2. Pendahuluan
• Keselamatan kerja atau Occupational Safety
diartikan sebagai upaya untuk menjamin
keutuhan dan kesempurnaan tenaga kerja
• Usaha mencegah kemungkinan terjadinya
kecelakaan dan penyakit akibat kerja.
• Keselamatan dan kesehatan kerja bukan
sekedar kewajiban yang harus diperhatikan
oleh para pekerja
3. Latar Belakang
• Bengkel Buyung Motor :
o Terletak di jalan Hangtuah No.88
o Karyawan hanya satu orang
• Uraian makalah: Manajemen Risiko dan
Kesehatan Lingkungan di Bengkel Buyung
Motor
4. Tujuan Penilitian
1) Tujuan Umum
Untuk mengetahui bagaimana manajemen
risiko pada kegiatan memperbaiki motor di
bengkel buyung jalan Hangtuah No.88.
2) Tujuan Khusus
Untuk Mengetahui :
• persiapan
• identifikasi
• analisa risiko
• evaluasi risiko
• pengendalian risiko
Dalam manajemen
risiko pada
praktisi service.
5. Manfaat Penilitian
1) Bagi Praktisi
– Menjadi referensi tentang potensi bahaya
kecelakaan berkendara
– Dapat mengetahui cara pengendalian risiko guna
mengurangi bahaya kecelakaan kerja pada praktisi
service motor ini.
6. 2) Bagi penulis
– Menambah pengetahuan tentang manajemen
risiko khususnya bagi praktisi bengkel
– Sebagai referensi aplikasi bengkel motor pada
bengkel buyung motor yang penulis miliki agar
sesuai dengan keinginan penulis.
7. Proses Kegiatan
1) Proses penelitian ini dilakukan selama 2 hari
yaitu tanggal 26 dan 28 Januari 2013
2) Melihatkan beberapa peralatan kepada
penulis
8. Lanjutan….
3) Menjelaskan proses perbaikan sepeda motor:
Contoh :
– Mesin mati dalam keadaan masih berjalan
• Bensin habis.
Periksa karburator dengan membongkarnya
4) Memberikan tips cara merawat motor
– Bersihkanlah sepeda motor secara rutin
– Coba periksa mesin dan oli secara berkala, tiap
berapa bulan sekali;
– Lakukan servis secara rutin, maksimal setiap dua
bulan sekali
– Jangan biasakan membebani sepeda motor anda
dengan berat di atas kapasitas standar yang di
tentukan.
9. 5) Memberikan solusi bila motor mogok di jalan
– Lakukan pengecekan terhadap aliran bahan
bakar.
– Bila posisi On tiba-tiba mogok, maka masih ada
cadangan bensin di dalam tangki bahan bakar.
– Bila bahan bakar masih ada dan mesin masih
juga tidak mau hidup, ada baiknya kita periksa
selang bensin yang menuju ke karburator.
– Kalau bahan bakar tidak bermasalah, coba
periksa sistem pengapiannya.
– Bersihkanlah kepala busi dengan ampelas halus
– Cek percikan api
19. Manajemen Risiko
A. Persiapan
1) Ruang Lingkup Management Risiko
– Management risiko dilakukan di Bengkel Motor
Buyung pada tanggal 26 dan 28 januari 2013
2) Personil Yang Terlibat
Hanya pemilik bengkel saja yaitu 1 (satu) orang
20. 3) Standar Penentuan Kriteria Risiko
Penentuan Risiko diambil berdasarkan persentasi angka
kejadian ataupun angka prediksi kejadian frekuensi
tertinggi yang sering terjadi serta tingkat keparahan
kejadian melalui analisa management risiko.
4) Mekanisme Pelaporan
– Laporan diberikan kepada Pemilik Bengkel Buyung
Motor
5) Dokument Yang Terkait
– Hasil wawancara dengan pemilik bengkel.
– Dokumentasi foto.
– Literature/ referensi serta hasil penelitian
21. Manajemen Risiko
B. Identifikasi Bahaya
• Dilakukan melalui inspeksi, monitoring, wawancara,
dan konsultasi dengan pemilik bengkel.
• identifikasi bahaya dalam kegiatan bengkel ini lebih
berupa prediksi seandainya kegiatan tersebut dilakukan
tidak sesuai ketentuan .
• Bengkel sudah bagus dalam pelayanan pelanggan dan
motor yang diperbaiki dapat diselesaikan dengan
cepat.
22. No. Jenis Bahaya Risiko Konsekuensi
1.
Faktor fisik :
•Kebisingan
•Silau
•Suhu panas
•Telinga (Indra
Pendengaran) dan
Psikologi
•Mata
(Indra Penglihatan)
•Biang keringat,
Dehidrasi, Kulit
Tuli, Pusing
Kurangnya
penglihatan
Kelelahan, Panu
2.
Faktor Biologis:
•Bakteri
•Virus
•Jamur
•Infeksi
•Infeksi
•Infeksi
Penyakit-
penyakit yang
diderita para
pekerja, seperti
kanker karena
kontak dengan
bahan kimia
terus menerus
seperti oli, cat
dan Pilek, Alergi,
Infeksi, Panu.
23. No. Jenis Bahaya Risiko Konsekuensi
3.
Faktor ergonomic:
Jongkok terlalu lama pada saat
menservice.
Musculoskeletal Lumbago pain,
Pegal, Bungkuk,
Kesemutan,
Ketidaknyamanan
4.
Faktor Psikososial:
•Jam kerja yang lama/ istirahat
kurang.
•Pelanggan yang sedikit
•Kurang baiknya komunikasi
antara Pemerbaiki dengan
pelanggan
•Stress
•Stress
•Pasien stress,
keluar keringat
dingin
•Mialgia, loss
concentration.
•Pusing, Jengah,
Bosan
•Lemah, palpitasi,
pingsan.
24. No. Jenis Bahaya Risiko Konsekuensi
5.
Alat Perlindungan Diri pada
saat memperbaiki motor:
•Tidak memakai kaca mata
pada saat bekerja
•Tidak memakai pelindung
pendengaran
•Kecelakaan pada
mata dan telinga
•Membuat mata
menjadi sakit
•Membuat fungsi
indra
pendengaran
berkurang
6.
Kecelakaan service:
Salah pasang mesin pada
motor
•Kerusakan
•Mesin jadi rusak
dan mungkin
terjadi ledakan
yang kecil
29. Pengendalian
• A . Cara Mengendalikan Bahaya.
1. Pengendalian teknik
Menghilangkan bahaya yang ada atau kemungkinan bahaya mengenai
pekerja, seperti menggunakan alat yang lebih aman dan memisahkan jenis
kegiatan bengkel seperti pengelasan,modifikasi dan servis motor
2. Pengendalian Administratif
Bisa dilakukan dengan membatasi waktu kontak antara pekerja dengan
bahaya, seperti memberikan jarak yang cukup antara pengerjaan servis
dan pengelasan, pemberian istirahat yangcukup, meningkatkan kebersihan
dan keselamatan pekerja
30. 3. Alat Pelindung Diri (APD) Di Bengkel Motor
Menurut hirarki upaya pengendalian diri (controling), alat pelindung
diri sesungguhnya merupakan hirarki terakhir dalam melindungi
keselamatan dan kesehatan tenaga kerja dari potensi bahaya yang
kemungkinan terjadi pada saat melakukan pekerjaan, setelah
pengendalian teknik dan administratif tidak mungkin lagi
diterapkan. Ada beberapa jenis alat pelindung diri yang mutlak
digunakan oleh tenaga kerja pada waktu melakukan pekerjaan dan
saat menghadapi potensi bahaya karena pekerjaanya, antara lain :
1. Alat Pelindung Mata (kaca mata pengaman) / Kaca mata
(Spectacles/Goggles).
32. Saran
1. Diharapkan bagi pemilik untuk mengetahui dan
memberikan pengetahuan tentang kesehatandan
keselamatan kerja serta prosedurnya bagi pekerja.
2. Perhatian secara serius untuk mencegah posisi duduk
yang tidak ergonomi yang nantinya
akanmembawa dampak yang kurang baik bagi pekerja.
3.Kesadaran menggunakan alat pelindung diri perlu di
tingkatkan serta penggunaannya sesuai prosedur.