Tujuh jenis kopi Indonesia diakui secara internasional yaitu kopi Gayo, Java Preanger, Ijen, Kintamani, Bajawa, Toraja, dan Kalosi. Pemerintah mendukung ekspor kopi spesialitas Indonesia melalui kegiatan EXPRO di Prancis dan Jerman dengan mengirimkan 16 perusahaan dan asosiasi kopi. Tujuannya adalah menyusun dokumen rencana pemasaran ekspor untuk kopi spesialitas Indonesia.
Beginners Guide to TikTok for Search - Rachel Pearson - We are Tilt __ Bright...
7JenisKopiIndonesiaDiakuiDunia
1. JAKARTA - Kementerian Perdagangan (Kemendag) menyatakan, tujuh produk kopi Indonesia
diakui oleh dunia internasional.
Dirjen Pengembangan Ekspor Nasional (PEN) Kementerian Perdagangan Nus Nuzulia Ishak
mengatakan, tujuh single-origin speciality coffee Indonesia yang diakui tersebut adalah Kopi Gayo
(Aceh), Kopi Java Preanger (Jawa Barat), Kopi Ijen (Jawa Timur), Kopi Kintamani (Bali), Kopi
Bajawa (Flores, NTT), Kopi Toraja (Toraja, Sulsel), dan Kopi Kalosi (Enrekang, Sulsel).
Nus melanjutkan, dalam kegiatan EXPRO on Food Ingredients 2014 yang berlangsung di Prancis dan
Jerman, memilih sektor specialty coffee sebagai produk unggulan food ingredients Indonesia.
"Produk ini akan didorong ekspornya secara khusus oleh pemerintah dan asosiasi bekerja sama
dengan CBI didasarkan pada unique selling points kopi Indonesia yang memiliki banyak jenis kopi
dengan indikasi geografi (single-origin coffee)," jelas Nus dalam keterangan tertulisnya di Jakarta,
Minggu (19/10/2014).
Peserta Indonesia untuk kegiatan EXPRO on Food Ingredients 2014 terdiri dari 16 perusahaan food
ingredients, perwakilan Kementerian Perdagangan cq. Ditjen PEN, perwakilan Kementerian
Perindustrian, dan perwakilan Asosiasi Kopi Spesial Indonesia (AKSI).
Keikutsertaan Kementerian Perdagangan bersama dengan Kementerian Perindustrian, AKSI, dan
lembaga terkait lainnya dalam kegiatan ini bertujuan memfinalisasi penyusunan dokumen Sector
Export Marketing Plan on Specialty Coffee yang merupakan salah satu target dari kerja sama antara
Ditjen PEN dan CBI.
Adapun, 16 perusahaan tersebut adalah perusahaan yang telah lulus seleksi CBI untuk mengikuti CBI
Export Coaching Program, yaitu PT Profil Mitra Abadi, PODA Cooperative, Aliet Green, PT Yuasa
Berkah Makmur, CV Ateutamount, PT Haraka Kitri Endah, Coffee Luwak of Bintuhan, PT Essaroma
Indonesia, PT Gunung Hijau Masarang, CV Gayo Mandiri Coffee, PT Mitra Kerinci, KSU Bale Dana
Mesari, PT Visi Karya Agritama, Koperasi Mitra Malabar, PT Latransa Citra, dan CV Inkoi Rajawali.
(wdi)
2. Pemerintah diharapkan lebih memperketat impor telepon selular (ponsel) yang volume maupun
nilainya terus meningkat sejak 2010. Karena jika tidak dibatasi, dikhawatirkan akan semakin sulit
menggaet investor membangun pabrik ponsel di tanah air.
Direktur Public Trust Institue Hilmi Rahman Ibrahim mengemukakan, volume impor ponsel legal
pada 2013 sudah mencapai 53,4 juta unit dengan nilai USD1,829 miliar atau Rp21,30 triliun (kurs
Rp11.651 per USD).
Angka ini jauh melonjak dibanding 2010 yang volumenya baru tercatat 40,5 juta unit dengan nilai
USD1,526 miliar.
“Itu baru ponsel yang diimpor secara legal, yang ilegal juga lebih banyak,” kata Hilmi di Jakarta,
Jumat (22/8/2014).
Sementara dilihat dari negara asal, menurut Hilmi, China menjadi negara pengimpor terbanyak, yaitu
37 juta lebih atau 85 persen dari total impor 2013, dengan berbagai merk, mulai Nokia, Samsung,
Mito, Evercross, Smartfren, dan lain-lain.
Dari sisi harga, lanjut Hilmi, impor ponsel didominasi oleh low end product dengan harga di bawah
Rp1 juta sebanyak 80,7 persen, antara Rp1 juta-Rp2,5 juta sebanyak 12,9 persen, harga antara Rp2,5
juta-Rp5 juta sebanyak 3,7 persen, dan di atas Rp 5 juta sebanyak 2,6 persen.
Jadi, menurut Hilmi, meskipun merknya bermacam-macam, pasar ponsel di Tanah Air didominasi
oleh impor dari Tiongkok dengan harga yang semakin murah atau terjangkau.
Dengan kata lain, Hilmi menyimpulkan, negara-negara maju penghasil ponsel mengalihkan lokasi
produksi ke negara-negara lain dengan mempertimbangkan aspek kemudahan investasi, lebih efisien
dan kelangsungan bisnis dalam jangka panjang.