Tulisan ini membahas korelasi antara kambing dan nyawa manusia sebagai metafora untuk mengkritik sistem politik dan hubungan elite-rakyat di Indonesia. Penulis menunjukkan bahwa gerakan demonstrasi rakyat kerap dijadikan alat oleh politisi tanpa adanya tujuan jelas, dan proses demokrasi masih didominasi oleh elite partai politik meski rakyat seharusnya memiliki peran lebih besar. Tulisan ini mengajak pembaca untuk terus
Hi semua, terima kasih sudah berkunjung kesini 😆 Semua file yang diupload adalah materi perkuliahan. Nah... materi ini dari dosen yang dikhususkan untuk teman-teman kelas #manabeve 💚
Biar gampang diakses, yah masukin sini aja kan😆 Sekalian membantu kalian yang mungkin butuh beberapa konten dalam file-file ini.
Jangan lupa di like yah 💙 Kalau mau dishare atau didownload PLEASE MINTA IZIN dulu oke??
Biar ngga salah paham cuy😆
ASK FOR PERMISSION ▶ itsmeroses@mail.ru
Kalau kesulitan untuk mendownload FEEL FREE untuk email ke aku🔝🔝🔝🔝
[DISCLAIMER] Mohon banget kalau udah didownload. Kemuadian ingin dijadikan materi atau referensi. Jangan lupa cantumkan sumbernya. Terima kasih atas pengertiannya💖
------------------------------------------------------------
Materi details :
Coming soon ")
------------------------------------------------------------
MEET CLASS FELLAS💚
Instagram ▶ https://www.instagram.com/manabeve
Blog ▶ https://manabeve.blogspot.com
Email ▶ manabeve@gmail.com
------------------------------------------------------------
LET'S BECOME FRIENDS WITH ME💜
Instagram ▶ https://www.instagram.com/ameldiana3
Twitter ▶ https://www.twitter.com/amlediana3
Hi semua, terima kasih sudah berkunjung kesini 😆 Semua file yang diupload adalah materi perkuliahan. Nah... materi ini dari dosen yang dikhususkan untuk teman-teman kelas #manabeve 💚
Biar gampang diakses, yah masukin sini aja kan😆 Sekalian membantu kalian yang mungkin butuh beberapa konten dalam file-file ini.
Jangan lupa di like yah 💙 Kalau mau dishare atau didownload PLEASE MINTA IZIN dulu oke??
Biar ngga salah paham cuy😆
ASK FOR PERMISSION ▶ itsmeroses@mail.ru
Kalau kesulitan untuk mendownload FEEL FREE untuk email ke aku🔝🔝🔝🔝
[DISCLAIMER] Mohon banget kalau udah didownload. Kemuadian ingin dijadikan materi atau referensi. Jangan lupa cantumkan sumbernya. Terima kasih atas pengertiannya💖
------------------------------------------------------------
Materi details :
Coming soon ")
------------------------------------------------------------
MEET CLASS FELLAS💚
Instagram ▶ https://www.instagram.com/manabeve
Blog ▶ https://manabeve.blogspot.com
Email ▶ manabeve@gmail.com
------------------------------------------------------------
LET'S BECOME FRIENDS WITH ME💜
Instagram ▶ https://www.instagram.com/ameldiana3
Twitter ▶ https://www.twitter.com/amlediana3
Selamat tahun baru 2014!
Sepertinya telah menjadi tradisi yang baik untuk memberikan narasi hasil penelitian dalam bentuk ringkas dari hasil-hasil penelitian yang dilakukan di Bandung Fe Institute. Tahun ini kita kembali menyajikan Indonesian Outlook 2014 bagi khalayak Indonesia yang telah memiliki keinsyafan kompleksitas...
Indonesian Outlook 2014 ini diberi nama "Wawasan Indonesia 2014", dengan keyakinan bahwa apa yang kita wariskan sebagai abstraksi "wawasan nusantara" dari generasi terdahulu mestinya mengalami pemutakhiran dari banyak sisi, khususnya sisi metodologis. Ketika kajian sains mutakhir berada di ranah interdisiplinaritas dalam kesadaran sistem kompleks, maka "wawasan nusantara" hari ini perlu dilakukan dalam perspektif interdisiplin pula. Terdapat 12 bidang kajian dalam Wawasan Indonesia 2014, mulai dari pasar regional, bursa efek, hingga sendi-sendi dasar kehidupan kita sehari-hari di tanah air.
Pada dasarnya, Outlook 2014 ini merupakan semacam pemutakhiran tahunan dari buku yang pernah kita terbitkan 2007 dulu yang lalu. Hanya saja kali ini kita menerbitkannya dalam bentuk hardcopy sekaligus sebagai kalender 2014, yang jika berkenan dapat menemani hari-hari kita menjalani 2014 yang penuh optimisme. Karena adalah tugas ilmu pengetahuan untuk menyandingkan ketakpastian masa depan dengan optimisme.
Selamat tahun baru 2014!
Sepertinya telah menjadi tradisi yang baik untuk memberikan narasi hasil penelitian dalam bentuk ringkas dari hasil-hasil penelitian yang dilakukan di Bandung Fe Institute. Tahun ini kita kembali menyajikan Indonesian Outlook 2014 bagi khalayak Indonesia yang telah memiliki keinsyafan kompleksitas...
Indonesian Outlook 2014 ini diberi nama "Wawasan Indonesia 2014", dengan keyakinan bahwa apa yang kita wariskan sebagai abstraksi "wawasan nusantara" dari generasi terdahulu mestinya mengalami pemutakhiran dari banyak sisi, khususnya sisi metodologis. Ketika kajian sains mutakhir berada di ranah interdisiplinaritas dalam kesadaran sistem kompleks, maka "wawasan nusantara" hari ini perlu dilakukan dalam perspektif interdisiplin pula. Terdapat 12 bidang kajian dalam Wawasan Indonesia 2014, mulai dari pasar regional, bursa efek, hingga sendi-sendi dasar kehidupan kita sehari-hari di tanah air.
Pada dasarnya, Outlook 2014 ini merupakan semacam pemutakhiran tahunan dari buku yang pernah kita terbitkan 2007 dulu yang lalu. Hanya saja kali ini kita menerbitkannya dalam bentuk hardcopy sekaligus sebagai kalender 2014, yang jika berkenan dapat menemani hari-hari kita menjalani 2014 yang penuh optimisme. Karena adalah tugas ilmu pengetahuan untuk menyandingkan ketakpastian masa depan dengan optimisme.
1. Enam Belas Kambing, Dua Ribu Tiga Ratus Nyawa
Muhammad Syariat Tajuddin
Apa yang tergambar seketika di dalam batok kepala kita, disaat mencermati judul tulisan
yang ada diatas. Mungkin tentang sebuah kemakmuran. Atau bahkan mungkin sebuah
irama nyinyir yang miris. Betapa tidak gambaran akan sejumlah kambing yang
bersesakan di dalam kandangnya. Atau sedang berlarian di padang rumput sapana,
sekedar mencari makan. Juga mungkin tentang dua ribuan onggokan bangkai manusia
yang mati mengenaskan dalam sebuah pertikaian antar suku atau antar agama. Dan atau
seperti ketika gelimpangan mayat kaku, hangus dan tak berbentuk ditayangkan tabung
kaca TV saat peristiwa Legian Blass tempo hari.
Tetapi sungguh, tulisan ini tidak sedang diarahkan untuk menuliskan tentang data statistik
dan angka-angka matematis. Seperti pajak dan distribusi yang melulu menjadi andalan
perolehan PADS (pendapatan asli daerah setempat) di beberapa Kabupaten. Utamanya
pasca regulasi otonomi daerah digulirkan via Undang-undang Nomor 22 Tahun 1999
lalu.
Alasan pertamanya adalah, penulis bukanlah seorang pakar statistik. Yang kedua, penulis
bukanlah seorang pakar pemerintahan daerah yang bisa dengan pasih menjelaskan
bagaimana mestinya formula seorang bupati dalam pencapaian target perolehan anggaran
keuangan daerah. Dengan atau tanpa menggunakan perpajakan dan distribusi yang
berasal dari perut rakyat yang keroncongan sebagai instrumen inti untuk mengejar target
perolehan keuangan daerahnya.
Sementara itu, dalam tulisan ini, penulis hanya akan mencoba mengurai sedikit korelasi
konkrit antara kambing dan nyawa manusia. Penulis paham, bahwa kita akan mentok
pada kebingungan, ketika kita akan mencoba mengkorelasikan sesuatu yang
sesungguhnya memang berangkat dari kebingungan-kebingungan. Namun yang pasti
semangat kebingungan tampaknya mesti dipertahankan. Ketimbang harus turun kejalan
untuk demo dan main labrak kesana kemari tanpa ada kejelasan konsef dan gagasan
usungan issue.
Dan ini tampaknya yang kerap terjadi dengan para demonstran kita, dimana paginya
mereka mengusung issue tentang militerisme, siang issue tentang BBM, sore menjelang
malam mengusung issue tentang garukan uang rakyat yang dilakukan oleh dedengkotnya
rakyat di parlemen (Baca : Anggota Dewan).
Dan konyolnya hasil akhir dari evaluasi mereka tentang gerakannya terkadang mentok
pada sebuah kesimpulan yang agak nyeleneh : Hati-hati Merokok Dapat Menyebabkan
Kanker, Serangan Jantung, Impotensi dan Gangguan Kehamilan dan Janin.
Hampir tidak pernah ada korelasi rill dengan setumpuk agenda issue yang mereka usung
di jalanan dengan simpulan hasil akhir gerakan. Pertanyaan ekornya kemudian adalah,
hendak kemana bangunan nurani politik bangsa ini akan diarahkan, ketika orang yang
dalam pemahaman kita adalah pejuang. Dan saban waktu turun demopun hanya
menjadikan gerakan demontrasi sebagai proyek titipan dari para politisi dan pejabat yang
punya kepentingan akan issue yang mereka usung.
Atau hendak kemana lagi gantungan harapan rakyat akan disampirkan, ketika manusia
yang mereka anggap pejuang pun hanya menjadikan agenda gerakan hanya menjadi
semacam proyek politik. Artinya hampir-hampir telah terjalin sebuah rekatan kompromi
2. antara politisi dan pejabat (elite) dengan rakyat (civil society) dan itu via para pejuang
yang kerap mengatasnamakan rakyat.
Hal ini jelas terbaca pada proses Pemilu yang baru saja berlalu. Dimana dengan
mengandalkan payung Undang-undang Pemilu Nomor 12 Tahun 2003 ada semacam
proses ‘perselingkuhan’---meminjam istilah Zainuddin Maliki---antara rakyat dan
elitenya.
Dimana rakyat tentu berharap, melalui pemilihan langsung dapat menentukan rekruitmen
politisinya betul-betul lahir dari kehendaknya. Namun, ternyata elite partai ternyata masih
lebih besar dalam menentukan wakil-wakil rakyat. (Politikus Busuk, Dr. Zainuddin
Maliki, Hal : 29)
Hal ini menunjukkan bahwa kemauan politik untuk menjadikan demokrasi seperti konsef
dasarnya belum maksimal dapat diejawantahkan dalam realitas faktual di negeri ini.
Tetapi dari Pemilu yang baru lalu paling tidak, telah cukup menjelaskan betapa proses
tawar menawar antara rakyat dan elit sudah memiliki ruang tersendiri. Paling tidak itu
tampak pada proses tawar menawar hitung-hitungan suara. Bahkan hingga pada harga
rupiah per suara. Kendati rakyat masih berada pada posisi yang relatif kurang
menguntungkan, sebab harga persuara sangatlah minim. Tetapi paling tidak telah ada
ruang tawar antara rakyat dan elitenya. Hal terakhir, ini tentu sama tidak kita inginkan,
tetapi seperti itulah realitas perpolitikan nasional bangsa ini.
Dan rakyat di tingkat gras root serta penguasa dan politisi ditingkat elite entah akan kita
posisikan dimana ketika kita melulu sampai pada kesimpulan-kesimpulan yang memang
membingungkan dan tak bernjutrungan. Dan biarlah seabrek pertanyaan-pertanyaan,
mulai dari peran dan posisi elite dan rakyat hingga pada peran negara atas kemakmuran
dan keadilan tetap bertumpukan dan melulu lahir dari bawah tilam-tilam tidur anak
bangsa.
Sembari berujar, yah seperti inilah model pertanyaan-pertanyaan itu, yang akan tetap
berkumandang dan semoga tidak menguap hampa ke udara. Atau malah mentok dan
membentur-bentur batu kali dan tembok-tembok tebal nan bebal elite-elite bangsa. Sebab
toh ditanah ini rakyat belumlah begitu pandir untuk menerima segenap lelucon dari
guyonan politik yang memang tidak pernah lucu itu.
Alhasil sebuah narasi kecil ditengah bangsa yang amat besar dan tengah dipecundangi
korupsi yang entah sudah sampai pada jilid keberapa ini, tidak harus menggiring dan
mengais-ngais judul dan kesimpulan : Enam Belas Kambing, Dua Ribu Tiga Ratus
Nyawa. Tanpa makna dan tanpa nilai apa-apa, kecuali pertanyaan-pertanyaan yang akan
membentur-bentur di batok kepala kita semua. Gitu Loh.