1. K E L AS X T K P
SPESIFIKASI DAN KARAKTERISTIK
BETON
2. TUJUAN
• Memahami spesifikasi dan karakteristik kayu
• Memahami spesifikasi dan karakteristik beton
• Memahami spesifikasi dan karakteristik baja
3. Spesifikasi dan karakteristik bahan bangunan
Bahan Konstruksi
kayu
Jenis-jenis
Keawetan
Penyusutan
Bagian-bagian
Sifat fisik
Sifat utama
Bahan Konstruksi
beton
Material penyusun
Karakteristik dan
sifat
Jenis-jenis
struktur baja
Sifat-sifat baja
penyusun
konstruksi
bangunan
Bahan Konstruksi
baja
4. PENGERTIAN
Bahan konstruksi bangunan yang dibuat
dengan perbandingan 1 : 2 : 3,
yaitu campuran 1 bagian pc, 2 agregat halus
(pasir) dan 3 bagian agregat kasar (split,
kerikil, koral) dicampur dengan air dengan
takaran tertentu
5. MUTU BETON
Mutu beton K
• Satuan kg/cm2
• Sampel menggunakan kubus ukuran 15 cm x 15cm x 15
cm
• Mengacu kepada peraturan beton bertulang Indonesia
(PBI) tahun 1971
Mutu beton fc
• Satuan Mpa (Mega pascal)
• Sampel menggunakan benda uji silinder berukuran
diameter 15 cm dan tinggi 30 cm
• Mutu beton FC mengacu pada peraturan terbaru yakni
SNI-03-2847-2002
6. KARAKTERISTIK DAN SIFAT
Semua pekerjaan beton di Indonesia harus memenuhi
standar acuan pembuatan beton yaitu :
• PBI 1971
• Peraturan Pembebanan Indonesia untuk Gedung 1983
• American Society of Testing and Materials (ASTM)
• Standar Tata Cara Perhitungan Struktur Beton untuk
Bangunan Gedung (SKSNI T 15 1991 03)
• Pedoman Perencanaan Beton Bertulang dan Struktur
Dinding Bertulang untuk Rumah dan Gedung (SKBI
2362-1986)
8. KETERANGAN
•Kuat tekan beton adalah besarnya
beban per satuan luas yang
menyebabkan benda uji beton hancur
bila dibebani dengan gaya tekan
tertentu yang dihasilkan oleh mesin
tekan
9. KETERANGAN
• Kelas I
a. Untuk pekerjaan non struktural
b. Mutu beton kelas I ini juga sering disebut B0
c. Pengawasan mutu hanya dibatasi pada pengawasan
ringan terhadap mutu bahan-bahan, sedangkan
terhadap kekuatan tekan tidak dilakukan pemeriksaan
d. Sesuai dengan kelasnya, beton ini mempunyai tebal
sekitar 5-7 cm dan ekonomis karena campuran semen
dapat diganti dengan fly ash (abu sisa pembakaran batu
bara) atau perpaduan dua bahan tersebut
10. KETERANGAN
• Kelas II
a. Untuk pekerjaan struktural
b. Tersedia dalam berbagai mutu standar seperti B1, K125,
K175 hingga K225.
c. Pada mutu B1, pengawasan hanya dibatasi pada mutu
bahan-bahan sedangkan terhadap kekuatan tekan tidak
diisyaratkan pemeriksaan
d. Pada mutu-mutu K125, K175, K225, pengawasan mutu
dilakukan ketat terhadap mutu bahan-bahan dengan
keharusan untuk memeriksa kekuatan tekan beton secara
kontinu.
e. Misalnya mutu beton K175, artinya bahwa beton memiliki
kuat tekanan 175 kg per centimeter persegi (175 kg/cm²)
11. KETERANGAN
• Kelas III
a. Digunakan untuk pekerjaan struktural.
b. Idealnya beton kelas III ini memiliki kekuatan tekanan
lebih dari K225
c. Penggunaan beton jenis ini juga dibutuhkan keahlian
khusus dan bahkan dibutuhkan laboratorium dengan
peralatan yang lengkap.
d. Proses pengerjaannya juga harus dilakukan oleh
tenaga ahli dan pengawasan mutunya harus dilakukan
secara terus menerus.
12. KETERANGAN
• σ´bk = kuat tekan beton karakteristik (kg/cm² )
• σ´bm = kuat tekan beton rata-rata (kg/cm² )
13. KEKUATAN BETON
• Adalah daya tahan beton menerima tekanan dalam
satuan luas
• Besarnya dinyatakan dalam Mpa, N/mm² atau kg/cm²
• Pengukuran dilakukan dengan pengujian sampel
(kubus atau silinder) selama 28 hari
• Selain mutu beton B0 dan B1, perbandingan material
yang digunakan harus mengacu pada salah satu
peraturan pembetonan di Indonesia
14. FAS (FAKTOR AIR SEMEN)
• Adalah perbandingan atau rasio total berat air
(termasuk air yang terkandung dalam agregat dan
pasir) terhadap berat total semen pada campuran
beton.
• Hubungan FAS dengan kuat tekan beton yaitu
Semakin tinggi nilai FAS semakin lambat kenaikan
kekuatan betonnya, dan semakin tinggi suhu
perawatan semakin cepat kenaikan kekuatan beton
15. FAS (FAKTOR AIR SEMEN) /
WATER TO CEMENTIOUS RATIO
Jumlah
perbanding
an antara
berat
semen
dengan
berat air
PBI 1971
16. KEKENTALAN ADUKAN BETON
• Dipengaruhi oleh jumlah dan jenis semen
yang digunakan, FAS, jenis agregat,
penambahan bahan kimia sehingga harus
disesuaikan dengan cara pengangkutan,
pemadatan, jenis konstruksi, dan kerapatan
tulangan yang digunakan
• Kekentalan adukan beton dapat diperiksa
dengan uji slump
17. UJI SLUMP / SLUMP TEST
• Adalah pengujian yang dilakukan untuk mengukur tingkat
konsistensi atau kekentalan dari adonan beton yang baru
dibuat sebelum digunakan
• Slump test dilakukan untuk mengecek kemampuan beton
ketika diaplikasikan pada pembuatan precast.
• Misalnya pembangunan Fondasi Bore Pile atau Strauss
Pile akan membutuhkan beton yang tidak berongga
karena akan mempermudah pengeroposan pada
bangunan.
18. PROSES PENGUJIAN SLUMP BERDASARKAN
PADA SNI 1972-2008 DAN ICS 91.100.30
• Membasahi cetakan kerucut abrams dan platnya
dengan memakai kain basah
• Meletakkan cetakan berada di atas plat
• Mengisi kerucut abrams dengan 1/3 beton segar
lalu dipadatkan dengan memakai batang logam
secara merata dengan melakukan penusukan.
Anda perlu melakukan penusukan sekitar 25-30 x
tusukan.
19. PROSES PENGUJIAN SLUMP BERDASARKAN
PADA SNI 1972-2008 DAN ICS 91.100.30
• Mengisi kembali cetakan kerucut dengan 1/3 bagian
beton segar (2/3 beton segar dalam cetakan secara
menyeluruh), lalu melakukan penusukan sebanyak 25-30
x tusukan.
• Mengisi 1/3 beton segar ke dalam cetakan sesuai langkah
sebelumnya
• Setelah melakukan pemadatan, selanjutnya meratakan
permukaan benda uji. Anda dapat menunggu kisaran
waktu ½ menit. Anda dapat membersihkan kelebihan
beton di luar cetakan dan plat selama proses menunggu.
20. PROSES PENGUJIAN SLUMP BERDASARKAN
PADA SNI 1972-2008 DAN ICS 91.100.30
• Mengangkat cetakan secara perlahan tegak lurus
ke atas
• Mengukur nilai slump dengan cara membalikkan
kerucut abrams di sampingnya memakai beda
tinggi rata-rata dari benda uji
• Nilai toleransi slump pada beton segar kurang
lebih 2 cm
• Apabila nilai slump sudah sesuai dengan standar,
maka beton segar dapat dipakai
24. KOMPOSISI ADUKAN BETON
• Untuk mutu beton B0 digunakan takaran
pada umumnya yaitu perbandingan 1:2:3
(tetapi tidak boleh melebihi 1:8)
• Untuk mutu beton B1 dan K125
menggunakan takaran 1:5
• Untuk mutu beton K175 dst harus
menggunakan takaran beton yang
direncanakan
25. RANGKAK DAN SUSUT
• Rangkak (Creep) yaitu regangan beton yang
bertambah karena adanya beban yang bekerja dan
seiring bertambahnya usia beton (faktor waktu)
• Susut yaitu perubahan volume beton yang tidak
dipengaruhi oleh beban yang bekerja
• Proses susut mempengaruhi rangkak
• Rangkak tidak berpengaruh langsung terhadap
kekuatan struktur beton, tetapi dapat menyebabkan
lendutan
26. FAKTOR YANG MENYEBABKAN
RANGKAK DAN SUSUT BETON
• Sifat bahan dasar beton (komposisi dan kehalusan
semen, kualitas adukan, dan kandungan mineral dalam
agregat)
• Rasio air terhadap jumlah semen
• Suhu pada saat pengerasan
• Kelembaban nisbi pada saat proses penggunaan
• Umur beton pada saat beban bekerja
• Nilai slump
• Lama pembebanan
• Nilai tegangan
• Nilai rasio permukaan komponen struktur
27. MATERIAL PENYUSUN BETON
Agregat (halus dan kasar) + Semen + Air + Bahan kimia tambahan
(admixture)
Digunakan untuk memperbaiki sifat adukan beton seperti mutu
beton, sifat pekerjaan, waktu pengikatan dan pengerasan
Contoh :
Super plasticizer : Digunakan untuk mempertinggi konsistensi
beton dan mengurangi penggunaan air
Accelerator : Digunakan untuk mempercepat pengikatan dan
pengerasan adukan beton
Retarder : Digunakan untuk memperlambat awal pengikatan dan
pengerasan sehingga memperpanjang waktu pengerjaan beton
Bahan pewarna : Digunakan untuk memberi warna permukaan
beton
• Baja tulangan (baja polos, baja deform atau baja puntir)