situs judi terpercaya di indonesia bisa deposit via pulsa minimal 25rb . agen slot judi online terlengkap
wa : 0822-1185-1887
Link: http://36.255.140.162/
Daduemas88 - situs judi slot game deposit pulsa di indonesia
1. Buletin Psikologi ISSN 0854-7106 (Print)
2019, Vol. 27, No. 2, 148 – 158 ISSN 2528-5858 (Online)
DOI: 10.22146/buletinpsikologi.47402 https://jurnal.ugm.ac.id/buletinpsikologi
148 Buletin Psikologi
Kecanduan Game Online pada Remaja:
Dampak dan Pencegahannya
Online Game Addiction in Adolescents: Impacts and its Preventions
Eryzal Novrialdy1
Prodi S2 Bimbingan dan Konseling, Fakultas Ilmu Pendidikan
Universitas Negeri Padang
Abstract. The problem of online game addiction demands public attention. Currently,
many studies tend to be focused on efforts to reduce the level of addiction. However,
there are very limited studies centered on discussing efforts to prevent this occurrence.
This paper aims to examine various alternatives, in order to prevent this form of
addiction, especially in adolescents that tend to be the most affected age group. In
addition, there have been reports of its impact on several aspects of life, including health,
psychologically, academically, socially and financially. Therefore, there is a need for
preventive approaches, due to the impacts that disrupt the life of adolescents, which this
paper is expected to identify. Furthermore, future research ought to focus on in-depth
examination of other alternatives to prevent online game addiction.
Keywords: addiction; adolescents; prevention; online game
Abstrak. Kecanduan game online merupakan salah satu masalah yang mendapat perhatian
dari masyarakat luas. Saat ini, banyak penelitian yang lebih fokus terhadap upaya untuk
mereduksi tingkat kecanduan game online. Namun, masih minim sekali penelitian yang
membahas tentang upaya pencegahan kecanduan game online. Tulisan ini bertujuan
mengkaji berbagai alternatif untuk mencegah kecanduan game online, terutama terhadap
remaja yang mengalaminya. Remaja merupakan kelompok usia terbanyak yang
mengalami permasalahan terhadap penggunaan game online. Kecanduan game online pada
remaja akan berdampak pada beberapa aspek kehidupan, seperti aspek kesehatan, aspek
psikologis, aspek akademik, aspek sosial dan aspek keuangan. Kecanduan game online
perlu dicegah karena dampaknya akan membuat kehidupan remaja terganggu. Tulisan
ini diharapkan dapat membantu dalam upaya pencegahan kecanduan game online. Lebih
lanjut, penelitian di masa yang mendatang perlu untuk mengkaji secara mendalam
berbagai alternatif lain dari pencegahan kecanduan game online.
Kata kunci: game online; pencegahan; kecanduan remaja
Pengantar
Remaja 1berada pada rentang usia 12-18
tahun (Hurlock, 2010). Masa remaja
merupakan masa peralihan dari anak-anak
1 Korespondensi mengenai artikel ini dapat melalui:
erynvrld@gmail.com
menuju dewasa (Santrock, 2007). Pada
masa ini remaja akan sangat mengalami
berbagai perubahan pada dirinya, baik itu
dari fisik maupun psikis, secara individual
ataupun dalam peran sosialnya di
keluarga, sekolah serta masyarakat. Pada
era milenium saat ini, remaja akan
2. KECANDUAN GAME ONLINE PADA REMAJA
Buletin Psikologi 149
disuguhkan dengan banyaknya kecang-
gihan teknologi yang memudahkan untuk
memperoleh berbagai informasi yang
dibutuhkannya. Remaja saat ini dapat
disebut generasi post millenials (Oblinger &
Oblinger, 2005). Salah satu cirinya yaitu
tumbuh dengan teknologi yang sangat
mudah untuk diaksesnya, sehingga remaja
saat ini dapat juga dikatakan sebagai gene-
rasi yang paling memahami teknologi.
Kemudahan akses ini akan dapat
berdampak buruk jika tidak disikapi
dengan baik. Hasil penelitian menunjuk-
kan bahwa remaja merupakan kelompok
usia terbanyak yang mengalami permasa-
lahan dengan penggunaan teknologi,
seperti internet (Kuss, van Rooij, Shorter,
Griffiths, & van de Mheen, 2013; Tsitsika et
al., 2014), smartphone (Haug et al., 2015;
Cha & Seo, 2018) dan game online (Hussain,
Griffiths, & Baguley, 2012; Jiang, 2014;
Király et al., 2014; Strittmatter et al., 2015;
Wang et al., 2014).
Permasalahan yang terkait dengan
penggunaan game online telah mendapat
banyak perhatian dari masyarakat luas.
Game online adalah permainan yang dapat
dimainkan oleh banyak orang pada waktu
bersamaan melalui jaringan internet
(Adams, 2013). Sejak kemunculannya game
online menjadi sangat populer dan mudah
untuk diakses. Game online dapat dimain-
kan di berbagai platform, seperti komputer
pribadi (PC), konsol game (alat khusus
untuk bermain game) dan smartphone
(Kiraly, Nagygyörgy, Griffiths, &
Demetrovics, 2014). Saat ini, game online
seperti Mobile Legend (ML), Arena of Valor
(AoV), Clash of Clans (CoC), Fortnite, Dota 2
dan Player Unknown’s Battle Ground
(PUBG) merupakan salah satu kegiatan
rekreasi yang paling luas terlepas dari
budaya, usia, dan jenis kelamin.
Game online akan berdampak positif
apabila dimanfaatkan untuk hiburan
(Adams, 2013), di mana segala rasa penat
dan stres dapat dikurangi dengan bermain
game (Russoniello, O’Brien, & Parks, 2009).
Namun yang terjadi saat ini, game online
banyak dimainkan secara berlebihan dan
digunakan sebagai tempat untuk melari-
kan diri dari realitas kehidupan sehingga
yang terjadi adalah kecanduan game online
(Hussain & Griffiths, 2009).
Remaja dianggap lebih sering dan
lebih rentan terhadap kecanduan game
online daripada orang dewasa. Masa
remaja yang berada pada periode
ketidakstabilan, cenderung lebih mudah
terjerumus terhadap percobaan hal-hal
baru (Jordan & Andersen, 2016). Masa
remaja juga lekat dengan stereotype periode
bermasalah (Hurlock, 2010), yang
memungkinkan percobaan terhadap hal
baru tersebut berisiko menjadi perilaku
bermasalah. Akibatnya, remaja yang
kecanduan game online cenderung kurang
tertarik terhadap kegiatan lain, merasa
gelisah saat tidak dapat bermain game
online (Jannah, Mudjiran, & Nirwana,
2015), penurunan prestasi akademik, relasi
sosial, dan kesehatan (Ghuman &
Griffiths, 2012). Sebagai contoh, seorang
remaja asal Taiwan meregang nyawa
setelah bermain game online selama 40 jam
tanpa henti (Rania, 2018). Di Indonesia
sendiri, 10 anak di Banyumas didiagnosis
mengalami gangguan mental akibat
kecanduan game online dan harus
mendapat terapi di RSUD Banyumas
(Aziz, 2018).
Kecanduan game online dapat
memberikan dampak buruk terhadap
remaja. Sehingga diperlukan upaya agar
remaja dapat terhindar dari kecanduan
game online. Telah banyak penelitian yang
dilakukan tentang kecanduan game online.
Namun dari banyaknya penelitian terse-
but, masih sedikit sekali penelitian yang
lebih fokus terhadap upaya pencegahan
3. NOVRIALDY
150 Buletin Psikologi
kecanduan game online. Dalam artikel ini,
penulis mencoba untuk meninjau dampak
dan upaya pencegahan yang dapat
dilakukan untuk permasalahan kecanduan
game online.
Pembahasan
Kecanduan Game Online pada Remaja
Kardefelt-Winther (2017) menjelaskan
bahwa pada awalnya kecanduan hanya
berkaitan dengan zat adiktif (contohnya
alkohol, tembakau, dan obat-obatan
terlarang) yang masuk melewati darah
dan menuju ke otak dan dapat merubah
komposisi kimia otak. Namun, saat ini
konsep kecanduan telah berkembang
(Alexander, 2010; Peele, 2004). Istilah
kecanduan berkembang seiring dengan
perkembangan kehidupan masyarakat,
sehingga istilah kecanduan tidak hanya
melekat pada obat-obatan tetapi dapat
juga melekat pada kegiatan atau suatu hal
tertentu yang dapat membuat seseorang
ketergantungan, baik secara fisik atau
psikologis.
World Health Organization (2018)
mendefinisikan kecanduan game online
sebagai gangguan mental yang dimasuk-
kan ke dalam International Classification of
Diseases (ICD-11). Hal ini ditandai dengan
gangguan kontrol atas game dengan
meningkatnya prioritas yang diberikan
pada game lebih dari kegiatan lain. Perila-
ku tersebut terus dilanjutkan walaupun
memberikan konsekuensi negatif pada
dirinya. Sebuah studi menunjukkan bah-
wa kecanduan game online lebih sering
terjadi pada remaja (Brand, Todhunter, &
Jervis, 2017). Kecanduan game online yang
dialami remaja akan sangat banyak meng-
habiskan waktunya. Remaja menghabis-
kan waktu saat bermain game lebih dari
dua jam/hari, atau lebih dari 14
jam/minggu (Rudhiati, Apriany, &
Hardianti, 2015) bahkan 55 jam dalam
seminggu (van Rooij, Schoenmakers,
Vermulst, van den Eijnden, & van de
Mheen, 2011) atau rata-rata 20-25 jam
dalam seminggu (Chou, Condron, &
Belland, 2005).
Penelitian yang dilakukan Jap, Tiatri,
Jaya, & Suteja (2013) mengungkapkan
bahwa 10,15% remaja di Indonesia
terindikasi mengalami kecanduan game
online. Artinya, 1 dari 10 remaja di
Indonesia terindikasi mengalami kecan-
duan game online. Fenomena kecanduan
game online ini semakin meluas dan sema-
kin memprihatinkan, terutama karena
banyaknya remaja yang menjadi pecandu
game online.
Dampak Kecanduan Game Online pada
Remaja
Ghuman & Griffiths (2012) menjelaskan
ada masalah yang timbul dari aktivitas
bermain game online yang berlebihan, di
antaranya kurang peduli terhadap
kegiatan sosial, kehilangan kontrol atas
waktu, menurunnya prestasi akademik,
relasi sosial, finansial, kesehatan, dan
fungsi kehidupan lain yang penting.
Bahaya utama yang ditimbulkan akibat
kecanduan game online adalah investasi
waktu ekstrem dalam bermain (Baggio et
al., 2016). Penggunaan waktu yang
berlebihan untuk bermain game online
membuat terganggunya kehidupan sehari-
hari. Gangguan ini secara nyata mengubah
prioritas remaja, yang menghasilkan minat
sangat rendah terhadap sesuatu yang
tidak terkait game online (King &
Delfabbro, 2018). Remaja yang kecanduan
game online semakin tidak mampu untuk
mengatur waktu bermain. Akibatnya,
remaja mengabaikan dunia nyata dan
peran di dalamnya.
Kecanduan game online dapat membe-
rikan dampak negatif atau bahaya bagi
4. KECANDUAN GAME ONLINE PADA REMAJA
Buletin Psikologi 151
remaja yang mengalaminya. Dampak yang
akan muncul akibat kecanduan game online
meliputi lima aspek, antara lain aspek
kesehatan, aspek psikologis, aspek akade-
mik, aspek sosial, dan aspek keuangan
(King & Delfabbro, 2018).
Aspek kesehatan. Kecanduan game
online mengakibatkan kesehatan remaja
menurun. Remaja yang kecanduan game
online memiliki daya tahan tubuh yang
lemah akibat kurangnya aktivitas fisik,
kurang waktu tidur, dan sering terlambat
makan (Männikkö, Billieux, & Kääriäinen,
2015). Aspek psikologis. Banyaknya adegan
game online yang memperlihatkan
tindakan kriminal dan kekerasan, seperti:
perkelahian, perusakan, dan pembunuhan
secara tidak langsung telah memengaruhi
alam bawah sadar remaja bahwa
kehidupan nyata ini adalah layaknya sama
seperti di dalam game online tersebut. Ciri-
ciri remaja yang mengalami gangguan
mental akibat pengaruh game online, yakni
mudah marah, emosional, dan mudah
mengucapkan kata-kata kotor (Petrides &
Furnham, 2000).
Aspek akademik. Usia remaja berada
pada usia sekolah yang memiliki peran
sebagai siswa di sekolah. Kecanduan game
online dapat membuat performa akade-
miknya menurun (Lee, Yu, & Lin, 2007).
Waktu luang yang seharusnya sangat ideal
untuk mempelajari pelajaran di sekolah
justru lebih sering digunakan untuk
menyelesaikan misi dalam game online.
Daya konsentrasi remaja pada umumnya
terganggu sehingga kemampuan dalam
menyerap pelajaran yang disampaikan
guru tidak maksimal.
Aspek sosial. Beberapa gamer merasa
menemukan jati dirinya ketika bermain
game online melalui keterikatan emosional
dalam pembentukan avatar, yang menye-
babkannya tenggelam dalam dunia fantasi
yang diciptakannya sendiri. Hal ini dapat
membuat kehilangan kontak dengan
dunia nyata sehingga dapat menyebabkan
berkurangnya interaksi (Marcovitz, 2012).
Meskipun ditemukan bahwa terjadi
peningkatan sosialisasi secara online
namun di saat yang sama juga ditemukan
penurunan sosialisasi di kehidupan nyata
(Williams, 2006; Smyth, 2007; Hussain &
Griffiths, 2009). Remaja yang terbiasa
hidup di dunia maya, umumnya kesulitan
ketika harus bersosialisasi di dunia nyata.
Sikap antisosial, tidak memiliki keinginan
untuk berbaur dengan masyarakat,
keluarga dan juga teman-teman adalah
ciri-ciri yang ditunjukkan remaja yang
kecanduan game online (Sandy & Hidayat,
2019).
Aspek keuangan. Bermain game online
terkadang membutuhkan biaya, untuk
membeli voucher saja supaya tetap bisa
memainkan salah satu jenis game online
dibutuhkan biaya yang tidak sedikit.
Remaja yang belum memiliki penghasilan
sendiri dapat melakukan kebohongan
(kepada orang tuanya) serta melakukan
berbagai cara termasuk pencurian agar
dapat memainkan game online. Hal ini
sesuai dengan hasil penelitian Chen et al.
(2005) yang menemukan bahwa mayoritas
kejahatan game online ialah pencurian
(73,7%) dan penipuan (20,2%). Penelitian
ini juga menemukan bahwa usia pelaku
kejahatan akibat game online adalah remaja
usia sekolah.
Upaya Pencegahan Kecanduan Game Online
pada Remaja
Pencegahan adalah istilah yang merujuk
kepada beragam intervensi yang bertujuan
menghalangi dan menghindari kondisi
yang berisiko bermasalah (O’Connell,
Boat, & Warner, 2009). Menurut Romano
& Hage (2000) pencegahan mencakup
berbagai upaya diantaranya: (a) menghen-
tikan perilaku bermasalah sebelum terjadi;
5. NOVRIALDY
152 Buletin Psikologi
(b) menunda timbulnya perilaku masalah;
(c) mengurangi dampak dari masalah
perilaku dan (d) memperkuat pengetahu-
an, sikap, dan mempromosikan perilaku
positif. Beberapa upaya pencegahan
kecanduan game online antara lain attention
switching, dissuasion, education, parental
monitoring dan resource restriction (Xu,
Turel, & Yuan, 2012).
Attention switching adalah kegiatan
yang dilakukan untuk mengalihkan
perhatian pemain dari keterlibatan yang
berlebihan terhadap game online (Xu &
Yuan, 2008; Xu et al., 2012). Attention
switching memiliki pengaruh yang signifi-
kan terhadap penurunan dan pencegahan
dampak negatif pada kecanduan game
online (Xu & Yuan, 2008). Kegiatan
ekstrakurikuler seperti olahraga dapat
membuat remaja tidak terlalu fokus pada
game online dan dapat mengurangi tingkat
bermain serta pada akhirnya mengurangi
tingkat kecanduan game online (Xu et al.,
2012). Untuk itu, penting bagi orang yang
berada di sekitar remaja (significant others)
memahami potensi, bakat, maupun minat
dalam hal pengalihan perhatian dalam
mencegah kecanduan game online.
Dissuasion adalah tindakan yang
dilakukan untuk mencegah bermain game
online dengan cara memberikan nasihat,
argumen, membujuk, menjelajahi sampai
dalam bentuk paksaan (Xu & Yuan, 2008;
Xu et al., 2012). Istilah ini erat kaitan
tindakan persuasif. Hal ini merupakan
sebuah praktik umum yang dilakukan
oleh kekuatan eksternal (regulator, orang
tua, guru, dan teman) untuk pencegahan
perilaku yang tidak diinginkan (Xu et al.,
2012). Penelitian yang dilakukan Babor
menunjukkan bahwa tindakan persuasif
dapat membuat perbedaan, setidaknya
dalam kasus penyalahgunaan alkohol (Xu
et al., 2012). Seperti yang diketahui bahwa
para pecandu game online memiliki
rasionalitas terdistorsi (Zhou, Yuan, &
Yao, 2012) dan persuasi adalah salah satu
cara potensial untuk membentuk dan
menjadi counter terhadap rasionalitas yang
terdistorsi.
Education mengacu pada pengeta-
huan atau fokus upaya pendidikan yang
bertujuan pada kognisi seseorang (Xu et
al., 2012). Sebagai lawan dari dissuasion
yang merupakan upaya aktif melawan
yang ada pada ranah kognitif seseorang,
education sebagian besar ditujukan untuk
membangun dasar kognitif yang baik dan
dapat dikelola sendiri (Xu et al., 2012).
Artinya, individu harus aktif dalam
memastikan dirinya agar terhindar dari
kecanduan game online (misalnya, dengan
membaca artikel surat kabar atau menon-
ton berita TV tentang topik tersebut).
Selain itu, dibutuhkan juga dorongan dari
lingkaran sosial agar upaya ini dapat
berjalan dengan baik. Sekolah sebagai
sarana pendidikan dapat memberikan
bantuan dari upaya tersebut. Sekolah
dapat melakukan intervensi dengan
mempromosikan perilaku positif sebagai
bentuk pencegahan kecanduan game
online. Remaja yang masih dalam usia
sekolah bisa mendapatkan pengetahuan
dan pemahaman yang baik di sekolah.
Upaya yang dilakukan sekolah untuk
mencegah perilaku kecanduan merupakan
upaya yang efektif dan efisien (Griffin &
Botvin, 2010; Wells, Barlow, & Stewart-
Brown, 2003). Untuk itu, upaya ini perlu
dipertimbangkan sebagai langkah awal
dari pencegahan kecanduan game online.
Parental monitoring adalah upaya
yang dilakukan orang tua dalam
memperhatikan anaknya (Xu et al., 2012).
Orang tua memegang peranan penting
dalam pencegahan perilaku bermasalah
remaja (Chen, Grube, Nygaard, & Miller,
2008), terutama kecanduan (Mogro-
Wilson, 2008; Loke & Wong, 2010). Studi
6. KECANDUAN GAME ONLINE PADA REMAJA
Buletin Psikologi 153
yang dilakukan (van Den Eijnden,
Spijkerman, Vermulst, van Rooij, &
Engels, 2010) memberikan bukti bahwa
komunikasi orang tua tentang penggu-
naan internet merupakan cara yang efektif
untuk mencegah kecanduan internet. Hal
ini bisa menjadi indikasi bagaimana
perlunya jalinan komunikasi yang baik
antara orang tua dan anaknya.
Kurangnya pengawasan orang tua
berkorelasi dengan perilaku berisiko yang
mengarah pada perilaku antisosial dan
penggunaan zat terlarang pada remaja
(Dishion, Nelson, & Kavanagh, 2003;
Kiesner, Dishion, Poulin, & Pastore,
2009). Kwon, Chung, & Lee (2011) meng-
ungkapkan bahwa remaja cenderung
untuk meningkatkan waktu yang dihabis-
kan untuk permainan internet saat merasa
memiliki hubungan yang buruk dengan
orang tuanya. Pemantauan dalam hal game
online merupakan strategi efektif yang
mencegah pengguna untuk terlibat
tindakan penggunaan berlebihan atau
tidak tepat (Young, 1998). Orang tua harus
berhati-hati dan penuh pertimbangan
dalam memberikan akses terhadap
berbagai produk teknologi. Para orang tua
harus lebih mengawasi anak-anaknya
dalam bermain game online karena bisa
berpotensi membuat anak-anak menjadi
kecanduan bermain game online. Bagi
anak-anak yang kecanduan game online,
mereka seolah-olah menganggap masa
depannya ada di dunia game sehingga
menurunkan minat terhadap aktivitas lain.
Pemantauan orang tua dapat dilakukan
dengan menjalin komunikasi yang baik
dengan anak, menempatkan berbagai
produk teknologi di tempat yang mudah
diamati, mengetahui keberadaan anak,
menunjukkan perhatian terhadap kegiatan
sekolah anak, dll. Hal tersebut dapat
mengurangi waktu anak dalam bermain
game online dan mencegah tingkat kecan-
duan game online yang lebih parah.
Resource restriction adalah pemba-
tasan berbagai sumber daya untuk
bermain game online (Xu et al., 2012).
Kecanduan game online dapat disebabkan
oleh berbagai faktor. Salah satu faktor
yang menyebabkan kecanduan game online
adalah mudahnya akses untuk bermain
game online (King, Delfabbro, Zwaans, &
Kaptsis, 2014). Hasil penelitian menunjuk-
kan bahwa individu yang memiliki akses
yang lebih mudah untuk bermain game
online, cenderung bermain lebih lama dan
lebih sering (King & Delfabbro, 2018).
Remaja yang memiliki perangkat media
elektronik di kamar tidur cenderung
memiliki durasi waktu tidur lebih pendek,
tidur lebih larut dan kurang konsentrasi
berkegiatan pada siang harinya, diban-
dingkan dengan yang tidak memiliki
perangkat media elektronik di kamar tidur
(Brunborg et al., 2011; Fossum, Nordnes,
Storemark, Bjorvatn, & Pallesen, 2014; Li et
al., 2007; Oka, Suzuki, & Inoue, 2008;
Punamäki, Wallenius, Nygård, Saarni, &
Rimpelä, 2007; Shochat, Flint-Bretler, &
Tzischinsky, 2010).
Penelitian terbaru yang dilakukan
Gentile et al. (2017) mengungkapkan bah-
wa remaja yang memiliki media elektronik
kamar tidur lebih cenderung mengguna-
kannya untuk bermain game daripada
membaca buku. Persepsi individu tentang
ketersediaan sumber daya (misalnya,
dukungan teknis) memengaruhi penggu-
naannya sistem informasi (Taylor & Todd,
1995). Hal ini pun juga berlaku untuk game
online (Blakely, Skirton, Cooper, Allum, &
Nelmes, 2010). Orang tua dapat memba-
tasi uang yang diberikan dan juga perleng-
kapan untuk bermain game online. Upaya
ini dapat membatasi ruang gerak serta
akses remaja terhadap permainan game
online yang berlebihan.
7. NOVRIALDY
154 Buletin Psikologi
Penutup
Perkembangan teknologi pada era digital
ini tidak dapat dipungkiri sangat pesat
adanya. Salah satu produk perkembangan
teknologi yang saat ini digemari remaja
adalah game online. Semestinya game online
dimanfaatkan untuk hiburan tetapi yang
terjadi game online dimainkan secara berle-
bihan, digunakan sebagai tempat untuk
melarikan diri dari realitas kehidupan
sehingga yang terjadi adalah kecanduan
game online. Hal ini akan berakibat buruk
terhadap berbagai aspek kehidupan
remaja. Untuk itu, game online sebagai
bentuk dari perkembangan teknologi
perlu disikapi dengan bijak supaya tidak
berdampak buruk bagi remaja. Dengan
demikian remaja perlu diberikan upaya
pecegahan terhadap kecanduan game
online, sehingga diharapkan dapat terhin-
dar dari kecanduan game online. Juga
diharapkan pihak-pihak terkait dapat
bersinergi dalam melakukan berbagai
upaya yang telah disampaikan.
Daftar Pustaka
Adams, E. (2013). Fundamentals of game
design (2nd ed). New York: New Riders
Publishing.
Alexander, B. K. (2010). The globalization of
addiction: A study in poverty of the spirit.
New York: Oxford University Press.
Aziz, A. (2018). Kecanduan game online, 10
anak Banyumas alami gangguan mental.
Diakses 7 September 2019, dari
https://www.merdeka.com/peristiwa/
kecanduan-game-online-10-anak-di-
banyumas-alami-gangguan-
mental.html
Baggio, S., Dupuis, M., Studer, J., Spilka,
S., Daeppen, J. B., Simon, O., … Gmel,
G. (2016). Reframing video gaming
and internet use addiction: Empirical
cross-national comparison of heavy
use over time and addiction scales
among young users. Addiction, 111(3),
513–522. doi: 10.1111/add.13192
Blakely, G., Skirton, H., Cooper, S., Allum,
P., & Nelmes, P. (2010). Use of
educational games in the health
professions: A mixed-methods study
of educators’ perspectives in the UK.
Nursing and Health Sciences, 12(1), 27–
32. doi: 10.1111/j.1442-2018.2009.
00479.x
Brand, J. E., Todhunter, S., & Jervis, J.
(2017). Digital Australia 2018 (DA18).
http://www.igea.net/wp-
content/uploads/2017/07/Digital-
Australia-2018-DA18-Final-1.pdf.
Brunborg, G. S., Mentzoni, R. A., Molde,
H., Myrseth, H., Skouverøe, K. J. M.,
Bjorvatn, B., & Pallesen, S. (2011). The
relationship between media use in the
bedroom, sleep habits and symptoms
of insomnia. Journal of Sleep Research,
20(4), 569–575. doi: 10.1111/j.1365-
2869.2011.00913.x
Cha, S. S., & Seo, B. K. (2018). Smartphone
use and smartphone addiction in
middle school students in Korea:
Prevalence, social networking service
and game use. Health Psychology Open,
5(1), 1–15. doi: 10.1177/2055102918
755046
Chen, M. J., Grube, J. W., Nygaard, P., &
Miller, B. A. (2008). Identifying social
mechanisms for the prevention of
adolescent drinking and driving.
Accident Analysis and Prevention, 40(2),
576–585. doi: 10.1016/j.aap.2007.08.013
Chen, Y. C., Chen, P. S., Hwang, J. J.,
Korba, L., Song, R., & Yee, G. (2005).
An analysis of online gaming crime
characteristics. Internet Research, 15(3),
246–261. doi: 10.1108/1066224
0510602672
8. KECANDUAN GAME ONLINE PADA REMAJA
Buletin Psikologi 155
Chou, C., Condron, L., & Belland, J. C.
(2005). A review of the research on
Internet addiction. Educational Psycho-
logy Review, 17(4), 363–388. doi:
10.1007/s10648-005-8138-1
Dishion, T. J., Nelson, S. E., & Kavanagh,
K. (2003). The Family Check-Up with
high-risk young adolescents: Prevent-
ing early-onset substance use by
parent monitoring. Behavior Therapy,
34(4), 553–571. doi: 10.1016/S0005-
7894(03)80035-7
Fossum, I. N., Nordnes, L. T., Storemark,
S. S., Bjorvatn, B., & Pallesen, S. (2014).
The association between use of
electronic media in bed before going to
sleep and insomnia symptoms,
daytime sleepiness, morningness and
chronotype. Behavioral Sleep Medicine,
12(5), 343–357. doi: 10.1080/
15402002.2013.819468
Gentile, D. A., Bailey, K., Bavalier, D.,
Brockmyer, J. F., Cash, H., Coyne, S.
M., … Young, K. S. (2017). Internet
gaming disorder in children and
adolescents. Pediatrics, 140(2), S81–S85.
Retrieved from %3CGo%0Ato
Ghuman, D., & Griffiths, M. D. (2012). A
cross-genre study of online gaming:
Player demographics, motivation for
play and social interactions among
players. International Journal of Cyber
Behavior, Psychology and Learning, 2(1),
13–29.
Griffin, K. W., & Botvin, G. J. (2010).
Evidence-based intervention for
preventing substance use disorders in
adolescents. Child and Adolescent
Psychiatric Clinics, 19(3), 505–526. doi:
10.1016/j.chc.2010.03.005.
Haug, S., Castro, R. P., Kwon, M., Filler,
A., Kowatsch, T., & Schaub, M. P.
(2015). Smartphone use and smart-
phone addiction among young people
in Switzerland. Journal of Behavioral
Addictions, 4(4), 299–307. doi: 10.1556/
2006.4.2015.037
Hurlock, E. B. (2010). Psikologi perkembang-
an: Suatu pendekatan sepanjang rentang
kehidupan (Alih Bahasa Istiwidayanti)
(Edisi Kelima). Jakarta: Erlangga.
Hussain, Z., & Griffiths, M. D. (2009).
Excessive use of massively multi-
player online role-playing games: A
pilot study. International Journal of
Mental Health and Addiction, 7(2), 563–
571. doi: 10.1007/s11469-009-9202-8
Hussain, Z., Griffiths, M. D., & Baguley, T.
S. (2012). Online gaming addiction:
Classification, prediction and
associated risk factors. Addiction
Research and Theory, 20(5), 359–371.
doi: 10.3109/16066359.2011.640442
Jannah, N., Mudjiran, M., & Nirwana, H.
(2015). Hubungan kecanduan game
dengan motivasi belajar siswa dan
implikasinya terhadap Bimbingan dan
Konseling. Konselor, 4(4), 200–207. doi:
10.24036/02015446473-0-00
Jap, T., Tiatri, S., Jaya, E. S., & Suteja, M. S.
(2013). The development of Indonesian
online game addiction questionnaire.
PLoS ONE, 8(4), 4–8. doi: 10.1371/
journal.pone.0061098
Jiang, Q. (2014). Internet addiction among
young people in China: Internet
connectedness, online gaming and
academic performance decrement.
Internet Research, 24(1), 2–20. doi:
10.1108/IntR-01-2013-0004
Jordan, C. J., & Andersen, S. L. (2016).
Sensitive periods of substance abuse:
Early risk for the transition to
dependence. Developmental Cognitive
Neuroscience, 25(10), 29–44. doi:
10.1016/j.dcn.2016.10.004
Kardefelt-Winther, D. (2017). Concep-
tualizing internet use disorders:
9. NOVRIALDY
156 Buletin Psikologi
Addiction or coping process?
Psychiatry and Clinical Neurosciences,
71(7), 459–466.
Kiesner, J., Dishion, T. J., Poulin, F., &
Pastore, M. (2009). Temporal dynamics
linking aspect of parental monitoring
with early adolescent antisocial
behavior. Social Development, 18(4),
765–784. doi: 10.1038/jid.2014.371
King, D. L., & Delfabbro, P. H. (2018).
Internet gaming disorder: Theory, assess-
ment, treatment and prevention. New
York: Academic Press.
King, D. L., Delfabbro, P. H., Zwaans, T., &
Kaptsis, D. (2014). Sleep interference
effects of pathological electronic media
use during adolescence. International
Journal of Mental Health and Addiction,
12(1), 21–35. doi: 10.1007/s11469-013-
9461-2
Király, O., Griffiths, M. D., Urbán, R.,
Farkas, J., Kökönyei, G., Elekes, Z., …
Demetrovics, Z. (2014). Problematic
internet use and problematic online
gaming are not the same: Findings
from a large nationally representative
adolescent sample. Cyberpsychology,
Behavior and Social Networking, 17(12),
749–754. doi: 10.1089/cyber.2014.0475
Kiraly, O., Nagygyörgy, K., Griffiths, M.
D., & Demetrovics, Z. (2014).
Problematic online gaming. In K. P.
Rosenberg & L. C. Feder (Eds.),
Behavioral addictions: Criteria, evidence
and treatment (pp. 61–97). London,
Inggris: Academic Press.
Kuss, D. J., van Rooij, A. J., Shorter, G. W.,
Griffiths, M. D., & van de Mheen, D.
(2013). Internet addiction in
adolescents: Prevalence and risk
factors. Computers in Human Behavior,
29(5), 1987–1996.
Kwon, J. H., Chung, C. S., & Lee, J. (2011).
The effects of escape from self and
interpersonal relationship on the
pathological use of internet games.
Community Mental Health Journal, 47(1),
113–121. doi: 10.1007/s10597-009-9236-
1
Lee, I., Yu, C. Y., & Lin, H. (2007). Leaving
a never ending game: Quitting
MMORPGs and online gaming
addiction. Proceedings of DiGRA
Conference, 211–217.
Li, S., Jin, X., Wu, S., Jiang, F., Yan, C., &
Shen, X. (2007). The impact of media
use on sleep patterns and sleep
disorders among school-aged children
in China. Sleep, 30(3), 361–367.
Retrieved from
http://www.ncbi.nlm.nih.gov/pubmed
/17425233
Loke, A. Y., & Wong, Y. P. I. (2010).
Smoking among young children in
Hong Kong: Influence of parental
smoking. Journal of Advanced Nursing,
66(12), 2659–2670. doi: 10.1111/j.1365-
2648.2010.05419.x
Männikkö, N., Billieux, J., & Kääriäinen,
M. (2015). Problematic digital gaming
behavior and its relation to the
psychological, social and physical
health of Finnish adolescents and
young adults. Journal of Behavioral
Addictions, 4(4), 281–288. doi: 10.
1556/2006.4.2015.040
Marcovitz, H. (2012). Online gaming and
entertainment. San Diego, CA:
Reference Point Press.
Mogro-Wilson, C. (2008). The influence of
parental warmth and control on Latino
adolescent alcohol use. Hispanic
Journal of Behavioral Sciences, 30(1), 89–
105. doi: 10.1177/0739986307310881
O’Connell, M. E., Boat, T., & Warner, K. E.
(2009). Preventing mental, emotional and
behavioral disorders among young people:
Progress and possibilities. Washington
10. KECANDUAN GAME ONLINE PADA REMAJA
Buletin Psikologi 157
DC: The National Academies Press.
Oblinger, D., & Oblinger, J. L. (2005). Is it
age or IT: First step toward under-
standing the net generation. In Diana
Oblinger & J. L. Oblinger (Eds.),
Educating the net generation. Washing-
ton D.C.: Educause.
Oka, Y., Suzuki, S., & Inoue, Y. (2008).
Bedtime activities, sleep environment
and sleep/wake patterns of Japanese
elementary school children. Behavioral
Sleep Medicine, 6(4), 220–233. doi:
10.1080/15402000802371338
Peele, S. (2004). Seven tools to beat addiction.
New York: Harmony.
Petrides, K. V., & Furnham, A. (2000). On
the dimensional structure of emotional
intelligence. Personality and Individual
Differences, 29(2), 313–320. Retrieved
from www.elsevier.com/locate/paid
Punamäki, R. L., Wallenius, M., Nygård,
C. H., Saarni, L., & Rimpelä, A. (2007).
Use of information and communi-
cation technology (ICT) and perceived
health in adolescence: The role of
sleeping habits and waking-time
tiredness. Journal of Adolescence, 30(4),
569–585. doi: 10.1016/j.adolescence.
2006.07.004
Rania, D. (2018). 7 kematian tragis gara-gara
kecanduan game online. Mirisnya
kejadian seperti ini makin sering terjadi.
Diakses 7 September 2019, dari
https://www.hipwee.com/feature/7-
kematian-tragis-gara-gara-kecanduan-
game-mirisnya-kejadian-seperti-ini-
makin-sering-terjadi/
Romano, J. L., & Hage, S. M. (2000).
Prevention and counseling psycho-
logy: Revitalizing commitments for
the 21st century. The Counseling
Psychologist, 28(6), 733–763.
Rudhiati, F., Apriany, D., & Hardianti, N.
(2015). Hubungan durasi bermain
video game dengan ketajaman pengli-
hatan anak usia sekolah. Skolastik
Keperawatan, 1(2), 12–17.
Russoniello, C. V., O’Brien, K., & Parks, J.
M. (2009). The effectiveness of casual
video games in improving mood and
decreasing stress. Journal of Cyber
Therapy & Rehabilitation, 2(1), 53–66.
Sandy, T. A., & Hidayat, W. N. (2019).
Game mobile learning. Malang: Multi-
media Edukasi.
Santrock, J. W. (2007). Remaja. Jakarta:
Erlangga.
Shochat, T., Flint-Bretler, O., &
Tzischinsky, O. (2010). Sleep patterns,
electronic media exposure and
daytime sleep-related behaviours
among Israeli adolescents. Acta
Paediatrica, 99(9), 1396–1400.
Smyth, J. M. (2007). Beyond self-selection
in video game play: An experimental
examination of the consequences of
massively multiplayer online role-
playing game play. Cyberpsychology
and Behavior, 10(5), 717–721. doi:
10.1089/cpb.2007.9963
Strittmatter, E., Kaess, M., Parzer, P.,
Fischer, G., Carli, V., Hoven, C. W., …
Wasserman, D. (2015). Pathological
internet use among adolescents:
Comparing gamers and non-gamers.
Psychiatry Research, 228(1), 128–135.
doi: 10.1016/j.psychres.2015.04.029
Taylor, S., & Todd, P. A. (1995).
Understanding information techno-
logy usage: A test of competing
models. Information System Research,
6(2), 144–176.
Tsitsika, A., Janikian, M., Schoenmakers, T.
M., Tzavela, E. C., Ólafsson, K.,
Wójcik, S., … Richardson, C. (2014).
Internet addictive behavior in
adolescence: A cross-sectional study in
seven European countries. Cyberpsy-
11. NOVRIALDY
158 Buletin Psikologi
chology, Behavior and Social Networking,
17(8), 528–535. doi: 10.1089/cyber.
2013.0382
van Den Eijnden, R. J. J. M., Spijkerman,
R., Vermulst, A. A., van Rooij, T. J., &
Engels, R. C. M. E. (2010). Compulsive
internet use among adolescents:
Bidirectional parent-child relation-
ships. Journal of Abnormal Child Psycho-
logy, 38(1), 77–89. doi: 10.1007/s10802-
009-9347-8
van Rooij, A. J., Schoenmakers, T. M.,
Vermulst, A. A., van den Eijnden, R. J.
J. M., & van de Mheen, D. (2011).
Online video game addiction:
Identification of addicted adolescent
gamers. Addiction, 106(1), 205–212. doi:
10.1111/j.1360-0443.2010.03104.x
Wang, C. W., Chan, C. L. W., Mak, K. K.,
Ho, S. Y., Wong, P. W. C., & Ho, R. T.
H. (2014). Prevalence and correlates of
video and internet gaming addiction
among Hong Kong adolescents: A
pilot study. The Scientific World Journal,
14(8), 1–9. doi: 10.1155/2014/874648
Wells, J., Barlow, J., & Stewart-Brown, S.
(2003). A systematic review of
universal approaches to mental health
promotion in schools. Health Education,
103(4), 197–220. doi: 10.1108/0965428
0310485546
World Health Organization. (2018).
Gaming disorder. Diakses 7 September
2019, dari https://www.who.int/
features/qa/gaming-disorder/en/
Williams, D. (2006). Groups and goblins:
The social and covoc impact of an
online game. Journal of Broadcasting &
Electronic Media, 50(4), 651–670. doi:
10.1207/s15506878jobem5004_5
Xu, Z., Turel, O., & Yuan, Y. (2012). Online
game addiction among adolescents:
Motivation and prevention factors.
European Journal of Information Systems,
21(3), 321–340. doi: 10.1057/ejis.2011.56
Xu, Z., & Yuan, Y. (2008). The impact of
motivation and prevention factors on
game addiction. Proceeding of SIGHCI.
Young, K. S. (1998). Internet addiction: The
emergence of a new clinical disorder.
CyberPsychology & Behavior, 1(3), 237–
244. doi: 10.1089/cpb.1998.1.237
Zhou, Z., Yuan, G., & Yao, J. (2012).
Cognitive biases toward internet
game-related pictures and executive
deficits in individuals with an internet
game addiction. PLoS ONE, 7(11),
e48961. doi: 10.1371/journal.pone.
0048961