Gerakan pembaharuan Islam di Sumatra Barat dimulai sejak abad ke-13 melalui karya Syekh Burhanuddin yang mendirikan surau dan madrasah di Ulakan. Pada abad ke-19, pulangnya ulama dari Mekkah yang terpengaruh paham Wahabi memicu gerakan reformis. Tokoh-tokoh seperti Tuanku nan Renceh dan Syaikh Ahmad Khatib mengkritik adat istiadat dan waris Minangkabau. Mereka mendirikan lemb
Perkembangan Ilmu dan 3 Tokoh Pelopor Pembaharuan Pada Periode Modern
KEMAJUAN UMAT
1. R E N I R O S Y I D A ( 2 2 2 5 2 0 0 6 9 )
R I R I N P U T R I A N I N G S I H ( 2 2 2 5 2 0 0 7 0 )
S A E F U L L A H ( 2 2 2 5 2 0 0 7 3 )
SEJARAH LAHIRNYA MUHAMMADIYAH
DAN NAHDATUL ULAMA (NU) DAN
PERKEMBANGANNYA DI INDONESIA
2. GERAKAN MODERNIS ISLAM DI INDONESIA
Islam modernis yang seringkali dikelompokkan
sebagai kebalikan dari Islam tradisional merupakan
corak paham ke-Islaman yang mulai intensif
penggunaannya pada awal abad ke-20M. yaitu setelah
timbulnya gerakan pembaharuan Islam yang terjadi di
beberapa negara mayoritas berpenduduk Islam,
seperti Saudi Arabia, Mesir, Turki, Indonesia, dan
Pakistan.
3. Islam Modernis
Kata modernis berasal dari bahasa Inggris,
"modernistic", yang berarti model baru. Sedangkan
dalam kamus bahasa Indonesia, kata modernis
diartikan sebagai yang terbaru, cara baru, mutakhir.
Selanjutnya, kata modern erat pengertiannya dengan
kata modernisasi yang berarti pembaharuan atau
"tajdid" dalam bahasa Arabnya.
4. Islam Modernis adalah paham keislaman yang
didukung oleh sikap yang rasional, ilmiah, serta
sejalan dengan Al-Qur'an dan Hadist. Ini dapat
diartikan berpikir secara dinamis, progresif, dan
sesuai dengan perkembangan ilmu pengetahuan
5. Islam Aktual
Islam Aktual merupakan salah satu corak pemahaman
keislaman yang banyak dianut di kalangan muda
terpelajar. Kata aktual berasal dari bahasa Inggris,
"actual", yang berarti keadaan yang sebenarnya,
memang betul-betul, dan sesungguhnya.
Islam Aktual mengakui bahwa Al-Qur'an berpotensi
dan ideal dalam meletakkan dasar-dasar bagi
pegangan hidup
6. Islam Modernis Di Indonesia
LATAR BELAKANG:
- mempunyai tujuan untuk membawa umat Islam
kepada kemajuan
- timbul sebagai respon tehadap berbagai
keterbelakangan yang dialami oleh umat Islam,
seperti keterbelakangan dalam bidang ekonomi,
pendidikan, ilmu pengetahuan, kebudayaan, politik
dan lain sebagainya
7. Islam modernis di Indonesia
1. 1960, kelompok muda di Minangkabau (Haji Abdul
Karim Amrullah (Haji Rasul), Haji Abdullah Ahmad,
dan Syaikh Daud Rasyidi)
2. 1971-1985, Harun Nasution (Rektor IAIN Syahid)
melalui karya-karyanya.
3. Nurcholish Madjid (Modernisasi adalah perintah dan
ajaran Tuhan)
4. Mukti Ali, Deliar Noer dan Munawir Sjadzali. Dalam
bukunya yang berjudul Islam Dan Sekularisme Di
Turki Modern, dan Alam Pikiran Islam Modern Di
India Dan Pakistan, Mukti Ali dengan panjang lebar
membahas pemikiran Islam modernis dari tokoh-tokoh
Turki
8. 5. Deliar Noer dapat dipelajari antara lain dalam
bukunya yang berjudul Gerakan Modern Islam Di
Indonesia 1900-1945.
9. KEMAJUAN UMAT ISLAM DI INDONESIA
TOKOH
(AGAMA,PENDIDIKAN,
KEMASYARAKATAN
DLL)
ORGANISASI
TRANSFORMASI
SOSIAL DAN BUDAYA
10. SETTING SOSIAL BUDAYA INDONESIA PADA MASA
KOLONIAL
Struktur masyarakat kolonial diwarnai polahubungan sosial yang sangat diskriminatif dan
opresif. Mereka mengendalikan kekuasaan politik dan ekonomi.
Tingkat Lapisan Masyarakat:
I. Bangsa Eropa sebagai kelompok teratas dan memiliki hak istimewa seperti
menikmati berbagai fasilitas sosial.
II. Bangsawan tradisional dan golongantimur asing, yaitu orang Cina danArab dengan
segala hak istimewa dalam masyarakatfeodal tradisional,seperti memperoleh
pelayananwajib dari masyarakat tradisional rendahan.
III. Rakyat Jelata yang hanya memiliki kewajiban untuk melayani masyarakat dari
lapisan atastanpa mempunyai hak.
Di daerah kerajaan (Vorstenlanden)seperti Yogyakarta dan Surakarta maupundaerah lain
seperti Cirebon, Mangkunegaran,dan Pakualaman, pemerintah kolonial tidak me-nguasainya
secara langsung, tetapi pengaruh-nya cukup kuat seperti yang tampak dalampemilihan patih
dan urusan keuangan internal.
Sementara itu, di daerah yang langsungdikuasai kumpeni terjadi hubungan langsungantara
rakyat pribumi dengan orang Barat.
Dalam politik pemerintahan, pejabat Belandadiposisikan sampai tingkat residen, asisten
residen, dan kontrolir di tingkat Regentschaapatau kabupaten.
Di wilayah perkebunan sepertiKaresidenan Surakarta hampir tidak ada desayang terbebas dari
pengusahaan tanamanperkebunan oleh perusahaan swasta Belanda.
11. SETTING SOSIAL BUDAYA INDONESIA
PADA MASA KOLONIAL
Di luar Jawa seperti di Sumatra Barat, Sistem Tanam Paksa memang pernah
dicobatetapi tidak dilanjutnya. Meskipun demikian,pengusahaan tanaman
perkebunan sepertikopi oleh penduduk asli justru berhasil mening-katkan ekonomi
daerah.
DiMaluku, sistem pengusahaan tanaman rempah-rempah seperti cengkeh, dan
pala dikontrolsecara ketat oleh penguasa kolonial lewat kakitangan mereka, yaitu
penguasa tradisional.
DiJawa Sistem Priangan yang sangat meng-untungkan penguasa di Tanah
Pasundandiadopsi oleh Van den Bosch dalam meng-usahakan tanaman kopi di
berbagai daerah diIndonesia.
Daerah di Jawa Timur dan Jawa Barat dikenal sebagai penghasil gula dengan tiga
wilayah sentralnya, yaitu di kompleks Karesiden-an Surabaya, Karesidenan
Rembang, serta kompleks Karesidenan Cirebon
Di luar Jawa, seperti Sumatra Barat, kehidupan masyarakat sangat dipengaruhi
adat yang berada dalam control kaum adat. Kebiasaan berjudi dan sabung ayam
serta minum minuman keras merupakan hal yang dikerjakan oleh masyarakat.
Meskipun kaum ulama cukup penting dalam kehidupan masyarakat, tetapi
kaum adat lebih kuat pengaruhnya terhadap keberlangsungan praktik yang
telah mewarnai kehidupan masyarakat yang sebenarnya dilarang oleh
agama. Kaum adat di Sumatra Barat dankelompok feudal tradisional di daerah lain
di nusantara yang memegang kekuasaan politikdan ekonomi mempunyai peran
penting dalamproses akumulasi surplus pada masing- masing wilayah.
12. SETTING SOSIAL BUDAYA INDONESIA PADA
MASA KOLONIAL
Secara umum, kelompok masyarakat dari lapisan bawah adalah mereka yang harus
menanggung beban dalam melaku- kan berbagai kerja wajib untuk kepentingan
penguasa serta kerja wajib lain tanpa upah.
Dalam konteks itulah, penderitaan dan kemiskinan yang mendera selama
beberapa generasi dirasakan sebagai penderitaan yang hanya bisa diatasi oleh
kekuatan supranatural berupa kepercayaan dan gerakan mesianisme yaitu
kepercayaan akandatangnya RatuAdil.
KHA Dahlan sampai pada penilaian bahwa masalah utama yang dihadapi oleh
masyarakat Jawa adalah kemiskinan dan keterbelakangan. Penyebab dari
adanya masalah tersebut adalah penindasan oleh peguasa kolonial dan
keserakahan penguasatradisional.
Untuk mengentaskan masyarakat dari penderitaan itu, kuncinya hanyalah
pendidikan. Secara harafiah, KHA Dahlan menyebutkan bahwa pendidikan berupa
penguasaan ilmu agama dan ilmu pengetahuan dan teknologi modern dan
disimbolisasikan denganpenguasaan kitab kuning dan kitab putih.
Femomena di daerah lain di Indonesia pada dasarnya mirip dengan apa yang
disampaikan oleh KHA Dahlan bahwa para ulama mendirikan organisasi sebagai
wadah bagi gerakan yang berupaya untuk mendorong proses transformasi
sosial dan budaya bukan saja ditujukan untuk masyarakat Islam tetapi juga untuk
seluruh kelompok miskin dan tertindas sesuai dengan ajaran Islam yang membawa
rahmat bagi seluruh alam.
13. GERAKAN PEMBAHARUAN ISLAM ABAD 20
WAHABISME
(Pulangnya ulama yang belajar di
Mekkah dan ingin menerapkan
islam yang pure
MAJALAH
(Penyebarluasan Gagasan)
SURAU MADRASAH
ORGANISASI
(pembentukan organisasi
sosial,ekonomi, keagamaan, dan
bahkan kemudian bergeser ke
organisasi politik)
14. GERAKAN PEMBAHARUAN ISLAM ABAD 20
Jami’atul Khair
(1901)
Sarekat Islam
(1912)
Al-Irsyad (1914)
Muhammadiyah
(1912)
PERSIS (1923)
NU (1926)
MASYUMI
(1937).
15. SYEKH BURHANUDDIN PENDIRI SURAU
DAN MADRASAH DI SUMATRA BARAT
Dalam bagian ini akan dikemukakan organisasi yang muncul di Sumatra Barat yang dipelopori
oleh perseorangan atau ulama kemudian berhasil membuat jaringan dalam memerangi
kemaksiatandan kemungkaran.
Gerakan itu semula bertujuan melawan dominasi Cina dalam perdagangan batik, serta gerakan
yang bergiat dalam masalah sosial kemasyarakatan seperti Al- Irsyad, Persatuan Islam, serta
Muhammadiyah.
masuknya Islam ke Sumatra Barat yang diperkirakan pada tahun 1250 merupakan tonggak
pendidikan Islam di Mingkabau dimulai. Syekh Burhanuddin adalah ulama terkenal yang dipercaya
sebagai pendiri surau atau madrasah di Ulakan, tempat beliau menetap. Surau ini dipercaya
sebagai surau yang pertama kali didirikan di Minangkabau. Sebelumnya, ia belajar ilmu agama
di Kotaraja, Aceh 10 tahun pada Syekh Abdul Rauf bin Ali dari Singkil. Selesai belajar di Kutaraja,
Burhanuddin kembali ke Pariaman di Kampong Sintuk, tempat kelahir- annya, baru kemudian beliau
pindah ke Ulakan.
Pada tahun 1603, terdapat tiga orang dari Minangkabau yaitu Datuk ri Bandang, Datuk
Patimang, dan Datukdi Tiro pergi ke Sulawesi, untuk menyiarkan agama Islam.
Syekh Burhanuddin mempunyai murid. Salah satu muridnya yang termasyur adalah Tuanku
Mansiang Nan Tuo di Paninjauan. Selain itu, datang pula seorang ulama, yaitu Tuanku di Tanah
Rao dari Mekah, yang membawa ilmu mantiq dan Ma’ani, yang menurunkan ilmunya kepada
Tuanku nan Kacik dalam negeri KotoGedang.
16. PEMBAHARU ISLAM DI MINANGKABAU
Pada tahun 1803, tiga orang Minang, satuorang dari Sumanik, Tanah Datar, seorang
dariPandai Sikat, dan seorang dari Piobang, LimaPuluh Koto, pergi berhaji dan
tinggal lima tahundi Mekah.
Saat itu, gerakan Wahabi sedang berkembang di Mekah. Kaum Wahabi melarang
orang merokok, makan sirih, berpakaian yangindah-indah, dan menyuruh rajin
melakukan sembahyang. Sepulang ke Minang, mereka menyaksikan praktik
kehidupan di Minang sangatberbeda dengan apa yang dilihatnya di Mekah.
Ketiga orang ini membawa semangat Islam yang diilhami oleh gerakan Wahabi
yang puritan. Sementara itu, di LuhakAgam para tuankumengadakan kebulatantekad
untuk menegakkansyara’ sekaligus memberantas kemaksiatan yang mulai semarak
dikerjakan oleh kaum adat.
Para ulama tersebut adalahTuanku nan Renceh,Tuanku Bansa, Tuanku Galung,
Tuanku LubukAur, Tuanku Padang Lawas, Tuanku PadangLuar, Tuanku Kubu
Ambelan, dan Tuanku KubuSanang.
Di samping delapan tokoh itu, pembaharu Islam di Minangkabau adalah kaum
Paderi yaitu Muhammad Syahab yang membangun benteng di Bonjol sehingga ia
dikenaldengan Imam Bonjol.
17. Syaikh Ahmad Khatib
Sang Guru Mazhab Syafi’i bagi Ahmad Dahlan dan
Hasyim Asy’ari
Dalam melakukan pembaharuan banyakdi antara mereka menggunakan cara kekerasan sehingga
terjadi konflik antara kaun Paderidan kaum adat, yang diakhiri dengan perangterbuka.
Karena dalam pertempuran itu kaumadat selalu mengalami kekalahan, kemudian mereka minta
bantuan kepada Kumpeni. Dengan senang hati Kumpeni menyanggupi.
Perang babak baru dimulai setelah Kumpeni mendatangkan bala bantuannya untuk memerangi kaum
Paderi. Mulai saat itu, kaum Paderibukan menghadapi kaum adat, melainkan perang melawan kaum
kafir Belanda.
Ulama lain yang kritis terhadap adat Minang adalah Syaikh Ahmad Khatib, lahir di Bukittinggi pada
tahun 1855. Pada usia 21 tahun, ia pergi ke Mekah dan menetap di sana untuk memperdalam
pengetahuan agama Islam yang berpahamkan madzab Syafe’i. Ia mampu mengembangkan ilmunya
sehingga diangkat menjadi Imam Madzab Syafe’i di Masjid ‘il Haram. Beliau adalah ulama yang cerdas,
kritis, sekaligus toleran. Secara terang-terangan, ia tidak menyetujui aliran Naqsa- bandiyah serta
terhadap adat pembagian warismodel Minangkabau yang memberikan wariskepadakeponakan.
Muridnya diberi kebebasan membaca buku termasuk tafsir Al Manar-nya Muhammad Abduh maupun
tulisan kaum pembaharu lainnya dengan harapan bahwa murid akan memahami pikiran baru sehingga
akan menentangnya.
Tetapi yang terjadi adalah bahwa mereka justru menjadi pendukung pembaharuan tersebut seperti Syeck
Muhammad Jambek, Abdul Karim Amrullah, Abdullah Ahmad, dan Ahmad Dahlan (pendiri
Muhammadiyah). Sebagian murid lainnya yang berpegang pada Madzab Syafe’i antara lain Syeh
Sulaiman Rasul, dan HasyimAsy’ari yang pendiri Nahda-tul Ulama
18. Ulama pembaharu Islam lain dari Minang-kabau adalah Syaikh Thahir Djalaluddin
al-Azariyang ide pembaharuannya disalurkan lewat majalah Al-Imam, Syaih
Jamil Jambek, AbdulKarimAmrullah yang dikenal dengan Haji Rasul(ayah
HAMKA).
Meskipun cikal bakal gerakan politik di Indonesia disebutkan diawali oleh berdirinya
Serikat Dagang Islam (SDI), pada awalnya organisasi ini bertujuan untuk
menciptakan daya saing yang kuat di kalangan usahawan pribumi dalam melawan
dominasi Cina dalamindustri batik yang dibekingi Belanda.
Organi-sasi yang didirikan oleh seorang tokoh, yaitu Haji Samanhudi di Solo pada 16
Oktober 1905,gerakannya diarahkan pada beberapa tujuan,yaitu menghimpun
kekuatan pedagang batik guna melawan pedagang Cina yang memonopoli
perdagangan bumbu batik dan menghadapi superioritas Cina terhadap
pedagangIndonesia sebagai dampak Revolusi Cina pada1911.
Sikap itu merupakan keberhasilan darikebijakan kolonial yang cukup lama yang
membagi lapisan sosial kolonial menjadi tiga, yaitulapisan atas adalah orang
Belanda, lapisan kedua adalah orang Cina dan TimurAsing lain,dan lapis ketiga
adalah bangsa Indonesia yangmemilih kewarganegaraan Belanda.
Politikmemecah belah ini dilaksanakan dalam pendidikan sebagai implikasi dari
Politik Etis dengan anak orang Cina dimasukkan ke pendidikan kelas dua dan anak-
anak priyayi masuksekolah kelas tiga.
19. PELOPOR KEMERDEKAAN INDONESIA YANG
DIWARNAI ISLAM
Tujuan SDI itu dengan cepat memperolehdukungan antara lain dari masyarakat pribumiyang
mempunyai fanatisme Islam yang kuat bukan saja perasaan anti-Cina yang timbul, tetapi juga
perasaan antikolonial serta pegawaiBelanda yang telah membuat penderitaan di kalangan
pribumi.
Atas usul Cokroaminoto agar keanggotaan SDI jangan dibatasi hanyagolongan pedagang,
tetapi diperluas sehinggakata dagang saat menyusun anggaran dasardihapus diganti dengan
nama Sarikat Islam. Dengan demikian, pergerakan Serikat Islam yang semula sekedar untuk
memajukan per-dagangan, saling membantu terbinanya rohanidan jasmani, memajukan
masyarakat beragama Islam, pada tahun 1917 berkembang menjadi pergerakan politik yang
menggunakanIslam sebagai dasar perjuangannya dan mencita-citakan kemerdekaan.
Peran Haji Samanhudi dalam mengobarkan semangat keagamaan ditunjukkan oleh anjuran
yang ia sampaikan pada beberapa kesempatan. Pada tahun 1912 dalam satu konggres SI di
Surabaya ia mengatakan bahwasetiap orang yang lahir ke dunia ini membawafitrah masing-
masing. Fitrah ini harus diperjuangkan. Oleh karena itu, SDI sebagai organisasi Islam
harus memperjuangkan upaya untukmengembalikan fitrah setiap hambaAllah, yaitu
sebagai makhluk yang bebas. Apabila dalamkonggres SI di Solo H Samanhudi masih
sebatas menegaskan pentingnya memperjuangkan kembalinya fitrah manusia ciptaan Allah,
dalam konggres SI di Bandung pada tahun 1916 H Samanhudi sekali lagi menggarisbawahi
pentingnya kebebasan bagi individu dari ketertindasan oleh orang lain danperlunya
menghilangkan segala bentuk penjajahan. Pandangan ini sangat radikal danmenjadi
semakin mengkristal dengan masuknya aliran sosialis yang dibawa Snevlietke dalam SI
sehingga muncullah SI merah danSI putih.
20. Kehadiran tokoh pendidikan dari luar negeri
Al-Jamiat Al Khair yang lebih dikenal dengan jamiat kahir didirikan pada 17 Juli
1905sebagai organisasi islam tanpa diskriminasi asal-usul meskipun sebagian
besar penggeraknyaadalahArab peranakan. Bidang usaha organisasiini adalah
pendidikan dan sosial. Untuk menyuk-seskan kegiatan usaha pendidikan,
mereka memanggil pakar pendidikan, yaitu SyekhAhmadSoorkati dari
Sudan, Syekh Muhammad Thaibdari Maroko, dan Syaikh Muhammad
Abdul Hamid dari Mekah. Di antara mereka, AhmadSoorkati yang paling
menonjol dalam hal menanamkan ide pembaharuan pendidikan dikalangan
masyarakat Islam di Indonesia.
Kehadiran tokoh pendidikan dari luar negeriyang semakin banyak pada
umumnya adalahpengikut Muhammad Abduh. Mereka antara lain
menganjurkan persamaan sesama muslim dan kembali ke pemikiran
kepada Al Quran danHadist. Sikap pemikiran ini ternyata mengundang reaksi
keras, terutama dari peranakanArab kelompok sayid yang selama ini
menikmati penghormatan berlebihan dan merasa dirinya berkedudukan tinggi
dari golongan laindalam masyarakat Islam di Jawa. Perbedaanini membawa
organisasi Al Khair mengalami perpecahan.
21. PERSIS
Gerakan al-Islah wal Irsyad atau al-Irsyad merupakan sempalan al-Khair karena terdapat
perbedaan dalam jama’ah al-Khair khususnya tentang persoalan “kafaah”, yaitu boleh tidaknya
golongan Arab keturunan Ali bin Abi Thalib (golongan Alawy) menikah dengan golongan lain.
Menurut Soorkati, pernikahan seperti itu boleh berdasarkan surat al-Hujurat: 13 bahwa ‘yang
dinilai paling mulia di sisi Allah adalah orang yang paling taqwa’.
Al Irsyad didirikan oleh Syekh Ahmad Soorkati pada 1914 dengan tujuan untuk memajukan
pendidikan agama Islam secara murni di kalangan bangsa Arab peranakan. Untuk itu
mereka mendirikan madrasah al- Irsyad, terutama di daerah pesisir, seperti Surabaya,
Pekalongan, Tegal, dan Jakarta. Dalam bidang sosial dan dakwah Islam dengan dasar Al Quran
danAs-Sunnah secara murni.
Organisasi Persatuan Islam didirikan oleh KH Zamzam, ulama dari Palembang pada 17
September 1923 di Bandung. Tujuan Persis adalah mengembalikan kepemimpinan Islam pada Al
Quran dan hadist. Guna mewujudkan cita-cita tersebut, Persis melakukan berbagai usaha seperti
mendirikan madrasah, pesantren, kegiatan tabligh, serta menerbitkan majalah dan buku agama.
Majalah yang cukup populer di kalangan kaum muslimin di Indonesia dan bahkan di mancanegara
seperti Malaysia adalahmajalah Pembela Islam dan Al-Muslimun.
Kiprah Persis dalam memerangi bid’ah dan khurafat yang disampaikan secara keras dan lugas
memang sangat menonjol. Sikap semacam itu semakin menonjol di saat kepemimpinan ustadz A.
Hasan, yang terkenal karena pena dan lidahnya yang tajam dalam menegakkan pemurnian
agama. Popularitas A. Hasan saat memimpin Persis adalah korespondensi yang beliau lakukan
dengan Bung Karno saat dibuang ke Endeh. Surat itu kemudian diterbitkan dalam bagian dari buku
Bung Karno yangterkenal, yaitu Di Bawah Bendera Revolusi dalam bab Surat-surat Dari Endeh.
22. MUHAMMADIYAH
Organisasi Muhammadiyah didirikan di kampung Kauman Yogyakarta pada 18 November 1912. Sasaran
dan wilayah gerak kegiatan Muhammadiyah seperti termaktub dalam anggaran dasar pertama adalah
penduduk Jawadan Madura.
Kondisi objektif yg mendasari kelahiran Muhammadiyah adalah :
I. Faktor internal yang terdiri dari ketidakmurnian amalan Islam sebagai akibat tidak dijadikannya Al-
Quran dan Sunnah Rasul sebagai satu-satunya rujukan oleh sebagian besar umat Islam Indonesia,
lembaga pendidikan yang dimiliki umat Islam belum mampu menyiapkan generasi yang siap
mengemban misi selaku kalifah di muka bumi.
II. Faktor eksternal adalah semakin meningkatnya Kristenisasi di tengah- tengah masyarakat
Indonesia, penetrasi bangsa Eropa terutama Belanda di Indonesia pada masa kolonial, serta
pengaruh gerakanpembaharuan dalam dunia Islam.
Di samping faktor tersebut menurut Mukti Ali (Mukti Ali, 1985 dalam Pasha dan Darban, 2002), kelahiran
Muhammadiyah dilatarbelakangi empat hal yang penting, yaitu (a) ketidakbersihan dan
campuraduknya kehidupan agama Islam di In- donesia, (b) ketidakefisienan lembaga pendidikan
Islam, (c) aktivitas misi Katolik dan Protestan, dan (d) sikap acuh tak acuh, bahkan sikap merendahkan
dari golongan intektual terhadap Islam.
23. MUHAMMADIYAH
Di samping faktor tersebut menurut Mukti Ali,
kelahiran Muhammadiyah dilatarbelakangi empat
hal yang penting, yaitu;
A. Ketidak murnian dan campuraduknya kehidupan
agama Islam di Indonesia,
B. Ketidakefisienan lembaga pendidikan Islam,
C. Aktivitas misi Katolik dan Protestan,
D. Sikap acuh tak acuh, bahkan sikap merendahkan
dari golongan intektual terhadap Islam.
24. TUJUAN MUHAMMADIYAH
Tujuan Muhammadiyah sejak didirikan sampai sekarang telah mengalami
perubahan kalimat meskipun tanpa mengubah isi dan jiwanya. Pada saat didirikan
tujuan Muhammadiyah adalah;
a) menyebarkan pengajaran Kanjeng Nabi Muhammad SAW kepada penduduk bumi
putera, di dalam Residensi Yogyakarta
b) memajukan halagama Islam kepada anggotanya.
Rumusan itu telah berubah sebanyak tujuh kali. Terakhir adalah pada Muktamar
Muhammadiyah ke-44 di Jakarta pada 11 Juli 2000. Perubahan atas asas yang
disesuaikan dengan perundangan yang ada, yaitu dengan menegakkan dan
menjunjung tinggi agama Islam sehingga terwujud masyarakat utama, adil makmur
yang diridlai Allah subhanahu wata’ala
Amal usaha Muhammadiyah terdiri atas bidang keagamaan, pendidikan, dan
kemasyarakatan. Bidang keagamaan sesungguhnya menjadi pusat seluruh kegiatan,
dasar, dan jiwa amal usaha Muhammadiyah. Kegiatan Muhammadiyah di bidang lain
dilakukan karena dorongan keagamaan semata, karena sebenarnya kegiatan yang
bersifat kemasyarakatan, perekonomian, pendidikan, serta politik itu tidak dapat
dipisahkan dari jiwa, dasar dan semangat keagamaan.
25. MAJLIS TARJIH(FATWA HUKUM BARU
TENTANG KEISLAMAN)
Secara khusus dalam bidang keagamaan ditandai dengan dibentuknya Majlis
Tarjih pada1927.
Lembaga ini sebagai tempat meng- himpun ulama secara periodik melakukan
musyawarah dan memberikan fatwa tentang tuntunan dan pedoman dalam
bidang ubudiyah sesuai dengan contoh yang diberikan Rasul saw, dalam
menentukan awal dan akhir puasa sesuai dengan perkembangan ilmu
pengetahuan modern, mendirikan mushalla khusus wanita, penghitungan
zakat pertanian, perikanan, peternakan, serta mengatur agar sampai ke
tangan yang berhak, tuntunan dalam bidang keluarga sejahtera dan
keluarga berencana.
26. Muhammadiyah; pentingnya penguasaan ilmu
umum serta ilmu agama secara bersamaan
Pemisahan antara sekolah umum dan sekolah agama sejak Muhammadiyah belum
didirikan masih berlangsung terus sampai sekarang.
Muhammadiyah percaya pentingnya penguasaan ilmu umum serta ilmu agama
secara bersamaan. Karena dengan pemisahan tersebut hasilnya adalah seperti apa
yang dapat disaksikan pada pergantian milenium di Indonesia ini yaitu dengan
mudahnya orang goyah dan goncang hidupnya dalam menghadapi berbagai
macam cobaan.
Karena tidak mungkin menghapuskan sekolah umum dan pesantren,
Muhammadiyah berusaha memadukan keduanya dengan cara;
A. mendirikansekolah umum dengan memasukkan ke dalamnya ilmu agama
B. mendirikan madrasah yang diberi pendidikan pengajaranilmu pengetahuan umum.
Dengan perpaduan tersebut, tidak ada lagi pembedaan antara ilmu agama dan
ilmu umum. Semua adalah wajib dan di bawah naungan agama.
Lembaga pendidikan yang didirikan Muhammadiyah sejak dari kelompok bermain,
tingkat dasar, menengah pertama, menengah atas, serta perguruan tinggi jumlah nya
ribuan tersebar di seluruh Indonesia. Jumlah Perguruan Tinggi Muhammadiyah pada
tahun 2007 sebanyak 175 buah beberapa di antaranya telah mempunyai reputasi
internasional.
27. TUGAS DAKWAH MUHAMMADIYAH
Sebagai gerakan, Muhammadiyah mempunyai tugas dakwah Islam dan amar
makrufnahi munkar dalam bidang kemasyarakatan.
Usaha yang dilakukan dalam bidang ini antara lain mendirikan rumah sakit
modern, mendirikan panti asuhan, mendirikan perusahaan seperti
percetakan dan toko, mendirikan dana pensiun, serta bimbingan dan
penyuluhan keluarga.
Keluarga adalah dasar bagi kehidupan masyarakat dan negara. Oleh
karena itu, Muhammadiyah sangat prihatin dengan terwujudnya keluarga
sejahtera lahir batin dengan membentuk unit perencanaan keluarga sejahtera di
tiap wilayah dan daerah di seluruh Indonesia.
28. NAHDATUL ULAMA
Nahdlatul Ulama artinya kebangkitan ulama.
Sebuah organisasi yang didirikan oleh para ulama pada tanggal 31 Januari 1926/16 Rajab 1344 H di kampung
Kertopaten Surabaya.
NU didirikan oleh K.H Hasyim Asy’ari yang lahir pada tanggal 10 April 1875 / 24 Dzulqaidah 1287H di Desa Gedang,
Kecamatan Diwek, Kabupaten Jombang, Jawa Timur. Dan wafat wafat pada tanggal 25 Juli 1947 yang kemudian
dikebumikan di Tebu Ireng, Jombang.
KH Hasyim Asyari merupakan putra dari pasangan Kyai Asyari dan Halimah, Ayahnya Kyai Ashari merupakan seorang
pemimpin Pesantren yang dikenal tegas pesantren tersebut berada di sebelah selatan Jombang.
KH Hasyim Ashari merupakan anak ketiga dari 11 bersaudara. Dari garis keturunan ibunya, KH Hasyim Ashari
merupakan keturunan kedelapan dari Jaka Tingkir (Sultan Pajang). dari Ayah dan Ibunya KH Hasyim Ashari mendapat
pendidikan dan nilai-nilai dasar Islam yang kokoh.
Latar belakang berdirinya NU berkaitan erat dengan perkembangan pemikiran keagamaan dan politik dunia Islam kala
itu. Pada tahun 1924 di Arab Saudi sedang terjadi arus pembaharuan. leh Syarif Husein, Raja Hijaz (Makkah) yang
berpaham Sunni ditaklukan oleh Abdul Aziz bin Saud yang beraliran Wahabi. Pada tahun 1924 juga, di Indonesia K.H
Wahab Chasbullah mulai memberikan gagasannya pada K.H. Hasyim Asyari untuk perlunya didirikan NU. Sampai dua
tahun kemudian pada tahun 1926 baru diizinkan untuk mengumpulkan para ulama untuk mendirikan NU.
Alasan yang mendasari didirikannya organisasi ini adalah dimaksudkan sebagai reaksi atas keberhasilan kaum
modernis di Indonesia serta adanya kekhawatiran ulama orthodoks bahwa niat SI dan Muhammadiyah tentang
Kongres Islam Sedunia yang dipengaruhi Raja Ibnu Saud dari Saudi Arabia akan mendatangkan pengaruh Wahabi
di negeri ini.
Sebagaimana Muhammadiyah, NU tidak mencampuri politik. Berdirinya Nahdlatul Ulama tak bisa dilepaskan dengan upaya
mempertahankan ajaran ahlus sunnah wal jamaah (aswaja). Ajaran ini bersumber dari Al-qur’an, Sunnah, Ijma’(keputusan-keputusan
para ulama’sebelumnya) dan Qiyas (kasus-kasus yang ada dalam cerita al-Qur’an dan Hadits)
29. TUJUAN DIDIRIKANNYA NU
Adapun tujuan didirikannya NU adalah untuk memajukan keempat paham madzab yaitu
Syafi’i, Maliki,Hanafi, dan Hambalidengan jalan:
a) memelihara hubungan antarulama keempat aliran ini
b) menjaga supayapelajaran agama Islam jangan sampai tertuliskaum modernis
c) propaganda Islam berdasarkan paham ortodoks
d) memajukanpendidikan Islam
e) memelihara masjid.
Nadhatul Ulama menyelenggarakan kongres pada tanggal 2-11 Oktober 1928 di Surabaya. Kongres
mengeluarkan pernyataanyang menentang reformisme oleh kaummodernis dan kaum Wahabi di Hejaz.
Kaum reformis dinilai oleh kaum ortodoks sebagai bersikap seperti kaum nasionalis saja yang tidak
mendasarkan pada agama, seperti propaganda untuk mencapai kesejahteraan dalam perkawinan dan
kehidupan keluarga, terutama dalam memperjuangkan persamaan hak bagikaum wanita Indonesia.
Berkaitan dengan hal tersebut, konggres memandang perlu menyusun agenda untuk membicarakan pelaksanaan
peraturan Islam, masalah keluarga seperti perceraian (taklik dan chuluk), serta masalah dalam
melakukan ibadah haji. Nadhatul Ulama berhasil menebarkan pengaruhnya di beberapa daerah terutama
di Surabaya, dan daerah sekitarnya seperti Kediri, Bojonegoro, serta di Jawa Tengah termasuk Kudus
dan sekitarnya.
30. Ahlus sunnah wal-jama’ah
Seperti yang dikutip oleh Marijan dari K.H. Mustofa Bisri ada tiga substansi,
yaitu:
1. Dalam bidang-bidang hukum-hukum Islam menganut salah satu ajaran dari
empat mazhab (Hanafi, Maliki, Syafi’I, dan Hanbali), yang dalam praktiknya
para Kyai NU menganut kuat mazhab Syafi’i
2. Dalam soal tauhid (ketuhanan), menganut ajaran Imam Abu Hasan Al-Asy’ari
dan Imam Abu Mansur Al-Maturidi.
3. Dalam bidang tasawuf, menganut dasar-dasar ajaran Imam Abu Qosim
AlJunaidi. Proses konsulidasi faham Sunni berjalan secara evolutif. Pemikiran
Sunni dalam bidang teologi bersikap eklektik, yaitu memilih salah satu
pendapat yang benar.
Hasan Al-Bashri (w. 110 H/728) seorang tokoh Sunni yang terkemuka
dalam masalah Qada dan Qadar yang menyangkut soal manusia, memilih
pendapat Qodariyah, sedangkan dalam masalah pelaku dosa besar memilih
pendapat Murji’ah yang menyatakan bahwa sang pelaku menjadi kufur,
hanya imannya yang masih (fasiq). Pemikiran yang dikembangkan oleh
Hasan Al-Basri inilah yang sebenarnya kemudian direduksi sebagai
pemikiran Ahlus sunnah wal-jama’ah.
Lathiful Khuluk, Fajar Kebangunan Ulama: Biografi KH. Hasyim Asy’ari
(Yogyakarta: Lkis Printing Cemerlang hal 56
31. Perkembangan dan Kontribusi Nahdhatul Ulama ( NU
)
organisasi NU hidup secara dinamis dan responsif terhadap perkembangan zaman. Prestasi
NU antara lain:
a) Menghidupkan kembali gerakan pribumisasi Islam, sebagaimana diwariskan oleh para
walisongo dan pendahulunya.
b) Mempelopori perjuangan kebebasan bermadzhab di Mekah, sehingga umat Islam sedunia
bisa menjalankan ibadah sesuai dengan madzhab masing-masing.
c) Mempelopori berdirinya Majlis Islami A'la Indonesia (MIAI) tahun 1937,yang kemudian
ikut memperjuangkan tuntutan Indonesia berparlemen.
d) Memobilisasi perlawanan fisik terhadap kekuatan imperialis melalui Resolusi Jihad yang
dikeluarkan pada tanggal 22 Oktober 1945.
e) Berubah menjadi partai politik, yang pada Pemilu 1955 berhasil menempati urutan ketiga
dalam peroleh suara secara nasional.
f) Memprakarsai penyelenggaraan Konferensi Islam Asia Afrika (KIAA) 1965 yang diikuti
oleh perwakilan dari 37 negara.
g) Mempelopori gerakan Islam kultural dan penguatan civil society di Indonesia sepanjang
dekade 90-an.
32. Perkembangan dan Kontribusi Nahdhatul Ulama ( NU )
perkembangan organisasi NU dapat dilihat pada tiga fondasi yang dibangun dan
dikembangkannya pertama pada tujuan kedua pada usaha yang dilakukan ketiga pada
struktur organisasi yang dibangun.
Pertama pada tujuan organisasi NU adalah Menegakkan ajaran Islam menurut paham
Ahlussunnah Wal Jama'ah di tengah-tengah kehidupan masyarakat, di dalam wadah
Negara Kesatuan Republik Indonesia (NKRI)
33. USAHA ORGANISASI DALAM BIDANG AGAMA,
PENDIDIKAN, SOSIAL BUDAYA, DAN EKONOMI
kedua Usaha organisasi dapat dilihat pada beberapa bidang antara lain;
a) Di bidang agama, melaksanakan dakwah Islamiyah dan meningkatkan rasa persaudaraan yang berpijak pada semangat persatuan
dalam perbedaan.dalam hal ini NU mengembangkan Lembaga Dakwah NU ( LDNU ) yang memiliki program Pengembangan
organisasi dan SDM di bidang dakwah Islamiyah, Pengembangan kerukunan antar umat beragama, Penyebarluasan ajaran Islam
yang selaras dengan semangat ahlussunah waljama'ah Penggalangan kegiatan sosial kemasyarakatan.
b) Di bidang pendidikan, menyelenggarakan pendidikan yang sesuai dengan nilai-nilai Islam, untuk membentuk muslim yang
bertakwa, berbudi luhur, berpengetahuan luas. Dalam bidang pendidikan NU memiliki kesamaan dengan Muhammadiyah,
dimana NU juga mendirikan berbgai lembaga pendidikan dari tinggak terendah sampai tingkat tertinggi. Berikut beberapa catatan
bahwa NU memiliki 3.885 TK/TPQ, 197 SD dan 3.861 MI, 378 SLTP dan 733 MTs, 211 SLTA dan 212 MA 44 Universitas dan 23
Akademi/Sekolah Tinggi. Selain itu, dalam bidang pendidikan NU juga mengembangkan Lembaga Pendidikan Ma'arif Nahdlatul
Ulama (LP Ma'arif NU) yang kegiatannya meliputi Pengkajian kependidikan, Peningkatan kualitas tenaga pendidik,
Pengembangan pendidikan berbasis masyarakat, Pengembangan kurikulum pendidikan yang dapat memadukan ketinggian ilmu,
pengetahuan dan keluhuran budi pekerti dan Pengembangan jaringan kerja yang terkait dengan dunia pendidikan.
c) Di bidang sosialbudaya, mengusahakan kesejahteraan rakyat serta kebudayaan yang sesuai dengan nilai ke-Islaman dan
kemanusiaan. Juga kebutuhan terhadap kesehatan masyarakat, oleh karenanya NU juga mendirikan Lembaga Pelayanan
Kesehatan Umat (LPKNU) yang programnya antaralain Pengkajian masalah kesehatan, Pendidikan dan pembinaan pelayanan
kesehatan, Penggalangan dana bagi para korban bencana alam dan kesehatan dan Pengembangan lembaga penanggulangan krisis
kesehatan.
d) Di bidang ekonomi, mengusahakan pemerataan kesempatan untuk menikmati hasil pembangunan, dengan mengutamakan
berkembangnya ekonomi rakyat dalam bidang ini NU mendirikan Lembaga Perekonomian Nahdatul Ulama (LPNU)
e) Mengembangkan usaha lain yang bermanfaat bagi masyarakat luas.
34. STRUKTUR ORGANISASI
Ketiga sturktur Organisasi yang dibangun oleh NU berpola pada tingkatan berikut :
a) Pengurus Besar (tingkat Pusat) terdiri dari)
b) Pengurus Wilayah (tingkat Propinsi)
c) Pengurus Cabang (tingkat Kabupaten/Kota)
d) Majelis Wakil Cabang (tingkat Kecamatan)Pada tingkat ini kepengurusannya terdiri
dari Musytasar ( penasehat), Majlis Syuriah ( Pimpinan tertinggi), dan Tanfidziyah (
Pelaksana Harian)
e) Pengurus Ranting (tingkat Desa/Kelurahan) hanya Syuriah dan Tanfidziyah. Srtuktur
kepengurusan NU yang meluas keseluruh Nusantara sehingga dapat terpenuhinya
struktur organisasi di seluruh Nusantara.
35. KONTRIBUSI NU
NU berupaya untuk berkontribusai pada masyarakat dalam berbagai bidang, sehingga NU banyak mendirikan lembaga-lembaga
yang berfokus pada bidang-bidang tertentu seperti dalam bidang Dakwah adanya Lembaga Dakwah NU ( LDNU ) bidang
Pendidikan ada lembaga Pendidikan Ma’arif NU (LP Ma’arif NU).
Dibidang Ekonomi ada Lembaga Perekonomian NU (LPNU) yang bergerak di Pengkajian ekonomi dan Pemetaan potensi
ekonomi warga NU Pemberdayaan ekonomi masyarakat lembaga ini sudah berdiri di 24 wilayah dan 207 cabang.
Dibidang pertanian ada lembaga Pengembangan Pertanian NU (LPPNU) yang bergerak pada Pengkajian masalah pertanian
Pengembangan sumber daya hayati Pembinaan dan advokasi pertanian Pemberdayaan ekonomi petani hingga ada di 19 wilayah
dan 140 cabang.
Dibidang pesantren ada Rabithah Ma’had Islamiyah ( RMI) yang bergerak dibidang pengkajian kepesantrenan, Pengembangan
kualitas pendidikan pesantren Pengembangan peran social pesantren Pemberdayaan ekonomi pesantren lembaga ini sudah berdiri
di 27 Wilayah dan 323 cabang menjangkau 6.830 Pesantren.
Lembaga yang berkaitan dangan kemaslahatan keluarga NU yaitu Lembaga Kemaslahatan Keluarga Nahdlatul Ulama
(LKKNU) bergerak pada Pengkajian sosial keagamaan, Pengembangan wawasan keluarga sejahteraan, Pelayanan kesehatan
masyarakat Advokasi kependudukan dan lingkungan hidup lembaga ini berdiri di 22 Wilayah dan 50 cabang lebih.
Lembaga Takmir Masjid Indonesia ( LTMI ) bergerak pada program Pengembangan kualitas manajemen rumah ibadah,
Pengembangan aktifitas keagamaan masjid, Peningkatan fungsi social masjid ada di 16 Wilayah.
Lembaga Kajian dan Pengembangan Sumberdaya Manusia (LAKPESDAM) Pengkajian sosial, ekonomi, budaya, dan
keagamaan Pengembangan kreatifitas dan produktifitas masyarakat, Pendidikan dan pembinaan perencanaan strategis
Pengembangan program pembangunan sektoral lembaga ini ada di 16 Wilayah dan 60 cabang,
selanjutnya Lembaga Penyuluhan dan Bantuan Hukum (LPBH) Pengkajian hukum dan perundang-undangan Pendidikan
Advokasi dan penyuluhan hukum Kampanye penegakan hukum dan HAM lembaga ini baru ada di 1 wilayah dengan 7 cabang
terakhir Lajnah Bahtsul Masail ( LBMNU) yang bergerak pada Pengkajian masalah-masalah aktual kemasyarakatan, Perumusan
dan penyebarluasan fatwa hukum (Islam) dan Pengembangan standarisasi kitab-kitab fikih LBMNU ini ada di 31 Wilyah dan 339
cabang. Selain 12 Lembaga, 4 Lajnah, dan 9 Badan Otonom, khusus di tingkat pusat, NU juga memiliki Centre for Strategic Policy
Studies (CSPS) yang bertugas mengkaji masalah-masalah yang terkait dengan kebijakan strategis pemerintah.
36. BADAN OTONOM NU
Kemudian NU juga mendirikan badan-badan otonom merupakan pelaksana kebijakan NU yang
berkaitan dengan kelompok masyarakat tertentu. Badan otonom ini antara lain :
a. Jam'iyyah Ahli Thariqah Al-Mu'tabarah An-Nahdliyah
b. Muslimat NU
c. Gerakan Pemuda Ansor (GP Ansor)
d. Fatayat NU
e. Ikatan Pelajar Nahdlatul Ulama (IPNU)
f. Ikatan Pelajar Putri Nahdlatul Ulama (IPPNU)
g. Ikatan Sarjana Nahdlatul Ulama (ISNU) Pemetaan dan pengembangan potensi kader terdidik NU
Optimalisasi peran dan mobilitas social warga NU Pengkajian masalah-masalah keindonesiaan
Pengembangan jaringan kerja nasional dan internasional
h. Ikatan Pencak Silat Pagar Nusa (IPS Pagar Nusa) Pendidikan bela diri pencak silat. Pembinaan dan
pengembangan tenaga keamanan di lingkungan NU. Pengembangan kerja social kemanusiaan
i. Jami'iyyatul Qurro wal Huffadz (JQH) Pengkajian dan pengembangan seni baca Al-Qur'an. Pendidikan
dan pembinaan qira'atul Qur'an. Pengembangan SDM di bidang tahfidzul Qur'an. Penyelenggaraan
MTQ.
Demikian banyaknya lembaga yang didirkan oleh NU merupakan bagian dari upaya NU untuk
berkeontribusi secara maksimal terhadap kemajuan masyarakat yang lebih jauh lagi adalah untuk
kemajuan bangsa Indonesia.
37. KESIMPULAN
Dari uraian di atas dapat disimpulkan bahwa gerakan Islam merupakan satu fenomena yang mencerminkan
jiwa zamannya.
Lingkungan kultural dan sosial mendorong seseorang untuk berbuat sesuatu dan mem- bangun jaringan, merumuskan
masalah, mencari jalan keluar, dan melakukan tindakanreformasi sosial dan kultural.
Faktor eksternal yang merupakan faktor penentu bagi munculnya proses transformasi dapat berlangsung secara lebih
cepat daripada faktor internal. Peran media massa sangat menunjang keberhasilan sosialisasi gagasan baru baik
dalam skala nasional maupun internasional.
Gerakan Reformasi Islam telah berhasil menunjukkan keberhasilannya secara fisik. Lembaga pendidikan, fasilitas
pelayanan sosial, seperti rumah sakit, gedung perkantoran, dan sarana-prasarana fisik lainnya, sudahberhasil diwujudkan.
Muhammadiyah dan NU sebagaimana dikemukakan di atas, merupakan dua ormas besar yang mendominasi di
Indonesia, sejarah panjang yang menggambarkan bagaimana lahirnya kedua ormas ini adalah realitas perjuangan
ulama-ulama di Indonesia dalam memperjuangkan dan mengembangkan masyarakat.
Banyak kontribusi yang telah diberikan oleh keduanya merupakan bukti dari apa yang diperjuangan oleh kedua
oramas ini adalah untuk kemajuan masyarak Indonesia di berbagai bidang, baik itu dalam bidang keagamaan, bidang
Pendidikan, bidang sosial ekonomi, bidang kesehatan dan bidang politik dan lainnya, Kedua ormas ini memberikan
pengaruh dan kontribusi yang besar.
Mengutip pernyataan Wakil Ketua umum PBNU Zulfa Mustafa bahwa Muhammadiyah merupakan kaka kandung PBNU
karena lahir lebih dulu yaitu tahun 1912 sedangkan NU lahir tahun 1926. Pernyataan ini pun disambut oleh Abdul Mu’ti
Sekertaris Umum Muhammadiyah bahwa NU adalah adik bongsor, meski lahirnya belakangan tapi memiliki anggota
yang lebih banyak, terbukti banyaknya warga NU yang kuliah di kampus-kampus Muhammadiyah.