Teks tersebut membahas strategi Panglima Laot di Kabupaten Pidie, Aceh dalam mewujudkan lingkungan maritim yang lestari dengan pendekatan adat. Panglima Laot adalah pemimpin adat masyarakat nelayan yang mengatur kehidupan mereka sesuai kearifan lokal. Penelitian ini menunjukkan bahwa Panglima Laot memiliki peran penting dalam membatasi perilaku nelayan yang merusak lingkungan dengan menggunakan pendekatan
Tiga kalimat ringkasan dokumen tersebut adalah:
Dokumen tersebut membahas tentang kearifan lokal dalam pengelolaan sumber daya pesisir dan laut di Aceh, termasuk tentang hukum adat Laot dan peran Panglima Laot. Dokumen juga menjelaskan pengertian kearifan lokal secara umum dan konsepnya di Indonesia serta perlindungan hak-hak masyarakat adat menurut UU No. 27 Tahun 2007.
Makalah ini membahas tentang lunturnya kearifan lokal mengenai perburuan ikan paus di Halmahera, Maluku. Kearifan lokal ini dahulu dilakukan secara ritual setahun sekali, namun kini dilakukan secara besar-besaran untuk menarik wisatawan. Hal ini disebabkan modernisasi, kapitalisme, dan keterbatasan kearifan lokal beradaptasi dengan perubahan zaman. Upaya konservasi yang disarankan adalah memb
Pariwisata dalam dekade terakhir ini menunjukkan pertumbuhan yang mantap, ditandai dengan perkembangan perjalanan domestik oleh wisatawan nusantara, maupun per-kembangan kunjungan wisatawan mancanegara. Pariwisata nusantara, selain tumbuh dari segi jumlah pelaku perjalanannya, juga dari jumlah perjalanan yang dilakukan, sementara wisatawan mancanegara mengalami perluasan pasar.
Dari sisi sediaan, juga ditengarai munculnya berbagai destinasi baru, atas dukungan peme-rintah pusat maupun atas inisiatif daerah, selain itu juga muncul produk-produk baru menanggapi perkembangan pasar, termasuk diantaranya industri kreatif yang menjadi daya tarik wisata. Kontribusi pariwisata secara total terhadap PDB, penerimaan pajak, maupun penciptaan lapangan kerja meningkat dari tahun ke tahun. Di samping perolehan devisa, pariwisata juga menciptakan dan memperluas lapangan usaha, meningkatkan pendapatan masyarakat, mendorong pelestarian lingkungan hidup, mendorong pelestarian dan pengembangan budaya bangsa dan mendorong perkembangan daerah.
Pekerjaan pariwisata juga merupakan pekerjaan yang sangat sensitif terhadap adanya perubahan, baik yang disebabkan oleh faktor internal maupun faktor eksternal sehingga pekerjaan ini sangat membutuhkan kemampuan untuk terus menerus beradaptasi dengan kebutuhan wisatawan yang berubah. Bentuk adaptasi ini salah satunya adalah dengan perencanaan yang baik.
Namun demikian, perkembangan kepariwisataan Indonesia bukannya tidak menghadapi masalah dan kendala. Pertumbuhan masih perlu diikuti dengan persebaran karena sampai saat ini ketimpangan antar wilayah masih tinggi. Selain itu juga Kementerian Parekraf sudah mencanangkan pertumbuhan yang berkualitas untuk meningkatkan daya saing dan dalam rangka pembangunan yang berkelanjutan.
Kapasitas sumber daya manusia masih menjadi kendala untuk tumbuh dan berkembang secara berkualitas, di samping hambatan klasik Koordinasi antar sektor maupun antar tingkat pemerintahan yang masih perlu ditingkatkan.
Perencanaan yang baik diharapkan dapat mengurangi hambatan-hambatan untuk melangkah ke depan menuju pariwisata Indonesia yang dapat meningkatkan kualitas hidup masyarakat, mengembangkan industri yang kredibel, serta perluasan pasar didukung oleh institusi yang kondusif.
Kebudayaan maritim dipahami sebagai sistem ide, perilaku, dan sarana yang digunakan masyarakat maritim dalam mengelola sumber daya laut. Unsur-unsur kebudayaan maritim saling terkait membentuk kesatuan yang utuh. Bahasa, teknologi, dan seni kebaharian berbeda dari masyarakat darat dalam hal kosakata, bentuk, dan coraknya.
Ringkasan dokumen ini memberikan latar belakang pengelolaan sumberdaya ikan tetengkek di perairan Selat Sunda. Ikan tetengkek merupakan sumberdaya perikanan penting namun perlu dikelola secara berkelanjutan untuk mencegah eksploitasi berlebihan. Tujuan penelitian ini adalah mengetahui dinamika populasi ikan tetengkek dan merumuskan pengelolaan berbasis informasi struktur populasi untuk mendukung pertumbuhan stok
Tiga kalimat ringkasan dokumen tersebut adalah:
Dokumen tersebut membahas tentang kearifan lokal dalam pengelolaan sumber daya pesisir dan laut di Aceh, termasuk tentang hukum adat Laot dan peran Panglima Laot. Dokumen juga menjelaskan pengertian kearifan lokal secara umum dan konsepnya di Indonesia serta perlindungan hak-hak masyarakat adat menurut UU No. 27 Tahun 2007.
Makalah ini membahas tentang lunturnya kearifan lokal mengenai perburuan ikan paus di Halmahera, Maluku. Kearifan lokal ini dahulu dilakukan secara ritual setahun sekali, namun kini dilakukan secara besar-besaran untuk menarik wisatawan. Hal ini disebabkan modernisasi, kapitalisme, dan keterbatasan kearifan lokal beradaptasi dengan perubahan zaman. Upaya konservasi yang disarankan adalah memb
Pariwisata dalam dekade terakhir ini menunjukkan pertumbuhan yang mantap, ditandai dengan perkembangan perjalanan domestik oleh wisatawan nusantara, maupun per-kembangan kunjungan wisatawan mancanegara. Pariwisata nusantara, selain tumbuh dari segi jumlah pelaku perjalanannya, juga dari jumlah perjalanan yang dilakukan, sementara wisatawan mancanegara mengalami perluasan pasar.
Dari sisi sediaan, juga ditengarai munculnya berbagai destinasi baru, atas dukungan peme-rintah pusat maupun atas inisiatif daerah, selain itu juga muncul produk-produk baru menanggapi perkembangan pasar, termasuk diantaranya industri kreatif yang menjadi daya tarik wisata. Kontribusi pariwisata secara total terhadap PDB, penerimaan pajak, maupun penciptaan lapangan kerja meningkat dari tahun ke tahun. Di samping perolehan devisa, pariwisata juga menciptakan dan memperluas lapangan usaha, meningkatkan pendapatan masyarakat, mendorong pelestarian lingkungan hidup, mendorong pelestarian dan pengembangan budaya bangsa dan mendorong perkembangan daerah.
Pekerjaan pariwisata juga merupakan pekerjaan yang sangat sensitif terhadap adanya perubahan, baik yang disebabkan oleh faktor internal maupun faktor eksternal sehingga pekerjaan ini sangat membutuhkan kemampuan untuk terus menerus beradaptasi dengan kebutuhan wisatawan yang berubah. Bentuk adaptasi ini salah satunya adalah dengan perencanaan yang baik.
Namun demikian, perkembangan kepariwisataan Indonesia bukannya tidak menghadapi masalah dan kendala. Pertumbuhan masih perlu diikuti dengan persebaran karena sampai saat ini ketimpangan antar wilayah masih tinggi. Selain itu juga Kementerian Parekraf sudah mencanangkan pertumbuhan yang berkualitas untuk meningkatkan daya saing dan dalam rangka pembangunan yang berkelanjutan.
Kapasitas sumber daya manusia masih menjadi kendala untuk tumbuh dan berkembang secara berkualitas, di samping hambatan klasik Koordinasi antar sektor maupun antar tingkat pemerintahan yang masih perlu ditingkatkan.
Perencanaan yang baik diharapkan dapat mengurangi hambatan-hambatan untuk melangkah ke depan menuju pariwisata Indonesia yang dapat meningkatkan kualitas hidup masyarakat, mengembangkan industri yang kredibel, serta perluasan pasar didukung oleh institusi yang kondusif.
Kebudayaan maritim dipahami sebagai sistem ide, perilaku, dan sarana yang digunakan masyarakat maritim dalam mengelola sumber daya laut. Unsur-unsur kebudayaan maritim saling terkait membentuk kesatuan yang utuh. Bahasa, teknologi, dan seni kebaharian berbeda dari masyarakat darat dalam hal kosakata, bentuk, dan coraknya.
Ringkasan dokumen ini memberikan latar belakang pengelolaan sumberdaya ikan tetengkek di perairan Selat Sunda. Ikan tetengkek merupakan sumberdaya perikanan penting namun perlu dikelola secara berkelanjutan untuk mencegah eksploitasi berlebihan. Tujuan penelitian ini adalah mengetahui dinamika populasi ikan tetengkek dan merumuskan pengelolaan berbasis informasi struktur populasi untuk mendukung pertumbuhan stok
Teks tersebut membahas tentang konteks masyarakat nelayan dan budaya pesisir. Masyarakat nelayan hidup dan berkembang di wilayah pesisir yang bergantung pada sumber daya perikanan. Mereka memiliki karakteristik sosial tersendiri seperti sistem nilai dan simbol kebudayaan yang berbeda dengan kelompok masyarakat lain. Teks juga membahas mengenai kearifan lokal dan pendidikan informal yang dimiliki masyarakat n
Dokumen tersebut membahas tentang wisata bahari dan pengembangan kawasan wisata bahari secara berkelanjutan. Beberapa poin pentingnya adalah mengenai prinsip-prinsip ekowisata dan keterlibatan masyarakat setempat, serta pentingnya perencanaan tata ruang dan manajemen wilayah untuk pengembangan wisata bahari yang berkelanjutan.
Kontruksi Peran Panglima Laot Lhok Menuju Tatakelola Kawasan Konservasi Perai...Zulhamsyah Imran
Explore and direct indigenous role for managing marine protected area in Aceh Province, Indonesia. Using social-ecological approach could solve the problem of conflict between society and ecology
Marine and Coastal Protected Areas (MCPAs) : (a chance to save indonesian mar...Mujiyanto -
Dokumen tersebut membahas pentingnya Marine and Coastal Protected Areas (MCPAs) untuk melindungi sumber daya laut dan pantai Indonesia. MCPAs dapat digunakan untuk mengurangi eksploitasi berlebihan dan kerusakan lingkungan, serta melindungi keanekaragaman hayati. Dokumen tersebut juga menjelaskan faktor-faktor yang perlu dipertimbangkan dalam penetapan lokasi MCPAs seperti dukungan masyarakat, kondis
Laut dapat menjadi salah satu alternatif tempat untuk rekreasi. Pemandangan di laut yang didominasi warna biru dengan angin semilir bisa menjadi solusi terbaik untuk menghilangkan penat dari aktivitas keseharian. Di Indonesia, banyak sekali wilayah laut Indonesia yang banyak dijadikan sebagai tempat favorit untuk diving, snorkeling atau bersantai.
Suatu usaha untuk meningkatkan kemampuan teknis, teoritis, konseptual, dan moral sesuai dengan kebutuhan melalui pendidikan dan latihan. Pengembangan juga suatu proses mendesain pembelajaran secara logis, dan sistematis dalam rangka untuk menetapkan segala sesuatu yang akan dilaksanakan dalam proses pembangunan dengan memperhatikan potensi wilayah tersebut.
(10 22) pojok riset, asosiasi ikan target. okasyawalarkan
Tiga kalimat ringkasan dokumen tersebut adalah:
Terumbu buatan dan keramba jaring apung berfungsi sebagai tempat berlindung dan pusat pengumpulan ikan. Jenis dan jumlah ikan yang terkait bergantung pada faktor lingkungan dan perilaku ikan. Penelitian ini bertujuan untuk mempelajari struktur asosiasi dan faktor yang mempengaruhi ikan di sekitar terumbu buatan dan keramba jaring apung.
Analisis mengenai pengelolaan wilayah pesisir berbasis masyarakat yang membahas dua pendekatan utama yaitu struktural dan non-struktural. Pendekatan struktural meliputi pengembangan aksesibilitas, partisipasi masyarakat, informasi, dan kelembagaan. Pendekatan non-struktural meliputi peningkatan pengetahuan lingkungan, keterampilan, kapasitas, dan motivasi masyarakat. Kedua pendekatan diperlukan untuk me
Dokumen tersebut merangkum tentang kelompok 3 pendidikan konservasi yang terdiri dari 5 anggota. Dibahas konsep paradigma lingkungan, etika lingkungan, nilai-nilai karakter, perilaku konservasi, konservasi budaya, seni, dan kaderisasi konservasi. Konservasi budaya diimplementasikan melalui kegiatan seperti karawitan, jajanan tradisional, dan tari tradisional.
Praktek penambangan timah di Kepulauan Bangka Belitung telah menyebabkan kerusakan ekosistem laut setempat. Pengerukan tanah di dasar laut untuk kepentingan penambangan mengubah topografi pantai dan garis pasang surut, serta meningkatkan kekeruhan air laut akibat sedimen yang menutupi terumbu karang dan mengubah habitat alam. Jika pemerintah tidak segera mengambil tindakan, ekosistem laut Kepulauan Bang
(10 22) pojok riset, asosiasi ikan target. okasyawalarkan
Tiga kalimat ringkasan dokumen tersebut adalah:
Dokumen tersebut membahas tentang asosiasi ikan target di sekitar terumbu buatan dan keramba jaring apung di Selat Lembeh Kota Bitung. Terumbu buatan dan keramba jaring apung berfungsi sebagai tempat berlindung dan pencari makan bagi berbagai jenis ikan. Faktor lingkungan seperti jenis ikan dan perilaku ikan mempengaruhi jumlah dan jenis ikan yang diamati di se
Dokumen tersebut membahas tentang visi maritim Indonesia sebagai negara kepulauan. Secara ringkas, dokumen menjelaskan bahwa (1) Indonesia memiliki potensi sumber daya laut yang besar, (2) diperlukan kebangkitan etos maritim untuk memanfaatkan potensi tersebut, dan (3) tantangan utama adalah membangun daya saing nasional berbasis sumber daya maritim.
Strategi Pemanfaatan dan Pengelolaan Sumberdaya Kelautan dan Perikanan Secara...Abida Muttaqiena
Pemanfaatan SDKP berkelanjutan pada prinsipnya adalah perpaduan antara pengelolaan
sumberdaya dan pemanfaatan dengan tetap menjaga kelestarian sumberdaya dalam
jangka panjang untuk kepentingan generasi mendatang. Teknologi penangkapan ikan
bukan hanya ditujukan untuk meningkatkan hasil tangkapan, tetapi juga memperbaiki
proses penangkapan untuk meminimumkan dampak penangkapan ikan terhadap
lingkungan perairan dan biodiversitinya.
Teks tersebut membahas tentang konteks masyarakat nelayan dan budaya pesisir. Masyarakat nelayan hidup dan berkembang di wilayah pesisir yang bergantung pada sumber daya perikanan. Mereka memiliki karakteristik sosial tersendiri seperti sistem nilai dan simbol kebudayaan yang berbeda dengan kelompok masyarakat lain. Teks juga membahas mengenai kearifan lokal dan pendidikan informal yang dimiliki masyarakat n
Dokumen tersebut membahas tentang wisata bahari dan pengembangan kawasan wisata bahari secara berkelanjutan. Beberapa poin pentingnya adalah mengenai prinsip-prinsip ekowisata dan keterlibatan masyarakat setempat, serta pentingnya perencanaan tata ruang dan manajemen wilayah untuk pengembangan wisata bahari yang berkelanjutan.
Kontruksi Peran Panglima Laot Lhok Menuju Tatakelola Kawasan Konservasi Perai...Zulhamsyah Imran
Explore and direct indigenous role for managing marine protected area in Aceh Province, Indonesia. Using social-ecological approach could solve the problem of conflict between society and ecology
Marine and Coastal Protected Areas (MCPAs) : (a chance to save indonesian mar...Mujiyanto -
Dokumen tersebut membahas pentingnya Marine and Coastal Protected Areas (MCPAs) untuk melindungi sumber daya laut dan pantai Indonesia. MCPAs dapat digunakan untuk mengurangi eksploitasi berlebihan dan kerusakan lingkungan, serta melindungi keanekaragaman hayati. Dokumen tersebut juga menjelaskan faktor-faktor yang perlu dipertimbangkan dalam penetapan lokasi MCPAs seperti dukungan masyarakat, kondis
Laut dapat menjadi salah satu alternatif tempat untuk rekreasi. Pemandangan di laut yang didominasi warna biru dengan angin semilir bisa menjadi solusi terbaik untuk menghilangkan penat dari aktivitas keseharian. Di Indonesia, banyak sekali wilayah laut Indonesia yang banyak dijadikan sebagai tempat favorit untuk diving, snorkeling atau bersantai.
Suatu usaha untuk meningkatkan kemampuan teknis, teoritis, konseptual, dan moral sesuai dengan kebutuhan melalui pendidikan dan latihan. Pengembangan juga suatu proses mendesain pembelajaran secara logis, dan sistematis dalam rangka untuk menetapkan segala sesuatu yang akan dilaksanakan dalam proses pembangunan dengan memperhatikan potensi wilayah tersebut.
(10 22) pojok riset, asosiasi ikan target. okasyawalarkan
Tiga kalimat ringkasan dokumen tersebut adalah:
Terumbu buatan dan keramba jaring apung berfungsi sebagai tempat berlindung dan pusat pengumpulan ikan. Jenis dan jumlah ikan yang terkait bergantung pada faktor lingkungan dan perilaku ikan. Penelitian ini bertujuan untuk mempelajari struktur asosiasi dan faktor yang mempengaruhi ikan di sekitar terumbu buatan dan keramba jaring apung.
Analisis mengenai pengelolaan wilayah pesisir berbasis masyarakat yang membahas dua pendekatan utama yaitu struktural dan non-struktural. Pendekatan struktural meliputi pengembangan aksesibilitas, partisipasi masyarakat, informasi, dan kelembagaan. Pendekatan non-struktural meliputi peningkatan pengetahuan lingkungan, keterampilan, kapasitas, dan motivasi masyarakat. Kedua pendekatan diperlukan untuk me
Dokumen tersebut merangkum tentang kelompok 3 pendidikan konservasi yang terdiri dari 5 anggota. Dibahas konsep paradigma lingkungan, etika lingkungan, nilai-nilai karakter, perilaku konservasi, konservasi budaya, seni, dan kaderisasi konservasi. Konservasi budaya diimplementasikan melalui kegiatan seperti karawitan, jajanan tradisional, dan tari tradisional.
Praktek penambangan timah di Kepulauan Bangka Belitung telah menyebabkan kerusakan ekosistem laut setempat. Pengerukan tanah di dasar laut untuk kepentingan penambangan mengubah topografi pantai dan garis pasang surut, serta meningkatkan kekeruhan air laut akibat sedimen yang menutupi terumbu karang dan mengubah habitat alam. Jika pemerintah tidak segera mengambil tindakan, ekosistem laut Kepulauan Bang
(10 22) pojok riset, asosiasi ikan target. okasyawalarkan
Tiga kalimat ringkasan dokumen tersebut adalah:
Dokumen tersebut membahas tentang asosiasi ikan target di sekitar terumbu buatan dan keramba jaring apung di Selat Lembeh Kota Bitung. Terumbu buatan dan keramba jaring apung berfungsi sebagai tempat berlindung dan pencari makan bagi berbagai jenis ikan. Faktor lingkungan seperti jenis ikan dan perilaku ikan mempengaruhi jumlah dan jenis ikan yang diamati di se
Dokumen tersebut membahas tentang visi maritim Indonesia sebagai negara kepulauan. Secara ringkas, dokumen menjelaskan bahwa (1) Indonesia memiliki potensi sumber daya laut yang besar, (2) diperlukan kebangkitan etos maritim untuk memanfaatkan potensi tersebut, dan (3) tantangan utama adalah membangun daya saing nasional berbasis sumber daya maritim.
Strategi Pemanfaatan dan Pengelolaan Sumberdaya Kelautan dan Perikanan Secara...Abida Muttaqiena
Pemanfaatan SDKP berkelanjutan pada prinsipnya adalah perpaduan antara pengelolaan
sumberdaya dan pemanfaatan dengan tetap menjaga kelestarian sumberdaya dalam
jangka panjang untuk kepentingan generasi mendatang. Teknologi penangkapan ikan
bukan hanya ditujukan untuk meningkatkan hasil tangkapan, tetapi juga memperbaiki
proses penangkapan untuk meminimumkan dampak penangkapan ikan terhadap
lingkungan perairan dan biodiversitinya.
Modul Ajar Matematika Kelas 11 Fase F Kurikulum MerdekaFathan Emran
Modul Ajar Matematika Kelas 11 SMA/MA Fase F Kurikulum Merdeka - abdiera.com. Modul Ajar Matematika Kelas 11 SMA/MA Fase F Kurikulum Merdeka. Modul Ajar Matematika Kelas 11 SMA/MA Fase F Kurikulum Merdeka. Modul Ajar Matematika Kelas 11 SMA/MA Fase F Kurikulum Merdeka. Modul Ajar Matematika Kelas 11 SMA/MA Fase F Kurikulum Merdeka.
Workshop "CSR & Community Development (ISO 26000)"_di BALI, 26-28 Juni 2024Kanaidi ken
Dlm wktu dekat, Pelatihan/WORKSHOP ”CSR/TJSL & Community Development (ISO 26000)” akn diselenggarakan di Swiss-BelHotel – BALI (26-28 Juni 2024)...
Dgn materi yg mupuni & Narasumber yg kompeten...akn banyak manfaat dan keuntungan yg didpt mengikuti Pelatihan menarik ini.
Boleh jga info ini👆 utk dishare_kan lgi kpda tmn2 lain/sanak keluarga yg sekiranya membutuhkan training tsb.
Smga Bermanfaat
Thanks Ken Kanaidi
Universitas Negeri Jakarta banyak melahirkan tokoh pendidikan yang memiliki pengaruh didunia pendidikan. Beberapa diantaranya ada didalam file presentasi
Materi ini membahas tentang defenisi dan Usia Anak di Indonesia serta hubungannya dengan risiko terpapar kekerasan. Dalam modul ini, akan diuraikan berbagai bentuk kekerasan yang dapat dialami anak-anak, seperti kekerasan fisik, emosional, seksual, dan penelantaran.
Modul Ajar Bahasa Indonesia Kelas 7 Fase D Kurikulum Merdeka - [abdiera.com]Fathan Emran
Modul Ajar Bahasa Indonesia Kelas 7 SMP/MTs Fase D Kurikulum Merdeka - abdiera.com. Modul Ajar Bahasa Indonesia Kelas 7 SMP/MTs Fase D Kurikulum Merdeka. Modul Ajar Bahasa Indonesia Kelas 7 SMP/MTs Fase D Kurikulum Merdeka. Modul Ajar Bahasa Indonesia Kelas 7 SMP/MTs Fase D Kurikulum Merdeka. Modul Ajar Bahasa Indonesia Kelas 7 SMP/MTs Fase D Kurikulum Merdeka. Modul Ajar Bahasa Indonesia Kelas 7 SMP/MTs Fase D Kurikulum Merdeka.
KONSEP TEORI TERAPI KOMPLEMENTER - KELAS B KELOMPOK 10.pdf
43-82-1-SM.pdf
1. Menjaga Kelestarian..... 71
(Rahcmad Munazir)
MENJAGA KELESTARIAN LINGKUNGAN MARITIM
PESISIR YANG BERKELANJUTAN DI KABUPATEN PIDIE
DENGAN PENDEKATAN ADAT LAOT
Rahcmad Munazir 1)
, Zulfan Yusuf 2)
, Mujiburrahman3)
, Muhammad Nur4)
1,2,3,4)
Program Studi Pendidikan Sejarah, FKIP Universitas Serambi Mekkah
email : munazir.rm@gmail.com, zulfanyusuf49@yahoo.com, mujiburrahmanmuji@gmail.com,
mnur_kemala@yahoo.com
Abstract: This research is a study that focus on local wisdom aspect as the force behind the sustainable
development, whether development in economic, social, culture, education and other aspects. The scope
of this research problem is coastal development based on the local coastal wisdom itself. Where wisdom
is positioned as a potential for environmentally friendly and sustainable development. So this study
looks at how the strategy of Panglima Laot as an institution of adat laot or local wisdom which is a
maritime cultural heritage that developed in Aceh coast in maintaining sustainable coastal
environment. This research was conducted in Pidie District of Aceh Province, where Pidie District is
one of the coastal regency in Aceh. By borders, the North side of the regency is bounded by the Malacca
Strait, South by West Aceh and Aceh Jaya Regencies, the East with Pidie Jaya Regency and the West is
bounded by the Regency of Aceh Besar. This research uses qualitative research methods. In addition,
the study also uses a multi-disciplinary approach. The approach used in this research is the approach
of sociology, anthropology and history. The existence of three disciplinary approaches, can provide a
comprehensive description of Panglima Laot, so that the researchers can build concepts in answering
research problems. The results of this study indicates that, Panglima Laot as chief of adat (custom) has
its own role in regulating fishermen as coastal custom communities. The existence of Panglima Laot is
strategic enough in limiting the behavior of fishing communities, especially behavior that can damage
the coastal environment. To curb such behavior, the Panglima Laot undertook by customary approach
as a strategy in preventing the destruction to the coastal environment caused by the behavior of
fishermen. The customary approach strategy used by panglima laot as adat leader in encouraging
sustainable coastal maritime conservation in Pidie District.
Keywords : strategy, panglima laot, maritime environment, sustainable
Abstrak: Penelitian ini merupakan penelitian yang melihat aspek kearifan lokal sebagai modal dalam
pembangunan yang berkelanjutan, baik pembangunan dari aspek ekonomi, sosial, budaya, pendidikan
dan aspek lainnya. Fokus persoalan penelitian ini adalah pembangunan pesisir yang berlandaskan pada
kearifan lokal pesisir itu sendiri. Di mana kearifan diposisikan sebagai potensi pembangunan yang
ramah lingkungan dan berkelanjutan. Sehingga penelitian ini melihat bagaimana strategi panglima laot
sebagai lembaga adat laot atau kearifan lokal yang merupakan warisan budaya maritim yang
berkembang di pesisir Aceh dalam mewujudkan pesisir yang lestari dan berkelanjutan. Penelitain ini
dilakukan di Kabupaten Pidie Provinsi Aceh, di mana Kabupaten Pidie merupakan salah satu kabupten
pesisir yang ada di Aceh. Secara batas wilayah, Sebelah Utara kabupaten ini berbatas dengan Selat
Malaka, Sebelah Selatan dengan Kabupaten Aceh Barat dan Aceh Jaya, sebelah Timur dengan
Kabupaten Pidie Jaya dan sebelah Barat berbatas dengan Kabupaten Aceh Besar. Penelitian ini
mengunakan metode penelitian kualitatif. Di samping itu, penelitian ini juga menggunakan pendekatan
multi disiplin ilmu. Pedekatan yang digunakan dalam penelitian ini adalah pendekatan sosiologi,
antropologi dan sejarah. Adanya pendekatan tiga disiplin ilmu tersebut, dapat memberikan gambaran
yang menyeluruh terhadap panglima laot, sehingga dapat terbangun konsep oleh peneliti dalam
menjawab masalah penelitian. Hasil dari penelitian ini menunjukkan bahwa, panglima laot sebagai
ketua adat memiliki peran tersendiri dalam mengatur nelayan sebagai masyarakat adat pesisir.
Keberadaan panglima laot cukup strategis dalam membatasi perilaku masyarakat nelayan, khususnya
perilaku yang merusak lingkungan pesisir. Untuk membatasi perilaku tersebut, panglima laot
Jurnal Humaniora, 1(2), 71-78
Oktober 2017
http://jurnal.abulyatama.ac.id/humaniora
2. Jurnal Humaniora, 1(2), 71-78
Oktober 2017
http://jurnal.abulyatama.ac.id/humaniora
72
melakukan dengan pendekatan adat sebagai strategi dalam mencegah kerusakan lingkungan pesisir
yang disebabkan oleh perilaku nelayan. Strategi pendekatan adat tersebut yang digunakan panglima laot
sebagai pemimpin adat dalam mendorong kelestarian lingkungan maritim pesisir yang berkelanjutan di
Kabupaten Pidie.
Kata kunci : strategi, panglima laot, lingkungan maritime, lestari.
Secara geografis, sebagian besar
kabupaten/kota yang berada di Aceh terletak di
pinggir laut, atau berbatas langsung dengan laut.
Keadaan geografis tersebut mendorong sebagian
masyarakat Aceh bertempat tinggal atau bermukim
di pesisir pantai dan bermata pencaharian sebagai
nelayan. Kondisi ini tentunya akan membuat
masyarakat saling berinteraksi, baik dengan
sesamanya maupun dengan alam, sehingga
melahirkan budaya dan kearifan lokal
(Mujiburrahaman, 2015:1). Kearifan lokal (local
wisdom) sendiri dalam kamus terdiri dari dua kata:
kearifan (wisdom) dan lokal (local). Dalam Kamus
Inggris Indonesia, local berarti setempat,
sedangkan wisdom (kearifan) sama dengan
kebijaksanaan. Secara umum maka local wisdom
(kearifan setempat) dapat dipahami sebagai
gagasan-gagasan setempat (local) yang bersifat
bijaksana, penuh kearifan, bernilai baik, yang
tertanam dan diikuti oleh anggota masyarakatnya.
Dalam antropologi, kearifan lokal dikenal sebagai
local genus. Menurutu Gobyah, kearifan lokal
(local genius) adalah kebenaran yang telah
mentradisi atau ajeg dalam suatu daerah. Dalam
masyarakat pesisir Aceh dikenal adanya pemimpin
adat masyarakat nelayan yang disebut dengan
lembaga adat panglima laot. Ini merupakan
lembaga adat yang menjalankan kearifan lokal
masyarakat pesisir yang dimiliki oleh masyarakat
Aceh. Soerjono Soekanto (1987: 154) menyatakan
bahwa masyarakat adalah orang yang hidup
bersama yang menghasilkan kebudayaan. Dengan
demikian tidak ada masyarakat yang tidak
memiliki kebudayaan dan sebaliknya tidak ada
kebudayaan tanpa masyarakat sebagai bingkai dari
potret budaya tersebut. Panglima laot sebagai
warisan budaya maritim, tentu sudah mengakar
dalam kehidupan masyarakat Aceh yang mengatur
tatalaksana kehidupan nelayan dalam berinteraksi
sebagai nelayan yang menggantungkan hidupnya
pada laut.
Panglima laot sudah ada sejak zaman
Kerajaan Samudra Pasai pada abad ke 14,
kemudian dipertegas oleh Sultan Iskandar Muda
(1607-1636). Pada saat itu posisi panglima laot
adalah perpanjangan tangan sultan dalam rangka
mengerjakan dua tugas utama, yaitu memungut
cukai dari kapal-kapal dagang yang berlabuh di
pelabuhan dan memobilisasi rakyat untuk
kepentingan perang (Adli dkk 2006: 7). Menurut
A.M. Djuliati Suroyo (2013: 303) Aceh pada masa
Sultan Iskandar Muda pernah mengeluarkan
hukum adat laut, yang khusus mengatur
penangkapan ikan di laut, kaitannya dengan para
nelayan, upah kerja, perahu, peralatan dan lain-
lain. Pejabat yang mengurus semua itu adalah
panglima laot. Dalil yang disebutkan di atas
merupakan bukti panglima laot sudah berjalan
cukup lama dalam kehidupan nelayan Aceh.
Kerifan lokal lembaga adat panglima laot ini
3. Menjaga Kelestarian..... 73
(Rahcmad Munazir)
merupakan warisan budaya maritim Indonesia
dimana ini adalah salah satu kekayan khasanah
budaya bangsa Indonesia sebagai negara maritim.
Lembaga adat laot sangat menjunjung tinggi
kelestarian alam laut dan pesisir, ini adalah wujud
kearifan yang merupakan ruh dari lembaga adat
panglima laot. Dalam masyarakat yang masih
menjunjung kearifan lokalnya, penghormatan
terhadap alam adalah sesuatu yang amat penting.
Dalam masyarakat tersebut ditemui sejumlah
prinsip dan pola perilaku yang seharusnya.
Menurut Sony Keraf istilah prinsip etika dalam
lingkungan yang harus diperhatikan yakni sikap
hormat pada alam (respect for nature), tanggung
jawab (moral responsibility for nature), solidaritas
kosmis (cosmic solidarity), kasih sayang dan
kepedulian pada alam (care for nature). Manusia
mempunyai tanggung jawab dan kewajiban moral
terhadap alam, dengan perilaku yang berpihak
pada lingkungan, hidup sederhana dan selaras
dengan alam, dan keadilan (Kamruzzaman
Bustamam-Ahmad dkk, 2010: IX)
Kabupaten Pidie merupakan salah kabupaten
pesisir yang ada di Aceh, tentu juga memiliki
lebaga adat panglima laot yang mengatur
kehidupan pesisir. Jumlah panglima laot lhok yang
dimiliki Kabupaten Pidie berjumlah sembilan
orang, ditambah satu orang panglima laot
kabupaten dimana keseluruhan Kabupaten Pidie
memiliki sepuluh orang panglima laot.
Keberadaan panglima laot di Kabupaten Pidie
sebagai pemuka adat di wilayah laut Kabupaten
Pidie menarik untuk di teliti, salah satu aspek yang
menarik dilihat bagaimana strategi panglima laot
dalam mewujudkan lingkungan yang lestari
sebagai mana wujud ruh dari sebuah kearifan. Di
samping itu, keberadaan panglima laut di Pidie
juga ada mengalami pasang surut, salah satunya
adalah adanya pergeseran nilai dari lembaga adat
itu sendiri sebagai lembaga adat. Seperti yang
terjadi di lhok Kecamatan Kembang Tanjong
Kabupaten Pidie, kala bantuan datang silih berganti
setelah tsunami justru ini menciptakan konflik baru
yang berimbas pada pelaksanaan adat oleh
panglima laot (Mujiburrahman, 2015: 152).
Mengacu pada penjelasan diatas, penelitian
ini dilakukan di Kabupaten Pidie untuk melihat
bagaimana strategi panglima laot Kabupaten Pidie
dalam mewujudkan lingkungan maritim yang
lestari
METODE PENELITIAN
Penelitian ini adalah penelitian kualitatif,
dimana penelitian yang menitik beratkan pada
pengamatan dan wawancara, sehingga peneliti
berusaha untuk mengangkat secara ideografis
berbagai fenomena dan realitas sosial (Gumilar,
2005: 64). Dalam hal ini peneliti akan turun
langsung kelapangan untuk mewawancarai
narasumber yang relevan terhadap penelitian dan
disertai observasi yang seksama. Sedangkan data
sekunder adalah data-data yang didapat dari
sumber bacaan dan berbagai macam sumber
lainnya yang terdiri dari surat-surat pribadi, buku
harian, notulen rapat, sampai dokumen-dokumen
resmi dari berbagai instansi pemerintah. Data
sekunder juga dapat berupa majalah, koran, buletin
publikasi dari berbagai organisasi, lampiran-
lampiran dari badan-badan resmi seperti
kementrian-kementrian, hasil-hasil studi,tesis, hasil
survey, studi histories, dan sebagainya (Nazar,
2003:45). Setelah data terkumpul, kemudian
4. Jurnal Humaniora, 1(2), 71-78
Oktober 2017
http://jurnal.abulyatama.ac.id/humaniora
74
dilanjutkan dengan analisa data dan pembahasan
data untuk mendapatkan hasil dari penelitian.
HASIL DAN PEMBAHASAN
Setiap masalah yang berkembang dalam
masyarakat tentunya akan dicarikan solusi oleh
pihak pemangku kepentingan, dalam hal ini oleh
pimpinan masyarakat itu sendiri. Setiap komunitas
masyarakat memiliki pemimpin sendiri, baik yang
diformalkan maupun tidak diformalkan. Di dalam
masyarakat nelayan ada panglima laot yang
menjadi pemimpin adat, salah satu fungsi
pimpinan adalah mengatur segala bentuk tatanan
dalam segala sendi kehidupan. Termasuk masalah
pemeliharaan lingkungan, pemimpin memiliki
kekuasaan dalam mengatur, termasuk mengatur
bagaimana orang harus bersikap yang seharunya
dalam menjaga lingkungan. Panglima laot, salah
satu pimpinan adat yang memiliki kewenangan
adat terhadap nelayan, sehingga dalam menjaga
lingkungan pesisir ada pendekatan adat yang
dilakukan panglima laot dalam menjaga
lingkungan sebagai warisan untuk anak cucu.
a. Kearifan Pesisir
Salah satu kearifan lokal yang ada di Aceh,
adalah panglima laot. Ini merupakan kearifan
pesisir yang sudah berkembang sejak zaman
kerajaan (Mujiburrahman, 2015:5). Panglima laot
merupakan pemimpin adat di dalam masyaralat
nelayan Aceh. Berdasarkan Perda Nomor 7 Tahun
2000 tentang penyelenggaraan kehidupan adat,
pasal 1 ayat (14) menyebutkan yang dimaksud
dengan panglima laot adalah orang yang
memimpin adat istiadat dan kebiasaan-kebiasaan
yang berlaku di bidang penangkapan ikan dan
penyelesain sengketa. Mengacu pada Undang-
Undang No 11 Tahun 2006, panglima laot sebagai
lembaga adat yang memimpin dan mengatur
hukum adat di bidang laut serta masyarakat
nelayan Aceh. Menurut Mujiburrahaman,
panglima laot merupakan pemimpin adat terhadap
persekutuan masyarakat nelayan serta yang
menjalankan adat laot, hukom adat laot dan hukom
meupayang serta yang mengawasinya
(Mujiburrahman, 2015:21).
Panglima laot sebagai kearifan lokal pesisir
aceh sangat strategis dalam mengatur semua
perilaku masyarakat nelayan, selaku orang
menggantungkan hidupnya terhadap laut.
Keberadaan laut tentu tidak bisa dipisahkan
dengan nelayan, dimana panglima laot juga
sesuatu yang inheren terhadap laut dan nelayan di
Aceh. Kearifan pesisir ini merupakan keayaan
budaya maritim yang dimiliki oleh bangsa
Indonesia sebagai Negara maritim. Panglima laot
memiliki wilayah kekuasaan adat yang meliputi.
Sepanjang bineh pasie (tepi pantai). Dari arah darat
dimulai dari titik terakhir ombak laut pecah atau
tempat tumbuhnya tanaman tapak guda (sejenis
tanaman menjalar, yang daunnya mirip tapak kaki
kuda) hingga ke laut lepas dalam jangkauan
masyarakat adat setempat (Syarif, 2003:36-37).
Setiap panglima laot memiliki wilayah kerja di
setiap kuala, di mana kuala tersebut menjadi
tempat berlabuh parahu nelayan. Panglima laot ini
lazim dikenal dengan nama panglima laot lhok,
sedangkan panglima laot kabupaten berkerja
sesuai dengan wilayah kabupaten, hingga
panglima laot provinsi yang meliputi wilayah kerja
provinsi pula (Muji, 2015:7). Panglima laot
sebagai ketua adat, atau pemimpin adat untuk
5. Menjaga Kelestarian..... 75
(Rahcmad Munazir)
masyarakat nelayan, tentu panglima laot memiliki
peran yang besar dalam keberlangsungan proses
interaksi sosial di dalam masyarakat nelayan.
secara umum ada empat peranan panglima laot
dalam masyarakat nelayan. Peran tersebut adalah
peran pada tatanan adat laot, hukom adat laot,
hukom meupayang dan menyelesaikan sengketa.
Mengacu pada monografi perikanan Daerah
Istimewa Aceh (Anonim, 1973: 102) paling tidak
ada empat tugas utama panglima laot. Adapun
tugas-tugasnya sebagai berikut:
1. Mengawasi dan memelihara hukum adat laut.
2. Mengatur tatacara penangkapan ikan.
3. Menyelesaikan berbagai pertikaian yang
terjadi dalam hubungannya dengan
penangkapan ikan di laut.
4. Menyelenggarakan upacara adat laut,
menangani kecelakaan di laut, gotong royong
dan masalah sosial lainnya.
Dalam buku pegangan adat tgk imum
menasah menyebutkan bahwa, Panglima laot
adalah orang yang memimpin adat istiadat atau
kebiasaan yang berlaku di bidang penangkapan
ikan di laut. Selain itu lembaga ini juga bertugas
mengatur tempat/areal penangkapan ikan,
penambatan perahu dan menyelesaikan sengketa
bagi hasil. Kekuasaan panglima laot hanya berlaku
di wilayah laut meliputi semua aspek kehidupan di
laut. Tugas panglimat laot tidak hanya sekedar
melakukan pengaturan tetapi juga memberikan
sanksi (M. Saleh, 2007: 16).
b. Strategi Panglima Laot Dalam
Mewujudkan Lingkangan Maritime Yang
Lestari
Strategi berasal dari kata Strategos dalam
bahasa Yunani merupakan gabungan dari Stratos
atau tentara dan ego atau pemimpin. Suatu strategi
mempunyai dasar atau skema untuk mencapai
sasaran yang dituju. Jadi pada dasarnya strategi
merupakan alat untuk mencapai tujuan. Menurut
Marrus (2002: 31) strategi didefinisikan sebagai
suatu proses penentuan rencana para pemimpin
puncak yang berfokus pada tujuan jangka panjang
organisasi, disertai penyusunan suatu cara atau
upaya bagaimana agar tujuan tersebut dapat
dicapai.
Dalam mewujudkan lingkungan yang lestari,
panglima laot memiliki strategi khusus yang
diterapakan. Startegi ini merupakan upaya yang
dilakukan oleh panglima laot lhok yang ada di
kawasan pidie dalam mewujudkan kelestarian
alam di wilayah maritim pidie. Hukum adat
merupakan hukum yang menjunjung tinggi
terhadap alam. Secara rinci, hukum adat yang ada
di pesisir aceh yang merupakan nialai kearfian
masyarakat nelayan dapat dibagi menjadi beberapa
bagian. Adat istiadat kenelayanan atau adat laot
yang dimiliki oleh masyarakat Aceh secara umum
dapat dibagi menjadi tiga, yang pertama adat laot,
kedua hukum adat, ketiga hukom meupayang
(Mujiburrahman, 2015:74). Dalam menjalankan
adat tersebut dibutuhkan hukum adat yang
kemudian dapat menjatuhkan hukum adat terhadap
yang melangar adat. Menurut Adli Abdullah
pelaksanaan adat laot dapat disederhanakan paling
tidak menjadi tiga hal, yaitu: pertama pengaturan
alat tangkap dan wilayah, kedua masalah
pelaksanaan sosial, ketiga masalah aturan dan
pelarangan yang disertai sanksi (Adli, 2006:62).
Ketiga komponen adat tersebutlah yang menjadi
6. Jurnal Humaniora, 1(2), 71-78
Oktober 2017
http://jurnal.abulyatama.ac.id/humaniora
76
niali-nilai utama dalam mewujudkan lingkungan
lestari oleh panglima laot sebgai strategi dalam
pencapaian solusi.
Menurut Mujiburrahman, panglima laot
memiliki peran yang besar dalam masyarakat
nelayan, sekurang kurangnya ada empat peran
yang dimainkan oleh panglima laot. Keempat
peran tersebut, diantaranya adalah
(Mujiburrahman: 2015: 114-151):
1. Peranan Panglima laot dalam
Menjalankan Adat Laot
2. Peranan Panglima laot dalam
Menjalankan Hukom Adat Laot.
3. Peranan Panglima laot dalam
Menjalanakan Hukom Meupayang
4. Peranan Panglima laot dalam
Menyelesaikan Sengketa Adat
Keempat aspek peranan tersebut merupakan
peran strategis turun-temurun yang dimainkan oleh
panglima laot dalam mewujudkan kelestarian
lingkungan. Hukum adat diperlukan untuk
membatasi perilaku, dalam hal ini perilaku nelayan
yang secara langsung berhubungan dengan laut.
Sebagaimana diketahui, bahwa kerusakan alam
laut sangat dipengaruhi oleh perilaku manusia
yang tidak memberi rasa hormat kedapa alam. Di
sisi lain, hukum adat juga ikut mengisi kekosongan
hukum positif. Ini dapat dilihat bahwa, hukum adat
tetap berlaku dalam kehidupan masyarakat.
Soerjono mengemukan ada empat alasan kenapa
fenomena hukum adat terus bergulir.
1. Hukum adat pasti ada, hukum tertulis tidak
akan mungkin mengatur seluruh kepentingan
masyarakat dan warganya secara proposional.
2. Pada masyarakat yang sedang mengalami
perubahan sosial yang relatif cepat tetapi
terarah, peranan hukum adat lebih menonjol
dari pada hukum tertulis.
3. Di dalam kebudayaan majemuk seperti
Negara kita Indonesia, eksistensi
kebudayaan-kebudayaan khusus (Sub
Culture) tidak mungkin diabaikan dalam
kehidupan berbangsa dan bernegara.
4. Pola-pola dalam hukum adat dapat
dipergunakan untuk melembagakan hukum
tertulis (Adli, 2006: 24).
Penegakan hukum adat laot, adat laot dan
hukum mepayang merupakan langkah strategis
adat, dan ini menjadi hal yang sangat berpengaruh
dalam kehidupan masyarakat nelayan dalam
mewujudkan lingkungan yang lestari. Ketiga
instrumentasi adat tersebut merupakan alat yang
sangat efektif untuk menjaga keseimbangan alam
yang lestari.
1. Adat laot
Adat laot merupakan sesuatu yang sudah
belangsung secara turun temurun dan terus
menerus sebagai komponen adat yang tidak bisa
dipisahkan dari kehidupan masyarakat nelayan.
Keberadaan adat laot ini merupakan strategi yang
sangat potensial untuk dapat digunakan dalam
membatasi perilaku para nelayan dalam bertindak
yang berisiko dalam pengrusakan lingkungan
pesisir maritim. Ada empat unsur adat laot yang
dijalankan oleh panglima laot yaitu, adat khanduri
laot, adat sosial, adat pemeliharaan lingkungan dan
adat barang hanyut (Muji, 2015:114). Unsur-unsur
tersebut cukup berperan dalam mewujudkan
kondisi pesisir maritime yang lestari. Menurut
7. Menjaga Kelestarian..... 77
(Rahcmad Munazir)
panglima laot Kabupaten Pidie, adat laot salah satu
jalan yang adil untuk semua pihak dalam
mengintervensi para nelayan selaku orang yang
menyatu dengan laut dalam bertindak supaya
menjaga kelstarian alam, dan keseimbangannya.
2. Hukom adat laot
Hukom adat laot merupakan pantang laot
pada hari-hari yang telah ditentukan. Ada beberapa
hari yang telah dipantangkan untuk melaut dalam
hukom adat laut Aceh. Pertama pantang melaut
bagi nelayan selama satu hari, yaitu pada hari
Jumat, terhitung sejak tenggelamnya matahari pada
hari Kamis sampai tenggelam matahari pada hari
Jumat. Kedua, pantang melaut selama tiga hari
setelah tiga hari khanduri laot, dihitung sejak
keluar matahari khaduri laot hingga tenggelam
matahari pada hari ketiga. Ketiga, pantang melaut
pada Hari Raya Idul Fitri. Pantangan ini berlaku
selama tiga hari dihitung sejak tenggelam matahari
pada hari megang hingga terbenam matahari pada
hari kedua Idul Fitri. Keempat, pantang melaut
pada Hari Raya Idul Adha selama tiga hari
dihitung sejak tenggelam matahari pada hari
megang hingga tenggelam matahari pada hari
ketiga Idul Adha. Kelima, pantang melaut pada
hari kemerdekaan 17 Agustus 1945, terhitung sejak
tenggelam matahari pada tanggal 16 Agustus
sampai dengan tenggelamnya matahari tanggal 17
Agustus. Sejak Aceh dilanda musibah gempa dan
tsunami pada 26 Desember 2004 yang memakan
banyak korban, panglima laot juga melarang
melaut pada tanggal 26 Desember, terhitung sejak
tenggelamnya mata hari pada 25 Desember sampai
tenggelam matahari 26 Desember. Hal itu
dilakukan sebagai penghormatan kepada korban
tsunami dan termasuk para nelayan yang banyak
menjadi korban. Kesemua pantang laot pada hari-
hari yang telah dirincikan di atas merupakan
hukom adat laot yang dijalankan oleh panglima
laot (Muji, 2015:136-137).
3. Hukom meupayang
Hukum meupayang adalah hukum yang
mengatur tatacara atau aturan dalam menangkap
ikan di laut lepas. Karena tak jarang pula dalam
menangkap ikan di laut juga terjadi sengketa.
Hukum meupayang ikut mengatur jarak oprasi
berdasarkan jenis kapal, sampai pembagian hasil.
KESIMPULAN DAN SARAN
Panglima laot dalam mewujudkan
lingkungan yang lestari menggunakan strategi
pendekatan adat, yaitu dengan memaksimalkan
dalam penegakan hukum adat. Adapun aspek
pelaksanaan adat tersbut terletak pada adat laot,
hukom adat laot dan hukom meupayang. Nilai-
nilai kearifan yang berkembang dan sudah
mengakar di pesisir tersebut merupakan strategi
yang dimiliki panglima laot dalam mewujudkan
lingkungan pesisir yang lestari.
DAFTAR PUSTAKA
Abdullah, M. Adli, et al., (2006) Selama
kearifan adalah kekayaan: Eksitensi
Panglima Laot di Aceh”. Banda Aceh:
Lembaga Hukom Adat Laot Aceh dan
Yayasan KEHATI. Hal 7.
Bustamam-Ahmad, Kamaruzzaman, et, al.,
(2010). Kearifan Lokal di Laut Aceh.
Banda Aceh: Center Study of Sea
Customery law and Fisheries Policy
8. Jurnal Humaniora, 1(2), 71-78
Oktober 2017
http://jurnal.abulyatama.ac.id/humaniora
78
Syiah Kuala University and Syiah Kuala
University Press. Hal IX
Dinas Perikanan Aceh. (1973). Monografi
perikanan Daerah Istimewa Aceh.
Banda Aceh: Dinas Perikanan Aceh.
Gumilar, Rusliwa Somantri. (2005).
Memahami Metode Kualitatif. Jurnal
Makara, Sosial Humaniora, 9(2), 64.
Mujiburrahaman. (2015). Perkembangan
Panglima Laôt Dan Peranannya Dalam
Kehidupan Masyarakat Nelayan Di
Kecamatan Kembang Tanjong
Kabupaten Pidie, Provinsi Aceh (1990-
2007). Tesis Pada Jurusan Ilmu Sejarah
Pasca Sarjana Universitas Diponegoro,
Semarang.
Suhaidy, M. Saleh. (2007). Buku Pegangan
Teungku Imeum Meunasah. Banda Aceh:
Dinas Syari'at Islam Provinsi NAD. Hal
16.
Soekanto, Soeryono. (1987). Memperkenalkan
Sosiologi dalam sosiologi suatu
pengantar. Jakarta: Rajawali Pers. Hal.
154
Suroyo, A.M. Djuliati, et al., (2013) Sejarah
Maritim Indonesia 1: Menelusuri Jiwa
Bahari Bangsa Indonesia Hingga Abad
ke 17. Semarang: Jeda. Hal 303.
Syarif, Sanusi M. (2003). Riwang U Laot:
Leun Pukat dan Panglima Laot dalam
Kehidupan Nelayan di Aceh. Banda
Aceh: Yayasan Rumpun Bambu dan
CSSP. Hal 38-37.