SlideShare a Scribd company logo
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
1
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Kawasan Sangiran dianggap sebagai situs yang penting karena memiliki
beberapa potensi utama, antara lain bahwa situs dengan luas keseluruhan sekitar
56 km2
, dianggap sebagai situs prasejarah terluas di dunia, yang mengalami masa
hunian paling lama, yaitu dihuni oleh manusia purba selama lebih dari 1,5 juta
tahun.1
Sangiran juga merupakan situs prasejarah yang menghasilkan temuan fosil
Homo Erectus paling banyak, yaitu mencapai lebih dari 50% populasi temuan
fosil Homo Erectus di dunia.2
Potensi tersebut maka Situs Sangiran, saat ini telah
menjadi pusat penelitian tentang asal usul manusia dan persebarannya, termasuk
kajian evolusi biologis, kebudayaan, dan lingkungannya, baik dalam skala
nasional maupun internasional.3
Berdasarkan pertimbangan-pertimbangan tersebut
UNESCO World Heritage Centre pada tahun 1996 telah menetapkan situs
Sangiran sebagai salah satu warisan dunia yang tercatat dalam daftar warisan
dunia no. 593 dengan nama “Sangiran Early Man Site”.
1
Teuku Jacob, “Protection The Sangiran World Heritage”. Keynote
Lecture, UNESCO Training Seminar on the Preservation, Conservation, and
management of Zhoukoudian and Sangiran Prehistoric World Haritage Sites,
2002, hlm. 2
2
Harry Widianto dan Samidi, Laporan Menghadiri Sidang Ke-20 World
Heritage Committee di Merida, Mexico, (Jakarta: Departemen Pendidikan dan
Kebudayaan, Direktorat Jenderal Kebudayaan, 1996), hlm. 3
3
Truman Simanjuntak, “Sangiran Site: Problems and the Balance or
Research” Sangiran: Man, Culture, and Environment in Pleistocene Times,
Proceedings of the International Colloquium on Sangiran Solo-Indonesia
September 1998, (Jakarta: Yayasan Obor Indonesia, 2001), hlm. 4
1
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
2
Salah satunya Museum Sangiran tidak dapat dipisahkan oleh seorang
tokoh ahli Paleontology kelahiran Berlin (Jerman Barat pada tahun 1902) yaitu
GH. R. Von Koeningswald4 pada tahun 1936-1941. Saat itu Von Koeningswald
melakukan riset dengan dibantu oleh dinas pertambangan RI di Bandung dan juga
oleh seorang tokoh perintis berdirinnya museum Sangiran yaitu Toto Marsono
(seorang warga dukuh Watuondo, Desa Bulukerto, Kecamatan Bulukerto).
Semakin hari penelitian yang dilakukan Von Koeningswald semakin banyak yang
ditemukan sehingga sampai tidak ada tempat untuk menyimpannya. Pada era
setelah kemerdekaan, muncul anak-anak bangsa5
yang mempunyai perhatian
khusus terhadap penelitian di Sangiran. Perhatian dunia terhadap Situs Sangiran,
sebenarnya sudah diawali sejak tahun 1893 ketika Eugene Dubois mengadakan
kunjungan singkat ke Sangiran. Namun sayangnya Dubois tidak mendapatkan
hasil sesuai dengan yang diangan-angankannya. 6
Penelusuran Dubois akhirnya
sampai di daerah Trinil, di Ngawi, Jawa Timur, dan di tempat tersebut Dubois
berhasil menemukan sebuah atap tengkorak dan tulang paha manusia purba yang
4
G.H.R. Von Koenigswald adalah orang pertama yang menemukan Situs
Sangiran pada tahun 1934 berdasarkan penemuan alat-alat serpih di Desa
Ngebung. Dua tahun kemudian ditemukan fosil manusia puba yang kelak
dikemudian hari dinamakan Homo Erectus. (Harry Widianto dan Iwan SB,
Sangiran Situs Prasejarah Dunia, (Kementrian Kebudayaan dan Pariwisata,
Direktorat Jenderal Sejarah dan Pubakala, Balai Pelestarian Situs Manusia Purba
Sangiran : 2011), hlm. 5
5
Mereka adalah Prof. Dr. R.P. Soejono, Prof. Dr. T. Jacob, dan Prof. Dr.
R. Sartono yang masing-masing menekuni bidang prasejarah, paleontologi, dan
geologi. Ketiga ilmu tersebut berkaitan dan bersifat melengkapi untuk
mengungkap aspek-aspek kehidupan manusia dan lingkungan purba Sangiran.
(Ibid. Hlm. 5)
6
Teuku Jacob, “Penelitian Paleoanthropologi di Indonesia” Berkala Ilmu
Kedokteran Gadjah Mada, Jilid II, No. 2, hlm. 136
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
3
kemudia disebutnya dengan nama Pithecanthropus Erectus, artinya manusia kera
yang berjalan tegak.
Sejak tahun 1930-an, Situs Sangiran merupakan situs manusia purba yang
banyak dieksploitasi oleh para peneliti guna mengungkap rahasia masa silam.
Penelitian yang dilakukan sejak itu hingga sekarang, menunjukan bahwa Situs
Sangiran kaya akan potensi benda cagar budaya (fosil). Fosil berarti sisa tulang
belulang binatang atau sisa tumbuhan zaman purba yang telah membatu dan
tertanam bawah lapisan tanah. Dengan kayanya temuan benda cagar budaya
(fosil) di Situs Sangiran, maka pada tahun 1977, Menteri Pendidikan dan
Kebudayaan menerbitkan SK Nomor.070/O/1977 yang menetapkan “...kawasan
sangiran dan sekitarnya sebagai Daerah Cagar Budaya, dengan luas ± 46,5 km2
,
dan areanya mencakup sebagaian wilayah Kabupaten Sragen dan sebagian
wilayah Kabupaten Karanganyar”.
Pada tahun 1974 setelah mendapat Instruksi dari Gubernur Kepala Daerah
tingkat I Jawa Tengah, Pemerintah Daerah Kabupaten Sragen mendirikan sebuah
bangunan di Desa Krikilan guna menyimpan fosi-fosil yang ditemukan tersebut.
Bangunan berbentuk joglo ini terletak diatas tanah 1000 m2
dan untuk pertama
kalinya bernama Museum Plestosen, berfungsi sampai tahun 1975. Adanya
museum ini semakin pesat saja pengunjung dan penelitian yang banyak dilakukan,
sehingga adanya fasilitas-fasilitas yang mendukung dan memadai. Untuk
memenuhi tuntutan tersebut maka pada tahun 1983 Pemerintah membangun
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
4
sebuah museum bergaya Joglo secara lebih merinci lagi yaitu Museum Situs
Sangiran.7
Museum Situs Sangiran merupakan salah satu warisan
budaya8
.Kecenderungan warisan budaya yang seringkali dikatakan sebagai media
yang memiliki fungsi dalam menjaga proses pertumbuhan kebudayaan bangsa,
ternyata mengandung nilai-nilai yang pewarisannya dapat terjadi secara berbeda.
Suatu warisan budaya mungkin saja diterima terpaksa oleh pewarisnya atau justru
dengan senang hati tidak diterima oleh pewarisnya. Dengan perkataan lain,
warisan budaya dapat dipersepsikan oleh masyarakat sesuai dengan
kecenderungan orientasi kepentingannya. Jika persepsi memiliki bobot kognitif
atau nilai tambahan pengetahuan, maka warisan budaya akan dipersepsikan
sebagai “informasi” yang mampu menambah dan memperkaya khazanah kognitif
yang sudah dimiliki oleh masyarakat tersebut. Sebaliknya, jika persepsi mengarah
pada ekspresivitas yang sifatnya individualistis, dengan persepsi afektif, sesuai
dengan kepentingan atau keyakinannya sendiri maka terdapat kemungkinan
warisan budaya cenderung dibesar-besarkan dalam arti dan maknanya. Perbedaan
persepsi dalam memaknai suatu warisan budaya merupakan salah satu faktor
penyebab terjadinya konflik pemanfaatan yang akhir-akhir ini sering terjadi di
7
Ken Rakhma Dewi, Peran Pemerintah Daerah Terhadap Museum Situs
Prasejarah Dan Kawasan Sangiran Dalam Upaya Meningkatkan Pendapatan Asli
Daerah Kabupaten Sragen, Skripsi : Universitas Sebelas Maret, 2006, hlm. 19
8
Jati diri suatu bangsa, dalam berbagai kemungkinan skala, adalah sesuatu
yang sekaligus ditentukan oleh dua hal, yaitu (a) warisan budaya yang berupa
hasil-hasil penciptaan di masa lalu; dan (b) hasil-hasil daya cipta di masa kini
yang didorong , dipacu ataupun dimungkinkan oleh tantangan dan kondisi aktual
dari zaman sekarang. Sedyawati, Edi, Budaya Indonesia Kajian Arkeologi, Seni,
dan Sejarah, (Jakarta : PT. Raja Grafindo Persada, 2006), hlm. 315.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
5
berbagai tempat di Indonesia khususnya pada situs-situs yang menjadi pusat
perhatian masyarakat luas seperti Situs Sangiran.
Melihat kekayaan warisan budaya tersebut, bangsa Indonesia bangga dan
menjaganya. Sebab pada dasarnya, peninggalan arkeologi dimanfaatkan untuk dua
kepentingan, yakni di bidang pendidikan dan kepariwisataan. Fungsi dan peranan
peninggalan arkeologi itu dilandasi GBHN dan Tap MPR 1998. Ironisnya,
semakin banyak orang tidak bertanggung jawab yang melakukan kejahatan
terhadap cagar budaya. Pada prinsipnya, kejahatan terhadap benda cagar budaya
terbagi dalam enam kasus, yakni pencurian, penyelundupan, penyingkiran,
penggusuran, penggalian liar, dan perusakan. Menurut Departemen Kebudayaan
dan Pariwisata, selama 1990-2002 setidaknya terjadi 129 kasus pencurian benda
cagar budaya9
. Sebenarnya pencurian terhadap peninggalan-peninggalan
purbakala sudah terjadi sejak tahun 1960-an.
Pembangunan museum yang monumental dan menarik, dengan sarana
yang mutakhir, tentunya memerlukan dana besar. Hal inilah yang menyebabkan
pembangunan permuseuman dilakukan secara bertahap. Masalah lain terkait
dengan studi kelayakan pendirian museum menyangkut lokasi, bangunan, koleksi,
peralatan museum, organisasi, dan ketenagaan. Selain itu perlu memperhatikan
9
Cagar budayaadalah warisan budaya bersifat kebendaan berupa benda
cagar budaya, bangunan cagar budaya, struktur cagar budaya, situs cagar budaya ,
dan kawasan cagar budaya di darat dan/atau di air yang perlu dilestarikan
keberaaanya karena memiliki nilai penting bagi sejarah, ilmu pengetahuan,
pendidikan, agama, dan/ atau kebudayaan melalui proses penetapan. (Bab I
Ketentuan Umum Pasal 1 No. 1 dalam UU Nomor 11 tahun 2010).
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
6
kondisi sosial, budaya, ekonomi, serta strategi pertahanan nasional dan proses
yang bersangkutan.
Berbagai perubahan yang terjadi dalam organisasi lembaga yang dipercaya
untuk melakukan pembinaan terhadap museum-museum, menunjukkan adanya
proses perkembangan kelembagaan museum di Indonesia. Hal itu juga
menunjukkan adanya prioritas kedudukan permuseuman dalam hubungan
pembangunan nasional di bidang kebudayaan.
Dari latar belakang diatas tentunya menjadi permasalahan yang sangat
menarik untuk diteliti. Penulis ingin mengungkap bagaimana dinamika
pengelolaan Museum Sangiran dari tahun 1983-2013. Pada tahun 1983
pemerintah pertama kali mendirikan museum dengan nama Museum Situs
Sangiran yang dulunya tahun 1975 bernama Museum Plestosen. Untuk membatasi
permasalahan penulis memfokuskan masalah tentang pengelolaan
kelembagaannya, karena dari sebuah kelembagaan mempunyai arti penting dalam
perkembangan permuseuman khususnya di Museum Sangiran. Pada tahun 1996
Museum Sangiran dapat penghargaan bahkan bantuan dari UNESCO yang
menetapkan Situs Sangiran sebagai Warisan Budaya Dunia no. C. 593 dengan
nama The Sangiran Early Man Site. Tahun-tahun berikutnya perkembangan
Museum Sangiran semakin pesat dan maju, dilihat dari koleksi bahkan
arsitekturnya yang mana tidak lepas dari kelembagaan di dalamnya.
Untuk mengelola museum yang baru, pada awal tahun 2007 Menteri
Kebudayaan dan Pariwisata yang tertera dalam SK No.PM.17/HK/001/MKP-2007
secara formal telah menetapkan sebuah lembaga baru yang merupakan sebuah
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
7
kantor UPT (Unit Pelaksana Teknis) yang bertanggung jawab langsung kepada
Direktorat Jenderal Sejarah dan Purbakala di Jakarta. Lembaga ini dinamakan
“Balai Pelestarian Situs Manusia Purba Sangiran”, dan ditargetkan akan mulai
berfungsi maksimal sekitar tahun 2009 bersamaan dengan selesainya seluruh
bangunan museum.
B. Rumusan Masalah
Dari latar belakang masalah di atas, maka dapat dirumuskan beberapa
permasalah sebagai berikut :
1. Bagaimana latar belakang Museum Sangiran masuk sebagai World Heritage?
2. Bagaimanaperubahan pengelolaan Museum Sangiran tahun 1983-2013?
3. Bagaimana pengaruh atau dampakpengelolaan Museum Sangiranterhadap
masyarakat dan Pemerintah Daerah?
C. Tujuan Penelitian
Penelitian ini diharapkan mampu mewujudkan tujuan yang positif, baik
yang bersifat umum maupun khusus, antara lain :
1. Untuk mengetahui latar belakangsejarah Museum Sangiran masuk sebagai
World Heritage No. 593 tahun 1996.
2. Untuk mengetahui perubahan pengelolaan kelembagaan Museum Sangiran
sebelum terbentuknya Unit Pelaksana Teknis atau masih di bawah Balai
Pelestarian Peninggalan Purbakala Jawa Tengah dan setelah dibentuknya UPT
(Unit Pelaksana Teknis) dengan nama Balai Pelestarian Situs Manusia Purba
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
8
Sangiran sesuai dengan SK No.PM.17/HK/001/MKP-2007 di bawah Menteri
Kebudayaan dan Pariwisata.
3. Untuk mengetahui pengaruh atau dampak setelah adanya perubahan dalam
pengelolaan kelembagaan di Museum Sangiran tahun 2007-2013.
D. Manfaat Penelitian
Manfaat yang diharapkan dari penulisan ini adalah :
1. Manfaat Akademis
Penulisan yang berdasarkan Ilmu Sejarah ini dapat memberikan
sumbangan untuk memperkaya penulisan sejarah di Indonesia. Sebagai riset
awal yang berguna untuk melengkapi kekurangan studi sejarah Indonesia
khususnya sejarah kelembagaan di Museum.
2. Manfaat Praktis
Memberi manfaat dalam upaya melengkapi sejarah sosial ekonomi
Indonesia terutama yang menyangkut perubahan kelembagaan internal sebagai
analisis sejarah.
E. Tinjauan Pustaka
Dalam penelitiaan ini penulis menggunakan literatur dan referensi untuk
menunjang pokok permasalahan yang akan dikaji. Selain menggunakan sumber
primer, penulis juga menggunakan sumber sekunder sebagai studi pustaka sesuai
dengan tema yang akan diangkat. Penelitian ini menggunakan beberapa buku
sebagai bahan acuan pokok untuk menelusuri dan mengungkapkan pokok
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
9
permasalahan ini, yaitu:Manfaat yang dapat diambil dari buku ini adalah sebagai
bahan untuk menganalisis suatu perubahan pengelolaan kelembagaan di Museum
Sangiran.
Referensi buku dari Muhammad Amir Sutaarga yang berjudul Pedoman
Penyelanggaraan dan Pengelolaan Museumoleh Muhammad Amir Sutaarga
(1983). Buku tersebut merupakan buku dasar patokan mengenai sebuah arti dan
fungsi museum secara keseluruhan. Pembahasannya mengenai fungsi dan tugas
orang-orang yang bekerja di dalam museum. Buku tersebut sebagai pengantar
bahwa setiap orang yang bekerja di museum pada masa sekarang bukan orang
yang asal mendapat pekerjaan saja. Buku tersebut menuntun dalam pekerjaan dan
fungsi masing-masing pekerjaan di dalam museum.
Buku karya Edi Sedyawati tahun 2006 yang berjudul Budaya Indonesia
Kajian Arkeologi, Seni, dan Sejarah. Buku tersebut sebagai referensi dalam
mendukung penulis tentang yang masalah yang dibahas. Dalam buku tersebut
menampung sejumlah hasil pemikiran dan pengkajian atas berbagai permasalahan
dalam kerangka ilmu-ilmu budaya salah satunya Arkeologi. Bahwa suatu lembaga
penelitian, apalagi bercakupan nasional seperti Pusat Penelitian Arkeologi ini,
akan dilihat pula dari taraf kedisiplinan para penelitinya dalam menalar dan
bekerja sesuai dengan disiplin ilmunya. Tidaklah pantas jika lembaga yang
mestinya menjunjung kewibawaan ilmiah tersebut serampangan menggunakan
istilah-istilah keilmuan, seperti “paradigma”, “ilmu terapan”, “rekayasa”,
“wacana”, dan lain-lain. Lembaga yang didirikan untuk memjukan pengkajian
ilmiah ini hendaknya dapat dijaga agar tidak cenderung menjadi instansi birokrasi
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
10
yang tidak peka akan mutu, atau tidak peduli pada kecermatan dan ketajaman
berwacana.10
Referensi buku dari Bambang Sulistyanto yang berjudul Balung Buto:
Warisan Budaya Dunia Dalam Perspektif Masyarakat Sangiran tahun 2003. Buku
tersebut menjelaskan tentang pelestarian benda cagar budaya, yang selama ini
lebih banyak dibicarakan dan dikaji dalam lingungan terbatas, ke ruang publik.
Buku tersebut hanya menyajikan kasus tunggal pelestarian benda cagar budaya di
Sangiran, sajian didalam buku tersebut mampu memberikan gambaran liku-liku
dan kerumitan pelaksanaan pengelolaan benda cagar budaya. Buku tersebut juga
mengajak masyarakat untuk memahami bagaimana konflik kepentingan selalu
mewarnai upaya pelestarian dan pengelolaan warisan budaya. Kasus pelestarian
benda cagar budaya di Situs Sangiran menujukan bagaimana konflik kepentingan
terjadi antara pemerintah dengan masyarakat setempat dalam hal pemanfaatan
benda caga budaya, khususnya fosil-fosil yang terkandung di dalam lapisan-
lapisan tanah purba di daerah Sangiran.
Tesis dari Harry Widianto Universitas Gadjah Mada Yogyakarta tahun
1983 yang berjudul Paleolitik Kali Oyo Dalam Kronologi Pertanggalan Plestosen.
Penelitian paloelitik di Kali Oyo tersebut bertujuan untuk mengupas secara luas
kehidupan yang pernah terjadi di daerah tersebut beserta segala aspek yang
mempengaruhinya, terutama selama Kala Plestosen. Dengan membandingkan
fenomena-fenomena sejenis dari paleolitik Pacitan dan Sangiran untuk
menadapatkan unsur-unsur kesamaan dan perbedaan.
10
Edi Sedyawati, Budaya Indonesia Kajian Arkeologi, Seni, dan Sejarah,
(Jakarta: PT. Raja Grafindo Persada, 2006), hlm. 6
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
11
Tesis dari Dody Wiranto Universitas Padjadjaran Bandung tahun 2011
dengan judul Peningkatan Kreativitas Desain Cenderamata Untuk Mendukung
Museum Sangiran Kabupaten Sragen Jawa Tengah. Tesis in menjelaskan tentang
desain cenderamata berbasis ketiga yang mempu memberikan nilai lebih kepada
pengunjung museum, dan berpotensi meningkatkan jumlah kunjungan.
Cenderamata berbasis koleksi akan mampu memberikan edukasi dan informasi
tentang keberadaan Museum Sangiran. Mitos Balung Buto sebagai basis desain
cenderamata akan mampu memberikan nilai-nilai moralitas dan etika kepada
penngunjungnya. Desain cenderamata berbasis jenis pengunjung akan mampu
memberikan kepuasa kepada selera pembeli cenderamata. Dengan demikian
cenderamata akan mampu secara optimal mendukung keberadaan Museum
Sangiran.
Skripsi oleh Wiwit Hermanto Universitas Sebelas Maret 2012 berjudul
Pola Komunikasi Antara Balai Pelestarian Situs Manusia Purba Sangiran Dengan
Masyarakat Dalam Upaya Pelestarian Situs Sangiran. Penelitian ini menjelaskan
tentang upaya pelestarian Situs Sangiran dengan terjadinya komunikasi antara
komunikator dengan komunikan sehingga menciptakan pola komunikasi,
keduanya memiliki pengetahuan terhadap temuan fosil. Komikator mendapatkan
pengetahuan tentang fosil dari data tulisan, kabar burung dan dari para petani.
Sumber informasi temuan fosil yang diperoleh oleh komunikator didapat dari
kabar burung yang beredar ditengah masyarakat, penemu fosil yang melaporkan
langsung temuan fosilnya, dari karyawan yang bermukim di Situs Sangiran atau
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
12
dari pemerintah desa. Informasi yang didapat komunikator kebanyakan berasal
dari kabar burung yang diperoleh dengan cara informal.
Laporan Penelitian Hibah Fundamental tahun 2012 yang berjudul Faktor-
Faktor Percepatan Peningkatan Kesejahteraan Masyarakat Di Kawasan Sangiran
oleh Drs. Harmadi, MM, Drs. Mugi Rahardjo, M.Si dan Drs. Wahyu Agung,
M.Si. Penelitian ini menjelaskan tentang bagaimana tujuan kegiatan kajian
pembentukan lembaga pengelola Kawasan Warisan Dunia dan Nasional
Kompleks Situs Sangiran adalah mengakaji aspek-aspek yang berkaitan dengan
pembentukan organisasi pengelola Kawasan Warisan Dunia dan Nasional Situs
Sangiran. Bentuk Lembaga Pengelola yang tepat untuk Kawasan Warisan Dunia
dan Nasional Situs Sangiran dalam upaya pencapaian tujuan pelestarian cagar
budaya secara untuh, terpadu, sinergi dan berkelanjutan.
Skripsi oleh Irsyad Eko Nuranto Universitas Sebelas Maret 2010 yang
berjudul Sejarah Perkembangan Manajemen Museum Radyapustaka Tahun 1926-
2008. Penelitian tersebut menjelaskan tentang perkembangan manajemen
Museum Radyapustaka pada periode G.P.H Hadiwijaya 1926-1979. Serta
bagaimana perkembangan manajemen museum Radyapustaka periode pasca
berdirinya Komite Museum Radyapustaka. Komite berstruktur bukan aja dari
budayawa tetapi juga sejarahwan serta peneliti arca yang ada di Jawa Tengah.
Kelalaian pengurus Museum bahwa museum bukan tempat menghasilkan
pendapatan bagi dirinya, sering dilupakan. Kasus demi kasus telah terkuak dari
museum yang sudah sangat tua di Indonesia.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
13
F. Metode Penelitian
Metode yang dapat digunakan dalam penulisan ini ialah metode historis.
Menurut Nugroho Notosusanto metode historis adalah kumpulan prinsip-prinsip
atau aturan yang sistematis, dimaksudkan untuk memberikan bantuan secara
efektif dalam usaha mengumpulkan bahan-bahan untuk penulisan sejarah, menilai
secara kritis dan menyajikan suatu sintesa dalam bentuk tulisan.11
1. Lokasi Penelitian
Lokasi penelitian ini adalah Museum Sangiran diDesa Krikilan,
Kecamatan Kalijambe, Kabupaten Sragen dan Karanganyar. Kawasan Situs
Sangiran seluas ± 56 km2 .
Terletak di lereng barat laut Gunung Lawu, saat ini
beradapada sebuah cekungan alamyang dikenal dengan nama Depresi Solo dan di
kelilingi oleh perbukitan. Di sebelah selatan terdapat jajaran Pegunungan Selatan
dan di sebelah utara terdapat jajaran Pegunungan Kendeng.12
2. Teknik Pengumpulan Data
Berkaitan dengan penelitian yang penulis lakukan ini merupakan
penelitian subyek sejarah, maka digunakan metode sejarah atau metode histories
yaitu proses yang sistematis dalam usaha untuk mengumpulkan bahan-bahan
sejarah, menilai secara kritis kemudian menyajikan suatu sintesa dari masalah-
masalahnya. Adapun proses ini terdiri atas beberapa tahap:
11
Nugroho Notosusanto, Masalah Penelitian Sejarah, Suatu Pengalaman,
(Jakarta: Yayasan Idayu, 1978), hlm. 1.
12
Nugraha, Suwita, dkk, Pengetahuan Prasejarah: Lapisan Tanah dan
Lingkungan Purba Sangiran, (Sragen : Balai Pelestarian Situs Manusia Purba
Sangiran, 2012), hlm. 4
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
14
a. Heuristik
Heuristik adalah tahap untuk mencari, menemukan, dan mengumpulkan
sumber-sumber berbagai data agar dapat mengetahui segala bentuk peristiwa atau
kejadian sejarah masa lampau yang relevan dengan topik atau judul penelitian.
Untuk melacak sumber tersebut, maka harus dapat mencari di berbagai dokumen
baik melalui metode kepustakaan atau arsip nasional. Dapat juga mengunjungi
situs sejarah atau melakukan wawancara untuk melengkapi data sehingga
diperoleh data yang baik dan lengkap, serta dapat menunjang terwujudnya sejarah
yang mendekati kebenaran. Masa lampau yang begitu banyak periode dan banyak
bagian-bagiannya (seperti politik, ekonomi, sosial, dan budaya) memiliki sumber
data yang juga beraneka ragam sehingga perlu adanya klasifikasi data dari
banyaknya sumber tersebut. Adapun cara teknik pengumpulan data yang
dilakukan adalah :
1. Studi Dokumen
Penelitian ini dibantu dengan menggunakan dokumen dan arsip
tentang Kelembagaan Museum Sangiran tahun 1983-2013berupa :
a. SK No. 070/O/1977 Peraturan Menteri Pendidikan dan Kebudayaan
yang menetapkkan kawasan Sangiran dan sekitarnya sebagai Daerah
Cagar Budaya dengan luas ± 46,5 km2
, dan areannya mencakup
wilayah Kabupaten Sragen dan sebagian wilayah Kabupaten
Karanganyar.
b. SK No. PM.17/HK.001/MKP-2007 oleh Menteri Kebudayaan dan
Pariwisata tentang Perubahan Peraturan Menteri Kebudayaan dan
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
15
Pariwisata No. : PM.37/OT.001/MKP-2006 tentang Organisasi dan
Tata Kerja Balai Pelestarian Situs Manusia Purba di Sangiran.
c. SK No. 54 tahun 2012 oleh Menteri Pendidikan dan Kebudayaan.
Menetapkan peraturan Menteri Pendidikan dan Kebudayaan tentang
organisasi dan tata kerja Balai Pelestarian Situs Manusia Purba
Sangiran. Dengan memperhatikan persetujuan Menteri Pendayagunaan
Apartur Negara dan Reformasi Birokasi dalam surat No. B/1296/M.
PAN-RB/4/2012 tanggal 30 April 2012.
d. Peraturan Menteri Pendidikan dan Kebudayaan RI Nomor 30 tahun
2013 tentang rincian tugas Balai Pelestarian Situs Manusia Purba
Sangiran (BPSMP Sangiran).
e. Perundangan tentang cagar budaya dalam UU No. 11 Tahun 2010 yang
mengganti UU No. 5 Tahun 1992 bertujuan merubah paradigma
pelestarian cagar budaya. Perubahan paradigma dalam upaya
pelestarian cagar budaya, diperlukan keseimbangan aspek ideologi,
akademis, ekologis, dan ekonomis.
f. Dokumen Detail Engineering Design (DED) Pelestarian Situs
Sangiran oleh Direktorat Jenderal Sejarah dan Purbakala, Departemen
Kebudayaan dan Pariwisata tahun 2004.
g. Dokumen Rencana Induk Pelestarian Kawasan Sangiran. Proyek
Pelestarian dan Pengembangan Peninggalan Purbakala dan
Permuseuman tahun 2004.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
16
h. Koleksi foto-foto tentang kegiatan diMuseum Sangiran, dari tahun
1983-2013.
2. Wawancara
Dalam penelitian ini sumber data yang diperoleh melalui
wawancara, studi pustaka maupun pengamatan. Sumber data dalam
penelitian sumber data atau narasumber ini adalah para ahli dan pihak
BPSMP Sangiran. Narasumber dari penelitian ini adalah :
a. Drs. M. Hidayat selaku Kepala Seksi Pengembangan BPSMP
Sangiran.
b. Drs. Rusmulia Tjiptadi Hidayat, M.Hum, Kepala Seksi Pelindungan
BPSMP Sangiran.
c. Dody Wiranto, S.S, M.Hum Kasi Pemanfaatan BPSMP Sangiran
d. Gunawan, S.Pd Staf Seksi Pemanfaatan BPSMP Sangiran
e. Drs. Budhy Sancoyo, M.A, Kasubag TU BPSMP Sangiran
f. Anjarwati Sri Sayekti, S.S. M. Sc, Penanggungjawab Objek Daya
Tarik Wisata Sangiran, Dinas Kebudayaan, Pariwisata, Pemuda dan
Olah Raga Kabupaten Sragen.
3. Studi Pustaka
Studi pustaka berguna untuk melengkapi data-data yang diperoleh
dari dokumen. Teknik studi pustaka ini dilakukan dengan tujuan untuk
mendapatkan data yang bersifat teoritis dan sebagai pelengkap sumber
data yang tidak terungkap dari sumber primer. Studi pustaka yaitu
pengumpulan data melalui buku, majalah, jurnal, serta penelitian, dan
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
17
sumber-sumber lain yang masih ada hubungannya dengan masalah yang
diteliti. Studi pustaka dilakukan di Perpustakaan Jurusan Ilmu Sejarah,
Perpustakaan Fakultas Sastra dan Seni Rupa, UPT Perpustakaan Pusat
Universitas Sebelas Maret, dan Perpustakaan BPSMP Sangiran.
b. Kritik Sumber
Tahapan pengolahan data yang telah berhasil dikumpulkan, baik dengan
kritik intern maupun kritik ekstern. Kritik intern menekankan aspek dalam yaitu
isi dari sumber kesaksian (testimoni) yang dilakukan untuk mencari keaslian isi
data yang dapat dilihat dari SK Nomor.070/O/1977, SKNo.PM.17/HK/001/MKP-
2007 dan SK No. 54 tahun 2012. Dari beberapa surat keputusan tersebut dapat
digunakan sebagai data pendukung karena sezaman, sedangkan kritik ekstern
yaitu cara melakukan verifikasi atau pengujian terhadap aspek-aspek luar dari
sumber sejarah yang bertujuan untuk mencari keaslian sumber. Kritik sumber ini
dimaksud untuk mencari keotentikan sumber sehingga akan diperoleh data yang
benar-benar valid.
c. Interpretasi
Kegiatan menafsirkan fakta-fakta sejarah serta menyusunya menjadi kisah
sejarah yang integral. Setelah melakukan kritik, kita telah dapat menghidupkan
banyak sekali informasi mengenai sesuatu periode sejarah yang sedang diteliti.
Berdasarkan segala keterangan ini dapat disusun fakta-fakta sejarah yang dapat
dibuktikan kebenarannya. Berbagai fakta sejarah yang lepas satu sama lain itu
harus dirangkaikan dan dihubung-hubungkan hingga menjadi satu kesatuan yang
harmonis dan masuk akal.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
18
d. Historiografi
Tahap keempat adalah historiografi, yang merupakan proses akhir dari
metode historis sebagai bentuk penyajian hasil penelitian. Dalam penulisan
sejarah perlu diperhatikan dan sinkroniknya. Jadi selain memanjang dalam waktu
juga melebar dalam ruang.
G. Sistematika Penulisan
Penulisan ini mengkaji mengenai Dinamika Pengelolaan Museum
Sangiran Tahun 1983-2013. Dalam sistematika penulisan ini terbagi menjadi 5
bab, yaitu sebagai berikut:
BAB I, merupakan bab pendahuluan yang terdiri dari latar belakang
masalah, rumusan masalah, tujuan penelitian, manfaat penelitian, kajian pustaka,
metodologi penelitian dan sistematika penulisan. Di dalam metodologi penelitian
meliputi metode penelitian, lokasi penelitian, teknik pengumpulan data, teknik
analisis data, dan sistematika penulisan.
BAB II, dalam bab ini diuraikan mengenai latar belakang sejarah Museum
Sangiran sebagai World Heritage No. 593 tahun 1996.
Bab III, menguraikan tentangperubahanpengelolaan kelembagaan Museum
Sangiran sebelum dan setelah dibentuk UPT sesuai SK No.PM.17/HK/001/MKP-
2007 dengan nama Balai Pelestarian Situs Manusia Purba Sangiran di bawah
Menteri Kebudayaan dan Pariwisata dan SK No. 54 tahun 2012 oleh Menteri
Pendidikan dan Kebudayaan.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
19
Bab IV, menguraikan tentangdampak atau pengaruhdari perubahan
pengelolaan kelembagaan di Museum Sangiran terhadap keberadaanMuseum
Sangiran dan masyarakat Kawasan Sangiran dan kerjasama dengan Pemerintah
Daerah Kabupaten Sragen.
Bab V, merupakan bab terakhir (penutup) yang memuat tentang
kesimpulan dari permasalahan yang di bahas dalam skripsi.

More Related Content

Similar to 2. BAB I.pdf

Museum pemasyarakatan indonesia
Museum pemasyarakatan indonesiaMuseum pemasyarakatan indonesia
Museum pemasyarakatan indonesia
Turino Djunaidi
 
KOLEKSI KAIN BESUREK MUSEUM NEGERI BENGKULU.pdf
KOLEKSI KAIN BESUREK MUSEUM NEGERI BENGKULU.pdfKOLEKSI KAIN BESUREK MUSEUM NEGERI BENGKULU.pdf
KOLEKSI KAIN BESUREK MUSEUM NEGERI BENGKULU.pdf
nurjannahanggraini1
 
Manfaat museum lampung dalam
Manfaat museum lampung dalamManfaat museum lampung dalam
Manfaat museum lampung dalam
Rohman Efendi
 
Zaman Mesolithikum
Zaman Mesolithikum Zaman Mesolithikum
Zaman Mesolithikum
Muhammad Agung
 
53.1. Menelusuri Jejak-Jejak Masa Lalu Indonesia (Belum Edit).pdf
53.1. Menelusuri Jejak-Jejak Masa Lalu Indonesia (Belum Edit).pdf53.1. Menelusuri Jejak-Jejak Masa Lalu Indonesia (Belum Edit).pdf
53.1. Menelusuri Jejak-Jejak Masa Lalu Indonesia (Belum Edit).pdf
agusprasodjo
 
Zaman Mesolithikum
Zaman MesolithikumZaman Mesolithikum
Zaman Mesolithikum
Muhammad Agung
 
Imanullah Oracle Usman - 8E_TIK - UH no 20 Wisata Edukasi - Bogor.pptx
Imanullah Oracle Usman - 8E_TIK - UH no 20 Wisata Edukasi - Bogor.pptxImanullah Oracle Usman - 8E_TIK - UH no 20 Wisata Edukasi - Bogor.pptx
Imanullah Oracle Usman - 8E_TIK - UH no 20 Wisata Edukasi - Bogor.pptx
OracleUsman
 
Materi 1 pdf
Materi 1 pdfMateri 1 pdf
Materi 1 pdf
SPADAIndonesia
 
Perkembangan teknologi pada zaman pra aksara
Perkembangan teknologi pada zaman pra aksaraPerkembangan teknologi pada zaman pra aksara
Perkembangan teknologi pada zaman pra aksara
Farhan Fattah
 
Jejak manusia purba di sangiran
Jejak manusia purba di sangiranJejak manusia purba di sangiran
Jejak manusia purba di sangiran
Rohman Efendi
 
Perkembangan teknologi Praaksara
Perkembangan teknologi PraaksaraPerkembangan teknologi Praaksara
Perkembangan teknologi Praaksara
21Wily
 
3 Budaya_Lokal- - www.kherysuryawan.id.pdf
3 Budaya_Lokal- - www.kherysuryawan.id.pdf3 Budaya_Lokal- - www.kherysuryawan.id.pdf
3 Budaya_Lokal- - www.kherysuryawan.id.pdf
GurtiMartia1
 
kehidupan_awal_di_indonesia.ppt
kehidupan_awal_di_indonesia.pptkehidupan_awal_di_indonesia.ppt
kehidupan_awal_di_indonesia.ppt
IrpanAnsyari1
 
Rpp kehidupan awal manusia purba
Rpp kehidupan awal manusia purbaRpp kehidupan awal manusia purba
Rpp kehidupan awal manusia purba
septiputri
 
Kehidupan awal masyarakat indonesia
Kehidupan awal masyarakat indonesiaKehidupan awal masyarakat indonesia
Kehidupan awal masyarakat indonesiaSMAK 5 Penabur
 
Arkeologi
ArkeologiArkeologi
Arkeologi
Zhen Adem
 
Praaksara yey.pptx
Praaksara yey.pptxPraaksara yey.pptx
Praaksara yey.pptx
salmairmasuryani1203
 
TRADISI MASAYARAKAT INDONESIA MASA PRAAKSARA
TRADISI MASAYARAKAT INDONESIA MASA PRAAKSARATRADISI MASAYARAKAT INDONESIA MASA PRAAKSARA
TRADISI MASAYARAKAT INDONESIA MASA PRAAKSARA
Ihsan TheFallen
 
Makalah sejarah manusia purba
Makalah sejarah manusia purbaMakalah sejarah manusia purba
Makalah sejarah manusia purba
Septian Muna Barakati
 

Similar to 2. BAB I.pdf (20)

Museum pemasyarakatan indonesia
Museum pemasyarakatan indonesiaMuseum pemasyarakatan indonesia
Museum pemasyarakatan indonesia
 
KOLEKSI KAIN BESUREK MUSEUM NEGERI BENGKULU.pdf
KOLEKSI KAIN BESUREK MUSEUM NEGERI BENGKULU.pdfKOLEKSI KAIN BESUREK MUSEUM NEGERI BENGKULU.pdf
KOLEKSI KAIN BESUREK MUSEUM NEGERI BENGKULU.pdf
 
Manfaat museum lampung dalam
Manfaat museum lampung dalamManfaat museum lampung dalam
Manfaat museum lampung dalam
 
Zaman Mesolithikum
Zaman Mesolithikum Zaman Mesolithikum
Zaman Mesolithikum
 
Evolusi & difusi kebudayaan
Evolusi & difusi kebudayaanEvolusi & difusi kebudayaan
Evolusi & difusi kebudayaan
 
53.1. Menelusuri Jejak-Jejak Masa Lalu Indonesia (Belum Edit).pdf
53.1. Menelusuri Jejak-Jejak Masa Lalu Indonesia (Belum Edit).pdf53.1. Menelusuri Jejak-Jejak Masa Lalu Indonesia (Belum Edit).pdf
53.1. Menelusuri Jejak-Jejak Masa Lalu Indonesia (Belum Edit).pdf
 
Zaman Mesolithikum
Zaman MesolithikumZaman Mesolithikum
Zaman Mesolithikum
 
Imanullah Oracle Usman - 8E_TIK - UH no 20 Wisata Edukasi - Bogor.pptx
Imanullah Oracle Usman - 8E_TIK - UH no 20 Wisata Edukasi - Bogor.pptxImanullah Oracle Usman - 8E_TIK - UH no 20 Wisata Edukasi - Bogor.pptx
Imanullah Oracle Usman - 8E_TIK - UH no 20 Wisata Edukasi - Bogor.pptx
 
Materi 1 pdf
Materi 1 pdfMateri 1 pdf
Materi 1 pdf
 
Perkembangan teknologi pada zaman pra aksara
Perkembangan teknologi pada zaman pra aksaraPerkembangan teknologi pada zaman pra aksara
Perkembangan teknologi pada zaman pra aksara
 
Jejak manusia purba di sangiran
Jejak manusia purba di sangiranJejak manusia purba di sangiran
Jejak manusia purba di sangiran
 
Perkembangan teknologi Praaksara
Perkembangan teknologi PraaksaraPerkembangan teknologi Praaksara
Perkembangan teknologi Praaksara
 
3 Budaya_Lokal- - www.kherysuryawan.id.pdf
3 Budaya_Lokal- - www.kherysuryawan.id.pdf3 Budaya_Lokal- - www.kherysuryawan.id.pdf
3 Budaya_Lokal- - www.kherysuryawan.id.pdf
 
kehidupan_awal_di_indonesia.ppt
kehidupan_awal_di_indonesia.pptkehidupan_awal_di_indonesia.ppt
kehidupan_awal_di_indonesia.ppt
 
Rpp kehidupan awal manusia purba
Rpp kehidupan awal manusia purbaRpp kehidupan awal manusia purba
Rpp kehidupan awal manusia purba
 
Kehidupan awal masyarakat indonesia
Kehidupan awal masyarakat indonesiaKehidupan awal masyarakat indonesia
Kehidupan awal masyarakat indonesia
 
Arkeologi
ArkeologiArkeologi
Arkeologi
 
Praaksara yey.pptx
Praaksara yey.pptxPraaksara yey.pptx
Praaksara yey.pptx
 
TRADISI MASAYARAKAT INDONESIA MASA PRAAKSARA
TRADISI MASAYARAKAT INDONESIA MASA PRAAKSARATRADISI MASAYARAKAT INDONESIA MASA PRAAKSARA
TRADISI MASAYARAKAT INDONESIA MASA PRAAKSARA
 
Makalah sejarah manusia purba
Makalah sejarah manusia purbaMakalah sejarah manusia purba
Makalah sejarah manusia purba
 

Recently uploaded

Laporan Pembina Pramuka sd format doc.docx
Laporan Pembina Pramuka sd format doc.docxLaporan Pembina Pramuka sd format doc.docx
Laporan Pembina Pramuka sd format doc.docx
RUBEN Mbiliyora
 
Modul Ajar Matematika Kelas 8 Fase D Kurikulum Merdeka - [abdiera.com]
Modul Ajar Matematika Kelas 8 Fase D Kurikulum Merdeka - [abdiera.com]Modul Ajar Matematika Kelas 8 Fase D Kurikulum Merdeka - [abdiera.com]
Modul Ajar Matematika Kelas 8 Fase D Kurikulum Merdeka - [abdiera.com]
Fathan Emran
 
Ppt landasan pendidikan Pai 9 _20240604_231000_0000.pdf
Ppt landasan pendidikan Pai 9 _20240604_231000_0000.pdfPpt landasan pendidikan Pai 9 _20240604_231000_0000.pdf
Ppt landasan pendidikan Pai 9 _20240604_231000_0000.pdf
fadlurrahman260903
 
Modul Ajar Informatika Kelas 7 Fase D Kurikulum Merdeka
Modul Ajar Informatika Kelas 7 Fase D Kurikulum MerdekaModul Ajar Informatika Kelas 7 Fase D Kurikulum Merdeka
Modul Ajar Informatika Kelas 7 Fase D Kurikulum Merdeka
Fathan Emran
 
Workshop "CSR & Community Development (ISO 26000)"_di BALI, 26-28 Juni 2024
Workshop "CSR & Community Development (ISO 26000)"_di BALI, 26-28  Juni 2024Workshop "CSR & Community Development (ISO 26000)"_di BALI, 26-28  Juni 2024
Workshop "CSR & Community Development (ISO 26000)"_di BALI, 26-28 Juni 2024
Kanaidi ken
 
RENCANA TINDAK LANJUT (RTL) PASCA PELATIHAN.pptx
RENCANA TINDAK LANJUT (RTL) PASCA PELATIHAN.pptxRENCANA TINDAK LANJUT (RTL) PASCA PELATIHAN.pptx
RENCANA TINDAK LANJUT (RTL) PASCA PELATIHAN.pptx
mukminbdk
 
Modul Ajar Bahasa Indonesia Kelas 7 Fase D Kurikulum Merdeka - [abdiera.com]
Modul Ajar Bahasa Indonesia Kelas 7 Fase D Kurikulum Merdeka - [abdiera.com]Modul Ajar Bahasa Indonesia Kelas 7 Fase D Kurikulum Merdeka - [abdiera.com]
Modul Ajar Bahasa Indonesia Kelas 7 Fase D Kurikulum Merdeka - [abdiera.com]
Fathan Emran
 
POWERPOINT ASAS PERMAINAN CATUR MSSD.pptx
POWERPOINT ASAS PERMAINAN CATUR MSSD.pptxPOWERPOINT ASAS PERMAINAN CATUR MSSD.pptx
POWERPOINT ASAS PERMAINAN CATUR MSSD.pptx
cikgumeran1
 
Materi 1_Bagaimana Kita Memaknai Sekolah yang Berkualitas_ (ss versi kab_kot)...
Materi 1_Bagaimana Kita Memaknai Sekolah yang Berkualitas_ (ss versi kab_kot)...Materi 1_Bagaimana Kita Memaknai Sekolah yang Berkualitas_ (ss versi kab_kot)...
Materi 1_Bagaimana Kita Memaknai Sekolah yang Berkualitas_ (ss versi kab_kot)...
ahyani72
 
Tokoh Pendidikan Universitas Negeri Jakarta.pdf
Tokoh Pendidikan Universitas Negeri Jakarta.pdfTokoh Pendidikan Universitas Negeri Jakarta.pdf
Tokoh Pendidikan Universitas Negeri Jakarta.pdf
Mutia Rini Siregar
 
Modul Ajar PAI dan Budi Pekerti Kelas 8 Fase D Kurikulum Merdeka
Modul Ajar PAI dan Budi Pekerti Kelas 8 Fase D Kurikulum MerdekaModul Ajar PAI dan Budi Pekerti Kelas 8 Fase D Kurikulum Merdeka
Modul Ajar PAI dan Budi Pekerti Kelas 8 Fase D Kurikulum Merdeka
Fathan Emran
 
Modul Ajar Bahasa Inggris Kelas 10 Fase E Kurikulum Merdeka
Modul Ajar Bahasa Inggris Kelas 10 Fase E Kurikulum MerdekaModul Ajar Bahasa Inggris Kelas 10 Fase E Kurikulum Merdeka
Modul Ajar Bahasa Inggris Kelas 10 Fase E Kurikulum Merdeka
Fathan Emran
 
RANCANGAN TINDAKAN UNTUK AKSI NYATA MODUL 1.4 BUDAYA POSITIF.pdf
RANCANGAN TINDAKAN UNTUK AKSI NYATA MODUL 1.4 BUDAYA POSITIF.pdfRANCANGAN TINDAKAN UNTUK AKSI NYATA MODUL 1.4 BUDAYA POSITIF.pdf
RANCANGAN TINDAKAN UNTUK AKSI NYATA MODUL 1.4 BUDAYA POSITIF.pdf
junarpudin36
 
Materi Feedback (umpan balik) kelas Psikologi Komunikasi
Materi Feedback (umpan balik) kelas Psikologi KomunikasiMateri Feedback (umpan balik) kelas Psikologi Komunikasi
Materi Feedback (umpan balik) kelas Psikologi Komunikasi
AdePutraTunggali
 
ANALISIS PENCEMARAN UDARA AKIBAT PABRIK ASPAL
ANALISIS PENCEMARAN UDARA AKIBAT PABRIK ASPALANALISIS PENCEMARAN UDARA AKIBAT PABRIK ASPAL
ANALISIS PENCEMARAN UDARA AKIBAT PABRIK ASPAL
Annisa Syahfitri
 
PENDAMPINGAN INDIVIDU 2 CGP ANGKATAN 10 KOTA DEPOK
PENDAMPINGAN INDIVIDU 2 CGP ANGKATAN 10 KOTA DEPOKPENDAMPINGAN INDIVIDU 2 CGP ANGKATAN 10 KOTA DEPOK
PENDAMPINGAN INDIVIDU 2 CGP ANGKATAN 10 KOTA DEPOK
GusniartiGusniarti5
 
KONSEP TEORI TERAPI KOMPLEMENTER - KELAS B KELOMPOK 10.pdf
KONSEP TEORI TERAPI KOMPLEMENTER - KELAS B KELOMPOK 10.pdfKONSEP TEORI TERAPI KOMPLEMENTER - KELAS B KELOMPOK 10.pdf
KONSEP TEORI TERAPI KOMPLEMENTER - KELAS B KELOMPOK 10.pdf
AsyeraPerangin1
 
MODUL P5 FASE B KELAS 4 MEMBUAT COBRICK.pdf
MODUL P5 FASE B KELAS 4 MEMBUAT COBRICK.pdfMODUL P5 FASE B KELAS 4 MEMBUAT COBRICK.pdf
MODUL P5 FASE B KELAS 4 MEMBUAT COBRICK.pdf
YuristaAndriyani1
 
Defenisi Anak serta Usia Anak dan Kekerasan yang mungki terjadi pada Anak
Defenisi Anak serta Usia Anak dan Kekerasan yang mungki terjadi pada AnakDefenisi Anak serta Usia Anak dan Kekerasan yang mungki terjadi pada Anak
Defenisi Anak serta Usia Anak dan Kekerasan yang mungki terjadi pada Anak
Yayasan Pusat Kajian dan Perlindungan Anak
 
Modul Ajar Matematika Kelas 11 Fase F Kurikulum Merdeka
Modul Ajar Matematika Kelas 11 Fase F Kurikulum MerdekaModul Ajar Matematika Kelas 11 Fase F Kurikulum Merdeka
Modul Ajar Matematika Kelas 11 Fase F Kurikulum Merdeka
Fathan Emran
 

Recently uploaded (20)

Laporan Pembina Pramuka sd format doc.docx
Laporan Pembina Pramuka sd format doc.docxLaporan Pembina Pramuka sd format doc.docx
Laporan Pembina Pramuka sd format doc.docx
 
Modul Ajar Matematika Kelas 8 Fase D Kurikulum Merdeka - [abdiera.com]
Modul Ajar Matematika Kelas 8 Fase D Kurikulum Merdeka - [abdiera.com]Modul Ajar Matematika Kelas 8 Fase D Kurikulum Merdeka - [abdiera.com]
Modul Ajar Matematika Kelas 8 Fase D Kurikulum Merdeka - [abdiera.com]
 
Ppt landasan pendidikan Pai 9 _20240604_231000_0000.pdf
Ppt landasan pendidikan Pai 9 _20240604_231000_0000.pdfPpt landasan pendidikan Pai 9 _20240604_231000_0000.pdf
Ppt landasan pendidikan Pai 9 _20240604_231000_0000.pdf
 
Modul Ajar Informatika Kelas 7 Fase D Kurikulum Merdeka
Modul Ajar Informatika Kelas 7 Fase D Kurikulum MerdekaModul Ajar Informatika Kelas 7 Fase D Kurikulum Merdeka
Modul Ajar Informatika Kelas 7 Fase D Kurikulum Merdeka
 
Workshop "CSR & Community Development (ISO 26000)"_di BALI, 26-28 Juni 2024
Workshop "CSR & Community Development (ISO 26000)"_di BALI, 26-28  Juni 2024Workshop "CSR & Community Development (ISO 26000)"_di BALI, 26-28  Juni 2024
Workshop "CSR & Community Development (ISO 26000)"_di BALI, 26-28 Juni 2024
 
RENCANA TINDAK LANJUT (RTL) PASCA PELATIHAN.pptx
RENCANA TINDAK LANJUT (RTL) PASCA PELATIHAN.pptxRENCANA TINDAK LANJUT (RTL) PASCA PELATIHAN.pptx
RENCANA TINDAK LANJUT (RTL) PASCA PELATIHAN.pptx
 
Modul Ajar Bahasa Indonesia Kelas 7 Fase D Kurikulum Merdeka - [abdiera.com]
Modul Ajar Bahasa Indonesia Kelas 7 Fase D Kurikulum Merdeka - [abdiera.com]Modul Ajar Bahasa Indonesia Kelas 7 Fase D Kurikulum Merdeka - [abdiera.com]
Modul Ajar Bahasa Indonesia Kelas 7 Fase D Kurikulum Merdeka - [abdiera.com]
 
POWERPOINT ASAS PERMAINAN CATUR MSSD.pptx
POWERPOINT ASAS PERMAINAN CATUR MSSD.pptxPOWERPOINT ASAS PERMAINAN CATUR MSSD.pptx
POWERPOINT ASAS PERMAINAN CATUR MSSD.pptx
 
Materi 1_Bagaimana Kita Memaknai Sekolah yang Berkualitas_ (ss versi kab_kot)...
Materi 1_Bagaimana Kita Memaknai Sekolah yang Berkualitas_ (ss versi kab_kot)...Materi 1_Bagaimana Kita Memaknai Sekolah yang Berkualitas_ (ss versi kab_kot)...
Materi 1_Bagaimana Kita Memaknai Sekolah yang Berkualitas_ (ss versi kab_kot)...
 
Tokoh Pendidikan Universitas Negeri Jakarta.pdf
Tokoh Pendidikan Universitas Negeri Jakarta.pdfTokoh Pendidikan Universitas Negeri Jakarta.pdf
Tokoh Pendidikan Universitas Negeri Jakarta.pdf
 
Modul Ajar PAI dan Budi Pekerti Kelas 8 Fase D Kurikulum Merdeka
Modul Ajar PAI dan Budi Pekerti Kelas 8 Fase D Kurikulum MerdekaModul Ajar PAI dan Budi Pekerti Kelas 8 Fase D Kurikulum Merdeka
Modul Ajar PAI dan Budi Pekerti Kelas 8 Fase D Kurikulum Merdeka
 
Modul Ajar Bahasa Inggris Kelas 10 Fase E Kurikulum Merdeka
Modul Ajar Bahasa Inggris Kelas 10 Fase E Kurikulum MerdekaModul Ajar Bahasa Inggris Kelas 10 Fase E Kurikulum Merdeka
Modul Ajar Bahasa Inggris Kelas 10 Fase E Kurikulum Merdeka
 
RANCANGAN TINDAKAN UNTUK AKSI NYATA MODUL 1.4 BUDAYA POSITIF.pdf
RANCANGAN TINDAKAN UNTUK AKSI NYATA MODUL 1.4 BUDAYA POSITIF.pdfRANCANGAN TINDAKAN UNTUK AKSI NYATA MODUL 1.4 BUDAYA POSITIF.pdf
RANCANGAN TINDAKAN UNTUK AKSI NYATA MODUL 1.4 BUDAYA POSITIF.pdf
 
Materi Feedback (umpan balik) kelas Psikologi Komunikasi
Materi Feedback (umpan balik) kelas Psikologi KomunikasiMateri Feedback (umpan balik) kelas Psikologi Komunikasi
Materi Feedback (umpan balik) kelas Psikologi Komunikasi
 
ANALISIS PENCEMARAN UDARA AKIBAT PABRIK ASPAL
ANALISIS PENCEMARAN UDARA AKIBAT PABRIK ASPALANALISIS PENCEMARAN UDARA AKIBAT PABRIK ASPAL
ANALISIS PENCEMARAN UDARA AKIBAT PABRIK ASPAL
 
PENDAMPINGAN INDIVIDU 2 CGP ANGKATAN 10 KOTA DEPOK
PENDAMPINGAN INDIVIDU 2 CGP ANGKATAN 10 KOTA DEPOKPENDAMPINGAN INDIVIDU 2 CGP ANGKATAN 10 KOTA DEPOK
PENDAMPINGAN INDIVIDU 2 CGP ANGKATAN 10 KOTA DEPOK
 
KONSEP TEORI TERAPI KOMPLEMENTER - KELAS B KELOMPOK 10.pdf
KONSEP TEORI TERAPI KOMPLEMENTER - KELAS B KELOMPOK 10.pdfKONSEP TEORI TERAPI KOMPLEMENTER - KELAS B KELOMPOK 10.pdf
KONSEP TEORI TERAPI KOMPLEMENTER - KELAS B KELOMPOK 10.pdf
 
MODUL P5 FASE B KELAS 4 MEMBUAT COBRICK.pdf
MODUL P5 FASE B KELAS 4 MEMBUAT COBRICK.pdfMODUL P5 FASE B KELAS 4 MEMBUAT COBRICK.pdf
MODUL P5 FASE B KELAS 4 MEMBUAT COBRICK.pdf
 
Defenisi Anak serta Usia Anak dan Kekerasan yang mungki terjadi pada Anak
Defenisi Anak serta Usia Anak dan Kekerasan yang mungki terjadi pada AnakDefenisi Anak serta Usia Anak dan Kekerasan yang mungki terjadi pada Anak
Defenisi Anak serta Usia Anak dan Kekerasan yang mungki terjadi pada Anak
 
Modul Ajar Matematika Kelas 11 Fase F Kurikulum Merdeka
Modul Ajar Matematika Kelas 11 Fase F Kurikulum MerdekaModul Ajar Matematika Kelas 11 Fase F Kurikulum Merdeka
Modul Ajar Matematika Kelas 11 Fase F Kurikulum Merdeka
 

2. BAB I.pdf

  • 1. perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id commit to user 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Kawasan Sangiran dianggap sebagai situs yang penting karena memiliki beberapa potensi utama, antara lain bahwa situs dengan luas keseluruhan sekitar 56 km2 , dianggap sebagai situs prasejarah terluas di dunia, yang mengalami masa hunian paling lama, yaitu dihuni oleh manusia purba selama lebih dari 1,5 juta tahun.1 Sangiran juga merupakan situs prasejarah yang menghasilkan temuan fosil Homo Erectus paling banyak, yaitu mencapai lebih dari 50% populasi temuan fosil Homo Erectus di dunia.2 Potensi tersebut maka Situs Sangiran, saat ini telah menjadi pusat penelitian tentang asal usul manusia dan persebarannya, termasuk kajian evolusi biologis, kebudayaan, dan lingkungannya, baik dalam skala nasional maupun internasional.3 Berdasarkan pertimbangan-pertimbangan tersebut UNESCO World Heritage Centre pada tahun 1996 telah menetapkan situs Sangiran sebagai salah satu warisan dunia yang tercatat dalam daftar warisan dunia no. 593 dengan nama “Sangiran Early Man Site”. 1 Teuku Jacob, “Protection The Sangiran World Heritage”. Keynote Lecture, UNESCO Training Seminar on the Preservation, Conservation, and management of Zhoukoudian and Sangiran Prehistoric World Haritage Sites, 2002, hlm. 2 2 Harry Widianto dan Samidi, Laporan Menghadiri Sidang Ke-20 World Heritage Committee di Merida, Mexico, (Jakarta: Departemen Pendidikan dan Kebudayaan, Direktorat Jenderal Kebudayaan, 1996), hlm. 3 3 Truman Simanjuntak, “Sangiran Site: Problems and the Balance or Research” Sangiran: Man, Culture, and Environment in Pleistocene Times, Proceedings of the International Colloquium on Sangiran Solo-Indonesia September 1998, (Jakarta: Yayasan Obor Indonesia, 2001), hlm. 4 1
  • 2. perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id commit to user 2 Salah satunya Museum Sangiran tidak dapat dipisahkan oleh seorang tokoh ahli Paleontology kelahiran Berlin (Jerman Barat pada tahun 1902) yaitu GH. R. Von Koeningswald4 pada tahun 1936-1941. Saat itu Von Koeningswald melakukan riset dengan dibantu oleh dinas pertambangan RI di Bandung dan juga oleh seorang tokoh perintis berdirinnya museum Sangiran yaitu Toto Marsono (seorang warga dukuh Watuondo, Desa Bulukerto, Kecamatan Bulukerto). Semakin hari penelitian yang dilakukan Von Koeningswald semakin banyak yang ditemukan sehingga sampai tidak ada tempat untuk menyimpannya. Pada era setelah kemerdekaan, muncul anak-anak bangsa5 yang mempunyai perhatian khusus terhadap penelitian di Sangiran. Perhatian dunia terhadap Situs Sangiran, sebenarnya sudah diawali sejak tahun 1893 ketika Eugene Dubois mengadakan kunjungan singkat ke Sangiran. Namun sayangnya Dubois tidak mendapatkan hasil sesuai dengan yang diangan-angankannya. 6 Penelusuran Dubois akhirnya sampai di daerah Trinil, di Ngawi, Jawa Timur, dan di tempat tersebut Dubois berhasil menemukan sebuah atap tengkorak dan tulang paha manusia purba yang 4 G.H.R. Von Koenigswald adalah orang pertama yang menemukan Situs Sangiran pada tahun 1934 berdasarkan penemuan alat-alat serpih di Desa Ngebung. Dua tahun kemudian ditemukan fosil manusia puba yang kelak dikemudian hari dinamakan Homo Erectus. (Harry Widianto dan Iwan SB, Sangiran Situs Prasejarah Dunia, (Kementrian Kebudayaan dan Pariwisata, Direktorat Jenderal Sejarah dan Pubakala, Balai Pelestarian Situs Manusia Purba Sangiran : 2011), hlm. 5 5 Mereka adalah Prof. Dr. R.P. Soejono, Prof. Dr. T. Jacob, dan Prof. Dr. R. Sartono yang masing-masing menekuni bidang prasejarah, paleontologi, dan geologi. Ketiga ilmu tersebut berkaitan dan bersifat melengkapi untuk mengungkap aspek-aspek kehidupan manusia dan lingkungan purba Sangiran. (Ibid. Hlm. 5) 6 Teuku Jacob, “Penelitian Paleoanthropologi di Indonesia” Berkala Ilmu Kedokteran Gadjah Mada, Jilid II, No. 2, hlm. 136
  • 3. perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id commit to user 3 kemudia disebutnya dengan nama Pithecanthropus Erectus, artinya manusia kera yang berjalan tegak. Sejak tahun 1930-an, Situs Sangiran merupakan situs manusia purba yang banyak dieksploitasi oleh para peneliti guna mengungkap rahasia masa silam. Penelitian yang dilakukan sejak itu hingga sekarang, menunjukan bahwa Situs Sangiran kaya akan potensi benda cagar budaya (fosil). Fosil berarti sisa tulang belulang binatang atau sisa tumbuhan zaman purba yang telah membatu dan tertanam bawah lapisan tanah. Dengan kayanya temuan benda cagar budaya (fosil) di Situs Sangiran, maka pada tahun 1977, Menteri Pendidikan dan Kebudayaan menerbitkan SK Nomor.070/O/1977 yang menetapkan “...kawasan sangiran dan sekitarnya sebagai Daerah Cagar Budaya, dengan luas ± 46,5 km2 , dan areanya mencakup sebagaian wilayah Kabupaten Sragen dan sebagian wilayah Kabupaten Karanganyar”. Pada tahun 1974 setelah mendapat Instruksi dari Gubernur Kepala Daerah tingkat I Jawa Tengah, Pemerintah Daerah Kabupaten Sragen mendirikan sebuah bangunan di Desa Krikilan guna menyimpan fosi-fosil yang ditemukan tersebut. Bangunan berbentuk joglo ini terletak diatas tanah 1000 m2 dan untuk pertama kalinya bernama Museum Plestosen, berfungsi sampai tahun 1975. Adanya museum ini semakin pesat saja pengunjung dan penelitian yang banyak dilakukan, sehingga adanya fasilitas-fasilitas yang mendukung dan memadai. Untuk memenuhi tuntutan tersebut maka pada tahun 1983 Pemerintah membangun
  • 4. perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id commit to user 4 sebuah museum bergaya Joglo secara lebih merinci lagi yaitu Museum Situs Sangiran.7 Museum Situs Sangiran merupakan salah satu warisan budaya8 .Kecenderungan warisan budaya yang seringkali dikatakan sebagai media yang memiliki fungsi dalam menjaga proses pertumbuhan kebudayaan bangsa, ternyata mengandung nilai-nilai yang pewarisannya dapat terjadi secara berbeda. Suatu warisan budaya mungkin saja diterima terpaksa oleh pewarisnya atau justru dengan senang hati tidak diterima oleh pewarisnya. Dengan perkataan lain, warisan budaya dapat dipersepsikan oleh masyarakat sesuai dengan kecenderungan orientasi kepentingannya. Jika persepsi memiliki bobot kognitif atau nilai tambahan pengetahuan, maka warisan budaya akan dipersepsikan sebagai “informasi” yang mampu menambah dan memperkaya khazanah kognitif yang sudah dimiliki oleh masyarakat tersebut. Sebaliknya, jika persepsi mengarah pada ekspresivitas yang sifatnya individualistis, dengan persepsi afektif, sesuai dengan kepentingan atau keyakinannya sendiri maka terdapat kemungkinan warisan budaya cenderung dibesar-besarkan dalam arti dan maknanya. Perbedaan persepsi dalam memaknai suatu warisan budaya merupakan salah satu faktor penyebab terjadinya konflik pemanfaatan yang akhir-akhir ini sering terjadi di 7 Ken Rakhma Dewi, Peran Pemerintah Daerah Terhadap Museum Situs Prasejarah Dan Kawasan Sangiran Dalam Upaya Meningkatkan Pendapatan Asli Daerah Kabupaten Sragen, Skripsi : Universitas Sebelas Maret, 2006, hlm. 19 8 Jati diri suatu bangsa, dalam berbagai kemungkinan skala, adalah sesuatu yang sekaligus ditentukan oleh dua hal, yaitu (a) warisan budaya yang berupa hasil-hasil penciptaan di masa lalu; dan (b) hasil-hasil daya cipta di masa kini yang didorong , dipacu ataupun dimungkinkan oleh tantangan dan kondisi aktual dari zaman sekarang. Sedyawati, Edi, Budaya Indonesia Kajian Arkeologi, Seni, dan Sejarah, (Jakarta : PT. Raja Grafindo Persada, 2006), hlm. 315.
  • 5. perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id commit to user 5 berbagai tempat di Indonesia khususnya pada situs-situs yang menjadi pusat perhatian masyarakat luas seperti Situs Sangiran. Melihat kekayaan warisan budaya tersebut, bangsa Indonesia bangga dan menjaganya. Sebab pada dasarnya, peninggalan arkeologi dimanfaatkan untuk dua kepentingan, yakni di bidang pendidikan dan kepariwisataan. Fungsi dan peranan peninggalan arkeologi itu dilandasi GBHN dan Tap MPR 1998. Ironisnya, semakin banyak orang tidak bertanggung jawab yang melakukan kejahatan terhadap cagar budaya. Pada prinsipnya, kejahatan terhadap benda cagar budaya terbagi dalam enam kasus, yakni pencurian, penyelundupan, penyingkiran, penggusuran, penggalian liar, dan perusakan. Menurut Departemen Kebudayaan dan Pariwisata, selama 1990-2002 setidaknya terjadi 129 kasus pencurian benda cagar budaya9 . Sebenarnya pencurian terhadap peninggalan-peninggalan purbakala sudah terjadi sejak tahun 1960-an. Pembangunan museum yang monumental dan menarik, dengan sarana yang mutakhir, tentunya memerlukan dana besar. Hal inilah yang menyebabkan pembangunan permuseuman dilakukan secara bertahap. Masalah lain terkait dengan studi kelayakan pendirian museum menyangkut lokasi, bangunan, koleksi, peralatan museum, organisasi, dan ketenagaan. Selain itu perlu memperhatikan 9 Cagar budayaadalah warisan budaya bersifat kebendaan berupa benda cagar budaya, bangunan cagar budaya, struktur cagar budaya, situs cagar budaya , dan kawasan cagar budaya di darat dan/atau di air yang perlu dilestarikan keberaaanya karena memiliki nilai penting bagi sejarah, ilmu pengetahuan, pendidikan, agama, dan/ atau kebudayaan melalui proses penetapan. (Bab I Ketentuan Umum Pasal 1 No. 1 dalam UU Nomor 11 tahun 2010).
  • 6. perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id commit to user 6 kondisi sosial, budaya, ekonomi, serta strategi pertahanan nasional dan proses yang bersangkutan. Berbagai perubahan yang terjadi dalam organisasi lembaga yang dipercaya untuk melakukan pembinaan terhadap museum-museum, menunjukkan adanya proses perkembangan kelembagaan museum di Indonesia. Hal itu juga menunjukkan adanya prioritas kedudukan permuseuman dalam hubungan pembangunan nasional di bidang kebudayaan. Dari latar belakang diatas tentunya menjadi permasalahan yang sangat menarik untuk diteliti. Penulis ingin mengungkap bagaimana dinamika pengelolaan Museum Sangiran dari tahun 1983-2013. Pada tahun 1983 pemerintah pertama kali mendirikan museum dengan nama Museum Situs Sangiran yang dulunya tahun 1975 bernama Museum Plestosen. Untuk membatasi permasalahan penulis memfokuskan masalah tentang pengelolaan kelembagaannya, karena dari sebuah kelembagaan mempunyai arti penting dalam perkembangan permuseuman khususnya di Museum Sangiran. Pada tahun 1996 Museum Sangiran dapat penghargaan bahkan bantuan dari UNESCO yang menetapkan Situs Sangiran sebagai Warisan Budaya Dunia no. C. 593 dengan nama The Sangiran Early Man Site. Tahun-tahun berikutnya perkembangan Museum Sangiran semakin pesat dan maju, dilihat dari koleksi bahkan arsitekturnya yang mana tidak lepas dari kelembagaan di dalamnya. Untuk mengelola museum yang baru, pada awal tahun 2007 Menteri Kebudayaan dan Pariwisata yang tertera dalam SK No.PM.17/HK/001/MKP-2007 secara formal telah menetapkan sebuah lembaga baru yang merupakan sebuah
  • 7. perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id commit to user 7 kantor UPT (Unit Pelaksana Teknis) yang bertanggung jawab langsung kepada Direktorat Jenderal Sejarah dan Purbakala di Jakarta. Lembaga ini dinamakan “Balai Pelestarian Situs Manusia Purba Sangiran”, dan ditargetkan akan mulai berfungsi maksimal sekitar tahun 2009 bersamaan dengan selesainya seluruh bangunan museum. B. Rumusan Masalah Dari latar belakang masalah di atas, maka dapat dirumuskan beberapa permasalah sebagai berikut : 1. Bagaimana latar belakang Museum Sangiran masuk sebagai World Heritage? 2. Bagaimanaperubahan pengelolaan Museum Sangiran tahun 1983-2013? 3. Bagaimana pengaruh atau dampakpengelolaan Museum Sangiranterhadap masyarakat dan Pemerintah Daerah? C. Tujuan Penelitian Penelitian ini diharapkan mampu mewujudkan tujuan yang positif, baik yang bersifat umum maupun khusus, antara lain : 1. Untuk mengetahui latar belakangsejarah Museum Sangiran masuk sebagai World Heritage No. 593 tahun 1996. 2. Untuk mengetahui perubahan pengelolaan kelembagaan Museum Sangiran sebelum terbentuknya Unit Pelaksana Teknis atau masih di bawah Balai Pelestarian Peninggalan Purbakala Jawa Tengah dan setelah dibentuknya UPT (Unit Pelaksana Teknis) dengan nama Balai Pelestarian Situs Manusia Purba
  • 8. perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id commit to user 8 Sangiran sesuai dengan SK No.PM.17/HK/001/MKP-2007 di bawah Menteri Kebudayaan dan Pariwisata. 3. Untuk mengetahui pengaruh atau dampak setelah adanya perubahan dalam pengelolaan kelembagaan di Museum Sangiran tahun 2007-2013. D. Manfaat Penelitian Manfaat yang diharapkan dari penulisan ini adalah : 1. Manfaat Akademis Penulisan yang berdasarkan Ilmu Sejarah ini dapat memberikan sumbangan untuk memperkaya penulisan sejarah di Indonesia. Sebagai riset awal yang berguna untuk melengkapi kekurangan studi sejarah Indonesia khususnya sejarah kelembagaan di Museum. 2. Manfaat Praktis Memberi manfaat dalam upaya melengkapi sejarah sosial ekonomi Indonesia terutama yang menyangkut perubahan kelembagaan internal sebagai analisis sejarah. E. Tinjauan Pustaka Dalam penelitiaan ini penulis menggunakan literatur dan referensi untuk menunjang pokok permasalahan yang akan dikaji. Selain menggunakan sumber primer, penulis juga menggunakan sumber sekunder sebagai studi pustaka sesuai dengan tema yang akan diangkat. Penelitian ini menggunakan beberapa buku sebagai bahan acuan pokok untuk menelusuri dan mengungkapkan pokok
  • 9. perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id commit to user 9 permasalahan ini, yaitu:Manfaat yang dapat diambil dari buku ini adalah sebagai bahan untuk menganalisis suatu perubahan pengelolaan kelembagaan di Museum Sangiran. Referensi buku dari Muhammad Amir Sutaarga yang berjudul Pedoman Penyelanggaraan dan Pengelolaan Museumoleh Muhammad Amir Sutaarga (1983). Buku tersebut merupakan buku dasar patokan mengenai sebuah arti dan fungsi museum secara keseluruhan. Pembahasannya mengenai fungsi dan tugas orang-orang yang bekerja di dalam museum. Buku tersebut sebagai pengantar bahwa setiap orang yang bekerja di museum pada masa sekarang bukan orang yang asal mendapat pekerjaan saja. Buku tersebut menuntun dalam pekerjaan dan fungsi masing-masing pekerjaan di dalam museum. Buku karya Edi Sedyawati tahun 2006 yang berjudul Budaya Indonesia Kajian Arkeologi, Seni, dan Sejarah. Buku tersebut sebagai referensi dalam mendukung penulis tentang yang masalah yang dibahas. Dalam buku tersebut menampung sejumlah hasil pemikiran dan pengkajian atas berbagai permasalahan dalam kerangka ilmu-ilmu budaya salah satunya Arkeologi. Bahwa suatu lembaga penelitian, apalagi bercakupan nasional seperti Pusat Penelitian Arkeologi ini, akan dilihat pula dari taraf kedisiplinan para penelitinya dalam menalar dan bekerja sesuai dengan disiplin ilmunya. Tidaklah pantas jika lembaga yang mestinya menjunjung kewibawaan ilmiah tersebut serampangan menggunakan istilah-istilah keilmuan, seperti “paradigma”, “ilmu terapan”, “rekayasa”, “wacana”, dan lain-lain. Lembaga yang didirikan untuk memjukan pengkajian ilmiah ini hendaknya dapat dijaga agar tidak cenderung menjadi instansi birokrasi
  • 10. perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id commit to user 10 yang tidak peka akan mutu, atau tidak peduli pada kecermatan dan ketajaman berwacana.10 Referensi buku dari Bambang Sulistyanto yang berjudul Balung Buto: Warisan Budaya Dunia Dalam Perspektif Masyarakat Sangiran tahun 2003. Buku tersebut menjelaskan tentang pelestarian benda cagar budaya, yang selama ini lebih banyak dibicarakan dan dikaji dalam lingungan terbatas, ke ruang publik. Buku tersebut hanya menyajikan kasus tunggal pelestarian benda cagar budaya di Sangiran, sajian didalam buku tersebut mampu memberikan gambaran liku-liku dan kerumitan pelaksanaan pengelolaan benda cagar budaya. Buku tersebut juga mengajak masyarakat untuk memahami bagaimana konflik kepentingan selalu mewarnai upaya pelestarian dan pengelolaan warisan budaya. Kasus pelestarian benda cagar budaya di Situs Sangiran menujukan bagaimana konflik kepentingan terjadi antara pemerintah dengan masyarakat setempat dalam hal pemanfaatan benda caga budaya, khususnya fosil-fosil yang terkandung di dalam lapisan- lapisan tanah purba di daerah Sangiran. Tesis dari Harry Widianto Universitas Gadjah Mada Yogyakarta tahun 1983 yang berjudul Paleolitik Kali Oyo Dalam Kronologi Pertanggalan Plestosen. Penelitian paloelitik di Kali Oyo tersebut bertujuan untuk mengupas secara luas kehidupan yang pernah terjadi di daerah tersebut beserta segala aspek yang mempengaruhinya, terutama selama Kala Plestosen. Dengan membandingkan fenomena-fenomena sejenis dari paleolitik Pacitan dan Sangiran untuk menadapatkan unsur-unsur kesamaan dan perbedaan. 10 Edi Sedyawati, Budaya Indonesia Kajian Arkeologi, Seni, dan Sejarah, (Jakarta: PT. Raja Grafindo Persada, 2006), hlm. 6
  • 11. perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id commit to user 11 Tesis dari Dody Wiranto Universitas Padjadjaran Bandung tahun 2011 dengan judul Peningkatan Kreativitas Desain Cenderamata Untuk Mendukung Museum Sangiran Kabupaten Sragen Jawa Tengah. Tesis in menjelaskan tentang desain cenderamata berbasis ketiga yang mempu memberikan nilai lebih kepada pengunjung museum, dan berpotensi meningkatkan jumlah kunjungan. Cenderamata berbasis koleksi akan mampu memberikan edukasi dan informasi tentang keberadaan Museum Sangiran. Mitos Balung Buto sebagai basis desain cenderamata akan mampu memberikan nilai-nilai moralitas dan etika kepada penngunjungnya. Desain cenderamata berbasis jenis pengunjung akan mampu memberikan kepuasa kepada selera pembeli cenderamata. Dengan demikian cenderamata akan mampu secara optimal mendukung keberadaan Museum Sangiran. Skripsi oleh Wiwit Hermanto Universitas Sebelas Maret 2012 berjudul Pola Komunikasi Antara Balai Pelestarian Situs Manusia Purba Sangiran Dengan Masyarakat Dalam Upaya Pelestarian Situs Sangiran. Penelitian ini menjelaskan tentang upaya pelestarian Situs Sangiran dengan terjadinya komunikasi antara komunikator dengan komunikan sehingga menciptakan pola komunikasi, keduanya memiliki pengetahuan terhadap temuan fosil. Komikator mendapatkan pengetahuan tentang fosil dari data tulisan, kabar burung dan dari para petani. Sumber informasi temuan fosil yang diperoleh oleh komunikator didapat dari kabar burung yang beredar ditengah masyarakat, penemu fosil yang melaporkan langsung temuan fosilnya, dari karyawan yang bermukim di Situs Sangiran atau
  • 12. perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id commit to user 12 dari pemerintah desa. Informasi yang didapat komunikator kebanyakan berasal dari kabar burung yang diperoleh dengan cara informal. Laporan Penelitian Hibah Fundamental tahun 2012 yang berjudul Faktor- Faktor Percepatan Peningkatan Kesejahteraan Masyarakat Di Kawasan Sangiran oleh Drs. Harmadi, MM, Drs. Mugi Rahardjo, M.Si dan Drs. Wahyu Agung, M.Si. Penelitian ini menjelaskan tentang bagaimana tujuan kegiatan kajian pembentukan lembaga pengelola Kawasan Warisan Dunia dan Nasional Kompleks Situs Sangiran adalah mengakaji aspek-aspek yang berkaitan dengan pembentukan organisasi pengelola Kawasan Warisan Dunia dan Nasional Situs Sangiran. Bentuk Lembaga Pengelola yang tepat untuk Kawasan Warisan Dunia dan Nasional Situs Sangiran dalam upaya pencapaian tujuan pelestarian cagar budaya secara untuh, terpadu, sinergi dan berkelanjutan. Skripsi oleh Irsyad Eko Nuranto Universitas Sebelas Maret 2010 yang berjudul Sejarah Perkembangan Manajemen Museum Radyapustaka Tahun 1926- 2008. Penelitian tersebut menjelaskan tentang perkembangan manajemen Museum Radyapustaka pada periode G.P.H Hadiwijaya 1926-1979. Serta bagaimana perkembangan manajemen museum Radyapustaka periode pasca berdirinya Komite Museum Radyapustaka. Komite berstruktur bukan aja dari budayawa tetapi juga sejarahwan serta peneliti arca yang ada di Jawa Tengah. Kelalaian pengurus Museum bahwa museum bukan tempat menghasilkan pendapatan bagi dirinya, sering dilupakan. Kasus demi kasus telah terkuak dari museum yang sudah sangat tua di Indonesia.
  • 13. perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id commit to user 13 F. Metode Penelitian Metode yang dapat digunakan dalam penulisan ini ialah metode historis. Menurut Nugroho Notosusanto metode historis adalah kumpulan prinsip-prinsip atau aturan yang sistematis, dimaksudkan untuk memberikan bantuan secara efektif dalam usaha mengumpulkan bahan-bahan untuk penulisan sejarah, menilai secara kritis dan menyajikan suatu sintesa dalam bentuk tulisan.11 1. Lokasi Penelitian Lokasi penelitian ini adalah Museum Sangiran diDesa Krikilan, Kecamatan Kalijambe, Kabupaten Sragen dan Karanganyar. Kawasan Situs Sangiran seluas ± 56 km2 . Terletak di lereng barat laut Gunung Lawu, saat ini beradapada sebuah cekungan alamyang dikenal dengan nama Depresi Solo dan di kelilingi oleh perbukitan. Di sebelah selatan terdapat jajaran Pegunungan Selatan dan di sebelah utara terdapat jajaran Pegunungan Kendeng.12 2. Teknik Pengumpulan Data Berkaitan dengan penelitian yang penulis lakukan ini merupakan penelitian subyek sejarah, maka digunakan metode sejarah atau metode histories yaitu proses yang sistematis dalam usaha untuk mengumpulkan bahan-bahan sejarah, menilai secara kritis kemudian menyajikan suatu sintesa dari masalah- masalahnya. Adapun proses ini terdiri atas beberapa tahap: 11 Nugroho Notosusanto, Masalah Penelitian Sejarah, Suatu Pengalaman, (Jakarta: Yayasan Idayu, 1978), hlm. 1. 12 Nugraha, Suwita, dkk, Pengetahuan Prasejarah: Lapisan Tanah dan Lingkungan Purba Sangiran, (Sragen : Balai Pelestarian Situs Manusia Purba Sangiran, 2012), hlm. 4
  • 14. perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id commit to user 14 a. Heuristik Heuristik adalah tahap untuk mencari, menemukan, dan mengumpulkan sumber-sumber berbagai data agar dapat mengetahui segala bentuk peristiwa atau kejadian sejarah masa lampau yang relevan dengan topik atau judul penelitian. Untuk melacak sumber tersebut, maka harus dapat mencari di berbagai dokumen baik melalui metode kepustakaan atau arsip nasional. Dapat juga mengunjungi situs sejarah atau melakukan wawancara untuk melengkapi data sehingga diperoleh data yang baik dan lengkap, serta dapat menunjang terwujudnya sejarah yang mendekati kebenaran. Masa lampau yang begitu banyak periode dan banyak bagian-bagiannya (seperti politik, ekonomi, sosial, dan budaya) memiliki sumber data yang juga beraneka ragam sehingga perlu adanya klasifikasi data dari banyaknya sumber tersebut. Adapun cara teknik pengumpulan data yang dilakukan adalah : 1. Studi Dokumen Penelitian ini dibantu dengan menggunakan dokumen dan arsip tentang Kelembagaan Museum Sangiran tahun 1983-2013berupa : a. SK No. 070/O/1977 Peraturan Menteri Pendidikan dan Kebudayaan yang menetapkkan kawasan Sangiran dan sekitarnya sebagai Daerah Cagar Budaya dengan luas ± 46,5 km2 , dan areannya mencakup wilayah Kabupaten Sragen dan sebagian wilayah Kabupaten Karanganyar. b. SK No. PM.17/HK.001/MKP-2007 oleh Menteri Kebudayaan dan Pariwisata tentang Perubahan Peraturan Menteri Kebudayaan dan
  • 15. perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id commit to user 15 Pariwisata No. : PM.37/OT.001/MKP-2006 tentang Organisasi dan Tata Kerja Balai Pelestarian Situs Manusia Purba di Sangiran. c. SK No. 54 tahun 2012 oleh Menteri Pendidikan dan Kebudayaan. Menetapkan peraturan Menteri Pendidikan dan Kebudayaan tentang organisasi dan tata kerja Balai Pelestarian Situs Manusia Purba Sangiran. Dengan memperhatikan persetujuan Menteri Pendayagunaan Apartur Negara dan Reformasi Birokasi dalam surat No. B/1296/M. PAN-RB/4/2012 tanggal 30 April 2012. d. Peraturan Menteri Pendidikan dan Kebudayaan RI Nomor 30 tahun 2013 tentang rincian tugas Balai Pelestarian Situs Manusia Purba Sangiran (BPSMP Sangiran). e. Perundangan tentang cagar budaya dalam UU No. 11 Tahun 2010 yang mengganti UU No. 5 Tahun 1992 bertujuan merubah paradigma pelestarian cagar budaya. Perubahan paradigma dalam upaya pelestarian cagar budaya, diperlukan keseimbangan aspek ideologi, akademis, ekologis, dan ekonomis. f. Dokumen Detail Engineering Design (DED) Pelestarian Situs Sangiran oleh Direktorat Jenderal Sejarah dan Purbakala, Departemen Kebudayaan dan Pariwisata tahun 2004. g. Dokumen Rencana Induk Pelestarian Kawasan Sangiran. Proyek Pelestarian dan Pengembangan Peninggalan Purbakala dan Permuseuman tahun 2004.
  • 16. perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id commit to user 16 h. Koleksi foto-foto tentang kegiatan diMuseum Sangiran, dari tahun 1983-2013. 2. Wawancara Dalam penelitian ini sumber data yang diperoleh melalui wawancara, studi pustaka maupun pengamatan. Sumber data dalam penelitian sumber data atau narasumber ini adalah para ahli dan pihak BPSMP Sangiran. Narasumber dari penelitian ini adalah : a. Drs. M. Hidayat selaku Kepala Seksi Pengembangan BPSMP Sangiran. b. Drs. Rusmulia Tjiptadi Hidayat, M.Hum, Kepala Seksi Pelindungan BPSMP Sangiran. c. Dody Wiranto, S.S, M.Hum Kasi Pemanfaatan BPSMP Sangiran d. Gunawan, S.Pd Staf Seksi Pemanfaatan BPSMP Sangiran e. Drs. Budhy Sancoyo, M.A, Kasubag TU BPSMP Sangiran f. Anjarwati Sri Sayekti, S.S. M. Sc, Penanggungjawab Objek Daya Tarik Wisata Sangiran, Dinas Kebudayaan, Pariwisata, Pemuda dan Olah Raga Kabupaten Sragen. 3. Studi Pustaka Studi pustaka berguna untuk melengkapi data-data yang diperoleh dari dokumen. Teknik studi pustaka ini dilakukan dengan tujuan untuk mendapatkan data yang bersifat teoritis dan sebagai pelengkap sumber data yang tidak terungkap dari sumber primer. Studi pustaka yaitu pengumpulan data melalui buku, majalah, jurnal, serta penelitian, dan
  • 17. perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id commit to user 17 sumber-sumber lain yang masih ada hubungannya dengan masalah yang diteliti. Studi pustaka dilakukan di Perpustakaan Jurusan Ilmu Sejarah, Perpustakaan Fakultas Sastra dan Seni Rupa, UPT Perpustakaan Pusat Universitas Sebelas Maret, dan Perpustakaan BPSMP Sangiran. b. Kritik Sumber Tahapan pengolahan data yang telah berhasil dikumpulkan, baik dengan kritik intern maupun kritik ekstern. Kritik intern menekankan aspek dalam yaitu isi dari sumber kesaksian (testimoni) yang dilakukan untuk mencari keaslian isi data yang dapat dilihat dari SK Nomor.070/O/1977, SKNo.PM.17/HK/001/MKP- 2007 dan SK No. 54 tahun 2012. Dari beberapa surat keputusan tersebut dapat digunakan sebagai data pendukung karena sezaman, sedangkan kritik ekstern yaitu cara melakukan verifikasi atau pengujian terhadap aspek-aspek luar dari sumber sejarah yang bertujuan untuk mencari keaslian sumber. Kritik sumber ini dimaksud untuk mencari keotentikan sumber sehingga akan diperoleh data yang benar-benar valid. c. Interpretasi Kegiatan menafsirkan fakta-fakta sejarah serta menyusunya menjadi kisah sejarah yang integral. Setelah melakukan kritik, kita telah dapat menghidupkan banyak sekali informasi mengenai sesuatu periode sejarah yang sedang diteliti. Berdasarkan segala keterangan ini dapat disusun fakta-fakta sejarah yang dapat dibuktikan kebenarannya. Berbagai fakta sejarah yang lepas satu sama lain itu harus dirangkaikan dan dihubung-hubungkan hingga menjadi satu kesatuan yang harmonis dan masuk akal.
  • 18. perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id commit to user 18 d. Historiografi Tahap keempat adalah historiografi, yang merupakan proses akhir dari metode historis sebagai bentuk penyajian hasil penelitian. Dalam penulisan sejarah perlu diperhatikan dan sinkroniknya. Jadi selain memanjang dalam waktu juga melebar dalam ruang. G. Sistematika Penulisan Penulisan ini mengkaji mengenai Dinamika Pengelolaan Museum Sangiran Tahun 1983-2013. Dalam sistematika penulisan ini terbagi menjadi 5 bab, yaitu sebagai berikut: BAB I, merupakan bab pendahuluan yang terdiri dari latar belakang masalah, rumusan masalah, tujuan penelitian, manfaat penelitian, kajian pustaka, metodologi penelitian dan sistematika penulisan. Di dalam metodologi penelitian meliputi metode penelitian, lokasi penelitian, teknik pengumpulan data, teknik analisis data, dan sistematika penulisan. BAB II, dalam bab ini diuraikan mengenai latar belakang sejarah Museum Sangiran sebagai World Heritage No. 593 tahun 1996. Bab III, menguraikan tentangperubahanpengelolaan kelembagaan Museum Sangiran sebelum dan setelah dibentuk UPT sesuai SK No.PM.17/HK/001/MKP- 2007 dengan nama Balai Pelestarian Situs Manusia Purba Sangiran di bawah Menteri Kebudayaan dan Pariwisata dan SK No. 54 tahun 2012 oleh Menteri Pendidikan dan Kebudayaan.
  • 19. perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id commit to user 19 Bab IV, menguraikan tentangdampak atau pengaruhdari perubahan pengelolaan kelembagaan di Museum Sangiran terhadap keberadaanMuseum Sangiran dan masyarakat Kawasan Sangiran dan kerjasama dengan Pemerintah Daerah Kabupaten Sragen. Bab V, merupakan bab terakhir (penutup) yang memuat tentang kesimpulan dari permasalahan yang di bahas dalam skripsi.