Micro Teaching Mata Kuliah Jaringan Komputer IT Telkom 2013
23510310 tugas meaningful broadband
1. Tugas 1 Arsitektur dan Manajemen TI :
Laporan Seminar Meaningful Broadband
oleh :
I Putu Agus Eka Pratama
23510310 / MTI ITB
Dosen :
Prof. Dr. Suhono Harso Supangkat
MAGISTER TEKNOLOGI INFORMASI
SEKOLAH TEKNIK ELEKTRO DAN INFORMATIKA
INSTITUT TEKNOLOGI BANDUNG
2011
2. Pada tanggal 22 Agustus 2011, bertempat di Auditorium Campus Center (ACC) ITB,
diadakan seminar dengan judul Meaningful Broadband. Seminar ini diadakan oleh ITB bekerja
sama dengan Indosat mobile. Seminar ini terbuka untuk semua mahasiswa/i ITB, termasuk dari
program pasca sarjana. Seminar ini menyajikan 4 buah poin utama yang dibahas, yaitu pengertian
broadband, pengertian meaningful broadband, dan digital divide (closing the digital divide) dengan
memanfaatkan meaningful broadband. Pembicara pada seminar ini yaitu Bapak Profesor Craig
Warren Smith PhD, Bapak Profesor Suhono Harso Supangkat, Bapak Dr Ing Ilham Akbar Habibie,
Bapak Dr Yusep Rosmansyah, dan Bapak Dr Ing Eueung Mulyana.
Broadband adalah sinyal telekomunikasi atau device dengan bandwith yang besar. Akses
internet broadband adalah akses internet berkecepatan tinggi dengan range 64 kbit/s – 4Mbit/s. Di
tahun 2006, Organisation for Economic Co-operation and Development (OECD) menyatakan
bahwa untuk sebuah akses broadband, kecepatan download mencapai lebih dari 256 kbit/s. Bapak
Suhono dalam penyampaian beliau menambahkan bahwa broadband sendiri adalah sebuah layanan
yang mumpuni dan always on.
Kemudian mengenai meaningful broadband, Bapak Ilham menyampaikan mengenai 3 hal
terkait meanigful broadband. Yaitu useable (dapat digunakan), affordable (memberi manfaat), dan
empowering (memberikan kekuatan, dalam bidang teknologi). Ditambahkan juga oleh salah satu
anak dari Bapak Habibie ini, bahwa broadband tidak selalu berkaitan dengan kecepatan. Agar
broadband dapat berarti, maka diperlukan demand (kebutuhan) dan supply.
Profesor Suhono terkait meaningful broadband, memberikan penjelasan mengenai C
Generation, QoS (Quality of Service), dan pricing. C Generation memiliki karakteristik 6 buah
karakteristik, yaitu : freedom to choose, esppresive, personalization, collaboration, inovatif, dan
multi tasking. Adapun C Generation meliputi 6 buah hal sebagai berikut :
1. Connection. Meliputi teknologi GPRS (General Packet Radio Service), 3G (3rd Generation
mobile technology), dan WIMAX (Worldwide Interoperability for Microwave Access).
2. Covergen. Meliputi PC (Personal Computer), PDA (Personal Digital Assistant), dan
smartphone.
3. Collaboration. Meliputi teknologi web 2.0 yang saat ini sudah umum diterapkan di internet.
4. Content Creactive. Meliputi game dan game mobile. Termasuk juga berbagai game yang
dikembangkan berbasis open source, misalkan di market Android.
5. Constectual. Meliputi directing, regulating, dan protecting.
QoS sendiri mengacu kepada kualitas dari layanan yang disediakan, sehingga user dapat
menggunakan layanan dengan baik (misalkan tidak tersendat sendat karena koneksi internet yang
tidak memadai). Pricing terkait dengan harga, dalam hal ini harga yang ditentukan untuk
user/konsumen sesuai dengan paket yang disediakan dan kemampuan konsumen itu sendiri.
3. Ditambahkan juga mengenai beberapa sejarah. Misalkan pada tahun 1960, Palapa oleh
profesor Iskandar dijadikan nama satelit kebanggaan Indonesia. Nama itu diambil dari nama
sumpah Patih Majapahit, Gajah Mada, daam mempersatukan Nusantara. Kemudian di tahun 1999
teknologi GPRS, CDMA 1X, memberikan nilai ekonomi (economy value) sebesar 200 trilyun
rupiah dari dunia seluler dengan subscribe lebih dari 120 juta rupiah. Pada tahun 2009, UMMS dan
HSDPA memberikan nilai setara dengan 30 trilyun rupiah. Diprediksikan dalam 10 tahun ke depan
akan memberikan subscribe lebih dari 120 juta rupiah. Ini merupakan kekuatan broadband
economy Indonesia.
Profesor Craigh dalam materi yang disampaikan oleh beliau terkait meaningful broadband,
mengatakan bahwa untuk melakukan penetrasi broadband di setiap negara, sangat penting untuk
dibentuk infrastruktur broadband di setiap negara. Hal ini akan meminimalisir atau menghapus
digital divide (kesenjangan digital) yang terjadi dewasa ini, terutama di negara berkembang dan
negara terbelakang. Di katakan, ibarat piramida, maka bagian puncak diisi oleh negara – negara
maju yang menikmati broadband dengan baik sehingga tidak ada diigtal divide sama sekali. Di
bagian tengah diisi oleh negara – negara berkembang (termasuk Indonesia). Di bagian ini,
broadband tidak dapat dinikmati sepenuhnya dengan baik. Dalam artian ada yang menikmati
dengan agak baik hingga tidak terlalu baik. Akibat ketidakmerataan ini terjadilah kesenjangan
digital yang berdampak pada pembangunan bangsa. Bagian bawah piramida diisi oleh negara –
negera terbelakang yang tidak menikmati sama sekali broadband tersebut.
Profesor Craigh juga menjelaskan mengenai MP3EI (Master Plan Pembangunan
Perencanaan Ekonomi Indonesia) dan rule ICT (Information and Communication Technology) yang
terdiri atas empat poin yaitu protecting, regulating, controlling, dan directing. Keempat poin ini
merupakan inovasi untuk TIK.
Terkait dengan digital divide, Profesor Craigh menyebutkan sebuah kalimat dari digital
divide institute message. Yaitu the ability of leaders to shape the direction of broadband for the
“next two billion” users may be the key to human clvilization. Sumbernya dapat dilihat di
www.digitaldivide.org.
Terakhir, pak Yusep dan pak Eueung menyampaikan materi mengenai mobile technology.
Dalam kesempatan ini Pak Yusep berbagi pengalaman mengenai mobile technology di Papua.
Dimana masyarakat disana lebih ahli dalam hal mengambil gambar (jepret dari kamera)
dibandingkan bagaimana menginputkannya ke dalam database online. Sehingga semua data hasil
rekaman kamera tersebut diinputkan sendiri oleh pak Yusep ke dalam database online untuk
teknologi mobile di sana.