SlideShare a Scribd company logo
1 of 74
Download to read offline
“Catatan Seorang Kader Ismakes Jabar”
GERBANG I
“Organisasi tercintaku,
laboratorium kehidupanku,
wahana rekreasiku”
Oleh:
M.S. Hasbyalloh
(Ketua Forum Alumni Ismakes Jabar 2014)
”Satu Padu Tempa Diri Raih Cita Sehat Semua”
DAFTAR ISI
Prolog
Aku dan Gelas-gelas yang mereka hempaskan
Intrapersonal soft skills
Aku dan Ilmu, pengalaman, pengamalan ilmu
- Self managemengt (Manajemen diri)
- Leadership (Kepemimpinan)
- Public speaking (Kemampuan berbicara di depan umum)
- Personalities (Kepribadian)
Epilog
Aku dan perasaan mereka
PROLOG
Jika kawan berkunjung ke Bandung, bertandang untuk memenuhi undangan dari Ismakes
Jabar, sendirian, beramai-ramai atau sebagai utusan pengurus daerah atau korwil untuk satu
tugas nan mulia. Maka kawan akan hinggap pertama kali di Bumi Panyileukan. Sebab di
sanalah dermaga dan di sana pula sekretariat, tempat para mahasiswa yang menamakan
dirinya sebagai agent of change melabuhkan hati dan perasaan. Di sebuah bangunan yang
tidak terlalu bagus itu, segala ide digagas dan pergerakan digulirkan. Namun, jangan silap
mendengarku mengucapkan sekretariat, seakan-akan banyak perlengkapan di sana dan
uang kas nya banyak. Kenyataannya hanya beberapa peralatan saja dan tak ada uang,
karena organisasi kami tidak dibesarkan oleh uang.
Di sekretariat itu, kader-kader Ismakes mengisahkan nasibnya, menghempaskan gelas-
gelas terakhirnya di sudut ruang itu. Serombongan kader dari dalam dan luar kota
berbondong-bondong datang, demi untuk sebuah perkumpulan, merencanakan ini dan itu.
Lalu mereka pulang ke tempat masing-masing untuk kuliah, adakalanya menginap,
semuanya demi sebuah keberkawanan.
Suatu malam, di setiap kegiatan yang direncanakan ataupun kebencanaan, kamu akan
melihat mata-mata yang berbinar dengan semangat yang membakar, mereka bukan saudara
juga sanak keluarga, mereka saling membantu satu sama lain. Beberapa orang
membenamkan wajahnya dalam jaket yang menjadi selimut dari dinginnya malam, sebagian
bekerja menuntaskan pekerjaan mulia secara bergiliran, sebagian sibuk menyiapkan
makanan dan sebagian bersenda gurau menghibur malam hingga pagi.
Hujan, panas dan setumpuk tugas kuliah menggodai setiap kader yang akan bergerak dan
berkarya di organisasi ini. Perbedaan pendapat, perbedaan kepribadian, rasa sakit hati, iri
dan dengki, menggodai jiwa-jiwa yang tengah bergelut dalam pergerakan organisasi ini. Ada
yang kalah dan pulang, ada yang tetap bertahan dan menjunjung tinggi makna kerukunan
dalam kehidupan berkepribadian.
Adalah aku, menjadi saksi mereka yang bertahan, tak sekedar bertahan mereka
menyerang. Lebih dari itu, mereka belajar, menempa dan mengembangkan diri. Atas nama
loyalitas dan kecintaan pada organisasi ini, beberapa alumni angkatan milenium menggagas
wadah dan badan usaha, alasannya simpel ingin Ismakes mandiri dan melakukan ekspansi
besar-besaran ke pelosok nusantara. Kita punya mimpi besar, mahasiswa kesehatan
bersatu! Indonesia sehat semua!
Mereka berasal dari macam-macam jurusan kesehatan, beragam kampus kesehatan di
Jawa Barat, berbeda karakter kepribadian dan berbeda umur. Meski demikian moto mereka
sama, Satu Padu Tempa Diri Raih Cita Sehat Semua!.
(Bab Satu Padu) Self Management
Suatu hari, saya mendapat kabar gembira, menerima e-mail dari seseorang yang
tidak saya kenal sebelumnya. Mr Ajay Mudgil, seorang doktor dan koordinator pelatihan di
Centre for Development of Advanced Computing di ibu kota Punjab, India. Saya diselamati
karena berkesempatan mendapatkan shcolarship training selama satu bulan di sana.
Bukan main senangnya waktu itu, setelah sujud syukur saya langsung mengurus
tiket dan visa ke kedutaan India di Jakarta, menyiapkan segala kebutuhan selama tinggal di
sana, dan meminta izin meninggalkan segala aktivitas di dalam negri.
Sayangnya, saya harus berangkat dan menikmati perjalanan ini sendirian, karena
tidak diizinkan membawa keluarga selama pelatihan di sana. Dalam tiket tertulis saya akan
transit dua kali, pertama di Singapura dan yang kedua di Mumbay sebelum tiba di ibu kota
Punjab, Chandigarh. Dan saya akan dijemput oleh utusan C-DAC di sana.
Saat tiba di Shrivaji Mumbay, waktu itu pukul satu dini hari waktu setempat, saya
berpindah bandara menggunakan taksi yang direkomendasikan petugas bandara, tanpa fikir
panjang saya mengiyakan dengan asumsi paling tidak lebih aman karena direkomendasikan.
Dan saya tertipu!. Hal yang tidak diinginkan pun terjadi, terdampar di negri orang tanpa
sepeser pun dollar dan rupe. Sopir taksi dan kawannya telah merampas isi dompet saya.
Kartu atm tak bermanfaat karena sederet nomer pin nya tertinggal di handphone
yang nge-hank sejak tiba di Mumbay, fasilitas internet? Enggak akan berfaedah karena
password Wifi dikirim ke nomor handphone. Dan tak ada fasilitas PC internet umum di sana.
Gawat!.
Saya berusaha menguasai diri dan tetap tenang, beruntung saat check-in bagasi saya
hanya 14 kg karena penerbangan domestik hanya diperbolehkan 15 kg, Alhamdulillah
berarti saya tidak perlu mengeluarkan uang untuk extra baggage.
Saat itu saya hanya tersenyum kecut, mendesah seraya geleng-geleng kepala.
Ampuni hamba jika ternyata musibah ini karena kelalaian hamba, Ya Rabb, bisik saya dalam
hati. Tetapi jika memang laki-laki itu sering melakukan hal yang serupa pada turis lain, saya
benar-benar didera beribu keprihatinan.
Apa yang kurang dari dia? Ia masih muda dan umurnya tak jauh dengan umur saya.
Sehat. Ia kuat. Andai dia seorang anak muda yang jujur dan bersungguh-sungguh dalam
pekerjaannya tentu dia akan mendapatkan sesuatu yang lebih. Seandainya dia mau lebih
banyak memutar otak, maka ia akan menemui sesuatu yang ia harapkan. Ia akan meniti
tangga kesuksesan yang lebih.
Ia akan menjadi seorang juara.
Akan tetapi, begitulah kehidupan. Ada yang baik, ada yang jahat. Ada yang pandai,
ada yang bodoh. Hanya saja yang perlu kita renungkan - segala bentuk kebaikan adalah
kehendak Allah - bahkan Allah tak pernah mengharapkan hambanya menjadi seorang yang
bodoh, miskin, pecundang, jahat. Sebagai bukti, setiap manusia terlahir dengan membawa
kelebihan yang jika dioptimalkan mampu menutup kekurangan yang ia miliki.
Menurut Samuel Butler, “Life is the art of drawing sufficient conclusions from
insuficient premises.” Hidup adalah seni menarik kesimpulan yang memadai dari alasan-
alasan yang tidak memadai. Hidup adalah menata rubik yang tak beraturan, menyusun
keselarasan warna, mendesak kesabaran dan ketelitian. Menjadi sesuatu yang berwujud,
bermakna, dan berguna bagi kehidupan kita.
***
Mari kita lupakan pria India tadi, yang telah mengabaikan kelebihan atas dirinya
dengan melakukan hal yang buruk. Mematikan kebintangan dalam dirinya yang telah
dianugrahkan oleh Allah SWT. Dalam bahasan bab pertama ini, ada beberapa pertanyaan
yang akan saya ajukan pada pembaca.
Apakah saat ini kamu sedang merasa bukan ‘siapa-siapa’?, tidak bisa ‘apa-apa’?, dan
tak mungkin menjadi ‘apa-apa’?.
Atau kamu ingin jadi ‘apa-apa’, yang bisa melakukan ‘apa-apa’, tapi bingung
bagaimana untuk memulai dan mewujudkannya?.
Berbahagialah karena itu tandanya kamu masih diberikan kehidupan oleh Allah
SWT, karena banyak orang yang merasa dirinya ‘apa-apa’ dan mampu melakukan ‘apa-apa’
padahal sesungguhnya ia tidak bisa ‘apa-apa’ dan bukan ‘siapa-siapa’.
Saya berharap setelah kamu membaca tulisan dalam buku ini, kamu mampu
menyibak awan gelap dalam dirimu dan berfokus pada potensi dalam dirimu, sebagaimana
kamu melihat bintang gemintang di malam hari yang menakjubkan.
Tak ada orang biasa di dunia ini, setiap orang berpotensi untuk menjadi luar biasa.
Yang ada hanyalah mereka yang gagal menjadikan dirinya istimewa dengan segala potensi
yang dimilikinya. Kegagalan itu mungkin disebabkan faktor lingkungan, karena sistem
manajemen diri yang tidak mendukung. Aktif di organisasi sehingga kuliah keteteran, nilai
jeblok, bahkan kesehatan terganggu yang pada akhirnya melehmahkan potensi yang ada
dalam diri. Atau karena tekun dan rajin mengikuti perkuliahan, menyelesaikan kuliah dengan
IP tinggi tapi minim pengalaman dalam berorganisasi, sehingga keteteran dalam pergaulan
di dunia kerja, bahkan kesehatan psikologi pun terganggu stres karena tekanan di dunia
kerja.
Kamu boleh menganggap dirimu sebagai objek hantaman faktor lingkungan, tapi jika
begitu kamu akan semakin terjebak dalam frustasi. Kamu harus mengubah
ketidaknyamanan itu, dengan memulai dari diri kamu sendiri. Menata diri dengan
memaksimalkan segala potensi dalam diri, dan kamu akan menjadi sang juara yang
sesungguhnya. You can if you think you can.
Asep Zaenal Mustafa, nama yang tidak asing bukan? Beliau salah satu anggota MPO
(Majelis Pertimbangan Organisasi) Ismakes jabar dan pejabat di Kemenkes RI, Pada masanya
tahun 1986 ia menggagas sebuah pergerakan organisasi mahasiswa kesehatan se-Jawa Barat
dengan tujuan mulia, meningkatkan derajat kesehatan masyarakat. Mengajak mahasiswa
kesehatan berbuat nyata untuk bangsa, merubah paradigma berfikir mahasiswa apatis yang
hanya menyibukkan diri dengan diktat kuliah tanpa melsayakan apa-apa untuk bangsa.
Apakah upayanya dahulu terhenti begitu saja karena perkembangan zaman?, tidak!. Apa
yang dilsayakannya dulu bermanfaat hingga kini, organisasi yang pernah digagas olehnya
telah melahirkan banyak pemimpin-pemimpin muda, perjuangan untuk meningkatkan
derajat kesehatan masyarakat masih tetap bergulir hingga saat ini. Dan bukankah Newton,
ketika menemukan teori gravitasi pun berawal dari ketika ia memikirkan sebutir apel yang
jatuh dari pohonnya.
Jika mengejewantahkan sebuah pemikiran menjadi karya nyata itu sulit, memang
itulah sunnatullah, no pain no gain!. Think big, start small, act now!. Berfikir besar, lalu
mulailah dari yang kecil, dan lsayakan sekarang juga!. Jika tak mampu bekerja sendiri,
berjamaahlah!.
***
#WHO AM I?
a. Kenali diri
Kesadaran dalam pengenalan diri dalam ajaran Islam adalah hal utama yang harus
dilsayakan oleh seorang muslim, tertuang dalam surat al-‘Alaq ayat pertama yang
berbunyi, “Iqra bismirabbika ladzii khalaq” (bacalah dengan nama Tuhanmu yang
telah menciptakan). Iqra (membaca) dalam konteks ini bisa bermakna luas. Namun
jika dikaitkan dengan ayat lain dalam surat adz-Dzaariyaat ayat 21, “wafii anfusikum
afala tubshiruun” (dan pada dirimu sendiri, maka apakah kamu tidak
memperhatikan?), bisa dimaknai bahwa aktifitas ‘membaca diri’ merupakan hal
utama. Pengenalan terhadap diri sendiri akan melahirkan konsep diri yang mapan,
dan melahirkan prinsip hidup yang kuat.
Apakah tugas pertama dan utama dari manusia? Jawabannya singkat: menjadi
dirinya sendiri. menurut Henrik Ibsen, “What’s a man firsty duty? The answer is
brief: to be himself.”
Apakah kita sudah menjadi diri sendiri? atau sedang berproses ‘menjadi diri sendiri’,
atau sekian lama terjebak dalam diri yang bukan diri kita. Ketika saya terlahir dan
tumbuh menjadi dewasa, saya menjadi tahu potensi-potensi dalam diri saya,
misalnya saya memiliki bakat menggambar dan mudah bergaul dengan orang lain.
Pengetahuan akan potensi diri itu tentu tidak datang begitu saja, namu hadir melalui
proses belajar. Lalu setelah mengetahui potensi tersebut, lantas saya mampu
menjadi diri saya?.
Tidak!
Butuh aktualisasi, proses penempaan diri untuk menjadi diri saya yang optimal.
Proses yang secara aktif atau pasif, aktif berarti direncanakan, diorganisir,
diimplementasikan, dan dievaluasi. Dengan tujuan serta target tertentu. Pasif,
berarti saya melewati waktu demi waktu begitu saja, tanpa rencana, mengalir saja
seperti air. Menjadi obyek perputaran waktu, bukan menjadi subyek yang
menyesuaikan dengan perputaran waktu.
b. Konsep manusia
Seorang filsuf Yunani memberikan kesimpulannya tentang sebab apa manusia
diciptakan, Plato berkata:
“Sesuatu yang diciptakan harus tentunya diciptakan oleh suatu sebab.”
Jika para filsuf itu harus berfikir keras menyingkap hakekat hidup, sebagai seorang
muslim, sebenarnya kita patut bergembira karena telah memiliki panduan hidup, Al-
Quran dan as-Sunnah. Apa yang kita dapatkan dari Al-Quran tentang ‘sebab’
penciptaan manusia itu?
“Dan Saya tidak menciptakan jin dan manusia melankan supaya mereka
menyembah-Ku.” (QS. Adz-Dzariyaat: 56).
Setelah tugas ibadah yang dengan sendirinya melekat pada seorang manusia begitu
ia diciptakan dan mendapatkan kesempurnaan akal-budi, maka ia pun kembali
mendapat amanah yang agung. Amanah sebagai khalifatu fil ardhi. Penguasa di atas
muka bumi.
Allah berfirman, “Ingatlah ketika Rabb-mu berfirman kepada para malaikat:
‘Sesungguhnya Saya hendak menjadikan seorang khalifah di muka bumi’. Mereka
berkata: ‘Mengapa Engkau hendak menjadikan (khalifah) di bumi itu orang yang
akan membuat kerusakan padanya dan menumpahkan darah, padahal kami
senantiasa bertasbih dengan memuji Engkau dan menyucikan Engkau?’ Rabb
berfirman: ‘Sesungguhnya Saya mengetahui apa yang tidak kamu ketahui”. (QS. Al-
Baqarah: 30).
Mengapa Allah lebih memilih manusia dibanding malaikat yang senantiasa
bertasbih, memuji dan menyucikan Allah. Juga makhluk-makhluk lain seperti
gunung, bintang, hewan, tumbuhan dan sebagainya.
Mari simak, firman Allah berikut ini: “Sesungguhnya Kami menciptakan manusia
dalam bentuk sebaik-baiknya.” (QS. At-Tin: 4).
Ya, saya, kamu dan mereka adalah makhluk dengan sebaik-baik bentuk, Allah sendiri
yang memberikan legitimasi dalam ayat tersebut.
Manusia merupakan makhluk sempurna karena ia adalah perpaduan antara jasad
(fisik), fikriyah (akal) dan qalbun (hati). Ketiga hal itu menjadi satu, bersenyawa, tak
dapat dipisahkan satu sama lain. Kesempurnaan bentuk yang dimaksud dalam ayat
tersebut, bisa jadi terejawantahkan dalam ketiga unsur tersebut.
Selain diciptakan dalam bentuk yang sebaik-baiknya, manusia adalah makhluk yang
unggul, itu suatu hal yang pasti. Proses penciptaan manusianya saja sangat
menakjubkan, jutaan sel sperma berkompetisi untuk bisa membuahi 1 sel telur yang
telah ‘menunggu’ di tuba falopi. Dan persis seperti sebuah sayembara cinta, jutaan
sel itu beradu kecepatan, keperkasaan, kekuatan dan akhirnya hanya akan ada 1 sel
sperma yang berhasil, sperma yang paling excellent.
Apakah kamu pernah mengikuti suatu kompetisi, misal memperebutkan juara kelas
saja yang harus bersaing dengan puluhan murid lainnya. Apa yang kamu anggap
kompetisi itu, belum ada apa-apanya bila dibanding apa yang dialami oleh 1 sel
sperma yang harus bersaing dengan jutaan pesaingnya.
Oleh karenanya, jangan pernah menyepelekan siapapun yang masih berwujud
manusia. Karena dari segi penciptaannya saja, prosesnya begitu luar biasa. Sesuatu
yang pada dasarnya berkualitas tinggi, jika diukir dengan sepenuh hati, akan
bermetamorfosis menjadi sosok manusia hebat yang mampu berkarya dan menebar
manfaat untuk sesama.
Yang menjadi masalahnya adalah, seberapa besar kita mampu memberikan
perawatan bagi si bibit unggul itu, apakah kita akan memupuknya dengan segala
kebaikan atau keburukan, menyiraminya dengan hal-hal positif atau negatif. Nick
Vujicic adalah salah satu orang sukses dengan segala keterbatasannya, hidup tanpa
kaki dan tangan tidak menjadikannya alasan untuk tidak sukses. Tapi banyak orang
mempunyai kaki dan tangan, mudah mengeluh dan mengaduh atas nasib yang
diterimanya sehingga membuatnya semakin jauh dari kasih sayang Tuhan.
#VISIONER
Visioner adalah memiliki visi yang jelas dan selalu berorientasi pada visi. Visi adalah
mimpi-mimpi kita di masa yang akan datang. Visi merupakan sesuatu yang ideal yang
ingin kita capai, yang tentunya berlandaskan pada sesuatu yang benar (haq), visi inilah
yang akan menuntun kita berproses seperti apa, tercetak menjadi apa, dan menghadapi
ending seperti apa.
Sejak kecil saya bercita-cita mengunjungi bangunan cantik bernama Taj Mahal, saya
telah jatuh hati saat pertama kali melihat bangunan itu di buku atlas waktu kelas satu
SD dulu, meski tak ada yang yakin saya bisa ke sana saya tetap teguh pada pendirian
saya bahwa pasti suatu saat Allah akan mengabulkan-Nya. Dua puluh tahun kemudian
saya berdiri tepat di depan bangunan cantik nan megah itu.
Modal dasar yang diperlukan adalah kamu harus berfikir bahwa kamu bisa, bahkan
prasangka Allah pun sesuai dengan prasangka hamba-Nya.
Dalam sebuah hadits qudsi, Abu Hurairah ra. Berkata: bersabda Rasulullah saw., “Allah
telah berfirman: Saya selalu mengikuti persangkaan hamba-Ku, dan Saya selalu
menyertai dia, di mana ia ingat kepada-Ku...” (HR. Bukhari dan Muslim)
Jadi langkah awal yang mesti kamu lsayakan adalah menciptakan seperangkat mimpi
dalam pemikiranmu, mimpi bahwa kamu bisa menjadi apa yang kamu inginkan, mimpi
inilah yang disebut sebagai visi. Visi ini akan menggiring hidup kamu menjadi lebih
tertata dan terfokus, karena setiap aktivitas yang dilsayakan akan tertuju pada usaha-
usaha pencapaian visi tersebut.
Sekedar visi saja tidak cukup kawan, kamu juga haru menyusun misi, yaitu garis-garis
besar yang harus kita lsayakan untuk bisa mewujudkan visi tersebut. Ibarat saya
memimpikan pergi ke india untuk melihat Taj Mahal tapi tidak punya uang, dan tidak
melsayakan apapun termasuk usaha mencari beasiswa. Sampai kapan pun mimpi saya
tidak akan pernah terwujud, saya harus mempersiapkan kemampuan bahasa inggris
saya, mengikuti tes Ielts atau Toefl kemudian mencari beasiswa, setelah dapat saya
harus mengurus paspor, visa dan sebagainya.
Seorang juara harus memiliki visi dan misi hidup, dengan demikian kita akan
terfokuskan pada pencapaian visi misi itu, waktu yang terlewati akan termanfaatkan
dengan baik. Tak ada waktu untuk bersantai-santai apalagi menganggur, hidup menjadi
produktif dan mampu menebar manfaat kepada sesama.
Sebagai contoh, masih ingatkah kamu tentang kisah pencarian nabi Ibrahim as terhadap
Rabb-nya, telah menghasilkan kemampuannya memahami dirinya. Visi dan misi sebagai
rasul dan sebagai hamba, berhasil mengantarnya mendapatkan tempat yang utama di
sisi Allah SWT.
“Sesungguhnya pada mereka itu (Ibrahim dan umatnya) ada teladan yang baik bagimu;
(yaitu) bagi orang yang mengharap (pahala) Allah dan (keselamatan pada) hari
kemudian. Dan barang siapa yang berpaling, maka sesungguhnya Allah, Dialah Yang
Maha Kaya lagi terpuji.” (QS. Al-Mumtahanah: 6).
Mari merancang visi dan misi, visi misi di bawah ini sebagai contoh saja dalam
menyusun visi misi berdasarkan peta diri di atas.
Visi
Manusia yang optimal menjalankan peran baik sebagai anak, pemuda, calon insan
bhakti husada, aktivis kesehatan, dan anggota masyarakat, yang mampu menjadikan
masa mudanya sebagai ajang dakwah dan bermanfaat bagi sesama, dalam rangka
mendapatkan keridhaan Allah Azza wa Jalla.
Misi
1. Beribadah dengan ikhlas serta sesuai dengan tuntunan syariat Islam, baik ibadah
secara khusus maupun secara umum.
2. Melakukan usaha-usaha untuk memperkuat IQ, EQ dan SQ dan menjadikan
setiap waktu yang terlewati sebagai aktivitas belajar.
3. Senantiasa bersilaturahmi dengan aktivis kesehatan lainnya, dan berkaya untuk
meningkatkan derajat kesehatan masyarakat.
4. Berusaha menjadi anak yang berbakti kepada orang tua, memberikan
hasil/prestasi yang baik di bidang akademik dan non-akademik, serta menjadi
pemuda yang kuat baik dalam metode maupun dalam pelaksanaannya.
Bagaimana jika visi misi kita membentur karang?, kata Afifah dalam bukunya ‘and the
star is Me!’ mengatakan, memang sudah jamak jika idealita tidak sama dengan realita.
Ketidak samaan itulah yang akan membuat seseorang kratif, inovatif dan bekerja keras
untuk – minimal – mendekatkan relita dengan idealita.
Sebagai ilustrasi, anda menginginkan aktif di organisasi kesehatan dan bergabung
dalam kepengurusan, ternyata kenyataannya tidak sesuai dengan harapan,
organisasinya tak jelas arah pemimpinnya tidak tegas dan anggota yang lain acuh tak
acuh dengan kondisi seperti itu. Belum lagi sulitnya merubah pola yang sudah
berlangsung lama, sehingga ruang untuk mereformasi sangatlah kecil. Seseorang yang
optimis akan berusaha untuk merubah keadaan, ia akan mengatasi segala
ketidaknyamanan dan memulai dengan hal-hal yang kecil, jika belum sanggup
memperbaikinya paling tidak kamu berupaya merubah cara pandangmu terhadap
situasi itu. Kamu bisa menghibur diri sendiri, dengan mengatakan bahwa inilah
dinamika dalam berorganisasi, karena nahkoda yang handal tidak berlayar di laut yang
tenang.
Kedua, saat menemui kebutuntuan atau ketidak selarasan dengan visi misi hidup tentu
akan timbul gejolak, atau barangkali frustasi dengan kemonotonan. Nampaknya ada
dua pilihan, pertama; kamu keluar dari organisasi tersebut jika hal itu dirasa membuat
nyaman dan merasa lebih hidup, lebih bermanfaat, lebih produktif dan lebih
bersemangat, mengapa tidak?.
Akan tetapi, sebagaimana tak semua orang bisa mengambil pilihan kedua, juga tak
semua orang bisa bertahan dengan pilihan yang pertama. Tipe-tipe introvert semacam
melankolis dan plegmatis, mungkin sanggup berdamai dengan pilihan pertama, tetapi
jika Anda ekstrovert semacam sanguinis maupun koleris, saya sarankan kamu ambil
pilihan yang kedua. setuju?!
#PETA DIRI
Sebelum melsayakan pengembangan diri, alangkah baiknya jika dimulai dengan
membuat peta diri, peta diri adalah gambaran tentang diri kita. Kita akan menjadi objek
yang tervisualisasikan, kita tidak akan memandang diri kita sebagai sesuatu yang
abstrak.
Untuk menyusun peta diri, kita perlu memahami, siapa diri kita, baik diri yang ideal
maupun diri kita yang faktual dengan baik. Langkah pertama, kita perlu mengetahui
potensi negatif dan potensi positif yang kita miliki. Kita membuat semacam analisis
SWOT (Strength, Weakness, Opportunity dan Threat – atau kekuatan, kelemahan,
kesempatan dan hambatan).
Setelah itu, kita perlu membuat daftar kategori ideal yang akan dicapai, membuat
bayangan sosok kita yang kita harapkan. Gambaran ideal tersebut, semestinya
didasarkan atas hasil analisis SWOT, sehingga segala proses yang terjadi pada diri kita,
adalah proses yang memang semsetinya trjadi kepada kita.
Selanjutnya, kita harus jujur dalam membuat draft gambaran tentang diri kita apa
adanya, mendeskripsikan kelemahan-kelemahan kita begitu pun kelebihan-kelebihan
kita. Kemudian bandingkan dengan draft gambaran ideal diri kita, jika memang masih
ada kesenjangan, maka kita menjadi mengerti bahwa yang harus dilsayakan adalah
melsayakan perbaikan-perbaikan, penajaman-penajaman yang mengarah pada sosok
ideal diri kita tersebut.
PETA DIRI FAKTUAL
Strength Weakness Opportunity Threat
Potensi Potensi Potensi Potensi
 Bakat public  Tidak disiplin  Punya banyak
teman aktivis
 Orang tua
tidak
speaking
 Leadership
 Bakat
menggambar
 Hobby
membaca
 Suka menulis
waktu
 Kurang
produktif
 Tidak tegas
dalam
mengambil
keputusan
organisasi
 Banyak
kegiatan yang
membutuhkan
MC, Moderator,
Trainer
mendukung
keaktifan di
organisasi
 Jadwal kuliah
padat
Teraktualisasi Teraktualisasi Terjadi Terjadi
 Hobby baca
novel
dibanding
diktat
kuliah/tulisan
ilmiah
 aktif menulis di
blog
 Dicintai kawan
 Sering menjadi
mc, moderator
 Suka begadang
 Kecanduan
kopi
 Tidak fokus
 Mudah marah
 Ceroboh
 Tidak sabaran
 Aktif di Ismakes
Jabar
 Aktif di
organisasi
kampus (BEM)
 Aktif di
komunitas buku
 Bentrok
dengan
jadwal kuliah
 Jarang pulang
ke rumah
 Orang tua
tidak tahu
aktivitas yang
diikuti
dan trainer
Peta diri adalah gambaran diri kita apa adanya (self image/self factual). Pada peta diri
tersebut di atas, kita melihat ada poin potensi dan aktualisasi/terjadi. Potensi adalah
sesuatu yang masih terpendam – namun masih menjadi suatu bakat yang suatu saat
bisa terejawantahkan. Sedangkan aktualisasi adalah sesuatu yang sudah kita wujudkan
dalam kehidupan sehari-hari, sudah menjadi bagian dari kebiasaan kita. Kesempatan
(opportunity) dan ancaman (threat) juga memiliki potensi yang sewaktu-waktu bisa
meledak menjadi sesuatu yang benar-benar terjadi.
PETA DIRI IDEAL
Strength Weakness Opportunity Threat
Potensi Potensi Potensi Potensi
 Bakat public
speaking
 Leadership
 Bakat
menggambar
 Hobby
membaca
 Suka begadang
 Kecanduan
kopi
 Tidak fokus
 Mudah marah
 Ceroboh
 Tidak sabaran
 Punya banyak
teman aktivis
organisasi
 Banyak kegiatan
yang
membutuhkan
MC, Moderator,
Trainer
 Bentrok
dengan
jadwal kuliah
 Jarang
pulang ke
rumah
 Orang tua
tidak tahu
 Suka menulis aktivitas
yang diikuti
Teraktualisasi Teraktualisasi Terjadi Terjadi
 Amanah
 Jujur
 Dicintai kawan
 Menerbitkan
buku
 Menjadi public
speaker
profesional
 Menguasi
beberapa
aplikasi untuk
mendisain
gambar
 Keaktifan di
organisasi
menjadi peluang
untuk
mengembangkan
kemampuan
public speaking
 Menulis dan
menerbitkan
buku bersama
kawan-kawan di
Ismakes Jabar
 Orang tua
mendukung
 Disiplin dan
pintar mengatur
waktu kuliah dan
organisasi

Keadaan akan semakin ideal jika kita terus mencoba menggali kekuatan-kekuatan yang
kita miliki, mencari kesempatan dan segera menyambut bola kesempatan yang datang
kepada kita dengan cepat dan efektif.
Jika dijabarkan secara rinci dan sangat detail, saya yakin peta diri kamu tidak
sesederhana ini, begitu banyak aspek mulai dari akal, fisik, dan ruhiyah yang bisa kamu
masukan. Agar lebih efektif dan hasilnya baik, alangkah baiknya kamu meluangkan diri
untuk membuatnya atau dengan bantuan sahabat agar penilaiannya lebih objektif.
#STRATEGI HIDUP
Langkah berikutnya adalah menyusun strategi hidup, dalam kamus bahasa indonesia
strategi berarti siasat perang atau akal untuk mencapai suatu maksud tertentu. Kita
memerangi musuh eksternal (syaitan) dan musuh internal (hawa nafsu), strategi
diperlukan agar kita mampu mencapai keinginan yang kita harapkan, karena pada
setiap langkah yang hendak kita tempuh, pasti akan banyak hal yang kita temui.
Setelah menyusun visi misi, kamu harus membuat strategi dalam hidup. Strategi yang
meliputi empat hal, planning, organizing, actuating dan controlling.
1. Merencanakan semua urusan (Planning)
“Hai orang-orang yang beriman, bertaqwalah kepada Allah dan hendaklah setiap
diri memperhatikan apa yang telah diperbuatnya untuk hari esok (akhirat), dan
bertaqwalah kepada Allah, sesungguhnya Allah Maha Mengetahui apa yang
kamu kerjakan”. (QS. Al-Hasyr: 18).
Percayalah, hidup ini singkat kawan! Maka persiapan yang matang itu perlu,
hidup yang singkat penuh amal yang berkualitas, siapa yang tak mau?. Namun
dalam pelaksanaanya dibutuhkan proses perencanaan yang matang, orang bijak
berkata: orang yang merencanakan, berarti telah melsayakan separuh dari apa
yang akan dilsayakannya. Meskipun terkadang spontanitas juga perlu.
Belajar dari apa yang dicontohkan Allah SWT dalam penciptaan langit, bumi dan
kehidupan melalui tingkatan-tingkatan dan tahapan-tahapan, perencanaan
sebaiknya meliputi rencana jangka panjang, rencana jangka menengah dan
rencana jangka pendek.
“Sesungguhnya kamu melalui tingkat demi tingkat (dalam kehidupan).” (QS. Al-
Insyiqaq: 19)
a. Rencana Jangka Panjang (RJP)
Rencana jangka panjang – kita singkat RJP – meliputi sesuatu yang sifatnya
global, semacam blue print dari perjalanan kita selsaya manusia, alias
breakdown dari misi hidup kita.
Sebagai ilustrasi, kita bisa membuat RJP dengan kurun waktu 15 tahun
dengan membagi tiga tahap; RJP tahap I, tahap II dan seterusnya. Jika usia
kamu saat ini 20 tahun, jika Allah mengizinkan kamu berumur panjang
setidaknya akan mengalami 2 atau 3 tahap perencanaan jangka panjang.
Berikut ini contoh dalam penyusunan RJP, (barangkali) adalah sebagian RJP
anda!
1) RJP tahap I (usia 20 tahun-35 tahun)
 Buku-bukunya mendapatkan penghargaan kelas nasional atau
regional.
 Public speaker dan motivator di tingkat nasional dan
internasional.
 Telah menghasilkan 50 judul buku (asumsi saat ini kamu belum
memulai menulis buku).
 Menguasai dengan fasih 3 bahasa asing, Arab, Jepang dan
Inggris.
 Mengelola jaringan media berupa jaringan radio, koran,
majalah, penerbit buku dan percetakan Ismakes skala nasional.
 Merintis Ismakes indonesia, untuk wujud nyata membangun
derajat kesehatan masyarakat.
 Memiliki rumah novel dan aktif di komunitas pecinta buku,
dengan jaringan di Bandung, Yogyakarta, Lampung, Aceh, dan
Bali.
 Hapal Al-Quran 10 juz.
 Naik Haji
 Mengunjungi tujuh keajaiban dunia.
 Menyelesaikan pendidikan S2 dan S3 di bidang keperawatan.
 Telah mapan secara ekonomi (memiliki tempat tinggal yang
nyaman, kendaraan, dan sebagainya).
 Dan seterusnya.
2) RJP tahap II (usia 36 tahun-50 tahun)
 Public speaker di tingkat internasional.
 Buku-buku tulisannya mendapatkan penghargaan kelas
internasional.
 Telah menghasilkan 100 judul buku.
 Mengusai dengan fasih 5 bahasa asing (Arab, Inggris, Perancis,
Jepang, Korea).
 Memiliki pusat pendidikan pengembangan karakter, untuk
mahasiswa kesehatan yang berpengaruh terhadap peningkatan
mutu kesehatan masyarakat di tanah air.
 Hapal Al-Quran 20 juz.
 Memiliki jaringan media berupa jaringan radio, koran, majalah,
penerbit buku dan percetakan skala nasional.
 Memiliki jaringan rumah novel dan rumah baca di seluruh ibu
kota provinsi pulau Jawa, Sumatra, Kalimantan dan Sulawesi.
 Dan seterusnya.
3) RJP tahap III (usia 51 tahun-65 tahun)
 Motivator dan pendakwah.
 Mendapatkan hadiah nobel di bidang sastra.
 Memiliki jaringan rumah novel dan rumah baca di seluruh kota
provinsi dan kota madya/kabupaten se-Indonesia.
 Hapal Al-Quran 30 juz.
 Dan seterusnya.
b. Rencana Jangka Menengah (RJM)
Masing-masing dari rencana jangka panjang di atas, bisa dibreakdown
dalam perencanaan jangka menengah (RJM), kira-kira sekitar 5 tahun. Jika
RJP yang sudah disusun adalah 15 tahun, berarti kamu bisa memecah
masing-masing tahapan tersebut menjadi tiga.
Pada RJM, rencana yang kamu lsayakan akan lebih detail, dan kamu bisa
memilah rencana mana yang akan kamu prioritaskan. Disesuaikan dengan
tingkat kebutuhan, kemampuan, pembiayaan, kesempatan dan
sebagainya.
Berikut ini adalah contoh RJM untuk RJP tahap I (kamu berusia 20-25
tahun).
 Menguasai bahasa Arab dan Inggris secara baik.
 Mulai menulis buku, target 15 judul buku.
 IPK cumlaude.
 Mendapatkan beasiswa untuk study S2 di bidang keperawatan.
 Merintis dan memulai pembentutkan Ismakes Indonesia di kota
besar di pulau jawa.
 Mengelola jaringan radio, koran dan majalah Ismakes Jabar.
 Hapal Al-Quran 5 juz.
 Dan seterusnya.
Selanjutnya, RJM kedua dan ketiga, kamu harus mengembangkan apa-apa
yang telah rintis di RJM pertama, sehingga target-target untuk RJP tahap I
berhasil kamu raih step by step. Mungkin rencana naik haji atau memiliki
tempat tinggal dan kendaraan, baru bisa kamu raih di RJM kedua. Tak
masalah! Yang penting kamu tahu, bagaimana cara merealisasikan rencana
tersebut.
Demikian juga, RJP tahap II dan III, sebaiknya juga bisa kamu breakdown
menjadi RJM-RJM pertama, kedua dan ketiga.
c. Rencana Jangka Pendek (RJPK)
Rencana jangka pendek atau RJPK, idealnya adalah 1 tahun. Untuk RJPK ini,
kamu bisa membuat draft program kerja yang meliputi jenis kegiatan,
terget, waktu pelaksanaan, biaya yang kamu butuhkan dan berbagai
keterangan lain. Semakin detail semakin baik. Kamu juga perlu membagi
antara aktivitas yang insidental dan aktivitas yang rutin.
Berikut ini adalah contoh draft RJPK A untuk RJM pertama, RJP tahap I
(tahun ke 20 kamu).
No Kegiatan Target Pelaksanaan Biaya (Rp)
Metode
/Sarana
1.
Kursus
broadcasti
ng
menjadi
penyiar radio,
Public
speaker
Desember-
februari
2.500.000
Masuk
sekolah
broadca
sting
2.
Kursus
Ielts/Toefl
Mendapatka
n skor
5,5/580
Maret 2.000.000
Lembag
a bahasa
yang
disayai
3.
les bahasa
Arab
Memahami
bacaan Al-
Quran
Januari-
Desember
600.000
Mengiku
ti kursus
bahasa
Arab
Dan seterusnya....
Untuk lebih efektif, kamu bisa membuat program bulanan, mingguan dan
harian. Misal, setiap akhir pekan (hari sabtu), kamu akan merancang
kembali program untuk satu pekan ke depan yang kemudian dibreakdown
pada program harian yang dijadwal pada setiap malam. Tentu, seorang
muslim yang baik saat malam hari, setelah mengevaluasi diri, akan
merancang apa yang harus ia lsayakan esok harinya. Untuk bekal kampung
akhirat.
“Hidup yang tak difikirkan, tak layak dijalani.” -Plato
2. Melakukan pengaturan terhadap urusan-urusan tersebut (Organizing)
Meskipun orang bijak mengatakan bahwa dengan merencanakan kita berarti
telah melsayakan separuh yang kita inginkan, tetap saja pengaturan itu perlu.
Dalam pengaturan ini, kita perlu menghitung biaya apa saja yang diperlukan, apa
saja yang diprioritaskan, mana saja aktivitas yang bisa disatukan, dan sebagainya.
Pengaturan akan membuat kita mampu melsayakan sesuatu dengan efisien.
Misalnya, sekali jalan menuju kampus, kita sekaligus kuliah, mengembalikan buku
ke perpustakaan, diskusi dengan dosen, diskusi kelompok dengan teman kuliah,
dan rapat organisasi.
3. Mengaktualisasikan apa yang telah direncanakan (Actuiting)
Banyak rencana-rencana dahsyat, pengaturan-pengaturan hebat, namun jika
tidak ada pelaksanaan, sama saja dengan omong besar. Para pakar manajemen
mengatakan, thing big, start small, act now! Act now, kalimat tersebutlah yang
sesungguhnya menjadi inti dari keberlangsungan suatu hal. Ia ibarat api yang
membakar sumbu petasan. Sehebat apapun petasan, tak akan pernah ada
ledakan, jika tak pernah disulut api.
4. Mengontrol semua urusan-urusan tersebut (Controlling)
Pengontrolan program adalah aktivitas vital yang pada prakteknya justru jarang
diperhatikan. Kita sering melihat berbagai macam selebrasi kegiatan organisasi,
misal acara musyawarah besar, pelantikan dan launching program ini itu... yang
ketika dilsayakan, seluruh pengurus tampak sangat bersemangat dan optimis.
Akan tetapi, baru berusia sebulan, program tersebut ternyata melamban dan
akhirnya terbengkalai.
Begitupun pada individu, ada seseorang yang tiba-tiba melejit dengan
prestasinya yang luar biasa, namun hanya hitungan bulan, namanya mendadak
tenggelam. Memang, meraih itu lebih gampang daripada mempertahankan.
Dengan adanya evaluasi yang berkelanjutan, maka rencana kita akan berjalan
dengan kontinyu.
Konsep kaizen, adalah sistem kontrol pada program yang dibuat oleh orang-
orang jepang. Begitu ada rencana, mereka atur, mereka aktualisasikan, mereka
kontrol dengan ketat. Evaluasi berlangsung terus menerus. Kesinambungan
tekhnologi mereka pun menjadi bukti kerjasama lintas generasi yang dahsyat.
#River of life
Sejauh ini, apakah hidupmu sudah sesuai dengan apa yang kamu inginkan? Ataukah
kamu masih menikmati proses panjang yang entah dimana ujungnya. Atau mungkin
saat ini kamu tengah menikmati setiap hasil dari pencapaian mimpi-mimpimu. Bahkan
hingga saat ini kamu berada dalam kebuntuan? Mengikuti ritme kehidupan ala
kadarnya tak ada mimpi dan tak ada cita-cita.
Apa pun itu, menyusuri perjalanan hidup sejak dulu, sekarang dan nanti amatlah
penting. Hidup ini tidaklah panjang, sayang jika hanya diisi dengan aktivitas yang sia-sia.
Pada dasarnya manusia sudah dibekali amanah yang luhur lengkap dengan potensi-
potensi dalam diri sebagai modal yang luar biasa, jika kita merencanakan hidup dengan
baik maka kebahagiaan dunia dan akhirat akan kita raih. Dalam praktiknya, tak ada
pribadi biasa-biasa saja di muka bumi ini, yang ada adalah pribadi yang gagal
menjadikan dirinya luar biasa.
"River of life", adalah sebuah metode narasi visual yang membantu orang-orang
menceritakan kisah-kisah masa lalu, sekarang dan masa depannya. Metode ini juga
sebagai alternatif bagi individu jika metode pertama di atas terasa ribet dan terlalu
rumit, metode ini bisa menjadi cara yang menyenangkan dalam mendeskripsikan masa
depan. Pengurus organisasi dapat menggunakannya untuk memahami dan
merenungkan masa lalu dan membayangkan proyek masa depan, dan dapat digunakan
untuk membangun sebuah pandangan bersama yang disusun berbeda dan mungkin
dalam perspektif yang berbeda.
River of Life lebih berfokus pada gambar dari pada teks, efektif jika digunakan dalam
group yang berbeda kebangsaan dan bahasa. Ketika digunakan dalam kelompok, river
of life adalah metode aktif, baik untuk melibatkan orang-orang dalam group.
Kapan metode ini bisa digunakan?; perkenalan, mengkaji suatu proyek, menyusun
rencana masa depan, dan merekonsiliasi persepsi yang berbeda dari proyek, situasi
atau masalah.
a. Membuat “river of life” pribadi
Jika kamu adalah seorang sanguinis, bisa jadi cara ini menyenangkan untuk dicoba.
Kamu cukup menyiapkan kertas dan alat tulis, dan mulailah menggambar.
Menggambar sungai secara horizontal, sepanjang aliran sungai itu mulailah dengan
menggambar masa lalu, kemudian masa sekarang, dan mimpi-mimpi di masa yang
akan datang. Selanjutnya, pajang di dinding kamarmu, sebagai pemantik
semangatmu dalam pencapaian mimpi-mimpimu.
b. Membuat “river of life” berkelompok
Kamu pun bisa menggunakannya secara berkelompok, mintalah kelompokmu
untuk mengatur adegan untuk latihan yang lebih besar. Misalnya, peserta
memasang 6 kertas flipchart di dinding untuk menciptakan area gambar dan
bersama-sama menciptakan lanskap yang siap untuk digambari sungai lengkap
dengan gambar masa lalu, masa sekarang dan masa depan.
Sebagai ilustrasi, membuat river of life untuk evaluasi program kerja organisasi,
undanglah setiap anggota kelompok atau pengurus untuk menggambar di atas
lanskap kertas secara bergiliran, menggambarkan kebersamaan dan pencapaian
visi bersama di masa lalu. Setelah semua anggota selesai menggambar, diskusikan
bersama fase ini, dan begitu seterusnya.
#Mastering your habits
Habits adalah segala sesuatu yang kita lsayakan secara otomatis, bahkan
melsayakannya tanpa berfikir. Habits adalah suatu aktivitas yang dilsayakan terus-
menerus sehingga menjadi bagian daripada seorang manusia. Dia adalah kebiasaan
kita.
Seorang pemain sepak bola profesional tampak begitu terampil saat menggiring bola,
tampak seperti ada perekat antara bola dengan sepatunya.
Bagi penggemar sepak bola itu hal yang istimewa dan berharap bisa memiliki keahlian
yang sama meski setengahnya, namun bagi pemain sepakbola profesional itu hal yang
biasa.
Biasa yang dimaksud adalah ‘hasil pembiasaan’ dari latihan yang berulang-ulang kali
dilsayakan, dengan kata lain mereka melsayakan hal-hal yang luar biasa berulang kali
sehingga hal yang luar biasa bagi kita adalah biasa bagi mereka.
Habits ibarat autopilot pada diri manusia yang menentukan bagaimana dia merespons
terhadap satu kondisi tertentu, atau pembiasaan respons terhadap kondisi tertentu.
Dalam satu penelitian disampaikan bahwa dari 11.000 sinyal yang diterima otak
manusia, hanya 40 yang diproses secara sadar, sedangkan sisanya diproses secara
otomatis. Hasil penelitian lain juga menyampaikan setidaknya 95% daripada respons
manusia terhadap satu kondisi tertentu terjadi secara otomatis.
Artinya, respons kita terhadap satu kondisi tertentu, baik respons itu berupa pemikiran,
perasaan ataupun perbuatan, sesungguhnya berasal dari kebiasaan atau habits yang
secara otomatis terjadi pada diri kita.
Kita menilai orang lain sebagai pemalas apabila kita menemukan dia bangun terlambat
setiap hari, datang telat sepanjang waktu dan seringkali tidak menyelesaikan tugas-
tugasnya dengan baik dan benar.
Sebaliknya, kita menilai orang lain dapat diandalkan apabila dia selalu ada kapanpun
kita butuhkan dan dia selalu menyelesaikan tugas yang diberikan tepat pada waktunya
dengan kualitas yang bagus.
Kita menilai seseorang berdasarkan kebiasaannya, habitsnya. Habits adalah penentu
nilai pribadi kita. Habits ialah pembentuk kepribadian kita di mata orang lain, yang
membuat kita berharga di hadapan yang lain.
Sederhananya, habits yang menentukan berhasil-tidaknya diri kita dalam hidup ini.
sayangnya, secara alami, biasanya yang muncul adalah habits yang buruk, bukan yang
baik. Namun, sungguh menyenangkan tentunya, jika kita bisa memanipulasi habits ini
untuk tujuan kita. Bukan malah membiarkannya mengendalikan hidup kita.
Perhatikan bagan yang menerangkan proses terbentuknya habits pada manusia.
Pemikiran adalah pangkal dari kepribadian, karena pemikiranlah yang akan
menentukan keyakinan, kecenderungan, tujuan hidup, cara hidup, pandangan hidup,
sampai aktivitas seorang manusia. Saat pemikiran mendasar satu orang dengan yang
lain berbeda, maka berbeda pula tujuan yang dia tetapkan, karena keyakinan
membentuk perbuatan. Perbuatan menentukan habits dan mencerminkan kepribadian.
Walaupun pada manusia habits yang dipilihnya dipengaruhi oleh cara berpikir. Namun,
dalam proses pembentukannya, peran akal tidaklah terlalu dominan. Faktor yang
menentukan apakah kita akan memiliki habits hanya 2 hal, yaitu practice (latihan) dan
repetition (pengulangan), yang tentu saja dilsayakan dalam rentang waktu tertentu.
Practice atau latihan berfungsi untuk menentukan apakah aktivitas yang akan
dilsayakan sudah benar atau belum, tepat sasaran atau tidak. Sedangkan repetition
Person
alitiesThoughts Purposes Actions Habits
atau pengulangan akan menyempurnakannya. Practice adalah efektivitas dan repetition
adalah efisiensi.
Sebagian ilmuan dan peneliti berpendapat bahwa manusia memerlukan waktu 21 hari
untuk melatih satu habits yang baru, sebagian lagi berpendapat 28-30 hari, bahkan ada
yang berpendapat 40 hari.
Walaupun habits akan semakin sollid seiring dengan waktu, namun bisa kita ambil
bahwa 30 hari atau 1 bulan adalah batas minimal habits dibentuk. Setidaknya ini
menjadi sebuah batasan bagi kita memulai membentuk habits.
Kabar baiknya adalah, untuk membentuk suatu habits, kita tidak perlu merasa ‘perlu
berubah’ ataupun ‘memiliki motivasi’ karena dalam banyak kasus habits bisa terbentuk
walaupun seseorang tidak memiliki motivasi sama sekali.
Habits bisa terbentuk baik ketika kita rela dengan repitisi aktivitas itu ataukah kita
terpaksa melaksanakannya. Rela ataupun terpaksa, habits akan tetap terbentuk,
walaupun habits yang dibentuk atas dasar kerelaan tetap akan lebih berkualitas
dibandingkan dengan habits yang terbentuk karena paksaan.
Bila digambarkan dengan bagan, proses membentuk habits sejatinya adalah melatih
dengan sengaja aktivitas yang awalnya kita lsayakan dengan sadar, menjadi bisa kita
lsayakan secara tidak sadar (otomatis).
Ketika dewasa, dan mengetahui pentingnya keahlian mengendarai mobil maka kita
akan mempelajarinya, setelah cukup mempelajari, kita pun bisa mengemudikan mobil.
Namun, semuanya masih dilsayakan dengan berpikir. Jalan; tekan kopling, oper
perseneling, injak gas perlahan sambil lepas kopling. Berhenti; matikan gas, tekan
kopling, oper perseneling netral, rem. Kemudian berulang kali proses ini dilsayakan,
sampai menjadi gerak refleks yang otomatis. Berjalan dan berhenti tanpa dia berpikir
prosesnya.
Habits adalah membiasakan yang pada awalnya dilakukan secara sadar menjadi
melakukan secara tidak sadar otomatisasi keahlian kita
Latih Ulang
Habits
Habits
Beginner
Learn Repetition
incompetence
competence
consious
unconsious
Practice
Bila learn adalah proses mengetahui apa yang tidak kita ketahui, dan practice adalah
proses mempraktekkan apa yang kita ketahui dengan benar, maka repetition adalah
proses menjadikan aktivitas menjadi habits.
Baiklah, kita telah mengetahui bahwa habitslah yang bertanggung jawab atas sukses
atau tidaknya kita sebagai mahasiswa dan sebagai manusia. Habitslah yang
menentukan keahlian yang kita miliki dan yang tidak kita miliki. Habits adalah nilai diri
kita.
Tentu saja seorang mahasiswa tidak akan merasa puas dengan hanya membentuk
habits. Namun ia harus dikembangkan menjadi expertise (keahlian spesialis).
Expert berarti ahli, artinya ia benar-benar menguasai satu keahlian. Bukan hanya
sekedar menguasai suatu keahlian, seorang expert mampu memberikan manfaat tidak
hanya bagi dirinya namun juga bagi orang lain. Seorang expert menjadikan dirinya
sendiri sebagai role model, dan bisa menduplikasi keahlian yang sama pada orang lain,
berbagai keahlian.
Sedikit diantara manusia yang mampu membiasakan yang istimewa dan menjadikannya
habits. Namun, lebih sedikit lagi dari orang-orang yang mampu membentuk habits bisa
menjadikannya sebagai expertise.
Seorang expertise bukan hanya mampu membentuk dan mengendalikan habits. Dia
menguasai habits. Mastering Habits.
#Take Action
Terkadang, walaupun kita pandai menyusun rencana, namun kita lebih pandai lagi
untuk menundanya. Inilah habits buruk sebagian besar orang. Menunda. Padahal yang
penting dalam membentuk habits adalah action, amal nyata.
Sulitnya, seringkali kita justru tidak sadar, bahwa kita telah membentuk kebiasaan
menunda-menunda amal. Pernahkah kamu mendengar orang lain berucap, “Baiklah,
saya akan berhenti menunda, mulai besok”. Atau justru itu lahir dalam diri kamu
sendiri?
Bila ingin memulai berhenti menunda, berarti seharusnya kita laksanakan sekarang
juga. Dan kalau kita bersikeras menunda, maka ada satu penundaan yang baik, yaitu
menunda diri kamu melsayakan penundaan.
Seringkali kita menunda sesuatu karena memikirkan apa hasilnya nanti, lalu bersikap
pesimis. Menakutkan sesuatu yang belum tentu terjadi. Seringkali kita memikirkan
harga yang harus kita keluarkan untuk melsayakan sesuatu. Namun, jarang kita berfikir
tentang harga yang harus kita keluarkan ketika tidak melsayakannya.
Action adalah pertanda kesungguhan, ia pembeda antara orang munafik dan yang
beriman. Perhatikan ucapan Ibnu Qayyim
“Perbedaan antara Impian dan Khayalan adalah bahwa mengkhayal melibatkan
kemalasan, dimana seseorang tidak berusaha ataupun berjuang (untuk yang dia
inginkan). Impian, akan mengharuskan seseorang berjuang, usaha dan tawakal. Yang
pertama ibarat berharap tanah akan membajak dan menanam sendiri untuknya.
Sedang yang kedua benar-benar membajak, menanam dan berharap tanaman
tumbuh” (Madaarij As-Salikin)
Termotivasi saja tidak cukup, dan action setelah termotivasi itu lebih baik. Berbicara itu
murah, namun amal perbuatan itu tidak ternilai harganya. Semua orang mampu
mengemukakan ide, tapi tidak banyak yang mau take action.
#Menjadi seorang juara
a. Seorang juara harus mempunyai tujuan yang jelas
Florence Chadwick. Perempuan asal Amerika ini telah menetapkan tujuan yang
jelas untuk menjadi perempuan pertama yang berhasil menyebrangi Selat Catalina
dengan berenang. Setelah sempat menyebrangi selat Inggris, Florence sempat
melawan kabut dan hiu dalam menempuh jarak renang sejauh 35 km, namun
sayang kabut menghalanginya untuk menggapai pesisir Catalina. Dia pun gagal,
padahal saat itu dia sudah mencapai jarak 33 km.
Pada tahun selanjutnya, Florence kembali menetapkan tujuannya menyebrangi
Catalina. Dia menetapkan tujuan yang lebih jelas dengan sudah membayangkan
melihat pesisir pulau tujuannya. Kabut yang menghadangnya pun tidak dapat
membendung tujuannya. Dia berhasil.
b. Seorang juara harus berani membayar harga kenyamanan untuk sebuah kemajuan
Pak Asep Zaenal Mustofa, adalah salah satu pendiri Ismakes Jabar, pencetus
pergerakan mahasiswa kesehatan di Jawa Barat. 1986, tekadnya untuk
membangun bangsa di bidang kesehatan hingga kini tak pernah padam, dari
bangku kuliah hingga menjadi insan bhakti husada aksinya tak pernah surut.
Mungkin kamu bisa mengganggap ini sebuah keberuntungan, karena aksinya
didukung oleh statusnya sebagai pemangku kebijakan di dunia kesehatan. Tapi ini
bukanlah tentang keberuntungan, tapi kerja keras, aksinya dimulai sejak beliau
duduk di bangku kuliah. Menghimpun mahasiswa kesehatan, hingga membangun
pergerakan di bidang kesehatan.
Lalu apakah ia anak seorang konglomerat?, pejabat?. Tidak. Ia hanya seorang anak
yatim yang setiap pagi mengais rizki dengan berjualan minyak tanah menggunakan
gerobak keliling, siang hari kuliah, sore hari berorganisasi dan mengajar mengaji di
malam hari. Merelakan kenyamaan saat muda demi sebuah prestasi di masa
depan.
Juara itu bukan sebuah keberuntungan, tapi hasil kerja keras dan ketekunan dalam
pencapaian sebuah mimpi.
c. Selalu lakukan hal yang di luar biasanya untuk berhasil
Kisah vice President Citibank, Houtman Zinal Arif, juga menunjukkan karakter ini.
dia mengawali kariernya sebagai seorang office boy. Houtman selalu melsayakan
hal yang di luar biasanya dalam pekerjaannya, sehingga tugasnya yang hanya
mengurusi kebersihan dapat diseleseikan bahkan lebih dari itu.
Dia juga mengurusi fotokopi di tahun1960-an saat seorang office boy belum piawai
melsayakan tugas menggandakan data saat itu. Dia mau belajar usai menuntaskan
pekerjaannya. Alhasil, dia dipercaya untuk bertugas sebagai penanggung jawab
fotokopi kantor dan kembali melsayakan hal yang di luar biasanya. Usai
menuntaskan pekerjaannya, dia membantu proses administrasi, seperti
mengerjakan proses stempel dan hal-hal administrasi lainnya, sehingga pada satu
kesempatan dia diangkat menjadi staf kantor hingga kemudian merintis karier
sampai puncak sebagai vice president bank kelas dunia ini.
d. Apa yang kamu fokuskan, itulah yang harus kamu dalami
Seorang juara akan fokus pada hal-hal yang membantu pencapaian impian mereka
dan bukannya pada hal-hal yang menghambat pencapaian impian tersebut. Pada
bagian ini, kita hanya perlu membuka diri untuk melihat kesempatan dengan lebih
dalam dan lebih positif.
e. Untuk memiliki kupu-kupu di halaman dan rumah kamu, ada dua cara yang bisa
dilsayakan. Pertama, dengan membawa jaring, tetapi sedikit yang akan terjaring
sementara cara kedua adalah dengan membuat taman bunga sehingga kupu-kupu
yang akan datang sendiri kepada kamu.
Seorang juara akan terus mengembangkan dirinya untuk memiliki cara dan kualitas
yang banyak dicari oleh berbagai kalangan sehingga kesuksesan yang justru akan
mendekatinya.
Jadi, kamu siap menjadi seorang juara?.
Bab Tempa Diri; Leadership
Pengalaman dan ilmu Saya belum cukup untuk menulis tentang kepemimpinan.
Hingga pada akhirnya, Saya memberanikan diri menulis pandangan dan pemaknaan Saya
tentang kepemimpinan. Saya ingin belajar bersama Anda mengenai kepemimpinan. Saya
pun bukan penulis handal mampu menyajikan tulisan yang "lezat" untuk dibaca, seringnya
masih mengutip ilmu-ilmu yang maunya disusun rapi. Tak terkecuali buku ini. Ini adalah
tulisan hasil belajar Saya dari kisah orang-orang hebat dan bergaul dengan orang-orang
hebat. Imam Syafi’I menasihatkan untuk mengunci ilmu dengan pena alias tulisan. Saya
mencoba memaknainya dengan menulis sesuai pandangan yang Saya fahami dan episode
hidup yang Saya jalani. Ada banyak buku yang masih harus Anda baca selain buku ini.
Semoga tulisan ini memberikan manfaat kepada Anda para pembaca sebagai penambah
saldo pahala Saya, aamiin.
#Introducing Leadership
Pernah enggak sih diantara kita memiliki pengalaman menjadi seorang pemimpin? Pasti
pernah. Misalnya jadi ketua kelas atau ketua OSIS di sekolah atau jadi ketua Hima, Bem dan
lainnya. Bagaimana perasaanmu saat pertama kali menjalaninya? Bagaimana
pengalamanmu ketika diminta berbicara di depan umum untuk menyampaikan visi dan misi
atau program kerja? Nervous? Atau bingung harus ngomong apa? Merasa blank saat
pertama kali memimpin sebuah kelompok atau organisasi. Saat menjadi ketua kelas dan
harus tampil di depan kelas, bahkan mungkin pernah ditertawakan saat tampil di depan.
Bila semua adegan itu belum pernah dialami, mungkin kamu pernah melihat seseorang
yang menjadi Ketua Osis atau Hima/BEM tampil di depan umum? Atau pernahkan kamu
melihat film atau tayangan di televisi menayangkan seorang ketua kelompok/organisasi
berbicara di depan anggota kelompoknya? Saat melihat kemampuan interaksi dan gaya
orasi mereka, mungkin kita kagum? Dengan gesture khas seorang pemimpin karismatik nan
berwibawa, betapa hebatnya mereka berbicara hingga audiensnya terpukau. Mampukah
kita berlaku seperti itu, menjadi pemimpin yang tak hanya pandai berorasi atau berpidato
dengan memukau saja? Kita pasti bisa. Ya, kita pasti bisa.
A. Hakikat penciptaan manusia (from Hero to Hero)
Sebagai manusia kita sudah ditakdirkan terlahir menjadi Hero? sebagai muslim, Saya
memiliki referensi yang autentik dan patut diyakini kebenarannya, yakni Al Quran.
Allah Swt., berfirman dalam Q.S. Al Hijr ayat 28:
“Dan ingatlah, ketika Tuhanmu berfirman kepada malaikat, “Sungguh, Saya akan
menciptakan seorang manusia (Adam) dari tanah liat kering (yang berasal) dari lumpur
hitang yang diberi bentuk).”
Surat An-Nisa ayat 1:
”Hai sekalian manusia, bertakwalah kepada Tuhan-mu yang telah menciptakan kamu
dari seorang diri, dan dari padanya[263]
Allah menciptakan isterinya; dan dari pada keduanya
Allah memperkembang biakkan laki-laki dan perempuan yang banyak...”
Ayat di atas menunjukan bahwa manusia pertama yang diciptakan adalah Nabi Adam AS
dan instrinya Siti Hawa AS dan berasal dari sari pati tanah. Nah lho… apakah tidak
bertentangan dengan ilmu biologi modern? Manusia kan berasal dari sperma kemudian
dikandung dalam rahim selama Sembilan bulan. Jika itu pernyataannya, maka Al Quran pun
menjawabnya dengan jelas dan lengkap dalam Surat Al Mu’minun ayat 12-14:
“Dan sesungguhnya Kami telah menciptakan manusia dari suatu saripati (berasal)
dari tanah. Kemudian Kami jadikan saripati itu air mani (yang disimpan) dalam tempat yang
kokoh (rahim). Kemudian air mani itu Kami jadikan segumpal darah, lalu segumpal darah itu
Kami jadikan segumpal daging, dan segumpal daging itu Kami jadikan tulang belulang, lalu
tulang belulang itu Kami bungkus dengan daging. Kemudian Kami jadikan dia makhluk yang
(berbentuk) lain. Maka Maha sucilah Allah, Pencipta Yang Paling Baik.”
Jika ditarik kesimpulan dan kronologi penciptaan manusia maka jelaslah bahwa kita
merupakan ciptaan Allah Swt. Dan merupakan keturunan Nabi Adam a.s. sebagai manusia
yang pertama kali diciptakan (dari tanah) dan seterusnya hingga kita keturunan selanjutnya
(dari sperma). Manusia, bukanlah keturunan monyet, setuju??? Al Quran menjawab dengan
indah setiap detail pertanyaan kita, dari mana kita berasal dan bagaimana prosesnya?
Subhanallah. Tapi, seringkali kita lupa siapa kita dan dari mana berasal. Kita sering sombong
seakan kita tidak ada yang menciptakan.
Allah Swt. Berfirman dalam Al Quran Surat At-Tin ayat 4:
“Sesungguhnya Kami telah menciptakan manusia dalam bentuk yang sebaik-baiknya.”
Manusia telah diciptakan dalam bentuk yang sebaik-baiknya, bentuk yang sempurna.
Kita memiliki otak untuk berpikir, memiliki rasa cinta, rasa malu hingga kita merasa perlu
untuk berpakaian. Artinya memiliki emosional dan perasaan. Bentuk tegak, paras cantik dan
gagah tampan. Itulah kesempurnaan yang dikaruniakan Allah kepada kita, Alhamdulillah.
Bukan seperti kera yang telanjang, berjalan merangkak dan tidak memiliki perasaan
layaknya manusia.
Seperti sebuah handphone yang diciptakan oleh pabriknya. Pasti handphone dibuat
memenuhi tujuan tertentu diantaranya agar seseorang mudah berkomunikasi dengan
orang lain walaupun jaraknya jauh. Atau ibarat sebuah pena yang dibuat untuk
memudahkan kita mencatat ilmu yang disampaikan oleh para guru kita. Begitu pula halnya
Allah Swt. menciptakan manusia menciptakan manusia dalam bentuk yang sebaik-baiknya
dan memiliki tujuan yang jelas.
Allah Swt. berfirman dalam Q.S. Al Mu’minun:115:
“Maka apakah kamu mengira, bahwa sesungguhnya Kami menciptakan kamu secara
main-main (saja), dan bahwa kamu tidak akan dikembalikan kepada Kami?”
Berdasarkan ayat di atas jelas bahwa manusia diciptakan bukan untuk main-main tetapi
dengan tujuan dan maksud yang jelas. Manusia diciptakan adalah untuk beribadah dan
hanya menyembah Allah Swt. Manusia diciptakan sebagai pemimpin (every man was born
as a leader), sebagaimana telah disinggung di bab sebelumnya.
Allah Swt., mengisyaratkan bahwa manusia diciptakan sebagai khalifah (pemimpin) dan
merupakan delegasi (pemegang mandat) Allah Swt untuk mengemban amanah menjadi
pemimpin dan melestarikan bumi ini. Perhatikanlah, betapa mulianya Allah Swt. menjadikan
manusia sebagai pemimpin di muka bumi ini. Walaupun golongan malaikat menyatakan
keraguannya atas kepemimpinan manusia, Allah telah menjaminnya dengan mengatakan
bahwa Allah lebih mengetahui daripada prasangka para malaikat. Artinya, manusia lahir
sudah dengan paket potensi menjadi pemimpin yang baik dan mampu menjaga amanah
melestarikan bumi ini. Lalu kenapa Kita masih suka menyakiti orang lain dengan perkataan
dan perbuataan Kita. Bahkan hingga menumpahkan darah saudara Kita sendiri? Sekali lagi,
manusia diciptakan dengan sifat kepemimpinannya yang sempurna. Maka, bersikap lebih
arif dan bijaksana. Ini adalah karunia Allah yang besar yang patut disyukuri, Alhamdulillah.
Hadist Abdullah bin Umar ra. bahwasannya Rasulullah Saw. bersabda: “Setiap kamu
adalah pemimpin yang akan dimintai pertanggungjawaban atas kepemimpinannya.
Seorang amir (presiden, gubernur dll.) yang mengurusi keadaan rakyat adalah pemimpin. Ia
akan dimintai pertanggungjawaban tentang rakyatnya. Seorang laki-laki adalah pemimpin
terhadap keluarganya di rumah. Seorang wanita adalah pemimpin atas rumah suaminya. Ia
akan diminta pertanggungjawaban tentang hal mereka itu. Seorang hamba adalah
pemimpin terhadap harta benda tuannya, ia akan diminta pertanggungjawaban tentang
harta tuannya. Ketahuilah, kamu semua adalah pemimpin dan semua akan diminta
pertanggungjawabannya” (HR. Bukhari-Muslim).
So, sudah siapkah Laporan Pertanggungjawaban (LPJ) kita dihadapan Allah? Kalo belom,
maka kita sudah melakukan salah satu langkah yang tepat dengan membaca buku ini. Mari
Kita sama belajar mempersiapkan diri Kita menjadi pemimpin yang sesungguhnya dan
sukses dalam LPJ Kita dihadapan Allah yang disaksikan para malaikat-Nya.
B. Manusia yang seutuhnya (seimbang IQ, EQ dan SQ )
Otak dalam struktur sistem syaraf adalah sistem syaraf pusat, di samping syaraf tulang
belakang. Otak disebut struktur karena otak sendiri terbagi atas beberapa bagian.
Pembagian otak dalam area yang paling mudah adalah pembagian otak dalam empat lobus,
yaitu lobus frontal, occipital, parietal, dan temporal. Setiap lobus terdiri dari struktur-
struktur yang masing-masing memiliki peran yang berbeda. Ketika suatu kapasitas dapat
dipahami sebagai suatu kemampuan untuk melakukan respon terhadap stimulasi, baik dari
dalam diri sendiri maupun dari lingkungan, maka setiap kapasitas memerlukan kemampuan
mengingat.
Kemampuan mengingat itu sendiri terkait pula dengan jenis penginderaan dan respon
yang dapat dilakukan. Kemampuan mengingat itu sendiri ketika dipetakan di otak ternyata
juga tersebar pada lobus yang berbeda. Stimulasi yang mayoritas bersifat visual akan
disimpan sebagai ingatan di struktur yang terdapat di lobus occipital (otak bagian belakang),
sementara yang auditif berada di struktur yang ada di lobus temporal (otak bagian samping).
Ingatan tentang penginderaan kulit akan di simpan di lobus parietal (otak bagian tengah).
Sementara itu, ada ingatan tentang kinestesi dan gerak di simpan di struktur yang berbeda,
yaitu cerebellum, atau otak kecil.
Otak tidak saja dibedakan atas lobus yang ada. Otak juga dibedakan atas belahannya,
yaitu otak kiri dan otak kanan, atau hemispherium kiri dan hemispherium kanan. Dalam
istilah fisiologi dikatakan ada proses lateralisasi yang dapat dipahami sebagai spesialisasi
peran di otak kiri atau kanan. Belahan kiri terfokus pada kemampuan yang sifatnya verbal,
atau menggunakan bahasa dalam operasinya. Termasuk di dalamnya adalah kemampuan
bahasa, matematika, logika verbal. Sementara itu belahan kanan merupakan pusat untuk
kemampuan yang menggunakan materi non-verbal. Itulah sebabnya, dikatakan kecerdasan
yang terstimulasi oleh pengetahuan, yang sebagian besar dalam bentuk pengetahuan
verbal, atau menggunakan bahasa sebagai medianya, adalah kecerdasan otak kiri.
Bacaan, kegiatan belajar yang menggunakan bahasa, adalah kegiatan yang merangsang
perkembangan otak kiri. Sementara itu, semua pengetahuan yang muncul dalam bentuk
keterampilan, apresiasi, rangsangan-rangsangan perseptual, semuanya membentuk
kecerdasan otak kanan. Termasuk di dalam urusan otak kanan adalah kemampuan
mengembangkan kepekaan dan ekspresi emosi.
Kapasitas otak kiri dan kanan inilah yang memungkinkan setiap orang memiliki potensi
yang bagus untuk berbagai bidang, sehingga penampilan seseorang dalam setiap bidang
atau manifestasi potensi merupakan perkara yang berbeda terkait dengan stimulasinya. Itu
pula sebabnya, jika kemudian dikenal multiple intelligence sebagaimana dikemukakan
Howard Gardner (dalam Lim, 2002), maka dasarnya adalah kapasitas otak yang berkembang
sejak dalam kandungan tersebut.
#Intelligence Quotient (Kecerdasan Intelektual)
Intelligence Quotient atau yang biasa disebut dengan IQ merupakan istilah dari
pengelompokan kecerdasan manusia yang pertama kali diperkenalkan oleh Alferd Binet, ahli
psikologi dari Perancis pada awal abad ke-20. Kemudian Lewis Ternman dari Universitas
Stanford berusaha membsayakan test IQ yang dikembangkan oleh Binet dengan
mengembangkan norma populasi, sehingga selanjutnya test IQ tersebut dikenal sebagai test
Stanford-Binet. Pada masanya kecerdasan intelektual (IQ) merupakan kecerdasan tunggal
dari setiap individu yang pada dasarnya hanya bertautan dengan aspek kognitif dari setiap
masing-masing individu tersebut.
Kecerdasan intelektual (IQ) diyakini menjadi sebuah ukuran standar kecerdasan
selama bertahun-tahun. Bahkan hingga hari ini pun masih banyak orangtua yang
mengharapkan anak-anaknya pintar, terlahir dengan IQ (intelligence quotient) di atas level
normal (lebih dari 100). Syukur-syukur kalau bisa jadi anak superior dengan IQ di atas 130.
Harapan ini tentu sah saja. Dalam paradigma IQ dikenal kategori hampir atau genius kalau
seseorang punya IQ di atas 140. Albert Einstein adalah ilmuwan yang IQ-nya disebut-sebut
lebih dari 160.
Orang yang memiliki kecerdasan intelektual (IQ) yang cukup tinggi dapat dilihat
selain dari hasil tes, dapat terlihat juga bawa biasanya orang tersebut memiliki kemapuan
matematis, memiliki kemampuan membayangkan ruang, melihat sekeliling secara runtun
atau menyeluruh, dapat mencari hubungan antara suatu bentuk dengan bentuk lain,
memiliki kemapuan untuk mengenali, menyambung, dan merangkai katakata serta mencari
hubungan antara satu kata dengan kata yang lainya, dan juga memiliki memori yang cukup
bagus.
#Emotional Quotient (Kecerdasan Emosi)
EQ adalah istilah baru yang dipopulerkan oleh Daniel Goleman. Berdasarkan hasil
penelitian para neurolog dan psikolog, Goleman (1995) berkesimpulan bahwa setiap
manusia memiliki dua potensi pikiran, yaitu pikiran rasional dan pikiran emosional. Pikiran
rasional digerakkan oleh kemampuan intelektual atau yang popular dengan sebutan
“Intelligence Quotient” (IQ), sedangkan pikiran emosional digerakan oleh emosi.
EQ merupakan serangkaian kemampuan mengontrol dan menggunakan emosi, serta
mengendalikan diri, semangat, motivasi, empati, kecakapan sosial, kerja sama, dan
menyesuaikan diri dengan lingkungan. Dengan berkembangnya teknologi pencritaan otak
(brain-imaging), yaitu sebuah teknologi yang kini membantu para ilmuwan dalam
memetakan hati manusia, semakin memperkuat keyakinan kita bawa otak memiliki bagian
rasional dan emosional yang saling bergantung.
Seseorang dengan kecerdasan emosi (EQ) tinggi diantaranya memiliki hal-hal sebagai
berikut :
 Sadar diri, pandai mengendalikan diri, dapat dipercaya, dapat beradaptasi dengan
baik dan memiliki jiwa kreatif,
 Bisa berempati, mampu memahami perasaan orang lain, bisa mengendaikan konflik,
bisa bekerja sama dalam tim,
 Mampu bergaul dan membangun sebuah persahabatan,
 Dapat mempengaruhi orang lain,
 Bersedia memikul tanggung jawab,
 Berani bercita-cita,
 Bermotivasi tinggi,
 Selalu optimis,
 Memiliki rasa ingin tahu yang besar, dan
 Senang mengatur dan mengorganisasikan aktivitas
#Spiritual Quotient (Kecerdasan Spiritual)
Ketika seseorang dengan kemampuan EQ dan IQ-nya berhasil meraih prestasi dan
kesuksesan, seringkali orang tersebut disergap oleh perasaan “kosong” dan hampa dalam
celah batin kehidupanya. Setelah prestasi puncak telah dipijak, ketika semua pemuasan
kebedaan telah diraihnya, setelah uang hasil jeri payah berada dalam genggaman, ia tak
tahu lagi ke mana harus melangkah.
Untuk apa semua prestasi itu diraihnya? hingga hampir-hampir diperbudak oleh
uang serta waktu tanpa tahu dan mengerti di mana ia harus berpijak? Di sinilah kecerdasan
spiritual atau yang biasa disebut SQ muncul untuk melengkapi IQ dan EQ yang ada di diri
setiap orang. Danah Zohar dan Ian Marshall mendefinisikan kecerdasan spiritual sebagai
kecerdasan untuk menghadapi persoalan makna atau value, yaitu kecerdasan untuk
menempatkan perilsaya dan hidup kita dalam konteks makna yang lebih luas dan kaya,
kecerdasan untuk menilai bahwa tindakan atau jalan hidup seseorang lebih bermakna
dibandingkan dengan yang lain, (Ifa Hanifah Misbach, 2008).
Orang yang miliki kecerdasan spiritual yang tinggi tidak dapat dilihat dengan mudah
karena kembali ke pengertian SQ, yaitu kemampuan seseorang untuk memecahkan
persoalan makna dan nilai, untuk menempatkan perilaku dan hidup kita dalam konteks
makna yang lebih luas dan kaya, serta menilai bahwa jalan hidup yang kita pilih memiliki
makna yang lebih daripada yang lain, dari hal tersebut dapat dilihat bahwa kecerdasan
spiritual adalah kecakapan yang lebih bersifat pribadi, sehingga semua kembali kepada
individu itu sendiri dan kepada hubungannya dengan Sang Pencipta.
#Optimalisasi (seimbang) IQ, EQ, dan SQ
Seiring waktu berjalan, orang mengamati, dan pengalaman memperlihatkan, tidak
sedikit orang dengan IQ tinggi, yang sukses dalam studi, tetapi kurang berhasil dalam karier
dan pekerjaan. Dari realitas itu, lalu ada yang menyimpulkan, IQ penting untuk
mendapatkan pekerjaan, tetapi kemudian jadi kurang penting untuk menapak tangga karier.
Untuk menapak tangga karier, ada sejumlah unsur lain yang lebih berperan. Misalnya saja
seberapa jauh seseorang bisa bekerja dalam tim, seberapa bisa ia menenggang perbedaan,
dan seberapa luwes ia berkomunikasi dan menangkap bahasa tubuh orang lain. Unsur
tersebut memang tidak termasuk dalam tes kemampuan (attitude test) yang ia peroleh saat
mencari pekerjaan. Pertanyaan sekitar hal ini kemudian terjawab ketika Daniel Goleman
menerbitkan buku Emotional Intelligence: Why It Can Matter More Than IQ (1995).
Hanifah Misbach (2008) mengemukakan upaya yang dapat kita lakukan untuk
mengoptimalisasikan IQ, EQ, dan SQ bisa dilakukan dengan cara sebagai berikut: Selain
dengan asupan gizi yang cukup dan seimbang ke dalam tubuh, untuk mengoptimalisasikan
kecerdasan intelektual atau IQ dapat diupayakan dengan melatih 7 kemampuan primer dari
inteligensi umum, yaitu :
1. Pemahaman verbal,
2. Kefasihan menggunakan kata-kata,
3. Kemampuan bilangan,
4. Kemampuan ruang,
5. Kemampuan mengingat,
6. Kecepatan pengamatan,
7. Kemampuan penalaran.
Untuk mengoptimalisasikan kecerdasan emosi (EQ) seseorang dapat dilakukan dengan
mengasah kecerdasan emosi setiap individu yang meliputi :
 Membiasakan diri menentukan perasaan dan tidak cepat-cepat menilai orang
lain/situasi
 Membiasakan diri menggunakan rasa ketika mengambil keputusan
 Melatih diri untuk menggambarkan kekhawatiran
 Membiasakan untuk mengerti perasaan orang lain
 Melatih diri menunjukan empati
 Melatih bertanggung jawab terhadap perasaannya sendiri
 Melatih diri untuk mengelola perasaan dengan baik
 Menghadapi segala hal secara positif.
Sedangkan untuk mengoptimalisasikan atau memfungsikan kecerdasan spiritual dapat
dengan upaya sebagai berikut :
 Menggunakan aspek spiritual dalam menghadapi dan memecahkan masalah yang
 berkaitan dengan makna dan nilai
 Dengan melalui pendidikan agama
 Melatih diri untuk melihat sesuatu dengan mata hati.
Pakar EQ, Goleman berpendapat bahwa meningkatkan kualitas kecerdasan emosi
berbeda dengan IQ. IQ umumnya tidak berubah selama kita hidup. Sementara kemampuan
yang murni kognitif relative tidak berubah (IQ), maka kecakapan emosi dapat dipelajari
kapan saja. Tidak peduli orang itu peka atau tidak, pemalu, pemarah atau sulit bergaul
dengan orang lain sekalipun dengan motivasi dan usaha yang benar, kita dapat mempelajari
dan menguasai kecakapan emosi tersebut.
Tidak seperti IQ, kecerdasan emosi ini dapat meningkat dan terus ditingkatkan
sepanjang hidup. Kemudian sebuah pertanyaan muncul ke permukaan, mekanisme
pelatihan apa yang mampu memberikan suatu pelatihan kecerdasan emosi yang bisa
berjalan seumur hidup seperti yang diharapkan modern saat ini. Atau pelatihan jenis apa
yang bisa didapatkan pada lembaga training modern saat ini?
Karena umumnya sejumlah training yang dilakukan hanya memberi implikasi sesaat, dan
relative terbukti bahwa pelatihan sesingkat itu tidak banyak memberi arti dalam
pembentukan karakter. Yang dibutuhkan sekarang adalah pelatihan sepanjang waktu
(continuously improvement) yang mampu membentuk suatu karakter dengan tingkat
kecerdasan emosi yang tinggi (internalisasi).
Sebuah training di mana pesertanya mengikuti program pelatihan yang didasari oleh
kesadaran diri yang kuat, sesuai dengan suara hati. Insyaallah buku ini dan Ismakes
Leadership and Learning Center (ILLC) akan memberikan suatu metode pelatihan dan
pengasahan kecerdasan emosi dan spiritual yang bersifat independen dan bisa dilaksanakan
sepanjang waktu, sehingga menghasilkan peningkatan (I)ESQ secara berkesinambungan dan
berkelanjutan. Kecerdasan tingkat tinggi memadukan IQ, EQ, dan SQ. tidak hanya
mempertahankan kemampuan berfungsi, tetapi juga menjadikannya lebih hebat. Karena
kami mempunyai laboratoriumnya, Ismakes jabar.
Peran IQ (Intelektual Quotient) dulu begitu diagungkan, kini telah bergeser posisinya
siring dengan keberadaan EQ (Emotional Quotient) yang begitu menghebohkan. Dalam
dalam dunia kerja yang Saya alami, Saya banyak mendapat masukan bahwa keberadaan EQ
mutlak perlu selain IQ. Saya sedikit memberi contoh tentang pentingnya EQ selain IQ dalam
dunia kerja yang Saya geluti.
Pada tahun 2011 hingga tahun 2012, Saya pernah menjadi karyawan sebuah perusahaan
internasional di Jakarta. Waktu yang relative singkat tapi menurut Saya sarat akan makna
kehidupan sesungguhnya. Saya pernah ditugaskan ke Batam, Samarinda, Manado, dan
Medan. Selama itu Saya amati, bahwa tidak ada satupun mata kuliah yang mengajarkan
tentang pentingnya suatu kecerdasan emosi yang bisa mengajarkan tentang arti integritas,
komitmen, visi dan kemandirian yang sebenarnya sangat dibutuhkan oleh para guru/dosen
atau mahasiswa itu sendiri. Ini menggambarkan, betapa masih rendahnya kesadaran dan
apresiasi tentang hal tersebut.
Pertengahan tahun 2012, Saya memutuskan untuk resign. Alhamdulillah, diterima di
salah satu rumah sakit pemerintah daerah yang bernuansa Islami. Saya bertemu dengan
orang-orang yang relative masih muda tetapi telah memiliki posisi yang menjanjikan di
rumah sakit tersebut. Saya banyak sharing dengan mereka di luar aktivitas pekerjaan saya
sebagai perawat. Kesan Saya adalah luar biasa. Saya belajar tentang Ihsan.
Ihsan adalah kata dalam bahasa Arab yang berarti “kesempurnaan” atau “terbaik.”
Dalam istilah agama Islam, Ihsan berarti seseorang yang menyembah Allah seolah-olah ia
melihat-Nya, dan jika ia tidak mampu membayangkan melihat-Nya, maka orang tersebut
membayangkan bahwa sesungguhnya Allah melihat perbuatan-Nya. Ihsan adalah lawan dari
isa’ah (berbuat kejelekan), yaitu seorang manusia mencurahkan kebaikan dan menahan diri
untuk tidak mengganggu orang lain. Mencurahkan kebaikan kepada hamba-hamba Allah
dengan harta, ilmu, kasih sayang dan tenagannya.
Pengalaman singkat di rumah sakit itu mungkin tidak semua orang bisa mengalaminya.
Saya bersyukur alhamdulillah, Allah telah mengaruniakannya kepada Saya. Saya mengingat
pelajaran dari pembicaraan Saya dengan seseorang bahwa kejujuran dalam bekerja itu
penting. Bagaimana jika seorang dokter tidak jujur memberikan jenis/dosis obat yang tidak
sesuai indikasi? Apa akibatnya bagi para pasien? Bukankah mereka datang kepada Kita
dengan penuh harap kesembuhan atas sakitnya mereka? Para pasien ini telah
mengorbankan waktu, tenaga dan harta mereka untuk ikhtiar mencari kesembuhan atas
sakit mereka. Sungguh keterlaluan jika ada dokter yang berperilaku seperti itu.
Bagaimana jika pasien tersebut adalah keluarga kita? Ibu yang yang sangat dicintai. Ibu
yang diharapkan panjang umurnya agar kita bisa berbakti lebih banyak. Contoh lain adalah
jika dokter sudah berlaku jujur, bagaimana jika perawat yang merawat para pasien ini tidak
berperilaku jujur? Obat yang disediakan untuk pasien yang seharusnya diberikan 3 x sehari
malah diberikan 2 x sehari? Kemudian obat tersebut dicuri untuk dijual agar mendapat
keuntungan. Na’udzubillah, (Saya memohon perlindungan dari Allah dari perilaku seperti
itu). Itulah satu pelajaran penting, yakni kejujuran dalam bekerja.
#Kisah pak hamid
Satu kisah lainya adalah ketika merawat seorang pasien. Sebut saja pak hamid
(samaran), yang datang dengan keluhan nyeri berkemih (kencing) dan demam tinggi. Bapak
ini telah dirawat kurang lebih satu minggu, sudah diperiksa laboratorium darah dan urine
(air kencing) serta rontgen dan BNO (foto untuk mengetahui apakah ada batu di saluran
kemih). Dari seluruh pemeriksaan tersebut dokter spesialis penyakit dalam belum bisa
menegakkan diagnosa karena hasil pemeriksaan menunjukan hasil yang mendekati nilai
normal. Pasien ini Nampak sudah hampir putus asa.
Satu minggu berlalu, pak hamid masih sering nyeri perut bagian bawah dan demam
tinggi. Suatu saat, insting Saya mendorong Saya untuk berkata kepadanya, “Pak, Saya Rafi
perawat yang merawat Bapak di ruangan ini. Saya ingin sekali membantu Bapak. Jika ada
masalah yang ingin Bapak katakan kepada Saya, Saya siap mendengarkan.” Waktu itu naluri
Saya mengatakan bahwa penyakit yang sedang dideritanya adalah buah dari perilakunya.
Waktu itu dokter juga mengindikasikan bahwa pak hamid terkena HIV hingga Tim Medis
memutuskan untuk memeriksakannya.
”Jika Bapak ingin ngobrol berdua saja, Bapak bisa minta istri Bapak untuk meninggalkan
Kita berdua sejenak”, bisik saya kepada pak hamid yang tengah terbaring lemah.
Benar saja keesokan harinya, pak hamid ini memanggil Saya ke ruang perawatannya
untuk menceritakan masalahnya.
“Pak Rafi, Saya ingin menceritakan sesuatu. Tapi, kalo bisa hanya kita berdua. Bisa
gak?” “Boleh pak, tapi mungkin siang bisanya karena pagi harus kerja dulu, gimana?” waktu
itu memang kebetulan Saya shift pagi.
Saya memahami betul bahwa nampaknya masalah pak hamid ini sifatnya pribadi. Siang
harinya, kami memulai pembicaraan setelah meminta istri pak hamid untuk meningalkan
Kami sejenak. Setelah beberapa lama, pak hamid masih belum memulai pembicaraan.
Bibirnya kelu, matanya menerawang kosong. Di saat suasana mulai hening, suara berat pak
hamid mulai terdengar.
“Saya seorang Pegawai Negeri Sipil di Dinas Pertanian Provinsi, sering bepergian ke
daerah-daerah untuk mengisi pendidikan dan pelatihan di bidang pertanian. Saya juga sering
mengurus proyek pertanian, hingga para pengusaha yang ingin “lolos” tendernya sering
mengajak karaoke-an. Para pengusaha ini sering mengajak wanita-wanita untuk menemani
Saya”, lirihnya. Kata-katanya larut dalam isak tangis.
“Saya merasa sakit ini adalah terguran dari Allah, saya ingin bertaubat, saya ingin
bertaubat pak rafi....”
“Pak, bisa jadi sakit ini memang buah dari perbuatan Bapak selama ini. Yang pertama
yang harus Kita lakukan adalah taubat dengan mengucap istigfar sebanyak-banyaknya. Lalu
ikhlas menerima sakit ini dan tidak berputus asa. Dan yang tidak kalah pentingnya adalah
Bapak harus meminta maaf kepada orang-orang yang pernah Bapak sakit terutama istri
Bapak, bisa?” Tanya Saya menenangkan.
Saat itu juga pak hamid memanggil istrinya dan kepada istrinya ia mengakui
perbuatannya sambil menangis dan memeluknya dengan erat. Dalam empati saya
merasakan rasa haru dari kejadian ini. Mereka berdua berjanji untuk menjadi keluarga yang
lebih baik dan saling memaafkan. Pak hamid akan belajar shalat dan ngaji, meski sudah
memasuki usia pensiun.
Singkat cerita, pak hamid kembali melakukan skrining test. Dokter mengatakan semua
hasilnya ternyata hanya mengarah pada infeksi saluran kemih biasa dan pak hamid Boleh
pulang setelah selesai perawatan. Subhanallah.
Pengalaman di atas mengajarkan Saya bahwa bekerja (hidup) ini tidak cukup hanya
mengandalkan IQ. Ternyata disamping IQ ada sisi emosi dan spiritual yang mampu membuat
perubahan lebih positif dan “dahsyat” terhadap sesuatu. Contohnya cerita di atas,
bayangkan jika waktu itu saya hanya bekerja mengandalkan IQ, Saya tidak akan pernah
mampu menyentuh sisi emosionalnya dan spiritualnya hingga dia mampu berubah lebih
positif secara horizontal kepada manusia dan vertikal kepada Tuhannya.
C. Being True Leader
“A true leader has the confidence to stand alone, the courage to make tough
decisions, and the compassion to listen to the needs others. He does not set out to be a
leader, but becomes one by the equality of his actions and the integrity of his insent.” (-
Douglas MacArthur-)
#Tak Perlu Jabatan untuk Menjadi Pemimpin
Pemimpim sejati tidak hanya membuat segalanya menjadi lebih baik untuk dirinya,
tetapi juga untuk orang lain. Entah menghasilkan imbalan finansial dan pengakuan sosial
atau tidak. Hanya sedikit pemimpin yang meraih kehebatan sekaligus dikenang. Kita dapat
membaca tentang mereka dalam buku-buku sejarah. Tetapi, sebagian besar orang yang Saya
anggap sebagai pemimpin adalah orang-orang tanpa jabatan. Mereka meraih kehebatan
dengan bekerja secara sederhana dalam organisasi dan lingkungan mereka, dalam
kehidupan mereka sendiri, dan dalam membantu orang-orang di sekeliling mereka.
Kita tak perlu jabatan untuk jadi pemimpin dalam kehidupan ini. Dan kenyataan
sederhana memilki jabatan tidak akan menjadikan kita pemimpin. Setiap orang memiliki
kesempatan untuk memimpin, setiap hari. Hal ini tidak tergantung pada posisi (jabatan) kita
atau berapa lama kita menjalani pekerjaan, atau bekerja untuk menggerakan ekonomi
keluarga, organisasi kampus, perusahaan, politik. Siapa saja di tingkatan apa saja bisa belajar
menjadi pemimpin dan membantu membentuk atau mempengaruhi dunia di sekelilingnya.
Pakar kepemimpinan John C. Maxwell mengambarkan kepemimpinan sebagi pengaruh
posistif. Itulah definisi kepemimpinan paling sederhana dan elegan yang Saya ketahui.
Bagaimana seorang pemimpin bertindak? Apa karakteristik kunci dari pemimpin dengan dan
tanpa jabatan? Ia adalah seseorang yang:
 Percaya bahwa dirinya dapat membentuk hidup dan kariernya secara positif.
 Memimpin lewat hubungannya dengan orang lain, sebagai lawan dari kendali yang
ia miliki atas orang lain.
 Berkolaborasi, bukan mengendalikan.
 Meyakinkan orang lain untuk berkontribusi , bukannya memerintah mereka.
 Membuat orang lain mengikutinya karena rasa hormat dan komitmen, bukannya
rasa tsayat dan kepatuhan.
Mungkin selama ini kita tidak sadar betapa sebetulnya kita adalah pemimpin, mungkin
bagian dari kelompok besar orang yang mengalami “kurang jabatan”. Dengan kata lain,
jabatan saat ini tidak mencerminkan sesuatu yang ingin dicapai atau tidak sesuai dengan
harapan. Jika demikian, jangan biarkan kecilnya jabatan membuat kita rendah diri. Kita
adalah pemimpin. (Sebaliknya, kita semua tahu tentang “para pemimpin” yang memiliki
jabatan tinggi, tetapi sebenarnya bukanlah pemimpin.)
Mari pelajari teori kepemimpinan, berikut ini akan saya bahas dengan ilustrasi
sederhana.
D. Teori kepemimpinan
a. “Great Man Theory” (Bakat)
Ada yang berpendapat bahwa “pemimpin dilahirkan”(leaders are born). Teori ini baru
dicetuskan oleh Marquis dan Huston (1998), menekankan bahwa setiap orang adalah
pemimpin (pemimpin/kepemimpinan dibawa sejak lahir bukan didapatkan) dan mereka
mempunyai karakteristik tertentu yang membuat mereka lebih baik dari lain. Seseorang
hanya akan menjadi pemimpin yang efektif karena dia dilahirkan dengan bakat-bakat
kepemimpinannya. Jauh 15 abad silam Islam telah melahirkan teori ini. Teori ini sesuai
dengan konsep Islam yang percaya bahwa Tuhan telah menciptakan manusia sudah satu
paket dengan “label” kepemimpinannya (Q.S. Al Baqarah:30).
Meskipun bakat sangat penting, bakat bukanlah segalanya. Bakat yang dibawa sejak
lahir masih harus dikembangkan melalui dua jalur utama, yaitu kesempatan memperoleh
pendidikan dan latihan guna perluasan cakrawala pandangan yang bersifat teorikal dan
pengalaman di “dunia kenyataan.”
b. The Behavioral Theory (Perilaku)
Teori perilaku lebih menekankan pada apa yang dilakukan dan bagaimana seorang
manajer menjalankan fungsinya. Perilaku sering dilihat sebagai suatu rentang dari sebuah
perilaku otoriter ke demokratis atau dari fokus suatu produksi ke fokus pegawai. Menurut
Vedatal (1994) teori perilaku ini dinamakan dengan gaya kepemimpinan seorang manajer
dalam suatu organisasi.
“Pemimpin dibentuk dan ditempa” (leaders are made). Pendapat ini mengemukakan
bahwa efektivitas kepemimpinan seseorang dapat dibentuk dan ditempa. Caranya adalah
dengan memberikan kesempatan yang luas kepada yang bersangkutan untuk
menumbuhkan dan mengembangkan efektivitas kepemimpinannya melalui berbagai
kegiatan pendidikan dan pelatihan kepemimpinan.
Efektivitas kepemimpinan dapat dipelajari, dengan pendidikan dan pelatihan yang
terarah dan intensif, berbagai hal yang menyangkut efektitivitas kepemimpinan, ciri-ciri
kepemimpinan, berbagai gaya kepemimpinan, fungsi-fungsi dan peran seorang pemimpin,
akan tiba saatnya orang yang bersangkutan akan menemukan “menemukan dirinya” dan
membentuk perilaku serta gaya kepemimpinan yang dipandangnya paling cocok dengan
persepsi dan kepribadiannya.
c. Situational Theory (Teori Situasional)
Berbagai penelitian yang dilakukan oleh para ilmuan dan pengalaman banyak orang
sukses dalam menjalankan tugas-tugas kepemimpinan, memberikan keyakinan yang
semakin mendalam bahwa kemungkinan tentang kemungkinan keberhasilan seseorang
sebagai pemimpin ternyata jauh lebih rumit dari sekedar mengidentifikasi ciri-ciri
kepemimpinan tertentu. Juga tidak hanya menganalisis berbagai perilaku manajerial.
Keyakinan demikian telah mendorong para ilmuan untuk telah mencari parameter lain.
Salah satu parameter keberhasilan manajerial tersebut ditemukan dalam pandangan yang
menyatakan bahwa ciri-ciri kepemimpinan yang digabung dengn perilaku tertentu masih
harus disesuaikan dengan tuntutan situasi kepemimpinan dan situasi organisasi yang
dihadapi dengan memperhitungkan faktor waktu dan ruang.
Dengan kata lain ditemukanlah apa yang dewasa ini secara luas dikenal dengan teori
situasional. Dinyatakan dengan cara lain, kini semakin diyakini kebenaran teori yang
mengatakan bahwa pada kondisi A, gaya manajerial X-lah yang tepat; pada kondisi B gaya Y
lebih menjamin keberhasilan dan pada kondisi C gaya Z dipandang lebih tepat. Demikian
seterusnya, sangat mudah membayangkan bahwa disamping tepatnya pendekatan
pemahaman faktor-faktor yang mengakibatkan seseorang menjadi pemimpin yang efektif
karena ragamnya situasi organisasional yang dihadapi.
Saya ingin mengajak Anda pembaca, untuk tidak mendikotomi pandangan tentang asal-
usul kepemimpinan. Ada kebenaran ilmiah dalam setiap pandangan di atas. Karena itu
paradigma ilmiah yang paling dapat dipertanggungjawabkan adalah terdapat di antara teori-
terori di atas. Dalam hal efektivitas kepemimpinan, paradigma yang lebih mendekati
kebenaran ilmiah (yang didukung pengalaman praktisi) mengatakan bahwa efektivitas
kepemimpinan seseorang dilandasi dengan modal bakat yang dibawa sejak lahir tetapi
ditumbuhkan dan dikembangkan melalui dua jalur, yaitu adanya kesempatan untuk
menduduki jabatan (peran) pimpinan dan tersedianya kesempatan yang cukup luas
menempuh pendidikan dan pelatihan kepemimpinan.
E. Tipologi (tipe) Kepemimpinan
“Kemenangan tersulit adalah mengalahkan diri sendiri.” (Aristoteles)
#Tipe Otokratik (otoriter)
Dilihat dari persepsinya, seorang pemimpin yang otokratik adalah seseorang yang
sangat egois. Egoismenya yang sangat besar akan mendorongnya memutarbalikan
kenyataan yang sebenarnya sehingga sesuai dengan apa yang secara subjektif
diinterpretasikannya sebagai kenyataan. Mislanya, dalam menginterpretasikan disiplin
bawahan dalam organisasi. Seorang pemimpin yang otokratik akan menerjemahkan disiplin
kerja yang tinggi yang ditunjukan oleh para bawahannya sebagai perwujudan kesetiaan para
bawahan itu kepadanya. Padahal sesungguhnya disiplin kerja itu didasarkan kepada
ketsayatan, bukan kesetiaan. Egonya yang sangat besar menumbuhkan dan
mengembangkan persepsinya bahwa tujuan organisasi identik dengan tujuan pribadinya
dan oleh karenanya organisasi diperlakukannya sebagai alat untuk mencapai tujuan pribadi
tersebut.
Gaya kepemimpinan otoriter memiliki ciri-ciri sebagai berikut (Lippith and White):
 Wewenang mutlak berada pada pimpinan.
 Komunikasi berlangsung satu arah dari pimpinan kepada bawahan (top down).
 Pengawasan terhadap perilaku, sikap, dan kegiatan para bawahan dilakukan secara
ketat.
 Prakarsa harus selalu berasal dari pimpinan.
 Tidak ada kesempatnan bagi bawahan untuk memberikan saran, pertimbangan atau
pendapat.
 Tugas-tugas diberikan secara instruktif.
 Lebih banyak kritik daripada pujian.
 Cenderung adanya paksaan, ancaman dan hukuman.
 Kasar dalam bersikap.
 Tanggung jawab keberhasilan organisasi hanya dipikul oleh pimpinan.
#Tipe Paternalistik
Tipe pemimpin yang paternalistic banyak terdapat di lingkungan masyarakat yang
masih bersifat tradisional, umumnya di masyarakat yang agraris. Popularitas pemimpin yang
paternalistic di lingkungan masyarakat yang demikian mungkin sekali disebabkan beberapa
faktor:
a. Kuatnya ikat primordial,
b. “ekstend family system”,
c. Kehidupan masyarakat yang kominalistik,
d. Peran adat istiadat yang sangat kuat dalam kehidupan bermasyarakat,
e. Masih dimungkinkannya hubungan pribadi yang intim antara seorang
anggota masyarakat dengan anggota masyarakat lainnya.
Salah satu ciri utama dari masyarakat tradisional demikian ialah rasa hormat yang
tinggi yang ditujukan oleh para anggota masyarakat kepada orang tua atau seseorang yang
dituakan. Biasanya seorang pemimpin yang paternalistic mengutamakn kebersamaan. Nilai
demikian terungkap dalam kata-kata seperti “seluruh anggota organisasi adalah anggota
satu keluarga besar” dan pernyataan-pernyataan sejenis. Berdasarkan nilai kebersamaan itu,
dalam organisasi yang dipimpin oleh seorang yang paternalistic kepentingan bersama dan
perlakuan yang seragam terlihat menonjol. Artinya, pemimpin yang bersangkutan berusaha
memperlakukan semua orang seadil dan serata mungkin.
#Tipe Laissez faire (liberal)
Kepemimpinan gaya liberal atau laissez faire adalah kemampuan mempengaruhi
orang lain agar bersedia bekerja sama untuk mencapai tujuan dengan cara berbagai
kegiatan dan pelaksanaanya dilakukan lebih banyak diserahkan kepada bawahan. Seorang
pemimpin yang laissez faire umumnya memandang organisasi akan berjalan lancar dengan
sendirinya karena para anggota organisasi terdiri dari orang-orang yang sudah dewasa yang
mengetahui apa yang menjadi tujuan organisasi, sasaran-sasaran apa yang ingin dicapai,
tugas apa yang harus dikerjakan oleh masing-masing anggota dan seorang pimpinan tidak
perlu terlalu sering melakukan intervensi dalam kehidupan organisasi. Singkatnya, seorang
pemimpin yang laissez faire cenderung memilih peranannya yang pasif dan membiarkan
organisasi berjalan menurut temponya sendiri tanpa banyak mencampuri bagaimana
organisasi harus dijalankan dan digerakkan.
Nilai-nilai yang dianut seorang pemimpin tipe laissez faire dalam menyelenggarakan
fungsi-fungsi kepemimpinannya biasanya bertolak dari filsafat hidup bahwa manusia pada
dasarnya memiliki rasa solidaritas dalam kehidupan bersama, mempunyai rasa tanggung
jawab yang besar terhadap tugas yang harus diembannya. Dengan sikap demikian, tidak ada
alasan kuat untuk memperlakukan para bawahan sebagai orang-orang yang tidak dewasa,
tidak bertanggung jawab, tidak setia dan sebagainya. Karena itu pandangan pemimpin yang
laissez faire, nilai yang tepat dalam hubungan atasan-bawahan adalah nilai yang didasarkan
kepada saling mempercai yang besar.
Pemimpin laissez faire dalam memimpin organisasi biasanya bersikap permisif,
dalam arti bahwa anggota organisasi boleh saja bertindak sesuai dengan keyakinan dan
bisikan hati nuraninya asal saja tujuan organisasi tetap tercapai. Kontribusinya dalam
menyusun struktur tugas para bawahan dapat dikatakan minimum. Kepentingan dan
kebutuhan para bawahan itu, mereka akan dengan sendirinya berperilaku positif dalam
kehidupan organisasinya.
Dengan sikap yang permisif, perilaku pemimpin yang laissez faire cenderung
mengarah kepada memperlakukan bawahan sebagai rekan kerja. Hanya saja kehadirannya
sebagai pimpinan diperlukan sebagai akibat dari adanya struktur dan hirarki organisasi.
Ciri-ciri gaya kepemimpinan laissez faire adalah sebagai berikut:
 Pimpinan melimpahkan wewenang sepenuhnya kepada bawahan.
 Keputusan lebih banyak dibuat oleh bawahan.
 Pimpinan hanya berkomunikasi apabila diperlukan oleh bawahan.
 Hampir tidak ada pengawasan terhadap perilsaya bawahan.
 Prakarsa selalu berasal dari bawahan.
 Hampir tidak ada pengarahan dari bawahan.
 Peran pimpinan sangat sedikit dalam kegiatan kelompok.
 Kepentingan pribadi lebih penting daripada kepentingan kelompok.
 Tanggung jawab keberhasilan organisasi dipikul oleh perorangan.
#Tipe Demokratik
Baik di kalangan ilmuwan maupun kalangan praktisi sepakat bahwa tipe pemimpin
yang paling ideal dan paling didambakan adalah tipe pemimpin yang demokratik. Memang
umum dakui bahwa pemimpin yang demokratik tidak selalu merupakan pemimpin yang
paling efektif dalam kehidupan organisasi. Karena, ada kalanya dalam bertindak dan
mengambil keputusan bisa terjadi keterlambatan sebagi konsekuensi keterlibatan para
bawahan dalam proses pengambilan keputusan tersebut. Tetapi, dengan berbagai
kelemahannya, pemimpin yang demokratik tetap dipandang sebagai pemimpin terbaik
karena kelebihan-kelebihannya mengalahkan kekurangn-kekurangannya.
Pemimpin yang demokratik biasanya memandang peranannya selaku koordinantor
dan integrator dari berbagai unsur dan komponen organisasi sehingga bergerak sebagai
suatu totalitas. Pendekatan dalam menjalankan fungsi-fungsi kepemimpinannya adalah
pendekatan yang holistik dan integralistik. Tidak kecil peranan yang dimainkan oleh nila-nilai
yang dianut oleh seorang pemimpin yang demokratik dalam peningkatan usahanya menjadi
pemimpin yang efektif.
Keseluruhan nilai-nilai yang dianut berangkat dari filsafat hidup yang menjunjung
tinggi harkat dan martabat manusia. Pemimpin yang demokratik memperlakukan manusia
dengan cara yang manusiawi. Satu rumus yang nampaknya sangat sederhana, akan tetapi
sesungguhnya merupakan sumber dari semua persepsi, sikap perilaku dan gaya
kepemimpinan seseorang. Nilai demikian tidak dimiliki oleh pemimpin yang otokratik. Juga
tidak selalu dimiliki oleh pemimpin yang paternalistik. Tidak pula oleh seorang pemimpin
tipe laissez faire.
Ciri-ciri kepemimpinan gaya demokratik adalah:
 Wewenang pimpinan tidak mutlak
 Pimpinan bersedia melimpahkan sebagian wewenang kepada bawahan.
 Keputusan dibuat bersama anatara pimpinan dan bawahan.
 Komunikasi berlangsung timbal balik.
 Pengawasan dilakukan secara wajar.
 Banyak kesempatan dari bawahan untuk menyampaikan saran dan pertimbangan.
 Tugas-tugas kepada bawahan diberikan dengan lebih bersifat permintaan daripada
instruktif.
 Pujian dan kritik seimbang.
 Pimpinan memperhatikan perasaan dalam bersikap dan bertindak.
 Terdapat suasana saling percaya, saling hormat menghormati, dan saling
menghargai.
 Tanggung jawab keberhasilan organisasi ditanggung secara bersama-sama.
Perlu diperhatikan bahwa pendekatan yang manusiawi, cara bertindak yang
mendidik bukanlah kelemahan, melainkan sebagai salah satu sumber kekuatan pemimpin
yang demikian. Dikatakan sebagai salah satu sumber kekuatannya karena dengan sikap
demikian ia menjadi seorang pemimpin yang disegani dan dihormati, bukan pemimpin yang
ditakuti. Seorang pemimpin yang dihormati dan disegani dan bukan ditakuti karena
perilakunya dalam kehidupan organisasi. Perilakunya mendorong para bawahannya
menumbuhkan dan mengembangkan daya inovasi dan kreativitasnya. Dengan sungguh-
sungguh ia mendengarkan pendapat, saran dan bahkan kritik orang lain, terutama
bawahannya.
Jika terjadi kesalahan, pimpinan yang demokratik berada di samping bawahan yang
berbuat kesalahan itu bukan untuk menindak atau menghukumnya, melainkan
meluruskannya sedemikian rupa sehingga bawahan tersebut belajar dari kesalahannya itu
dan dengan demikian menjadi anggota organisasi yang lebih bertanggung jawab. Satu lagi
karakteristik penting seorang pemimpin yang demokratik yang sangat positif adalah dengan
cepat ia menunjukakan penghargaannya kepada para bawahan yang berprestasi.
F. Siap memimpin dan siap dipimpin
Kesiapan memimpin merupakan proses seumur hidup. Kita semua bisa belajar untuk
memimpin lebih baik. Tak ada di antara kita yang pernah sungguh-sungguh siap memimpin.
Kalau berkenaan dengan kepemimpinan, kita semua adalah WIP (works in progress). Yang
perlu kita lakukan adalah kesedian mengambil peran sebagai pemimpin. Artinya, bersikap
dan bertindak sebagai pemimpin dalam kehidupan sehari-hari, dengan atau tanpa jabatan
sekalipun.
Masing-masing kehidupan kita adalah laboratorium kepemimpinan. Kita tidak butuh
jabatan atau organisasi untuk memimpin karena hakikatnya masing-masing dari kita adalah
pemimpin (minimal bagi diri sendiri). Yang kita butuhkan tak lebih dari passion (gairah) dan
attitude (sikap) untuk membuat perbedaan positif dan kesadaran akan peluang memimpin
yang muncul setiap hari di tempat, di rumah, bersama teman dan sahabat, di dalam
lingkungan kita. Bila masing-masing dari kita memilih untuk memimpin pada saat yang tepat
dengan cara yang tepat, bayangkan seperti apa organisasi, perusahaan, lingkungan dan
dunia kita.
Tindakan dan sikap kita lebih penting daripada yang kita sadari. Orang yang bersikap
sebagai pemimpin mengerti bahwa segala yang mereka kerjakan dan tidak kerjakan adalah
berarti. Tugas pertama dari mereka yang siap memimpin adalah kesiapan untuk dipimpin.
Karena seseorang tidak akan pernah benar-benar menjadi pemimpin tanpa siap dipimpin
sebelumnya. Ketangguhan mental (EQ) dan spiritual (SQ) seperti ini adalah ciri-ciri orang
yang bertindak sebagai pemimpin dalam kehidupan ini. Mereka tidak khawatir dengan
apapun jabatan mereka. Sebaliknya, mereka menerima dan menjalani apa yang mereka
hadapi dengan lapang dada dan berjiwa pemimpin.
G. Meneladani Kepemimpinan tokoh dunia
Bagi Anda pembaca, mungkin pernah mendengar seorang tokoh bernama Abraham
Lincoln. Ia lahir 12 Februari 1809 di Kentucky, AS. Ia adalah Presiden Amerika Serikat ke-16.
Ia dikenang sebagai tokoh pemimpin pemerintahan yang berhasil sepanjang sejarah
amerika. Ia juga berjasa telah menghapuskan perbudakan dan menyatukan Amerika Utara
dan Selatan sehingga menjadi Negara federasi bersatu.
Namun, tahukah Anda bahwa sebenarnya Ia adalah seorang yang gagap hingga ibunya
khawatir akan masa depannya ini. Kadang Ia dianggap sebagai “homo” oleh para
tetangganya karena tingkah dan cara berpakainya. Pernikahannya pun dengan Marry Todd
dianggap sebagai pernikahan yang tidak bahagia menurut para sejarawan. Namun, Ia
tumbuh menjadi pemuda yang menentang perbudakan. Ia meninggal karea dibunuh oleh
John Wilkes Booth saat menyaksikan pertunjukan teater. Sayang, walaupun ia dianggap
sebagai pemimpin pemerintahan yang berhasil, ia kurang berhasil dalam kehidupan
pernikahannya.
Satu tokoh pemimpin lainya adalah Walter Elias Disney yang lahir di Chicago pada
tanggal 5 Desember 1901. Selama ini kehidupan Walt Disney dianggap sebagai pedoman
yang dapat ikuti oleh semua orang kaya. Barang siapa ingin sukses, harus bekerja keras dan
pantang menyerah. Disney bersama dengan seorang temannya, Ube Iwerks mendirikan
agen seni periklanannya yang pertama. Pada tahun 1920 Watl Disney memutuskan berdiri
sendiri dan memasuki dunia animasi kartun. Walt Disney berhasil membangun kerajaan
bisnis diantaranya Disney Studios dan mampu bertahan hingga saat ini. Dia juga berhasil
membangun fantasmagorik Walt Disney-Disneyland, proyek yang dianggap gila-gilaan oleh
bankir-bankirnya.
Saat ini Disneyland telah berdiri di berbagai Negara. Walt Disney termasuk orang
terkaya di dunia. Ia telah berhasil mewujudkan impiannya dan para karyawannya.
Perusahaanya juga banyak mendapat penghargaan. Namun, sayangnya Walt Disney hanya
berhasil di bidang seni dan ekonomi saja.
Kita dapat belajar tentang zuhud dan kesederhanaan dari kehidupan Nabi Isa a.s. akan
tetapi, kita tidak dapat menemukan sosok ayah dan suami teladan dari kehidupannya
karena ia tidak menikah. Kita juga tidak dapat menemukan sosok pemimpin pemerintahan
dalam kehidupannya karena ia tidak pernah berkuasa.
Dari kehidupan Nabi Sulaiman a.s., kita dapat menemukan sosok pemimpin yang adil
dan orang kaya yang bersyukur. Akan tetapi , kita tidak dapat menemukan kepribadian
orang tertindas, lemah dan miskin dari kehidupannya.
So, Kita harus belajar kepemimpinan yang sukses secara universal dari siapa?
Pertanyaan itu yang berusaha Saya jawab melalui buku yang Anda baca saat ini. Maka,
bersyukurlah karena Anda telah mendapatkannya, Alhamdulillah.
#the Most Influential Persons in History
“Leadership is influence.” (John C. Maxwell)
Kepribadian yang tidak ada duanya adalah kepribadian Rasulullah Muhammad Saw. Saya
menyatakan demikian bukan hanya karena Saya seorang muslim, tetapi itulah kenyataanya.
Allah Swt. Berfirman dalam Q.S. Al Ajzab: 21.
“Sesungguhnya telah ada pada (diri) Rasulullah itu suri teladan yang baik bagimu…”
Michael Hart (1978) dalam bukunya yang bertajuk The 100: A Rangking of the Most
Influential Persons in History telah menempatkan Nabi Muhammad Saw sebagai tokoh
nomor 1 yang paling berpengaruh sepanjang sejarah, dan hanya menempatkan Nabi Isa as
(Yesus Kristus) di urutan ketiga.
Michael Hart menulis:
“Jatuhnya pilihan Saya kepada Muhammad (Saw.) dalam urutan pertama daftar
Seratus Tokoh yang berpengaruh di dunia mungkin mengejutkan sementara pembaca
dan mungkin jadi tanda tanya sebagian yang lain. Tetapi Saya berpegang pada keyakinan
Saya, dialah Muhammad (Saw.) satu-satunya manusia dalam sejarah yang berhasil
meraih sukses-sukses luar biasa baik ditilik dari ukuran agam maupun lingkup duniawi.”
Selanjutnya Ia menulis:
“Lebih jauh dari itu (berbeda dengan Isa) Muhammad *Saw.+ bukan semata
pemimpin agama tapi juga pemimpin duniawi, akan tetapi Nabi Isa [as.] tidak mendapat
kedudukan seperti itu. Pendek kata, keteladanan beliau dalam setiap hal
menggambarkan kepribadian beliau yang suci dalam corak yang semakin bertambah
terang.”
Demikian Michael Hart menulis secara objektif kedudukan Nabi Muhammad Saw
sebagai tokoh yang Berpengaruh Sepanjang Sejarah. Bagaimana tidak, Rasulullah Saw.
dilahirkan dalam kondisi yatim di padang pasir tandus di Makkah. Ia kehilangan ayahnya
sebelum dilahirkan dan kehilangan ibundanya pada awal-awal pertumbuhan. Ia tidak
memiliki saudara kandung, baik saudara laki-laki maupun saudara perempuan. Meski
demikian, beliau mampu memimpin berbagai kabilah yang saling bertikai yang memiliki
kebiasaan menggembala hewan ternak. Dalam waktu dua puluh tahun, ia mampu
menciptakan suatu bangsa yang memimpin bangsa-bangsa yang lain. Semua itu dapat diraih
dengan iman dan percaya pada Allah, perencanaan, pengorganisasian, pengorbanan serta
perjuangan dan keringat.
Orang-orang Barat mengenal pengembaraan, penelitian dan kerja keras setelah lahirnya
sejarah Rasulullah dan apa yang ia perbuat untuk kemanusiaan. Mereka mampu
menemukan benua Amerika dan mampu menyingkap jalan melalui Tanjung Harapan (Cape
Town, Afrika Selatan). Dari sejarah Rasulullah Saw., kita dapat belajar tentang nilai
kepemimpinan, kebebasan, keadilan, dan kesetaraaan.
Semua orang besar yang dikenal dalam sejarah memiliki pengaruh terbatas. Bahkan,
kebesaran mereka berkurang ketika Rasulullah datang dan mampu mengajarkan para
sahabat dan kaum muslim tentang keseimbangan aspek material dan spiritual.
Dalam diri Rasulullah Muhammad Saw. telah terkumpul semua status sosial
manusia. Beliau pernah hidup sebagai orang tertindas dan penguasa. Beliau pernah menjadi
panglima perang, pernah menang dan kalah. Beliau pernah berdiplomasi dan membuat
perjanjian. Maka, beliau adalah panutan yang terbaik dan teladan dalam segala kondisi.
Self-Management dan Potensi Diri
Self-Management dan Potensi Diri
Self-Management dan Potensi Diri
Self-Management dan Potensi Diri
Self-Management dan Potensi Diri
Self-Management dan Potensi Diri
Self-Management dan Potensi Diri
Self-Management dan Potensi Diri
Self-Management dan Potensi Diri
Self-Management dan Potensi Diri
Self-Management dan Potensi Diri
Self-Management dan Potensi Diri
Self-Management dan Potensi Diri
Self-Management dan Potensi Diri
Self-Management dan Potensi Diri
Self-Management dan Potensi Diri
Self-Management dan Potensi Diri
Self-Management dan Potensi Diri
Self-Management dan Potensi Diri
Self-Management dan Potensi Diri
Self-Management dan Potensi Diri
Self-Management dan Potensi Diri
Self-Management dan Potensi Diri
Self-Management dan Potensi Diri
Self-Management dan Potensi Diri
Self-Management dan Potensi Diri
Self-Management dan Potensi Diri
Self-Management dan Potensi Diri
Self-Management dan Potensi Diri
Self-Management dan Potensi Diri
Self-Management dan Potensi Diri
Self-Management dan Potensi Diri
Self-Management dan Potensi Diri
Self-Management dan Potensi Diri
Self-Management dan Potensi Diri
Self-Management dan Potensi Diri
Self-Management dan Potensi Diri

More Related Content

Similar to Self-Management dan Potensi Diri

Majalah Info BPJS Kesehatan, Edisi 15, Tahun 2014
Majalah Info BPJS Kesehatan, Edisi 15, Tahun 2014Majalah Info BPJS Kesehatan, Edisi 15, Tahun 2014
Majalah Info BPJS Kesehatan, Edisi 15, Tahun 2014BPJS Kesehatan RI
 
Kunci Sukses PNS, berpola pikir positif, mengayomi dan peka terhadap kepentin...
Kunci Sukses PNS, berpola pikir positif, mengayomi dan peka terhadap kepentin...Kunci Sukses PNS, berpola pikir positif, mengayomi dan peka terhadap kepentin...
Kunci Sukses PNS, berpola pikir positif, mengayomi dan peka terhadap kepentin...Lytagenia
 
Majalah Kekuatan Sugesti Edisi Mei 2016
Majalah Kekuatan Sugesti Edisi Mei 2016Majalah Kekuatan Sugesti Edisi Mei 2016
Majalah Kekuatan Sugesti Edisi Mei 2016Firman Pratama
 
E book dont let anything stop you by anthony dio martin
E book dont let anything stop you by anthony dio martinE book dont let anything stop you by anthony dio martin
E book dont let anything stop you by anthony dio martinP Wijayanto
 
Ebook gratis DON'T LET ANYTHING STOP YOU by Anthony Dio Martin
Ebook gratis DON'T LET ANYTHING STOP YOU by Anthony Dio MartinEbook gratis DON'T LET ANYTHING STOP YOU by Anthony Dio Martin
Ebook gratis DON'T LET ANYTHING STOP YOU by Anthony Dio Martinadmartin
 
E book cara mengatasi over thinking (www.synergyperforma.com)
E book cara mengatasi over thinking  (www.synergyperforma.com)E book cara mengatasi over thinking  (www.synergyperforma.com)
E book cara mengatasi over thinking (www.synergyperforma.com)MAKHMUD KUNCAHYO
 
EBook Anthony Dio Martin : MEMINJAM PIKIRAN ORANG LAIN
EBook Anthony Dio Martin :  MEMINJAM PIKIRAN ORANG LAINEBook Anthony Dio Martin :  MEMINJAM PIKIRAN ORANG LAIN
EBook Anthony Dio Martin : MEMINJAM PIKIRAN ORANG LAINAnthony Dio Martin
 
Majalah Kekuatan Sugesti Edisi April 2017
Majalah Kekuatan Sugesti Edisi April 2017Majalah Kekuatan Sugesti Edisi April 2017
Majalah Kekuatan Sugesti Edisi April 2017Firman Pratama
 
Leadershipbyacharacter 100408043423-phpapp01
Leadershipbyacharacter 100408043423-phpapp01Leadershipbyacharacter 100408043423-phpapp01
Leadershipbyacharacter 100408043423-phpapp01supoyono
 
Juwiter SMPN 1 Sukamulia Lombok Timur
Juwiter SMPN 1 Sukamulia Lombok TimurJuwiter SMPN 1 Sukamulia Lombok Timur
Juwiter SMPN 1 Sukamulia Lombok TimurEmzet Juwitour
 
Majalah Kekuatan Sugesti Edisi Maret 2016
Majalah Kekuatan Sugesti Edisi Maret 2016Majalah Kekuatan Sugesti Edisi Maret 2016
Majalah Kekuatan Sugesti Edisi Maret 2016Firman Pratama
 
Belajar dari kesilapan
Belajar dari kesilapanBelajar dari kesilapan
Belajar dari kesilapanNor Arbi
 

Similar to Self-Management dan Potensi Diri (20)

Majalah Info BPJS Kesehatan, Edisi 15, Tahun 2014
Majalah Info BPJS Kesehatan, Edisi 15, Tahun 2014Majalah Info BPJS Kesehatan, Edisi 15, Tahun 2014
Majalah Info BPJS Kesehatan, Edisi 15, Tahun 2014
 
Kunci Sukses PNS, berpola pikir positif, mengayomi dan peka terhadap kepentin...
Kunci Sukses PNS, berpola pikir positif, mengayomi dan peka terhadap kepentin...Kunci Sukses PNS, berpola pikir positif, mengayomi dan peka terhadap kepentin...
Kunci Sukses PNS, berpola pikir positif, mengayomi dan peka terhadap kepentin...
 
Surat Untuk Negarawan Muda
Surat Untuk Negarawan MudaSurat Untuk Negarawan Muda
Surat Untuk Negarawan Muda
 
Majalah Kekuatan Sugesti Edisi Mei 2016
Majalah Kekuatan Sugesti Edisi Mei 2016Majalah Kekuatan Sugesti Edisi Mei 2016
Majalah Kekuatan Sugesti Edisi Mei 2016
 
A
AA
A
 
E book dont let anything stop you by anthony dio martin
E book dont let anything stop you by anthony dio martinE book dont let anything stop you by anthony dio martin
E book dont let anything stop you by anthony dio martin
 
Ebook gratis DON'T LET ANYTHING STOP YOU by Anthony Dio Martin
Ebook gratis DON'T LET ANYTHING STOP YOU by Anthony Dio MartinEbook gratis DON'T LET ANYTHING STOP YOU by Anthony Dio Martin
Ebook gratis DON'T LET ANYTHING STOP YOU by Anthony Dio Martin
 
E book cara mengatasi over thinking (www.synergyperforma.com)
E book cara mengatasi over thinking  (www.synergyperforma.com)E book cara mengatasi over thinking  (www.synergyperforma.com)
E book cara mengatasi over thinking (www.synergyperforma.com)
 
EBook Anthony Dio Martin : MEMINJAM PIKIRAN ORANG LAIN
EBook Anthony Dio Martin :  MEMINJAM PIKIRAN ORANG LAINEBook Anthony Dio Martin :  MEMINJAM PIKIRAN ORANG LAIN
EBook Anthony Dio Martin : MEMINJAM PIKIRAN ORANG LAIN
 
Majalah Kekuatan Sugesti Edisi April 2017
Majalah Kekuatan Sugesti Edisi April 2017Majalah Kekuatan Sugesti Edisi April 2017
Majalah Kekuatan Sugesti Edisi April 2017
 
Kotbah pemuda
Kotbah pemudaKotbah pemuda
Kotbah pemuda
 
Leadershipbyacharacter 100408043423-phpapp01
Leadershipbyacharacter 100408043423-phpapp01Leadershipbyacharacter 100408043423-phpapp01
Leadershipbyacharacter 100408043423-phpapp01
 
Juwiter SMPN 1 Sukamulia Lombok Timur
Juwiter SMPN 1 Sukamulia Lombok TimurJuwiter SMPN 1 Sukamulia Lombok Timur
Juwiter SMPN 1 Sukamulia Lombok Timur
 
Proses kawalan minda
Proses  kawalan  mindaProses  kawalan  minda
Proses kawalan minda
 
Majalah Kekuatan Sugesti Edisi Maret 2016
Majalah Kekuatan Sugesti Edisi Maret 2016Majalah Kekuatan Sugesti Edisi Maret 2016
Majalah Kekuatan Sugesti Edisi Maret 2016
 
Profile the risisng star
Profile the risisng starProfile the risisng star
Profile the risisng star
 
Belajar dari kesilapan
Belajar dari kesilapanBelajar dari kesilapan
Belajar dari kesilapan
 
Quantum learning 01
Quantum learning 01Quantum learning 01
Quantum learning 01
 
Buku mentoring 13
Buku mentoring  13Buku mentoring  13
Buku mentoring 13
 
Motivasi organisasi
Motivasi organisasiMotivasi organisasi
Motivasi organisasi
 

Self-Management dan Potensi Diri

  • 1. “Catatan Seorang Kader Ismakes Jabar” GERBANG I “Organisasi tercintaku, laboratorium kehidupanku, wahana rekreasiku” Oleh: M.S. Hasbyalloh (Ketua Forum Alumni Ismakes Jabar 2014) ”Satu Padu Tempa Diri Raih Cita Sehat Semua” DAFTAR ISI Prolog Aku dan Gelas-gelas yang mereka hempaskan Intrapersonal soft skills Aku dan Ilmu, pengalaman, pengamalan ilmu - Self managemengt (Manajemen diri) - Leadership (Kepemimpinan) - Public speaking (Kemampuan berbicara di depan umum) - Personalities (Kepribadian) Epilog Aku dan perasaan mereka
  • 2. PROLOG Jika kawan berkunjung ke Bandung, bertandang untuk memenuhi undangan dari Ismakes Jabar, sendirian, beramai-ramai atau sebagai utusan pengurus daerah atau korwil untuk satu tugas nan mulia. Maka kawan akan hinggap pertama kali di Bumi Panyileukan. Sebab di sanalah dermaga dan di sana pula sekretariat, tempat para mahasiswa yang menamakan dirinya sebagai agent of change melabuhkan hati dan perasaan. Di sebuah bangunan yang tidak terlalu bagus itu, segala ide digagas dan pergerakan digulirkan. Namun, jangan silap mendengarku mengucapkan sekretariat, seakan-akan banyak perlengkapan di sana dan uang kas nya banyak. Kenyataannya hanya beberapa peralatan saja dan tak ada uang, karena organisasi kami tidak dibesarkan oleh uang. Di sekretariat itu, kader-kader Ismakes mengisahkan nasibnya, menghempaskan gelas- gelas terakhirnya di sudut ruang itu. Serombongan kader dari dalam dan luar kota berbondong-bondong datang, demi untuk sebuah perkumpulan, merencanakan ini dan itu. Lalu mereka pulang ke tempat masing-masing untuk kuliah, adakalanya menginap, semuanya demi sebuah keberkawanan. Suatu malam, di setiap kegiatan yang direncanakan ataupun kebencanaan, kamu akan melihat mata-mata yang berbinar dengan semangat yang membakar, mereka bukan saudara juga sanak keluarga, mereka saling membantu satu sama lain. Beberapa orang membenamkan wajahnya dalam jaket yang menjadi selimut dari dinginnya malam, sebagian bekerja menuntaskan pekerjaan mulia secara bergiliran, sebagian sibuk menyiapkan makanan dan sebagian bersenda gurau menghibur malam hingga pagi. Hujan, panas dan setumpuk tugas kuliah menggodai setiap kader yang akan bergerak dan berkarya di organisasi ini. Perbedaan pendapat, perbedaan kepribadian, rasa sakit hati, iri dan dengki, menggodai jiwa-jiwa yang tengah bergelut dalam pergerakan organisasi ini. Ada yang kalah dan pulang, ada yang tetap bertahan dan menjunjung tinggi makna kerukunan dalam kehidupan berkepribadian. Adalah aku, menjadi saksi mereka yang bertahan, tak sekedar bertahan mereka menyerang. Lebih dari itu, mereka belajar, menempa dan mengembangkan diri. Atas nama loyalitas dan kecintaan pada organisasi ini, beberapa alumni angkatan milenium menggagas wadah dan badan usaha, alasannya simpel ingin Ismakes mandiri dan melakukan ekspansi besar-besaran ke pelosok nusantara. Kita punya mimpi besar, mahasiswa kesehatan bersatu! Indonesia sehat semua! Mereka berasal dari macam-macam jurusan kesehatan, beragam kampus kesehatan di Jawa Barat, berbeda karakter kepribadian dan berbeda umur. Meski demikian moto mereka sama, Satu Padu Tempa Diri Raih Cita Sehat Semua!.
  • 3. (Bab Satu Padu) Self Management Suatu hari, saya mendapat kabar gembira, menerima e-mail dari seseorang yang tidak saya kenal sebelumnya. Mr Ajay Mudgil, seorang doktor dan koordinator pelatihan di Centre for Development of Advanced Computing di ibu kota Punjab, India. Saya diselamati karena berkesempatan mendapatkan shcolarship training selama satu bulan di sana. Bukan main senangnya waktu itu, setelah sujud syukur saya langsung mengurus tiket dan visa ke kedutaan India di Jakarta, menyiapkan segala kebutuhan selama tinggal di sana, dan meminta izin meninggalkan segala aktivitas di dalam negri. Sayangnya, saya harus berangkat dan menikmati perjalanan ini sendirian, karena tidak diizinkan membawa keluarga selama pelatihan di sana. Dalam tiket tertulis saya akan transit dua kali, pertama di Singapura dan yang kedua di Mumbay sebelum tiba di ibu kota Punjab, Chandigarh. Dan saya akan dijemput oleh utusan C-DAC di sana. Saat tiba di Shrivaji Mumbay, waktu itu pukul satu dini hari waktu setempat, saya berpindah bandara menggunakan taksi yang direkomendasikan petugas bandara, tanpa fikir panjang saya mengiyakan dengan asumsi paling tidak lebih aman karena direkomendasikan. Dan saya tertipu!. Hal yang tidak diinginkan pun terjadi, terdampar di negri orang tanpa sepeser pun dollar dan rupe. Sopir taksi dan kawannya telah merampas isi dompet saya. Kartu atm tak bermanfaat karena sederet nomer pin nya tertinggal di handphone yang nge-hank sejak tiba di Mumbay, fasilitas internet? Enggak akan berfaedah karena password Wifi dikirim ke nomor handphone. Dan tak ada fasilitas PC internet umum di sana. Gawat!. Saya berusaha menguasai diri dan tetap tenang, beruntung saat check-in bagasi saya hanya 14 kg karena penerbangan domestik hanya diperbolehkan 15 kg, Alhamdulillah berarti saya tidak perlu mengeluarkan uang untuk extra baggage. Saat itu saya hanya tersenyum kecut, mendesah seraya geleng-geleng kepala. Ampuni hamba jika ternyata musibah ini karena kelalaian hamba, Ya Rabb, bisik saya dalam hati. Tetapi jika memang laki-laki itu sering melakukan hal yang serupa pada turis lain, saya benar-benar didera beribu keprihatinan. Apa yang kurang dari dia? Ia masih muda dan umurnya tak jauh dengan umur saya. Sehat. Ia kuat. Andai dia seorang anak muda yang jujur dan bersungguh-sungguh dalam pekerjaannya tentu dia akan mendapatkan sesuatu yang lebih. Seandainya dia mau lebih banyak memutar otak, maka ia akan menemui sesuatu yang ia harapkan. Ia akan meniti tangga kesuksesan yang lebih. Ia akan menjadi seorang juara. Akan tetapi, begitulah kehidupan. Ada yang baik, ada yang jahat. Ada yang pandai, ada yang bodoh. Hanya saja yang perlu kita renungkan - segala bentuk kebaikan adalah kehendak Allah - bahkan Allah tak pernah mengharapkan hambanya menjadi seorang yang bodoh, miskin, pecundang, jahat. Sebagai bukti, setiap manusia terlahir dengan membawa kelebihan yang jika dioptimalkan mampu menutup kekurangan yang ia miliki. Menurut Samuel Butler, “Life is the art of drawing sufficient conclusions from insuficient premises.” Hidup adalah seni menarik kesimpulan yang memadai dari alasan- alasan yang tidak memadai. Hidup adalah menata rubik yang tak beraturan, menyusun
  • 4. keselarasan warna, mendesak kesabaran dan ketelitian. Menjadi sesuatu yang berwujud, bermakna, dan berguna bagi kehidupan kita. *** Mari kita lupakan pria India tadi, yang telah mengabaikan kelebihan atas dirinya dengan melakukan hal yang buruk. Mematikan kebintangan dalam dirinya yang telah dianugrahkan oleh Allah SWT. Dalam bahasan bab pertama ini, ada beberapa pertanyaan yang akan saya ajukan pada pembaca. Apakah saat ini kamu sedang merasa bukan ‘siapa-siapa’?, tidak bisa ‘apa-apa’?, dan tak mungkin menjadi ‘apa-apa’?. Atau kamu ingin jadi ‘apa-apa’, yang bisa melakukan ‘apa-apa’, tapi bingung bagaimana untuk memulai dan mewujudkannya?. Berbahagialah karena itu tandanya kamu masih diberikan kehidupan oleh Allah SWT, karena banyak orang yang merasa dirinya ‘apa-apa’ dan mampu melakukan ‘apa-apa’ padahal sesungguhnya ia tidak bisa ‘apa-apa’ dan bukan ‘siapa-siapa’. Saya berharap setelah kamu membaca tulisan dalam buku ini, kamu mampu menyibak awan gelap dalam dirimu dan berfokus pada potensi dalam dirimu, sebagaimana kamu melihat bintang gemintang di malam hari yang menakjubkan. Tak ada orang biasa di dunia ini, setiap orang berpotensi untuk menjadi luar biasa. Yang ada hanyalah mereka yang gagal menjadikan dirinya istimewa dengan segala potensi yang dimilikinya. Kegagalan itu mungkin disebabkan faktor lingkungan, karena sistem manajemen diri yang tidak mendukung. Aktif di organisasi sehingga kuliah keteteran, nilai jeblok, bahkan kesehatan terganggu yang pada akhirnya melehmahkan potensi yang ada dalam diri. Atau karena tekun dan rajin mengikuti perkuliahan, menyelesaikan kuliah dengan IP tinggi tapi minim pengalaman dalam berorganisasi, sehingga keteteran dalam pergaulan di dunia kerja, bahkan kesehatan psikologi pun terganggu stres karena tekanan di dunia kerja. Kamu boleh menganggap dirimu sebagai objek hantaman faktor lingkungan, tapi jika begitu kamu akan semakin terjebak dalam frustasi. Kamu harus mengubah ketidaknyamanan itu, dengan memulai dari diri kamu sendiri. Menata diri dengan memaksimalkan segala potensi dalam diri, dan kamu akan menjadi sang juara yang sesungguhnya. You can if you think you can. Asep Zaenal Mustafa, nama yang tidak asing bukan? Beliau salah satu anggota MPO (Majelis Pertimbangan Organisasi) Ismakes jabar dan pejabat di Kemenkes RI, Pada masanya tahun 1986 ia menggagas sebuah pergerakan organisasi mahasiswa kesehatan se-Jawa Barat dengan tujuan mulia, meningkatkan derajat kesehatan masyarakat. Mengajak mahasiswa kesehatan berbuat nyata untuk bangsa, merubah paradigma berfikir mahasiswa apatis yang hanya menyibukkan diri dengan diktat kuliah tanpa melsayakan apa-apa untuk bangsa. Apakah upayanya dahulu terhenti begitu saja karena perkembangan zaman?, tidak!. Apa yang dilsayakannya dulu bermanfaat hingga kini, organisasi yang pernah digagas olehnya telah melahirkan banyak pemimpin-pemimpin muda, perjuangan untuk meningkatkan derajat kesehatan masyarakat masih tetap bergulir hingga saat ini. Dan bukankah Newton, ketika menemukan teori gravitasi pun berawal dari ketika ia memikirkan sebutir apel yang jatuh dari pohonnya.
  • 5. Jika mengejewantahkan sebuah pemikiran menjadi karya nyata itu sulit, memang itulah sunnatullah, no pain no gain!. Think big, start small, act now!. Berfikir besar, lalu mulailah dari yang kecil, dan lsayakan sekarang juga!. Jika tak mampu bekerja sendiri, berjamaahlah!. *** #WHO AM I? a. Kenali diri Kesadaran dalam pengenalan diri dalam ajaran Islam adalah hal utama yang harus dilsayakan oleh seorang muslim, tertuang dalam surat al-‘Alaq ayat pertama yang berbunyi, “Iqra bismirabbika ladzii khalaq” (bacalah dengan nama Tuhanmu yang telah menciptakan). Iqra (membaca) dalam konteks ini bisa bermakna luas. Namun jika dikaitkan dengan ayat lain dalam surat adz-Dzaariyaat ayat 21, “wafii anfusikum afala tubshiruun” (dan pada dirimu sendiri, maka apakah kamu tidak memperhatikan?), bisa dimaknai bahwa aktifitas ‘membaca diri’ merupakan hal utama. Pengenalan terhadap diri sendiri akan melahirkan konsep diri yang mapan, dan melahirkan prinsip hidup yang kuat. Apakah tugas pertama dan utama dari manusia? Jawabannya singkat: menjadi dirinya sendiri. menurut Henrik Ibsen, “What’s a man firsty duty? The answer is brief: to be himself.” Apakah kita sudah menjadi diri sendiri? atau sedang berproses ‘menjadi diri sendiri’, atau sekian lama terjebak dalam diri yang bukan diri kita. Ketika saya terlahir dan tumbuh menjadi dewasa, saya menjadi tahu potensi-potensi dalam diri saya, misalnya saya memiliki bakat menggambar dan mudah bergaul dengan orang lain. Pengetahuan akan potensi diri itu tentu tidak datang begitu saja, namu hadir melalui proses belajar. Lalu setelah mengetahui potensi tersebut, lantas saya mampu menjadi diri saya?. Tidak! Butuh aktualisasi, proses penempaan diri untuk menjadi diri saya yang optimal. Proses yang secara aktif atau pasif, aktif berarti direncanakan, diorganisir, diimplementasikan, dan dievaluasi. Dengan tujuan serta target tertentu. Pasif, berarti saya melewati waktu demi waktu begitu saja, tanpa rencana, mengalir saja seperti air. Menjadi obyek perputaran waktu, bukan menjadi subyek yang menyesuaikan dengan perputaran waktu. b. Konsep manusia Seorang filsuf Yunani memberikan kesimpulannya tentang sebab apa manusia diciptakan, Plato berkata: “Sesuatu yang diciptakan harus tentunya diciptakan oleh suatu sebab.” Jika para filsuf itu harus berfikir keras menyingkap hakekat hidup, sebagai seorang muslim, sebenarnya kita patut bergembira karena telah memiliki panduan hidup, Al- Quran dan as-Sunnah. Apa yang kita dapatkan dari Al-Quran tentang ‘sebab’ penciptaan manusia itu? “Dan Saya tidak menciptakan jin dan manusia melankan supaya mereka menyembah-Ku.” (QS. Adz-Dzariyaat: 56). Setelah tugas ibadah yang dengan sendirinya melekat pada seorang manusia begitu ia diciptakan dan mendapatkan kesempurnaan akal-budi, maka ia pun kembali
  • 6. mendapat amanah yang agung. Amanah sebagai khalifatu fil ardhi. Penguasa di atas muka bumi. Allah berfirman, “Ingatlah ketika Rabb-mu berfirman kepada para malaikat: ‘Sesungguhnya Saya hendak menjadikan seorang khalifah di muka bumi’. Mereka berkata: ‘Mengapa Engkau hendak menjadikan (khalifah) di bumi itu orang yang akan membuat kerusakan padanya dan menumpahkan darah, padahal kami senantiasa bertasbih dengan memuji Engkau dan menyucikan Engkau?’ Rabb berfirman: ‘Sesungguhnya Saya mengetahui apa yang tidak kamu ketahui”. (QS. Al- Baqarah: 30). Mengapa Allah lebih memilih manusia dibanding malaikat yang senantiasa bertasbih, memuji dan menyucikan Allah. Juga makhluk-makhluk lain seperti gunung, bintang, hewan, tumbuhan dan sebagainya. Mari simak, firman Allah berikut ini: “Sesungguhnya Kami menciptakan manusia dalam bentuk sebaik-baiknya.” (QS. At-Tin: 4). Ya, saya, kamu dan mereka adalah makhluk dengan sebaik-baik bentuk, Allah sendiri yang memberikan legitimasi dalam ayat tersebut. Manusia merupakan makhluk sempurna karena ia adalah perpaduan antara jasad (fisik), fikriyah (akal) dan qalbun (hati). Ketiga hal itu menjadi satu, bersenyawa, tak dapat dipisahkan satu sama lain. Kesempurnaan bentuk yang dimaksud dalam ayat tersebut, bisa jadi terejawantahkan dalam ketiga unsur tersebut. Selain diciptakan dalam bentuk yang sebaik-baiknya, manusia adalah makhluk yang unggul, itu suatu hal yang pasti. Proses penciptaan manusianya saja sangat menakjubkan, jutaan sel sperma berkompetisi untuk bisa membuahi 1 sel telur yang telah ‘menunggu’ di tuba falopi. Dan persis seperti sebuah sayembara cinta, jutaan sel itu beradu kecepatan, keperkasaan, kekuatan dan akhirnya hanya akan ada 1 sel sperma yang berhasil, sperma yang paling excellent. Apakah kamu pernah mengikuti suatu kompetisi, misal memperebutkan juara kelas saja yang harus bersaing dengan puluhan murid lainnya. Apa yang kamu anggap kompetisi itu, belum ada apa-apanya bila dibanding apa yang dialami oleh 1 sel sperma yang harus bersaing dengan jutaan pesaingnya. Oleh karenanya, jangan pernah menyepelekan siapapun yang masih berwujud manusia. Karena dari segi penciptaannya saja, prosesnya begitu luar biasa. Sesuatu yang pada dasarnya berkualitas tinggi, jika diukir dengan sepenuh hati, akan bermetamorfosis menjadi sosok manusia hebat yang mampu berkarya dan menebar manfaat untuk sesama. Yang menjadi masalahnya adalah, seberapa besar kita mampu memberikan perawatan bagi si bibit unggul itu, apakah kita akan memupuknya dengan segala kebaikan atau keburukan, menyiraminya dengan hal-hal positif atau negatif. Nick Vujicic adalah salah satu orang sukses dengan segala keterbatasannya, hidup tanpa kaki dan tangan tidak menjadikannya alasan untuk tidak sukses. Tapi banyak orang mempunyai kaki dan tangan, mudah mengeluh dan mengaduh atas nasib yang diterimanya sehingga membuatnya semakin jauh dari kasih sayang Tuhan. #VISIONER Visioner adalah memiliki visi yang jelas dan selalu berorientasi pada visi. Visi adalah mimpi-mimpi kita di masa yang akan datang. Visi merupakan sesuatu yang ideal yang
  • 7. ingin kita capai, yang tentunya berlandaskan pada sesuatu yang benar (haq), visi inilah yang akan menuntun kita berproses seperti apa, tercetak menjadi apa, dan menghadapi ending seperti apa. Sejak kecil saya bercita-cita mengunjungi bangunan cantik bernama Taj Mahal, saya telah jatuh hati saat pertama kali melihat bangunan itu di buku atlas waktu kelas satu SD dulu, meski tak ada yang yakin saya bisa ke sana saya tetap teguh pada pendirian saya bahwa pasti suatu saat Allah akan mengabulkan-Nya. Dua puluh tahun kemudian saya berdiri tepat di depan bangunan cantik nan megah itu. Modal dasar yang diperlukan adalah kamu harus berfikir bahwa kamu bisa, bahkan prasangka Allah pun sesuai dengan prasangka hamba-Nya. Dalam sebuah hadits qudsi, Abu Hurairah ra. Berkata: bersabda Rasulullah saw., “Allah telah berfirman: Saya selalu mengikuti persangkaan hamba-Ku, dan Saya selalu menyertai dia, di mana ia ingat kepada-Ku...” (HR. Bukhari dan Muslim) Jadi langkah awal yang mesti kamu lsayakan adalah menciptakan seperangkat mimpi dalam pemikiranmu, mimpi bahwa kamu bisa menjadi apa yang kamu inginkan, mimpi inilah yang disebut sebagai visi. Visi ini akan menggiring hidup kamu menjadi lebih tertata dan terfokus, karena setiap aktivitas yang dilsayakan akan tertuju pada usaha- usaha pencapaian visi tersebut. Sekedar visi saja tidak cukup kawan, kamu juga haru menyusun misi, yaitu garis-garis besar yang harus kita lsayakan untuk bisa mewujudkan visi tersebut. Ibarat saya memimpikan pergi ke india untuk melihat Taj Mahal tapi tidak punya uang, dan tidak melsayakan apapun termasuk usaha mencari beasiswa. Sampai kapan pun mimpi saya tidak akan pernah terwujud, saya harus mempersiapkan kemampuan bahasa inggris saya, mengikuti tes Ielts atau Toefl kemudian mencari beasiswa, setelah dapat saya harus mengurus paspor, visa dan sebagainya. Seorang juara harus memiliki visi dan misi hidup, dengan demikian kita akan terfokuskan pada pencapaian visi misi itu, waktu yang terlewati akan termanfaatkan dengan baik. Tak ada waktu untuk bersantai-santai apalagi menganggur, hidup menjadi produktif dan mampu menebar manfaat kepada sesama. Sebagai contoh, masih ingatkah kamu tentang kisah pencarian nabi Ibrahim as terhadap Rabb-nya, telah menghasilkan kemampuannya memahami dirinya. Visi dan misi sebagai rasul dan sebagai hamba, berhasil mengantarnya mendapatkan tempat yang utama di sisi Allah SWT. “Sesungguhnya pada mereka itu (Ibrahim dan umatnya) ada teladan yang baik bagimu; (yaitu) bagi orang yang mengharap (pahala) Allah dan (keselamatan pada) hari kemudian. Dan barang siapa yang berpaling, maka sesungguhnya Allah, Dialah Yang Maha Kaya lagi terpuji.” (QS. Al-Mumtahanah: 6). Mari merancang visi dan misi, visi misi di bawah ini sebagai contoh saja dalam menyusun visi misi berdasarkan peta diri di atas. Visi Manusia yang optimal menjalankan peran baik sebagai anak, pemuda, calon insan bhakti husada, aktivis kesehatan, dan anggota masyarakat, yang mampu menjadikan
  • 8. masa mudanya sebagai ajang dakwah dan bermanfaat bagi sesama, dalam rangka mendapatkan keridhaan Allah Azza wa Jalla. Misi 1. Beribadah dengan ikhlas serta sesuai dengan tuntunan syariat Islam, baik ibadah secara khusus maupun secara umum. 2. Melakukan usaha-usaha untuk memperkuat IQ, EQ dan SQ dan menjadikan setiap waktu yang terlewati sebagai aktivitas belajar. 3. Senantiasa bersilaturahmi dengan aktivis kesehatan lainnya, dan berkaya untuk meningkatkan derajat kesehatan masyarakat. 4. Berusaha menjadi anak yang berbakti kepada orang tua, memberikan hasil/prestasi yang baik di bidang akademik dan non-akademik, serta menjadi pemuda yang kuat baik dalam metode maupun dalam pelaksanaannya. Bagaimana jika visi misi kita membentur karang?, kata Afifah dalam bukunya ‘and the star is Me!’ mengatakan, memang sudah jamak jika idealita tidak sama dengan realita. Ketidak samaan itulah yang akan membuat seseorang kratif, inovatif dan bekerja keras untuk – minimal – mendekatkan relita dengan idealita. Sebagai ilustrasi, anda menginginkan aktif di organisasi kesehatan dan bergabung dalam kepengurusan, ternyata kenyataannya tidak sesuai dengan harapan, organisasinya tak jelas arah pemimpinnya tidak tegas dan anggota yang lain acuh tak acuh dengan kondisi seperti itu. Belum lagi sulitnya merubah pola yang sudah berlangsung lama, sehingga ruang untuk mereformasi sangatlah kecil. Seseorang yang optimis akan berusaha untuk merubah keadaan, ia akan mengatasi segala ketidaknyamanan dan memulai dengan hal-hal yang kecil, jika belum sanggup memperbaikinya paling tidak kamu berupaya merubah cara pandangmu terhadap situasi itu. Kamu bisa menghibur diri sendiri, dengan mengatakan bahwa inilah dinamika dalam berorganisasi, karena nahkoda yang handal tidak berlayar di laut yang tenang. Kedua, saat menemui kebutuntuan atau ketidak selarasan dengan visi misi hidup tentu akan timbul gejolak, atau barangkali frustasi dengan kemonotonan. Nampaknya ada dua pilihan, pertama; kamu keluar dari organisasi tersebut jika hal itu dirasa membuat nyaman dan merasa lebih hidup, lebih bermanfaat, lebih produktif dan lebih bersemangat, mengapa tidak?. Akan tetapi, sebagaimana tak semua orang bisa mengambil pilihan kedua, juga tak semua orang bisa bertahan dengan pilihan yang pertama. Tipe-tipe introvert semacam melankolis dan plegmatis, mungkin sanggup berdamai dengan pilihan pertama, tetapi jika Anda ekstrovert semacam sanguinis maupun koleris, saya sarankan kamu ambil pilihan yang kedua. setuju?! #PETA DIRI Sebelum melsayakan pengembangan diri, alangkah baiknya jika dimulai dengan membuat peta diri, peta diri adalah gambaran tentang diri kita. Kita akan menjadi objek yang tervisualisasikan, kita tidak akan memandang diri kita sebagai sesuatu yang abstrak.
  • 9. Untuk menyusun peta diri, kita perlu memahami, siapa diri kita, baik diri yang ideal maupun diri kita yang faktual dengan baik. Langkah pertama, kita perlu mengetahui potensi negatif dan potensi positif yang kita miliki. Kita membuat semacam analisis SWOT (Strength, Weakness, Opportunity dan Threat – atau kekuatan, kelemahan, kesempatan dan hambatan). Setelah itu, kita perlu membuat daftar kategori ideal yang akan dicapai, membuat bayangan sosok kita yang kita harapkan. Gambaran ideal tersebut, semestinya didasarkan atas hasil analisis SWOT, sehingga segala proses yang terjadi pada diri kita, adalah proses yang memang semsetinya trjadi kepada kita. Selanjutnya, kita harus jujur dalam membuat draft gambaran tentang diri kita apa adanya, mendeskripsikan kelemahan-kelemahan kita begitu pun kelebihan-kelebihan kita. Kemudian bandingkan dengan draft gambaran ideal diri kita, jika memang masih ada kesenjangan, maka kita menjadi mengerti bahwa yang harus dilsayakan adalah melsayakan perbaikan-perbaikan, penajaman-penajaman yang mengarah pada sosok ideal diri kita tersebut. PETA DIRI FAKTUAL Strength Weakness Opportunity Threat Potensi Potensi Potensi Potensi  Bakat public  Tidak disiplin  Punya banyak teman aktivis  Orang tua tidak speaking  Leadership  Bakat menggambar  Hobby membaca  Suka menulis waktu  Kurang produktif  Tidak tegas dalam mengambil keputusan organisasi  Banyak kegiatan yang membutuhkan MC, Moderator, Trainer mendukung keaktifan di organisasi  Jadwal kuliah padat Teraktualisasi Teraktualisasi Terjadi Terjadi  Hobby baca novel dibanding diktat kuliah/tulisan ilmiah  aktif menulis di blog  Dicintai kawan  Sering menjadi mc, moderator  Suka begadang  Kecanduan kopi  Tidak fokus  Mudah marah  Ceroboh  Tidak sabaran  Aktif di Ismakes Jabar  Aktif di organisasi kampus (BEM)  Aktif di komunitas buku  Bentrok dengan jadwal kuliah  Jarang pulang ke rumah  Orang tua tidak tahu aktivitas yang diikuti
  • 10. dan trainer Peta diri adalah gambaran diri kita apa adanya (self image/self factual). Pada peta diri tersebut di atas, kita melihat ada poin potensi dan aktualisasi/terjadi. Potensi adalah sesuatu yang masih terpendam – namun masih menjadi suatu bakat yang suatu saat bisa terejawantahkan. Sedangkan aktualisasi adalah sesuatu yang sudah kita wujudkan dalam kehidupan sehari-hari, sudah menjadi bagian dari kebiasaan kita. Kesempatan (opportunity) dan ancaman (threat) juga memiliki potensi yang sewaktu-waktu bisa meledak menjadi sesuatu yang benar-benar terjadi. PETA DIRI IDEAL Strength Weakness Opportunity Threat Potensi Potensi Potensi Potensi  Bakat public speaking  Leadership  Bakat menggambar  Hobby membaca  Suka begadang  Kecanduan kopi  Tidak fokus  Mudah marah  Ceroboh  Tidak sabaran  Punya banyak teman aktivis organisasi  Banyak kegiatan yang membutuhkan MC, Moderator, Trainer  Bentrok dengan jadwal kuliah  Jarang pulang ke rumah  Orang tua tidak tahu  Suka menulis aktivitas yang diikuti Teraktualisasi Teraktualisasi Terjadi Terjadi  Amanah  Jujur  Dicintai kawan  Menerbitkan buku  Menjadi public speaker profesional  Menguasi beberapa aplikasi untuk mendisain gambar  Keaktifan di organisasi menjadi peluang untuk mengembangkan kemampuan public speaking  Menulis dan menerbitkan buku bersama kawan-kawan di Ismakes Jabar  Orang tua mendukung  Disiplin dan pintar mengatur waktu kuliah dan organisasi 
  • 11. Keadaan akan semakin ideal jika kita terus mencoba menggali kekuatan-kekuatan yang kita miliki, mencari kesempatan dan segera menyambut bola kesempatan yang datang kepada kita dengan cepat dan efektif. Jika dijabarkan secara rinci dan sangat detail, saya yakin peta diri kamu tidak sesederhana ini, begitu banyak aspek mulai dari akal, fisik, dan ruhiyah yang bisa kamu masukan. Agar lebih efektif dan hasilnya baik, alangkah baiknya kamu meluangkan diri untuk membuatnya atau dengan bantuan sahabat agar penilaiannya lebih objektif. #STRATEGI HIDUP Langkah berikutnya adalah menyusun strategi hidup, dalam kamus bahasa indonesia strategi berarti siasat perang atau akal untuk mencapai suatu maksud tertentu. Kita memerangi musuh eksternal (syaitan) dan musuh internal (hawa nafsu), strategi diperlukan agar kita mampu mencapai keinginan yang kita harapkan, karena pada setiap langkah yang hendak kita tempuh, pasti akan banyak hal yang kita temui. Setelah menyusun visi misi, kamu harus membuat strategi dalam hidup. Strategi yang meliputi empat hal, planning, organizing, actuating dan controlling. 1. Merencanakan semua urusan (Planning) “Hai orang-orang yang beriman, bertaqwalah kepada Allah dan hendaklah setiap diri memperhatikan apa yang telah diperbuatnya untuk hari esok (akhirat), dan bertaqwalah kepada Allah, sesungguhnya Allah Maha Mengetahui apa yang kamu kerjakan”. (QS. Al-Hasyr: 18). Percayalah, hidup ini singkat kawan! Maka persiapan yang matang itu perlu, hidup yang singkat penuh amal yang berkualitas, siapa yang tak mau?. Namun dalam pelaksanaanya dibutuhkan proses perencanaan yang matang, orang bijak berkata: orang yang merencanakan, berarti telah melsayakan separuh dari apa yang akan dilsayakannya. Meskipun terkadang spontanitas juga perlu. Belajar dari apa yang dicontohkan Allah SWT dalam penciptaan langit, bumi dan kehidupan melalui tingkatan-tingkatan dan tahapan-tahapan, perencanaan sebaiknya meliputi rencana jangka panjang, rencana jangka menengah dan rencana jangka pendek. “Sesungguhnya kamu melalui tingkat demi tingkat (dalam kehidupan).” (QS. Al- Insyiqaq: 19) a. Rencana Jangka Panjang (RJP) Rencana jangka panjang – kita singkat RJP – meliputi sesuatu yang sifatnya global, semacam blue print dari perjalanan kita selsaya manusia, alias breakdown dari misi hidup kita. Sebagai ilustrasi, kita bisa membuat RJP dengan kurun waktu 15 tahun dengan membagi tiga tahap; RJP tahap I, tahap II dan seterusnya. Jika usia kamu saat ini 20 tahun, jika Allah mengizinkan kamu berumur panjang setidaknya akan mengalami 2 atau 3 tahap perencanaan jangka panjang.
  • 12. Berikut ini contoh dalam penyusunan RJP, (barangkali) adalah sebagian RJP anda! 1) RJP tahap I (usia 20 tahun-35 tahun)  Buku-bukunya mendapatkan penghargaan kelas nasional atau regional.  Public speaker dan motivator di tingkat nasional dan internasional.  Telah menghasilkan 50 judul buku (asumsi saat ini kamu belum memulai menulis buku).  Menguasai dengan fasih 3 bahasa asing, Arab, Jepang dan Inggris.  Mengelola jaringan media berupa jaringan radio, koran, majalah, penerbit buku dan percetakan Ismakes skala nasional.  Merintis Ismakes indonesia, untuk wujud nyata membangun derajat kesehatan masyarakat.  Memiliki rumah novel dan aktif di komunitas pecinta buku, dengan jaringan di Bandung, Yogyakarta, Lampung, Aceh, dan Bali.  Hapal Al-Quran 10 juz.  Naik Haji  Mengunjungi tujuh keajaiban dunia.  Menyelesaikan pendidikan S2 dan S3 di bidang keperawatan.  Telah mapan secara ekonomi (memiliki tempat tinggal yang nyaman, kendaraan, dan sebagainya).  Dan seterusnya. 2) RJP tahap II (usia 36 tahun-50 tahun)  Public speaker di tingkat internasional.  Buku-buku tulisannya mendapatkan penghargaan kelas internasional.  Telah menghasilkan 100 judul buku.  Mengusai dengan fasih 5 bahasa asing (Arab, Inggris, Perancis, Jepang, Korea).  Memiliki pusat pendidikan pengembangan karakter, untuk mahasiswa kesehatan yang berpengaruh terhadap peningkatan mutu kesehatan masyarakat di tanah air.  Hapal Al-Quran 20 juz.  Memiliki jaringan media berupa jaringan radio, koran, majalah, penerbit buku dan percetakan skala nasional.
  • 13.  Memiliki jaringan rumah novel dan rumah baca di seluruh ibu kota provinsi pulau Jawa, Sumatra, Kalimantan dan Sulawesi.  Dan seterusnya. 3) RJP tahap III (usia 51 tahun-65 tahun)  Motivator dan pendakwah.  Mendapatkan hadiah nobel di bidang sastra.  Memiliki jaringan rumah novel dan rumah baca di seluruh kota provinsi dan kota madya/kabupaten se-Indonesia.  Hapal Al-Quran 30 juz.  Dan seterusnya. b. Rencana Jangka Menengah (RJM) Masing-masing dari rencana jangka panjang di atas, bisa dibreakdown dalam perencanaan jangka menengah (RJM), kira-kira sekitar 5 tahun. Jika RJP yang sudah disusun adalah 15 tahun, berarti kamu bisa memecah masing-masing tahapan tersebut menjadi tiga. Pada RJM, rencana yang kamu lsayakan akan lebih detail, dan kamu bisa memilah rencana mana yang akan kamu prioritaskan. Disesuaikan dengan tingkat kebutuhan, kemampuan, pembiayaan, kesempatan dan sebagainya. Berikut ini adalah contoh RJM untuk RJP tahap I (kamu berusia 20-25 tahun).  Menguasai bahasa Arab dan Inggris secara baik.  Mulai menulis buku, target 15 judul buku.  IPK cumlaude.  Mendapatkan beasiswa untuk study S2 di bidang keperawatan.  Merintis dan memulai pembentutkan Ismakes Indonesia di kota besar di pulau jawa.  Mengelola jaringan radio, koran dan majalah Ismakes Jabar.  Hapal Al-Quran 5 juz.  Dan seterusnya. Selanjutnya, RJM kedua dan ketiga, kamu harus mengembangkan apa-apa yang telah rintis di RJM pertama, sehingga target-target untuk RJP tahap I berhasil kamu raih step by step. Mungkin rencana naik haji atau memiliki tempat tinggal dan kendaraan, baru bisa kamu raih di RJM kedua. Tak masalah! Yang penting kamu tahu, bagaimana cara merealisasikan rencana tersebut. Demikian juga, RJP tahap II dan III, sebaiknya juga bisa kamu breakdown menjadi RJM-RJM pertama, kedua dan ketiga. c. Rencana Jangka Pendek (RJPK)
  • 14. Rencana jangka pendek atau RJPK, idealnya adalah 1 tahun. Untuk RJPK ini, kamu bisa membuat draft program kerja yang meliputi jenis kegiatan, terget, waktu pelaksanaan, biaya yang kamu butuhkan dan berbagai keterangan lain. Semakin detail semakin baik. Kamu juga perlu membagi antara aktivitas yang insidental dan aktivitas yang rutin. Berikut ini adalah contoh draft RJPK A untuk RJM pertama, RJP tahap I (tahun ke 20 kamu). No Kegiatan Target Pelaksanaan Biaya (Rp) Metode /Sarana 1. Kursus broadcasti ng menjadi penyiar radio, Public speaker Desember- februari 2.500.000 Masuk sekolah broadca sting 2. Kursus Ielts/Toefl Mendapatka n skor 5,5/580 Maret 2.000.000 Lembag a bahasa yang disayai 3. les bahasa Arab Memahami bacaan Al- Quran Januari- Desember 600.000 Mengiku ti kursus bahasa Arab Dan seterusnya.... Untuk lebih efektif, kamu bisa membuat program bulanan, mingguan dan harian. Misal, setiap akhir pekan (hari sabtu), kamu akan merancang kembali program untuk satu pekan ke depan yang kemudian dibreakdown pada program harian yang dijadwal pada setiap malam. Tentu, seorang muslim yang baik saat malam hari, setelah mengevaluasi diri, akan merancang apa yang harus ia lsayakan esok harinya. Untuk bekal kampung akhirat.
  • 15. “Hidup yang tak difikirkan, tak layak dijalani.” -Plato 2. Melakukan pengaturan terhadap urusan-urusan tersebut (Organizing) Meskipun orang bijak mengatakan bahwa dengan merencanakan kita berarti telah melsayakan separuh yang kita inginkan, tetap saja pengaturan itu perlu. Dalam pengaturan ini, kita perlu menghitung biaya apa saja yang diperlukan, apa saja yang diprioritaskan, mana saja aktivitas yang bisa disatukan, dan sebagainya. Pengaturan akan membuat kita mampu melsayakan sesuatu dengan efisien. Misalnya, sekali jalan menuju kampus, kita sekaligus kuliah, mengembalikan buku ke perpustakaan, diskusi dengan dosen, diskusi kelompok dengan teman kuliah, dan rapat organisasi. 3. Mengaktualisasikan apa yang telah direncanakan (Actuiting) Banyak rencana-rencana dahsyat, pengaturan-pengaturan hebat, namun jika tidak ada pelaksanaan, sama saja dengan omong besar. Para pakar manajemen mengatakan, thing big, start small, act now! Act now, kalimat tersebutlah yang sesungguhnya menjadi inti dari keberlangsungan suatu hal. Ia ibarat api yang membakar sumbu petasan. Sehebat apapun petasan, tak akan pernah ada ledakan, jika tak pernah disulut api. 4. Mengontrol semua urusan-urusan tersebut (Controlling) Pengontrolan program adalah aktivitas vital yang pada prakteknya justru jarang diperhatikan. Kita sering melihat berbagai macam selebrasi kegiatan organisasi, misal acara musyawarah besar, pelantikan dan launching program ini itu... yang ketika dilsayakan, seluruh pengurus tampak sangat bersemangat dan optimis. Akan tetapi, baru berusia sebulan, program tersebut ternyata melamban dan akhirnya terbengkalai. Begitupun pada individu, ada seseorang yang tiba-tiba melejit dengan prestasinya yang luar biasa, namun hanya hitungan bulan, namanya mendadak tenggelam. Memang, meraih itu lebih gampang daripada mempertahankan. Dengan adanya evaluasi yang berkelanjutan, maka rencana kita akan berjalan dengan kontinyu. Konsep kaizen, adalah sistem kontrol pada program yang dibuat oleh orang- orang jepang. Begitu ada rencana, mereka atur, mereka aktualisasikan, mereka kontrol dengan ketat. Evaluasi berlangsung terus menerus. Kesinambungan tekhnologi mereka pun menjadi bukti kerjasama lintas generasi yang dahsyat. #River of life Sejauh ini, apakah hidupmu sudah sesuai dengan apa yang kamu inginkan? Ataukah kamu masih menikmati proses panjang yang entah dimana ujungnya. Atau mungkin saat ini kamu tengah menikmati setiap hasil dari pencapaian mimpi-mimpimu. Bahkan hingga saat ini kamu berada dalam kebuntuan? Mengikuti ritme kehidupan ala kadarnya tak ada mimpi dan tak ada cita-cita. Apa pun itu, menyusuri perjalanan hidup sejak dulu, sekarang dan nanti amatlah penting. Hidup ini tidaklah panjang, sayang jika hanya diisi dengan aktivitas yang sia-sia. Pada dasarnya manusia sudah dibekali amanah yang luhur lengkap dengan potensi- potensi dalam diri sebagai modal yang luar biasa, jika kita merencanakan hidup dengan
  • 16. baik maka kebahagiaan dunia dan akhirat akan kita raih. Dalam praktiknya, tak ada pribadi biasa-biasa saja di muka bumi ini, yang ada adalah pribadi yang gagal menjadikan dirinya luar biasa. "River of life", adalah sebuah metode narasi visual yang membantu orang-orang menceritakan kisah-kisah masa lalu, sekarang dan masa depannya. Metode ini juga sebagai alternatif bagi individu jika metode pertama di atas terasa ribet dan terlalu rumit, metode ini bisa menjadi cara yang menyenangkan dalam mendeskripsikan masa depan. Pengurus organisasi dapat menggunakannya untuk memahami dan merenungkan masa lalu dan membayangkan proyek masa depan, dan dapat digunakan untuk membangun sebuah pandangan bersama yang disusun berbeda dan mungkin dalam perspektif yang berbeda. River of Life lebih berfokus pada gambar dari pada teks, efektif jika digunakan dalam group yang berbeda kebangsaan dan bahasa. Ketika digunakan dalam kelompok, river of life adalah metode aktif, baik untuk melibatkan orang-orang dalam group. Kapan metode ini bisa digunakan?; perkenalan, mengkaji suatu proyek, menyusun rencana masa depan, dan merekonsiliasi persepsi yang berbeda dari proyek, situasi atau masalah. a. Membuat “river of life” pribadi Jika kamu adalah seorang sanguinis, bisa jadi cara ini menyenangkan untuk dicoba. Kamu cukup menyiapkan kertas dan alat tulis, dan mulailah menggambar. Menggambar sungai secara horizontal, sepanjang aliran sungai itu mulailah dengan menggambar masa lalu, kemudian masa sekarang, dan mimpi-mimpi di masa yang akan datang. Selanjutnya, pajang di dinding kamarmu, sebagai pemantik semangatmu dalam pencapaian mimpi-mimpimu. b. Membuat “river of life” berkelompok Kamu pun bisa menggunakannya secara berkelompok, mintalah kelompokmu untuk mengatur adegan untuk latihan yang lebih besar. Misalnya, peserta memasang 6 kertas flipchart di dinding untuk menciptakan area gambar dan bersama-sama menciptakan lanskap yang siap untuk digambari sungai lengkap dengan gambar masa lalu, masa sekarang dan masa depan. Sebagai ilustrasi, membuat river of life untuk evaluasi program kerja organisasi, undanglah setiap anggota kelompok atau pengurus untuk menggambar di atas lanskap kertas secara bergiliran, menggambarkan kebersamaan dan pencapaian visi bersama di masa lalu. Setelah semua anggota selesai menggambar, diskusikan bersama fase ini, dan begitu seterusnya. #Mastering your habits Habits adalah segala sesuatu yang kita lsayakan secara otomatis, bahkan melsayakannya tanpa berfikir. Habits adalah suatu aktivitas yang dilsayakan terus- menerus sehingga menjadi bagian daripada seorang manusia. Dia adalah kebiasaan kita. Seorang pemain sepak bola profesional tampak begitu terampil saat menggiring bola, tampak seperti ada perekat antara bola dengan sepatunya.
  • 17. Bagi penggemar sepak bola itu hal yang istimewa dan berharap bisa memiliki keahlian yang sama meski setengahnya, namun bagi pemain sepakbola profesional itu hal yang biasa. Biasa yang dimaksud adalah ‘hasil pembiasaan’ dari latihan yang berulang-ulang kali dilsayakan, dengan kata lain mereka melsayakan hal-hal yang luar biasa berulang kali sehingga hal yang luar biasa bagi kita adalah biasa bagi mereka. Habits ibarat autopilot pada diri manusia yang menentukan bagaimana dia merespons terhadap satu kondisi tertentu, atau pembiasaan respons terhadap kondisi tertentu. Dalam satu penelitian disampaikan bahwa dari 11.000 sinyal yang diterima otak manusia, hanya 40 yang diproses secara sadar, sedangkan sisanya diproses secara otomatis. Hasil penelitian lain juga menyampaikan setidaknya 95% daripada respons manusia terhadap satu kondisi tertentu terjadi secara otomatis. Artinya, respons kita terhadap satu kondisi tertentu, baik respons itu berupa pemikiran, perasaan ataupun perbuatan, sesungguhnya berasal dari kebiasaan atau habits yang secara otomatis terjadi pada diri kita. Kita menilai orang lain sebagai pemalas apabila kita menemukan dia bangun terlambat setiap hari, datang telat sepanjang waktu dan seringkali tidak menyelesaikan tugas- tugasnya dengan baik dan benar. Sebaliknya, kita menilai orang lain dapat diandalkan apabila dia selalu ada kapanpun kita butuhkan dan dia selalu menyelesaikan tugas yang diberikan tepat pada waktunya dengan kualitas yang bagus. Kita menilai seseorang berdasarkan kebiasaannya, habitsnya. Habits adalah penentu nilai pribadi kita. Habits ialah pembentuk kepribadian kita di mata orang lain, yang membuat kita berharga di hadapan yang lain. Sederhananya, habits yang menentukan berhasil-tidaknya diri kita dalam hidup ini. sayangnya, secara alami, biasanya yang muncul adalah habits yang buruk, bukan yang baik. Namun, sungguh menyenangkan tentunya, jika kita bisa memanipulasi habits ini untuk tujuan kita. Bukan malah membiarkannya mengendalikan hidup kita. Perhatikan bagan yang menerangkan proses terbentuknya habits pada manusia. Pemikiran adalah pangkal dari kepribadian, karena pemikiranlah yang akan menentukan keyakinan, kecenderungan, tujuan hidup, cara hidup, pandangan hidup, sampai aktivitas seorang manusia. Saat pemikiran mendasar satu orang dengan yang lain berbeda, maka berbeda pula tujuan yang dia tetapkan, karena keyakinan membentuk perbuatan. Perbuatan menentukan habits dan mencerminkan kepribadian. Walaupun pada manusia habits yang dipilihnya dipengaruhi oleh cara berpikir. Namun, dalam proses pembentukannya, peran akal tidaklah terlalu dominan. Faktor yang menentukan apakah kita akan memiliki habits hanya 2 hal, yaitu practice (latihan) dan repetition (pengulangan), yang tentu saja dilsayakan dalam rentang waktu tertentu. Practice atau latihan berfungsi untuk menentukan apakah aktivitas yang akan dilsayakan sudah benar atau belum, tepat sasaran atau tidak. Sedangkan repetition Person alitiesThoughts Purposes Actions Habits
  • 18. atau pengulangan akan menyempurnakannya. Practice adalah efektivitas dan repetition adalah efisiensi. Sebagian ilmuan dan peneliti berpendapat bahwa manusia memerlukan waktu 21 hari untuk melatih satu habits yang baru, sebagian lagi berpendapat 28-30 hari, bahkan ada yang berpendapat 40 hari. Walaupun habits akan semakin sollid seiring dengan waktu, namun bisa kita ambil bahwa 30 hari atau 1 bulan adalah batas minimal habits dibentuk. Setidaknya ini menjadi sebuah batasan bagi kita memulai membentuk habits. Kabar baiknya adalah, untuk membentuk suatu habits, kita tidak perlu merasa ‘perlu berubah’ ataupun ‘memiliki motivasi’ karena dalam banyak kasus habits bisa terbentuk walaupun seseorang tidak memiliki motivasi sama sekali. Habits bisa terbentuk baik ketika kita rela dengan repitisi aktivitas itu ataukah kita terpaksa melaksanakannya. Rela ataupun terpaksa, habits akan tetap terbentuk, walaupun habits yang dibentuk atas dasar kerelaan tetap akan lebih berkualitas dibandingkan dengan habits yang terbentuk karena paksaan. Bila digambarkan dengan bagan, proses membentuk habits sejatinya adalah melatih dengan sengaja aktivitas yang awalnya kita lsayakan dengan sadar, menjadi bisa kita lsayakan secara tidak sadar (otomatis). Ketika dewasa, dan mengetahui pentingnya keahlian mengendarai mobil maka kita akan mempelajarinya, setelah cukup mempelajari, kita pun bisa mengemudikan mobil. Namun, semuanya masih dilsayakan dengan berpikir. Jalan; tekan kopling, oper perseneling, injak gas perlahan sambil lepas kopling. Berhenti; matikan gas, tekan kopling, oper perseneling netral, rem. Kemudian berulang kali proses ini dilsayakan, sampai menjadi gerak refleks yang otomatis. Berjalan dan berhenti tanpa dia berpikir prosesnya. Habits adalah membiasakan yang pada awalnya dilakukan secara sadar menjadi melakukan secara tidak sadar otomatisasi keahlian kita Latih Ulang Habits Habits Beginner Learn Repetition incompetence competence consious unconsious Practice
  • 19. Bila learn adalah proses mengetahui apa yang tidak kita ketahui, dan practice adalah proses mempraktekkan apa yang kita ketahui dengan benar, maka repetition adalah proses menjadikan aktivitas menjadi habits. Baiklah, kita telah mengetahui bahwa habitslah yang bertanggung jawab atas sukses atau tidaknya kita sebagai mahasiswa dan sebagai manusia. Habitslah yang menentukan keahlian yang kita miliki dan yang tidak kita miliki. Habits adalah nilai diri kita. Tentu saja seorang mahasiswa tidak akan merasa puas dengan hanya membentuk habits. Namun ia harus dikembangkan menjadi expertise (keahlian spesialis). Expert berarti ahli, artinya ia benar-benar menguasai satu keahlian. Bukan hanya sekedar menguasai suatu keahlian, seorang expert mampu memberikan manfaat tidak hanya bagi dirinya namun juga bagi orang lain. Seorang expert menjadikan dirinya sendiri sebagai role model, dan bisa menduplikasi keahlian yang sama pada orang lain, berbagai keahlian. Sedikit diantara manusia yang mampu membiasakan yang istimewa dan menjadikannya habits. Namun, lebih sedikit lagi dari orang-orang yang mampu membentuk habits bisa menjadikannya sebagai expertise. Seorang expertise bukan hanya mampu membentuk dan mengendalikan habits. Dia menguasai habits. Mastering Habits. #Take Action Terkadang, walaupun kita pandai menyusun rencana, namun kita lebih pandai lagi untuk menundanya. Inilah habits buruk sebagian besar orang. Menunda. Padahal yang penting dalam membentuk habits adalah action, amal nyata. Sulitnya, seringkali kita justru tidak sadar, bahwa kita telah membentuk kebiasaan menunda-menunda amal. Pernahkah kamu mendengar orang lain berucap, “Baiklah, saya akan berhenti menunda, mulai besok”. Atau justru itu lahir dalam diri kamu sendiri? Bila ingin memulai berhenti menunda, berarti seharusnya kita laksanakan sekarang juga. Dan kalau kita bersikeras menunda, maka ada satu penundaan yang baik, yaitu menunda diri kamu melsayakan penundaan. Seringkali kita menunda sesuatu karena memikirkan apa hasilnya nanti, lalu bersikap pesimis. Menakutkan sesuatu yang belum tentu terjadi. Seringkali kita memikirkan harga yang harus kita keluarkan untuk melsayakan sesuatu. Namun, jarang kita berfikir tentang harga yang harus kita keluarkan ketika tidak melsayakannya. Action adalah pertanda kesungguhan, ia pembeda antara orang munafik dan yang beriman. Perhatikan ucapan Ibnu Qayyim “Perbedaan antara Impian dan Khayalan adalah bahwa mengkhayal melibatkan kemalasan, dimana seseorang tidak berusaha ataupun berjuang (untuk yang dia inginkan). Impian, akan mengharuskan seseorang berjuang, usaha dan tawakal. Yang pertama ibarat berharap tanah akan membajak dan menanam sendiri untuknya. Sedang yang kedua benar-benar membajak, menanam dan berharap tanaman tumbuh” (Madaarij As-Salikin)
  • 20. Termotivasi saja tidak cukup, dan action setelah termotivasi itu lebih baik. Berbicara itu murah, namun amal perbuatan itu tidak ternilai harganya. Semua orang mampu mengemukakan ide, tapi tidak banyak yang mau take action. #Menjadi seorang juara a. Seorang juara harus mempunyai tujuan yang jelas Florence Chadwick. Perempuan asal Amerika ini telah menetapkan tujuan yang jelas untuk menjadi perempuan pertama yang berhasil menyebrangi Selat Catalina dengan berenang. Setelah sempat menyebrangi selat Inggris, Florence sempat melawan kabut dan hiu dalam menempuh jarak renang sejauh 35 km, namun sayang kabut menghalanginya untuk menggapai pesisir Catalina. Dia pun gagal, padahal saat itu dia sudah mencapai jarak 33 km. Pada tahun selanjutnya, Florence kembali menetapkan tujuannya menyebrangi Catalina. Dia menetapkan tujuan yang lebih jelas dengan sudah membayangkan melihat pesisir pulau tujuannya. Kabut yang menghadangnya pun tidak dapat membendung tujuannya. Dia berhasil. b. Seorang juara harus berani membayar harga kenyamanan untuk sebuah kemajuan Pak Asep Zaenal Mustofa, adalah salah satu pendiri Ismakes Jabar, pencetus pergerakan mahasiswa kesehatan di Jawa Barat. 1986, tekadnya untuk membangun bangsa di bidang kesehatan hingga kini tak pernah padam, dari bangku kuliah hingga menjadi insan bhakti husada aksinya tak pernah surut. Mungkin kamu bisa mengganggap ini sebuah keberuntungan, karena aksinya didukung oleh statusnya sebagai pemangku kebijakan di dunia kesehatan. Tapi ini bukanlah tentang keberuntungan, tapi kerja keras, aksinya dimulai sejak beliau duduk di bangku kuliah. Menghimpun mahasiswa kesehatan, hingga membangun pergerakan di bidang kesehatan. Lalu apakah ia anak seorang konglomerat?, pejabat?. Tidak. Ia hanya seorang anak yatim yang setiap pagi mengais rizki dengan berjualan minyak tanah menggunakan gerobak keliling, siang hari kuliah, sore hari berorganisasi dan mengajar mengaji di malam hari. Merelakan kenyamaan saat muda demi sebuah prestasi di masa depan. Juara itu bukan sebuah keberuntungan, tapi hasil kerja keras dan ketekunan dalam pencapaian sebuah mimpi. c. Selalu lakukan hal yang di luar biasanya untuk berhasil Kisah vice President Citibank, Houtman Zinal Arif, juga menunjukkan karakter ini. dia mengawali kariernya sebagai seorang office boy. Houtman selalu melsayakan hal yang di luar biasanya dalam pekerjaannya, sehingga tugasnya yang hanya mengurusi kebersihan dapat diseleseikan bahkan lebih dari itu. Dia juga mengurusi fotokopi di tahun1960-an saat seorang office boy belum piawai melsayakan tugas menggandakan data saat itu. Dia mau belajar usai menuntaskan pekerjaannya. Alhasil, dia dipercaya untuk bertugas sebagai penanggung jawab fotokopi kantor dan kembali melsayakan hal yang di luar biasanya. Usai menuntaskan pekerjaannya, dia membantu proses administrasi, seperti
  • 21. mengerjakan proses stempel dan hal-hal administrasi lainnya, sehingga pada satu kesempatan dia diangkat menjadi staf kantor hingga kemudian merintis karier sampai puncak sebagai vice president bank kelas dunia ini. d. Apa yang kamu fokuskan, itulah yang harus kamu dalami Seorang juara akan fokus pada hal-hal yang membantu pencapaian impian mereka dan bukannya pada hal-hal yang menghambat pencapaian impian tersebut. Pada bagian ini, kita hanya perlu membuka diri untuk melihat kesempatan dengan lebih dalam dan lebih positif. e. Untuk memiliki kupu-kupu di halaman dan rumah kamu, ada dua cara yang bisa dilsayakan. Pertama, dengan membawa jaring, tetapi sedikit yang akan terjaring sementara cara kedua adalah dengan membuat taman bunga sehingga kupu-kupu yang akan datang sendiri kepada kamu. Seorang juara akan terus mengembangkan dirinya untuk memiliki cara dan kualitas yang banyak dicari oleh berbagai kalangan sehingga kesuksesan yang justru akan mendekatinya. Jadi, kamu siap menjadi seorang juara?. Bab Tempa Diri; Leadership Pengalaman dan ilmu Saya belum cukup untuk menulis tentang kepemimpinan. Hingga pada akhirnya, Saya memberanikan diri menulis pandangan dan pemaknaan Saya tentang kepemimpinan. Saya ingin belajar bersama Anda mengenai kepemimpinan. Saya pun bukan penulis handal mampu menyajikan tulisan yang "lezat" untuk dibaca, seringnya masih mengutip ilmu-ilmu yang maunya disusun rapi. Tak terkecuali buku ini. Ini adalah tulisan hasil belajar Saya dari kisah orang-orang hebat dan bergaul dengan orang-orang hebat. Imam Syafi’I menasihatkan untuk mengunci ilmu dengan pena alias tulisan. Saya mencoba memaknainya dengan menulis sesuai pandangan yang Saya fahami dan episode hidup yang Saya jalani. Ada banyak buku yang masih harus Anda baca selain buku ini. Semoga tulisan ini memberikan manfaat kepada Anda para pembaca sebagai penambah saldo pahala Saya, aamiin. #Introducing Leadership Pernah enggak sih diantara kita memiliki pengalaman menjadi seorang pemimpin? Pasti pernah. Misalnya jadi ketua kelas atau ketua OSIS di sekolah atau jadi ketua Hima, Bem dan lainnya. Bagaimana perasaanmu saat pertama kali menjalaninya? Bagaimana pengalamanmu ketika diminta berbicara di depan umum untuk menyampaikan visi dan misi atau program kerja? Nervous? Atau bingung harus ngomong apa? Merasa blank saat pertama kali memimpin sebuah kelompok atau organisasi. Saat menjadi ketua kelas dan harus tampil di depan kelas, bahkan mungkin pernah ditertawakan saat tampil di depan. Bila semua adegan itu belum pernah dialami, mungkin kamu pernah melihat seseorang yang menjadi Ketua Osis atau Hima/BEM tampil di depan umum? Atau pernahkan kamu
  • 22. melihat film atau tayangan di televisi menayangkan seorang ketua kelompok/organisasi berbicara di depan anggota kelompoknya? Saat melihat kemampuan interaksi dan gaya orasi mereka, mungkin kita kagum? Dengan gesture khas seorang pemimpin karismatik nan berwibawa, betapa hebatnya mereka berbicara hingga audiensnya terpukau. Mampukah kita berlaku seperti itu, menjadi pemimpin yang tak hanya pandai berorasi atau berpidato dengan memukau saja? Kita pasti bisa. Ya, kita pasti bisa. A. Hakikat penciptaan manusia (from Hero to Hero) Sebagai manusia kita sudah ditakdirkan terlahir menjadi Hero? sebagai muslim, Saya memiliki referensi yang autentik dan patut diyakini kebenarannya, yakni Al Quran. Allah Swt., berfirman dalam Q.S. Al Hijr ayat 28: “Dan ingatlah, ketika Tuhanmu berfirman kepada malaikat, “Sungguh, Saya akan menciptakan seorang manusia (Adam) dari tanah liat kering (yang berasal) dari lumpur hitang yang diberi bentuk).” Surat An-Nisa ayat 1: ”Hai sekalian manusia, bertakwalah kepada Tuhan-mu yang telah menciptakan kamu dari seorang diri, dan dari padanya[263] Allah menciptakan isterinya; dan dari pada keduanya Allah memperkembang biakkan laki-laki dan perempuan yang banyak...” Ayat di atas menunjukan bahwa manusia pertama yang diciptakan adalah Nabi Adam AS dan instrinya Siti Hawa AS dan berasal dari sari pati tanah. Nah lho… apakah tidak bertentangan dengan ilmu biologi modern? Manusia kan berasal dari sperma kemudian dikandung dalam rahim selama Sembilan bulan. Jika itu pernyataannya, maka Al Quran pun menjawabnya dengan jelas dan lengkap dalam Surat Al Mu’minun ayat 12-14: “Dan sesungguhnya Kami telah menciptakan manusia dari suatu saripati (berasal) dari tanah. Kemudian Kami jadikan saripati itu air mani (yang disimpan) dalam tempat yang kokoh (rahim). Kemudian air mani itu Kami jadikan segumpal darah, lalu segumpal darah itu Kami jadikan segumpal daging, dan segumpal daging itu Kami jadikan tulang belulang, lalu tulang belulang itu Kami bungkus dengan daging. Kemudian Kami jadikan dia makhluk yang (berbentuk) lain. Maka Maha sucilah Allah, Pencipta Yang Paling Baik.” Jika ditarik kesimpulan dan kronologi penciptaan manusia maka jelaslah bahwa kita merupakan ciptaan Allah Swt. Dan merupakan keturunan Nabi Adam a.s. sebagai manusia yang pertama kali diciptakan (dari tanah) dan seterusnya hingga kita keturunan selanjutnya (dari sperma). Manusia, bukanlah keturunan monyet, setuju??? Al Quran menjawab dengan indah setiap detail pertanyaan kita, dari mana kita berasal dan bagaimana prosesnya? Subhanallah. Tapi, seringkali kita lupa siapa kita dan dari mana berasal. Kita sering sombong seakan kita tidak ada yang menciptakan. Allah Swt. Berfirman dalam Al Quran Surat At-Tin ayat 4: “Sesungguhnya Kami telah menciptakan manusia dalam bentuk yang sebaik-baiknya.” Manusia telah diciptakan dalam bentuk yang sebaik-baiknya, bentuk yang sempurna. Kita memiliki otak untuk berpikir, memiliki rasa cinta, rasa malu hingga kita merasa perlu untuk berpakaian. Artinya memiliki emosional dan perasaan. Bentuk tegak, paras cantik dan gagah tampan. Itulah kesempurnaan yang dikaruniakan Allah kepada kita, Alhamdulillah.
  • 23. Bukan seperti kera yang telanjang, berjalan merangkak dan tidak memiliki perasaan layaknya manusia. Seperti sebuah handphone yang diciptakan oleh pabriknya. Pasti handphone dibuat memenuhi tujuan tertentu diantaranya agar seseorang mudah berkomunikasi dengan orang lain walaupun jaraknya jauh. Atau ibarat sebuah pena yang dibuat untuk memudahkan kita mencatat ilmu yang disampaikan oleh para guru kita. Begitu pula halnya Allah Swt. menciptakan manusia menciptakan manusia dalam bentuk yang sebaik-baiknya dan memiliki tujuan yang jelas. Allah Swt. berfirman dalam Q.S. Al Mu’minun:115: “Maka apakah kamu mengira, bahwa sesungguhnya Kami menciptakan kamu secara main-main (saja), dan bahwa kamu tidak akan dikembalikan kepada Kami?” Berdasarkan ayat di atas jelas bahwa manusia diciptakan bukan untuk main-main tetapi dengan tujuan dan maksud yang jelas. Manusia diciptakan adalah untuk beribadah dan hanya menyembah Allah Swt. Manusia diciptakan sebagai pemimpin (every man was born as a leader), sebagaimana telah disinggung di bab sebelumnya. Allah Swt., mengisyaratkan bahwa manusia diciptakan sebagai khalifah (pemimpin) dan merupakan delegasi (pemegang mandat) Allah Swt untuk mengemban amanah menjadi pemimpin dan melestarikan bumi ini. Perhatikanlah, betapa mulianya Allah Swt. menjadikan manusia sebagai pemimpin di muka bumi ini. Walaupun golongan malaikat menyatakan keraguannya atas kepemimpinan manusia, Allah telah menjaminnya dengan mengatakan bahwa Allah lebih mengetahui daripada prasangka para malaikat. Artinya, manusia lahir sudah dengan paket potensi menjadi pemimpin yang baik dan mampu menjaga amanah melestarikan bumi ini. Lalu kenapa Kita masih suka menyakiti orang lain dengan perkataan dan perbuataan Kita. Bahkan hingga menumpahkan darah saudara Kita sendiri? Sekali lagi, manusia diciptakan dengan sifat kepemimpinannya yang sempurna. Maka, bersikap lebih arif dan bijaksana. Ini adalah karunia Allah yang besar yang patut disyukuri, Alhamdulillah. Hadist Abdullah bin Umar ra. bahwasannya Rasulullah Saw. bersabda: “Setiap kamu adalah pemimpin yang akan dimintai pertanggungjawaban atas kepemimpinannya. Seorang amir (presiden, gubernur dll.) yang mengurusi keadaan rakyat adalah pemimpin. Ia akan dimintai pertanggungjawaban tentang rakyatnya. Seorang laki-laki adalah pemimpin terhadap keluarganya di rumah. Seorang wanita adalah pemimpin atas rumah suaminya. Ia akan diminta pertanggungjawaban tentang hal mereka itu. Seorang hamba adalah pemimpin terhadap harta benda tuannya, ia akan diminta pertanggungjawaban tentang harta tuannya. Ketahuilah, kamu semua adalah pemimpin dan semua akan diminta pertanggungjawabannya” (HR. Bukhari-Muslim). So, sudah siapkah Laporan Pertanggungjawaban (LPJ) kita dihadapan Allah? Kalo belom, maka kita sudah melakukan salah satu langkah yang tepat dengan membaca buku ini. Mari Kita sama belajar mempersiapkan diri Kita menjadi pemimpin yang sesungguhnya dan sukses dalam LPJ Kita dihadapan Allah yang disaksikan para malaikat-Nya. B. Manusia yang seutuhnya (seimbang IQ, EQ dan SQ ) Otak dalam struktur sistem syaraf adalah sistem syaraf pusat, di samping syaraf tulang belakang. Otak disebut struktur karena otak sendiri terbagi atas beberapa bagian. Pembagian otak dalam area yang paling mudah adalah pembagian otak dalam empat lobus, yaitu lobus frontal, occipital, parietal, dan temporal. Setiap lobus terdiri dari struktur-
  • 24. struktur yang masing-masing memiliki peran yang berbeda. Ketika suatu kapasitas dapat dipahami sebagai suatu kemampuan untuk melakukan respon terhadap stimulasi, baik dari dalam diri sendiri maupun dari lingkungan, maka setiap kapasitas memerlukan kemampuan mengingat. Kemampuan mengingat itu sendiri terkait pula dengan jenis penginderaan dan respon yang dapat dilakukan. Kemampuan mengingat itu sendiri ketika dipetakan di otak ternyata juga tersebar pada lobus yang berbeda. Stimulasi yang mayoritas bersifat visual akan disimpan sebagai ingatan di struktur yang terdapat di lobus occipital (otak bagian belakang), sementara yang auditif berada di struktur yang ada di lobus temporal (otak bagian samping). Ingatan tentang penginderaan kulit akan di simpan di lobus parietal (otak bagian tengah). Sementara itu, ada ingatan tentang kinestesi dan gerak di simpan di struktur yang berbeda, yaitu cerebellum, atau otak kecil. Otak tidak saja dibedakan atas lobus yang ada. Otak juga dibedakan atas belahannya, yaitu otak kiri dan otak kanan, atau hemispherium kiri dan hemispherium kanan. Dalam istilah fisiologi dikatakan ada proses lateralisasi yang dapat dipahami sebagai spesialisasi peran di otak kiri atau kanan. Belahan kiri terfokus pada kemampuan yang sifatnya verbal, atau menggunakan bahasa dalam operasinya. Termasuk di dalamnya adalah kemampuan bahasa, matematika, logika verbal. Sementara itu belahan kanan merupakan pusat untuk kemampuan yang menggunakan materi non-verbal. Itulah sebabnya, dikatakan kecerdasan yang terstimulasi oleh pengetahuan, yang sebagian besar dalam bentuk pengetahuan verbal, atau menggunakan bahasa sebagai medianya, adalah kecerdasan otak kiri. Bacaan, kegiatan belajar yang menggunakan bahasa, adalah kegiatan yang merangsang perkembangan otak kiri. Sementara itu, semua pengetahuan yang muncul dalam bentuk keterampilan, apresiasi, rangsangan-rangsangan perseptual, semuanya membentuk kecerdasan otak kanan. Termasuk di dalam urusan otak kanan adalah kemampuan mengembangkan kepekaan dan ekspresi emosi. Kapasitas otak kiri dan kanan inilah yang memungkinkan setiap orang memiliki potensi yang bagus untuk berbagai bidang, sehingga penampilan seseorang dalam setiap bidang atau manifestasi potensi merupakan perkara yang berbeda terkait dengan stimulasinya. Itu pula sebabnya, jika kemudian dikenal multiple intelligence sebagaimana dikemukakan Howard Gardner (dalam Lim, 2002), maka dasarnya adalah kapasitas otak yang berkembang sejak dalam kandungan tersebut. #Intelligence Quotient (Kecerdasan Intelektual) Intelligence Quotient atau yang biasa disebut dengan IQ merupakan istilah dari pengelompokan kecerdasan manusia yang pertama kali diperkenalkan oleh Alferd Binet, ahli psikologi dari Perancis pada awal abad ke-20. Kemudian Lewis Ternman dari Universitas Stanford berusaha membsayakan test IQ yang dikembangkan oleh Binet dengan mengembangkan norma populasi, sehingga selanjutnya test IQ tersebut dikenal sebagai test Stanford-Binet. Pada masanya kecerdasan intelektual (IQ) merupakan kecerdasan tunggal dari setiap individu yang pada dasarnya hanya bertautan dengan aspek kognitif dari setiap masing-masing individu tersebut. Kecerdasan intelektual (IQ) diyakini menjadi sebuah ukuran standar kecerdasan selama bertahun-tahun. Bahkan hingga hari ini pun masih banyak orangtua yang
  • 25. mengharapkan anak-anaknya pintar, terlahir dengan IQ (intelligence quotient) di atas level normal (lebih dari 100). Syukur-syukur kalau bisa jadi anak superior dengan IQ di atas 130. Harapan ini tentu sah saja. Dalam paradigma IQ dikenal kategori hampir atau genius kalau seseorang punya IQ di atas 140. Albert Einstein adalah ilmuwan yang IQ-nya disebut-sebut lebih dari 160. Orang yang memiliki kecerdasan intelektual (IQ) yang cukup tinggi dapat dilihat selain dari hasil tes, dapat terlihat juga bawa biasanya orang tersebut memiliki kemapuan matematis, memiliki kemampuan membayangkan ruang, melihat sekeliling secara runtun atau menyeluruh, dapat mencari hubungan antara suatu bentuk dengan bentuk lain, memiliki kemapuan untuk mengenali, menyambung, dan merangkai katakata serta mencari hubungan antara satu kata dengan kata yang lainya, dan juga memiliki memori yang cukup bagus. #Emotional Quotient (Kecerdasan Emosi) EQ adalah istilah baru yang dipopulerkan oleh Daniel Goleman. Berdasarkan hasil penelitian para neurolog dan psikolog, Goleman (1995) berkesimpulan bahwa setiap manusia memiliki dua potensi pikiran, yaitu pikiran rasional dan pikiran emosional. Pikiran rasional digerakkan oleh kemampuan intelektual atau yang popular dengan sebutan “Intelligence Quotient” (IQ), sedangkan pikiran emosional digerakan oleh emosi. EQ merupakan serangkaian kemampuan mengontrol dan menggunakan emosi, serta mengendalikan diri, semangat, motivasi, empati, kecakapan sosial, kerja sama, dan menyesuaikan diri dengan lingkungan. Dengan berkembangnya teknologi pencritaan otak (brain-imaging), yaitu sebuah teknologi yang kini membantu para ilmuwan dalam memetakan hati manusia, semakin memperkuat keyakinan kita bawa otak memiliki bagian rasional dan emosional yang saling bergantung. Seseorang dengan kecerdasan emosi (EQ) tinggi diantaranya memiliki hal-hal sebagai berikut :  Sadar diri, pandai mengendalikan diri, dapat dipercaya, dapat beradaptasi dengan baik dan memiliki jiwa kreatif,  Bisa berempati, mampu memahami perasaan orang lain, bisa mengendaikan konflik, bisa bekerja sama dalam tim,  Mampu bergaul dan membangun sebuah persahabatan,  Dapat mempengaruhi orang lain,  Bersedia memikul tanggung jawab,  Berani bercita-cita,  Bermotivasi tinggi,  Selalu optimis,  Memiliki rasa ingin tahu yang besar, dan  Senang mengatur dan mengorganisasikan aktivitas #Spiritual Quotient (Kecerdasan Spiritual) Ketika seseorang dengan kemampuan EQ dan IQ-nya berhasil meraih prestasi dan kesuksesan, seringkali orang tersebut disergap oleh perasaan “kosong” dan hampa dalam celah batin kehidupanya. Setelah prestasi puncak telah dipijak, ketika semua pemuasan kebedaan telah diraihnya, setelah uang hasil jeri payah berada dalam genggaman, ia tak tahu lagi ke mana harus melangkah.
  • 26. Untuk apa semua prestasi itu diraihnya? hingga hampir-hampir diperbudak oleh uang serta waktu tanpa tahu dan mengerti di mana ia harus berpijak? Di sinilah kecerdasan spiritual atau yang biasa disebut SQ muncul untuk melengkapi IQ dan EQ yang ada di diri setiap orang. Danah Zohar dan Ian Marshall mendefinisikan kecerdasan spiritual sebagai kecerdasan untuk menghadapi persoalan makna atau value, yaitu kecerdasan untuk menempatkan perilsaya dan hidup kita dalam konteks makna yang lebih luas dan kaya, kecerdasan untuk menilai bahwa tindakan atau jalan hidup seseorang lebih bermakna dibandingkan dengan yang lain, (Ifa Hanifah Misbach, 2008). Orang yang miliki kecerdasan spiritual yang tinggi tidak dapat dilihat dengan mudah karena kembali ke pengertian SQ, yaitu kemampuan seseorang untuk memecahkan persoalan makna dan nilai, untuk menempatkan perilaku dan hidup kita dalam konteks makna yang lebih luas dan kaya, serta menilai bahwa jalan hidup yang kita pilih memiliki makna yang lebih daripada yang lain, dari hal tersebut dapat dilihat bahwa kecerdasan spiritual adalah kecakapan yang lebih bersifat pribadi, sehingga semua kembali kepada individu itu sendiri dan kepada hubungannya dengan Sang Pencipta. #Optimalisasi (seimbang) IQ, EQ, dan SQ Seiring waktu berjalan, orang mengamati, dan pengalaman memperlihatkan, tidak sedikit orang dengan IQ tinggi, yang sukses dalam studi, tetapi kurang berhasil dalam karier dan pekerjaan. Dari realitas itu, lalu ada yang menyimpulkan, IQ penting untuk mendapatkan pekerjaan, tetapi kemudian jadi kurang penting untuk menapak tangga karier. Untuk menapak tangga karier, ada sejumlah unsur lain yang lebih berperan. Misalnya saja seberapa jauh seseorang bisa bekerja dalam tim, seberapa bisa ia menenggang perbedaan, dan seberapa luwes ia berkomunikasi dan menangkap bahasa tubuh orang lain. Unsur tersebut memang tidak termasuk dalam tes kemampuan (attitude test) yang ia peroleh saat mencari pekerjaan. Pertanyaan sekitar hal ini kemudian terjawab ketika Daniel Goleman menerbitkan buku Emotional Intelligence: Why It Can Matter More Than IQ (1995). Hanifah Misbach (2008) mengemukakan upaya yang dapat kita lakukan untuk mengoptimalisasikan IQ, EQ, dan SQ bisa dilakukan dengan cara sebagai berikut: Selain dengan asupan gizi yang cukup dan seimbang ke dalam tubuh, untuk mengoptimalisasikan kecerdasan intelektual atau IQ dapat diupayakan dengan melatih 7 kemampuan primer dari inteligensi umum, yaitu : 1. Pemahaman verbal, 2. Kefasihan menggunakan kata-kata, 3. Kemampuan bilangan, 4. Kemampuan ruang, 5. Kemampuan mengingat, 6. Kecepatan pengamatan, 7. Kemampuan penalaran. Untuk mengoptimalisasikan kecerdasan emosi (EQ) seseorang dapat dilakukan dengan mengasah kecerdasan emosi setiap individu yang meliputi :  Membiasakan diri menentukan perasaan dan tidak cepat-cepat menilai orang lain/situasi  Membiasakan diri menggunakan rasa ketika mengambil keputusan  Melatih diri untuk menggambarkan kekhawatiran
  • 27.  Membiasakan untuk mengerti perasaan orang lain  Melatih diri menunjukan empati  Melatih bertanggung jawab terhadap perasaannya sendiri  Melatih diri untuk mengelola perasaan dengan baik  Menghadapi segala hal secara positif. Sedangkan untuk mengoptimalisasikan atau memfungsikan kecerdasan spiritual dapat dengan upaya sebagai berikut :  Menggunakan aspek spiritual dalam menghadapi dan memecahkan masalah yang  berkaitan dengan makna dan nilai  Dengan melalui pendidikan agama  Melatih diri untuk melihat sesuatu dengan mata hati. Pakar EQ, Goleman berpendapat bahwa meningkatkan kualitas kecerdasan emosi berbeda dengan IQ. IQ umumnya tidak berubah selama kita hidup. Sementara kemampuan yang murni kognitif relative tidak berubah (IQ), maka kecakapan emosi dapat dipelajari kapan saja. Tidak peduli orang itu peka atau tidak, pemalu, pemarah atau sulit bergaul dengan orang lain sekalipun dengan motivasi dan usaha yang benar, kita dapat mempelajari dan menguasai kecakapan emosi tersebut. Tidak seperti IQ, kecerdasan emosi ini dapat meningkat dan terus ditingkatkan sepanjang hidup. Kemudian sebuah pertanyaan muncul ke permukaan, mekanisme pelatihan apa yang mampu memberikan suatu pelatihan kecerdasan emosi yang bisa berjalan seumur hidup seperti yang diharapkan modern saat ini. Atau pelatihan jenis apa yang bisa didapatkan pada lembaga training modern saat ini? Karena umumnya sejumlah training yang dilakukan hanya memberi implikasi sesaat, dan relative terbukti bahwa pelatihan sesingkat itu tidak banyak memberi arti dalam pembentukan karakter. Yang dibutuhkan sekarang adalah pelatihan sepanjang waktu (continuously improvement) yang mampu membentuk suatu karakter dengan tingkat kecerdasan emosi yang tinggi (internalisasi). Sebuah training di mana pesertanya mengikuti program pelatihan yang didasari oleh kesadaran diri yang kuat, sesuai dengan suara hati. Insyaallah buku ini dan Ismakes Leadership and Learning Center (ILLC) akan memberikan suatu metode pelatihan dan pengasahan kecerdasan emosi dan spiritual yang bersifat independen dan bisa dilaksanakan sepanjang waktu, sehingga menghasilkan peningkatan (I)ESQ secara berkesinambungan dan berkelanjutan. Kecerdasan tingkat tinggi memadukan IQ, EQ, dan SQ. tidak hanya mempertahankan kemampuan berfungsi, tetapi juga menjadikannya lebih hebat. Karena kami mempunyai laboratoriumnya, Ismakes jabar. Peran IQ (Intelektual Quotient) dulu begitu diagungkan, kini telah bergeser posisinya siring dengan keberadaan EQ (Emotional Quotient) yang begitu menghebohkan. Dalam dalam dunia kerja yang Saya alami, Saya banyak mendapat masukan bahwa keberadaan EQ mutlak perlu selain IQ. Saya sedikit memberi contoh tentang pentingnya EQ selain IQ dalam dunia kerja yang Saya geluti. Pada tahun 2011 hingga tahun 2012, Saya pernah menjadi karyawan sebuah perusahaan internasional di Jakarta. Waktu yang relative singkat tapi menurut Saya sarat akan makna kehidupan sesungguhnya. Saya pernah ditugaskan ke Batam, Samarinda, Manado, dan Medan. Selama itu Saya amati, bahwa tidak ada satupun mata kuliah yang mengajarkan
  • 28. tentang pentingnya suatu kecerdasan emosi yang bisa mengajarkan tentang arti integritas, komitmen, visi dan kemandirian yang sebenarnya sangat dibutuhkan oleh para guru/dosen atau mahasiswa itu sendiri. Ini menggambarkan, betapa masih rendahnya kesadaran dan apresiasi tentang hal tersebut. Pertengahan tahun 2012, Saya memutuskan untuk resign. Alhamdulillah, diterima di salah satu rumah sakit pemerintah daerah yang bernuansa Islami. Saya bertemu dengan orang-orang yang relative masih muda tetapi telah memiliki posisi yang menjanjikan di rumah sakit tersebut. Saya banyak sharing dengan mereka di luar aktivitas pekerjaan saya sebagai perawat. Kesan Saya adalah luar biasa. Saya belajar tentang Ihsan. Ihsan adalah kata dalam bahasa Arab yang berarti “kesempurnaan” atau “terbaik.” Dalam istilah agama Islam, Ihsan berarti seseorang yang menyembah Allah seolah-olah ia melihat-Nya, dan jika ia tidak mampu membayangkan melihat-Nya, maka orang tersebut membayangkan bahwa sesungguhnya Allah melihat perbuatan-Nya. Ihsan adalah lawan dari isa’ah (berbuat kejelekan), yaitu seorang manusia mencurahkan kebaikan dan menahan diri untuk tidak mengganggu orang lain. Mencurahkan kebaikan kepada hamba-hamba Allah dengan harta, ilmu, kasih sayang dan tenagannya. Pengalaman singkat di rumah sakit itu mungkin tidak semua orang bisa mengalaminya. Saya bersyukur alhamdulillah, Allah telah mengaruniakannya kepada Saya. Saya mengingat pelajaran dari pembicaraan Saya dengan seseorang bahwa kejujuran dalam bekerja itu penting. Bagaimana jika seorang dokter tidak jujur memberikan jenis/dosis obat yang tidak sesuai indikasi? Apa akibatnya bagi para pasien? Bukankah mereka datang kepada Kita dengan penuh harap kesembuhan atas sakitnya mereka? Para pasien ini telah mengorbankan waktu, tenaga dan harta mereka untuk ikhtiar mencari kesembuhan atas sakit mereka. Sungguh keterlaluan jika ada dokter yang berperilaku seperti itu. Bagaimana jika pasien tersebut adalah keluarga kita? Ibu yang yang sangat dicintai. Ibu yang diharapkan panjang umurnya agar kita bisa berbakti lebih banyak. Contoh lain adalah jika dokter sudah berlaku jujur, bagaimana jika perawat yang merawat para pasien ini tidak berperilaku jujur? Obat yang disediakan untuk pasien yang seharusnya diberikan 3 x sehari malah diberikan 2 x sehari? Kemudian obat tersebut dicuri untuk dijual agar mendapat keuntungan. Na’udzubillah, (Saya memohon perlindungan dari Allah dari perilaku seperti itu). Itulah satu pelajaran penting, yakni kejujuran dalam bekerja. #Kisah pak hamid Satu kisah lainya adalah ketika merawat seorang pasien. Sebut saja pak hamid (samaran), yang datang dengan keluhan nyeri berkemih (kencing) dan demam tinggi. Bapak ini telah dirawat kurang lebih satu minggu, sudah diperiksa laboratorium darah dan urine (air kencing) serta rontgen dan BNO (foto untuk mengetahui apakah ada batu di saluran kemih). Dari seluruh pemeriksaan tersebut dokter spesialis penyakit dalam belum bisa menegakkan diagnosa karena hasil pemeriksaan menunjukan hasil yang mendekati nilai normal. Pasien ini Nampak sudah hampir putus asa. Satu minggu berlalu, pak hamid masih sering nyeri perut bagian bawah dan demam tinggi. Suatu saat, insting Saya mendorong Saya untuk berkata kepadanya, “Pak, Saya Rafi perawat yang merawat Bapak di ruangan ini. Saya ingin sekali membantu Bapak. Jika ada masalah yang ingin Bapak katakan kepada Saya, Saya siap mendengarkan.” Waktu itu naluri Saya mengatakan bahwa penyakit yang sedang dideritanya adalah buah dari perilakunya.
  • 29. Waktu itu dokter juga mengindikasikan bahwa pak hamid terkena HIV hingga Tim Medis memutuskan untuk memeriksakannya. ”Jika Bapak ingin ngobrol berdua saja, Bapak bisa minta istri Bapak untuk meninggalkan Kita berdua sejenak”, bisik saya kepada pak hamid yang tengah terbaring lemah. Benar saja keesokan harinya, pak hamid ini memanggil Saya ke ruang perawatannya untuk menceritakan masalahnya. “Pak Rafi, Saya ingin menceritakan sesuatu. Tapi, kalo bisa hanya kita berdua. Bisa gak?” “Boleh pak, tapi mungkin siang bisanya karena pagi harus kerja dulu, gimana?” waktu itu memang kebetulan Saya shift pagi. Saya memahami betul bahwa nampaknya masalah pak hamid ini sifatnya pribadi. Siang harinya, kami memulai pembicaraan setelah meminta istri pak hamid untuk meningalkan Kami sejenak. Setelah beberapa lama, pak hamid masih belum memulai pembicaraan. Bibirnya kelu, matanya menerawang kosong. Di saat suasana mulai hening, suara berat pak hamid mulai terdengar. “Saya seorang Pegawai Negeri Sipil di Dinas Pertanian Provinsi, sering bepergian ke daerah-daerah untuk mengisi pendidikan dan pelatihan di bidang pertanian. Saya juga sering mengurus proyek pertanian, hingga para pengusaha yang ingin “lolos” tendernya sering mengajak karaoke-an. Para pengusaha ini sering mengajak wanita-wanita untuk menemani Saya”, lirihnya. Kata-katanya larut dalam isak tangis. “Saya merasa sakit ini adalah terguran dari Allah, saya ingin bertaubat, saya ingin bertaubat pak rafi....” “Pak, bisa jadi sakit ini memang buah dari perbuatan Bapak selama ini. Yang pertama yang harus Kita lakukan adalah taubat dengan mengucap istigfar sebanyak-banyaknya. Lalu ikhlas menerima sakit ini dan tidak berputus asa. Dan yang tidak kalah pentingnya adalah Bapak harus meminta maaf kepada orang-orang yang pernah Bapak sakit terutama istri Bapak, bisa?” Tanya Saya menenangkan. Saat itu juga pak hamid memanggil istrinya dan kepada istrinya ia mengakui perbuatannya sambil menangis dan memeluknya dengan erat. Dalam empati saya merasakan rasa haru dari kejadian ini. Mereka berdua berjanji untuk menjadi keluarga yang lebih baik dan saling memaafkan. Pak hamid akan belajar shalat dan ngaji, meski sudah memasuki usia pensiun. Singkat cerita, pak hamid kembali melakukan skrining test. Dokter mengatakan semua hasilnya ternyata hanya mengarah pada infeksi saluran kemih biasa dan pak hamid Boleh pulang setelah selesai perawatan. Subhanallah. Pengalaman di atas mengajarkan Saya bahwa bekerja (hidup) ini tidak cukup hanya mengandalkan IQ. Ternyata disamping IQ ada sisi emosi dan spiritual yang mampu membuat perubahan lebih positif dan “dahsyat” terhadap sesuatu. Contohnya cerita di atas, bayangkan jika waktu itu saya hanya bekerja mengandalkan IQ, Saya tidak akan pernah mampu menyentuh sisi emosionalnya dan spiritualnya hingga dia mampu berubah lebih positif secara horizontal kepada manusia dan vertikal kepada Tuhannya. C. Being True Leader “A true leader has the confidence to stand alone, the courage to make tough decisions, and the compassion to listen to the needs others. He does not set out to be a
  • 30. leader, but becomes one by the equality of his actions and the integrity of his insent.” (- Douglas MacArthur-) #Tak Perlu Jabatan untuk Menjadi Pemimpin Pemimpim sejati tidak hanya membuat segalanya menjadi lebih baik untuk dirinya, tetapi juga untuk orang lain. Entah menghasilkan imbalan finansial dan pengakuan sosial atau tidak. Hanya sedikit pemimpin yang meraih kehebatan sekaligus dikenang. Kita dapat membaca tentang mereka dalam buku-buku sejarah. Tetapi, sebagian besar orang yang Saya anggap sebagai pemimpin adalah orang-orang tanpa jabatan. Mereka meraih kehebatan dengan bekerja secara sederhana dalam organisasi dan lingkungan mereka, dalam kehidupan mereka sendiri, dan dalam membantu orang-orang di sekeliling mereka. Kita tak perlu jabatan untuk jadi pemimpin dalam kehidupan ini. Dan kenyataan sederhana memilki jabatan tidak akan menjadikan kita pemimpin. Setiap orang memiliki kesempatan untuk memimpin, setiap hari. Hal ini tidak tergantung pada posisi (jabatan) kita atau berapa lama kita menjalani pekerjaan, atau bekerja untuk menggerakan ekonomi keluarga, organisasi kampus, perusahaan, politik. Siapa saja di tingkatan apa saja bisa belajar menjadi pemimpin dan membantu membentuk atau mempengaruhi dunia di sekelilingnya. Pakar kepemimpinan John C. Maxwell mengambarkan kepemimpinan sebagi pengaruh posistif. Itulah definisi kepemimpinan paling sederhana dan elegan yang Saya ketahui. Bagaimana seorang pemimpin bertindak? Apa karakteristik kunci dari pemimpin dengan dan tanpa jabatan? Ia adalah seseorang yang:  Percaya bahwa dirinya dapat membentuk hidup dan kariernya secara positif.  Memimpin lewat hubungannya dengan orang lain, sebagai lawan dari kendali yang ia miliki atas orang lain.  Berkolaborasi, bukan mengendalikan.  Meyakinkan orang lain untuk berkontribusi , bukannya memerintah mereka.  Membuat orang lain mengikutinya karena rasa hormat dan komitmen, bukannya rasa tsayat dan kepatuhan. Mungkin selama ini kita tidak sadar betapa sebetulnya kita adalah pemimpin, mungkin bagian dari kelompok besar orang yang mengalami “kurang jabatan”. Dengan kata lain, jabatan saat ini tidak mencerminkan sesuatu yang ingin dicapai atau tidak sesuai dengan harapan. Jika demikian, jangan biarkan kecilnya jabatan membuat kita rendah diri. Kita adalah pemimpin. (Sebaliknya, kita semua tahu tentang “para pemimpin” yang memiliki jabatan tinggi, tetapi sebenarnya bukanlah pemimpin.) Mari pelajari teori kepemimpinan, berikut ini akan saya bahas dengan ilustrasi sederhana. D. Teori kepemimpinan a. “Great Man Theory” (Bakat) Ada yang berpendapat bahwa “pemimpin dilahirkan”(leaders are born). Teori ini baru dicetuskan oleh Marquis dan Huston (1998), menekankan bahwa setiap orang adalah pemimpin (pemimpin/kepemimpinan dibawa sejak lahir bukan didapatkan) dan mereka mempunyai karakteristik tertentu yang membuat mereka lebih baik dari lain. Seseorang hanya akan menjadi pemimpin yang efektif karena dia dilahirkan dengan bakat-bakat
  • 31. kepemimpinannya. Jauh 15 abad silam Islam telah melahirkan teori ini. Teori ini sesuai dengan konsep Islam yang percaya bahwa Tuhan telah menciptakan manusia sudah satu paket dengan “label” kepemimpinannya (Q.S. Al Baqarah:30). Meskipun bakat sangat penting, bakat bukanlah segalanya. Bakat yang dibawa sejak lahir masih harus dikembangkan melalui dua jalur utama, yaitu kesempatan memperoleh pendidikan dan latihan guna perluasan cakrawala pandangan yang bersifat teorikal dan pengalaman di “dunia kenyataan.” b. The Behavioral Theory (Perilaku) Teori perilaku lebih menekankan pada apa yang dilakukan dan bagaimana seorang manajer menjalankan fungsinya. Perilaku sering dilihat sebagai suatu rentang dari sebuah perilaku otoriter ke demokratis atau dari fokus suatu produksi ke fokus pegawai. Menurut Vedatal (1994) teori perilaku ini dinamakan dengan gaya kepemimpinan seorang manajer dalam suatu organisasi. “Pemimpin dibentuk dan ditempa” (leaders are made). Pendapat ini mengemukakan bahwa efektivitas kepemimpinan seseorang dapat dibentuk dan ditempa. Caranya adalah dengan memberikan kesempatan yang luas kepada yang bersangkutan untuk menumbuhkan dan mengembangkan efektivitas kepemimpinannya melalui berbagai kegiatan pendidikan dan pelatihan kepemimpinan. Efektivitas kepemimpinan dapat dipelajari, dengan pendidikan dan pelatihan yang terarah dan intensif, berbagai hal yang menyangkut efektitivitas kepemimpinan, ciri-ciri kepemimpinan, berbagai gaya kepemimpinan, fungsi-fungsi dan peran seorang pemimpin, akan tiba saatnya orang yang bersangkutan akan menemukan “menemukan dirinya” dan membentuk perilaku serta gaya kepemimpinan yang dipandangnya paling cocok dengan persepsi dan kepribadiannya. c. Situational Theory (Teori Situasional) Berbagai penelitian yang dilakukan oleh para ilmuan dan pengalaman banyak orang sukses dalam menjalankan tugas-tugas kepemimpinan, memberikan keyakinan yang semakin mendalam bahwa kemungkinan tentang kemungkinan keberhasilan seseorang sebagai pemimpin ternyata jauh lebih rumit dari sekedar mengidentifikasi ciri-ciri kepemimpinan tertentu. Juga tidak hanya menganalisis berbagai perilaku manajerial. Keyakinan demikian telah mendorong para ilmuan untuk telah mencari parameter lain. Salah satu parameter keberhasilan manajerial tersebut ditemukan dalam pandangan yang menyatakan bahwa ciri-ciri kepemimpinan yang digabung dengn perilaku tertentu masih harus disesuaikan dengan tuntutan situasi kepemimpinan dan situasi organisasi yang dihadapi dengan memperhitungkan faktor waktu dan ruang. Dengan kata lain ditemukanlah apa yang dewasa ini secara luas dikenal dengan teori situasional. Dinyatakan dengan cara lain, kini semakin diyakini kebenaran teori yang mengatakan bahwa pada kondisi A, gaya manajerial X-lah yang tepat; pada kondisi B gaya Y lebih menjamin keberhasilan dan pada kondisi C gaya Z dipandang lebih tepat. Demikian seterusnya, sangat mudah membayangkan bahwa disamping tepatnya pendekatan pemahaman faktor-faktor yang mengakibatkan seseorang menjadi pemimpin yang efektif karena ragamnya situasi organisasional yang dihadapi. Saya ingin mengajak Anda pembaca, untuk tidak mendikotomi pandangan tentang asal- usul kepemimpinan. Ada kebenaran ilmiah dalam setiap pandangan di atas. Karena itu
  • 32. paradigma ilmiah yang paling dapat dipertanggungjawabkan adalah terdapat di antara teori- terori di atas. Dalam hal efektivitas kepemimpinan, paradigma yang lebih mendekati kebenaran ilmiah (yang didukung pengalaman praktisi) mengatakan bahwa efektivitas kepemimpinan seseorang dilandasi dengan modal bakat yang dibawa sejak lahir tetapi ditumbuhkan dan dikembangkan melalui dua jalur, yaitu adanya kesempatan untuk menduduki jabatan (peran) pimpinan dan tersedianya kesempatan yang cukup luas menempuh pendidikan dan pelatihan kepemimpinan. E. Tipologi (tipe) Kepemimpinan “Kemenangan tersulit adalah mengalahkan diri sendiri.” (Aristoteles) #Tipe Otokratik (otoriter) Dilihat dari persepsinya, seorang pemimpin yang otokratik adalah seseorang yang sangat egois. Egoismenya yang sangat besar akan mendorongnya memutarbalikan kenyataan yang sebenarnya sehingga sesuai dengan apa yang secara subjektif diinterpretasikannya sebagai kenyataan. Mislanya, dalam menginterpretasikan disiplin bawahan dalam organisasi. Seorang pemimpin yang otokratik akan menerjemahkan disiplin kerja yang tinggi yang ditunjukan oleh para bawahannya sebagai perwujudan kesetiaan para bawahan itu kepadanya. Padahal sesungguhnya disiplin kerja itu didasarkan kepada ketsayatan, bukan kesetiaan. Egonya yang sangat besar menumbuhkan dan mengembangkan persepsinya bahwa tujuan organisasi identik dengan tujuan pribadinya dan oleh karenanya organisasi diperlakukannya sebagai alat untuk mencapai tujuan pribadi tersebut. Gaya kepemimpinan otoriter memiliki ciri-ciri sebagai berikut (Lippith and White):  Wewenang mutlak berada pada pimpinan.  Komunikasi berlangsung satu arah dari pimpinan kepada bawahan (top down).  Pengawasan terhadap perilaku, sikap, dan kegiatan para bawahan dilakukan secara ketat.  Prakarsa harus selalu berasal dari pimpinan.  Tidak ada kesempatnan bagi bawahan untuk memberikan saran, pertimbangan atau pendapat.  Tugas-tugas diberikan secara instruktif.  Lebih banyak kritik daripada pujian.  Cenderung adanya paksaan, ancaman dan hukuman.  Kasar dalam bersikap.  Tanggung jawab keberhasilan organisasi hanya dipikul oleh pimpinan. #Tipe Paternalistik Tipe pemimpin yang paternalistic banyak terdapat di lingkungan masyarakat yang masih bersifat tradisional, umumnya di masyarakat yang agraris. Popularitas pemimpin yang paternalistic di lingkungan masyarakat yang demikian mungkin sekali disebabkan beberapa faktor: a. Kuatnya ikat primordial, b. “ekstend family system”,
  • 33. c. Kehidupan masyarakat yang kominalistik, d. Peran adat istiadat yang sangat kuat dalam kehidupan bermasyarakat, e. Masih dimungkinkannya hubungan pribadi yang intim antara seorang anggota masyarakat dengan anggota masyarakat lainnya. Salah satu ciri utama dari masyarakat tradisional demikian ialah rasa hormat yang tinggi yang ditujukan oleh para anggota masyarakat kepada orang tua atau seseorang yang dituakan. Biasanya seorang pemimpin yang paternalistic mengutamakn kebersamaan. Nilai demikian terungkap dalam kata-kata seperti “seluruh anggota organisasi adalah anggota satu keluarga besar” dan pernyataan-pernyataan sejenis. Berdasarkan nilai kebersamaan itu, dalam organisasi yang dipimpin oleh seorang yang paternalistic kepentingan bersama dan perlakuan yang seragam terlihat menonjol. Artinya, pemimpin yang bersangkutan berusaha memperlakukan semua orang seadil dan serata mungkin. #Tipe Laissez faire (liberal) Kepemimpinan gaya liberal atau laissez faire adalah kemampuan mempengaruhi orang lain agar bersedia bekerja sama untuk mencapai tujuan dengan cara berbagai kegiatan dan pelaksanaanya dilakukan lebih banyak diserahkan kepada bawahan. Seorang pemimpin yang laissez faire umumnya memandang organisasi akan berjalan lancar dengan sendirinya karena para anggota organisasi terdiri dari orang-orang yang sudah dewasa yang mengetahui apa yang menjadi tujuan organisasi, sasaran-sasaran apa yang ingin dicapai, tugas apa yang harus dikerjakan oleh masing-masing anggota dan seorang pimpinan tidak perlu terlalu sering melakukan intervensi dalam kehidupan organisasi. Singkatnya, seorang pemimpin yang laissez faire cenderung memilih peranannya yang pasif dan membiarkan organisasi berjalan menurut temponya sendiri tanpa banyak mencampuri bagaimana organisasi harus dijalankan dan digerakkan. Nilai-nilai yang dianut seorang pemimpin tipe laissez faire dalam menyelenggarakan fungsi-fungsi kepemimpinannya biasanya bertolak dari filsafat hidup bahwa manusia pada dasarnya memiliki rasa solidaritas dalam kehidupan bersama, mempunyai rasa tanggung jawab yang besar terhadap tugas yang harus diembannya. Dengan sikap demikian, tidak ada alasan kuat untuk memperlakukan para bawahan sebagai orang-orang yang tidak dewasa, tidak bertanggung jawab, tidak setia dan sebagainya. Karena itu pandangan pemimpin yang laissez faire, nilai yang tepat dalam hubungan atasan-bawahan adalah nilai yang didasarkan kepada saling mempercai yang besar. Pemimpin laissez faire dalam memimpin organisasi biasanya bersikap permisif, dalam arti bahwa anggota organisasi boleh saja bertindak sesuai dengan keyakinan dan bisikan hati nuraninya asal saja tujuan organisasi tetap tercapai. Kontribusinya dalam menyusun struktur tugas para bawahan dapat dikatakan minimum. Kepentingan dan kebutuhan para bawahan itu, mereka akan dengan sendirinya berperilaku positif dalam kehidupan organisasinya. Dengan sikap yang permisif, perilaku pemimpin yang laissez faire cenderung mengarah kepada memperlakukan bawahan sebagai rekan kerja. Hanya saja kehadirannya sebagai pimpinan diperlukan sebagai akibat dari adanya struktur dan hirarki organisasi.
  • 34. Ciri-ciri gaya kepemimpinan laissez faire adalah sebagai berikut:  Pimpinan melimpahkan wewenang sepenuhnya kepada bawahan.  Keputusan lebih banyak dibuat oleh bawahan.  Pimpinan hanya berkomunikasi apabila diperlukan oleh bawahan.  Hampir tidak ada pengawasan terhadap perilsaya bawahan.  Prakarsa selalu berasal dari bawahan.  Hampir tidak ada pengarahan dari bawahan.  Peran pimpinan sangat sedikit dalam kegiatan kelompok.  Kepentingan pribadi lebih penting daripada kepentingan kelompok.  Tanggung jawab keberhasilan organisasi dipikul oleh perorangan. #Tipe Demokratik Baik di kalangan ilmuwan maupun kalangan praktisi sepakat bahwa tipe pemimpin yang paling ideal dan paling didambakan adalah tipe pemimpin yang demokratik. Memang umum dakui bahwa pemimpin yang demokratik tidak selalu merupakan pemimpin yang paling efektif dalam kehidupan organisasi. Karena, ada kalanya dalam bertindak dan mengambil keputusan bisa terjadi keterlambatan sebagi konsekuensi keterlibatan para bawahan dalam proses pengambilan keputusan tersebut. Tetapi, dengan berbagai kelemahannya, pemimpin yang demokratik tetap dipandang sebagai pemimpin terbaik karena kelebihan-kelebihannya mengalahkan kekurangn-kekurangannya. Pemimpin yang demokratik biasanya memandang peranannya selaku koordinantor dan integrator dari berbagai unsur dan komponen organisasi sehingga bergerak sebagai suatu totalitas. Pendekatan dalam menjalankan fungsi-fungsi kepemimpinannya adalah pendekatan yang holistik dan integralistik. Tidak kecil peranan yang dimainkan oleh nila-nilai yang dianut oleh seorang pemimpin yang demokratik dalam peningkatan usahanya menjadi pemimpin yang efektif. Keseluruhan nilai-nilai yang dianut berangkat dari filsafat hidup yang menjunjung tinggi harkat dan martabat manusia. Pemimpin yang demokratik memperlakukan manusia dengan cara yang manusiawi. Satu rumus yang nampaknya sangat sederhana, akan tetapi sesungguhnya merupakan sumber dari semua persepsi, sikap perilaku dan gaya kepemimpinan seseorang. Nilai demikian tidak dimiliki oleh pemimpin yang otokratik. Juga tidak selalu dimiliki oleh pemimpin yang paternalistik. Tidak pula oleh seorang pemimpin tipe laissez faire. Ciri-ciri kepemimpinan gaya demokratik adalah:  Wewenang pimpinan tidak mutlak  Pimpinan bersedia melimpahkan sebagian wewenang kepada bawahan.  Keputusan dibuat bersama anatara pimpinan dan bawahan.  Komunikasi berlangsung timbal balik.  Pengawasan dilakukan secara wajar.
  • 35.  Banyak kesempatan dari bawahan untuk menyampaikan saran dan pertimbangan.  Tugas-tugas kepada bawahan diberikan dengan lebih bersifat permintaan daripada instruktif.  Pujian dan kritik seimbang.  Pimpinan memperhatikan perasaan dalam bersikap dan bertindak.  Terdapat suasana saling percaya, saling hormat menghormati, dan saling menghargai.  Tanggung jawab keberhasilan organisasi ditanggung secara bersama-sama. Perlu diperhatikan bahwa pendekatan yang manusiawi, cara bertindak yang mendidik bukanlah kelemahan, melainkan sebagai salah satu sumber kekuatan pemimpin yang demikian. Dikatakan sebagai salah satu sumber kekuatannya karena dengan sikap demikian ia menjadi seorang pemimpin yang disegani dan dihormati, bukan pemimpin yang ditakuti. Seorang pemimpin yang dihormati dan disegani dan bukan ditakuti karena perilakunya dalam kehidupan organisasi. Perilakunya mendorong para bawahannya menumbuhkan dan mengembangkan daya inovasi dan kreativitasnya. Dengan sungguh- sungguh ia mendengarkan pendapat, saran dan bahkan kritik orang lain, terutama bawahannya. Jika terjadi kesalahan, pimpinan yang demokratik berada di samping bawahan yang berbuat kesalahan itu bukan untuk menindak atau menghukumnya, melainkan meluruskannya sedemikian rupa sehingga bawahan tersebut belajar dari kesalahannya itu dan dengan demikian menjadi anggota organisasi yang lebih bertanggung jawab. Satu lagi karakteristik penting seorang pemimpin yang demokratik yang sangat positif adalah dengan cepat ia menunjukakan penghargaannya kepada para bawahan yang berprestasi. F. Siap memimpin dan siap dipimpin Kesiapan memimpin merupakan proses seumur hidup. Kita semua bisa belajar untuk memimpin lebih baik. Tak ada di antara kita yang pernah sungguh-sungguh siap memimpin. Kalau berkenaan dengan kepemimpinan, kita semua adalah WIP (works in progress). Yang perlu kita lakukan adalah kesedian mengambil peran sebagai pemimpin. Artinya, bersikap dan bertindak sebagai pemimpin dalam kehidupan sehari-hari, dengan atau tanpa jabatan sekalipun. Masing-masing kehidupan kita adalah laboratorium kepemimpinan. Kita tidak butuh jabatan atau organisasi untuk memimpin karena hakikatnya masing-masing dari kita adalah pemimpin (minimal bagi diri sendiri). Yang kita butuhkan tak lebih dari passion (gairah) dan attitude (sikap) untuk membuat perbedaan positif dan kesadaran akan peluang memimpin yang muncul setiap hari di tempat, di rumah, bersama teman dan sahabat, di dalam lingkungan kita. Bila masing-masing dari kita memilih untuk memimpin pada saat yang tepat dengan cara yang tepat, bayangkan seperti apa organisasi, perusahaan, lingkungan dan dunia kita. Tindakan dan sikap kita lebih penting daripada yang kita sadari. Orang yang bersikap sebagai pemimpin mengerti bahwa segala yang mereka kerjakan dan tidak kerjakan adalah berarti. Tugas pertama dari mereka yang siap memimpin adalah kesiapan untuk dipimpin. Karena seseorang tidak akan pernah benar-benar menjadi pemimpin tanpa siap dipimpin sebelumnya. Ketangguhan mental (EQ) dan spiritual (SQ) seperti ini adalah ciri-ciri orang
  • 36. yang bertindak sebagai pemimpin dalam kehidupan ini. Mereka tidak khawatir dengan apapun jabatan mereka. Sebaliknya, mereka menerima dan menjalani apa yang mereka hadapi dengan lapang dada dan berjiwa pemimpin. G. Meneladani Kepemimpinan tokoh dunia Bagi Anda pembaca, mungkin pernah mendengar seorang tokoh bernama Abraham Lincoln. Ia lahir 12 Februari 1809 di Kentucky, AS. Ia adalah Presiden Amerika Serikat ke-16. Ia dikenang sebagai tokoh pemimpin pemerintahan yang berhasil sepanjang sejarah amerika. Ia juga berjasa telah menghapuskan perbudakan dan menyatukan Amerika Utara dan Selatan sehingga menjadi Negara federasi bersatu. Namun, tahukah Anda bahwa sebenarnya Ia adalah seorang yang gagap hingga ibunya khawatir akan masa depannya ini. Kadang Ia dianggap sebagai “homo” oleh para tetangganya karena tingkah dan cara berpakainya. Pernikahannya pun dengan Marry Todd dianggap sebagai pernikahan yang tidak bahagia menurut para sejarawan. Namun, Ia tumbuh menjadi pemuda yang menentang perbudakan. Ia meninggal karea dibunuh oleh John Wilkes Booth saat menyaksikan pertunjukan teater. Sayang, walaupun ia dianggap sebagai pemimpin pemerintahan yang berhasil, ia kurang berhasil dalam kehidupan pernikahannya. Satu tokoh pemimpin lainya adalah Walter Elias Disney yang lahir di Chicago pada tanggal 5 Desember 1901. Selama ini kehidupan Walt Disney dianggap sebagai pedoman yang dapat ikuti oleh semua orang kaya. Barang siapa ingin sukses, harus bekerja keras dan pantang menyerah. Disney bersama dengan seorang temannya, Ube Iwerks mendirikan agen seni periklanannya yang pertama. Pada tahun 1920 Watl Disney memutuskan berdiri sendiri dan memasuki dunia animasi kartun. Walt Disney berhasil membangun kerajaan bisnis diantaranya Disney Studios dan mampu bertahan hingga saat ini. Dia juga berhasil membangun fantasmagorik Walt Disney-Disneyland, proyek yang dianggap gila-gilaan oleh bankir-bankirnya. Saat ini Disneyland telah berdiri di berbagai Negara. Walt Disney termasuk orang terkaya di dunia. Ia telah berhasil mewujudkan impiannya dan para karyawannya. Perusahaanya juga banyak mendapat penghargaan. Namun, sayangnya Walt Disney hanya berhasil di bidang seni dan ekonomi saja. Kita dapat belajar tentang zuhud dan kesederhanaan dari kehidupan Nabi Isa a.s. akan tetapi, kita tidak dapat menemukan sosok ayah dan suami teladan dari kehidupannya karena ia tidak menikah. Kita juga tidak dapat menemukan sosok pemimpin pemerintahan dalam kehidupannya karena ia tidak pernah berkuasa. Dari kehidupan Nabi Sulaiman a.s., kita dapat menemukan sosok pemimpin yang adil dan orang kaya yang bersyukur. Akan tetapi , kita tidak dapat menemukan kepribadian orang tertindas, lemah dan miskin dari kehidupannya. So, Kita harus belajar kepemimpinan yang sukses secara universal dari siapa? Pertanyaan itu yang berusaha Saya jawab melalui buku yang Anda baca saat ini. Maka, bersyukurlah karena Anda telah mendapatkannya, Alhamdulillah. #the Most Influential Persons in History “Leadership is influence.” (John C. Maxwell)
  • 37. Kepribadian yang tidak ada duanya adalah kepribadian Rasulullah Muhammad Saw. Saya menyatakan demikian bukan hanya karena Saya seorang muslim, tetapi itulah kenyataanya. Allah Swt. Berfirman dalam Q.S. Al Ajzab: 21. “Sesungguhnya telah ada pada (diri) Rasulullah itu suri teladan yang baik bagimu…” Michael Hart (1978) dalam bukunya yang bertajuk The 100: A Rangking of the Most Influential Persons in History telah menempatkan Nabi Muhammad Saw sebagai tokoh nomor 1 yang paling berpengaruh sepanjang sejarah, dan hanya menempatkan Nabi Isa as (Yesus Kristus) di urutan ketiga. Michael Hart menulis: “Jatuhnya pilihan Saya kepada Muhammad (Saw.) dalam urutan pertama daftar Seratus Tokoh yang berpengaruh di dunia mungkin mengejutkan sementara pembaca dan mungkin jadi tanda tanya sebagian yang lain. Tetapi Saya berpegang pada keyakinan Saya, dialah Muhammad (Saw.) satu-satunya manusia dalam sejarah yang berhasil meraih sukses-sukses luar biasa baik ditilik dari ukuran agam maupun lingkup duniawi.” Selanjutnya Ia menulis: “Lebih jauh dari itu (berbeda dengan Isa) Muhammad *Saw.+ bukan semata pemimpin agama tapi juga pemimpin duniawi, akan tetapi Nabi Isa [as.] tidak mendapat kedudukan seperti itu. Pendek kata, keteladanan beliau dalam setiap hal menggambarkan kepribadian beliau yang suci dalam corak yang semakin bertambah terang.” Demikian Michael Hart menulis secara objektif kedudukan Nabi Muhammad Saw sebagai tokoh yang Berpengaruh Sepanjang Sejarah. Bagaimana tidak, Rasulullah Saw. dilahirkan dalam kondisi yatim di padang pasir tandus di Makkah. Ia kehilangan ayahnya sebelum dilahirkan dan kehilangan ibundanya pada awal-awal pertumbuhan. Ia tidak memiliki saudara kandung, baik saudara laki-laki maupun saudara perempuan. Meski demikian, beliau mampu memimpin berbagai kabilah yang saling bertikai yang memiliki kebiasaan menggembala hewan ternak. Dalam waktu dua puluh tahun, ia mampu menciptakan suatu bangsa yang memimpin bangsa-bangsa yang lain. Semua itu dapat diraih dengan iman dan percaya pada Allah, perencanaan, pengorganisasian, pengorbanan serta perjuangan dan keringat. Orang-orang Barat mengenal pengembaraan, penelitian dan kerja keras setelah lahirnya sejarah Rasulullah dan apa yang ia perbuat untuk kemanusiaan. Mereka mampu menemukan benua Amerika dan mampu menyingkap jalan melalui Tanjung Harapan (Cape Town, Afrika Selatan). Dari sejarah Rasulullah Saw., kita dapat belajar tentang nilai kepemimpinan, kebebasan, keadilan, dan kesetaraaan. Semua orang besar yang dikenal dalam sejarah memiliki pengaruh terbatas. Bahkan, kebesaran mereka berkurang ketika Rasulullah datang dan mampu mengajarkan para sahabat dan kaum muslim tentang keseimbangan aspek material dan spiritual. Dalam diri Rasulullah Muhammad Saw. telah terkumpul semua status sosial manusia. Beliau pernah hidup sebagai orang tertindas dan penguasa. Beliau pernah menjadi panglima perang, pernah menang dan kalah. Beliau pernah berdiplomasi dan membuat perjanjian. Maka, beliau adalah panutan yang terbaik dan teladan dalam segala kondisi.