Dokumen tersebut membahas penelitian Pepperberg tentang kemampuan berpikir pada burung betet bernama Alex. Melalui serangkaian eksperimen selama 30 tahun, Pepperberg berhasil membuktikan bahwa Alex mampu berkomunikasi dengan bahasa Inggris dan mendemonstrasikan kemampuan berpikir yang kompleks seperti menghitung dan mengenali objek. Penelitian ini mengubah pandangan bahwa hanya manusia saja yang memiliki kemampuan ber
Ride the Storm: Navigating Through Unstable Periods / Katerina Rudko (Belka G...
Alam pikiran satwa
1. Alam Pikiran Satwa
Ketika Pepperberg memulai dialognya dengan Alex yang mati September lalu pada usia 31 tahun, banyak ilmuwan meyakini
bahwa binatang tidak memiliki kemampuan untuk berpikir, apapun. Binatang hanyalah mesin, robot yang terprogram untuk
bereaksi terhadap rangsangan, tetapi tidak memiliki kemampuan untuk berpikir. Namun, setiap pemilik binatang peliharaan pasti
tidak menyetujuinya. Kita melihat cinta kasih dalam sorot mata anjing kita dan tahu bahwa, tentunya, si Bleki memiliki pikiran
dan emosi. Hanya saja, klaim seperti itu tetap sangat kontroversial. Insting naluriah bukanlah ilmu pengetahuan dan adalah
terlalu mudah untuk memeroyeksikan pikiran dan perasaan manusia pada makhluk lainnya. Lalu bagaimana caranya seorang
ilmuwan membuktikan bahwa seekor binatang memiliki kemampuan untuk berpikir—bahwa binatang itu mampu menyerap
informasi tentang dunia dan dapat bereaksi terhadapnya?
“Karena itulah aku memulai penelitianku dengan Alex,” kata Pepperberg. Keduanya tengah duduk— Pepperberg di meja kerjanya,
dan Alex di atas sangkarnya— di dalam laboratorium, sebuah kamar tak berjendela yang berukuran kurang lebih sebesar mobil
boks di Brandeis University. Surat kabar bertebaran di lantai; berkeranjang-keranjang mainan berwarna cerah ditata di atas rak.
Jelas mereka merupakan sebuah tim—dan berkat kerjasama keduanya, buah pikiran bahwa binatang dapat berpikir menjadi tidak
lagi terlalu khayali.
Keterampilan-keterampilan tertentu dianggap sebagai tanda-tanda penting akan kemampuan mental yang lebih tinggi: ingatan
yang bagus, pemahaman akan tata bahasa dan simbol, kesadaran diri, pemahaman terhadap motif pihak lain, meniru perilaku
pihak lain, dan bersikap kreatif. Sedikit demi sedikit, melalui berbagai eksperimen yang cerdas, para peneliti berhasil
mendokumentasikan talenta-talenta tersebut pada spesies lainnya, yang secara bertahap mengikis kepercayaan kita mengenai apa
yang membuat umat manusia berbeda sekaligus memberikan gambaran singkat mengenai asal muasal kemampuan kita. Burung
scrub jay tahu bahwa jay-jay lainnya adalah pencuri dan makanan yang disembunyikan dapat membusuk; domba dapat
mengenali wajah; simpanse menggunakan beragam alat untuk mengubek-ubek rumah rayap dan bahkan menggunakan senjata
untuk berburu mamalia kecil; lumba-lumba dapat meniru sikap manusia; ikan sumpit yang membuat serangga bengong terkejut
dengan semburan air yang tiba-tiba, dapat mempelajari cara membidik semprotannya hanya dengan menonton aksi ikan yang
berpengalaman. Alex si burung betet secara mengejutkan menjadi seekor pembicara yang baik.
Tiga puluh tahun setelah studi terhadap Alex dimulai, Pepperberg dan asisten-asistennya yang silih berganti masih mengajari Alex
bahasa Inggris. Orang-orang, bersama dua betet lainnya yang lebih muda,
juga berfungsi sebagai kawanan Alex yang memberi masukan sosial yang diinginkan oleh semua burung betet. Seperti kawanan
burung lainnya, kawanan ini—walaupun berjumlah kecil—memiliki drama tersendiri. Alex mendominasi rekan-rekan burung
betetnya, terkadang mudah tersinggung di dekat Pepperberg, menenggang manusia perempuan lainnya, dan jatuh hati pada
seorang asisten lelaki yang datang berkunjung (”Andai kau lelaki,” kata Pepperberg, setelah menyadari sikap Alex yang dingin
terhadapku, ”dalam sekejab ia pasti hinggap di pundakmu, memuntahkan kacang mede di telingamu.”).
Pepperberg membeli Alex di sebuah toko hewan peliharaan di Chicago. Ia membiarkan asisten toko memilih si betet karena tak
ingin ilmuwan lainnya berkata di kemudian hari bahwa ia dengan sengaja telah memilih seekor burung yang cerdas untuk
2. pekerjaannya. Dengan ukuran otak Alex yang sebesar biji kenari, kebanyakan peneliti berpendapat bahwa studi komunikasi
antarspesiesnya Pepperberg bakal tak berguna.
”Beberapa orang sesungguhnya menyebut saya gila karena berupaya melakukan hal ini,” katanya. ”Para ilmuwan menganggap
simpanse sebagai subjek yang lebih baik, walaupun tentunya, monyet tidak dapat berbicara.”
Simpanse, bonobo, dan gorila pernah diajar menggunakan bahasa isyarat dan simbol untuk berkomunikasi dengan kita, seringkali
dengan hasil yang mengesankan. Kanzi si bonobo, contohnya, membawa-bawa papan simbol komunikasinya sehingga ia dapat
”berbicara” dengan peneliti-peneliti manusianya dan Kanzi telah menciptakan kombinasi simbol untuk mengekspresikan
pikirannya. Meski demikian, hal ini tidaklah sama dengan menjumpai seekor binatang yang menengadah kepadamu, membuka
mulut, dan berbicara. Pepperberg berjalan ke bagian belakang ruangan, ke tempat Alex bertengger di atas sangkarnya sambil
merapikan bulu abu-abu mutiaranya. Betet jantan itu berhenti ketika didatangi kemudian membuka paruhnya.
”Mau anggur,” kata Alex.
”Ia belum sarapan pagi,” kata Pepperberg menjelaskan, ”jadi ia sedikit kesal.”
Alex kembali merapikan bulunya, sementara seorang asisten menyiapkan semangkuk anggur, kacang polong, irisan apel dan
pisang, serta jagung sebonggol. Di bawah perlindungan Pepperberg yang sabar, Alex belajar menggunakan sistem organ suaranya
untuk meniru hampir seratus kata bahasa Inggris, termasuk bunyi untuk semua jenis makanan tersebut, walaupun ia menyebut
sebuah apel dengan ”ban-eri”.
”Apel terasa sedikit seperti pisang baginya, dan apel tampak seperti buah ceri, maka Alex menciptakan kata itu untuk apel,” kata
Pepperberg. Alex dapat berhitung hingga angka enam dan tengah mempelajari bunyi untuk angka tujuh dan delapan.
”Saya yakin ia sudah mengetahui kedua angka tersebut,” kata Pepperberg. ”Ia mungkin sudah mampu berhitung hingga sepuluh,
tetapi masih belajar untuk mengucapkan kata-kata tersebut. Butuh waktu yang lebih banyak dari yang saya bayangkan untuk
mengajarinya bunyi-bunyi tertentu.”