Teks tersebut membahas tentang pentingnya pemahaman globalisasi dan desentralisasi dalam pendidikan untuk menciptakan perubahan pengetahuan, perilaku, dan sikap siswa agar siap menghadapi perubahan masa depan. Globalisasi merupakan fenomena kompleks yang melibatkan berbagai dimensi, sementara desentralisasi menyebabkan peran pemerintah pusat berkurang dan peran individu meningkat.
1. (6)Pemahaman yang benar mengenai globalisasi dan desentralisasi merupakan dasar untuk
mendudukan peran pendidikan secara benar pula, sehingga pendidikan betul-betul berfungsi untuk
menciptakan perubahan dalam pengetahuan, perilaku, dan sikap manusia terutama kaum generasi
muda, agar mereka siap menghadapi perubahan yang sedang terjadi. Bahkan tidak hanya sekedar
menyesuaikan diri dengan perubanahan yang sehat dan konstruktif bagi manusia, alam, dan lingkugan
Dengan demikian globalisai merupakan penomena yang komplek dan mengandung sisi multi
dimensional. Janson & Santos (2000) mengetengahkan definisi globalisasi yakni
Dari definisi yang dikemukakan Janson & Santos menekankan adanya unsur kekuatan yang
mampu melintasi batas-batas kondisi lokal yang mendorong penomena globalisasi.
Sedangkan pengertian desentralisasi tidak sama sebangun pengertiannya dengan globalisasi.
Dalam kontek globalisasi, mengakibatkan peran pemerintahan sentral beralih, bahkan cenderung
berkurang. Sebaliknya peran individu, kelompok, dan lembaga semakin kuat. Kemampuan individual
untuk bersaing dan bekerja sama menjadi sangat tinggi baik dalam percaturan lokal, nasional, regional
dan internasiaonal.
(7)Ciri-ciri Inovasi
Mengamati posting tentang Pengertian Inovasi atau Pembaharuan Menurut Para Ahli, maka ciri-ciri
suatu inovasi yang menurut Rogers adalah sebagai berikut:
1. Keuntungan Relatif
Yang dimaksud dengan keuntungan relatif yaitu sejauh mana inovasi dianggap menguntungkan bagi
penerimanya. Tingkat keuntungan atau kemanfaatan suatu inovasi dapat diukur berdasarkan nilai
ekonomi, faktor status sosial (gengsi), kesenangan, kepuasan atau mempunyai komponen yang sangat
penting makin menguntungkan bagi penerimaan makin cepat tersebarnya inovasi.
2. Kompatibel (compability)
Kompatibel berarti tingkat kesesuaian inovasi dengan nilai, pengalaman lalu dan kebutuhan dari
penerima. Inovasi yang tidak sesuai dengan nilai atau norma yang diyakini oleh penerima tidak akan
diterima secepat inovasi yang sesuai dengan norma yang ada. Misalnya, keyakinan agamanya melarang
penggunaan alat tersebut maka tentu saja penyebaran informasi akan terhambat.
3. Kompleksitas (Complexity)
Yaitu tingkat kesukaran untuk memahami dan menggunakan inovasi bagi penerimanya. Suatu inovasi
yang sudah dimengerti dan mudah digunakan oleh penerima akan cepat tersebar, sedang inovasi yang
sukar dimengerti atau sukar digunakan oleh penerima akan lambat proses penyebarannya. Makin
mudah dimengerti suatu inovasi akan makin cepat diterima oleh masyarakat.
Prinsip Inovasi
Selain karakteristik atau ciri seperti di atas, menurut Peter M. Drucker yang dikutip oleh Tilaar
mengemukakan lima prinsip inovasi, yaitu :
Inovasi memerlukan analisis berbagai kesempatan dan kemungkinan yang terbuka, artinya suatu
inovasi hanya dapat terjadi jika kita memiliki kemampuan analisis.
Inovasi sifatnya konseptual dan perseptual, yang bermula dari suatu keinginan untuk
menciptakan suatu yang baru dan dapat dimengerti oleh masyarakat.
Inovasi haruslah bersifat simple dan terfokus, artinya harus sederhana dan terarah.
Inovasi harus dimulai dengan yang kecil, artinya tidak semua inovasi dimulai dengan ide-ide
yang sangat besar yang tidak terjangkau oleh kehidupan nyata manusia. Keinginan yang kecil
2. untuk memperbaiki suatu kondisi atau suatu kebutuhan hidup ternyata kelak mempunyai
pengaruh yang sangat luas terhadap kehidupan manusia selanjutnya.
Inovasi diarahkan pada kepemimpinan atau kepeloporan. Inovasi selalu diarahkan bahwa hasil
akan menjadi suatu pelopor dari suatu perubahan yang diperlukan.
(10)Ada dua factor yang mempengaruhi kualitas pendidikan,khususnya di Indonesia yaitu:
1. Faktor internal, meliputi jajaran dunia pendidikan baik itu Departemen Pendidikan Nasional, Dinas
Pendidikan daerah, dan juga sekolah yang berada di garis depan. Dalam hal ini, interfensi dari pihak-
pihak yang terkait sangatlah dibutuhkan agar pendidikan senantiasa selalu terjaga dengan baik.
2. Faktor eksternal, adalah masyarakat pada umumnya.Dimana,masyarakat merupakan ikon pendidikan
dan merupakan tujuan dari adanya pendidikan yaitu sebagai objek dari pendidikan.
(12)CONTOH APLIKASI INOVASI PENDIDIKAN
Perkembangan inovasi pendidikan pada tingkat pendidikan dasar khususnya sekolah dasar
sudah banyak dilakukan oleh para guru. Misalnya pelaksanaan kegiatan pembelajaran melalui
pembelajaran terpadu; penulisan tujuan pembelajaran dengan perumusan yang benar yaitu
mengandung unsur Audience, Behavior, Condition, dan Degree;
(20 dan 19).Proses pembelajaran berbasis budaya terjadi dalam bentuk pewarisan budaya dari satu
generasi kepada generasi berikutnya. Proses pewarisan budaya dikenal dengan istilah akulturasi,
sedangkan adopsi budaya dikenal sebagai proses akulturasi. Proses pembelajaran di sekolah merupakan
proses pembudayaan formal atau proses akulturasi, maka pada saat bersamaan pendidikan merupakan
alat untuk konservasi bud Pembelajaran berbasis budaya membawa budaya lokal yang selama ini tidak
selalu mendapat tempat dalam kurikulum sekolah ke dalam proses pembelajaran. Dalam pembelajaran
berbasis budaya, lingkungan belajar diubah menjadi lingkungan yang menyenangkan bagi guru maupun
siswa, dan yang memungkinkan guru dan siswa berpartisipasi aktif berdasarkan budaya yang sesuai
dengan daerahnya. Peran guru adalah memandu dan mengarahkan potensi siswa untuk menggali
beragam budaya dan mengembangkannya.
Pembelajaran berbasis budaya merupakan strategi penciptaan lingkungan belajar dan merancang
pengalaman belajar yang mengintegrasikan budaya sebagai bagian dari proses pembelajaran. Dalam
pembelajaran berbasis budaya, budaya diintegrasikan menjadi alat dalam proses belajar, budaya
menjadi sebuah metode bagi siswa untuk mentransformasikan pengalamannya. Melalui pembelajaran
berbasis budaya, siswa tidak hanya sekedar meniru dan menerima informasi, tetapi siswa menciptakan
makna, pemahaman, dan arti informasi yang diperolehnya. Dengan demikian, proses pembelajaran
berbasis budaya bukan sekedar mentransfer budaya atau perwujudan budaya dari guru kepada siswa,
tetapi menggunakan budaya untuk menjadikan siswa mampu menciptakan makna, menebus batas
imajinasi dan kreativitas, mencapai pemahaman yang mendalam tentang mata pelajaran yang dipelajari.
aya, transmisi budaya, adopsi budaya, dan pelestarian budaya