1. Artikel ini membahas tentang mahasiswa pekerja yang harus menjalankan peran ganda sebagai mahasiswa dan pekerja. 2. Seorang mahasiswa bernama Paulus dari NTT bekerja sambil kuliah untuk biaya hidup di Denpasar yang mahal. 3. Menjadi mahasiswa pekerja sulit karena harus menyeimbangkan waktu antara kuliah dan pekerjaan.

1. ARTIKEL
Oleh : Ibrahim Sumartono Umbu Djala
Mahasiswa Pekerja
Mahasiswa adalah siswa “besar” yang memiliki tanggung jawab besar bagi dirinya sendiri.
Mahasiswa biasanya adalah orang yang rata – rata usianya sudah melewati usia masa sekolah
menengah atas, biasanya mahasiswa adalah siswa yang sudah lulus dari SMA / SMK kemudian
melanjutkan pendidikannya di perguruan tinggi negeri maupun swasta untuk mencari titel
pendidikan berupa status sarjana strata I atau yang lainnya.
Bagi kebanyakan orang menjadi seorang mahasaiwa itu pasti menyenangkan, bisa bertemu
dan memiliki teman baru, bisa hilir mudik kesana kemari karena disibukkan dengan tugas kampus,
bertemu dosen, melakukan kegiatan bersama dengan banyak mahasiswa lainnya bahkan bersama
– sama dengan dosen yang terlihat hangat menyapa mahasiswanya, banyak orang menganggap itu
sangat menyenangkan. Banyak juga yang beranggapan bahwa mahasiswa adalah orang – orang
yang berasal dari keluarga berada sehingga mampu melanjutkan pendidikan di universitas yang
biayanya tergolong “mahal”. Mungkin anggapan orang itu benar sebab menjadi mahasiswa itu
tidak mudah, selain harus bertanggung jawab atas tugas – tugas yang diembankan ia juga harus
bertanggung jawab atas dirinya sendiri terhadap berbagai hal. Bisa juga anggapan tersebut salah
sebab pada kenyataannya tidak semua mahasiswa itu berasal dari keluarga berada.
Sebut saja Paulus, ia adalah seorang mahasiswa asal Lamboya, Sumba Barat – NTT yang
melanjutkan pendidikannya di salah satu universitas swasta Denpasar. Seperti pengakuannya
ketika dikunjungi di kosnya yang beada di daerah Soka, Kesiman – Denpasar Timur, ia
mangungkapkan bahwa dirinya sudah berada di Bali sejak tahun 2009 lalu melenjutkan sekolah
menengah atas di SMA K Soverdi Tuban, salah satu sekolah swasta di daerah tuban, Badung –
Bali. “saya berada di Bali sudah dari tahun 2009, saya masuk SMA K Soverdi Tuban, saya lulus
dari SMA tahun 2012 kemudian melanjutkan ke perguruan tinggi disalah satu kampus swasta di
Denpasar.” Paulus juga mengungkapkan keadaannya bahwa selain sebagai mahasiswa ia juga
bekerja sebagai salah satu staf radio di salah satu radio lokal yang ada di Denpasar, “selain sebagai
mahasiswa, saya juga bekerja di salah satu satasiun radio lokal yang bertempat di Denpasar.
Ya benar saja, hidup di Denpasar sebagai seorang mahasiswa sebenarnya adalah pilihan
yang “berani”, betapa tidak, menjadi mahasiswa di Denpasar memiliki banyak tantangan seperti
pengakuan beberapa mahasiswa lainnya. Kuliah di Denpasar tidak cukup hanya mengandalka n
orang tua saja dalam masalah pembiayaan, baik pembiayaan administrasi kampus maupun
kebutuhan hidup selama masa perkuliahan. Kuliah di Denpasar memang tergolong mahal karena
alasan itulah kebanyakan mahasiswa memilih untuk kuliah sambil bekerja tidak lain untuk
memenuhi kebutuhan yang mereka dan untuk membantu meringankan beban orang tua yang ada
di kampung. Meskipun demikian, polemikpun terjadi, karena tidak semua instansi di Denpasar

2. mau menerima mahasiswa sebagai karyawan di perusahaannya sehingga sang mahasiswa pun
harus memutar otak untuk mencari pekerjaan yang bisa ia lakukan tanpa harus mengabaika n
kuliahnya.
Kuliah sambil bekerja itu sulit, karena harus bekerja, menyelesaikan pekerjaan yang
menjadi tugas di tempat mereka bekerja, lalu pulang sesuai jam yang telah ditetapkan. Belum lagi
harus menyelesaikan tugas kampus yang juga tidak kalah penting. Dengan kata lain “mahasiswa
pekerja” adalah orang yang “hebat”, mereka harus bergulat dengan waktu, memutar otak, dan
mengadu fisik agar antara statusnya sebagai pekerja dan sebagai mahasiswa sama-sama bisa
dijalankan dengan baik. Mungkin karena alasan itu pula beberapa mahasiswa sering terlambat tiba
di kampus, dan melewatkan beberapa bagian materi yang disampaikan dosen karena dosen sudah
tiba lebih dulu dari mereka yang terlambat. Tidak ada alasan dosen mengulang materi dari awal
hanya untuk dua atau tiga orang mahasiswa yang terlambat. Artinya mahasiswa yang terlambat
tiba di kampus itu harus memutar otak lagi agar tidak ketinggalan materi.
Memperhatikan hal ini, semoga pihak kampus dapat memberikan kelonggaran, dan
mengadakan permakluman karena tidak semua mahasiswa beratar belakang “keluarga berada”
sehingga banyak mahasiswa yang harus melakoni dua status sekaligus dalam waktu yang sama.
Semoga semua instansi – instansi yang ada di Denpasar khususnya mau menerima mahasiswa
sebagai karyawan atau karyawatinya dan memberikan jam kerja serta upah yang sesuai agar tugas
mereka sebagai mahasiswa pun tidak terabaikan, karena menjadi seorang “Mahasiswa Pekerja” itu
sulit.
Catatan 1 :

3. 1. Artikel ini dibuat berdasarkan pengkuan nara sumber
2. Pengakuan nara sumber menjadi ide pokok yang di kembangkan
3. Nara sumbernya adalah Paulus dan mahasiswa lainnya
4. Artikel ini berisi III bagian. Bagian I : pembukaan ( paragraf 1 dan 2 ). Bagian
II isi ( paragraph 3, 4 dan 5 ). Bagian III penutup ( paragraph 6 )
5. Bagian III beisi harapan penulis.
Catatan 2 :
1. Arikel adalah sebuah karangan yang berupa opini atau pendapat seseorang
terhadap sebuah gagasan atau topic tertentu
2. Artikel mengulas sebuah permasalahan secara tuntas berikut harpan dari
penulisnya
3. Artikel berbeda dengan berita. Artikel berisi opini dari penulis sedangkan berita
tidak berisi opini dari penulisnya. Namun persamaannya adalah antara berita
dan artikel sama-sama menyajikan berita yang factual dan bernarasumber.
Artikel yang ideal memperhatikan
a. Melih judul Menarik sebab judul yang menarik akan mengundang
ketertarikan pembaca untuk membacanya.
b. Kehangatan: yaitu topic apa yang sedang hangat di bicarakan di masyarakat
c. Opini penulis di dasarkan pada fakta dan pola piker yang logis
d. Memiliki makna yang dapat di sampaikan kepada pembaca