Pasar merupakan suatu tempat yang sudah tidak asing lagi bagi kita. Bahkan pasar sendiri mempunyai makna yang berarti suatu wadah bagi setiap orang untuk melakukan transaksi jual beli barang. Pasar juga sangat berperan penting dalam hal jasmani dan rohani seseorang,karena dengan adanya pasar akan mempermudah setiap orang dalam melakukan transaksi jual beli barang yang dibutuhkan.
Menurut DJ. Subroto dalam bukunya pengetahuan ekonomi (2004:20) “Pasar merupakan suatu tempat terjadinya interaksi antara penjual dan pembeli, dimana transaksi jual beli baru terjadi setelah adanya keseimbangan antara permintaan dan penawaran”. Pengelolaan pasar saat ini masih sangat kacau bahkan belum teratasi dengan baik. Karena peran pasar tradisional yang strategis diperlukan upaya-upaya dalam rangka meningkatkan daya saing pasar tradisional yang identik dengan sebuah lokasi perdagangan yang kumuh,semrawut,kotor dan merupakan sumber kemacetan lalu lintas. Citra pasar tradisional yang kurang baik tersebut adalah semestinya mendapat perhatian yang cukup besar dari pemerintah daerah maupun dari perintah pusat karena didalamnya terkait dengan hajat hidup orang banyak. Pembenahan pasar Tradisional menjadi tempat belanja yang bercitra positif adalah suatu tantangan yang cukup berat dan harus diupayakan sebagai rasa tanggung jawab kepada publik.
Pembenahan dan pengembangan suatu pasar tradisional tentu saja bukan hanya tugas pemeritah tetapi juga masyarakat, pengelola pasar, dan para pedagang tradisonal,yang harus bekerja keras menghapus kesan negatif tersebut sehingga pasar tradisional masih tetap eksis di tengah persaingan yang semakin ketat. Aceh saat ini masih tergolong memiliki pasar tradisional yang terlihat kumuh dan terkesan tidak ada yang perduli terhadap keberadaanya. Serta pemerintahan dianggap kurang serius dalam penanganan pasar tradisional yang lebih baik.
Banda Aceh adalah salah satu kota yang ada di Aceh dan menjadi ibukota dari Provinsi Aceh, di Banda Aceh terdapat banyak pasar tradisional,salah satunya pasar peunayong. Dari beberapa pasar yang ada di Banda Aceh, tentu pasar Peunayong yang paling diminati oleh setiap masyarakat Kota Banda Aceh karena letaknya yang strategis,mudah dijangkau bahkan menjual setiap barang yang diperlukan dengan lengkap,serta pasar peunayong ini buka setiap hari dari pagi hingga malam. Untuk menuju ke pasar Peunayong,masyarakat tidak perlu khawatir karena pasar ini letaknya tidak jauh dari pusat kota Banda Aceh. Pasar Peunayong ini akan sangat efektif bila terus dikembangkan dan dikelola dengan baik. Karena pasar Peunayong ini juga memiliki potensi yang sangat besar untuk dijadikan sebagai tempat melakukan transaksi jual beli secara langsung antara pedagang dan pembeli. Namun sangat di sayangkan karena keadaan pasar Peunayong tersebut masih terlihat sangat kumuh dan tidak teratur akibat kurangnya kesadaran dari masyarakat akan pentingnya menjaga kebersihan lingkungan di daerah pasar ini.
1. 1
BAB 1
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Pasar merupakan suatu tempat yang sudah tidak asing lagi bagi kita. Bahkan
pasar sendiri mempunyai makna yang berarti suatu wadah bagi setiap orang untuk
melakukan transaksi jual beli barang. Pasar juga sangat berperan penting dalam hal
jasmani dan rohani seseorang,karena dengan adanya pasar akan mempermudah setiap
orang dalam melakukan transaksi jual beli barang yang dibutuhkan.
Menurut DJ. Subroto dalam bukunya pengetahuan ekonomi (2004:20) “Pasar
merupakan suatu tempat terjadinya interaksi antara penjual dan pembeli, dimana
transaksi jual beli baru terjadi setelah adanya keseimbangan antara permintaan dan
penawaran”. Pengelolaan pasar saat ini masih sangat kacau bahkan belum teratasi
dengan baik. Karena peran pasar tradisional yang strategis diperlukan upaya-upaya
dalam rangka meningkatkan daya saing pasar tradisional yang identik dengan sebuah
lokasi perdagangan yang kumuh,semrawut,kotor dan merupakan sumber kemacetan
lalu lintas. Citra pasar tradisional yang kurang baik tersebut adalah semestinya
mendapat perhatian yang cukup besar dari pemerintah daerah maupun dari perintah
pusat karena didalamnya terkait dengan hajat hidup orang banyak. Pembenahan pasar
Tradisional menjadi tempat belanja yang bercitra positif adalah suatu tantangan yang
cukup berat dan harus diupayakan sebagai rasa tanggung jawab kepada publik.
2. 2
Pembenahan dan pengembangan suatu pasar tradisional tentu saja bukan hanya tugas
pemeritah tetapi juga masyarakat, pengelola pasar, dan para pedagang tradisonal,yang
harus bekerja keras menghapus kesan negatif tersebut sehingga pasar tradisional
masih tetap eksis di tengah persaingan yang semakin ketat. Aceh saat ini masih
tergolong memiliki pasar tradisional yang terlihat kumuh dan terkesan tidak ada yang
perduli terhadap keberadaanya. Serta pemerintahan dianggap kurang serius dalam
penanganan pasar tradisional yang lebih baik.
Banda Aceh adalah salah satu kota yang ada di Aceh dan menjadi ibukota dari
Provinsi Aceh, di Banda Aceh terdapat banyak pasar tradisional,salah satunya pasar
peunayong. Dari beberapa pasar yang ada di Banda Aceh, tentu pasar Peunayong
yang paling diminati oleh setiap masyarakat Kota Banda Aceh karena letaknya yang
strategis,mudah dijangkau bahkan menjual setiap barang yang diperlukan dengan
lengkap,serta pasar peunayong ini buka setiap hari dari pagi hingga malam. Untuk
menuju ke pasar Peunayong,masyarakat tidak perlu khawatir karena pasar ini
letaknya tidak jauh dari pusat kota Banda Aceh. Pasar Peunayong ini akan sangat
efektif bila terus dikembangkan dan dikelola dengan baik. Karena pasar Peunayong
ini juga memiliki potensi yang sangat besar untuk dijadikan sebagai tempat
melakukan transaksi jual beli secara langsung antara pedagang dan pembeli. Namun
sangat di sayangkan karena keadaan pasar Peunayong tersebut masih terlihat sangat
kumuh dan tidak teratur akibat kurangnya kesadaran dari masyarakat akan pentingnya
menjaga kebersihan lingkungan di daerah pasar ini.
Berdasarkan uraian mengenai pasar Peunayong diatas,peneliti tertarik untuk
mengetahui tentang sejauh mana partisipasi yang dilakukan oleh pedagang tradisional
3. 3
terhadap kebersihan pasar Peunayong yang akan di tulis dalam bentuk karya ilmiah
yang berjudul “Partisipasi Pedagang Tradisional Terhadap Kebersihan Pasar
Peunayong Kota Banda Aceh”.
1.2 Rumusan Masalah
Bagaimana Partisipasi Pedagang Tradisional Terhadap Kebersihan Pasar
Peunayong Kota Banda Aceh?
1.3 Tujuan Penelitian
Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui Partisipasi Pedagang
Tradisional Terhadap Kebersihan Pasar Peunayong Kota Banda Aceh.
1.4 Manfaat Penelitian
1.4.1 Secara Teoritis
Secara teoritis penelitian ini bermanfaat bagi pengembangan ilmu geografi di
bidang sosial ekonomi dan lingkungan. Selain di bidang sosial ekonomi dan
lingkungan,penelitian ini juga bermanfaat untuk pengembangan daerah di suatu kota.
1.4.2 Secara Paktis
Secara praktis diharapkan hasil penelitian ini dapat bermanfaat bagi semua
pihak terutama bagi pemerintah, penelitian ini juga diharapkan dapat memberikan
gambaran dan informasi yang jelas untuk pengembangan pasar Peunayong
kedepannya.
4. 4
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Pengertian Partisipasi
Menurut tim penyusun Kamus Bahasa Indonesia (2012), “Partisipasi adalah
perihal turut berperan serta dalam suatu kegiatan; Keikutsertaan; Peran serta’: jadi
dapat dikatakan partisipasi merupakan keikutsertaan yang dilakukan seseorang atau
kelompok masyarakat dalam melakukan suatu kegiatan tertentu. Partisipasi tersebut
dapat secara individual maupun berkelompok.
Tingkat partisipasi untuk setiap anggota masyarakat berlainan satu sama lain
sesuai dengan kemampuan masing – masing dan lebih penting dalam dorongan untuk
berpartisipasi, yaitu berdasarkan atas motivasi,cita cita, dan kebutuhan individu yang
kemudian diwujudkan secara bersama-sama. Menurut Wiswakharman dalam
(Andriasyah,dkk, 2006:57) partisipasi dalam pelaksanaannya terdapat tingkatan-
tingkatan sebagai berikut:
1. partisipasi Inisiasi, merupakan tingkatan partisipasi tertinggi. Masyarakat
dalam tingkatan partisipasi ini dapat menentukan segala sesuatu rencana yang
akan dilaksanakan dan benar –benar merupakan inisiatif murni mereka. Peran
masyarakat disini adalah sebagai subjek kegiatan (pembangunan).
2. Partisipasi legiminasi, yaitu partisipasi pada tingkat pembicaraan atau
perundingan kesepakatan pada suatu proses pembangunan. Peran masyarakat
pada tingkat ini cukup besar,yaitu masyarakat dapat memberi usulan dan turut
aktif dalam pembicaraan dan musyawarah dalam pelaksanaan pembangunan.
3. Partisipasi eksekusi, yaitu partisipasi dalam tingkat pelaksanaan kegiatan dan
mereka tidak mulai dari awal (pada tahap perencanaan) dan tidak turut
mengambil/menentukan keputusan.
5. 5
Setelah kita membaca tentang beberapa tingkatan dari partisipasi di atas maka
dapat di simpulkan bahwa, Setiap partisipasi itu memiliki tingkatan yang berbeda-
beda tergantung pada tingkatan mana individu atau kelompok ingin ikut melakukan
berpartisipasi, Karena setiap individu atu kelompok berlainan satu sama lain sesuai
dengan kemampuan masing – masing dan lebih penting dalam dorongan untuk
berpartisipasi, yaitu berdasarkan atas motivasi,cita cita, dan kebutuhan individu yang
kemudian diwujudkan secara bersama-sama.
2.2 Hal Yang Mempengaruhi Partisipasi
Ada tiga hal yang mempengaruhi partisipasi masyarakat yaitu: (1) keadaan
sosial masyarakat, (2) kegiatan program pembangunan dan (3) keadaan alam sekitar.
Keadaan sosial masyarakat meliputi pendidikan,pendapatan,kebiasaan, dan
kedudukan sosial dalam sistem sosial. Kegiatan program pembangunan merupakan
kegiatan yang dirumuskan dan dikendalikan oleh pemerintah,sedangkan keadaan
alam sekitar mencakup faktor fisik atau keadaan geografi daerah yang ada pada
lingkungan tempat lingkungan masyarakat tersebut. Faktor-faktor pokok yang
mempengaruhi anggota masyarakat turut berpartisipasi adalah:
1. Adanya kesempatan bagi anggota untuk berpartisipasi.
2. Kemampuan anggota untuk berpartisipasi, dan
3. Kemauan anggota untuk berpartisipasi,
Partisipasi masyarakat dalam menjaga lingkungan hidup adalah keterlibatan
masyarakat dalam ikut serta bertanggung jawab baik pasif maupun secara
6. 6
individu,keluarga,kelompok masyarakat untuk mewujudkan kebersihan baik diri
maupun lingkungan.
2.3 Pengertian Pedagang
Pedagang adalah orang yang dengan modal relatif bervariasi yang berusaha di
bidang produksi dan penjualan barang atau jasa-jasa untuk memenuhi kebutuhan
kelompok masyarakat (Sugiharsono dkk,2000:45). Di dalam aktivitas perdagangan,
Pedagang adalah orang atau instusi yang memperjualbelikan produk atau barang,
kepada konsumen baik secara langsung maupun tidak langsung. Dalam ekonomi,
pedagang dibedakan menurut jalur distribusi yang dilakukan dapat dibedakan menjadi
: pedagang distributor (tunggal), pedagang partai besar, dan pedagang eceran.
Pedagang tradisional adalah pedagang yang tempat usahanya berupa kios,
toko, tenda maupun los dan segala bentuk jual beli dilakukakan secara tradisional,
yaitu transaksi masih dilakukan dengan cara tawar menawar. Pedagang tradisional
biasanya menjual kebutuhan rumah tangga dan lokasinya berada ditempat terbuka.
Adapun ciri-ciri dari pedagang tradisional adalah :
1. Modal yang mereka punya relative kecil Para pedagang tak mempunyai
keberanian mendatangi bank umum untuk memperolah modal, mengingat
rumitnya prosedur dan persyaratan yang sulit mereka penuhi.Apalagi
kebanyakan dari mereka buta huruf dan takpunya asset sebahagia jaminan.
Akhirnya mereka-meraka berpaling pada rentenir, yang setiap saat mampu
7. 7
memberikan pinjaman dengan cepat, tanpa butuh waktu lama dan proses yang
rumit.
2. Biasanya mereka melakukan perdagangan hanya memenuhi kebutuhan saat
itu. Maksudnya para pedagang tradisonal biasanya kurang memperhitungkan
adanya tabungan masa depan.pendapatan yang mereka dapatkan lansung
mereka belikan ke barang dagangan, beli keperluan sehari-hari dan tentunya
membayar cicilan hutang.
3. Pendidikan para pedagang relative rendah bahkan buta huruf sehingga
mereka kurang melihat prospek masa akan datang, bagi mereka perdagangan
yang mereka lakukan selama telah memenuhi kebutuhan sudah cukup. Lebih
cenderung memilih melakuan pinjaman kepada rentenir karena prosesnya
mudah
2.4 Pengertian Pasar
Pasar merupakan suatu tempat terjadinya interaksi antara penjual dan pembeli,
dimana transaksi jual beli baru terjadi setelah adanya keseimbangan antara
permintaan dan penawaran (Subroto,2004:2). Sedangkan menurut Supatmiyarsih,
dkk,(2004:3) ”Pasar adalah suatu organisasi dimana pembeli dan penjual barang atau
jasa tertentu saling berinteraksi baik secara langsung maupun tidak langsung.
Pasar merupakan sebuah tempat bertemunya pembeli dengan penjual guna
melakukan transaksi ekonomi yaitu untuk menjual atau membeli suatu barang dan
jasa atau sumber daya ekonomi dan berbagai faktor produksi yang lainnya. Pada
8. 8
umumnya, pengertian pasar tidak menunjuk ke sebuah lokasi ataupun tempat-tempat
tertentu, hal ini karena pasar tidak memiliki batas geografis. Adanya sistem jaringan
komunikasi modern dapat meniadakan hambatan atau batasan-batasan geografis,
sehingga dapat memungkinkan penjual dan pembeli bertransaksi tanpa harus saling
melihat wajah satu sama lain.
Pasar memiliki tiga fungsi,yaitu : fungsi distribusi,fungsi pembentukan
harga,dan fungsi promosi. Sedangkan menurut fisiknya, jenis pasar dibedakan ke
dalam pasar konkret dan pasar abstrak. Pasar konkret merupakan tempat bertemunya
antara pembeli dan penjual untuk melakukan transaksi secara langsung. Barang yang
diperjualbelikan juga tersedia di pasar tersebut. Sedangkan pasar abstrak merupakan
pasar tidak nyata dimana transaksi antara penjual dan pembeli dilakukan secara tidak
langsung (tatap muka).
2.5 Kebersihan
Bersih adalah keadaan kondisi lingkungan dan sarana dan menampilkan
kebersihan, kerapian dan sehat disemua tempat yang menjadi tempat kegiatan
manusia. Kebersihan adalah keadaan bebas dari kotoran, termaksud diantaranya debu,
sampah bau. Kebersihan adalah salah satu dari tanda yang baik. Manusia perlu
menjaga kebersihan lingkungan dan kebersihan diri agar sehat, tidak bau, tidak malu,
tidak menyebarkan kotoran, atau menyebarkan kuman penyakit bagi diri sendiri
maupun orang lain.
9. 9
Salah satu penghambat kebersihan adalah sampah yaitu bahan buangan yang
tidak mempunyai nilai atau tidak berharga lagi untuk dimanfaatkan. Sampah adalah
suatu bahan yang terbuang atau dibuang dari hasil sumber hasil aktivitas manusia
maupun proses alam yang belum memiliki nilai ekonomis. Sampah merupakan
sesuatu yang tidak berguna lagi dibuang oleh pemiliknya atau pemakai semula.
Pengertian sampah itu sendiri adalah sebagian dari benda atau hal yang
dipandang tidak digunakan lagi, tidak dipakai, tidak disenangi, atau harus dibuang.
Jenis–jenis sampah berdasarkan sifatnya yaitu:
1. Sampah organik (degradable): tidak dapat diolah kembali,seperti sayur,makanan
daun kering dan sebagainya.
2. Sampah anorganik (undegerdable): dapat diolah kembali atau daur ulang seperti
kertas, plastik, botol dan lain sebagainya
Kesehatan lingkungan adalah suatu keseimbangan ekologis yang harus ada
antara manusia dengan lingkungannya agar dapat menjamin keadaan sehat bagi
manusia itu sendiri.Salah satu solusi yang sedang digalakkan untuk mengurangi biaya
pengelolaan sampah adalah dengan menerapkan prinsip 3 R (Sudrajat, 2009) :
1. Reduce (mengurangi): sebisa mungkin lakukan minimalisasi barang atau
material yang akan kita pergunakan.semakn banyak kita mempergunakan
mateial, semakin banyak sampah yang dihasilkan.
2. Reuse (memakai kemabali): sebisa mungkin pilihlah barang-barang yang bisa
dipakai kembali, hindari pemakaian barang yang disposible (sekali pakai
buang). Hal ini dapat memperpanjang waktu pemakaian barang sebelum ia
menjadi sampah.
10. 10
3. Recycle (mendaur ualang): sebisa mungkin, baang-barang yang sudah tidak
beguna lagi bisa didaur ulang. walaupun tidak semua barang bisa daur
ulang,namun saat ini sudah banyak industri non formal dan industri rumah
tangga yang memanfaatka sampah menjadi barang lain.
Masalah kebersihan erat kaitannya dengan masalah lingkungan dan
kesehatan,karena dengan terciptanya kebersihan lingkungan maka akan dapat
menjaga dan menciptakan kesehatan lingkungan itu sendiri, dengan kata lain
kebersihan lingkungan merupakan salah satu faktor yang dapat mempengaruhi dan
menunjang kesehatan untuk mencapai keselarasan hidup dalam kebersihan
lingkungan tersebut. Dari penjelasan diatas, dapat disimpulkan bahwa kebersihan
lingkungan sangat penting dalam kehidupan manusia. Jadi, sangat diharapkan bagi
masyarakat untuk menjaga lingkungan,agar lingkungan kita bersih dari sampah-
sampah, kebersihan adalah cerminan hidup dari seseorang.
11. 11
BAB III
METODE PENELITIAN
3.1 Tempat dan Waktu Penelitian
Penelitian karya ilmiah ini dilakukan di pasar Peunayong Kota Banda Aceh.
Adapun tujuan memilih lokasi ini sebagai tempat penelitian disebabkan karena
adanya ketersediaan sampel,kemudahan dalam menjangkau,baik dalam segi waktu
maupun biaya penelitian. Penelitian ini dilakukan selama satu minggu yaitu mulai
tanggal 27 November sampai 4 Desember 2017.
3.2 Populasi dan Sampel Penelitian
Populasi merupakan keseluruhan dari objek penelitian yang akan diteliti.
Sebagaimana yang telah dijelaskan oleh Sugiono (2009:117) bahwa, “Populasi adalah
wilayah generalisasi yang terdiri dari objek atau subjek yang menjadi kuantitas dan
karakteristik tertentu yang diterapkan oleh peneliti untuk dipelajari dan kemudian
ditarik kesimpulannya”.
Arikunto (2010:131) mengatakan bahwa, “Sampel adalah sebagian wakil
populasi yang diteliti”. Dari pengertian tersebut dapat diambil kesimpulan bahwa
sampel adalah bagian populasi yang mempunyai ciri-ciri atau keadaan tertentu yang
akan diteliti. Populasi dalam penelitian ini adalah pedagang tradisional yang ada di
pasar Peunayong.
12. 12
Mengingat waktu dan kemampuan, maka peneliti mengambil sampel
sebanyak 20 (dua puluh) pedagang tradisional yang ada di pasar tradisional
Peunayong Kota Banda Aceh. Teknik pengambilan sampel dalam penelitian ini
menggunakan Purposive Sample atau sampel bertujuan.
3.3 Teknik Pengumplan Data
Teknik pengumpulan data yang dilakukan dalam penelitian ini adalah dengan
menggunakan data primer dan data sekunder :
a. Data primer,diperoleh dari pengamatan langsung dan wawancara terhadap
masyarakat yang ada di pasar Peunayong dengan mengisi daftar pertanyaan
yang telah disediakan (questioner)
b. Data sekunder,data yang diperoleh dari lembaga-lembaga atau instansi yang
terkait dengan penelitian ini serta didukung oleh studi kepustakaan dengan
mengumpulkan data dari tulisan yang berhubungan dengan karya tulis ini.
3.3.1 Observasi
Observasi adalah cara dan teknik pengumpulan data dengan melakukan
pengamatan dan pencatatan secara sistematis terhadap gejala atau fenomena yang ada
pada objek penelitian Tika,(2005:44). Observasi langsung adalah observasi yang
dilakukan terhadp objek di tempat penelitian sehingga observer berada bersama objek
yang diteliti. Pengamatan langsung diperlukan untuk membantu mengumpulkan data
di lapangan.
13. 13
3.3.2 Angket (kuesioner)
Menurut Prabundu Tika (2002:54) menyatakan bahwa “angket (kuesioner)
adalah usaha mengumpulkan informasi dengan menyampaikan sejumlah pertanyaan
tertulis untuk dijawab secara tertulis oleh responden. Responden adalah orang yang
memberikan jawaban terhadap pertanyaan-pertanyaan yang dimuat didalam angket”.
Tujuan dari pengisian angket ini adalah untuk mengetahui bagaimana partisipasi
Pedagang tradisional terhadap kebersihan pasar Peunayong,supaya mendapat
informasi yang akurat.
3.3.3 Dokumentasi
Metode dokumentasi bertujuan untuk mendapatkan data baik menggunakan
media tulis maupun elektronik sebagai bukti atau dokumentasi telah melakukan
penelitian.
3.3.4 Studi Kepustakaan
Pengumpulan data ini dilakukan untuk mendapatkan data kepustakaan yang
bersifat teoritis untuk mendukung kebenaran penulisan karya tulis ilmiah ini.
3.4 Teknik Pengolahan dan Analisa Data
Metode merupakan cara yang ditempuh seorang peneliti untuk mencapai suatu
tujuan yang tentunya merupakan pengajaran terhadap suatu kebenaran yang di atur
dengan berbagai pertimbangan yang logis. Analis yang digunakan dalam penelitian
14. 14
ini adalah anailisis kuantitatif dengan cara mengamati kondisi lapangan (yang
merupakan hasil pengamatan,pendengaran) sebagai upaya unutuk memperkaya dan
memperjelas fenomena yang terjadi.
Analisis kuantitatif digunakan untuk menganalisis hubungan antara variabel-
variabel yang nilainya diperoleh dari pengolahan jawaban kuesioner (variabel
pengeruh). Metode analisis kuantitatif yang akan digunakan adalah dengan
menggunakan analisi deskriptif,yaitu menggambarkan jumlah sampel,rata-rata dan
standar deviasinya berdasarkan hasil isian kuesioner para pedagang tardisional yang
berbelanja di pasar Peunayong. Namun karena ada beberapa variabel yang tidak bisa
diperoleh variannya dengan model ini,maka penyajian data yang dikumpukan di
lapangan diolah dengan cara mentabulasikan dalam bentuk tabel yang sesuai dengan
kebutuhan penelitian. Adapun untuk menghitung persentasenya digunakan rumus
statistik sederhana menurut Sudjana (1999:50) sebagai berikut :
𝑷 =
𝒇
𝒏
× 𝟏𝟎𝟎 %
Keterangan :
P : Persentase
F : Frekuensi
n : Jumlah Responden
100% : Bilangan Tetap
15. 15
Kemudian,data tersebut dideskripsikan serta ditafsirkan untuk diambil
kesimpulan dan jawaban terhadap pertanyaan penelitian. Penafsiran diberikan dimulai
dari terbesar kepada bilangan terkecil dengan kriteria,sebagaimana dikemukakan
Hadi (1991:67-68) sebagai berikut :
100% = Seluruhnya
80% - 99% = Pada umumnya
60% - 79% = Sebagian Besar
50% - 59% = Lebih dari setengah
40% - 49% = Kurang dari setengah
20% - 39% = Sebagian kecil
0% - 19% = Sedikit kecil.
16. 16
BAB IV
DESKRIPSI WILAYAH
4.1 Letak dan Luas Wilayah
4.1.1 Letak Astronomis dan Letak Geografis
Letak astronomis Gampong Peunayong 5°33’48”LU - 5°33’15”LU dan
95°19’5”BT – 95°19’18”BT. Seadangkan secara geografis letak Gampong
Peunayong Kecamatan Kuta Alam adalah :
Sebelah Utara berbatasan dengan Gampong Lampulo
Secelah Selatan berbatasan dengan Gampong Baru
Sebelah Timur berbatasan dengan Gampong Laksana
Sebelah Barat berbatasan dengan Gampong Baru dan Gampong Keudah
Untuk Lebih jelas letak astronomis dan letak geografis Gapong Peunayong
dapat dilihat pada Gambar 4.1.
19. 19
4.1.2 Luas Wilayah
Luas wilayah Gampong Peunayong yaitu 6,2 ha/m2, luas perkarangan 2,9
ha/m2, luas taman 1,8 ha/m2, luas perkantoran 3,6 ha/m2, luas prasarana umum 21,8
ha/m2, total luas Gampong Peunayong adalah 36,3 ha/m2..
4.2 Sejarah Tempat Penelitian
4.2.1 Sejarah Gampong Peunayong
Peunayong adalah sebuah Gampong di pinggiran krueng Aceh (sungai Aceh)
yang terbentang di tengah kota Banda Aceh . Peunayong berasal dari kata Peumay-
ong yang berarti tempat berteduh, karena pada tempo dulu daerah Peunayong banyak
ditumbuhi pohon-pohon besar yang sangat rimbun sampai ke daerah Lampulo yang
menjadi tempat persinggahan. Sehingga berawalah dari sinilah masyarakat mulai
menjuluki kata Peumay-ong menjadi Peunayong seperti sekarang ini, hal ini
disebabkan oleh kesalahan dalam pengejaan kata oleh msyarakat sehingga lebih
mudah menyebutnya Peunayong. Penyebutan ini terus melekat dan menjadi
kebiasaan bagi masyarakat setempat dan sekitarnya.
Wilayah Gampong Peunayong sampai ke daerah Gampong Lampulo yang
dulunya disebut dengan Ujong Peunayong. Sekarang Gampong Peunayong telah di
mekarkan menjadi 5 (lima) Gampong lainnya yang berada dalam wilayah
administrasi Kecamatan Kuta Alam yaitu Gampong Mulia, Gampong Lampulo,
Gampong Laksana dan Gampong Keuramat.
20. 20
Sejak dulu Peunayong memang sudah menjadi daerah Internasional. Pada
zaman Kepemimpinan Sultan Iskandar Muda daerah ini dijadikan sebagai kota
“spesial”. Disebut spesial karena Sultan Iskandar Muda meberika rasa aman kepada
tamu yang datang ke daerah ini. Bahkan tak jarang Sultan Iskandar Muda juga
menjamu tamu dari kerajaan yang datang dari Eropa maupun Tiongkok.
Hubungan Aceh dan Tiongkok semakin kuat ketika Laksamana Cheng Ho
melakukan kunjungan ke Kerajaan Samudera Pasai di Utara Aceh pada tahun 1415.
Laksamana Cheng Ho yang beragama Islam disambut baik bagaikan keluarga.
Bahkan bukti kedekatan tersebut hingga saat ini masih ada bukti sebuah lonceng yang
berada di Komplek Museum Aceh yang dikenal dengan Lonceng Cakradonya.
Tidak hanya pada saat zaman kesultanan saja, tetapi keberadaan Peunayong
tetap dipertahankan sampai pada zaman penjajahan Belanda, dimana daerah ini
sengaja di desain dan dibangun dengan konsep kampung pecinan yang sampai saat ini
masih terlihat sejumlah bangunan peninggalan tempo dulu sebagai saksi bisu
kemegahan Aceh pada masa lampau.
Pada tanggal 26 Desember 2004 gempa dan Tsunami menyapu daratan Aceh,
Peunayong termasuk salah satu daerah yang tersapu gelombang yang maha dahsyat
tersebut. Kawasan ini lumpuh total, puing-puing bekas bangunan berserakan.
Peunayong berubah menjadi kota mati. Namun kini kondisi Peunayong semakin
tertata rapi dengan taman pohon rindang yang tumbuh di sepanjang median jalan.
Bahkan kehidupan pedagang pun semakin menggeliat. Sebagai basis dari etnis
21. 21
Tionghoa, Peunayong memang menjadi pusat perdagangan di Kota Banda Aceh
sampai dengan saat ini.
4.2.2 Sejarah Pasar Tradisional Peunayong
Pasar tradisional tidak hanya kita jumpai di kota-kota besar, namun di banyak
tempat termasuk di wilayah Aceh. Pasar tradisional selain menjadi pusat distribusi
barang dan jasa ditempat ini juga terjalin hubungan silaturrahmi antara pedagang dan
pembeli. Pasar tradisional menjadi pasar tersibuk sepanjang waktu. Umumnya pasar
ini sudah mulai buka sejak pukul 04:00 dinihari. Tidak hanya mereka yang memiliki
modal besar, nyak-nyak (nenek yang telah lansia) juga ikut berdagang dengan modal
seadanya, mereka menggelar lapak diemperan toko bahkan terkadang sampai ke
badan jalan sehingga seringkali para pedagang ini harus berurusan dengan petugas
Satpol PP.
Tidak hanya terdapat aneka ragam sayur-sayuran, pasar Peunayong juga
menjadi alternatif bagi warga untuk membeli ikan segar hasil tangkapan nelayan dari
Gampong Lampulo, yang dienal sebagai tempat pendaratan ikan (TPI) terbesar di
Banda Aceh. Ketika anda berbelanja ke pasar Peunayong anda daapat mengamati
aktivitas pasar yang menjadi penopang perekonomian warga.
Dalam hal melariskan barang dagangan, mereka saling membantu, walaupun
dalam beberapa lapak mereka menjual barang dagangan yang sama, tetapi mereka
tidak aling berebut pembeli, ini merupakan budaya kebersamaan yang semestinya
patut diteladani dan bisa di implementasikan dalam berbagai dimensi kehidupan
22. 22
masyarakat. Budaya ini memiliki nilai positif membangun kebersamaan antar sesama
masyarakat khususnya antar pedagang yang berjualan di pasar Peunayong.
4.3 Keadaan Demografi
4.3.1 Nama Dusun Gampong Peunayong
Gampong Peunayong Kecamtan Kuta Alam Kota Banda Aceh terdiri dari 4
dusun. Untuk lebih jelasnya dapat dilihat pada Tabel 4.1
Tabel 4.1 Nama Dusun Gampong Peunayong Kecamatan Kuta Alam
No Nama Dusun Kepala Dusun
1. Dusun Garuda Ridwan Abdullah
2. Dusun Cendrawasih Muhammad Zaini, SE
3. Dusun Merpati Danni Hidayat
4. Dusun Gajah Putih Hasyimi, A.Md
Sumber : Kantor Geuchik Gampong Peunayong, 2017
4.3.2 Jumlah penduduk dan Komposisi Penduduk Gampong Peunayong
Gampong Peunayong terdiri atas 984 Kepala Keluarga (KK), untuk lebih
jelasnya mengenai jumlah dan komposisi penduduk Gamponng Peunayong dapat
dilihat pada tabel 4.2
Tabel 4.2 Jumlah dan Komposisi Penduduk Gampong Peunayong
Jumlah KK
Jenis Kelamin
Jumlah Jiwa
Laki-laki Perempuan
948 KK 1.614 Jiwa 1.425 Jiwa 3.039 jiwa
Sumber: Kantor Geuchik Gampong Peunayong, 2017
23. 23
Berdasarkan Tabel 4.2 dapat disimpulkan bahwa jumlah total penduduk
Gampong Peunayong Sebanyak 3.039 jiwa, dengan jumlah penduduk laki-laki yang
berjumlah 1.614 jiwa dan perempuan sebanyak 1.425 jiwa.
24. 24
BAB V
HASIL DAN PEMBAHASAN
5.1 Hasil Penelitian
5.1.1 Identitas Responden
Peneliti membagikan 20 angket kepada responden untuk diisi. Pedagang
tradisional Pasar Peunayong Banda Aceh dijadikan sebagai responden dalam
penelitian ini. Untuk lebih jelasnya mengenai identitas responden menurut jenis
kelamin dapat dilihat pada Tabel 5.1
Tabel 5.1 Identitas responden pedagang tradisional pasar Peunayong menurut
jenis kelamin
No Jenis Kelamin
Responden Pedagang Tradisional
Frekuensi (Orang) Persentase (100%)
1. Laki-laki 12 60
2. Perempuan 8 40
Jumlah 20 100
Sumber : Hasil Penelitian, 2017
Berdasarkan Tabel 5.1 di atas dapat dikatakan bahwa responden mewakili
pedagang tradisional Pasar Peunayong menurut jenis kelamin yaitu laki-laki
berjumlah 8 orang (40%) dan perempuan 12 orang (60%), Jumlah responden yang
mewakili Pedagang Pasar Tradisional Pasar Peunayong ada 20 0rang. Dengan
demikian dapat dikatakan bahwa sebagian kecil pedagang pasar tradisional
peunayong adalah Laki-laki (40%) dan sebagian besar perempuan (60%).
25. 25
5.1.2 Hasil Jawaban Responden
Untuk mengetahui partisipasi pedagang tradisional terhadap kebersihan
pasar Peunayong , peneliti melakukan penyebaran angket. Angket ini diberikan
kepada 20 orang pedagang tradisional dengan masing-masing angket memiliki 10
pernyataan. Hasilnya dapat di lihat pada tabel berikut ini :
Tabel 5.2 Yang bertanggung jawab terhadap kebersihan pasar adalah pedagang.
No Alternatif Jawaban Frekuensi Persentase (%)
1. Sangat Setuju 2 10
2. Setuju 5 25
3. Tidak Setuju 10 50
4. Sangat Tidak Setuju 3 15
Jumlah 100
Sumber : Hasil Penelitian, 2017
Berdasarkan Tabel 5.2 di atas dapat dijelaskan bahwa, Pedagang yang
menjawab sangat setuju 2 orang (10%), yang menjawab setuju 5 orang (25%),
yang menjawab tidak setuju 10 orang (50%), dan yang menjawab sangat tidak
setuju 3 orang (15%). Dengan demikian berdasarkan hasil jawaban terbanyak
dapat dikatakan lebih dari setengah responden menjawab tidak setuju dengan
persentase 50%, bahwa yang bertanggung jawab terhadap kebersihan pasar adalah
pedagang.
Tabel 5.3 Bagi pedagang yang membuang sampah sembarangan akan dikenakan
sanksi
No Alternatif Jawaban Frekuensi Persentase (%)
1. Sangat Setuju 3 15
2. Setuju 12 60
3. Tidak Setuju 5 25
4. Sangat Tidak Setuju 0 0
Jumlah 100
Sumber : Hasil Penelitian, 2017
26. 26
Berdasarkan Tabel 5.3 di atas dapat dijelaskan bahwa, pedagang yang
menjawab sangat setuju sebanyak 3 orang (15%), yang menjawab setuju 12 orang
(60%), dan yang menjawab tidak setuju 5 orang (25%). Dengan demikian
berdasarkan hasil jawaban terbanyak dapat dikatakan sebagian besar responden
menjawab setuju dengan persentase 60%, bahwa bagi pedagang yang membuang
sampah sembarangan akan dikenakan sanksi.
Tabel 5.4 Membersihkan tempat/lapak sebelum dan sesudah berdagang
No Alternatif Jawaban Frekuensi Persentase (%)
1. Sangat Setuju 12 60
2. Setuju 4 20
3. Tidak Setuju 4 20
4. Sangat Tidak Setuju 0 0
Jumlah 100
Sumber : Hasil Penelitian, 2017
Berdasarkan Tabel 5.4 di atas dapat dijelaskan bahwa, pedagang yang
menjawab sangat setuju sebanyak 12 orang (60%), yang menjawab setuju 4 orang
(20%), yang menjawab tidak setuju 4 orang (20%). Dengan demikian berdasarkan
hasil jawaban terbanyak dapat dikatakan bahwa sebagian besar responden
menjawab sangat setuju membersihkan tempat/lapak sebelum dan sesudah
berdagang, dengan persentase sebanyak 60%.
Tabel 5.5 Setiap pedagang wajib menyediakan tempat sampah di kios/los yang
ditempatinya
No Alternatif Jawaban Frekuensi Persentase (%)
1. Sangat Setuju 2 10
2. Setuju 2 10
3. Tidak Setuju 15 75
4. Sangat Tidak Setuju 1 5
Jumlah 100
Sumber : Hasil Penelitian, 2017
Berdasarkan Tabel 5.5 di atas dapat dijelakan bahwa, Pedagang yang
menjawab sangat setuju 2 orang (10%), yang menjawab setuju 2 orang (10%),
27. 27
yang menjawab tidak setuju 15 orang (75%), dan yang menjawab sangat tidak
setuju 1 orang (5%). Dengan demikian berdasarkan hasil jawaban terbanyak dapat
dikatakan Sebagian besar responden menjawab tidak setuju dengan persentase
75%, bahwa setiap pedagang wajib menyediakan tempat sampah di kios/los yang
ditempatinya.
Tabel 5.6 Tempat sampah terbuat dari bahan yang kedap air, tertutup dan mudah
dibersihkan
No Alternatif Jawaban Frekuensi Persentase (%)
1. Sangat Setuju 0 0
2. Setuju 2 10
3. Tidak Setuju 14 70
4. Sangat Tidak Setuju 4 20
Jumlah 100
Sumber : Hasil Penelitian, 2017
Berdasarkan Tabel 5.6 di atas dapat dijelaskan bahwa, pedagang yang
menjawab setuju sebanyak 2 orang (10%), yang menjawab tidak setuju 14 orang
(70%), dan yang menjawab sangat tidak setuju 4 orang (20%). Dengan demikian
berdasarkan hasil jawaban terbanyak dapat dikatakan sebagian besar responden
menjawab tidak setuju Jika mereka harus menyediakan tempat sampah yang
terbuat dari bahan yang kedap air, tertutup dan mudah dibersihkan, dengan
persentase sebanyak 70%.
Tabel 5.7 Tempat sampah dibedakan antara sampah yang mudah membusuk
dengan sampah yang tidak mudah membusuk
No Alternatif Jawaban Frekuensi Persentase (%)
1. Sangat Setuju 1 5
2. Setuju 2 10
3. Tidak Setuju 15 75
4. Sangat Tidak Setuju 3 15
Jumlah 100
Sumber : Hasil Penelitian, 2017
28. 28
Berdasarkan Tabel 5.7 di atas dapat dijelaskan bahwa, Pedagang yang
menjawab sangat setuju 1 orang (5%), yang menjawab setuju 2 orang (10%), yang
menjawab tidak setuju 15 orang (75%), dan yang menjawab sangat tidak setuju 3
orang (15%). Dengan demikian berdasarkan hasil jawaban terbanyak dapat
dikatakan sebagian besar responden menjawab tidak setuju dengan persentase
75%, jika tempat sampah dibedakan antara sampah yang mudah membusuk
dengan ampah yang tidak mudah membusuk.
Tabel 5.8 Tempat sampah mempunyai tutup yang mudah dibuka dan ditutup tanpa
pengotoran tangan
No Alternatif Jawaban Frekuensi Persentase (%)
1. Sangat Setuju 0 0
2. Setuju 0 0
3. Tidak Setuju 12 60
4. Sangat Tidak Setuju 8 40
Jumlah 100
Sumber : Hasil Penelitian, 2017
Berdasarkan Tabel 5.8 di atas dapat dijelaskan bahwa, pedagang yang
menjawab tidak setuju sebanyak 12 orang (60%), yang menjawab sangat tidak
setuju sebanyak 8 orang (40%),dapat dikatakan bahwa sebagian besar responden
tidak setuju, jika tempat sampah mempunyai tutup yang mudah dibuka dan
ditutup tanpa pengotoran tangan, dengan persentase sebanyak 60%.
Tabel 5.9 Setiap pedagang wajib membayar retribusi sampah
No Alternatif Jawaban Frekuensi Persentase (%)
1. Sangat Setuju 10 50
2. Setuju 5 25
3. Tidak Setuju 5 25
4. Sangat Tidak Setuju 0 0
Jumlah 100
Sumber : Hasil Penelitian, 2017
29. 29
Berdasarkan Tabel 5.9 di atas dapat dijelaskan bahwa, pedagang yang
menjawab sangat setuju sebanyak 10 orang (50%), yang menjawab setuju
sebanyak 5 orang (25%), yang menjawab tidak setuju sebanyak 5 orang (25%).
Dengan demikian berdasarkan hasil jawaban terbanyak dapat dikatakan bahwa
lebih dari setengah responden menjawab sangat setuju, jika setiap pedagang wajib
membayar retribusi sampah, dengan persentase sebanyak 50%.
Tabel 5.10 Tempat pembuangan sampah terletak di tempat yang mudah di
jangkau oleh kendaraan pengangkut sampah
No Alternatif Jawaban Frekuensi Persentase (%)
1. Sangat Setuju 13 65
2. Setuju 7 35
3. Tidak Setuju 0 0
4. Sangat Tidak Setuju 0 0
Jumlah 100
Sumber : Hasil Penelitian, 2017
Berdasarkan Tabel 5.10 di atas dapat dijelaskan bahwa, pedagang yang
menjawab sangat setuju sebanyak 13 orang (65%), yang menjawab setuju
sebanyak 7 orang (35%), Dengan demikian berdasarkan hasil jawaban terbanyak
dapat dikatakan bahwa sebagian besar responden menjawab sangat setuju, jika
tempat pembuangan sampah terletak di tempat yang mudah di jangkau oleh
kendaraan pengangkut sampah, dengan persentase sebanyak 65%.
Tabel 5.11 Sampah yang sudah tertampung penuh harus segera dibuang ke tempat
pembuangan sampah sementara yang ada di pasar
No Alternatif Jawaban Frekuensi Persentase (%)
1. Sangat Setuju 15 75
2. Setuju 5 25
3. Tidak Setuju 0 0
4. Sangat Tidak Setuju 0 0
Jumlah 100
Sumber : Hasil Penelitian, 2017
30. 30
Berdasarkan Tabel 5.11 di atas dapat dijelaskan bahwa, pedagang yang
menjawab sangat setuju sebanyak 15 orang (75%), yang menjawab setuju
sebanyak 5 orang (25%), Dengan demikian berdasarkan hasil jawaban terbanyak
dapat dikatakan bahwa sebagian besar responden menjawab sangat setuju jika
sampah yang sudah tertampung penuh harus segera dibuang ke tempat
pembuangan sampah sementara yang ada di pasar, dengan persentase sebanyak
75%.
Tabel 5.12 Tabulasi hasil jawaban kuesioner oleh responden mengenai Partisipasi
pedagang tradisional terhadap kebersihan pasar Peunayong Kota Banda Aceh
No Pernyataan
Alternatif Jawaban
SS S TS STS
1.
Yang bertanggung jawab terhadap
kebersihan pasar adalah pedagang
2 5 10 3
2.
Bagi pedagang yang membuang sampah
sembarangan akan dikenakan sanksi
3 12 5 0
3.
Membersihkan tempat/lapak sebelum dan
sesudah berdagang
12 4 4 0
4.
Setiap pedagang wajib menyediakan tempat
sampah di kios/los yang ditempatinya
2 2 15 1
5.
Tempat sampah terbuat dari bahan yang
kedap air, tertutup dan mudah dibersihkan 0 2 14 4
6.
Tempat sampah dibedakan antara sampah
yang mudah membusuk dengan yang tidak
mudah membusuk
1 2 15 2
7.
Tempat sampah mempunyai tutup yang
mudah dibuka dan ditutup tanpa pengotoran
tangan
0 0 12 8
8.
Setiap pedagang wajib membayar retribusi
sampah 10 5 5 0
9.
Tempat pembuangan sampah terletak
ditempat yang mudah dijangkau oleh
kendaraan pengangkut sampah
13 7 0 0
10.
Sampah yang sudah tertampung harus
terangkut dalam 1x24 jam
15 5 0 0
Jumlah
58 44 80 18
Persentase (%)
29% 22% 40% 9%
Sumber : Hasil Penelitian, 2017
31. 31
Keterangan :
SS = Sangat Setuju
S = Setuju
TS = Tidak Setuju
STS = Sangat Tidak Setuju
Setelah data kuesioner terkumpul secara keseluruhan tentang Partisipasi
Pedagang Tradisional Terhadap Kebersihan Pasar Peunayong Kota Banda Aceh,
Maka pengolahan data dilakukan dengan menggunakan rumus :
𝑷 =
∑ 𝒇
∑ 𝒏.∑ 𝒙
𝒙 𝟏𝟎𝟎% (Sudjana, 2004: 50)
Keterangan :
P = Persentase
∑f = Frekuensi Jawaban
∑n = Jumlah Responden
∑x = Jumlah Pernyataan
100%= Bilangan Tetap
1. PSS =
58
(20) (10)
× 100%
PSS =
58
200
× 100%
PSS = 29%
2. PS =
44
(20)(10)
× 100%
PS =
44
200
× 100%
32. 32
PS = 22%
3. PTS =
80
(20)(10)
× 100%
PTS =
80
200
× 100%
PTS = 40%
4. PSTS =
18
(20) (10)
× 100%
PSTS =
18
200
× 100%
PSTS = 9%
Berdasarkan Tabel 5.12 dari keseluruhan pengolahan data di atas dapat
diketahui bahwa sebagian kecil responden menjawab sangat setuju dengan
persentase (29%), sebagian kecil responden menjawab setuju dengan persentase
(22%), kurang dari setengan responden responden menjawab tidak setuju dengan
persentase (40%), dan sedikit kecil responden menjawab sangat tidak setuju
dengan persentase (9%). Dengan demikian dapat disimpulkan berdasarkan hasil
jawaban terbanyak dari responden bahwa partisipasi pedagang tradisional
terhadap kebersihan pasar Peunanyong masih kurang baik.
5.1 Pembahasan
Kebersihan selalu menjadi permasalahan di pasar tradisional, sampah yang
dihasilkan dari aktivitas pedagang yang menjual berbagai barang jualan seperti
sayur-sayuran, sampai barang kebutuhan lain tidak mampu dikelola dengan baik
33. 33
oleh para pedagang. Sampah-sampah yang dihasilkan dari aktivitas pedagang
hampir terdapat di setiap sudut pasar sehingga mencerminkan kesan pasar
tradisional yang bau, kumuh dan semrawut. Sebenarnya ini desebabkan oleh
kurangnya partisipasi dari para pedagang dalam menjaga kebersihan lingkungan
pasar. Banyak pedagang yang masih menumpuk sampah di sekitar lapak mereka
berdagang dan membiarkannya membusuk. Para pedagang beralasan mereka telah
membayar retribusi sampah kepada pemerintah dan akan ada petugas kebersihan
yang akan mengangkut sampah yang mereka hasilkan ke tempat pembuangan
sampah sementara yang ada di pasar. Padahal pemerintah telah menyediakan
tempat sampah khusus untuk para pedagang yang ada di pasar tetapi tidak
dipergunakan dengan baik oleh para pedagang. Untuk lebih jelas lagi mengenai
partisipasi pedagang terhadap kebersihan pasar Peunayong akan dijelaskan
berdasarkan hasil jawaban responden terhadap kuesioner yang dibagikan oleh
peneliti di lapangan.
Berdasarkan Tabel 5.2 lebih dari setengah responden menjawab tidak
setuju dengan persentase 50%, bahwa yang bertanggung jawab terhadap
kebersihan pasar adalah pedagang. Hal ini disebakan karena mereka telah
membayar retribusi sampah.
Berdasarkan Tabel 5.3 sebagian besar responden menjawab setuju dengan
persentase 60%, bahwa bagi pedagang yang membuang sampah sembarangan
akan dikenakan sanksi. Karena dengan adanya sanksi akan memberikan efek jera
kepada para pedagang yang tidak disiplin terhadap kebersihan.
Berdasarkan Tabel 5.4 sebagian besar responden menjawab sangat setuju
membersihkan tempat/lapak sebelum dan sesudah berdagang, dengan persentase
34. 34
sebanyak 60%. Karena lapak berdagang yang bersih akan menambah daya tarik
masyarakat untuk berbelanja.
Berdasarkan Tabel 5.5 sebagian besar responden menjawab tidak setuju
dengan persentase 75%, jika setiap pedagang wajib menyediakan tempat sampah
di kios/los yang ditempatinya. Hal ini mengidentifikasikan bahwa kurangnya
partsisipasi pedagang dalam menjaga kebersihan di pasar .
Berdasarkan Tabel 5.6 sebagian besar responden menjawab tidak setuju
Jika mereka harus menyediakan tempat sampah yang terbuat dari bahan yang
kedap air, tertutup dan mudah dibersihkan, dengan persentase sebanyak 70%. Hal
ini mengidentifikasikan bahwa kurangnya partsisipasi pedagang dalam menjaga
kebersihan di pasar .
Berdasarkan Tabel 5.7 , sebagian besar responden menjawab tidak setuju
dengan persentase 75%, bahwa tempat sampah dibedakan antara sampah yang
mudah membusuk dengan sampah yang tidak mudah membusuk. Hal ini
mengidentifikasikan bahwa kurangnya partsisipasi pedagang terhadap kebersihan
pasar .
Berdasarkan Tabel 5.8 sebagian besar responden menjawab tidak setuju,
jika tempat sampah mempunyai tutup yang mudah dibuka dan ditutup tanpa
pengotoran tangan, dengan persentase sebanyak 60%. Hal ini mengidentifikasikan
bahwa kurangnya partsisipasi pedagang terhadap kebersihan pasar .
Bedasarkan Tabel 5.9 lebih dari setengah responden menjawab sangat
setuju, jika setiap pedagang wajib membayar retribusi sampah, dengan persentase
sebanyak 60%. Hal ini mengidentifikasikan bahwa pedagang telah ikut
berpartsisipasi terhadap kebersihan pasar .
35. 35
Berdasarkan Tabel 5.10 sebagian besar responden menjawab sangat setuju,
jika tempat pembuangan sampah terletak di tempat yang mudah di jangkau oleh
kendaraan pengangkut sampah, dengan persentase sebanyak 65%. Hal ini
mengidentifikasikan bahwa akan memudahkan petugas kebersihan untuk
mengangkut sampah yang telah tertampung.
Berdasarkan Tabel 5.11 sebagian besar responden menjawab sangat setuju
jika sampah yang sudah tertampung penuh harus segera dibuang ke tempat
pembuangan sampah sementara yang ada di pasar, dengan persentase sebanyak
75%. Hal ini mengidentifikasikan bahwa pedagang telah ikut berpartsisipasi
terhadap kebersihan pasar .
36. 36
BAB VI
PENUTUP
6.1 Kesimpulan
Berdasarkan hasil pengolahan data penelitian tentang partisipasi pedagang
tradisional terhadap kebersihan pasar Peunayong Kota Banda Aceh, maka dapat
disimpulkan bahwa partisipasi pedagang tradisional di pasar Peunayong masih
kurang baik. Hal ini dibuktikan berdasarkan hasil jawaban 20 responden yang
mewakili populasi/pedagang tradisional yang ada di pasar Peunayong, dari
keseluruhan pengolahan data membuktikan bahwa sebagian kecil responden
menjawab sangat setuju dengan persentase (29%), sebagian kecil responden
menjawab setuju dengan persentase (22%), kurang dari setengah responden
responden menjawab tidak setuju dengan persentase (40%), dan sedikit kecil
responden menjawab sangat tidak setuju dengan persentase (9%). Dengan
demikian dapat disimpulkan berdasarkan hasil jawaban terbanyak dari responden
bahwa partisipasi pedagang tradisional terhadap kebersihan pasar Peunanyong
masih kurang baik.
6.2 Saran
Berdasarkan hasil penelitian yang telah dilakukan, maka peneliti dapat
mengemukakan beberapa saran sebagai berikut :
1. Diharapkan adanya perhatian khsusus dari pemerintah terhadap kebersihan
lingkungan pasar Peunayong, pemerintah dapat memberikan penyuluhan
secara rutin dan ikut mengajak pedagang dan masyarakat untuk bekerja
sama dalam menjaga kebersihan pasar.
37. 37
2. Pemerintah juga harus mengerahkan tim pengawas secara rutin, dan dapat
bertindak tegas terhadap pedagang yang tidak mengikuti aturan berdagang.
38. 38
DAFTAR PUSTAKA
Andriansyah. Dkk. 2006. Partisipasi dalam Pembangunan Berkelanjutan. Alumni:
Bandung.
Arikunto, Suharsimi, 2013. Prosedur Penelitian: Suatu Pendekatan Praktek,
Jakarta: Rieneka Cipta.
Hadi, S. 1991. Statistik 1. Yogyakarta: Fakultas Psikologi Universitas Gadjah
Mada.
Subroto, dan Daru Wahyuni. 2004. Pengetahuan Sosial Ekonomi. Jakarta: Bumi
Aksara
Sudrajat. 2009. Mengelola Sampah Kota. Depok: Pasar Swadaya.
Sudjana, 1999. Metode Statistik. Erascos: Bandung
Sugiharsono, dkk. 2000. Manajemen Pengelolalaan Pasar. Jakarta: Gramedia
Pustaka Utama
Sugiono. 2009. Metode Penelitian. Bandung: Alfabeta
Tika, Prabundu. 2002. Metode Penelitian Geografi. Bumi Aksara: Jakarta
Tim Penyusun Kamus Bahasa Indonesia. 2012. Kamus Bahasa Indonesia. Jakarta:
Pusat Pembinaan dan Pengembangan Bahasa