikankasarhalusnyakita raba danberatnyakita timang apakah syarat-syarat pada desain telah terpenuhi. Permukaan bahan (tekstur) ada empat karakter: 1) Bila dilihat dari efek pantulan cahaya dari bahan misalnya berkilau atau kusam; 2) Jika diraba terasa kasar atau halus; 3) Kalau dipegang terasa berat, ringan, tipis dan kaku; 4) Kesan pada penglihatan adalah mewah atau sederhana.
  • 8. Setiap tekstur mempunyai pengaruh terhadap penampilan suatu busana dan bentuk badan sipemakai, bahan yang berat atau tebal akan menambah bentuk. Bahan yang berkilau akan menambah besar dari pada bahan tenunan yang permukaan kusam, seperti bahan satin akan memperbesar bentuk badan dari pada bahan Cape. Maka dari itu kita perlu memilih bahan yang tepat. Jika suatu desain memerlukan efek mengembang, pilihlah bahan busana yang dapat membentuk gelembung dengan wajar. Sebaliknya bila suatu desain memperlihatkan kelembutan perhatikanlah jangan memakai bahan yang kaku. Bahan tekstil yang bercorak atau bermotif juga akan ikut berperan membentuk kesan tertentu pada busana atau sipemakainya. Penyesuaian karakter motif seperti garis-garis atau kotak–kotak akan memberikan kesan kaku. Maka dari itu desain mengarah kepada kesan sportif, begitu pula dengan bulatan maka lebih mengarah pada lengkung. Untuk itu dalam menyiapkan bahanperlu disesuaikan dengan desain, bentuk tubuh, usia, jenis pakaian serta kesempatan sipemakai. 2. Memeriksa bahan Memeriksa bahan sebelum dibeli sangat perlu dilakukan. Biasanya untuk memastikan sifat kain perlu dilakukan pengujian. Uji yang dilakukan disesuaikan dengan tujuan pemakainya, beberapa pengujiankain yang umum dan biasa dilakukan antara lain adalah : a. Warna, kesesuaian warna dan tahan luntur warna terhadap pencucian, keringat, gosokan, sinar matahari, terhadap penyetrikaan, gas tertentu dan air laut. b. Kestabilan dimensi kain dalam pencucian c. Ketahanan kusut dan sifat langsai (drape) termasuk sifat kain yang tidak memerlukan penyetrikaan setelah pencucian (sifat durable press). d. Kekuatan tarik, sobek dan jebol. e. Tahan gesekan dan pilling, terutama untuk serat sintetik f. Sifat nyala api, sebelum atau sesudah beberapa kali pencucian. g. Lengkungan dan kemiringan benang pada kain. h. Penyerapan atau tolak air kain sesuai penggunaan. Disamping memeriksa bahan sebelum membeli, juga diperlukan memeriksa bahan sebelum dipotong , terlebih terhadap kain yang dibeli dalam bentuk kayu/gulung. Disamping itu juga sangat diperlukan memeriksa bahan dengan mempertimbangkan segi ekonomis dan psikologisnya, hal-hal yang perlu diperhatikan adalah : a. Kesesuaian bahan dengan desain. b. Berapa ukuran bahanagar bisa dibuat rancanganbahan atau marker, sesuai dengan ukuran bahan. c. Pemeriksaan cacat kain, baik cacat bahan, cacat warna atau pun cacat printing, maka yang cacat supaya ditandai dan dihindari waktu menyusun pola perseorangan. d. Apakah bahannya menyusut, kalau menyusut direndam terlebih dahulu agar nanti setelah dipakai dan dicuci ukuran tidak berubah atau bajunya tidak sempit. e. Apakah bahan yang ada sesuai dengan kesempatan sipemakai, sesuai dengan usia, jenis kelamin, bentuk tubuh, warna kulit dan lain sebagainya.
  • 9. f. Produksi massal supaya ditandai atau bila perlu dipotong agar tidak masuk kedalam penggelaran bahan. g. Penggelaran bahan–bahan dilakukan panjangnya berdasarkan marker. C. Meletakkan Pola Di Atas Bahan Merancang Bahan Merancang bahanmerupakansalah satu urutanatau tertibkerja dalam membuatpakaian. Merancang bahan perlu diketahui agar dalam membuat pakaian dapat digunakan bahan seefisien atau sehemat mungkin, dengan tetap memperhatikan arah serat bahan dan model yang dikehendaki. Merancang bahan adalah membuat rancangan/rencana mengenai bahan/kain yang akan dipergunakan untuk memproduksi suatu model pakaian. Dengankata lain, merancang bahan adalah menghitung banyaknya bahan yang diperlukan dalam membuat suatu model pakaian. Cara yang dilakukan adalah denganmeletakkan pola yang telah diberi kampuh di atas bahan dan diatur sehingga menghasilkan pemakaian bahan yang sehemat mungkin. Ada dua cara yang dapat dilakukan dalam merancang bahan, yaitu: (1) merancang bahan secara global, (2) merancang bahan dengan mempergunakan pola-pola kecil Perbedaan ketiga teknik merancang bahan akan dibahas dalam uraian sebagai berikut. a) Merancang bahan secara global. Merancang bahan secara global adalah menghitung banyak bahan yang diperlukan untuk membuat suatu model pakaian berdasarkan penghitungan ukuran panjangnya pakaianyang akan dibuat ditambah panjang lengan (lengan panjang atau pendek, jika pakaian yang akan dibuat menggunakan lengan), serta kampuh yang dibutuhkan. Pekerjaan merancang bahan secara global dapat dilakukan oleh orang yang sudah berpengalaman di dalam membuat pakaian ataupun pemula yang sedang belajar membuat pakaian. Akan tetapi, berdasarkan pengalaman yang berbeda tersebut, hasil yang diperoleh dari penghitungan bahanrancangan globalnya akan ada sedikit perbedaan. Dalam arti, hasil penghitungan orang yang sudah berpengalaman akan menghasilkan rancangan bahan yang lebih sedikit/lebih hemat dibanding seorang pemula.Haltersebutterjadi karena pada orang yang sudah punya keahlian menjahitsudahbiasa menata pola sehingga dapatmemperkirakandengantepat.Pada pemula penghitungannya benar-benar hanya berdasar ukuran panjang kain dan panjang lengan. Selain itu, orang yang sudah terampil menjahit, selain ukuran panjang pakaian dan lengan, dia juga mempunyai tambahan pertimbangandalam merancang. Pertimbangan itu meliputi postur tubuh seseorang (seperti: gemuk, kurus, panggul besar, dan lain sebagainya), motif bahan, model bahan, dan lain sebagainya. Terkadang, apabila Anda akan belajar membuat pakaian denganmempergunakan pola cetak yang terdapat pada majalah mode, majalah wanita ataupuntabloid, pada pola cetak tersebut sudah dicantumkan banyaknya bahan yang diperlukan . Hal itu dimaksudkan agar pembuatannya sesuai dengan model dan ukuran standar yang ditentukan. Dengan demikian, Anda tidak perlu lagi menghitung kebutuhan bahannya.
  • 10. Apabila Anda akan membuat pakaian sendiri dan membeli bahan sesuai dengan yang Anda butuhkan, sebaiknya Anda membuat rancangan bahan. Dengan demikian pada saat pembelian bahan tidak terjadi kesalahan. Apabila Anda belum mempunyai pengetahuan cara membuat pola dasar dan pecah pola, maka Anda dapat merencanakan penghitunganbahan yang dilakukan secara global. b) Merancang bahan dengan menggunakan pola-pola kecil Merancang bahan menggunakan pola kecil merupakan tahapandan tertib kerja yang harus dilalui dalam membuat pakaian, terlebih bagi peserta didik yang masih belajar. Merancang bahan menggunakan pola-pola kecil adalah membuat rancangan bahan berdasarkan pola yang sudah diubah sesuai model dengan menggunakan skala kecil. Pola kecil adalah pola besar/pola pakaian sesungguhnya yang dibuat denganskala kecil. Pada umumnya skala yang dipergunakan adalah skala 1:4, skala 1:6, dan skala 1:8. Selain untuk mengetahui bahan yang dipergunakan dalam membuat pakaian, rancangan bahan ini sangat membantu dalam meletakkan pola pada proses pemotongan. Pembuatan pola-pola kecil dapat menghasilkan pemakaian bahan sehemat mungkin dengan tetap memperhatikan kaidah pemakaian bahan dan arah serat kain yang benar. Langkah awal yang ditempuh sebelum membuat perencanaan adalah: 1) Mengubah pola dasar menjadi pola yang sesuai dengan model yang dikehendaki atau telah ditentukan. 2) Membuat semua pola-pola bagian busana termasuk lapisan-lapisan yang diperluan sesuai model pakaiannya. 3) Mengutip tiap-tiap bagian pola tersebut menggunakan kertas dorslag 4) Menggunting tiap-tiap bagian pola yang telah dikutip di kertas dorslag 5) Mempersiapkan kertas payung (yang dianggap sebagai fragmen bahan) denganlebar sesuai dengan ukuran lebar bahan yang dibutuhkan (misalnya 90 cm, 110 cm, atau 150 cm dengan menggunakan skala ukuran yang sama dengan yang dipakai untuk membuat pola.) yang ukurannya sesuai dengan panjang kertas payungnya. Hal itu disebabkan belum diketahui kebutuhan panjang kain yang diperlukan Kertas t dilipat dua memanjang apabila model pakaian yang akan dibuat simetris, atau dibentangkan secara keseluruhan/ sebagian jika model pakaiannya asimetris. 6) Atur/tatalah guntingan pola-pola yang telah dipersiapkan, di atas bahan/kertas payung tersebut dengan tepat sehingga menghasilkan pemakaian bahan yang sesedikit mungkin. Adabeberapa hal yang perlu diperhatikan dalam menata pola, di antaranya adalah:  tempelkan pola-pola yang besar terlebih dahulu, baru kemudian pola-pola yang lebih kecil;  letakkan pola sesuai dengan arah serat kain yang benar;  atur pola dengan teliti, perhatikan mana yang harus diletakkan pada lipatan kain, pada tepi kain, dan sebagainya; dan  perhatikan tambahan kampuh dan kelim yang diperlukan untuk tiap bagian pola (7) Apabila telah menemukan susunan/letak pola yang baik, tempelkan tiap-tiap pola sesuai tempatnya dengan cara memberi lem pada tiap-tiap ujung pola sehingga pola tertempel dengan baik dan rapi.
  • 11. Ada kemungkinan Anda tidak merancang bahan dengan pola-pola kecil ini. Kalau itu yang Anda lakukan, maka dapat langsung menggunakan pola dengan ukuransebenarnya. Namun pedoman atau petunjuk merancang bahan dengan pola-pola kecil ini tetap perlu untuk dijadikan pegangan dalam membuat rancangan bahannya. Hal tersebut perlu dimengerti karena dasar teori rancangan bahannya sama, hanya penerapannya yang berbeda. Dengan menggunakan pola-pola kecil, kita dapat menghitung banyaknya bahan yang diperlukan, sedangkan apabila dengan menggunakan pola besar langsung, kita dapat mempergunakan bahan yang ada sehemat mungkin. D. MEMOTONG (CUTTING) Memotong (cutting) bahan yang akan dijahit akan memberi pengaruh yang besar kepada pembuatanbusana,jika salahpotong akanmenimbulkankerugianbaikdarisegibiaya maupun waktu. Resiko ini berlaku untuk memotong busana perorangan atau pun untuk produksi massal. Bagian pemotongan mempunyai pengaruh yang besar pada biaya pembuatan garmen, karena di bagian pemotongan ini apabila terjadi kesalahan potong akan mengakibatkan potongan kain tersebut tidak bisa diperbaiki. Pada dasarnya,semua perusahaangarmenmempunyaialurprosesproduksi yang sama dalam menghasilkan potongan kain yang siap jahit, baik perusahaan kecil atau besar, hanya tingkat operasi teknologi saja yang berbeda. Tujuan pemotongan kain adalah untuk memisahkan bagian-bagian lapisan kain sesuai dengan pola pada rancangan bahan/marker. Hasil potongan kain yang baik adalah yang hasil potongannya bersih, pinggiran kain hasil potongan tidak saling menempel, tetapi terputus satu dengan yang lainnya. Proses dalam memotong (cutting) adalah sebagai berikut: a) Menyiapkan tempat dan alat-alat yang diperlukan Alat-alat yang diperlukan yaitu berupa meja potong dengan ukuruan sekitar 2m x 0,8m; gunting /alatpotong; alatuntukmemberitanda seperti kapurjahit,rader, karbonjahit, pensil merah biru; dan alat bantu jarum pentul. b) Menyiapkan bahan 1) Memilih bahan Keserasian antara bahan dengan desain perlu diperhatikan sebelum memilih bahan serta perlu diuji daya lansainya, apakah sesuai untuk model pakaian berkerut, lipit atau mengembang. Caranya, bahan digantungkan memanjang dengan dilipit-lipit untuk memperhatikan jatuhnya bahan,serta untukmemperhatikankasarhalusnyabahanbisa dengandiraba apakah syarat-syarat pada desain terpenuhi. Jika desain memerlukan efek mengembang sebaiknya pilih bahan yang dapat membentuk gelembung dengan wajar. Sebaliknya jika desain memperlihatkan tekstur lembut maka jangan memakai bahan yang kaku. 2) Memeriksa bahan Sebelum bahan dipotong atau digunting perlu dilakukan pemeriksaan bahan. Hal-hal yang perlu diperhatikan adalah:  Kesesuaian bahan dengan desain.
  • 12.  Ukuran lebar kain agar bisa dibuat rancangan bahan.  Pemeriksaancacatkainseperti cacatbahan,cacatwarna,ataupuncacatprinting sehingga bisa ditandai dan dihindari saat menyusun pola  Apakah bahannya menyusut. Jika menyusut sebaiknya bahan direndam agar setelah dipakai dan dicuci ukuran baju tidak mengalami perubahan. 3) Teknik menggunting  Bahan dilipat dua di atas meja potong.  Pola-pola disusun dengan pedoman rancangan bahan dengan bantuan jarum pentul.  Menggunting bahan. Jika menggunting dengan tangan kanan maka tangankiri diletakkan di atas kain yang akan digunting.  Bahan tidak boleh diangkat pada saat menggunting.  Pola yang terlebih dahulu digunting adalah pola-pola yang besar seperti pola badan dan pola lengan. Setelah itu baru menggunting pola-pola yang kecil seperti kerah dan lapisan leher.  Sebelum pola dilepaskan dari bahan, beri tanda-tanda pola dan batas-batas kampuh terlebih dahulu. Caranya denganmenggunakankapur jahit, rader dan karbon jahit, pensil kapur dan sebagainya. Cara pemakaian rader yaitu jika bahan baik keluar maka karbon dilipat dua dan bagian yang memberikanefek bekas dibagian luar diletakkandiantara dua bahan atau bagian buruk bahan. Lalu dirader pada batas kampuh atau garis kupnat. Setelah itu baru pola dilepaskan dari kain. Ketika proses pemotongan diperlukan alat bantu seperti alat untuk memberi tanda seperti tanda kampuh. Jika kampuh pakaian yang dipotong sudah standar sesuai dengan produk yang akan dibuat, hal ini sudah diketahui operator penjahitan sehingga tidak memerlukan tanda, dan kalau ada tanda-tanda yang khusus seperti kupnat hanya dengan memberi titik pada ujung atau sudutnya dengan lubang halus dan tanda lainnya yang sudah dipahami bersama. Teknik/strategi memotong juga perlu diperhatikan, misalnya sebelum memotong sudah disiapkan semua pola sampai pada komponen–komponen yang kecil-kecil. Bahan sudah diperiksa dan bila tidak lurus diluruskan bila susah meluruskannya dapat dengan cara menarik satu benang kemudian dipotong pada bekas tarikan benang tersebut. Jika bahannya tidak rata maka ditarik dua sudut dengan arah diagonal sehingga hasilnya rata dengan sudut 900 langkahnya sebagai berikut. 1. Bahandilipatdua di atas meja potong denganposisi bagianbaikbahankeluaratau sebaliknya. 2. Pola–pola disusun dengan pedoman rancangan bahan dengan bantuan jarum pentul. 3. Setelah semua diletakkan baru dipotong, jika memotong dengan tangan/menggunakan gunting biasa, gunting dipegang dengantangan kanan dan tangan kiri diletakkan rata di atas kain dekat bahan yang digunting atau sebaliknya. 4. Bahan tidak boleh diangkat pada saat menggunting karena hal ini akan menyebabkanhasil guntingan tidak sesuai dengan bentuk pola. Guntinglah bagian–bagian yang besar terlebih dahulu seperti pola bagian muka dan pola bagian belakang, pola lengan, setelah itu bagian yang kecil–kecil, seperti kerah, lapisan leher dan sebagainya. Hasil guntingan harus rata dan rapi. Sisa–sisa guntingan atau perca disisihkan sehingga meja dan ruangan tetap bersih.
  • 13. Usahakan pola atau perca tidak berantakan/berserakan baik di atas meja maupun di bawah meja. 5. Sebelum pola di lepaskan tanda–tanda pola dan batas–batas kampuh dipindahkan, cara memindahkannya bermacam–macam antara lain menggunakan kapur jahit, rader dan karbon jahit, E. Memindahkan Tanda-Tanda Pola Setelah bahan digunting, bentuk pola dipindahkan pada bahan dan tanda-tanda pola yang lainnya kadang-kadang juga perlu dipindahkan. Alat-alat yang digunakan untuk memberi tanda pada bahan adalah : 1. rader Rader biasanya digunakan berpasangan dengan karbon jahit, rader ada yang memakai gigi dan ada yang licin. Waktu pemakaian rader rodanya dapat dipergunakan dengan lancar dan tidak oleng dan hasilnya dapat memberikan bekas yang rapi 2. karbon jahit Karbon jahit yang dipakai yaitu karbon jahit yang khusus untuk kain. Warna karbon bermacam-macam ada berwarna putih, kuning, hijau, merah. Jangan memakai karbonmesin tik karena karbon mesin tik tidak dapat hilang walaupun sudah dicuci. 3. Pemilihan alat pemberi tanda ini disesuaikan dengan jenis bahan yang akan diberi tanda (dipotong) seperti tenunan berat, tebal, tenunan tipis ataupun ringan serta tembus pandang dan sebagainya. Berikut ini akan dijelaskan penggunaan dari masing-masing alat pemberi tanda serta cara pemindahan tanda-tanda pola : 1. Memindahkan tanda dengan rader dan karbon jahit. Rader bergigi digunakan untuk kain yang berat dan tebal serta sedang dan rader yang licin (tanpa gigi) untuk bahan dengan tenunan tipis (ringan) sampai sedang. Sebaiknya sewaktu penggunaan rader meja kerja dialas dengan karton agar meja tidak rusak oleh tekanan rader. Pemakaian rader dikombinasikan dengan karbonjahit yang mana car pemakaiannya adalah, bila bahan bagian baik keluar, karbon dilipat dua bagian yang memberi efek bekasnya diluar diletakkandiantara dua bahanatau bagianburukbahan,danjika bagianbaikkedalam karbon dilipat kedalam kemudian diapitkan pada bahan, lalu dirader pada batas kampuh atau garis kupnat dan sebagainya, jangan ditekan terlalu keras, cukup asal memberi bekas, bila sudah selesai dirader barulah pola dilepas dari kain. Bagian buruk bahan berhadapan dan karbon jahitdiletakkandiantaranya,sehinggasetelah ditekandenganraderakanmeninggalkanbekas rader pada kedua bagian buruk bahan. Jika melipat bahan yang bagian buruk di dalam atau bagian baik bahan berhadapan, maka karbon diletakkan masing-masing pada bagian buruk bahan (karban dilipatkan). Warna karbon dipilih yang dekat atau bertingkat dengan warna bahan agar tidak memberi bekas yang tajam. Janganlah memakai karbon tik, karena tidak hilang bila dicuci, tetapi gunakanlah karbon khusus untuk memberi tanda bahan pakaian(karbon jahit) Kalau dengan rader yang dipakai adalah karbon jahit. 2. Menggunakan kapur jahit dan pensil kapur
  • 14. Penggunaan kapur jahit sebagai pemindahan tanda-tanda pola apabila tidak dapat diberi tanda dengan karbon, misalnya bahantebal seperti wool, atau bila pembuatan pola langsung di atas bahan. Pemakaian pensil kapur sama dengan kapur jahit dan hasilnya penggunaan pensil kapur garisnya lebih halus dan lebih rapi, bekas kapur jahit atau pun pensil kapur dapat hilang bila dicuci. 3. Memakai lilin jahit Memberi tanda-tanda dengan lilin pada bagian dalam bahan pakaian, lilin jahit tidak hilang waktu dicuci dan atau diseterika, jadi usahakanlah dipakai bila perlu saja, lilin jahit dapat diganti dengan sisa sabun mandi. Lilin jahit juga ada yang putih dan ada juga berwarna. 4. Memakai tusuk jelujur. Tusuk jelujur digunakan untuk memberi tanda pada bahan yang halus, seperti sutra. Hal ini dilakukan agan bahan tetap bersih. Caranya adalah, pada garis pola dijahit dengan teknik jelujur, ketika menjahit dengan mesin, jahit jelujur inilah yang dipedomani. Darisemua cara diatasyang banyakdipakaiuntukmemberitanda adalah menggunakanrader dengan karbon jahit dan kapur jahit, karena ini lebih praktis dan tidak terlalu banyak noda asal sesuai dengan cara pemakaian yang benar. Jika menggunakankapur jahit terlalu kuat atau kasar, apalagi warnanya kontras dengan warna bahan pakaian hasilnya akan mengecewakan.Untukitu berhati-hatilahdidalam memberitanda,supayahasilnyalebih rapi. .. Diposkan oleh Kantor kedua ku di 19.40 Tidak adakomentar: Kirimkan Ini lewat EmailBlogThis!Berbagike TwitterBerbagike FacebookBagikanke Pinterest Label: Membuat Busana Bayi Rabu, 01 September 2010 SULAMAN BAYANGAN Sulaman bayanganmerupakan jenis sulaman yang cukup unik, karena hiasannya diperoleh dari bayangan suatu motif yang diisi dengan tusuk flanel. Karena yang berfungsi bayangannya, maka kain yang digunakan sebaiknya tidak terlalu tebal, sehingga motif bayangan akan nampak jelas, akan lebih baik bila kain yang digunakan adalah kain yang tembus terang hingga bayangan motif akan nampak jelas. Motif untuk sulaman bayangan sebaiknya tidak terlalu besar, dan tidak terlalu rumit, karena hanya tusuk flanel yang digunakan. Penyelesaiangambardesainsulamaninisangatmudah yaknidilakukandengancara memberi warna dasar dan pada motifnya diberi warna yang lebih tinggi valuenya, demikian pula tepi motif dengan garis terputus-putus, seperti tusuk jelujur. Dan pembuatan gambar kerja cukup dengan membuat garis-garis tusuk flannel yang penuh untuk setiap motif hias.
  • 15. Diposkan oleh Kantor kedua ku di 23.29 Tidak ada komentar: Kirimkan Ini lewat EmailBlogThis!Berbagike TwitterBerbagike FacebookBagikanke Pinterest Label: Sulaman Putih SULAMAN RICHELIUE Jenis sulaman ini disebut juga sulaman terbuka, karena motifnya ditandai dengan adanya rentangan-rentangan benang sebagai garis penghubung pada motifnya yang diberi istilah brides. Garis penghubung ini dapat diletakkan di dalam motif atau sebagai penghubung di antara motif. Pada bagian-bagian yang diberi brides dilubangi sehingga membentuk motif yang berlubang. Ciri laindari sulaman richelieu ini,pada bagian–bagianyangdiberibrides dilubangi,sehingga membentuk motif kerancang yang sangat menarik. Untuk mencegah rentangan penghubung ini tidak cepat putus atau terkait, sebaiknya garis penghubung dibuat jangan terlalu panjang. Motif hiasuntuksulamanRechelieu dapatdiambildarirenggaanbentukbunga,ataubinatang seperti kupu-kupu. Sulaman rechelieu seluruhnya dikerjakan dengan menggunakan tusuk feston rapat Teknik pewarnaan pada gambar desain sulaman richelieu, sama dengan sulaman Inggris, pada bagian yang berlubang diberi warna yang valuenya lebih tinggi atau rendah dari warna dasarnya, demikian pula untuk garis penghubung dan tepi motif. Contoh desain sulaman Richelieu :
  • 16. Contoh gambar kerja Sulaman Richeliue Cara mengerjakan sulaman rishelieu: a. Motif dijelujur sambil merentangkan benang untuk brides (tren)’ b. Brides (tren) adalah benang yang direntangkan 2 atau 3 kali balikan dan berkas benang itu dibalut dengan tusuk feston yang tidak boleh tembus di kain. c. Tiap-tiap garis motif diselesaikan dengan tusuk feston yang rapat.Pada bagian lubang kepala feston harus menghadap kelubang. d. Bagian yang tidak berlubang kepela feston menghadap keluar. e. Setelah semua motif selesai di feston maka bagian yang seharusnya berlubang digunting dengan hati-hati, jangan sampai bridesnya ikut tergunting. f. Dapat pula dalam mengerjakan rechelie ini lubang-lubang digunting terlebih dahulu setelah dijelujur, baru feston dan bridesnya dikerjakan. Hal ini menjaga supaya bridesnya tidak ikut tergunting. Diposkan oleh Kantor kedua ku di 23.14 Tidak adakomentar: Kirimkan Ini lewat EmailBlogThis!Berbagike TwitterBerbagike FacebookBagikanke Pinterest Label: Sulaman Putih Beranda Langganan: Entri (Atom)
  • 17. Free Blog Content Mengenai Saya Kantor kedua ku Lihat profil lengkapku Arsip Blog  ▼ 2011 (4) o ▼ Desember (1)  opo yo o ► Maret (3)  ► 2010 (3) ASTUTI BLOG Pengikut Template Tanda Air. Diberdayakan oleh Blogger.